Analisis Fraud Semen Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sadsfs

Citation preview

E-faktur pajak dan tantanganny

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN2IMPLEMENTASI PENGELOLAAN RISIKO FRAUD11ANALISIS IMPLEMENTASI PENGELOLAAN RISIKO FRAUD27PENUTUP30PENDAHULUANA. Latar Belakang

Salah satu risiko penting yang dihadapi oleh organisasi kontemporer adalah risiko fraud. Ketika fraud itu muncul apakah itu fraud internal, penipuan pihak ketiga, atau penipuan kolusi, dapat menimbulkan dampak keuangan yang signifikan serta merusak reputasi serius pada organisasi. Dalam banyak kasus, terjadinya penipuan dengan cepat mengarah pada penurunan harga saham dan kapitalisasi pasar, dan merupakan indikator awal kesulitan keuangan, yang akhirnya menyebabkan kebangkrutan atau kehancuran perusahaan. Memang, fraud dan kesulitan keuangan tampaknya berhubungan satu sama lain seperti ayam-dan telur dengan semacam cara: Penipuan dapat menyebabkan kesulitan keuangan, tapi kesulitan keuangan sering memicu terjadinya fraud. Mengingat konsekuensi ekonomi yang serius mengenai fraud, manajemen senior dari banyak organisasi berada di bawah tekanan untuk mengatasi meningkatnya ekspektasi kunci yang terkait dengan bisnis, kepatuhan terhadap peraturan dan penggerak dalam mengembangkan program antifraud dan pengendalian aktivitas. Fokus global diperbaharui pada tata kelola perusahaan yang berasal dari kesadaran bahwa laporan keuangan dengan mudah dapat dipalsukan bagi organisasi mana pun.

Sejak tahun 2002, penekanan pada perbaikan tata kelola perusahaan telah menjadi tren yang semakin global, pada beberapa negara seperti Inggris, Perancis, dan Jerman (dan Eropa pada umumnya), Kanada, Indonesia, Afrika Selatan, Australia, India, Jepang yang mengadopsi regulasi dan peraturan baru. Jelas, faktor pendorong di belakang peraturan tersebut adalah untuk menjaga kepercayaan pasar dengan langsung menangani mitigasi dan risiko penipuan pelaporan keuangan. Akibatnya, penjaga integritas keuangan, di antara internal auditor, telah mencapai keunggulan yang signifikan dan semakin sering diminta untuk memainkan peran kunci dalam mencegah, menghalangi, dan mendeteksi fraud dalam organisasi laba, pemerintah, dan organisasi nirlaba global.

Pada tingkat internasional, standar relevan pemberian pedoman bagi auditor adalah International Standar on Auditing (ISA) Nomor 240: Tanggung Jawab Auditor untuk Pertimbangkan Penipuan dan Kesalahan dalam Audit Laporan Keuangan, yang dikeluarkan oleh Federasi Akuntan Internasional (IFAC). Walaupun standar ini berlaku terutama untuk auditor independen di luar, auditor internal juga akan mendapatkan keuntungan dari penelaahan atas isi dan bimbingan. Fraud, penyia-nyiaan, dan penyalahgunaan juga menjadi perhatian besar dalam pemerintahan, dan baru-baru ini direvisi dan diperbarui Generally Accepted Goverment Auditing Standards (GAGAS) di Amerika Serikat - juga dikenal sebagai Buku Kuning mencurahkan beberapa bagian tanggung jawab pemerintah auditor internal di daerah ini. Selain itu, individu-individu dan organisasi yang dibebankan dengan lebih-melihat manajemen senior (misalnya, komite audit) dan mereka yang bertanggung jawab untuk pelaporan keuangan dan pemantauan pengungkapan yang memiliki harapan tinggi sehubungan dengan auditor internal untuk mencegah suatu penipuan. Penelitian terbaru dalam tata kelola perusahaan perbandingan menemukan bahwa reformasi pemerintahan adalah tren global, dan internal auditor di seluruh dunia sedang menghadapi meningkatnya ekspektasi dalam memerangi fraud.B. Landasan Teori1. Definisi dan Jenis Fraud

Organisasi yang mewakili profesional khusus seperti auditor internal dan auditor eksternal, serta penguji fraud, telah berusaha untuk mendefinisikan fraud dan menggariskan peran dan tanggung jawab anggota masing-masing konstitusi. Selain gelar Certified Internal Auditor (CIA), pelatihan auditor internal sering disebut sebutan lainnya seperti Certified Public Accountants (CPA), atau Chartered Accountant di yurisdiksi non-US, dan Certified Fraud Examiner (CFE). Dengan demikian, definisi fraud dinyatakan oleh Institute of International Auditors (IIA), The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), dan Asspciation of Certified Fraud Examiner (ACFE), akan dibahas di bawah ini.

Institute of Internal Auditor's DefinitionIIA menyatakan definisi fraud dalam kerangka praktik profesional sebagai berikut:

Fraud adalah setiap tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada aplikasi kekerasan atau ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh partai dan organisasi untuk memperoleh kekayaan uang, atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau hilangnya layanan, atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis.

American Institute of Certified Public Accountants Definition

Mengingat fokus utama profesi akuntansi publik pada audit laporan keuangan, sekarang berkembang di Amerika Serikat untuk termasuk audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan berdasarkan Section 404 dari undang-undang Sarbanex-Oxley tahun 2002, tidak mengherankan bahwa AICPA membahas konsep fraud dengan mengevaluasi hubungannya dengan, dan efek, laporan keuangan organisasi. Dengan demikian, definisi AICPA - diambildari Statement on Auditing (SAS) 99 yang berlaku efektif untuk audit laporan keuangan setelah 15 Desember 2002 - menggambarkan dua jenis penipuan: salah saji yang timbul daripenipuan laporan keuangan (distorsi laporan keuangan) dan salah saji yang timbul dari penyalahgunaan aset (pencurian atau penyalahgunaan aset organisasi).

Penipuan pelaporan keuangan melibatkan salah saji disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dirancang untuk mengelabui pengguna laporan keuangan. Sifat dari salah saji atau kelalaian adalah kegagalan laporan keuangan yang akan disajikan dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Penipuan pelaporan keuangan yang dapat dicapai sebagai berikut:

Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung dari laporan keuangan yang disusun.

Keliru dalam, atau kelalaian yang disengaja dari, laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi penting lainnya.

