Upload
others
View
30
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN
FONOLOGI BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM
KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Lusia Berti Rameria
171224085
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARATA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI
BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN
PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA
DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
Oleh:
Lusia Berti Rameria br. Purba
NIM: 171224085
Telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. Tanggal: 9 Juli 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI
BIDANG EJAAN DAN TATARAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN
PEMELAJAR BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA
DHARMA YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Lusia Berti Rameria br. Purba
NIM: 171224085
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 27 Juli 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. …………………….
Sekretaris : Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. …………………….
Anggota 1 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. …………………….
Anggota 2 : Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. …………………….
Anggota 3 : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. …………………….
Yogyakarta, 27 Juli 2021
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan hasil karya tulis ini kepada:
1. Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang senantiasa memberkati proses penyusunan
skripsi, memberikan kekuatan dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Orang tua tercinta Bapak Mansur Purba dan Ibu Anastasia Watira, yang selalu
memberikan dukungan berupa semangat sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Kaprodi PBSI, Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., yang telah mendorong
para mahasiswa untuk senantiasa bersikap optimis dalam melakukan penelitian.
4. Dosen pembimbing saya, Bapak Setyo Tri Nugraha S.Pd., M.Pd., yang senantiasa
membimbing saya sampai pada tahap akhir penelitian saya.
5. Triangulator penelitian saya, Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A., yang sudah
berkenan menjadi triangulator penelitian saya.
6. Pihak ILCIC (Indonesian Language and Culture Intensive Course) Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian.
7. Sahabat saya, Elisabeth Aprilin, yang senantiasa memberi dukungan dan
semangat; serta doa kepada saya.
8. Teman-teman saya Vincentia, Reni, Ani, Nana, dan Nova yang senantiasa
membantu saya memberikan solusi dan dukungan saat saya menjalani proses
penyusunan skripsi ini, dari awal hingga akhir.
9. Adik saya Theresia Christy Paulina Purba yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan tugas akhir saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTO
“Tetaplah berdoa”
(1 Tesalonika 5:17)
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan
kelegaan kepadamu.”
(Matius 11: 28)
“Kerjakan sesuatu sesuai kemampuanmu dan bersandarlah pada pengharapan Tuhan.
Biarlah rencana Tuhan terjadi atasku dan bukan kehendakku.”
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Juli 2021
Penulis
Lusia Berti Rameria br. Purba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma
Nama : Lusia Berti Rameria br. Purba
NIM : 171224085
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada pihak Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma, skripsi saya yang berjudul
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA TATARAN FONOLOGI
BIDANG EJAAN DAN MORFOLOGI DALAM KARANGAN PEMELAJAR
BIPA DI ILCIC LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA PERIODE 2019-2020
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media yang lain untuk kepentingan bidang akademis tanpa memerlukan izin
dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
dalam artikel publikasi sebagai penulis.
Demikian pernyataan tersebut saya tulis dengan sejelas-jelasnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 27 Juli 2021
Yang menyatakan
Lusia Berti Rameria br. Purba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Rameria, Lusia Berti. 2021. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Fonologi
Bidang Ejaan dan Tataran Morfologi Dalam Karangan Pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode 2019-2020. Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini membicarakan tentang analisis kesalahan berbahasa
Indonesia berdasarkan taksonomi kategori linguistik dalam karangan pemelajar
BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Adapun tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan berbahasa
Indonesia dalam taksonomi kategori linguistik, yaitu (1) kesalahan berbahasa
dalam tataran fonologi bidang ejaan dan (2) kesalahan berbahasa dalam tataran
morfologi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber
data yang digunakan adalah karangan yang ditulis oleh pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Teknik sampling yang
digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ialah teknik catat. Teknik analisis data
menggunakan model analisis interaktif menurut Miles dan Huberman, yaitu
mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
Adapun hasil penelitian ini adalah ditemukan bahwa dalam karangan
pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma masih
sering ditemukan kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, yaitu
kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan huruf miring,
kesalahan pada penulisan kata, kesalahan penulisan kata depan, kesalahan
penulisan angka atau lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur serapan, dan
kesalahan penggunaan tanda baca. Kesalahan pada tataran morfologi ditemukan
jenis-jenis kesalahan, yaitu kesalahan pemilihan prefiks ber- dan meN-, kesalahan
penambahan prefiks ber-, dan meN-, kesalahan penambahan sufiks -kan,
kesalahan penghilangan sufiks -kan, kesalahan penghilangan prefiks meN-, di-,
dan ber-, kesalahan penggantian morf meN- dan morf penge- tergantikan oleh
morf pem-, dan kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya diluluhkan.
Implikasi dari penelitian ini terhadap proses pembelajaran BIPA adalah
untuk memberikan gambaran terkait cara mengajarkan pembelajaran BIPA dan
memberikan bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam menentukan
strategi belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Kata kunci: analisis kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan, tataran
morfologi, BIPA, karangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Rameria, Lusia Berti. 2021. Analysis of Indonesian Language Errors Phonology Level
in Spelling and Morphological Level in BIPA Study at ILCIC Sanata Dharma
University Language Institute Period 2019-2020. Thesis. Yogyakarta: PBSI,
FKIP, USD.
This study discusses the analysis of Indonesian errors based on the
taxonomy of linguistic categories in the BIPA study at ILCIC Lembaga Bahasa
Sanata Dharma University. The purpose of this study is to describe Indonesian
language mistakes in the taxonomy of linguistic categories, namely (1) language
errors in the phonological state of spelling and (2) language errors in
morphological states.
This study uses qualitative descriptive research type. The data source
used is a essay written by BIPA learners at ILCIC Language Institute of Sanata
Dharma University Yogyakarta Sampling technique used is purposive sampling
technique. The data collection technique used in this study is documentation
technique. Data analysis techniques use an interactive analysis model according
to Miles and Huberman, namely collecting data, reducing data, presenting data,
and drawing conclusions.
The results of this study are found that in the essay of BIPA learners at
ILCIC Sanata Dharma University Language Institute is still often found
language errors on the phonological level of the spelling field, namely the use
of capitalletters, errors in the use of italics, errors in the writing of words,
mistakes in the writing of prefaces, errors in writing numbers or symbols of
numbers, errors in writing absorption elements , and incorrect use of
punctuation marks . Errors at the morphological state found types of errors,
namely errors in the selection of prefixes ber- and meN-, errors in adding
prefixes ber-, and meN-, errors in adding suffixes --kan, errors omission prefix
meN-, di-, and ber -, errors morph replacement meN- and morph the
manufacturer- replaced by the morph pem-, and the error in the sound /k/ that
should be complained about.
The implication of this research on bipa learning process is to provide an
overview of how to teach BIPA learning and provide assistance in the form of
donations for teachers in determining learning strategies, especially in the field
of grammar to achieve the expected learning objectives.
Keywords: analysis of errors in the language of phonological state in the field of
spelling, morphological state, BIPA, essay.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
tuntunan-Nya, saya dapat menyelesaikan penelitian akhir saya yang berjudul Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Fonologi Bidang Ejaan dan Tataran Morfologi
dalam Karangan Pemelajar BIPA Di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta Periode 2019-2020. Penulisan penelitian tugas akhir ini saya susun
untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana Pendidikan di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saya meyakini bahawa penyusunan penelitian tugas akhir ini tidak berjalan dengan
baik dan lancer tanpa adanya dukungan, bimbingan, dorongan, bantuan, arahan,
semangat, dan doa dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan dukungan, saran, nasihat, dan motivasi kepada peneliti.
4. Septina Krismawati, S.S., M.A., yang bersedia menjadi triangulator penelitian tugas
akhir peneliti.
5. Elizabeth Ratri Dian Jati, S.Pd., M.Hum. dan Fendika Aji Prawisma, S.Pd., M.Ed.
selaku Academic Coordinator dan General Coordinator ILCIC yang telah membantu
peneliti dalam memeroleh data penelitian.
6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
mendampingi peneliti selama menempuh Pendidikan selama empat tahun di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawati sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu
peneliti dalam memenuhi persyaratan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Pihak perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu
peneliti dalam menyediakan sumber-sumber buku yang digunakan untuk memenuhi
referensi penelitian.
9. Keluarga saya tercinta, Bapak Mansur Purba, Ibu Anastasia Watira Simamora, dan
adik-adik saya Theresia Christy Paulina dan Markus Jimmy Manatap yang senantiasa
memberikan doa, semangat, arahan, dan bantuan kepada peneliti sehingga peneliti
mampu menyelesaikan tugas akhir.
10. Sahabat-sahabat saya tercinta, Elisabeth Aprilin, Yohana Togatorop, Rut Uli Natalia,
Vincentia Wulan, Ni Wayan Eka, Nova Kristina, Yulinda Reni, dan Christiana
Wiluyaningsih yang senantiasa memberikan semangat dan aura positif kepada
peneliti.
11. Teman-teman seperjuangan di kelas B PBSI 2017 yang saling memberikan semangat
dan dorongan untuk menyemangati peneliti.
12. Orang yang saya kasihi, Agustianus A. yang telah ada di saat saya membutuhkan
bantuan dan membutuhkan dukungan dari orang yang saya kasihi.
13. Semua pihak yang telah mendukung saya baik yang secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas aura positif
yang kalian berikan.
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, peneliti
berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Yogyakarta, 27 Juli 2021
Penulis
Lusia Berti Rameria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN. ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv
HALAMAN MOTO ......................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 5
1.6 Batasan Istilah ....................................................................................................... 6
BAB II .............................................................................................................................. 8
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................ 8
2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan ........................................................................... 8
2.2 Landasan Teori ................................................................................................... 12
2.2.1 Konsep Keterampilan Menulis ............................................................................ 12
2.2.2 Hakikat Karangan ................................................................................................ 12
2.2.3 Konsep Karangan yang Baik ............................................................................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.4 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa ............................................................... 15
2.2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik ............................................... 17
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................................. 38
BAB III ........................................................................................................................... 49
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 49
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................... 49
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ....................................................................... 50
3.2.1 Data ...................................................................................................................... 50
3.2.2 Sumber data ......................................................................................................... 50
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 51
3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................... 52
3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................................... 54
3.6 Triangulasi Data (Pengujian Keabsahan Data) ................................................... 55
BAB IV ........................................................................................................................... 59
HASIL PENELITIAN .................................................................................................... 59
4.1 Deskripsi Data .................................................................................................... 59
4.2 Analisis Data ....................................................................................................... 61
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................................. 86
BAB V ............................................................................................................................ 90
PENUTUP ...................................................................................................................... 90
5. 1 Simpulan ............................................................................................................. 90
5. 2 Saran ................................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
xiv
Bagan 1. Bagan Kerangka Berpikir ............................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xv
Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan
........................................................................................................................................ 52
Tabel 3 Format Triangulasi Data .................................................................................... 56
Tabel 3 Bentuk Kesalahan Pada Tataran Fonologi Bidang Ejaan ................................ 224
Tabel 4 Bentuk Kesalahan Pada Tataran Morfologi..................................................... 266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Lampiran 1 Surat Permohonan Triangulator. ............................................................... 95
Lampiran 2 Triangulasi Data. ....................................................................................... 96
Lampiran 3 karangan Pemelajar BIPA. ...................................................................... 272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran BIPA merupakan suatu proses pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua (B2) atau bahasa asing yang dilakukan secara terstruktur dan
terancang (Kusmiatun, 2018: 37). Pembelajaran BIPA dilaksanakan secara terstruktur
dan terancang karena disusun oleh sebuah lembaga yang mengatur proses pembelajaran
bahasa Indonesia bagi penutur asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua (B2). Pembelajaran BIPA dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang
memiliki tujuan tertentu dan disusun dalam sebuah perancangan pembelajaran.
Perancangan tersebut disebut dengan program pembelajaran BIPA. Program BIPA ini
dibentuk dengan memerhatikan beberapa komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran
bahasa. Pembelajaran BIPA ini berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada
umumnya. Pembelajaran BIPA ini dibentuk karena adanya beberapa faktor yang
membuat pembelajaran BIPA berbeda dengan pembelajaran bahasa pada umumnya.
Program BIPA sudah terselenggara di beberapa instansi perguruan tinggi
Indonesia. Dikutip dari laman kemendikbud.go.id berdasarkan data menurut
kemendikbud terkait jumlah program BIPA yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan
lembaga kursus lainnya ditemukan bahwa saat ini sudah tercatat kurang lebih dari 45
lembaga yang telah mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA), mencakup
perguruan tinggi dan lembaga-lembaga kursus. Selain itu, di luar negeri, program
pengajaran BIPA telah dilakukan oleh sekitar 36 negara di dunia di lembaga tidak kurang
dari 130, yang terdiri atas perguruan tinggi, pusat-pusat kebudayaan asing, lembaga-
lembaga kursus, dan KBRI. Program ini dibentuk oleh sebuah institusi, baik lembaga
institusi nonperguruan tinggi maupun institusi perguruan tinggi. Salah satu lembaga
insitusi perguruan tinggi yang mengadakan program BIPA adalah Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma. Lembaga bahasa Universitas Sanata Dharma merupakan
sebuah lembaga yang menyelenggarakan program pembelajaran bahasa secara kelompok
atau privat.
Aspek paling utama dalam sebuah pembelajaran adalah tujuan pembelajarannya.
Dalam program BIPA, tujuan pembelajaran juga perlu dikaitkan dengan faktor yang
memengaruhi pemelajar BIPA mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Faktor-faktor tersebut, yaitu (1) faktor perdagangan, (2) faktor pariwisata, dan (3) faktor
pendidikan. Faktor-faktor tersebut muncul karena berdasarkan Referensi Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2009 Pasal 29 (1) mengatur tentang bahasa Indonesia harus
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran
bahasa yang utama adalah para pemelajar BIPA mampu menguasai empat keterampilan
berbahasa Indonesia, yaitu (1) keterampilan membaca, (2) keterampilan menyimak, (3)
keterampilan menulis, dan (4) keterampilan berbicara.
Pemelajar BIPA yang mengikuti program BIPA umumnya tergolong pemelajar
dewasa dan sudah memiliki pengetahuan awal tentang bahasa Indonesia. Sehubungan
dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh pemelajar BIPA, masih ada beberapa
penggunaan bahasa yang dilakukan oleh pemelajar BIPA yang tidak terlepas dari
kesalahan. Kesalahan berbahasa dapat ditemukan di berbagai keterampilan berbahasa
(keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan
keterampilan berbahasa). Namun, umunya kesalahan berbahasa yang dapat diidentifikasi
adalah kesalahan pada keterampilan menulis. Kesalahan tersebut sebaiknya bisa diatasi
dengan berbagai hal yang bisa dilakukan oleh pengajar dan pemelajar.
Tarigan (1990: 77) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran
terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga
sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Kode
yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar oleh bahasawan. Pelanggaran
ini pada umumnya sering muncul pada pemelajar bahasa kedua (diwbahasawan) yang
sedang mempelajari bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pelanggaran terkait kesalahan
berbahasa ini sebenarnya perlu dilihat sebagai suatu fenomena yang dapat dipelajari dan
dianalisis. Fenomena tersebut dapat ditindaklajuti menggunakan teknik analisis kesalahan
berbahasa. Yusri (2020: 3) menekankan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan
sebuah kesalahan yang menjadi objek kajian penedililitian yaitu kesalahan yang bersifat
sistematis. Setyawati (2010: 16) memaparkan bahwa analisis kesalahan berbahasa akan
sangat bermanfaat sebagai alat yang digunakan di awal dan selama proses pengajaran
sesuai dengan tingkat-tingkat variasi untuk mencapai target. Analisis kesalahan berbahasa
dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan terjadinya penyimpangan kaidah kebahasaan
dengan melajarimpertimbangkan kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berdasarkan hasil penelitian singkat ditemukan bahwa pemelajar BIPA masih
mengalami kesalahan berbahasa pada bidang karang mengarang khususnya kesalahan
pada tataran linguistik (ejaan dan penggunaan afiks (morfologi)). Tataran linguistik
dalam proses pembelajaran dapat dikategorikan dalam bidang linguistik pendidikan.
Dalam buku berjudul Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana, Linguistik
Pendidikan (educational linguistics) merupakan penerapan linguistik dalam pengajaran
dan pembelajaran bahasa baik di sekolah maupun di lingkungan lain. Kesalahan pada
pembentukan kata sering dikenal dengan istilah kesalahan berbahasa pada tataran
morfologi. Tarigan (2011:180) menjelaskan bahwa kesalahan morfologi merupakan
kesalahan berbahasa yang timbul karena pemilihan afiks, kesalahan penyusunan kata
majemuk, kesalahan penggunaan kata ulang, dan kesalahan memilih bentuk kata.
Kesalahan pada tataran morfologi yang sering ditemukan adalah kesalahan yang terletak
pada kesalahan afiksasi. Hal ini disebabkan oleh adanya interfensi atau tuntutan dalam
pemerolehan bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).
Umumnya, pemelajar BIPA masih kesulitan dalam memilih kata dan
menggunakan ejaan yang baik dan benar. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
menguasai kaidah kebahasaan yang masih perlu dikembangkan. Kesalahan yang sering
ditemukan adalah kesalahan pada ejaan dan kesalahan penulisan kata. Hal ini adalah satu
hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya keterampilan menulis bagi pemelajar
BIPA. Oleh karena itu, perlu diadakannya analisis kesalahan berbahasa pada karangan
pemelajar BIPA yang bertujuan untuk membantu pemelajar BIPA agar mengurangi
kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam penulisan karangan dan
memberi bantuan berupa sumbangan bagi para pengajar dalam menentukan strategi
belajar khususnya dalam bidang tata bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Penelitian ini lebih memfokuskan kesalahan berbahasa dalam taksonomi
kategori linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.
Mengacu pada permasalahan tersebut, peneliti ingin mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan berbahasa yang sering muncul dalam karangan pemelajar BIPA level
intermediate sampai level advance di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Karangan yang akan dianalisis adalah karangan deskriptif. Peneliti
memilih pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level advance karena peneliti
berasumsi bahwa pemelajar BIPA pada level intermediate sampai level advance (level
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B1 sampai level C2) sudah mempelajari bahasa Indonesia cukup dan lama dan sudah bisa
menguasai kaidah kebahasaan. Peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana kemampuan
menulis pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma dan sekadar
menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dialami oleh pemelajar BIPA.
Berdasarkan penelitian sederhana yang dilakukan peneliti untuk itu, kesalahan yang akan
diidentifikasi antara lain; 1) kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan
(2) kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Dalam hal ini peneliti mengacu pada
analisis kesalahan berdasarkan taksonomi kategori kajian linguistik menurut teori
Harimurti Kridalaksana dengan mengelaborasi teori dari buku Analisis Kesalahan
Berbahasa (Sebuah Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa) dan buku berjudul Analisis
Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik.
Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai
pengetahuan tambahan atau dapat memberi sumbangan untuk pemelajar BIPA atau
pembaca yang membutuhkan beberapa kajian terkait analisis kesalahan berbahasa
Indonesia yang berhubungan dengan bidang linguistik.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, peneliti memfokuskan
penelitian ini pada penelitian deskriptif terkait analisis kesalahan berbahasa Indonesia
tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permasalahan ini perlu
dilakukan karena tidak banyak ditemukan penelitian analisis kesalahan berbahasa pada
karangan pemelajar asing baik di suatu lembaga bahasa maupun di perguruan tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelit mengidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
a. Ada beberapa kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan (huruf kapital,
huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan kata depan, dan
penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma.
b. Ada beberapa kesalahan berbahasa tataran morfologi (kesalahan pemilihan afiks,
kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat)
dalam karangan pemelajar BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah utama
adalah Apa sajakah bentuk kesalahan berbahasa Indonesia tataran fonologi bidang ejaan
dan morfologi dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance
di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? Oleh karena itu,
dapat ditentukan sub masalah yang dapat diuraikan yaitu
1. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan yang
muncul pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta?
2. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa pada tataran morfologi yang muncul pada
karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini disusun sesuai dengan rumusan masalah, sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan
(huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan
kata depan, dan penggunaan unsur serapan) dalam karangan pemelajar BIPA di
ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa tataran morfologi (kesalahan
pemilihan afiks, kesalahan penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks,
kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan penggantian morf, dan kesalahan
penggunaan afiks yang tidak tepat) dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan berdasarkan atas suatu fakta dan fenomena yang
melatarbelakanginya. Namun, tentunya perlu ada manfaat yang dapat dihasilkan oleh
penelitian ini. Tanpa adanya manfaat, sebuah penelitian yang dilakukan akan terkesan
sia-sia. Manfaat juga merupakan dampak dari tercapainya tujuan dari penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
telah dijalankan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu menghadirkan
manfaat-manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman serta dapat
memperkaya dan memperluas wawasan mengenai bentuk-bentuk kesalahan
berbahasa Indonesia dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya kesalahan pada tataran
fonologi bidang ejaan dan morfologi.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menghadirkan referensi baru yang bermanfaat
bagi civitas akademika dan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam mengetahui dan memahami
kesalahan berbahasa dalam taksonomi kategori linguistik. Dari penelitian ini
diharapkan penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan kajian bagi pemelajar
BIPA yang mengalami kesulitan dalam menulis bidang karang mengarang.
1.6 Batasan Istilah
Batasan istilah dalam pembahasan penelitian ini hanya mencakup beberapa hal
saja, antara lain
1. Kesalahan berbahasa
Tarigan (1990: 77) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran
terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan
juga sebuah tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap
kode. Kode yang dimaksudkan adalah aturan berbahasa yang dilanggar oleh
bahasawan.
Ruru da Ruru (1985) menjelaskan bahwa analisis kesalahan adalah suatu cara
untuk mengklasifikasikan, mengidentifikasikan, dan mengasosiasikan secara
terstruktur terkait kesalahan-kesalahan yang disusun oleh pemelajar yang sedang
belajar bahasa asing atau bahasa kedua (B2) dengan menggunakan teori-teori
kajian linguistik.
2. Analisis Kesalahan Berbahasa
Pranowo (1996:58) memaparkan bahwa, analisis kesalahan berbahasa
merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bahasa dengan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan
menanggulangi munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar lakukan
dalam proses pemerolehan bahasa kedua (B2).
Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa
merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis kesalahan
seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa dengan
menggunakan objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan memerhatikan
langkah kerja analisis bahasa.
3. Karangan
ie (1995: 17) berpandangan bahwa karangan merupakan hasil perwujudan
gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh
pembaca. Dengan kata lain karangan yang dihasilkan tentunya bertujuan untuk
mengajak pembaca ikut merasakan isi karangan yang disampaikan oleh si
pengarang.
4. Taksonomi kesalahan berbahasa kategori linguistik tataran morfologi dan ejaan
Tarigan (1990: 279-288) menyebutkan bahwa terdapat empat
pengklasifikasian taksonomi kesalahan berbahasa, yakni (1) taksonomi kategori
linguistik, (2) taksonomi siasat permukaan, (3) taksonomi komparatif, dan (4)
taksonomi efek komunikatif. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis
kesalahan berbahasa menurut taksonomi kategori linguistik pada tataran fonologi
bidang ejaan dan tataran morfologi.
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan taksonomi kesalahan
berbahasa dalam kategori linguistik. Penelitian ini mengkaji aspek ejaan (huruf
kapital, huruf miring, lambing bilangan/ angka, unsur serapan, tanda baca, dan
kata depan) dan mengkaji aspek morfologi menurut buku berjudul Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan praktik dengan mengelaborasi teori
menggunakan buku berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa (sebuah pendekatan
pengajaran).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka ini, peneliti akan menguraikan teori-teori yang berkaitan
dengan rumusan masalah dalam penelitian. Kajian pustaka yang diuraikan dalam pokok
bahasan ini, meliputi penelitian terdahulu yang relevan, deskripsi teori, dan kerangka
berpikir.
2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan
Sampai saat ini banyak ditemukan peneliti-peneliti yang menganalisis
permasalahan terkait analisis kesalahan berbahasa. Penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan menjadi acuan peneliti selanjutnya dalam mengembangkan hasil penelitiannya.
Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan wawasan atau
pengetahuan terkait kesalahan berbahasa Indonesia dalam karangan pemelajar BIPA di
ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian terdahulu
yang disusun oleh Elieza Tri Astuti (2019), Nisak (2011), Dwi Hastuti (2019), Aprilia
Nentina (2019), Nurvita Anjarsari, dkk (2013), Dian Nur Prawisti (2012), dan Erlina
Rizky (2017). Ketujuh penelitian tersebut sama-sama melakukan penelitian terkait
analisis kesalahan berbahasa Indonesia. Berikut penjelasan dari masing-masing peneliti
yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian pertama, penelitian ini dilakukan oleh Astuti (2019) dengan judul
Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Tataran Morfologi dalam Karangan
Deskripsi Peserta Didik Kelas VII E dan Kelas VII F SMP N 35 Semarang (2019). Peneliti
menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kesalahan berbahasa pada tataran morfologi,
yaitu kesalahan berbahasa pada tataran afiksasi, kesalahan berbahasa pada tataran
reduplikasi, dan kesalahan berbahasa pada tataran komposisi. Peneliti juga meneliti
penyebab kesalahan berbahasa pada siswa siswi disebabkan oleh penggunaan bahasa ibu,
pengajaran yang kurang tepat, dan kekurangpahaman pemakaian bahasa terhadap bahasa
yang dipakai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deksriptif kualitatif dan teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu triangulasi data.
Persamaan penelitian Elieza dengan peneliti adalah sama-sama membahas tentang
analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi dan karangan. Namun, terdapat
perbedaan antara penelitian Elieza dengan peneliti. Perbedaan tersebut terletak pada data
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dan sumber data. Elieza menggunakan data dan sumber data berupa karangan siswa siswi
kelas VII E dan VII F SMP N 35 Semarang, sedangkan peneliti menggunakan data dan
sumber data yaitu karangan pemelajar BIPA level BIPA 6 di ILCIC Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian kedua, penelitian ini dilakukan oleh Nisak (2011) yang berjudul
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK
Negeri Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis
data, peneliti menemukan beberapa kesalahan dalam penulisan karangan siswa.
Kesalahan terbesar adalah (1) penulisan huruf kapital, (2) kesalahan aspek kebenaran
pilihan kata, (3) kesalahan dalam penyusunan kalimat yang meliputi kebenaran,
kejelasan, dan keefisienan, dan (4) kesalahan kesatuan penyusunan paragraf.
Persamaan penelitian Nisak dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis
kesalahan berbahasa Indonesia dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Nisak
dengan peneliti adalah kajian yang diteliti oleh Nisak adalah kesalahan pada bidang ejaan,
pemilihan kata, dan sintaksis, sedangkan peneliti hanya mengkaji pada bidang ejaan dan
morfologi.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019) berjudul Kesalahan Bentuk
Kata Berafiks dalam Koran Jawa Pos Edisi 9 Oktober 2019. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ditemukan adanya eksalahan dalam bentuk kata berkonfiks yang
terdiri atas kesalahan penghilangan afiks (prefiks, konfiks, dan sufiks), kesalahan
penulisan prefiks di-, dan bunyi yang tidak luluh tetapi diluluhkan.
Persamaan penelitian Dwi Hastuti dengan peneliti adalah sama-sama
menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia pada tataran morfologi. Perbedaan
penelitian Suryaningsih dengan peneliti adalah Dwi Hastuti mengkaji kesalahan
berbahasa pada bentuk kata berafiks dalam koran, sedangkan peneliti mengkaji kesalahan
berbahasa pada tataran morfologi yang mencakup pemilihan afiks, kesalahan
penambahan afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan
penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat dalam karangan
dekskripsi pemelajar BIPA level Intermediate sampai level Advance.
Penelitian keempat dilakukan oleh Aprilia Nentia (2019) berjudul Analisis
Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Pada Berita Pinggir-Duri-Dumai Surat Kabar
Riau Pos. Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan pendeskripsian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi berupa kesalahan penghilangan
afiks sebanyak 8 kesalahan, 3 kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penggunaan afiks,
dan 1 kesalahan bunyi yang seharusnya diluluhkan.
Persamaan penelitian Aprilia Nentina dengan peneliti adalah sama-sama meneliti
kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Perbedaan penelitian Aprilia Nentina
dengan peneliti adalah Aprilia Nentina meneliti kesalahan berbahasa pada berita Pinggir
Duri Dumai Surat Kabar Riau sedangkan peneliti meneliti karangan pemelajar BIPA di
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kelima dilakukan oleh Nurvita Anjarsari (2013) berjudul Analisis
Kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Penutur Asing Di
Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menghasilkan sebuah simpulan, yaitu (1)
Unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam teks
siswa dibagi menjadi empat kesalahan: kesalahan ejaan, morfologi, semantik, dan
sintaksis, (2) Kesalahan yang paling sering terjadi dalam karangan mahasiswa asing
adalah kesalahan ejaan, (3) Kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam karangan
mahasiswa asing yang disebabkan oleh faktor internal: (a) rendahnya motivasi, (b)
potensi/bakat bahasa, (c) karakteristik bahasa, dan faktor eksternal: (a) pembelajaran yang
tidak sempurna, (b) waktu belajar bahasa kurang.
Persamaan penelitian Nurvita dengan peneliti adalah menganalisis kesalahan
berbahasa dalam sebuah karangan. Perbedaan penelitian Nurvita, dkk dengan peneliti
terletak pada sumber penelitian dan kajian yang diteliti. Sumber penelitian Nurvita yaitu
mahasiswa penutur asing di Universitas dan kajian yang dianalisis adalah kesalahan
berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, sedangkan peneliti menggunakan sumber
penelitian yaitu pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta dan mengkaji kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan
morfologi.
Penelitian keenam dilakukan oleh Dian Nur Prawisti (2012). Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu teknik
membaca dan mencatat dan instrumen pengumpulan data dengan menggunakan (human
instrumen), yaitu peneliti sendiri. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat
kesalahan ejaan pada karangan siswa kelas VII SMP N 2 Depok. Ditemukan beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kesalahan terkait dengan ejaan, yaitu (1) kesalahan pemakaian huruf kapital, (2)
kesalahan pemakaian kata depan di, ke, dan dari, dan (3) kesalahan pemakaian tanda baca.
Persamaaan penelitian Dian Nur Prawisti dengan peneliti adalah sama-sama
menganalisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan dalam sebuah karangan. Perbedaan
penelitian Dian Nur dengan peneliti terletak pada jenis karangan yang diteliti. Penelitian
Dian Nur meneliti karangan yang tidak dijelaskan jenis karangan yang seperti apa,
sedangkan peneliti menggunakan jeinis karangan deksripsi.
Penelitian ketujuh dilakukan oleh Erlina Rizky (2017). Penelitian ini berjudul
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Rubrik ‘Wonosobo Ekspres’ pada Harian
Magelang Ekspres Edisi September 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa tataran
linguistik dan mendeskripsikan kesalahan penulisan tipografi pada rubrik Harian
Magelang Ekspres. Hasil penelitian ini adalah terdapat empat kesalahan berbahasa, yaitu
(1) kelebihan huruf, (2) kekurangan huruf, (3) penyusunan huruf, dan (4) penyusunan
barisan kata.
Persamaan penelitian Erlina dengan peneliti adalah sama-sama menganalisis
tentang kesalahan berbahasa pada tataran linguistik. Namun, terdapat perbedaan
penelitian ini dengan peneliti yaitu terletak pada kajian linguistik yang digunakan sebagai
acuan penelitian. Erlina menggunakan tatara sintaksis, tataran wacana, dan penerapan
kaidah ejaan, sedangkan peneliti menggunakan tataran morfologi dan ejaan sebagai acuan
penelitian.
Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa hal yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya. Peneliti membuat sebuah pembaruan pada penelitian
ini, yaitu (1) peneliti menggunakan analisis data dengan model analisis interaktif, (2) pada
kajian teori, peneliti mengelaborasi teori tentang Analisis kesalahan berbahasa (Sebuah
pendekatan dalam pengajaran bahasa) dari Mantasiah R. Yusri dengan teori tentang
analisis kesalahan berbahasa tataran linguistik dari buku berjudul Analisis Kesalahan
Berbahasa Teori dan Praktik serta menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia untuk mengkaji kesalahan pada tataran fonologi bidang ejaan, dan (3) Pada
tahap analisis, peneliti akan memberikan perbaikan dari kata/ kesalahan tanda baca yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dilakukan oleh pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance sebagai bahan
pembelajaran terkait kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia.
Alasan lain peneliti memilih pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai sumber data, karena peneliti memiliki
kriteria khusus dalam menentukan objek penelitian dan peneliti ingin mencoba
mengetahui apakah pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance di Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma lebih banyak melakukan kesalahan berbahasa tulis
atau justru sebaliknya.
2.2 Landasan Teori
Dalam pembahasan mengenai landasan teori, peneliti akan menguraikan teori yang
digunakan sebagai dasar untuk menyusun dan sebagai landasan berpikir dalam
menyelesaikan masalah. Ada pun landasan teori yang digunakan adalah sebagai berikut.
2.2.1 Konsep Keterampilan Menulis
2.2.1.1 Pengertian Menulis
Gie (2002:3) menjelaskan bahwa menulis merupakan sebuah rangkaian
kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasannya dan menyampaikannya
dalam bentuk bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dengan kata lain
menulis merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam menjelaskan suatu hal
kepada pembacanya dalam bentuk tulisan. Selain itu, menulis merupakan suatu cara
untuk menjabarkan, mewujudkan, dan mengungkapkan gagasan atau ide penulis ke
dalam sebuah tulisan (Sutarno, 2008: 10). Tulisan tersebut umumnya berisi sebuah
gagasan atau ide tentang suatu hal yang diamati, dirasakan, atau didengar oleh
penulis.
Berdasarkan penjelasan hakikat menulis dari para hali, dapat disimpulkan
bahwa menulis adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seorang penulis berisi
sebuah ungkapan berupa gagasan yang dihasilkan dari pengamatan, pendengaran
penulis terhadap suatu hal. Ungkapan atau gagasan tersebut ditulis bertujuan untuk
menjelaskan suatu hal dan pembaca dapat mengerti hasil tulisan penulis.
2.2.2 Hakikat Karangan
Karangan merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk
mengomunikasikan gagasan penulis kepada pembaca. Kegiatan mengomunikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk tulisan. Gie (1995: 17) berpendapat
bahwa karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Dengan kata lain karangan yang
dihasilkan tentunya bertujuan untuk mengajak pembaca ikut merasakan isi karangan
yang disampaikan oleh si pengarang.
Pengertian lain mengenai hakikat karangan disampaikan oleh Sirait, dkk
(1985: 1) bahwa karangan merupakan hasil tulisan yang dikelompokan berdasarkan
isi dan tujuan tulisan tersebut dan biasanya berupa tugas di kelas. Karangan
merupakan kegiatan menulis yang berisi gagasan-gagasan tertentu dan
dikelompokkan berdasarkan isi dan tujuan karangan tersebut. karang mengarang
merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan atau
menyampaikan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca dan dapat dipahami
dengan benar seperti yang dimaksudkan oleh pengarang (Widyamartaya, 1990).
Keraf (1994: 2) menjelaskan bahwa karangan ditulis dari rangkaian kata-
kata dan membentuk kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi wacana yang dapat
dibaca dan dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
karangan merupakan sebuah kegiatan komunikatif yang menghasilkan tulisan dari
rangkaian kata-kata yang membentuk sebuah wacana yang ditulis oleh penulis
berdasarkan gagasan tentang suatu hal dan dikelompokkan berdasarkan isi dan
tujuan tulisan itu dibuat. Tujuan dari karangan tersebut dibuat untuk membuat
pembaca mengerti dan paham tentang apa yang ingin disampaikan oleh penulis.
2.2.3 Konsep Karangan yang Baik
Karangan yang baik dapat menentukkan kualitas si pengarang. Ada pun kriteria
dalam menentukan karangan yang baik yang dikemukakan oleh Darmadi (1998:24).
Berikut ciri-ciri karangan yang baik.
1) Jelas
Kejelasan merupakan pokok utama yang perlu diperhatikan penulis
dalam sebuah karangan. Dengan kejelasan terhadap suatu cerita atau gagasan,
pembaca dapat memahami maksud dari tulisan tersebut. Kejelasan suatu
karangan juga berkaitan dengan struktur kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan
yang baik dan benar, pemilihan ilustrasi, dan sebagainya.
2) Signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Karangan yang signifikan artinya dapat menceritakan atau menjelaskan
suatu hal yang dibutuhkan pembaca. Dengan begitu pembaca dapat belajar dari
karangan tersebut.
3) Mempunyai kesatuan dan organisasi yang baik
Kesatuan sebuah tulisan berkaitan dengan kesatuan (kohesi) dan
kepaduan (koherensi). Karangan yang baik memiliki kesatuan dan kepaduan di
setiap kalimat. Dengan kesatuan dan organisasi yang baik diharapkan pembaca
mampu dengan mudah memahami isi bacaan tersebut.
4) Ekonomis (padat isi)
Karangan yang ekonomis (pada isi) dapat dengan mudah ditangkap
makna isi bacaan oleh para pembaca. Dengan demikian, karangan yang baik
tidak perlu panjang dan lebar, melainkan padat dan jelas.
5) Penggunaan bahasa yang dapat diterima
Seorang penulis perlu menguasai penggunaan bahasa yang baik dan
benar. Hal ini bertujuan agar karangan yang ditulis dapat berterima dengan si
pembaca. Penggunaan bahasa yang baik dan dan benar juga akan memengaruhi
tingkat kejelasan sebuah karangan.
6) Pengembangan yang memadai
Karangan yang menarik tentu bersumber dari kemampuan penulis dalam
mengembangkan karangannya. Karangan yang dikembangkan dengan
maksimal tentu akan menarik pembaca terhadap karangan tersebut. Namun,
dalam kenyataannya, penulis harus mampu memilih topik khusus dan
membatasi pada komitmen yang dibuatnya. Komitmen ini dapat dicontohkan
pada bagian judul yang sudah dapat diprediksi isinya.
7) Memiliki kekuatan
Maksud dari ciri memiliki kekuatan dalam karangan adalah pembaca
dapat merasakan isi karangan yang ditulis oleh penulis walaupun mereka tidak
bisa melihat. Dengan kata lain, pembaca dapat merasakan kehadiran penulis
yang tidak jauh darinya.
Berdasarkan penjelasan terkait ciri karangan yang baik, penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal. Pertama, karangan baik adalah karangan yang mampu
diterima oleh pembaca. Kedua, karangan yang dapat diterima oleh pembaca adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
karangan yang dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah kebahasaan. Ketiga, penulis perlu memperhatikan kejelasan karangan,
kepada isi, pengembangan karangan, dan memiliki kekhasan dalam tulisannya.
2.2.4 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dikaitkan dengan bagian dari proses pembelajaran, baik
pembelajaran formal maupun nonformal. Kesalahan berbahasa dapat diatasi dengan
adanya sebuah kajian analisis untuk mengurangi sampai ke batas minimal terjadinya
kesalahan berbahasa. Hal ini bertujuan agar semakin rendahnya kuantitas kesalahan
berbahasa yang terjadi pada proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas,
beberapa ahli memaparkan penjelasannya terkait hakikat Analisis kesalahan
berbahasa.
Tarigan berpendapat analisis kesalahan berbahasa merupakan:
“Suatu ketentuan yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru
bahasa untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi dengan
menggunakan ketentuan, yaitu (1) mengumpulkan sampel bahasa, (2)
menandai kesalahan pada sampel bahasa para pelajar, (3)
mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa, dan (4)
mengevaluasi kesalahan berbahasa dengan keseriusan (Tarigan, 1988:
300).
