150

Click here to load reader

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

  • Upload
    lamhanh

  • View
    273

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL

DI PROPINSI JAWA BARAT (PERIODE 1995-2008)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Ayu Zakya Lestari

1060840002791

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/ 1431 H

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL

DI PROPINSI JAWA BARAT (PERIODE 1995-2008)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ayu Zakya Lestari

Nim: 106084002791

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D. Fahmi Wibawa, SE. MBA.

Nip: 195605052000121001

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVESRITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

Hari ini, Tanggal 23 Bulan Juli Tahun 2010 telah dilakukan Ujian

Komprehensif atas nama Ayu Zakya Lestari dengan Nim: 106084002791,

dengan judul skripsi: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DI

PROPINSI JAWA BARAT (PERIODE 1995-2008)”. Memperhatikan hasil

dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka

skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 23 Juli 2010

Tim Penguji Komprehensif

Drs. Lukman, M.Si. Utami Baroroh, M.Si.

Ketua Sekretaris

Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D.

Penguji Ahli

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

Hari ini, Tanggal 6 Bulan September Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Sidang

Skripsi atas nama Ayu Zakya Lestari dengan Nim: 106084002791, dengan judul

skripsi: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DI PROPINSI JAWA BARAT

(PERIODE 1995-2008)”. Memperhatikan hasil dan kemampuan keilmuan

mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 September 2010

Tim Penguji Skripsi

Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D. Fahmi Wibawa, SE, MBA.

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Utami Baroroh, M.Si.

Penguji Ahli Penguji II

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ayu Zakya Lestari

NIM : 106084002791

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Regional di Propinsi

Jawa Barat (Periode 1995-2008)” adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya serta bukan merupakan

replika maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replika maka skripsi ini dianggap gugur

dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan

kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian

hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 15 September 2010

Ayu Zakya Lestari

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ayu Zakya Lestari

2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 8 November 1988

3. Alamat : Jl. Bratasena VI BC 4/16 Reni Jaya

4. Telepon : 0856 934 63634/ 021 741 0140

II. PENDIDIKAN

1. SD : SD Muhammadiyah 12 Pamulang

2. SMP : SMP Negeri 2 Ciputat

3. SMA : SMA Negeri 46 Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Div. Seni dan Budaya BEMJ IESP Tahun 2007

2. Sekretaris II BEMJ IESP Tahun 2008

3. Ketua SEIS Dance (Saman Ekonomi dan Ilmu Sosial) Tahun 2008

4. Ketua Propesa Jurusan IESP FEIS Tahun 2008

5. Sekretaris I BEMJ IESP Tahun 2009

6. Bendahara II HMI Komisariat Fak. Ekonomi dan Bisnis Tahun 2010

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. A. Rahim Mahmud

2. Tempat & Tgl Lahir : Sumbawa Besar, 19 November 1958

3. Alamat : Reni Jaya, Pamulang

4. Telepon : 021 741 0140

5. Ibu : Nur Indah

6. Tempat & Tgl Lahir : Surabaya, 7 November 1962

7. Alamat : Reni Jaya, Pamulang

8. Telepon : 021 741 0140

9. Anak Ke : Dua dari Tiga Bersaudara

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

ii

ABSTRACT

The aim of this research is to know the effects of local government budget from

the revenue side, which is local income, number of population and human

capital ratio, by adding variable dummy as a regional autonomy policy to

regional economic growth in province of West Java.

The samples are choosen on the basis of purposive sampling method which is

using cluster sampling technique. There are 3 regions which are being

researched; Bandung, Cianjur, and Sukabumi. The data are collected from

1995 to 2008. This research is using analysis on panel data estimation which

combines time series analysis and cross-section analysis. The panel data

estimation technique is utilized on the case of West Java data, covering three

classified periods, namely all period, period before, recent and after regional

autonomy. The data which are being used for this research is secondary data,

with constant data based on year 1993, and other data available from regions

or town. The main source of data comes from Statistic Bureau of Indonesia and

West Java.

The study results show that all independent variables in the model can explain

the variation of dependent variable, which is regional economic growth in

province of West Java for 96,15%. So, throughout the research period, there

are policy changes which give the effect on regional economic growth. It can be

seen from dummy variabel of regional autonomy that influences regional

economic growth for significant t-value on up to 95%. Then, about local income

variable which do not give effect, but the other variables; number of population

gives effect and negative for 7,61% and human capital ratio which gives

positive effect for 1,95% on regional economic growth.

Keyword: Economic Growth, Local Income, Number of Population, Human

Capital Ratio, Regional Autonomy Policy.

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh anggaran pemerintah

daerah dari sisi penerimaan yaitu pendapatan asli daerah, jumlah penduduk dan

tingkat pendidikan, dengan menambahkan variabel dummy berupa kebijakan

otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan

menggunakan teknik cluster sampling. Dalam penentuan sampel terdapat 3 kota/

kabupaten yang diteliti, yakni kabupaten Bandung, kabupaten Cianjur, dan kota

Sukabumi. Data yang dihimpun dari tahun 1995-2008. Metode analisis yang

digunakan adalah metode data panel yang menggabungkan antara analisis time

series dan cross section. Teknik estimasi data panel juga membagi data kedalam

tiga periode waktu, yaitu periode keseluruhan, periode sebelum otonomi daerah,

dan periode otonomi daerah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder berupa data atas dasar harga konstan tahun 1993 dan berupa data

level pada tingkat kabupaten/ kota. Sumber data utama berasal dari publikasi

Biro Pusat Statistik (BPS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam model

mampu menjelaskan variasi dari variabel tergantung, yakni pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat sebesar 96,15%. Jadi, selama periode

penelitian adanya shock berupa perubahan kebijakan yakni kebijakan otonomi

daerah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Hal ini

dapat dilihat dari variabel dummy kebijakan otonomi daerah yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi regional berupa nilai t-hitung yang signifikan

pada tingkat keyakinan 95% . Lalu variabel PAD yang tidak berpengaruh

signifikan. Namun tidak dengan variabel jumlah penduduk yang berpengaruh

signifikan namun bernilai negatif yaitu sebesar 7,61% dan tingkat pendidikan

yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional sebesar

1,95%.

Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Jumlah Penduduk,

Kebijakan Otonomi Daerah.

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Ekonomi Regional di Propinsi Jawa Barat (Periode 1995-

2008)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda

Rasululllah SAW beserta kepada para sahabat dan seluruh pengikut Beliau yang

insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman kelak, Amin.

Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terima kasih ini penulis

tujukan kepada:

1. Bapak A. Rahim dan Ibu Nur Indah, sumber inspirasi, motivasi, dan

ambisi penulis dalam hidup. Terima kasih untuk pengajaran dan

penghargaan yang sudah dan selalu diberikan. Semoga suatu saat, semua

keringat, darah dan airmata mama dan papa dapat ayu balas jauh lebih

besar, amin.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB.

3. Bapak Drs. Lukman, M.Si. selaku Ketua Jurusan IESP.

4. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing I atas

kesediaan waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis.

5. Bapak Fahmi Wibawa, SE, MBA. Selaku Dosen Pembimbing II atas

kesediaan waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis.

6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat, semoga dapat menjadi

amalan di akhirat kelak, esp for: Ibu Ami yang cantik dan sabar untuk

curhat, konsultasi, revisi skripsi.. Ibu Rahmawati yang cantik dan pintar,

terima kasih untuk pertanyaan kapan skripsi saya akan selesai. Ibu Isna

yang baik hatinya. Ibu Fitri untuk revisi seminar yang luar biasa dan Ibu

Lili yang begitu baik dan murah hati untuk memudahkan saya dalam

mengurus nilai dll.

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

v

7. Keluarga kecil mba gita, bang aip, dan baby kai.. Hope one day, i’ll find

my lil fam like yours.. Adinda Meutia Rizqina, adik kecilku tersayang..

Terima kasih untuk teh lemon hangat dan vanilla lattenya..

8. My 2nd fam..Mel.Ryn.Nul.Tot.El.Dam..terima kasih untuk 4 tahun yang

luar biasa dan begitu indah, menangis dan tertawa bersama kamu semua

adalah anugerah yang luar biasa..

9. GLOSHE “gitayutitanisavibunskali” terima kasih untuk doa, dukungan,

dan kebersamaan yang begitu hangat..

10. Teman-teman kkn 78, esp boy+adit.. terima kasih untuk 30 hari yang

indah dan begitu bermakna..

11. Sahabat terbaik sepanjang masa, Ihda Maulidah.. Teman kecilku lidya,

prima, nuning, prima, erna, nova..

12. Bapak dan Ibu Akademik FEIS, Bu Siska, Pak Rahmat, Pak Udin, Pak

Sugeng, Bu Yulia

13. Teman-teman IESP A 2006, SEIS Dance (keep on dancing girls!), HMI

KAFEIS (Yakusa!), Rimbassa, Sodara2ku (kaka kembar, lala, mba put).

14. Teman seperjuangan, Upi Lutfiah..untuk rasa optimis yang luarbiasa.

Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih yang terdalam untuk bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga

keberkahan dan kesuksesan selalu menyertai kita semua. Amin.

Akhirnya, semoga bantuan, doa, dan semangat yang diberikan dapat

menjadi amalan bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini.

Jakarta, Agustus 2010

Ayu Zakya Lestari

Penulis

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................ i

ABSTRACT ...................................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ..................................................................... iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………. vi

DAFTAR TABEL ............................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ……………………...........……...... 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………..... 1

B. Perumusan Masalah ………………………………..... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........……...………….…....... 10

A. Perkembangan Kebijakan Ekonomi di Indonesia…….. 10

1. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Orde Baru.. 12

2. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Reformasi.. 17

3. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Otonomi

Daerah ...................................................................... 19

B. Struktur Pemerintahan di Era Otonomi Daerah…........ 23

C. Struktur Keuangan di Era Otonomi Daerah…............. 26

D. Hakikat Pertumbuhan Ekonomi ……………….…...... 36

E. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi …………..……..... 38

1. Teori Pendapatan Asli Daerah ….................…….... 38

2. Teori Jumlah Penduduk ........................................... 41

3. Teori Tingkat Pendidikan ........................................ 42

F. Penelitian Terdahulu ……………………………….... 45

G. Kerangka Pemikiran ………………………………..... 61

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

vii

H. Hipotesis Penelitian ………………………………...... 64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………….……....... 67

A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………. 67

B. Metode Penentuan Sampel ………………………….... 67

C. Metode Pengumpulan Data …………………............... 68

1. Sumber Data ………………………….................… 68

2. Metode Pengumpulan Data ……………….………. 69

D. Metode Analisis Data ………………………………… 69

1. Metode Data Panel .......................………………… 69

2. Estimasi Model Data Panel ...................................... 71

3. Pemilihan Metode Estimasi dengan Data Panel ...... 73

4. Metode Dummy Variabel ………………………..... 76

5. Model Empiris .......................................................... 77

6. Pengujian Hipotesis ……………………………….. 78

E. Operasional Variabel Penelitian …………………….... 82

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................... 84

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................. 84

1. Kabupaten Bandung ................................................ 84

2. Kabupaten Cianjur ................................................... 86

3. Kota Sukabumi ........................................................ 88

B. Penemuan dan Pembahasan .......................................... 91

1. Analisa Deskriptif .................................................... 91

a. Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional

Bruto ................................................................... 91

b. Analisa Deskriptif PAD ..................................... 93

c. Analisa Deskriptif Jumlah Penduduk................. 94

d. Analisa Deskriptif Tingkat Pendidikan .............. 96

2. Estimasi Model Data Panel ..................................... 97

a. Pendekatan Pooled Least Square ........................ 97

b. Pendekatan Fixed Effect Model ........................ 97

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

viii

c. PLS vs FEM ........................................................ 98

d. Pendekatan Random Effect Model .................... 99

3. Pengujian Hipotesis ................................................. 100

a. Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008) ..... 100

1. Uji t ............................................................... 101

2. Uji F .............................................................. 104

3. Keofisien Determinasi ................................... 105

4. Interpretasi Hasil Analisis ............................. 106

b. Periode Sebelum Otonomi Daerah (1995-2000) .. 113

c. Periode Otonomi Daerah (2001-2008) ................ 115

d. Pengaruh Variabel-variabel Independen

terhadap Variabel Dependen ............................... 118

BAB V PENUTUP ........................................................................ 121

A. Kesimpulan .................................................................... 121

B. Implikasi ......................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA ….............………………….......................... 125

LAMPIRAN ....................................................................................... 129

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Struktur APBD Propinsi/ Kota/ Kabupaten Pendekatan Kinerja 33

2.2 Penelitian Terdahulu 54

3.1 Perbedaan Fixed Effect Model dan Random Effect Model 73

3.2 Operasional Variabel Penelitian 83

4.1 Regresi Data Panel: Pooled Least Square 97

4.2 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model 98

4.3 F- Restricted 98

4.4 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel dengan Dummy Variabel

Terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008) 101

4.5 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model 106

4.6 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel dengan Dummy Variabel

Terhadap Periode Sebelum Otonomi Daerah (1995-2000) 113

4.7 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel dengan Dummy Variabel

Terhadap Periode Otonomi Daerah (2001-2008) 115

4.8 Arah Hubungan Variabel-variabel Kebijakan Desentralisasi Fiskal

dengan Pertumbuhan Ekonomi Regional di Jawa Barat 118

n Estimasi Data P

anel dengan Dummy Variabel terhadap Keseluruhan Periode Penelitian

(1995-2008) Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel dengan Dummy

Variabel terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008)

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat Tahun 1995-2008 5

2.1 Tren Alokasi Transfer Pusat ke Daerah (Tahun 2001-2008) 28

2.2 Bagan Kerangka Pemikiran 63

3.1 t-Statistik 79

3.2 F-Statistik 81

4.1 Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat Tahun 1995-2008 92

4.2 Pendapatan Asli Daerah di Jawa Barat Tahun 1995-2008 94

4.3 Jumlah Penduduk di Jawa Barat Tahun 1995-2008 95

4.4 Tingkat Pendidikan di Jawa Barat Tahun 1995-2008 96

4.5 F-Restricted 99

4.6 Hasil Uji t-Statistik 102

4.7 Hasil Uji F-Statistik 105

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1. Data Observasi 129

2. Output Pooled Least Square 131

3. Output Fixed Effect Model Periode Keseluruhan (1995-2008)`132

4. Output Fixed Effect Model Sebelum Otonomi Daerah

(1995-2000)` 133

5. Output Fixed Effect Model Periode Otonomi Daerah

(2001-2008)` 134

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah

pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam

jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang

meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang mengalami

peningkatan dalam jumlah dan kualitasnya.

Perkembangan kemampuan dalam memproduksi barang dan jasa

sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu

diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.

Pertambahan potensi memproduksi sering kali lebih besar dari pertambahan

produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi lebih

lambat dari potensinya.

Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu

periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan

ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

2

suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan

ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro.

Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah.

Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga selalu

bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja

bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih

kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya

pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas,

perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan

pemerataan ekonomi (economic stability) melalui redistribusi pendapatan

(income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan

ekonomi yang tinggi.

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah yang dilaksanakan di

Indonesia berdasarkan UU No.32/ 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU

No.33/ 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah sebagai

revisi dari UU No.22/ 1999 dan UU No.25/ 1999, disadari bahwa kemampuan

setiap daerah dalam melaksanakan fungsi otonomi guna peningkatan

pertumbuhan ekonomi daerahnya tidak sama. Hal ini disambut baik bagi daerah

yang memiliki sumber penerimaan potensial, namun bagi daerah yang memiliki

kemampuan keuangan yang jauh dari memadai, maka mereka mengalami

kesulitan dalam pembiayaan pelaksanaan otonomi daerahnya.

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

3

UU No.32/ 2004 merupakan dasar hukum pendelegasian kekuasaan

tertentu kepada pemerintah daerah dan membentuk proses politik daerah.

Penyerahan fungsi, personil, dan aset dilakukan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota. Sedangkan UU No.33/ 2004

mendorong desentralisasi dengan memberikan sumber daya fiskal kepada

pemerintah daerah, termasuk dalam hal penetapan besarnya tarif pajak dan

retribusi daerah. Hal ini bertujuan untuk mendukung tanggung jawab yang

dilimpahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Adapun pelaksanaan otonomi daerah harus diimbangi dengan sejauh

mana, instrumen atau kemampuan daerah saat ini mampu memberikan nuansa

pengolahan keuangan yang lebih adil, rasional, transparan, partisipatif, dan

akuntabel sebagaimana yang diamanatkan oleh kedua undang-undang otonomi

daerah tersebut.

Kebijakan otonomi daerah baru dijalankan pada 1 Januari 2001

berdasarkan UU No.25/ 1999 yang disempurnakan dengan UU No.33/ 2004

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pada waktu ini, Indonesia memasuki babak baru dalam pengelolaan

pemerintahan dan pembangunan. Dalam hal pengelolaan pembangunan dan

keuangan, daerah memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan di bidang

keuangan dan pengelolaan anggaran di sisi penerimaan dan pengeluaran.

Pada sisi penerimaan, daerah kota/ kabupaten mendapat keleluasaan

untuk menggali sumber-sumber penerimaan yang potensial di daerah, tidak lagi

sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah pusat. Sedangkan di sisi pengeluaran,

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

4

daerah sepenuhnya memiliki kewenangan untuk menentukan penggunaan dana

perimbangan yang diterimanya sesuai dengan kebutuhan daerah.

Propinsi Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami

perkembangan perekonomian yang cukup pesat. PDRB propinsi Jawa Barat

pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang

14-15 persen dari total PDB nasional, merupakan angka tertinggi bagi sebuah

propinsi. Sebagai propinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia,

PDRB per kapita Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk

minyak dan gas. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk

minyak dan gas, bahkan lebih baik dari PDB Indonesia secara keseluruhan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat).

Dengan adanya kebijakan otonomi daerah telah memberikan peluang

bagi propinsi Jawa Barat untuk memiliki kemandirian guna membangun

daerahnya. Kemandirian tersebut berpijak pada [1] prinsip demokrasi, [2]

partisipasi dan peran serta masyarakat, [3] pemerataan keadilan, serta [4]

memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah dalam upaya

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi propinsi Jawa Barat selama 14

tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang menerangkan bahwa

pertumbuhan ekonomi propinsi Jawa Barat mengalami perubahan yang

fluktuatif dari tahun ke tahun.

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

5

Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah kembali.

Gambar 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa

Barat Tahun 1995-2008 (Dalam Persentase)

Perkembangan pertumbuhan ekonomi propinsi Jawa Barat

menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1995-2008. Namun, pada

tahun 1998 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yaitu minus 17,77 persen, hal

ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan krisis moneter yang terjadi pada

pertengahan tahun 1997 di Indonesia yang kemudian mengakibatkan krisis

multidimensi sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi yang

negatif di propinsi Jawa Barat. Namun, pada tahun 2000-2008 pertumbuhan

ekonomi dapat kembali pulih, meskipun tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.

Selama periode sebelum otonomi daerah yaitu tahun 1995-2000, rata-

rata pertumbuhan ekonomi adalah 0,12 persen, sedangkan pada periode otonomi

daerah di tahun 2001-2008, pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 5,21

persen. Hal ini menggambarkan perbaikan yang cukup drastis sebagai dampak

dari adanya kebijakan otonomi daerah yang sudah mulai diterapkan di Indonesia

sejak tahun 2001.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

6

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, terdapat indikator utama

penentu perkembangan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah yakni anggaran

pemerintah daerah yang dilihat dari sisi penerimaan, yaitu pendapatan asli

daerah (PAD). PAD merupakan salah satu ukuran potensi fiskal daerah, dan

sebagai sumber penerimaan yang penting guna peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Seiring dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah semakin

gencar untuk meningkatkan PAD-nya masing-masing dengan berbagai macam

cara, salah satu caranya adalah dilakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi

dengan mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan yang sudah ada, ataupun

menggali sumber-sumber baru.

Sebagai propinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia yang

disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk alami maupun karena migrasi

masuk, Jawa Barat memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, namun hal

ini belum dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja yang dilihat dari jumlah

pengangguran yang masih mengalami kenaikan. Sehingga perlu dilakukan

penanggulangan terhadap jumlah penduduk yang besar dengan cara penyediaan

lapangan kerja yang memadai atau peningkatan kualitas sumber daya manusia

untuk mengisi pasar kerja guna mengurangi jumlah pengangguran yang akan

berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan sebagai propinsi yang memiliki perguruan tinggi yang

cukup banyak baik swasta maupun negeri, tingkat pendidikan di propinsi Jawa

Barat juga memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan ekonominya.

Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan menitikberatkan

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

7

pada upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana serta prasarana

pendidikan, peningkatan partisipasi anak usia sekolah, pengembangan

pendidikan luar sekolah, pengembangan sekolah alternatif, serta peningkatan

jumlah dan pemerataan distribusi tenaga pendidik. Namun aksesibilitas

masyarakat terhadap pendidikan masih rendah, angka putus sekolah masih

cukup tinggi, kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan belum sesuai

dengan kebutuhan dan tuntutan daya saing.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya di propinsi Jawa Barat. Adapun judul dalam penelitian ini

adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Regional di Propinsi Jawa Barat (Periode 1995-2008)”.

B. Perumusan Masalah

Dengan berlakunya kebijakan otonomi daerah di propinsi Jawa Barat

diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kemandirian daerah dalam

mengelola dan mengalokasikan sumber pendanaannya. Hal ini sangat

diharapkan sehingga dapat tercapai tujuan utama dari kebijakan tersebut yaitu

mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah kearah yang lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini masalah yang akan

dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pendapatan asli daerah mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat?

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

8

2. Apakah jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat?

3. Apakah tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat?

4. Apakah kebijakan otonomi daerah mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat?

5. Apakah pendapatan asli daerah, jumlah penduduk, tingkat pendidikan, dan

kebijakan otonomi daerah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan asli

daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

2. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara jumlah penduduk

terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

3. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat

pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa

Barat.

4. Mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara kebijakan

otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa

Barat.

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

9

5. Mengetahui apakah pendapatan asli daerah, jumlah penduduk, tingkat

pendidikan, dan kebijakan otonomi daerah secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

regional di propinsi Jawa Barat.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

dijadikan pertimbangan oleh decision maker (pengambil kebijakan) baik di

tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten/ kota dalam pengambilan

keputusan yang terkait yakni mengenai faktor-faktor apa saja yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

Adapun bagi penulis sendiri manfaat yang dapat diambil adalah dapat

menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Kebijakan Ekonomi di Indonesia

Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi di Indonesia,

terutama konsep kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan pemerintahan

daerah, sejak lahirnya orde baru sampai saat sekarang ini, kita perlu

memperhatikan pokok-pokok pemikiran yang mendasari pola perkembangan

ekonomi yang terjadi pada masing-masing era tersebut. Pada dasarnya setiap

pemerintahan di dunia, termasuk di Indonesia bertujuan mengembangkan

perekonomiannya demi tercapainya peningkatan taraf hidup masyarakat banyak.

Taraf hidup yang lebih baik dicerminkan oleh dua indikator utama, yaitu growth

dan equity.

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan perhatian utama

masyarakat perekonomian dunia. Para ekonom dan politisi di semua negara, baik

negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis, maupun

campuran, semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan

ekonomi. Evaluasi akhir tahun dari pemerintahan dalam sebuah negara selalu

memunculkan data-data statistik yang berkaitan dengan pertumbuhan Gross

National Product (GNP). Indikator keberhasilan program pembangunan di

negara berkembang sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat

pertumbuhan output dan pendapatan nasional. Bahkan, baik buruknya kinerja

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

11

dan kualitas kebijakan pemerintah di bidang ekonomi secara keseluruhan

biasanya diukur berdasarkan kecepatan pertumbuhan yang dihasilkan.

Sedangkan equity merupakan indikator efektivitas dari sebuah

kebijakan pemerintah di masa tersebut, yang artinya bahwa pencapaian dari

tujuan kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dinikmati oleh semua

komponen bangsa tanpa ada yang terdistorsi.

Namun demikian, dua hal tersebut tidak mudah untuk diraih secara

bersamaan karena pencapaian pertumbuhan tidak secara otomatis diikuti oleh

pencapaian tujuan keadilan, ataupun sebaliknya. Bahkan seringkali dijumpai

antara kedua tujuan tersebut memiliki ―trade off‖ yang artinya apabila sebuah

kebijakan bertujuan untuk mencapai pertumbuhan, maka mau tidak mau tujuan

keadilan tersebut harus dikorbankan; dan sebaliknya apabila tujuan keadilan atau

distribusi yang merata ingin dicapai terlebih dahulu, maka tujuan pertumbuhan

harus dikorbankan.

Penganut teori pertumbuhan mengatakan bahwa dengan mengutamakan

pertumbuhan ekonomi, maka secara otomatis akan terjadi trickledown effect

sehingga kelompok miskin atau golongan berpendapatan rendah akan

mendapatkan cipratan penghasilan dari golongan yang berpendapatan tinggi,

baik melalui sistem donasi, sistem perpajakan progressif, serta sistem subsidi

bagi kelompok miskin.

Sebaliknya, penganut teori keadilan menghendaki adanya pemerataan

pendapatan terlebih dahulu agar semua kebutuhan dasar penduduk dapat

terpenuhi secara adil dan merata, sehingga tidak akan terjadi kecemburuan sosial

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

12

dan kesenjangan ekonomi. Dengan demikian semua orang akan memiliki

semangat membangun bersama guna mencapai taraf hidup yang lebih tinggi

ataupun tingkat perekonomian yang lebih baik.

Diantara kedua kelompok penganut teori pertumbuhan dan keadilan

tersebut, terdapat kelompok yang mengambil jalan tengah dengan menghendaki

tercapainya kedua tujuan tersebut secara sekaligus. Adapun tujuannya adalah

terciptanya perbaikan taraf hidup yang berkeadilan (growth with equity). Dengan

pendekatan ini, pada umumnya laju pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah

(lambat), tetapi dapat dibarengi dengan keadilan atau pemerataan penghasilan

dan kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat secara keseluruhan.

Di Indonesia, arah dan tujuan sebuah kebijakan bergerak sesuai dengan

tuntutan zaman yang berkembang pada suatu era pemerintahan. Sehingga selain

mengaburkan mazhab kebijakan yang dibuat, konsep kebijakan juga cenderung

prematur dan memerlukan penyempurnaan di tengah jalan. Sekilas penulis ingin

membahas perkembangan kebijakan selama era orde baru sampai dengan era

otonomi daerah.

1. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Orde Baru (1968-1998)

Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto

di Indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era

pemerintahan Presiden Soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1968

hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang

pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini.

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

13

Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin

melebar. Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa

jabatan lima tahun sebagai presiden, dan kemudian dilantik kembali secara

berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan dan

pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia.

Pada masa awal orde baru, kemajuan pembangunan ekonomi dapat

dilihat dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur, dan

lain-lain. Saat permulaan orde baru, program pemerintah berorientasi pada

usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan

tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan

pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan

harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih

650 persen setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program

pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Setelah itu dikeluarkan

ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang pembaruan kebijakan

ekonomi, keuangan dan pembangunan.

Lalu kabinet AMPERA membuat kebijakan yang mengacu pada Tap

MPRS tersebut yakni sebagai berikut:

1) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang

menyebabkan kemacetan, seperti: rendahnya penerimaan negara,

tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara, terlalu banyak dan tidak

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

14

produktifnya ekspansi kredit bank serta terlalu banyak tunggakan hutang

luar negeri.

2) Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.

3) Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.

Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka

ditempuh cara-cara yaitu sebagai berikut:

1) Mengadakan operasi pajak

2) Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan

dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang

3) Dalam era orde baru, pembangunan dilandaskan pada trilogi

pembangunan, yaitu stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan.

Untuk itu pemerintah melakukan ―Pola Umum Pembangunan Jangka

Panjang‖ (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita.

1) Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Sasaran yang hendak dicapai pada masa ini adalah pangan,

sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan

kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor

pertanian. Adapun keberhasilan dalam Pelita I yaitu sebagai berikut:

a. Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4persen setahun

b. Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil

c. Perbaikan jalan raya

d. Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik

e. Semakin majunya sektor pendidikan

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

15

2) Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)

Sasaran yang hendak dicapai pada masa ini adalah pangan,

sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan

memperluas lapangan kerja . Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan

ekonomi rata-rata penduduk 7 persen setahun serta perbaikan dalam hal

irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikan produksi. Lalu banyak

jalan dan jembatan yang direhabilitasi dan di bangun.

3) Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)

Pelita III lebih menekankan pada ―Trilogi Pembangunan‖. Asas-

asas pemerataan dituangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan,

seperti pemerataan pembagian kerja, kesempatan kerja, memperoleh

keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan, dan

lain-lain.

4) Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)

Pada Pelita IV lebih dititikberatkan pada sektor pertanian menuju

swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan

mesin industri itu sendiri. Hasil yang dicapai pada Pelita IV adalah

swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi

beras sebanyak 25,8 ton. Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras.

Selain itu juga dilakukan program KB dan rumah untuk keluarga.

5) Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)

Pada Pelita V ini lebih menitikberatkan pada sektor pertanian dan

industri untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

16

produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V

adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu

dilanjutkan pembangunan jangka panjang tahap kedua, yaitu dengan

mengadakan Pelita VI.

6) Pelita VI (1 April 1994 - 31 Maret 1999)

Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor

ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan

pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia sebagai pendukungnya. Namun Pelita VI yang diharapkan

menjadi proses lepas landas Indonesia ke arah yang lebih baik lagi, malah

menjadi gagal landas dan kapal pun rusak. Indonesia dilanda krisis

ekonomi yang sulit diatasi pada akhir tahun 1997. Hal ini berawal dari

krisis moneter lalu berlanjut menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi

krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Pelita VI pun kandas di tengah

jalan.

Kondisi ekonomi menjadi kian terpuruk ditambah dengan kkn yang

merajalela. Pembangunan yang dilakukan hanya dapat dinikmati oleh

sebagian kecil kalangan masyarakat karena cenderung terpusat dan tidak

merata. Meskipun perekonomian Indonesia meningkat, tapi secara

fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh. Terjadi kerusakan serta

pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam. Perbedaan ekonomi

antar daerah, antar golongan pekerjaan, dan antar kelompok dalam

masyarakat terasa semakin tajam. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

17

(marginalisasi sosial). Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan

ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang

demokratis dan berkeadilan.

Pembangunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di

sejumlah wilayah yang menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau,

Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi

penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir

tahun 1997. Namun pembangunan ekonomi pada masa orde baru merupakan

pondasi bagi pembangunan ekonomi selanjutnya.

Adapun kelebihan sistem pemerintahan orde baru antara lain: [1]

perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya US$70

dan pada 1996 telah mencapai lebih dari US$1.000, [2] sukses transmigrasi,

[3] sukses KB, dan [4] sukses memerangi buta huruf. Sedangkan kekurangan

sistem pemerintahan orde baru yaitu: [1] maraknya korupsi, kolusi, dan

nepotisme, [2] pembangunan Indonesia yang tidak merata, [3] bertambahnya

kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan

si miskin), [4] kritik dibungkam dan oposisi diharamkan, [5] kebebasan pers

sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel.

2. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Reformasi (1998-Sekarang)

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan

ekonomi yang juga dibarengi kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir,

serta harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh.

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

18

Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal (capital flight)

dipercepat. Para demonstran yang pada awalnya dipimpin para mahasiswa

meminta pengunduran diri Presiden Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan

massa yang meluas, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998,

tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto

kemudian memilih sang wakil presiden, B.J. Habibie, untuk menjadi presiden

ketiga Indonesia.

Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat

dikatakan sebagai tanda berakhirnya era orde baru, untuk kemudian

digantikan dengan "Era Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh penting pada

masa orde baru di jajaran pemerintahan pada masa reformasi ini sering

membuat beberapa orang mengatakan bahwa orde baru masih belum

berakhir. Oleh karena itu era reformasi atau orde reformasi sering disebut

sebagai "Era Pasca Orde Baru".

Dalam era reformasi, pola sistem pemerintahan dan kebijakan tidak

banyak berubah bila dibandingkan dengan era orde baru. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar para pejabat merupakan bekas pejabat pada masa orde

baru. Akibatnya proses penegakan hukum bagi para penyeleweng kekuasaan,

perampok uang rakyat, dan pencoleng negara pada era sebelumnya berjalan

dengan sangat lambat.

Hal ini berdampak pada kondisi ekonomi masa reformasi yang tidak

mengalami perbaikan yang berarti. Kondisi perekonomian pada masa orde

reformasi dapat digambarkan sebagai berikut: pertama, untuk mengurangi

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

19

dampak penurunan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, pemerintah

menjalankan program jaring pengaman sosial. Akan tetapi adanya tingkat

pengangguran yang tinggi dan nilai rupiah yang melemah sampai pada batas

terendah sepanjang sejarah Indonesia, yakni mencapai Rp.18.000 per US$

mengakibatkan pogram ini tidak bermakna dan bermanfaat. Kurs dollar yang

tinggi mengakibatkan kegiatan produksi yang bahan bakunya merupakan

barang impor menjadi terganggu. Terhentinya kegiatan impor karena kurs

devisa yang tinggi juga memukul sektor manufacturing dan transportasi yang

disebabkan oleh mahalnya komponen suku cadang yang harus diimpor.

Kondisi pasar yang tidak menentu ini menyebabkan perusahaan banyak yang

berhenti beroperasi dan memberhentikan para karyawannya.

Kedua, kebijakan moneter di Indonesia pada saat itu diatur oleh

IMF, sehingga sesuai dengan saran IMF untuk dilakukan peningkatan suku

bunga hingga mencapai 67 persen per tahun. Hal ini mengakibatkan adanya

negative spread pada sektor perbankan sehingga banyak bank yang harus

dilikuidasi atau dinyatakan beku operasi.

3. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Otonomi Daerah (2001-

Sekarang)

Reformasi di segala bidang yang di dukung oleh masyarakat dalam

menyikapi permasalahan yang terjadi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah menyebabkan lahirnya otonomi daerah sebagai salah satu tuntutan

reformasi. Salah satu catatan sejarah pada era reformasi adalah

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

20

diperkenalkannya UU No. 22/ 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No.

25/ 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Untuk itu, otonomi

daerah diharapkan dapat: (1) menciptakan efisiensi dan efektifitas

pengelolaan sumber daya daerah, (2) meningkatkan kualitas pelayanan umum

dan kesejahteraan masyarakat, dan (3) membudayakan dan menciptakan

ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan

(Zainuddin; 2010).

Kebijakan otonomi daerah yang saat ini sangat santer dibicarakan

dimana-mana sebenarnya bukanlah merupakan ―barang baru‖ dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Semenjak negara ini lahir kebijakan

otonomi daerah sudah mulai dibicarakan. Bahkan para founding fathers

negara ini telah menuangkan ide-ide otonomi daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara pada Undang-Undang Dasar 1945 yaitu pada pasal 18.

Selama lebih setengah abad berbagai kebijakan otonomi daerah telah

dilahirkan sesuai dengan semangat zamannya (zeitgeist). Mulai dari UU No.1/

1945, UU No.22/ 1948, UU No.1/ 1957, UU No.18/ 1965, Penpres No.6/

1969, UU No.5/ 1974 dan terakhir dengan UU No.22/ 1999. Selama masa itu

pula terdapat perubahan dan pergeseran semangat otonomi daerah antara lain;

otonomi daerah yang seluas-luasnya, otonomi daerah yang nyata dan

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

21

bertanggung jawab serta otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung

jawab.

Jadi inti dari otonomi daerah adalah demokratisasi dan

pemberdayaan. Otonomi daerah sebagai demokratisasi maksudnya adalah

adanya kesetaraan hubungan antara pusat dan daerah, dimana daerah

mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan,

kebutuhan, dan aspirasi masyarakatnya. Aspirasi dan kepentingan daerah

akan mendapatkan perhatian dalam setiap pengambilan kebijakan oleh pusat.

Sedangkan otonomi daerah sebagai pemberdayaan daerah

merupakan suatu proses pembelajaran dan penguatan bagi daerah untuk

mampu mengatur, mengurus, dan mengelola kepentingan dan aspirasi

masyarakatnya sendiri. Dengan demikian daerah secara bertahap akan

berupaya untuk mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan kepada

pemerintah pusat.

Namun otonomi daerah juga telah menimbulkan berbagai kebijakan

yang bersifat kontra produktif terhadap iklim perdagangan dan investasi di

daerah. Adanya target untuk meningkatkan PAD menyebabkan terjadinya

pungutan tambahan yang secara langsung maupun tidak langsung

memberatkan pihak pengusaha maupun masyarakat umum. Sebagai contoh;

pengoperasian kembali jembatan timbang di Sulawesi Selatan yang telah

dicabut berdasarkan UU No.18/ 1997, perdagangan kayu cendana di NTT

yang sarat dengan kontrol dan pajak pemda, Perda No.6/ 2000 propinsi

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

22

Lampung tentang retribusi izin komoditas keluar propinsi Lampung, dan lain-

lain (Boyke; 2007).

Otonomi dilakukan juga dengan ekspektasi agar daerah memiliki

daya saing dan keunggulan lokal. Keinginan tersebut bisa dicapai karena

berbagai perubahan untuk mewujudkan misi itu telah dilakukan. Dari dimensi

pengelolaan anggaran, misalnya lebih dari 67 persen porsi anggaran belanja

negara telah beralih pengelolaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah.

Dari sisi aparatur pemerintah, juga telah terjadi perpindahan pegawai

negeri sipil dari pusat ke daerah mencapai lebih dari 2,5 juta orang. Telah

lebih banyak pegawai negeri di daerah daripada di pusat. Dengan demikian,

terdapat lebih banyak urusan pusat yang diserahkan kepada daerah. Bersama

dengan berpindahnya kewenangan pusat ke daerah, nyatanya tujuan utama

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat masih jauh dari tercapai, hal ini

dibuktikan dengan jumlah orang miskin tidak menurun, bahkan dalam level

tertentu justru meningkat dan menjadi fenomena yang mudah ditemukan

dimana-mana.

Selain tidak menyembuhkan penyakit lama, otonomi daerah juga

telah menciptakan penyakit baru. Kewenangan lebih besar yang dimiliki

daerah telah merangsang elite daerah melahirkan wilayah pemekaran atas

dasar kepentingan yang sangat sempit, yaitu kepentingan pribadi dan

primordial. Sampai dengan tahun 2009 pemekaran wilayah telah dilakukan

sebanyak 205 yang terdiri dari 7 propinsi, 165 kabupaten, dan 33 kota,

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

23

sehingga jumlah daerah di Indonesia adalah 524, yang terdiri dari 33 propinsi,

398 kabupaten dan 93 kota (A. Yani; 2009).

B. Struktur Pemerintahan di Era Otonomi Daerah

Berlakunya undang-undang otonomi daerah di Indonesia yang salah

satunya ditujukan sebagai langkah percepatan pembangunan, memberikan dan

memiliki kewenangan yang cukup besar dalam mengambil keputusan. Dalam

hal ini peran daerah lebih besar daripada peran pemerintah pusat. Pemerintah

pusat hanya memainkan peranan sebagai fasilitator dan dinamisator. Sementara

pemerintah daerah, baik propinsi, kabupaten dan kota, menjadi perencana,

pelaksana, dan pengendali program pembangunan masing-masing.

Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik atau good governance

diperlukan reformasi kelembagaan (institutional reform) dan reformasi

manajemen publik (public management reform). Reformasi kelembagaan

menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di daerah, baik

struktur maupun infrastrukturnya.

Reformasi manajemen sektor publik terkait dengan perlunya digunakan

model manajemen pemerintahan yang baru yang sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman, misalnya new public management yang berfokus pada

manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi

pada kebijakan. Penggunaan paradigma new public management tersebut

menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah. Di antaranya perubahan

pendekatan dalam penganggaran, yakni dari penganggaran tradisional

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

24

(traditional budget) menjadi penganggaran berbasis kinerja (performance

budget), tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting),

dan kompetensi tender (compulsory competitive tendering contract).

Adanya kebijakan ini memberikan kewenangan yang luas kepada

daerah otonom yang meliputi seluruh bidang pemerintahan. Secara lebih detail,

UU No.22/ 1999 yang kemudian dilanjutkan dengan UU No.32/ 2004 dengan

beberapa revisi, telah melakukan perubahan signifikan dibandingkan dengan

sistem yang digunakan di masa orde baru.

Pertama, semangat otonomi daerah yang lebih besar ini dimulai dengan

perubahan simbolisasi pada nama daerah otonom. Istilah tingkatan daerah

otonom (Dati I dan Dati II) dihapuskan, dan diganti dengan istilah yang lebih

netral, yaitu propinsi, kabupaten dan kota. Hal ini didasari semangat untuk

menghindari citra bahwa tingkatan lebih tinggi (Dati I) secara hierarkis lebih

berkuasa daripada tingkatan lebih rendah (Dati II). Padahal keduanya merupakan

badan hukum yang terpisah dan sejajar serta mempunyai kewenangan berbeda.

