Upload
missun13
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
blok 25
Apa saja kegiatan surveilans? 2
Kegiatan Surveilance dibagi dalam beberapa subsistem yaitu :
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko
untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. Sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes) No. 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis
penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas meliputi kolera,
diare, diare berdarah, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB,
kusta MB,campak, difteri, batuk rejan, tetanus, AFP, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria
vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia,
sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.
Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor
resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Surveilans
epidemiologi penyakit tidak menular antara lain :
Hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, Diabetes Melitus, Neoplasma, Penyakit paru
obstruksi kronis, Gangguan mental, dan Masalah kesehatan akibat kecelakaan.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan
dan perilaku, meliputi:
Sarana air bersih, tempat-tempat umum (TTU), Pemukiman dan lingkungan perumahan,
Limbah industri, rumah sakit, vektor penyakit, kesehatan dan keselamatan kerja, rumah Sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk infeksi nasokomial, perilaku merokok, pola
makan diet, aktivitas fisik.
Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. Surveilan epidemiologi
masalah kesehatan, meliputi:
SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan gizi), kekurangan Gizi mikro (kekurangan yodium,
anemia gizi besi, kekurangan vitamin A), kekurangan Gizi makro (Gizi kurang, Gizi buruk),
gizi lebih, kesehatan ibu dan anak (termasuk kesehatan reproduksi), usia lanjut ,
penyalahgunaan napza, penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetik
dan alat kesehatan, dan kualitas makanan dan bahan makanan tambahan.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra. Survelans epidemiologi masalah
matra, meliputi:
Kesehatan haji, kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan, bencana dan masalah sosial
kesehatan matra laut dan udara, KLB penyakit dan keracunan
Komponen Surveilans yaitu :
Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.
Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti.
Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan.
Perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya.
Evaluasi/penilaian hasil kegiatan.
Kegiatan Pokok Pelaksanaan Surveilans :
a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan
kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas
kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit
yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan
jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian
penyakit; dan KLB.
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu
disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam
bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut
harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi
untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan
sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua
pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak
lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
Siapa saja yang menjadi sumber data surveilns? 2
Sumber data surveilans epidemiologi meliputi :
(1).Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
(2).Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan dari
kantor pemerintah dan masyarakat.
(3).Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat.
(4).Data geografi yang dapat diperoleh dari Unit Meteorologi dan Geofisika.
(5).Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
(6).Data Kondisi lingkungan.
(7).Laporan wabah.
(8).Laporan Penyelidikan wabah/KLB.
(9).Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan.
(10).Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya.
(11).Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat.
(12).Laporan kondisi pangan.
(13).Data dan informasi penting lainnya.
Bagaimana riwayat alamiah penyakit pada DBD?
- Faktor Agen2
Agen merupakan sinonim dari penyebab utama dan tanpa agen penyakit spesifik tidak
mungkin terjadi. Dalam kasus ini yangt menjadi agen adalah virus Dengue.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya
jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell
entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis
yang dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut
dikatakan mengalami infeksi. Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya
infeksi, penyakit klinis, maupun kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai
determinan, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen
kausal. Tergantung tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang
terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi)
dan mengalami perubahan patologi yang ireversibel. Ukuran yang menunjukkan kemampuan
agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai berikut: (1)
infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.
1. Infektivitas - kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung
dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.
2. Patogenesitas – kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung
dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.
3. Virulensi – kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini
menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety) penyakit.
Dihitung dari jumlah kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis.
Terdapat Rantai infeki yang menyebabkan masuknya agen ke tubuh manusia.
Rantai Infeksi
Dalam terjadinya penyakit, terdapat suatu rantai infeksi yang menyebabkan penyakit dapat
terjadi atau disebut juga pola penyebaran penyakit. Komponen rantai infeksi yaitu agent,
reservoir, portal of exit, mode of transmission, portal of entry, dan susceptible host. Reservoir
adalah habitat tempat agen infeksius biasa hidp, tumbuh dan memperbanyak diri. Reservoir
dapat berupa manusia, hewan, dan lingkungan.
