120
ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA SERTA VARIABEL YANG MEMPENGARUHINYA MOCHAMMAD RIZQAL NRP: H151080294 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

  • Upload
    dotram

  • View
    285

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA SERTA

VARIABEL YANG MEMPENGARUHINYA

MOCHAMMAD RIZQAL NRP: H151080294

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Hubungan Simultan antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja serta Variabel yang Mempengaruhinya adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2010

Mochammad Rizqal NRP. H151080294

Page 3: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi
Page 4: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

ABSTRACT

MOCHAMMAD RIZQAL. Simultaneous Connection Analysis of Wage Rates and Labor Absorption as well as Variables that Influence it. Under the supervision of ARIEF DARYANTO and SUPRIYANTO

The economic crisis in 1997 in Indonesia led to complexities in labor

issues, particularly those that relate to low wages and labor absorption. Since 2000, the economy has improved and has given hope to better labor conditions in Indonesia. However, increased economic growth has been followed by high unemployment. This study aimed to examine the simultaneous connection among wage rates and labor absorption as well as variables that influence it. Simultaneous equations model were used in this study and data sources were investigated from panel data. The simultaneous test has shown that there was simultaneous connection between the wage rates and labor absorption. The 2SLS (two stage least squares) method with fixed effects was chosen as the best parameter estimation method. The test also revealed that the gross regional domestic product variable influenced the wage rates and labor absorption significantly. The regional minimum wage and education levels significantly affect the wage rates. While the variables of physical investment and the consumer price index significantly affects labor absorption. Keywords: wages, labor absorption, simultaneous equations model, two stage

least squares, fixed effects

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi
Page 6: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

RINGKASAN

MOCHAMMAD RIZQAL. Analisis Hubungan Simultan antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja serta Variabel yang Mempengaruhinya. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO dan SUPRIYANTO.

Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi perekonomian suatu negara. Krisis ekonomi tahun 1997 di Indonesia menyebabkan semakin kompleksnya masalah ketenagakerjaan terutama yang berhubungan dengan rendahnya tingkat upah riil dan penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik terutama mulai tahun 2000 memberikan harapan akan perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Namun, kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang mulai meningkat tersebut masih diikuti dengan tingkat pengangguran yang tinggi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk panel periode tahun 1998-2007 dengan jumlah unit yang diteliti sebanyak 26 provinsi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan simultan antara tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja serta variabel yang mempengaruhinya menggunakan persamaan simultan (Simultaneous Regression), sedangkan metode 2SLS (two stage least squares) dengan fixed effect dipilih sebagai metode estimasi parameter terbaik.

Berdasarkan hasil uji simultanitas dan regresi data panel menunjukkan adanya hubungan simultan antara tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja dengan arah negatif. Setiap kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar 1 persen akan menurunkan tingkat upah sebesar -1.51 persen dengan asumsi variabel yang lain tetap. Sedangkan setiap kenaikan tingkat upah sebesar 1 persen akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar -0.03 persen dengan asumsi variabel yang lain tetap.

Variabel pertumbuhan ekonomi regional signifikan mempengaruhi tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja. Dalam nilai elastisitas, pengaruh pertumbuhan ekonomi regional terhadap tingkat upah lebih elastis dibandingkan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari persamaan tingkat upah diperoleh bahwa setiap kenaikan variabel pertumbuhan ekonomi regional sebesar 1 persen akan menaikkan tingkat upah sebesar 0.39 persen (ceteris paribus), sedangkan dari persamaan penyerapan tenaga kerja diperoleh bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi regional sebesar 1 persen akan menaikkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.07 persen (ceteris paribus).

Variabel upah minimum provinsi dan tingkat pendidikan pekerja signifikan berpengaruh positif terhadap tingkat upah. Setiap kenaikan upah minimum provinsi sebesar 1 persen akan menaikkan tingkat upah sebesar 0.71 persen (ceteris paribus), sedangkan setiap kenaikan jumlah pekerja berpendidikan tinggi sebesar 1 persen akan meningkatkan tingkat upah sebesar 0.72 persen (ceteris paribus).

Variabel investasi fisik dan tingkat perubahan harga signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Setiap kenaikan investasi fisik sebesar 1 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.03 persen (ceteris paribus). Variabel tingkat perubahan harga yang dihitung

Page 7: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Setiap kenaikan IHK sebesar 1 persen akan menaikkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.09 persen (ceteris paribus).

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Pelaksanaan kebijakan pemerintah harus mengarah kepada peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan agar dapat menunjang keahlian dan skill pekerja sehingga produktivitas pekerja meningkat. Produktivitas merupakan faktor utama dalam mewujudkan perekonomian yang tangguh. Peningkatan upah yang disebabkan dari meningkatnya produktivitas pekerja akan menmberikan keuntungan baik bagi perusahaan dan juga pekerja. (2) Pembangunan ekonomi perlu diprioritaskan pada kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya sehingga, dapat menyerap tenaga kerja yang banyak sekaligus juga akan mengurangi jumlah pengangguran yang tinggi.

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2 Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh

Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi
Page 10: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA SERTA

VARIABEL YANG MEMPENGARUHINYA

MOCHAMMAD RIZQAL NRP: H151080294

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Noer Azam Achsani

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Analisis Hubungan Simultan antara Tingkat Upah dan

Penyerapan Tenaga Kerja serta Variabel yang

Mempengaruhinya

Nama : Mochammad Rizqal NRP : H151080294 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec Supriyanto, SE, MA Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 28 Juni 2010 Tanggal Lulus :

Page 13: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi
Page 14: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Judul tesis ini adalah “Analisis Hubungan Simultan antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja serta Variabel yang Mempengaruhinya”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Supriyanto, SE, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan segala kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Noer Azam Achsani atas kesediaannya menjadi penguji luar komisi dan Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.S selaku perwakilan Program Studi Ilmu Ekonomi.

Ucapan terima kasih juga disampaikan untuk semua dosen yang telah mengajar penulis dan rekan-rekan kuliah yang senantiasa membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Dedikasi para dosen yang tinggi dan dukungan rekan-rekan kuliah, telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan dengan baik.

Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah di Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada teman-teman BPS baik di BPS Kota Batam serta BPS Jakarta yang telah banyak membantu penulis mulai dari proses kuliah hingga dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata penulis penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain yang telah membantu namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini maka hanya penulis yang bertanggungjawab. Kiranya hanya Allah SWT yang Maha Kuasa yang akan memberi balasan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis.

Bogor, Juli 2010

Mochammad Rizqal

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi
Page 16: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

RIWAYAT HIDUP

Mochammad Rizqal, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 September

1972 dari pasangan Adonis (alm) dan Yalihasni. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Puratatama I Jakarta pada tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama Negeri 95 Jakarta pada tahun 1988 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Jakarta pada tahun 1991. Pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan di Akademi Ilmu Statistik (AIS) Jakarta dan Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Terbuka dengan mengambil jurusan statistik dan lulus tahun 1998.

Setelah tamat AIS, penulis menjalani ikatan dinas di BPS Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 1995 sampai tahun 1999, pada tahun 2000 sampai tahun 2005 dipindah tugaskan pada BPS Provinsi Sumatera Barat dan pada tahun 2006 bekerja di BPS Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau.

Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Program S2 Penyelenggaraan Khusus BPS-IPB di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi
Page 18: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 6

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9

2.1. Tinjauan Teori ................................................................................ 9

2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 9

2.1.2. Investasi Fisik .................................................................... 11

2.1.3. Upah.................................................................................... 12

2.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja ................................................... 14

2.1.5. Pengangguran Terbuka ....................................................... 15

2.1.6. Upah Minimum................................................................... 15

2.1.7. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja ...................................... 16

2.1.8. Indeks Harga Konsumen .................................................... 17

2.1.9. Studi Empiris Berkaitan dengan Pertumbuhan Ekonomi,

Upah dan Pengangguran ..................................................... 17

2.2. Kajian Teori ................................................................................... 20

2.2.1. Pasar Tenaga Kerja ............................................................. 20

2.2.2. Analisis Kurva Phillips ....................................................... 24

2.3. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 25

2.3.1. Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi dan

Ketenagakerjaan terhadap Tingkat Upah Riil .................... 26

2.3.2. Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi dan

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

vi

Ketenagakerjaan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ......... 27

2.3.3. Kerangka Penelitian ............................................................ 28

2.4. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 30

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 31

3.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 31

3.2. Metode Analisis Data ..................................................................... 31

3.2.1. Analisis Deskriptif .............................................................. 31

3.2.2. Analisis Persamaan Simultan .............................................. 32

3.2.3. Analisis Regresi Data Panel ............................................... 38

3.2.4. Uji Asumsi .......................................................................... 49

3.2.4.1. Uji Homokedastisitas .............................................. 49

3.2.4.2. Uji Autokorelasi ...................................................... 49

3.2.5. Evaluasi Model ................................................................... 50

3.2.5.1. Uji -F ....................................................................... 50

3.2.5.2. Uji -t ........................................................................ 50

3.2.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ..................................... 50

3.2.5.4. Uji Normalitas ......................................................... 51

IV. GAMBARAN UMUM .......................................................................... 53

4.1. Tinjauan Perekonomian Indonesia ................................................. 53

4.2. Tinjauan Perekonomian Regional .................................................. 56

4.3. Tinjauan Ketenagakerjaan Indonesia.............................................. 61

4.4. Upah Tenaga Kerja ......................................................................... 64

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 67

5.1. Analisis Persamaan Simultan ......................................................... 67

5.1.1. Uji Simultanitas ................................................................... 67

5.1.2. Uji Endogenitas ................................................................... 69

5.1.3. Identifikasi Persamaan Simultan ......................................... 70

5.2. Pemilihan Regresi Data Panel ........................................................ 72

5.3. Estimasi Persamaan Tingkat Upah ................................................. 74

5.4. Estimasi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja .............................. 78

VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 85

6.1. Simpulan ......................................................................................... 85

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

vii

6.2. Saran ............................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87

LAMPIRAN .................................................................................................. 91

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1. Pertumbuhan Upah Nominal, Upah Riil, Tingkat Pengangguran

dan Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 2

3.1. Kerangka Identifikasi Autokorelasi ........................................................ 49

4.1. Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Tingkat

Pengangguran di Indonesia Tahun 1997- 2007 ..................................... 53

4.2. Komposisi PDB dan Tenaga Kerja menurut Sektor di Indonesia

Tahun 1971- 2008 .................................................................................. 55

4.3. Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia 1997 dan 2007 .............. 58

4.4. Kontribusi Setiap Sektor terhadap PDRB menurut Provinsi, 2007 ........ 61

4.5. TPAK, TKK dan TPT menurut Provinsi di Indonesia

Tahun 2007 – 2008 .............................................................................. 62

5.1. Uji Simultanitas Persaman Penyerapan Tenaga Kerja ........................... 68

5.2. Uji Simultanitas Persaman Tingkat Upah .............................................. 68

5.3. Uji Endogen Persaman Penyerapan Tenaga Kerja ................................ 69

5.4. Estimasi Persamaan Tingkat Upah ......................................................... 75

5.5 Estimasi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja ....................................... 78

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1. Pertumbuhan Upah Nominal, Upah Riil, Tingkat Pengangguran

dan Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 2

2.1. Kurva Pemintaan Tenaga Kerja ............................................................. 21

2.2. Keseimbangan antara Kurva AD dan AS dalam Perekonomian ............ 23

2.3. Keseimbangan dalam Kurva LD dan LS Pasar Tenaga Kerja ............... 23

2.4. Hubungan antara Tingkat Upah dan Tingkat Pengangguran ................. 25

2.5. Kerangka Penelitian ............................................................................... 28

3.1. Estimasi dengan Pendekatan Pooled Least Square ................................ 42

3.2. Estimasi dengan Pendekatan Within Group ........................................... 43

4.1. Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Tingkat

Pengangguran di Indonesia Tahun 1997- 2007 ..................................... 54

4.2. Komposisi PDB menurut Sektor di Indonesia Tahun 1971- 2008 ......... 55

4.3. Komposisi Penyerapan Tenaga Kerja menurut Sektor di Indonesia

Tahun 1971- 2008 .................................................................................. 56

4.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia 1997 – 2007 ........ 57

4.5. Kontribusi Sembilan Sektor terhadap PDB Tahun 1991 – 2007 .......... 60

4.6. Rata-rata Upah Nominal dan Upah Riil Pekerja Menurut Provinsi

Tahun 2007 ............................................................................................ 65

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Estimasi Persamaan Reduce Form ............................................................ 91

2. Uji Simultanitas ......................................................................................... 92

3. Uji Endogenitas ......................................................................................... 93

4. Estimasi Persamaan Tingkat Upah ................................................... 100

5. Estimasi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja ................................ 101

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi yang berperan dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat mempengaruhi tinggi

rendahnya tingkat pendapatan nasional. Akan tetapi ada dua masalah utama yang

dihadapi tenaga kerja di Indonesia, yaitu rendahnya tingkat upah pekerja dan

tingginya tingkat pengangguran (Sumarsono, 2003). Hal tersebut disebabkan

karena jumlah peningkatan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan

dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang dapat disediakan.

Krisis ekonomi tahun 1997 telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi

Indonesia, yang berakibat menurunnya pertumbuhan ekonomi secara drastis pada

tahun 1998 yang mencapai sekitar -13.13 persen. Selain itu krisis ini juga

menyebabkan lesunya iklim investasi di Indonesia dan rendahnya daya beli

masyarakat yang yang menyebabkan penurunan permintaan aggregat. Pada tahun

1998 pertumbuhan investasi di Indonesia mengalami penurunan yang relatif besar

hal ini diindikasikan dengan pertumbuhan PMDN sebesar -51.39 persen bahkan

pertumbuhan PMA mencapai -59.5 persen. Hal serupa terjadi juga pada

pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menurun sebesar -6.57 persen.

Menurunnya investasi dan konsumsi masyarakat tersebut tentunya akan

menurunkan kapasitas produksi atau output nasional dan selanjutnya menurunkan

jumlah tenaga kerja yang terserap..

Pada tahun 1999 tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia positif sebesar

0.79 persen. Setelah itu, pada tahun 2000 keadaan perekonomian ekonomi

Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4.92 persen.

Walaupun pertumbuhan ekonomi cenderung menaik dari tahun ketahun, dimana

pada tahun 2007 tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 6.28 persen. Tetapi

yang menjadi masalah adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi ini tidak

mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. (Tabel 1.1)

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat tingkat pengangguran yang rata - rata

cenderung meningkat dari tahun 1998-2007. Selain itu, masalah ini juga terjadi

pada tingkat upah riil dan nominal pekerja, dimana pada tahun 2004–2007

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

pertumbuhan upah riil dan nominal juga cenderung menurun. Bahkan penurunan

upah riil bernilai negatif pada tahun 2005-2007. Untuk lebih jelasmya dapat

dilihat pada Gambar 1.1

Tabel 1.1 Pertumbuhan upah nominal, upah riil, tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, 1998- 2007

Tahun Pertumbuhan

Upah Nominal (%)

Pertumbuhan Upah Riil

(%)

Tingkat Pengangguran

(%)

Pertumbuhan Ekonomi

(%) (1) (2) (3) (4) (5)

1998 21.12 -27.76 5.46 -13.13 1999 23.23 6.91 6.36 0.79 2000 24.55 18.94 6.08 4.92 2001 35.75 21.14 8.10 3.83 2002 24.25 11.44 9.06 4.50 2003 10.01 3.58 9.67 4.78 2004 16.63 9.68 9.86 5.05 2005 8.55 -1.91 10.26 5.69 2006 6.25 -5.89 10.28 5.56 2007 4.92 -1.46 9.11 6.28

Sumber : Statistik Indonesia 1998-2007

Dari kondisi upah dan tingkat pengangguran tersebut, terlihat bahwa

pertumbuhan ekonomi yang meningkat saat ini belum bisa dijadikan indikator

membaiknya kondisi ketenagakerjaan di Indonesia.

Sumber : Statistik Indonesia 1998-2007

Gambar 1.1 Pertumbuhan upah nominal, upah riil, tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, 1998- 2007

‐40

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

40

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Persen

UPAH NOMINAL UPAH RIIL PENGANGGURAN PDRB

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

Secara teori jika perekonomian mengalami pertumbuhan maka penyerapan

atau permintaan tenaga kerja akan meningkat. Namun kondisi menunjukkan

sebaliknya, di satu sisi perekonomian mengalami pertumbuhan sedangkan

pengangguran tetap persisten. Kecenderungan ke arah munculnya paradoks

tersebut telah mulai tampak dalam enam tahun terakhir di mana pertumbuhan

ekonomi meningkat dari 3.83 persen pada tahun 2001 menjadi 4.50 persen pada

tahun 2002, 4.78 persen pada tahun 2003 menjadi 5.05 persen pada tahun 2004

dan 5.56 persen pada tahun 2006 menjadi 6.28 persen pada tahun 2007. Namun di

sisi lain, tingkat pengangguran terbuka juga meningkat terus dari 8.10 persen, 9.06

persen, 9.67 persen, 9.86 persen dan akhirnya 9.11 persen pada pada tahun 2007.

(Gambar 1.1)

Paradoks antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran ini

mencerminkan bahwa tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang kita alami

selama ini masih bersifat semu (belum berkualitas). Ada beberapa hal yang perlu

dicermati mengapa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti dengan

penyediakan lapangan kerja, sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah

pengangguran dan kemiskinan. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi di

Indonesia belum ditopang dengan sektor-sektor yang memiliki elastisitas lapangan

kerja yang tinggi. Sektor yang bersifat padat modal mengalami pertumbuhan

sedangkan sektor-sektor yang bersifat padat karya mengalami stagnasi. Untuk itu

kebijakan pemerintah harus lebih memberikan prioritaskan pada sektor yang

menyerap tenaga kerja lebih besar untuk tumbuh dan berkembang.

Menurut PTKI (Perencanaan Tenaga Kerja Indonesia) Depnakertrans

(2005), untuk mengurangi pengangguran di negara berkembang seperti Indonesia,

tingkat pertumbuhan ekonomi harus ramah terhadap tenaga kerja dan kalangan

orang miskin (a strategy of pro poor growth). Pada Pelita (Pembangunan Lima

Tahun) I dan II, perencana ekonomi Indonesia masih percaya bahwa tricle down

effects (efek menetes ke bawah) akan terjadi di Indonesia. Oleh karena itu strategi

pembangunan yang diterapkan oleh pemerintah pada masa itu dipusatkan pada

pertumbuhan ekonomi yang tinggi (pro growth). Hal ini terlihat pada tahun 1970-

an, dimana kinerja perekonomian selama dua pelita pertama sangat memuaskan

dengan tumbuh rata-rata 7 persen per tahun sedangkan investasi meningkat dari

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

11 persen menjadi 24 persen selama sepuluh tahun. Namun kenyataannya

pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini menyebabkan disparitas (ketimpangan)

pertumbuhan ekonomi regional dan tidak diikuti dengan penurunan tingkat

pengangguran dan tingkat kemiskinan. Untuk mengurangi ketimpangan tersebut,

pemerintah mulai Pelita III mengubah strategi pembangunannya menjadi pro

poor. Namun sampai sekarang strategi pro poor belum berhasil, hal ini

ditunjukkan dengan masih tingginya disparitas atau ketimpangan perekonomian

regional dan belum terselesaikannya permasalahan ketenagakerjaan.

Pergerakan upah riil di Indonesia yang cenderung kaku juga perlu

mendapat perhatian pemerintah, karena hal ini berhubungan langsung dengan

tingkat kesejahteraan pekerja. Menurut Solikin dan Sugema (2004), upah riil yang

cenderung kaku bisa disebabkan oleh kontrak ketenagakerjaan yang mengikat

antara perusahaan dan pekerja yang memuat tingkat upah yang akan dibayarkan.

Sementara itu berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, pertumbuhan

permintaan tenaga kerja di Indonesia yang masih rendah menyebabkan upah riil

pekerja susah untuk meningkat karena lemahnya bargaining possition pekerja.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan upah

pekerja diantaranya dengan kebijakan penetapan upah minimum. Dari hasil

penelitian SMERU Research Institute tentang pengaruh penerapan upah minimum

terhadap upah riil pekerja dan penyerapan tenaga kerja periode tahun 1988-2000

di Indonesia, diketahui bahwa upah minimum mampu meningkatkan rata-rata

upah riil pekerja, namun dampak kebijakan upah minimum ini hanya dirasakan

oleh beberapa kelompok tenaga kerja saja, sedangkan kelompok yang lain malah

dirugikan. Selain itu penetapan upah minimum sering tidak memperhatikan

mekanisme dalam pasar tenaga kerja sehingga berdampak turunnya penyerapan

tenaga kerja. Hubungan antara tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja yang

saling mempengaruhi ini membuat semakin penting dan kompleksnya kajian

ketenagakerjaan di Indonesia.

Ketimpangan ekonomi antar wilayah mengakibatkan ketimpangan

besarnya upah regional, yang menggambarkan tingkat pendapatan yang diterima

oleh masyarakat di daerah tersebut. Besarnya tingkat upah erat kaitannya dengan

intensitas kegiatan ekonomi di suatu daerah, semakin tinggi intensitas kegiatan

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

ekonomi maka kebutuhan tenaga kerja pun semakin besar, hal ini akan

meningkatkan bargaining possition tenaga kerja, sehingga akan meningkatkan

upah tenaga kerja (Hall, 2005).

Perubahan kebijakan pemerintah kepada otonomi daerah berdasarkan

undang-undang nomor 12 tahun 1999 tentang pemerintah daerah mengarah

kepada perubahan budaya organisasi dan budaya kerja. Demikian juga dalam

bidang ketenagakerjaan, khususnya penyusunan dan pengembangan perencanaan

tenaga kerja. Pemerintah daerah perlu berperan aktif dalam menentukan kebijakan

dalam bidang ketenagakerjaan. Sehingga analisis ketenagakerjaan dengan melihat

dimensi regional juga menjadi sangat penting.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah upah pekerja dan pengangguran merupakan masalah yang selalu

dihadapi Indonesia dari tahun ke tahun. Berbagai upaya telah dilakukan

pemerintah untuk mengatasinya, salah satunya dengan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan

akan tercipta lapangan kerja yang banyak dan mampu mengurangi pengangguran.

Namun kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum mampu

mengurangi tingkat pengangguran. Fenomena ini tidak sesuai dengan teori yang

dikemukakan Okun (1980) dalam Dornbusch (2004), tentang hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pengangguran. Okun menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi yang solid dalam jangka panjang akan meningkatkan

penyerapan tenaga kerja yang tinggi.

Selain masalah pengangguran, pemerintah juga dihadapkan pada rendahnya

tingkat upah tenaga kerja. Selama ini langkah yang sering diambil pemerintah

untuk mengatasi masalah pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan tenaga

kerja yaitu, dengan meningkatkan tingkat upah melalui penetapan upah minimum

regional. Namun kebijakan ini juga menimbulkan dilema, di satu sisi mampu

meningkatkan upah pekerja, sementara di sisi lain akan mengurangi penyerapan

tenaga kerja. Hubungan yang saling mempengaruhi antara upah dan penyerapan

tenaga kerja inilah yang membuat permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia

menjadi semakin kompleks.

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

Menurut Wallis (2002), dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi

secara otomatis akan meningkatkan upah pekerja dan penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan teori yang dikemukakan dua ahli ekonom diatas, apakah benar

pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia yang semakin meningkat akan

menaikkan upah pekerja dan penyerapan tenaga kerja?. Variabel-variabel apa saja

yang mempengaruhi kenaikan upah riil dan penyerapan tenaga kerja?. Dan

seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi regional dan variabel-variabel

yang terkait terhadap tingkat upah riil dan penyerapan tenaga kerja?.

Penelitian ini menggunakan data panel dari 26 provinsi di Indonesia. pada

periode tahun 1998 - 2007. Adapun variabel-variabel penelitian yang dicakup

yaitu, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), upah riil regional, tingkat

pendidikan pekerja, upah minimum provinsi, jumlah tenaga kerja, investasi fisik

(PMTDB) dan tingkat perubahan harga (IHK).