Kedua, UU No.22/ 1999 memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi

yang dibatasi hanya sampai pemerintahan propinsi. Pemerintahan kabupaten dan

kota telah terbebas dari intervensi pusat yang sangat kuat melalui perangkapan

jabatan kepala daerah otonom (local self-government) dan kepala wilayah

administratif (field administration). Bupati dan walikota adalah kepada daerah

otonom saja. Sementara itu jabatan kepala wilayah pada kabupaten dan kota

(dulu kotamadya) sudah tidak dikenal lagi.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

25

Ketiga, Bupati dan walikota dipilih secara mandiri di daerah tanpa

melibatkan pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat. Dalam UU No.22/

1999, kepala daerah dipilih oleh DPRD. Oleh karena itu, bupati/ walikota harus

bertanggung jawab kepada DPRD dan juga dapat diberhentikan oleh DPRD

sebelum masa jabatannya usai. Sementara itu, pemerintah pusat (presiden) hanya

diberi kekuasaan untuk ‗memberhentikan sementara‘ seorang bupati/ walikota

jika dianggap membahayakan integrasi nasional. Pada tahun 2004,

diperkenalkan pilkada langsung dimana kepala daerah dipilih secara langsung

oleh rakyat dari para pasangan calon yang diajukan oleh partai politik.

Perubahan ke arah pendalaman demokrasi ini terus berkembang. UU No.32/

2004 ini kemudian direvisi di tahun 2008 dengan memberikan kesempatan

kepada calon perseorangan untuk berkompetisi dalam pilkada langsung.

Keempat, UU No.22/ 1999 yang kemudian dilanjutkan oleh UU No.32/

2004 menghapuskan posisi wilayah administratif (field administration) pada

level daerah kabupaten dan daerah kota. Integrated prefectoral system yang

sentralistis yang digunakan UU No.5/ 1974 diubah menjadi functional system,

dan bukan sekedar unintegrated prefectoral system yang dikenal pada UU No.1/

1957.

Kelima, Undang-undang tersebut menempatkan pemerintahan

kecamatan dan kelurahan sebagai perangkat daerah otonom, yaitu daerah

kabupaten dan daerah kota. Dengan kata lain, pemerintahan kecamatan

menempati posisi sebagai kepanjangan tangan pemerintahan daerah otonom

(desentralisasi), dan bukan sebagai aparat dekonsentrasi.

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

26

Keenam, Undang-undang ini memberikan kewenangan yang lebih luas

kepada daerah otonom yang meliputi seluruh bidang pemerintahan kecuali

politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta

‗kewenangan bidang lain‘. Hanya saja, definisi ‗kewenangan bidang lain‘ ini

ternyata masih sangat luas, sebab mencakup perencanaan dan pengendalian

pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem

administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan

pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta

teknologi tinggi strategis, konservasi dan standarisasi nasional.

C. Struktur Keuangan di Era Otonomi Daerah

1. Struktur Keuangan Daerah menurut UU No.25/ 1999 dan UU No.33/

2004

Tujuan pokok UU No.25/ 1999 adalah upaya memberdayakan dan

meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem

pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan, partisipatif,

bertanggung jawab dan pasti, serta mewujudkan sistem perimbangan

keuangan yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Namun dalam penerapannya, UU No.25/ 1999 menimbulkan

berbagai masalah di daerah. Pertama, mengenai kemampuan keuangan atau

kapasitas/ potensi fiskal daerah. Masalah kedua adalah mengenai tingkat

efektifitas dan efisiensi dari PAD maupun yang diterima dari pemerintah

pusat (dana perimbangan).

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

27

Dengan keluarnya UU No.25/1999, struktur keuangan daerah

mengalami perubahan, yakni sumber baru yang penting adalah dana

perimbangan dari pemerintah pusat. Faktor yang digunakan dalam

menentukan besarnya bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

mencakup beberapa perumusan yang berkaitan dengan berbagai faktor

seperti upaya pajak (tax effort). Setelah diketahui upaya pajak dari suatu

daerah, maka kemudian dapat dilihat pelaksanaan pajak (tax performance)

dari suatu daerah.

Pajak dalam berbagai unit tingkat pemerintahan baik negara maupun

daerah menggambarkan sebuah konsep mengenai kapasitas wajib pajak

(taxable capacity). Untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa publik

pemerintah daerah sangat membutuhkan dana, dan oleh karena pemerintah

daerah juga memiliki kebutuhan fiskal (fiscal need) yang digunakan untuk

membiayai penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial

ekonomi. Oleh karena itu transfer dana dan pengeluaran yang dilakukan oleh

pemerintah daerah tersebut harus memberikan dampak pemerataan

(equalization effect).

Perbandingan yang dilakukan terhadap tax ratio memberikan

beberapa indikasi adanya nilai-nilai relatif pajak pada suatu daerah. Dengan

mengetahui tax performance dalam hal ini dengan mengetahui tax effort

akan dapat diketahui daerah yang memiliki kemungkinan lebih besar

hasilnya bila dilakukan pemungutan pajak, atau disebut juga yang memiliki

taxable capacity yang lebih besar.

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

28

Sementara itu, keuangan daerah juga mengalami beberapa

perubahan. Melalui UU No.25/ 1999 dan UU No.33/ 2004, secara makro

sumber-sumber keuangan daerah diperbesar, sejalan dengan

dikembangkannya prinsip perimbangan. Jumlah alokasi transfer keuangan ke

daerah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel berikut

menunjukkan peningkatan alokasi transfer pusat ke daerah selama era

desentralisasi.

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan, Departemen Keuangan RI; 2007.

Gambar 2.1. Tren Alokasi Transfer Pusat ke Daerah (Tahun 2001-2008)

81

,1

3,5

94

,7

9,2

11

1,1

6,9

12

2,9

7,2

14

3,2

4,0

22

2,1

9,5

24

4,7

14,4

26

6,8

0,0

40,0

80,0

120,0

160,0

200,0

240,0

280,0

Tri

liu

n R

p

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

REALISASI APBN APBN-P APBN

TREN TRANSFER KE DAERAH

(DANA PERIMBANGAN, DANA OTSUS DAN PENYESUAIAN)

TAHUN 2001-2008

DANA PERIMBANGAN

OTSUS DAN PENYESUAIAN

2001 2002 2003 2004 2005 2006

DANA

DESENTRALI

SASI

81,1 98,1 120,3 129,7 150,5 226,2 254,2 281,2

% dari thn

sebelumnya- 21,1% 22,6% 7,8% 16,0% 50,3% 12,4% 10,6%

APBN

2008

REALISASI APBN APBN-P

2007

Keterangan : - Realisasi 2001 s.d 2003 berdasarkan PAN, 2004, 2005, dan 2006 berdasarkan LKPP (audited).

- Tahun 2007 menggunakan angka APBN-P 2007 ; - Tahun 2008 angka APBN 2008

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

29

Ada sejumlah studi yang telah dilakukan mengenai besarnya dana

yang akan disalurkan dari pusat ke daerah akibat penerapan UU No.25/ 1999,

diantaranya dari Bappenas. Didasarkan pada sejumlah asumsinya, hasil studi

tersebut menunjukkan bahwa penerimaan propinsi secara total meningkat

sebesar 17 persen. Ada juga studi lanilla yang merupakan suatu kajian dari

Yayasan Indonesia Forum tahun 2000, menemukan dampak diberlakukannya

UU No.25/ 1999, yaitu:

1. Umumnya peranan pendapatan asli daerah (PAD) di propinsi yang diteliti,

dalam pembiayaan pembangunan ekonomi (APBD) tidak terlalu besar. Ini

mencerminkan tingginya tingkat ketergantungan financial daerah terhadap

pemerintah pusat.

2. Adanya korelasi positif antara daerah yang kaya sumber daya alam (SDA)

dan/ atau sumber daya manusia (SDM) dalam peranan PAD pada APBD.

3. Pada tahun 1998/ 1999 sebagian besar daerah yang diteliti mengalami

penurunan PAD di dalam pembentukan APBD-nya dikarenakan adanya

krisis ekonomi.

Salah satu komponen pendapatan daerah yang diharapkan menjadi

sumber utama keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah

PAD. Di antara kelima sumber utama PAD yang ada, pajak daerah dan

retribusi menjadi sumber andalan PAD. Sedangkan pajak pendapatan, pajak

nilai tambah dan pajak barang mewah merupakan tiga jenis pajak yang paling

penting bagi pendapatan propinsi.

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

30

Pengelolaan keuangan daerah harus transparan yang dimulai dari

proses perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan anggaran daerah. Selain

itu, akuntabilitas dalam pertanggungjawaban publik juga diperlukan, dalam

arti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan

pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan

kepada DPRD dan masyarakat. Kemudian, value for money yang berarti

diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi,

efisiensi dan efektivitas.

Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut, maka akan

menghasilkan pengelolaan keuangan daerah (yang tertuang dalam APBD)

yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat

daerah setempat secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab. Sehingga nantinya akan melahirkan kemajuan daerah dan

kesejahteraan masyarakat.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah gambaran

dari kebijakan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam ukuran uang, yang

meliputi kebijakan pengeluaran maupun penerimaan pemerintah daerah, serta

realisasi anggaran tahun yang lalu. Sementara itu, pengertian APBD yang

dimuat dalam Kepmendagri No.29/ 2002, adalah suatu rencana keuangan

tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

31

APBD memiliki tiga fungsi bila dilihat dari perspektif administrasi

negara, yaitu [1] sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengelola

daerah, terutama keuangan daerah untuk satu periode di masa yang akan

datang, [2] sebagai instrumen pengawasan pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan daerah, dan [3] sebagai instrumen untuk menilai kinerja

pemerintah. Sedangkan fungsi APBD dalam pendekatan ekonomi yaitu

sebagai berikut:

a. Fungsi alokasi; kegiatan penyusunan anggaran merupakan sarana

penyediaan barang dan jasa sosial dalam rangka pemenuhan pelayanan

publik.

b. Fungsi distribusi; penyusunan anggaran merupakan mekanisme pembagian

secara merata dan berkeadilan atas berbagai sumber daya dan

pemanfaatannya.

c. Fungsi stabilisasi; pajak dan pengeluaran akan mempengaruhi permintaan

agregat dan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

Dalam penyusunan APBD, ada beberapa prinsip dasar yang harus

diakomodir yaitu:

a. Transparan; APBD yang baik hendaknya dapat memberikan informasi

tentang tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari

suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan.

b. Partisipatif; Masyarakat harus dilibatkan dalam setiap proses

penganggaran, demi menjamin adanya kesesuaian antara kebutuhan dan

aspirasi masyarakat dengan peruntukkan anggaran.

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

32

c. Disiplin; Penyusunan APBD harusnya berorientasi pada kebutuhan

masyarakat, tanpa harus meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat.

d. Keadilan; Pembiayaan pemerintah daerah dilakukan melalui mekanisme

pajak dan retribusi yang dibebankan oleh segenap lapisan masyarakat.

e. Efisiensi dan efektivitas; Penggunaan dana yang tersedia harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat.

f. Rasional dan terukur; Jumlah pendapatan merupakan perkiraan yang

terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber

pendapatan, dan jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas

tertinggi untuk setiap jenis belanja.

Dalam penyusunan dan penetapan APBD, ada empat aspek penting

yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Aspek perencanaan, karena melibatkan pembuatan keputusan politik yang

memiliki dampak pada masa yang akan datang.

b. Aspek politik, karena perumusan dan penetapan anggaran merupakan

proses politik yang memuat mekanisme kolektif untuk menentukan

pengambilan keputusan tentang ―siapa yang akan memperoleh apa‖ dan

―siapa yang akan menanggung bebannya‖.

c. Aspek ekonomi, karena perumusan dan penetapan anggaran merupakan

proses ekonomi dimana alokasi sumber daya merupakan fungsi ekonomi

yang penting.

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

33

d. Aspek akuntansi, karena perumusan dan penetapan anggaran merupakan

proses akuntansi dimana informasi tentang pengeluaran dan penerimaan

disusun berdasarkan item penerimaan dan pengeluaran anggaran.

Sedangkan format APBD disusun bertolak belakang dari prinsip

anggaran defisit. Metodenya adalah metode performance budget (anggaran

kinerja), dengan titik tekan pada output. Bentuk struktur APBD dapat dilihat

seperti dibawah ini:

Tabel 2.1

Struktur APBD Propinsi/ Kabupaten/ Kota

Pendekatan Kinerja

Uraian Anggaran

(Rp)

Realisasi

(Rp)

I. I. Pendapatan

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Bagian Laba Usaha Daerah

d. Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah

2. Dana Perimbangan

a. Bagi Hasil Pajak & Bukan

Pajak

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

d. Dana Perimbangan dari

Propinsi

3. Lain-lain Pendapatan yang Sah

Total Pendapatan

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

34

II. Belanja

A. A. Belanja Aparatur Daerah

B. 1. Belanja Administrasi Umum

a. Belanja Pegawai/ Personalia

b. Belanja Barang dan Jasa

c. Belanja Perjalanan Dinas

d. Belanja Pemeliharaan

1. 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan

a. Belanja Pegawai/ Personalia

b. Belanja Barang dan Jasa

c. Belanja Perjalanan Dinas

d. Belanja Pemeliharaan

2. 3. Belanja Modal/ Pembangunan

Total Belanja Aparatur Daerah

C. B. Pelayanan Publik

1. 1. Belanja Administrasi Umum

a. Belanja Pegawai/ Personalia

b. Belanja Barang dan Jasa

c. Belanja Perjalanan Dinas

d. Belanja Pemeliharaan

2. 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan

a. Belanja Pegawai/ Personalia

b. Belanja Barang dan Jasa

c. Belanja Perjalanan Dinas

d. Belanja Pemeliharaan

3. 3. Belanja Modal/ Pembangunan

Total Belanja Pelayanan Publik

D. Belanja Bagi Hasil & Bantuan

Keuangan

E. Belanja Tidak Tersangka

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

35

Total Belanja Pelayanan Publik

Total Belanja

Surplus/ Defisit = (I-II)

III. Pembiayaan

1. Penerimaan Daerah

a. Sisa lebih perhitungan anggaran

tahun lalu

b. Transfer dari Dana Cadangan

c. Penerimaan dan Obligasi

d. Hasil Penjualan Aset Daerah yang

dipisahkan

Jumlah Total Penerimaan

2. Pengeluaran Daerah

a. Transfer ke Dana Cadangan

b. Penyertaan Modal

c. Pembayaran Utang Pokok yang

jatuh tempo

d. Sisa lebih perhitungan anggaran

tahun sekarang

Jumlah Total Pengeluaran

Jumlah Pembiayaan

Sumber: Panduan Praktis Mengontrol APBD; 2005.

Dari format di atas dapat dilihat bahwa belanja dapat dibagi dua,

yaitu belanja aparatur dan belanja publik. Belanja aparatur adalah setiap

bentuk belanja pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan yang hasil,

manfaat, dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat

(publik). Sedangkan belanja publik adalah setiap bentuk belanja

pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat, dan

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

36

dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat. Hal penting

lainnya dalam format ini adalah anggaran disusun dengan indikator input,

out come, output, benefit, dan impact.

D. Hakikat Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitafif yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu

bila dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi juga

menggambarkan sampai dimana barang dan jasa telah bertambah pada suatu

tahun tertentu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sedangkan pengertian pertumbuhan ekonomi menurut Profesor Simon

Kuznets adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang

bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya yang ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau

penyesuaian-penyesuaian teknologi institusional (kelembagaan) dan ideologis

terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Profesor Kuznets juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri

proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara maju,

yakni:

a. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang

tinggi

b. Tingkat kenaikan total produktivitas yang tinggi

c. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

37

d. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi

e. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju

perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya

sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru

f. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar

sepertiga bagian penduduk dunia

Adapun tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi

dari setiap bangsa yaitu antara lain:

a. Akumulasi modal (capital accumulation)

Terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan

diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di

kemudian hari. Adanya pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan

bahan baku meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik suatu negara

sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa mendatang.

b. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja

Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga

produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran

pasar domestiknya lebih besar.

c. Kemajuan teknologi

Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: [1] kemajuan

teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress); yakni

teknologi memungkinkan pencapaian tingkat produksi yang lebih tinggi

dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama, [2]

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

38

kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technological

progress); yakni penggunaan teknologi yang memungkinkan untuk

memperoleh output lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal

yang sama, [3] kemajuan teknologi yang hemat modal (capital saving

technological progress); yakni menghasilkan metode produksi padat karya

yang lebih efisien.

Sedangkan sumber-sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah

adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau

sumber daya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan

kuantitas sumber daya produktif yang bisa meningkatkan produktivitas seluruh

sumber daya melalui penemuan-penemuan baru, inovasi, dan kemajuan

teknologi.

E. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Keynesianisme atau ekonomi Keynesian atau Teori Keynesian,

adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris abad

ke-20, John Maynard Keyness. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi

campuran, di mana negara maupun sektor swasta memegang peranan penting.

Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai berakhirnya ekonomi

laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa

pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

39

Teori ini menyatakan bahwa tren ekonomi makro dapat

mempengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Keyness menekankan

pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak

perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Ia

berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan untuk

meningkatkan permintaan pada level makro, untuk mengurangi pengangguran

dan deflasi.

Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar

di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk

berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat

bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat

digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali

ke tingkat normal.

Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak ada

kecenderungan otomatis untuk menggerakan output dan lapangan pekerjaan

ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini

bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side

yang menganjurkan untuk tidak menambah peredaran uang di masyarakat

untuk menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.

Berdasarkan teori Keyness tersebut, APBD dan APBN merupakan

salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Peranan APBD sebagai

pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro

ekonomi daerah diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

40

permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda

masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Kebijakan pengelolaan APBD difokuskan pada optimalisasi fungsi

dan manfaat pendapatan, belanja dan pembiayaan bagi tercapainya sasaran

atas agenda-agenda pembangunan tahunan. Di bidang pengelolaan

pendapatan daerah, akan terus diarahkan pada peningkatan PAD.

Untuk merealisasikan hal tersebut akan dilakukan upaya intensifikasi

dan ekstensifikasi dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang

telah ada maupun menggali sumber-sumber baru.

Sebagai langkah awal untuk mewujudkan peningkatan pendapatan

daerah beberapa hal penting yang perlu dilakukan antara lain dengan

memperbaharui data obyek pajak, peningkatan pelayanan dan perbaikan

administrasi perpajakan, peningkatan pengawasan terhadap wajib pajak,

peningkatan pengawasan internal terhadap petugas pajak, dan mencari

sumber-sumber pendapatan lainnya yang sesuai dengan perundang-undangan

yang berlaku.

Sementara pada sisi belanja, kebijakan pengelolaan belanja daerah

diarahkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dengan

mengupayakan peningkatan porsi belanja pembangunan dan melakukan

efisiensi pada belanja aparatur.

Dalam kaitannya dengan pembiayaan, akan terus diupayakan

peningkatan penyertaan modal pada beberapa badan usaha milik daerah agar

dapat menghasilkan peningkatan PAD.

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

41

2. Teori Jumlah Penduduk

a. Pandangan Adam Smith

Ia berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong

pembangunan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas

pasar yang dapat meninggikan tingkat spesialisasi dalam perekonomian.

Akibatnya, tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah.

Perkembangan spesialisasi dan pembagian kerja diantara tenaga

kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena akan

meninggikan tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong

perkembangan teknologi. Ia juga mengatakan bahwa bila pembangunan

sudah terjadi, maka proses pertumbuhan ekonomi akan terus menerus

berlangsung secara kumulatif.

b. Pandangan David Ricardo dan Thomas Robert Malthus

Kedua ahli ekonomi klasik ini berpendapat bahwa dalam jangka

panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu keadaan

dimana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali. Pandangan yang

berbeda ini, yaitu diantara Smith di satu pihak dengan Ricardo dan

Malthus di lain pihak, bersumber dari perbedaan pandangan mereka

mengenai peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi.

Menurut Smith, yang belum menyadari law of diminishing returns

(hukum hasil lebih makin berkurang), perkembangan penduduk akan

mendorong pembangunan ekonomi karena dapat memperluas pasar.

Sedangkan menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

42

berjalan dengan cepat akan memperbesar pertumbuhan jumlah penduduk

hingga menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi, akan

menurunkan kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah.

Pada tingkat ini, pekerja akan menerima upah yang sangat minim yaitu

upah hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistences level). Pada saat

ini bila dinyatakan teori pertumbuhan kaum klasik, maka yang dimaksud

adalah teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Ricardo dan Malthus.

3. Teori Tingkat Pendidikan

Dewasa ini berkembang paling tidak tiga perspektif secara teoritis

yang menjelaskan hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi,

yakni teori modal manusia, teori alokasi dan teori reproduksi strata

sosial. (Elwin Tobing; Suara Pembaruan; 1994).

Teori modal manusia menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki

pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Teori ini mendominasi literatur

pembangunan ekonomi dan pendidikan pada pasca perang dunia kedua

sampai pada tahun 70-an. Termasuk para pelopornya adalah pemenang

hadian Nobel ilmu ekonomi Gary Becker dari Universitas Chicago, Amerika

Serikat, Edward Denison dan Theodore Schultz, juga pemenang hadiah nobel

ekonomi atas penelitiannya tentang masalah ini.

