64
HASIL PENELITIAN ANALISIS KUNJUNGAN WISATA KE DANAU KELIMUTU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KELIMUTU, KABUPATEN ENDE Oleh: Baltasar Taruma Djata, SE., M.Sc Yustina Paulina Penu, SE., M.Par 1

Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

HASIL PENELITIAN

ANALISIS KUNJUNGAN WISATA KE DANAU KELIMUTU DAN

DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT DI

KECAMATAN KELIMUTU,

KABUPATEN ENDE

Oleh:

Baltasar Taruma Djata, SE., M.Sc

Yustina Paulina Penu, SE., M.Par

YAYASAN PERGURUAN TINGGI FLORES (YAPERTIF)

ENDEJUNI 2012

1

Page 2: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Abstrak

Baltasar Taruma Djata, SE., M.Sc dan Yustina Paulina Penu, SE., M.Par melakukan penelitian dengan judul: Analisis Kunjungan Wisata ke Danau Kelimutu dan Dampaknya Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.

Indonesia sebagai salah satu negara yang terkenal kaya dan memiliki beribu obyek wisata alamnya yang tersebar di seluruh wilayah, mempunyai peluang besar untuk dapat menyedot para pelancong khususnya wisatawan dari mancanegara yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Kinerja pariwisata sebagai penghasil devisa ditentukan oleh kemampuan kita untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia. Dengan jumlah pengunjung pada tahun 2010 sebanyak 24.815 dan menggunakan alat analisis Foreign Exchanges menghasilkan devisa atau penghasilan sebesar 5.087 .075.000/tahun.

2

Page 3: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi wisata tinggi yang

membuat Indonesia mempunyai nilai tambah bagi wisatawan. Indonesia sebagai salah

satu negara yang terkenal kaya dan memiliki beribu obyek wisata alamnya yang

tersebar di seluruh wilayah, mempunyai peluang besar untuk dapat menyedot para

pelancong khususnya wisatawan dari mancanegara yang dapat menghasilkan devisa

bagi negara. Betapa tidak, karena hampir di seluruh wilayah daerah tingkat II di tanah

air memiliki obyek wisata tersendiri. Apalagi kalau ditunjang dengan keramahtamaan

dari warga di sekitar daerah tujuan wisata, tentu ini akan meningkatkan nilai tambah

bagi sektor pariwisata.

Tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk meningkatkan perolehan

devisa. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang membangun, sangat

membutuhkan devisa untuk mengimpor barang-barang dari luar negeri untuk

berbagai kebutuhan barang-barang modal, barang-barang konsumsi atau obat-obatan

yang belum diproduksi di dalam negeri, (Oka, 2005: 27)

3

Page 4: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Bagi Indonesia, peranan pariwisata semakin terasa penting, terutama setelah

melemahnya peranan minyak dan gas. Walaupun nilai nominalnya dalam dollar

mengalami fluktuasi, namun kepariwisataan merupakan salah satu cara yang cukup

efektif bagi peningkatan pemasukan devisa bagi negara. Kemajuan pariwisata

Indonesia bukanlah hal yang mustahil untuk dapat digapai, karena bumi pertiwi

memiliki berbagai potensi pariwisata, baik berupa hamparan panorama alam

pegunungan, padang safana, alam laut yang indah, maupun adat dan budaya yang

unik. (Oka, 2008:42)

Kinerja pariwisata sebagai penghasil devisa ditentukan oleh kemampuan kita

untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia.

(Bank Indonesia, 2004 dalam Trianto, 2005). Jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara sangat berpengaruh terhadap besarnya devisa yang diperoleh dari sektor

pariwisata. Semakin besar jumlah kunjungan wisatawan mancanegra, maka akan

semakin besar uang yang dibelanjakan oleh wisatawan secara total.

Berikut ini adalah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia

tahun 2005-2009:

4

Page 5: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Tabel 1Kunjungan Wisman ke Indonesia, Tahun 2005-2009

Sumber: www.budpar.go.id dan berbagai sumber.

)* tidak ada data

Kabupaten Ende sebagai bagian intergral dari wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) juga memiliki potensi wisata yang tidak kalah

menariknya dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di Kabupaten Ende telah

menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, yang ditunjukkan dengan

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ende terutama Danau tiga

warnah Kelimutu yang telah dikenal hingga ke mancanegara. Hal ini merupakan

sinyalemen positif bagi pengembangan daerah kunjungan wisata di sekitar karena hal

tersebut juga menunjukkan adanya minat dari calon wisatawan untuk mengunjungi

daya tarik wisata yang lain.

Berikut ini adalah jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ende selama tahun

2005-2009:

5

Tahun Jumlah Kunjungan Penerimaan devisa (Juta USD)2005 5.002.101 4.521,892006 4.871.351 4.447,982007 5.505.759 5.345,982008 6.429.027 7.377,392009 4 39,922 )*

Page 6: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Tabel 2

Kunjungan Wisata ke Kabupaten Ende, Tahun 2005-2009

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwista Kabupaten Ende

Dari data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan dari tahun ke tahun. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan akan meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat yang diperoleh dari pengeluaran / belanja dari wisatawan

tersebut.

Salah satu potensi daya tarik wisata yang menjadi primadona Kabupaten

Ende adalah danau tiga warna Kelimutu yang telah ditetapkan sebagai Kawasan

Konservasi Alam Nasional seluas 5.356,50 Ha dan disebut sebagai Taman

Nasional Kelimutu. (Taman Nasional Kelimutu, 2006)

Kawasan ini memiliki karakteristik yang unik, yakni terdapat bentang Sawah

serta perbukitan hutan alam sebagai habitat satwa liar (elang, gagak hitam, nuri, garu

6

TahunJumlah Kunjungan

Wisman Wisnu2005 2538 48762006 3546 62252007 3671 74692008 5229 112662009 7327 16775

Page 7: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

giwa), yang letaknya saling berdampingan. Dengan adanya keunikan dan keindahan

yang terdapat di sekitar danau tersebut mengundang banyak wisatawan untuk

berkunjung ke Danau Kelimutu. Berikut ini adalah jumlah kunjungan wisatawan ke

Danau Kelimutu.

Tabel 3 Kunjungan Wisata ke Danau Kelimutu, Tahun 2005-2010

Sumber:

Balai Taman

Nasional Kelimutu

Dari data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan dari tahun ke tahun. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa

meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan akan meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat yang diperoleh dari pengeluaran / belanja dari wisatawan

tersebut.