Menurut penjelasan Tarigan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis
kesalahan berbahasa dapat dikatakan sebagai suatu ketentuan mutlak dalam
pembelajaran bahasa untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada
sampel bahasa pemelajar. Berbeda dengan penjelasan Tarigan, penjelasan terkait
hakikat analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh ahli lain.
Pranowo (1996:58) memaparkan bahwa, analisis kesalahan berbahasa
merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa
dengan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan menanggulangi
munculnya penyimpangan berbahasa yang pemelajar lakukan dalam proses
pemerolehan bahasa kedua (B2). Dengan kata lain analisis kesalahan berbahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan berbahasa pada
kegiatan pembelajaran bahasa.
Penjelasan Tarigan dan Pranowo memiliki persamaan terkait hakikat analisis
kesalahan berbahasa. Namun, Pranowo melengkapi penjelasan dari Tarigan bahwa
analisis kesalahan berbahasa merupakan sebuah daya yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemelajar dalam
mempelajari bahasa kedua (B2) dan mengetahui hal yang menyebabkan terjadinya
kesalahan berbahasa dalam proses pembelajaran bahasa.
Penjelasan lain terkait hakikat analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh
Setyawati. Setyawati (2010:15) menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa
merupakan sebuah proses atau langkah yang didasarkan pada analisis kesalahan
seorang pemelajar bahasa yang sedang mempelajari bahasa dengan menggunakan
objek (bahasa) yang sudah ditargetkan dengan memerhatikan langkah kerja analisis
bahasa.
Dalam proses analisis kesalahan berbahasa terdapat beberapa prosedur yang
harus dilakukan. Dalam prosedur penganalisisan kesalahan berbahasa, disampaikan
oleh Dulay, et. al. (1982: 277) yakni kesalahan berbahasa merupakan suatu usaha
untuk mendata sekaligus mengklasifikasikan kesalahan yang terdapat dalam tulisan
siswa. Hal ini menjelaskan bahwa adanya Langkah atau rangakian proses yang
dilakukan dalam tahapan analisis berbahasa.
Berdasarkan penjelasan dari ketiga ahli mengenai hakikat analisis kesalahan
berbahasa, dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan usaha
yang didasari dari tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran
bahasa menggunakan ketentuan tertentu atau prosedur tertentu. Dengan adanya
usaha analisis kesalahan berbahasa tersebut, dapat mengurangi kesalahan berbahasa
pada proses pembelajaran bahasa kedua (B2) dan membantu mengetahui kesalahan-
kesalahan yang sering dilakukan oleh pemelajar bahasa.
Dari penjelasan para ahli yang memaparkan pendapatnya terkait hakikat
analisis kesalahan berbahasa, peneliti menggunakan teori dari Nanik Setyawati
sebagai alat bantu untuk menganalisis data penelitian. Dalam bukunya yang berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik dipaparkan dengan
runtut terkait analisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan
morfologi. Selain pemaparan yang terstruktur, penjelasan dalam buku ini juga mudah
dipahami.
2.2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Linguistik
Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada setiap tataran linguistik (kebahasaan)
(Indihadi, 2016). Kesalahan pada tataran linguistik meliputi tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, wacana, dan semantik. Kesalahan-kesalahan tersebut juga
dipengaruhi oleh campur tangan (intervensi) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa
kedua (B2). Namun, bagi penutur asing yang mempelajari bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua (B2) sering melakukan kesalahan berbahasa akibat penyimpangan
kaidah bahasa.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori analisis kesalahan berbahasa
pada tataran linguistik, yaitu tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.
Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Berdasarkan bidang linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kesalahan, yakni kesalahan tataran fonologi (ucapan), kesalahan
tataran morfologi (pembentukan kata), kesalahan tataran sintaksis (frasa, klausa,
kalimat), kesalahan tataran semantik, dan kesalahan tataran wacana. Berikut
penjelasan dari masing-masing analisis kesalahan berbahasa bidang linguistik
khususnya bidang ejaan dan tataran morfologi.
2.2.5.1 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi Bidang Ejaan
Bahasa Indonesia telah dua kali mengalami perubahan pada aturan ejaan. Ejaan
yang pertama yakni Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan yang kedua adalah
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) ditetapkan pada tanggal 26 November 2015. Perubahan EYD
menjadi PUEBI didasari oleh banyaknya kritik yang muncul dari masyarakat
mengenai EYD. Berdasarkan data dari Permendikbud Nomor 50 tahun 2015
dijelaskan ada beberapa Perbedaan yang ditemukan antara EYD dengan PUEBI,
yakni (1) adanya penambahan informasi pada pelafalan penggunaan diakritik è dan
é, (2) penambahan diftong [ei], (3) aturan penulisan huruf kapital, (4) penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
huruf tebal pada PUEBI, (5) Penggunaan tanda baca (;) yang dipakai pada akhir
pemerincian yang berupa kalusa dan digunakan untuk memisahkan kalimat yang
sudah menggunakan tanda koma.
Perubahan ejaan dari EYD menjadi PUEBI memiliki keterkaitan dalam
pembelajaran bahasa. Sebagai guru bahasa perlu memperhatikan perubahan ejaan
yang terbaru. Hal ini bertujuan untuk menciptakan penggunaan bahasa yang baik dan
benar sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Suatu ejaan bahasa ikut serta dalam menentukan kebakuan dan ketidakbakuan
kalimat. Akibat penulisan ejaan yang benar dan sesuai dengan kaidah kebahasaan,
kalimat tersebut dapat menjadi kalimat baku. Begitu juga sebaliknya, akibat
penulisan ejaan yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan, kalimat tersebut dapat
menjadi kalimat tidak baku. Nasucha dkk (2009: 92) menjelaskan bahwa realitas
kesalahan pemakaian bahasa sebagian besar disebabkan oleh kesalahan penerapan
ejaan, terutama tanda baca, penulisan kata depan, dan pemakaian huruf kapital.
Analisis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan yang akan diteliti, yaitu (a)
kesalahan berbahasa pada pemakaian huruf kapital, (b) huruf miring, (c) penulisan
kata depan, (d) penulisan bilangan/ angka, (e) penulisan unsur serapan, (f) penulisan
kata, dan (g) penggunaan tanda baca. Berikut uraian bentuk kesalahan pada tataran
fonologi bidang ejaan.
1. Pemakaian Huruf Kapital
Pada umumnya huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama di awal
kalimat. Huruf kapital digunakan sebagai penanda bahwa terdapat beberapa
kalimat dalam sebuah paragraf. Namun, masih sering ditemukan beberapa
kesalahan berbahasa khususnya pada pemakaian huruf kapital. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman terbaru mengenai tata
cara penulisan yang sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa Indonesia. Di
dalam buku PUEBI (2017) dijelaskan mengenai cara pemakaian huruf kapital,
penggunaan huruf miring, penulisan bilangan/ angka, penulisan unsur serapan,
penulisan kata depan, dan penggunaan tanda baca yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah kebahasaan.
Setyawati (2010: 140) menyampaikan bahwa penulisan huruf kapital dalam
tulisan-tulisan resmi terkadang mengalami penyimpangan dari kaidah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kebahasaan yang berlaku. Selain kesalahan yang disampaikan oleh Setyawati,
dalam buku PUEBI (2017) dituliskan penulisan huruf kapital yang baik dan
benar.
Kesalahan pada penulisan huruf kapital tersebut, yaitu (1) kesalahan
penulisan huruf pertama pada petikan langsung, (2) kesalahan penulisan huruf
pertama pada ungkapan yang berkaitan dengan hal tentang keagamaan (terbatas
pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (terkhusus kata ganti untuk Tuhan),
(3) kesalahan penulisan huruf kapital pada huruf pertama nama gelar
(keturunan, kehormatan, dan keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti
nama orang, (4) kesalahan penulisan huruf kapital pada pemakaian huruf kapital
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, (5) kesalahan
penulisan huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari dan hari raya, (6) kesalahan penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama
semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara,
lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk, (7) kesalahan pada huruf kapital sebagai huruf
pertama setiap kata (termasuk pada unsur kata ulang sempurna) dalam judul
buku, karangan, artikel, makalah, dan surat kabar, kecuali kata tugas di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada awal kalimat, (8) penulisan huruf
kapital sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan,
dan (9) penulisan huruf kapital sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan.
2. Kesalahan dalam Penulisan Huruf Miring
Kesalahan penulisan huruf miring dalam pembelajaran bahasa diuraikan
sebagai berikut (1) Kesalahan pada penulisan kata untuk menegaskan atau
mengkhususkan kata tertentu, huruf, bagian kata, atau kelompok kata, (2)
Kesalahan pada penulisan huruf miring yang digunakan untuk menulis judul
buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan,
termasuk dalam daftar Pustaka, dan (3) Kesalahan pada penulisan huruf kapital
untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa asing atau bahasa daerah
(Setyawati, 2010: 149).
3. Kesalahan dalam Penulisan Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata bentukan (kata
berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk atau gabungan kata). Kata dasar
ditulis dalam satau kesatuan yang dapat berdiri sendiri (Setyawati, 2010: 151).
Kata yang mengandung afiks (kata berafiks) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Berbeda halnya dengan kata ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung (-). Kata majemuk yang diberi imbuhan prefiks
atau sufiks saja, ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya, tetapi jika
kata tersebut diberi imbuhan prefiks dan sufiks, kata tersebut harus ditulis
serangkai dengan kata tersebut. Contoh penulisan kata sebagai berikut.
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
dikunjungi di kunjungi
silakan silahkan
mondar-mandir mondar mandir
rumah sakit rumahsakit
tatabahasa tata bahasa
antarkota antar kota
kosakata kosa kata
4. Kesalahan dalam Penulisan Kata Depan
Kesalahan lain dalam bahasa tulis adalah kesalahan pada penulisan kata depan.
Dalam PUEBI (2017: 22) dijelaskan cara menulis kata depan yang sesuai
dengan kaidah kebahasaan.
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang menyertainya.
Bentuk Baku
10) Di mana dia sekarang?
11) Hari ini aku ingin pergi ke toko buku.
12) Kalung itu terbuat dari emas.
5. Kesalahan dalam Penulisan Angka atau Lambang Bilangan
Penulisan angka atau lambang bilangan dalam bahasa Indonesia juga
dimuat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Dalam buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PUEBI dan buku Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik, dijelaskan
tentang penggunaan angka atau lambang bilangan yang baik dan sesuai dengan
kaidah kebahasaaan, yakni (1) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian, (2) Bilangan pada awal kalimat ditulis
dengan huruf, (3) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis
sebagian menggunakan huruf supaya lebih mudah untuk dibaca, (4) Angka
digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, waktu, dan nilai
uang (5) Angka digunakan untuk meberi nomor pada alamat, seperti jalan,
rumah, apartemen, atau kamar (6) Angka digunakan untuk memberi nomor pada
bagian karangan atau ayat kitab suci, dan sebagainya (7) Angka ditulis dengan
huruf, (8) Angka yang ditulis pada bilangan tingkat, (9) Penulisan bilangan yang
mendapat akhiran –an, dan (10) Penulisan bilangan dengan huruf dan angka
sekaligus yang dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, kuitanasi, dan
kata.
6. Kesalahan Penulisan Unsur Serapan
Setyawati (2010: 160) menjelaskan bahwa berdasarkan taraf unifikasinya,
unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1)
unsur yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa indonesia (unsur
tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara melafalkannya
masih mengikuti pelafalan bahasa asing) dan (2) unsur asing diserap dengan
menyesuaikan kaidah bahasa Indonesia baik pada pelafalannya maupun
penulisannya. Contoh penulisan unsur yang tidak tepat sebagai berikut.
Kata Asing Penyerapan Baku Penyerapan Tidak
Baku
social sosial social
activity aktivitas aktifitas
complex kompleks komplek
online daring online
taxi taksi taxi
acting akting acting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
actor aktor actor
standard standar standart
7. Kesalahan dalam Penggunaan Tanda Baca
Kesalahan yang sering muncul dalam sebuah tulisan yaitu kesalahan dalam
penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Kesalahan penggunaan tanda baca
yang sering ditemukan yaitu kesalahan pada tanda titik, tanda koma, tanda titik
dua, tanda hubung, tanda pisah, dan tanda tanya.
a. Tanda titik (.)
Penulisan tanda titik di setiap akhir kalimat masih sering tidak
diperhatikan penggunaannya. PUEBI (2017: 32) memamparkan
penggunaan tanda titik yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
kebahasaan, yaitu (1) tanda titik ditulis pada akhir kalimat pernyataan, (2)
tanda titik ditulis di belakang angka atau huruf sebuah bagian, ikhtisar, atau
daftar, (3) tanda titik ditulis sebagai pemisah angka, jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu atau jangka waktu, (4) tanda titik ditulis dalam
daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang diakhiri
dengan tanda tanya, atau tanda seru), dan nama penerbit, dan (5) tanda titik
digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
b. Tanda koma (,)
Pada umumnya, tanda koma dipakai sebagai suatu tanda pemerinci
dalam sebuah kalimat. PUEBI (2017: 35) memaparkan penggunaan tanda
koma yang lebih jelas dan sesuai dengan kaidah kebahasaan, yaitu (1) tanda
koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerinci atau
pembilangan, (2) tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam sebuah kalimat majemuk (setara),
(3) tanda koma digunakan sebagai pemisah anak kalimat yang mendahului
induk kalimatnya, (4) tanda koma digunakan dibelakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh sebab itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian, (5) tanda koma digunakan
sebelum kata dan/ atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Ibu, Dik, atau Nak, (6) tanda
koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dan bagian lain dala
kalimat, (7) tanda koma digunakan di antara (nama seseorang atau alamat,
bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis secara berurutan), (8) tanda koma digunakan sebagai
pemisah bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar Pustaka (9)
tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau
catatan akhir, (10) tanda koma digunakan di antara nama orang dan
singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga, (11) tanda koma digunakan
sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka, (12) tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan
tambahan atau keterangan aposisi, dan (13) tanda koma dapat digunakan di
belakang unsur keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk
menghindari salah baca/ salah penafsiran.
c. Tanda titik koma (;)
Sejalan dengan penggunaan ejaan yang baik dan benar, penggunaan
tanda titik koma juga dijelaskan dalam buku PUEBI (2017). Dalam buku
tersebut, dijelaskan penggunaan tanda titik koma digunakan sebagai, yaitu
(1) pengganti kata penghubung, sebagai pemisah kalimat setara yang satu
dengan kalimat setara yang lain, (2) digunakan pada akhir perincian berupa
klausa, dan (3) digunakan untuk memisahkan kalimat pada bagian
pemerincian.
d. Tanda titik dua (:)
Dalam buku PUEBI tahun 2017 dijelaskan penggunaan tanda titik dua
(:) yang baik dan benar sesuai kaidah kebahasaan. Aturan penggunaan tanda
titik dua, yaitu (1) tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan lengkap
yang diikuti dengan pemerincian atau penjelasan, (2) tanda titik dua tidak
digunakan apabila pemerincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan, (3) tanda titik dua digunakan sesudah kata atau
ungkapan yang membutuhkan pemerian, (4) tanda titik dua digunakan
dalam sebuah naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
percakapan, dan (5) tanda titik dua digunakan di antara (a) surat dan ayat
dalam kita suci, (b) jilid atau nomor dan halaman, (c) judul dan anak judul
dalam sebuah karangan, dan (d) nama kota dan penerbit dalam daftar
pustaka.
e. Tanda hubung (-)
Dalam buku PUEBI tahun 2017 diuraikan aturan penggunaan tanda
hubung, yaitu (1) tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang
terpenggal oleh pergantian baris, (2) tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur kata berulang, (3) tanda hubung digunakan
menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau
menyambung huruf dalam kata yang yang dieja satu-satu, (4) tanda hubung
dapat digunakan untuk memberikan penjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan, dan (5) tanda hubung digunakan untuk merangkai.
Sebagai catatan: tanda hubung tidak digunakan di antara huruf dan angka
jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
1) Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
2) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi
objek bahasan.
Berikut rangkuman penggunaan tanda hubung yang sesuai dengan kaidah
kebahasaan menurut buku PUEBI dan buku Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia Teori dan Praktik
f. Tanda pisah (--)
Penggunaan tanda pisah dalam bahasa Indonesia dirangkum dengan jelas
dalam buku PUEBI tahun 2017. Tanda pisah digunakan untuk (1)
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat, (2) memperjelas adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain, dan (3) digunakan di antara dua bilangan, tanggal,
atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
g. Tanda tanya (?)
Tanda tanya umumnya digunakan sebagai penanda dalam kalimat tanya.
Namun, PUEBI (2017: 44) memaparkan aturan lain dalam penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tanda baca. Aturan tersebut, yaitu (1) tanda tanya digunakan pada akhir
kalimat tanya dan (2) tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk
menjelaskan suatu bagian kalimat yang dicurigai atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
h. Tanda petik (“…”)
Dalam buku PUEBI (2017: 45) dijelaskan bahwa
1) Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung dari
permbicaraan, bahan tertulis lain, atau naskah
2) Tanda petik digunakan untuk mengapit judul lagu, sajak, film, sinetron,
bab buku, atau naskah yang dipakai dalam kalimat, dan
3) Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang sukar
dikenali atau kata yang memiliki arti khusus.
2.2.5.2 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi
Ramlan (2012: 21) menjelaskan bahwa morfologi merupakan ilmu bahasa
yang membahas atau mengkaji seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan bentuk
kata terhadap kelas dan arti kata. Dengan kata lain, morfologi merupakan ilmu yang
mengkaji tentang proses pembentukan kata.
Berbeda dengan penjelasan Ramlan terkait pengertian morfologi,
Kridalakasana (1989: 10) dalam buku berjudul Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa morfologi dapat dipandang sebagai subsistem yang
berupa proses mengubah leksem menjadi sebuah kata. Pada umumnya, terdapat tiga
jenis pembentukan kata yang terjadi akibat proses morfologis. Tiga bentuk tersebut
ialah kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata berimbuhan merupakan
kata yang terjadi akibat proses afiksasi. Kata ulang merupakan kata yang terjadi
akibat proses reduplikasi. Kata majemuk merupakan kata yang terjadi akibat proses
komposisi.
2.2.5.2.1 Kesalahan Pemilihan Afiks
Ramlan (2001: 55) menjelaskan bahwa afiks merupakan satuan gramatikal
yang terikat di dalam suatu satuan kata yang merupakan bukan unsur kata dan
bukan pokok kata yang dapat membentuk kata atau pokok kata baru. Dengan
kata lain, afiks merupakan satuan gramatikal yang dapat membentuk kata baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Ramlan (2001:58) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat
empat bentuk afiks, yakni (1) prefiks meN-, di-, ber-, ter-, se-, peN-, per-, pra-
, ke-, a-, maha-, dan para-, (2) infiks –e--, -el-, dan –em-, (3) sufiks –an, -kan,
-I, -nya, -wan, -is, -wati, -man, -wi, dan –da, dan (4) konfiks peN-an, ke-an,
ber-an, per-an, dan se-nya.
Kesalahan dalam memilih afiks artinya prefiks yang digunakan oleh
seorang penutur tidak tepat. Hal ini dapat menimbulkan kalimat yang tidak
berterima dalam bahasa Indonesia. Kesalahan pemilihan afiks akan dijelaskan
sebagai berikut.
1. Kesalahan Pemilihan Prefiks ber-
Bentuk Tidak Baku
35) Saya bernginap bersama dengan keluarga di hotel.
36) Kami berpengaruh ajakan teman kami untuk pergi dari rumah.