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui adanya hubungan simultan antara tingkat upah dan penyerapan

tenaga kerja

2. Mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi regional terhadap tingkat upah

dan penyerapan tenaga kerja.

3. Mengetahui pengaruh investasi fisik dan tingkat perubahan harga terhadap

penyerapan tenaga kerja.

4. Mengetahui pengaruh upah minimum provinsi dan tingkat pendidikan pekerja

terhadap tingkat upah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan kajian

lebih lengkap mengenai adanya hubungan simultan antara tingkat upah dan

penyerapan tenaga kerja serta variabel yang mempengaruhinya di wilayah

Indonesia. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam

mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia dengan upaya mengurangi

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

tingkat pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Pertama, memberikan gambaran

secara umum hubungan simultan antara tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja

serta variabel yamng mempengaruhinya. Kedua, melihat pengaruh pertumbuhan

ekonomi regional serta variabel ketenagakerjaan terhadap tingkat upah dan

penyerapan tenaga kerja. Ketiga, melakukan pembahasan dan analisis terhadap

hasil estimasi dari model ekonometrika yang dibangun serta memberikan

beberapa kesimpulan dan saran.

Penelitian dilakukan terhadap 26 provinsi di wilayah Indonesia dalam

kurun waktu dari tahun 1998 hingga tahun 2007. Untuk kesinambungan data,

jumlah provinsi mengikuti keadaan tahun 1998, dimana jumlahnya sebanyak 26

provinsi, sehingga provinsi yang terbentuk hasil pemekaran setelah itu datanya

diagregasikan ke provinsi induk

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kinerja ekonomi suatu

negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan indikator yang

digunakan untuk melihat kinerja ekonomi suatu wilayah dalam suatu negara

adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang merupakan keseluruhan

nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu

wilayah dan periode waktu yang dikaitkan dengan kemampuan wilayah itu dalam

mengelola sumber dayanya. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah

dan dinamakan bruto karena telah memasukkan komponen penyusutan dalam

perhitungannya. PDRB Secara umum disebut juga agregat ekonomi, maksudnya

angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu wilayah. Dari

agregat ekonomi ini selanjutnya dapat diukur pertumbuhan ekonomi.

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi riil terlebih dahulu harus

dihilangkan pengaruh perubahan harga yang melekat pada angka-angka agregat

ekonomi menurut harga berlaku sehingga terbentuk harga agregat ekonomi

menurut harga konstan (Dumairy, 1997). Untuk menghitung pertumbuhan

ekonomi per periode dalam persentase digunakan rumus:

Growtht 100 % ………………………..…… (2.1)

Dimana, Growtht adalah persentase pertumbuhan ekonomi periode (t),

PDRBt adalah PDRB harga konstan periode (t) dan PDRBt-1 adalah PDRB harga

konstan periode (t-1).

a. Teori Pertumbuhan Ahli-Ahli Ekonomi Klasik

Ahli-ahli ekonomi klasik lebih menekankan analisisnya pada pengaruh

pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan mengasumsikan

bahwa luas tanah, kekayaan sumber daya alam dan tingkat teknologi tidak

mengalami perubahan. Aliran Klasik menggunakan teori law of the diminishing

return (teori pertambahan hasil yang semakin menurun) dalam merumuskan

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

10 

hubungan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Pada

permulaannya, apabila jumlah penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif

berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat akan tinggi.

Hal ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi akan terjadi.

Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk

sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat pertumbuhan

ekonomi karena produktivitas marginal penduduk telah menjadi negatif. Pada

keadaan ini kemakmuran masyarakat akan menurun, dan tingkat pendapatan

pekerja hanya bisa muncukupi kebutuhan hidup mereka (subsistence level).

Kondisi inilah yang sering disebut perekonomian dalam kondisi steady state.

Menurut teori klasik, suatu negara tidak akan mampu menghalangi terjadinya

keadaan tidak berkembang tersebut, melainkan hanya mampu menundanya.

b. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha

dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam mengemukakan teori

pertumbuhannya, Schumpter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa

perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak

akan berlangsung lama, karena sejumlah pengusaha akan menyadari pentingnya

melakukan inovasi untuk mendongkrak perekonomian. Didorong oleh keinginan

memperoleh keuntungan yang besar dari mengadakan pembaruan dalam proses

kegiatan ekonomi ini harus didukung juga dengan tersedianya faktor -faktor

produksinya. Untuk itu mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman

modal baru. Investasi yang baru ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

yang berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat dan konsumsi.

Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk

menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.

Keadaan perekonomian yang sedang meningkat ini akan menyebabkan

terbatasnya kemungkinan untuk mengadakan inovasi, sehingga pertumbuhan

ekonomi akan mencapai keadaan steady state. Berbeda dengan pandangan klasik,

Schumpter berpandangan bahwa keadaan steady state akan terjadi pada saat

tingkat pembangunan yang tinggi.

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

11 

c. Teori Harrod-Domar

Dalam menganalisis masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-Domar

bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu

perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh (steady growth) dalam

jangka panjang. Dalam teorinya Harrod-Domar melihat persoalan pertumbuhan

dari segi permintaan, yaitu menekankan pentingnya peranan akumulasi kapital

dalam proses pertumbuhan. Apabila pada suatu waktu terdapat keseimbangan

pendapatan pada tingkat full employment, maka untuk memelihara keseimbangan

agar dapat bertahan dari tahun ke tahun dibutuhkan pengeluaran investasi untuk

menghisap kenaikan output yang ditimbulkan. Jadi investasi harus ada supaya

keseimbangan tidak terganggu. Tetapi apabila hasrat menabung marjinal

(marginal propensity to save) telah tertentu maka akan lebih banyak kapital yang

tersedia sehingga makin besar tabungan dan makin besar pula investasi. Oleh

karena itu bila kondisi full employment terjadi hendaknya perlu dipertahankan

tingkat investasi dan pendapatan nasional riil agar terus meningkat. Keadaan

pertumbuhan ekonomi yang perlu dipertahankan/dijamin ini sering disebut

warranted rate of growth. Apabila pembentukan kapital tidak dibarengi dengan

kenaikan pendapatan maka kapital dan tenaga kerja akan menganggur.

d. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan Neo-Klasik yang dikembangkan oleh Abramovits dan

Solow ini merumuskan teori pertumbuhan dari sudut pandang penawaran.

Menurut Abramovits dan Solow dalam Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi

bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi.

∆Y = f (∆K,∆L,∆T) ….……………………………. (2.2)

dimana ∆Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, ∆K adalah tingkat pertambahan

barang modal, ∆L adalah tingkat pertambahan tenaga kerja, dan ∆T adalah tingkat

perkembangan teknologi.

2.1.2 Investasi Fisik

Untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan investasi dari

waktu ke waktu, ada tiga macam cara yang bisa dilakukan yaitu :

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

12 

1. Pertama, dengan menyoroti kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) dalam konteks permintaan agregat, dengan melihat dari sumbangan

dan perkembangan variabel investasi (I) dalam identitas pendapatan nasional

Y = C + I + G + (X − M)

2. Kedua, dengan mengamati data Penanaman Modal Asing (PMA) dan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

3. Ketiga, dengan menelaah perkembangan dana investasi yang disalurkan oleh

dunia perbankan.

PMTB didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan dan pembelian barang

modal (capital goods) untuk keperluan usaha. Termasuk pula di sini peralatan

yang akan digunakan dalam proses produksi secara terus-menerus (repeatedly)

dan berkesinambungan (countinously). Barang modal yang dimaksud mempunyai

usia pakai lebih dari satu tahun dan akan mengalami penyusutan baik secara

teknis (usia pakai) maupun ekonomi (nilai). Disebut sebagai pembentukan modal

tetap bruto karena menggambarkan penambahan serta pengurangan barang modal

pada satu waktu tertentu. Istilah bruto mengindikasikan bahwa di dalamnya masih

termasuk unsur penyusutan. Dalam penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB)

menurut komponen penggunaan, data investasi yang dicakup dapat berupa

investasi bruto yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ataupun investasi

neto yaitu Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) yang didapatkan

dari nilai investasi bruto dikurangi stok. Untuk itu, data investasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data PMTDB.

2.1.3 Upah

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, tentang ketenagakerjaan, upah

didefinisikan sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada

pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau

akan dilakukan.

Burtt (1963) didalam bukunya berjudul “Labor Market, Unions and

Government Policies” menyatakan beberapa teori upah diantaranya yaitu:

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

13 

1. Teori Kebutuhan Hidup (Subsistence Theory)

Salah satu teori upah yang paling tua adalah teori kebutuhan hidup

(Subsistence Theory) yang dikemukakan David Ricardo. Teori ini secara

sederhana mengemukakan bahwa tingkat upah yang diterima oleh tenaga kerja

yang tidak memiliki keterampilan (unskilled worker) hanya dipengaruhi oleh

kepentingan untuk menutup biaya hidup kebutuhan pekerja dan keluarganya.

2. Teori Upah Besi (Iron Wage Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle, yang menyatakan bahwa

dengan adanya subsistence theory kepentingan pekerja tidak terlindungi. Oleh

karena itu peran serikat pekerja dalam melindungi kepentingan pekerja menjadi

hal yang sangat penting. Dengan adanya serikat pekerja tersebut, pekerja akan

berusaha menuntut upah yang melebihi kebutuhan hidupnya. Kenaikan upah

akibat desakan serikat pekerja akan menurunkan permintaan tenaga kerja akibat

dari kenaikan biaya produksi perusahaan.

3. Wage Fund Theory

Teori upah ini dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini

tingkat upah tergantung pada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Penawaran

tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang

disediakan oleh perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan tabungan akan

meningkatkan nilai investasi pada sektor-sektor ekonomi sehingga sektor-sektor

ekonomi tersebut berupaya meningkatkan kapasitas produksinya, yaitu dengan

meningkatkan jumlah tenaga kerja. Peningkatan modal (capital) ini berakibat

meningkatnya upah pekerja karena permintaan tenaga kerja semakin meningkat.

4. Marginal Productivity Theory 

Teori ini menyatakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan,

tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa

sehingga tiap faktor produksi yang digunakan akan menerima atau diberi imbalan

sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Pengusaha

akan mempekerjakan sejumlah pekerja atau karyawan sedemikian rupa sehingga

nilai prosuktivitas atau pertambahan hasil marginal seorang pekerja sama dengan

upah yang diterima pekerja tersebut. Teori ini menyatakan bahwa pekerja atau

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

14 

karyawan memperoleh upah sesuai dengan produktivitas marginalnya terhadap

pengusaha.

2.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja

Sesuai dengan The Labour Concept yang disarankan oleh ILO

(International Labor Organization) BPS mendefinisikan pekerja sebagai

seseorang yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh dan

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak

terputus) dalam seminggu yang lalu.

Menurut Sumarsono (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

daya serap tenaga kerja antara lain:

1. Kemungkinan substitusi tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain

2. Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan

3. Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi

4. Elastisitas persediaan faktor produksi pelengkap lainnya.

Rucker dalam Rencana Tenaga Kerja Nasional (RTKN) 2004-2009

(2004), menyatakan bahwa untuk menciptakan kesempatan kerja dalam jangka

panjang dapat dilakukan dengan tiga cara pokok yaitu memperlambat laju

pertumbuhan penduduk, meningkatkan intensitas pekerja dalam menghasilkan

output (labour-intensity of output) dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Cara

pertama dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk dirasa kurang

memadai karena angka kelahiran di Indonesia tidak relatif rendah. Sementara itu

cara kedua dalam jangka panjang tidak selalu berhasil karena tidak selalu kondusif

bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Dari ketiga cara pokok

tersebut, cara yang paling realistis dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun cara ketiga ini juga tergantung dari

struktur pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Karena dari beberapa studi empiris

pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja tidak memiliki hubungan otomatis,

maka peranan pemerintah menjadi strategis dan crusial untuk merancang strategi

pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga ramah terhadap ketenagakerjaan

(employment friendly-growth).

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

15 

Untuk memperkirakan sampai seberapa besar laju pertumbuhan ekonomi

yang diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan angkatan kerja maka

sering digunakan analisis elastisitas kesempatan kerja.

E ∆ ⁄∆ ⁄ ………………………………….. (2.3)

dimana, E adalah elastisitas kesempatan kerja, GDPt adalah Produk Domestik

Bruto atas dasar harga konstan tahun t dan Lt adalah jumlah penduduk bekerja

tahun t.

2.1.5 Pengangguran Terbuka

Selama periode 1986-2005, konsep pengangguran yang dipakai pada

Sakernas telah mengalami perubahan. Konsep yang digunakan pada Sakernas

1986-2000 adalah mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan sedangkan

konsep pengangguran yang digunakan sejak Sakernas 2001 adalah mereka yang

mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak

mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, mereka

yang sudah diterima bekerja tetapi belum memulai bekerja. Untuk mengeliminir

perubahan tingkat pengangguran yang diakibatkan perubahan konsep

pengangguran yang dipakai dalam Sakernas, maka konsep pengangguran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsep pengangguran setelah diperluas

(Sakernas 2001). Sementara itu definisi tingkat pengangguran terbuka adalah rasio

antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja.

TPT 100% ..…………………………… (2.4)

dimana, TPT adalah tingkat pengangguran terbuka, Unemployment adalah jumlah

penganggur dan LF adalah jumlah angkatan kerja (Labour Force).

2.1.6. Upah Minimum

Upah minimum sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 8/1981

merupakan upah yang ditetapkan secara minimum regional, sektoral regional

maupun sub sektoral. Dalam hal ini upah minimum adalah upah pokok dan

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

16 

tunjangan. Upah pokok minimum adalah upah pokok yang diatur secara minimal

baik regional, sektoral maupun sub sektoral.

Menurut Sumarsono (2003) ada tiga komponen yang dianggap

mempengaruhi besarnya upah minimum yaitu Kebutuhan Hidup Minimum

(KHM), Indeks Harga Konsumen (IHK) dan pertumbuhan ekonomi regional.

2.1.7 Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja

Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi sumber daya manusia yang

tidak kalah pentingnya dengan investasi modal fisik. Berbagai penelitian yang

dilaksanakan di sejumlah negara menunjukkan bahwa pendidikan memberikan

sumbangan yang sangat berarti terhadap pertumbuhan ekonomi. Schlutz dalam

Indikator Tingkat Hidup Pekerja, BPS (2005) menyatakan bahwa pendidikan

tenaga kerja terbukti mampu menjelaskan bagian yang sangat besar dari

pertumbuhan output di negara-negara maju maupun di negara-negara

berkembang. Selain itu tingkat pendidikan juga menentukan tinggi rendahnya

pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan

yang ditamatkan maka upah/gaji yang diterima pekerja juga akan semakin tinggi.

Mengeluarkan biaya untuk pendidikan merupakan investasi di bidang

sumber daya manusia (human capital). Ada perbedaan antara investasi fisik

dengan human capital yaitu hasil dari human capital berupa peningkatan

produktivitas kerja akan memberikan tingkat penghasilan yang lebih tinggi,

namun pengaruh ini tidak langsung dapat dirasakan. Sedangkan hasil dari

investasi fisik adalah penghasilan usaha yang dapat dinikmati langsung hasilnya

(Sumarsono, 2003)

Salah satu model ekonometrik yang menjelaskan hubungan antara tingkat

pendidikan dengan tingkat upah adalah Mincer Wage Model. Model tersebut juga

sering digunakan untuk melihat pengaruh perbedaan gender dan lapangan

pekerjaan dalam penentuan upah. Belzil (2006) melakukan penelitian untuk

melihat pengaruh tingkat pendidikan (schooling) dan pengalaman kerja

(experience) terhadap penentuan upah dengan menggunakan Mincer Wage Model.

log wit = i + 1Sit + 2Pkit + it , i = 1,2,….,n t = 1,2,….,T ……… (2.5)

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

17 

dimana w adalah tingkat upah, S adalah tingkat pendidikan dan Pk adalah

pengalaman kerja. Dengan model tersebut, Benzil menyimpulkan bahwa terjadi

perbedaan upah akibat perbedaan level pekerjaan dan tingkat pendidikan.

2.1.8 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Kenaikan harga-harga yang terjadi dari satu periode ke periode lainnya

tidak berlaku secara seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku atas

kebanyakan komoditas, tetapi kenaikannya berbeda antar komoditas. Ada yang

persentase kenaikannya tinggi ada pula yang rendah bahkan pada beberapa

komoditas tidak mengalami kenaikan sama sekali. Berlakunya tingkat perubahan

harga yang berbeda tersebut menyebabkan perlunya indeks harga dibentuk untuk

menggambarkan tingkat perubahan harga yang berlaku dalam suatu wilayah dan

pada periode tertentu.

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi

yang populer digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga dan juga

tingkat inflasi.

2.1.9 Studi Empiris Berkaitan dengan Pertumbuhan Ekonomi, Upah dan Pengangguran

A. Okun dalam Dornbusch (1991)

Penelitian Okun (1980) di Amerika Serikat yang berdasarkan anggapan

bahwa dari waktu ke waktu angkatan kerja mengalami pertumbuhan sehingga

pengangguran akan naik kecuali jika output riil maupun kesempatan kerja

mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dalam bentuk pertumbuhan, Okun

membuktikan bahwa tingkat pengangguran akan turun sebesar 0,4 persen setiap

laju pertumbuhan PDB riil sebesar 1 persen per tahun. Hukum Okun ini

merupakan hasil dari penelitian empiris sehingga hukum tersebut bukan

merupakan hukum yang tetap, karena angka estimasi atas hubungan antara trend

laju pertumbuhan output dan tingkat pengangguran akan berubah dari waktu ke

waktu.

B. Lars Calmfors dan Bertil Holmlund (2000)

Calmfors dan Holmlund dalam papernya yang berjudul “Unemployment

and Economic Growth: a partial survey”, menyatakan bahwa pengaruh

pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran tergantung dari

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

18 

karakteristik dari proses pertumbuhan ekonomi (character of the growth process).

Pertumbuhan ekonomi yang lebih banyak disebabkan oleh pertumbuhan investasi

akan mampu mengurangi tingkat pengangguran.

C. Asep Suryahadi (2001)

Suryahadi (2001) yang tergabung dalam lembaga penelitian SMERU

Research Institute melakukan penelitian tentang pengaruh kebijakan penetapan

upah minimum terhadap tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja. Penelitian

tersebut menggunakan data panel sakernas periode 1988-2000. Beberapa variabel

yang digunakan dalam penelitian itu adalah tingkat upah riil, jumlah penyerapan

tenaga kerja, PDRB, jumlah angkatan kerja dan tingkat upah minimum.

Dengan menggunakan persamaan simultan terhadap data panel

ketenagakerjaan tersebut diperoleh temuan bahwa penetapan upah minimum yang

tidak mempertimbangkan mekanisme pasar akan mengakibatkan berkurangnya

penyerapan tenaga kerja. Sedangkan di satu sisi penetapan upah minimum akan

menaikkan upah pekerja terutama upah pekerja sektor formal. Berikut salah satu

model yang digunakan dalam penelitian tersebut.

logwageit = 1i + 11logMinwageit + 12logPop15^it + 13logPDRBit + 1it …….(2.6)

logempit = 2i + 21logMinwageit + 22logPop15^it + 23logPDRBit + 2it .....… (2.7)

dimana wage adalah rata-rata upah riil, Minwage adalah upah minimum provinsi

(UMP), Pop15^ adalah jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas, dan PDRB

adalah Produk Domestik Regional Bruto.

D. Gavin Wallis (2002)

Wallis (2002) dalam penelitiannya yang berjudul ”The Effects of Skill

Shortage on Unemployment and Real Wage Growth”, menggunakan persamaan

simultan untuk mengukur pengaruh skill pekerja terhadap upah dan pengangguran

di Inggris dengan menggunakan data triwulanan (periode 1976Q1-2002Q1).

Selain menggunakan variabel eksogen skill pekerja, Wallis juga menggunakan

beberapa variabel eksogen lain yaitu pertumbuhan ekonomi, Pembentukan Modal

Tetap Domestik Bruto (PMTDB), ratio stock terhadap PDRB, tingkat bunga dan

variabel lag upah dan pengangguran. Hasil estimasi persamaan struktural

mengindikasikan bahwa skill pekerja dan pertumbuhan ekonomi mempunyai

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

19 

hubungan yang positif terhadap tingkat upah, sedangkan pertumbuhan ekonomi

mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengangguran.

E. Robert E. Hall (2005)

Hall (2005) dalam penelitian yang berjudul “The Limited of

Unemployment Influence on the Wage Bargain” mengemukakan akan adanya

hubungan simultan antara upah dan pengangguran. Hall sependapat tentang

analisis Kurva Phillips yang menerangkan hubungan antara tingkat upah dan

pengangguran. Namun ia memberikan batasan bahwa penjelasan Kurva Phillips

tentang hubungan antara upah dan pengangguran tidak akan sepenuhnya berlaku

bila perekonomian dalam kondisi depresi dan resesi. Dari hasil penelitiannya

pengaruh tingkat pengangguran dalam mempengaruhi upah hanya terbatas

(limited) karena upah lebih banyak dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja.

Sementara itu tingkat pengangguran lebih banyak dipengaruhi oleh variabel

makroekonomi pengeluaran pemerintah (government purchase).

F. Depnakertrans (2004)

Depnakertrans (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi) dan BPS

(Badan Pusat Statistik) pada tahun 2004 mengeluarkan Rencana Tenaga Kerja

Nasional (RTKN) 2004-2009 yang berisi perkiraan kondisi ketenagakerjaan pada

periode mendatang. Dalam RTKN tersebut dibuat suatu model proyeksi yang

digunakan untuk estimasi penyerapan tenaga kerja sektoral dengan menggunakan

variabel-variabel ekonomi dan demografi seperti pertumbuhan ekonomi, investasi,

jumlah angkatan kerja dan lag dari penyerapan tenaga kerja.

G. Daniel Suryadarma (2007)

Suryadarma (2007) melakukan penelitian yang berjudul ”Reducing

Unemployment in Indonesia: Result from a Growth-Employment Elasticity

Model”. Penelitian tersebut berusaha menjelaskan pengaruh pertumbuhan

ekonomi sektoral pada daerah desa dan kota dalam mengurangi tingkat

pengangguran di Indonesia dengan menggunakan model elastisitas pertumbuhan

ekonomi terhadap tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan untuk mengurangi

tingkat pengangguran di wilayah perkotaan dan pedesaan memerlukan strategi

yang berbeda, dimana untuk daerah pedesaan cara terbaik adalah dengan

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

20 

meningkatkan pertumbuhan disektor pertanian dan infrastruktur jalan raya yang

dapat menyerap banyak tenaga kerja.

H. Hermanto Siregar (2007)

Penelitian yang dilakukan Siregar, et al (2006) dengan judul “Paradoks

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran : Identifikasi, Implikasi dan Solusi“.

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui berabagai peristiwa penting

dalam perekonomian Indonesia yang menunjukan gejala paradoks antara

pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Model Structural Vector Auto

Reggression (SVAR) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab

kemunculan paradoks tersebut serta menelaah dampak sumber-sumber guncangan

perekonomian terhadap variabel utama makroekonomi.

I. Olivier Blanchard (2006)

Hasil studi literatur secara umum menjelaskan tentang berbagai penyebab

dari tingginya tingkat pengangguran. Blanchard menyatakan bahwa tingginya

tingkat pengangguran merupakan akibat dari berbagai faktor seperti shock

kenaikan harga minyak yang menurunkan pertumbuhan produktivitas, peran dari

akumulasi capital dan adanya peran insider terhadap para outsider. Selain itu,

institusi pasar tenaga kerja dari proteksi menuju asuransi turut andil dalam

meningkatkan persistensi pengangguran.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Pasar Tenaga Kerja

Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan untuk membahas pasar

tenaga kerja, yaitu pendekatan neoklasik dan pendekatan Keynesian. Kedua

pendekatan ini membahas keterkaitan antara tingkat upah dan pengangguran di

pasar tenaga kerja. Pendekatan mikroekonomi neoklasik yang paling sederhana

untuk pasar tenaga kerja didasarkan pada dua prinsip yaitu : prinsip pertama

terkait dengan kurva permintaan tenaga kerja dan prinsip kedua terkait dengan

penawaran tenaga kerja.

