111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh: ASA ASTAMIRA F0108040 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

ANALISIS KINERJA DAN POTENSI

PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk meraih

gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

ASA ASTAMIRA F0108040

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

MOTTO

“Ilmu itu akan melapangkan hati, meluaskan cara pandang, dan membuka

cakrawala, sehingga jiwa kita dapat keluar dari berbagai keresahan, kegundahan

dan kegelisahan” (‘Aidh Al Qarni)

“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(QS. Al-Baqarah : 153)

^^Hadapilah Semua dengan Senyuman Karena Senyuman Dapat Membawa

Ketenangan Dalam Diri Kita........

Page 5: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta

2. Kakak dan adikku terkasih

3. Sahabat-sahabat seukhuwah

4. Teman-teman seperjuangan

Page 6: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis berhasil

menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS KINERJA DAN POTENSI

PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dan potensi Pajak

Penerangan Jalan di Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode analisis

deskriptif dan analisis kuantitatif.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan, dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan pihak lain, penyusunan skripsi ini tidak mungkin

dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Wisnu Untoro, MS selaku dekan Fakultas Ekonomi UNS.

2. Drs. Mugi Rahardjo, M.Si selaku pembimbing akademik.

3. Drs. Sumardi selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan,

dan arahan pada penulis.

4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Fakultas Ekonomi UNS yang

telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di

jurusan ekonomi pembangunan Fakultas Ekonomi UNS.

5. Orang tua, kakak, dan adik yang telah memberikan motivasi dan dukungan

pada penulis untuk terus berusaha dan maju.

Page 7: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

6. Para pegawai BPS Surakarta, PLN Persero APJ Surakarta, dan DPPKA Kota

Surakarta yang telah menunjukkan keramahan dan dukungan serta ilmu kepada

penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi.

7. Teman-teman, terima kasih atas semua waktu, tenaga, doa, dan pikiran

sehingga skrispi dapat selesai, dan terima kasih untuk segala bantuan,

kerjasama, kenangan, dan ukhuwah serta persahabatan yang telah kalian

berikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Maka dari itu, penulis tidak lupa mengharapkan saran dan kritik

atas skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi

ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, dan dapat dijadikan referensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

Page 8: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

HALAMAN MOTTO.................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v

KATA PENGANTAR................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv

ABSTRAK................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 5

E. Sistematika Penulisan.............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi.......................................................................... 7

Page 9: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)......................................... 14

a. Pengertian PDRB............................................................................ 14

b. Fungsi PDRB.................................................................................. 14

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)........................................................... 15

a. Pengertian PAD.............................................................................. 15

B. Pajak........................................................................................................ 16

1. Pengertian Pajak................................................................................ 16

2. Aspek Ekonomi dari Perpajakan....................................................... 18

3. Sistem Pemungutan Pajak................................................................. 18

4. Fungsi Pajak...................................................................................... 19

5. Asas-Asas Pemungutan Pajak........................................................... 20

6. Macam-Macam Pajak........................................................................ 21

a. Menurut Golongannya.................................................................... 21

b. Menurut Sifatnya............................................................................ 21

7. Pajak Daerah..................................................................................... 22

8. Ciri-Ciri Pajak Daerah....................................................................... 23

9. Ketentuan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah................. 23

10. Pajak Penerangan Jalan..................................................................... 26

11. Praktik Pemungutan Pajak Penerangan Jalan................................... 30

C. Kinerja Pajak........................................................................................... 31

D. Potensi Pajak........................................................................................... 32

E. Kerangka Pemikiran................................................................................ 33

F. Hasil Penelitian Sebelumnya................................................................... 35

Page 10: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 37

B. Jenis dan Sumber Data............................................................................ 37

1. Data Primer......................................................................................... 37

2. Data Sekunder..................................................................................... 37

C. Definisi Operasional Variabel................................................................. 38

D. Teknik dan Metode Analisis Data........................................................... 39

1. Analisis Deskriptif............................................................................... 39

a. Hipotesis I....................................................................................... 39

b. Hipotesis II..................................................................................... 41

c. Hipotesis III.................................................................................... 42

2. Analisis Kuantitatif............................................................................. 43

a. Hipotesis I....................................................................................... 43

b. Hipotesis II..................................................................................... 44

c. Hipotesis III.................................................................................... 46

3. Pengukuran Daya Pajak Penerangan Jalan (Tax Effort)...................... 47

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Surakarta........................................................... 48

1. Aspek Geografis.................................................................................. 48

2. Luas Wilayah....................................................................................... 52

3. Keadaan Iklim..................................................................................... 52

4. Kondisi Hidrolis, Flora, dan Fauna..................................................... 53

5. Aspek Demografi................................................................................ 54

6. Kondisi Ekonomi................................................................................. 56

Page 11: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

a. APBD.............................................................................................. 56

b. Pertumbuhan Ekonomi................................................................... 57

7. Profil Penerangan Jalan di Kota Surakarta.......................................... 61

B. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian.................................................... 63

1. Pajak Penerangan Jalan....................................................................... 63

2. Produk Domestik Regional Bruto....................................................... 65

3. Analisis Data dan Pembahasan........................................................... 67

a. Metode Analisis Data...................................................................... 67

b. Interpretasi Secara Ekonomi........................................................... 85

BAB V PENUTUP

A. Keterbatasan............................................................................................ 91

B. Kesimpulan.............................................................................................. 91

C. Saran........................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 96

LAMPIRAN................................................................................................ 99

Page 12: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Matrik kinerja pajak/retribusi daerah.................................................. 45

4.1. Luas daerah dan penggunaan lahan dirinci per kecamatan di Kota

Surakarta............................................................................................. 49

4.2. Tinggi tempat dan kemiringan tanah tiap kecamatan di Kota

Surakarta............................................................................................. 51

4.3. Jumlah penduduk, prosentase penduduk di Kota Surakarta tahun

1993-2010........................................................................................... 54

4.4. Struktur penduduk di Kota Surakarta menurut jenis kelamin tahun

2006-2010........................................................................................... 55

4.5. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kota Surakarta Tahun

2000-2003........................................................................................... 57

4.6. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 Kota Surakarta tahun

2004-2010........................................................................................... 58

4.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Surakarta tahun 2004-

2009.................................................................................................... 60

4.8. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan..................................................... 67

4.9. Kinerja Pajak Penerangan Jalan tahun 2007-2011............................. 71

4.10. Rasio pengumpulan (collection ratio) Pajak Penerangan Jalan

Tahun 2007-2011................................................................................ 72

4.11. Pertumbuhan Pajak Penerangan Jalan Tahun 2007-2011................... 72

Page 13: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

4.12. Biaya beban dan biaya pemakaian listrik golongan tarif rumah

tangga tahun 2010-2011..................................................................... 74

4.13. Biaya beban dan biaya pemakaian listrik golongan tarif bisnis tahun

2010-2011........................................................................................... 76

4.14. Biaya beban dan biaya pemakaian listrik golongan tarif industri

tahun 2010-2011................................................................................. 79

4.15. Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan berdasarkan golongan

tarif di Kota Surakarta tahun 2010-2011............................................ 86

4.16. Perbandingan target penerimaan dan potensi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan di Kota Surakarta tahun 2010-2011....................... 87

4.17. Perhitungan efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta

tahun 2010-2011................................................................................. 89

4.18. Hasil perhitungan daya pajak (tax effort) Pajak Penerangan Jalan

Kota Surakarta tahun 2007-2011........................................................ 89

Page 14: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Value for money chain.......................................................................... 32

2.2. Kerangka pemikiran.............................................................................. 34

4.1. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap pajak daerah Kota

Surakarta tahun 2007-2011................................................................... 64

4.2. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap PAD Kota Surakarta

tahun 2007-2011................................................................................... 65

4.3. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta atas

dasar harga berlaku tahun 2006-2010................................................... 66

Page 15: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN

DI KOTA SURAKARTA

ASA ASTAMIRA F0108040

Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis kinerja dan potensi Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta selama tahun 2007 hingga tahun 2011. Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu jenis pajak daerah yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan jenis pajak lainnya. Kinerja Pajak Penerangan Jalan terus menunjukkan progres yang bagus bagi penerimaan keuangan daerah. Pemungutan Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta dilakukan oleh PLN Persero APJ Surakarta sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh pihak DPPKA Kota Surakarta.

Selain melakukan analisis kinerja dan potensinya, dilakukan pula perhitungan daya pajak (tax effort). Untuk mengetahui kinerja dan potensi penerimaan dibutuhkan suatu data penelitian yang menggunakan runtut waktu (time series). Penelitian dengan menggunakan data runtut waktu akan membantu melihat bagaimana kinerja dari penerimaan Pajak Penerangan Jalan. Model analisis yang digunakan yaitu matrik kinerja pajak daerah dan analisis perhitungan potensi penerimaan yang didasarkan pada basis pajak dan tarif pajak Pajak Penerangan Jalan.

Hasil pengukuran kinerja Pajak Penerangan Jalan menggunakan matrik kinerja pajak daerah menunjukkan bahwa kinerja Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta tahun 2007-2011 tergolong potensial seluruhnya. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan potensi penerimaan pajak, tingkat efektivitas (coverage ratio) Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta sudah sangat efektif dengan golongan rumah tangga yang memiliki potensi penerimaan terbesar. Secara keseluruhan realisasi Pajak Penerangan Jalan sudah mampu mencapai target yang ditetapkan oleh DPPKA Kota Surakarta.

Kata Kunci: Kinerja, Potensi Penerimaan, Target dan Realisasi Pajak

Penerangan Jalan, Matrik Kinerja Pajak Daerah, Efektivitas (Coverage Ratio)

Page 16: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

ABSTRACT

PERFORMANCE AND POTENTIAL ANALYSIS OF LIGHTING STREET

TAX IN SURAKARTA CITY

ASA ASTAMIRA F0108040

The purpose of this research is to analyze the performance and potential of Street Lighting Tax in Surakarta during 2007 through 2011. Street Lighting Tax is one kind of local tax that has contributed greatly to the Area Original Income (PAD) than other types of taxes. The Performance of Street Lighting Tax continues to show good progress for the local financial revenue. The collection of Street Lighting Tax is done by PLN Persero APJ Surakarta while the management is done by DPPKA of Surakarta City.

Besides analyzing the performance and potential, is also done the calculation of tax power. To determine the performance and potential revenue is needed a research data using time series. Research using time series data will help to see how the performance of street lighting tax revenue. The analysis model which used is the performance metric of local tax and the analysis of calculation revenue potential which are based the tax base and the tax rate of Street Light Tax.

The result of Street Light Tax performance measurement using the performance of local tax show that the performance of Street Light Tax in Surakarta City belong to potential entirely. While which is based on the calculation of tax revenue potential, the level of effectiveness (coverage ratio) Street Lighting Tax in Surakarta City has been very effective with group of households which have the greatest revenue potential. Overall the realization of Street Lighting Tax was able to achieve the target which is set by DPPKA Surakarta City. Keywords: Performance, Revenue Potential, Target and Realization of Street

Lighting, Performance Metric of Local Tax, Effectiveness (Coverage Ratio)

Page 17: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan

dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab

kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan

tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan, pembagian, pemanfaatan, dan

sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah (Mardiasmo, 2002:8 dalam Niko Oktorra, 2009). Melalui otonomi

daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk

menggali pendapatan dan melakukan peran alokasi secara mandiri dalam

menetapkan prioritas pembangunan. Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang

mengacu pada Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pusat dan Daerah yang direvisi dengan Undang-Undang No.

32 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, sudah dilakukan sejak tanggal 1

Januari 2001.

Pemerintah daerah sama halnya dengan pemerintah pusat, mempunyai

kepentingan yang sama dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya. Pemerintah daerah membutuhkan dana

untuk membangun daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab.

Page 18: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah bersumber pada

Pendapatan Asli Daerah itu sendiri.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan

nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi dalam

daerah yang bersifat otonom. Otonomi bagi daerah telah ditetapkan oleh

pemerintah pusat. Sejak dilaksanakan otonomi daerah, tiap-tiap daerah

berlomba-lomba untuk meningkatkan pendapatan daerahnya diantaranya

dengan menarik investasi masuk/dengan pungutan (pajak). Menaikkan pajak

bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD

dialokasikan salah satunya untuk pembangunan infrastruktur daerah. Namun

pada kenyataannya yang terjadi pembangunan infrastruktur daerah masih

banyak yang kurang. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh kurangnya dana

yang ada dalam PAD dan biasanya dialami oleh daerah yang sedang

berkembang seperti yang pernah terjadi di Kota Surakarta sehingga daerah

tersebut tidak memiliki modal untuk membangun daerahnya. Karena anggaran

yang dimiliki relatif terbatas, pemerintah harus membuat perencanaan yang

tepat agar dana yang ada bisa dimanfaatkan secara optimal. Maka dari itu,

sangat penting diperhatikan oleh daerah dan sektor mana saja yang akan

memberikan efek multiplier yang besar dimana dalam hal ini adalah sektor

pajak.

Pembiayaan yang dilakukan pemerintah tidak hanya didapat dari sektor-

sektor unggul ataupun dari pemberdayaan sektor swasta akan tetapi didapat

pula dari pungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Page 19: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pungutan tersebut dapat berupa retribusi atau pungutan yang dilakukan secara

langsung dan masyarakat dapat secara langsung menerima hasilnya serta

pungutan lainnya yang berupa pajak daerah dimana masyarakat tidak dapat

secara langsung menikmati pemanfaatannya. Kebijaksanaan di bidang

penerimaan daerah, berorientasi pada peningkatan kemampuan daerah untuk

membiayai urusan rumah tangga daerah sendiri, diprioritaskan pada penggalian

dan mobilisasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di samping dari

hasil pajak dan bukan pajak. Jenis pajak daerah kabupaten atau kota yang

dipungut antara lain pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, Pajak

Penerangan Jalan, pajak parkir, dan pajak pengambilan bahan galian golongan

C. Pemilihan jenis pajak yang dipungut oleh daerah provinsi, kabupaten atau

kota merupakan kewenangan yang dimiliki daerah otonom, setelah

diperbaharuinya Undang-Undang No. 34 Tahun 2000. Pajak daerah merupakan

salah satu pemberi kontribusi terbesar bagi komponen Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencerminkan kemampuan atau kemandirian

suatu daerah kabupaten atau kota.

Semakin kondusifnya keadaan perekonomian nasional, membawa

dampak positif bagi ekonomi daerah. Kegiatan-kegiatan yang bersifat

mendorong perekonomian suatu daerah seharusnya berjalan berkelanjutan

sehingga dapat membawa dampak meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat maka semakin tinggi pula

tingkat pemenuhan kebutuhan mereka. Salah satu jenis kebutuhan masyarakat

adalah penerangan jalan yang tentu berguna bagi kehidupan mereka, dengan

Page 20: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

adanya fasilitas tersebut maka tidak akan ada hambatan untuk segala bentuk

aktivitas yang memerlukan penerangan jalan.

Pajak Penerangan Jalan atau yang sering disebut dengan pajak

Penerangan Jalan Umum (PJU) merupakan hal yang perlu dikaji karena

menimbulkan beberapa permasalahan di masyarakat. Pemungutan Pajak

Penerangan Jalan dilakukan bersamaan dengan pembayaran rekening listrik.

Hal ini menimbulkan adanya anggapan pada masyarakat bahwa dengan telah

dibayarkannya Pajak Penerangan Jalan maka masyarakat berhak menikmati

secara langsung fasilitas penerangan jalan di tempatnya dengan atau tanpa izin

PT. PLN. Salah satu unsur Pendapatan Asli Daerah adalah pajak daerah. Pajak

Penerangan Jalan merupakan salah satu jenis pajak daerah.

Dalam pemahaman Pajak Penerangan Jalan, tidak terlepas dari subyek

hukum yang terkait dalam Pajak Penerangan Jalan. Subyek hukum itu meliputi

PT PLN sebagai produsen listrik, wajib Pajak Penerangan Jalan (masyarakat)

sebagai konsumen dan pemerintah daerah (sebagai penyelenggara daerah).

Menurut Harian Media Indonesia (12 Januari 2012) Kota Surakarta mengalami

penunggakan dalam pembayaran Pajak Penerangan Jalan selama empat bulan

di tingkat pusat yang jumlahnya cukup banyak yaitu Rp 8,9 miliar yang

mengakibatkan terjadi pemadaman lampu penerangan jalan oleh PT. PLN.