Argumen yang disampaikan pendukung teori ini adalah manusia yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya

waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

43

yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan

produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi,

semakin tinggi produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan bertumbuh

lebih tinggi.

Pada tahun 1970-an, teori ini mendapat kritik tajam. Argumen yang

disampaikan adalah tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan kualitas

pekerjaan, sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak

berbeda produktivitasnya dalam menangani pekerjaan yang sama. Juga

ditekankan bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang

berkeahlian tinggi tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan

teknologi yang sangat cepat dan proses produksi yang semakin dapat

disederhanakan.

Dengan demikian, orang berpendidikan rendah tetapi mendapat

pelatihan (yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya non-formal)

akan memiliki produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi

dan formal. Argumen ini diformalkan dalam suatu teori yang dikenal dengan

teori alokasi atau persaingan status yang mendapat dukungan dari Lester

Thurow (1974), John Meyer (1977) dan Randall Collins (1979).

Teori persaingan status ini memperlakukan pendidikan sebagai suatu

lembaga sosial yang salah satu fungsinya mengalokasikan personil secara

sosial menurut strata pendidikan. Keinginan mencapai status lebih tinggi

menggiring orang untuk mengambil pendidikan lebih tinggi. Meskipun

orang-orang berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

44

pendapatan nasional, tetapi peningkatan proporsi orang yang bependidikan

lebih tinggi dalam suatu bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan

ekspansi ataupun pertumbuhan ekonomi.

Akan halnya teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen

bahwa fungsi utama pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan

ketidakseimbangan sosial. Pendidikan pada kelompok elit lebih menekankan

studi-studi tentang hal-hal klasik, kemanusiaan dan pengetahuan lain yang

tidak relevan dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Sementara

pendidikan untuk rakyat kebanyakan diciptakan sedemikian rupa untuk

melayani kepentingan kelas yang dominan. Hasilnya, proses pertumbuhan

kelas menghambat kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini

didukung antara lain oleh Samuel Bowles dan Herbert Gintis (1976).

Sedangkan untuk melihat teori yang relevan sesuai dengan keadaan

sekarang ini dapat dilihat pada akhir tahun 1980-an dengan pionirnya seperti

Paul Romer dan Robert Lucas yang menekankan pada aspek pembangunan

modal manusia.

Menurut Romer misalnya (1991), modal manusia merujuk pada stok

pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah

satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi.

Karena modal manusia, seperti dikemukakan dalam awal tulisan ini, memiliki

hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

45

pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan produktivitas atau

pertumbuhan ekonomi.

F. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian pertama ditulis oleh Jorge Martinez-Vasquez dan Robert M.

McNab (2001) ―Fiscal Decentralization and Economic Growth‖ yang

membahas mengenai ilmu pengetahuan yang mutakhir sebagai sebuah isu

dari suatu kebijakan: apa dampak dari desentralisasi fiskal terhadap

pertumbuhan ekonomi. Desentralisasi fiskal memang mempunyai dampak

langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dasar teori dari hubungan

ini menggambarkan belum adanya kejelasan. Belum adanya teori yang cukup

memadai telah mengurangi validitas dari proses kerja empiris pada subyek

tersebut. Persamaan yang baik dari model empiris mencari hubungan

langsung antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi yang akan

dijelaskan dalam pertanyaan yang terbuka. Sedikit banyak perhatian telah

dicurahkan pada karya tulis ini dimana desentralisasi fiskal berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi, juga dampak desentralisasi fiskal terhadap

efisiensi ekonomi, distribusi pendapatan regional, dan stabilitas

makroekonomi. Penelitian ini menjelaskan hal-hal tersebut dan

menyimpulkannya dalam beberapa kebijakan. Hasil dari penelitian ini

menggambarkan bahwa dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan

lebih dari sebuah pertanyaan akademis.

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

46

2. Penelitian kedua yang ditulis oleh Priyo Hari Adi (2005) berupa Jurnal yang

berjudul ―Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi‖.

Studi ini juga menjelaskan dampak desentralisasi fiskal terhadap

pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

membandingkan pertumbuhan ekonomi antar daerah dengan tipologi yang

berbeda. Sampel data penelitian ini adalah kabupaten dan kota se-Jawa dan

Bali. Data yang akan digunakan adalah data keuangan daerah yang

diterbitkan oleh BPS yang meliputi data PDRB pemerintah kabupaten/ kota

se Jawa-Bali tahun 1998-2003 dan data pendapatan perkapita pemerintah

kabupaten/ kota se Jawa-Bali tahun 1998-2003. Sedangkan alat analisisnya

adalah analisis deskriptif untuk memberikan gambaran awal pertumbuhan

ekonomi daerah dan pendapatan perkapita. Hasilnya adalah desentralisasi

fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan

memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan sebelum adanya

kebijakan desentralisasi fiskal. Namun demikian, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak semua daerah benar-benar siap memasuki era

desentralisasi fiskal. Hal inilah yang kemudian mengindikasikan alasan

terjadinya perbedaan pertumbuhan ekonomi yang positif antar daerah setelah

memasuki era desentralisasi fiskal.

3. Penelitian ketiga berupa skripsi yang berjudul ―Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi DIY Tahun 1990-2004‖. Skripsi ini

ditulis oleh Nelly Nur Laili pada tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh dari penanaman modal dalam negeri (PMDN), ekspor,

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

47

pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri terhadap pertumbuhan

ekonomi di DIY tahun 1990–2004. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi kuadrat terkecil/ OLS (ordinary least square), dengan

data time series tahunan periode 1990–2004 yang bersumber dari Badan Pusat

Statistik Indonesia dan Dinas Pariwisata DIY. Pengujian statistik meliputi uji t,

uji F dan R-square (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu

multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil analisis data

menunjukkan bahwa penanaman modal dalam negeri (PMDN), ekspor,

pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di DIY. Hasil Regresi antara variabel dependen dengan

variabel independen adalah R-Squared = 0,952151 dan F-Statistik = 49,74804

sehingga secara bersama-sama variabel penanaman modal dalam negeri

(PMDN), ekspor, pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri terhadap

pertumbuhan ekonomi di DIY.

4. Penelitian keempat berupa jurnal yang berjudul ―Analisis Pengaruh

Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal Regional terhadap Stabilitas Harga

dan Pertumbuhan Ekonomi Regional di Jawa Timur (Periode 1995-2004)‖

yang ditulis oleh Priadi Asmanto dan Soebagyo (2007). Teknik estimasi panel

menggunakan data propinsi Jawa Timur dengan klasifikasi 5 periode, yakni

periode keseluruhan, sebelum krisis, ketika krisis, ketika desentralisasi, dan

periode setelah desentralisasi. Adapun pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode regresi data panel.

Jenis datanya adalah data sekunder dan merupakan data panel dalam bentuk

tahunan, yang meliputi 25 daerah tingkat dua di Jawa Timur dari periode

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

48

1995–2004. Sedangkan teknik untuk meregresi data panel digunakan

pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Kemudian, untuk tujuan mengatasi

permasalahan yang timbul dalam analisis regresi, diaplikasikan dengan

memasukkan dua variabel dummy berupa krisis ekonomi dan otonomi

daerah. Hasilnya adalah kondisi krisis ekonomi dan kebijakan baru (otonomi

daerah) memiliki pengaruh yang berarti terhadap stabilitas harga dan

pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur. Selain itu keseluruhan

variabel kebijakan moneter dan kebijakan fiskal secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan

ekonomi regional di Jawa Timur. Akan tetapi dalam empat bagian periode

penelitian, terdapat perbedaan dalam tingkat signifikansi variabel moneter

dan variabel fiskal dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi di

Jawa timur. Analisis keseluruhan membuktikan bahwa kebijakan moneter dan

kebijakan fiskal regional relatif berimbang dalam mempengaruhi stabilitas

harga di Jawa Timur, namun tidak demikian dengan pengaruh kebijakan

moneter dan kebijakan fiskal regional dalam mempengaruhi pertumbuhan

PDRB riil, dimana kebijakan moneter lebih menentukan variasi perubahan

PDRB riil yang disebabkan frekuensi data kebijakan moneter lebih tinggi

daripada frekuensi data kebijakan fiskal regional.

5. Penelitian kelima oleh Priyo Hari Adi (2007) yang berjudul ―Kemampuan

Keuangan Daerah dalam Era Otonomi dan Relevansinya dengan

Pertumbuhan Ekonomi: Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa–Bali‖.

Objek penelitian ini adalah untuk menemukan perbedaan keuangan daerah

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

49

sebelum dan sesudah era otonomi daerah. Indikator yang digunakan untuk

menjelaskan keuangan daerah adalah index kemampuan keuangan daerah itu

sendiri. Index tersebut memiliki tiga variabel, yakni pendapatan asli daerah

(PAD), pembagian PAD, dan elastisitas PAD terhadap pertumbuhan

ekonomi. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kabupaten dan kota se-Jawa dan Bali. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data keuangan daerah yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.

Adapun data-data tersebut adalah data PDRB, realisasi PAD dan realisasi

belanja daerah. Untuk kepentingan analisis, data akan dikelompokkan dalam

data sebelum otonomi daerah, yaitu data tahun 1998–2000 dan data setelah

otonomi, yaitu data untuk tahun 2001–2004. Kemampuan keuangan dalam

penelitian ini diukur menggunakan indeks kemampuan keuangan (IKK),

kemudian disusun peta kemampuan keuangan yang dibagi dalam tiga

kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara umum daerah mengalami peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan PAD. Sayangnya pertumbuhan ini

tidak diikuti dengan peningkatan peran (share) PAD terhadap belanja.

Terdapat indikasi masih tingginya ketergantungan terhadap pemerintah pusat.

Kemampuan keuangan kabupaten dan kota juga mengalami perubahan yang

cukup berarti. Peta kemampuan keuangan yang disusun dengan menggunakan

metode indeks kemampuan keuangan menunjukkan adanya pergeseran

kemampuan keuangan daerah ke arah yang lebih baik. Salah satu faktor yang

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

50

menyebabkan perubahan kemampuan keuangan ini adalah tingkat

pertumbuhan ekonomi.

6. Penelitian keenam, dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Joko Waluyo

(Jogjakarta, 2007) yang berjudul ―Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antardaerah di

Indonesia‖. Ruang lingkup penelitiannya adalah studi tentang pertumbuhan

ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar propinsi, dan kawasan sejak

diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia (tahun 2001-2005). Tujuannya

adalah untuk menganalisis dampak desentralisasi fiskal terhadap

pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antardaerah. Metode

penelitian yang digunakan adalah model ekonometrika persamaan simultan

dengan menggunakan data panel antar propinsi. Teknik estimasi yang

digunakan adalah Two Stage Least Square (TSLS). Evaluasi terhadap kualitas

model dilakukan dengan menggunakan RMSE, MAE, MAPE, dan TIC. Data

yang digunakan adalah data atas dasar harga konstan tahun 2003 dan data

level pada tingkat propinsi. Sumber data utama berasal dari publikasi Biro

Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, dan Departemen Keuangan. Adapun

variabel yang digunakan adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi

Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), dan Dana Bagi Hasil

Sumber Daya Alam (DBHSDA), sehingga dispesifikasikan sebagai variabel

eksogen. Sedangkan variabel targetnya adalah pertumbuhan ekonomi daerah

(PDRB) dan PDRB perkapita setiap propinsi di Indonesia. Hasilnya yaitu

menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal berdampak meningkatkan

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

51

pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi didaerah pusat bisnis dan daerah

yang kaya akan sumber daya alamnya.

7. Penelitian ketujuh yaitu oleh Didit Welly Udjianto (2007) yang berjudul

―Kajian Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan dalam Otonomi

Daerah: Studi Kasus 30 Propinsi di Indonesia tahun 2000-2004‖. Jenis

datanya adalah data sekunder. Metode analisisnya adalah dengan menghitung

derajat otonomi fiskal, laju pertumbuhan PAD dan TPD, tingkat

ketergantungan keuangan pusat-daerah, dan indeks kemampuan rutin.

Hasilnya adalah adanya klasifikasi kategori daerah sebagai akibat dari

kemampuan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu,

dari hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan PAD tergolong kedalam

kategori sangat baik, sedangkan rata-rata pertumbuhan TPD-nya berada

dalam kategori sedang. Lalu, rata-rata rasio ketergantungan keuangan pusat

dan daerah termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan indeks kemampuan

rutin masuk dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata

propinsi di Indonesia seharusnya mampu membiayai pengeluarannya sendiri

tanpa bantuan dari pemerintah pusat.

8. Penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Mehmet Serkan Tosun dan Serdar

Yilmaz (2008) yang berjudul ―Decentralization, Economic Development, and

Growth in Turkish Provinces‖ menjelaskan bahwa terdapat banyak

pembangunan yang penting dalam desentralisasi pada struktur pembangunan

di Turki sejak awal tahun 1980‘an. Jurnal ini menjelaskan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi pada propinsi-propinsi di Turki. Walaupun terdapat

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

52

banyak literatur mengenai efek ekonomi dari desentralisasi pemerintah baik

dari negara berkembang maupun negara maju, efek-efek tersebut tidak dapat

dijelaskan dalam konteks pemerintah lokal di Turki. Penulis menjelaskan

perubahan sejak tahun 1980‘an. Kemudian mereka menjelaskan dalam

analisis empiris dari efek desentralisasi di propinsi-propinsi Turki dengan

menggunakan metode cross-section dan data panel. Data panel terdiri dari 67

propinsi dari tahun 1976-2001. Analisis menjelaskan apakah variasi pada

desentralisasi lokal berpengaruh terhadap propinsi-propinsi tersebut dan

memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi di propinsi-propinsi tesebut. Hasilnya ditemukan efek

ekonomi yang lemah dari desentralisasi terhadap jumlah pendapatan

kotamadya per kapita. Bagaimanapun temuan tersebut tidak menunjukkan

dampak yang signifikan dari adanya propinsi baru. Penulis menggunakan

analisis regresi untuk melakukan estimasi efek dari desentralisasi pemerintah

lokal terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di

Turki dengan menggunakan 1.724 observasi. Hal ini sangat penting untuk

menjelaskan dampak dari desentralisasi yang telah lalu di Turki yang

membawa perubahan signifikan termasuk perubahan administrasi umum.

9. Penelitian kesembilan yang ditulis oleh Puji Wibowo (2008) dalam jurnal

yang berjudul ―Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Daerah‖. Jurnal ini membahas hubungan

desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia sebagai

transisi dari adanya kebijakan otonomi daerah dengan menggunakan periode

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

53

1999-2004. Dengan menggunakan data panel 29 propinsi, penelitian ini

memperhatikan kewenangan fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah untuk pengelolaan sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu

daerah tersebut. Penelitian ini juga menjelaskan dalam hal otoritas fiskal,

pendapatan asli daerah dapat diperoleh setiap daerah dengan pemanfaatan

sumber-sumber daya alam/ bukan sda (pajak) seoptimal mungkin guna

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan bersumber dari

Buku Statistik Tahunan Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) dan website Departemen Keuangan RI. Dependent Variable nya adalah

pertumbuhan ekonomi daerah per kapita atau pertumbuhan ekonomi propinsi

per kapita. Mengacu pada sejumlah literatur, variabel penjelas (explanatory

variables) penulis kelompokkan kedalam dua kategori. Pertama, variabel

yang secara empiric menjadi determinan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal

ini penulis sebut sebagai variabel pengendali (control variables) yakni initial

level of GDP, jumlah penduduk, rasio investasi terhadap GDP, rasio sumber

daya manusia, dan perdagangan internasional (trade openness). Kedua,

variabel yang menggambarkan indikator desentralisasi fiskal seperti

pendapatan daerah bruto, pendapatan daerah netto, pengeluaran tingkat

kabupaten/ kota, pengeluaran tingkat propinsi, total PAD seluruh kabupaten/

kota di suatu propinsi terhadap total pendapatan; baik yang memperhitungkan

DAU dan DAK maupun yang tidak memperhitungkan dana transfer, rasio

PAD terhadap total pengeluaran, dan rasio PAD terhadap dana perimbangan.

Adapun hasilnya adalah menunjukkan bahwa era baru desentralisasi fiskal

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

54

yang diluncurkan sejak tahun 2001 memberikan dampak yang lebih baik

terhadap pembangunan daerah dibandingkan dengan rezim desentralisasi

fiskal sebelumnya.

10. Penelitian kesepuluh yang ditulis oleh Yunan (2009) berupa tesis yang

berjudul ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia‖. Penelitian ini bertujuan menganalisis kredit perbankan, nilai

ekspor, pengeluaran pemerintah, dan jumlah tenaga kerja terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah

Ordinary Least Squares (OLS), dengan data sekunder time series tahun 1988-

2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kredit perbankan,

nilai ekspor, pengeluaran pemenrintah, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat

kepercayaan 99 persen, dengan nilai R2 sebesar 98,46 persen. Secara parsial,

hasil analisis menunjukkan bahwa kredit perbankan, pengeluaran pemerintah,

dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan nilai ekspor tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Lokasi Tujuan Hasil

2001 Jorge

Martinez-

Vasquez dan

Robert M.

McNab

- Mengetahui

dampak dari

desentralisasi

fiskal terhadap

pertumbuhan

Hasilnya bahwa

dampak

desentralisasi fiskal

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

55

ekonomi terhadap

pertumbuhan dalam

hal dampak

langsung, harapan

terhadap

pertumbuhan lebih

tinggi dari

desentralisasi. Tapi

perubahan yang

dinamis terhadap

sentralisasi

pengeluaran publik

ternyata tidak jelas.

2005 Priyo Hari

Adi

Kabupaten

dan Kota

se Jawa-

Bali

Mengetahui

dampak

desentralisasi

fiskal terhadap

pertumbuhan

ekonomi dan

membandingkan

pertumbuhan

ekonomi dengan

antar daerah

dengan

tipologoi yang

berbeda.

Hasilnya adalah

desentralisasi fiskal

berpengaruh secara

signifikan terhadap

pertumbuhan

ekonomi dan

memberikan dampak

yang lebih baik

dibandingkan

sebelum adanya

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

56

kebijakan

desentralisasi fiskal.

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

tidak semua daerah

benar-benar siap

memasuki era

desentralisasi fiskal.

2007 Nelly Nur

Laili

DIY Menganalisis

pengaruh dari

penanaman

modal dalam

negeri (PMDN),

ekspor,

pariwisata, dan

jumlah

perusahaan di

sektor industri

terhadap

pertumbuhan

ekonomi di DIY

tahun 1990–

2004.

Hasil analisis

menunjukkan bahwa

PMDN, ekspor,

pariwisata, dan

jumlah perusahaan di

sektor industri

berpengaruh terhadap

pertumbuhan

ekonomi di DIY.

2007 Priadi

Asmanto dan

Soebagyo

Jawa

Timur

Mengalisis

pengaruh

kebijakan

moneter dan

kebijakan fiskal

Hasilnya

desentralisasi fiskal

dan krisis ekonomi

memberikan

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

57

regional

terhadap

stabilitas harga

dan

pertumbuhan

ekonomi

regional di Jawa

Timur (Periode

1995-2004)

pengaruh terhadap

stabilitas harga dan

pertumbuhan

ekonomi secara

signifikan.

Gabungan dari

kedua kebijakan

tersebut berdampak

signifikan terhadap

pertumbuhan

regional dan

stabilitas harga.

2007 Priyo Hari

Adi

Kota dan

Kabupaten

se Jawa

dan Bali.

Mengetahui

kemampuan

keuangan

daerah dalam

Era Otonomi

dan

relevansinya

dengan

pertumbuhan

ekonomi.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

secara umum daerah

mengalami

peningkatan

pertumbuhan

ekonomi dan

pertumbuhan PAD.

Peta kemampuan

keuangan yang

disusun dengan

menggunakan

metode IKK

menunjukkan

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

58

pergeseran

kemampuan

keuangan daerah ke

arah yang lebih baik.

2007 Joko Waluyo Indonesia Mengetahui

dampak

desentralisasi

fiskal terhadap

pertumbuhan

ekonomi dan

ketimpangan

pendapatan

antardaerah di

Indonesia

Hasilnya

desentralisasi fiskal

dapat meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi relatif lebih

tinggi di daerah

pusat bisnis dan

daerah yang kaya

akan SDA-nya.

2007 Didit Welly

Udjianto

30

Propinsi di

Indonesia

Melakukan

analisis dan

kajian

pendapatan asli

daerah dan dana

perimbangan

dalam era

otonomi daerah.

Hasilnya adanya

klasifikasi kategori

daerah sebagai

akibat kemampuan

keuangan daerah

dalam pelaksanaan

otonomi. Sehingga

dapat disimpulkan

bahwa rata-rata

propinsi di Indonesia

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

59

seharusnya mampu

membiayai

pengeluarannya

sendiri tanpa

bantuan dari

pemerintah pusat.