Agen meninggalkan reservoir melalui pintu ke luar (portal of exit), yaitu jalan agen
meninggalkan pejamu sumber, biasanya berhubungan dengan agen yang terlokalisasi,
contohnya:
- Sistem respirasi: TB paru, influenza
- Urin: Leptospira
- Feses: Vibrio cholera
- Lesi kulit: Sarcoptes scabiei
- Jalur kulit (perkutaneus): isapan darah artropoda (malaria, DBD)
Lalu agen ditransmisikan dengan model tertentu agar dapat masuk ke pejamu melalui pintu
masuk (portal of entry), sehingga menginfeksi pejamu yang rentan. Mode transmisi dapat
berupa:
- Transmisi langsung
Yaitu transfer agen segera dari reservoir ke pejamu yang rentan dengan cara:
- Kontak langsung, contoh: gonore
· Penyebaran droplet, contoh: bersin, batuk, bicara
- Transmisi tidak langsung
· Airborne (udara): debu, droplet nuclei (droplet yang dikeringkan), cont: TB paru
· Vechicleborne: melaui agen yang masuk ke dalam makanan, air, darah
· Vectorborne: agen yang mengalami atau tidak mengalami perubahan fisiologik dalam
tubuh vektor
Pintu masuk kuman sama dengan pintu keluar, seperti kulit, sistem respirasi, membran
mukosa, darah, dsb. Lalu melalui pintu masuk itu kuman menyerang pejamu yang suseptibel.
Suseptibilitas bergantung pada faktor genetik, imunitas yang didapat, kemampuan bertahan
terhadap infeksi, membran mukosa, dll.
Tujuan dan manfaat penyelidikan KLB?2
Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah
meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB
(CDC, 1981; Bres, 1986).
Di kasus
Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di
Puskesmas Maju.
Tujuan Khusus
Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran
Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi
Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan
Melakukan penanggulangan DBD di lokasi
Manfaat Penyelidikan KLB :
1. Dapat mengurangi angka kejadian KLB
2. Dapat mencegah penyebarluasan KLB
3. Dapat menjadi masukan pelatihan KLB
4. Dapat mengetahui penyebaran KLB di tempat-tempat lain.
5. Agar dapat diputuskan suatu tindakan oleh pembuatan kebijakan (pemerintah).
Bagaimana tata cara pelaporan KLB?2
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU
YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGAN BAB
IV PELAPORAN Pasal 16 :
(1) Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah
dan puskesmas terdekat atau jejaringnya selambat lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4.
PASAL 4
(1) Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah
adalah sebagai berikut:
a. Kolera
b. Pes
c. Demam Berdarah Dengue
d. Campak
e. Polio
f. Difteri
g. Pertusis
h. Rabies
i. Malaria
j. Avian Influenza H5N1
k. Antraks
l. Leptospirosis
m.Hepatitis
n. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
o. Meningitis
p. Yellow Fever
q. Chikungunya
(2) Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah
ditetapkan oleh Menteri.
Lanjutan Pasal 16
(2) Pimpinan puskesmas yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
segera melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya 24
(dua puluh empat) jam sejak menerima informasi.