Kata bernginap dan berpengaruh di atas merupakan kata dengan
pemilihan prefiks yang tidak benar dalam kalimat. Pemilihan afiks ber-
pada kata bernginap dan berpengaruh tidak sesuai karena kalimat tersebut
menjadi tidak berterima. Alwi, dkk (2003: 14) menjelaskan bahwa prefiks
ber- pada kata kerja dapat juga menggunakan prefiks meng-. Kalimat
nomor (35) akan berterima apabila menggunakan prefiks meN- pada kata
dasar inap sehingga kata bentukan yang tepat ialah menginap. Pada
kalimat nomor (36) pemilihan prefiks ber- juga kurang tepat karena
prefiks ber- pada kata berpengaruh menurut KBBI memiliki makna
‘mempunyai pengaruh’ sedangkan pada kalimat nomor (36) akan lebih
berterima jika menggunakan prefiks ter-. Jadi, perbaikan kalimat (35) dan
(36) adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
35a) Saya mennginap bersama dengan keluarga di hotel.
36a) Kami terpengaruh ajakan teman kami untuk pergi dari rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Kesalahan Pemilihan Prefiks meN-
Bentuk Tidak Baku
37) Saya memikirkan lebih baik tinggal di rumah daripada harus
pulang kampung.
38) Anda akan saya menjadikan sebagai ketua panitia tahun ini.
Berdasarkan kaidah pembentukan kata yang tepat, prefiks meN-
termasuk imbuhan produktif. Kata yang diberi imbuhan meN- merupakan
kata kerja transitif. Kata kerja transitif dalam kalimat aktif transitif harus
memerlukan kehadiran objek. Kalimat (37) tidak memiliki objek setelah
kata kerja memikirkan. Prefiks meN- pada kata memikirkan perlu diganti
dengan prefiks yang membentuk verba intransitive, yaitu prefiks ber-.
Kalimat (38) seharusnya hanya menggunakan sufiks –kan. Jadi, kalimat
yang benar sebagai berikut.
Bentuk Baku
37a) Saya berpikir lebih baik tinggal di rumah daripada harus
pulang kampung.
38a) Anda akan saya jadikan sebagai ketua panitia tahun ini.
2.2.5.2.2 Kesalahan Penambahan Afiks
Kesalahan penambahan afiks yang akan dibahas mencakup kesalahan
penambahan (prefiks, sufiks, dan konfiks) dalam kalimat yang kurang tepat
dapat diamati berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
39) Saya izinkan Anda untuk mengkritikan saya.
40) Masalah ini bisa kita berbicarakan di ruangan.
41) Menurut penjelasan yang sudah saya menjelaskan tadi, saya
simpulkan bahwa berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
Kata-kata yang bercetak miring di atas, merupakan kata bentukan yang
mengalami kesalahan dalam pemilihan prefiks meN-, prefiks ber-, dan sufiks –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kan. Kesalahan penambahan afiks tersebut menimbulkan kalimat yang tidak
berterima. Prefiks meN-, ber-, dan sufiks –kan pada kalimat di atas seharusnya
tidak ditulis. Jadi, perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
39a) Saya izinkan Anda untuk mengkritik saya.
40a) Masalah ini bisa kita bicarakan di ruangan.
41a) Menurut penjelasan yang sudah saya jelaskan tadi, saya
simpulkan bahwa berolahraga dapat menyehatkan tubuh.
2.2.5.2.3 Kesalahan Penghilangan Sufiks
Bentuk Tidak Baku
42) Jika dibanding dengan perolehan skor sementara, tim sepak
bola Indonesia masih memimpin.
43) Salah satu orang yang menyebar berita bohong itu sudah
ditangkap.
Sufiks merupakan imbuhan yang tertelak pada bagian di belakang kata.
sufiks –kan dalam bahasa Indonesia terdiri atas morfem –an, -kan, dan –i. Pada
kalimat di atas, terjadi hilangnya sufiks –kan pada kata kerja dibanding dan
menyebar. Kesalahan tersbeut terajadi pada proses pembentukan kata kerja
yang berdungsi sebagai unsur pusat, khusunya pada kata kerja turunan
berkonfiks di-kan. Penulisan yang baik dan benar adalah sebagai berikut.
42a) Jika dibandingkan dengan perolehan skor sementara, tim
sepak bola Indonesia masih memimpin.
43a) Salah satu orang yang menyebarkan berita bohong itu sudah
ditangkap.
2.2.5.2.4 Kesalahan pada Penghilangan Prefiks
1. Penghilangan Prefiks meng-
Dalam sebuah tulisan dijumpai kesalahan pada penulisan prfeiks meng-
yang sering hilang (Setyawati, 2010: 44). Hal ini terjadi akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
penghematan kata yang sebenarnya keliru dan justru melanggar kaidah
kebahasaan, seperti contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
(44) Bunga melati dan bunga mawar pamerkan keelokan mahkota
mereka.
(45) Kau katakan juga hal itu pada Tua Bahtiar?
(46) Lektol Riswandi akui “menjual” dokumen negara.
Kalimat bercetak miring tersebut termasuk dalam kalimat aktif transitif.
Berdasarkan kaidah kebahasaan yang baik dan benar, penulisan kalimat
aktif transitif, unsur predikatnya harus berprefiks meng-. Oleh sebab itu,
penulisan yang sesuai sebagai berikut.
Bentuk Baku
(44a) Bunga melati dan bunga mawar memamerkan keelokan
mahkota mereka.
(45a) Kau mengatakan juga hal itu pada Tua Bahtiar?
(46a) Lektol Riswandi mengakui “menjual” dokumen negara.
2. Penghilangan Prefiks ber-
Selain penghilangan prefiks meng-, kesalahan penghilangan afiks
yang sering ditemukan ialah kesalahan karena mengilangkan prefiks ber-
pada kata-kata bentukan (kata dasar) yang seharusnya tidak perlu dilakukan
(Setyawati, 2010: 45). Berikut contoh kesalahan penghilangan prefiks ber-
.
Bentuk Tidak Baku
(47) Pendapat Ayahku beda dengan pendapat ibuku.
(48) Marilah kita ke Tirtasari, kita renang di sana!
(49) Warga negara Indonesia juang melawan kemiskinan dan
kelaparan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kata yang bercerak miring pada kalimat di atas mengalami kesalahan
penghilangan prefiks ber-. Pada contoh kalimat (9) seharusnya berubah
menjadi ber + beda, pada contoh kalimat (10) seharusnya berubah menjadi
ber + renang, dan pada contoh kalimat (11) seharusnya berubah menjadi
ber + juang.
Bentuk Baku
(47a) Pendapat Ayahku berbeda dengan pendapat ibuku.
(48a) Marilah kita ke Tirtasari, kita berenang di sana!
(49a) Warga negara Indonesia berjuang melawan kemiskinan dan
kelaparan.
2.2.5.2.5 Kesalahan Penggantian Morf
1. Morf menge- Tergantikan Morf Lain
Penggunaan prefiks meng- sebetulnya sudah jelas disampaikan dalam
kaidah kebahasaan (Setyawati, 2010: 49). Namun, penggantian morf
menge- menjadi morf lain sering dijumpai dalam pemakaian bahasa sehari-
hari. Berikut bentuk tidak baku dari penggunaan morf menge-
Bentuk Tidak Baku
(50) Tukang-tukang itu sudah hampir tiga minggu mencat
rumahku, tetapi sampai sekarang belum selesai juga.
(51) Dewan Perwakilan Rakyat sudah mensahkan Undang-
Undang Perpajakan.
(52) Siapa yang tadi siang melap kaca mobil saya?
Kata yang bercetak miring pada kalimat di atas merupakan contoh kalimat
yang mengalami kesalahan berbahasa khususnya kesalahan pergantian
morf menge- dengan morf lain. Prefiks meng- akan mengalami perubahan
alomorf menjadi menge- apabila prefiks tersebut melekat pada kata dasar
bersuku kata satu. Dengan demikian bentuk penulisan yang sesuai dengan
kaidah adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(50a) Tukang-tukang itu sudah hampir tiga minggu mengecat
rumahku, tetapi sampai sekarang belum selesai juga.
(51a) Dewan Perwakilan Rakyat sudah mengesahkan Undang-
Undang Perpajakan.
(52a) Siapa yang tadi siang mengelap kaca mobil saya?
2. Morf be- Tergantikan Mrof ber-
Perhatikan contoh kalimat tidak baku akibat kesalahan pembentukan kata
pada pemakaian morf be- yang tergantikan morf ber- sebagai berikut.
Bentuk Tidak Baku
(53) Dodi seharian penuh berkerja tanpa kenal lelah demi
keluarganya.
(54) Lebah-lebah di pohon berterbangan akibat dilempar batu oleh
Dito.
(55) Pt. Garuda Indonesia merencanakan gedung yang sedang
dibangun akan berruang lima puluh buah.
Penulisan kata yang bercetak miring termasuk dalam penggunaan morf be-
yang kurang tepat. Prefiks ber- apabila melekat pada: (i) kata dasar
berawalan fonem /r/ dan (ii) melekat pada kata dasar yang suku kata
pertamannya terkandung unsur [er] alomorfnya akan berubah menjadi be-.
Oleh karena itu penulisan yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
kebahasaan adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
(53a) Dodi seharian penuh bekerja tanpa kenal lelah demi
keluarganya.
(54a) Lebah-lebah di pohon beterbangan akibat dilempar batu oleh
Dito.
(55a) Pt. Garuda Indonesia merencanakan gedung yang sedang
dibangun akan beruang lima puluh buah.
3. Morf bel- Tergantikan Morf ber-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Hampir sama dengan kasus kesalahan penggantian morf be- dengan morf
ber-, sering ditemukan pula kesalahn pada pemakaian morf bel- yang
tergantikan oleh morf ber- seperti contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
(56) Sebagai seorang pelajar, kita bertugas untuk berajar.
(57) Saudara-saudari sekalian diizinkan untuk duduk berunjur
jika merasa kurang nyaman.
Kata yang bercetak miring tersebut terdiri atas kata dasar ajar dan unjur.
Kedua kata tersebut jika dilekati oleh prefiks ber- maka berubah menjadi
belajar dan belunjur. Berikut penulisan yang baik dan benar.
Bentuk Baku
(56a) Sebagai seorang pelajar, kita bertugas untuk belajar.
(57a) Saudara-saudari sekalian diizinkan untuk duduk belunjur
jika merasa kurang nyaman.
4. Morf pel- Tergantikan Morf per-
Morfem per- akan memiliki alomorf pel- apabila bergabung pada kata dasar
ajar. Namun, kita masih sering menjumpai kesalahan penulisan pada kata
dasar tersebut, seperti contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
(58) Siapkan buku kalian! Perajaran akan segera ibu mulai.
(59) Kartika Putri menjadi perajar di sekolah favorit di kota Jawa
Barat.
Kata yang bercetak miring tersebut tentu tidak sesuai dengan kaidah
kebahasaan. Oleh sebab itu berikut contoh perbaikan yang baik dan benar.
Bentuk Baku
(58a) Siapkan buku kalian! Pelajaran akan segera ibu mulai.
(59a) Kartika Putri menjadi pelajar di sekolah favorit di kota Jawa
Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
5. Morf pe- Tergantikan Morf per-
Kesalahan penggunaan morf pe- yang tergantikan dengan morf per- juga
sering dijumpai dalam sebuah kalimat, sebagai berikut.
Bentuk Tidak Baku
(60) Banyak hama yang merusak tanaman kita berasal dari
perternakan milik Bu Tini.
(61) Di ruang lomba sudah dipenuhi oleh para perserta lomba
cerdas cermat.
(62) Perwakilan perkerja buruh pabrik menemui pimpinan
perusahaan untuk menyampaikan aspirasinya.
Morfem per- akan berubah menjadi morfem pe- jika kata dasar suku
pertama pada kata mengandung [er]. Dengan demikian berikut penulisan
yang baik dan benar.
Bentuk Baku
(60a) Banyak hama yang merusak tanaman kita berasal dari
peternakan milik Bu Tini.
(61a) Di ruang lomba sudah dipenuhi oleh para peserta lomba
cerdas cermat.
(62a) Perwakilan pekerja buruh pabrik menemui pimpinan
perusahaan untuk menyampaikan aspirasinya.
6. Morf te- Tergantikan Mrof ter-
Kesalahan penulisan pada kata bentukan yang masih sering dijumpai
adalah kesalahan pada pemakaian morf te- yang digantikan oleh morf ter-
(Setyawati, 2010: 54). Adapun contoh penggunaan morf te- yang
tergantikan oleh morf ter- sebagai berikut.
Bentuk Tidak Baku
(63) Jangan mudah terperdaya rayuan gombal si Jono.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(64) Sinta menangis tersedu-sedu karena baju kesayangannya
terpercik tinta spidol.
Morfem ter- akan berubah menjadi morfem te- jika berjumpa dengan: (i)
kata dasar berfonem awal /r/ dan (ii) melekat pada kata dasar yang memiliki
suku kata berunsur [er]. Dengan demikian berikut contoh perbaikan kalimat
(63) dan (64).
Bentuk Baku
(63a) Jangan mudah teperdaya rayuan gombal si Jono.
(64a) Sinta menangis tersedu-sedu karena baju kesayangannya
tepercik tinta spidol.
2.2.5.2.6 Kesalahan nasalisasi dan peluluhan dalam proses afiksasi.
Keraf (1980: 54) menjelaskan bahwa nasalisasi merupakan proses
pemberian atau perubahan nasal pada fonem-fonem. Dalam menasalkan suatu
fonem, orang tidak berbuat seenaknya, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah
yang tertentu. Setiap fonem yang dinasalkan harus mengambil nasal yang
homorgan. Artinya, nasal yang memiliki artikulator dan titik artikulasi yang
sama seperti fonem yang dinasalkan itu. Kata Tarik diawali dengan fonem /t/
yang harus mengambil nasal n sehingga apabila mengalami proses prefiksasi
menjadi menarik bukan mentarik.
Jadi: p dan b harus mengambil nasal m (karena sama sama
bilabial)
t dan d harus mengambil nasal n (karena sama-sama
dental)
k dan g harus mengambil nasal ng (karena sama-sama
velar) dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, fonem /k/, /p/, /t/, dan /s/ yang berbentuk
kluster dan digraf tidak mengalami peluluhan dalam prefiksasi.
Salah Benar
mentarik menarik
memoto memfoto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Setyawati (2010:46) menjelaskan bahwa sering sekali dijumpai kata dasar
yang berfonem awal /k/, /t/, /s/, dan /p/ tidak mengalami peluluhan jika
mendapat pefiks meng- atau peng-. Berikut contoh kalimat yang sering
mengalami kesalahan afiksasi.
Bentuk tidak baku
(65) Anda harus ikut serta mensukseskan Pilkada bulan April
2010.
(66) Beberapa siswa diberi sanksi karena tidak dapat
mentaati peraturan sekolah.
(67) Tukang kebun itu mengkikis habis rumput di kebun Pak
Anton.
Bentuk baku
(65a) Anda harus ikut serta menyukseskan Pilkada bulan
April 2010.
(66a) Beberapa siswa diberi sanksi karena tidak dapat
menaati peraturan sekolah.
(67a) Tukang kebun itu mengikis habis rumput di kebun Pak
Anton.
2.2.5.2.7 Kesalahan pada Penyingkatan Morf mem-, men-, meng-, meny-, dan
menge-
Setyawati (2010:54) memaparkan bahwa kesalahan di atas disebut juga
dengan istilah penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-.
Untuk memahami lebih jelas kesalahan pelesapan pada proses afiksasi, kita
bisa melihat dalam bentuk kalimat. Berikut contoh kesalahan pelesapan pada
proses afiksasi.
Bentuk Tidak Baku
(68) Apakah dia yang sudah nyuruh kamu membuat
mengarang cerita seperti ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(69) Setiap minggu Ani mendapat tawaran nari di sanggar
Ketut Jelantik.
(70) Bu Mirna ngelap kaca mobil dengan kain khusus untuk
membersihkan kaca mobil.
Kata yang bercetak miring tersebut merupakan kata yang sering
digunakan tanpa sadar oleh seorang penutur. Kata-kata tersebut termasuk kata
yang salah menurut kaidah bahasa Indonesia. Morfem tersebut mengalami
penyingkatan yang sebetulnya tidak perlu disingkat. Bentuk yang dicetak miring
tersbeut seharusnya tidak mengalami penyingkatan alomorf meng-. Bentuk yang
betul dari kata bercetak miring tersebut yakni menari, menyuruh, dan mengelap.
Bentuk Baku
(68a) Apakah dia yang sudah menyuruh kamu membuat
mengarang cerita seperti ini?
(69a) Setiap minggu Ani mendapat tawaran menari di
sanggar Ketut Jelantik.
(70a) Bu Mirna mengelap kaca mobil dengan kain khusus
untuk membersihkan kaca mobil.
2.2.5.2.8 Kesalahan Berbahasa Tataran Reduplikasi (Pengulangan Kata Majemuk
yang kurang tepat)
Kesalahan berbahasa pada tataran reduplikasi disebabkan oleh 3 hal,
yaitu (1) kesalahan pembentukan, (2) kesalahan penulisan, dan (3) kesalahan
makna.
1. Kesalahan Pembentukan
Salah Benar
coret-coret corat-coret
memukul-pukul memukul-mukul
mengait-kaitkan mengait-ngaitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2. Kesalahan Penulisan
Kesalahan penulisan yang dimaksud adalah kesalahan yang mengimpang
dari kaidah penulisan kata ualng (reduplikasi) yang berbunyi. PUEBI
(2017: 41) menjelaskan bahwa tanda hubung digunakan untuk
menyambung kata ulang.
Salah Benar
guru2 guru-guru
Kamus2 kamus-kamus
3. Kesalahan Makna
Kesalahan makna timbul karena penggunaan kata yang memiliki satu
makna dengan makna kata ulang.
Salah Benar
para karyawan-karyawan para karyawan
saling tolong-menolong Saling menolong
2.2.5.2.9 Kesalahan Berbahasa Tataran Komposisi
Kesalahan berbahasa pada tataran komposisi disebabkan oleh tiga hal,
yaitu (1) kesalahan penggabungan, (2) kesalahan reduplikasi, dan (3) kesalahan
afiksasi.
1. Kesalahan Penggabungan
Kesalahan penggabungan kata majemuk seharusnya ditulis secara terpisah.
Unsur gabungan kata yang sesuai dengan kaidah disebut kata majemuk,
termasuk istilah khusus, ditulis terpisah (PUEBI, 2017:17).
Salah Benar
orangtua orang tua
tanggungjawab tanggung jawab
mata hari matahari
panjang tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Kesalahan Reduplikasi
Keraf (1980: 25) menjelaskan bahwa pada dasarnya kata-kata majemuk
membentuk suatu kesatuan. Oleh sebab iu bentuk ulang penulisannya harus
secara penuh atau diulang secara keseluruhan. Kesalahan bentuk ulang
(reduplikasi) yang sering muncul adalah penulisan bentuk ulang yang tidak
ditulis seluruhnya.
Salah Benar
bumiputra bumiputra-bumiputra
segi-segitiga segitiga-segitiga
2.3 Kerangka Berpikir
Kesalahan berbahasa masih sering ditemukan khususnya dalam keterampilan
menulis. Keterampilan menulis merupakan sebuah keterampilan yang bertujuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain menyampaikan gagasan dan perasaan dalam bentuk
tulisan. Seperti halnya seorang penulis menyampaikan gagasannya dalam bentuk
karangan. Hanya, seringkali dijumpai beberapa kesalahan yang menimbulkan kesulitan
pembaca untuk memahami maksud yang ingin disampaikan, misalnya karena kesalahan
pemilihan kata, pemakaian tanda baca yang kurang tepat, dan lain sebagainya. Hal ini
terjadi karena salah satu dari mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam
menguasai keterampilan menulis.