Kesalahan yang disengaja dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Association of Certified Fraud Examiners Definition

Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), pada tahun 2006 dengan Laporan untuk Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse mendefinisikan fraud sebagai berikut:

Penggunaan pekerjaan seseorang untuk peng-kayakan pribadi melalui penyalahgunaan yang disengaja atau penyalahgunaan sumber daya organisasi atau aset.

Penipuan kerja mencakup berbagai kesalahan oleh karyawan, manajer, dan eksekutif. Skema penipuan kerja dapat yang digambarkan secara sederhana seperti pencurian kas kecil atau serumit penggelapan laporan keuangan. Empat unsur dari penipuan kerja. seperti:

Apakah rahasia (yaitu, kerahasiaan dan curiga).

Melanggar tugas untuk organisasi.

Apakah berkomitmen untuk manfaat keuangan langsung atau tidak langsung bagi pelaku.

Biaya aktiva organisasi yang mempekerjakan, nilai atau cadangan.

The ACFE's Uniform Occupational Fraud Classification (Fraud Tree), menggambarkan tiga jenis utama dari penipuan: penyalahgunaan aset, yang melibatkan pencurian atau penyalahgunaan aset organisasi (misalnya, menggelapkan pendapatan, mencuri persediaan, penipuan penggajian), korupsi, di mana penipu menyalahgunakan pengaruh mereka dalam transaksi bisnis untuk mendapatkan beberapa keuntungan untuk diri sendiri atau orang lain, bertentangan dengan kewajiban mereka untuk majikan mereka atau hak-hak orang lain (misalnya,,berurusan suap diri, konflik kepentingan), dan penipuan laporan, yang umumnya melibatkan pemalsuan organisasi; laporan keuangan (misalnya, pendapatan melebihlebihkan, pemahaman kewajiban dan biaya).

2. Segitiga Fraud

Dari perspektif kriminologi, fraud, seperti kejahatan lainnya, dapat dijelaskan oleh tiga faktor: adanya motivasi, ketersediaan target yang sesuai, dan tidak adanya sistem pengendalian keamanan. Berikut adalah kerangka konseptual Segitiga Fraud:

Sebuah kerangka kerja konseptual yang penting dalam pemahaman fraud adalah Cressey's Segitiga Fraud, berdasarkan apakah polisi dan detektif melihat sebagai sarana, motif, dan kesempatan. Pemikiran pertama oleh sosiolog Donald Cressey dan disebarluaskan oleh Association of Certified Fraud Examiner, bahwa segitiga fraud memiliki tiga komponen: pressure, perceived opportunity, dan rationalization.

Segitiga fraud menyoroti tiga unsur yang dapat disebut akar penyebab "fraud" yang selalu hadir, tak peduli jenis penipuan apapun. Pelaku fraud ingin memanipulasi kenyataan atau tekanan yang dirasakan untuk menunjukkan kinerja (misalnya, menghasilkan sikap bahwa ketika Anda tidak bisa "membuat" angka-angka, Anda hanya "membuat" angka), mereka perlu melihat kesempatan yang luas sehingga mereka dapat melakukan penipuan dengan mudah (misalnya, tidak ada yang mengawasi toko, karyawan dipercaya benar-benar), dan yang paling penting, mereka perlu untuk merasionalisasi tindakan mereka sebagai diterima.

Rasionalisasi memungkinkan pelaku penipuan percaya bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah, dan orang normal. Khususnya, pelaku penipuan harus mampu membenarkan tindakan mereka untuk diri mereka sebagai sebuah mekanisme psikologis yang erurusan dengan disonansi "kognitif" (yaitu, kurangnya kesesuaian antara persepsi mereka sendir untuki bersikap jujur dan sifat/perilaku menipu). Mereka butuh alasan. Daftar umum meliputi:

Semua orang melakukannya, jadi saya tidak berbeda.

Mengambil uang dari kas hanyalah sementara dengan kata lain meminjam. Uang itu akan dikembalikan saat perjudian/taruhan dimenangkan.

Pengusaha tidak menggaji saya, jadi saya pantas mendapat tunjangan sebagai kompensasi masuk akal, dan perusahaan tertentu dapat membelinya.

Saya tidak menyakiti siapa pun - Sebenarnya, hal itu untuk tujuan mulia.

Hal ini bukanlah masalah serius.3. Prinsip Pengelolaan Risiko FraudPrinsip-prinsip utama dalam pengelolaan risiko fraud adalah:

Fraud Risk Governance

Harus ada struktur di tempat untuk mengawasi identifikasi dan manajemen risiko fraud. Struktur ini bertugas:

Membantu mengatur Pengelolaan risiko fraud

Mendorong penetapan kebijakan

Bertanggung jawab untuk memantau efektivitas program pengelolaan risiko fraud organisasi

Fraud Risk Assessment

Manajemen harus memahami risiko fraud inherent yang melekat pada organisasi dengan langkah sebagai berikut:

Mengidentifikasi peristiwa atau scenario fraud yang memiliki potensi untuk muncul

Mengelola dampak dan kemungkinan setiap risiko

Menentukan respon yang sesuai untuk masing-masing risiko

Fraud Prevention and Detection

Kontrol pencegahan dapat mencakup kebijakan, prosedur, pelatihan dan komunikasi. Kontrol deteksi dapat mencakup kegiatan manual atau otomatis yang akan mengenali tepat waktu bahwa penipuan memiliki atau sedang terjadi.

Fraud Reporting, Investigation, and Resolution

Membangun sistem pelaporan untuk memfasilitasi dan mendorong pelaporan potensi atau kejadian fraud yaitu melalui sistem Whistleblower. Membangun proses investigasi yang vocal, yaitu baik oleh internal maupun eksternal atau fungsi lain yang terdapat dalam organisasi. Resolusi berdasarkan waktu akan membantu memastikan penuntutan atau tindakan disiplin dapat diambil dalam mengatasi risiko fraud.4. Governance, Risk Management dan Pengendalian Aktivitas dalam Konteks Fraud

Secara umum regulator pasar modal di seluruh dunia sedang memperkenalkan aturan-aturan yang dirancang untuk meningkatkan akuntabilitas manajemen untuk proses pelaporan keuangan dan untuk memperkuat tata kelola perusahaan. Beberapa dari mandat legislatif dan persyaratan peraturan, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan membantu menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan pengendalian yang lebih kuat sehingga meningkatkan kemungkinan mencegah, menghalangi, dan mendeteksi laporan keuangan atau penipuan lainnya. Selanjutnya, implementasi kerangka kerja setiap enterprisewide manajamen risiko - misalnya, Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO) Enterprise Risk Management (ERM) - Integrated Framework akan mengharuskan penekanan ditempatkan pada evaluasi dan penilaian risiko fraud negatif yang mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi dan sasaran strategis.5. Deteksi dan Pencegahan Fraud