(3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan adanya penderita atau
tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 secara berjenjang
kepada bupati/walikota, gubernur, dan Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya
24 (dua puluh empat) jam sejak menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Jenis Pelaporan
a.Jenis pelaporan dapat dibedakan dengan melihat Frekuensi pelaporanantara lain :
Segera, mingguan, kasus nol
b.Metode pelaporan dapat dilakukan dengan melalui :
Kertas, telefon, fax, E-mail
Adapun Standart baku surveilence KLB bagi instansi pemerintah dalam bidang kesehatan
yaitu :
1.Laporan Kewaspadaan (Dilaporkan dalam waktu 24 jam)
Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita, atau tersangka penderita penyakit
yang dapat menimbulkan wabah. Yang diharuskanmenyampaikan laporan kewaspadaan
adalah :
a.Orang tua penderita atau tersangka penderita/orang dewasa yangtinggal serumah dengan
penderita tau tersangka penderita/ kepala keluarga/ ketua RT/ RW/ Kepala dusun
b.Dokter, petugas kesehatan yang mnemerikasa penderita/dokter hewanyang memeriksa
hewan tersangka penderitac.Kepala Stasiun kereta api, kepala Terminal kendaraan
bermotor,kepala asrama, kepala sekolah,/ pimpinan perusahaan, kepala unitkesehatan
pemerintah atau swastad.Nahkoda kendaraan air dan udaraLaporan kewaspadaan
disampaikan kepada Kepala Lurah atau KepalaDesa dan atau Unit Kesehatn terdekat
selambat-lambatnya 24 jamsejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita KLB/
baik dengan cara lisan, maupun tertulis. Kemudian laporan kewaspadaantersebut harus
diteruskan kepada laporan kepala Puskesmas setempat.Isi laporan kewaspadaan tersebut
adalah :
• Nama penderita hidup atau telah meninggal
•Golongan umur
•Tempat dan alamat kejadian
•Waktu kejadian
•Jumlah yang sakit dan meninggal
2.Laporan Kejadian Luar Biasa (W1) Dilaporkan Dalam Waktu 1 x 24 jam
Merupakan salah satu laporan kewaspadaan yang dibuat oleh unitkesehatan, segera setelah
mengetahui adanya KLB penyakittertentu/keracunan makanan. Laporan ini digunakan untuk
melaporkanKLB atau wabah, sebagai laporan peringatan dini kepada pihak-pihak yang
menerijma laporan akan adanya KLB penyakit tertentu di suatuwilayah tertentu. Laporan
KLB ini harus memperhatikan asas dini, cepat,dapat dipercaya dan bertanggung jawab yang
dapat dilakukan denganlisan atau tertulisLaporan KLB (W1) ini harus diikuti dengan laporan
Hasil PenyidikanKLB dan Rencana Penanggulangannya.
Unit kesehatan yang membuat laporan KLB (W1) adalah Puskesmas,Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Propoinsi, dengan berpedoman pada format Laporan KLB
(W1).Formulir Laporan KLB (W1) adalah sama untuk Puskesmas, Kab/Kotadan Propinsi,
dengan Kode berbeda. Berisi nama daerah KLB (desa,kecamatan, kabupaten/kota dan nama
puskesmas), jumlah penderita danmenibnggal pada saat laporan, nama penyakit, dan langkah-
langkah yangsedang dilakukan. Satu formulir W1 berlaku untuk 1 jenis penyakit saja.
Laporan KLB Puskesmas (W1PU) :
Laporan KLB Puskesmas (W1Pu) dibuat oleh Puskesmas kepada camatdan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Laporan KLB Rumah Sakit (KD/RS) :
Laporan adanya penyakit KLB di RS dibuat oleh Rumah sakit dikirim kePuskesmas dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Laporan KLB Kabupaten/Kota (W1Ka) :
Laporan KLB Kabupaten/Kota (W1Ka) dibuat oleh dinas KesehatanKabupaten/Kota Kepada
Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Propinsi.
Laporan KLB Propinsi (W1Pr):
Laporan KLB Propinsi (W1Pr) dibuat oleh Dinas Kesehatan Propinsikepada Gubernur dan
Departemen Kesehatan, ub. Direktorat Jenderalyang menangani KLB Penyakit (Dirjen
PPM&PL)
3.Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB dan RencanaPenanggulangan KLB
Setelah diterbitkan laporan KLB (W1), maka pelapor segera melakukan penyelidikan
epidemiologi KLB yang dimaksud, dan segera membuatlaporan hasil penyelidakan KLB.
Laporan penyelidikan epidemiologiKLB berguna untuk memberikan pedoman pada berbagai
pihak yangmenerima laporan untuk memberikan kewaspadaan yang tepat, danapabila
diperlukan dapat memberikan dukungan yang efektif dan efisien.Disamping itu, laporan
penyelidikan epidemiologi KLB, dapatdimanfaatkan oleh Bupati, Gubernur dan Departemen
Kesehatan untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang adantya KLB penyakit
darilangkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan, sekaligus mendorongsikap tanggap
masyarakat terhadpa kejadian tersebut.Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB dan
Rencana PenangulanganKLB berisi :
a.Kebenaran terjadinya KLB penyakit tertentu.
b.Daerah yang terserang, desa, kecamatan, kabupaten dan puskesmasyang bertanggung jawab
terhadap wilayah kejadian KLB.
c.Penjelasan diagnosis penyebab KLB dan sumber-sumber penularanatau pencemaran yang
sudah dapat diidentifikasi, termasuk bukti- bukti laboratorium.