2008 Mehmet

Serkan Tosun

dan Serdar

Yilmaz

Turki Mengetahui

tentang

desentralisasi

dan

pembangunan

serta

pertumbuhan

ekonomi

Hasilnya ditemukan

efek ekonomi yang

lemah dari

desentralisasi

terhadap jumlah

pendapatan kota per

kapita.

2008 Puji Wibowo 29

Propinsi di

Indonesia

Mencermati

dampak

desentralisasi

fiskal terhadap

pertumbuhan

ekonomi daerah.

Adapun hasilnya

menunjukkan bahwa

era baru

desentralisasi fiskal

yang diluncurkan

sejak tahun 2001

memberikan dampak

yang lebih baik

terhadap

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

60

pembangunan daerah

dibandingkan

dengan rezim

desentralisasi fiskal

sebelumnya.

2009 Yunan Indonesia Penelitian ini

bertujuan

menganalisis

kredit

perbankan, nilai

ekspor,

pengeluaran

pemerintah, dan

jumlah tenaga

kerja terhadap

pertumbuhan

ekonomi di

Indonesia.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

secara simultan

seluruh variabel

independen

berpengaruh

signifikan terhadap

pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

Secara parsial, kredit

perbankan,

pengeluaran

pemerintah, dan

jumlah tenaga kerja

berpengaruh positif

dan signifikan,

namun tidak dengan

nilai ekspor.

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

61

G. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka

panjang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah, jumlah penduduk, tingkat

pendidikan, dan kebijakan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi

regional di propinsi Jawa Barat, baik secara simultan maupun secara parsial

dengan menggunakan uji F dan uji t. Selain itu juga dilihat nilai koefisien

determinasinya guna mengetahui seberapa besar kemampuan variabel-variabel

independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Pendapatan asli daerah merupakan ukuran potensi fiskal daerah yang

harus selalu ditingkatkan guna peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Hal ini sesuai dengan teori Keyness yang menyatakan bahwa kebijakan APBD

dan APBN merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi dan

penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah. Kebijakan ini

difokuskan pada optimalisasi fungsi dan manfaat pendapatan, belanja, dan

pembiayaan. Di bidang pengelolaan pendapatan daerah, akan terus diupayakan

pada peningkatan PAD. Pada sisi belanja, akan diusahakan pada peningkatan

fungsi pelayanan kepada masyarakat dengan mengupayakan peningkatan porsi

belanja pembangunan dan melakukan efisiensi pada belanja aparatur. Serta

dalam kaitannya dengan pembiayaan, akan diupayakan pada penyertaan modal

beberapa BUMD agar dapat menghasilkan peningkatan PAD.

Menurut Ricardo dan Malthus, pertumbuhan jumlah penduduk yang

berjalan dengan cepat dapat memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

62

kali lipat dalam waktu satu generasi, dan akan menurunkan kembali tingkat

pembangunan ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini, pekerja akan

menerima upah yang sangat minim yaitu upah hanya mencapai tingkat cukup

hidup (subsistences level). Dengan demikian, jumlah penduduk berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan menurut Paul Romer, tingkat pendidikan yang berkaitan

dengan teori modal manusia merujuk pada stok pengetahuan dan keterampilan

berproduksi seseorang. Pendidikan adalah satu cara dimana individu

meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi pendidikan seseorang,

diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi. Karena modal manusia,

memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya

pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan produktivitas atau

pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan otonomi daerah dalam penelitian ini merupakan variabel

dummy. Variabel ini digunakan karena selama periode penelitian yaitu tahun

1995-2008 terdapat shock atau perubahan kebijakan yang terjadi, yakni

kebijakan otonomi daerah sebagai implikasi dari UU No. 32/ 2004 dam UU

No.33/ 2004 yang merupakan revisi dari UU No.22/ 1999 dan UU No.25/ 1999.

Diharapkan bahwa kebijakan otonomi daerah ini memberikan pengaruh yang

positif terhadap pertumbuhan ekonomi seiring dengan kewenangan setiap daerah

yang semakin besar untuk meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah dan

penggunaan dana perimbangan sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing.

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

63

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya

penulis menggambarkan kerangka pemikiran yakni sebagai berikut:

PAD

(X1)

JUMLAH

PENDUDUK

(X2)

TINGKAT

PENDIDIKAN

(X3)

DUMMY

OTONOMI

DAERAH

(X4)

PERTUMBUHAN

EKONOMI

(Y)

METODE DATA PANEL

1. PLS

2. FEM

3. REM

PENGUJIAN HIPOTESIS

1. UJI t

2. UJI F

3. R²

HASIL DAN ANALISIS

KESIMPULAN DAN

IMPLIKASI

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pemikiran

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

64

H. Hipotesis Penelitian

Variabel PDRB riil yang digunakan sebagai indikator dalam melihat

pertumbuhan ekonomi suatu daerah diharapkan memiliki pengaruh yang positif

terhadap pendapatan asli daerah (PAD), dimana semakin tinggi PAD, maka

semakin tinggi juga PDRB riilnya.

Sementara itu, jumlah penduduk diharapkan memiliki hubungan yang

negatif. Seperti diungkapkan bahwa populasi dapat menurunkan produktivitas

karena adanya efek law of diminishing returns atas penggunaan tanah dan

sumber daya alam. Penurunan produktivitas berarti penurunan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah.

Namun pada variabel tingkat pendidikan diharapkan memiliki

hubungan yang positif terhadap PDRB, karena kualitas sumber daya manusia

berkaitan secara positif dengan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan variabel dummy kebijakan otonomi daerah diharapkan

memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk menguji signifikansi masing-masing variabel independen dapat

dilakukan dengan uji t, dengan indikator bahwa t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

dan H1 diterima, atau juga dapat dilakukan dengan indikator probability value

yang dibandingkan dengan nilai α, dengan indikator bahwa bila nilai α >

probability value, maka H0 ditolak, dan juga sebaliknya.

Untuk melihat signifikansi dari variabel independen secara keseluruhan

terhadap variabel dependen dapat dilakukan dengan uji F statistik. Pengujian ini

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

65

dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai kritis yang

didapat dari F tabel.

Untuk pengujian selengkapnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pendapatan asli daerah diduga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

H0: α1 = 0 artinya PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat

H1: α1 # 0 artinya PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat

2. Jumlah penduduk diduga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

H0: α2 = 0 artinya Jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

H1: α2 # 0 artinya Jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

3. Tingkat pendidikan diduga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

H0: α3 = 0 artinya Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat

H1: α3 # 0 artinya Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

4. Kebijakan otonomi daerah diduga berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

66

H0: α4 = 0 artinya Kebijakan otonomi daerah tidak berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

H1: α4 # 0 artinya Kebijakan otonomi daerah berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

5. PAD, jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan kebijakan otonomi daerah

secara bersama-sama diduga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

H0: α5 = 0 artinya semua variabel bebas (independen) tidak mempengaruhi

secara signifikan terhadap variabel terikatnya (dependen).

H1: α5 # 0 artinya paling tidak atau minimal terdapat satu variabel bebas

(independen) mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel terikatnya

(dependen).

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi variabel dependen yakni

pertumbuhan ekonomi dan berbagai variabel independen, yakni pendapatan asli

daerah (PAD), jumlah penduduk dan tingkat pendidikan, serta dengan

menambahkan variabel dummy berupa kebijakan otonomi daerah.

Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun 1995-

2008 dengan menggunakan metode data panel. Sedangkan jenis data yang

penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang

diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua (data eksternal). Adapun data yang

digunakan merupakan data tahunan. Penelitian ini merupakan penelitian

eksplanatif yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah kabupaten/ kota di

propinsi Jawa Barat. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel, dimana anggota

sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang berdasarkan atas

pertimbangan yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu.

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

68

Cirinya antara lain: sampel sesuai tujuan, jumlah sampel tidak

dipersoalkan, dan unit sampel disesuaikan dengan kriteria tertentu berdasarkan

tujuan penelitian. (Sukandarrumidi; 2006) Pertimbangannya adalah kabupaten/

kota di propinsi Jawa Barat dengan PDRB riil tertinggi, sedang, dan terendah.

Dalam penelitian ini populasi penelitian yang digunakan adalah 26

kabupaten/ kota yang ada di propinsi Jawa Barat yang terdiri dari 17 kabupaten

dan 9 kota. Karena populasi ini tergolong cukup besar, maka peneliti

menggunakan sampel dari kabupaten/ kota dengan menggunakan teknik

sampling.

Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling (sampling

daerah). Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel jika obyek yang akan

diteliti atau sumber data sangat luas (Azwar; 1998). Teknik ini dilakukan

melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel wilayah dan tahap

kedua menentukan jumlah kabupaten/ kota yang akan dijadikan obyek

penelitian. Besarnya sampel wilayah yang dibutuhkan adalah 10 persen dari

populasi (26 kabupaten/ kota) yaitu sebesar 2,6 dan dibulatkan menjadi 3

kabupaten/ kota yaitu kabupaten Bandung, kabupaten Cianjur, dan kota

Sukabumi.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

bersumber dari Buku Jawa Barat dalam Angka, Kabupaten/ Kota dalam

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

69

Angka, Produk Domestik Regional Bruto menurut Kabupaten/ Kota di Jawa

Barat, Data Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Barat, serta website Jawa Barat

dan kabupaten/ kota, dan disamping juga data yang berasal dari sumber-

sumber lain yang relevan dalam penelitian ini.

2. Metode Pengumpulan Data

a) Field Research

Penulis melakukan penelitian ke tempat-tempat yang

menyediakan data-data sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi

seperti Badan Pusat Statistik.

b) Library Research

Landasan dan teori yang kuat sangat dibutuhkan dalam pemecahan

masalah, sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan

menggunakan buku-buku, artikel-artikel ilmiah, jurnal, majalah, data-data

dari internet, dan sumber-sumber dokumentasi lainnya yang berhubungan

dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data

1. Metode Data Panel

Data panel merupakan gabungan antara data lintas waktu (time

series) dan data lintas individu (cross section), dimana unit cross section

yang sama diukur pada waktu yang berbeda. Analisis data panel digunakan

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

70

untuk mengamati hubungan antara satu variabel terikat (dependent variable)

dengan satu atau lebih variabel bebas (independent variable).

Penggunaan data panel mampu memberikan banyak keunggulan

secara statistik maupun secara teori ekonomi, antara lain (Gujarati; 2003) :

1. Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara

eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu sehingga membuat

data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model

perilaku yang lebih kompleks.

2. Jika efek spesifik adalah signifikan berkorelasi dengan variabel penjelas

lainnya, maka penggunaan data panel akan mengurangi masalah omitted-

variables secara substansial.

3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-

ulang sehingga metode data panel cocok digunakan untuk study of

dynamic adjustment.

4. Tingginya jumlah observasi berimplikasi pada data yang lebih informatif,

lebih variatif, kolinearitas antar variabel yang semakin berkurang, dan

peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom) sehingga dapat

diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

Keunggulan-keunggulan tersebut diatas memiliki implikasi pada

tidak diperlukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel, sesuai apa

yang ada dalam beberapa literatur yang digunakan dalam penelitian ini

(Maddala, 1998; Pindyck dan Rubinfield, 1991; dan Gujarati, 2003).

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

71

2. Estimasi Model Data Panel

Pada dasarnya ada tiga teknik untuk meregresi data panel (Baltagi,

2002; Gujarati, 2003; Maddala, 1993; Pindyck dan Rubinfield, 1998), yaitu:

pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), pendekatan efek tetap (Fixed

Effect Model), dan pendekatan efek acak (Random Effect Model).

a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Squares)

Merupakan teknik yang paling sederhana dengan mengasumsikan

bahwa data gabungan yang ada menunjukkan kondisi yang sesungguhnya.

Yaitu dengan menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross

section dan kemudian mengestimasi model dengan menggunakan metode

ordinary least square (OLS). Hasil analisis regresi ini dianggap berlaku

pada semua objek pada semua waktu.

Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan

keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan

satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda pada kondisi objek

tersebut pada waktu yang lain (Wing Wahyu Winarno; 2007; hlm 9.14 ).

b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model ini dapat menunjukkan perbedaan konstan antarobjek,

meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Model ini juga

memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah

omitted variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

72

series atau cross section. Model FEM dengan efek tetap maksudnya adalah

bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai

periode waktu. Demikian pula dengan koefisien regresinya yang besarnya

tetap dari waktu ke waktu (time invariant) (Wing Wahyu Winarno; 2007;

hlm 9.14 ).

Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya digunakan

dummy variable, oleh karena itu model ini dikenal juga dengan Least

Squares Dummy Variables (LSDV). Hsiao (2005:30) menjelaskan bahwa

variabel dummy memungkinkan sebuah model dengan variabel yang

hilang dalam periode observasi. Variabel tersebut baik yang secara spesifik

untuk daerah tertentu tapi tidak berubah sepanjang waktu, maupun karena

variabel yang hilang tersebut spesifik pada waktu tertentu untuk seluruh

daerah.

Di dalam pemaparan estimasi efek tetap unbalanced panel,

Wooldridge (2006) menjelaskan bahwa data yang hilang (attrition) terkait

dengan eror yang bersifat idiosyncratic, faktor yang luput dari pengamatan

sepanjang waktu, dapat menghasilkan estimasi yang bersifat bias. Namun

demikian, manfaat dari estimasi fixed effect adalah bahwa attrition yang

terkait dengan faktor yang luput dari pengamatan, akan ditampung dalam

Pi ,sehingga hasil estimasi masih dapat diandalkan (unbiased).

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

73

c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

Pendekatan random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan

metode efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model

mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode

efek random menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan

antarwaktu dan antarobjek.

Namun, terdapat satu syarat untuk menganalisis dengan

menggunakan metode efek random, yaitu objek data silang harus lebih

besar dari banyaknya koefisien. (Wing Wahyu Winarno; 2007; hlm 9.15).

Tabel 3.1

Perbedaan Fixed Effect Model dan Random Effect Model

Perbedaan Fixed Effect ModeL Random Effects Model

Model it

K

k

kitkiit XY 1

)(

)(1

iti

K

k

kitkit XY

Intersep Berbeda untuk tiap unit

cross section

Konstan

Varians

Error

Konstan Berbeda untuk tiap unit cross

section

Slopes Konstan Konstan

Metode LSDV GLS-FGLS

Hipotesis Uji F Uji Lagrange Multiplier (LM)

Sumber: I.G Nyoman Mindra Jaya, Kajian Analisis Regresi dengan Data Panel

3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel

Ada 2 tahap dalam memilih metode estimasi dalam data panel.

Pertama-tama kita akan membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu.

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

74

Kemudian dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS yang

diterima, maka model PLS-lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM

yang diterima, maka tahap kedua dijalankan, yakni melakukan perbandingan

lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Haussman

test untuk menentukan model mana yang akan dipakai, apakah FEM atau

REM.

a. PLS vs FEM

Relatif terhadap Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah

restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh

individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku

yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap

unit tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat

digunakan restricted F-test, dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Model PLS (Restricted)

H1 : Model Fixed Effect (Unresticted)

Dimana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut :

F = (R2

UR – R2

R) / m

(1 - R2

UR) / df

dimana:

R2

UR = unrestricted R2

; m = df for numerator (N-1)

R2

R = restricted R2

; df = df for denominator (NT-N-k)

N = Jumlah data cross section

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

75

T = Jumlah data time series

K = Jumlah Koefisien Variabel

Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model panel

yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya.

Jika Ho diterima, berarti model PLS yang dipakai dan dianalisis. Namun

jika Ho ditolak, maka model FEM harus diuji kembali untuk memilih

apakah akan memakai model FEM atau REM baru dianalisis.

b. FEM vs REM

Ada beberapa pertimbangan teknis-empiris yang dapat digunakan

sebagai panduan untuk memilih antara fixed effect atau random effect (ToT

untuk Pengajar Ekonomi FEUI, 2006) yaitu :

1. Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross

section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda. Dalam hal

ini pilihan umumnya akan didasarkan pada kenyamanan perhitungan,

yaitu FEM.

2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat

berbeda secara signifikan. Jadi, apabila kita meyakini bahwa unit cross

section yang kita pilih dalam penelitian diambil secara acak (random)

maka REM harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa

unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara

acak maka kita menggunakan FEM.

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

76

3. Apabila cross-section error component (εi) berkorelasi dengan variabel

bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM akan bias

sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak bias.

4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari REM

dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan FEM.

Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan

dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh Hausmann.

Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-

square statistics sehingga keputusan pemilihan model akan dapat

ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa

sebagai berikut:

Ho : Random Effects Model

H1 : Fixed Effect Model

Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Haussman test

dibandingkan dengan Chi-square statistics dengan df=k, dimana k adalah

jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari Haussman test

signifikan, maka Ho ditolak, yang berarti FEM digunakan.

4. Metode Dummy Variabel

Untuk tujuan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul

dalam analisis regresi, dapat diaplikasikan dengan memasukkan variabel

dummy berupa otonomi daerah. Hal ini dikarenakan selama periode

penelitian terdapat hal penting yang dapat memungkinkan terjadinya bias

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

77

analisis apabila hanya melakukan regresi tanpa membedakan adanya

perubahan kebijakan, yaitu otonomi daerah yang berimplikasi pada

desentralisasi fiskal.

Menurut Gujarati (2003), untuk mengatasi permasalahan yang

timbul akibat adanya shock/ perubahan kebijakan, dimungkinkan 4 hal untuk

mengatasinya. Pertama, Concident Regression, langkah ini mengasumsikan

bahwa intercep dan slope koefisien adalah sama pada sebelum dan sesudah

shock. Kedua, Parallel Regression, langkah ini mengasumsikan bahwa

intercep berbeda dan slope koefisien adalah sama pada sebelum dan sesudah

shock. Ketiga, Concurrent Regression, langkah ini mengasumsikan bahwa

intercep sama dan slope koefisien berbeda pada sebelum dan sesudah shock.

Dan keempat, Desimiliar Regression, langkah ini mengasumsikan bahwa

antara intercep dan slope koefisien adalah berbeda pada sebelum dan sesudah

shock.

5. Model Empiris

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat maka dilakukan

analisis dengan menggunakan metode data panel.

Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

PDRBit = βo + β1 PADit + β2 Poprate it + β3 SMAPT it + β4 DOTDAit + eit

dimana :

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

78

PDRBit : PDRB riil daerah i pada periode t (Rp);

PADit : Pendapatan asli daerah daerah i pada periode t (Rp);

Poprateit : Banyaknya jumlah penduduk di daerah i pada periode t (orang);

SMAPTit : Jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas yang menyelesaikan

pendidikan SMA/ SMK dan PT daerah i pada periode t (orang);

DOTDAit : Dummy Otonomi Daerah

βo, ..... ,βn : Koefisien regresi (konstanta)

eit : Koefisien Pengganggu/ random error

Setelah model penelitian diestimasi maka akan diperoleh nilai dan

besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas. Nilai

dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian.

6. Pengujian Hipotesis

Adapun uji yang dilakukan untuk mengetahui hasil regresi, yaitu

sebagai berikut:

a. Uji Signifikansi Individual (uji statistic t)

Menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas

secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Adapun

prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan H0 dan H1 (hipotesis nihil dan hipotesis alternatif)

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

79

b. Jika signifikansi nilai t < α maka terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel dependen dengan variabel independennya.

c. Jika signifikansi nilai t > α maka tidak ada pengaruh yang signifikan

antara variabel dependen dengan variabel independennya. Artinya H0

diterima dan menolak H1 pada tingkat signifikansi α = 5persen

Adapun rumus untuk mencari t-statistik adalah:

t-statistik = b – β

Se (b)

b = nilai koefisien

β = nilai b yang dinyatakan dalam Ho

Se = standard error β

t-tabel bisa dilihat pada tabel distribusi t dengan derajat kebebasan atau

degree of freedom (df) n-k, dimana k adalah banyaknya koefisien yang

terdapat dalam model regresi termasuk konstanta, dengan α = 5 %.