A. Permintaan Tenaga Kerja

Perusahaan atau pengusaha akan menambah pekerja baru apabila pekerja

baru tersebut dianggap mampu menghasilkan lebih banyak penerimaan dari pada

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

pengeluara

perusahaa

marginal t

Sumber : DGambar 2

Ku

permintaa

tenaga ker

kontribusi

penyerapa

karena up

kerja L2 ,

tenaga ker

Perusahaa

kerja sebe

produk m

(Dornbusc

LD = MPL

dimana LD

tingkat har

B. Penawa

Ka

penawaran

an untuk b

an ketika pe

tenaga kerja

Dornbusch .1 Kurva p

urva dengan

an tenaga ke

rja pada saa

i penyerapa

an tenaga ke

pah riil mele

jumlah ten

rja tambaha

an akan men

esar L0 Pad

marginal

ch, 2004).

L = W/P

D adalah pe

rga

aran Tenaga

aum ekonom

n tenaga ke

biaya upah

erusahaan m

a (Marginal

2004 ermintaan t

n kemiringa

erja yang m

at MPL sam

an tenaga

erja L1 peru

ebihi MPL1

aga kerja te

an terhadap

ncapai keun

da tingkat p

tenaga ke

ermintaan te

a Kerja

m aliran kla

erja atas up

pekerja. T

menambah

l Productivi

tenaga kerja

an yang me

erupakan ku

ma dengan u

kerja tamb

usahaan men

1 . Sementa

ersebut tida

output MP

ntungan ma

penyerapan

erja (MPL

……

enaga kerja,

asik menyata

pah riil. Ole

Tambahan o

satu unit te

ity of Labou

a

enurun pada

urva MPL.

upah riil. K

bahan terha

nggunakan

ara itu pada

ak cukup ka

PL2 melebih

aksimum pa

n tenaga ker

L) akan s

……………

W adalah u

akan, bahw

eh karena i

output yang

enaga kerja

ur).

a Gambar 2

Perusahaan

Kurva MPL

adap outpu

terlalu ban

a tingkat pe

arena kontri

hi biaya upa

ada saat pe

rja yang op

sama den

……………

upah nomin

wa tenaga ke

itu, kenaika

g diperoleh

a disebut pr

2.1 adalah k

n akan meng

memperlih

ut. Pada tin

nyak tenaga

enyerapan te

ibusi penyer

ah riil tamb

enyerapan te

ptimum ters

ngan upah

…………

al, dan P ad

erja mendas

an upah nom

21 

oleh

roduk

kurva

gupah

hatkan

ngkat

kerja

enaga

rapan

bahan.

enaga

sebut,

riil

(2.8)

dalah

arkan

minal

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

22 

tidak akan mengubah penawaran tenaga kerja apabila kenaikan upah tersebut

disertai dengan kenaikan tingkat harga yang sepadan. Orang yang merasa lebih

kaya karena kenaikan upah nominal dan kenaikan tingkat harga yang sama

dikatakan terkena money illusion. Orang yang rasional tidak akan mengalami ilusi

uang, karena mereka hanya mau mengubah penawaran tenaga kerja apabila terjadi

perubahan dalam upah riil. Karena itu, kurva penawaran tenaga kerja menurut

kaum klasik adalah:

LS = W/P …………………………….............. (2.9)

C. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Dalam melakukan analisis pasar tenaga kerja aliran klasik mengasumsikan

bahwa penawaran tenaga kerja akan meningkat sejalan dengan kenaikan upah riil

(W/P). Interaksi antara kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja akan

menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan, yaitu jumlah tenaga kerja yang

ditawarkan (LS ) sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta (LD) pada

tingkat upah tertentu, atau:

LS=LD …………………………………….. (2.10)

Konsep dasar aliran klasik adalah semua harga-harga termasuk harga upah

tenaga kerja memiliki pergerakan yang fleksibel dan semua pelaku ekonomi

bereaksi secara cepat dan rasional terhadap perubahan harga tersebut.

Penyimpangan dari posisi full employment hanya bersifat sementara.

Berdasarkan Gambar 2.2 titik A merupakan titik ekuilibrium dalam

perekonomian dimana penyerapan tenaga kerja berada pada keadaan full

employment. Pada keadaan itu seluruh angkatan kerja dapat terserap dalam

perekonomian dititik D pada Gambar 2.3. Apabila permintaan aggregat turun dari

AD1 ke AD2 oleh sesuatu hal seperti krisis ekonomi yang menyebabkan

memburuknya perekonomian, maka akan terjadi penurunan output sebesar Y1 - Y2.

Penurunan output itu juga menyebabkan perubahan keseimbangan dalam pasar

tenaga kerja yaitu menurunnya permintaan tenaga kerja dari LD1 ke LD2.

Pergeseran kurva permintaan tenaga kerja tersebut menyebabkan dua akibat yaitu

turunnya upah riil dari (W/P)1 ke (W/P)2 dan terjadi pengangguran sebesar L1 - L2.

Menurut pandangan aliran klasik, pengangguran yang terjadi ini hanya bersifat

sementara karena perilaku harga-harga dan upah yang fleksibel dan reaksi spontan

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

dari pelak

menurunn

menurunn

dari AS1 k

Sumber : DGambar 2

Sumber : DGambar 2

Pe

permintaa

kembali.

mencapai

seperti sem

ku ekonomi

nya biaya m

nya biaya pr

ke AS2 sehin

Dornbusch .2 Keseimb

Dornbusch .3 Keseimb

ningkatan

an tenaga k

Hal ini ak

titik D (ful

mula

akan mend

marginal (ma

roduksi ters

ngga tercipta

2004 bangan anta

2004 bangan dala

output aki

kerja, sehing

kan menyeb

ll employme

dorong tingk

arginal cost

sebut akan

a titik kesei

ara kurva AD

am Kurva L

ibat perges

gga kurva

babkan pen

ent) kembal

kat upah tu

t) untuk me

menggeser

mbangan ba

D dan AS d

LD dan LS p

seran kurva

LD2 akan

ngangguran

i bila perm

urun. Turun

nghasilkan

r kurva pen

aru yaitu tit

dalam perek

pasar tenaga

a AS akan

bergeser m

akan berk

intaan tenag

nnya upah b

output. De

awaran agg

tik C.

konomian

a kerja

n meningk

menuju titik

kurang dan

ga kerja kem

23 

berarti

engan

gregat

katkan

k LD1

akan

mbali

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

24 

Menurut ekonom aliran Keynes, asumsi dasar aliran klasik tentang

fleksibilitas sempurna dari harga dan upah serta reaksi spontan dari para pelaku

ekonomi tidak selalu cocok dengan kenyataan. Proses menuju posisi

keseimbangan baru akan memakan waktu yang lama dan tergantung dari besar

kecilnya hambatan yang dihadapi, diantaranya:

(a) kekakuan upah nominal yang selalu terjadi meskipun perekonomian dalam

keadaan depresi dan pengangguran meningkat

(b) kelambatan para pelaku ekonomi dalam merespon situasi ekonomi yang baru

karena kurangnya informasi.

Atas dasar itulah aliran Keynes menyatakan bahwa kegiatan perekonomian

yang dicapai akan selalu lebih rendah dari tingkat full employment (penggunaan

tenaga kerja penuh), sehingga dalam perekonomian akan selalu terjadi masalah

pengangguran (Boediono, 1998).

Proses pergeseran kurva AS dari AS1 ke AS2 menurut aliran Keynes tidak

akan terjadi secara almiah, sehingga pengangguran akan tetap terjadi. Untuk

mengurangi pengangguran yang timbul aliran Keynes menyarankan agar

pemerintah berusaha meningkatkan permintaan aggregat dari AD2 ke AD1 dengan

proporsi tertentu karena kenaikan permintaan aggregat yang terlalu cepat juga

akan menyebabkan inflasi. Peningkatan permintaan aggregat tersebut dapat

dilakukan dengan mengkombinasikan kebijakan fiskal dan moneter secara efektif.

2.2.2 Analisis Kurva Phillips

Kurva Phillips menggambarkan hubungan negatif antara inflasi dengan

tingkat pengangguran. Penamaan tersebut diberikan oleh Samuelson dan Solow

pada tahun 1960, diambil dari nama seorang ahli yang pertama kali menganalisis

hubungan tersebut, yaitu Profesor A.W. Phillips. Dalam artikel yang berjudul

“The Relationship between Unemployment and the Rate of Change of Money

Wage in the United Kingdom, 1861-1957”. Profesor Phillips memperlihatkan

hubungan negatif antara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran di

Inggris. Pada tahun-tahun yang mempunyai tingkat pengangguran rendah

cenderung memiliki inflasi yang tinggi. Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan

sifat umum Kurva Phillips yaitu pada mulanya penurunan sangat curam, tetapi

semakin lama semakin bertambah landai.

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

25 

Δ 1 Δ 0 UE0 UE1 Tingkat Pengangguran (%)

Sumber : Dornbusch 2004 Gambar 2.4 Hubungan antara tingkat upah dan tingkat pengangguran

Kurva Phillips pada Gambar 2.4 menggambarkan sifat keterkaitan antara

upah dan tingkat pengangguran, sebagai berikut:

1. Apabila tingkat pengangguran semakin rendah, tingkat upah semakin cepat

kenaikannya. Rendahnya tingkat pengangguran menunjukkan penurunan

penawaran tenaga kerja. Tenaga kerja mempunyai posisi kuat dalam

bargaining upah karena perusahaan tidak mau kehilangan faktor produksi

yang dimiliki maka balas jasa tenaga kerja akan meningkat.

2. Apabila tingkat pengangguran relatif tinggi, kenaikan upah relatif lambat

berlakunya. Dalam kondisi tingkat pengangguran yang relatif tinggi. Posisi

tenaga kerja lemah karena tingkat penawaran tenaga kerja yang melimpah.

Perusahaan dengan mudah mendapatkan tenaga kerja pengganti apabila

pekerja menuntut kenaikan upah. Namun, pihak perusahaan juga tidak mau

kehilangan tenaga kerja berpengalaman sehingga tidak bisa serta merta

memecat tenaga kerjanya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan

ketenagakerjaan serta studi-studi empiris terdahulu, maka dalam penelitian ini

penulis merumuskan hubungan beberapa variabel ketenagakerjaan sebagai

berikut:

Tingk

at Pe

ruba

han U

pah

(%)

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

26 

2.3.1 Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi dan Ketenagakerjaan terhadap Tingkat Upah Riil

A. Penyerapan tenaga kerja dan tingkat upah riil (hubungan simultan)

Berdasarkan teori pasar tenaga kerja yang menggunakan kurva permintaan

dan penawaran tenaga kerja, maka dapat dirumuskan adanya hubungan simultan

atau dua arah yang saling mempengaruhi antara tingkat upah riil dengan

penyerapan tenaga kerja, sebagai berikut:

1. Penyerapan tenaga kerja mempengaruhi tingkat upah riil. Apabila permintaan

tenaga kerja meningkat yang diindikasikan oleh peningkatan jumlah orang

yang bekerja, maka hal ini akan meningkatkan tingkat upah riil apabila supply

tenaga kerja tidak dapat mengimbangi peningkatan demand tenaga kerja,

begitu pula sebaliknya bila permintaan tenaga kerja menurun hal ini juga akan

menurunkan tingkat upah riil.

2. Tingkat upah riil mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Untuk menentukan

jumlah pekerja yang akan direkrut, tentunya pengusaha akan memperhatikan

upah dan gaji pekerja di pasar tenaga kerja. Apabila kenaikan biaya produksi

yang ditimbulkan oleh kenaikan upah tenaga kerja lebih tinggi dari tambahan

nilai output yang dihasilkan setiap pekerja maka perusahaan akan mengurangi

jumlah pekerjanya.

B. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat upah riil

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan membutuhkan faktor

produksi yang lebih banyak pula. Pekerja sebagai salah satu faktor produksi juga

akan memiliki bargaining possition yang lebih tinggi dari keadaan semula.

Kebutuhan faktor produksi tenaga kerja yang meningkat ini akan membuat

meningkatnya balas jasa faktor produksi tenaga kerja yaitu upah dan gaji.

C. Upah minimum dan tingkat upah riil

Kebijakan menaikkan upah minimum provinsi secara langsung akan

menaikkan upah riil pekerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Akan tetapi bagi pengusaha atau perusahaan kenaikan upah minimum ini akan

menyebabkan kenaikan biaya produksi yang berasal dari kenaikan upah, sehingga

apabila total biaya produksi lebih besar dari pada total penerimaannya maka

pengusaha atau perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan

mempertahankan tenaga kerja yang lebih produktif.

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

27 

D. Tingkat pendidikan pekerja dan tingkat upah riil

Tingkat pendidikan merupakan salah satu variabel yang dapat mengukur

skill pekerja disamping pengalaman kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan

pekerja semakin tinggi pula upah atau gaji yang akan diterima oleh pekerja

tersebut. Namun pengaruh tingkat pendidikan terhadap upah pekerja ini biasanya

hanya akan terjadi pada lapangan kerja sektor formal (Sumarsono, 2003).

2.3.2 Hubungan beberapa variabel makroekonomi dan ketenagakerjaan terhadap penyerapan tenaga kerja

A. Pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memerlukan tenaga kerja

yang lebih banyak sebagai faktor produksi untuk memenuhi permintaan agregat

yang meningkat. Kondisi seperti ini terutama akan terjadi pada struktur

perekonomian yang memiliki corak padat karya (labour intensive). Apabila

struktur perekonomian suatu wilayah adalah padat modal (capital intensive), maka

pertumbuhan ekonomi hanya akan meningkatkan kebutuhan modal dan tidak akan

menyerap banyak tenaga kerja.

B. Investasi fisik (PMTDB) dan penyerapan tenaga kerja

Menurut Kirnadi (2005) diantara komponen pertumbuhan ekonomi,

investasi fisik yang memiliki pengaruh langsung terhadap daya serap tenaga kerja.

Pertumbuhan pada komponen PDB non investasi yang tinggi seperti konsumsi

rumah tangga belum bisa dijadikan indikator meningkatnya penyerapan tenaga

kerja karena meskipun permintaan akan barang dan jasa meningkat tetapi tanpa

dana investasi yang memadai, perusahaan tidak akan mampu menambah tenaga

kerja dan meningkatkan outputnya.

C. Perubahan harga dan penyerapan tenaga kerja

Pengaruh kenaikan harga bisa berakibat baik dan buruk bagi

perekonomian. Kenaikan harga yang tinggi dan tidak terkendali akan membuat

perekonomian lesu dan tidak berkembang. Namun kenaikan harga yang wajar

akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan outputnya, dengan asumsi

kenaikan harga barang-barang output lebih besar dari kenaikan harga barang-

barang input. Keinginan untuk meningkatkan produksi tersebut tentunya harus

ditunjang oleh kenaikan jumlah tenaga kerja, sehingga kenaikan harga yang

terkendali akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

28 

2.3.3 Kerangka Penelitian

Berikut skema kerangka penelitian analisis yang dibangun untuk

menemukan jawaban atas permasalahan dan tujuan penelitian ini.

Gambar 2.5 Kerangka penelitian

Definisi variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling

sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.

2. IHK merupakan salah satu indikator ekonomi untuk megukur tingkat

perubahan harga barang-barang secara umum.

3. Inflasi adalah perubahan indeks harga konsumen (IHK) antara suatu periode

dengan periode sebelumnya, periode dalam penelitian ini adalah tahunan.

4. Mencari Pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat

survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka yang belum

pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan, mereka yang

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

29 

sudah pernah bekerja tetapi karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan

sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

5. PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB nominal) menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada

setiap tahun. PDRB ini dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur

ekonomi.

6. PDRB atas dasar harga konstan (PDRB riil) menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu

waktu tertentu sebagai tahun dasar.

7. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah semua barang modal baru

yang digunakan /dipakai sebagai alat untuk berproduksi. Pembentukan Modal

Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah nilai neto dari investasi yang

besarnya didapatkan dari nilai investasi bruto (PMTB) dikurangi dengan stok.

PMTDB mencakup pengadaan, pembuatan dan pembelian barangbarang

modal baru ataupun bekas dari luar negeri.

8. Pengangguran adalah mereka yang tidak bekerja dan sedang mencari

pekerjaan, mereka yang sedang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak

mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan

mereka yang sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

9. Sektor formal menurut konsep BPS adalah: (a) berstatus berusaha sendiri

tanpa bantuan orang lain atau berusaha dibantu buruh dibayar dan memiliki

jabatan profesonal, teknisi, kepemimpinan dan manajer, (b) berstatus berusaha

dengan buruh tetap (kecuali petani), dan (c) berstatus buruh/karyawan (tidak

termasuk pekerja lepas) di luar lapangan usaha pertanian. Diluar kategori

tersebut dimasukkan ke dalam sektor informal.

10. Tingkat Pendidikan sebagai salah satu indikator skill (ketrampilan) pekerja

yang digunakam mengukur kualitas pekerja tiap provinsi.

11. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh

yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,

atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

30 

dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.

12. Upah Nominal adalah upah yang diterima buruh secara nominal.

13. Upah Riil adalah upah yang diterima pekerja yang telah diperhitungkan

dengan daya beli dari upah nominal yang diterima. Upah Riil dihitung dengan

membagi nilai dari upah nominal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

14. Upah Minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku di suatu

provinsi.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan simultan antara tingkat upah riil dan penyerapan tenaga

kerja

2. Terdapat pengaruh positif pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat upah riil

dan penyerapan tenaga kerja

3. Terdapat pengaruh positif peningkatan upah minimum dan tingkat pendidikan

terhadap tingkat upah riil

4. Terdapat pengaruh positif investasi fisik dan kenaikan harga terhadap

penyerapan tenaga kerja

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam

bentuk panel periode tahun 1998-2007 dengan jumlah unit yang diteliti sebanyak

26 provinsi di Indonesia. Data yang diperoleh dari publiksai Badan Pusat Statistik

(BPS) terdiri atas:

• Data rata-rata upah/gaji bersih pekerja/karyawan selama sebulan menurut

provinsi, Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Indeks Harga Konsumen

(IHK) dari tahun 1998-2007

• Data PDRB dan PMTDB tiap provinsi diperoleh dari publikasi Produk

Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia menurut penggunaan dari

tahun 1998-2007

• Data jumlah tenaga kerja tiap provinsi berdasarkan pendidikan dari tahun

1998- 2007

Prosedur yang dipakai dalam pengumpulan data didasarkan pada

pencarian, pemilihan, pencatatan dan perhitungan sesuai dengan kategori data

yang diperlukan. Beberapa variabel tersedia dan langsung dapat digunakan untuk

pengolahan, sebagian lainnya perlu dilakukan perhitungn lebih lanjut. Semua data

yang digunakan terlebih dahulu diubah dalam nemtuk riil.

Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan menggunakan paket

program statistik, seperti: Microsoft Excel 2007, dan Eviews 6.0.

3.2 Metode Analisis Data

3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau

mendeskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami,

dengan menggunakan bantuan grafik yang berhubungan dengan penelitian.

Analisis deskriptif yang disajikan dalam penelitian ini merupakan gambaran

umum keadaan perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia dengan

menggunakan data pertumbuhan ekonomi, tingkat upah jumlah tenaga kerja

periode 1998-2007.

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

32 

3.2.2 Analisis Persamaan Simultan

A. Pengertian Persamaan Simultan

Dalam regresi linear klasik, biasanya suatu variabel dependen Y

dipengaruhi oleh satu atau beberapa variabel independen X, namun dalam bidang

ekonomi sering terjadi interdependensi, dimana bukan hanya X yang

mempengaruhi Y, bahkan Y juga bisa mempengaruhi X, sehingga terjadi suatu

hubungan dua arah. Dalam keadaan dimana terdapat beberapa variabel yang

saling pengaruh mempengaruhi inilah digunakan model persamaan simultan

(Simultaneous Equation Model).

Menurut Chow (1983), model persamaan simultan baik digunakan karena

paling tidak, ada dua alasan yaitu :

1. sistem persamaan simultan merupakan suatu model yang cocok untuk banyak

aplikasi ekonomi.

2. sistem persamaan simultan merumuskan suatu model stokastik yang cocok

untuk menguji teori ekonomi serta menguji hubungan ekonomi tersebut

dengan uji statistik.

Model persamaan simultan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih

baik tentang dunia nyata dibandingkan dengan model persamaan tunggal, hal ini

karena variabel-variabel antara satu persamaan dengan persamaan lainnya dapat

berinteraksi satu sama lain. Sebuah model ekonomi biasanya mengandung

beberapa hubungan yang bersifat saling mempengaruhi yang digambarkan dalam

sebuah sistem persamaan. Model persamaan simultan ini dapat menjelaskan

permasalahan ekonomi yang begitu komplek, dimana ada beberapa variabel dalam

suatu persamaan mempunyai keterkaitan dengan variabel yang sama, yang

terdapat di dalam persamaan lainnya. Dalam persamaan simultan dikenal dengan

istilah variabel endogen dan eksogen, variabel endogen adalah variabel yang

nilainya ditentukan didalam sistem persamaan, sedangkan variabel eksogen adalah

variabel yang nilainya ditentukan diluar persamaan model. Oleh karena itu dalam

model persamaan simultan tidak mudah menentukan dan membedakan antara

variabel bebas (eksogen) dengan variabel tak bebas (endogen).

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat upah dan

penyerapan tenaga kerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka perlu

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

33 

disusun suatu model yang tepat. Untuk itu pendekatan yang paling tepat adalah

dengan pendekatan model persamaan simultan. Model ini dicirikan dengan

adanya saling keterkaitan antara variabel- variabel ekonomi sehingga dalam

model akan dijumpai lebih dari satu persamaan.

Berdasarkan penelitian dan studi empiris terdahulu diduga terdapat

hubungan simultan antara variabel tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja.

Selain itu variabel tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja diduga juga

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi regional. Berikut model persamaan

simultan yang digunakan dalam penelitian ini :

logUPit = 10i + 11logEMPit + 12logPDRBit + 13logUMPit

+ 14logEDUCit + 1it ……………………………….. (3.1)

logEMPit = 20i + 21logUPit + 22logPDRBit + 23logPMTDBit

+ 24logIHKit + 2it ……………………………………... (3.2)

dimana;

UP = rata-rata upah riil pekerja setiap bulan (rupiah)

EMP = jumlah orang yang bekerja (jiwa)

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan dalam

(juta rupiah)

PMTDB = Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto atas dasar harga

konstan (juta rupiah)

UMP = Upah Minimum Provinsi riil (rupiah)

EDUC = Rata-rata lama sekolah pekerja

IHK = Indeks Harga Konsumen

i = provinsi ke i

t = tahun ke t

ε1 ,ε2 = residual

Dari persamaan (3.1) upah riil sebagai variabel dependen sedangkan

penyerapan tenaga kerja sebagai variabel independen. Tetapi pada persamaan

(3.2) keadaan berbalik, dimana upah riil sebagai variabel independen, dan

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

34 

penyerapan tenaga kerja sebagai variabel dependen. Dalam persamaan simultan,

kita tidak lagi menggunakan istilah variabel dependen dan independen, melainkan

variabel endogen dan eksogen.

B. Identifikasi Persamaan Simultan

Pada persamaan simultan kita akan berhadapan dengan suatu model

dimana terdapat saling keterkaitan antar variabel yang ada dalam model.

Diharapkan melalui penyelesaian suatu persamaan yang ada dalam model itu, kita

dapat menemukan koefisien-koefisien persamaan simultan. Tetapi penyelesaian

persamaan dalam sistem persamaan itu tergantung dari identifikasi.

Ada dua persamaan dalam model simultan, yaitu persamaan struktural dan

reduced form. Persamaan struktural yaitu persamaan asli yang menggambarkan

perilaku hubungan antar variabel dalam persamaan. Sedangkan persamaan

reduced form merupakan suatu persamaan yang diperoleh dari persamaan-

persamaan struktural yang telah dikaitkan. Dengan menyelesaikan persamaan

reduced form, kita dapat menghitung koefisien-koefisien dalam persamaan

struktural. Oleh karena itu, penaksiran terhadap persamaan struktural akan

tergantung dari hasil penaksiran pada persamaan reduced form. Dengan demikian

perlu dilakukan identifikasi model terlebih dahulu sebelum memilih metode untuk

menduga parameter pada setiap persamaan dalam model tersebut. Gujarati (2003)

mengemukakan bahwa untuk dapat diduga parameternya, suatu model persamaan

simultan harus teridentifikasi.