Ternyata menurut pengakuan Pemerintah Kota Surakarta, selama ini uang

pajak dari rakyat digunakan untuk kepentingan lain. Sebenarnya bagaimana

kinerja Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta sehingga terjadi masalah

dalam pembayarannya. Selain itu bagaimana potensi Pajak Penerangan Jalan

Page 21: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dalam memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, pokok

masalah yang akan dikaji dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap PAD Kota

Surakarta?

2. Bagaimana kinerja dan potensi Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta?

3. Bagaimana tingkat efektivitas (coverage ratio) dan daya Pajak Penerangan

Jalan di Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap PAD Kota

Surakarta.

2. Untuk mengetahui kinerja dan potensi Pajak Penerangan Jalan di Kota

Surakarta.

3. Untuk mengetahui tingkat efektivitas (coverage ratio) dan daya Pajak

Penerangan Jalan di Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah:

Page 22: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Surakarta dalam menentukan arah

dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan PAD di Kota Surakarta,

khususnya Pajak Penerangan Jalan.

2. Sebagai bahan informasi bagi instansi atau pihak lain yang tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang kajian teori dan hasil penelitian

terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup penelitian, jenis dan

sumber data, definisi operasional variabel, teknik dan metode

analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan bagaimana data diolah beserta

pembahasannya.

BAB V KETERBATASAN PENELITIAN, KESIMPULAN, DAN

SARAN

Bab ini berisi keterbatasan penelitian, kesimpulan, dan saran untuk

penelitian mendatang.

Page 23: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik yang

menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk

mewujudkan pemerintahan daerah yang mandiri maka pemerintah pusat

mengambil kebijakan desentralisasi yang dikenal dengan otonomi daerah.

Dengan adanya kebijakan desentralisasi terjadilah perubahan yang cukup

fundamental dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.

Adanya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut

pemerintah daerah untuk dapat mandiri dalam membangun daerahnya masing-

masing. Otonomi daerah merupakan sebuah kesempatan dan tantangan baru

bagi pemerintah daerah untuk membangun daerahnya secara optimal setelah

peran pemerintah pusat mulai dikurangi. (Mardiasmo: 8 dalam Dibyo Prabowo,

2004: 10 oleh Aprilia Kurniawati, 2007 dalam “Analisis Penerimaan Retribusi

Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonogiri”) mengemukakan

ada 2 manfaat yang dapat diharapkan dari otonomi yaitu:

1. Mendorong partisipasi, prakarsa, dan kreativitas masyarakat di dalam

pembangunan serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan di

seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber dan potensi yang tersedia di

masing-masing daerah.

Page 24: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran

dalam pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintahan yang lebih

rendah yang memiliki informasi paling lengkap.

Otonomi daerah diharapkan dapat menggantikan konsep pembangunan

terpusat yang oleh beberapa pihak dipandang menjadi penyebab lambannya

pembangunan daerah dan besarnya ketimpangan antar daerah. Dengan adanya

otonomi daerah, daerah mempunyai keleluasaan untuk mengembangkan

potensi penerimaan juga terdapat keleluasaan dalam menyusun daftar prioritas

pembangunan yang diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan

daerah. Otonomi daerah ditandai dengan adanya desentralisasi kewenangan

(power sharing) dan desentralisasi keuangan (fiscal desentralisation) yang

dilaksanakan penuh sejak ditetapkannya Undang-Undang No. 32 tentang

Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan

kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah dimana

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang

berkeadilan serta pembagian keuangan pusat dan daerah dalam kerangka

NKRI. Otonomi sebagai perwujudan pertanggungjawaban pemberian hak dan

kewenangan kepada daerah melalui tugas dan kewajiban yang harus dipikul

oleh daerah dalam mencapai tujuan dan maksud pemberian otonomi daerah

yang pada dasarnya memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Keberhasilan otonomi daerah akan ditentukan oleh adanya lima kondisi

strategis yang meliputi:

1. Self Reguler Power, daerah (provinsi/kabupaten/kota).

Page 25: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Self Modifying Power berupa kemampuan menyesuaikan terhadap berbagai

peraturan yang telah ditetapkan secara nasional sesuai dengan kondisi

termasuk ide inovatif ke arah kemajuan dalam menyikapi berbagai potensi

yang ada di daerah masing-masing.

3. Creating Local Political Support, terjadinya proses penyelenggaraan

pemerintah daerah yang mempunyai legitimasi yang kuat dari

masyarakatnya baik dalam posisinya sebagai kepala daerah maupun dalam

posisinya sebagai wakil-wakil rakyat di daerah yaitu sebagai anggota

DPRD.

4. Managing Financial Resources, mampu mengembangkan kompetensi

dalam mengelola secara optimal sumber penghasilan dan keuangan yang

dimiliki daerah guna pembiayaan aktivitas pemerintahan, pembangunan,

dan pelayanan kepada masyarakat.

5. Developing Brain Power, mampu membangun sumber daya manusia yang

handal dan selalu bertumpu pada kemampuan atau kapabilitas dalam

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sering dan selalu muncul

di daerah.

(Mulyanto, 2003: 5-6 dalam Aprilia Kurniawati, 2007)

Dari kelima indikator di atas, faktor kemampuan dalam mengelola

keuangan daerah merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan

pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Salah satu ciri dari

daerah otonom, terletak pada kemampuan daerah dalam mengupayakan sendiri

penerimaan bidang keuangannya, termasuk di dalamnya adalah kemampuan

Page 26: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

daerah dalam menggali sumber-sumber keuangan daerah dengan baik dan

menggunakannya secara tepat.

Daerah hendaknya mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai

untuk membiayai penyelenggaraan otonomi sehingga ketergantungan dengan

pemerintah pusat dapat dikurangi. Keberhasilan tiap daerah akan ditentukan

oleh manajemen keuangan masing-masing daerah dalam mengatur keuangan

daerahnya. Namun dalam upaya memperoleh sumber-sumber penerimaan

keuangan daerah yang sebanyak-banyaknya perlu juga diimbangi dengan

peningkatan mutu kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi

suatu negara. Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses

dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-

sumberdaya yang ada dalam merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

dalam daerah tersebut.

Salah satu kemampuan yang dituntut terhadap daerah adalah kemampuan

daerah tersebut untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (self-

supporting) dalam bidang keuangan. Bidang keuangan merupakan suatu faktor

yang penting dalam mengukur suatu daerah atas keberhasilan otonominya.

Sumber-sumber peneriman dari suatu daerah menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah terdiri dari:

Page 27: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Penerimaan Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang

ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai

badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan

pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan

pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung

diberikan, sedang pelaksanaanya dapat dipaksakan.

b. Penerimaan Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran

pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik

pemerintah daerah yang bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai

sifat-sifat:

- Pelaksanaanya bersifat ekonomis.

- Ada imbalan langsung walaupun memenuhi persyaratan-persyaratan

formil dan materiil.

- Ada alternatif untuk mau tidak mau membayar.

- Merupakan pungutan yang pada umumnya bersifat budgetairnya tidak

menonjol.

- Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk tujuan tertentu.

- Dalam banyak hal retribusi daerah tidak lebih dari pengembalian biaya

yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi

permintaan anggota masyarakat.

Page 28: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan

Hasil perusahaan milik daerah yang merupakan pendapatan daerah

yang disetor ke kas daerah, keuntungan bersih perusahaan daerah yang

berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja

daerah yang disetor ke kas daerah, meliputi perusahaan daerah yang

dipisahkan sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan. Perusahaan

daerah bersifat menambah penghasilan daerah, memberi jasa

penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan memperkembangkan

perekonomian daerah.

d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Lain-lain yang tidak termasuk ke dalam jenis-jenis pajak daerah

dan retribusi daerah dan pendapatan dinas-dinas. Lain-lain tersebut

meliputi usaha daerah yang sah dan memungkinkan bagi pemerintah

daerah untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan output

dimana output tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan atau

memantapkan suatu kebijakan pemerintah daerah pada suatu bidang

tertentu. Beberapa macam lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

yaitu:

- Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

- Jasa giro.

- Pendapatan bunga.

- Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Page 29: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan diperoleh melalui bagian daerah dari penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan baik dari sektor pedesaan, perkotaan,

perkebunan, pertambangan dari sumber daya alam serta bea perolehan hak

atas tanah dan bangunan.

3. Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah adalah pinjaman dalam negeri yang bersumber dari

pemerintah, lembaga komersial dan atau penerbitan obligasi daerah dengan

diberitahukan kepada pemerintah sebelum usulan pinjaman daerah diproses

lebih lanjut. Sedangkan yang berwenang mengadakan dan menanggung

pinjaman daerah adalah kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan

kepala daerah atas persetujuan DPRD.

4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah antara lain hibah atau

penerimaan dari daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya dan

penerimaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

dijelaskan bahwa untuk membiayai pembangunan di daerah, penerimaannya

bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah). Pemerintah daerah

melakukan upaya maksimal dalam pengumpulan pajak daerah dan retribusi

Page 30: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

daerah karena merupakan sumber pendapatan daerah yang potensial.

Besarnya penerimaan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD)

akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan

pembangunan di daerah serta dapat mengurangi ketergantungan pemerintah

daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang diinginkan

dalam otonomi daerah. Pembangunan ekonomi dapat dilihat dari tingkat

PDRB dan PAD daerah tersebut.

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Pengertian PDRB

Perhitungan PDRB telah menjadi bagian yang sangat penting

dalam makro ekonomi, khususnya tentang analisis perekonomian suatu

wilayah. Hasil perhitungan PDRB ini memberikan kerangka dasar yang

digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah serta

aktivitas ekonomi yang terjadi dan berlangsung dalam suatu kegiatan

perekonomian. Hasil PDRB tersebut sebagai indikator ekonomi makro

dan juga sebagai landasan evaluasi kinerja perekonomian dan

penyusunan berbagai kebijakan. Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) memiliki pengertian yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan

untuk seluruh jenis usaha dan jasa dalam suatu wilayah yang

menerapakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

seluruh unit ekonomi.

b. Fungsi PDRB

Fungsi dari PDRB diantaranya:

Page 31: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

- Menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam membiayai pengeluaran

daerahnya.

- Memberikan gambaran secara menyeluruh tentang kondisi makro

perekonomian suatu daerah.

- Indikator kinerja perekonomian dan ukuran kesejahteraan penduduk di

suatu daerah.

- Sebagai gambaran struktur atau susunan perekonomian.

- Sebagai perbandingan kondisi perekonomian dari tahun ke tahun.

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Pengertian PAD

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber keuangan daerah yang

digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan. Proporsi

Pendapatan Asli Daerah dalam seluruh penerimaan daerah masih rendah

bila dibandingkan dengan penerimaan yang berasal dari bantuan

pemerintah pusat. Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah, Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

- Pajak daerah

- Retribusi daerah

- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang bersumber

dari:

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah

(BUMD).

Page 32: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara

(BUMN).

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.

- Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, bersumber dari:

1. Hasil penjualan aset daerah.

2. Penerimaan jasa giro.

3. Penerimaan bunga deposito.

4. Denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

B. Pajak

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut beberapa ahli, antara lain:

a. Mangkoesoebroto

Pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogatif

pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada Undang-Undang,

pemungutannya dapat dipaksakan kepada subjek pajak untuk mana tidak

ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya.

b. Prof. Dr. M. J. H. Smeets

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,

maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Page 33: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c. Rochmad Soemitro

Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat cara timbal balik (kontra

prestasi), yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

Sehingga secara umum pajak adalah pungutan negara kepada rakyat

yang bersifat memakasa tanpa ada kontraprestasi (timbal balik) secara

langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup

biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai

kesejahteraan umum. Lembaga pemerintah yang mengelola perpajakan

negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan

salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian

Keuangan Republik Indonesia.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara dan

pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan

merata berdasarkan pancasila dan UUD 1945 menyatakan bahwa daerah

Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat otonom. Otonomi bagi daerah

telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Otonomi yang diberikan kepada

daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan

yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara

proporsional. Artinya, pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh

pengaturan, pembagian, pemanfaatan, dan sumber daya nasional yang

berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. (Mardiasmo,

2002:8 dalam Niko Oktorra, 2009).

Page 34: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Pajak merupakan sumber utama penerimaan Pemerintah Republik

Indonesia di samping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas.

Sebagai salah satu penerimaan pemerintah, pajak dapat dipergunakan untuk

membiayai kegiatan pemerintah (budgeter), maupun untuk meningkatkan

kegiatan masyarakat. Alokasi pajak untuk pembangunan prasarana, dan

perbaikan kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap

kegiatan ekonomi masyarakat (Sugianto, 1996 dalam Meutia Fatchanie,

2007).

2. Aspek Ekonomi dari Perpajakan

Sistem pajak yang baik dipandang dari ilmu ekonomi adalah sistem

perpajakan yang memiki pengaruh yang baik (Suhendi, 2006 dalam Indra

Riady, 2010) yaitu memenuhi konsep sistem pajak, membatasi masalah

keadilan sistem pajak. Ada dua prinsip keadilan yang digunakan yaitu

prinsip manfaat atau benefit principle dan prinsip kemampuan atau ability to

pay. Keadilan ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan pajak harus

proporsional.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Suandy (2000) (Meutia Fatchanie (2007) dalam “Analisis Efisiensi

dan Efektivitas Hasil Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Sleman”)

mengemukakan bahwa ada beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu:

a. Official Assessment System

Wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus (pemeriksa pajak).

Fiskus berhak menentukan besarnya utang pajak orang pribadi maupun

badan dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang

Page 35: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

merupakan bukti timbulnya suatu kewajiban pajak. Wajib pajak pasif

menunggu ketetapan fiskal mengenai kewajiban pajaknya.

b. Semi Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk

menentukan besarnya pajak yang dibebankan pada seseorang berada

pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan fiskus. Mekanisme

pelaksanaan dalam sistem ini berdasarkan suatu anggapan bahwa wajib

pajak pada awal tahun menaksir sendiri besarnya beban pajak yang

sesungguhnya ditetapkan oleh fiskal.

c. Witholding System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk

menentukan besarnya pajak yang dibebankan kepada seseorang berada

pada pihak ketiga, dan bukan oleh fiskus maupun oleh wajib pajak itu

sendiri.

d. Full Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak boleh

menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus

disetorkan. Wajib pajak harus aktif menghitung dan melaporkan jumlah

pajak terutangnya tanpa campur tangan fiskus.

4. Fungsi Pajak

Peraturan pajak dibuat dengan didasarkan pada tujuan meningkatkan

kesejahteraan umum. Penerimaan pajak untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat harus ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berdasarkan

aturan-aturan yang berlaku. Pemerintah dalam melakukan pungutan pajak

Page 36: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

harus tetap menempatkan sesuai dengan fungsinya. Adapun fungsi pajak

dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu:

a. Fungsi Budgeter

Yaitu sebagai alat untuk mengisi kas negara (daerah) yang

digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

b. Fungsi Regulator

Yaitu bila pajak dipergunakan sebagai alat mengatur untuk

mencapai tujuan, misalnya: pajak minuman keras dimaksudkan agar

rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak

ekspor dimaksudkan untuk mengekang pertumbuhan ekspor komoditi

tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk tersebut di dalam

negeri.

c. Fungsi Demokrasi

Pajak dipungut sebagai wujud bentuk persamaan partisipasi dalam

pembangunan oleh masyarakat.

d. Fungsi Redistribusi

Pajak dipungut kepada semua lapisan masyarakat sebagai wujud

untuk menegakkan keadilan sosial, dengan diwujudkan dalam struktur

tarif progresif.

5. Asas-Asas Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak baik dikelola oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak

(Mardiasmo, 2003) yaitu:

Page 37: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a. Asas Kebangsaan

Bahwa pajak dipungut terhadap orang-orang yang bertempat

tinggal di Indonesia.

b. Asas Tempat Tinggal

Pajak dipungut bagi orang-orang yang bertempat tinggal di

Indonesia dan ditentukan menurut keadaan.

c. Asas Sumber Penghasilan

Jika sumber penghasilan berada di Indonesia dengan tidak

memperhatikan subjek tempat tinggal.

6. Macam-Macam Pajak

a. Menurut Golongannya

- Pajak Langsung

Pajak yang beban pajaknya tidak dapat digeserkan kepada pihak

lain, atau pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak.

- Pajak Tidak Langsung

Suatu pajak yang dapat digeserkan kepada pihak lain, misalnya

pajak pembangunan.

b. Menurut Sifatnya

- Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang dipungut dengan

memperlihatkan keadaan wajib pajak menjadi ukuran terhadap besar

kecilnya jumlah pajak yang dibayar.

