ANALISIS KESEMPATAN KERJA

Embed Size (px)

Citation preview

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA Oleh : Novegya Ratih Primandari ABSTRACTThis research analyzes the labor conditions in Indonesia, which shows the development is getting better. Problems that arise in this research is What employment opportunities according to the main business field, work status, and data used are secondary data. The results showed that the employment situation in Indonesia showed a slight improvement which is described by an increase in the working population, as well as decreased levels of unempolyment. The absorption of labor in the last six mont (August 2009February 2010) is still dominated by those with low education. This is because the higher the higher school graduates tend to be picky workers. The decrease in unemployment was more influenced by the sector than the formal sector. KEYWORDS: Populatio, Labor jobs, Unemployment 1. PENDAHULUAN Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang bekerja pada bagian sektor perekonomian. Baik sektor pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, sektor industri maupun sektor jasa (Safrida, 1999; 57). Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan terciptanya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan / * Dosen PNS dpk STIE Rahmaniyah Sekayu, 2011

1

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Pembangunan di Indonesia yang telah berjalan lebih dari 5,5 dasawarsa, telah meningkat sebagai aspek kehidupan penduduk. Aspek sosial misalnya, dapat ditujukan adanya peningkatan pendidikan masyarakat pada umumnya, kependudukan, angka harapan hidup meningkat seiring dengan menurunnya angka kematian bayi dan fertilitas yang cenderung menurun terus. Sebagai akibat keberhasilannya program Keluarga Berencana dan masih banyak lagi. Namun sejak tahun 1997, Indonesia dan juga kawasan Asia dilanda bencana krisis moneter yang mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Pengalaman pada awal-awal terjadinya krisis ekonomi karena kondisi yang tidak memungkinkan banyak pekerja dan pengusaha yang kehilangan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena usahanya yang semakin besar menciut atau bahkan gulung tikar. Kemudian banyak pekerjaan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya dalam tiga tahun terakhir ( 2006-2008) menunjukan perkembangan yang semakin baik. Peningkatan jumalah kesempatan kerja yang tercipta turut mendukung kondisi tersebut. Hal ini ditandai dengan peningkatan yang cukup signifikan pada kelompok penduduk yang termasuk kategori angkatan kerja. Menurut data Sakernas kondisi Agustus 2008, jumlah angkatan kerja mencapai 111,9 juta orang yang berarti naik 2,0 juta orang dibandingkan jumlah angkatan kerja Agustus 2007 sebesar 109,9 juta orang.

2

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

Tabel 1.1 Jumlah Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin, 2006-2008 (Ribu)K EG IA T A N ANG KATAN K ER J A B e k e rja 2006 2007 2008 L P L+ P L P L+P L P L+P 6 7 .7 5 0 3 8 .6 3 9 1 0 6 .3 8 9 6 8 .7 2 0 4 1 .2 2 1 1 0 9 .9 4 1 6 9 .1 4 4 4 2 .8 0 3 1 1 1 .9 4 7 6 1 .9 7 7 3 3 .4 8 0 9 5 .4 5 7 6 3 .1 4 8 3 6 .7 8 2 9 9 .9 3 0 6 3 .8 9 9 3 8 .6 5 3 1 0 2 .5 5 3 5 ,1 5 9 1 0 ,9 3 2 5 ,5 7 2 4 ,4 3 9 1 0 .0 1 1 5 .2 4 5 4 .1 4 9 9 .3 9 5 1 2 ,6 9 2 4 1 .7 3 0 5 4 .4 2 3 1 3 .3 6 0 4 0 .8 1 7 5 4 .1 7 7 1 3 .6 9 7 4 0 .9 9 7 5 4 .6 9 4