Meskipun jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Kelimutu terus meningkat

dari tahun ke tahun namum belum memberikan dampak yang signifikan terhadap

kondisi perekonomian masyarakat lokal.

7

TahunJumlah Kunjungan

Wisman Wisnu2005 2538 48752006 3546 62252007 3671 74692008 5229 112662009 7327 167752010 7111 17704

Page 8: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Pada hakekatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu

masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan

keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok

sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan

yang serba lebih baik secara materil maupun spiritual.

1.2 Permasalahan

Rendahnya daya saing masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang

mengakibatkan manfaat ekonomi pariwisata terutama yang berkaitan dengan

kesempatan bekerja dan berusaha di dalam kawasan wisata belum dapat dirasakan

sepenuhnya.

1.3 Pertanyaan Penelitian (Research Question)

Apakah kunjungan wisata ke Danau Kelimutu mempunyai pengaruh terhadap

perubahan ekonomi masyarakat setempat? Hal ini berkaitan dengan kegiatan industri

pariwisata yang berlangsung di kawasan tersebut.

1. 4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan

oleh kunjungan wisata ke Danau Kelimutu terhadap kondisi ekonomi masyarakat

Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu.

8

Page 9: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi

bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagai acuan dalam pengambilan

keputusan atau kebijakan terkait dengan peningkatan peran sektor pariwisata dalam

rangka perbaikan kondisi ekonomi masyarakat Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu

dan sekaligus dapat meningkatkan devisa negara.

9

Page 10: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah (Soemardjan, 1977:58 ), pariwisata dianggap sebagai suatu

aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu

yang mempunyai potensi objek wisata. (dalam Aripin, 2005).

Dikatakan pula oleh Lubis (2006) pengembangan sektor pariwisata di daerah

pastilah diarahkan untuk dapat memantapkan sumbangan ekonominya pada

pendapatan daerah guna meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah dan

peningkatan pendapatan masyarakat maupun sebagai sarana promosi daerah di

kancah kepariwisataan nasional dan bahkan internasional (global tourism).

(repository.usu.ac.id)

Hartono (1974:45,) juga memaparkan bahwa pariwisata memiliki tiga aspek

pengaruh yaitu aspek ekonomis (sumber devisa, pajak–pajak ), aspek sosial

(penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya. Keberadaan sektor pariwisata tersebut

seharusnya memperoleh dukungan dari semua pihak seperti pemerintah daerah

10

Page 11: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

sebagai pengelola, masyarakat yang berada di lokasi objek wisata serta partisipasi

pihak swasta sebagai pengembang. (dalam Aripin, 2005).

Sharpley (dalam Binns, dkk., 2002) berpendapat bahwa, pariwisata telah lama

dianggap sebagai katalis yang efektif dalam pembangunan sosial-ekonomi pedesaan

dan regenerasi.

Sedangkan menurut Ashley dan Roe berpendapat, banyak yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kontribusi pariwisata guna mengurangi kemiskinan, sehingga

pariwisata selalu pro-masyarakat miskin. (dalam Binns, dkk., 2002). Maksudnya

sektor pariwisata diharapkan dapat menghapus kemiskinan yang dialami masyarakat

lokal. Hal ini sesuai dengan tujuan UU nomor 10 tahun 2009 pasal 4, poin c, yakni

kepariwisataan bertujuan untuk menghapus kemiskinan.

Dengan hadirnya wisman (wisatawan mancanegara) dan wisnu (wisatawan

nusantara) mendorong masyarakat lokal untuk mulai beraktivitas, dengan demikian

menambah kesempatan kerja bagi masyarakat di kawasan wisata. Disamping itu

mengurangi peluang untuk terjadinya migrasi keluar bagi kaum muda di daerah

tersebut. Hal yang sama dikatakan juga oleh Kariel (1989) yang mengatakan dengan

lebih banyak pekerjaan yang dibuat dalam masyarakat, telah mengurangi migrasi

keluar pemuda, karena banyak anak muda lebih memilih bekerja di desa-desa asal

mereka bila memungkinkan.

Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik

sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun penciptaan lapangan kerja serta

kesempatan berusaha. (BPS, 2004 dalam Trianto, 2005)

11

Page 12: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

2.2 Landasan Teori

Orang-orang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya

mereka disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari banyak orang dengan

bermacam-macam motivasi kunjungan, termasuk didalamnya adalah wisatawan.

Sesuai dengan pasal 5 Revolusi Dewan Ekonomi dan Sosial Peserikatan

Bangsa-Bangsa nomor 870, yang dimaksudkan dengan pengunjung adalah setiap

orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya

yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan suatu pekerjaan yang

dibayar oleh negara yang dikunjunginya.

Menurut rumusan pengunjung tersebut di atas, termasuk kedalamnya:

1. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal

selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat

digolongkan ke dalam klasifikasi berikut ini:

a. Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,

keagamaan, dan olah raga.

b. Hubungan dengan (business), keluarga, konperensi, dan missi.

12

Page 13: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

2. Plancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal yang kurang dari

24 jam di negara yang di kunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal pesiar).

(Oka, 1996: 133-134)

Swarbrooke (1998:71) menjelaskan bahwa kunjungan wisatawan ke suatu

daerah tujuan wisata menyebabkan terjadinya proses adaptasi, baik adaptasi terhadap

lingkungan fisik maupun kultural masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena

perbedaan latar belakang kehidupan antara wisatawan yang datang dengan

masyarakat dan lingkungan yang dikunjunginya.

Berdasarkan teori tersebut, dengan berkembangnya Daerah Tujuan Wisata

(DTW) Kelimutu sebagai daya tarik wisata akan mendorong terjadinya perubahan

terhadap lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat, baik yang

terjadi dengan cepat maupun lambat. Perubahan tersebut berakibat pada terjadinya

adaptasi oleh masyarakat setempat.

Dilihat dari kacamata makro pariwisata memberikan dampak positif, karena

sebagai suatu industri:

1. Dapat memberikan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu

pelayanan untuk menyediakan kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan

(expectation) wisatawan yang terdiri dari berbagai kebangsaan dan tingkah

lakunya

13

Page 14: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja (employments). Apabila sebuah hotel

dibangun dengan kamar sebanyak 400 kamar, karyawan yang dibutuhkan ± 600

orang.

3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan

masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran

wisatawan.

4. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domistic Bruto (GDB)

5. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Tiap

wisatawan berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10% sesuia peraturan

pemerintah yang berlaku.

6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor

lainnya.

7. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca pariwisata mengalami surplus,

denga sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran indonesia, dan sebaliknya.

(Oka, 2008).

14

Page 15: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini membutuhkan data primer terkait dengan kondisi ekonomi

dan data sekunder antara lain jumlah kunjungan wisatawan dan penerimaan devisa

selama tahun 2005 sampai dengan 2010.

3.2 Sumber Data

Data tersebut adalah:

1. Untuk jenis data primer bersumber dari sampel/responden di sekitar kawasan

Danau Kelimutu, yakni Desa Koanara yang pengumpulannya dengan

menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) tertutup.

2. Untuk jenis data sekunder yang akan diperoleh dari Departemen Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Ende dan dari berbagai sumber terkait lainnya.

15

Page 16: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

3.3 Definisi Operasionalisasi Variabel

1. Kunjungan wisatawan. Kunjungan wisatawan adalah frekwensi

berkunjungnya para wisatawan mancanegara dalam setahun ke DTW Danau

Kelimutu. Dalam hal ini rentang waktu yang diperhatikan adalah selama

tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.

2. Kondisi ekonomi masyarakat.

Perubahaan pendapatan masyarakat setempat maupun tumbuhnya berbagai

fasilitas penunjang wisata seperti kendaraan sewaan, toko, restoran, warung

makan dan industri cendera mata yang terdapat di obyek wisata Danau

Kelimutu.

3.4 Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Foreign

Exchanges. Analisis Foreign Exchanges tersebut digunakan untuk mengetahui

pendapatan yang diperoleh masyarakat lokal yang diakibatkan dari kunjungan

wisatawan di daerah tersebut. Adapun formulasinya adalah sebagai berikut:

F.E = N × L × e

Dimana:

F.E = Foreign Exchanges ( Devisa/pendapatan)

16

Page 17: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

N = Number of Tourist (jumlah wisatawan yang datang dalam tahun tertentu)

L = Average of length of in Days (rata-rata lamanya tinggal wisatawan pada

DTW yang dikunjungi)

e = Average of Tourist expenditures per Day per Tourist (Rata-rata pengeluaran

wisatawan tiap hari tiap wisatawan)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kawasan Taman Nasional Kelimutu

4.1.1 Letak Geografis

Kawasana taman Nasional Kelimutu terletak di wilayah Kabupaten Ende,

Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan letak geografis pada: 8043’ – 8048’ LS,

121044’ – 121051’ BT. Untuk mencapai Kawasan Taman Nasional Kelimutu dapat

ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang Kupang – Ende selama kurang lebih

40 menit atau Denpasar – Ende selama 1 jam 55 menit. Selanjutnya dari Ende

perjalanan dapat dilanjutkan dengan kendaraan darat dengan menggunakan mobil

atau bus truk (bus kayu) menuju daerah Moni.

Taman Nasional Kelimutu ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan, SK No. 279/Kpts-II/92 dengan luas

± 5.000 hektar. Pada tahun 1997 kemudian ditetapkan melalui surat Keputusan

Menteri Kehutahan dengan SK No.675/Kpts-II/97 dengan luas 5.356,5 hektar.

17

Page 18: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Selain memiliki keanekaragaman hayati yang bernilai cukup tinggi, juga

memiliki keunikan dan nilai estetika yang menarik yaitu dengan adanya tiga buah

danau yang berwarna yang ada di puncak Gunung Kelimutu (1.690 meter dpl). Warna

air dari ketiga danau tersebut berbeda satu sama lain dan selalu berubah dari waktu ke

waktu terutama warna air danau Tiwu Nuamuri Koofai (duabelas kali perubahan

dalam jangka waktu dua puluh lima tahun). Selain disebabkan oleh aktivitas gunung

berapi Kelimutu, perubahan warna ini diduga adanya pembiasan cahaya matahari,

adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan akibat pantulan warna

dinding dan dasar danau.

4.1.2 Biofisik

1. Klimatologi dan Tipe-Tipe Ekosistem di Dalam Kawasan

a. Klimatologi

Kawasan Taman Nasional Kelimutu beriklim tropis dengan rata-rata curah

hujan berkisar antara 1.615 – 3.363 mm/tahun. Musim hujan dimulai bulan Desember

hingga Maret, Bulan Oktober dan November merupakan bulan terkering. Suhu udara

berkisar antara 25,5 – 31 0C, suhu minimum berkisar 11.6 0C terjadi pada bulan

Juli–Agustus. Pada musim hujan, flora dalam kawasan tampak menghijau tetapi pada

musim kering terutama pada bulan Oktober dan November banyak tumbuhan yang

menggugurkan daunnya. Kondisi tanah dan iklim berpengaruh langsung terhadap

keanekaragaman flora dan fauna beserta ekosistem yang ada di atasnya.

b. Ekosistem

18

Page 19: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi mengenai hubangan antara

komponen biotik dan abiotik. (Odum, 1971). Faktor-faktor lingkungan seperti curah

hujan, suhu, kelembaban udara, dan karakter tanah memegang peran penting dalam

aliran energi. Arus energi yang terjadi meliputi struktur makanan, keanekaragaman

biotik dan daur-daur bahan yang jelas di dalam sistem yang erat. Secara sederhana,

tipe-tipe ekosistem dapat pula digambarkan melalui struktur dan komposisi vegetasi

yang membentuk satuan asosiasi vegetasi dalam suatu areal tertentu. Vegetasi

kawasan merupakan suatu sistem yang dinamis, merupakan resultante dari banyak

faktor, baik pada saat lampau maupun saat sekarang. Oleh karena itu karakteristik

vegetasi di suatu tempat dapat dipakai sebagai indikator kelestarian suatu komunitas

(Christopheros, 1993).

Kawasan Taman Nasional Kelimutu secara umum merupakan tipe ekosistem

hutan pegunungan (1.000-1.700 meter dpl). Ekosistem pegunungan Tamana Nasional

Kelimutu terdiri dari berbagai tipe hutan dan tipe penutupan lahan yang terkait erat

dengan fenomena geomorfologi yang unik. Tipe-tipe vegetasi yang ada sangat

beragam meliputi: Jenis Vaccinium varingiaefolium (Arngoni) dan Rhododendron

renschianum (Turuwara); Tipe hutan didominasi Casuarina jonghuniana (Bu),

Rerumputan di lereng bukit, dan semak belukar.