Page 38: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

- Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang pungutannya berpangkal pada

keadaan objektifnya. Pajak ini dipungut karena keadaan, pembuatan, dan

kejadian yang dilakukan dalam suatu wilayah dengan tidak

mengindahkan atau memperhatikan sifat subyeknya.

7. Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah

di samping retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil

pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan. Menurut Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34

Tahun 2000, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepada pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang hasilnya digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak pusat,

yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Menurut Davey

dalam Suandy (2000) (Meutia Fatchanie (2007) dalam “Analisis Efisiensi

dan Efektivitas Hasil Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Sleman”) ada

4 (empat) kriteria dari pajak daerah yaitu:

- Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan dari

daerah sendiri.

Page 39: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

- Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat dan

penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.

- Pajak yang ditetapkan dan dipungut oleh pemerintah daerah.

- Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah tetapi hasil

pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.

Dari kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak daerah

adalah pajak yang ditetapkan dan dipungut di wilayah daerah berdasarkan

peraturan yang berlaku dan ada bagi hasil antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah yang hasilnya nantinya akan kembali ke masyarakat

secara tidak langsung melalui pembangunan daerah.

8. Ciri-Ciri Pajak Daerah

Untuk mempertahankan prinsip-prinsip pajak daerah maka perpajakan

daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri yang dimaksud

sebagai berikut:

a. Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan

antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos

pemungutannya.

b. Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu

besar (meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam).

c. Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan

(benefit) dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

9. Ketentuan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pengaturan kewenangan pengenaan pemungutan pajak daerah dan

retribusi daerah di Indonesia telah diatur sejak lama, terutama sejak tahun

Page 40: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1997 dengan dikeluarkannya UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah. Namun dalam perkembangannya, UU No. 18 Tahun

1997 dianggap kurang memberikan peluang kepada daerah untuk

mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam UU tersebut sebenarnya

memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah (PP). Pada waktu UU No. 18 Tahun 1997 berlaku,

belum ada satu pun daerah yang mengusulkan pungutan baru karena

dianggap hal tersebut sulit dilakukan. Selain itu, pengaturan agar Peraturan

daerah (Perda) tentang pajak daerah dan retribusi daerah harus mendapat

pengesahan dari pusat juga dianggap telah mengurangi otonomi daerah.

Seiring dengan dikeluarkannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah

dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Daerah, maka UU No.18 Tahun 1997 yang berubah menjadi UU No. 34

Tahun 2000, diharapkan pajak daerah dan retribusi daerah akan menjadi

salah satu Pendapatan Asli Daerah yang penting guna membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

UU No. 34 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat 2 dan Peraturan Pemerintah No.

65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan

tentang jenis-jenis pajak daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah

Daerah kabupaten atau kota. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan

pemerintah daerah dapat mengetahui secara jelas jenis dan objek pajak

mana saja yang dikategorikan dalam pajak daerah sehingga dalam

pemungutannya dapat tepat sasaran.

Page 41: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak ditetapkan dengan

peraturan daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang

telah ditentukan dalam UU tersebut. Dasar pengenaan tarif pajak daerah ada

dalam UU No. 34/2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 3 ayat (1).

Berikut jenis pajak daerah beserta tarif maksimal yang dapat dipungut

oleh pemerintah daerah:

a. Jenis pajak provinsi terdiri atas:

- Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air 5 %.

- Bea balik nama kendaraan bermotor di atas air 10 %.

- Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5 %.

- Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah 20 %.

Hasil penerimaan pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi

daerah kabupaten atau kota di wilayah provinsi yang bersangkutan

dengan ketentuan sebagai berikut:

- Hasil penerimaan pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

dan bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

diserahkan kepada daerah kabupaten atau kota paling sedikit 30 %.

- Hasil penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor diserahkan

kepada daerah kabupaten atau kota paling sedikit 70 %.

- Hasil penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah

dan air permukaan diserahkan kepada kabupaten atau kota paling

sedikit 70 %.

b. Jenis pajak kabupaten atau kota terdiri atas:

- Pajak hotel 10 %.

Page 42: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

- Pajak restoran 10 %.

- Pajak hiburan 35 %.

- Pajak reklame 25 %.

- Pajak Penerangan Jalan 10 %.

- Pajak pengambilan bahan galian golongan C 20 %.

- Pajak parkir 20 %.

10. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu jenis pajak daerah

berkaitan dengan penyelenggaraan penerangan jalan yang menjadi salah

satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka

(12) Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang

dimaksud dengan penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk

menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

Obyek Pajak Penerangan Jalan berdasarkan ketentuan Pasal 58 Ayat (1) PP

No 65 Tahun 2001 adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah yang

tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

Secara garis besar, subyek pajak adalah pihak-pihak (orang pribadi

atau badan) yang akan dikenakan pajak, sedangkan obyek pajak adalah

segala sesuatu yang akan dikenakan pajak, dan wajib pajak adalah subyek

pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk

pemungut atau pemotong pajak. Dengan kata lain setiap wajib pajak adalah

subyek pajak. Subyek Pajak Penerangan Jalan berdasarkan Ketentuan Pasal

59 Ayat (2) PP No. 65 Tahun 2002 adalah orang pribadi atau badan yang

Page 43: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menggunakan tenaga listrik. Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 59

Ayat (3) dan (4) yaitu dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN maka

pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh PLN. Ketentuan lebih

lanjut mengenai pemungutan Pajak Penerangan Jalan diatur dengan

keputusan menteri dalam negeri dengan pertimbangan menteri keuangan.

Keputusan menteri dalam negeri yang dimaksud adalah Keputusan

Menteri Dalam Negeri No. 10 Tahun 2002 Tanggal 30 April 2002 tentang

Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. Berdasarkan Ketentuan Pasal 3

Kepmendagri No. 10 Tahun 2002, wajib Pajak Penerangan Jalan adalah

pelanggan. Pelanggan wajib membayar Pajak Penerangan Jalan yang

terutang setiap bulan bersamaan dengan pelaksanaan pembayaran rekening

listrik PLN. Dalam hal ini kedudukan PLN adalah sebagai pihak yang

membantu Pemda untuk memungut Pajak Penerangan Jalan.

Berdasarkan Ketentuan Pasal 4 Kepmendagri No. 10 Tahun 2002,

PLN wajib menyetor hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan ke kas

daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh kepala daerah. Penyetorannya

dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Berdasarkan

Ketentuan Pasal 5 Kepmendagri No. 10 Tahun 2002, penyetoran hasil Pajak

Penerangan Jalan kepada Pemda harus disertai daftar rekapitulasi rekening

listrik yang berfungsi sebagai Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD).

Yang dimaksud dengan daftar rekapitulasi berdasarkan Ketentuan Pasal

Huruf (i) Kepmendagri No. 10 Tahun 2002 adalah kumpulan rekening

listrik yang dikelompokkan berdasarkan kode golongan pelanggan. Dari

hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan, maka berdasarkan Ketentuan

Page 44: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Pasal 8 Kepmendagri No. 10 Tahun 2002, kepala daerah wajib melunasi

pembayaran rekening listrik yang menjadi beban pemerintah daerah yang

bersangkutan setiap bulan tepat pada waktunya.

Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa wajib Pajak Penerangan

Jalan adalah pelanggan PLN yang wajib membayar Pajak Penerangan Jalan

bersamaan dengan pembayaran rekening listrik. PT. PLN wajib menyetor

hasil Pajak Penerangan Jalan ke Pemda berdasarkan daftar rekapitulasi.

Pemda wajib melunasi pembayaran rekening listrik bagi penerangan jalan

yang menjadi bebannya kepada PT. PLN. Mekanisme pemungutan,

penyetoran serta pembayaran rekening listrik oleh Pemda dilakukan melalui

naskah kerjasama antara kepala daerah dengan pimpinan PLN (Pasal 9

Kepmendagri No. 10 Tahun 2002).

Selanjutnya, dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan berdasarkan

Ketentuan Pasal 60 Ayat (1 dan 2) PP No. 65 Tahun 2001 adalah nilai jual

tenaga listrik yaitu jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya

pemakaian kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik. Tarif Pajak

Penerangan Jalan berdasarkan Ketentuan Pasal 61 Ayat (1) PP No. 65

Tahun 2001, paling tinggi sebesar 10 %. Untuk memperoleh Pajak

Penerangan Jalan sebesar 10 % itu diperoleh melalui suatu proses

pemungutan yang biasanya prosesnya dilakukan beserta pemungutan biaya

tagihan listrik. Berdasarkan Ketentuan Pasal 1 Angka (8) Kepmendagri No.

27 Tahun 2002 Tanggal 24 Mei 2002 tentang Pedoman Alokasi Biaya

Pemungutan Pajak Daerah, yang dimaksud dengan pemungutan adalah

suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek

Page 45: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan

pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya. Dalam rangka

kegiatan pemungutan dapat diberikan biaya pemungutan. Berdasarkan

Ketentuan Pasal 1 Angka (9) Kepmendagri No. 27 Tahun 2002, biaya

pemungutan adalah biaya yang diberikan kepada aparat pelaksana

pemungutan dan aparat penunjang dalam rangka kegiatan pemungutan.

Berdasarkan Ketentuan Pasal 3 Kepmendagri No. 27 Tahun 2002, biaya

pemungutan ditetapkan paling tinggi sebesar 5 % dari realisasi penerimaan

pajak daerah. Biaya pemungutan pajak penerangan yang dipungut oleh PT.

PLN sebesar 5 % tersebut berdasarkan Ketentuan Pasal 6 Keputusan

Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 2002 tentang Pedoman Alokasi Biaya

Pemungutan Pajak Daerah (Tanggal 24 Mei 2002) akan dialokasikan untuk:

- 54 % untuk biaya pemungutan PT. PLN.

- 6 % untuk tim pembina pusat.

- 20 % untuk aparat pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan

pemungutan.

- 20 % untuk petugas PT. PLN setempat yang terkait pada pelaksanaan

pemungutan.

Alokasi biaya pemungutan yang diberikan kepada tim pembina pusat

digunakan hanya untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

kebijakan pemungutan pajak daerah di tingkat pusat. Dari ketentuan di atas

dapat diketahui bahwa PT. PLN mendapat alokasi biaya pemungutan paling

banyak karena membantu Pemda memungut Pajak Penerangan Jalan dengan

total alokasi biaya pemungutan yang didapat PT. PLN adalah (54 % + 20 %)

Page 46: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

x 5 % dari hasil realisasi Pajak Penerangan Jalan. Sedangkan alokasi untuk

tim pembina pusat selama belum ada kepmendagri yang mengaturnya,

dikuasai oleh pemda setempat.

11. Praktik Pemungutan Pajak Penerangan Jalan

Pajak penerangan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan

ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan,

yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Penerangan jalan yang

dimaksud adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum

yang rekeningnya dibebankan kepada pemerintah daerah yang selanjutnya

biaya tersebut dibebankan kepada masyarakat pelanggan listrik.

Penerangan jalan merupakan sarana menambah keindahan kota,

kenyamanan serta ikut menunjang terciptanya keamanan dan ketertiban

yang dinikmati oleh masyarakat. Untuk membiayai kebutuhan tersebut perlu

adanya pengenaan pajak yang merata serta proporsional untuk memenuhi

rasa keadilan. Devas, dkk, 1989 dalam Indra Riady, 2010) menilai Pajak

Penerangan Jalan, pajak ini dipungut pemerintah daerah melalui PLN dalam

bentuk kutipan dalam rekening listrik, pajak ini dikatakan adil karena

dasarnya pemakaiannya yang erat kaitannya dengan kemampuan bayar.

Pajak Penerangan Jalan nantinya akan dimasukkan ke dalam penerimaan

daerah yaitu melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pemungutan Pajak Penerangan Jalan di Indonesia saat ini didasarkan

pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh

masyarakat dan pihak yang terkait. Formulir-formulir isian yang digunakan

Page 47: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

untuk melaporkan, menghitung, membayar, dan menyetorkan pajak daerah

yang terutang antara lain:

- Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) yang digunakan oleh wajib

pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang.

- Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), merupakan surat keputusan yang

menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.

- Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), yang

menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak,

jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi

administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.

- Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD), digunakan oleh wajib pajak untuk

melakukan pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke kas daerah.

Pembayaran pajak dilakukan sekaligus dengan pembayaran tagihan

listrik atau lunas paling lambat 10 hari setelah berakhirnya masa pajak.

Apabila Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) tidak dibayar setelah lewat

waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, maka akan dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % setiap bulan dan ditagih

dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

C. Kinerja Pajak

Kinerja pajak merupakan sistem pelaksanaan pajak di suatu wilayah yang

menjadi salah satu sumber penerimaan. Kinerja pajak yang baik adalah yang

mampu melakukan perluasan basis perpajakan, perbaikan administrasi

perpajakan, mengurangi terjadinya penghindaran dan manipulasi pajak, serta

Page 48: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

mengatur pengenaan asset yang berada di luar negeri. Pemenuhan kewajiban

pajak akan berdampak pada aspek ekonomi, dari mikroekonomi sampai

makroekonomi. Sehingga apabila anggota masyarakat memenuhi kewajiban

pajaknya dengan baik, maka mekanisme ekonomi dalam masyarakat juga akan

berjalan dengan baik.

D. Potensi Pajak

Potensi pajak merupakan suatu potensi yang diukur dengan cara

pengkalian data hasil observasi obyek penelitian dengan tarif Pajak Penerangan

Jalan sehingga ditemukan estimasi jumlah pajak terutang yang ditanggung oleh

wajib pajak tersebut. Dalam hal ini tarif pajak yang ditetapkan sebesar 10 %.

Potensi pajak dapat berubah seiring dengan kemajuan usaha dari wajib pajak

tersebut dan juga tergantung pada jenis pajak itu sendiri. Konsep pengukuran

hasil pungutan yang menggunakan konsep value for money terdiri atas tiga

elemen utama, yaitu: ekonomi, efsiensi, dan efektivitas.

INPUT PRIMER

(Rp)

INPUT (Masukan)

OUTPUT (Keluaran)

OUTCOME (Hasil)

EKONOMI (Spending

Less)

EFISIENSI (Spending

Well)

EFEKTIVITAS (Spending Wisely)

Gambar 2.1 Value for Money Chain

Sumber: Manajemen Kinerja Sektor Publik (dalam “Analisis Efisiensi dan Efektivitas

Hasil Pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten Sleman”)

Value for Money

Page 49: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Apabila dikaitkan dengan manajemen kinerja berbasis outcome, fokus

terpenting manajemen kinerja sektor publik adalah pada pencapaian efektivitas.

Untuk mencapai efektivitas organisasi harus efisien, tetapi organisasi yang

efisien belum tentu efektif. Sebagai contoh, pemerintah mungkin berhasil

membangun sarana transportasi dengan pemanfaatan dana yang efisien, namun

sarana tersebut bisa jadi tidak efektif karena tidak digunakan secara optimal

sehingga tingkat kemanfaatannya rendah. Tingkat efektivitas yang rendah akan

menimbulkan inefisiensi, karena akan menimbulkan biaya yang lainnya. Yang

perlu dilakukan organisasi adalah tidak sekedar melakukan efisiensi biaya (cost

efficiency) akan tetapi mencapai efektivitas biaya (cost effectiveness), yaitu

dengan mengupayakan setiap biaya yang dikeluarkan dapat mencapai hasil

yang dikehendaki. Jika efektivitas biaya telah terpenuhi, setiap biaya yang

dikeluarkan akan tepat sasaran dan tidak sia-sia.