Pada dasar pendirian, perlu untuk mempertimbangkan penciptaan pengendalian lingkungan melalui pengaturan suara yang tepat pada budaya organisasi, karena semua organisasi mempunyai kode etik (sebaiknya dibaca dan ditandatangani oleh setiap karyawan), memberikan pelatihan kesadaran terhadap fraud, dan memelihara hubungan whistleblower. Hal ini juga penting untuk mengembangkan kebijakan formal dan metodologi untuk menyelidiki kejadian potensial fraud, serta dipandang untuk menanggapi insiden fraud dengan cepat, adil, dan tegas. Kegiatan-kegiatan ini menciptakan persepsi bahwa organisasi melakukan fraud yang sangat serius. Hal ini juga membantu organisasi mengembangkan catatan dalam hal komitmen manajemen dalam menanggapi insiden fraud dengan penuh semangat dan tegas. Selanjutnya, penting bahwa penilaian risiko fraud secara berkala dilakukan untuk menilai iklim etika dalam organisasi dan menindaklanjuti kasus-kasus tertentu yang menimbulkan kecurigaan. Proses ini dilakukan secara rutin, termasuk melibatkan para profesional terhadap fraud dan keahlian forensik, mengidentifikasi faktor risiko fraud, ide-ide mengenai potensi fraud risk, dan mengevaluasi kelayakan skema fraud yang dilakukan tanpa disadari atau tersembunyi, meskipun adanya pengendalian aktivitas. Setelah langkah ini, ada kebutuhan untuk menghubungkan identifikasi risiko fraud untuk kegiatan pengendalian tertentu. Ini merupakan bagian dari desain dan pelaksanaan program antifraud dan kontrol risiko fraud.

6. Fraud Investigation and Corrective Action

Tuduhan penipuan dapat muncul dari keluhan atau kadang-kadang bahkan melalui pelanggaran kecil (misalnya, seorang karyawan menggantikan karyawan lain yang berlibur dapat menemukan beberapa pengaturan yang tidak biasa). Memang, ACFE telah lama menyatakan bahwa tips anonim dan keluhan terus menjadi sumber terbaik untuk menggali penipuan. Oleh karena itu, mereka merekomendasikan etika bagi setiap organisasi, dan mendorong karyawan dan pihak-pihak luar, seperti pelanggan dan vendor, untuk memanggil mereka dengan kecurigaan kesalahan yang dilakukan, tidak etis, atau tindakan ilegal. Tentu saja, penipuan juga dapat dideteksi oleh auditor luar independen atau auditor internalsebagai akibat dari penipuan mereka mengenai faktor risiko (bendera merah). Biasanya dalam kasuskasus tersebut, komite audit akan terlibat, dan jika hal tersebut melibatkan ketidakpatuhan peraturan atau tindakan ilegal potensial, maka sangat mungkin, nasihatnya terlalu umum.

Fungsi audit internal harus merencanakan untuk melakukan melalui pekerjaan setiap melakukan investigasi. Audit internal harus menentukan apakah kompetensi, independensi dan objektivitas yang ada untuk melakukan investigasi. Dimana fungsi internal audit menemukan masalah yang kompleks dan di luar lingkup keahliannya, perlu menganjurkan pengetahuan, kualifikasi forensik dan spesialis yang sesuai atau pemeriksa penipuan untuk tujuan ini.

Ketika fungsi audit internal telah diberikan kepada peran seorang penyidik, menurut IIA, rencana penyelidikan harus dikembangkan untuk penyelidikan masing-masing, mengikuti prosedur investigasi atau protokol organisasi. Kemungkinan bahwa mungkin ada potensi konflik kepentingan dengan mereka yang sedang diselidiki, atau dengan karyawan organisasi, harus dibersihkan. Menurut Praktek Penasehat 1210.A2-2, tanggung jawab untuk Deteksi Rencana Penipuan, harus mempertimbangkan metode untuk:

Mengumpulkan bukti, seperti pengawasan, wawancara, atau pernyataan tertulis.

Dokumen bukti, mengingat aturan-aturan hukum dari bukti dan bisnis menggunakan bukti.

Menentukan tingkat penipuan.

Menentukan skema (teknik yang digunakan untuk memperbuat penipuan).

Mengevaluasi penyebabnya.

Identifikasi para pelaku.

Pada setiap titik dalam proses ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa keluhan atau kecurigaan tidak berdasar dan mengikuti proses untuk menutup kasus ini. Kegiatan harus dikoordinasikan dengan manajemen, penasehat hukum, dan spesialis lain (lihat lebih lanjut tentang hal ini dalam Penggunaan Penipuan Spesialis), seperti sumber daya manusia dan asuransi manajemen risiko, di seluruh program penyelidikan. Penyidik harus berpengetahuan dan sadar akan hak orang-orang dalam lingkup investigasi dan reputasi organisasi itu sendiri. Tingkat keterlibatan dalam penipuan seluruh organisasi harus dinilai. Penilaian ini dapat penting untuk memastikan bahwa bukti penting tidak hancur atau tercemar, dan untuk menghindari memperoleh informasi yang menyesatkan dari orang-orang yang mungkin terlibat.

7. Peran Auditor Internal

Auditor Internal merupakan bagian integral dari tata organisasi, dan harus mendukung kegiatan ERM seperti digambarkan dalam kerangka COSO ERM. Salah satu risiko yang paling penting yang mempengaruhi suatu organisasi adalah kerentanan terhadap fraud. Memang, tanpa mitigasi risiko fraud ke tingkat yang cukup rendah, "pemerintahan yang efektif" bukan merupakan kalimat bermakna. Dengan kata lain, terjadinya penipuan materi pertama dan terutama menunjukkan kegagalan tata kelola perusahaan (termasuk penilaian yang tidak tepat terhadap risiko dari organisasi dan penerimaan risiko). Oleh karena itu adalah tanggung jawab setiap fungsi audit internal untuk meningkatkan kesadaran fraud dalam sebuah organisasi, termasuk mendorong komite audit dan manajemen senior untuk mengatur pengakuan yang tepat, menciptakan kesadaran kontrol, dan membantu mengembangkan respon yang kredibel terhadap potensi risiko fraud. Hal ini juga harus menekankan adanya kepatuhan terhadap nilai-nilai organisasi dan kode etik perusahaan serta melaporkan setiap kegiatan yang meningkatkan kecurigaan bahwa ini dapat ilegal, tidak etis, atau dengan cara lainnya. Komite audit dan dewan komisaris mengharapkan tidak kurang dari hasil yang kompeten dan nilai tambah dari fungsi audit internal.