P e n g a n g g u ra n 5 ,7 7 3

BUKAN ANG KATAN K ER J A S e k o la h 7 .1 3 0 6 .4 0 0 1 3 .5 3 0 7 .1 3 5 6 .6 4 3 1 3 .7 7 7 6 .8 0 0 6 .4 2 6 1 3 .2 2 6 M e n g u ru s R T 7 2 9 3 1 .2 4 9 3 1 .9 7 8 1 .2 7 2 3 0 .7 1 7 3 1 .9 8 9 1 .5 9 2 3 1 .1 7 9 3 2 .7 7 1 L a in n y a 4 .8 3 3 4 .0 8 2 8 .9 1 4 4 .9 5 3 3 .4 5 8 8 .4 1 1 5 .3 0 5 3 .3 9 2 8 .6 9 7 TOTAL 8 0 ,4 4 2 8 0 .3 7 0 1 6 0 .8 1 2 8 2 .0 7 9 8 2 .0 3 9 1 6 4 .1 1 8 8 2 .8 4 1 8 3 .8 0 0 1 6 6 .6 4 1

Sumber: Sakernas 2006.2007 dan 2008

Tabel 1.2 Persentase Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin, 2004-2008Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Sumber: Sakernas 2004 86,0 49,2 67,6 2005 84,9 48,4 66,8 2006 84,2 48,1 66,2 2007 83,7 50,2 67,0 2008 83,5 51,1 67,2

Indikator ketenagakerjaan yang sering digunakan untuk mengukur besarnya jumlah angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja) berbanding dengan penduduk usia kerja (15 tahun keatas) atau disebut dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukan angka 67,2 persen pada tahun 2008 lebih tinggi dibanding tahun 2007 (67,0 persen). Kondisi ini digambarkan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja pada keadaan Agustus 2008 (naik 2,6 juta orang) dibandingkan keadaan Agustus 2007, menjadi sebanyak 102,6 juta orang. Meskipun demikian apakah peningkatan dalam jumlah orang yang bekerja mencerminkan penyerapan tenaga kerja yang mempertimbangkan kesetaraan gender.

3

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

100 80 60 40 20 0 2006 2007 2008 2006 2007 2008 Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Laki-laki Perem puan

Sumber Sakenas 2006, 2007 dan 2008

Gambar 1.1

Struktur Ketenagakerjaan menurut Jenis Kelamin, 2008 (%) Secara umum, TPAK perempuan jauh lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki. Meskipun demikian, jika dilihat berdasarkan jumlah angkatan kerja, selama periode 2006-2008 peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan laki-laki. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2006 mencapai 38,6 juta orang dan meningkat hingga 42,8 juta orang pada tahun 2008, sementara angkatan kerja laki-laki meningkat dari 67,7 juta orang menjadi 69,1 juta orang dalam waktu yang sama. Peningkatan tenaga kerja perempuan digambarkan dari terserapnya mereka ke sektor-sektor yang secara tradisional banyak menampung tenaga kerja perempuan seperti perdagangan, pertanian, dan industri. Masuknya perempuan kelapangan pekerjaan ini lebih dikarenakan dorongan pemenuhan dan usaha untuk menambah penghasilan keluarga. Perubahan penduduk terutama jumlah, struktur, maupun pertumbuhan dapat mempengaruhi keadaan angkatan kerja, dan kesempatan kerja. Hal ini disebabkan adanya hubungan positif antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk, dalam hal ini penduduk usia kerja adalah saling berkaitan antara keduanya.

4

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

1.2 PERMASALAHAN Berkaitan dengan hal-hal diatas dapat dibuat rumusan masalah: Bagaimanakah kesempatan kerja menurut lapangan usaha utama, status kerja, dan jenis pekerjaan utama di Indonesia tahun 2008 sampai 2010 ? 2. TINJAUAN PUSTAKA a. Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan terciptanya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai degan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing kesempatan kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Kesempatan kerja adalah jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat. Kesempatan kerja ini erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan-perusahaan dalam menyediakan atau menyerap tenaga kerja. Semakin banyak jumlah kesempatan kerja yang tersedia semakin banyak tenga kerja yang diserap (dipekerjakan). Di Indonesia masalah kesempatan kerja ini dijamin dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Berdasarkan bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat (2) diatas, jelas bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan kesempatan kerja serta pelindungan terhadap tenaga kerja. Hal ini