Gambar 3.1. t-Statistik

H0 diterima apabila -t (alpha/2; n-k) < t-statistik < t (alpha/2; n-

k), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Sedangkan H0 ditolak apabila t-statistik > t

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

80

(alpha/2; n-k) atau –t-statistik < -t (alpha/2; n-k), artinya ada pengaruh

yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b. Uji Signifikansi Simultan (uji statistic F)

Menunjukkan apakah semua variabel bebas mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Bila Fhitung > Ftabel (α =

5persen), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti bahwa variabel

independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

F hitung > F tabel : H0 ditolak, H1 diterima

F hitung < F tabel : H0 diterima, H1 ditolak

Adapun rumus untuk mencari F-statistik adalah:

F-statistik = R²/ (k-1)

(1-R²) / (n-k)

R² = koefisien determinasi

n = jumlah sampel

k = banyaknya koefisien yang tercakup dalam persamaan regresi

F-tabel dilihat pada tabel distribusi F dengan 1-α; k-1; n-k, dimana:

α = besarnya kesalahan yang dapat ditolerir di dalam kesimpulan

k = banyaknya koefisien yang tercakup dalam persamaan regresi

n = jumlah observasi

k-1 = untuk menentukan df untuk pembilang 1

n-k = untuk menentukan df untuk penyebut 2

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

81

Gambar 3.2. F-Statistik

H0 diterima bila F-statistik ≤ F-tabel, artinya semua variabel

secara bersama-sama bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan

terhadap variabel terikat. Sedangkan, H0 ditolak bila F-statistik > F-tabel

artinya semua variabel bebas secara bersama-sama merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel terikat.

c. Koefisien determinasi (R²)

Mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel terikat. Nilainya 0-1. Nilai yang mendekati 1 berarti

variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, dan sebaliknya

apabila nilainya semakin mendekati angka nol berarti semakin lemah

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan fluktuasi variabel

dependen.

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

82

E. Operasional Variabel Penelitian

Berangkat dari permasalahan penelitian skripsi ini, maka ada beberapa

definisi operasional yang perlu dijelaskan yaitu:

1. Variabel Dependen

a. Sebagai proxy atas pertumbuhan ekonomi regional digunakan PDRB riil

yang merupakan PDRB atas dasar harga konstan yang menunjukkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang

berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar (base year). Dalam

penelitian ini digunakan PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993.

2. Variabel Independen

a. Pendapatan asli daerah adalah Pendapatan yang bersumber dan dipungut

sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah,

retribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan

pendapatan asli daerah lainnya yang sah.

b. Jumlah penduduk adalah banyaknya jumlah penduduk yang diukur dalam

satuan orang.

c. Tingkat pendidikan adalah kualitas sumber daya manusia yang diukur

dengan rasio penyelesaian pendidikan (SMA dan PT) terhadap penduduk

berusia 10 tahun ke atas.

d. Kebijakan Otonomi Daerah dalam penelitian ini merupakan variabel

dummy.

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

83

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

No. Dimensi

Variabel

Sub Variabel Indikator Skala

1. Pertumbuhan

Ekonomi

PDRB riil PDRB atas dasar harga

konstan 1993 di propinsi

Jawa Barat menurut

kabupaten/ kota

Rasio

2. Pendapatan

asli daerah

(PAD)

- Realisasi penerimaan PAD

pemerintah daerah di propinsi

Jawa Barat menurut

kabupaten/ kota

Rasio

3. Jumlah

penduduk

(Poprate)

- Jumlah penduduk di propinsi

Jawa Barat menurut

kabupaten/ kota

Rasio

4. Tingkat

pendidikan

(SMAPT)

- Jumlah penduduk yang

berusia 10 tahun ke atas yang

menyelesaikan tingkat

pendidikan SMA dan PT

Rasio

5. Variabel

Dummy

Kebijakan

Otonomi

Daerah

0 = dummy pra otda (1995-

2000)

1 = dummy periode otda

(2001-2008)

Rasio

Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

84

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di propinsi Jawa

Barat. Ibu kotanya adalah Soreang. Batas utara kabupaten Bandung Barat;

sebelah timur kabupaten Sumedang dan kabupaten Garut; sebelah selatan

kabupaten Garut dan kabupaten Cianjur; sebelah barat kabupaten Bandung

Barat; dan di bagian tengah kota Bandung dan kota Cimahi. Kabupaten

Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 266 desa dan 9 kelurahan.

Jumlah penduduknya sebesar 2.943.283 jiwa (Hasil Analisis 2006)

dengan mata pencaharian yaitu disektor industri, pertanian, pertambangan,

perdagangan dan jasa. Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan.

Perkembangan dan hasil pembangunan di kabupaten Bandung secara

umum dapat dilihat dari beberapa indikator makro, yaitu indikator makro

ekonomi dan indikator makro sosial budaya, yang pada akhirnya akan

bermuara pada peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM).

Indikator makro sosial yang dijadikan penilaian keberhasilan

pembangunan terdiri atas indikator makro sosial yang berasal dari komponen

kesehatan, pendidikan dan agama. Indikator makro sosial masyarakat

kabupaten Bandung tahun 2008 adalah sebagai berikut:

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

85

1. Sosial

Laju pertumbuhan penduduk : 2,93persen

Angka harapan hidup (AHH) : 68,42 tahun

Angka kematian bayi (AKB) : 37,36

Tingkat partisipasi angkatan kerja : 52,84persen

Rasio ketergantungan : 52,48persen

Angka melek huruf (AMH) : 98,84persen

2. Budaya

Masyarakat kabupaten Bandung sebagian besar merupakan masyarakat

suku Sunda dengan aneka khazanah kebudayaan yang dimilikinya.

Pluralitas yang terjadi di beberapa wilayah perkotaan dapat diterima

oleh masyarakat serta mereka dapat hidup berdampingan secara rukun

dan damai.

3. Hankam

Di kabupaten Bandung terdapat beberapa instansi militer dan polisi,

baik pusat pendidikan maupun kesatuan.

Terdapat KODIM sebagai komando teritorial TNI, yaitu KODIM 0609

Bandung.

Penanganan Kamtibmas di wilayah hukum kabupaten Bandung

dilaksanakan oleh Polres Soreang.

4. Agama

Kehidupan beragama berjalan kondusif.

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

86

Kerjasama antar umat beragama diwujudkan dalam forum kerukunan

umat beragama.

Komposisi penduduk menurut agama dan sarana peribadatan:

1. Islam : 3.983.409 orang, masjid : 5.664 buah, mushola:

8.181 buah

2. Kristen : 26.831 orang, Gereja Kristen : 7 buah

3. Katolik : 39.609 orang, Gereja Katolik : 40 buah

4. Hindu : 4.806 orang, Pura : 1 buah

5. Budha : 5.009 orang, Vihara : 1 buah

6. Konghucu : -

2. Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten di propinsi Jawa

Barat. Ibukotanya adalah Cianjur. Kabupaten ini berbatasan dengan

kabupaten Bogor dan kabupaten Purwakarta di utara, kabupaten Bandung dan

kabupaten Garut di timur, Samudera Hindia di selatan, serta kabupaten

Sukabumi di barat. Kabupaten Cianjur terdiri atas 32 kecamatan, 342 desa

dan 6 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di kecamatan Cianjur. Sebagian

besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan

berupa dataran rendah yang sempit.

Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan,

perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi

masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil

Page 103: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

87

yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian.

Adapun sungai yang terpanjang di Cianjur adalah sungai Cibuni, yang

bermuara di Samudera Hindia.

Dari luas wilayah kabupaten Cianjur sebesar 350.148 hektar,

pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 persen) berupa hutan produktif

dan konservasi, 58.101 Ha (16,59 persen) berupa tanah pertanian lahan basah,

97.227 Ha (27,76 persen) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735

Ha (16,49 persen) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 persen) berupa

tanah dan penggembalaan/ pekarangan, 1.239 Ha (0,035 persen) berupa

tambak/ kolam, 25.261 Ha (7,20 persen) berupa pemukiman/ pekarangan dan

22.483 Ha (6,42 persen) berupa penggunaan lain-lain.

Menurut sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk di

kabupaten Cianjur sebanyak 1.931.480 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-

laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk 2,23 persen.

Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah kecamatan

Pacet sebanyak 170.224 jiwa dan kecamatan Cianjur sebanyak 140.374 jiwa.

Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya diatas 100.000 jiwa adalah

kecamatan Cibeber (105.0204 jiwa), kecamatan Warungkondang (101.580

jiwa) dan kecamatan Karangtengah (123.158 jiwa). Kecamatan yang jumlah

penduduknya terkecil adalah kecamatan Cikadu sebanyak 36.212 jiwa.

Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000 - 50.000 jiwa

adalah kecamatan Sindangbarang, Takokak, dan Sukanagara.

Page 104: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

88

Lapangan pekerjaan penduduk kabupaten Cianjur di sektor pertanian

yaitu sekitar 62,99 persen. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar

terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 persen.

Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor

perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60 persen. dan pengiriman pembantu

sebesar 30 persen.

Namun kabupaten Cianjur memiliki kepadatan penduduk yang tidak

merata yang dapat dilihat pada:

1. 63,90 persen di wilayah utara dengan luas wilayah 30,78 persen

2. 19,19 persen di wilayah tengah dengan luas wilayah 28,25 persen

3. 17,12 persen di wilayah selatan dengan luas wilayah 40,70 persen

Penduduk kabupaten Cianjur dikenal sebagai masyarakat yang

religius dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yang

mencapai 98 persen, sedangkan penduduk non muslim mencapai 2 persen,

dengan rincian sebagai berikut:

1. Penduduk beragama Islam = 1.893.203 orang (98 persen)

2. Penduduk beragama Kristen = 32.841 orang (1,7 persen)

3. Penduduk beragama Budha dan Hindu = 5.796 orang (0,3 persen)

3. Kota Sukabumi

Kota Sukabumi adalah sebuah kota di propinsi Jawa Barat. Kota ini

terletak 115 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-

Page 105: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

89

tengah wilayah kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi terdiri atas 7

kecamatan.

Wilayah kota Sukabumi seluruhnya berbatasan dengan wilayah

kabupaten Sukabumi yakni: di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan

Cisaat dan kecamatan Sukabumi kabupaten Sukabumi, sebelah selatan

dengan kecamatan Nyalindung kabupaten Sukabumi, sebelah barat dengan

kecamatan Cisaat kabupaten Sukabumi, dan sebelah timur dengan kecamatan

Sukaraja kabupaten Sukabumi.

Secara administratif Sukabumi terdiri dari daerah kota dan daerah

kabupaten. Sukabumi memiliki penduduk sampai akhir tahun 2002 tercatat

269.142 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 50 jiwa/ km2 yang

tersebar diseluruh wilayah kota Sukabumi.

Di kota ini telah berdiri perguruan tinggi yaitu Politeknik Sukabumi,

Politeknik BBC, Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Sekolah

Tinggi Teknologi Nusa Putra, Amik BSI, STMIK Nusa Mandiri, STMIK

PASIM, STIE PASIM, STIKES Sukabumi, STISIP Syamsul Ulum, STIE

PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STH Pasundan

juga sekolah lanjutan yang berasaskan Islam yaitu Madrasah Aliyah

Baiturrahman.

Selain itu kota Sukabumi juga memiliki sarana kesehatan sebagai

berikut: 1 rumah sakit pemerintah, 3 rumah sakit swasta, 3 rumah sakit

bersalin , 2 puskesmas dengan tempat perawatan, 13 puskesmas tanpa tempat

Page 106: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

90

perawatan, 18 puskesmas pembantu, 499 posyandu, 20 apotik, 27 toko obat,

serta 68 pengobatan alternatif/ tradisional.

Dalam hal sarana keagamaan, kota Sukabumi memiliki masjid 369,

musholla / langgar 702, gereja 17, vihara 3, dan kelenteng 1.

Sedangkan sarana ekonomi yang dimiliki oleh kota Sukabumi yaitu

berupa:

Perbankan dan Koperasi

Bank Umum 23, Bank BPR 2, Bank Muamalat 4, Bank Syariah 1, dan

Koperasi 66.

Industri

Industri kecil menengah 1.502, industri rumah tangga 224, yang bergerak

di bidang furnitur, box jam, kerajinan tangan, elektronik dan garmen.

Perdagangan

Supermarket 6, pasar tradisional 8, toko 879, warung 3.696, warung

internet 10, salon kecantikan 138, rental play station 177, rental komputer

51, rental mobil 56, penyewaan VCD/ LD 159, dan penyewaan alat pesta

64.

Akomodasi :

Hotel/ penginapan 42 dan restoran/ rumah makan 169.

Sarana Pendidikan

TK 37, SD/MI 168, SLTP/MTSn. 36, SMU Negeri 5, SMU Swasta 12,

SMK Negeri 3, SMK Swasta 14, Aliyah Negeri 2, Aliyah Swasta 7, dan

Perguruan Tinggi 11.

Page 107: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

91

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

a. Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riil di

Propinsi Jawa Barat

Salah satu hal penting dalam pembangunan dan merupakan salah

satu tujuan pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Dalam konteks pertumbuhan ekonomi daerah hal tersebut juga

tidak jauh berbeda. Setiap daerah tentunya menginginkan dan menjadikan

pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu sasaran dalam pembangunan

daerahnya.

Produk domestik regional bruto menggambarkan kemampuan

suatu wilayah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu.

PDRB dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan, yaitu produksi, penggunaan,

dan pendapatan. Ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah

dirinci menurut sektor ekonomi, komponen penggunaan, dan sumber

pendapatan.

PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh nilai

tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas

berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan

menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut. Selanjutnya,

dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah dari upah/ gaji

surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang diperoleh.

PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu ―atas dasar harga

Page 108: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

92

berlaku‖, yakni menggunakan harga tahun berjalan serta ―atas dasar harga

konstan‖, yaitu menggunakan data harga tahun tertentu (tahun dasar).

Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah Kembali.

Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Barat Tahun

1995-2008 (Dalam Juta Rupiah)

Seperti terlihat pada Gambar 4.1, dalam kurun waktu 14 tahun

terakhir ini, pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Barat hampir memiliki

pergerakan yang sama, meskipun besarnya pertumbuhan ekonomi yang

berbeda. Pergerakan tersebut mengindikasikan bahwa struktur

perekonomian yang ada masih memiliki kesamaan antar daerah kabupaten/

kota di propinsi Jawa Barat.

Seperti yang kita lihat pada pada tahun 1998 pertumbuhan

ekonomi mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya karena

adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini juga diikuti

dengan proses transisi kebijakan pemerintahan yang menyangkut

pemerintahan daerah. Masa transisi dari pola kebijakan yang sentralistik

Page 109: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

93

selama periode orde baru menuju arah kebijakan pemerintahan daerah

yang lebih terdesentralisasi.

Namun, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan pada

tahun 2003-2004, yakni 2-3 tahun pasca era kebijakan otonomi daerah

diterapkan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan

alokasi dana yang dimiliki kabupaten/ kota di propinsi Jawa Barat sebagai

akibat dari kebijakan tersebut. Kemudian, pada periode selanjutnya

pertumbuhan ekonomi masih tetap memiliki pergerakan yang sama,

dimana pergerakan tersebut mengacu pada arah yang positif, meskipun

besarnya masih bersifat fluktuatif.

b. Analisa Deskriptif Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Jawa Barat

Sebagai salah satu ukuran potensi fiskal daerah, pendapatan asli

daerah merupakan salah satu hal penting dalam upaya penggalian potensi

daerah. Pentingnya hal tersebut tercermin dari semakin gencarnya tiap-tiap

daerah dalam hal penggalian potensi tersebut guna mengisi besarnya nilai

PAD, terlebih setelah diberlakukannya kebijakan otonomi daerah guna

peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Secara umum, pertumbuhan PAD setiap daerah bergerak pada arah

yang sama, yakni semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama pasca

diberlakukannya kebijakan desentralisasi fiskal. Hal ini mengindikasikan

bahwa sejak diterapkannya kebijakan tersebut, daerah-daerah di propinsi

Jawa Barat cenderung untuk meningkatkan PAD-nya sebagai implikasi

Page 110: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

94

dari kebijakan otonomi daerah dengan tujuan peningkatan pertumbuhan

ekonomi daerah.

Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah Kembali.

Gambar 4.2. PAD di Propinsi Jawa Barat Tahun 1995-2008 (Dalam

Ribu Rupiah)

c. Analisa Deskriptif Jumlah Penduduk di Propinsi Jawa Barat

Berkaitan dengan jumlah penduduk sebagai salah satu determinan

pertumbuhan ekonomi, Levine dan Renelt (1992) mengutarakan bahwa

population growth menentukan tingkat kemakmuran ekonomi.

Disamping itu, Becker et al. (1990) berpendapat bahwa dengan

asumsi tingkat fertilitas sebagai endogenous variable, masyarakat dengan

jumlah penduduk yang cukup banyak akan cenderung untuk melakukan

investasi lebih di bidang SDM. Di sisi lain, daerah yang jarang

penduduknya memiliki insentif ekonomi untuk meningkatkan jumlah anak

guna mengisi kekosongan pasar tenaga kerja. Namun demikian, net impact

terhadap pencapaian kinerja ekonomi tidaklah mudah untuk ditentukan.

Page 111: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

95

Diungkapkan pula bahwa populasi dapat menurunkan produktivitas karena

adanya efek diminishing returns atas penggunaan tanah dan sumber daya

alam (Becker et al.1999: hlm 149).

Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah Kembali.

Gambar 4.3. Jumlah Penduduk di Propinsi Jawa Barat Tahun

1995-2008

Pada gambar 4.3 dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk di

propinsi Jawa Barat memiliki pergerakan yang sama, dengan besaran yang

berbeda yakni semakin meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan

penduduk yang terus bertambah tidak hanya disebabkan oleh pertambahan

penduduk secara alamiah, namun tidak terlepas dari kecenderungan

migran baru yang masuk disebabkan daya tarik propinsi Jawa Barat, baik

dilihat dari potensi daerah seperti adanya sektor industri, pertanian,

maupun pariwisata, sehingga ketersediaan lapangan kerja dan semakin

kondusifnya kesempatan berusaha akan menarik para pendatang dari luar

Jawa Barat.

Page 112: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

96

d. Analisa Deskriptif Tingkat Pendidikan di Propinsi Jawa Barat

Sebagai proxy atas tingkat pendidikan, penulis menggunakan

rasio penyelesaian pendidikan SMU dan Perguruan Tinggi terhadap

penduduk berusia 10 tahun ke atas. Rasio ini cukup populer digunakan

berdasarkan data yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Jawa

Barat sehingga cukup tepat menggambarkan kualitas sumber daya manusia

di negara-negara berkembang. Sebagaimana disepakati oleh para praktisi

dan akademisi, tingkat pendidikan terkait secara positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, variabel tersebut diharapkan

pula akan menghasilkan angka positif dalam penelitian ini.

Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah Kembali.

Gambar 4.4. Tingkat Pendidikan di Propinsi Jawa Barat Tahun 1995-

2008

Dalam gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pergerakan tingkat

pendidikan di propinsi Jawa Barat hampir sama dengan nilai yang berbeda,

Page 113: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

97

yakni semakin meningkat setiap tahunnya, namun ada juga yang

mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan. Menurunnya tingkat

pendidikan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Diantaranya

kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berusaha memperoleh

pendidikan yang baik dan dapat menunjang kehidupannya. Hal ini dinilai

sebagai suatu ukuran bahwa tingkat pendidikan dapat menggambarkan

kualitas sumber daya manusia suatu daerah guna mengetahui pertumbuhan

ekonomi daerah yang bersangkutan tersebut.

2. Estimasi Model Data Panel

a. Pendekatan Pooled Least Squares (PLS)

Pertama-tama dilakukan pengolahan data dengan metode

pendekatan Pooled Least Squares, sebagai salah satu syarat untuk

melakukan uji F-Restricted. Dari hasil pengolahan program E-Views 6.0

didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Regresi Data Panel: Pooled Least Square

R-squared 0.921273

Adjusted R-squared 0.915058

Sumber: Data diolah. Lampiran 2.

b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan

Fixed Effect Model untuk dibandingkan dengan metode pendekatan Pooled

Page 114: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

98

Least Square pada uji F-Restricted. Dari hasil pengolahan program E-

Views 6.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Regresi Data Panel: Fixed Effect Model

R-squared 0.961490

Adjusted R-squared 0.954889

Sumber: Data diolah. Lampiran 3.

c. PLS vs FEM

Untuk mengetahui model data panel yang akan digunakan, maka

digunakan uji F-restricted dengan cara membandingkan F-statistik dan F-

tabel. Sebelum membandingkan F-statistik dan F-tabel terlebih dahulu

dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: Model PLS (Restricted)

H1: Model FEM (Unrestricted)

Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model dan

Pooled Least Square diperoleh nilai F-statistik yakni sebagai berikut:

Tabel 4.3

F-Restricted

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 16.844297 (2,35) 0.0000

Cross-section Chi-square 28.317874 2 0.0000

Page 115: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

99

Dari tabel 4.3 diperoleh nilai F-statistik adalah 16,844297, dengan

nilai F-tabel pada df (2,35) α = 5 % adalah 3,27, sehingga nilai F statistik >

F tabel, maka H0 ditolak, sehingga model data panel yang dapat digunakan

adalah Fixed Effect Model.