d.Waktu dimulainya kejadian KLB dan keadaan pada saat penyelidikanepidemiologi KLB
sedang dilakukan.
e.Kelompok penduduk terserang beserta jumlah kesakitan dan kematiankarena KLB (kurva
epidemi, angka serangan dan angka kematiankarena penyakit/CFR).
f.Keadaan yang memperberat keadaan KLB, misalnya status Gizi,musim kemarau, banjir dsb.
g.Upaya penanggulangan yang sedang dan akan dilakukan.
h.Apabila diperlukan adanya jenis dan jumlah bantuan yang dibutuhkan.
i.Tim penyelidikan Epidemiologi KLB.
j.Tanggal penyelidikan Epidemiologi dilaksanakan
Laporan penyelidikan Epidemiologi KLB dan rencana penggulanganKLB diikuti dengan
Laporan berkala Pengembangan KLB dengan isi laporan yang sama tetapi disesuaiakn
dengan keadaan terakhir, ditambah dengan perkembangahn KLB.
4. Laporan Penaggulangan KLB
Berbeda dengan Laporan KLB (W1) dan Laporan Penyelidikan dan Rencana
Penanggulangan KLB yang dibuat pada awal kejadian KLB, maka Laporan Penanggulangan
KLB dibuat setelah KLB berakhir.Laporan penanggulangan KLB berguna untuk menjelaskan
dataepidemiologi KLB, sumberdaya yang telah dimanfaatklan dan kemungkinan terjadinya
KLB lanjutan atau KLB dimasa yang akan datang, serta kemungkinan terjadinya penyebaran
ke daerah lain. Isi laporan Penanggulangan KLB hampir sama dengan laporan penyelidikan
epidemiologi dan rencana pemnanggulangan KLB, sebagai berikut :
a.Kebenaran terrjadinya KLB penyakit tertentu
b.Daerah yang terserang, desa, kecamatan, kabupaten, dan puskesmas yang bertanggung
jawab terhadap wilayah kejadian KLB
c.Penjelasan diagnosis penyebab KLB dan sumber-sumber penularan atau pencemaran yang
sudah dapat diidentifikasi, termasuk bukti- bukti laboratorium.
d.Waktu dimulainya KLB dan berakhirnya KLB (periode serangan KLB)
e.Kelompok penduduk yang terserang beserta jumlah kesakitan dan kematian karena KLB
(kurva epidemi, angka serangan dan angkakematian karena penyakit/CFR)
f.Keadaan yang memperberat keadaan KLB, misal, status gizi, musim kemarau, banjir dsb.
g.Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
h.Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap KLB dimasa yang akan datang.
i.Tim Penanggulangan KLB
j.Tanggal Laporan dibuat
Laporan ini merupakan sumber data epidemiologi yang sangat penting untuk merumuskan
kebijakan dan rencana kerja program penanggulangan KLB dimasa akan datang.
5.Laporan Mingguan Wabah (W2)
Laporan Mingguan Wabah (W2) merupakan bagian dari sistem Kewaspadaan Dini KLB
yang dilaksanakan oleh unit kesehatan terdepan (Puskesmas).Sumber data laporan mingguan
Wabah (W2) adalah data rawat jalan dan rawat inap dari puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, posyandu, m,asyarakat dan Rumah Sakit pemerintah maupun
Swasta.Setiap daerah Kabupaten/Kota atau Propinsi memiliki beberapa penyakit potensial
KLB yang perlu diwaspadai dan deteksi dini. Sikap waspada terhadap penyakit potensial
KLB ini juga diikuti dengan sikap tim profesional, logistik dan tatacara penanggulangannya,
termasuk saranaadministrasi, komunikasi dan transportasi.Secara nasional penyakit yang
wajib diwaspadai adalah diare dan polio/AFP ditambah dengan penyakit potensial KLB
spesifik lokal missal DBD, Malaria dan lain-lain, baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota.Penyakit ini yang dimnasukkan dalam Laporan Minfgguan Wabah (W2)ini,
Puskesmasdan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat kurva Mingguan Wabah untuk
setiap jenis penyakit potensial KLB, sebagai alat deteksi respon dini KLB.