Kesalahan berbahasa dalam hal ini, akan dianalisis oleh peneliti dengan
berpacu pada pendapat para ahli linguistik. Dalam penelitian ini, digunakan teori
taksonomi kesalahan berbahasa menurut Nurhadi (1990), dibedakan menjadi 4 kesalahan,
yaitu (1) kesalahan tataran fonologi, (2) kesalahan tataran morfologi, (3) kesalahan tataran
dan sintaksis, dan (4) kesalahan tataran semantik. Berdasarkan kategori kesalahan
berbahasa menurut taksonomi kategori linguistik, peneliti hanya meneliti kesalahan pada
tataran fonologi bidang ejaan dan tataran morfologi.
Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM
KARANGAN PEMELAJAR BIPA DI ILCIC
LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA
DHARMA YOGYAKARTA
TEORI ANALISIS KESALAHAN
BERBAHASA DALAM KATEGORI
LINGUISTIK
TATARAN
FONOLOGI
BIDANG EJAAN
TATARAN
MORFOLOGI
BENTUK
KESALAHAN
BERBAHASA
BIDANG EJAAN
BENTUK KESALAHAN
BERBAHASA PADA
TATARAN MORFOLOGI
HASIL PENELITIAN
Bagan 1. Bagan Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini berisi tentang jenis penelitian, sumber data dan data, metode dan teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini diajukan untuk menganalisis dan mengungkap kesalahan-
kesalahan berbahasa Indonesia yang sering terjadi dalam karangan pemelajar BIPA
di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini
dilakukan selama 1 bulan, yaitu dari bulan April 2021- Mei 2021. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan studi deskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:15)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian dengan
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti
pada objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian deskriptif kualitatif yang
termasuk dalam penelitian kebahasaan. Peneliti memilih pendekatan kualitatif
karena penelitian ini berfokus pada pemahaman secara mendalam terhadap suatu
permasalahan. Penelitian deskriptif ditujukan untuk
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan menggambarkan gejala
yang timbul.
b. Mengidentifikasi beberapa kesalahan berbahasa dalam karangan pemelajar
BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
periode 2019-2020.
c. Menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa sesuai dengan kaidah
kebahasaan.
Metode penelitian kualitatif sebagaimana diungkapkan Bogdan dan Taylor (L.J.
Maleong, 2011: 4) sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3.2 Data dan Sumber Data Penelitian
3.2.1 Data
Berdasarkan sumber data yang telah ditetapkan, peneliti mengumpulkan
informasi melalui beberapa data. Data penelitian ini adalah berupa dara primer
yaitu dokumen berupa karangan-karangan pemelajar BIPA level intermediate
sampai level advance yang mengalami kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia
dalam kategori taksonomi linguistik, yaitu (1) kesalahan ejaan, dan (2) kesalahan
tataran morfologi.
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan beberapa karangan pemelajar
BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode
2019-2020 sebagai sumber data karena peneliti ingin menemukan bentuk
kesalahan yang terjadi dalam karangan pemelajar BIPA di kelas yang sudah
memiliki kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia.
3.2.2 Sumber data
Sumber data pada penelitian ini adalah karangan pemelajar BIPA di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Dalam
menentukan sumber data, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Sugiyono (2012: 218) menjelaskan bahwa purposive sampling merupakan suatu
teknik pengambilan data dengan menentukan sebuah pertimbangan. Peneliti
pengambil sampel khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu sebagai tolak ukur
sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data (informan). Kriteria tersebut
yakni pemelajar BIPA di ILCIC lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta periode 2019-2020 yang sudah menguasai bahasa Indonesia dan
sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak lama.
Tabel 4. 1 Daftar Kode Data Kesalahan Ejaan
Daftar Karangan
No Judul Karangan Pemelajar
1. Perkembangan Teknologi, Internet
2. Beragam Masalah Sosial di Singapura
3. Masalah Sosial di Singapura
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
4. Festival Hantu Lapar atau Hungry Ghost Festival di Singapura
5. Kemajuan Teknologi
6. Permainan Tradisional
7. Pengaruh Televisi + Radio pada Anak-Anak
8. Diskriminasi Pekerja Wanita di Burkina Faso
9. Pengaruh TV
10. Kehidupan Anak Jalanan
11. Kehidupan Anak-Anakan Jalanan di Filipina
12. Mahasiswa di Kenya
13. Candi Prambanan
14. Pengalaman di Indonesia
15. Mahasiswa di Kamerun
16. Masa Kecil Saya
17. Liburan di Panti Asuhan Hamba
18. Mahasiswa
19. Mahasiswa di Burkina Faso
20. Solusi Masalah Sampah di Indonesia
21. Terorisme Singapura: Dulu dan Kini
22. Potensi Maritim Indonesia dan Masalahnya
23. Tentera Singapura
24. Bahasa Gaul “Singlish”
25. Jasa yang Tak Terlupakan
26. Indonesia, Negara yang Berpotensi Besar
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik
dokumentasi. Teknik ini dugunakan untuk mendapatkan data primer yaitu dari
hasil pengajuan proposal penelitian pada pihak Lembaga Bahasa Universitas
Sanata Dharma untuk memperoleh karangan- karangan pemelajar di ILCIC
Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Dari hasil
pengajuan proposal penelitian tersebut, peneliti akan memperoleh data karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang nantinya akan dianalisis kesalahan berbahasanya sesuai dengan tataran
fonologi bidang ejaan dan morfologi.
Ada pun teknik analisis lain yang digunakan ialah teknik analisis dokumen
dengan pencatatan. Teknik ini digunakan untuk mencatat berbagai kesalahan
berbahasa yang muncul dalam karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.4 Instrumen Penelitian
Menyusun insturmen merupakan langkah penting dalam pola prosedur
penelitian. Instrumen memiliki fungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data
yang diperlukan. Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yakni
peneliti sendiri dengan berbekal pedoman teori kesalahan berbahasa dalam kategori
taksonomi linguistik menggunakan teori dari para ahli. Bogdan dan Bikien
(1982:27) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, instrumen yang paling
utama adalah peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan data dengan bantuan
instrument pendukung yaitu instrumen pencatatan Berikut penjelasan instrumen
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data.
a. Pencatatan
Tenik pencatatan ini dilakukan oleh peneliti untuk mencatat bentuk-bentuk
kesalahan yang terjadi dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate
sampai level advance di lembaga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data
ini akan diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis kesalahannya. Peneliti akan
memberikan kode pada setiap karangan milik pemelajar dan tidak
mencantumkan nama pengarang.
Tabel 1 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi
Bidang Ejaan
No.
Data
karangan
Bentuk
Kesalahan
Kalimat yang
salah
Perbaikan
1.
2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dst
Keterangan kode:
E1-E (seterusnya) = Urutan Data kesalahan Ejaan karangan Pemelajar BIPA
KHK = Kesalahan Huruf Kapital
KHM = Kesalahan Huruf Miring
KPK = Kesalahan Penulisan Kata
KKD = Kesalahan Kata Depan
KLB = Kesalahan Lambang Bilangan
KTB = Kesalahan Tanda Baca
KUS = Kesalahan Unsur Serapan
Tabel 2 Format Pencatatan Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Morfologi
No.
Data
karangan
Bentuk
Kesalahan
Kalimat yang
salah
Perbaikan
1.
2.
dst
Keterangan kode:
M1- M (seterusnya)= Urutan Data Kesalahan Morfologi Karangan Pemelajar
BIPA
KBD = Kesalahan Bentuk Dasar
KPP = Kesalahan Penghilangan Prefiks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
KPS = Kesalahan Penghilangan Sufiks
KPB = Kesalahan Peluluhan Bunyi
PM = Kesalahan Penggantian Morf
KPM = Kesalahan Penyingkatan Morf
KPem = Kesalahan Pemilihan Afiks
KPen = Kesalahan Penambahan
KK = Kesalahan Komposisi
3.5 Teknik Analisis Data
Sudaryanto (2001: 3- 6) menjelaskan bahwa analisis data merupakan teknik
yang dilakukan peneliti untuk membenahi langsung kesalahan yang terkandung
dalam data. Pembenahan tersebut timbul dari adanya tindakan mengamati,
menelaah, dan memberikan sebuah permasalahan dengan cara tertentu. Cara
tersebut merupakan cara yang khas untuk memahami kesalahan berbahasa.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data dengan model
analisis interaktif, yaitu dengan melakukan analisis secara langsung terhadap
bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam karangan pemelajar BIPA di Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma.
Adapun komponen analisis data model interaktif dipaparkan sebagai berikut:
1) Reduksi Data (Data reduction)
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data berupa karangan-karangan yang
akan diidentifikasi berdasarkan jenis kesalahannya. Data tersebut diperoleh
dari instrumen pencatatan dan instrumen berupa penjelasan penulisan
karangan.
2) Penyajian Data (Data Display)
Pada tahap ini, peneliti memberikan tanda yang menunjukkan kesalahan pada
karangan pemelajar BIPA. Untuk membantu mempermudah memberi tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang menunjukkan adanya kesalahan berbahasa, peneliti menggunakan kartu
penanda kesalahan pada instrumen pencatatan. Peneliti menyajikan data
berupa membuat 2 kartu penanda (kartu penanda kesalahan ejaan dan kartu
penanda kesalahan morfologi) untuk mempermudah penyajian data. Setelah
memberikan tanda pada karangan yang terindikasi mengalami kesalahan,
peneliti mulai mengklasifikasikan dan mengelompokkan data sesuai dengan
jenis kesalahan yang ada yaitu kesalahan ejaan dan morfologi.
3) Kesimpulan, Melakukan verifikasi data dari hasil penelitian (Conclusion
Drawing/ Verification)
Pada tahap kesimpulan dan verifikasi data, peneliti membuat rangkuman
berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan dengan menyertakan
bukti-bukti yang valid pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan tersebut
digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan oleh
peneliti sejak awal.
3.6 Triangulasi Data (Pengujian Keabsahan Data)
Dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi,
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan seuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bentuk perbandingan
terhadap data itu (Moleong, 2010:330). Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi penyidik. Triangulasi penyidik mencakup
penggunaan beberapa penyelidik berbeda penilai dalam satu evaluasi proyek
(Bachri, 2010). Penyidik yang dipilih adalah seorang ahli di bidangnya. Ibu
Septina Krismawati, S.S., M.A. adalah triangulator yang dipilih oleh peneliti
sebagai penyidik karena penelitian ini berhubungan dengan kajian linguistik.
Untuk mempermudah triangulator dalam menguji keabsahan data, peneliti
menggunakan tabel triangulasi data sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 3 Format Triangulasi Data
No
Data kesalahan berbahasa bidang
ejaan
Pernyataan Penyidik
Setuju Tidak
Setuju
1. Kesalahan dalam
Pemakaian Huruf
Kapital
2. Kesalahan Huruf
Miring
3. Kesalahan
Penulisan Kata
4. Kesalahan Kata
Bentukan
5. Kesalahan dalam
Penulisan Kata
Depan
6. Kesalahan
Lambang
Bilangan
7. Kesalahan dalam
Penggunaan
Tanda Baca
8. Kesalahan Unsur Data kesalahan
Serapan tataran
berbahasa dalam
Morfologi
Pernyataa n Penyidik
No Setuju Tidak
Setuju
1. Kesalahan
Menentukan
Bentuk Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Kesalahan pada
Penghilangan
Afiks
3. Kesalahan
nasalisasi dan
peluluhan dalam
proses afiksasi.
4. Kesalahan pada
Penggantian
Morf
5. Kesalahan pada
Penyingkatan
Morf mem-,
men-, meng-,
meny-,dan
menge-
6. Kesalahan
Berbahasa
Tataran
Reduplikasi
(Pengulangan
Kata Majemuk
yang kurang
tepat)
7. Kesalahan
Berbahasa
Tataran
Komposisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bagian bab IV ini berisi uraian terkait tiga pembahasan, yaitu (1) deskripsi
data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan hasil penelitian. Berikut uraian tiga
pembahasan tersebut.
4.1 Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini berupa kutipan kalimat yang terindikasi
mengalami kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan kesalahan
berbahasa pada tataran morfologi pada karangan pemelajar BIPA di Lembaga
Bahasa Universitas Sanata Dharma periode 2019-2020. Kutipan kalimat yang
terindikasi mengalami kesalahan berbahasa tersebut ditulis menggunakan kode
yang sudah dijelaskan pada instrumen penelitian.
Berdasarkan langkah-langkah pengumpulan data pada bab III, peneliti
akan menyajikan data terkait kesalahan berbahasa karangan pemelajar BIPA di
ILCIC (Indonesian Language and Culture Intensive Course) Lembaga Bahasa
Universitas Sanata Dharma pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi.
4.1.1 Profil Lembaga Bahasa (Indonesian Language and Culture Intensive Course)
Lembaga Bahasa memulai pelayanannya pada bulan Juli 1992 menggunakan nama
Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa Universitas Sanata Dharma. Pada awal
berproses, institusi ini hanya menawarkan pelatihan intensif budaya dan bahasa
Indonesia untuk mahasiswa dan dosen dari Universitas Edith Cowan, Perth, dan
Australia.
Dalam perkembangannya, P3Bahasa telah menawarkan tidak hanya pelatihan
bahasa Indonesia kepada dosen dan mahasiswa dari Australia, tetapi juga untuk para
ekspatriat yang ingin bekerja di Indonesia maupun mahasiswa asing dan mahasiswa
Indonesia yang ingin mendalami bahasa dan budaya di universitas.
Pada bulan Oktober tahun 2005, Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa
Universitas Sanata Dharma merubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Universitas
Sanata Dharma. Dengan adanya perubahan ini, Lembaga Bahasa dituntut untuk
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
meningkatkan metode pengajarannya, bahan-bahan ajar, dan sumber daya manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan para konsumen.
Lembaga Bahasa menggunakan kurikulum CEFR (Common European Framework
of Reference for Languages). Berdasarkan kurikulum ini, kelompok tim pengembang
materi mengembangkan silabus dan buku ajar BIPA sehingga menghasilkan beberapa
buku ajar. Buku ajar yang dimiliki oleh Lembaga Bahasa yaitu buku reguler Pemula
1, Pemula 2, Madya 1, Madya 2, Lanjut 1, dan Lanjut 2.
Terdapat beberapa buku ajar yang dikembangkan khusus sesuai kebutuhan
pemelajar, yaitu Buku School Tour (untuk pemelajar SMP/SMA dari Australia), Buku
USINDO (untuk mahasiswa S1, S2/pekerja dari Amerika), Buku Konkuk (untuk
mahasiswa dari Universitas Konkuk Korea), Buku KSU (untuk mahasiswa dari
Universitas Kyoto Sangyo, Jepang), dan bahan ajar ISP (Indonesian Language for
Specific Purposes) untuk pemelajar yang sudah selesai belajar bahasa Indonesia
sampai level Lanjut 2 dan ingin belajar dengan topik khusus.
Terdapat juga bahan ajar khusus untuk para misionaris yang akan bertugas di
Indonesia. Apabila dilihat dari buku ajar yang dikembangkan, pemelajar yang belajar
bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa sangat beragam. Pemelajar tersebut ada yang
berusia 12 hingga 40 tahun ke atas. Ada pemelajar privat (datang perseorangan dan
meminta kelas bahasa), seperti pemelajar misionaris dari Italia, Kongo, Thailand,
Myanmar, dan India.
Ada juga pemelajar kelompok/grup (datang dari sekolah dan universitas), seperti
dari Scotch College, Hellena College, Mandurah College, dll. dari Australia,
Universitas Nanzan dan Kyoto Sangyo dari Jepang, Universitas Konkuk Korea,
Program Darmasiswa, Program VIA (Volunteer in Asia), dan Program USINDO dari
Amerika. Pemelajar kelompok/grup biasanya datang 2 kali dalam 1 tahun. Ada juga
yang datang 1 kalli dalam 1 tahun. Selain mahasiswa, ada juga pemelajar ibu rumah
tangga yang belajar bahasa Indonesia karena akan tinggal dan bekerja di Indonesia.
Ada juga peneliti yang belajar karena akan melaksanakan penelitian di Indonesia.
Selain itu, terdapat juga kelas kecil untuk pemelajar privat. Ada juga laboratorium
bahasa, televisi, tape untuk memfasilitasi kelas mendengarkan. Terdapat juga ruang
minum untuk pemelajar beristirahat dan makan snack dan ada juga ruang Self Access
Center. Berkaitan dengan fasilitas, terkadang Lembaga mengalami kendala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
terbatasnya ruangan. Hal ini terjadi karena Lembaga Bahasa tidak hanya memiliki
devisi bahasa asia (bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Mandarin, bahasa Korea,
dan bahasa Jepang), tetapi juga ada devisi bahasa Inggris setiap sore hari sehingga
kadang ruangan terbatas.
Selain kelas bahasa, Lembaga Bahasa juga menawarkan kelas-kelas budaya,
seperti kelas gamelan, kelas membatik, kelas perak, kelas janur, kelas membuat jamu,
kelas memasak, kelas membuat wayang. Ada juga fieldstudy ke radio, stasiun televisi
dan ada beberapa tour, seperti ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton
Yogyakarta, Taman Sari, dan sekitarnya.
Pengajar di Lembaga Bahasa berjumlah 22 orang yang merupakan alumni atau
mahasiswa S1 dan S2 Universitas Sanata Dharma (mahasiswa minimal semester 5)
dari jurusan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Namun, tahun lalu Lembaga Bahasa
membuka kesempatan juga untuk mahasiswa S2 di luar Universias Sanata Dharma.
Para pengajar terntunya memiliki kompetensi profesionalitas pengajar yang baik.
4.2 Analisis Data
Peneliti menganalisis data berdasarkan urutan kesalahan mulai dari kesalahan
pada tataran fonologi bidang ejaan hingga kesalahan pada tataran morfologi.
Kesalahan ejaan yaitu, (penggunaan huruf kapital, penggunaan huruf miring,
penulisan kata depan, penulisan lambing bilangan, penulisan unsur serapan, dan
penggunaan tanda baca), kesalahan tataran morfologi, yaitu (kesalahan pada
pemilihan afiks, penghilangan prefiks, penghilangan sufiks, penambahan afiks,
kesalahan pada penggantian morf, dan kesalahan peluluhan bunyi.)
4.2.1 Kesalahan Ejaan
Bahasa Indonesia memiliki pedoman ejaan yang ditulis dalam
buku berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Buku tersebut memuat materi, yaitu (1)
Pemakaian Huruf, (2) Penulisan Kata, (3) Pemakaian Tanda Baca, (4)
Penulisan Unsur Serapan, (5) Pedoman Pemmenggalan Kata, (6) Imbuhan
Bahasa Indonesia, dan (7) Bentuk Terikat Bahasa Asing.
Berdasarkan penjalasan di atas, penulisan yang baik dan benar
perlu disesuaikan dengan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia. Suatu
ejaan bahasa ikut menentukan kebaukan dan ketidakbakuan kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Nasucha, dkk (2009: 92) menjelaskan bahwa realitas kesalahan pemakaian
bahasa sebagian besar disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan,
terutama tanda baca, penulisan kata depan, dan pemakaian huruf kapital.
Peneliti akan menguraikan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada
tataran fonologi bidang ejaan dalam karangan pemelajar BIPA
berdasarkan buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan
mengelaborasi hasil analisis menggunakan buku berjudul Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Kesalahan dalam
tataran fonologi bidang ejaan yang ditemukan dalam karangan pemelajar
BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Periode
2019-2020. Kesalahan tersebut terdiri atas (1) kesalahan penggunaan
huruf kapital, (2) kesalahan penggunaan huruf miring, (3) kesalahan pada
penulisan kata, (4) kesalahan penulisan kata depan, (5) kesalahan
penulisan angka atau lambang bilangan, (6) kesalahan penulisan unsur
serapan, dan (7) kesalahan penggunaan tanda baca.
4.2.1.1 Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital
Dalam penelitian ini, kesalahan penggunaan huruf kapital yang
ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA adalah sebanyak 28
kesalahan. Untuk itu, peneliti akan menguraikan beberapa kesalahan
penggunaan huruf kapital yang ada pada karangan pemelajar BIPA.