E. Kerangka Pemikiran

Pajak merupakan wujud tanggungjawab warga negara dalam

pembangunan dan merupakan imbalan tidak langsung dari pemerintah yang

diberikan kepada warga negara. Dalam hal ini sektor pajak menjadi salah satu

penyumbang terbesar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di dalam pajak

daerah terdapat salah satunya yaitu Pajak Penerangan Jalan. Pajak mempunyai

peranan yang penting dan diharapkan dapat menjadi sumber penerimaan

daerah yang potensial. Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak daerah yang

pengelolaan dan penerimaannya diserahkan kepada pemerintah daerah

kabupaten atau kota sehingga pemerintah daerah yang bersangkutan dapat

Page 50: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

memanfaatkan hasil penerimaan pajak tersebut untuk membiayai pembangunan

daerahnya masing-masing. Oleh karena itu, bagaimana sebenarnya kinerja dan

potensi Pajak Penerangan Jalan khususnya di Kota Surakarta terhadap

peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kinerja dan potensi Pajak

Penerangan Jalan sehingga dapat mencapai efektivitas dalam peningkatan

Pendapatan Asli Daerah. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan suatu

pengujian untuk menguji dan menganalisis tingkat keefektifan Pajak

Penerangan Jalan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan

landasan teori pada tinjauan pustaka di atas, maka secara skema, kerangka

pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Realisasi Penjualan Tenaga Listrik x Tarif Dasar Listrik Masing-Masing Golongan

Potensi Pajak Penerangan Jalan

Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Efektivitas Pajak Penerangan Jalan

Peningkatan Pajak Daerah

Peningkatan PAD

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Page 51: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

F. Hasil Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian yang berjudul “Analisis Potensi Penerimaan dan

Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Garut” oleh Indra Riady

(2010) menyatakan bahwa tujuan dalam penelitian tersebut adalah

menganalisis potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan dan efektivitas Pajak

Penerangan Jalan di Kabupaten Garut selama tahun 2005 hingga tahun 2009.

Selain itu, dilakukan pula perhitungan daya pajak (tax effort). Untuk

mengetahui potensi penerimaan dan efektivitas dibutuhkan suatu data

penelitian yang menggunakan runtut waktu (time series). Penelitian dengan

menggunakan data runtut waktu akan membantu melihat bagaimana kinerja

dari penerimaan Pajak Penerangan Jalan. Model analisis yang digunakan yaitu

analisis perhitungan potensi penerimaan yang didasarkan pada basis pajak dan

tarif Pajak Penerangan Jalan kemudian perhitungan efektivitas Pajak

Penerangan Jalan yang didasarkan pada realisasi penerimaan dan potensi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan, untuk daya pajak (tax effort)

perhitungannya didasarkan pada realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan

dan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Garut.

Hasil perhitungan potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan

menunjukkan bahwa potensi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Garut

belum tercapai secara optimal. Golongan rumah tangga memiliki potensi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan paling besar. Efektivitas Pajak Penerangan

Jalan menunjukkan bahwa pemungutan dan pengelolaan Pajak Penerangan

Jalan belum efektif. Daya pajak (tax effort) menunjukkan masih rendahnya

Page 52: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

daya pajak, artinya kemampuan masyarakat dalam membayar pajak di

Kabupaten Garut masih rendah.

Page 53: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah dengan mengadakan penelitian

penerimaan Pajak Penerangan Jalan di wilayah Kota Surakarta, meliputi Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota

Surakarta, kantor PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Kota Surakarta, dan

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta.

B. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli (tidak melalui perantara), data yang diperoleh berupa hasil wawancara.

Data primer secara khusus diperoleh dengan cara wawancara langsung

dengan pihak Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(DPPKAD) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Surakarta.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang

peneliti peroleh dari buku-buku, artikel, undang-undang, dan peraturan

daerah (perda) yang berlaku. Dalam penelitian ini data yang didapat juga

berasal dari lembaga atau instansi yang terkait antara lain dari Badan Pusat

Page 54: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Statistik (BPS), Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(DPPKAD) serta Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Surakarta.

C. Definisi Operasional Variabel

a. Pajak daerah adalah iuran pajak yang wajib dilakukan oleh perseorangan

atau badan usaha kepada daerah dengan pemberian imbalan secara tidak

langsung dan dalam pelaksanaannya oleh pemerintah daerah dapat

dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah yang bersangkutan.

b. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan

ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang

rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

c. Subyek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan tenaga listrik yang menjadi pungutan daerah atas penggunaan

tersebut dan diatur sesuai perundang-undangan.

d. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari

sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi

daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah.

e. Target pendapatan adalah rencana pendapatan yang dianggarkan untuk

dapat diraih sesuai kemampuan institusi penghasil pendapatan.

f. Realisasi pendapatan adalah kemampuan pencapaian penerimaan

pendapatan yang sudah ditargetkan.

Page 55: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

g. Potensi Pajak Penerangan Jalan adalah jumlah keseluruhan pendapatan atas

pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dapat dicapai berdasarkan kondisi

dan perkembangan yang nyata pada daerah tersebut.

h. Efektivitas Pajak Penerangan Jalan adalah perbandingan antara realisasi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan dengan potensi Pajak Penerangan Jalan.

i. Daya pajak (tax effort) adalah kemampuan masyarakat dalam membayar

yang diperoleh dari hasil perbandingan realisasi penerimaan pajak dengan

Produk Domesti Regional Bruto (PDRB).

D. Teknik dan Metode Analisis Data

Setelah berbagai data yang dibutuhkan terkumpul, maka akan dilakukan

analisis yang dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tahap analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif.

1. Analisis Deskriptif

Analisis untuk memberikan gambaran tentang kinerja komponen

pajak daerah termasuk mengenai kinerja Pajak Penerangan Jalan di Kota

Surakarta dari tahun ke tahun dan berbagai faktor yang mempengaruhi

kinerja pajak tersebut. Analisis deskriptif digunakan melalui

penginterpretasian data yang tersedia.

a. Hipotesis I

Untuk mengetahui kondisi keuangan di Kota Surakarta dilihat dari

tingkat kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli

Daerah dari tahun ke tahun maka digunakan analisis trend. Analisis

tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang

Page 56: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dapat diberikan oleh Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Perhitungan tersebut menghasilkan kontribusi Pajak

Penerangan Jalan terhadap PAD. Selanjutnya untuk mengetahui

perkembangan Pajak Penerangan Jalan juga akan digunakan analisis

trend. Alasannya untuk mengetahui perkiraan trend, yaitu (Djarwanto,

1993: 268 dalam Hajar Sholikhah, 2010) secara langsung dapat

membantu menyusun perencanaan. Dalam hal ini makna trend

menunjukkan perkembangan hubungan variabel PPJ (Pajak Penerangan

Jalan) dan variabel T (tahun) selama periode penelitian dan perkiraan

penerimaan Pajak Penerangan Jalan pada waktu yang akan datang.

Misalnya bila trend penerimaan Pajak Penerangan Jalan selama beberapa

tahun menunjukkan kenaikan maka secara logika dapat diramalkan

bahwa penerimaan Pajak Penerangan Jalan untuk tahun-tahun yang akan

datang juga akan bertambah.

Penelitian kali ini akan menggunakan metode kuadrat terkecil

(least square method). Penggunaan metode least square sebetulnya

merupakan metode yang menggambarkan garis trend linier dalam banyak

peristiwa ekonomi, fluktuasi deret berkala sekitar garis trendnya

umumnya bukan bersifat independen. Penggunaan metode least square

guna menarik garis trend sebetulnya lebih disebabkan oleh faktor

kepraktisan daripada karena matematis (Dajan, Anto, 1975: 285 dalam

Hajar Sholikhah, 2010).

Penggunaan model trend linier ini bertujuan untuk melihat

perkembangan hubungan variabel T (tahun) dan variabel PPJ (Pajak

Page 57: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Penerangan Jalan) selama periode penelitian maupun prospeknya di masa

mendatang.

- Bila b < 0, maka perkembangan hubungan PPJ dan T adalah turun.

- Bila b > 0, maka perkembangan hubungan PPJ dan T adalah naik.

Dengan menggunakan tingkat signifikan 5 %, analisis trend tersebut diuji

terlebih dahulu, apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka

persamaan tersebut signifikan.

b. Hipotesis II

- Matrik Kinerja Pajak Daerah

Untuk mengetahui kinerja Pajak Penerangan Jalan dari tahun ke

tahun digunakan model matrik kinerja Pajak Penerangan Jalan, dengan

klasifikasi sebagai berikut:

1. Prima bila Pajak Penerangan Jalan tersebut mempunyai rasio tingkat

pertumbuhan terhadap tingkat pertumbuhan total pajak daerah serta

rasio proporsi nilai Pajak Penerangan Jalan terhadap rata-rata pajak

daerah lebih dari 1.

2. Berkembang bila Pajak Penerangan Jalan tersebut mempunyai rasio

tingkat pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak daerah lebih

besar daripada 1 serta memiliki rasio proporsi nilai Pajak Penerangan

Jalan terhadap rata-rata pajak daerah kurang dari 1.

3. Potensial bila Pajak Penerangan Jalan mempunyai rasio tingkat

pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak daerah kurang dari 1

serta memiliki rasio proporsi Pajak Penerangan Jalan terhadap rata-

rata pajak daerah lebih besar daripada 1.

Page 58: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

4. Terbelakang bila Pajak Penerangan Jalan tersebut mempunyai tingkat

pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak daerah serta rasio

proporsi Pajak Penerangan Jalan terhadap rata-rata pajak daerah

kurang dari 1 atau bersifat negatif.

- Analisis Rasio Pengumpulan (Collection Ratio)

Analisis ini merupakan analisis untuk menghitung pemungutan

pajak daerah dalam hal ini adalah Pajak Penerangan Jalan, apakah sudah

mencapai target atau belum sesuai dengan target dengan ketentuan:

1. Hasil perbandingan tingkat pencapaian di atas 100 % artinya sangat

aktif.

2. Hasil perbandingan tingkat pencapaian 100 % artinya efektif.

3. Hasil perbandingan tingkat pencapaian di bawah 100 % artinya tidak

efektif.

Efektifitas diartikan sebagai sejauh mana unit yang dikeluarkan mampu

mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektifitas digunakan untuk mengukur

hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target

yang telah ditetapkan. (Mardiasmo, 2002 dalam Indra Riady, 2010).

c. Hipotesis III

Potensi merupakan keseluruhan pendapatan yang memungkinkan

dapat dicapai berdasarkan kondisi dan perkembangan sumber pendapatan

yang dimaksud. Nilai potensi setiap sumber pendapatan daerah tersebut

masih jarang untuk dilaporkan sebagaimana nilai target dan realisasi

pendapatan. Hal itu dikarenakan instansi penghasil sebagai pengelola

sumber pendapatan belum menghitung secara komprehensif potensi

Page 59: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pendapatan yang menjadi tanggungjawab pengelola. Untuk menghitung

potensi Pajak Penerangan Jalan digunakan rumus yaitu jumlah biaya tarif

beban ditambah biaya pemakaian listrik (kwh), selanjutnya akan

menghasilkan volume atau realisasi penjualan tenaga listrik dan dikalikan

dengan tarif pajak untuk penerangan jalan (menurut golongan) sesuai

dengan kriteria yang tercantum dalam peraturan daerah mengenai Pajak

Penerangan Jalan.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis yang digunakan untuk mengkaji karakteristik objek Pajak

Penerangan Jalan dan penghitungan estimasi potensi Pajak Penerangan

Jalan di Kota Surakarta. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan

pada penelitian inferensial (dalam pengujian hipotesis) dan menarik

kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis

nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan

kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar,

2001: 5 dalam Wiratno Bagus S, 2010). Untuk kepentingan analisis akan

dipaparkan beberapa model analisis data.

a. Hipotesis I

Menggunakan analisis untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

yang dapat diberikan oleh Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD), antara lain:

Dimana:

Pajak Penerangan Jalan = Nilai PJU

Page 60: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Pendapatan Asli Daerah = Nilai PAD

Perhitungan tersebut menghasilkan kontribusi Pajak Penerangan Jalan

terhadap PAD. Penelitian kali ini juga akan menggunakan metode

kuadrat terkecil (least square method). Penggunaan metode least square

sebetulnya merupakan metode yang menggambarkan garis trend linier

dalam banyak peristiwa ekonomi, fluktuasi deret berkala sekitar garis

trendnya umumnya bukan bersifat independen. Penggunaan metode least

square guna menarik garis trend sebetulnya lebih disebabkan oleh faktor

kepraktisan daripada karena matematis (Dajan Anto, 1975: 285 dalam

Hajar Sholikhah, 2010). Persamaan garis lurus dinyatakan dengan model

PPJ = a + bT, dimana:

PPJ = Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

a = Konstanta

b = Besar perubahan variabel PPJ yang terjadi pada setiap perubahan

satu variabel T

T = Tahun

b. Hipotesis II

- Matrik Kinerja Pajak Daerah

Untuk mengetahui kinerja Pajak Penerangan Jalan dari tahun ke

tahun digunakan model matrik kinerja Pajak Penerangan Jalan, antara

lain:

Page 61: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 3.1 Matrik Kinerja Pajak Daerah

Proporsi

Pertumbuhan

Prima

Berkembang

Potensial Terbelakang

Keterangan:

Xi = Nilai pajak daerah

Rata-rata X = Nilai rata-rata pajak daerah

X total = Jumlah total pajak daerah

= Pertumbuhan pajak daerah

- Analisis Rasio Pengumpulan (Collection Ratio)

Rumus untuk menghitung pemungutan pajak daerah dalam hal ini

adalah Pajak Penerangan Jalan, apakah sudah mencapai target atau belum

sesuai dengan target adalah:

Dimana:

CLR = Rasio pengumpulan (collection ratio)

Xi = Jenis pajak daerah

Page 62: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

c. Hipotesis III

Untuk menghitung potensi Pajak Penerangan Jalan digunakan

rumus yaitu jumlah biaya tarif beban ditambah biaya pemakaian listrik

(kwh), selanjutnya akan menghasilkan volume atau realisasi penjualan

tenaga listrik dan dikalikan dengan tarif pajak untuk penerangan jalan

(menurut golongan) sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam

peraturan daerah mengenai Pajak Penerangan Jalan.

Penghitungan potensi Pajak Penerangan Jalan:

Realisasi penjualan tenaga listrik x Tarif dasar listrik masing-masing

golongan

Efektivitas (coverage ratio) digunakan untuk mengukur hubungan

antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau potensi riil yang

telah dimiliki suatu daerah (Mardiasmo, 2002 dalam Indra Riady,2010).

Dari pengertian efektivitas tersebut disimpulkan bahwa efektivitas

bertujuan untuk mengukur rasio keberhasilan, semakin besar rasio maka

semakin efektif, standar minimal rasio keberhasilan adalah 100 persen

atau 1 (satu) dimana realisasi sama dengan target yang telah ditentukan.

Rasio di bawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak

efektif. Selama ini belum ada ukuran baku mengenai kategori efektifitas,

ukuran efektifitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk

pernyataan saja (judgement). Tingkat efektifitas dapat digolongkan ke

dalam beberapa kategori yaitu:

Page 63: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

- Hasil perbandingan tingkat pencapaian 0 - 29 persen berarti kurang

efektif (rendah).

- Hasil perbandingan tingkat pencapaian 30 - 69 persen berarti efektif

(sedang).

- Hasil perbandingan tingkat pencapaian 70 - 100 persen berarti sangat

efektif (tinggi).

3. Pengukuran Daya Pajak Pajak Penerangan Jalan (Tax Effort)

Daya Pajak Penerangan Jalan (tax effort) adalah rasio antara realisasi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan dengan kapasitas atau kemampuan

bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator yang dapat digunakan

untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah Produk

Domestik Regional Bruto, dengan rumus sebagai berikut:

Jika PDRB suatu daerah meningkat maka kemampuan masyarakat di suatu

daerah dalam membayar (ability to pay) pajak juga akan meningkat. Ini

mengandung arti bahwa administrasi penerimaan daerah dapat

meningkatkan daya pajaknya agar penerimaan pajaknya meningkat.

Page 64: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Surakarta

1. Aspek Geografis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang berada di bagian

tengah Provinsi Jawa Tengah bagian selatan dan timur yang juga beribukota

di Surakarta. Kota Surakarta terletak pada garis lintang 7.5666 oLS dan garis

bujur 110.8166 oBT. Kota Surakarta mempunyai luas 44,03 km2 yang

meliputi 5 kecamatan. Jumlah desa/kelurahan terbanyak di Kecamatan

Banjarsari dengan 13 desa/kelurahan. Secara geografis, wilayah Kota

Surakarta berbatasan dengan:

Sebelah utara : Karanganyar dan Boyolali

Sebelah timur : Karanganyar dan Sukoharjo

Sebelah selatan : Sukoharjo

Sebelah barat : Karanganyar dan Sukoharjo

Kota Surakarta merupakan kota terkecil nomor 3 di Jawa Tengah

setelah Kota Tegal. Kota Surakarta memiliki jarak dari barat ke timur ± 12

Km. Penggunaan lahan di wilayah ini terbagi menjadi:

a. Tanah sawah digolongkan ke dalam sawah (136,56 Ha), tegalan (126,02

Ha).

b. Tanah bukan sawah terdiri dari taman kota (12,59 Ha).

Page 65: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

c. Lahan yang digunakan untuk suatu kepentingan, seperti

perumahan/pemukiman, jasa, perusahaan, industri, dll.