Selain itu, standar 2130 menyatakan bahwa kegiatan audit internal harus menilai dan membuat rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses pemerintahan dalam pemenuhan atas tujuan sebagai berikut:

Memajukan nilai-nilai dan etika yang sesuai dalam organisasi.

Memastikan kinerja manajemen dalam organisasi efektif dan akuntabilitas.

Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian informasi ke daerahdaerah yang sesuai dalam organisasi.

Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan informasi di antara dewan komisaris, auditor internal dan eksternal, dan manajemen.

Mengingat pentingnya fungsi audit dalam memperkuat proses tata kelola, penilaian risiko fraud dan mitigasi merupakan area yang penting dalam fokus audit. Auditor internal sering memiliki kompetensi untuk mengidentifikasi indikator fraud (kadang-kadang disebut "bendera merah"). Mereka yang dapat memberikan jaminan independen dan obyektif tentang efektivitas dari proses yang ditempatkan oleh manajemen untuk mengelola risiko fraud. Mereka bertanggung jawab untuk meninjau program anti fraud dan secara spesifik mencegah terjadinya penipuan, dan kegiatan pengendalian deteksi yang ditetapkan oleh manajemen, dan untuk membuat rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas program tersebut.

Ketergantungan Auditor Eksternal pada Hasil Pelaporan Audit Internal

Dalam konteks audit laporan keuangan, auditor independen luar dapat meninjau pekerjaan yang dilakukan oleh fungsi audit internal maupun membuat permintaan tenaga audit internal, meningkatkan pemahaman mereka terhadap kecukupan dan efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan..Iinformasi tersebut dapat bermanfaat bagi auditor independen di luar itu, kemudian hanya perlu melakukan prosedur audit kritis yang dibutuhkan untuk menjelaskan atau menyelesaikan laporan keuangan yang signifikan (pengungkapan) mengenai masalah pengendalian. Beberapa contoh dari pertanyaan yang mungkin dibuat dari auditor internal adalah keandalan dan integritas efektivitas keuangan dan operasional, kecukupan dan efektivitas informasi keuangan, pengamanan aset, kepatuhan terhadap peraturan hukum, dan kontrak, dan indikator penipuan. Tentu saja, perlu ditekankan bahwa auditor independen luar terus memiliki tanggung jawab secara keseluruhan untuk menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan organisasi, baik atau tidak, sebagian didasarkan pada kepercayaan dari pekerjaan yang dilakukan oleh fungsi audit internal.

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN RISIKO FRAUDA. Whistleblowing PolicyDalam rangka meningkatkan kualitas transparansi, akuntabilitas dan fairness dalam praktik terbaik GCG, Perseroan telah mensosialisasikan dan menerapkan pedoman sistem pelaporan pelanggaran (Whistle Blowing Policy-WBP) yang dapat menampung segala keluhan, pengaduan dan laporan dari pihak internal maupun eksternal.

WBP ini diharapkan dapat efektif dalam mendorong partisipasi masyarakat dan karyawan perusahaan untuk lebih berani bertindak mencegah terjadinya kecurangan dan korupsi dengan melaporkannya ke pihak yang dapat menanganinya.1. Tujuan

Tujuan dari penerapan WBP Perseroan, diantaranya:

Memberikan wadah dan panduan bagi Pelapor untuk menyampaikan dugaan adanya penyimpangan atau pelanggaran terhadap kebijakan dan ketentuan Perseroan serta peraturan perundang-undangan.

Membangun sistem penanganan pengaduan yang tanggap, transparan, aman dan bertanggung jawab.

Merupakan bagian dari pengendalian internal

Sebagai salah satu cara paling efektif untuk mencegah dan memerangi praktik yang bertentangan dengan Good Governance.

2. PelaporanPerseroan telah menyediakan media pelaporan, menetapkan prosedur pelaporan termasuk kejelasan jenis-jenis perbuatan yang dapat dilaporkan diantaranya korupsi; kecurangan; ketidakjujuran; perbuatan melanggar hukum; pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku; pelanggaran pedoman etika perusahaan atau pelanggaran norma-norma kesopanan pada umumnya; pelanggaran prosedur dan perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian finansial atau non finansial terhadap Perseroan.

Perseroan telah mengimplementasikan sistem pelaporan pelanggaran untuk memperkuat sistem deteksi dini dan mendorong partisipasi masyarakat dan karyawan agar lebih berani bertindak mencegah terjadinya kecurangan dan korupsi dengan melaporkannya ke pihak yang dapat menanganinya. Perseroan menjamin kerahasiaan identitas pelapor, kecuali apabila pengungkapan tersebut diperlukan dalam kaitan dengan laporan atau penyidikan yang dilakukan oleh pihak berwajib. Perseroan juga memberikan penghargaan yang sesuai untuk laporan yang terbukti benar dan manakala pelapor tidak terlibat didalamnya3. Perlindungan PelaporPerseroan berkomitmen untuk melindungi pelapor pelanggaran (whistleblower protection) yang beritikad baik dan Perseroan akan patuh terhadap segala peraturan perundangan yang terkait serta best practices yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem pelaporan pelanggaran. Karyawan yang menjadi pelapor yang beritikad baik akan dilindungi dari tindakan pemecatan, penurunan jabatan atau pangkat pelecehan atau diskriminasi dalam segala bentuk dan catatan yang merugikan dalam file data pribadinya.

Penyampaian laporan secara anonim tetap akan diterima oleh petugas yang diberi kewenangan untuk menerima laporan tersebut, tetapi harus disadari bahwa terdapat kesulitan untuk melakukan klarifikasi, namun laporan tersebut tetap akan ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang ada. Komunikasi dengan Pelapor akan dilakukan melalui Sekretariat. Dalam komunikasi ini pelapor akan memperoleh informasi mengenai penanganan kasus yang dilaporkannya.4. Pihak menanganiWhistle Blowing System di perseroan dikelola oleh Internal Audit. Dengan SOP yang sitematis dan efektif, diharapkan WBS ini dapat berjalan dengan baik dan mampu menjadi salah satu sarana dalam mewujudkan Good Corporate Governance.