5

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

dimaksudkan agar melalui pekerjaannya setiap warga negara dapat hidup layak. Kesemapatan kerja disebut juga lowongan pekerjaan. b. Tenaga Kerja Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Tenaga kerja dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan manganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka mendaparkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial. Pembagian tenaga kerja jika digambarkan dalam gambar seperti berikut.Penduduk

Tenaga kerja

Bukan tenaga kerja

Bukan Angkatan kerja

Angkatan Kerja

Anak sekolah

Pensiunan

menganggur

Pekerja

Ibu rumah tangga

Gambar 2.1 Pembagian Tenaga Kerja

6

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

c. Angkatan Kerja Angkatan kerja dapat didefinisikan sebagai penduduk yang berada dalam usia kerja yang bekerja ataupun belum bekerja namun siap untuk bekerja maupun sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan. Adapun pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja (labour fource) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan. d. Pengangguran Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA, Mahasiswa pengangguran tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak / belum membutuhkan pekerjaan.

Jenis dan macam pengangguran

7

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

1. Pengangguran Friksional / Friction Unemployment Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis anatara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. 2. Pembangunan Struktural / Structural Unemployment Pembangunan struktural adalah keadaan dimana pengangguran yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daeraha akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang meiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. 3. Pengangguran musiman / Seasonal Unemployment Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukang jualan duren yang menanti musim duren. 4. Pengangguran Siklikal Pengangguran siklikal adalah pengguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi permintaan tenaga kerja lebih rendah dari pada penawaran kerja. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan data penduduk berumur 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama di Indonesia dari tahun 2008-2010. Sedangkan data penduduk yang digunakan adalah penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, menurut status pekerjaan utama, penduduk yang bekerja menurut jam kerja, penduduk yang bekerja meurut pendidikan. 3.2 Data dan Sumber Data

8

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

Data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah data skunder dimana data tersebut diambil dari internet, dan BPS. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi Pustaka Yaitu metode pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, artikel-artikel dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk memberikan keterangan yang lengkap terhadap objek yang diteliti. Hasil dari studi pustaka ini digunakan sebagai dasar analisis penelitian. 2. Metode dokumentasi Yaitu metode pengumpulan data sekunder dengan mengambil data yang sudah ada yang berupa data-data statistik dari badan pusat statistik, serta catatan-catatan dari sumber lainnya yang ada hubungan dengan penelitian ini. 3.3 Metode Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel tampa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lainnya. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis angkatan kerja dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena tingkat dan pola partisipasi angkatan kerja cendrung bergantung pada ketersediaan kesempatan kerja dan perbedaan pada tuntutan mempeeroleh pendapatan antara kelompok penduduk. Misalnya, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja cendrung berbeda antar kelompok umur, menurut status perkawinan dan perbedaan tingkat pendidikan. Jadi, dibanding dengan laki-laki, tingkat partisipasi perempuan cendrung lebih rendah, tidak hanya karena peran ganda

9

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

mereka dalam rumah tangga di sebagian besar Negara berkembang, tetapi juga berkaitan dengan komitmen perempuan untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja selama kehidupannya. Perempuan cendrung keluar dari pasar kerja ketika mereka memasuki masa perkawinan, melahirkan dan membesarkan anak, dan kemudian kemungkinan mereka akan kembali kedunia kerja ketika anak-anak mereka sudah cukup besar. Meningkatnya pencapaian tingkat pendidikan perempuan juga bisanya diikuti oleh meningkatnya tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Selanjutnya perbedaan besaran angkatan kerja juga bervariasi antar desa dan kota yang salah satunya disebabkan adanya perbedaan kesempatan memperoleh pendapatan. Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada semester pertama tahun 2010 menunjukan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompokan penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 1. berikut ini.Kegiatan Utama 1 Penduduk 15 + Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja TPAK (%) TPT (%) Setengah Pengangguran Terpaksa Sukarela 2008 Agustus 3 166,64 111,95 102,55 9,39 54,69 67,18 8,39 31,09 14,92 16,17 2009 Agustus 5 169,33 113,83 104,87 8,96 55.49 67.24 7.87 31.57 15.40 16.17 2010 Februari 6 171,02 116 107,41 8,59 55.02 67.83 7.41 32.80 15.27 17.53