Tabel 4.1 Luas Daerah dan Penggunaan Lahan Dirinci Per Kecamatan

di Kota Surakarta (Ha)

Kecamatan Perumahan/ Pemukiman

Jasa Perusahaan

Laweyan 563,61 90,58 50,19 Serengan 230,43 19,34 33,19

Pasar Kliwon 308,94 48,89 34,43 Jebres 711,82 149,16 45,42

Banjarsari 994,84 56,99 62,86 Jumlah 2.809,64 364,96 226,09

2009 2.737,48 427,13 287,48 2008 2.737,48 427,13 287,48 2007 2.716,59 427,63 287,48 2006 2.716,59 427,63 287,48

Kecamatan Industri Tanah Kosong Tegalan

Laweyan 39,4 7,28 0 Serengan 6,11 2,52 0

Pasar Kliwon 7,06 16,36 0 Jebres 27,39 45,69 83,46

Banjarsari 17,76 54,88 42,56 Jumlah 97,72 126,73 126,02

2009 101,42 53,38 83,96 2008 101,42 53,38 81,96 2007 101,42 53,38 90,37 2006 101,42 53,38 90,37

Kecamatan Sawah Kuburan Lap. OR

Laweyan 39,9 6,05 12,24 Serengan 0 1,36 2,07

Pasar Kliwon 0 1,52 8,55 Jebres 19,33 31,05 9,16

Banjarsari 77,33 28,78 30,23 Jumlah 136,56 68,76 62,25

2009 146,17 72,86 65,14 2008 146,17 72,86 65,14 2007 149,32 72,86 65,14 2006 158,15 72,86 65,14

Page 66: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kecamatan Taman Kota Lain-Lain Luas Wilayah Total

Laweyan 0,25 54,36 863,86 Serengan 0 24,38 319,4

Pasar Kliwon 0 55,77 481,52 Jebres 8,85 126,85 1.258,18

Banjarsari 3,49 111,38 1.481,1 Jumlah 12,59 372,74 4.404,06

2009 31,6 397,44 4.404,06 2008 31,6 399,44 4.404,06 2007 31,6 399,44 4.404,06 2006 31,6 399,44 4.404,06

Sumber: Badan Pertanahan Kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang

menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Kota

Surakarta juga merupakan salah satu kota terpenting di Provinsi Jawa

Tengah karena memiliki banyak keunggulan, dimana diantaranya sebagai

kota budaya dan kota pariwisata. Kota Surakarta juga pernah hampir

dijadikan ibukota Provinsi Jawa Tengah menggantikan Kota Semarang

namun Kota Surakarta tidak memiliki pelabuhan laut seperti halnya Kota

Semarang yang memiliki Pelabuhan Tanjung Emas. Banyaknya keunggulan

dan keunikan yang dimiliki Kota Surakarta menjadikan kota ini banyak

dikunjungi oleh para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Di

samping itu juga menjadikan Kota Surakarta sebagai salah satu trend center

atau icon Provinsi Jawa Tengah.

Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo”

berada pada ketinggian ± 92 m di atas permukaan laut dan merupakan

kawasan dataran rendah. Kota Surakarta juga berada pada cekungan di

antara tiga gunung, yaitu Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung

Merbabu. Sedangkan di sebelah timur dan selatan dibatasi oleh Sungai

Page 67: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Bengawan Solo. Letak Kota Surakarta juga dikelilingi oleh rangkaian

gunung-gunung seperti:

a. Di sebelah barat oleh Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.

b. Di sebelah timur oleh Gunung Lawu.

c. Di sebelah selatan oleh Pegunungan Sewu.

Perairan dapat berupa sungai/kali dan danau/rawa. Di wilayah Kota

Surakarta mengalir 5 anak Sungai Bengawan Solo dan sistem drainase kota

yang mengalirkan sistem aliran air permukaan ke dalamnya. Kelima anak

Sungai Bengawan Solo tersebut yaitu: Sungai Anyar, Sungai Sumber,

Sungai Jenes, Sungai Premulung, dan Sungai Pepe.

Dari segi lalu lintas perhubungan di Pulau Jawa, posisi Kota Surakarta

berada pada jalur strategis yaitu pada simpul lalu lintas yang

menghubungkan Semarang-Yogyakarta (Joglo Semar) dan jalur Surabaya-

Yogyakarta. Kota Surakarta dikelilingi oleh beberapa kabupaten di

sekitarnya, yaitu Kabupaten Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Klaten,

Wonogiri, dan Sragen. Ketujuh wilayah daerah tersebut tergabung dalam

kerjasama antar daerah Subosukawonosraten.

Tabel 4.2 Tinggi Tempat dan Kemiringan Tanah Tiap Kecamatan di

Kota Surakarta Tahun 2010

Kecamatan Tinggi Tempat di Atas Permukaan Laut

(Meter)

Kemiringan Tanah (%)

Laweyan 90-100 0-2 Serengan 80-100 0-2

Pasar Kliwon 80-95 0-2 Jebres 90-120 2-15

Banjarsari 85-100 0-2 Kota Surakarta 80-120 0-15

Sumber: Badan Pertanahan Kota Surakarta

Page 68: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kota Surakarta adalah 44,03 km2 yang terbagi dalam 5

kecamatan dan 51 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan

Banjarsari dengan luas 14,81 Km2 (33,64 %), sedangkan kecamatan paling

kecil luas daerahnya yaitu Kecamatan Serengan dengan luas 3,19 Km2 (7,25

%).

3. Keadaan Iklim

Wilayah Kota Surakarta berada di dataran rendah dengan ketinggian

rata-rata 93-98 m di atas permukaan laut. Seperti halnya sebagian besar

daerah-daerah di Indonesia, Kota Surakarta mempunyai iklim tropis dengan

temperatur sedang dan mempunyai 2 musim, yakni musim kemarau dan

musim penghujan dengan suhu harian yang berkisar antara 24,1 oC sampai

dengan 27,9 oC. Sedangkan suhu rata-rata bulanan 27,1 oC, suhu minimum

25,58 oC dan suhu maksimal 28,8 oC serta kelembaban rata-rata dalam 1

tahun 79,4 %. Curah hujan rata-rata 2.200 mm dengan hari hujan 194 hari

per tahun yang pada umumnya terbagi tidak merata sepanjang tahun. Maka

dapat disimpulkan bahwa Kota Surakarta termasuk dalam daerah yang

tropis. Iklim tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan

pertanian tanaman-tanaman tropis, seperti pertanian padi dan jagung tetapi

karena lahan di Kota Surakarta banyak yang digunakan sebagai lahan

pemukiman sehingga lahan yang digunakan pertanian semakin sedikit dan

sulit untuk mengembangkan sektor pertaniannya.

Page 69: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

4. Kondisi Hidrolis, Flora, dan Fauna

Kondisi hidrolis wilayah Kota Surakarta cukup potensial, karena

wilayahnya dialiri beberapa sungai serta beberapa mata air juga

menggunakan fasilitas PAM maupun PDAM seabagai penyuplai air bersih.

Beberapa sungai tersebut diantaranya: Sungai Bengawan Solo yang

memiliki lima anak sungai, yaitu: Sungai Anyar, Sungai Sumber, Sungai

Jenes, Sungai Premulung, dan Sungai Pepe. Sungai tersebut dapat

dimanfaatkan bagi kepentingan sebagian masyarakat Kota Surakarta dan

telah dikelola secara teknis untuk berbagai kegiatan seperti: irigasi, air

bersih, dan untuk kepentingan perkotaan dan industri.

Secara biotik Kota Surakarta memiliki flora yang cukup beraneka

ragam terdiri atas tanaman pertanian, pekarangan, tanaman hias, serta jenis

pohon yang mampu hidup di daerah tropis seperti pohon cemara dan pohon

jati. Sedangkan fauna yang ada termasuk fauna Asia yang sekarang masih

dapat dipelihara untuk diternak antara lain: ternak besar (kuda, sapi,

kerbau), ternak kecil ( kambing, domba, kelinci), dan beberapa jenis ikan

serta unggas.

Maka dapat disimpulkan, Kota Surakarta merupakan daerah yang

cukup air, hal ini dibuktikan dengan adanya sungai serta fasilitas PAM dan

PDAM. Kondisi yang seperti ini seharusnya membuat pertaniannya lebih

maju tapi pada kenyataannya pertanian di Kota Surakarta agak terhambat,

karena wilayah pertanian yang semakin sempit. Di sisi lain dengan

pengelolaan tata kota yang baik mengakibatkan kondisi pertamanan di Kota

Surakarta memiliki daya tarik tersendiri. Dengan banyaknya jenis ternak

Page 70: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

yang dapat dipelihara, maka hal ini mendorong peternakan di Kota

Surakarta juga mengalami peningkatan.

5. Aspek Demografi

Perkembangan jumlah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan

registrasi tahun 2010 sebanyak 499.337 jiwa, yang terdiri dari laki-laki

243.296 jiwa dan perempuan 256.041 jiwa. Dibandingkan tahun 2009, maka

terdapat penurunan penduduk sebanyak 28.865 jiwa atau mengalami

penurunan sebesar 5,47 %.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk, Prosentase Pertumbuhan Penduduk di

Kota Surakarta Tahun 1993-2010

Tahun Jumlah Penduduk Prosentase Pertumbuhan Penduduk 1993 527.767 0,82 % 1994 531.377 0,68 % 1995 516.594 -2,78 % 1996 536.005 3,76 % 1997 639.387 19,29 % 1998 539.387 -15,64 % 1999 542.832 0,56 % 2000 546.469 0,67 % 2001 553.580 1,30 % 2002 554.630 0,19 % 2003 497.234 -10,35 % 2004 510.711 2,71 % 2005 534.540 4,67 % 2006 512.898 -4,05 % 2007 517.556 0,01 % 2008 522.935 0,01 % 2009 528.202 0,01 % 2010 499.337 -5,47 %

Rata-Rata 516.185 -1,90 % Sumber: BPS Kota Surakarta (diolah)

Pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah penduduk, yang diikuti

juga dengan penurunan jumlah rumah tangga. Pada tahun 2010 tercatat

Page 71: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

sebanyak 146.614 rumah tangga atau mengalami penurunan 8,05 % dari

tahun 2009.

Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk juga

mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 kepadatan penduduk di Kota

Surakarta mencapai 11.341 jiwa/Km2. Di sisi lain persebaran penduduk

masih belum merata, kepadatan penduduk di daerah perkotaan secara umum

lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan. Kecamatan dengan kepadatan

penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Pasar Kliwon, yaitu 15.409

jiwa/Km2 dan yang paling rendah adalah Kecamatan Laweyan, yaitu 9.972

jiwa/Km2.

Tabel 4.4 Struktur Penduduk di Kota Surakarta Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah Pria (Jiwa)

Jumlah Wanita (Jiwa)

Total (Jiwa)

2006 254.259 258.639 512.898 2007 246.038 271.518 517.556 2008 247.944 274.991 522.935 2009 245.043 283.159 528.202 2010 243.296 256.041 499.337

Sumber: Jawa Tengah dalam Angka 2010

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan

usaha untuk membangun perekonomian suatu daerah/negara. Namun jumlah

penduduk yang besar menjadi masalah utama yang paling sukar diatasi.

Perkembangan penduduk yang sangat cepat tersebut disebabkan oleh

berlakunya proses penurunan tingkat kematian akibat dari kemajuan

teknologi di bidang kedokteran, perbaikan hidup, dan peningkatan keadaan

sosial. Penulis menyertakan tabel 4.3 laju pertumbuhan penduduk tahun

1993-2010.

Page 72: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

6. Kondisi Ekonomi

a. APBD

Dalam perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

tahun anggaran 2010, pendapatan daerah direncanakan sejumlah Rp

870.219.058.815,00 dirinci sebagai berikut:

- Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) direncanakan sejumlah Rp

114.429.357.815,00 naik sejumlah Rp 7.669.938.815,00 atau 7,18 % dari

anggaran tahun lalu Rp 106.759.419.000,00. Sedangkan realisasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sebesar Rp 113.946.007.541,85

dengan rincian sebagai berikut:

1. Pajak daerah : Rp 61.641.623.410,00

2. Retribusi daerah : Rp 41.558.097.172,00

3. Hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan : Rp 4.984.197.541,00

4. Lain-lain PAD yang sah : Rp 5.732.089.418,85

- Dana Perimbangan

Dana perimbangan direncanankan sejumlah Rp

614.099.922.000,00 naik sejumlah Rp 81.610.355.040,00 atau 15,33 %

dari anggarn tahun lalu Rp 532.489.566.960,00. Sedangkan realisasi dana

perimbangan adalah sebesar Rp 610.715.857.616,00 dengan rincian

sebagai berikut:

1. Bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak : Rp 82.149.324.216,00

2. Dana alokasi umum : Rp 499.448.133.400,00

Page 73: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Dana alokasi khusus : Rp 29.118.400.000,00

- Lain-Lain Pendapatan yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah direncanakan sejumlah Rp

141.689.779.000,00 naik sejumlah Rp 8.155.119.000,00 atau 6,11 % dari

anggaran tahun lalu Rp 133.534.660.000,00. Sedangkan realisasi lain-

lain pendapatan yang sah adalah sebesar Rp 133.852.102.214,00 dengan

rincian sebagai berikut:

1. Pendapatan hibah : Rp 2.000.000.000,00

2. Dana bagi hasil pajak dari

provinsi dan pemerintah daerah lainnya : Rp 47.953.758.943,00

3. Dana penyesuaian dan otonomi khusus : Rp 60.150.000.112,00

4. Bantuan keuangan dari provinsi atau

pemerintah daerah lainnya : Rp 23.748.343.159,00

b. Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota

Surakarta Tahun 2000-2003 (Jutaan Rupiah)

Tahun Nilai PDRB (Juta) Pertumbuhan (%) 2000 2.990.464,31 0 % 2001 3.113.668,99 4,12 % 2002 3.268.559,64 4,98 % 2003 3.468.276,94 6,11 %

Sumber: BPS Kota Surakarta. PDRB Kota Surakarta Tahun 2000-2010 diolah

Page 74: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 4.6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota

Surakarta Tahun 2004-2010

Tahun Nilai PDRB (Juta) Pertumbuhan (%) 2004 3.669.373,45 5,80 % 2005 3.858.169,67 5,15 % 2006 4.067.529,95 5,43 % 2007 4.304.287,37 5,82 % 2008 4.549.342,95 5,69 % 2009 4.817.877,63 5,90 % 2010 5.103.886,25 5,94 %

Sumber: BPS Kota Surakarta. PDRB Kota Surakarta Tahun 2010 diolah

Pada tabel 4.5 terlihat PDRB berdasarkan tahun dasar 2000 tidak

pernah terjadi penurunan dalam perekonomian Kota Surakarta bahkan

cenderung mengalami peningkatan. Pada tabel 4.6 terlihat PDRB atas

dasar harga tahun 2000 dapat dilihat setiap tahunnya mengalami

pertumbuhan yang fluktuatif dimana seperti yang terjadi pada tahun 2010

yang merupakan peningkatan tertinggi sebesar 5,94 persen, dan

mengalami pertumbuhan terendah pada tahun 2005 sebesar 5,15 persen.

Namun secara keseluruhan pada tahun 2000-2010 pertumbuhan tertinggi

terjadi pada tahun 2003 sebesar 6,11 persen dan pertumbuhan terendah

terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 4,12 persen.

Membaiknya kondisi perekonomian ditunjukkan dengan

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

Perbaikan ekonomi terlihat dari adanya pertumbuhan yang tidak lagi

negatif dan cenderung meningkat seperti pada tahun 2008 dengan

pertumbuhan sebesar 5,69 persen dan selanjutnya terus mengalami

peningkatan hingga tahun 2010, tahun 2009 sebesar 5,90 persen, dan

Page 75: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

pada tahun 2010 naik sebesar 5,94 persen. Kenaikannya bisa dikatakan

stabil karena tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.

Sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar

adalah masih didominasi oleh pariwisata dan perdagangan, dimana pada

tahun 2010, sektor ini memberikan sumbangan nilai tambah yang

dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp 2,56 miliar dan Rp 1,31

miliar atas dasar harga konstan tahun 2000. Kondisi tersebut dapat

dimengerti, karena perekonomian wilayah Surakarta masih tampak

didominasi oleh sektor pariwisata dan perdagangan. Hal ini terlihat dari

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor ini serta

sebagian besar lahan di wilayah Kota Surakarta digunakan untuk

kegiatan di sektor perdagangan dan pariwisata termasuk di dalamnya

sektor industri (hampir mencapai 3/4 dari total luas wilayah Kota

Surakarta). Sektor perdagangan juga mencakup hotel dan restoran. Selain

perdagangan dan pariwisata, sektor yang juga cukup dominan di Kota

Surakarta adalah industri pengolahan. Di sepanjang tahun 2010 sektor

industri pengolahan mampu menciptakan nilai tambah (atas dasar harga

berlaku/ADH Berlaku) sebesar Rp 2,08 miliar, atau mengalami

peningkatan Rp 0,4 miliar dari tahun 2007.

Page 76: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Surakarta

Tahun 2004-2009* (Persen)

Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pertanian -2,37 0,88 1,2 1,54 -1,14 1,19 Pertambangan -0,72 3,34 -0,21 2,31 4,22 -2,24 Industri 6,07 1,47 2,55 3,46 2,32 2,94 Listrik, Gas, dan Air Bersih

7,61 4,45 9,25 5,56 6,35 8,13

Bangunan 1,44 8,24 5,85 9,64 10,27 7,30 Perdagangan 8,01 7,58 6,93 6,36 7,52 6,35 Pengangkutan 6,13 5,48 5,96 6,00 4,92 7,75 Keuangan 5,65 6,74 6,20 5,93 5,73 7,11 Jasa-Jasa 4,54 4,79 6,97 6,20 5,22 7,05 LPE 5,80 5,15 5,43 5,82 5,69 5,90 Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota Surakarta Tahun 2010 *) Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Berdasarkan tabel, perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2009

mempunyai pertumbuhan sebesar 5,9 persen. Jika dibandingkan tahun

sebelumnya, pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 sedikit mengalami

peningkatan, yakni sebesar 0,21 persen, dimana pada tahun sebelumnya

perekonomian Kota Surakarta mampu tumbuh 5,69 persen.

Perkembangan positif dari perekonomian di Kota Surakarta tersebut tidak

lepas dari peningkatan kinerja pada sektor yang sangat dominan di

wilayah ini, yaitu sektor pariwisata dan perdagangan yang juga

mencakup hotel dan restoran serta industri pengolahan yang mampu

tumbuh masing-masing sebesar 6,35 dan 2,94 persen.

Pada tahun 2009, hampir seluruh sektor ekonomi di Kota Surakarta

memperlihatkan kinerja yang cukup menggembirakan. Peningkatan

kinerja tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas, dan air bersih yang

mampu tumbuh sebesar 8,13 persen, sedangkan yang terendah terjadi

pada sektor penggalian yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -

Page 77: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2,24 persen. Walaupun mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup

baik namun untuk sektor listrik, gas, dan air bersih selama periode 2004-

2009 masih fluktuatif. Bila dibandingkan tahun sebelumnya, sektor ini

tumbuh cukup signifikan yang semula hanya 6,35 menjadi 8,13 persen di

tahun 2009. Percepatan ini sejalan dengan meningkatnya kinerja sektor

sumber daya listrik, gas, dan air bersih di Kota Surakarta yang

merupakan dampak dari peningkatan jumlah penduduk dan daya beli

masyarakat.

7. Profil Penerangan Jalan di Kota Surakarta

Pajak Penerangan Jalan (PPJ) di Kota Surakarta merupakan pajak

yang dipungut atas setiap penggunaan tenaga listrik. Penarikan Pajak

Penerangan Jalan dilakukan oleh PT. PLN Persero APJ Surakarta yang

pembayarannya disatukan ke dalam rekening listrik yang kemudian

disetorkan ke DPPKA. Penyediaan dan perawatan dari penerangan jalan

dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surakarta.

Adapun beberapa permasalahan yang terjadi dalam penyediaan penerangan

jalan di Kota Surakarta antara lain:

a. Penerimaan pajak tinggi akan tetapi realisasi untuk penerangan jalan

sangat rendah.

b. Kebutuhan untuk biaya listrik yang tinggi.

c. Anggaran untuk penerangan jalan masih sangat rendah.

d. Pengelolaan dan perawatan penerangan jalan masih belum terlaksana

dengan baik.

Page 78: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

e. Terjadi tunggakan pembayaran tagihan Pajak Penerangan Jalan ke

pemerintah pusat pada beberapa waktu terakhir.

Luas cakupan pelayanan penerangan jalan di Kota Surakarta tersebar

di ± 2.160 titik penerangan jalan yang terbagi dalam 2 Unit Pelayanan

Jaringan (UPJ) yaitu UPJ Manahan dan UPJ Surakarta Kota. Mayoritas titik

penerangan masih terkonsentrasi di 2 UPJ tersebut yaitu UPJ Manahan dan

UPJ Surakarta Kota.

Potensi penerangan jalan di Kota Surakarta masih sangat potensial

untuk digali. Dari sisi penerimaan, Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak

yang memiliki penerimaan terbesar dalam pos pajak daerah Kota Surakarta.

Selain itu, masyarakat sebagai pengguna sarana listrik dari PLN juga tidak

terlepas dari adanya Pajak Penerangan Jalan. Wajib pajak dalam hal ini

masyarakat memiliki andil yang besar dalam penerangan jalan, mereka

memiliki ketaatan membayar pajak yang tinggi sehingga penerimaan Pajak

Penerangan Jalan cenderung bisa ditingkatkan. Dengan semakin

meningkatnya penerimaan Pajak Penerangan Jalan diharapkan setiap daerah

akan memiliki sistem penerangan jalan yang cukup memadai.

Untuk tahun 2013 ada beberapa perencanaan yang akan direalisasikan

oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta, dalam hal ini Dinas Kebersihan

dan Pertamanan (DKP) Kota Surakarta selaku yang menangani

permasalahan tata ruang dan kota di Kota Surakarta antara lain:

a. Meterisasi di setiap gardu penerangan jalan, hal ini bertujuan untuk

meminimalisasi biaya listrik, sehingga beban listrik yang dibayarkan ke

PLN sesuai dengan pemakaian.

Page 79: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

b. Penambahan penerangan jalan sebanyak ± 800 titik.

c. Penggantian lampu-lampu kota yang sudah tidak layak.

d. Pemasangan tiang pancang penerangan jalan (tiang armartur atau

oktagonal)

B. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian

1. Pajak Penerangan Jalan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber dana

yang digunakan untuk melakukan pembiayaan pembangunan dari suatu

daerah. Semakin besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah maka

semakin besar pula kemampuan daerah itu untuk melakukan pembiayaan

pembangunan daerahnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah berusaha

untuk selalu meningkatkan sumber-sumber penerimaan asli daerahnya,

termasuk penerimaan Pajak Penerangan Jalan. Pajak Penerangan Jalan

merupakan salah satu jenis pajak daerah yang memiliki penerimaan tertinggi

dibandingkan pajak-pajak daerah lainnya. Pajak Penerangan Jalan setiap

tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif). Rata-rata

pertumbuhan penerimaan pajak selama lima tahun sebesar 5,62 persen,

pertumbuhan penerimaan mengalami peningkatan dan penurunan

(fluktuatif) selama tahun 2007 hingga tahun 2011. Penurunan pertumbuhan

penerimaan Pajak Penerangan Jalan terjadi pada tahun 2009 dan 2011, turun

sebesar 4,77 dan 13,41 persen. Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta

memiliki rata-rata kontribusi 45,76 persen per tahun terhadap pajak daerah

dan rata-rata kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 23,23

Page 80: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

persen per tahun. Selama kurun waktu lima tahun, kontribusi Pajak

Penerangan Jalan terhadap pajak daerah mengalami penurunan terus dari

tahun 2007-2011 dan terhadap Pendapatan Asli Daerah mengalami 3 kali

penurunan kontribusi yaitu pada tahun 2008, 2010, 2011.

Gambar 4.1 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak

Daerah Kota Surakarta Tahun 2007-2011 (Persen)

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2012, data diolah

Page 81: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Gambar 4.2 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap PAD Kota

Surakarta Tahun 2007-2011 (Persen)

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2012, data diolah

2. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar

pengukuran nilai tambah yang mampu diciptakan akibat adanya berbagai

aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB tersebut

menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya

alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya

PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut,

sehingga dengan beragamnya keterbatasan dua faktor di atas menyebabkan

PDRB bervariasi antar daerah, ada daerah yang memiliki PDRB yang kecil

dan ada pula daerah dengan PDRB yang besar. Berikut gambar PDRB Kota

Surakarta:

Page 82: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Gambar 4.3 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota

Surakarta Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (Jutaan

Rupiah)

Sumber: Biro Pusat Statistik Kota Surakarta, 2010, data diolah

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang

dihitung atas dasar harga berlaku di Kota Surakarta selama lima tahun

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Semakin tinggi pendapatan

seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk

membayar (ability to pay) berbagai pungutan yang ditetapkan oleh

pemerintah dan pada akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan. Dengan

logika sama, pada tingkat distribusi pendapatan tertentu tetap, semakin

tinggi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah, semakin

besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai

pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintahnya. Dengan

Page 83: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

kata lain, semakin tinggi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu

daerah, semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.

3. Analisis Data dan Pembahasan

a. Metode Analisis Data

- Perhitungan Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Analisis mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak daerah,

dan kontribusi pajak daerah telah diuraikan selanjutnya dalam penelitian

ini secara khusus, maka akan dibahas secara rinci mengenai salah satu

jenis pajak yaitu Pajak Penerangan Jalan yang menjadi jenis pajak daerah

yang mempunyai kontribusi terbesar dalam kinerja 5 tahun ini.

Tabel 4.8 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan (Rupiah)

Tahun Nilai Pajak Penerangan Jalan (PJU)

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kontribusi

2007 22.860.946.389 89.430.977.982 25,56 % 2008 24.902.623.244 102.929.501.970 24,19 % 2009 25.937.479.080 101.972.318.682 25,44 % 2010 28.892.435.120 114.141.348.062 25,31 % 2011 28.309.772.763 181.096.816.152 15,63 %

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2010 dan 2011 (data diolah)

Kontribusinya bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) cukup besar

mengingat bahwa Pajak Penerangan Jalan adalah hanya salah satu sub

komponen bagi Pendapatan Asli Daerah, yang masuk dalam total pajak

daerah. Kontribusi terbesar pada tahun 2007 mencapai 25,56 %

selanjutnya pada tahun 2008 menurun menjadi 24,19 %, pada tahun 2009

dan tahun 2010 terjadi peningkatan berkisar kurang lebih pada angka 25

% dan kontribusinya kembali melemah pada tahun 2011 yang hanya

Page 84: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

sebesar 15,63 %. Penurunan kontribusi Pajak Penerangan Jalan, mungkin

dikarenakan ketidakstabilan perekonomian atau faktor internal dalam

pemungutan pajak tersebut.

Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan Pajak Penerangan

Jalan akan digunakan analisis trend dengan melakukan regresi. Regresi

merupakan hubungan antara suatu variabel dependen dengan variabel

independen. Pada tingkat negara, untuk mengukur keberhasilan suatu

pajak digunakan tax rasio (rasio pajak). Penelitian ini menggunakan

analisis trend alasannya untuk mengetahui perkiraan trend, yaitu secara

langsung dapat membantu menyusun perencanaan (Djarwanto, 1993: 268

dalam Hajar Sholikhah, 2010). Misalnya bila trend penerimaan Pajak

Penerangan Jalan selama beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka

secara logika dapat diramalkan bahwa penerimaan Pajak Penerangan

Jalan untuk tahun-tahun yang akan datang juga akan bertambah.

Persamaan garis lurus dinyatakan dengan model

PPJ = a + bT.

Dimana:

PPJ = Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

a = Konstanta

b = Besar perubahan variabel PPJ yang terjadi pada setiap perubahan

satu variabel T

T = Tahun

Sebelum memperkirakan trend Pajak Penerangan Jalan dari tahun ke

tahun maka harus diadakan uji terlebih dahulu, bila b < 0 maka

Page 85: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

perkembangan hubungan PPJ dan T turun dan bila b > 0 atau positif

maka perkembangan hubungan PPJ dan T adalah naik, selanjutnya

dengan menggunakan tingkat signifikansi 5 % analisis tersebut diuji

terlebih dahulu apabila probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka

persamaan tersebut signifikan. Maka pengolahan data dengan

menggunakan eviews 3.1 perhitungan regresi dari penerimaan Pajak

Penerangan Jalan selama kurun waktu 2007-2011 menghasilkan

persamaan sebagai berikut:

PPJ = a + b (T)

= 26.527.082.146,2 + 1.186.146.841,5 T

Nilai probabilitas X adalah 0,4525 > 0,05 maka koefisien regresi tersebut

(tidak signifikan) pada tingkat signifikansi 5 %.

Berdasarkan persamaan regresi di atas maka nilai b adalah positif

dan lebih dari satu maka perkembangan hubungan nilai PPJ dan T adalah

naik atau penerimaan pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,

dan tingkat signifikansinya adalah lebih besar dari 0,05 maka persamaan

di atas adalah tidak signifikan. Berdasarkan persamaan tersebut maka

dapat diketahui perkiraan trend pajak penerangan dari tahun ke tahun,

bila trend Pajak Penerangan Jalan selama beberapa tahun meningkat

maka secara logika dapat diramalkan bahwa Pajak Penerangan Jalan

untuk tahun-tahun yang akan datang juga akan bertambah, maka

perkiraan penerimaan Pajak Penerangan Jalan selama kurun waktu 5

(lima) tahun ke depan dengan tahun dasar (basic year) tahun 2009 dapat

disajikan pada perhitungan berikut ini:

Page 86: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

1. Prediksi untuk tahun 2012

PPJ’ = a + b (T)

= 26.527.082.146,2 + 1.186.146.841,5 (3)

= 30.085.522.671

2. Prediksi untuk tahun 2013

PPJ’ = a + b (T)

= 26.527.082.146,2 + 1.186.146.841,5 (4)

= 31.271.669.512

3. Prediksi untuk tahun 2014

PPJ’ = a + b (T)

= 26.527.082.146,2 + 1.186.146.841,5 (5)

= 32.457.816.354

4. Prediksi untuk tahun 2015

PPJ’ = a + b (T)

= 26.527.082.146,2 + 1.186.146.841,5 (6)

= 33.643.963.195

5. Prediksi untuk tahun 2016

PPJ’ = a + b (T)

= 26.527.082.146,2 + 1.186.146.841,5 (7)

= 34.830.110.037

Kesimpulannya dari persamaan trend di atas maka untuk 5 tahun ke

depan penerimaan Pajak Penerangan Jalan akan mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Trend Pajak Penerangan Jalan untuk 5 tahun ke

depan diperkirakan akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Page 87: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

- Gambaran Kinerja Pajak Penerangan di Kota Surakarta

Selanjutnya untuk mengetahui kinerja Pajak Penerangan Jalan

dapat diketahui dengan matrik kinerja pajak daerah. Berikut ini adalah

kinerja Pajak Penerangan Jalan yaitu pada tahun 2007-2011:

Tabel 4.9 Kinerja Pajak Penerangan Jalan Tahun 2007-2011

Tahun Pertumbuhan Proporsi Kinerja 2007 0,86 3,31 Potensial 2008 0,35 3,19 Potensial 2009 0,20 2,98 Potensial 2010 0,31 2,81 Potensial 2011 -0,02 1,67 Potensial

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2010 dan 2011 (data diolah)

Kinerja Pajak Penerangan Jalan dalam 5 tahun dilihat dari rasio

pertumbuhan dan proporsi, jenis pajak tersebut semua kinerjanya

tergolong ke dalam kondisi potensial karena proporsi

pertumbuhan < 1. Artinya Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu

jenis pajak yang cukup berpotensi bagi penyumbang pendapatan pajak

daerah yang kontribusinya tentu dapat mempengaruhi Pendapatan Asli

Daerah pada 2007-2011. Belum terjadinya peningkatan kinerja pajak

tersebut bisa diperoleh dari faktor internal maupun eksternal. Internal

yaitu PLN sebagai lembaga pemungut pajak dan eksternal yaitu pemda

sebagai pengelola pajak tersebut.

Selanjutnya sebagai pelengkap data kinerja dari keseluruhan Pajak

Penerangan Jalan maka akan dibahas mengenai rasio pengumpulan

(collection ratio) dan rasio pertumbuhan.