Berdasarkan ketinggian tempat dan suhu udara Kawasan Taman Nasional Kelimutu

dapat dibagi menjadi 2 tipe ekosistem hutan: sub montane dan montane.

1. Tipe hutan sub montane

19

Page 20: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Zona sub montane secara keseluruhan tergolong tipe hutan hujan tropis dataran

rendah sampai pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan

yang paling tinggi. Kawasan hutan ini merupakan sebagian besar kawasan Taman

Nasional Kelimutu, memiliki ketinggian antara 1.000-1.500 meter dpl, dengan

suhu dalam kisaran 270 – 300C. Formasi hutan sub montane didominasi oleh hutan

alam yang membentang di sepanjang lereng bukit dengan beberapa variasi semak

belukar.

Vegetasi hutan pada zona ini lebih banyak dikuasai oleh Suku Lauraceae dan

Rosaceae. Pada Kawasan Hutan Gunung Kelimutu dan Gunung Keli bara (Bu

Bara, Saga, dan Kanga Ria), jenis yang banyak dijumpai di zona sub montane

anatar lain adalah Litsea diversifolia, Actinodaphne glomerata, Eucalyptus

urophylla, Cryptocarya densiflora, Prunus arborea, Ficus sp. Lapis dibawahnya

dapat dijumpai jenis pohon Schefflera lucida dan Cyathea sp (paku pohon). Pada

daerah semak belukar dan terbuka, vegetasi didomitasi oleh Eupatorium odoratum

(Kerinyu), dan Melastoma malabatricum (Mboa).

2. Tipe hutan montane

Zona montane terletak di puncak-puncak gunung memiliki ketinggian antara

1.500-1.700 meter dpl dengan suhu dalam kisaran 250 – 270C. Tipe vegetasi pada

zona ini didominasi jenis-jenis Casuarina junghuniana (Bu), Glochidion

philippicum (Lonngo Baja), Eurya acuminata (Toko Kata), dan Homalantus

giganteus (Kebu). Pada bagian bawah terdapat Eupatorium odaratum (Kerinyu),

Imperata cylindrica (Ki), Pteris sp (Paku) dan Gleichenia linearis (Kepa).

20

Page 21: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Terdapat ekosisten khas disekitar kawah danau, di areal ini terlihat lapisan tanah

yang terbuka dengan penutupan vegetasi Vaccinium varingiaefolium (Arngoni)

dan Rhododendron renschianum (Turuwara). Keadaan tanah berbatu dengan uap

belerang yang sangat terasa membuat tidak ada jenis vegetasi lain yang tertahan

hidup di daerah ini. Kedua jenis vegetasi tersebut kategori kerdil yang biasa

menghuni daerah alpine / sub alpine (ketinggian diatas 2.000 mdpl).

2. Flora dan Fauna

a. Flora

Hasil inventarisasi flora pohon oleh BTN Kelimutu dan LIPI (2007)

diketahiu bahwa terdapat 78 jenis pohon yang terkelompok dalam 36 suku. Suku

yang memiliki jenis terbanyak adalah Euphorbiaceae berjumlah 10 jenis,

Lauraceae berjumlah 7 jenis, Fabaceae berjumlah 6 jenis, moraceae berjumlah 5

jenis, Myrtaceae dan Areceae masing-masing berjumlah 4 jenis, Actinidiaceae,

Ulmaceae dan Meliaceae masing-masing berjumlah 3 jenis, Melastomataceae,

Ericaceae, Rubiaceae,Theaceae, Apocynaceae dan Elaeocarpaceae masing-

masing berjumlah 2 jenis dan 21 suku yang lain masing-masing memiliki 1 jenis.

Ditemukan 2 jenis tumbuhan sebagai flora endemik kelimutu yaitu Uta Onga

(Bengonia Kelimutuensis) dan Turuwara (Rhododendro Renschianum) serta satu

ekosistem spesifik Kelimutu yaitu Ekosistem Vaccinium dan Rhododendron

(EkosVR). Dua jenis flora yang diwaspadai status kelangkaannya yaitu Jita/Pulai

(Alstonia scholaris) dan Upe/Ketimun (Timonius timon).

21

Page 22: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Sebagai kawasan konservasi yang perlu diwaspadai dalam pelestarian flora

adalah jenis-jenis yang jumahnya terbatas dan pesebarannya hanya pada satu zona

saja. Jenis-jenis tersebut jika mengalami gangguan akan mudah terjadi kelangkaan.

Jenis flora yang penyebarannya luas pada keempat zona adalah Mboa atau dalam

bahasa umumnya Senduduk atauHerendong (Melastoma malabathrium).

Jenis-jenis flora yang tersebar pada 3 zona yaitu Mboa Ria (M.polyanthum),

Bu (C. Junghuhniana), Kebu (H. Giganteus),Teru (M. Giganteus), dan Garis

(S. Lucida). Pohon Bu atau Cemara Gunung walaupun tersebar pada 3 zona tetaap

berada di daerah pegunungan karena tumbuhan ini adalah pionir yang mampu

tumbuh pada tanah bekas lava dan timbunan abu vulkanik (Van Steenis, 2006).

Dalam TN Kelimutu pohon Bu/Cemara Gunung tumbuh pada elevasi antar

1.200 – 1.700 m dpl. Pohon Teru dan Kebu walaupun sebagai penjelajah lokasi-

lokasi terbuka dan sebagai tumbuhan perintis namun tidan mampu hidup pada

zona inti pada ketinggian 1.650 m dpl dan berdekatan dengan kawah danau.

b. Fauna

Potensi fauna dapat menggambarkan kelestarian ekosistem tempat hidupnya.

Fauna memegang peranan kunci pada jaring-jaring makanan suatu ekosistem, baik

sebagai mangsa maupun predator. Pada ekosistem yang sehat, keberadaan

sejumlah jenis aviuna dan mamalia menjadi indikator sekaligus penentu stabilnya

ekosistem. Jenis burung menjadi parameter utama dalam monitoring biodiversitas

fauna karena sifatnya yang mudah dijumpai, jumlah lebih melimpah, dan relatif

tidak terpengaruh dengan aktivitas pengamatan pada jarak dekat.

22

Page 23: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Hasil pengamatan avifauna oleh BTN Kelimutu dan LIPI (2007),

menunjukan komunitas burung di daerah ini masih bagus, dengan dijumpai

bermacam kelompok burung dari burung pemangsa, pemakan bangkai, pemakan

serangga, pemakan biji-bijian, pemakan ikan sampai burung pengisap madu.