Februari 2 165,57 111,48 102,05 9,43 54,09 67,33 8,46 30,64 14.60 16.05

Februari 4 168,26 113,74 104,49 9,26 54,52 67.60 8,14 31.36 15.00 16.36

Tingkat pengangguran yang cenderung menurun hingga bulan Agustus 2009 tidak berarti menunjukan semakin banyak pula masyarakat yang mempunyai pekerjaan tetap. Pasalnya, dari total orang yang bekerja itu, sebanyak 70% merupakan pekerja disektor informal. Memang pada dasarnya pengangguran menurun tetapi orang yang bekerja disektor informal tinggi sekali, yakni sekitar 70 persen. Ini intinya mengambarkan orang memang

10

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

bekerja, tetapi bukan kerja dengan sebuah pekerjaan yang menjamin kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 116 juta orang naik 2,17 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009 dan naik 2,26 juta orang dibandingkan keadaan Februari 2009. Penduduk yang bekerja pada Februari 2010 bertambah banyak 2,54 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009, dan bertambah 2,92 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2009). Jumlah pengangguran pada Februari 2010 mengalami penurunan sekitar 370 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2009, dan mengalami penurunan 670 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2009. Meningkatkan tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 0,23 persen selama periode satu tahun terakhir. Hal ini terjadi karena apabila pertumbuhan ekonomi lebih tinggi maka lapangan pekerjaan akan lebih banyak sehingga pengangguran makin berkurang. Pekerjaan yang termasuk dalam sektor informal itu anatara lain bergerak dibidang kemasyarakatan dan jasa, atau kebanyakan melakukan aktivitas di partai politik. Bahkan orang yang masuk dalam data BPS bekerja yakni yang melakukan kegiatan sebagai pengatur lalu lintas yang diberi imbalan seperti yang terlihat diperempatan-perempatan. Sektor informal, lanjut Hendri tidak bisa dijadikan dasar untuk masuk kedalam tingkat orang yang bekerja. Mestinya BPS dalam merilis data harus secara lebih detil lagi dan harus jelas mengenai definisi kerja sendiri. Seseorang bisa masuk kategori bekerja jika dilihat dari produktifitas pekerjaan tersebut. Tidak bisa hanya dibilang keluar rumah dengan menghalalkan segala cara dibilang kerja juga. Itu tidak masuk akal. Kedepan, tingkat pengangguran semakin berkurang dengan usaha dari pemerintah yang mulai menggerakan perekonomian melalui pembangunan-pembangunan dan semakin pulihnya sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak yakni manufaktur.

11

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

1. Penduduk yang bekerja berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa, jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2009, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2010 mengalami kenaikan terutama di Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 1,62 juta orang (11,52 persen) dan Sektor Pertanian sebesar 1,22 juta orang (2,92 persen). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan jumlah pekerja adalah sektor transportasi sebesar 130 ribu orang (2.19 persen) dan sektor pertanian sebesar 200 ribu orang (0,47 persen). Sektor jasa kemasyarakatan, industri, dan perdagangan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Februari 2010. Tabel 4.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama, 2008-2010 (juta orang)Lapangan Pekerjaan Utama 1 Pertanian Industri Konstruksi PerdaganganTransportasi, pergudangan dan komunikasi

Keuangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya*) Total

Februari 2 42,69 12,44 4,73 20,68 6,01 1,44 12,78 1,27 102,05

2008 Agustus 3 41,33 12,55 5,44 21,22 6,18 1,46 13.10 1,27 102,55

Februari 4 43,03 12,62 4,61 21,84 5,95 1,48 13,61 1,35 104,49

2009 Agustus 5 41,61 12,84 5,49 21,95 6,12 1,49 14.00 1,39 104,87

2010 Februari 6 42,83 13,05 4,84 22,21 5,82 1,64 15,62 1.40 107,41

*)lapangan pekerjaan utama sektor lainnya terdiri dari : sektor pertambangan; listrik, gas dan air

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Dalam setahun terakhir, hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerjaan. Tetapi, untuk sektor konstruksi, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, dan sektor keuangan masing-masing mengalami penurunan jumalh pekerjaan. Sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan industri secara berurutan menjadi penyumbangan terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Februari 2010.