Indentifikasi model ditentukan atas dasar “order condition” sebagai syarat

keharusan dan “rank condition” sebagai syarat kecukupan. Menurut Gujarati

(2003), suatu model persamaan simultan, akan dinyatakan teridentifikasi

(identified) apabila jumlah variabel eksogen dalam model (seluruh persamaan

struktural) dikurangi jumlah variabel eksogen dalam persamaan struktural nilainya

harus lebih besar atau sama dengan jumlah variabel endogen yang ada dalam

persamaan struktural dikurangi satu (K − k ≥ m −1 ), dimana, m adalah jumlah

variabel endogen dalam suatu persamaan struktural, K adalah jumlah variabel

eksogen dalam model, dan k adalah jumlah variabel eksogen dalam suatu

persamaan struktural. Apabila nilai dari (K − k = m −1), maka persamaan

struktural itu disebut tepat teridentifkasi (just identified). Tetapi jika nilai

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

35 

(K − k > m −1), maka persamaan struktural itu dinyatakan teridentifikasi secara

berlebih (overidentified). Apabila nilai (K − k < m −1), maka persamaan itu

dinyatakan tidak teridentifikasi (unidentified) yang tidak dapat diselesaikan

dengan model persamaan simultan.

C. Pengujian Variabel Endogen

Penentuan variabel eksogen dan endogen pada persamaan simultan dapat

dilakukan oleh peneliti dengan priori information (didasarkan oleh teori dan

penelitian empiris). Selain itu pengujian variabel yang dianggap endogen atau

eksogen juga dapat dilakukan dengan test statistik. Gujarati (2003) memberikan

prosedur pengujian endogenitas dengan test statistik. Prosedur itu diawali dengan

mengestimasi variabel yang dianggap endogen oleh peneliti melalui persamaan

reduce form-nya. Kemudian hasil estimasi variabel endogen tersebut diregresikan

bersama-sama dengan variabel bebas yang lain pada persamaan struktural.

Apabila variabel endogen hasil estimasi tersebut signifikan secara statistik, maka

variabel yang diduga endogen tersebut secara statistik terbukti mempunyai sifat

endogen. Tetapi apabila variabel tersebut tidak signifikan maka variabel tersebut

adalah variabel eksogen.

Prosedur pengujian variabel endogen upah

1. Mengestimasi variabel dependen upah dalam persamaan reduced form dengan

regresi data panel. Model regresi data panel yang dipakai adalah model fixed

effects karena menurut Greene (2005) apabila data yang digunakan bukan

merupakan random sample dari suatu populasi maka lebih baik menggunakan

model regresi panel fixed effects dibandingkan dengan random effects.

log UPFit = 10i + 11log PDRBit + 12log PMTDBit + 13log UMPit

+ 14log EDUCit + 15log IHKit ……………... (3.3)

2. Meregresikan variabel upah hasil estimasi dari persamaan reduced form, ke

dalam persamaan struktural penyerapan tenaga kerja.

log EMPit = 10i + 11log UPit + 12log PDRBit + 13log PMTDBit

+ 14log IHKit + 15log UPFit + 1it ……………. (3.4)

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

36 

3. Menghitung t-statistic koefisien 15 , dan sekaligus menghitung p-value-nya.

Apabila koefisien 15 signifikan secara statistik maka variabel upah terbukti

memiliki sifat endogen. Apabila koefisien 15 tidak sifnifikan secara statistik

maka variabel upah memiliki sifat eksogen.

Prosedur pengujian variabel endogen penyerapan tenaga kerja

1. Mengestimasi variabel dependen penyerapan tenaga kerja dalam persamaan

reduced form dengan regresi data panel fixed effects.

log EMPFit = 20i + 21log PDRBit + 22log PMTDBit + 23log UMPit

+ 24log EDUCit + 25log IHKit ……………………. (3.5)

2. Meregresikan variabel penyerapan tenaga kerja hasil estimasi dari persamaan

reduced form, ke dalam persamaan struktural upah.

log UPit = 20i + 21log EMPit + 22log PDRBit + 23log UMPit

+ 24log EDUCit + 25log EMPFit + 2it ….......... (3.6)

3. Menghitung t-statistic koefisien 25 , dan sekaligus menghitung p-value-nya.

Apabila koefisien 25 signifikan secara statistik maka variabel penyerapan

tenaga kerja terbukti memiliki sifat endogen. Apabila tidak signifikan secara

statistik maka variabel penyerapan tenaga kerja memiliki sifat eksogen.

D. Uji Simultanitas Hausman

Tujuan uji simultanitas adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa

suatu sistem persamaan benar-benar terdapat hubungan simultan antar persamaan

strukturalnya. Untuk itu dalam studi ini dilakukan uji simultanitas Hausman

dengan mengasumsikan bahwa persamaan (3.1) memiliki hubungan simultan

dengan persamaan (3.2), dan sebaliknya. Langkah uji simultan dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Untuk menguji upah memiliki pengaruh simultan terhadap penyerapan

tenaga kerja, perlu dilakukan langkah-langkah uji simultanitas yaitu:

1. Variabel upah hasil estimasi dan residual yang diperoleh dari persamaan (3.3)

digunakan untuk mensubstitusi variabel upah dalam persamaan struktural

penyerapan tenaga kerja.

Page 59: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

37 

1it = log UPit log UPFit ………………………………. (3.7)

log EMPit = 10 + 11log UPFit + 12log PDRBit + 13log PMTDBit

+ 14log IHKit + 15 1it + 1it ………………………. (3.8)

2. Menghitung t-statistic koefisien 15 , dan sekaligus menghitung p-value-nya.

Apabila koefisien 15 signifikan secara statistik maka upah memiliki pengaruh

simultan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dan sebaliknya untuk menguji penyerapan tenaga kerja memiliki pengaruh

simultan terhadap upah, perlu dilakukan langkah-langkah uji simultanitas yaitu: 1. Variabel penyerapan tenaga kerja hasil estimasi, dan residual yang diperoleh

dari persamaan reduced form digunakan untuk mensubstitusi log emp dalam

persamaan struktural upah

2it = log EMPit log EMPFit ……………………………………… (3.9)

log UPit = 20 + 21log EMPFit + 22log PDRBit + 23log UMPit

+ 24log EDUCIt + 25 2it + 2it ………………….. (3.10)

2. Menghitung t-statistic koefisien 25 , dan sekaligus menghitung p-value-nya.

Apabila koefisien 25 signifikan secara statistik maka penyerapan tenaga kerja

memiliki pengaruh simultan terhadap upah.

E. Estimasi Persamaan Simultan

Hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan estimasi

terhadap model persamaan simultan, adalah melakukan pengujian simultanitas.

Jika memiliki sifat simultan, maka satu atau lebih variabel penjelas akan menjadi

peubah endogen dan oleh karenanya akan berkorelasi dengan residualnya. Hal ini

tidak sesuai lagi dengan asumsi Gaus Markov pada metode OLS tentang

independensi antara variabel bebas dengan residualnya. Jika tidak ada simultanitas

maka metode OLS akan menghasilkan nilai penduga parameter yang konsisten

dan efisien. Sedangkan pendugaan parameter dengan metode instrument variable

(misalnya 2SLS) akan konsisten tetapi tidak efisien. Sebaliknya jika ada

hubungan simultan maka metode OLS akan tidak konsisten. Sedangkan metode

instrument variable akan menghasilkan penduga yang konsisten dan efisien

(Gujarati, 2003).

Page 60: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

38 

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menduga parameter

persamaan simultan yaitu metode ILS (Indirect Least Square), 2SLS

(Two Stage Least Square), LIML (Limited Information Maximum Likelihood) dan

3SLS (Three Stage Least Square). Apabila suatu persamaan dalam model

simultan ada yang overidentified, maka metode ILS (Indirect Least Square) tidak

dapat digunakan untuk menduga koefisien strukturalnya. Oleh karena itu, untuk

menduga suatu persamaan yang overidentified dapat dilakukan dengan 2SLS

(Two Stage Least Squares), 3SLS (Three Stage Least Squares), LIML

(Limited Information Maximum Likelihood) atau FIML (Full Information

Maximum Likehood).

Dalam penelitian ini metode pendugaan model yang digunakan adalah

2SLS, dengan beberapa pertimbangan, yaitu penerapan 2SLS menghasilkan

taksiran yang konsisten, lebih sederhana dan lebih mudah, sedangkan metode

3SLS dan FIML menggunakan informsi yang lebih banyak dan lebih sensitif

terhadap kesalahan pengukuran maupun kesalahan spesifikasi model

(Gujarati, 1999). Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara

bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen, maka

pada setiap persamaan digunakan uji statistik F, dan untuk menguji apakah

masing-masing variabel penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel

endogen, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik t.

3.2.3 Analisis Regresi Data Panel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif

dengan menggunakan metode ekonometrika melalui analisis regresi data panel.

Data panel (atau longitudinal data) adalah data yang memiliki dimensi ruang

(individu) dan waktu. Dalam data panel, data cross section yang sama diobservasi

menurut waktu. Jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time

series yang sama, maka disebut sebagai balanced panel. Sebaliknya jika jumlah

observasi berbeda untuk setiap unit cross section maka disebut unbalanced panel.

Penggabungan data cross section dan time series dalam studi data panel

digunakan untuk mengatasi kelemahan dan menjawab pertanyaan yang tidak

dapat dijawab oleh model cross section dan time series murni.

Page 61: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

39 

Verbeek (2001) menjelaskan bahwa penggunaan model data panel akan

didapat dua keunggulan utama bila dibandingkan dengan model cross section dan

time series murni. Pertama, dengan mengkombinasikan data time series dan cross

section dalam data panel membuat jumlah observasi menjadi lebih besar. Dengan

menggunakan model data panel marginal effect dari peubah penjelas dilihat dari

dua dimensi (individu dan waktu) sehingga paramater yang diestimasi akan lebih

akurat dibandingkan dengan model lain. Menurut Hsiao (2003), jumlah data

dalam data panel meningkatkan jumlah derajat bebas (degree of freedom) dan

mengurangi kolinieritas di antara variabel penjelas, yang dalam hal ini

meningkatkan efisiensi dari penduga ekonometrik.

Kedua, penggunaan model data panel adalah dapat mengurangi masalah

identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek

yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau data

time series saja. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Dengan

metode ini estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan unsur

heterogenitas individu. Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of

adjustment. Hal ini berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama

secara berulang, sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan

dinamis.

Secara umum keunggulan dari penggunaan data panel dalam analisis

ekonometrik antara lain:

1. mampu mengontrol heterogenitas individu

2. memberikan informasi yang lebih banyak dan beragam, meminimalkan

masalah kolinieritas (collinearity), meningkatkatkan jumlah derajat

bebas dan lebih efisien

3. data panel umumnya lebih baik bila digunakan dalam studi dynamics

of adjustment

4. data panel lebih baik dalam mengukur dan mengidentifikasi dan

mengukur efek yang tidak dapat dideteksi apabila menggunakan data

cross section atau time series murni.

Page 62: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

40 

5. data panel dapat digunakan untuk mengkonstruksi dan menguji model

perilaku yang lebih kompleks dibandingkan data cross section atau

time series murni.

Walaupun demikian, analisis data panel juga memiliki beberapa

kelemahan dan keterbatasan dalam penggunaannya khususnya apabila data panel

dikumpulkan atau diperoleh dengan metode survei. Permasalahan tersebut antara

lain:

1. relatif besarnya data panel karena melibatkan komponen cross section

dan time series yang dapat menimbulkan masalah disain survei panel,

pengumpulan dan manajemen data (masalah yang umumnya dihadapi

di antaranya: coverage, nonresponse, kemampuan daya ingat

responden, frekuensi, dan waktu wawancara

2. distorsi kesalahan pengamatan (measurement error) yang umumnya

terjadi karena kegagalan respon (contoh: pertanyaan yang tidak jelas,

ketidaktepatan informasi, dan lain-lain)

3. masalah selektivitas, yakni: self selectivity, nonresponse, attrition

(jumlah responden yang terus berkurang pada survey lanjutan)

4. Cross section dependence (contoh: apabila macro panel data dengan

unit analisis negara atau wilayah dengan deret waktu yang panjang

mengabaikan cross-country dependence maka dapat mengakibatkan

kesimpulan-kesimpulan yang tidak tepat (miss leading inference).

Terdapat dua pendekatan yang umum diaplikasikan pada data panel, yaitu

Fixed Effects Model (FEM) dan Random effects Model (REM). Keduanya

dibedakan berdasarkan pada asumsi ada atau tidaknya korelasi antara komponen

error dengan peubah bebas (regresor).

Misalkan:

yit = αi + Xit β + εit ...................................................................................................................................... (3.11)

Pada one way error components model, komponen error dispesifikasikan dalam

bentuk:

εit = λi + uit ................................................................................................... (3.12)

Page 63: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

Untuk two

bentuk:

iit += λε

Pa

yang mer

waktu (µt

terletak pa

A. Fixed

FE

korelasi d

membuat

intersep, y

Untuk one

Untuk two

Pend

1) Pendek

Pa

seluruh da

jumlah un

diregresik

yit = αi + X

dimana α

perhitunga

dimana

o way erro

itt u+µ .....

ada pendeka

rupakan efe

) ke dalam

ada ada atau

Effect Mod

EM muncul

dengan Xit

komponen

yaitu:

e way komp

o way error

duga pada F

katan Pooled

ada prinsipn

ata (pooled)

nit cross sec

kan dengan m

Xit β + uit ..

αi bersifat

an adalah:

...........

or compone

...................

atan one way

ek dari indi

m kompone

u tidaknya k

del (FEM)

ketika ant

atau memi

error dari e

ponen error

component

FEM dapat d

d Least Squ

nya, pende

), sehingga t

ction dan T m

model:

...................

konstan un

...................

...

ents model,

...................

y, error term

ividu (λi).

n error. Ja

korelasi anta

tara efek in

iliki pola y

efek individ

: yit = αi + λ

t: yit = αi +

dihitung de

are (PLS)

ekatan ini

terdapat N

menunjukk

...................

ntuk semu

...................

...................

dan

, komponen

...................

m hanya me

Pada two

adi perbeda

ara λi dan µt

ndividu dan

yang sifatny

du dan waktu

λi + Xit β +

λi + µt+ Xit

ngan bebera

adalah me

x T observa

an jumlah s

...................

ua observas

...................

...................

n error disp

...................

emasukkan

way dimasu

aan antara

t dengan Xit.

n peubah pe

ya tidak ac

u dapat men

uit

β + uit

apa teknik s

enggunakan

asi, dimana

series yang

...................

si, atau αi

...................

...................

pesifikasi d

.............. (

komponen

ukkan efek

FEM dan

.

enjelas mem

cak. Asum

njadi bagian

sebagai beri

gabungan

N menunju

digunakan,

.............. (

= α. For

.............. (

.............. (

41 

dalam

(3.13)

error

k dari

REM

miliki

si ini

n dari

ikut:

n dari

ukkan

yang

(3.14)

rmula

(3.15)

(3.16)

Page 64: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

42 

dan

mem

Hal

regre

obser

obser

2). P

yang

dima

Dengan

data time

mberikan has

Pendeka

ini ditunjuk

esi dari mas

Sumbe GambaParamete

rvasi yang

rvasi yang s

endekatan W

Pendeka

g digunakan

ana:

mengkomb

series, dap

sil estimasi

atan ini mem

kkan dari a

ing-masing

er : Baltagi, ar 3.1 Estimer yang bia

berbeda pa

sama pada p

Within Grou

atan ini digu

n adalah den

.................

................

binasikan ata

pat mening

yang lebih

.............

miliki kelem

arah kemiri

g individu (G

2005 masi denganas ini diseba

ada periode

periode yan

up (WG)

unakan untu

ngan mengg

...................

...................

au mengum

gkatkan der

efisien, seh

...................

mahan yaitu

ingan PLS

Gambar 3.1

n pendekataabkan karen

yang sama

ng berbeda.

uk mengatas

gunakan da

...................

...................

mpulkan sem

rajat kebeb

hingga:

...................

u dugaan pa

yang tidak

).

an pooled lena PLS tida

a, atau tida

si masalah b

ata deviasi d

...................

...................

Slop yang bia

mua data cro

basan sehin

...................

arameter β

k sejajar den

east square ak dapat me

ak dapat me

bias pada PL

dari rata-rat

...................

...................

as ketika fixed e

oss section

ngga dapat

..... (3.17)

akan bias.

ngan garis

embedakan

embedakan

LS. Teknik

ta individu

..... (3.11)

..... (3.12)

effect diabaikann

Page 65: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

Dalam hal

dan

Jika yit = α

atau

sehingga,

Be

WG tidak

bekerja da

S G

l ini

αi + xit β + u

......

erdasarkan p

memiliki i

apat dilihat p

Sumber : BaGambar 3.2

uit , maka di

...................

.............

persamaan

intersep. Un

pada Gamb

altagi, 2005 Estimasi d

iperoleh:

...................

...................

tersebut ter

ntuk mengi

bar 3.2.

5 engan Pend

..........

...................

...................

rlihat bahw

ilustrasikan

dekatan With

...................

...................

...................

wa FEM den

n bagaimana

hin Group

.............. (

.............. (

.............. (

ngan pende

a pendekata

43 

(3.13)

(3.14)

(3.15)

ekatan

an ini

Page 66: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

44 

bias,

(βPLS

Untu

perta

=xxS

=wxxS

=bxxS

sehin

xxS

diket

sehin

Dari

var(β

Kelebiha

tetapi kele

S) sehingga

uk melihat h

ama, didefin

∑∑==

=T

ti

N

i

x11

(

∑∑==

=T

tit

N

i

x11

(

∑=

−=N

iixT

1

(

ngga dapat d

bxSw

xxS +=

tahui bahwa

ngga, varian

persamaan

β) pada PL

=

=

an dari WG

emahannya

dugaan WG

hal ini dapat

nisikan:

−t x 2) ......

− it x 2) ......

x 2) ...........

dilihat bahw

bxx ..............

a

ns dari pend

n tersebut d

LS. Kelemah

G ini adalah

adalah nila

G menjadi re

t dibuktikan

...................

...................

...................

wa:

...................

................

duga β deng

.......

..............

.......

dapat diliha

han lain da

dapat meng

ai var (βWG)

elatif lebih t

n dengan:

...................

...................

...................

...................

...................

gan pendeka

...................

...................

...................

at bahwa v

ari WG ada

ghasilkan pa

) cenderung

tidak efisien

...................

...................

...................

...................

...................

atan WG ada

...................

...................

...................

ar(β) pada

alah tidak

arameter β

g lebih besa

n.

...................

...................

...................

...................

...................

alah:

...................

...................

...................

WG lebih

dapat men

yang tidak

ar dari var

..... (3.16)

..... (3.17)

..... (3.18)

..... (3.19)

..... (3.20)

..... (3.21)

..... (3.22)

..... (3.23)

besar dari

gakomodir

Page 67: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

karakterist

intersep ke

3). Pendek

Me

yaitu deng

persamaan

dgit = 1 (g

dengan me

persamaan

parameter

Ke

parameter

observasin

memang s

berikut:

H0 : α1 = α

H1 : satu d

Hipotesis

mengguna

mengguna

dimana:

= koe

= koef

k = ba

tik time-inv

e dalam mo

katan Least

etode ini be

gan dummy

n awal sep

= i).

emasukkan

n ini dapa

r βLSDV.

elebihan pe

r β yang tid

nya besar m

signifikan a

α2 = α3 = ....

dari α ada ya

ini dapat s

akan PLS a

akan F-stati

efisien deter

fisien determ

anyaknya pe

variant pada

odel.

Square Dum

ertujuan un

y variable.

perti pada p

...........

sejumlah d

t diestimas

endekatan i

dak bias da

maka terlih

atau tidak d

. = αN dan

ang tidak sa

ecara langs

ataulah LSD

stik yaitu

rminasi LSD

minasi Poole

eubah

a FEM, sep

mmy Variab

ntuk dapat m

Untuk men

persamaan

...................

dgit = 1 (g =

si dengan

ini (LSDV)

an efisien. T

hat cumbers

dapat mengg

ama

sung diguna

DV. Dasar p

DV

ed Least Sq

perti terliha

ble (LSDV)

merepresen

ngilustrasika

PLS dan k

...................

i), persama

pendekatan

) adalah da

Tetapi kele

some. Untu

gunkan f-tes

akan untuk

penolakan t

quare

t dari tidak

ntasikan per

an pendeka

kelompok d

...................

an awal me

..............

n OLS seh

apat mengh

mahannya j

uk menguji

st dengan h

menguji ap

terhadap H

k dimasukka

rbedaan inte

atan ini mis

dummy var

.............. (

enjadi:

.............. (

hingga dipe

hasilkan du

jika jumlah

apakah int

hipotesis se

pakah lebih

0 adalah de

45 

annya

ersep,

alkan

riable

(3.24)

(3.25)

eroleh

ugaan

h unit

tersep

ebagai

h baik

engan

Page 68: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

46 

Jika nilai F-Stat hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti

untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga dugaan bahwa α

adalah sama untuk semua individu dapat ditolak.

4). Two Way Error Components Fixed Effect Model

Model ini disusun berdasarkan fakta bahwa terkadang fixed effects tidak

hanya berasal dari variasi antar individu (time invariants) tetapi juga berasal dari

variasi antar waktu atau time effect, sehingga model dasar yang digunakan adalah:

, …………………………. ........................ (3.26)

dimana merepresentasikan time effect.

Jika masing-masing pengaruh individu (αi) dan time-effect (γt)

diasumsikan berbeda, sehingga dengan menambahkan sejumlah zsit = 1 (s = t)

peubah dummy akan diperoleh persamaan:

,

....................................................................................................................... (3.27)

Penambahan sejumlah dummy variable ke dalam persamaan menyebabkan

masalah pada penggunaan two way fixed effect yaitu berkurangnya derajat

kebebasan, yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang

diestimasi.

B. Random effects Model (REM)

REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi.

Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan

ke dalam error, dimana:

Untuk one way error component:

yit = αi + Xit β + uit+ λi ................................................................................... (3.28)

Untuk two way error component:

yit = αi + Xit β + uit+ λi + µt ............................................................................ (3.29)

Beberapa asumsi yang biasa digunakan dalam REM, yaitu:

Page 69: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

untuk i = j

untuk i = j

dimana:

Utuk one w

Untuk two

Da

adalah asu

0. Terdap

REM, yait

1). Pendek

Pe

individual

rata-rata i

untuk N ta

berkorelas

2). Pendek

Pe

dalam (be

rata-rata y

j dan t = s

j

way error c

o way error

ari semua a

umsi bahwa

pat dua jeni

tu between e

katan Betwe

ndekatan in

l), yang dite

individu y d

ak hingga, d

si atau E (xi

katan Gener

ndekatan G

etween dan

yang dibobo

component,

component

asumsi di a

a nilai harap

is pendekat

estimator da

een Estimato

ni berkaitan

entukan seb

dalam nilai

dengan asum

it, εi = 0) beg

ralized Leas

GLS mengk

within) dat

otkan dari e

τi = λi

t, τi = λi + µi

atas, yang p

pan dari xit u

tan yang di

an Generali

or

n dengan di

bagaimana O

i x secara i

msi bahwa p

gitu juga de

st Square (G

kombinasika

ta secara e

estimasi betw

i

paling penti

untuk setiap

igunakan u

ized Least S

imensi anta

OLS estimat

individu. B

peubah beba

engan nilai r

GLS)

an informa

fisien. GLS

ween dan w

ing dikaitka

p τi adalah 0

untuk mengh

Square (GLS

ar data (diff

tor pada seb

etween esti

as dengan e

rata-rata err

asi dari dim

S dapat dip

within dalam

an dengan

0, atau E(τi

hitung estim

S).

ferences bet

buah regres

imator kons

error tidak s

ror E (xit, ε

mensi antar

andang se

m sebuah re

47 

REM

xit) =

mator

tween

si dari

sisten

saling

εi = 0)

r dan

ebagai

gresi.