Keanekaragaman avifauna yang paling tinggi dijumpai di zona pemanfaatan,

diikuti oleh zona inti dan zona rimba. Hal ini didukung oleh keanekaragaman

tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat hidupnya.

Terdapat pula jenis burung elang dibagian atas danau coklat (Tiwu Ata

Polo). Menurut Bishop etal (1997) Monarcha sacerdotum dan Monarcha

trivirgatus di jumpai di TN Kelimutu; tetapi mees (1973) yang mendeskripsikan

Monarcha sacerdotum berdasarkan satu spesimen yang berasal dari Sesok, Flores,

1.000 m dpl. Menyebutkan yang diatas 1.200m dpl adalah Monarcha trivirgatus.

Verhoeye dan king (1990) menambahkan 3 jenis burung pemangsa baru untuk

flores, yaitu Hieraaetus fasciatus, Hieraaetus kienerii dan Pernis sp.

Jenis fauna lainnya didapatkan 14 jenis mamalia terdiri dari 4 jenis

kelelawar, 3 jenis tikus, 1 jenis cecurut, 1 jenis kera, 1 jenis musang, 2 jenis babi

hutan, 1 jenis landak dan 1 jenis tikus besar. Dalam kawasan Taman Nasional

Kelimutu ditemukan 3 jenis mamalia yang yang Endemik Flores adalah Tikus

Lawo (Rattus hainaldi), Deke (Papagomy armandvillei) dan babi hutan

flores/wawi ndua (Sus heureni). Ditemukan juga 4 jenis ular, 1 jenis kadal dan 2

jenis molusca. Fauna langka yang ada di Taman Nasional Kelimutu antara lain; 5

23

Page 24: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

jenis burung Endemik Flores, 2 jenis burung berada pada kategori kritis, 4 jenis

fauna lainnya Endemik Flores dan 2 jenis diantaranya dalam kategori rawan.

3. Kondisi Geologis

Kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari batuan basa, menengah, batuan

berasam kersik dan efusive berasam kersik (Ridwan, 2001). Kawasan Taman

Nasional Kelimutu adalah daerah yang bergelombang mulai ringan sampai berat

dengan relatif berbukit-bukit sampai bergunung-gunung. Puncak tertinggi terdapat di

Gunung Kelibara (1.731 m dpl) dan Gunung Kelimutu (1.690 m dpl) memiliki lereng

yang curam dan terjal terutama pada dinding-dinding danau. Topografi yang

bergelombang berat terdapat pada bagian selatan kawasan.

Jenis tanah dalam kawasan terdiri dari Regosol, Mediteran dan Latosol. Tanah

Regosol paling dominan pesebarannya dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu ini.

Pada beberapa lokasi terdapat tanah pasir yang merupakan endapan vulkanik. Tanah

pasir ini bersifat padat sehingga memiliki daya tahan yang besar untuk menerima

tekanan yang berat (Aristan Ekawasta, 1991). Komplek Taman Nasional Kelimutu

memiliki tiga buah danau kawah dipuncaknya. Batas antar danau adalah dinding batu

sempit yang mudah longgsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70

derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 samapi 150 meter dari

permukaan air danau.

Berdasarkan perkembangan tektonik di pulau Flores yang dipengaruhi oleh

gaya kompresi yang berarah utama utara-selatan, maka pola struktur kelurusan yang

tampak mencerminkan arah umum timur laut-barat daya, barat laut tenggara,

24

Page 25: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

beberapa diantaranya berarah hampir utara-selatan dan barat-timur. Struktur geologi

yang berkembang di kompleks Gunung Kelimutu-Sokoria umumnya berupa patahan /

sesar geser dan turun. Patahan-patahan yang nampak yaitu patahan geser Detusoko,

patahan turun Ae Bai, Watusaka dan lainnya. Juga terdapat bentuk struktur berupa

kawah dan kaldera seperti di 3 kawah danau kelimutu, Kelibara dan Kaldera Sokoria.

Bentuk kawah dan kaldera ini akibat adanya aktivitas vulkanik yang diduga berpusat

dari Gunung Kelibara, Kelimutu dan Sokoria.

Tiga danau dengan warna berbeda di kelimutu merupakan fenomena unik yang

menjadi perhatian dunia. Perbedaan ketiga warna menurut ahli geologi terjadi karena

adanya beberapa senyawa kimia bereaksi. Kawah Tiwu Nua Muri Koo Fai berwarna

hijau muda karena ion Fe2+ yang beraksi dengan sulfat (SO4 2-) membentuk

endapan ferosulfat (FeSO4). Kawah Tiwu Atapolo berwarna coklat kemerahan

karena dari Fe3+ membentuk senyawa feri hidroksida (Fe(OH)3) berupa koloid di

dalam air kawah (bukan di permukaan air kawah) dan residu di dasar kawah.

Sedangkan Tiwu Ata Bupu berwarna hijau tua kehitaman diduga merupakan refleksi

warna tumbuh-tumbuhan / cemara gunung yang banyak ditemukan di bibir kawah.

Disaat tertentu warna akan berubah menjadi coklat kemerahan, sebagaimana warna

daun kering cemara gunung yang mengapung di permukaan kawah.

4.1.3 Jasa Lingkungan dan Pariwisata Alam

Taman Nasional Kelimutu mempunyai obyek wisata yang sangat unik berupa

fenomena geologis yang langka dengan munculnya tiga buah danau kawah di puncak

25

Page 26: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Gunung Kelimutu. Selain unik juga mempunyai nilai estetika alam yang tinggi

apalagi dilihat pada saat fajar menyingsing: puncak gunung yang terlihat siluet akan

nampak indah sekali jika dipadu dengan danau warna dan hamparan Vaccinium dan

Rhododendron.

Untuk menikmati fajar di Gunung Kelimutu wisatawan mempunyai 2 alternatif

menginap, yaitu di kota Ende atau di Moni. Jika menginap di Ende memerlukan

perjalanan kurang lebih 2 jam dengan mobil, sedangkan dari kawasan Homestay

Moni wisatawan dapat mencapai Puncak Gunung dengan berjalan kaki selama kurang

lebih 30 menit.

Selain Danau Kelimutu wisatawan juga dapat mengunjungi desa-desa adat di sekitar

kawasan (rumah adat di Jopu, kampung adat dan tenun ikat di Nggela), dan juga

sumber air panas Liasembe.