12

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

2. Penduduk yang bekerja berdasarkan Status Pekerjaan Utama Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Indikator status pekerjaan pada dasarnya melihat empat kategori yang berbeda tentang kelompok penduduk yang bekerja yaitu tenaga kerja dibayar (buruh), pekerja yang berusaha sendiri, pekerja bebas dan pekerja keluarga. Berusaha sendiri umumnya dibedakan menjadi dua yaitu mereka yang berusaha (memiliki usaha) dengan dibantu pekerja dibayar dan mereka yang berusaha tanpa dibantu pekerja dibayar, sementara pekerja keluarag juga dikenal dengan pekerjatak dibayar. Sementara itu, pekerjaan bebas yang banyak dijumpai di Indonesia adalah mereka yang bekerja secara serabutan dan tidak terikat. Akan tetapi dalam Sakernas, status pekerjaan dirinci secara detil menjadi tujuh kategori. Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerjaan formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerjaan informal.

Tabel 4.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama, 2008-2010

13

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

(juta orang)Status Pekerjaan Utama 1 Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha sendiri dibatu buruh tetap Buruh/karyawan Pekerja Bebas di pertanian Pekerja Bebas di non pertanian Pekerja Kleuarga Total Februari 2 20.08 21.60 2.98 28.52 6.13 4.80 17.94 102,05 2008 Agustus 3 20.92 21.77 3.02 28.18 5.99 5.29 17.38 102,55 Februari 4 20.81 21.64 2.97 28.91 6.35 5.15 18.66 104,49 2009 Agustus 5 21.05 21.93 3.03 29.11 5.88 5.67 18.19 104,87 2010 Februari 6 20.46 21.92 3.02 30.72 6.32 5.28 19.68 107,41

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Berdasarkan tabel 4.3 dijelaskan bahwa pada Februari 2010 sekitar 33,74 juta orang (31,42 persen)bekerja pada kegiatan formal dan 73,67 juta orang (68,58 persen) bekerja pada kegiatan informal. Dari 107,41 juta orang bekerja pada Februari 2010, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 30,72 juta orang (28,61 persen), dan berusaha sendiri sejumlah 20,46 juta orang ( 19,05 persen), sedangkan yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 3,02 juta orang (2,81 persen). Dalam satu tahun terakhir (Februari 2009-Februari 2010) terdapat penambahan pekerja dengan status buruh/karyawan sebesar 1,81 juta orang, dan pekerja keluarga sebanyak 1.02 juta orang. Sementara itu pada status pekerja bebas di pertanian terjadi penuruna sebesar 30 ribu orang. 3. Penduduk yang bekerja berdasarkan Jumlah Jam Kerja Laporan tentang jumlah jam kerja terpanjang yang dilansir the Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) hanya menilai jumlah jam kerja negara-negara maju (baca: Menelisik Negara Berjam Kerja Tertinggi). Namun negara berkembang seperti Indonesia tidak termasuk dalam penilai. Padahal jika dihitung jumlah jam kerja di Indonesia bisa lebih panjang dibandingkan di negara-negara Eropa maupun Amerika Serikat (AS). Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) berjudul Decent Work Indonesia diungkapkan, jumlah jam kerja pekerja di Indonesia