Page 88: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

1. Rasio Pengumpulan (Collection Ratio)

Tabel 4.10 Rasio Pengumpulan (Collection Ratio) Pajak Penerangan

Jalan Tahun 2007-2011 (Rupiah)

Tahun Realisasi Target Collection Ratio 2007 22.860.946.389 21.221.953.000 107,72 % 2008 24.902.623.244 24.150.000.000 103,12 % 2009 25.937.479.080 25.538.000.000 101,56 % 2010 28.892.435.120 26.149.168.000 110,49 % 2011 28.309.772.763 28.856.626.000 98,11 %

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2010 dan 2011 (data diolah)

Rasio pengumpulan Pajak Penerangan Jalan rata-rata di atas 100 %

artinya tahun 2007-2011 jenis pajak ini tergolong mencapai target yang

ditentukan oleh pemda atau sangat efektif. Pada tahun 2011 terjadi

penurunan rasio pengumpulan yaitu di bawah 100 % artinya pendapatan

Pajak Penerangan Jalan pada tahun tersebut belum mencapai target yang

ditentukan pemda atau tidak efektif, rasionya hanya sebesar 98,11 %.

Terjadi penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya.

2. Rasio Pertumbuhan

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pertumbuhan Pajak Penerangan Jalan. Rasio pertumbuhan Pajak

Penerangan Jalan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.11 Pertumbuhan Pajak Penerangan Jalan Tahun 2007-2011

Tahun Pertumbuhan 2007 27,37 % 2008 8,93 % 2009 4,16 % 2010 11,39 % 2011 -2,02

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2010 dan 2011 (data diolah)

Page 89: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Pertumbuhan keseluruhan Pajak Penerangan Jalan cenderung positif akan

tetapi fluktuatif. Terjadi peningkatan dan penurunan pertumbuhan selama

kurun waktu 5 tahun. Pada tahun 2011, Pajak Penerangan Jalan

pertumbuhannya negatif artinya pendapatan tahun tersebut tidak ada

peningkatan atau terjadi penurunan dari tahun sebelumnya.

- Perhitungan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Potensi merupakan keseluruhan pendapatan yang memungkinkan

dapat dicapai berdasarkan kondisi dan perkembangan sumber pendapatan

yang dimaksud. Nilai potensi setiap sumber pendapatan daerah tersebut

masih jarang untuk dilaporkan sebagaimana nilai target dan realisasi

pendapatan. Analisis perhitungan potensi mutlak diperlukan dalam

analisis menetapkan target rasional. Dengan potensi yang ada, setelah

dibandingkan penerimaan untuk masa yang akan datang, maka akan

didapatkan besarnya potensi yang terpendam, sehingga akan dapat

diperkirakan rencana dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk

menggali potensi yang terpendam untuk menentukan berapa besarnya

rencana penerimaan yang akan datang.

Untuk menghitung potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan,

pertama perlu diketahui basis Pajak Penerangan Jalan (tax base) dengan

rumus sebagai berikut:

Tax Base PPJ = Biaya Beban + Biaya Pemakaian Listrik

Setelah diperoleh basis pajaknya, kemudian potensi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Potensi PPJ = Basis Pajak Penerangan Jalan x Tarif Pajak

Page 90: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Adapun perhitungannya sebagai berikut:

1. Perhitungan Basis Pajak Penerangan Jalan per Golongan Tarif

Tabel 4.12 Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Golongan

Tarif Rumah Tangga Tahun 2010-2011 (Rupiah)

a. Tahun 2010-UPJ Surakarta Kota

Bulan Golongan Rumah Tangga (R)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 1.381.703.615 5.686.531.950 0 0

Februari 1.378.750.195 5.463.144.855 0 0

Maret 1.375.488.945 5.119.270.140 0 0

April 1.362.835.555 5.427.009.505 0 0

Mei 1.359.662.350 5.621.754.080 0 0

Juni 1.355.258.945 5.844.933.880 0 0

Juli 1.351.008.485 5.644.891.720 0 0

Agustus 613.782.285 6.116.271.985 0 0

September 615.365.525 6.960.809.105 0 0

Oktober 795.763.490 6.543.868.175 0 0

November 782.713.870 6.746.100.335 0 0

Desember 784.239.600 6.601.631.270 0 0

Total 13.156.572.860 71.776.217.000 0 0 Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

b. Tahun 2010-UPJ Manahan

Bulan Golongan Rumah Tangga (R)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 1.180.123.190 4.951.357.625 0 0

Februari 1.176.781.050 4.987.596.590 0 0

Maret 1.171.569.335 4.574.700.620 0 0

April 1.167.811.080 4.960.742.705 0 0

Mei 1.164.478.560 5.091.386.340 0 0

Juni 1.160.476.915 5.309.034.015 0 0

Juli 1.154.331.730 5.097.754.245 0 0

Agustus 677.917.425 5.290.935.920 0 0

September 680.235.640 5.954.643.575 0 0

Oktober 821.456.985 5.669.256.420 0 0

November 816.261.630 5.820.883.375 0 0

Desember 822.807.455 5.768.760.310 0 0

Total 11.994.250.995 63.477.051.740 0 0

Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

Page 91: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

c. Tahun 2011-UPJ Surakarta Kota

Bulan Golongan Rumah Tangga (R)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 783.377.620 6.522.998.980 0 0

Februari 783.415.010 6.409.196.225 0 0

Maret 790.345.820 5.872.321.345 0 0

April 778.945.440 6.439.600.525 0 0

Mei 778.485.390 6.218.185.640 0 0

Juni 608.769.800 6.613.750.545 0 0

Juli 606.211.475 6.441.626.144 0 0

Agustus 601.761.455 6.639.737.970 0 0

September 599.887.085 5.635.864.229 0 0

Oktober 598.957.040 7.497.242.119 0 0

November 596.885.360 7.038.288.559 0 0

Desember 595.517.300 6.759.063.307 0 0

Total 8.122.558.795 78.087.875.588 0 0 Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

d. Tahun 2011-UPJ Manahan

Bulan Golongan Rumah Tangga (R)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 815.177.010 5.684.381.950 0 0

Februari 816.352.045 5.558.196.225 0 0

Maret 826.657.125 4.978.571.870 0 0

April 823.729.075 5.668.553.455 0 0

Mei 802.608.600 5.610.166.435 0 0

Juni 678.332.670 5.846.263.762 0 0

Juli 675.757.320 5.603.762.471 0 0

Agustus 672.500.418 5.709.464.319 0 0

September 672.357.610 5.319.835.071 0 0

Oktober 669.867.100 6.268.910.366 0 0

November 668.271.333 6.126.952.937 0 0

Desember 667.286.935 5.937.547.823 0 0

Total 8.788.897.241 68.312.606.684 0 0

Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

- Basis Pajak Penerangan Jalan (tax base) tahun 2010

= 25.150.823.855 + 135.253.268.740

= 160.404.092.595

Page 92: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

- Basis Pajak Penerangan Jalan (tax base) tahun 2011

= 16.911.456.036 + 146.400.482.272

= 163.311.938.308

Tabel 4.13 Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Golongan

Tarif Bisnis Tahun 2010-2011 (Rupiah)

a. Tahun 2010-UPJ Surakarta Kota

Bulan Golongan Bisnis (B)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 1.329.176.300 9.117.576.385 23.856.450 0

Februari 1.321.855.765 8.580.575.270 25.687.200 0

Maret 1.354.583.735 8.081.282.420 10.526.205 0

April 1.303.736.245 8.908.198.965 11.469.920 0

Mei 1.302.120.395 8.964.031.095 5.930.850 0

Juni 1.348.162.730 9.108.392.240 7.529.990 0

Juli 1.293.801.715 9.068.849.805 6.724.260 0

Agustus 48.934.320 10.139.079.320 10.085.320 0

September 46.646.070 10.378.626.570 11.258.200 0

Oktober 338.652.440 8.734.421.145 17.046.580 1.098.086.400

November 296.342.405 9.337.977.335 40.174.760 1.178.880.000

Desember 301.803.530 9.068.503.765 25.875.760 1.130.745.600

Total 10.285.815.650 109.487.514.315 196.165.495 3.407.712.000 Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

Page 93: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

b. Tahun 2010-UPJ Manahan

Bulan Golongan Bisnis (B)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 475.758.360 3.666.232.515 8.101.630 0

Februari 468.707.930 3.530.772.530 8.707.775 0

Maret 472.290.585 3.405.596.925 6.790.785 0

April 465.560.705 3.713.777.995 8.323.390 0

Mei 468.304.855 3.796.243.745 7.303.295 0

Juni 469.310.900 3.848.187.045 7.485.630 0

Juli 460.677.140 3.825.376.190 8.343.105 0

Agustus 39.492.340 3.510.386.335 10.461.800 0

September 39.156.680 3.629.519.705 10.396.640 0

Oktober 206.032.035 2.962.929.500 9.231.000 167.520.000

November 166.827.690 3.557.203.595 10.222.880 193.200.000

Desember 172.046.520 3.401.705.920 9.433.720 183.840.000

Total 3.904.165.740 42.847.932.000 104.801.650 544.560.000 Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

c. Tahun 2011-UPJ Surakarta Kota

Bulan Golongan Bisnis (B)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 302.496.930 9.049.751.330 19.330.800 1.164.537.600

Februari 314.963.860 8.688.041.540 5.509.640 1.102.108.800

Maret 323.318.410 7.972.950.995 5.430.000 1.001.587.200

April 310.720.870 9.023.521.420 6.523.240 1.140.480.000

Mei 353.694.095 8.535.722.505 6.910.580 1.121.040.000

Juni 45.149.625 9.733.236.600 0 1.166.428.800

Juli 44.901.900 9.081.450.875 0 1.111.396.800

Agustus 43.942.425 9.566.871.677 0 1.212.732.000

September 43.728.150 8.259.368.099 0 1.156.022.400

Oktober 43.672.500 9.757.793.001 0 1.174.804.800

November 43.379.798 9.840.272.115 0 1.212.965.004

Desember 43.283.618 9.899.328.393 0 1.201.495.200

Total 1.913.252.181 109.408.308.550 43.704.260 13.765.598.604

Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

Page 94: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

d. Tahun 2011-UPJ Manahan

Bulan Golongan Bisnis (B)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 176.896.150 3.591.273.505 11.033.760 237.360.000

Februari 182.976.260 3.403.205.435 9.723.320 213.840.000

Maret 203.927.630 3.034.153.470 8.818.320 204.480.000

April 191.786.070 3.599.937.980 9.636.440 222.960.000

Mei 177.559.125 3.536.104.320 10.469.040 219.360.000

Juni 37.585.365 3.774.850.489 0 232.814.400

Juli 37.253.250 3.672.628.389 0 216.801.600

Agustus 36.584.176 3.742.884.322 0 235.620.000

September 36.732.675 3.343.771.897 0 201.580.800

Oktober 36.093.135 3.811.230.619 0 219.206.400

November 35.841.135 4.179.543.711 0 255.746.400

Desember 35.772.901 3.988.367.257 0 254.414.400

Total 1.179.007.872 43.677.951.394 49.680.880 2.714.184.000 Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

- Basis Pajak Penerangan (tax base) Jalan tahun 2010

= 14.189.981.390 + 156.588.685.460

= 170.778.666.850

- Basis Pajak Penerangan (tax base) Jalan tahun 2011

= 3.092.260.053 + 169.659.427.688

= 172.751.687.741

Page 95: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 4.14 Biaya Beban dan Biaya Pemakaian Listrik Golongan

Tarif Industri Tahun 2010-2011 (Rupiah)

a. Tahun 2010-UPJ Surakarta Kota

Bulan Golongan Industri (I)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 521.826.660 2.024.237.040 6.060.010 0

Februari 524.656.720 2.096.311.665 6.566.240 0

Maret 529.593.475 1.992.440.880 5.606.210 0

April 531.685.245 2.151.607.295 6.043.190 0

Mei 526.221.045 2.085.314.460 5.015.245 0

Juni 529.657.050 2.141.017.725 6.018.250 0

Juli 522.730.940 2.149.427.265 18.137.435 0

Agustus 28.350 3.310.089.900 29.809.570 0

September 28.350 3.257.313.060 19.830.790 0

Oktober 34.799.690 2.092.422.520 7.722.820 478.994.400

November 28.283.010 2.675.590.390 11.886.945 615.733.200

Desember 34.014.130 2.508.433.630 17.886.925 596.828.400

Total 3.783.524.665 28.484.205.830 140.583.630 1.691.556.000 Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

b. Tahun 2010-UPJ Manahan

Bulan Golongan Industri (I)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 1.161.306.960 5.895.094.670 47.961.765 0

Februari 1.178.603.845 6.170.055.785 53.418.020 0

Maret 1.196.052.850 5.530.900.835 51.370.235 0

April 1.184.446.685 6.064.525.815 28.566.840 0

Mei 1.195.312.015 5.868.583.210 29.511.275 0

Juni 1.213.131.180 5.996.727.190 35.560.065 0

Juli 1.197.552.985 5.973.780.415 30.750.545 0

Agustus 0 8.754.904.825 45.775.765 0

September 0 8.977.055.355 48.066.165 0

Oktober 83.071.600 5.825.359.770 42.363.300 1.656.174.000

November 75.548.480 7.128.301.505 41.452.110 2.027.588.400

Desember 73.852.480 6.766.789.850 45.969.105 1.909.744.800

Total 8.558.879.080 78.952.079.225 500.765.190 5.593.507.200

Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

Page 96: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

c. Tahun 2011-UPJ Surakarta Kota

Bulan Golongan Industri (I)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 26.280.610 2.383.288.635 16.786.455 567.183.600

Februari 28.919.050 2.469.034.535 20.448.960 563.306.400

Maret 32.008.610 2.164.979.490 19.736.255 482.703.600

April 28.541.230 2.506.963.495 24.961.090 530.848.800

Mei 40.112.350 2.210.634.775 19.857.460 508.222.800

Juni 28.350 2.548.722.485 0 582.757.560

Juli 28.350 2.219.897.050 0 527.314.320

Agustus 28.350 2.402.112.140 0 578.527.080

September 28.350 1.982.043.535 0 456.200.100

Oktober 28.350 1.863.623.665 0 411.316.920

November 28.350 2.327.681.440 0 538.721.830

Desember 28.350 2.130.881.240 0 490.764.480

Total 156.060.300 27.209.862.485 101.790.220 6.237.867.490 Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

d. Tahun 2011-UPJ Manahan

Bulan Golongan Industri (I)

Biaya Beban

Biaya Pemakaian Listrik Rp kWh Rp kVArh TTLB

Januari 59.433.160 6.816.551.845 38.698.730 1.915.032.000

Februari 70.511.600 6.983.154.920 60.047.225 1.968.207.600

Maret 65.743.600 6.098.875.110 48.270.950 1.735.422.000

April 64.668.480 7.106.672.330 75.926.060 2.008.417.200

Mei 64.012.480 6.801.904.340 67.051.215 1.939.807.200

Juni 0 14.988.135.391 0 5.547.300.324

Juli 0 6.910.577.440 0 1.963.310.040

Agustus 0 7.032.222.225 0 1.945.656.240

September 0 6.667.604.945 0 1.856.223.000

Oktober 0 6.511.621.550 0 1.805.419.680

November 0 7.406.606.187 0 2.053.425.252

Desember 0 7.054.449.461 0 1.960.634.268

Total 324.369.320 90.378.375.744 289.994.180 26.698.854.804

Sumber : PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

- Basis Pajak Penerangan (tax base) Jalan tahun 2010

= 12.342.403.745 + 115.362.697.075

= 127.705.100.820

- Basis Pajak Penerangan (tax base) Jalan tahun 2011

Page 97: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

= 480.429.620 + 150.916.744.923

= 151.397.174.543

2. Perhitungan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Menurut Golongan Tarif.

a. Perhitungan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Golongan Tarif Rumah Tangga Tahun 2010-2011

- Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2010

= 160.404.092.595 x 9 %

= 14.436.368.334

- Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2011

= 163.311.938.308 x 9 %

= 14.698.074.448

b. Perhitungan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Golongan Tarif Bisnis Tahun 2010-2011

- Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2010

= 170.778.666.850 x 5 %

= 8.538.933.343

- Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2011

= 172.751.687.741 x 5 %

= 8.637.584.387

c. Perhitungan Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Golongan Tarif Industri Tahun 2010-2011

- Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2010

= 127.705.100.820 x 9 %

Page 98: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

= 11.493.459.074

- Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan tahun 2011

= 151.397.174.543 x 9 %

= 13.625.745.709

3. Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta

a. Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tahun 2010

= 14.436.368.334 + 8.538.933.343 + 11.493.459.074

= 34.468.760.751

b. Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Tahun 2011

= 14.698.074.448 + 8.637.584.387 + 13.625.745.709

= 36.961.404.544

Hasil perhitungan di atas merupakan hasil perhitungan potensi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan dari pelanggan reguler PT. PLN APJ

Surakarta.

- Perhitungan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kota

Surakarta

1. Tahun 2010

Berdasarkan jumlah potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan

sebesar Rp 34.468.760.751, diketahui efektivitas Pajak Penerangan Jalan

di Kota Surakarta tahun 2010 dengan realisasi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan sebesar Rp 28.892.435.120 tahun 2010 adalah sebagai

berikut:

Page 99: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh tingkat efektivitas Pajak

Penerangan Jalan di Kota Surakarta tahun 2010 adalah 83,82 persen.

2. Tahun 2011

Berdasarkan jumlah potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan

sebesar Rp 36.961.404.544, diketahui efektivitas Pajak Penerangan Jalan

di Kota Surakarta tahun 2011 dengan realisasi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan sebesar Rp 28.309.772.763 tahun 2011 adalah sebagai

berikut:

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh tingkat efektivitas Pajak

Penerangan Jalan di Kota Surakarta tahun 2011 adalah 76,59 persen.

- Pengukuran Daya Pajak (Tax Effort)

1. Tahun 2007

Diketahui bahwa realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan pada

tahun 2007 sebesar Rp 22.860.946.389 dan Produk Domestik Regional

Bruto Kota Surakarta sebesar Rp 6.909.094,57 juta, maka perhitungan

daya pajaknya adalah sebagai berikut:

Page 100: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya pajak (Tax Effort) di

Kota Surakarta sebesar 0,33 persen.

2. Tahun 2008

Diketahui bahwa realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan pada

tahun 2008 sebesar Rp 24.902.623.244 dan Produk Domestik Regional

Bruto Kota Surakarta sebesar Rp 7.901.886,06 juta, maka perhitungan

daya pajaknya adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya pajak (Tax Effort) di

Kota Surakarta sebesar 0,32 persen.

3. Tahun 2009

Diketahui bahwa realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan pada

tahun 2009 sebesar Rp 25.937.479.080 dan Produk Domestik Regional

Bruto Kota Surakarta sebesar Rp 8.880.691,24 juta, maka perhitungan

daya pajaknya adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya pajak (Tax Effort) di

Kota Surakarta sebesar 0,29 persen.

4. Tahun 2010

Diketahui bahwa realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan pada

tahun 2010 sebesar Rp 28.892.435.120 dan Produk Domestik Regional

Bruto Kota Surakarta sebesar Rp 9.941.136,57 juta, maka perhitungan

daya pajaknya adalah sebagai berikut:

Page 101: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya pajak (Tax Effort) di

Kota Surakarta sebesar 0,29 persen.

5. Tahun 2011

Diketahui bahwa realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan pada

tahun 2011 sebesar Rp 28.309.772.763 dan Produk Domestik Regional

Bruto Kota Surakarta sebesar Rp 10.992.971,19 juta, maka perhitungan

daya pajaknya adalah sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya pajak (Tax Effort)

di Kota Surakarta sebesar 0,26 persen.

b. Interpretasi Secara Ekonomi

- Potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta

Berdasarkan hasil perhitungan potensi selama dua tahun, yaitu

periode tahun 2010 hingga tahun 2011, total potensi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan adalah sebesar Rp 71.430.165.295. Potensi penerimaan

Pajak Penerangan Jalan dihitung dari total potensi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan berdasarkan golongan tarif, adapun rinciannya berikut:

Page 102: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 4.15 Potensi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

berdasarkan Golongan Tarif di Kota Surakarta Tahun 2010-2011

Tahun Potensi Golongan Tarif Rumah Tangga

Potensi Golongan Tarif

Bisnis

Potensi Golongan Tarif

Industri 2010 14.436.368.334 8.538.933.343 11.493.459.074 2011 14.698.074.448 8.637.584.387 13.625.745.709 Total 29.134.442.782 17.176.517.730 25.119.204.783

Sumber: PT. PLN Persero APJ Surakarta, 2012, data diolah

Selama dua tahun, golongan tarif yang memiliki potensi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan paling besar adalah golongan tarif

rumah tangga (R), dengan total penerimaan sebesar Rp

29.134.442.782,00, kemudian golongan tarif industri (I) dengan total

penerimaan Rp 25.119.204.783,00 dan yang memiliki potensi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan paling kecil adalah golongan tarif

bisnis (B) dengan total penerimaan sebesar Rp 17.176.517.730,00.

Berdasarkan perhitungan menggunakan matrik kinerja pajak daerah

yang sudah dipaparkan sebelumnya, Pajak Penerangan Jalan termasuk

dalam kategori potensial dimana proporsinya yang lebih besar

dibandingkan rata-rata pajak daerah. Realisasi dan potensi Pajak

Penerangan Jalan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya

menggunakan sistematika perhitungan yang hampir sama yaitu:

PPJ = (Biaya Beban + Biaya Pemakaian Listrik) x Tarif Pajak

Keterangan:

Basis PPJ = Biaya Beban + Biaya Pemakian Listrik

Potensi PPJ = Basis PPJ x Tarif Pajak

Page 103: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Sistematika perhitungan yang hampir sama antara realisasi dan potensi

Pajak Peneranga Jalan tersebut seharusnya menghasilkan nilai yang sama

tetapi pada kenyataannya potensi memiliki nilai yang lebih besar

dibanding dengan realisasi. Hal tersebut dikarenakan potensi merupakan

keseluruhan pendapatan yang dapat diperoleh dari semua objek Pajak

Penerangan Jalan baik yang sudah terbayarkan maupun yang masih

terutang sedangkan realisasi merupakan hasil pemungutan Pajak

Penerangan Jalan yang sudah terbayarkan. Kinerja Pajak Penerangan

Jalan yang tergolong potensial ikut mempengaruhi pencapaian realisasi

Pajak Penerangan Jalan sehingga dapat mendekati potensi riilnya (sangat

efektif).

Tabel 4.16 Perbandingan Target Penerimaan dan Potensi

Penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta Tahun

2010-2011

Tahun Target Penerimaan Pajak Penerangan

Jalan

Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Potensi Penerimaan Pajak Penerangan

Jalan 2010 26.149.168.000 28.892.435.120 34.468.760.751 2011 28.856.626.000 28.309.772.763 36.961.404.544 Total 55.005.794.000 57.202.207.883 71.430.165.295

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, PT. PLN APJ Surakarta, 2012, data diolah

Apabila dibandingkan dengan perhitungan target yang dibuat oleh

Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota

Surakarta, berdasarkan tabel 4.16 jumlah potensi penerimaan dari hasil

perhitungan potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan jauh lebih besar

dibandingkan perhitungan target penerimaan Pajak Penerangan Jalan

yang dibuat oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset

Page 104: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

(DPPKA) Kota Surakarta, dengan total target penerimaan yang sebesar

Rp 55.005.794.000,00. Terdapat selisih sebesar Rp 16.424.371.295,00

antara target penerimaan Pajak Penerangan Jalan yang ditetapkan oleh

Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota

Surakarta dengan potensi riil penerimaan Pajak Penerangan Jalan yang

dimiliki oleh Kota Surakarta. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa

target yang dibuat oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan

Aset (DPPKA) Kota Surakarta terlalu kecil dan mengindikasikan bahwa

masih sangat terbuka bagi Kota Surakarta untuk meningkatkan

penerimaan Pajak Penerangan Jalan.

Pada tahun 2010-2011 realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan

belum ada yang melampaui jumlah potensi penerimaannya, hal tersebut

disebabkan masih banyak tagihan pajak yang terutang atau belum

terbayarkan dari pelanggan reguler PT. PLN APJ Surakarta yaitu

golongan tarif rumah tangga, golongan tarif bisnis, dan golongan tarif

industri, sehingga tidak semua hasil pemungutam pajak dari objek Pajak

Penerangan Jalan dapat terakomodasi dalam perhitungan realisasi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan juga dikarenakan terbatasnya data

yang tersedia.

- Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta

Dari semua hasil perhitungan efektifitas Pajak Penerangan Jalan

yang diperoleh dari tahun 2010-2011 diketahui bahwa efektivitas Pajak

Penerangan Jalan untuk tahun 2010-2011 atau dua tahun terakhir

Page 105: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

tergolong sangat efektif (tinggi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.17 Perhitungan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kota

Surakarta Tahun 2007-2011

Tahun Efektivitas Pajak Penerangan Jalan

(Persen)

Kriteria

2010 83,82 Sangat Efektif 2011 76,59 Sangat Efektif

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, PT. PLN APJ Surakarta, 2012, data diolah

Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta yang

menunjukkan bahwa pemungutan dan pengelolaan Pajak Penerangan

Jalan di Kota Surakarta sangat efektif. Hal ini dikarenakan realisasi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta hampir mencapai

potensi penerimaan riilnya. Untuk ke depannya Pemerintah Daerah harus

bisa meningkatkan penerimaan Pajak Penerangan Jalan agar efektivitas

pajak ini dapat lebih efektif serta mampu memenuhi potensi penerimaan

riilnya sehingga penerimaannya senantiasa dapat ditingkatkan dari tahun

ke tahun.

- Daya Pajak (Tax Effort) Pajak Penerangan Jalan di Kota

Surakarta

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Daya Pajak (Tax Effort) Pajak

Penerangan Jalan Kota Surakarta Tahun 2007-2011 (Persen)

Tahun Daya Pajak 2007 0,33 2008 0,32 2009 0,29 2010 0,29 2011 0,26

Sumber: DPPKA dan BPS Kota Surakarta, 2012, data diolah

Page 106: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, terlihat pada

tabel 4.18 bahwa selama lima tahun, daya pajak mengalami penurunan

selama kurun tahun 2007-2011 dan belum mengalami kenaikan lagi.

Daya Pajak (Tax Effort) atau kemampuan masyarakat membayar pajak

(ability to pay) di Kota Surakarta tergolong masih sangat rendah, hal itu

ditunjukkan dengan persentase daya pajak terendah sebesar 0,26 persen

dan daya pajak tertinggi sebesar 0,33 persen. Berdasarkan hasil

perhitungan daya pajak, mengindikasikan bahwa kemampuan masyarakat

membayar pajak di Kota Surakarta masih harus ditingkatkan. Untuk

meningkatkan kemampuan membayar dari masyarakat maka pemerintah

daerah dapat melakukan pembangunan kestabilan ekonomi dan politik

diantaranya melalui peningkatan pendapatan per kapita serta perluasan

kesempatan kerja sehingga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

daerah bisa ditingkatkan yang pada saatnya nanti akan dapat

meningkatkan kemampuan bayar masyarakat di suatu daerah.

Page 107: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

BAB V

PENUTUP

A. Keterbatasan

Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menganalisis kinerja, potensi penerimaan, dan

efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta selama lima tahun

yaitu 2007-2011, hal itu dikarenakan keterbatasan data yang tersedia.

2. Sifat penelitian ini yang kuantitatif sehingga fenomena (kejadian) yang

bersifat kualitatif belum dapat diakomodasi dan diinterpretasikan secara

lebih jauh dalam penelitian ini.

3. Penelitian ini belum dapat mengungkapkan seluruh faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta.

4. Penelitian ini tidak menggunakan seluruh indikator keberhasilan keuangan

daerah untuk mengukur keberhasilan Pajak Penerangan Jalan di Kota

Surakarta sehingga belum dapat menggambarkan keberhasilan Pajak

Penerangan Jalan secara keseluruhan terhadap keuangan daerah, hal tersebut

dikarenakan keterbatasan data untuk dianalisis.

B. Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis potensi penerimaan,

kemudian efektivitas Pajak Penerangan Jalan dan daya pajaknya (tax effort) di

Page 108: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Kota Surakarta, dari analisis data yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis ini menunjukkan bahwa kinerja Pajak Penerangan Jalan di Kota

Surakarta cukup bagus dan potensial, diunjukkan dengan pertumbuhan

Pajak Penerangan Jalan selama 5 tahun terakhir yang cenderung positif dan

berkontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.

2. Dari analisis ini terlihat bahwa target penerimaan Pajak Penerangan Jalan

yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset

(DPPKA) Kota Surakarta belum sesuai dengan potensi riil dari Pajak

Penerangan Jalan yang dimiliki Kota Surakarta.

3. Selama dua tahun yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2011, realisasi

penerimaan Pajak Penerangan Jalan belum melampaui potensi riil

penerimaan Pajak Penerangan Jalan.

4. Terdapat selisih sebesar Rp 16.424.371.295,00 antara target yang ditetapkan

oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota

Surakarta dengan perhitungan potensi penerimaan yang telah dilakukan.

5. Golongan tarif rumah tangga adalah golongan pelanggan listrik dari PT.

PLN Persero APJ Surakarta yang memiliki potensi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan paling besar dibandingkan golongan tarif bisnis dan

golongan tarif industri, dengan total potensi selama dua tahun sebesar Rp

29.134.442.782,00.

6. Hasil perhitungan efektivitas Pajak Penerangan Jalan menunjukan bahwa

pemungutan pajak di Kota Surakarta sudah sangat efektif selama dua tahun

terakhir ini, yaitu pada tahun 2010 hingga tahun 2011, sehingga

Page 109: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

disimpulkan bahwa realisasi penerimaan pajak Penerangan Jalan sudah

mencapai potensi yang optimal.

7. Terdapat perbedaan yang signifikan antara target dan realisasi penerimaan

Pajak Penerangan Jalan di Kota Surakarta dengan potensi Pajak Pajak

Penerangan Jalan.

8. Hasil pengukuran Daya Pajak (Tax Effort) menunjukan bahwa kemampuan

membayar pajak (ability to pay) di Kota Surakarta masih tergolong rendah

dan masih sangat perlu ditingkatkan lagi ke depan. Peningkatan kemampuan

membayar pajak ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak di

masa yang akan datang dalam hal ini khususnya Pajak Penerangan Jalan.

C. Saran

Melihat dari potensi penerimaan dan efektivitas pajak khususnya Pajak

Penerangan Jalan dapat menunjukkan bahwa untuk Pajak Penerangan Jalan di

Kota Surakarta memiliki peluang keberhasilan cukup tinggi karena memiliki

potensi penerimaan yang baik dan efektivitasnya sudah sangat efektif. Untuk

itu perlu usaha dari Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait untuk

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan Pajak Penerangan Jalan di

Kota Surakarta sehingga penerimaan, pertumbuhan penerimaan, dan kontribusi

baik terhadap pajak daerah maupun Pendapatan Asli Daerah dapat ditingkatkan

lagi. Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain:

1. Pemerintah Daerah yang dalam hal ini Dinas Pendapatan Pengelolaan

Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta harus memperlengkap dan

Page 110: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

melakukan validasi data-data yang dimiliki oleh daerah, khususnya data-

data tentang Pajak Penerangan Jalan.

2. Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota

Surakarta harus melakukan perhitungan ulang terhadap penetapan target

penerimaan Pajak Penerangan Jalan agar sesuai dengan potensi riil yang

dimiliki.

3. Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota

Surakarta harus melakukan koordinasi dengan PT. PLN Persero APJ dalam

mengelola Pajak Penerangan Jalan, hal ini bertujuan agar Dinas Pendapatan

Pengelolaan Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta dapat

mengetahui berapa besar potensi riil dari Pajak Penerangan Jalan yang

dimiliki, supaya tidak terjadi kesalahan dalam penetapan target.

4. Pemerintah Kota Surakarta harus mampu melakukan koordinasi secara

intensif dengan Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset

(DPPKA) Kota Surakarta dan PT. PLN Persero APJ Surakarta dalam hal

pengelolaan dan pembayaran tagihan Pajak Penerangan Jalan ke Pemerintah

Pusat agar tidak lagi terjadi penunggakan pembayaran Pajak Penerangan

Jalan ke Pemerintah Pusat seperti yang terjadi pada beberapa waktu lalu.

5. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surakarta selaku pelaksana

dan yang melakukan perawatan terkait penerangan jalan di Kota Surakarta

harus benar-benar memperhatikan pengadaan dan pengelolaan penerangan

jalan di Kota Surakarta agar penerangan jalan di Kota Surakarta

terkondisikan dengan baik dan dapat merata di semua wilayah.

Page 111: ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commiti to user ANALISIS KINERJA DAN POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

6. Segera merealisasikan perencanaan-perencanaan penerangan jalan terutama

dalam efisiensi penggunaan tenaga listrik untuk penerangan jalan agar biaya

listrik dari penerangan jalan bisa ditekan.