H0 diterima H0 ditolak

0 3,27 16,844297

Gambar 4.5. F-Restricted

Berdasarkan gambar 4.5 di atas terlihat bahwa F-restricted (F-

statistik) > F-tabel, maka H0 ditolak, artinya model data panel yang

digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

d. Pendekatan Random Effect Model

Setelah diketahui bahwa model yang digunakan adalah Fixed

Effect Model, model data panel masih harus dibandingkan lagi antara

Fixed Effect dengan Random Effect. Pendekatan Random Effect memiliki

syarat bahwa number of unit cross section > number of coefficient. Tetapi

pada penelitian kali ini, persamaan regresi tidak memenuhi syarat tersebut,

dimana number of unit cross section < number of coefficient sehingga

Page 116: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

100

pendekatan Random Effect tidak dapat dilakukan dan model panel tetap

pada Fixed Effect Model.

3. Pengujian Hipotesis

a. Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008)

Untuk melihat seberapa besar pengaruh seluruh variabel

independen terhadap variabel dependen, pertama kali dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik data panel dengan dummy variabel. Hal ini

dimaksudkan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen

terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat dengan

memasukkan perubahan kebijakan selama periode penelitian.

Sedangkan dummy variabel dalam penelitian ini berupa kebijakan

otonomi daerah yang bertujuan untuk mengakomodasi permasalahan

fluktuasi data yang tajam.

Adapun hasil pengolahan data dengan keseluruhan periode dalam

penelitian ini yakni sebagai berikut:

Page 117: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

101

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel dengan Dummy Variabel

terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008)

Variable PDRB

Coefficient t-Statistic Prob.

C

PAD?

POPRATE?

SMAPT?

DOTDA?

Fixed Effects (Cross)

_BDG—C

_CNJR—C

_SKBM—C

R-squared

Adjusted R-squared

F-statistic

Prob(F-statistic)

999870.8

0.015125

-7.607050

1.949714

727688.9

1537164.

-1121650.

-415514.3

0.961490

0.954889

145.6435

0.000000

1.927814

2.015751

-6.269852

6.033851

2.716136

0.0620

0.0516

0.0000

0.0000

0.0102

Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 6. Lampiran 3.

1. Analisis Pengaruh PAD, Jumlah Penduduk, Tingkat Pendidikan,

dan Kebijakan Otonomi Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Regional di Jawa Barat secara parsial (individu)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas

(PAD, jumlah penduduk, tingkat pendidikan, dan kebijakan otonomi

daerah) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikatnya

(pertumbuhan ekonomi regional), yaitu dengan membandingkan

Page 118: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

102

masing-masing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam

menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5 %, df

= 35, maka diperoleh t-tabel 2,03.

H0 diterima

H0 ditolak H0 ditolak

b a d c

-2,03 2,03

Gambar 4.6. Hasil Uji t-Statistik

Keterangan gambar:

a = PAD (2,015751) ; c = SMAPT (6,033851)

b = Poprate (-6,269852) ; d = Dotda (2,716136)

Berdasarkan gambar diatas maka terlihat bahwa :

1. Variabel PAD t-statistiknya < t-tabel yang berarti H0 diterima

2. Variabel Poprate t-statistiknya < -t tabel yang berarti H0 ditolak

3. Variabel SMAPT t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak

4. Variabel Dummy Otonomi Daerah t-statistiknya > t-tabel yang

berarti H0 ditolak

Dari gambar 4.6 di atas dapat dilihat bahwa variabel PAD

tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi

Jawa Barat. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel (2,03) > t statistik

(2,01) dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen (α = 5 %). PAD

Page 119: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

103

merupakan sumber utama penerimaan suatu daerah. Dengan

diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, maka setiap daerah akan

berusaha untuk meningkatkan PAD-nya dengan berbagai macam cara.

Namun dalam penelitian ini PAD justru tidak memberikan pengaruhnya

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pada variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh yang

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah penduduk, maka

pertumbuhan ekonomi regional akan semakin turun. Koefisien regresi

variabel jumlah penduduk sebesar -7,607050 berarti bahwa setiap

peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 persen, maka dapat

menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi regional sebesar 7,61

persen, cateris paribus. Jumlah penduduk yang tinggi bila tidak

dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang

sesuai dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

karena tidak selamanya jumlah penduduk yang banyak dapat selalu

memperluas pasar, bila tidak dibarengi dengan penyediaan pasar tenaga

kerja yang memadai.

Pada variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang

signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

propinsi Jawa Barat. Hal ini berarti bahwa semakin naik tingkat

pendidikan, maka pertumbuhan ekonomi regional akan semakin

meningkat. Koefisien regresi variabel tingkat pendidikan sebesar

Page 120: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

104

1,949714 berarti bahwa setiap peningkatan tingkat pendidikan sebesar 1

persen, maka dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi

regional sebesar 1,95 persen, cateris paribus. Tingkat pendidikan yang

tinggi termasuk lamanya waktu sekolah dan pendidikan yang diemban

seseorang dapat menyebabkan upah meningkat. Sedangkan tingkat

produktivitas seseorang ditentukan oleh upahnya. Jadi tingkat

pendidikan yang tinggi dapat menyebabkan produktivitas meningkat,

dan kemudian berdampak langsung pada peningkatan pertumbuhan

ekonomi.

Pada dummy variabel kebijakan otonommi daerah ditunjukkan

dengan nilai t statistik (2,716136) > t tabel (2,03), maka dummy

variabel ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

propinsi Jawa Barat. Perubahan kebijakan atau shock yang terjadi

selama periode penelitian yakni tahun 1995-2008 memberikan

pengaruhnya terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi regional di

propinsi Jawa Barat.

2. Analisis Pengaruh PAD, Jumlah Penduduk, Tingkat Pendidikan,

dan Kebijakan Otonomi Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Regional di Jawa Barat secara simultan (bersama)

Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara

simultan terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji F dengan

cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Dari hasil regresi

Page 121: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

105

diperoleh nilai F-statistik 145,6435. Pada tingkat kepercayaan α = 5 %,

k=7, dan n=42, maka diperoleh F-tabel 2,22-2,25.

H0 diterima H0 ditolak

2,22-2,25 145,6435

Gambar 4.7. Hasil Uji F-Statistik

Berdasarkan gambar 4.7 di atas maka terlihat bahwa F-statistik

(145,6435) > F-tabel (2,22-2,25), maka H0 ditolak, artinya variabel

bebas (PAD, Poprate, SMAPT, DOTDA) berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap variabel terikatnya (pertumbuhan ekonomi regional)

pada tingkat kepercayaan 95 persen.

3. Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam tabel 4.4, koefisien

determinasi adalah sebesar 0, 961490. Hal ini terlihat bahwa 96,15

persen pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat dapat

dijelaskan oleh PAD, jumlah penduduk, dan tingkat pendidikan, dengan

menambahkan dummy variabel otonomi daerah. Sedangkan 3,85 persen

variabel pertumbuhan ekonomi regional dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 122: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

106

4. Interpretasi Hasil Analisis

Tabel 4.5.

Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model

Koef Indv Effect

C 999870.8

PAD? 0.015125

POPRATE? -7.607050

SMAPT? 1.949714

Fixed Effects (Cross)

_BDG--C 1537164. 2537034,8

_CNJR--C -1121650. -121779,2

_SKBM--C -415514.3 584356,5

Sumber: Lampiran 3.

1. Bila terdapat perubahan PAD, Jumlah penduduk, dan Tingkat

pendidikan baik antar daerah maupun antar waktu, maka kabupaten

Bandung akan mendapatkan penaruh individu terhadap PDRB

sebesar : Rp. 2.537 milyar.

2. Bila terdapat perubahan PAD, Jumlah penduduk, dan Tingkat

pendidikan baik antar daerah maupun antar waktu, maka kabupaten

Cianjur akan mendapatkan penaruh individu terhadap PDRB

sebesar: Rp. - 121 milyar.

3. Bila terdapat perubahan PAD, Jumlah penduduk, dan Tingkat

pendidikan baik antar daerah maupun antar waktu, maka kota

Sukabumi akan mendapatkan penaruh individu terhadap PDRB

sebesar : Rp. 584 milyar.

Page 123: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

107

a. Pendapatan Asli Daerah

Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa PAD

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

regional. Kebijakan pendapatan daerah diarahkan melalui upaya

peningkatan kapasitas fiskal sebagai pencerminan dari kesungguhan

pemerintah daerah melakukan pemberdayaan sumber-sumber potensi

daerah untuk mewujudkan otonomi yang diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang didukung

dengan penguatan keuangan daerah. Pendapatan daerah untuk APBD

diproyeksikan pertumbuhannya sekitar 15% per tahun (LKPJ Akhir

Masa Jabatan Gubernur, 2008).

Kebijakan untuk setiap komponen pendapatan daerah

diarahkan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah

dari setiap sumber dana. Tidak berpengaruhnya PAD terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat dapat dilihat

dari sisi potensi pajak, retribusi, dan lain-lain pendapatan daerah

yang sah masih belum optimal dikarenakan sejumlah kendala, antara

lain; belum terdatanya semua obyek dan wajib pajak daerah,

retribusi daerah, serta lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan

penguatan BUMD antara lain belum optimalnya pihak manajemen

perusahaan dalam mengimplementasikan pengelolaan perusahaan

yang baik, termasuk pengembangan aset BUMD. Dalam hal

Page 124: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

108

optimalisasi penerimaan dari dana perimbangan, permasalahannya

yaitu masih belum akuratnya data obyek dan subyek PBB, BPHTB,

dan PPh Perseorangan. Dalam kaitannya dengan departemen terkait,

belum tercapai kesepakatan dalam perhitungan data produksi dan

lifting migas. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral belum

sepenuhnya melibatkan daerah penghasil migas dalam monitoring

produksi migas sebagai dasar perhitungan lifting migas.

Penelitian ini berbeda dengan teori Keyness yang

menyatakan bahwa pendapatan asli daerah memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena berkaitan dengan

kebijakan APBD dan APBN akan dilakukan peningkatan PAD setiap

daerah guna meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Selain itu

penelitian ini juga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya

yaitu; Priadi Asmanto dan Soebagyo (2007), Joko Waluyo (2007),

Didit Welly Udjianto (2007), dan Puji Wibowo (2008) dimana

semua penelitian tersebut menjelaskan bahwa PAD memiliki

pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

b. Jumlah Penduduk

Dari pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa jumlah

penduduk berpengaruh signifikan, namun bernilai negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

Page 125: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

109

Jumlah penduduk di suatu daerah merupakan aset dan

potensi pembangunan yang besar bila didukung dengan kualitas

sumber daya manusia yang baik dan tersedianya lapangan kerja yang

memadai. Sebaliknya, dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk

yang pesat tetapi dengan kualitas yang rendah dapat menjadi beban

berat bagi proses pembangunan. Jumlah penduduk yang tinggi juga

dapat menjadi masalah besar yang dihadapi oleh pemerintah daerah

terkait degan kebijakan otonomi daerah, dimana kewenangan

sepenuhnya dilakukan oleh daerah.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ricardo dan

Malthus bahwa pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi akan

menurunkan kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih

rendah. Pada tingkat ini, pekerja akan menerima upah yang sangat

minim yaitu upah hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistences

level). Dengan demikian dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Bertambahnya jumlah penduduk juga berarti angkatan kerja

bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan

lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang

mampu diciptakan lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja,

hal ini mendorong terjadinya pengangguran, dan dengan terciptanya

pengangguran dapat menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi

suatu daerah.

Page 126: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

110

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya

oleh Puji Wibowo (2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan

penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal

ini karena tanda positif untuk koefisien pertumbuhan penduduk

mengindikasikan bahwa variabel ini dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi bersifat endogeneus, yang artinya perubahan struktur

penduduk mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat

kesejahteraan penduduk itu sendiri.

c. Tingkat Pendidikan

Dari pengujian hipotesis di atas dapat dilihat bahwa tingkat

pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

regional. Dengan dilaksanakannya desentralisasi pendidikan,

pemerintah kabupaten/ kota memiliki kewenangan yang lebih luas

dalam membangun pendidikan di masing-masing wilayah sejak

penyusunan rencana, penentuan prioritas program, serta mobilisasi

sumber daya untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat. Hal ini

juga perlu dibarengi dengan otonomi pendidikan yang harus

dilaksanakan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan

otonomi perguruan tinggi yang memberikan wewenang untuk

mengelola sumber daya yang dimiliki termasuk pengalokasiannya

sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta diharapakan agar daerah dan

lembaga pendidikan dapat lebih cepat tanggap terhadap kebutuhan

masyarakat setempat.

Page 127: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

111

Pendidikan merupakan syarat utama pembangunan

kapabilitas dasar manusia. Peningkatan sumber daya manusia (SDM)

merupakan modal untuk penggerak pembangunan yang pada

gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan disamping sumber

daya alam. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia

terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan kebutuhan jaman.

Pendidikan merupakan elemen penting pembangunan dan

perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

Berkaitan dengan semakin pesatnya perkembangan

metodologi dan teknologi dalam bidang pendidikan, perlu dilakukan

antisipasi melalui pengembangan inovasi dan sistem tata kelola

pendidikan, pemberdayaan profesi guru dengan meningkatkan

kompetensinya, penyempurnaan pembangunan sarana dan prasarana

yang lebih tanggap teknologi, pengembangan kurikulum berbasis

kompetensi yang dilandasi oleh nilai-nilai kecerdasan dan kearifan

budaya lokal, peningkatan kualitas lulusan untuk mengantisipasi

tingkat persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi dan semakin kompetitifnya ketersediaan lapangan pekerjaan.

Dalam hal pengembangan sains dan teknologi, peningkatan

kemampuan masyarakat perdesaan dalam pemanfaatan teknologi

tepat guna (TTG) juga perlu mendapatkan penanganan yang optimal.

Penelitian ini sejalan dengan teori alokasi yang dipelopori

oleh Gary Becker, Edward, Denison, Theodore Schultz, dan Paul

Page 128: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

112

Romer yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki hubungan

yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

d. Kebijakan Otonomi Daerah

Dari pengujian hipotesis di atas juga terlihat bahwa dummy

kebijakan otonomi daerah berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional. Hal ini kemudian dijelaskan dengan

probabilitanya sebesar 0,0102 sehingga dapat dikatakan bahwa

variabel dummy kebijakan otonomi daerah berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Tuntutan agar pembangunan tidak hanya berjalan di daerah-

daerah yang dekat dengan pemerintahan pusat saja, telah membuat

pemerintah mengupayakan strategi yang dapat mewujudkan terciptanya

pembangunan. Hal tersebut mendorong lahirnya otonomi daerah.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, propinsi Jawa

Barat yang merupakan salah satu propinsi dengan wilayah yang luas

dan jumlah penduduk terbanyak ikut serta mengimplementasikan

kebijakan otonomi tersebut. Otonomi daerah dapat memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Dengan

diterapkannya otonomi daerah, kabupaten/ kota di propinsi Jawa Barat

diberi kewenangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan

memanfaatkan sumber daya secara leluasa untuk dialokasikan pada

sektor-sektor ekonomi yang ada. Oleh karena itu, perlu diterapkan

sektor-sektor yang harus diprioritaskan dalam membangun

perekonomian propinsi Jawa Barat.

Page 129: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

113

b. Periode Sebelum Otonomi Daerah (1995-2000)

Hasil data panel dengan variabel dummy kebijakan otonomi

daerah dalam regresi awal (keseluruhan periode) berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Barat. Sehingga dalam

bagian ini dan bagian selanjutnya, analisis akan difokuskan untuk

menganalisis periode sebelum dan sesudah penerapan kebijakan otonomi

daerah. Pembagian ini penting dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi sebelum dan sesudah kebijakan otonomi daerah.

Di bawah ini adalah tabel hasil perhitungan estimasi yang

dilakukan terhadap data sebelum adanya kebijakan otonomi daerah.

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Estimasi dengan Data Panel

terhadap Periode Sebelum Otonomi Daerah (1995-2000)

Variable PDRB

Coefficient t-Statistic Prob.

C

PAD?

POPRATE?

SMAPT?

Fixed Effects

(Cross)

_BDG--C

_CNJR--C

_SKBM--C

R-squared

Adjusted R-squared

2855146.

-0.010346

-0.945376

0.378137

6456552.

1593785

515099.1

0.988600

0.983851

2.981237

-0.636895

-0.486045

0.529683

0.0115

0.5362

0.6357

0.6060

Page 130: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

114

F-statistic

Prob(F-statistic)

208.1330

0.000000

Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 6. Lampiran 4.

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai R2 dari model

pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,988600. Hal ini dapat diartikan

bahwa variabel bebas dalam model mampu menjelaskan variasi pengaruh

dari variabel tergantung sebesar 98,86 persen, sedangkan sisanya yaitu

1,14 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.

Nilai Fhitung dari tabel diatas menunjukkan angka sebesar

208,1330 dengan tingkat kepercayaan 95 persen ( α = 5 %). Sedangkan

nilai Ftabel dengan k=6 dan n=18 adalah 2,66. Karena Fhitung > Ftabel maka

hipotesis H0 berada di daerah penolakan, dan Ha diterima. Selama periode

sebelum penerapan kebijakan otonomi daerah dapat disimpulkan bahwa

seluruh variabel independen bersama-sama mempengaruhi variabel

dependen (pertumbuhan ekonomi).

Selama periode sebelum penerapan otonomi daerah, secara

individu tidak terdapat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di daerah penelitian. Hal tersebut terlihat

dari masing-masing variabel yang tidak signifikan dalam taraf signifikansi

5 persen.

Page 131: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

115

c. Periode Otonomi Daerah (2001-2008)

Dalam bagian ini analisis akan difokuskan pada periode

penerapan kebijakan otonomi daerah. Pembagian ini dirasa penting untuk

mengetahui pola perilaku dan fenomena pertumbuhan ekonomi pada

periode tersebut. Dimana pada periode ini setiap daerah diberikan

kewenangan penuh dalam mengelola keuangan daerah sesuai dengan UU

No.22/ 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No.32/ 2004 tentang

pemerintah daerah dan UU No.25/ 1999 yang juga direvisi dengan UU

No.33/ 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Di bawah ini adalah tabel hasil perhitungan estimasi yang

dilakukan terhadap data setelah penerapan kebijakan otonomi daerah

(2001-2008).

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Estimasi dengan Data Panel

terhadap Periode Otonomi Daerah (2001-2008)

Variable PDRB

Coefficient t-Statistic Prob.

C

PAD?

POPRATE?

SMAPT?

Fixed Effects (Cross)

_BDG—C

_CNJR—C

_SKBM—C

-1243381.

0.011001

-5.313933

2.425561

-1665859

-1965991

-98294.20

-1.334218

1.457646

-2.567406

6.441757

0.1988

0.1622

0.0194

0.0000

Page 132: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

116

R-squared

Adjusted R-squared

F-statistic

Prob(F-statistic)

0.966203

0.956815

102.9180

0.000000

Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 6. Lampiran 5.

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai R2

dari model

pertumbuhan ekonomi adalah 0,966203. Hal ini dapat diartikan bahwa

variabel bebas dalam model mampu menjelaskan variasi pengaruh dari

variabel tergantung sebesar 96,62 persen. Adapun sisanya yaitu 3,38

persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.

Demikian pula dengan nilai Fhitung dari tabel diatas menunjukkan

sebesar 102,9180 dengan probabilitanya sebesar 0,000000. Adapun Ftabel

dengan n=6; k=24 pada α = 5 % adalah 2,51. Karena Fhitung > Ftabel maka

H0 berada di daerah penolakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah

penerapan kebijakan otonomi daerah variabel-variabel independen masih

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan sebesar

95 persen.

Selama diterapkannya kebijakan otonomi daerah, variabel

SMAPT yakni variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Barat dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95 persen. Tingginya tingkat pendidikan tersebut dapat

meningkatkan pertumbuhan jumlah tenaga kerja, kemudian dapat

mengurangi pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Page 133: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

117

yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Setiap

kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 persen, menyebabkan naiknya

pertumbuhan ekonomi sebesar 2,426 persen.

Sedangkan variabel Poprate atau jumlah penduduk juga memiliki

pengaruh yang signifikan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen

namun bernilai negatif terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi

Jawa Barat, dimana setiap setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1

persen, maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 5,314 persen. Hal

ini terjadi apabila di suatu daerah memiliki populasi yang cukup banyak

dan meningkat setiap tahunnya namun tidak dibarengi dengan kualitas

sumber daya manusianya.

Adapun variabel PAD atau pendapatan asli daerah secara individu

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

regional di propinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari tidak

signifikannya nilai t-hitung pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

d. Pengaruh Variabel-variabel Independen terhadap Variabel Dependen

Kebijakan otonomi daerah bertujuan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah. Sebelum diberlakukannya otonomi daerah,

semua pembiayan dan penentuan suatu kebijakan atas dana yang ada di

daerah ditentukan oleh pemerintah pusat. Diberlakukannya kebijakan

otonomi daerah diharapkan agar setiap daerah mampu mengoptimalkan

potensi ekonomi yang ada, sehingga dapat memberi efek positif terhadap

Page 134: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

118

pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan PDRB riil merupakan salah satu

tujuan pembangunan. Semakin baik pertumbuhan PDRB-nya, maka tujuan

pembangunan suatu daerah ke arah yang lebih baik dapat tercapai.