14

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

rata-rata adalah 8 jam sehari dan 5 hari dalam seminggu. Artinya pekerja Indonesia memiliki rata-rata minimum jam kerja 40 jam per minggu. Namun ternyata tidak itu saja. Berdasarkan data BPS, jumlah pekerja di Indonesia yang bekerja lebih dari 48 jam per minggu semakin meningkat tiap tahun. Secara umum, tabel 4.4 menjelaskan bahwa komposisi jumlah orang yang bekerja menurut jam kerja perminggu tidak mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu, namun ada kecenderungan peningkatan jumlah pekerjaan pada kelompok jam 35 keatas. Pada Februari 2010, pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8 jam perminggu posisinya relatif kecil yaitu hanya 1,48 juta orang atau sekitar 1,38 persen dari total penduduk yang bekerja (107,41 juta orang). Sementara itu penduduk dianggap sebagai pekerjapenuh waktu (full time worker), yaitu pekerja pada kelompok 35 jam keatas jumlahnya mencapai 74,60 juta orang (69,46 persen). Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama, 2008-2010 (juta orang)Jumlah Jam Kerja Perminggu 1 1-7 8-14 15-24 25-34 1-34 35+* Total 2008 Februari 2 1,69 5,03 11,09 12,84 30.64 71,41 102,05 Agustus 3 1,23 4,41 11,23 14,23 31,11 71,44 102,55 Februari 4 1,58 4,97 11,43 13,38 31,36 73,12 104,49 2009 Agustus 5 1,31 4,56 11,64 14,01 31,57 73.30 104,87 2010 Februari 6 1.48 4.81 11.97 14.54 32.80 74.60 107,41

*)termasuk sementara tidak bekerja Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2010 sebanyak 74,6 juta orang atau 69,46 persen bekerja diatas 35 jam perminggu. Sedangkan pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari delapan jam perminggu hanya sekitar

15

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

1,38 persen. Sementara mereka yang kerja tujuh jam ke bawah hanya 1,4 persen, 18 jam seminggu empat persen, 70 persen full employment, hanya 30 persen yang dibawah 35 jam. Artinya, pekerja disektor informal yang biasanya jam kerja dibawah 35 jam perminggu atau bahkan 18 jam perminggu sangat sedikit. Ini sangat bertentangan dengan tren penurunan jam kerja yang terjadi di banyak negara. Gambaran ini setidaknya memberi rujukan bahwa sebenarnya orang Indonesia bisa disejajarkan dengan bangsa Jepang atau Korea yang mampu bekerja di atas jam standar tersebut (40jam) karena ada perbandingan lurus antara jam lembur dengan tingkat kesuksesan. 4. Penduduk yang bekerja berdasarkan Pendidikan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada tabel 4.5 jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan teringgi yang ditamatkan untuk semua golongan pendidikan di bulan Februari 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan keadaan Agustus 2009. Pada Februari 2010, pekerja para jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap tinggi yaitu 55,31 juta orang (51,50 persen), sedangkan jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan pendidikan Diploma hanya sebesar 2.89 juta orang (2,69 persen) dan pekerja dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 4,49 juta orang (4.60 persen). Penyerapan tenaga kerja dalam enambulan terakhir (Agustus 2009-Februari 2010) masih didominasi oleh mereka yang pendidikan rendah.

16

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2008-2010 (juta orang)Pendidikan tertinggi yang Ditamatkan 1 SD ke bawah Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Diploma I/II/II Universitas Total 2008 Februari 2 55,62 19.39 13.90 6.71 2.66 3.77 102,05 Agustus 3 55.33 19.04 14.39 6.76 2.87 4.15 102,55 Februari 4 55.43 19.85 15.13 7.19 2.68 4.22 104,49 2009 Agustus 5 55.21 19.39 14.58 8.24 2.79 4.66 104,87 2010 Februari 6 55.31 20.30 15.63 8.34 2.89 4.94 107,41

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap tinggi yaitu sekitar 55,31 juta orang atau 51,5 persen, sedangkan pekerja dengan pendidikan Diploma sebesar 2,89 juta orang atau 2,69 persen dan pekerja dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 4,94 juta orang atau 4,6 persen. Ini menunjukan bahwa Makin tinggi sekolah makin tinggi pengangguran karena ada rigiditas. Para sajana cenderung pilih-pilih kerja. 1. Tingkat Pengangguran terbuka berdasarkan Pendidikan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran terbuka dalah pendudukan yang termasuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mancari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Tabel 4.6 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2008-2010