1) Beragam Masalah Sosial Di Singapura (E2, judul)
2) (…). di sini pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa (E3,p2,k3)
3) Pengaruh Televisi + Radio pada anak-anak (E7, judul)
Kesalahan pada data nomor (1), yaitu kesalahan penulisan huruf
kapital pada judul. Kesalahan tersebut terletak pada penulisan kata tugas
dalam sebuah judul. Penggunaan huruf kapital pada penulisan judul
tersebut tidak benar karena penulisan huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna)
dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali
kata tugas, seperti di, ke, dari dan, yang, dan untuk. Pada judul nomor 1,
penulis menggunakan kata tugas di. Namun, penulisan tersebut kurang
tepat karena penulis menggunakan huruf kapital pada kata tugas di. Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dengan kaidah kebahasaan yang benar, penulisan judul yang
menggunakan kata tugas di, ke, dari dan, yang, dan untuk tidak ditulis
menggunakan huruf kapital.
Kesalahan yang berbeda, tetapi masih dalam lingkungan kesalahan
pada penggunaan huruf kapital dapat ditemukan pada data nomor (2).
Penulisan kata di sini dengan menggunakan huruf kecil pada huruf
pertama di awal kalimat kurang tepat karena huruf kapital digunakan
sebagai huruf pertama di awal kalimat. Huruf pertama untuk mengawali
kalimat seharusnya ditulis menggunakan huruf kapital.
Kesalahan penggunaan huruf kapital pada kalimat nomor (3) dalam
judul, terjadi pada penulisan kata ulang sempurna. Dalam judul Pengaruh
Televisi + Radio pada anak-anak, kata anak-anak termasuk dalam kata
ulang sempurna. Pada kasus penulisan judul, kata ulang sempurna
seharusnya menggunakan huruf kapital karena dalam buku PUEBI (2017:
10) dijelaskan bahwa huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama
semua kata (termasuk semua unusr bentuk ulang sempurna) dalam nama
negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen.
Kesalahan pada data nomor (1), (2), dan (3) memang sering dijumpai
pada karangan-karangan setiap orang. Terkadang hal ini menjadi hal yang
kurang disoroti penggunaannya yang sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Berdasarkan kesalahan penggunaan huruf kapital yang ditemukan
dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah
sebagai berikut.
1a) Beragam Masalah Sosial di Singapura (E2, judul)
2a) (…). Di sini pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa
(E3,p2,k3)
3a) Pengaruh Televisi + Radio pada Anak-Anak (E7, judul)
4.2.1.2 Kesalahan dalam Penulisan Huruf Miring
Pada karangan pemelajar BIPA, ditemukan adanya beberapa
kesalahan pada penggunaan huruf miring. Terdapat sebanyak tujuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kesalahan. Untuk itu, peneliti akan menguraikan bentuk-bentuk kesalahan
pada penggunaan huruf miring. Berikut contoh kesalahan yang terjadi.
1) Walaupun sudah menjadi negara yang modern dan canggih, Singapura
ternyata punya sebuah festival tradisi unik yang bernama Hungry
Etnos Festival atau Festival Hantu Lapar. (E4,p1,k1)
2) (…) kami pulang ke hometown saya. (E16,p3,k2)
Pemakaian huruf miring pada data nomor (1) dapat dikatakan
kurang tepat karena pada kalimat di atas, ditemukan adanya istilah asing
yang tidak ditulis menggunakan huruf miring. Dalam buku PUEBI
(2017:13) dijelaskan bahwa huruf miring dipakai untuk menuliskan kata
dalam bahasa asing atau bahasa daerah. Pada data nomor (1), kata
“Hungry Etnos Festival” merupakan istilah asing yang tidak diserap oleh
bahasa Indonesia. Untuk itu penulisan yang tepat menggunakan huruf
miring “Hungry Etnos Festival”
Pada data nomor (2), kata “hometown” merupakan bahasa asing
yang tidak termasuk dalam kata dalam bahasa Indonesia. Pada dasarnya,
huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Jadin penulisan bahasa asing yang baik
dan benar adalah “kami pulang ke hometown saya”.
Pada penulisan unsur bahasa daerah atau bahasa asing memiliki
catatan khusus yaitu ditulis menggunakan tulisan tangan atau mesin tik
(bukan termasuk komputer), penulisan yang seharusnya dicetak miring
ditandai dengan tanda garis bawah. Penulisan kalimat yang benar adalah
sebagai berikut.
1a) Walaupun sudah menjadi negara yang modern dan canggih,
Singapura ternyata punya sebuah festival tradisi unik yang
bernama Hungry Etnos Festival atau Festival Hantu Lapar.
(E4,p1,k1)
2a) (…) kami pulang ke hometown saya. (E16,p3,k2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4.2.1.3 Kesalahan Penulisan Kata
Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya beberapa
kesalahan penulisan kata, ditemukan sebanyak enam kesalahan.
Kesalahan tersebut terjadi apda penulisan kata dasar. Berikut bentuk
kesalahan pada penulisan kata dasar.
1) Masalah itu tidak akan berakhir tetapi dapat di kurangi jika di
tangani. (E2,p1,k3)
2) Orangtua selalu menonton dengan saya Dan berbicara dengan saya
tentang pentas itu. (E16,p2,k3)
3) Melalui upaya Singapura selama lima puluh tahun terakhir,
Singapura sudah membangun pertahanan dan hubungan yang
cukup kuat antar negara. (E23,p7,k1)
Pada data nomor (1) penulisan kata di kurangi dan di tangani
kurang tepat karena kata tersebut termasuk dalam kata bentukan yang
mengalami pemberian afiks di- bukan mengalami pemberian kata depan.
Setyawati (2010: 151) menjelaskan bahwa kata bentukan yang mendapat
prefiks atau sufiks, ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kata di kurangi
merupakan kata yang bermakna sebagai kata kerja dalam kalimat pasif.
Begitu juga pada kata di tangani yang juga bermakna sebagai kata kerja
dalam kalimat pasif.
Penulisan kata yang keliru juga ditemukan pada data nomor (2).
Pada data nomor (2) yang menjadi letak kesalahannya adalah pada
penggunaan kata majemuk. Kata orang tua merupakan kata majemuk
yang terdiri dari dua kata yang mengandung satu makna. Penulisan yang
sesuai dengan kaidah kebahasaan adalah ditulis secara terpisah. Namun,
pada data nomor (2) penulis menggabungkan kedua kata tersebut.
Kesalahan pada penulisan kata yang selanjutnya ditemukan pada
data nomor (3). Kesalahan tersebut ialah penulisan kata bentukan.
Pembentukan kata baru dengan menggunakan kata antar, memberi makna
yaitu “di antara lebih dari dua hal”. Penulisan yang sesuai dengan kaidah
kebahasaan adalah dengan tidak memisahkan kata antar dengan kata yang
mengikutinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Berdasarkan kesalahan penulisan kata yang ditemukan dalam
karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah sebagai
berikut.
1a) Masalah itu tidak akan berakhir tetapi dapat dikurangi jika
ditangani.
2a) Orang tua selalu menonton dengan saya dan berbicara dengan
saya tentang pentas itu.
3a) Melalui upaya Singapura selama lima puluh tahun terakhir,
Singapura sudah membangun pertahanan dan hubungan yang
cukup kuat antarnegara.
4.2.1.4 Kesalahan Penulisan Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari ditulis secara terpisah dari kata
yang mengikutinya. Kata depan di memiliki fungsi sebagai penunjuk kata
keterangan sehingga penulisannya ditulis secara terpisah dari kata
setelahnya.
Dalam karangan pemelajar BIPA sebanyak 26 karangan, ditemukan
sebanyak lima kesalahan penulisan kata depan. Berikut bentuk kesalahan
pada penulisan kata depan.
1) Masalah itu yang kita berbicarakan disini adalah masalah sosial.
(E2,p1,k4)
2) Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk memperingati
festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi di
manusia. (E4,p2,k12)
3) Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang
diletakkan didepan panggung hanya untuk arwah saja. (E4,p2,k13)
Penulisan kata depan yang kurang tepat dapat dicermati pada kalimat
nomor (1). PUEBI (2017: 22) menjelaskan bahwa kata depan seperti di,
ke, dan dari, harus ditulis terpisah dari kata yang menyertainya. Kata disini
dapat dikatakan salah satu bentuk kesalahan penulisan kata depan. Kata
disini pada kalimat di atas menempati unsur keterangan dalam kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Kata di dalam kalimat tersebut merupakan kata depan, bukan prefiks
(awalan). Dalam penulisan kata dengan yang baik dan benar harus ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Penggunaan kata depan pada data nomor (2) tidak tepat karena pada
kalimat nomor (2) preposisi di seharusnya tidak perlu dituliskan. Apabila
kata depan (preposisi) di digunakan pada kalimat tersebut membuat
kalimat tersebut tidak berterima. Jadi, penulisan yang tepat adalah dengan
menghilangkan preposisi di pada kalimat tersebut. Penulisan yang baik
dan benar adalah “Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk
memperingati festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi
manusia”.
Penggunaan kata depan didepan pada data nomor (3) juga dapat
diangggap tidak benar. Kata didepan termasuk dalam kata yang memiliki
posisi sebagai kata keterangan. Preposisi di seharusnya ditulis secara
terpisah dari kata yang mengikutinya. Untuk itu, kalimat yang benar
adalah “Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang
diletakkan di depan panggung hanya untuk arwah saja”.
Berdasarkan kesalahan penulisan kata depan yang ditemukan dalam
karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah sebagai
berikut.
1a) Masalah itu yang kita berbicarakan di sini adalah masalah sosial.
2a)
Pertunjukan Festival Getal itu dilakukan untuk memperingati
festival itu dan juga menghibur arwah yang mengunjungi
manusia.
3a) Getal bisa untuk orang hidup menonton, tetapi kursi yang
diletakkan di depan panggung hanya untuk arwah saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2.1.5 Kesalahan Lambang Bilangan
Dalam kararangan pemelajar BIPA, ditemukan sebanyak enam
belas kesalahan penulisan lambang bilangan. Berikut uraian bentuk
kesalahan-kesalahan yang ditemukan.
1) Singapura adalah sebuah pulau yang mempunyai penduduk yang
beragam jumlah kira-kira 6 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu,
India, Kaukasoid dan berbagai keturunan Asia. (E3,p1,k1)
2) Sebenarnya dia tidak tinggal di rumah karena dia tinggal di gubuk
kecil di dalam Tempat Pembuangan Sampah dengan ibunya yang
adalah pemulung dan 2 adik. (E3,p5,k2)
3) Dari sekolah ke rumah saya kira-kira 30 menit. (E18,p3,k2)
Penulisan angka pada data nomor (1) dapat dikatakan tidak benar
karena angka enam meruapakan bilangan yang masih dapat dinyatakan
dnegan satu kata. Dalam buku PUEBI (2017: 27) dijelaskan bahwa
bilangan dalam teks yang masih bisa dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika ditulis secara berurutan seperti dalam
perincian.
Penulisan angka atau lambang bilangan pada data nomor (2) juga
mengalami kesalahan yang sama dengan data nomor (1). Penulisan angka
“2” pada kalimat tersebut tidak benar karena bilangan dalam sebuah teks
yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf.
Penulisan angka pada data nomor (3) juga mengalami kesalahan
karena angka “30” sebenarnya dapat dinyatakan dengan dua kata sehingga
penulisan yang benar adalah dengan ditulis menggunakan huruf. Jadi,
penulisan angka yang benar dalam kalimat tersebut adalah “Dari sekolah
ke rumah saya kira-kira tiga puluh menit”.
Berdasarkan kesalahan penulisan lambang bilangan yang ditemukan
dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
1a) Singapura adalah sebuah pulau yang mempunyai penduduk yang
beragam jumlah kira-kira enam juta jiwa, terdiri dari Cina,
Melayu, India, Kaukasoid dan berbagai keturunan Asia.
2a) Sebenarnya dia tidak tinggal di rumah karena dia tinggal di gubuk
kecil di dalam Tempat Pembuangan Sampah dengan ibunya yang
adalah pemulung dan dua adik.
3a) Dari sekolah ke rumah saya kira-kira tiga puluh menit.
4.2.1.6 Kesalahan Penulisan Unsur Serapan
Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level
advance, ditemukan dua kesalahan penggunaan unsur serapan. Berikut
uraian kesalahan penggunaan unsur serapan.
1) Semua orang mempunyai akun media social, contohya Facebook,
Instagram, atau Twitter. (E5,p5,k6)
2) “Pinjam me 5 dollarlah”, adalah salah satu contoh bahasa Inggris
bercampur dengan bahasa Melayu. (E24,p2,k7)
Penulisan unsur serapan pada kalimat nomor (1) dan (2) ditandai
dengan kata dari bahasa asing yaitu kata social dan kata dollar. Kata social
dan kata dollar merupakan kata yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
dengan mengganti penulisan dan pelafalannya ke dalam bahasa Indonesia.
Kata tersebut diserap menjadi kata sosial dan dolar. Namun, pada kalimat
nomor (1) kata social tidak ditulis menggunakan kata sosial. Begitu pula
dengan penulisan unsur serapan pada kalimat nomor (2) yang seharusnya
ditulis menggunakan kata dolar. Jadi, penulisan yang tepat adalah sebagai
berikut.
1a) Semua orang mempunyai akun media sosial, contohya Facebook,
Instagram, atau Twitter. (E5,p5,k6)
2a) “Pinjam me 5 dolar lah”, adalah salah satu contoh bahasa Inggris
bercampur dengan bahasa Melayu. (E24,p2,k7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.2.1.7 Kesalahan tanda baca
Dalam karangan pemelajar BIPA, terdapat 133 kesalahan pada
penggunaan tanda baca. Kesalahan tersebut terdiri atas: (a) 33 kesalahan
tanda titik, (b) 80 kesalahan pada tanda koma, (c) 3 kesalahan tanda titik
koma, (d) 1 kesalahan tanda titik dua, (e) 5 kesalahan tanda hubung, dan
(f) 11 kesalahan tanda petik.
a. Tanda Titik (.)
Ditemukan sebanyak 33 kesalahan pada tanda titik dalam karangan
pemelajar BIPA. Berikut bentuk kesalahan yang ditemukan dalam
karangan pemelajar BIPA.
1) Oleh karena itu, manusia bisa terus menerima energi yang konstan
(E5,p3,k3)
2) Bertahun-tahun yang lalu, manusia hanya menghubungkan melalui
berkirim surat atau bertemu Biasanya, komunikasi itu perlu banyak
waktu dan kira-kira, informasi sudah hilang. (E5,p4,k2)
3) … karena kami dapat memperoleh informasi hampir secara instan,
manusia menjadi lebih efisien dalam pekerjaan dan pembelajaran
(E5,p7,k2)
Penggunaan tanda titik pada data nomor (1), (2), dan (3) menjadi
tidak tepat karena penulis tidak menyertakan tanda titik untuk mengakhiri
suatu kalimat pernyataan atau untuk memisahkan kalimat satu dengan
kalimat yang lain. Pada kalimat di atas, di setiap akhir kalimat tidak ada
tanda titik sehingga kalimat tersebut kurang tepat. Oleh karena itu,
penulisan yang benar adalah sebagai berikut.
1a) Oleh karena itu, manusia bisa terus menerima energi yang
konstan. (E5,p3,k3)
2a) Bertahun-tahun yang lalu, manusia hanya menghubungkan
melalui berkirim surat atau bertemu. Biasanya, komunikasi itu
perlu banyak waktu dan kira-kira, informasi sudah hilang.
(E5,p4,k2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3a) … karena kami dapat memperoleh informasi hampir secara
instan, manusia menjadi lebih efisien dalam pekerjaan dan
pembelajaran. (E5,p7,k2)
b. Tanda Koma (,)
Kesalahan pada penggunaan ejaan dalam karangan pemelajar BIPA
level intermediate sampai level advance paling banyak didominasi oleh
Kesalahan pada tanda koma. Kesalahan penggunaan tanda baca koma
ditemukan sebanyak 80 kesalahan dalam karangan pemelajar BIPA.
1) Perkembangan Teknologi, Internet (E1, judul)
2) Jadi orang tua sudah tidak perlu keluar dari rumahnya dan bisa
berbelanja melalui ponsel. (E1,p3,k10)
3) Akhirnya, jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbesar ke-
empat di dunia, dan ini berpotensi untuk menjadikan Indonesia
sebagai ekonomi importer yang sangat signifikan. (E26,p4,k1)
Penggunaan tanda baca koma pada data nomor (1) termasuk dalam
bentuk judul yang tidak benar. Tanda baca koma seharusnya diganti
dengan konjungsi “dan” karena pada judul tersebut tidak memuat unsur
pemerinci atau pembilang sehingga tanda baca koma kurang tepat untuk
digunakan. Oleh karena itu, penulisan judul yang tepat adalah
“Perkembangan Teknologi dan Internet”
Penggunaan tanda baca koma pada data nomor (2) termasuk contoh
penulisan yang kurang tepat karena sesuai dengan kaidah yang ada pada
buku PUEBI (2017: 36) dijelaskan bahwa tanda baca tanda koma
digunakan di belakang kata penghubung antarkalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian. Pada kalimat nomor (2), seharusnya setelah kata jadi yang
merupakan kata penghubung harus ditulis tanda koma setelah kata
tersebut. Jadi, penulisan yang tepat adalah “Jadi, orang tua sudah tidak
perlu keluar dari rumahnya dan bisa berbelanja melalui ponsel”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Penggunaan tanda baca koma pada data nomor (3) juga tidak benar.
Penulis menyisipkan tanda baca koma yang tidak mengandung unsur
pemerinci atau pembilang. Sebelum konjungsi dan seharusnya penulis
tidak perlu menyertakan tanda baca koma. Jadi, penulisan yang tepat
adalah “Akhirnya, jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbesar ke-
empat di dunia dan ini berpotensi untuk menjadiakn Indonesia sebagai
ekonomi importer yang sangat signifikan”.
Berdasarkan kesalahan penggunaan tanda koma yang ditemukan
dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah
sebagai berikut.
1a) Perkembangan Teknologi dan Internet. (E1, judul)
2a) Jadi, orang tua sudah tidak perlu keluar dari rumahnya dan bisa
berbelanja melalui ponsel. (E1,p3,k10)
3a) Akhirnya, jumlah penduduk Indonesia adalah yang terbesar ke-
empat di dunia dan ini berpotensi untuk menjadikan Indonesia
sebagai ekonomi importer yang sangat signifikan. (E26,p4,k1)
c. Tanda Titik Koma (;)
Kesalahan pada penggunaan tanda baca titik koma dalam karangan
pemelajar BIPA ditemukan sebanyak 3 (tiga) kesalahan. Berikut bentuk
kesalahan tanda titik koma dalam karangan pemelajar BIPA.
1) Televisi, dan acara televisi; bisa memberi orang tua istirahat dari
anak-anak selama beberapa waktu. (E7,p1,k7)
2) Tempat itu ada lima rumah; satu kantor; satu perpustakaan; satu
ruang untuk bermain dan menonton film. (E17,p2,k5)
3) Saya juga mengenal banyak orang di sana seperti pater; suster; ibu
dan lain-lain. (E17,p2,k10)
Kesalahan penggunaan tanda titik koma pada data nomor (1)
terletak pada penggunaan tanda titik koma yang kurang tepat karena dalam
kalimat tersebut, tidak terdapat bagian-bagian pemerinci yang harus
dipisahkan menggunakan tanda titik koma. Pada kalimat nomor (1) tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
titik koma sebaiknya tidak perlu digunakan. Dengan demikian, penulisan
yang benar adalah “Televisi, dan acara televisi bisa memberi orang tua
istirahat dari anak-anak selama beberapa waktu”.