Page 70: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

48 

Bila bobot yang dihitung tersebut tetap, maka estimator yang diperoleh disebut

random effectss estimator. Dalam bentuk persamaan hal ini dapat dinyatakan

sebagai berikut:

βRE = ωβBetween + (Ik - ω) βWithin .................................................................... (3.30)

C. Hausman Test

Dalam memilih apakah fixed atau random effectss yang lebih baik,

dilakukan pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan

efek individu. Untuk menguji asumsi ini dapat digunakan Hausman Test.

Ide dasar dari uji Hausman adalah mengkomparasi dua penduga, yakni

penduga FEM dan REM. Hausman (1978) menyajikan bentuk uji hipotesis nol di

mana Xit dan αi tidak berkorelasi dan hipotesis alternatif untuk kondisi yang

sebaliknya. Hausman mengasumsikan bahwa E(uit Xis) = o untuk setiap s, dan t

sedemikian sehingga penduga FEM ( β̂ RE ) akan konsisten dan efisien manakala Xit

dan αi tidak berkorelasi dan penduga FEM ( β̂ FE ) konsisten bagi β manakala kondisi

bagi penduga REM ( β̂ RE ) yang konsisten tidak berlaku.

Dalam uji ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0: E(τi xit) = 0 atau REM adalah model yang tepat

H1: E(τi xit) = 0 atau FEM adalah model yang tepat

Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan dengan:

H = (βREM – βfEM )’ (MFEM –MREM)-1 (βREM – βfEM ) ~ χ2 (k)

dimana:

M adalah matriks kovarians untuk parameter β

k adalah degrees of freedom

Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ2 tabel atau p-value signifikan

dari α, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap Hipotesis nol

sehingga model yang digunakan adalah model fixed effects, begitu juga

sebaliknya.

Page 71: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

49 

3.2.4. Uji Asumsi

Setelah kita memutuskan untuk menggunakan suatu model tertentu

(FEM atau REM), maka kita dapat melakukan uji asumsi.

3.2.4.1. Uji Homoskedastisitas

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam persamaan regresi adalah

bahwa taksiran parameter dalam model regresi bersifat BLUE (Best Linier

Unbiased Estimate) maka var (ui) harus sama dengan σ2 (konstan), atau semua

residual atau error mempunyai varian yang sama. Kondisi itu disebut dengan

homoskedastisitas. Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah

disebut dengan heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas

dapat menggunakan metode General Least Square (Cross section Weights) yaitu

dengan membandingkan sum square Resid pada Weighted Statistics dengan sum

square Resid unweighted Statistics.

Jika sum square Resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square

Resid unweighted Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas.

2.4.4.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu

peubah atau korelasi antar error masa yang lalu dengan error masa sekarang. Uji

autokorelasi yang dilakukan tergantung pada jenis data dan sifat model yang

digunakan. Autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk

mendeteksi adanya korelasi adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW).

Tabel 3.1 Kerangka identifikasi autokorelasi

Nilai DW Hasil

4 – dl < DW < 4 Terdapat korelasi serial negatif

4 – du < DW < 4- dl Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4 – du Tidak ada korelasi serial

Du < DW < 2 Tidak ada korelasi serial

dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < dl Terdapat korelasi serial positif

Sumber: Gujarati, 2004

Page 72: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

50 

Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan dengan

membandingkan DW-statistiknya dengan DW-tabel. Adapun kerangka identifikasi

autokorelasi terangkum dalam Tabel 3.1. Korelasi serial ditemukan jika error dari

periode waktu yang berbeda saling berkorelasi. Hal ini bisa dideteksi dengan

melihat pola random error dari hasil regresi.

3.2.5. Evaluasi Model

3.2.5.1. Uji-F

Uji-F digunakan untuk melakukan uji hipotesis koefisien (slope) regresi

secara bersamaan. Jika nilai probabilitas F-statistic < taraf nyata, maka tolak

hipotesis H0 dan itu artinya minimal ada satu peubah bebas yang berpengaruh

nyata terhadap peubah terikat, dan berlaku sebaliknya.

3.2.5.2. Uji-t

Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah

selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu dengan

menggunakan uji-t.

Hipotesis pada uji-t adalah :

H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0

Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak yang berarti peubah bebas secara statistik

nyata pada taraf nyata yang telah ditetapkan dalam penelitian, dan berlaku hal

yang sebaliknya. Jika nilai probabilitas t-statistic < taraf nyata, maka tolak H0

dan berarti bahwa peubah bebas nyata secara statistik.

3.2.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (Goodness of Fit) merupakan suatu ukuran yang

penting dalam analisi regresi linear, karena dapat menginformasikan baik atau

tidaknya model regresi yang terestimasi. Nilai R2 mencerminkan seberapa besar

variasi dari peubah tak bebas Y yang dapat diterangkan oleh peubah bebas X.

Jika R2 = 0, maka variasi dari peubah tak bebas Y tidak dapat diterangkan oleh

peubah X sama sekali, jika R2 = 1, artinya bahwa variasi dari peubah tak bebas Y

secara keseluruhan dapat diterangkan oleh peubah bebas X.

Page 73: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

51 

3.2.5.4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati

distribusi normal atau tidak. Jika asumsi tidak terpenuhi maka prosedur pengujian

menggunakan statistik t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term dilakukan

dengan menggunakan uji Jarque Bera. Berdasarkan nilai probabilitas Jarque Bera

yang lebih besar dari taraf nyata 5%, maka dapat disimpulkan bahwa error term

terdistribusi dengan normal.

Page 74: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Tinjauan Perekonomian Indonesia

Salah satu prioritas pembanguna nasional adalah mempercepat pemulihan

ekonomi dan memperluas landasan pembangunan yang berkelanjutan dan

berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Untuk mengukur

keberhasilan pencapaian sasaran itu digunakan indikator makroekonomi yang

mencakup antara lain pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pengangguran.

Proses pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara biasanya disertai

dengan perubahan dalam struktur perekonomiannya. Perubahan dalam struktur

perekonomian yang salah satunya ditandai dengan perubahan struktur

ketenagakerjaan baik menurut lapangan usaha, status maupun jenis pekerjaanya..

Krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997, menyebabkan kondisi

perekonomian terpuruk dengan tingkat pertumbuhan –13.13 persen. Krisis ini

juga turut menyebabkan memburuknya kondisi ketenagakerjaan di Indonesia.

Tingkat pengangguran sebelum krisis ekonomi yang sudah tinggi, diperparah

dengan krisis ekonomi yang menyebabkan berkurangnya kesempatan kerja karena

banyaknya perusahaan-perusahan yang gulung tikar dan memberhentikan

pekerjanya. (Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan angkatan kerja dan tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997- 2007

Tahun Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Pertumbuhan Angkatan Kerja

(%)

Tingkat Pengangguran

(%) (1) (2) (3) (4)

1997 4.70 1.60 4.69 1998 -13.13 3.48 5.46 1999 0.79 2.72 6.36 2000 4.92 1.62 6.08 2001 3.83 2.52 8.10 2002 4.50 1.99 9.06 2003 4.78 1.96 9.67 2004 5.05 1.19 9.86 2005 5.69 1.76 10.26 2006 5.56 0.55 10.28 2007 6.28 3.34 9.11

Sumber : Statistik Indonesia 1997-2007

Page 75: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

54

Dari Gambar 4.1, setelah krisis ekonomi pada tahun 1998, tingkat

pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat setiap tahunnya, akan tetapi

pertumbuhan ekonomi yang meningkat juga diikuti dengan meningkatnya tingkat

pengangguran di Indonesia. Tingkat pengangguran cenderung selalu mengalami

kenaikan, mulai tahun 2000 – 2006. Pada tahun 2007, peningkatan pertumbuhan

ekonomi berdampak langsung terhadap penurunan tingkat pengangguran,

walaupun pertumbuhan angkatan kerja juga relatif meningkat.

Sumber: Statistik Indonesia 1997-2007

Gambar 4.1 Pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan angkatan kerja dan tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997- 2007

Sejak tahun 1970-an perekonomian Indonesia mengalami pergeseran

struktural, terutama pengurangan share sektor pertanian dalam perekonomian.

Tabel 4.2. membandingkan share sektor pertanian, industri dan jasa dalam PDB

serta kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja selama periode 1971-2008.

Share sektor pertanian baik terhadap PDB maupun penyerapan tenaga kerja terus

menurun sepanjang waktu. Tetapi penurunan share sektor pertanian terhadap PDB

jauh lebih cepat dibanding penurunan share penyerapan tenaga kerja. Pada tahun

1971 share sektor pertanian terhadap PDB sebesar 45 persen dan share sektor

pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 67 persen. Sedangkan pada

tahun 2008 share sektor pertanian terhadap PDB turun drastis menjadi sebesar 14

‐15

‐10

‐5

0

5

10

15

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007Persen

Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Angkatan Kerja

Tingkat Pengangguran

Page 76: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

55 

persen sedangkan share sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja masih

relatif tinggi yaitu sebesar 42 persen. Persentase penyerapan tenaga kerja pada

sektor pertanian yang relatif besar tersebut menunjukkan strategisnya lapangan

usaha sektor pertanian dalam penciptaan lapangan kerja.

Tabel 4.2 Komposisi PDB dan tenaga kerja menurut sektor di Indonesia tahun 1971 – 2008

Tahun

Pertanian Industri Jasa

Share PDB (%)

Share tenaga kerja (%)

Share PDB (%)

Share tenaga kerja (%)

Share PDB (%)

Share tenaga kerja (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1971 45 67 20 9 35 24 1980 25 55 43 13 32 32 1990 22 50 39 17 39 33 1995 17 44 42 18 41 38 2000 16 44 40 14 45 42 2003 15 46 39 13 46 41 2007 14 41 43 19 43 40 2008 14 42 42 18 44 40

Sumber: Statistik Indonesia 2008

Pada Gambar 4.2, juga terilihat share sektor pertanian terhadap PDB

menurun drastis sejak tahun 1971 – 1980 sebesar 20 persen. Tetapi sebaliknya

share sektor industri meningkat dengan cepat terhadap PDB sebesar 23 persen.

Sedangkan share sektor jasa hanya mengalami penurunan yang relatif kecil

terhadap PDB sebesar 3 persen.

Sumber: Statistik Indonesia 2008

Gambar 4.2 Komposisi PDB menurut sektor di Indonesia tahun 1971- 2008

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

1971 1980 1990 1995 2000 2003 2007 2008

Sektor Jasa

Sektor Industri

Sektor Pertanian 

Page 77: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

56

Sumber: Statistik Indonesia 2008

Gambar 4.3 Komposisi penyerapan tenaga kerja menurut sektor di Indonesia tahun 1971- 2008

Pada Gambar 4.3 share sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja

pada tahun 1971 sebesar 9 persen dan sedikit meningkat menjadi 13 persen pada

tahun 1980. Kecilnya kontribusi penyerapan tenaga kerja di sektor industri

mengindikasikan pembangunan sektor industri di Indonesia lebih dominan pada

industri yang bersifat padat modal. Pada periode tahun 2000 – 2003, share sektor

industri terhadap penyerapan tenaga kerja kembali menurun, dan kemudian

meningkat lagi pada tahun 2007. Hal ini disebabkan adanya perubahan orientasi

pembangunan industri dari industri dengan orientasi substitusi impor yang padat

modal menjadi industri orientasi ekspor yang relatif lebih padat tenaga kerja.

4.2 Tinjauan Perekonomian Regional

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran

atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang

timbul akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah tertentu. PDRB

sering dianggap sebagai ukuran terbaik untuk kinerja perekonomian. Tujuan dari

penghitungan PDRB adalah meringkas aktivitas ekonomi di suatu wilayah dalam

suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Ada tiga pendekatan

untuk menghitung PDRB ini yaitu :

6755 50 44 44 46 41 42

9

13 1718 14 13 19 18

2432 33 38 42 41 40 40

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1971 1980 1990 1995 2000 2003 2007 2008

Persen

Sektor Pertanian Sektor Industri Sektor Jasa

Page 78: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

57 

1. Dengan pendekatan produksi, yaitu dengan menghitung jumlah nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi.

2. Dengan pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang

diterima oleh faktor-faktor produksi.

3. Dengan pendekatan pengeluaran, dengan menghitung semua komponen

permintaan akhir.

Ukuran yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan yang

menunjukkan peningkatan volume output ekonomi dari tahun ke tahun setelah

menghilangkan unsur inflasi (kenaikan harga secara terus-menerus) yaitu

pertumbuhan ekonomi. Ukuran ini masih digunakan sampai sekarang sebagai

ukuran kinerja pembangunan.

Sumber: PDRB 1997-2007, BPS

Gambar 4.4 Laju pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia tahun 1997-2007

Nilai PDRB atas dasar harga konstan yang menyatakan jumlah output dari

aktivitas ekonomi di Indonesia dalam jangka panjang secara umum meningkat

secara signifikan. Perkembangan nilai PDRB tidak dapat dipisahkan dari potensi

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

40

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

persen

D.I. Aceh Sumatera Utara Sumatera BaratRiau Jambi Sumatera SelatanBengkulu Lampung DKI JakartaJawa Barat Jawa Tengah D.I. YogyakartaJawa Timur Bali Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan TengahKalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi UtaraSulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi TenggaraMaluku Papua

Page 79: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

58

faktor-faktor produksi yang digunakan pada tahun yang bersangkutan. PDRB

masing-masing provinsi dari tahun 1997 sampai dengan 2007 berfluktuasi sesuai

dengan kondisi politik dan ekonomi yang mempengaruhinya (Gambar 4.4). Pada

tahun 1998, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi akibat dari krisis

moneter yang berdampak di seluruh wilayah Indonesia. Secara nasional

pertumbuhan ekonomi turun hingga mencapai -13.13 persen, walaupun

dampaknya tidak merata di seluruh Indonesia, hanya dua provinsi yang

mengalami pertumbuhan positif pada tahun 1998, yaitu provinsi Sulawesi Selatan

dan Papua. Sedangkan pada tahun 1999, provinsi Sulawesi Selatan tetap

mengalami pertumbuhan yang positif sedangkan provinsi Papua negatif.

Tabel 4.3 Pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia tahun 1997 dan 2007 (persen)

No Provinsi 1997 2007 (1) (2) (3) (4) 1 D I Aceh ‐0.16  ‐2.79 2 Sumatera Utara 5.70  6.90 3 Sumatera Barat 5.09  6.34 4 Riau 3.16  4.42 5 Jambi 3.91  6.82 6 Sumatera Selatan 5.17  5.64 7 Bengkulu 3.07  6.03 8 Lampung 4.15  5.79 9 DKI Jakarta 5.11  6.44 10 Jawa Barat 5.28  6.34 11 Jawa Tengah 3.03  5.59 12 D I Yogyakarta 3.51  4.28 13 Jawa Timur 4.15  6.11 14 Bali 5.81  5.92 15 Nusa Tenggara Barat 5.26  4.49 16 Nusa Tenggara Timur 5.62  5.17 17 Kalimantan Barat 7.53  6.02 18 Kalimantan Tengah 6.29  6.06 19 Kalimantan Selatan 4.69  6.01 20 Kalimantan Timur 4.45  1.23 21 Sulawesi Utara 5.53  6.61 22 Sulawesi Tengah 22.94  7.99 23 Sulawesi Selatan 4.01  6.43 24 Sulawesi Tenggara 5.32  7.96 25 Maluku 3.89  5.78 26 Papua 7.16  4.90 

Indonesia                4.70                     6.28 Sumber: PDRB 1997 dan 2007, BPS

Page 80: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

59 

Berdasarkan Tabel 4.3. sebagian besar tingkat pertumbuhan ekonomi

regional di Indonesia pada tahun 2007 masih dibawah tingkat pertumbuhan

ekonomi nasional yang sebesar 6.28 persen. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan

provinsi yang mempunyai pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 7.99 persen.

sedangkan provinsi Aceh mempunyai pertumbuhan ekonomi terendah sebesar

– 2.79 persen.

Secara umum pendapatan setiap penduduk suatu wilayah dicerminkan oleh

pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dapat didekati dengan PDRB per

kapita yang dihitung dengan membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pada

pertengahan tahun. PDRB perkapita dapat digunakan sebagai ukuran tingkat

kesejehteraan penduduk. Angka ini menunjukkan ukuran secara agregat, namun

sampai sekarang masih dianggap sebagai ukuran yang cukup relevan digunakan,

khususnya untuk membandingkan tingkat kesejahteraan wilayah-wilayah di

Indonesia.

Besaran pendapatan per kapita suatu daerah bergantung pada besaran

PDRB dan jumlah penduduk. Secara nasional besarnya pendapatan per kapita

pada tahun 2007 di Indonesia adalah 17.54 juta rupiah. Provinsi dengan PDRB per

kapita tertinggi yaitu DKI Jakarta. Kalimantan Timur dan Riau. Provinsi DKI

Jakarta memiliki PDRB per kapita yang tinggi karena sebagai ibukota DKI

Jakarta merupakan pusat perekonomian di Indonesia. Sedangkan Provinsi

Kalimantan Timur dan Riau merupakan provinsi penghasil migas terbesar di

Indonesia. Provinsi yang mempunyai PDRB per kapita terendah yaitu Provinsi

Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Secara nasional, sektor industri manufaktur mempunyai kontribusi yang

paling tinggi sejak tahun 1991, mengalahkan sektor pertanian yang sebelumnya

mendominasi perekonomian Indonesia (Gambar 4.5). Pada tahun tersebut, sektor

industri menyumbang 20.95 persen terhadap total PDB, sedangkan sektor

pertanian hanya 19.66 persen. Kontribusi sektor industri terus menunjukkan

peningkatan hingga tahun 1997. Krisis moneter yang berlanjut pada krisis

multidimensi membuat sektor industri terpuruk dan mengalami penurunan yang

paling tajam dibandingkan dengan sektor lainnya.

Page 81: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

60

hingg

mula

palin

sejak

Indon

dalam

Sumb

Gam

setiap

sekto

Sulaw

sekto

Jakar

fung

maka

lainn

Pada m

ga tahun 20

ai mengalam

ng besar dib

k tahun 20

nesia. Dein

m perekono

ber: PDRB 1

mbar 4.5 Ko

Berdasar

p sektor ter

or pertanian

wesi Tenga

or pertanian

rta. Ini me

sinya. Jika d

a sektor per

Provinsi

nya adalah

masa pemul

002 dan sete

mi penuruna

bandingkan

002 hingga

ndustrialisas

omian secara

991-2007, B

ontribusi sem

rkan Tabel

rhadap PDR

n terhadap

ah, Nusa T

n terhadap P

enunjukkan

dilihat kont

rtanian dan s

i dengan pe

Provinsi Su

ihan, kontr

elah tahun 2

an sedikit d

n sektor lain

a 2007 me

si dapat dia

a menyeluru

BPS

mbilan sekto

4.4 terliha

RB untuk ma

PDRB tebe

Tenggara Ti

PDRB palin

n lahan unt

tribusi setiap

sektor perta

eranan sekt

umatera Ut

ribusi sekt

2002 sampa

demi sedikit

nnya. Penu

engindikasik

artikan seb

uh.

or terhadap

at bahwa p

asing-masin

esar sekitar

imur dan B

ng kecil sek

tuk pertani

p sektor pad

ambangan m

tor industri

tara, Riau, J

or industri

ai 2007 kon

t, walaupun

urunan kont

kan adanya

agai menur

PDB tahun

pada tahun

ng provinsi

r 40 persen

Bengkulu. S

kitar 0.10 pe

ian di Jaka

da provinsi-

mendominas

lebih besar

Jawa Barat

i kembali

ntribusi sekt

n kontribusi

tribusi sekt

a deindustr

runnya pera

n 1991 - 200

2007 kont

bervariasi.

n terdapat d

Sedangkan

ersen terdap

arta sudah

-provinsi di

si perekono

r dibanding

t, Jawa Ten

meningkat

tor industri

inya masih

or industri

rialisasi di

an industri

07

tribusi dari

Kontribusi

di propinsi

kontribusi

pat di DKI

berubah

luar Jawa,

mian.

gkan sektor

ngah, Jawa

Page 82: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

61 

Timur dan Kalimantan Timur. Walaupun hanya enam provinsi yang mempunyai

sektor industri dominan, secara total sektor industri mempunyai peranan yang

paling besar. Sementara itu, sektor keuangan dan jasa-jasa mempunyai kontribusi

yang lebih besar hanya di Provinsi DKI Jakarta.

Tabel 4.4 Kontribusi setiap sektor terhadap PDRB menurut provinsi tahun 2007 (persen)

Provinsi Sektor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 D.I. Aceh 27.35 21.53 10.99 0.24 7.60 12.30 7.86 1.92 10.20 2 Sumatera Utara 22.56 1.36 25.04 1.02 5.59 19.25 9.00 6.41 9.77 3 Sumatera Barat 24.67 3.44 12.01 1.37 5.50 17.34 15.07 4.96 15.64 4 Riau 17.65 36.73 24.20 0.26 3.70 9.43 2.32 2.59 3.12 5 Jambi 26.08 18.96 11.94 0.90 4.59 14.88 7.31 4.18 11.16 6 Sumatera Selatan 18.36 24.30 22.95 0.55 6.10 12.53 4.03 3.30 7.88 7 Bengkulu 40.27 3.24 4.01 0.48 3.10 20.00 8.90 4.53 15.48 8 Lampung 38.12 3.54 13.45 0.65 4.98 14.01 8.24 5.93 11.07 9 DKI Jakarta 0.10 0.47 15.97 1.06 11.20 20.36 9.32 28.65 12.87

10 Jawa Barat 11.91 2.00 44.97 3.10 3.01 19.04 6.40 3.00 6.57 11 Jawa Tengah 19.92 1.00 32.33 1.10 5.83 20.06 5.91 3.48 10.37 12 D.I. Yogyakarta 15.05 0.75 13.63 1.28 10.35 19.29 10.11 9.71 19.84 13 Jawa Timur 16.72 2.11 28.75 1.92 3.36 28.81 5.55 4.62 8.15 14 Bali 19.41 0.66 8.99 2.00 4.43 28.98 12.33 7.34 15.86 15 Nusa Tenggara Barat 22.94 36.00 3.54 0.35 5.72 11.58 7.62 4.04 8.20 16 Nusa Tenggara Timur 40.27 1.37 1.70 0.44 7.06 15.92 6.22 3.97 23.05 17 Kalimantan Barat 26.92 1.40 18.17 0.58 8.69 22.83 6.77 4.93 9.71 18 Kalimantan Tengah 33.81 6.92 8.31 0.67 5.40 18.47 9.50 5.16 11.76 19 Kalimantan Selatan 22.45 21.79 11.73 0.50 6.47 14.58 8.90 4.28 9.28 20 Kalimantan Timur 5.63 41.62 34.80 0.30 2.69 6.54 3.71 2.04 2.67 21 Sulawesi Utara 22.36 4.01 7.62 0.82 15.41 14.62 10.44 6.35 18.36 22 Sulawesi Tengah 43.20 3.90 7.17 0.70 6.53 11.98 6.62 4.78 15.12 23 Sulawesi Selatan 31.99 7.87 12.79 0.99 4.55 15.58 7.84 6.07 12.33 24 Sulawesi Tenggara 38.42 4.84 7.97 0.94 6.98 15.34 8.23 5.08 12.19 25 Maluku 36.10 2.23 7.81 0.72 1.60 24.97 9.01 4.35 13.21 26 Papua 12.59 60.41 4.54 0.22 5.28 5.41 4.61 1.57 5.36 Indonesia 15.27 9.83 25.91 1.38 5.56 18.46 6.73 7.86 9.00

Sumber: PDRB 2007, BPS

Keterangan: (1) Pertanian, (2) Pertambangan & Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas & Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel & Restoran, (7) Pengangkutan & Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan, (9) Jasa-Jasa

4.3 Tinjauan Ketenagakerjaan di Indonesia

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan

komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2007, di Indonesia terdapat 164.12

Page 83: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

62

juta penduduk usia kerja, sekitar 60.67 persen dari mereka berada di Pulau Jawa.

Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan

kerja.

Tabel 4.5 TPAK, TKK dan TPT menurut provinsi di Indonesia tahun 2007 – 2008

(persen)

Provinsi TPAK   TKK  TPT 

2007  2008  2007  2008  2007  2008 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. NAD  62.12  60.32 90.16 90.44  9.84  9.56 2. Sumut  67.49   68.33 89.90 90.90  10.10  9.10 3. Sumbar  65.31  63.98 89.69 91.96  10.31  8.04 4. Riau 62.56  62.83 90.21 91.80  9.79  8.20 5. Jambi  65.18   65.95 93.78 94.86  6.22  5.14 6. Sumsel  69.03   69.79 90.66 91.92  9.34  8.06 7. Bengkulu  69.37   69.88 95.32 95.10  4.68  4.90 8. Lampung  69.60   68.00 92.42 92.85  7.58  7.15 9. DKI   64.95   68.68 87.43 87.84  12.57  12.16 10. Jabar  62.50  63.09 86.92 87.92  13.06  12.06 11. Jateng  70.16   68.37 92.30 92.65  7.70  7.35 12. DIY  68.56   70.51 93.90 94.62  6.10  5.38 13. Jatim  68.99   69.31 93.21 93.58  6.79  6.42 14. Bali   77.38   77.86 96.23 96.69  3.77  3.31 15. NTB  68.96   67.69 93.52 93.87  6.48  6.13 16. NTT  74.28   71.16 96.28 96.27  3.72  3.73 17. Kalbar  72.47  73.66 93.53 94.59  6.47  5.41 18. Kalteng  71.33   71.24 94.89 95.41  5.11  4.59 19. Kalsel  73.15   71.35 92.38 93.82  7.62  6.18 20. Kaltim  61.76   64.31 87.93 88.89  12.07  11.11 21. Sulut  61.97   61.16 87.65 89.35  12.35  10.65 22. Sulteng  69.43   69.76 91.61 94.55  8.39  5.45 23. Sulsel  61.07   62.02 88.75 90.96  11.25  9.04 24. Sultra  67.44   70.64 93.60 94.27  6.40  5.73 25. M aluku  63.01  62.82 87.80 89.33  12.2  10.67 26. Papua  76.54   76.70 94.99 95.61  5.01  4.39  

Sumber: Statistik Indonesia 2007-2008

Keterangan: TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TKK : Tingkat Kesempatan Kerja TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran yang

menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja

(15+). TPAK Indonesia pada tahun 2007 sebesar 66.99 persen, berarti telah

Page 84: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

63 

mengalami peningkatan sebesar 0.83 persen dibandingkan dengan kondisi

Agustus 2006 yang besarnya 66.16 persen. Peningkatan TPAK ini antara lain

disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang membaik, sehingga

memberikan pengaruh terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara

langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak terhadap

tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sementara itu.

hasil Sakernas tahun 2008 menunjukkan TPAK Indonesia sebesar 67.33 dan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 8.46 persen.

Pada Tabel 4.5, TPAK antar provinsi pada tahun 2007 mempunyai variasi

yang cukup besar, provinsi Sulawesi Selatan memiliki TPAK terendah 61.07

persen dan tertinggi provinsi Bali 77.38 persen. Pada periode tahun 2007 sampai

2008 terdapat beberapa provinsi yang mengalami peningkatan TPAK yang relatif

besar antara lain provinsi DKI Jakarta yang meningkat sebesar 3.73 persen dan

provinsi Kalimantan Timur yang meningkat sebesar 2.55 persen. Sedangkan

propinsi yang mengalami penurunan TPAK yang relatif besar adalah provinsi

Nusa Tenggara Timur sebesar –3.12 persen dan provinsi Jawa Tengah sebesar

–1.79 persen.

Pada Tabel 4.5, Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) antar provinsi pada

tahun 1997 nilainya relatif besar. Provinsi yang memiliki TKK terbesar antara lain

provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 96.28 persen dan provinsi Bali sebesar

96.23 persen. Sedangkan provinsi yang memiliki TKK terendah pada tahun 1997

adalah provinsi Jawa Barat sebesar 86.92 persen. Selama periode 1997 sampai

1998, hampir semua provinsi mengalami kenaikan TKK. Provinsi yang

peningkatan TKK terbesar adalah provinsi Sulawesi Tengah yang meningkat

sebesar 2.94 persen dan diikuti dengan provinsi Sumatera Barat yang meningkat

sebesar 2.27 persen. Hanya ada dua provinsi yang mengalami penurunan TKK

pada periode 1997 sampai 1998, yaitu provinsi Bengkulu yang menurun sebesar

-0.22 persen dan provinsi Nusa Tenggara Timur yang turun sebesar -0.01 persen.

Berdasarkan Tabel 4.5, TPT antar provinsi pada tahun 2007 mempunyai

variasi yang cukup besar, persentase terendah dimiliki oleh Provinsi Nusa

Tenggara Timur sebesar 3.72 persen dan yang tertinggi dimiliki oleh provinsi

Jawa Barat sebesar 13.06 persen. Sedangkan pada tahun 2007 sampai 2008,

Page 85: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

64

hampir semua provinsi mengalami penurunan TPT, kecuali provinsi Nusa

Tenggara Timur yang meningkat sebesar 0.01 persen. Provinsi yang mengalami

penurunan TPT relatif besar antara lain provinsi Sulawesi Tengah yang turun

sebesar -2.94 persen dan provinsi Sumatera Barat yang turun sebesar -2.27 persen.

4.4 Upah Tenaga Kerja

Upah merupakan salah satu indikator penting untuk menilai tingkat hidup

pekerja. Upah yang rendah mencerminkan masih perlunya upaya untuk lebih

meningkatkan kesejahteraan hidup pekerja.

Dalam pembahasan masalah upah biasanya terdapat perbedaan pandangan

dan kepentingan antara pengusaha dan pekerja. Bagi pekerja kenaikan upah

minimum akan memperbaiki daya beli pekerja yang akhirnya akan mendorong

kegairahan bekerja dan peningkatan produktivitas kerja. Bagi pengusaha, upah

merupakan salah satu biaya faktor produksi yang dipandang dapat mengurangi

tingkat keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Ada suatu pendapat umum bahwa

kenaikan upah baru dapat dilakukan apabila sektor riil telah tumbuh secara nyata

melalui peningkatan produktivitas.

Adanya perbedaan kepentingan tersebut mendorong pemerintah

mengeluarkan kebijakan tentang penetapan upah minimum dengan tujuan untuk

melindungi taraf kesejahteraan pekerja. Kebijakan upah minimum yang sekarang

dikenal dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) ini ditetapkan pemerintah

melalui Dewan Pengupahan Nasional atau Dewan Pengupahan Provinsi, setelah

melalui proses kesepakatan antara pihak buruh dan perusahaan. UMP ini

mencerminkan besarnya upah buruh lajang dengan pengalaman kerja nol tahun,

yang dihitung berdasarkan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) dan faktor-faktor

lain yang relevan. Hal ini sesuai dengan standar internasional bahwa upah

minimum yang ditetapkan harus mampu memenuhi sekurang-kurangnya KHM.

Mengingat kebutuhan hidup berbeda antar daerah yang satu dengan daerah

yang lain maka UMP juga bervariasi, tergantung dimana perkerja tersebut berada.

Semakin mahal biaya hidup disuatu daerah maka UMP akan lebih tingg di daerah

tersebut.

Selain itu tingkat upah yang diterima pekerja juga tergantung dari

lapangan pekerjaan dan tingkat pendidikan pekerja. Perbedaan upah berdasarkan

Page 86: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

65 

lapangan pekerjaan misalnya terjadi antara pekerja di sektor formal dengan sektor

informal, dimana pekerja yang bekerja di sektor formal biasanya memiliki rata-

rata upah yang lebih tinggi dibandingkan sektor informal.

Kualitas pekerja berdasarkan tingkat pendidikan akan mempengaruhi

besarnya upah yang diperoleh. Rata-rata upah pekerja yang mempunyai

pendidikan tinggi besarnya tiga atau dua kali lipat upah pekerja berpendidikan

menengah. Fakta ini menunjukkan bahwa investasi pendidikan penting bagi

kesejahteraan hidup pekerja.

Berdasarkan Gambar 4.6, tingkat rata- rata upah nominal dan upah riil

pekerja pada tahun 2007 sangat bervariasi antar provinsi. Provinsi Kalimantan

Timur memiliki tingkat upah riil tertinggi pertama, kemudian disusul oleh

provinsi DKI Jakarta dan provinsi Papua yang meiliki tingkat upah riil tertinggi

ketiga. Tingginya upah di ketiga propinsi tersebut kemungkinan disebabkan oleh

tingginya biaya hidup dan rendahnya penawaran tenaga kerja terdidik. Sedangkan

provinsi yang memiliki upah riil terendah adalah provinsi Lampung.

Sumber: Statistik Indonesia 2007

Gambar 4.6 Rata-rata upah nominal dan upah riil pekerja menurut provinsi tahun 2007

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

D.I. Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Ba

rat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampu

ngDKI Jakarta

Jawa Ba

rat

Jawa Tengah

D.I. Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Tim

urKalim

antan Ba

rat

Kalim

antan Tengah

Kalim

antan Selatan

Kalim

antan Timur

Sulawesi U

tara

Sulawesi Ten

gah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Ten

ggara

Maluku

Papu

a

ribu

an

Upah Nominal Upah Riil

Page 87: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Persamaan Simultan

5.1.1 Uji Simultanitas

Uji simultanitas merupakan salah satu prosedur yang harus dilakukan

dalam melakukan analisis estimasi persamaan simultan. Apabila hasil uji

simultanitas memberikan kesimpulan bahwa ada hubungan simultan, maka tidak

bisa menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) untuk mengestimasi

persamaan tersebut. Hal ini karena satu atau lebih variabel penjelas atau

independen berkorelasi dengan variabel residual sehingga estimator yang didapat

tidak lagi konsisten atau bias. Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah

simultanitas ini diantaranya dengan metode Indirect Least Squares (ILS) dan

metode Two Stage Least Squares (2SLS). Dengan menggunakan kedua metode ini

akan menghasilkan estimator yang konsisten dan effisien.

Untuk melakukan pengujian simultanitas antara persamaan tingkat upah

dan penyerapan tenaga kerja, maka harus dihitung residual dari masing-masing

persamaan reduced form tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja terlebih

dahulu. Setelah itu variabel tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja hasil

estimasi serta residual masing-masing persamaan reduced form yang didapat

digunakan untuk mensubstitusi variabel tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja

pada masing-masing persamaan struktural tersebut.

setelah mendapatkan nilai variabel tingkat upah hasil estimasi (upf) dan

residualnya (residup) dari regresi persamaan reduced form, kemudian subsitusikan

kedalam persamaan struktural penyerapan tenaga kerja dimana,

up = upf + residup dan regresikan persamaan tersebut. hasil dari estimasi

parameter pada koefisien variabel residup, dengan menggunakan uji parsial

(t-statistic) apabila secara statistik signifikan menolak hipotesis nol berarti ada

masalah simultanitas, sebaliknya jika tidak signifikan maka menerima hipotesis

nol yang berarti tidak ada simultanitas.

Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat hasil pengujian simultanitas pada

persamaan struktural penyerapan tenaga kerja, nilai estimasi parameter untuk

residual upah (residup), signifikan pada tingkat α = 1 % dengan (p-value = 0.003

Page 88: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

68

lebih kecil dari α = 0.01), sehingga kesimpulannya menolak hipotesis nol, yang

berarti terdapat pengaruh simultan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja.

Tabel 5.1 Uji simultanitas persaman penyerapan tenaga kerja

Dependent Variable: LOG(EMP)

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 15.32560 2.510333 0.0128 LOG(UPF) -0.128118 -1.105218 0.2702

LOG(PDRB) -1.458306 -2.621440 0.0093 LOG(PMTDB) 1.607622 4.029748 0.0001

LOG(IHK) 0.180064 0.680029 0.4972

RESIDUP 0.351389 2.942383 0.0036*

R-squared 0.983914 Adjusted R-squared 0.981806 Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan : * signifikan taraf 1% *** signifikan taraf 10% ** signifikan taraf 5% tn tidak signifikan

Sementara itu dari hasil pengujian simultanitas persamaan tingkat upah

pada Tabel 5.2, diperoleh nilai koefisien residual penyerapan tenaga kerja

(residemp) signifikan secara statistik pada α = 5 persen (p-value = 0.05), sehingga

kesimpulannya menolak hipotesis nol, yang berarti terdapat pengaruh simultan

anatara variabel penyerapan tenaga kerja terhadap tingkat upah.

Tabel 5.2 Uji simultanitas persaman tingkat upah

Dependent Variable: LOG(UP)

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 37.49164 7.126905 0.0000 LOG(EMPF) -2.205763 -4.449010 0.0000 LOG(PDRB) -0.170280 -1.229670 0.2201 LOG(UMP) 0.715005 16.39671 0.0000

LOG(EDUC) 0.713862 3.289781 0.0012 RESIDEMP -0.289259 -1.935876 0.0541**

R-squared 0.915975 Adjusted R-squared 0.904967 Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan : * signifikan taraf 1% *** signifikan taraf 10% ** signifikan taraf 5% tn tidak signifikan

Page 89: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

69

Hasil uji simultanitas ini membuktikan secara empiris bahwa terdapat

hubungan simultan antara penyerapan tenaga kerja dan tingkat upah. Hasil ini

mendukung dan sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini.

5.1.2 Uji Endogenitas

Persoalan yang muncul dalam persamaan simultan adalah bagaimana

menentukan mana yang menjadi variabel endogen dan variabel eksogen. Selain

berdasarkan priori information dan studi empiris terdahulu, pada penelitian ini

juga dilakukan pengujian empiris pada variabel upah dan penyerapan tenaga kerja

dengan uji endogenitas untuk membuktikan bahwa kedua variabel tersebut adalah

variabel endogen.

Pada Tabel 5.3, dapat dilihat hasil pengujian sifat endogen pada persamaan

penyerapan tenaga kerja. Setelah mendapatkan nilai estimasi upah dari persamaan

reduced form, kemudian nilai estimasi upah ini dimasukkan ke persamaan

penyerapan tenaga kerja untuk diregresikan dan diuji bagaimana pengaruhnya

terhadap variabel penyerapan tenaga kerja. Hipotesis nol uji eksogenitas ini adalah

koefisien dari upah estimasi = 0. Jika kesimpulannya menolak hipotesis nol

dengan menggunakan uji t berarti variabel upah adalah variabel endogen dan

begitu sebaliknya jika menerima hipotesis nol maka variabel upah adalah variabel

eksogen.

Tabel 5.3 Uji endogen persaman penyerapan tenaga kerja

Dependent Variable: LOG(EMP)

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 15.60768 26.82284 0.0000 LOG(UP) 0.021133 0.295795 0.7676

LOG(PDRB) 0.678139 45.42763 0.0000 LOG(PMTDB) -0.083811 -5.354482 0.0000

LOG(IHK) 0.047990 1.171071 0.2427 LOG(UPF) -0.984467 -14.01741 0.0000*

R-squared 0.910883 Adjusted R-squared 0.909128 Prob(F-statistic) 0.000000 Keterangan : * signifikan taraf 1% *** signifikan taraf 10% ** signifikan taraf 5% tn tidak signifikan

Page 90: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

70

Dari hasil olah pada tabel 5.3 diketahui nilai variabel upah hasil estimasi

(upf) signifikan secara statistik pada α = 1 persen ( p-value lebih kecil dari 0.01),

sehingga terbukti bahwa variabel upah adalah variabel endogen. Sementara itu

dari pengujian endogenitas pada persamaan tingkat upah diperoleh bahwa variabel

penyerapan tenaga kerja hasil estimasi (empf) juga signifikan secara statistik pada

α = 1 persen ( p-value lebih kecil dari 0.01), sehingga terbukti bahwa variabel

penyerapan tenaga kerja juga merupakan variabel endogen.

5.1.3 Identifikasi Persamaan Simultan

Suatu persamaan simultan bisa diestimasi jika jumlah koefisien persamaan

strukturalnya sama dengan koefisien didalam persamaan reduced form. Namun

dengan metode ini butuh waktu yang banyak untuk mendapatkan persamaan

reduced form dan koefisiennya. Metode identifikasi merupakan metode yang

secara cepat dapat menentukan apakah suatu persamaan simultan dapat di estimasi

atau tidak, salah satu metodenya adalah dengan menggunakan order condition.

Ada aturan main didalam melakukan identifikasi model persamaan

simultan melalui order condition. Didalam model persamaan simultan dengan

jumlah variabel endogen sebanyak M dan variabel eksogen sebanyak K maka

sebuah persamaan yang memiliki m variabel endogen dan k variabel eksogen

adalah teridentifikasi jika jumlah variabel eksogen yang dikeluarkan dari

persamaan (K-k) tidak kurang dari jumlah variabel endogen yang dimasukan

dalam persamaan dikurangi satu (K – k ≥ m – 1 ), dimana :

M = jumlah variabel endogen dalam suatu model

K = jumlah seluruh variabel eksogen

k = jumlah variabel eksogen dalam suatu persamaan

m = jumlah variabel endogen dalam suatu persamaan

maka

jika K – k = m – 1 maka persamaan tersebut dikatakan exactly (just) identified

jika K – k > m – 1 maka persamaan tersebut over identified

jika K – k < m – 1 maka persamaan tersebut under identified.

Hasil identifikasi dengan order condition dalam model persamaan

simultan ini terdapat dua variabel endogen yaitu variabel tingkat upah (UP) dan

variabel penyerapan tenaga kerja (EMP) dan lima variabel eksogen (K=5). Dalam

Page 91: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

71

persamaan upah ada tiga varaibel eksogen (k = 3) dengan dua variabel endogen

(m = 2) sehingga persamaan upah bersifat overidentified. (5 – 3 > 2 – 1 )

Dalam persamaan penyerapan tenaga kerja hasil identifikasinya juga

overidentified, dimana jumlah variabel eksogen dan endogen dalam persamaan itu

adalah tiga dan dua, sehingga hasil dari 5 – 3 > 2 – 1

Metode umum yang digunakan untuk mengestimasi model persamaan

simultan yang bersifat overidentified adalah dengan metode two stage least square

(2SLS). Keuntungan menggunakan two stage least square (2SLS) antara lain

karena metode ini dapat diterapkan pada suatu persamaan individual dalam sistem

secara tanpa langsung memperhitungkan persamaan lain dalam sistem. Selain itu

metodeini menawarkan model yang ekonomis, karena metode ini hanya

memberikan satu taksiran tiap parameter dalam persamaan yang overidentified.

Metode 2SLS juga mudah untuk diterapkan karena semua yang diperlukan untuk

mengetahui hanyalah banyaknya variabel eksogen atau predetermined variabel

yang ditetapkan lebih dahulu secara total tanpa mengetahui variabel manapun

dalam sistem.

Penggunaan sistem persamaan simultan pada tingkat upah dan penyerapan

tenaga di Indonesia menggunakan data panel. Data panel ini memiliki corak time

series dan cross section, dimana banyaknya unit inidividu yang diteliti sebanyak

26 propinsi dan 10 tahun pengamatan membuat jumlah data yang terkumpul

adalah 260 record data.

Penggunanan data panel menyebabkan penaksiran yang diperlukan untuk

proses estimasi persamaan simultan dengan 2SLS melibatkan metode regresi data

panel. Penggunaan metode 2SLS dengan fixed effects model untuk estimasi

parameter regresi data panel pada persamaan simultan dipandang tepat karena

akan menghasilkan parameter yang konsisten dan tidak bias. Sehingga informasi

yang diperoleh akan tidak jauh berbeda dari realita sebenarnya. Dengan

menggunakan fixed effects model, intersep yang dihasilkan dari estimasi akan

berbeda antar unit namun slope nya akan sama. Penggunaan metode 2SLS dengan

fixed effect model diharapkan akan mampu memberikan solusi yang mampu

menjelaskan hubungan antara tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja serta

variabel yang mempengaruhinya.

Page 92: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

72

5.2 Pemilihan Metode Regresi Data Panel

Secara umum hasil estimasi dengan menggunakan data panel akan

menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap individu dan

setiap periode waktu. Ada beberapa kemungkinan yang akan muncul yaitu :

1. Diasumsikan intersep dan slope tettap sepanjang waktu,

2. Diasumsikan slope tetap tettapi intersep berbeda antar individu

3. Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda antar individu dan antar waktu

4. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu

5. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu dan antar waktu

Didalam pemilihan metode regresi data panel ini hanya menggunakan tiga

metode pendekatan yaitu : pendekatan antara common effects dengan fixed effects

kemudian dilanjutkan dengan pendekatan fixed effects dengan random effects.

Menurut Hsiao (2003) ketika uji pemilihan metode pendekatan antara

fixed effects dengan random effects tidak dapat ditentukan secara teoritis maka

sebaiknya menggunakan metode random effects jika data diambil dari sampel

individu atau beberapa individu yang dipilih secara acak untuk menarik

kesimpulan tentang populasinya. Namun jika data meliputi seluruh individu dalam

populasi atau hanya meliputi beberapa individu dengan penekanan pada individu-

individu tersebut maka lebih baik menggunakan fixed effects model. Dikarenakan

jumlah cross section dari persamaan yang akan diestimasi mencerminkan seluruh

populasi (26 propinsi di Indonesia), maka secara teori dapat langsung digunakan

fixed effects model.

Berdasarkan hasil pengujian fixed effects tests pada persamaan tingkat

upah diperoleh nilai p-value (probabilita) < 0.01, signifikan pada α = 1 persen,

dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan intersep sama untuk setiap cross-

sections (propinsi) ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada persamaan

tingkat upah model fixed effects lebih baik dari model common effects. (lihat

lampiran 4).

Langkah selanjutnya adalah menguji metode pendekatan antara fixed

effects dengan random effects pada persamaan tingkat upah dengan uji Hausman.

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan derajat

bebas sebanyak jumlah variabel bebas dalam persamaan. Hasil uji Hausman (lihat

Page 93: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

73

Lampiran 4) menunjukkan nilai p-value (probabilita) < 0.01, hal ini berarti fixed

effects model lebih baik dari random effects digunakan untuk mengestimasi

persamaan tingkat upah.

Hal yang sama juga terjadi dalam hasil pengujian fixed effects dan random

effects pada persamaan penyerapan tenaga kerja. Hasil uji didapatkan nilai p-value

(probabilita) < 0.01, signifikan pada α = 1 persen, dengan demikian hipotesis null

yang menyatakan intersep sama untuk setiap cross-sections (propinsi) ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada persamaan penyerapan tenaga kerja

model fixed effects lebih baik dari model common effects. (lihat lampiran 5)

Langkah selanjutnya adalah menguji metode pendekatan antara fixed

effects dengan random effects pada persamaan penyerapan tenaga kerja dengan uji

Hausman. Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan

derajat bebas sebanyak jumlah variabel bebas dalam persamaan. Hasil uji

Hausman (lihat Lampiran 5) menunjukkan nilai p-value (probabilta) < 0.01, hal

ini berarti fixed effects model lebih sesuai digunakan untuk mengestimasi

persamaan penyerapan tenaga kerja.

Dari hasil pengujian fixed effects dan random effects sebenarnya kita

sudah mengetahui bahwa model fixed effects yang terbaik. Terpilihnya model

fixed effects sebagai model terbaik ini menandakan bahwa terjadi perbedaan

pengaruh pertumbuhan ekonomi dan variabel ketenagakerjaan terhadap tingkat

upah dan penyerapan tenaga kerja pada masing-masing propinsi yang tidak dapat

dijelaskan oleh model (unobservable effects) dan pengaruh tersebut bersifat tidak

acak (tergambar dari perbedaan intersepnya).

Asumsi yang harus dipenuhi dalam persamaan regresi adalah bahwa

estimasi parameter dalam model regresi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased

Estimate) maka var (ui) harus sama dengan σ2 (konstan), atau semua error

mempunyai varian yang sama. Kondisi ini disebut dengan homoskedastisitas.

Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan

heteroskedastisitas. Metode estimasi data panel dengan menggunakan fixed effects

model secara umum dilakukan dengan Ordinary Least Squares (OLS). Namun

jika terjadi heteroskedastisitas dari data cross section maka dapat digunakan

estimasi dengan General Least Square (GLS) atau sering disebut sebagai cross

Page 94: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

74

section weights. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan membandingkan sum square resid pada GLS (weighted) dengan OLS

(unweighted).

Berdasarkan uji dan pengamatan hasil pengolahan, ditemukan adanya

heteroskedastisitas pada persamaan tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja.

Oleh karena itu, estimasi dilakukan dengan cross section weights. Estimasi yang

dilakukan dengan fixed effect GLS menunjukkan hasil estimasi parameter yang

lebih baik dibandingkan fixed effect OLS. Model yang diestimasi dengan fixed

effect GLS lebih banyak menghasilkan parameter yang signifikan dengan nilai

adjusted R2 yang lebih tinggi dibanding dengan fixed effect OLS.

Pendeteksian adanya autokorelasi juga dilakukan pada model dengan

melihat nilai statistik Durbin-Watson. Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi

antar observasi dalam satu variabel atau korelasi antar error masa yang lalu

dengan error masa sekarang. Adanya autokorelasi dapat mempengaruhi efisiensi

dari estimatornya, walaupun estimatornya tetap tidak bias.

Untuk mendeteksi adanya kasus autokorelasi dapat dilihat dari nilai

Durbin Watson. Dengan membandingkan nilai DW-hitung dengan dL dan dU tabel

maka dapat diketahui ada tidaknya autokorelasi dalam persamaan. Jika nilai DW-

hitung berada pada daerah antara 4 – dU dan 4 – dL , maka hipotesis ada tidaknya

autokorelasi tidak dapat disimpulkan. Sehingga dapat diputuskan bahwa

autokorelasi tidak menjadi permasalahan serius dalam model ini.

5.3 Estimasi Persamaan Tingkat Upah

Setelah diketahui bahwa metode Two Stage Least Squares (2SLS) dengan

fixed effects terpilih sebagai metode estimasi terbaik untuk persamaan tingkat

upah yang diketahui struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik,

maka estimasi untuk persamaan tingkat upah menggunakan metode Estimated

Generalized Least Squares (EGLS) dengan cross-sectional weights.

Pada Tabel 5.4 hasil estimasi persamaan tingkat upah memberikan nilai

koefisien determinasi (R2) sebesar 0.88. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

bebas didalam model mampu menjelaskan 88 persen variasi setiap variabel

tingkat upah secara relatif baik. Variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap variabel tingkat upah pada α = 1 persen, yang ditunjukkan oleh

Page 95: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

75

nilai statistik F dengan p-value < 0.01, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

parameter yang diduga berbeda dengan nol atau model yang digunakan sudah

tepat. Selain itu, variabel tingkat upah juga secara nyata dipengaruhi oleh

variabel-variabel bebasnya pada taraf nyata α = 0.01 dan α = 0.05.

Hasil estimasi persamaan tingkat upah menunjukkan bahwa tingkat upah

pekerja secara nyata dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan

ekonomi (PDRB) pada taraf nyata α = 5 persen. Sedangkan variabel upah

minimum propinsi dan tingkat pendidikan pekerja berpengaruh nyata terhadap

tingkat upah pada taraf nyata α = 1 persen

Tabel 5.4 Estimasi persamaan tingkat upah

Dependent Variable: LOG(UP)

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 31.22114 4.563246 0.0000 LOG(EMP) -1.511576 -2.397581 0.0173**

LOG(PDRB) 0.392091 2.033843 0.0202** LOG(UMP) 0.710806 13.46889 0.0000*

LOG(EDUC) 0.725352 2.914038 0.0039*

R-squared 0.880288 Adjusted R-squared 0.865194 Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan : * signifikan taraf 1% *** signifikan taraf 10% ** signifikan taraf 5% tn tidak signifikan

Variabel penyerapan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap tingkat upah

pekerja, dengan arah negatif. Artinya setiap kenaikan 1 persen jumlah tenaga kerja

akan menyebabkan ratar-rata tingkat upah riil pekerja menjadi turun sebesar -1.51

persen. Hubungan yang saling meniadakan antara tingkat upah dan tenaga kerja

ini dapat dijelaskan dengan teori pasar tenaga kerja.

Pendekatan yang umum digunakan dalam membahas pasar tenaga kerja

adalah dengan pendekatan neoklasik dan pendekatan Keynesian. Menurut kaum

Neoklasik cara untuk menghilangkan pengangguran adalah melalui penurunan

upah riil. Jika upah riil mengalami penurunan maka permintaan tenaga kerja akan

meningkat sedangkan penawaran tenaga kerja akan turun. Dengan kata lain

menurut pandangan neoklasik, untuk menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak

Page 96: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

76

atau mengurangi tingkat pengangguran adalah melalui penurunan upah riil pada

kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja.

Sebaliknya menurut kaum Keynesian, tingkat upah cenderung kaku

sehingga hampir mustahil untuk menurunkan upah tenaga kerja. Untuk itu,

menurut kaum Keynesian cara yang paling efektif untuk menurunkan tingkat

pengangguran adalah dengan meningkatkan permintaan tenaga kerja, yaitu dengan

cara menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke atas.

Dalam bentuk elastisitas, secara rata-rata setiap 1 persen kenaikan

penyerapan tenaga kerja akan menurunkan tingkat upah sebesar -1.51 persen

dengan asumsi variabel yang lain konstan. Ini berarti pengaruh penyerapan tenaga

kerja terhadap tingkat upah negatif dan bersifat elastis.

Dengan meningkatnya tenaga kerja yang terserap, secara langsung juga

akan mengurangi pengangguran, sehingga hubungan antara tingkat pengangguran

dengan tingkat upah adalah searah. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hall (2005), yang mengemukakan adanya hubungan simultan

antara tingkat upah dan pengangguran berhubungan negatif sependapat dengan

analisis Kurva Phillips. Namun ia memberikan batasan bahwa penjelasan Kurva

Phillips tentang hubungan antara upah dan pengangguran tidak akan sepenuhnya

berlaku bila perekonomian dalam kondisi depresi dan resesi. Dari hasil

penelitiannya pengaruh tingkat pengangguran dalam mempengaruhi upah hanya

terbatas (limited) karena upah lebih banyak dipengaruhi oleh produktivitas tenaga

kerja. Sementara itu tingkat pengangguran lebih banyak dipengaruhi oleh variabel

makroekonomi pengeluaran pemerintah (government purchase). Perbedaan hasil

analisis ini karena teori pasar tenaga kerja Neoklsik menggunakan variabel upah

riil sedangkan analisis Kurva Phillips menggunakan variabel upah nominal. Upah

riil dan upah nominal akan sama jika di pasar tenaga kerja terdapat stabilitas

harga-harga

Dampak dari penyerapan tenga kerja yang belum mampu meningkatkan

upah riil ini menjadi gambaran lemahnya bargaining possition pekerja di

Indonesia dalam penentuan upah. Masalah ini mungkin juga disebabkan jumlah

angkatan kerja di Indonesia yang masih banyak belum terserap dalam lapangan

pekerjaan dan rendahnya tingkat pendidikan pekerja.

Page 97: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

77

Variabel pertumbuhan ekonomi regional (PDRB), berpengaruh nyata

positif terhadap tingkat upah riil. Dalam bentuk elastisitas, secara rata-rata setiap

kenaikan pertumbuhan ekonomi regional (PDRB) sebesar 1 persen akan

meningkatkan upah riil pekerja sebesar 0.39 persen, dengan asumsi variabel yang

lain konstan (ceteris paribus).

Menurut publikasi Laporan Perekonomian Indonesia yang dikeluarkan

Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia setelah krisis ekonomi

hampir selalu diikuti dengan inflasi yang cukup tinggi. Sementara itu kenaikan

inflasi yang juga meningkatkan kenaikan harga-harga barang umum ini sering

dimanfaatkan oleh serikat pekerja untuk menuntut kenaikan upah nominal

sehingga upah pekerja mempunyai kecenderungan yang terus meningkat.

Pemikiran ini memperjelas hubungan yang positif antara pertumbuhan ekonomi

dan upah pekerja.

Variabel upah minimum propinsi (UMP) berpengaruh nyata pada α = 1

persen terhadap tingkat upah riil. Dalam bentuk elastisitas, secara rata-rata setiap

kenaikan sebesar 1 persen akan meningkatkan upah riil pekerja sebesar 0.71

persen, dengan asumsi variabel yang lain konstan (ceteris paribus). Tingginya

nilai elastisitas upah minimum secara relatif ini menandakan bahwa kebijakan

upah minimum yang dilakukan pemerintah selama ini cukup berhasil mencapai

tujuannya yaitu meningkatkan upah riil pekerja. Permasalahan selanjutnya yang

dihadapi pemerintah dengan meningkatnya upah riil ini, akan menyebabkan

tingkat pengangguran meningkat.

Menurut Suryahadi (2001) dan Anonim (2002), dampak kenaikan upah

minimum dapat menguntungkan sebagian kelompok tenaga kerja di satu pihak

dan merugikan kelompok tenaga kerja pihak lainya. Menurut mereka, biasanya

yang akan direduksi dari kenaikan upah minimum adalah kelompok pekerja yang

memiliki skill yang rendah, sedangkan kenaikan upah minimum akan

meningkatkan permintan kerja bagi kelompok tenaga kerah putih.

Variabel tingkat pendidikan pekerja juga berpengaruh nyata pada α = 1

persen terhadap tingkat upah riil dengan elastisitas 0.72, yang berarti setiap 1

persen kenaikan rata-rata lama sekolah pekerja dapat meningkatkan upah riil

sebesar 0.72 persen dengan asumsi variabel yang lain konstan (ceteris paribus).

Page 98: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

78

Elastisitas dari tingkat pendidikan pekerja relatif cukup tinggi, ini menunjukkan

bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan upah riil

pekerja.

Tingkat pendidikan menentukan keahlian dan ketrampilan atau skill

pekerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja akan mendorong produktifitas

tenaga kerja. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan

memperkerjakan tenaga kerja yang mempunyai produktivitas tinggi, sehingga

perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada pekerja

tersebut.

5.4 Estimasi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja

Metode yang sama pada estimasi persamaan tingkat upah juga digunakan

untuk mengestimasi persamaan penyerapan tenaga kerja. Metode Two Stage Least

Squares (2SLS) dengan fixed effects dipilih sebagai metode estimasi terbaik

persamaan penyerapan tenaga kerja yang diketahui struktur varians-covarians

residual bersifat heteroskedastik, maka estimasi persamaan penyerapan tenaga

kerja juga menggunakan metode Estimated Generalized Least Squares (EGLS)

dengan cross-sectional weights.

Tabel 5.5 Estimasi persamaan penyerapan tenaga kerja

Dependent Variable: LOG(EMP)

Variable Coefficient t-Statistic Prob.

C 12.62462 22.29150 0.0000 LOG(UP) -0.028672 -1.208294 0.0282**

LOG(PDRB) 0.072740 2.079748 0.0387** LOG(PMTDB) 0.032225 2.101299 0.0367**

LOG(IHK) 0.091141 4.840805 0.0000*

R-squared 0.997758Adjusted R-squared 0.997475Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan : * signifikan taraf 1% *** signifikan taraf 10% ** signifikan taraf 5% tn tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 5.5, hasil estimasi persamaan penyerapan tenaga kerja

memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.99. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel bebas didalam model mampu menjelaskan 99 persen variasi setiap

Page 99: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

79

variabel endogen secara relatif baik. Variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel endogen pada α = 1 persen yang ditunjukkan

oleh nilai statistik F dengan p-value < 0.01, maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh parameter yang diduga berbeda dengan nol atau model yang digunakan

sudah tepat. Selain itu, variabel penyerapan tenaga kerja secara nyata dipengaruhi

oleh variabel-variabel bebasnya pada taraf nyata α = 0.01 dan α = 0.05.

Variabel tingkat upah, pertumbuhan ekonomi (PDRB), dan investasi

(PMTDB) berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja pada α = 0.05,

sedangkan variabel perubahan harga (IHK), berpengaruh nyata pada α = 0.01.

Variabel tingkat upah berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja

dengan nilai koefisien negatif, begitu pula sebaliknya variabel penyerapan tenaga

mempengaruhi tingkat upah juga dengan koefisien negatif.. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi hubungan dua arah yang saling meniadakan antara variabel tingkat

upah dan penyerapan tenaga kerja. Setiap 1 persen kenaikan upah riil, akan

menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.028 persen dengan asumsi

variabel yang lain ceteris paribus.

Jika dibandingkan besarnya pengaruh variabel penyerapan tenaga kerja

terhadap tingkat upah lebih elastis dibandingkan pengaruh tingkat upah terhadap

penyerapan tenaga kerja. Masalah hubungan yang negatif antara upah dan

penyerapan tenaga kerja menjadi menarik untuk di kaji lebih dalam.

Upah dipengaruhi oleh struktur biaya, yaitu proporsi biaya untuk pekerja

(labour cost) terhadap seluruh biaya produksi (total cost). Pengusaha dapat

memutuskan untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja jika Marginal

Productivity of Labour (MPL) > w/P atau upah riil, karena tambahan output masih

lebih besar dari tambahan biaya tenaga kerjanya. Sebaliknya jika MPL < w/P atau

upah riil, maka perusahaan akan mengurangi penggunaan tenaga kerja, karena

tambahan output menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tambahan biaya tenaga

kerjanya. Dengan demikian perusahaan tidak akan menambah maupun

mengurangi tenaga kerja jika tambahan produktivitas akibat penambahan tenaga

kerja sama dengan tingkat upah riilnya (MPL = w/P). Dengan kata lain

Page 100: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

80

perusahaan akan mengurangi maupun menambah tenaga kerja ketika tambahan

outputnya tidak sama dengan tambahan biayanya.

Semua perusahaan mempunyai tujuan untuk memaksimumkan laba.

Perusahaan akan mengganti input lain yang relatif lebih mahal dengan input yang

relatif lebih murah. Apabila upah tenagakerja meningkat maka perusahaan akan

berusaha mengganti dengan input lain yang lebih murah agar keuntungan yang

diperoleh maksimal, hal ini disebut dengan efek substitusi. Selain itu peningkatan

upah akan meningkatkan biaya marjinal perusahaan, yang memungkinkannya

untuk mengurangi output sehingga perusahaan akan mengurangi penggunaan

seluruh input termasuk tenaga kerja. Hal ini merupakan efek output.

Terdapat beberapa bukti empiris bahwa perubahan upah (contohnya

dengan undang-undang upah minimum) mempunyai efek yang serius dalam

meningkatkan pengangguran remaja (mengurangi jumlah orang yang bekerja).

Kaum remaja adalah partisipan dipasar tenaga kerja yang paling mungkin

terpengaruh oleh undang-undang upah minimum, karena keterampilan mereka

biasanya berada pada spektrum yang paling rendah. Sebuah studi penting pada

tahun 1970-an menemukan bahwa setiap 1% kenaikan upah minimum akan

menyebabkan pengurangan 0.3% pangsa pasar kaum remaja dari total tenaga kerja

(Mankiw, 2007).

Dalam rangka menentukan upah riil pekerja, pemerintah dihadapkan pada

pilihan yang dilematis. Dimana pekerja menginginkan tingkat upah yang layak,

sedangkan perusahaan selalu berusaha untuk memaksimumkan keuntungan

dengan salah satu caranya meminimalkan tingkat upah. Oleh karena itu, dalam

menentukan tingkat upah ini pemerintah perlu mengkaji secara seksama antara

kepentingan pekerja dan keberlanjutan perusahaan. Untuk itu pemerintah perlu

menata kesesuaian kebijakan pasar tenaga kerja dengan kondisi nyata pasar tenaga

kerja dan seluruh institusi yang terkait.

Menurut Widianto (2006), agar negara memiliki peran yang kuat dalam

menata sistem pasar kerja yang aman secara sosial ekonomi bagi pekerja, maka

perlu dirumuskan secara tegas sejauh mana tingkat fleksibilitas pasar yang aman

bagi kondisi angkatan kerja dan pasar kerja yang ada. Selain itu, kebijakan pasar

Page 101: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

81

kerja juga harus terintegrasi dengan institusi-institusi terkait, dan diletakkan

sebagai obyek dari kebijakan-kebijakan makro ekonomi lainnya

Menurut penelitian Suryahadi dampak dari kenaikan upah minimum untuk

semua pekerja dan seluruh segmen dari angkatan kerja adalah negatif, kecuali

pekerja kerah putih (white collar). Hasil ini konsisten dengan prediksi dari

kerangka teoritis bahwa upah minimum akan mereduksi kesempatan kerja dari

pekerja dengan skill yang rendah di sektor formal, akan tetapi sebaliknya kenaikan

dalam penetapan upah minimum akan meningkatkan kesempatan kerja dari

pekerja kerah putih atau pekerja dengan skill yang tinggi. Kesimpulan Suryahadi

secara umum sama dengan Anonim (2002). Anonim menambahkan bahwa

dampak negatif kenaikan upah minimum dapat meningkatkan pengangguran

untuk perempuan dan pekerja usia muda, pekerja berpendidikan rendah, pekerja

penuh waktu, dan pekerja paruh waktu.

Variabel pertumbuhan ekonomi regional (PDRB) berpengaruh nyata

terhadap penyerapan tenaga kerja dengan arah positif. Dalam bentuk elastisitas,

setiap 1 persen kenaikan PDRB akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja

sebesar 0.07 persen dengan asumsi variabel yang lain ceteris paribus. Hal ini

sesuai dengan logika ekonomi dimana, pertumbuhan ekonomi yang meningkat

pada suatu wilayah akan membutuhkan faktor-faktor produksi yang lebih banyak,

termasuk tenaga kerja.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Okun (1980) di Amerika Serikat yang

dilatarbelakangi anggapan bahwa dari waktu ke waktu angkatan kerja mengalami

pertumbuhan sehingga pengangguran akan naik kecuali jika output riil maupun

penyerapan tenaga kerja mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dalam

bentuk pertumbuhan, Okun membuktikan bahwa tingkat pengangguran akan turun

sebesar 0.4 persen setiap laju pertumbuhan PDB riil sebesar 1 persen per tahun.

Hukum Okun ini merupakan hasil dari penelitian empiris sehingga hukum

tersebut bukan merupakan hukum yang tetap, karena angka estimasi dari

hubungan antara laju pertumbuhan output dan tingkat pengangguran akan berubah

dari waktu ke waktu.

Variabel investasi fisik (PMTDB) berpengaruh nyata terhadap penyerapan

tenaga kerja dengan arah positif. Dalam bentuk elastisitas, setiap 1 persen

Page 102: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

82

kenaikan investasi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.03

persen dengan asumsi variabel yang lain ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan

hipotesis dalam penelitian ini yang menduga ada pengaruh positif investasi fisik

terhadap penyerapan tenaga kerja.

Keberhasilan pembangunan yang dicerminkan dari tingginya tingkat

pertumbuhan ekonomi regional tidak dapat dipisahkan dari peran penting

meningkatnya investasi fisik. Variabel investasi fisik ini termasuk salah satu

faktor penentu pertumbuhan ekonomi, karena dengan meningkatnya investasi

fisik ini akan mendorong kenaikan output produksi yang juga secara otomatis

akan meningkatkan permintaan input produksi. Dengan demikian akan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebagai salah satu input produksi yang

pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi

meningkatnya pendapatan.

Variabel kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks harga

konsumen (IHK) secara statistik berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga

kerja dengan arah positif. Dimana setiap kenaikan IHK sebesar 1 persen akan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.09 persen dengan asumsi

variabel yang lain ceteris paribus. Kenaikan harga barang-barang output ini akan

mendorong produsen meningkatkan outputnya untuk mendapatkan keuntungan

yang lebih besar lagi. Usaha produsen untuk meningkatkan outputnya ini harus

didukung oleh ketersediaan faktor-faktor produksi, salah satu faktor produksi itu

adalah tenaga kerja. Oleh karena itu semakin besar output yang dihasillkan

perusahaan maka semakin besar pula tenaga kerja yang diserap sehingga tingkat

pengangguran akan menurun.

Namun dampak negatif dari kenaikan harga yang tinggi dan tidak

terkendali ini akan menyebabkan inflasi dan dapat berakibat buruk terhadap

kelangsungan produksi karena inflasi yang tinggi ini akan menimbulkan efek

multiplier terhadap kenaikan biaya produksi, termasuk upah pekerja dan barang

input.

Peningkatan inflasi ini juga menyebabkan tingkat harga terutama harga

barang kebutuhan pokok melonjak, akibatnya daya beli masyarakat melemah dan

semakin banyak masyarakat yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya

Page 103: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

83

dengan layak, sehingga jumlah penduduk miskin akan semakin bertambah. Selain

itu inflasi juga menyebabkan daya beli masyarakat menurun yang menyebabkan

permintaan terhadap barang dan jasa juga akan mengalami penurunan, akibatnya

banyak perusahaan mengurangi produksinya yang menyebabkan output menjadi

turun. Untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya agar tidak rugi, maka

pelaku usaha akan mengurangi input produksinya, yaitu salah satunya dengan cara

mengurangi tenaga kerjanya.

Page 104: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, sesuai dengan tujuan

penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Adanya hubungan simultan antara tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja

dengan arah negatif. Setiap kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar 1 persen

akan menurunkan tingkat upah riil sebesar -1.51 persen dengan asumsi variabel

yang lain tetap. Sedangkan setiap kenaikan tingkat upah sebesar 1 persen akan

menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar -0.02 persen dengan asumsi

variabel yang lain tetap.

2. Pertumbuhan ekonomi regional signifikan mempengaruhi tingkat upah dan

penyerapan tenaga kerja. Dalam nilai elastisitas, pengaruh pertumbuhan

ekonomi regional terhadap tingkat upah lebih elastis dibandingkan

pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari persamaan tingkat upah

diperoleh bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1 persen akan menaikkan

tingkat upah sebesar 0.39 persen (ceteris paribus), sedangkan dari persamaan

penyerapan tenaga kerja diperoleh bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1

persen akan menaikkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.07 persen

(ceteris paribus).

3. Upah minimum dan tingkat pendidikan pekerja signifikan mempengaruhi upah

riil. Kenaikan upah minimum dan tingkat pendidikan pekerja berpengaruh

positif terhadap upah riil pekerja. Setiap kenaikan upah minimum sebesar 1

persen akan menaikkan upah riil sebesar 0.71 persen (ceteris paribus),

sedangkan setiap kenaikan jumlah pekerja berpendidikan tinggi sebesar

1 persen akan meningkatkan upah riil sebesar 0.72 persen (ceteris paribus).

Variabel pendidikan pekerja ini merupakan variabel yang dominan dalam

mempengaruhi tingkat upah.

4. Investasi fisik signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Setiap

kenaikan investasi fisik sebesar 1 persen akan meningkatkan penyerapan

tenaga kerja sebesar 0.03 persen (ceteris paribus).

Page 105: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

86

5. Tingkat perubahan harga yang dihitung berdasarkan indeks harga konsumen

(IHK) signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, Setiap kenaikan IHK

sebesar 1 persen akan menaikkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.09 persen

(ceteris paribus).

6.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang dirumuskan sebelumnya,

maka diberikan beberapa saran yang menyangkut penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Kenaikan tingkat upah akan berpengaruh pada penurunan penyerapan tenaga

kerja, oleh karena itu pemerintah perlu melakukan kontrol dengan penetapan

upah minimum yang wajar sesuai dengan mekanisme pasar tenaga kerja.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan produktivitas tenaga

kerja merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan

pekerja.

2. Pelaksanaan kebijakan pemerintah harus mengarah kepada peningkatan

kualitas pendidikan dan keterampilan agar dapat menunjang keahlian dan skill

pekerja sehingga produktivitas pekerja meningkat. Produktivitas merupakan

faktor utama dalam mewujudkan perekonomian yang tangguh. Peningkatan

upah riil, akibat dari meningkatnya produktivitas ini akan menmberikan

keuntungan baik bagi perusahaan dan juga bagi pekerja

3. Pembangunan ekonomi perlu diprioritaskan pada kegiatan ekonomi yang

dapat menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya sehingga, dapat

menyerap tenaga kerja yang banyak sekaligus juga akan mengurangi jumlah

pengangguran terbuka yang tinggi.

Page 106: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

DAFTAR PUSTAKA Aldhakil K. 1997. A Methods for Estimation Simultaneous Equation Models with

Time-series and Cross-section Data. Journal King Saud University 10: 13-28.

Anonim. 2002. The Impact of Minimum Wages on Employment.

www.smeru.or.id. Baltagi BH. 2005. Econometric Analysis of Panel Data. John Wiley & Sons LTD.

England. [BI] Bank Indonesia. 2007. Laporan Perekonomian Indonesia 2007. BI. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Tingkat Hidup Pekerja 2004-2006.

BPS. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2007. BPS. Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia 2008. BPS. Jakarta. Belzil C. 2006. Testing the Specification of the Mincer Wage Equation. Gate.

Perancis. Bellinger WK. 2007. The Economics Analysis of Public Policy. Routledge. Oxon. Blanchard O. 2006. Macroeconomics. Prentice Hall Business Publishing. New

York Burtt E. 1963. Labor Market, Unions, and Government Policies. St Martin’s

Press. New York Calmfors L. 2000. Unemployment and Economic Growth. Swedish Economic

Policy Review. Stockholm. Depnakertrans. 1996. Perkembangan Struktur Perekonomian dan Kesempatan

Kerja. Pusat Libang Tenaga Kerja Depnaker dan BPS. Departemen Tenaga kerja RI. Jakarta

Depnakertrans. 2004. Rencana Tenaga Kerja (2004-2009). Depnakertrans dan

BPS. Jakarta Dornbusch R, Fisher S, Startz R. 2004. Makroekonomi, Ed ke-8.Yusuf W, Roy

IM, penerjemah; Media Global. Terjemahan dari: Macroeconomics. Jakarta

Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta

Page 107: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

88

Enders W. 2004. Applied Econometrics Time Series. Ed ke-2. John Willey and

Sons, Inc. New York Falls C. 2004. Specification Testing In Panel Data Models by Fixed Effect with

Instrument Variables. Journal Michigan State University 13:21-35 Greene H. 2005. Econometric Analysis, 4th Edition. Prentice Hall. USA Gujarati DN. 2003. Basic Econometrics. MacGrow-Hill International Editions.

Singapore Hall RE. 2005. The Limited Influence of Unemployment on the Wage Bargain..

Stanford University. Stanford Hsiao C. 2003. Analysis of Panel Data 2nd Edition. Cambridge University Press.

Cambridge InterCAFE. 2008. Studi Empiris Persistensi Pengangguran di Indonesia dan

Upaya Penanggulangannya Berdasarkan Analisis Data Mikro. Institut Pertanian Bogor, Pusat Pendidikan dan Studi Kebangsentralan, Bank Indonesia, Bogor

Jhingan ML. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta. Khusaini. 2004. Analisis Disparitas antar Daerah Kabupaten/Kota dan

Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Provinsi Banten [tesis]. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Jakarta.

Kuncoro M. 2007. Ekonomika Industri Indonesia. Penerbit Andi. Yogyakarta. Mankiw NG. 2007. Teori Makroekonomi, Ed ke-6 Liza F, penerjemah; Penerbit

Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics theory. Jakarta McCann P. 2006. Urban and Regional Economics. Oxford University Press.

Oxford Inc. New York. Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Internediate, Ed ke-8 Mahendra, penerjemah;

Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Intermediate Microeconomics: Jakarta

Priyarsono DS, Sahara, Firdaus M. 2007. Ekonomi Regional 1-9. Universitas

Terbuka. Jakarta. Romer PM. 1986. Increasing Returns and Long-Run Growth. The Journal of

Political Economy 5:1002-1037.

Page 108: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

89

Samad A, Ahmed H. 2007. A Simultaneous for The Demand for Money in Bangladesh. Journal Of Business and economics, Daffodil International University 2:2-20

Siregar H, et al. 2006. Paradoks Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran :

Identifikasi Implikasi dan Solusi. International Center for Applied Finance and Economics (Inter-CAFE), Institut Pertanian Bogor, Pusat Pendidikan dan Studi Kebangsentralan, Bank Indonesia, Bogor

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang. Solow RM. 1956. A Contribution to the Theory of Economic Growth. The

Quarterly Journal of Economics 70(1):65-94. Stiglitz JE. 2000. Economics of the Public Sektor. Third Ed. W.W. Norton &

Company. New York

Solikin, Sugema I. 2004. Rigiditas Harga-Upah dan Implikasinya Pada Kebijakan Moneter di Indonesia. Buletin Ekonomi dan Perbankan.

Sukirno S. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sumarsono S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan

Ketenagakerjaan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Suryadarma D. 2007. Reducing Unemployment in Indonesia: Result from

Growth-Employment Elasticity Model. SMERU Research Institute. Jakarta

Suryahadi A. 2001. Wage and Employment Effects of Minimum Wage Policy in

the Indonesian Urban Labor Market. SMERU Research Institute. Jakarta. Tambunan T. 2000. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia. Jakarta. Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1 Edisi Kesembilan .

Alih Bahasa. Penerbit Erlangga. Jakarta. Venus A. 2006. Analisis Hubungan Pembangunan Manusia dan Kinerja

Perekonomian di Indonesia Suatu Pendekatan Simultan pada Data Panel Propinsi. [Tesis]. Universitas Indonesia. Jakarta.

Verbeek M. 2000. A Guide to Modern Econometrics. John Wiley & Sons.

Chicester. Wallis G. 2002. The Effect of Skill Shortage on Unemployment and Real Wage

Growth: A Simultaneous Equation Approach. British National Statistics Office. Warwick.

Page 109: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

90

Widarjono A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.

Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.

Widianto B. 2006. Kebijakan untuk Memperluas Kesempatan Kerja. Bahan Presentasi dalam Sarasehan Bappenas dan Wartawan. 15 Desember 2006.

Williamson JG. 1965. Regional Inequality and the Process of National Development: A Description of the Patterns. Economic Development and Cultural Change 13(4):1-84.

Page 110: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

LAMPIRAN 1 : ESTIMASI PERASMAAN REDUCE FORM

Dependent Variable: LOG(EMP) Method: Panel Two-Stage Least Squares Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 260 Instrument list: C LOG(PDRB) LOG(UMP) LOG(EDUC) LOG(PMTDB) LOG(IHK)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.33232 0.514340 23.97700 0.0000 LOG(PDRB) 0.085832 0.037695 2.277016 0.0237 LOG(UMP) -0.017110 0.019412 -0.881388 0.3790

LOG(EDUC) -0.101116 0.095039 -1.063944 0.2885 LOG(PMTDB) 0.035646 0.014701 2.424758 0.0161

LOG(IHK) 0.102724 0.022023 4.664401 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.997756 Mean dependent var 14.55625 Adjusted R-squared 0.997462 S.D. dependent var 0.899078 S.E. of regression 0.045292 Sum squared resid 0.469763 F-statistic 3394.336 Durbin-Watson stat 1.479597 Prob(F-statistic) 0.000000 Second-Stage SSR 0.469763 Instrument rank 31.000000

Dependent Variable: LOG(UP) Method: Panel Two-Stage EGLS (Cross-section weights) Instrument list: C LOG(PDRB) LOG(UMP) LOG(EDUC) LOG(PMTDB) LOG(IHK)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.53481 1.393170 7.561754 0.0000 LOG(PDRB) -0.288904 0.112287 -2.572906 0.0107 LOG(UMP) 0.708984 0.047934 14.79086 0.0000

LOG(EDUC) 0.781189 0.241643 3.232827 0.0014 LOG(PMTDB) -0.142104 0.035156 -4.042078 0.0001

LOG(IHK) -0.169283 0.059165 -2.861221 0.0046

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.912913 Mean dependent var 14.43396 Adjusted R-squared 0.901504 S.D. dependent var 5.584745 S.E. of regression 0.130260 Sum squared resid 3.885578 F-statistic 80.01824 Durbin-Watson stat 1.223116 Prob(F-statistic) 0.000000 Second-Stage SSR 3.885578 Instrument rank 31.000000

Page 111: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

92

LAMPIRAN 2 : UJI SIMULTANITAS Dependent Variable: LOG(EMP)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.32560 6.105006 2.510333 0.0128LOG(UPF) -0.128118 0.115921 -1.105218 0.2702

LOG(PDRB) -1.458306 0.556300 -2.621440 0.0093LOG(PMTDB) 1.607622 0.398938 4.029748 0.0001

LOG(IHK) 0.180064 0.264789 0.680029 0.4972RESIDUP 0.351389 0.119423 2.942383 0.0036

R-squared 0.983914 Mean dependent var 31.81503Adjusted R-squared 0.981806 S.D. dependent var 18.19178S.E. of regression 0.301556 Sum squared resid 20.82429F-statistic 1.59E+13 Durbin-Watson stat 1.055764Prob(F-statistic) 0.000000 Second-Stage SSR 6.21E-10Instrument rank 31.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.870225 Mean dependent var 14.55625Sum squared resid 27.16969 Durbin-Watson stat 0.856823

Dependent Variable: LOG(UP)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 37.49164 5.260578 7.126905 0.0000LOG(EMPF) -2.205763 0.495787 -4.449010 0.0000LOG(PDRB) -0.170280 0.138476 -1.229670 0.2201LOG(UMP) 0.715005 0.043607 16.39671 0.0000

LOG(EDUC) 0.713862 0.216994 3.289781 0.0012RESIDEMP -0.289259 0.149420 -1.935876 0.0541

Weighted Statistics

R-squared 0.915975 Mean dependent var 14.49871Adjusted R-squared 0.904967 S.D. dependent var 5.422965S.E. of regression 0.131059 Sum squared resid 3.933423F-statistic 83.21266 Durbin-Watson stat 1.212577Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.842235 Mean dependent var 12.11410Sum squared resid 4.168828 Durbin-Watson stat 1.076312

Page 112: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

93

LAMPIRAN 3 : UJI ENDOGENITAS Dependent Variable: LOG(EMP) Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.60768 0.581880 26.82284 0.0000 LOG(UP) 0.021133 0.071446 0.295795 0.7676

LOG(PDRB) 0.678139 0.014928 45.42763 0.0000 LOG(PMTDB) -0.083811 0.015652 -5.354482 0.0000

LOG(IHK) 0.047990 0.040980 1.171071 0.2427 LOG(UPF) -0.984467 0.070232 -14.01741 0.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.910883 Mean dependent var 22.14920 Adjusted R-squared 0.909128 S.D. dependent var 11.91394 S.E. of regression 0.359671 Sum squared resid 32.85833 F-statistic 519.2346 Durbin-Watson stat 0.202806 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.801315 Mean dependent var 14.55625 Sum squared resid 41.59673 Durbin-Watson stat 0.105518

Dependent Variable: LOG(UP)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 37.49164 5.260578 7.126905 0.0000 LOG(EMP) -0.289259 0.149420 -1.935876 0.0541

LOG(PDRB) -0.170280 0.138476 -1.229670 0.2201 LOG(UMP) 0.715005 0.043607 16.39671 0.0000

LOG(EDUC) 0.713862 0.216994 3.289781 0.0012 LOG(EMPF) -1.916504 0.548752 -3.492477 0.0006

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.915975 Mean dependent var 14.49871 Adjusted R-squared 0.904967 S.D. dependent var 5.422965 S.E. of regression 0.131059 Sum squared resid 3.933423 F-statistic 83.21266 Durbin-Watson stat 1.212577 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.842235 Mean dependent var 12.11410 Sum squared resid 4.168828 Durbin-Watson stat 1.076312

Page 113: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

94

UJI COMMON, FIXED DAN RANDOM EFFECTS (UP)

Dependent Variable: LOG(UP) Method: Panel Two-Stage EGLS (Cross-section weights)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.65780 1.126515 12.12394 0.0000LOG(EMP) -0.637453 0.078901 -8.079200 0.0000

LOG(PDRB) 0.373735 0.056302 6.638075 0.0000LOG(UMP) 0.325509 0.058568 5.557822 0.0000

LOG(EDUC) -1.208440 0.205919 -5.868532 0.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.576081 Mean dependent var 14.43520Adjusted R-squared 0.569432 S.D. dependent var 4.657036S.E. of regression 0.237830 Sum squared resid 14.42364F-statistic 148.3627 Durbin-Watson stat 0.591247Prob(F-statistic) 0.000000 Second-Stage SSR 10.22600Instrument rank 6.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.421989 Mean dependent var 12.11410Sum squared resid 15.27355 Durbin-Watson stat 0.465404

Dependent Variable: LOG(UP)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 19.67260 1.867063 10.53665 0.0000LOG(EMP) -0.464283 0.142914 -3.248683 0.0013

LOG(PDRB) -0.602557 0.084446 -7.135448 0.0000LOG(UMP) 0.699280 0.045502 15.36820 0.0000

LOG(EDUC) 0.750483 0.225992 3.320841 0.0010

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.905046 Mean dependent var 14.58720Adjusted R-squared 0.893073 S.D. dependent var 4.814566S.E. of regression 0.134607 Sum squared resid 4.167354F-statistic 75.59355 Durbin-Watson stat 1.215739Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.829767 Mean dependent var 12.11410Sum squared resid 4.498298 Durbin-Watson stat 1.015784

Page 114: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

95

Redundant Fixed Effects Tests Equation: UPPOOL Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 12.160671 (25,230) 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.791709 0.482333 16.15421 0.0000 LOG(EMP) -0.224512 0.023135 -9.704638 0.0000

LOG(PDRB) 0.068069 0.018810 3.618744 0.0004 LOG(UMP) 0.605370 0.036367 16.64615 0.0000

LOG(EDUC) -0.261292 0.101951 -2.562912 0.0110

Weighted Statistics

R-squared 0.779534 Mean dependent var 14.58720 Adjusted R-squared 0.776075 S.D. dependent var 4.814566 S.E. of regression 0.194793 Sum squared resid 9.675814 F-statistic 225.4096 Durbin-Watson stat 0.623052 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.685849 Mean dependent var 12.11410 Sum squared resid 8.301232 Durbin-Watson stat 0.613576

Dependent Variable: LOG(UP) Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.643870 0.543380 17.74793 0.0000 LOG(EMP) -0.257994 0.040058 -6.440542 0.0000

LOG(PDRB) 0.085851 0.031802 2.699577 0.0074 LOG(UMP) 0.475994 0.036479 13.04847 0.0000

LOG(EDUC) -0.356434 0.149765 -2.379950 0.0181

Effects Specification S.D. Rho

Cross-section random 0.089076 0.2950 Idiosyncratic random 0.137700 0.7050

Weighted Statistics

R-squared 0.503607 Mean dependent var 5.320261 Adjusted R-squared 0.495820 S.D. dependent var 0.210111 S.E. of regression 0.149190 Sum squared resid 5.675738 F-statistic 64.67643 Durbin-Watson stat 0.925678 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 115: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

96

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: UPPOOL Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 48.332455 4 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

LOG(EMP) -0.493724 -0.257994 0.033277 0.1963LOG(PDRB) -0.442313 0.085851 0.010480 0.0000LOG(UMP) 0.643288 0.475994 0.001665 0.0000

LOG(EDUC) 0.193699 -0.356434 0.048067 0.0121

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: LOG(UP)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 19.11454 2.369191 8.067961 0.0000LOG(EMP) -0.493724 0.186766 -2.643536 0.0088

LOG(PDRB) -0.442313 0.107200 -4.126069 0.0001LOG(UMP) 0.643288 0.054737 11.75226 0.0000

LOG(EDUC) 0.193699 0.265512 0.729530 0.4664

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.834959 Mean dependent var 12.11410Adjusted R-squared 0.814149 S.D. dependent var 0.319413S.E. of regression 0.137700 Akaike info criterion -1.019310Sum squared resid 4.361103 Schwarz criterion -0.608462Log likelihood 162.5103 Hannan-Quinn criter. -0.854144F-statistic 40.12381 Durbin-Watson stat 1.056205Prob(F-statistic) 0.000000

Page 116: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

97

UJI COMMON, FIXED DAN RANDOM EFFECTS (EMP) Dependent Variable: LOG(EMP) Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 14.02348 1.246055 11.25430 0.0000 LOG(UP) -0.792344 0.057007 -13.89897 0.0000

LOG(PDRB) 0.675620 0.036533 18.49328 0.0000 LOG(PMTDB) -0.056714 0.026347 -2.152602 0.0323

LOG(IHK) -0.095974 0.133152 -0.720785 0.4717

Weighted Statistics

R-squared 0.858423 Mean dependent var 20.94938 Adjusted R-squared 0.856202 S.D. dependent var 10.38440 S.E. of regression 0.383634 Sum squared resid 37.52963 F-statistic 386.5337 Durbin-Watson stat 0.299923 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.774229 Mean dependent var 14.55625 Sum squared resid 47.26747 Durbin-Watson stat 0.120508

Dependent Variable: LOG(EMP) Method: Panel Least Squares

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.59583 0.541100 23.27817 0.0000 LOG(UP) -0.025897 0.017429 -1.485878 0.1387

LOG(PDRB) 0.072138 0.034799 2.073014 0.0393 LOG(PMTDB) 0.032790 0.014981 2.188780 0.0296

LOG(IHK) 0.090596 0.018560 4.881395 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.997758 Mean dependent var 14.55625 Adjusted R-squared 0.997476 S.D. dependent var 0.899078 S.E. of regression 0.045172 Akaike info criterion -3.248522 Sum squared resid 0.469312 Schwarz criterion -2.837675 Log likelihood 452.3079 Hannan-Quinn criter. -3.083356 F-statistic 3530.110 Durbin-Watson stat 1.470445 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 117: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

98

Redundant Fixed Effects Tests Equation: EMPPOOL Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 846.931039 (25,230) 0.0000Cross-section Chi-square 1178.637191 25 0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: LOG(EMP)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 18.49479 1.231170 15.02213 0.0000LOG(UP) -1.117524 0.083767 -13.34091 0.0000

LOG(PDRB) 0.664554 0.063918 10.39694 0.0000LOG(PMTDB) -0.109684 0.054987 -1.994720 0.0471

LOG(IHK) -0.021013 0.090065 -0.233307 0.8157

R-squared 0.791398 Mean dependent var 14.55625Adjusted R-squared 0.788125 S.D. dependent var 0.899078S.E. of regression 0.413844 Akaike info criterion 1.092390Sum squared resid 43.67312 Schwarz criterion 1.160865Log likelihood -137.0107 Hannan-Quinn criter. 1.119918F-statistic 241.8553 Durbin-Watson stat 0.214184Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: LOG(EMP) Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.57961 0.475140 22.26628 0.0000LOG(UP) -0.036873 0.017375 -2.122176 0.0348

LOG(PDRB) 0.206009 0.030557 6.741844 0.0000LOG(PMTDB) 0.046116 0.014768 3.122666 0.0020

LOG(IHK) 0.029899 0.016778 1.782021 0.0759

Effects Specification S.D. Rho

Cross-section random 0.319249 0.9804Idiosyncratic random 0.045172 0.0196

Weighted Statistics

R-squared 0.413347 Mean dependent var 0.650657Adjusted R-squared 0.404145 S.D. dependent var 0.069833S.E. of regression 0.053905 Sum squared resid 0.740976F-statistic 44.91733 Durbin-Watson stat 1.142767Prob(F-statistic) 0.000000

Page 118: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

99

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: EMPPOOL Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 112.136921 4 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

LOG(UP) -0.025897 -0.036873 0.000002 0.0000 LOG(PDRB) 0.072138 0.206009 0.000277 0.0000

LOG(PMTDB) 0.032790 0.046116 0.000006 0.0000 LOG(IHK) 0.090596 0.029899 0.000063 0.0000

Cross-section random effects test equation:

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.59583 0.541100 23.27817 0.0000 LOG(UP) -0.025897 0.017429 -1.485878 0.1387

LOG(PDRB) 0.072138 0.034799 2.073014 0.0393 LOG(PMTDB) 0.032790 0.014981 2.188780 0.0296

LOG(IHK) 0.090596 0.018560 4.881395 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.997758 Mean dependent var 14.55625 Adjusted R-squared 0.997476 S.D. dependent var 0.899078 S.E. of regression 0.045172 Akaike info criterion -3.248522 Sum squared resid 0.469312 Schwarz criterion -2.837675 Log likelihood 452.3079 Hannan-Quinn criter. -3.083356 F-statistic 3530.110 Durbin-Watson stat 1.470445 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 119: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

100

LAMPIRAN 4 : ESTIMASI PERSAMAAN TINGKAT UPAH Dependent Variable: LOG(UP) Instrument list: C LOG(PDRB) LOG(UMP) LOG(EDUC) LOG(PMTDB) LOG(IHK)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 31.22114 6.841871 4.563246 0.0000LOG(EMP) -1.511576 0.630459 -2.397581 0.0173

LOG(PDRB) 0.392091 0.167673 2.033843 0.0202LOG(UMP) 0.710806 0.052774 13.46889 0.0000

LOG(EDUC) 0.725352 0.248917 2.914038 0.0039

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.880288 Mean dependent var 13.80101Adjusted R-squared 0.865194 S.D. dependent var 4.108743S.E. of regression 0.144865 Sum squared resid 4.826774F-statistic 68.05268 Durbin-Watson stat 1.264437Prob(F-statistic) 0.000000 Second-Stage SSR 4.208523Instrument rank 31.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.810353 Mean dependent var 12.11410Sum squared resid 5.011301 Durbin-Watson stat 1.109617

Fixed Effects (Cross)

1 NAD -0.331437 14 BALI -0.371206 2 SUMUT 1.377793 15 NTB -0.65543 3 SUMBAR -0.332084 16 NTT -0.39982 4 RIAU 0.458365 17 KALBAR -0.161875 5 JAMBI -1.338853 18 KALTENG -1.603811 6 SUMSEL 0.867273 19 KALSEL -0.622113

7 BENGKULU -2.165256 20 KALTIM -0.427434 8 LAMPUNG 0.310598 21 SULUT -1.287933 9 DKI 1.396707 22 SULTENG -1.564786

10 JABAR 3.839301 23 SULSEL 0.766926 11 JATENG 3.383935 24 SULTRA -1.867003 12 DIY -0.615721 25 MALUKU -1.956963

13 JATIM 3.857216 26 PAPUA -0.556389

Page 120: ANALISIS HUBUNGAN SIMULTAN ANTARA TINGKAT UPAH … · Masalah ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi ... Tinjauan Teori ... Hubungan beberapa Variabel Makroekonomi

101

LAMPIRAN 5 : ESTIMASI PERSAMAAN PENYERAPAN TENAGA KERJA Dependent Variable: LOG(EMP) Instrument list: C LOG(PDRB) LOG(UMP) LOG(EDUC) LOG(PMTDB) LOG(IHK)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.62462 0.566342 22.29150 0.0000 LOG(UP) -0.028672 0.023729 -1.208294 0.0282

LOG(PDRB) 0.072740 0.034975 2.079748 0.0387 LOG(PMTDB) 0.032225 0.015336 2.101299 0.0367

LOG(IHK) 0.091141 0.018828 4.840805 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.997758 Mean dependent var 14.55625 Adjusted R-squared 0.997475 S.D. dependent var 0.899078 S.E. of regression 0.045174 Sum squared resid 0.469364 F-statistic 3518.646 Durbin-Watson stat 1.473040 Prob(F-statistic) 0.000000 Second-Stage SSR 0.470838 Instrument rank 31.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.997716 Mean dependent var 14.55625 Sum squared resid 0.478201 Durbin-Watson stat 1.412863

Fixed Effects (Cross)

1 NAD -0.32305 14 BALI -0.08987 2 SUMUT 0.731040 15 NTB -0.06543 3 SUMBAR -0.15569 16 NTT 0.030342 4 RIAU -0.17608 17 KALBAR -0.10412 5 JAMBI -0.55365 18 KALTENG -0.83152 6 SUMSEL 0.427193 19 KALSEL -0.29996 7 BENGKULU -0.8596 20 KALTIM -0.78143 8 LAMPUNG 0.376643 21 SULUT -0.53589 9 DKI 0.259918 22 SULTENG -0.6282

10 JABAR 1.856073 23 SULSEL 0.379315 11 JATENG 1.808429 24 SULTRA -0.79684 12 DIY -0.1646 25 MALUKU -0.72332 13 JATIM 1.851678 26 PAPUA -0.63139