17

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

(juta orang)Pendidikan tertinggi yang Ditamatkan 1 SD ke bawah Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Diploma I/II/II Universitas Total 2008 Februari 2 4.70 10.05 13.69 14.80 16.35 14.25 8.46 Agustus 3 4.57 9.39 14.31 17.26 11.21 12.59 8.39 Februari 4 4.51 9.38 12.36 15.69 15.38 12.94 8.14 2009 Agustus 5 3.78 8.37 14.50 14.59 13.66 13.08 7.87 2010 Februari 6 3.71 7.55 11.90 13.81 15.71 14.24 7.41

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Berdasarkan tabel 4.6 jumlah pengangguran pada Februari 2010 mencapai 8,59 juta orang atau 7,41 persen dari total angka kerja. Secara umum Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2010 sebesar 7,41 persen turun dari TPT Agustus 2009 sebesar 7,87 persen dan TPT Februari 2009 sebesar 8,14 persen. Penurunan jumlah pengangguran lebih banyak dipengaruhi oleh sektor informal dibandingkan sektor formal, (seperti tukang bakso, pedagang kaki lima, buruh harian atau tenaga kerja bayaran dan lainnya). Selain itu salah satu penompang penambahan lapangan tenaga kerja antara lain dari peran pemerintah yaitu membuka tenaga kerja lulusan baru yang bekerja di pemerintah yaitu sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang di perekrutannya di laksanakan tiap tahun.

5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

18

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

1. Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia menunjukan adanya sedikit perbaiakan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Dalam setahun terakhir, hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja. Tapi untuk sektor konstruksi, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, dan sektor keuangan masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja. Sektor pertanian, perdagangan, jasa masyarakat dan industri secara beerurutan menjadi penyumbangan terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Februari 2010. 2. Penyerapan tenaga kerja enam bulan terakhir (Agustus 2009-Februari 2010) masih didominasi oleh mereka yang pendidikan rendah. Hal ini disebabkan karena Makin tinggi sekolah makin tinggi pengangguran karena ada rigiditas. Para sajana cenderung pilih-pilih kerja. Penurunan jumlah pengangguran lebih banyak dipengaruhi oleh sektor informal dibandingkan sektor formal, (seperti tukang bakso, pedagang kaki lima, buruh harian atau tenaga kerja bayaran dan lainnya). Selain itu salah satu penompang penambahan lapangan tenaga kerja antara lain dari peran pemerintah yaitu membuka tenaga kerja lulusan baru yang bekerja di pemerintah yaitu sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang di perekrutannya di laksanakan tiap tahun.

Daftar Pustaka

19

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20

Ekonomika, Vol. III No. 1, April 2011

ISSN : 2085-0352X

Badan Pusat Statistik 2010. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Februari 2010. Jakarta. Mankiw, Gregory, 2006, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Penerjemah : Chriswan Sungkono, Salemba Empat, Jakarta. McEarchen, William A. 2000. Ekonomi Makro : Pendekatan Kontemporer. PT. Salemba Empat ; Jakarta. Mudrajad Kuncoro. 2003. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN: Yogyakarta. Pasaribu, B. dan H. Ritongan 2000. Strategi Mengatasi Krisis Ketenagakerjaan Indonesia. Paper disajikan pada Konferensi Pers Center for Labor and Development Studies. Jakarta: Hotel Kartika Chandra, 30 Oktober 2000. Prijono Tjiptoherrijanto dan Sutyastie Soemitro. 1998. Pemberdayaan Penduduk dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerbit PT Citra Putra Bangsa. Paradigma Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan Pimpinan, LAN, 2001. Sayuti Hasibuan. 1996. Ekonomi Sumber Daya Manusia: Teori dan Kebijakan, Penerbit PT Pustaka LP3ES Indonesia.

20

Novegya Ratih Primandari, Hal 1-20