Berbagai fasilitas wisata telah disediakan oleh pengelolah, seperti:

- Lapangan parkir.

- Pusat informasi.

- Lapak pedagang.

- Toilet.

- Jalan setapak.

- Papan informasi.

- Tempat pengamatan danau di puncak.

26

Page 27: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

- Tempat berteduh (piknik unit).

- Tempat sampah, dan lain-lain.

Selain itu tersedia petugas lapangan (guide) yang siap membantu para

wisatawan yang membutuhkan panduan perjalanan. Selain pemandu dari Balai

Taman Nasional juga tersedia jasa guide lokal di daerah Moni, Desa Koanara,

Kecamatan Kelimutu. Selain memandu para guide ini juga membantu dalam

menyediakan penginapan. Paket yang dikemas biasanya berupa kunjungan wisata

selama 2 hari. Selain melihat fenomena alam di dalam Taman Nasional para pemandu

juga mengajak wisatawan untuk mengunjungi obyek-obyek lain di sekitar kawasan.

Pedagang berasal dari sekitar Taman Nasional Kelimutu, bermata pencaharian

lain sebagai petani musiman, penggarap lahan kebun.

4.2 Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu

Desa Koanara dengan luas wilayah 13,83 Km3 dengan jumlah Dusun sebanyak

4, Rukun Warga (RW) sebanyak 6 serta Rukun Tetangga (RT) sebanyak 16 memiliki

batas wilayah, iklim, floara dan fauna serta obyek wisata sebagai beikut:

1. Batas –batasnya:

Utara : dengan Kecamatan Detusoko

Selatan : dengan Kecamatan Wolowaru

Timur : dengan Kecamatan Detukeli

Barat : dengan Kecamatan Wolojita dan Kecamatan Ndona Timur.

2. Iklim: Tropis

27

Page 28: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

3. Flora dan Fauna: Kayu rimba (heterogen), Tanaman perdagangan yaitu: kemiri,

kopi, coklat, jambu mete, cengkeh, vanili dan lain-lain.

4. Obyek Wisata: Danau tiga warna “Kelimutu”, rumah adat, kesenian daerah

Tandak, Nggo Wani, Air Panas, dan lain-lain.

Gambaran lain keadaan di Desa Koanara seperti terlihat pada tabel berikut ini:

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1. Lamanya tinggal Wisatawan

Lamanya kunjungan seorang wisatawan berbeda-beda tergantung dari

lamanya cuti seseorang, berapa besar uang yang dapat dibelanjakan secara bebas,

dan kesehatan seseorang dalam perjalanan yang dilakukannya pada suatu Daerah

Tujuan Wisata. Oleh karena itu lamanya perjalanan wisata sangat bervariasi, bisa satu

28

Page 29: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

hari, tiga hari atau mungkin dua atau tiga minggu. Berikut tabel lamanya tinggal

wisatawan di Kecamatan Kelimutu Desa Koanara.

Tabel 4Lamanya Tinggal wisatawan di Kecamatan Kelimutu Desa Koanara

No Lama tinggal (Hari)

Persen (%)

1 -1 722 - 3 153 -5 74 - 7 65 Total 100

Sumber: hasil penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas bahwa lamanya tinggal wisatawan baik pada musim

sepih maupun musim ramai pada tahun 2010 di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu

adalah wisatawan yang datang (tinggal) > 1 < 3 hari sebanyak 87%, dan sissanya

13% untuk wisatawan yang datang (tinggal) > 5 < 7 hari. Untuk mendapatkan angka

29

Page 30: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

atau nilai yang dianggap tepat perlu terlebih dahulu dicari median (M), (Oka, 2008)

dengan cara sebagai berikut:

Angka 100 merupakan jumlah wisatawan dan angka 50 sendiri berasal dari

asumsi bahwa 50% dari uang yang dibelanjakan wisatawan digunakan untuk

keperluan akomodasi hotel, makan dan minum di Daerah Tujuan wisata (DTW) yang

dikunjungi wisatawan. Berdasarkan tabel di atas angka 50 terletak di nomor 1 yakni

lamanya tinggal wisatawan (-1) hari atau median (M) = (-1) dari total kunjungan

wisata sebesar 24.815 orang selama tahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa

wisatawan lebih memilih untuk menginap di tempat atau di daerah lain atau kurang

30

Page 31: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

berrminat untuk menginap di penginapan yang ada di Desa Koanara Kecamatan

Kelimutu.

5.2 Pengeluaran Wisatawan

Tibout (1962) mengatakan uang yang dibelanjakan wisatawan merupakan uang

segar (fresh money) bagi perekonomian lokal yang dapat mempengaruhi

perekonomian setempat. Pengeluaran itu merupakan devisa (foreign-exchange) yang

dapat digunakan untuk membeli barang-barang import dan sekaligus akan

meningkatkan penerimaan pajak pemerintah.

Oka (2008) berpendapat bahwa 50% rata-rata pengeluaran wisatawan

digunakan untuk keperluan akomodasi hotel dan makan dan minum, sedangkan

sisanya untuk keperluan lainnya. Rata-rata tersebut hanya menunjukkan rata-rata

31

Page 32: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

pengeluaran harian para wisatawan yang menginap pada hotel sedangkan wisatawan

lain yang tidak menginap di hotel dianggap bahwa wisatawan itu membelanjakan

uangnya relatif lebih kecil/sedikit (dibandingkan dengan wisatawan yang menginap).

5.2.1 Pengeluaran untuk hotel

Tabel 5Tarif penginapan/malam di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu

No Tarif/malam/kamar (Ribuan Rupiah) Persentase1. < 200 7 %2. 200 - 500 79 %3. 500 - 700 8 %4. > 700 6 %

Total 100%Sumber: Hasil penelitian 2011

Dari tabel di atas menunjukkan tarif penginapan yang ada di Desa Koanara adalah

bervariasi yakni mulai dari < Rp200.000 – >Rp700.000. Dari 18 penginapan yang ada

di desa Koanara, wisatawan lebih memilih penginapan dengan tarif sebesar Rp

200.000 – Rp 500.000 sebanyak 79%, dan sisanya dibawah 10%. Jumlah wisatawan

yang menginap baik pada musim sepi maupun pada musim ramai di Desa Koanara

Kecamatan Kelimutu adalah sebesar 1.296 dari total kunjungan wisatawan sebesar

24.815 orang pada tahun 2010. Rata-rata tarif penginapan yang dikenakan kepada

wisatawan yang menginap adalah sebesar Rp 350.000/malam/kamar dan rata-rata

wisatawan yang menginap di Desa Koanara hanya sebanyak 4 orang/hari. Pendapatan

yang diperoleh dari pengeluaran wisawatawan untuk penginapan adalah sebesar Rp

32

Page 33: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

1.400.000.-/hari/ 18 penginapan atau sebesar Rp78.000/hari/penginapan. Dari hasil

tersebut mengindikasikan bahwa wisatawan lebih memilih untuk menginap di daerah

atau tempat lain daripada menginap di penginapan di Desa Koanara Kecamatan

Kelimutu, hal ini menyebabkan pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang

memiliki penginapan sangat rendah.