Penggunaan tanda titik koma pada kalimat nomor (2) dapat
dikatakan tidak benar karena dalam kalimat tersebut, tanda titik koma
tidak digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
antara kalimat setara yang satu dengan kalimat setara yang lain. Tanda
baca yang seharusnya digunakan adalah tanda koma karena tanda baca
koma lebih sesuai apabila digunakan pada kalimat nomor (2). Oleh karena
itu, penulisan kalimat yang benar adalah “Tempat itu ada lima rumah, satu
kantor, satu perpustakaan, satu ruang untuk bermain, dan menonton film”.
Penggunaan tanda titik koma pada kalimat nomor (3) kurang tepat
karena kalimat nomor (3) termasuk kalimat yang mengandung unsur
pemerinci atau pembilangan dan bukan termasuk tanda pengganti kata
penghubung untuk memisahkan antara kalimat setara yang satu dengan
kalimat setara yang lain. Untuk itu, tanda baca yang lebih tepat digunakan
adalah tanda baca koma (,). Dengan demikian, kalimat yang benar adalah
“Saya juga mengenal banyak orang di sana, seperti pater, suster, ibu, dan
lain-lain”.
Berdasarkan kesalahan penggunaan tanda titik koma yang ditemukan
dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan benar adalah
sebagai berikut.
1a) Televisi dan acara televisi bisa memberi orang tua istirahat dari
anak-anak selama beberapa waktu. (E7,p1,k7)
2a) Tempat itu ada lima rumah, satu kantor, satu perpustakaan, satu
ruang untuk bermain dan menonton film. (E17,p2,k5)
3a) Saya juga mengenal banyak orang di sana, seperti pater, suster,
ibu, dan lain-lain. (E17,p2,k10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
d. Tanda Titik Dua (:)
Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level
advance, ditemukan sebanyak satu kesalahan pada tanda titik dua. Berikut
uraian kesalahan tanda titik dua.
1) Setelah itu pangeran Bandung bertanya kepada Roro Jonggrang:
“Apakah putri Roro mau menikah dengan saya?” (E13,p7,k1)
Kalimat nomor (1) merupakan kalimat yang mengandung kalimat
petikan langsung. Pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia,
dijelaskan bahwa tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan, sedangkan kalimat nomor
(1) tidak termasuk menunjuk pada percakapan dalam naskah, sehingga
tanda baca yang sesuai digunakan pada kalimat nomor (1) adalah tanda
baca koma. Jadi, penulisan yang benar adalah “Setelah itu pangeran
Bandung bertanya kepada Roro Jonggrang, “Apakah putri Roro mau
menikah dengan saya?”
e. Tanda Hubung (-)
Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level
advance, ditemukan sebanyak sembilan kesalahan pada penulisan tanda
hubung. Berikut uraian kesalahan tanda hubung pada karangan pemelajar
BIPA.
1) Lalu, pada 1980an, telepon ditemukan. (E5,p6,k2)
2) …, misalnya, mencari barang. barang bekas di jalan. (…)
(E10,p3,k2)
3) Setiap hari, Christian setelah menjual barang barang bekasnya,
(…) (E11,p6,k3)
Pada kalimat nomor (1) ditemukan adanya penggunaan kata tahun
menggunakan angka dengan –an. Dalam buku berjudul Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (2017: 42) dijelaskan mengenai penggunaan
tanda hubung yang digunakan untuk merangkai angka dengan –an. Tanda
hubung digunakan untuk merangkai angka dengan –an. Untuk itu,
penulisan yang benar adalah “Lalu, pada 1980-an, telepon ditemukan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Penggunaan tanda hubung pada kalimat nomor (2) tidak
ditemukan. Pada kalimat tersebut terdapat kata ulang barang- barang yang
merupakan kata ulang yang seharusnya penulisannya menggunakan tanda
hubung karena tanda hubung memang digunakan untuk menyambung
unsur kata ulang sehingga tanda titik seharusnya diganti menggunakan
tanda hubung. Jadi, penulisan yang tepat adalah “…, misalnya, mencari
barang- barang bekas di jalan. (…)”.
Pada kalimat nomor (3) terdapat kata ulang barang-barang. Dalam
kalimat nomor (3) tidak dihadirkan tanda hubung untuk menyambung
unsur kata ulang sehingga kalimat tersebut tidak benar. Jadi, penulisan
yang benar adalah “Setiap hari, Christian setelah menjual barang- barang
bekasnya, (…)”.
Berdasarkan kesalahan penggunaan tanda titik hubung yang
ditemukan dalam karangan pemelajar BIPA, penulisan yang baik dan
benar adalah sebagai berikut.
1a) Lalu, pada 1980-an, telepon ditemukan. (E5,p6,k2)
2a) …, misalnya, mencari barang-barang bekas di jalan. (…)
(E10,p3,k2)
3a) Setiap hari, Christian setelah menjual barang-barang bekasnya,
(…) (E11,p6,k3)
f. Tanda Petik (“…”)
Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level
advance diitemukan empat kesalahan penggunaan tanda petik. Berikut
uraian kesalahan pada penggunaan tanda petik.
1) Skill future adalah gerakan nasional untuk memberikan setiap
rakyat Singapura peluang untuk belajar dan meningkatkan
keterampilannya. (E3,p5,k3)
2) Tradisi Getal sedang dilakukan pada saat Hungry Ghost Festival.
(E4,p2,k11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3) Sementara itu adalah beberapa pantang larang atau tabo pada
masa bulan itu yang terpelajar dari orang tua. (E4,p3,k3)
Pada kalimat nomor (1), (2) dan (3) mengandung kata atau istilah
yang sukar dikenali, seperti kata Skill Future, Getal, dan tabo. Kata-kata
tersebut merupakan istilah yang sukar untuk dikenali karena memiliki arti
khusus. Untuk itu, penulisan yang tepat sesuai dengan kaidah kebahasaan
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1a) “Skill future” adalah gerakan nasional untuk memberikan setiap
rakyat Singapura peluang untuk belajar dan meningkatkan
keterampilannya. (E3,p5,k3)
2a) Tradisi “Getal” sedang dilakukan pada saat Hungry Ghost
Festival. (E4,p2,k11)
3a) Sementara itu adalah beberapa pantang larang atau “tabo” pada
masa bulan itu yang terpelajar dari orang tua. (E4,p3,k3)
4.2.2 Kesalahan Tataran Morfologi
Kaidah kebahasaan bahasa Indonesia dalam bidang pembentukan
kata sebetulnya sudah banyak dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa.
Dalam bahasa Indonesia, bidang yang mengkaji pembentukan ialah
bidang kajian linguistik morfologi. Setyawati (2010: 43) menjelaskan
pendapatnya bahwa walaupun bidang kajian linguistik morfologi sudah
dibicarakan dalam buku-buku tata bahasa, pada realita penggunaan kata
bentukan, masih sering dijumpai adanya kesalahan-kesalahan yang
menyimpang dari kaidah kebahasaam.
Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada penulisan dalam
tataran morfologi ialah (1) kesalahan pemilihan afiks, (2) kesalahan
penambahan afiks, (3) kesalahan penghilangan afiks (prefiks dan sufiks),
(4) kesalahan pada bunyi yang seharusnya luluh, tetapi tidak diluluhkan,
(5) kesalahan peluluhan bunyi yang seharusnya tidak mengalami
peluluhan, (6) penggantian morf, (7) penyingkatan morf, (8) pemakaian
afiks yang kurang tepat, dan (9) penentuan bentuk dasar yang kurang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dalam karangan pemelajar BIPA level intermediate sampai level
advance periode 2019 sampai 2020 ditemukan adanya beberapa kesalahan
pada tataran morfologi. Kesalahan yang ditemukan sebanyak 26
kesalahan, yang terdiri atas (a) 3 Kesalahan pemilihan afiks, (b) 4
kesalahan penambahan afiks, (c) 1 kesalahan penghilangan sufiks, (d) 10
kesalahan penghilangan prefiks, (e) 7 kesalahan penggantian morf, dan (f)
1 kesalahan pada bunyi yang seharusnya diluluhkan.
4.2.2.1 Kesalahan Pemilihan Prefiks
Kesalahan daalam memilih afiks artinya prefiks yang digunakan
oleh seorang penutur tidak tepat. Hal ini akan menimbulkan kalimat yang
tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Dalam karangan pemelajar BIPA
level intermediate sampai level advance periode 2019-2020, ditemukan
adanya tiga kesalahan dalam pemilihan afiks. Kesalahan tersebut, yakni 1
kesalahan pemilihan prefiks ber- dan 2 kesalahan pemilihan prefiks meN.
1. Kesalahan Pemilihan Prefiks ber-
1) Sekarang ini anak berusia 5 tahun pun sangat berpengaruh dengan
dunia teknologi seperti TV, HP, dan Laptop karena di dalam itu
ada banyak game-game yang menarik buat mereka. (M6,p10,k1)
Pemilihan prefiks ber- pada kalimat nomor (2) tidak benar
karena tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Pada kalimat nomor
(2), arti dari kalimat tersebut adalah ‘anak-anak usia 5 tahun terkena
pengaruh dunia teknologi’. Pemilihan prefiks ber- pada kata kerja
berpengaruh kurang tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata berpengaruh adalah
‘memiliki pengaruh’. Apabila dikaitkan dengan makna kalimat
tersebut, kata berpengaruh kurang berterima. Prefiks ber- pada kalimat
tersebut tidak berterima dari segi makna. Prefiks tersebut akan lebih
berterima jika menggunakan prefiks ter- sehingga kata kerja yang
tepat adalah kata terpengaruh. Makna kata terpengaruh lebih tepat
digunakan karena arti kata terpengaruh dalam KBBI adalah ‘terkena
pengaruh’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
2. Kesalahan Pemilihan Prefiks meN-
1) Pertama, menbedakan jenis-jenis sampah-sampah paling penting
untuk daur ulang. (M20,p2,k1)
2) Yang kedua, menbuat aturan tentang cara buang sampah.
(M20,p3,k1)
Pada kalimat (1) dan (2), pemilihan prefiks meN- dalam kata
bentukan prefiks meN-+ beda dan meN- + buat merupakan salah satu
kata bentukan yang kurang tepat digunakan pada kalimat tersebut.
dalam prefiks meN- didapati beberapa variasi, seperti prefiks men-,
mem-, menge-, meny-, dan meng-. Ramlan (1983: 73) menjelaskan
bahwa terdapat kaidah perubahan fonem /N/ pada morf meN- dan peN-
berubah menjadi fonem /m/ jika kata dasar yang mengikutinya
berawalan fonem /p/, /b/, dan /f/. Pada kalimat nomor (1) dan (2),
didapati kata dasar yaitu kata beda dan buat. Kata beda dan buat
memiliki fonem berawalan /b/. Oleh sebab itu, penggunaan proses
morfofonemik kata bentukan yang tepat ialah prefiks meN- + beda +
-kan menjadi kata membedakan dan pefiks meN- + buat menjadi
membuat. Berikut adalah bentuk kalimat yang benar.
1a) Pertama, membedakan jenis-jenis sampah-sampah paling penting
untuk daur ulang. (M20,p2,k1)
2a) Yang kedua, membuat aturan tentang cara buang sampah. (M20,p3,k1)
4.2.2.2 Kesalahan Penambahan Afiks
Kesalahan penambahan afiks dalam karangan pemelajar BIPA
adalah ketika pemelajar menggunakan prefiks yang berlebihan dan
seharusnya tidak ada pada kata kerja (verba) atau kata benda (nomina).
Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan adanya empat kesalahan
penambahan afiks pada karangan pemelajar BIPA. Kesalahan
penambahan afiks tersebut terdiri atas (1) kesalahan penambahan
prefiks ber-, (2) kesalahan penambahan sufiks –kan, dan (3) kesalahan
penambahan prefiks meN-.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
1. Kesalahan Penambahan Prefiks ber-
Kesalahan penambahan prefiks ber- dari data karangan
pemelajar BIPA ditemukan bentuk kesalahan penambahan prefiks ber-
yang kurang tepat dalam sebuah kalimat. Kesalahan penambahan afiks
ber- yang ditemukan adalah penggunaan prefiks ber- dan sufiks –kan
yang kurang berterima. Berikut contoh pemilihan prefiks yang kurang
tepat.
1) Masalah itu yang kita berbicarakan di sini adalah masalah sosial.
(M2,p1,k4)
Penambahan prefiks ber- dalam kalimat nomor (1) tidak benar
karena dalam penggunaan prefiks ber- dan sufiks –kan secara
bersamaan dalam kalimat tersebut tidak berterima. Pada kalimat
nomor (1) kata kerja berbicarakan kurang tepat digunakan pada
kalimat tersebut. Penggunaan imbuhan ber-kan secara bersamaan
umunya menggunakan kata benda bukan kata kerja. Kata dasar pada
kata berbicarakan adalah kata bicara. Kata bicara merupakan kata
kerja sehingga penggunaan imbuhan ber- dan –kan secara bersamaan
kurang tepat. Prefiks ber- sebaiknya dihilangkan dan kata kerja yang
tepat digunakan pada kalimat tersebut ialah kata kerja bicarakan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak ditemukan adanya kata
berbicarakan. Oleh karena itu, penulisan kalimat yang benar adalah
“Masalah itu yang kita bicarakan di sini adalah masalah sosial”.
2. Kesalahan Penambahan Sufiks -kan
Kesalahan penambahan sufiks -kan pada suatu kata perlu
diperhatikan dengan baik agar tidak menyebabkan ketidakberterimaan
suatu kalimat. Kesalahan penambahan sufiks -kan pada karangan
pemelajar BIPA menyebabkan kalimat tidak berterima dalam bahasa
Indonesia. Berikut bentuk kesalahan penambahan sufiks –kan.
1) Faktor-faktor seperti kebudayaan, adat, intelektual, atas rakyat dan
tingkat ekonomi dapat memainkan peran untuk membentukkan dan
mengembangkan ciri-ciri karakter… (M2,p1,k10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Sufiks –kan pada kata membentukkan dalam kalimat nomor (1)
seharusnya tidak perlu digunakan. Kata kerja membentuk sudah
termasuk dalam kata kerja yang sesuai apabila digunakan pada kalimat
tersebut. Arti kata membentuk menurut KBBI adalah ‘menjadikan atau
membuat’. Jadi, pemilihan afiks yang tepat adalah dengan
menghilangkan sufiks –kan pada kata membentukkan. Penulisan yang
benar adalah “Faktor-faktor seperti kebudayaan, adat, intelektual, atas
rakyat dan tingkat ekonomi dapat memainkan peran untuk membentuk
dan mengembangkan ciri-ciri karakter…”.
3. Kesalahan Penambahan Prefiks meN-
Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya kesalahan
penambahan prefiks meN- sebagai berikut.
1) Dalam beberapa permainan yang saya menjelaskan di atas, pada
zaman saya SD, saya sangat hobi karena mempunyai banyak teman
baik dan juga mempunyai banyak musuh, karena saya tidak mau
kalah dengan yang lain. (M6,p7,k1)
Prefiks meN- pada kata menjelaskan dalam kalimat nomor (1)
seharusnya tidak perlu ditambahkan. Pada kalimat tersebut
mengandung makna bahwa ‘Berdasarkan penjelasan mengenai
macam-macam permainan, dapat disimpulkan bahwa penulis ingin
menyampaikan pengalamannya dalam bermain permainan saat SD’.
Namun, dengan adanya prefiks meN- pada kata menjelaskan
menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak berterima. Oleh karena
itu, penulisan kalimat yang benar adalah “Dalam beberapa permainan
yang saya jelaskan di atas, pada zaman saya SD, saya sangat hobi
karena mempunyai banyak teman baik dan juga mempunyai banyak
musuh, karena saya tidak mau kalah dengan yang lain”.
4.2.2.3 Kesalahan Penghilangan Prefiks
1. Kesalahan Penghilangan Prefiks
Kesalahan penghilangan prefiks sering dijumapi di beberapa
tulisan. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh bahasa lisan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sering digunakan sehari-hari. Terdapat sepuluh (10) kesalahan
penghilangan prefiks pada karangan pemelajar BIPA, yaitu (a)
kesalahan penghilangan prefiks meN-, (b) kesalahan penghilangan
prefiks ber-, dan (c) kesalahan penghilangan prefiks di-. Berikut uraian
bentuk kesalahan penghilangan prefiks pada karangan pemelajar
BIPA.
a. Penghilangan Prefiks meN-
1) Satu orang dapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan
batu-batu kecil di dalamnya. (M6,p2,k2)
Pada kalimat nomor (1) termasuk dalam kalimat aktif transitif
yang seharusnya memerlukan kata kerja aktif. Sesuai dengan kaidah,
dalam kalimat aktif, kata kerja (preedikat) harus berprefiks meng- atan
dengan kata lain menunjukan prefiks meng- (Setyawati, 2010: 44).
Pada kalimat nomor (1), ditemukan adanya kesalahan pada kata dapat.
Penghilangan afiks seperti ini dapat terjadi karena adanya pengaruh
ragam bahasa lisan. Kata dapat seharunya tidak mengalami proses
penyingkatan alomorf, sehingga penulisan yang benar adalah “Satu
orang mendapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu
kecil di dalamnya”.
b. Penghilangan Prefiks ber-
Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya kesalahan
pada penghilangan prefiks ber-. Berikut bentuk kesalahan
penghilangan prefiks ber- pada karangan pemelajar BIPA.
1) Hal ini memarahkan mahasiswa dan mereka reaksi karena itu.
(M12,p2,k3)
Pada kalimat nomor (1) ditemukan adanya kata yang
mengalami penghilangan prefiks. Kata tersebut ialah kata reaksi.
Prefiks ber- yang tidak diterangkan, tentu bukan hal yang dibenarkan
(Setyawati, 2010: 45). Kata reaksi merupakan kata dasar yang
menduduki unsur predikat dalam sebuah kalimat. Sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dalam unsur predikat
harus diterangkan prefiks ber-, yaitu bereaksi. Jadi, kalimat yang benar
adalah “Hal ini memarahkan mahasiswa dan mereka bereaksi karena
itu”.
Kesalahan pada Penghilangan afiks juga ditemukan dalam
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019). Dalam
penelitian yang dilakukan, ditemukan kesalahan penghilangan prefiks
pada koran Jawa Pos edisi 9 Oktober 2019, seperti “Beda dengan
pelaksanaan pemilu 2019 kemarin” kesalahan tersebut terletak pada
kata yang bercetak tebal. Kesalahan tersebut timbul akibat adanya
pegnaruh ragam bahasa lisan yang dipakai dalam bahasa tulis. Dalam
penulisan yang baik dan benar kata beda seharusnya diberi awalan
imbuhan (prefiks) ber-. Kata beda pada kalimat di atas tidak dapat
berdiri sendiri sehingga perlu adanya imbuhan ber- untuk melengkapi
kata tersebut.
c. Penghilangan Prefiks di-
1) Yang pertama ialah jangan menginjak persembahan yang
diberikan untuk arwah, kedua jangan membunuh serangga
semacam kupu-kupu dan sejenis karena diyakini mereka
adalah keluarga manusia, ketiga larang berenang… (M4,p3,k4)
Terjadi kesalahan pembentukan kata pada kata larang pada
kalimat nomor (1). Dalam kalimat nomor (1) kata larang sebetulnya
menduduki unsur kata kerja pasif. Pada hakikatnya, kata kerja pasif
ditandai dengan adanya prefiks di- setelah kata yang mengikutinya.
Prefiks di- sebagai imbuhan diterangkan serangkai dengan kata yang
diimbuhinya (Chaer, 2011: 244). Oleh karena itu, penulisan yang
benar adalah “Yang pertama ialah jangan menginjak persembahan
yang diberikan untuk arwah, kedua jangan membunuh serangga
semacam kupu-kupu dan sejenis karena diyakini mereka adalah
keluarga manusia, ketiga dilarang berenang…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
4.2.2.4 Kesalahan penghilangan Sufiks
Pada karangan pemelajar BIPA ditemukan adanya
penghilangan sufiks –kan pada konstruksi kata kerja (verba). Pada kata
kerja, bagian yang dihilangkan terjadi pada kata bentukan berkonfiks
(di-kan). Berikut bentuk kesalahan penghilangan sufiks –kan pada
karangan pemelajar BIPA.