Adapun alur kerja Whistle Blowing System ini adalah sebagai berikut:

5. Hasil PenangananPenerapan WBP tahun 2013 di lingkungan Semen Indonesia telah menghasilkan jumlah pelaporan atas indikasi praktik bisnis yang tidak etis atau illegal, yang dilakukan oleh oknum tertentu. Jumlah laporan diterima ada enam dan semuanya sudah ditindaklanjuti, dengan hasil:

a. Satu pelaporan telah diputus oleh Komite Audit, dengan sanksi pihak terlapor telah dimutasi dari jabatan semula.

b. Satu pelaporan masih dalam proses pemeriksaan oleh pihak ketiga yang independen, yang ditunjuk oleh Komite Audit.

c. Empat laporan tidak dapat ditindaklanjuti.

B. Anti Korupsi dan Gratifikasi1. Panduan Mencegah Korupsi

Fungsi pengawasan pada Perseroan dijalankanoleh lnternal Audit yang merupakan UnitKerja Satuan Pengawas lnternal (SPl).LnternalAudit merencanakan dan melaksanakan auditberdasarkan risiko tertinggi. Risiko tersebutdidapat dari risk register yang diperoleh dari BiroManajemen Risiko.Dalam setiap tahunnya ada dua kali prosesaudit eksternal dan satu kali audit internal. Jumlah pegawai lnternal Audit di PT SemenGresik (Persero) Tbk. ada 23 orang, sedangdi PT Semen Padang ada 24 orang dan PTSemen Tonasa 18 orang. Secara berkalamereka disertakan dalam berbagai kegiatanpendidikan dan pelatihan, yang ditujukanuntuk peningkatan keahlian serta kompetensimereka.

PT. Semen Indonesia telah melakukan sosialisasi PanduanMencegah Korupsi yang disusun berdasarkanISO 26000:2010 sebagai berikut:

Mengidentifikasi resiko korupsi, implementasikan kebijakan dan praktek melawan korupsi.

Memastikan kepemimpinan perusahaan dengan memberi contoh dan berkomitmen,mendorong, serta mengawasi implementasi kebijakan antikorupsi.

Mendorong dan melatih pegawai perusahaan dalam upaya melawan korupsi dan suap, sertamemberikan insentif untuk setiap kemajuan.

Mendorong kepedulian semua insan perusahaan, kontraktor, pemasok, distributor terhadapupaya melawan korupsi dan suap.

Memastikan bahwa remunerasi manajemen dan pegawai adalah pantas dan hanya untukjasa resmi yang diberikan.

Mendorong semua pihak terkait untuk melaporkan setiap pelanggaran dan penyimpangantanpa rasa takut, melalui mekanisme WBS.

Melaporkan tindakan kriminal kepada instansi penegak hukum.

Mendorong pihak lain yang terkait perusahaan untuk melakukan hal sama, melawan korupsidan suap.

2. Nota Kesepahaman KPK Sejalan dengan upaya menjadi perusahaan semen terkemuka ditingkatan regional maupun global, Semen Indonesia dan entitas anakusaha terus mewujudkan komitmen melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi. Pada tahun 2013 Semen Indonesiadan Komisi Pemberantansan Korupsi(KPK) telah menandatangani Nota Kesepahaman tentang Penerapan Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Nota kesepahaman ini ditandatangani Direktur Utama Dwi Soetjipto danWakil Ketua KPK Zulkarnain, dan dilaksanakan di Jakarta.

1) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., tidak akanmenawarkan atau memberikan suap, gratifikasi atauuang pelicin dalam bentuk apapun kepada lembaga pemerintah, perseorangan atau kelembagaan ,perusahaan domestik atau asing untukmendapatkan berbagai bentuk manfaat/kemudahan sebagaimana dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku.

2) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., tidak akanmenawarkan atau memberikan suap, gratifikasi atauuang pelicin dalam bentuk apapun kepada lembaga pemerintah, perseorangan atau kelembagaan, perusahaan domestik atau asing terkait tugas pokok dan fungsi sebagaimana dilarang oleh perundangundanganyang berlaku.

3) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., bertanggungjawab mencegah dan mengupayakan pencegahan korupsi di lingkungannya dengan meningkatkan integritas, pengawasan, dan perbaikan system sesuai tugas dan fungsinya.

Pelibatan KPK didasarkan pada pertimbangan bahwa pemberian gratifikasi, adalah hal rawan yang dapat mengundang terjadinya praktik korupsi yang dapat berlangsung pada berbagai tahapan kegiatan usaha maupun operasional Perseroan. Bentuk gratifikasi yang sering munculdan dapat digolongkan sebagai suap,di antaranya adalah pemberian uangterima kasih setelah lelang, fasilitaswisata dari rekan ke istri pejabat,dan uang rokok dalam pemberianlayanan.

Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman, Perseroan menyiapkan anggaran yang diperlukan dalam penerapan pengendalian gratifikasi di lingkungan Perseroan, yang meliputi antara lainkegiatan penyusunan aturan, Trainingof Trainer (ToT), sosialisasi/diseminasi,pemrosesan pelaporan penenerimaanhadiah/fasilitas, serta monitoring danevaluasi.

Semen Indonesia bersama KPK juga telah melakukan sosialisasi mengenai gratifikasi. Sosialisasi diberikan kepada segenap karyawan Perseroan, dan dihadiri jajaran Direksi. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan sebaga ibagian dalam rangka pencegahan tindak pidana korupsi di lingkungan perusahaan melalui gratifikasi. Sosialisasi ini mengingatkan kepada pegawai PT Semen Indonesai, bahwa uang terima kasih setelah lelang, fasilitas wisata dari rekan ke istri pejabat, uang rokok dalam pemberian layanan, adalah beberapa contoh yang masuk kategori suap, harus ditolak dan harus dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sementara yang bukan gratifikasi suap, adalah penerimaan yang berlaku umum berdasarkan kontrak yang sah atau karena melakukan prestasi. Contoh: gaji dan pendapatan sah lainnya dari instansi, kompensasi atas profesi di luar kedinasan, keuntungan undian, kontes, kompetisi terbuka di luar kedinasan, serta makanan siap saji yang berlaku umum dalam kedinasan.

Lebih lanjut dijelaskan, beberapa jenis gratifikasi diantaranya bertujuan untuk mengambil hati pejabat publik sehingga diharapkan memperoleh perlakuan khusus, apresiasi atau ungkapan terima kasih atas layanan yang diberikan, hadiah sebagai wujud penghormatan dari instansi satu kepada instansi yang berhubungan dengan jabatan yang berlawanan dengan tugas dan kewajiban.

Perseroan memiliki mekanisme penyampaian informasi jika ada dugaan terjadinya korupsi pada masing-masing perusahaan (whistleblower policy atau WBP), denganmenyediakan kotak saran SG-5000 yang menampung segala keluhan,pengaduan dan laporan dari pihak internal maupun eksternal. Unit kerja yang bertanggung jawab mengelola kotak saran tersebut secara periodic mencatat dan memilah pengaduan.

3. Komitmen Penerapan Pengendalian Gratifikasi

PT semen Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen untuk menerapkan pengendalian gratifikasi guna mendukung upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1) Prinsip Dasar:

(a) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tidak akan menawarkan atau memberikan suap, gratifikasi atau uang pelicin dalam bentuk apapun kepada lembaga pemerintah, perseorangan atau kelembagaan, perusahaan domestic atau asing untuk mendapatkan berbagai bentuk manfaat/kemudahan sebagaimana dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku.

(b) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Tidak akan meminta atau menerima suap, gratifikasi dan uang pelicin dalam bentuk apapun dari perseorangan atau kelembagaan, perusahaan domestic atau perusahaan asing terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku, dan

(c) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Bertanggung jawab untuk mencegah dan mengupayakan pencegahan korupsi di lingkungannya dengan meningkatkan integritas, pengawasan, dan perbaikan system sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk akan menerapkan dan melaksanakan fungsi pengendalian gratifikasi di lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

3) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk akan mempersiapkan anggaran yang diperlukan dalam penerapan pengendalian gratifikasi di lingkungan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, yang meliputi antara lain kegiatan penyusunan aturan, Training of Trainers (ToT), sosialisasi/diseminasi, pemrosesan pelaporan penerimaan hadiah/fasilitas serta monitoring dan evaluasi.

4) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk akan menyediakan sumber daya manusia, termasuk membentuk pelaksana pengendalian gratifikasi yang bertugas untuk menerapkan pengendalian gratifikasi.

5) PT semen Indonesia dan KPK akan menjaga kerahasiaan data pelapor penerima hadiah/fasilitas kepada pihak manapun, kecuali diminta berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

4. Standar Etika Pada bulan Juli PT Semen Indonesia Persero, Tbk menyelenggarakan pelatihan Etika Bisnis dan Etika Perilaku Antisuap bersama tiga perusahaan BUMN diJawa Timur.Standar etika dengan jelas mengatur:

1) Dilarang menerima, meminta hadiah danatau memberikan donasi yang dapat menimbulkan dampak dan atau akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan atau menimbulkan pandangan ketidakwajaran.

2) Dilarang mengizinkan atau menyetujui menerima hadiah atau imbalan dan atau bingkisan dari pihak lain yang terkait dengan maksud untuk memperoleh kemudahan atau fasilitas dari Perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan di Perusahaan

3) Dilarang memberikan atau menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung kepada pejabat negara dan atau individu yang mewakili mitra bisnis, yang dapatmempengaruhi pengambilan keputusan

4) Dilarang memberikan donasi kepada partaipolitik atau seorang atau lebih calon anggota badan legislatif maupun eksekutif sesuai dengan ketentuan dan peraturanperundangan yang berlaku.

5) Dalam hal pihak lain memberikan hadiahatau imbalan yang diyakini dapat menimbulkan dampak dan atau akan mempengaruhiproses pengambilan keputusan danatau nilai hadiah atau imbalan yang nilainyasama dengan atau lebih besar dari Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau setara,maka penerima diwajibkan untuk:

Mengembalikan dengan baik dan sesuaietiket yang berlaku.

Melaporkan kepada atasan langsung atau atasan tidak langsung, apabila karena sesuatu hal hadiah atau imbalan tersebut tidak dapat dikembalikan. Untuk itu, hadiah atau imbalan tersebut disimpan oleh Sekretaris Perusahaanselaku compliance officer penerapanGCG, kemudian akan dijadikan hadiah(doorprize) pada acara khusus Perusahaan, dan disumbangkan untuk kepentingan umum.5. Pelatihan Etika Bisnis dan Etika Perilaku Anti Suap

Salah satu bukti keseriusan perusahaan dalam memerangi korupsi ditunjukkan dengan dengan penyelenggaraan pelatihan Etika Bisnis dan Etika Perilaku Anti Suap .Terdapat tiga perusahaan BUMN di Jawa Timur yang menandatangani fakta anti suap di KPK. Semen Indonesia (saat itu masih Semen Gresik) merupakan perusahaan yang pertama. Menyusul kemudian PT Pal dan PT Inka. Kegiatan pelatihan ini, lanjut Dirut, akan dapat membawa manfaat dalam menciptakan implementasi GCG dan menjalankan etika bisnis di perusahaan. Para pembicara pelatihan antara lain Achmad Daniri Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance, Asis Marsuki dan Chrysanti Hasibuan Sedyono dari Indonesia Business Links, Jakarta. Pelatihan ini antara lain membahas pentingnya etika bisnis, dan tindak lanjut temuan penyimpangan.C. Fraud Control PlanPT Semen Indonesia khususnya PT Semen Padang mencanangkan program anti-kecurangan (anti-fraud), yang diselenggarakan bersama Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sumatra Barat. Program anti-fraud dilaksanakan melalui Fraud Control Plan (FCP), yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian yang berindikasi praktik kecurangan. FCP memungkinkan manajemen fokus terhadap praktik kecurangan melalui beberapa langkah. Di antaranya adalah

penciptaan lingkungan kondusif untuk mencegah dan mendeteksi fraud

penilaian risiko yang secara khusus ditujukan untuk mencegah dan mendeteksi fraud

informasi dan komunikasi internal dan eksternal untuk membangun kepedulian untuk mencegah fraud. Perseroan memiliki mekanisme penyampaian informasi jika ada dugaan terjadinya korupsi pada masing-masing perusahaan (whistle blower policy atau WBP), dengan menyediakan kotak saran SG-5000 yang menampung segala keluhan, pengaduan dan laporan dari pihak internal maupun eksternal. Unit kerja yang bertanggung jawab mengelola kotak saran tersebut secara periodik mencatat dan memilah pengaduan.D. Fraud Pada Laporan KeuanganKebijakan akuntansi Perseroan merefleksikan setiap transaksi keuangan dan perubahan aset serta menjaminbahwa semua transaksi keuangan tercatat secara akurat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Oleh karena itu:

a) Perseroan akan selalu memperbaiki kebijakan akuntansi yang dimiliki agar selalu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.