Konsep rata-rata tersebut di atas menagacu pada rumus:

(Saleh, 2004:7)

5.2.2 Pengeluaran untuk Restauran

Pengeluaran untuk Restauran adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh

wisatawan untuk keperluan makanan dan minuman selama menginap di suatu daerah

tujun wisata yakni restauran yang ada di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu.

Berikut ini adalah tabel pengeluaran.

Tabel 6Omset Restaurant di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu

No Omset Persentase1. Rp100.000 - Rp 500.000 72 %2. Rp500.000-Rp1.000.000 18 %

33

Page 34: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

4. > 1.000.000 10 %Total 100%

Sumber: Hasil penelitian 2011

Dengan mengacu pada rumus CM tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa rata-rata besarnya omset yang diperoleh pemilik restaurant adalah:

/hari/restaurant. Apabila dilihat dari total

kunjungan wisatawan yang menginap pada tahun 2010 adalah sebesar 1.296

(4 orang/hari) dari total kunjungan wisatawan sebesar 24.815 orang, maka rata-rata

pendapatan adalah sebesar Rp 1.200.000/18 penginapan (Rp 67.000/hari). Keadaan

ini mengartikann bahwa pengeluaran wisatawan untuk makanan dan minuman hanya

sebesar Rp 67.000/hari dari total kunjungan wisatawan pada tahun 2010 sebanyak

24.815 wisatawan. Hal ini mengindikasikan bahwa wisatawan yang datang selalu

membawa makanan dan minuman dari rumah atau dari daerah lain.

5.2.3 Transportasi lokal

Transportasi lokal merupakan suatu alat transpor baik roda dua maupun roda

empat, baik tradisional maupun modern yang digunakan wisatawan untuk memenuhi

keinginan, kebutuhan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata. Dalam

memudahkan akses keluar masuk wisatawan maka di sekitar lokasi wistawan/Desa

Koanara disediakan pula dengan sarana transportasi baik beroda dua (sepeda

motor/ojek) maupun kendaraan roda empat milik masyarakat setempat yang

berjumlah 20 unit kendaraan roda dua (ojek) dan 5 unit mobil. Rata-rata tarif

34

Page 35: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

transportsai yang dikenakan kepada wisatawan adalah sebesar Rp 28.000/hari untuk

kendaraan roda empat dan Rp 7.000/hari untuk kendaraan roda dua. Rata-rata

pengeluaran wistawan untuk transortsasi atau pendapatan yang diperoleh pemilik

transport adalah sebesar Rp 35.000/hari.

5.2.4. Cendera mata

Cendera mata atau suvenir merupakan produk yang tersedia untuk dibawah

oleh wisatawan sebagai kenang-kenagan. Atau dapat juga dikatakan sebagai berikut

cendera mata adalah suatu yang dibawa oleh seorang wisatawan ke rumahnya untuk

memori yang terkait dengan benda itu. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini kadang

disinonimkan dengan suvenir, tanda mata, atau kenang-kenangan. (id.wikipedia.org)

Cendera mata yang ada di desa Koanara sangat minim, yang mana hanya

terdapat satu jenis cendara mata yakni tenun ikat khas daerah Ende Lio dengan rata-

rata harga RP75.000/lembar. Rata-rata tenun ikat yang terjual sebanyak 2 lembar/hari,

berarti pendapatan bagi penjual tenun ikat Rp 150.000 dibagi dengan 6 (enam)

penjual adalah sebesar Rp 25.000/hari. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan

kurang berminat untuk membeli suvenir tersebut, karena tidak ada suvenir atau

cendra mata alternatif, dan menurut mereka suvenir yang sama dapat diperoleh di

tempat lain (dimana saja). Hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarkat di sekitar

DTW kurang inovatif dan kreatif dalam memafaatkan kearifan lokal deerah tersebut.

5.3 Analisis Foreign Exchanges

35

Page 36: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Analisis Foreign Exchanges digunakan untuk mengetahui pendapatan yang

diperoleh masyarakat lokal yang diakibatkan dari kunjungan wisatawan di daerah

tersebut.

F.E = N × L × e

Dimana:

F.E = Foreign Exchanges (Devisa/pendapatan)

N = Number of Tourist (jumlah wisatawan yang datang dalam tahun tertentu)

L = Average of length of in Days (rata-rata lamanya tinggal wisatawan pada DTW

yang dikunjungi)

e = Average of Tourist expenditures per Day per Tourist (Rata-rata pengeluaran

wisatawan tiap hari tiap wisatawan.

Dengan demikian berarti Foreign Exchangesnya adalah 24.815×1×205.000 =

5.087 .075.000/tahun.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa devisa/pendapatan yang diterima oleh

masyarakat di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu adalah sebesar Rp 5.087.075.000

(lima miliar delapan puluh tujuh juta tujuh puluh lima ribu rupiah) / tahun.

Pengunjung begitu banyak (24.815 orang) yang berkunjung ke Danau

Kelimutu tetapi dampaknya tidak terlalu berati dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat di Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu. Hal ini disebabkan oleh:

36

Page 37: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

• Kurangya fasilitas utama dan daya tariknya bagi wisatawan

• Volume dan intensitas pengeluaran wisatawan di DTW sangat rendah

• Tingkat pembangunan ekonomi di DTW rendah.

• Rendahnya basis perekonomian di DTW.

• Rendanya kemampuan redistribusi pengeluaran wisatawan di DTW.

Lemahnya Kemampuan DTW menyesuaikan diri terhadap musim permintaan

pariwisata

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran

wisatawan ke Taman Nasional Kelimutu memberikan dampak kurang siginifikan

kepada kondisi masyarakat Desa Koanara Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende.

Sebagaimana yang terlihat dari masing-masing pengeluaran wisatawan baik

pengeluaran untuk hotel, restauran, transportasi lokal maupun cendera mata dengan

nilai masing-masingnya yang sangat kecil. Kecilnya nilai pengeluaran wisatawan

37

Page 38: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

tersebut menunjukkan kecilnya penerimaan bagi pelaku ekonomi di Desa Koanara.

Hal ini disebabkan oleh:

• Kurangya fasilitas utama dan daya tariknya bagi wisatawan

• Volume dan intensitas pengeluaran wisatawan di DTW sangat rendah

• Tingkat pembangunan ekonomi di DTW rendah.

• Rendahnya basis perekonomian di DTW.

• Rendanya kemampuan redistribusi pengeluaran wisatawan di DTW.

• Lemahnya Kemampuan DTW menyesuaikan diri terhadap musim permintaan

pariwisata

6.2 Saran

Adapun saran yang perlu disampaikan adalah:

1. Perlu pembenahan dan penataan yang lebih baik lagi sehingga terus menciptakan

daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Danau Kelimutu.

2. Tingkatkan kreativitas dan ketrampilan bagi masyarakat sehingga masyarakat

dapat bersikap inovatif dan kreatif.

3. Perlu meningkatkan promosi wisata sehingga Danau Kelimutu dapat lebih

banyak dikenal masyarakat umum baik domestik maupun luar negeri.

6.1 Saran

38

Page 39: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Dari hasil pembahasan dan simpulan, maka disarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Untuk pihak pemerintah Kabupaten Ende

a. Perlunya perbaikan sarana dan prasarana seperti, MCK, Penyediaan air

bersih, tempat sampah, lopo-lopo, tempat makan di kawasan Danau

Kelimutu

b. Perlunya pembentukan kelembagaan Pariwisata di DTW Taman Nasional

Kelimutu.

c. Pengembangan Kawasan Taman Nasional Kelimutu haruslah

memperhatikan keberlanjutan ekologis, sosial budaya, dan ekonomi

masyarakat setempat.

d. Pengembangan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dimulai dengan

perencanaan yang matang dan melalui kajian penelitin.

e. Pemerintah (lintas sektor) perlu mempromosikan dan memperkenalkan

potensi wisata di kawasan ini kepada pasar wisatawan baru.

f. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bekerjasama dengan berbagai pihak

untuk membuat event-event seni dan budaya yang diselenggarakan secara

berkala dan terus menerus, tujuannya adalah agar masyarakat sekitar

(lokal) tetap melestarikan seni dan budaya mereka.

g. Pemerintah memberikan peluang yang lebih besar bagi masyarakat lokal

untuk ikut berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata di tempat

39

Page 40: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

mereka, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

maupun penerimaan manfaat dan keuntungan.

h. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ende disarankan agar dapat

membenahi struktur kelembagaan dan membuat pendididkan dan

pelatihan kepariwisataan untuk staf (pegawai), agar dapat menjalankan

tugas secara efektif.

2. Untuk Masyarakat Setempat

a. Masyarakat perlu menjaga dan memelihara sumber daya alam, dan budaya

yang merupakan potensi atau modal utama yang dapat menarik

kedatangan wisatawan.

b. Masyarakat perlu tetap melestarikan aturan-aturan adat yang berkaitan

degan pelestarin dan pemanfatan sumber daya alam di kawasan Danau

Kelimutu.

c. Mengusulkan kepada pihak legislatif (DPRD) untuk membuat peraturan

perundangan tentang pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata

Taman Nasional Kelimutu.

d. Masyarakat mempertahankan arsitektur lokal dan dan kebudayaan sebagai

jati diri dan daya tarik wisata tersendiri.

e. Masyarakat menentukan batas ambang pengembangan dan pengelolaan

pariwisata.

f. Masyarakat bekerjasama dengan pemerintah untuk menjaga keamanan dan

kenyamanan di kawasan tersebut.

40

Page 41: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

3. Untuk Pihak Swasta (Hotel, Tavel agent, dan Pramuwisata)

a. Meningkatkan fasilitas utama dan daya tariknya bagi

wisatawan serta pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan

pariwisata

b. Membuat dan menjual paket wisata ke kawasan Taman Nasional Kelimutu

dengan menawarkan potensi-potensi wisata seperti wisata alam, dan

wisata budaya.

c. Melakukan promosi kepada wisatawan tentang keberadaan Kawasan

Taman Nasional Kelimutu.

4. Untuk Pihak akademisi dan penelitian lanjutan

Penelitian masih terbatas pada variabel kunjungan wisatawan, maka disarankan

untuk peneliti berikutnya untuk meneliti atau menambah variabel lainnya,

seperti variabel pemasaran, variabel pengelolaan, variabel penataan tata lahan

dan variabel sumber daya manusia. Penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan variabel-variabel tersebut akan melengkapi penelitian ini

sehingga pengembangan wisata di kawasan Taman Nasional Kelimutu lebih

komprehensif.

41

Page 42: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

DAFTAR PUSTAKA

Aripin. 2005. Pengaruh Kegiatan Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Bukit Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang. Eprint.undip.ac.id.

Binns, Tony dan Etienne Nel. 2002. Tourism as a local development strategy in South Africa. School of African and Asian Studies, University of Sussex, Falmer, Brighton BN1 9SJ. The Geographical Journal. http://www.jstor.org.

Boediono. 2002 . Ekonomi Mikro. Erlangga Jakarta

Beydha, Inon. 2002. Analisis Pengembangan Daerah Pariwisata (Stdui Desa Pantai Sialang Buah Di Kecamatan Teluk Mengkudu). repository.usu.ac.id.

Gujarati, Damodar N. 2004. Basic Econometrics. The McGraw−Hill Companies.

42

Page 43: Analisis Kunjungan Wisata Ke Danau

Kariel, Herbert G. 1989. Socio-Cultural Impact Of Tourism In The Austrian Alps. Department of Geography University of Calgary Alberta T2N 1N4. Canada. Mountain Research and Developmen. http://www.jstor.org.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009. Tentang Kepariwisataan. www.budpar.go.id.

Salah Wahab Ph.D, 2003. Manajemen Kepariwisata, PT Pradnya Paramitha Jakarta.

Yoeti, Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi, dan Aplikasi. Buku Kompas. Jakarta.

43