Selama 14 tahun terakhir ini, kebijakan otonomi daerah telah

memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat

dilihat dari pertumbuhan PAD, tingkat pendidikan, dan jumlah penduduk.

Oleh karena itu, untuk melihat perbandingan antar periode atas dasar

perubahan kebijakan otonomi daerah dapat dirangkum dalam tabel 4.8

dibawah ini:

Tabel 4.8

Arah Hubungan Variabel-variabel Independen

terhadap Variabel Dependen

VARIABEL TOTAL PRA OTDA OTDA

PAD Tidak

Signifikan

Tidak Signifikan Tidak Signifikan

Jumlah Penduduk - Tidak Signifikan -

Tingkat Pendidikan + Tidak Signifikan +

Pada keseluruhan periode penelitian, tidak semua variabel

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

propinsi Jawa Barat.

Variabel PAD yang diharapkan berpengaruh positif justru tidak

memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain mentalitas aparat pemerintah

Page 135: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

119

daerah yang tidak baik sehingga penggunaan PAD yang harusnya

dilakukan seoptimal mungkin belum dapat berjalan dengan baik.

Sedangkan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang positif. Artinya,

apabila tingkat pendidikan meningkat, maka pertumbuhan ekonomi juga

meningkat. Misalnya, apabila tingkat pendidikan meningkat sebanyak 1

persen, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebanyak 1,95

persen.

Lain halnya dengan variabel poprate yang memiliki pengaruh

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang semakin

meningkat dan bertambah apabila tidak dibarengi dengan kualitas SDM-

nya yang baik dapat menyebabkan timbulnya pengangguran, yang

mengakibatkan kemiskinan, sehingga pertumbuhan ekonomi pun turun.

Sedangkan selama periode sebelum dan sesudah diterapkannya

praktek desentralisasi fiskal sebagai dampak dikeluarkannya UU No.22/

1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No.25/ 1999 tentang

perimbangan keuangan pusat dan daerah dibahas dalam bagian ini. Selama

periode sebelum kebijakan otonomi daerah diterapkan, seluruh variabel

independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Adapun sesudah diterapkan kebijakan otonomi daerah, variabel

poprate dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan.

Poprate memiliki pengaruh yang negatif, dan tingkat pendidikan memiliki

pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi

Page 136: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

120

Jawa Barat. Sedangkan variabel PAD tidak memiliki pengaruh yang

signifikan, hal ini dapat dimungkinkan karena selama periode otonomi

daerah masing-masing daerah dituntut untuk mengelola dan memenuhi

kebutuhan daerahnya sendiri sesuai dengan potensinya masing-masing,

sedangkan ketergantungan terhadap dana dari pusat sedikit banyak telah

dilakukan reduksi sesuai dengan pemberlakuan UU No. 25 tahun 1999

tentang perimbangan keuangan pusat-daerah.

Page 137: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

121

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh

kesimpulan yakni sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional di propinsi Jawa Barat dengan tingkat keyakinan sebesar 95

persen. Sebagai salah satu wujud pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah

pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah sesuai dengan potensi

masing-masing daerah. Hal ini membuat pemerintah daerah semakin

meningkatkan pendapatan PAD-nya guna peningkatan pertumbuhan ekonomi

di daerah tersebut. Namun yang terjadi justru sebaliknya, bahwa peningkatan

PAD yang ada belum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional

di propinsi Jawa Barat. Tidak berpengaruhnya PAD terhadap pertumbuhan

ekonomi dapat dilihat dari sisi potensi pajak, retribusi, dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah masih belum optimal dikarenakan sejumlah

kendala, antara lain; belum terdatanya semua obyek dan wajib pajak daerah,

retribusi daerah, serta lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2. Jumlah penduduk juga menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan taraf

keyakinan sebesar 95 persen terhadap pertumbuhan ekonomi regional di

propinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat apabila jumlah penduduk turun

sebesar 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 7,61

Page 138: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

122

persen. Jumlah penduduk di suatu daerah merupakan aset yang penting bila

didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang baik dan tersedianya

lapangan kerja yang memadai. Namun, hal ini tidak berlaku di propinsi Jawa

Barat karena meskipun jumlah penduduk yang pesat, namun tidak diimbangi

dengan kualitas SDM-nya justru dapat menjadi beban berat bagi proses

pembangunan dan dengan demikian dapat menurunkan tingkat pertumbuhan

ekonomi di Jawa Barat.

3. Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan dengan taraf keyakinan sebesar

95 persen terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa Barat.

Hal ini dapat diketahui apabila nilai tingkat pendidikan naik sebesar 1 persen,

maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat sebesar 1,95 persen.

Dengan dilaksanakannya desentralisasi pendidikan maka pemerintah

kabupaten/ kota memiliki kewenangan yang lebih luas untuk membangun

pendidikan di propinsi Jawa Barat. Sehingga tingkat pendidikan memiliki

kontribusi yang positif terhadap proses pembentukan kualitas sumber daya

manusia yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di

propinsi Jawa Barat.

4. Kebijakan otonomi daerah sebagai variabel dummy juga memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi Jawa

Barat. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung yang signifikan pada taraf

keyakinan hingga 95 persen. Ini berarti selama periode penelitian yakni dari

tahun 1995-2008 adanya perubahan kebijakan yakni kebijakan otonomi

Page 139: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

123

daerah membawa pengaruh yang signifikan terhadap variasi pertumbuhan

ekonomi regional di Jawa Barat.

5. Secara bersama-sama, seluruh variabel kebijakan desentralisasi fiskal

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di propinsi

Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung yang signifikan pada taraf

keyakinan hingga 95 persen. Selain itu, variabel independen dalam model

juga mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 96,15 persen,

sedangkan sisanya yaitu 3,85 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di

luar model.

B. Implikasi

Dari kesimpulan diatas, penulis mencoba mengungkapkan beberapa

implikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di daerah,

diperlukan kebijakan-kebijakan yang dapat menunjang hal tersebut. Misalnya

dengan kebijakan otonomi daerah yang terbukti berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pemerintah daerah harus mengupayakan

agar pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara merata (mengurangi

disparitas pertumbuhan ekonomi). Menurut Lin dan Liu (2000), ada dua hal

yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan meningkatkan

investasi modal dan melakukan efisiensi penggunaan sumber daya yang

dimiliki.

Page 140: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

124

2. Dalam hal menentukan besarnya PAD suatu daerah, juga harus dilakukan

dengan cermat dan tepat. Hal ini karena pasca diterapkannya kebijakan

desentralisasi fiskal, setiap daerah cenderung meningkatkan PAD-nya dengan

cara menggali potensi daerah guna mengisi besarnya nilai PAD tersebut.

3. Hendaknya tingkat pendidikan semakin ditingkatkan guna terciptanya sumber

daya manusia yang berkualitas sehingga dapat memiliki daya saing yang

tinggi guna mengisi lapangan kerja yang berkualitas agar dapat mengurangi

jumlah pengangguran yang akan berimplikasi pada meningkatnya

pertumbuhan ekonomi.

4. Apabila terdapat jumlah penduduk yang tinggi hendaknya juga dibarengi

dengan peningkatan kualitas setiap penduduk dan pengadaan lapangan kerja

yang memadai. Hal ini sangat diperlukan, karena jumlah penduduk yang

banyak tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi suatu daerah,

justru dapat merugikan dan dapat menghambat proses pembangunan.

5. Dengan kemajuan pelaksanaan desentralisasi fiskal, diharapkan BPS di

daerah mampu menyediakan data yang lebih komprehensif dan menyediakan

informasi yang lebih mudah untuk diakses oleh masyarakat. Hal ini karena

ketersediaan data dan informasi yang disediakan BPS di daerah setidaknya

dapat menunjang kebijakan desentralisasi fiskal itu sendiri sehingga

masyarakat dan pelaku ekonomi dapat dengan mudah mengetahui

perkembangan ekonomi di daerahnya.

Page 141: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

125

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari. ―Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali)‖. Universitas

Kristen Satya Wacana, 2005.

Adi, Priyo Hari. ―Kemampuan Keuangan Daerah dalam Era Otonomi dan

Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan

Kota se Jawa-Bali)‖. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2007.

Asmanto, Priyadi dan Soebagyo. ―Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter dan

Kebijakan Fiskal Regional Terhadap Stabilitas Harga dan Pertumbuhan

Ekonomi Regional di Jawa Timur (Periode 1995-2004)‖. Buletin Ekonomi

Moneter dan Perbankan, 2007.

Badan Analisis Fiskal Departemen Keuangan, ―Kebijakan Fiskal: Pemikiran,

Konsep, dan Implementasi‖. Kompas, Jakarta, 2004.

Bappenas. Universitas Padjajaran. ―Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN

2004-2009 di Propinsi Jawa Barat: Bersama Menata Perubahan‖.

Bandung. 2008.

Barro, Robert J. ―Economic Growth in a Cross Section of Countries, Quanterly

Journal of Economic‖. 1991.

Chalid, Pheni. ―Keuangan Daerah, Investasi, dan Desentralisasi: Tantangan

dan Hambatan‖. Kemitraan, Jakarta, 2005.

___________ ―Otonomi Daerah: Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik‖.

Kemitraan, Jakarta, 2005.

Davey, K.J. ―Pembiayaan Pemerintah Daerah: Praktek-Praktek Internasional

dan Relevansinya Bagi Dunia Ketiga‖. UI Press, Jakarta, 1988.

Devas, Nick. ―Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia‖. UI Press, Jakarta,

1989.

Page 142: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

126

Ehtisham, Ahmad, et.all. ―Intergovernmental Grant System: Application of a

General Framework to Indonesia‖. IMF Working Paper No. WP/02/128,

International Monetary Fund, Washington DC, 2002.

Hirchman, Albert. ―The Strategy of Economic Development‖. Yale University

Press, Connecticut, 1968.

Institut Local Development, ―Kompilasi Undang-undang Otonomi Daerah &

Sekilas Proses Kelahirannya (1903-2004)‖. ILD dan Yayasan TIFA,

Jakarta, 2004.

Isdijoso, Brahmantio dan Wibowo, Tri. ―Analisis Kebijakan Fiskal Pada Era

Otonomi Daerah, Studi Kasus: Sektor Pendidikan di Kota Surakarta.

Kajian Ekonomi Dan Keuangan‖, Vol. 6, No. 1. Maret, 2002.

Kuncoro, Mudrajad. ―Desentralisasi, Globalisasi, dan Demokrasi Lokal―.

LP3ES, Jakarta, 2002.

Laboratorium Ilmu Ekonomi FEUI. ―Sesi VIII Model Panel‖. Depok, 2006.

Mahi, Raksaka. ―Desentralisasi Fiskal dan Otonomi Daerah‖. Makalah

disampaikan dalam Kursus Reguler Angkatan XXXV, LEMHANAS,

Jakarta, 25 Agustus 2002.

_____________ ―Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi Daerah.

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia―. Vol. 6, No. 1, Juli 2005.

Mastuti, Rinusu Sri. ―Panduan Praktis Mengontrol APBD‖. Sumber Rezeki,

Jakarta, 2005.

Muluk, MR. Khairul. ―Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah‖. Bayumedia

Publishing, Malang, 2006.

Nur Naili, Nelly. ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi DIY Tahun 1990-2004‖. Jogjakarta. 2007.

Page 143: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

127

Sidik, Machfud dan Mahi, Raksaka. Simanjuntak, Robert A. ―Dana Alokasi

Umum: Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah‖.

Kompas, Jakarta, 2002.

Sukandarrumidi. ―Metodologi Penelitian‖. Gajah Mada Universitas Press,

Yogyakarta, 2006.

Sukirno, Sadono. ―Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, Dasar

Kebijakan‖. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006.

Toddaro, Michael P. ―Pembangunan Ekonomi Edisi Ke-6‖. Erlangga, Jakarta,

1999.

Tosun, Mehmet Serkan dan Yilmaz, Serdar. ―Decentralization, Economic

Development, and Growth in Turkish Provinces‖. The World Bank, 2008.

Udjianto, Didit Welly. ―Kajian Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Perimbangan dalam Otonomi Daerah (Studi Kasus 30 Propinsi di

Indonesia tahun 2000-2004)‖. Buletin Ekonomi, Vol.5 No.1, April 2007.

Vasquez, Jorge-Martinez dan McNab, Robert M. ―Fiscal Decentralization and

Economic Growth‖. Georgia State University, USA, 2001.

Waluyo, Joko. ―Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dan Ketimpangan Pendapatan AntarDaerah di Indonesia‖. Universitas

Indonesia, 2007.

Wibowo, Puji. ―Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Daerah‖. Jurnal Keuangan Publik, Vol.5, No.1,

Oktober 2008, hlm. 55-83.

Winarno, Wing Wahyu. ―Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews‖.

Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,

Yogyakarta, 2007.

Page 144: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

128

Yunan. ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia‖. 2009.

Yustika, Ahmad Erani. ―Perekonomian Indonesia: Deskripsi, Preskripsi,

Kebijakan‖. Bayumedia Publishing, Malang, 2005.

http://www.bimakab.go.id/index.php?pilih=hal&id=31

http://www.dprd-sumbawakab.go.id/artikel-pdf.php?id=48

http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/

http://www.theindonesianinstitute.org/janeducfile.htm

http://pustaka.net/pengaruh.desentralisasi.fiskal.terhadap.belanja.pembangunan.d

aerah.di.kabupaten.sa.banua.lima.banjar.kota.banjarmasin.propinsi

http://www.sumbawanews.com/berita/opini/peran-aparatur-dalam-

pembangunan-di-era-otda.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Keynesianisme

Page 145: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

129

LAMPIRAN I

DATA OBSERVASI

Kab Tahun PDRB PAD POPRATE SMAPT

BDG 1995 6797686 20275664 3383233 401172

BDG 1996 7513143 24816772 3422000 351388

BDG 1997 7883717 39889065 3452300 391042

BDG 1998 6382883 39772419 3480900 368092

BDG 1999 6530365 48174124 3507700 445200

BDG 2000 6871874 50367254 4158083 733176

BDG 2001 6125739 73771365 4235146 641790

BDG 2002 6428772 66119438 4335578 748580

BDG 2003 6754824,9 99760580 4504387 593332

BDG 2004 7133781,35 108065258 4002290 675660

BDG 2005 7529875,67 108322350 4263934 755124

BDG 2006 5832801,41 123650270 4399128 659039

BDG 2007 6177948,49 151857290 3038038 544054

BDG 2008 6505296,44 144660409 3116056 498443

CNJR 1995 1862700 6012126 1757430 64638

CNJR 1996 1992995 6882145 1775200 119344

CNJR 1997 2066086 9486744 1790700 77573

CNJR 1998 1943145 7515807 1805400 84398

CNJR 1999 1972143 8409721 1818900 98707

CNJR 2000 2035917 10190422 1946405 145871

CNJR 2001 2109118 17397384 1955100 86925

CNJR 2002 2187068 22560362 1993727 108582

CNJR 2003 2262655,1 31717983 2041131 122984

CNJR 2004 2352463,2 34435227 2079306 103806

CNJR 2005 2442239,08 48191214 2098644 75836

Page 146: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

130

CNJR 2006 2523693,96 56520108 2125023 145817

CNJR 2007 2629324,68 66675210 2149121 116271

CNJR 2008 2735672,14 65780144 2169984 177057

SKBM 1995 479948 5410944 125766 25850

SKBM 1996 514818 5491663 126600 35649

SKBM 1997 531312 6802239 127700 22800

SKBM 1998 368738 9917041 128800 58449

SKBM 1999 457169 8346075 130000 58788

SKBM 2000 479190 8336680 252420 64505

SKBM 2001 503224 13234590 257675 56679

SKBM 2002 529421 15073724 261861 63193

SKBM 2003 557639,8 25523466 267807 61315

SKBM 2004 589811,5 24955460 272736 67914

SKBM 2005 624917,5 36577623 287760 68452

SKBM 2006 663846,43 31599368 294646 75247

SKBM 2007 706959,06 43847983 300694 67976

SKBM 2008 750071,68 52871774 305800 70573

Page 147: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

131

LAMPIRAN 2

OUTPUT POOLED LEAST SQUARE

Dependent Variable: PDRB?

Method: Pooled Least Squares

Date: 09/15/10 Time: 00:43

Sample: 1995 2008

Included observations: 14

Cross-sections included: 3

Total pool (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PAD? 0.018648 0.009721 1.918343 0.0626

POPRATE? -2.632573 1.087076 -2.421702 0.0203

SMAPT? 1.826233 0.158338 11.53379 0.0000

DOTDA? 976363.3 321101.0 3.040674 0.0043

R-squared 0.921273 Mean dependent var 3236690.

Adjusted R-squared 0.915058 S.D. dependent var 2606083.

S.E. of regression 759537.9 Akaike info criterion 30.00920

Sum squared resid 2.19E+13 Schwarz criterion 30.17469

Log likelihood -626.1932 Hannan-Quinn criter. 30.06986

Durbin-Watson stat 0.641315

Page 148: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

132

LAMPIRAN 3

OUTPUT FIXED EFFECT MODEL

PERIODE KESELURUHAN (1995-2008)

Dependent Variable: PDRB?

Method: Pooled Least Squares

Date: 09/15/10 Time: 00:43

Sample: 1995 2008

Included observations: 14

Cross-sections included: 3

Total pool (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 999870.8 518655.3 1.927814 0.0620

PAD? 0.015125 0.007503 2.015751 0.0516

POPRATE? -7.607050 1.213274 -6.269852 0.0000

SMAPT? 1.949714 0.323129 6.033851 0.0000

DOTDA? 727688.9 267913.3 2.716136 0.0102

Fixed Effects

(Cross)

_BDG--C 1537164.

_CNJR--C -1121650.

_SKBM--C -415514.3

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.961490 Mean dependent var 3236690.

Adjusted R-squared 0.954889 S.D. dependent var 2606083.

S.E. of regression 553517.6 Akaike info criterion 29.43699

Sum squared resid 1.07E+13 Schwarz criterion 29.72660

Log likelihood -611.1767 Hannan-Quinn criter. 29.54314

F-statistic 145.6435 Durbin-Watson stat 1.746349

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 149: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

133

LAMPIRAN IV

FIXED EFFECT MODEL

PERIODE SEBELUM OTONOMI DAERAH (1995-2000)

Dependent Variable: PDRB?

Method: Pooled Least Squares

Date: 09/15/10 Time: 02:29

Sample: 1995 2000

Included observations: 6

Cross-sections included: 3

Total pool (balanced) observations: 18

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2855146. 957705.1 2.981237 0.0115

PAD? -0.010346 0.016245 -0.636895 0.5362

POPRATE? -0.945376 1.945040 -0.486045 0.6357

SMAPT? 0.378137 0.713892 0.529683 0.6060

Fixed Effects

(Cross)

_BDG--C 3601406.

_CNJR--C -1261360.

_SKBM--C -2340046.

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.988600 Mean dependent var 3149102.

Adjusted R-squared 0.983851 S.D. dependent var 2887987.

S.E. of regression 367007.2 Akaike info criterion 28.72535

Sum squared resid 1.62E+12 Schwarz criterion 29.02214

Log likelihood -252.5282 Hannan-Quinn criter. 28.76628

F-statistic 208.1330 Durbin-Watson stat 2.414101

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 150: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21670/1/AYU... · analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional

134

LAMPIRAN V

FIXED EFFECT MODEL

PERIODE OTONOMI DAERAH (2001-2008)

Dependent Variable: PDRB?

Method: Pooled Least Squares

Date: 09/15/10 Time: 02:32

Sample: 2001 2008

Included observations: 8

Cross-sections included: 3

Total pool (balanced) observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1243381. 931917.4 -1.334218 0.1988

PAD? 0.011001 0.007547 1.457646 0.1622

POPRATE? -5.313933 2.069767 -2.567406 0.0194

SMAPT? 2.425561 0.376537 6.441757 0.0000

Fixed Effects

(Cross)

_BDG--C -422477.6

_CNJR--C -722609.6

_SKBM--C 1145087.

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.966203 Mean dependent var 3302382.

Adjusted R-squared 0.956815 S.D. dependent var 2435504.

S.E. of regression 506123.2 Akaike info criterion 29.31927

Sum squared resid 4.61E+12 Schwarz criterion 29.61378

Log likelihood -345.8312 Hannan-Quinn criter. 29.39740

F-statistic 102.9180 Durbin-Watson stat 2.107667

Prob(F-statistic) 0.000000