b) Setiap Jajaran Perseroan yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi keuangan harus memahami dan menjalankan kebijakan perusahaan bidang keuangan secara konsisten.

c) Setiap Jajaran Perseroan yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi keuangan harus memperlakukan informasi keuangan sesuai dengan kewenangannya.E. Fraud Atas Transaksi1. Transaksi Benturan KepentinganPT Semen Indonesia telah menetapkan peraturan Transaksi Benturan Kepentingan, dimana ditegaskan bahwa pihak-pihak internal maupun eksternal perseroan yang memiliki peluang tersangkut dalam transaksi dimaksud dilarang terlibat dalam proses pembuatan keputusan menyangkut transaksi tersebut. Dengan demikian, seluruh bagian organ Perseroan dapat terhindar dari dominasi oleh satu pihak terhadap pihak lainnya, bebas dari segala pengaruh dan tekanan sehingga pengambilan keputusan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan dapat dilakukan secara obyektif. Untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan, seluruh jajaran. Direksi tidak memiliki saham Perseroan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seluruh Direksi juga tidak diperkenankan memiliki saham pada perusahaan terafiliasi dengan Perseroan maupun saham pada entitas anak.

2. Transaksi Dengan Pihak-pihak Berelasi PT Semen Indonesia mempunyai transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, yaitu PerusahaanPerusahaan di bawah Grup Semen Indonesia dan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki pengurus yang sama dengan dan/atau berasal dari Semen Indonesia. Transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa tersebut dilakukan secara transparan dan wajar sehingga kepentingan Pemegang Saham dan Semen Indonesia tidak dirugikan3. Transaksi Orang Dalam (Insider Trading)

Sebagai salah satu perusahaan publik yang terdaftar di BEI, PT Semen Indonesia memiliki aturan mengenai transaksi orang dalam. Selain diatur dalam kode etik, Perseroan telah mengeluarkan aturan terkait hal ini dengan mangacu pada Undang-undang Pasar Modal (Undang-Undang No. 8 tahun 1995, Penjelasan Pasal 95) tentang Pasar Modal dan Peraturan BAPEPAM yang melarang Orang Dalam untuk membeli atau menjual efek perusahaan tercatat, kecuali jika memenuhi pengecualian sebagaimana diatur dalam Peraturan BAPEPAM No. XI.C.1, tentang Transaksi Efek Yang Tidak Dilarang Bagi Orang Dalam. Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Perseroan juga menyatakan bahwa Perseroan memegang teguh peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai informasi orang dalam khususnya dalam hal akses informasi yang sensitif dan bersifat rahasia.

Dalam kasus-kasus tertentu, seperti pada saat Program Pembelian Kembali Saham (Share Buy-back), PT Semen Indonesia mengeluarkan pengumuman yang melarang Dewan Komisaris, Direksi dan karyawan untuk melakukan transaksi saham Perseroan selama program tersebut berlangsung.F. Fraud Pengadaan Barang dan Jasa

PT Semen Indonesia menerapkan kebijakan pengadaan yang transaparan dan akuntabel, memenuhi prinsip-prinsip efektifdan efisien, terbuka dan bersaing adil dan tidak diskriminatif. Proses pengadaan barang dan jasa diupayakan melalui persaingan yang sehat sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan menghindariterjadinya transaksi benturan kepentingan.

G. Peran Auditor Internal dalam Pengelolaan Fraud

PT Semen Indonesia memiliki Internal Audityang merupakan Unit Kerja Satuan Pengawas lnternal (5Pl), dan bertugas melaksanakan fungsi pengawasan pada Perseroan.Guna mengefektifkan fungsi pengawasan, Internal Audit secara berkesinambungan melakukan pendekatan dari sebelumnya dengan model pendekatan detektif menjadi preventif. Dengan perubahan ini, keberadaan Internal Audit kini lebih berfungsi sebagai katalis dan tempat berkonsultasi dalam penerapan mekanisme pengawasan, sekaligus menetapkan rencana dan kebijakan perusahaan ke depan.

Aktivitas Internal Audit merupakan bagian dari proses Tata Kelola Perusahaan yang memberikan jaminan atas sistem pengendalian internal.Tujuan Perseroan menerapkan pengawasan dan pengendalian intern mencakup:

Mendapatkan kepastian dipatuhinya seluruh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam seluruh kegiatan operasional. Termasuk dalam hal ini adalah ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah, otoritas pengawas pasar modal maupun kebijakan, ketentuan, dan peraturan intern yang ditetapkan.

Memastikan tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan tepat waktu, terutama informasi-informasi relevan yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan.

Mendapatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan Perseroan, meliputi peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan aset dan sumber daya lainnya serta dalam rangka melindungi Perseroan dari risiko kerugian.

Mengurangi dampak kerugian, penyimpangan termasuk kecurangan/fraud dan pelanggaran aspek kehatihatian.

Selain itu audit internal yang dilaksanakan secara memadai dinilai handal dalam pencegahan dan deteksi kecurangan (fraud), yaitu dengan cara:

Internal audit secara berkesinambungan melakukan evaluasi kelayakan prosedur yang berhubungan dengan pengendalian dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengendalian intern dalam perusahaan

Menelaah keabsahan pengotorisasian, kelengkapan, penilaian, pengklasifikasian, dan ketepatan waktu untuk memastikan bahwa tindakan-tindakan yang menyimpang terhadap prosedur kerja tidak terjadi

Pengevaluasian yang dilakukan terus-menerus atas kebijakan dan prosedur kerja mendukung tercapainya efektifitas internal audit dalam pencegahan dan deteksi kecurangan

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGELOLAAN FRAUDDeskripsi pengelolaan pencegahan fraud pada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk pada pembahasan sebelumnya dapat dianalisis kesesuaiannya terhadap prinsip pengelolaan risiko fraud menurut pedoman yang dikeluarkan AICPA dalam Managing The Business Risk of Fraud : A Practical Guide tahun 2008. Matriks dan penjelasan atas analisis kesesuaian dengan prinsip tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

1. Fraud Risk Governance

Fungsi pengawasan pada Perseroan dijalankan oleh lnternal Audit yang merupakan Unit Kerja Satuan Pengawas lnternal (SPl). lnternal Audit merencanakan dan melaksanakan audit dalam rangka meningkatkan kualitas transparansi, akuntabilitas dan fairness. Internal Audit ini berperan dalam pengelolaan potensi risiko fraud dalam Perseroan

Manajemen telah mencanangkan berbagai kebijakan pengelolaan fraud diantaranya pada tahun 2013 diterapkan kebijakan penerapan secara optimal atas Pedoman Sistem pelaporan pelanggaran (Whistle blowing policy) sebagai bagian dari bukti komitmen manajemen Perseroan dalam penerapan GCG

Meskipun telah diterapkan kebijakan pengendalian fraud seperti WBS dan pengendalian gratifikasi akan tetapi belum secara jelas mengatur monitoringnya.

2. Fraud Risk Assessment

Dalam Control Risk Self Assessment (CRSA) tidak diuraikan secara eksplisit mengenai fraud risk

Perseroan telah mengidentifikasi potensi kejadian penyimpangan termasuk kejadian kecurangan (fraud) dan pelanggaran aspek kehati-hatian sebagai latar belakang diterapkannya Sistem Pengawasan dan Pengendalian Intern

Tidak ada pengukuran likelihood dan dampak atas fraud risk

Dalam konteks risiko fraud yang dikenal perseroan adalah implisit Perseroan telah melakukan risk response dengan menerapkan langkah-langkah kebijakan terkait pengelolaan pencegahan fraud seperti Whistleblowing, Pengendalian gratifikasi,dll

3. Fraud Prevention and Detection

Kontrol preventif telah diterapkan dengan adanya berbagai prosedur pencegahan seperti Panduan Mencegah Korupsi (ISO 26000:2010), Standar Etika, Komitmen Pengendalian Gratifikasi

Traning dan pelatihan pegawai telah dilakukan seperti Pelatihan Etika Bisnis dan Etika Perilaku Anti Suap yang dilakukan pada tahun 2012 Kontrol deteksi dilakukan dengan adanya mekanisme pelaporan Whistleblowing 4. Fraud Reporting, Investigation, and Resolution

Perseroan telah memiliki pedoman pelaporan fraud dengan adanya mekanisme pelaporan Whistleblowing

Corrective Plan belum diatur secara eksplisit. Pada kebijakan Whistleblowing dan anti-korupsi misalnya pedoman yang masih detail hanya pada mekanisme pelaporan dan penjagaan kerahasiaan pelapor

Perseroan belum secara jelas memiliki pedoman monitoring pelaksanaan pengendalian fraud

COMPONENTSPRINCIPLESCHECKLIST

Fraud Risk Governance1Helps set the tone for fraud risk management

2Encourage management to establish policies

3Responsible for monitoring the effectiveness of the organizations fraud risk management programx

Fraud Risk Assessment4Identification fraud riskx

5Identify the potential fraud events or scenarios

6Assess the impact and likelihood of each riskx

7Decide what fraud risk responses are appropriate

Fraud Prevention and Detection8Prevention controls may include policies, procedures, training and communication

9Detection controls may include manual or automated activities that will recognize timely that a fraud has or is occurring

Fraud Reporting, Investigation and Resolution10Establishing a reporting system to facilitate and encourage reporting of potential fraud incidents

11Establishing a sound investigation processx

12Timely resolution will help ensure prosecution or disciplinary actions can be takenx

matriks analisisPENUTUPKesimpulan

Risiko Fraud merupakan bagian dari risiko vital yang harus dikelola oleh manajemen. Pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, risiko fraud tidak diidentifikasikan secara eksplisit dalam bagian Manajemen Risiko seperti yang dicantumkan dalam dokumen Laporan Tahunan. Namun secara umum Perseroan telah aware terhadap potensi terjadinya fraud. Beberapa area seperti transaksi, laporan keuangan, pengadaan barang dan jasa, SDM, serta aspek operasional lain dianggap berpotensi timbulnya fraud. Struktur organisasi Perseroan yang secara umum mengelola fraud saat ini adalah Internal Audit Audityang merupakan Unit Kerja Satuan Pengawas lnternal (SPl) yang melakukan pendekatan dari sebelumnya dengan model pendekatan detektif menjadi preventif

Perseroan telah mengambil beberapa langkah preventif untuk mencegah fraud diiringi dengan berbagai program terkait pengelolaan dan pencegahan fraud seperti Whistleblowing Policy, kerjasama dengan KPK dan pelatihan pegawai dalam pencegahan korupsi,gratifikasi, dan suap. Apabila dibandingkan kesesuaian pengelolaan fraud oleh Perseroan dengan teori prinsip pengelolaan fraud, masih terdapat beberapa komponen yang belum terpenuhi untuk dapat dikatakan efektif. Perseroan belum memberikan pedoman atas pasca terjadinya risiko. Sebagai contoh proses tindak lanjut dari fraud dalam hal pemberian punishment dan monitoring pengelolaan fraud ini belum ditetapkan prosedur dan pedomannya. Kondisi ini bisa disebabkan karena pengelolaan risiko fraud dalam Perseroan masih prematur terbukti dari beberapa program yang baru dicanangkan mulai akhir tahun 2013. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh perubahan nama dan proses holding dari PT Semen Gresik ke PT Semen Indonesia.Saran

Seiring perkembangan program pengelolaan fraud, Perseroan diharapkan mampu menyempurnakan kebijakan pengelolaan fraud mulai dengan identifikasi dan assessment secara eksplisit atas risiko fraud dan memuat ketentuan mekanisme pelaporan gratifikasi dan ketentuan untuk melakukan peninjauan dan menyempurnakan secara berkala terhadapperangkat pendukung pengendalian gratifikasi dan mengevaluasi pelaksanaannya secara berkala.

DAFTAR REFERENSIAnnual Report PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.2012

Annual Report PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.2013

Sustainability Report PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Komitmen Penerapan Pengendalian Gratifikasi http://www.bumn.go.id/semenindonesia/berita/770/Ingatkan.Gratifikasi,.KPK.Sosialiasi.Ke.Karyawan.Semen.Indonesia