1) Makanan, buahan, sayuran, dan minuman yang diletak di atas altar
sebagai persembahan untuk jamuan para arwah. (M4,p2,k7)
Pada kalimat nomor (1) kata diletak terdiri atas dua unsur
kebahasaan, yaitu diletak yang berasal dari kata dasar letak sebagai
unsur pusat. Kesalahan kata di atas tertetak pada pembentukan kata
kerja pasif diletak yang hanya menambahkan prefiks di- + letak saja.
Bentuk yang sesuai dengan kaidah adalah dengan menambahkan
sufiks –kan sehingga membentuk konfiks di-kan. Setelah
menambahkan sufiks –kan akan membentuk kata diletakkan. Jadi,
penulisan kalimat yang benar adalah “Makanan, buahan, sayuran, dan
minuman yang diletakkan di atas altar sebagai persembahan untuk
jamuan para arwah”.
Kesalahan pada Penghilangan sufiks juga ditemukan dalam
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019). Dalam
penelitian yang dilakukan, ditemukan kesalahan penghilangan prefiks
pada koran Jawa Pos edisi 9 Oktober 2019, seperti “Jika dibanding
denga perolehan hingga kuartal ketiga 2017, terjadi pertumbuhan
lebih dari 25%” kesalahan tersebut terletak pada kata bercetak tebal.
Kata dibanding tidak berterima dalam kalimat di atas. Bentuk yang
benar adalah dengan menambahkan konfiks di-kan yang diletakkan
pada kata dasar banding yang berkategori nomina.
4.2.2.5 Kesalahan Penggantian Morf
1. Morf meN- Tergantikan Morf Lain
Penggantian morf menge- menjadi morf lain sering dijumpai
dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Hal ini sebrtulnya tidak perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
terjadi karena sudah terdapat kaidah yang jelas mengenai alomorf dari
prefiks meng-. Berikut bentuk kesalahan penggantian morf pada
karangan pemelajar BIPA.
1) Oleh karena itu, orang tua harus bertanggungjawab dan
menyakinkan anak-anak supaya mereka hanya menonton acara
televisi dengan ide yang baik. (M7,p1,k4)
Pada kalimat nomor (1) penggunaan morf yang kurang tepat ada
pada kata menyakinkan. Prefiks meN- akan berubah menjadi me-
apabila diikuti oleh bentuk dasar yang berawalan dengan huruf
konsonan /r/, /t/, /w/, dan /y/; serta huruf konsonan berbunyi sengau
/m/, /n/, /ny/, dan /ng/. Pada kata menyakinkan terdiri atas kata dasar
yakin yang berawal fonem /y/. Oleh karena itu, kata yang tepat adalah
meyakinkan. Penulisan kalimat yang benar adalah “Oleh karena itu,
orang tua harus bertanggungjawab dan meyakinkan anak-anak supaya
mereka hanya menonton acara televisi dengan ide yang baik”.
2. Morf penge- Tergantikan Oleh Morf pem-
Dalam pembentukan kata, prefiks peN- mengalami perubahan
bentuk sesuai dengan bentuk dasar yang mengikutinya. Fonem /N/
termasuk bunyi nasal. Bunyi nasal /N/ terdiri atas n, m, ng, dan ny.
Bunyi nasal /N/ tersebut menghasilkan variasi pada prefiks peN, yaitu
pe-, pem-, pen-, peng-, peny-, dan penge-.
Pada proses pembentukan kata tersebut, sering kali dijumpai
adanya kesalahan penggantian morf pada suatu kata. pada karangan
pemelajar BIPA ditemukan adanya kesalahan penggantian morf
sebagai berikut.
1) Pada Maret 1965, pemboman terjadi di Mac Donald House
sepanjang Jalan Orchard menewaskan tiga orang. (M21,p3,k1)
Pada kalimat nomor (1) ditemukan kesalahan pada kata pemboman.
Kata pemboman mengalami kesalahan pada penggantian morf. Prefiks
peN- mengalami perubahan menjadi prefiks penge- apabila diikuti
oleh kata dasar yang terdiri atas satu suku kata. kata pemboman berasal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dari kata dasar bom. Sehingga penggunaan prefiks pem- merupakan
penggunakan prefiks yang tidak tepat. Penggunaan prefiks yang tepat
adalah prefiks penge- sehingga membentuk kata pengeboman. Jadi,
penulisan yang benar adalah “Pada Maret 1965, pengeboman terjadi
di Mac Donald House sepanjang Jalan Orchard menewaskan tiga
orang”.
4.2.2.6 Kesalahan Peluluhan Bunyi
Kesalahan yang sering ditemui pada kata dasar yang berawalan
fonem /k/, /t/, /s/, dan /p/ tidak mengalami proses peluluhan ketika
diberiimbuhan menge- atau penge-. Berikut bentuk kesalahan
peluluhan bunyi pada karangan pemelajar BIPA.
1. Bunyi yang Seharusnya Luluh Tidak Diluluhkan
1) … mengkonsumsi segala sesuatu yang ditawarkan oleh TV kepada
saya di zaman sekarang ini yang isinya bermacam-macam.
(M8,p2,k6)
Penggunaan kata mengkonsumsi pad kalimat nomor (1) kurang
tepat karena bunyi nasal /N/ pada morfem meN- berubah menjadi
fonem /ng/ apabila melekat dengan bentuk dasar yang berawalan
fonem k, g, h dank h; serta huruf vokal a, i, u, e, dan o. Setyawati
(2010: 46) menjelaskan bahwa kata-kata yang berawal fonem /k/, /t/,
/s/, dan /p/ mengalami peluluhan menjadi bunyi nasal atau bunyi
sengau, yakni /k/ menjadi /ng/, /t/ menjadi /n/, /s/ menjadi /ny/, dan /p/
menjadi /m/. jadi, kalimat yang benar adalah “… mengonsumsi segala
sesuatu yang ditawarkan oleh TV kepada saya di zaman sekarang ini
yang isinya bermacam-macam”.
Berdasarkan data yang ditemukan, peneliti menemukan contoh
lain dari penelitian terdahulu terkait kesalahan dalam peluluhan bunyi.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Dwi Hastuti (2019). Ditemukan
kesalahan bunyi yang tidak luluh tetapi diluluhkan, seperti “Demikian
sikap Siti Wakidah, 20, selama memeragakan 21 adegan rekonstruksi
pembunuhan yang ia lakukan terhadap anaknya”. Kesalahan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
terjadi karena adanya peluluhan huruf “p” pada kata memeragakan.
Kata memeragakan pada kalimat tersebut berasal dari kata dasar raga
yang diberi prefiks pe- sehingga kata tersebut menjadi kata peraga.
Kata peraga seharusnya diberi konfiks me(N)-kan menjadi kata
memperagakan. Fonem /p/ tidak luluh jika ditambahkan konfiks
me(N)-kan.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Berdasarkan fungsi kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia mempunyai beebrapa fungsi, antara lain (1) sebagai
lambang kebangsaan nasional, (2) sebagai lambang identitas nasional, (3) sebagai
sarana pemersatu bagi masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-
beda baik berlatarbelakang sosial budaya maupun bahasa, dan (4) sebagai sarana
perhubungan antarbudaya dan daerah.
Menurut fungsi bahasa sebagai lambang identitas nasional, masyarakat
Indonesia perlu menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Bahasa tersebut
harus digunakan dengan baik, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan meningkatkan
bahasa Indonesia menajdi bahasa internasional. Namun, masih sering ditemukan
penggunaan bahasa yang kurang tepat terutama bahasa tulis baik dalam tataran
fonologi bidang ejaan maupun tataran morfologi. Tarigan (1990: 77) menjelaskan
bahwa kesalahan berbahasa merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap
kode kebahasaan. Pelanggaran terhadap kode bahasa tersebut tentu berdampak
pada proses komunikasi.
Penelitian ini memiliki aspek yang akan dibahas, yaitu aspek kesalahan
berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, seperti penggunaan (huruf kapital,
huruf miring, penulisan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan kata depan, dan
penggunaan unsur serapan). Aspek kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
yang akan dibahas, yakni (kesalahan pemilihan afiks, kesalahan penambahan
afiks, kesalahan penghilangan afiks, kesalahan peluluhan bunyi, kesalahan
penggantian morf, dan kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, ditemukan adanya
kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi pada karangan
pemelajar BIPA level intermediate sampai level advance periode 2019-2020 di
ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Dari jumlah karangan
sebanyak 26, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran fonologi bidang
ejaan. Kesalahan tersebut, meliputi (1) kesalahan penggunaan huruf kapital, (2)
kesalahan penggunaan huruf miring, (3) kesalahan pada penulisan kata, (4)
kesalahan penulisan kata depan, (6) kesalahan penulisan angka atau lambang
bilangan, (7) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (8) kesalahan penggunaan
tanda baca.
Sejauh ini kesalahan berbahasa tataran fonologi bidang ejaan pada
karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
periode 2019-2020 yang banyak ditemukan adalah kesalahan berbahasa pada
penggunaan tanda baca. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah kesalahan
yang diperoleh sebanyak 131 kesalahan.
Kesalahan pada penggunaan tanda baca yang paling banyak mengalami
kesalahan adalah Kesalahan pada tanda koma. Tanda koma digunakan sebagai
tanda yang dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Contohnya “Internet memiliki berbagai macam fungsi seperti
fungsi komunikasi, media pencari informasi, hiburan dan lain-lain”. Pada contoh
tersebut, ditemukan tidak ada tanda baca koma yang digunakan dalam suatu
pemerincian atau pembilangan. Jadi, penulisan yang benar adalah “Internet
memiliki berbagai macam fungsi seperti fungsi komunikasi, media pencari
informasi, hiburan, dan lain-lain”.
Selain kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan, ditemukan
juga kesalahan berbahasa pada tataran morfologi (pembentukan kata). Pada
karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma
Periode 2019-2020, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran morfologi,
terdiri atas (1) Kesalahan pemilihan afiks ber- dan meN-, (2) kesalahan
penambahan afiks ber-, meN-, dan -kan, (3) kesalahan penghilangan sufiks -kan,
(4) kesalahan penghilangan prefiks men-, ber-, dan di-, (5) kesalahan penggantian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
morf meng- dan peN- menjadi penge-, dan (6) kesalahan pada bunyi /k/ yang
seharusnya diluluhkan.
Berdasarkan jumlah temuan kesalahan pada tataran morfologi dalam
karangan pemelajar BIPA, kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah
kesalahan pada kesalahan penghilangan prefiks meN-, ber-, dan di-. Contohnya:
“Satu orang dapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu kecil di
dalamnya”. Dari contoh tersebut, kalimat tersebut termasuk dalam kalimat aktif
transitif yang seharusnya memerlukan kata kerja aktif. Sesuai dengan kaidah,
dalam kalimat aktif, kata kerja (preedikat) harus berprefiks meng- atan dengan
kata lain menunjukan prefiks meng- (Setyawati, 2010: 44). Pada kalimat tersebut,
ditemukan adanya kesalahan pada kata dapat. Penghilangan prefiks seperti ini
dapat terjadi karena adanya pengaruh ragam bahasa lisan. Kata dapat seharunya
tidak mengalami proses penyingkatan alomorf, sehingga penulisan yang benar
adalah “Satu orang mendapat kotak atau lubang dakon itu tujuh dengan batu-batu
kecil di dalamnya”.
Temuan dalam penelitian ini hampir sama dengan penelitian terdahulu
yang relevan, yaitu penelitian Nurvita Anjarsari, dkk (2013) dan penelitian Aprilia
Nentina (2019). Dari penelitian Nurvita Anjarsari, dkk (2013), disimpulkan
bahwa unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan bahasa yang sering
terjadi dalam teks siswa dibagi menjadi empat kesalahan: (kesalahan ejaan,
morfologi, semantik, dan sintaksis), dan kesalahan yang paling sering terjadi
dalam karangan mahasiswa asing adalah kesalahan ejaan. Hasil penelitian Aprilia
Nentina (2019) menunjukkan bahwa terdapat kesalahan berbahasa dalam tataran
morfologi, berupa kesalahan penghilangan afiks sebanyak 8 kesalahan, 3
kesalahan penulisan kata, 4 kesalahan penggunaan afiks, dan 1 kesalahan bunyi
yang seharusnya diluluhkan.
Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi yang
ditemukan di atas, didasari oleh teori analisis kesalahan berbahasa teori dan
praktik dan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Dengan demikian, kesalahan
berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi yang ditemukan
dapat mempertahankan hasil simpulan penelitian sebelumnya, bahwa kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
berbahasa pada tataran fonologi bidang ejaan dan morfologi umumnya dapat
ditemukan pada bahasa tulis yaitu karangan baik karangan siswa maupun
karangan pemelajar BIPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB V
PENUTUP
Pada bab V ini berisi tentang pembahasan mengenai simpulan dan saran
yang disampaikan oleh peneliti dari hasil penelitian yang diperoleh.
5. 1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
pada karangan pemelajar BIPA di ILCIC Lembaga Bahasa Universitas Sanata
Dharma periode 2019-2020 mengalami beberapa kesalahan. Pada karangan
pemelajar BIPA, ditemukan beberapa jenis kesalahan pada tataran fonologi
bidang ejaan. Kesalahan tersebut, meliputi (a) kesalahan penggunaan huruf
kapital, (b) kesalahan penggunaan huruf miring, (c) kesalahan pada penulisan
kata, (d) kesalahan penulisan kata depan, (e) kesalahan penulisan angka atau
lambang bilangan, (f) kesalahan penulisan unsur serapan, dan (g) kesalahan
penggunaan tanda baca.
Kesalahan pada tataran morfologi ditemukan juga beberapa jenis
kesalahan pada tataran morfologi, terdiri atas atas (a) Kesalahan pemilihan afiks
ber- dan meN-, (b) kesalahan penambahan afiks ber-, meN-, dan -kan, (c)
kesalahan penghilangan sufiks -kan, (d) kesalahan penghilangan prefiks men-,
ber-, dan di-, (e) kesalahan penggantian morf meng- dan peN- menjadi penge-,
dan (f) kesalahan pada bunyi /k/ yang seharusnya diluluhkan.
Kesalahan pada karangan pemelajar BIPA lebih banyak terjadi pada
kesalahan tataran fonologi bidang ejaan khususnya pada penggunaan tanda baca.
Hal ini dapat dibuktikan pada banyaknya jumlah kesalahan penggunaan tanda
baca dibandingkan dengan kesalahan yang lainnya. Kesalahan penggunaan tanda
baca memang banyak ditemukan karena kurangnya pengetahuan terkait
penggunaan tanda baca dalam bahasa Indonesia.
Melalui penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan
sebagai pengetahuan tambahan atau dapat memberi sumbangan untuk pemelajar
BIPA atau pembaca yang membutuhkan beberapa kajian terkait analisis kesalahan
berbahasa Indonesia yang berhubungan dengan bidang linguistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
5. 2 Saran
Menurut hasil penelitian, peneliti ingin memberikan saran kepada pihak
lembaga yang mengadakan program pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur
asing, mahasiswa, dan peneliti lain. Pertama, pihak lembaga BIPA dapat
meningkatkan proses pembelajaran terkait penggunaan ejaan dan morfologi
dalam bahasa Indonesia untuk mengurangi kesalahan dalam bahasa tulis dengan
mengelaobrasi dengan materi ajar yang digunakan. Kedua, peneliti mengharapkan
pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
lebih teliti dan memahami penggunaan ejaan dan pembentukan kata dalam
kalimat. Ketiga, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang kesalahan berbahaasa tataran fonologi bidang ejaan dan
morfologi pada karangan pemelajar BIPA dan peneliti berharap penelitian ini
dapat menjadi bahan literature bagi peneliti yang ingin meneliti topik yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
DAFTAR PUSTAKA
Alfin, Jauharoti. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia.
http://digilib.uinsby.ac.id/36212/4/Jauharoti%20Alfin_Analisis%20Kesalahan%20
Berbahasa%20Indonesia.pdf (diunduh pada tanggal 20 Maret 2020).
Allen, J. P. B., & Corder, S. P. (Eds.). 1974. Techniques in applied linguistics (Vol. 3).
Oxford University Press.
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan
Balai Pustaka.
Amrizal, A. W. (n.d.). 2018. Kesetaraan Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris Sebagai
Penghela Ilmu Pengetahuan Di Era Globalisasi. Technische Universtität München,
Ludiwg-Maximilians-Universität Münc.
Anonim. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Bachri, B. S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif. Teknologi Pendidikan, 10, 46–62.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka
Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Dulay, et. al. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press.
Fatimah, F. N., Purnamasari, D., Pratiwi, D., & Firmansyah, D. (2018). Dalam Talk Show
Hitam Putih Yang Berjudul “ Fenomena Kanjeng Dimas .” 1(September), 775–786.
Hastuti, Dwi. 2019. Kesalahan Bentuk Kata Berafiks dalam Koran Jawa Pos Edisi 9
Oktober 2019. https://osf.io/wxp5h/download/?format=pdf (diunduh pada tanggal
20 Mei 2021 pukul 8.00 WIB).
Hastuti, P. H, dkk. 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: FBS UNY.
Indihadi, D. 2016. Analisis Kesalahan Siswa. vol 1, 1–15.
Johan, Gio. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Dalam Proses Diskusi Siswa
Sekolah Dasar. (vol.18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.upi.edu
/index.php/BS_JPBSP/article/download/12153/pdf&ved=2ahUKEwjrguD8htrnAh
WR4jgGHT6FBZ0QFjABegQIBxAC&usg=AOvVaw29S_jVg_4ayxerUsTY8kBb
(diunduh pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 08.00 WIB).
Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah.
Kridalaksana, Harimurti.2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kusmiatun, Ari. 2018. Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dan
Pembelajarannya. Yogyakarta: K-Media.
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyani, D. S. 2009. Ilmu komunikasi. EJournal Ilmu Komunikasi.
Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi. 2009. Bahasa
Indonesia untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
Nisak, K. 2011. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Bahasa Indonesia Siswa
Kelas XI SMK Negeri Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2013/2014.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014. Halaman | 521. 2, 521–527.
Nurhadi, Roekhan. 1990. Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar
Baru.
Ramlan, M. 1983. Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif: Ilmu Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: C.V. Karyono.
Ramlan, M. 2001. Morfologi Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C.V. Karyono.
Sagala Rivai. 2009. Landasan Teori Deskripsi. Landasanteori.Com, (2012), 1–17.
Retrieved from http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kreativitas-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
definisi-aspek.html (diunduh pada tanggal 20 Oktober 2020).
Selekta, K., & Indonesia, B. (n.d.). Program studi pendidikan guru sekolah dasar kampus
sumedang.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori dan Praktik).
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sirait, Bistok, dkk. 1985. Pedoman Karang Mengarang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Studi, P., Indonesia, S., Sastra, J., Fakultas, I., & Dharma, U. S. 2017. Analisis Kesalahan
Berbahasa Dalam Rubrik “ Wonosobo Ekspres ” Pada Harian Magelang Ekspres
Edisi September 2016. (September 2016).
Sudaryanto. 2001. Metode Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Peneitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Surakarta, I. 2019. Laporan Hasil Observasi Siswa. Bindo Sastra, 3(1), 1–13. Retrieved
from http://jurnal.um-palembang.ac.id/bisastra/article/view/1973
Suryaningsi, D. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Interaksi Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas Vii Mts Ddi Walimpong Kabupaten Soppeng.
Sutarno. 2008. Menulis yang Efektif. Jakarta: Sagung Seto.
Tarigan, Guntur H. 1990. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. 1997. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
Verhaar, J. W. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Yusri dan R, M. 2020. Analisis Kesalahan Berbahasa (Sebuah Pendekatan dalam
Pengajaran Bahasa). Sleman: CV. Budi Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI