61
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA PEKERJA LAPANGAN PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN LAMPUNG (Skripsi) Oleh DUTA HAFSARI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT PADA PEKERJA LAPANGAN PT. BUKIT ASAM

(PERSERO) TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

DUTA HAFSARI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

i

ABSTRACT

ANALYSIS OF RISK FACTORS IN ACUTE RESPIRATORY

INFECTIONS OF FIELD WORKERS IN BUKIT ASAM COMPANY LTD.

TARAHAN PORT UNIT LAMPUNG

By

DUTA HAFSARI

Background: Acute respiratory infection is one of the occupational diseases that

occur in industry Coal one of them is Bukit Asam Company Ltd. Tarahan Unit

Port, Lampung. The purpose of this study was to analyze the risk factors for acute

respiratory infection include age, length of employment, nutritional status,

smoking and exposure to dust in the field workers of Bukit Asam Ltd. Tarahan

port Unit,Lampung.

Methods: The design study is observational analytic with cross sectional

approach. The research was conducted at Bukit Asam Company Ltd. Tarahan Port

Unit, Lampung from November 2015 to January 2016, with a sample of field

workers are all 114 employees of Bukit Asam Company, Tarahan Unit,

Lampung . Analysis of the data used is logistic regression.

Results: The concentration of dust in the Bukit Asam Company Ltd. Tarahan Unit

Port, Lampung below the threshold value. Of the 114 respondents, 26.3% had

acute respiratory infections. There is a relationship between age, years of service

and smoking with acute respiratory infection (p value was <0.05).

Conclusions: Work period, age and the smoke is a risk factors ARI in the field

workers of Bukit Asam Company Ltd. Tarahan Port Unit, Lampung.

Keywords: Coal, dust, respiratory infections, occupational diseases

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

ii

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT PADA PEKERJA LAPANGAN DI PT BUKIT

ASAM (PERSERO) TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN LAMPUNG

Oleh

DUTA HAFSARI

Latar Belakang: Infeksi saluran pernapasan akut merupakan salah satu penyakit

akibat kerja yang terjadi di industri Batu Bara salah satunya adalah PT. Bukit

Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis faktor-faktor resiko infeksi saluran pernapasan akut

diantaranya adalah usia, masa kerja, status gizi, merokok dan paparan debu pada

pekerja lapangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan

Lampung.

Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bukit

Asam (Persero) Tbk Tarahan Lampung pada bulan November sampai Januari

2016, dengan jumlah sampel adalah seluruh karyawan pekerja lapangan PT. Bukit

Asam (Persero) Tbk Tarahan Lampung sejumlah 114 orang. Analisis data yang

digunakan yaitu regresi logistik.

Hasil Penelitian: Konsentrasi debu di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit

pelabuhan Tarahan Lampung dibawah nilai ambang batas. Dari 114 responden,

26,3% mengalami infeksi saluran pernapasan akut. Terdapat hubungan antara

usia, masa kerja dan merokok dengan kejadian ISPA (p value adalah <0,05).

Kesimpulan: Masa kerja, usia dan merokok merupakan faktor resiko ISPA pada

pekerja lapangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan

Lampung.

Kata kunci : Batu bara, debu, ISPA, penyakit akibat kerja

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT PADA PEKERJA LAPANGAN PT. BUKIT ASAM

(PERSERO) TBK UNIT PELABUHAN TARAHAN LAMPUNG

Oleh

DUTA HAFSARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2016

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama
Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama
Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama
Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 02 April 1994, sebagai anak

ketiga dari empat bersaudara, dari Bapak Mohd. Yuriza Cholid, SH dan Ibu Dra.

Sistiwati, M.Pd. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Bakti 2

Arrusydah pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Rawa

Laut Bandar Lampung tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

diselesaikan di SMPN 23 Bandar Lampung tahun 2009, dan Sekolah Menengah

Atas (SMA) diselesaikan di MAN 1 Bandar Lampung pada tahun 2012.

Tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Selama menjadi

mahasiswa, pernah aktif sebagai anggota pada organisasi Gen-C pada tahun 2012.

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

Skipsi ini saya persembahkan untuk

Bapak, Mama dan semua keluarga

besar

Terimakasih untuk semua doa dan dukungan yang

telah diberikan selama ini, terimakasih telah

mendengarkan semua keluh kesah dan tidak lelah

memberikan nasihat-nasihat yang membangun :)

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

SANWACANA

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Resiko Infeksi Saluran Pernapasan

Akut Pada Pekerja Lapangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan

Tarahan Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S. Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas

bimbingan, saran, kritik dan kasih sayang dalam penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Ermin Rachmawati, S.Ked., M.Biomed., selaku Pembimbing Kedua atas

bimbingan, saran dan kesabaran, serta motivasi dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

iii

5. dr. Hernowo AW, S.Ked., M.Kes., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi

atas masukan, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan;

6. dr. Hanna Mutiara, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing Akademik atas

bantuan, dukungan dan motivasi dalam pembelajaran di Fakultas Kedokteran;

7. Seluruh Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk

menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

8. Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai yang

turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini;

9. Isntitusi (PT.Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan) yang telah

membantu dan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan penyusunan

skripsi ini;

10. Bapak Mohd. Yuriza Cholid dan mama Sistiwati yang selalu mendoakan,

memberi kasih sayang, semangat, serta nasihat-nasihat yang membangun;

11. Kakak-kakak dan adik saya (Rizkya Iqlima, Emir Gahara dan Lutfi dikara),

yang menjadi motivasi untuk selalu semangat dan berjuang dalam

menyelesaikan skripsi ini;

12. Gentry Sunstrarrise atas kesabaran, motivasi dan yang selalu menghibur saat

lelah selama penulisan skripsi ini;

13. Sahabat-sahabat saya BNG (Lala, Arista, Winda, Erin, Rani, Hani) yang

selalu menjadi penghibur dalam kegundahan selama berada di FK unila;

14. Sahabat-sahabat saya STUPOR (Nana, Mayang, Ine, Talytha, Rana, Sefira,

Rio, Eki, Kautsar, Galih, Amri, Leon, Asoly, Hari, Andrian dan Abet) yang

telah memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini;

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

iv

15. Silvi dan Yesti , teman berjuang saat penelitian, terimakasih untuk semangat,

motivasi dalam penulisan skripsi ini;

16. Kak Dzikri Fishofa dan kak Muhamad Ibnu Sina yang telah memotivasi dan

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini;

17. Keluarga KKN Desa Tengor (Fida, Dian, Edrian, Nur dan Rian) yang telah

memotivasi untuk menjadi lebih baik dan membantu menyelesaikan skripsi

ini;

18. Sahabat-sahabat SMA dan semua anak SCAFT yang selalu memberi

semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini;

19. Teman-teman angkatan 2012, terimakasih untuk semangat dan kerjasamanya

selama menimba ilmu di FK Unila.

20. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (2002-2015) atas kebersamaan serta

keceriaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Sedikit harapan dari penulis adalah semoga skripsi yang sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2016

Penulis,

Duta Hafsari

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

iii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ....................................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................ 5

1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Akibat Kerja ..................................................................... 7

2.2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut .................................................... 8

2.2.1 Definisi ............................................................................. 8

2.2.2 Penyebab ........................................................................... 9

2.2.3 Faktor Resiko .................................................................... 9

2.2.4 Klasifikasi ......................................................................... 13

2.2.5 Gejala ................................................................................ 13

2.2.6 Cara Penularan .................................................................. 14

2.2.7 Pengobatan ........................................................................ 14

2.3 Debu ........................................................................................... 15

2.3.1 Kadar Debu Total .............................................................. 15

2.3.2 Nilai Ambang Batas (NAB) .............................................. 16

2.3.3 Pengukuran Kadar Debu ................................................... 17

2.4 Batu Bara ........................................................................................ 17

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

iv

2.4.1 Definisi .............................................................................. 17

2.4.2 Abu Batu Bara ................................................................... 18

2.4.3 Dampak Penggunaan Batu Bara Terhadap Lingkungan ... 19

2.4.4 Dampak Abu Terbang Terhadap Lingkungan .................. 21

2.5 Pajanan Debu................................................................................... 22

2.8 Hipotesis .......................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 25

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 25

3.2.1 Waktu Penelitian ............................................................... 25

3.2.2 Tempat Penelitian ............................................................. 25

3.3. Variabel Penelitian .......................................................................... 26

3.3.1 Variabel Terikat ................................................................ 26

3.3.2 Variabel Bebas .................................................................. 26

3.4 Populasi dan Sampel ....................................................................... 26

3.4.1 Populasi peneliian ............................................................. 26

3.4.2 Sampel Penelitian .............................................................. 26

3.4.3 Kriteria Inklusi .................................................................. 27

3.4.4 Keriteria Eksklusi .............................................................. 28

3.6 Instrumen Penelitian, Tata Cara Pengukuran Parameter Dan Cara

Pengumpulan Data .......................................................................... 30

3.6.1 Instrumen Penelitian ......................................................... 30

3.6.2 Tata Cara Pengukuran Parameter ...................................... 31

3.6.2.1 Pengukuran Paparan Debu ................................ 31

3.6.2.2 Pengukuran Parameter ISPA ............................. 33

3.6.3 Cara Pengumpulan Data.................................................... 33

3.7 Pengolahan dan analisis data ........................................................... 35

3.7.1 Pengolahan data ................................................................ 35

3.7.2 Analisis Data ..................................................................... 37

3.8 Etika Penelitian ................................................................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 40

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................. 40

4.1.2 Analisis Univariat .............................................................. 41

4.1.2.1 Distribusi Frekuensi ISPA, Paparan Debu, Masa

Kerja, Status Gizi dan Merokok ......................... 41

4.1.3 Analisis Bivariat ................................................................ 44

4. 1.4 Analisis Multivariat .......................................................... 50

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 51

4.2.1 Analisis Univariat .............................................................. 52

4.2.1.1 Distribusi frekuensi ISPA ................................... 52

4.2.1.2 Distribusi frekuensi Usia .................................... 52

4.2.1.3 Distribusi frekuensi Paparan Debu ..................... 53

4.2.1.4 Distribusi frekuensi masa kerja .......................... 53

4.2.1.5 Distribusi frekuensi status gizi............................ 54

4.2.1.6 Distribusi frekuensi merokok ............................. 54

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

v

4.2.2 Analisis Bivariat ................................................................ 54

4.2.2.1 Perbandingan Usia Responden dengan Kejadian

ISPA .................................................................... 54

4.2.2.2 Perbandingan Masa Kerja Responden dengan

Kejadian ISPA .................................................... 56

4.2.2.3 Perbandingan Status Gizi Responden dengan

Kejadian ISPA .................................................... 56

4.2.2.4 Perbandingan Merokok dengan Kejadian ISPA . 57

4.2.2.5 Perbandingan Paparan Debu dengan Kejadian

ISPA .................................................................... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 61

5.2 Saran ................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional ............................................................................... 28

2. Distribusi Frekuensi ISPA Pekerja Lapangan ....................................... 41

3. Distribusi Frekuensi Usia Pekerja Lapangan ......................................... 41

4. Distribusi Frekuensi Paparan Debu Pekerja Lapangan .......................... 42

5. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Lapangan .............................. 43

6. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pekerja Lapangan ............................... 43

7. Distribusi Frekuensi Merokok Pekerja Lapangan .................................. 44

8. Hubungan Usia Responden dengan Kejadian ISPA .............................. 45

9. Hubungan Masa Kerja Responden dengan Kejadian ISPA ................... 46

10. Hubungan Status Gizi Responden dengan Kejadian ISPA .................... 47

11. Hubungan Merokok Responden dengan Kejadian ISPA ....................... 48

12. Hubungan Paparan Debu dengan Kejadian ISPA .................................. 49

13. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik ........................................... 50

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

vii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Kerangka Teori ....................................................................................... 23

2. Kerangka Konsep ................................................................................... 24

3. Bagan Alur Penelitian ............................................................................ 35

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat suatu

pekerjaan seseorang. Penyebab penyakit ini bisa disebabkan oleh

tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe

condition). Unsafe act adalah suatu tindakan seseorang yang

menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan

bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan Unsafe condition

adalah semua kondisi yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain,

peralatan maupun lingkungan yang ada disekitarnya. Menurut Budiono

bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan oleh unsafe act dan 4%

disebabkan oleh unsafe condition (Budiono, 2008).

Badan dunia International Labour Organization (ILO) mengemukakan

penyebab kematian yang diakibatkan oleh pekerjaan adalah penyakit

kanker sebesar 34%, kecelakaan kerja 25%, penyakit saluran pernapasan

21%, penyakit kardiovaskuler 15%, dan 5% disebabkan oleh faktor lain

(Hutama, 2013).

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

2

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

yang utama dibuktikan dengan prevalensi ISPA di Indonesia sebanyak

25,5% (rentang: 17,5% - 41,4%) dengan 16 provinsi di antaranya

mempunyai prevalensi di atas angka nasional dan pneumonia sebanyak

2,1% (rentang: 0,8% - 5,6%) (Riskesdas, 2007).

Infeksi saluran pernapasan akut adalah radang akut saluran pernapasan

atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau

bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru

(Trisnawati & Juwarni, 2012). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

risiko seseorang terkena ISPA, yaitu faktor lingkungan, karakteristik

individu dan prilaku pekerja. Faktor lingkungan meliputi pencemaran

udara (asap rokok, polusi udara akibat hasil industri dan asap hasil

pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang

tinngi). Faktor individu seperti umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan juga dapat mempengaruhi risiko kerentana terkena ISPA.

Perilaku pekerja meliputi merokok dan penggunaan masker (Sormin,

2012).

Paparan debu dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun

kronis. Partikel debu yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan

akut salah satu nya adalah hasil industri yang dapat mencemari udara

seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun,

debu pada penggilingan padi (debu organik) dan lain-lain. Berbagai

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

3

faktor berpengaruh terhadap timbulnya penyakit atau gangguan pada

saluran napas akibat debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang

meliputi partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi serta

lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru,

anatomi dan fisiologi saluran pernapasan (Cahyana et al., 2012).

Potensi bahaya yang ada di PT. Batu bara yaitu paparan debu, bahaya gas

beracun, kebisingan, kontaminasi bahan kimia, tumpahan bahan kimia

dan bahaya kecelakaan lalu lintas tambang. Beberapa pengendalian

potensi bahaya telah diterapkan, namun belum efektif dilaksanakan,

karena pengukuran faktor bahaya belum dilakukan (tidak memenuhi

perundangan), pemakaian APD yang belum tertib dan masih terjadinya

near miss lalu lintas tambang (Sari, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vitasasmiari (2013)

didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh kadar debu batu bara terhadap

ISPA dengan kadar debu sebesar 2,2 mg/m3 pada unit kerja boiler dan

0,9mg/m3 pada unit kerja filling. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Sholihah dkk (2008) didapatkan hasil bahwa terjadi gangguan

pernapasan yang dialami oleh pekerja lapangan PT. Kalimantan Prima

Persada pada pengukuran kadar debu sebesar 2,19 mg/m3. Penelitian

serupa dilakukan oleh Rahayu (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kadar debu batu bara dengan gangguan

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

4

fungsi paru yang dialami oleh pekerja di lokasi Coal Yard PLTU X

Jepara dengan hasil pengukuran kadar debu sebesar 2,1 mg/m3.

Berdasarkan dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai analisis faktor-faktor resiko (paparan debu, usia,

masa kerja, status gizi dan merokok) terhadap kejadian infeksi saluran

pernapasan akut pada pekerja lapangan di PT Bukit Asam (Persero) Tbk

unit pelabuhan Tarahan Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Adakah hubungan faktor-

faktor resiko terhadap ISPA pada pekerja lapangan PT Bukit Asam

(Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan

kejadian ISPA pada pekerja lapangan PT. Bukit Asam Tarahan. PT

Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

5

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada

pekerja lapangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan

Tarahan Lampung..

b. Untuk mengetahui gambaran paparan debu, usia, status gizi,

masa kerja dan merokok pada pekerja lapangan PT Bukit Asam

(Persero) Tbk unit pelabuhan.

c. Untuk mengetahui hubungan paparan debu, usia, status gizi,

masa kerja dan merokok dengan ISPA pada pekerja lapangan

PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan.

d. Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan

ISPA pada pekerja lapangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit

pelabuhan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Dapat membuktikan teori bahwa lingkungan kerja pekerja lapangan

di PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung

berhubungan dengan tingkat kejadian ISPA.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

6

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi praktisi kesehatan

Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dan

masukan dalam meningkatkan keterampilan serta pengetahuan

tentang ISPA.

b. Bagi industri batubara

Dapat memberikan informasi tambahan faktor-faktor resiko

yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA dan bahaya paparan

debu di lingkungan kerja.

c. Bagi penelitian selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang diderita karyawan dalam

hubungan dengan kerja baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja,

peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja dan hasil

produksi. Kecelakaan dan penyakit di tempat kerja seringkali terjadi karena

beberapa penyebab, diantaranya faktor-faktor cara mengatur tempat kerja,

fisik dan manusia. Risiko-risiko ini dapat diklasifikasikan dengan beberapa

cara, seperti:

1. Menurut jenis umum, misalnya:

Risiko yang berhubungan dengan mesin

Risiko yang berhubungan dengan bahan kimia yang berbahaya

Risiko-risiko yang berhubungan dengan sosial kejiwaan

2. Menurut kerusakan yang dihasilkan, misalnya:

Kerusakan pada pendengaran akibat tingkat kebisingan yang

tinggi

Luka-luka karena menjalankan mesin yang berbahaya

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

8

Penyakit pada anggota badan bagian atas akibat ketegangan

yang terus-menerus

Beberapa industri dapat mengakibatkan bermacam-macam risiko. Misalnya,

dalam pertambangan, para pekerja mungkin menjalankan peralatan bergerak

cepat yang ada dalam lingkungan kerja yang kurang terang pencahayaannya,

mereka mungkin sering berada dalam lingkungan yang mengandung debu

yang berbahaya dan uap, dan ada kemungkinan menghadapi risiko ledakan

atau kebakaran secara tiba-tiba (ILO, 2008).

2.2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut

2.2.1 Definisi

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran

pernapasan akut yang meliputi saluran pernapasan bagian atas seperti

rhinitis, faringitis, dan otitis serta saluran pernapasan bagian bawah

seperti laryngitis, bronkhitis, bronkhiolitis dan pneumonia, yang dapat

berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk

menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Saluran pernapasan

terdiri dari organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta sinus,

ruang telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2005).

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan

gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit gejala bisa

menjadi lebih berat bahkan bisa sampai gagal pernapasan. Bila sudah

dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

9

lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu

diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah

berat harus segera mendapat pertolongan agar tidak jatuh dalam

kegagalan pernapasan (Depkes RI, 2005).

2.2.2 Penyebab

Infeksi Saluran Pernapasan Atas disebabkan oleh beberapa golongan

kuman yaitu bakteri, virus, dan ricketsia yang jumlahnya lebih dari

300 jenis. Pada ISPA atas 90-95% penyebabnya adalah virus. Bakteri

penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, haemofilus,

pnemokokus, bordetella dan korimebakterium, sedangkan virus

penyebab ISPA antara lain yaitu mikrovirus, adenovirus, koronavirus,

mikroplasma dan herpesvirus (Salsila, 2012).

2.2.3 Faktor resiko

Faktor utama adalah karena adanya polusi, kondisi lingkungan yang

buruk dan lainnya, yaitu:

1. Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota

keluarga), kelembaban, kebersihan, musim, temperatur.

2. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah

pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin,

akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang

isolasi).

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

10

3. karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor

virulensi dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran inokulum) (WHO,

2007).

Beberapa faktor lainnya yaitu usia, jenis kelamin, perilaku merokok,

masa kerja, lama pajanan dan penggunaan masker.

1. Usia

Semakin bertambah usia seseorang maka akan terjadi degenerasi

otot-otot pernapasan dan elastisitas jaringan menurun. Sehingga

kekuatan otot-otot pernapasan dalam menghirup oksigen menjadi

menurun. Kemudian karena faktor umur yang bertambah maka

semakin banyak alveoli yang rusak dan daya tahan tubuh semakin

rendah. Karena itu seseorang rentan terkena ISPA. Kemudian

pajanan debu yang terkumpul di paru-paru juga dapat

mempengaruhi ISPA pada seseorang dengan umur lebih tua

(Noor,2008).

2. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin merupakan salah satu variabel deskriptif yang

dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian pada pria dan

wanita. Perbedaan insiden penyakit menurut jenis kelamin dapat

timbul karena bentuk anatomis, fisiologis dan sistem hormonal

yang berbeda (Noor,2008).

3. Perilaku merokok

Merokok pada dewasa dapat menimbulkan berbagai gangguan

sistem pernapasan seperti kanker paru, gejala iritan akut, asma,

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

11

gejala pernapasan kronik dan infeksi pernapasan. Asap rokok

merupakan zat iritan yang dapat menyebabkan infeksi pada

saluran pernapasan. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan

risiko terjadinya ISPA sebanyak 2,2 kali (Noor, 2008).

4. Masa Kerja

Semakin lama manusia terpapar debu di tempat kerja yang bisa

dilihat dari lama bekerja maka debu kemungkinan besar akan

tertimbun di paru-paru. Hal ini merupakan hasil akumulasi dari

inhalasi selama bekerja. Lama bekerja bertahun-tahun dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan

yang sering (Basti, 2014).

5. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel

tertentu. Status gizi buruk akan menyebabkan daya tahan

tubuh seseorang akan menurun, sehingga dengan menurunnya

daya tahan tubuh, seseorangakan mudah terinfeksi oleh mikroba.

Berkaitan dengan infeksi saluran nafas apabila terjadi secara

berulang- ulang dan disertai batuk berdahak, akan dapat

menyebabkan terjadinya bronkitis kronis. Salah satu akibat

kekurangan gizi dapat menurunkan imunitas dan anti bodi

sehingga seseorang mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek,

diare dan berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

12

detoksifikasi terhadap benda asing seperti debu yang masuk ke

dalam tubuh (Supariasa, 2002).

Status gizi ini dapat dihitung salah satunya dengan menggunakan

IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan rumus (Pikih, 2014):

IMT = Berat badan (kg)

(Tinggi badan (m))²

Kategori berdasarkan Depkes (2003) :

a. Kurus sekali : < 17

b. Kurus : 17 – 18,4

c. Normal : 18,5 – 25

d. Gemuk : 25 – 27

e. Gemuk sekali : > 27.

6. Lama Pajanan

Lama pajanan debu berisiko mempengaruhi keparahan gangguan

pernapasan yang diderita oleh pekerja, karena semakin lama

paparan maka debu yang menumpuk semakin banyak. Pekerja

yang mengalami lama pajanan debu >8 jam mengalami ISPA lebih

tinggi (Basti, 2014).

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

13

2.2.4 Klasifikasi

Menurut Depkes RI tahun 2005, klasifikasi dari ISPA adalah :

1. ISPA ringan

Meliputi batuk tanpa pernapasan cepat / kurang dari 40 kali / menit,

hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telinga berair.

2. ISPA sedang

Meliputi batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga

merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis

purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan

(adentis servikal).

3. ISPA berat

Meliputi batuk dengan napas berat, cepat dan stridor, membran

keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus,

sianosis dan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah

bawah ke dalam (Depkes RI, 2005).

2.2.5 Gejala

ISPA pada umumnya adalah infeksi bakteri pada berbagai area dalam

saluran pernapasan, termasuk hidung, telinga tengah, pharynx, larynx,

trakea, bronkus dan paru. Gejalanya dapat bervariasi, antara lain

meliputi batuk, sesak napas, tenggorokan kering dan hidung

tersumbat. Dikatakan ISPA ringan yaitu bila didapat satu atau lebih

gejala batuk, pilek, suara serak dan demam. Pada ISPA sedang

terdapat gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih tanda dan gejala

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

14

berupa frekuensi pernapasan lebih dari 50/menit, wheezing, suhu 39oC

atau lebih. Kategori ISPA berat yakni bila terdapat gejala ISPA ringan

atau sedang ditambah satu atau lebih gejala berupa retraksi sela iga

dan fossa suprasternal waktu inspirasi, stridor, sianosis, napas cuping

hidung, kejang, dehidrasi, kesadaran menurun, terdapat membran

difteri (Rudianto, 2013).

2.2.6 Cara Penularan

ISPA ditularkan melalui kontak langsung ataupun dari partikel virus

atau bakteri yang terhirup. ISPA tersebar melalui sekresi ketika

seseorang yang mengidap penyakit tersebut batuk, bersin ataupun

membuang dahak di tangannya, setelah mengusap mata, hidung atau

mulut. Sekresi atau droplet secara keseluruhan berkurang

efektivitasnya saat di udara, tapi masih dapat terinfeksi selama

beberapa jam atau beberapa hari. Partikel yang tersebar dapat secara

langsung menempel pada permukaan membran mukosa orang yang

tertular atau dapat menetap pada kulit, bahan nilon, permukaan

stainless steel dan mika (Kang et al., 2003).

2.2.7 Pengobatan

Pada penyakit ISPA yang disebabkan oleh virus tidak perlu diterapi

dengan antibiotik, karena dapat mengakibatkan resistensi. Terapi pada

ISPA bersifat simptomatik yaitu istirahat total yang dapat membantu

kesembuhan dan meminimalisir transmisi virus, selain itu banyak

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

15

mengkonsumsi air dapat membantu mencegah dehidrasi pada demam

ringan. Dekongestan seperti pseudoefedrin digunakan untuk

mengurangi sekret nasal dan radang pada sinus. Dekongestan

digunakan tidak lebih dari 3-4 hari untuk mencegah gejala rebound.

Dextromethorphan, codeine, atau terpin hydrate dapat mengurangi

batuk. Aspirin, acetaminophen, atau anti-inflamasi seperti ibuprofen

dapat menghilangkan nyeri. Aspirin tidak harus digunakan pada anak

dibawah 18 tahun karena meningkatkan reye syndrom. Inhalasi seperti

cromolyn insodium atau ipratropium dapat digunakan untuk

mengurangi gejala pada ISPA (Hirschmann, 2002).

2.3 Debu

Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang

melayang di udara dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.

Dalam kasus pencemaran udara baik di dalam maupun diluar gedung debu

sering dijadikan salah satu indikator pencemaran. Digunakan untuk

menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap

kesehatan dan keselamatan kerja.

2.3.1 Kadar Debu Total

Dalam Environmental Protection Department (EPG, 2006) disebutkan

kadar debu total atau juga dikenal sebagai partikulat tersuspensi total

(TSP) mengacu pada semua partikel di atmosfer. Kadar debu total

merupakan partikel udara yang memiliki diameter kurang dari 100

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

16

µm. Diantara debu total termasuk partikel yang dapat terhisap oleh

sistem pernapasan. Partikel ini merupakan partikel di atmosfer yang

memiliki ukuran sama dengan atau bahkan kuran dari 10 µm.

2.3.2 Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai Ambang Batas (NAB) Kadar Debu Nilai ambang batas (NAB)

adalah standard faktor-faktor lingkungan kerja yang dianjurkan di

tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan

sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu (Permenakertrans RI No.13 tahun 2011). Untuk partikel

debu telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika dan Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah bahwa

NAB kadar debu tidak boleh melebihi 3,0 mg/m3. NAB dari debu-

debu yang hanya mengganggu kenikmatan kerja adalah 10mg/m3.

NAB konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur juga

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan

lingkungan kerja perkantoran dan industri, sebesar 10mg/m3 untuk

waktu pengukuran rata-rata 8 jam.

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

17

2.3.3 Pengukuran Kadar Debu

Debu di Udara Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk

mengetahui apakah kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada

konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan

sehat bagi pekerja.

Alat-alat yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel debu total

(TSP) di udara seperti:

1. High Volume Sampler

2. Middle Volume Sampler

3. Low Volume Sampler

2.4 Batubara

2.4.1 Definisi

Batubara merupakan suatu jenis mineral yang tersusun atas karbon,

hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan senyawa- senyawa mineral.

Batubara digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk

menghasilkan listrik. Pada pembakaran batubara, terutama pada

batubara yang mengandung kadar sulfur yang tinggi, menghasilkan

polutan udara, seperti sulfur dioksida, yang dapat menyebabkan

terjadinya hujan asam. Karbon dioksida yang terbentuk pada saat

pembakaran berdampak negatif pada lingkungan (Achmad, 2004).

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

18

2.4.2 Abu Batubara

Abu batubara yang digunakan adalah hasil dari pembakaran batubara

yang merupakan fraksi yang halus dimana partikelnya lolos saringan

No. 200 standard ASTM (America Society for Testing and Material).

Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada

Boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus

amorf dan bersifat pozzolan, berarti abu tersebut dapat bereaksi

dengan kapur pada suhu kamar dengan media air berbentuk senyawa

yang bersifat mengikat. Secara kimia abu batubara merupakan mineral

alumino silikat yang banyak mengandung unsur-unsur Ca, K, dan Na

disamping juga mengandung sejumlah kecil unsur C dan N. Bahan

nutrisi lain dalam abu batubara yang diperlukan dalam tanah

diantaranya ialah B, P dan unsur-unsur kelumit seperti Cu, Zn, Mn,

Mo dan Se. Abu batubara sendiri dapat bersifat sangat asam (pH 3-4)

tetapi pada umumnya bersifat basa (pH 10-12), selain itu abu batubara

tersusun dari partikel berukuran silt yang mempunyai karakteristik

kapasitas pengikat air dari sedang sampai tinggi (Arifin, 2009).

Abu batubara merupakan limbah dari proses pembakaran bahan bakar

batubara yang dapat berupa abu terbang, abu dasar, dan lumpur flue

gas desulfurization. Abu terbang (fly ash) adalah produk dari

pembakaran batubara di boiler yang dipisahkan dari exhaust gases

dengan cyclon, electrostatic precipitators, bag houses, atau sistem

scrubber. Abu dasar (bottom ash) adalah aglomerasi partikel abu yang

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

19

terbentuk di tungku batubara yang terlalu berat untuk terbawa gas

buang. Bottom ash biasanya menempel di dinding furnace atau jatuh

ke ash hopper di dasar furnace. Fly ash sebagian besar dihasilkan dari

boiler tungku jenis pulverized untuk PLTU sedangkan bottom ash

lebih banyak dihasilkan oleh boiler tungku chain grate yang banyak

digunakan oleh industri menengah seperti tekstil dan kertas. Jumlah

abu batubara diperkirakan sekitar 10% dari batubara yang digunakan.

2.4.3 Dampak penggunaan batubara terhadap lingkungan

Konsumsi energi global meningkatkan sejumlah masalah lingkungan

hidup. Untuk batu bara, timbulnya polutan, seperti oksida belerang

dan nitrogen (SOx dan NOx), serta partikel dan unsur penelusuran,

seperti merkuri, merupakan suatu masalah. Teknologi telah

dikembangkan dan dikerahkan untuk menekan emisi-emisi tersebut.

Masalah yang paling baru adalah emisi karbon dioksida (CO2).

Lepasanya CO2 ke atmosfer dari kegiatan manusia seringkali disebut

emisi antropogenik memiliki keterkaitan dengan pemanasan global.

Pembakaran bahan bakar fosil adalah sumber utama dari emisi

antropogenik di seluruh dunia. Sementara penggunaan minyak dalam

sektor transportasi merupakan sumber utama dari emisi CO2 yang

terkait dengan energi, Batu bara juga merupakan sumber yang

penting. Akibatnya, industri telah melakukan penelitian dan

pengembangan opsi teknologi untuk memenuhi maslah lingkungan

hidup baru ini. Emisi partikel-partikel halus, seperti abu, telah menjadi

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

20

salah satu efek sampingan yang lebih nyata dari pembakaran batu bara

di masa lalu. Partikel-partikel halus dapat mempengaruhi pandangan,

menyebabkan masalah debu dan mempengaruhi sistem pernafasan

(WCI, 2009).

Selama proses pembakaran, bagian batubara yang mudah menguap

akan berbentuk gas di dalam boiler dan mengumpul dalam partikel

aerosol. Suhu pembakaran dalam boiler merupakan salah satu

parameter yang penting dalam memengaruhi jumlah logam yang

terbebaskan. Makin tinggi suhu dalam boiler, makin banyak logam

yang terbebaskan. Sistem filter juga dipergunakan dalam mengurangi

emisi logam ke udara, yaitu dengan menggunakan electrostatic

precipitator ( ESP ) dan scrubber basah yang dipasang pada buangan

asap pembangkitlistrik tenaga batubara ( Darmono, 2001).

Sulfur oksida ( SOx) dan nitrogen oksida ( NOx) hasil pembakaran

batubara dan bahan bakar fosil lainnya yang terdapat di udara akan

bereaksi dengan molekul – molekul uap di atmosfir membentuk asam

sulfat ( H2SO4) dan asam nitrat ( HNO3) yang selanjutnya akan turun

ke permukaan bumi bersama – sama dengan air hujan, yang dikenal

dengan hujan asam. Hujan asam dapat mengakibatkan rusaknya

bangunan dan berkaratnya benda- benda yang terbuat dari logam,

selain itu hujan asam juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan

terutama pengasaman ( acidification ) danau dan sungai, pH dibawah

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

21

4.5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup. Asam di air akan

menghambat produksi enzim dari larva ikan untuk keluar dari

telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperti aluminium di

danau. Aluminium akan menyebabkan produksi lender yang

berlebihan pada insang sehingga ikan sulit bernapas (Achmad, 2004).

Pembakaran batubara akan menghasilkan abu terbang (fly ash) dan

abu dasar (bottom ash). Jumlah abu terbang yang dihasilkan lebih

banyak ( 80% dari total sisa abu pembakaran batubara), butiran abu

terbang jauh lebih kecil (200 Mesh) dan lebih berpotensi

menimbulkan pencemaran udara, sedangkan abu dasar masih

mempunyai nilai kalori sehingga masih dapat dimanfaatkan kembali

sebagai bahan bakar ( Munir, 2008).

2.4.4 Dampak abu terbang terhadap lingkungan

Sisa hasil pembakaran batubara menghasilkan abu terbang dan abu

dasar. Persentase abu yang dihasilkan adalah abu terbang (80-90%)

dan abu dasar (10-20%). Butiran abu terbang jauh lebih kecil daripada

abu dasar, sehingga lebih berpotensi menimbulkan pencemaran udara,

sedangkan abu dasar masih mempunyai nilai kalori, sehingga masih

dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999 dan

Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999, abu batubara

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

22

diklasifikasikan sebagai limbah B-3 sehingga penanganannya harus

memenuhi kaidah - kaidah tersebut. Penanganan yang

direkomendasikan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 dan

Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999 adalah solidifikasi dimana

dengan proses tersebut limbah B-3 dalam abu batubara dapat menjadi

stabil dan dapat dimanfaatkan sebagai produk yang aman bagi

kesehatan dan lingkungan.

2.5 Pajanan Debu

Penambangan batubara banyak menimbulkan masalah kesehatan. Masalah

yang cukup mengemuka sementara ini terutama berkenaan dengan debu

batubara yang berterbangan. Debu batubara mengandung bahan kimiawi

yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit paru-paru. Penyakit tersebut

muncul bila masyarakat yang berada di lokasi tambang batubara, atau di

kawasan lalu-lintas pengangkutan batubara, menghirup debu batubara secara

terus menerus, dan yang paling beresiko adalah pekerja penambangan

batubara itu sendiri. Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai

kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila

terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang

berukuran antara 3-5 mikron akan tertahan dan tertimbun pada saluran

pernapasan tengah. Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikon disebut debu

respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun

mulai dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya

kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu yang

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

23

ukurannya antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar

masuk alveoli. Debu yang membentur alveoli akan tertimbun di alveoli

tersebut (Sholihah et al., 2008).

2.6 Kerangka Teori

Ket : = diteliti

Bagan 1. Kerangka Teori (Sormin, 2012; Basti, 2014) dengan modifikasi.

Infeksi saluran

pernafasan akut

Saluran napas

Penyakit akibat

kerja

Faktor lainnya:

Umur

Jenis kelamin

Prilaku merokok

Masa kerja

Status gizi

Faktor lingkungan:

Pencemaran asap rokok

Paparan debu

Pencemaran asap bahan

bakar

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

24

2.7 Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Bagan 2. Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah

H0: Tidak terdapat hubungan antara paparan debu, masa kerja,

usia, status gizi dan merokok dengan kejadian infeksi saluran

pernafasan akut pada pekerja lapangan di PT. Bukit Asam.Tarahan.

Ha: Terdapat hubungan antara paparan debu, masa kerja, usia,

status gizi dan merokok dengan kejadian infeksi saluran pernafasan

akut pada pekerja lapangan di PT.Bukit Asam Tarahan.

Kejadian ISPA

Jumlah Paparan

Debu

Kebiasaan merokok

Masa Kerja

Status gizi

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan paparan debu

terhadap kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada pekerja lapangan,

mengumpulkan data-data mengenai umur, jenis kelamin, masa kerja, dan

riwayat merokok. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor

resiko infeksi saluran pernapasan akut pada pekerja lapangan dari suatu

populasi pada satu waktu tertentu.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai

Januari 2016.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

Tarahan, Bandar Lampung, Lampung.

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

26

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah

akibat perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada pekerja

lapangan.

3.3.2 Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang apabila

berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah paparan debu di tempat kerja, usia

pekerja, kebiasaan merokok, status gizi dan masa kerja.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja lapangan PT.

Bukit Asam (Persero) Tbk Bandar Lampung yang berjumlah 160

orang.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sebagai sampel penelitian diambil dari sebagian populasi, jumlah

sampel yang diuji dihitung dengan menggunakan rumus dari Sevilla

et al yaitu rumus slovin dan menggunakan bantuan kalkulator.

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

27

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan :

n = besar sampel (sample size)

N = besar populasi

e = taraf kesalahan (error) sebesar 0,05

Sehingga didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:

pekerja

Jumlah sampel dibulatkan menjadi 114 orang untuk mengantisipasi

apabila ada responden yang tidak bisa menjadi sampel. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan Consecutive Sampling.

3.4.3 Kriteria Inklusi

Sampel penelitian sebanyak 114 responden adalah sebagian dari

populasi yang ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Pekerja PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Unit

Pelabuhan Tarahan

b. Bersedia mengikuti penelitian.

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

28

c. Menandatangani surat persetujuan (informed consent) penelitian.

d. Melakukan Medical Check Up.

3.4.4 Kriteria eksklusi

Sampel penelitian sebanyak 114 responden adalah sebagian dari

populasi yang apabila terdapat kriteria ekslusi tidak dapat menjadi

responden dalam penelitian ini. Kriteria ekslusi yang diajukan

adalah:

a. Pekerja tidak hadir saat dilakukan penelitian.

b. Pekerja yang mengundurkan diri

c. Sedang menderita penyakit pernapasan baik penyakit infeksi

maupun non-infeksi pada saat dilakukan penelitian.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel-variabel secara

operasional dan berlandaskan karakteristik yang di amati. Definisi

operasional yang terkait dalam penelitian ini :

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

29

Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Cara

Ukur

Skala Hasil Ukur

Paparan

debu

Konsentrasi partikel

debu yang dihirup

pekerja saat bekerja.

NAB berdasarkan

Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No.

PER

13/MEN/X/2011

tentang Nilai

Ambang Batas

Faktor Fisika dan

Kimia di Udara

Lingkungan Kerja

adalah bahwa NAB

kadar debu tidak

boleh melebihi 3,0

mg/m3.

Haz-Dust

Model

EPAM-

5000

Mengukur

kadar

debu total

pada 9

titik di

pabrik.

Nilai ukur

dinyatakan

dalam

Konsentra

si partikel

debu :

mg/m3

Ordinal 0. Kurang

dari NAB

(≤3mg/m

3)

1. Lebih

dari NAB

(>3

mg/m3)

ISPA Pengertian ISPA

yaitu radang akut

saluran pernapasan

atas maupun bawah.

Responden yang

terdiagnosis penyakit

ISPA menunjukkan

gejala seperti

demam, batuk, nyeri

tenggorokan, hidung

tersumbat, sesak

napas, serak.

Timbulnya gejala

biasanya cepat, yaitu

dalam waktu

beberapa jam sampai

beberapa hari.

Kuesioner Wawancar

a

(anamnesi

s dan

rekam

medis)

Ordinal 0: Pernah

ISPA dalam

3 bulan

terakhir.

1: Tidak

pernah ISPA

dalam 3

bulan

terakhir

Usia Perhitungan waktu

yang dihitung dari

tahun kelahiran

sampai hari pada

saat dilakukan

penelitian

Kuesioner Wawancar

a atau

mengisi

kuesioner

Ordinal 0. kurang

dari 30

tahun.

1. lebih dari

30 tahun.

Masa

Kerja

Lama waktu yang

dihitung sejak awal

Kuesioner Wawancar

a atau

Ordinal 0. Baru

(<5 tahun)

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

30

sampel mulai

bekerja sampai saat

dilakukan

mengisi

kuesioner

1. Lama

(≥5 tahun)

Status Gizi Kondisi sampel

yang dihitung

dengan IMT

(Indeks Masa

Tubuh).

Kuesioner Wawancar

a atau

mengisi

kuesioner

Ordinal 0. Normal

(IMT 18,5

-25)

1. Tidak

normal

(IMT

<18.5 atau

IMT >25)

Kebiasaan

Merokok

(Menurut

index

brikman)

Perilaku seseorang

untuk melakukan

kebiasaan merokok.

Yaitu rata-rata

jumlah batang rokok

per hari dikalikan

lama waktu merokok

dalam tahun.

Kuesioner

Kuesioner

Ordinal

0. Bukan

perokok

1. Perokok

ringan

(<200

batang/tah

un).

2. Perokok

sedang

(200-600

batang/tah

un).

3. Perokok

berat

(>600

batang/tah

un).

Tabel 1. Definisi Operasional

3.6 Instrumen Penelitian, Tata cara Pengukuran Parameter dan Cara

Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah:

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

31

a. Alat tulis, yaitu peralatan yang di gunakan untuk mencatat data

penelitian.

b. Formulir Informed Consent

Merupakan formulir yang berisi kesediaan dari responden dalam

mengikuti penelitian yang akan dilakukan.

c. Kuesioner Penelitian

Bagi para pekerja sebagai responden, disusun daftar pertanyaan

untuk memperoleh data pendukung tersebut oleh peneliti yang

dibuat peneliti dengan mengacu pada landasan teori.

d. Rekam medis

Rekam medis digunakan unuk mengetahui data klinis responden.

3.6.2 Tata cara pengukuran parameter

3.6.2.1 Pengukuran paparan debu

Haz-Dust Model EPAM-5000

High Volume Sampler yaitu alat untuk mengukur

banyaknya partikel debu yang berada di tempat kerja. Alat

ini merupakan alat untuk memantau real-time partikulat

dengan sensitivitas tinggi yang dirancang untuk ambien

kualitas udara lingkungan dan udara ruangan. Unit ini

menggabungkan teknik saringan tradisional dengan metode

real-time monitoring.

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

32

Cara penggunaan alat :

1. Masukkan filter pada tempat yang telah disediakan pada

alat.

2. Pilih dan pasang impactor yang sesuai dengan ukuran

partikulat. Terdapat tiga ukuran yaitu 1 µm, 2.5 µm dan 10

µm.

3. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON.

4. Untuk ukuran partikulat 1 µm :

- Pilih special function dari menu utama

- Pilih system options

- Pilih extended options

- Pilih size select : pilih ukuran 1 µm

- Pilih special function

- Pilih system operations

- Pilih sample rate : pilih waktu pengukuran.

- Pilih run

- Pilih continue

- Pilih run

- Pilih now

- Tunggu sampai waktu yang ditentukan

- Baca hasil pengukuran

5. Lakukan kembali langkah 1-4 untuk ukuran partikulat 2.5

µm dan 10 µm.

6. Tentukan rerata nilai partikulat.

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

33

3.6.2.2 Pengukuran parameter ISPA

Pengukuran parameter ISPA adalah dengan cara

meneggakkan diagnosa ISPA melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik oleh tenaga dokter. Untuk menegakkan

diagnosa ISPA, data anamnesis yang harus dikumpulkan

adalah: keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga,

riwayat pribadi.

Data pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah keadaan

umum, tanda-tanda vital, sesak napas, hidung tersumbat,

suara serak, wheezing, retraksi sela iga dan fossa

suprasternal waktu inspirasi, stridor, sianosis, napas cuping

hidung. Bukti ISPA didokumentasikan dalam bentuk

rekam medis.

3.6.3 Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian diperlukan berbagai data baik primer maupun data

sekunder. Data-data tersebut adalah :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek

yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran

secara langsung.

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

34

Cara memperoleh data primer yaitu dengan melakukan :

a. Pengamatan terhadap proses produksi, keadaan lingkungan

tempat kerja, dan keadaan tenaga kerja.

b. Pengukuran dengan alat, seperti pengukuran kadar debu

c. Wawancara dan pemberian kuesioner

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen perusahaan ataupun referensi yang relevan terhadap

objek yang sedang diteliti.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi:

a. Buku referensi yang relevan terhadap objek yang diteliti.

b. Artikel serta jurnal dari suatu media yang sesuai dengan

objek yang diteliti.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

35

3.7 Alur Penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

Bagan 3. Bagan Alur Penelitian

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan

laporan hasil penelititan yang telah dilakukan agar dapat dipahami,

dinalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan kemudian ditarik

kesimpulan sehingga menggambarkan hasil penelitian (Suyanto,

2005). Adapun teknik penyajian data yang dilakukan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Penelusuran Kepustakaan dan Survey Pendahuluan

Penyusunan Proposal Penelitian

Seminar Proposal

Permohonan izin Penelitian

Proses Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Interpretasi Penelitian

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

36

a. Pemeriksaan data (editing)

Editing dilakukan sebelum pengolahan data. Data yang telah

dikumpulkan dari kuesioner perlu dibaca sekali lagi dan

diperbaiki, apabila terdapat hal-hal yang salah atau masih

meragukan misalnya, apakah semua pertanyaan sudah terisi,

apakah jawaban relevan dengan pertanyaan, apakah jawaban-

jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan yang

lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas data serta

menghilangkan keraguan data.

b. Pemberian kode (Coding)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atua bilangan.

Pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data

(data entry).

c. Pemberian skor (scoring)

Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan skor atau nilai dari

jawaban dengan nilai tertinggi sampai nilai terendah dari

kuesioner yang diajukan kepada responden.

d. Tabulasi

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukkan data yang

diperoleh ke dalam tabel-tabel sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti.

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

37

3.8.2 Analisis data

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan

menggunakan program computer dimana akan dilakukan 2 macam

analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi

variabel bebas dan variabel terkait.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat dengan menggunakan uji statististik uji Chi Square.

Dengan uji altenatif Uji Fisher. Uji Chi Square hanya

digunakan pada data diskrit (data frekuensi atau data kategori)

atau data kontinu yang telah dikelompokkan menjadi kategorik.

Dasar pengambilan keputusan adalah terbukti yang kemudian

diolah dan dianalisis menggunakan komputer.

Kemaknaan perhitungan stastitika digunakan batas 0,05

terhadap hipotesis, berarti jika P Value ≤ 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Jika P value > 0,05

maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen yang

diuji.

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

38

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel

independen yang paling berpengaruh terhadap variabel

dependen. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi

logistik model prediksi, dengan tingkat kepercayaan 95% dan

menggunakan metode menentukan odds rasio variabel

kategorik polikontom dengan salah satu kategori menjadi

pembanding dengan cara chi square.

Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah

sebagai berikut (Dahlan, 2014)

1. Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam

model multivariat dengan cara terlebih dahulu melakuk

an seleksi bivariat antara masing-masing variabel indep

enden dengan variabel dependen dengan uji regresi logi

stik sederhana

2. Bila hasil analisis bivariat menghasilkan p value < 0,25

atau termasuk substansi yang penting maka variabel ter

sebut dapat dimasukkan dalam model multivariat.

3. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dal

am analisis multivariat.

4. Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi lo

gistik menghasilkan value masing-masing variabel.

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

39

5. Variabel yang p valuenya > 0,05 ditandai dan dikeluark

an satu-persatu dari model, hingga seluruh variabel yan

g p value-nya > 0,05 hilang.

6. Untuk melihat adanya interaksi antar variabel selanjutn

ya dilakukan uji interaksi. Variabel dikatakan tidak sali

ng berinteraksi jika didapatkan hasil p value-nya > 0,05

pada α: 0,05.

Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang

menunjukan bahwa semakin besar nilai exp(B)/OR maka

makin besar pengaruh variabel tersebut tehadap variabel

dependen.

3.9 Etika Penelitian

Eika penelitan unuk penelitian di dapakan dari Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dengan cara mengajukan etical approval kepada

Komisi Etika Penelitian Kesehatan Fakulas Kedokteran Universitas

Lampung.

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

a. Kadar debu di PT. Bukit Asam Tarahan. PT Bukit Asam (Persero)

Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung di bawah NAB.

b. Diketahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada pekerja

lapangan PT. Bukit Asam Tarahan. PT Bukit Asam (Persero) Tbk

unit pelabuhan Tarahan Lampung yaitu responden yang pernah

mengalami ISPA dalam 3 bulan sebanyak 30 orang atau 26,3%,

dan responden yang tidak pernah ISPA dalam 3 bulan sebanyak 84

orang atau 73,7%.

c. Diketahui distribusi frekuensi paparan debu pada pekerja lapangan

PT. Bukit Asam Tarahan. PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit

pelabuhan Tarahan Lampung yaitu Berdasarkan tabel di atas

terlihat bahwa seluruh responden yang berjumlah 114 orang

mengalami paparan debu kurang dari NAB.

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

62

5.2 Saran

a. Bagi Institusi

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan agar senantiasa

mensosialisasikan secara rutin mengenai K3 serta penetapan sanksi

yang tegas bagi pekerja yang tidak menggunakan APD.

b. Bagi pekerja

Karyawan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan

diharapkan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya

penggunaan APD.

c. Bagi penelitian selanjutnya

Agar dapat meneliti penyakit lainnya yang diakibatkan oleh paparan

debu.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

DAFTAR PUSTAKA

Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan edisi 1. Yogyakarta: Andi Offset.

Arifin B. 2009. Penggunaan Abu Batu Bara PLTU Mpanau Sebagai Bahan

Stabilisasi Tanah Lempung. Jurnal Smartek. 7(4): 219-228.

Budiono A. 2008. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Cahyana A, Djajakusli R, Rahim MR. 2012. Faktor yang berhubungan dengan

kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja tambang batu bara PT.

Indominco Mandiri Kaltim tahun 2012. FKM Unhas [Online Journal]

[diunduh 6 september 2015]. Tersedia dari:

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345678/4669/jurnal%20P

enelitian%20Asrina%20Cahyana%20(1).pdf?sequence=1.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmacheutical Care untuk Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Departemen Kesehatan RI [Onile Journal] [diunduh 6 September 2015].

Tersedia dari: http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-

content/uploads/2014/02/PC_INFEKSI.pdf.

Hirschmann JV. 2002. Antibiotics for common respiratory tract infections in

adults. Archives of Internal Medicine. 162(3):256-264.

Hutama AP. 2013. Hubungan antara masa kerja dan penggunaan alat pelindung

diri dengan kapasitas vital paru pada pekerja unit spinning 1 bagian ring

frame PT. Pisma Putra Tekstil Pekalongan. Unnes Journal of Public

Health. 2(3):1-9.

Kang M.J, Mok-Oh Y, Lee JC, Kim DG, Park MJ, Lee MG, Hyun IG et al. 2003.

Lung Matrix Metalloproteinase-9 Correlated with Smoking and

Obstruction of Airflow. Journal of Korean Medical Science [Online

Journal] [diunduh 5 september 2015]. Tersedia dari:

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3055149/pdf/14676438.pd

f.

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: Alfabeta.

Peraturan Pemerintah No 18. 1999. Tentang pengelolaan limbah berbahaya dan

beracun.

Peraturan Pemerintah No 85. 1999. Tentang perubahan peraturan pemerintah No

18 tahun 1999.

Rahayu NS. 2013. Hubungan antara kadar debu batubara total dan terhirup serta

karakteristik individu dengan gangguan fungsi paru pada pekerja di lokasi

coal yard PLTU X Jepara. Jurnal Kesehatan Masyarakat [Online Journal]

[diunduh 19 september 2015]. Tersedia dari:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73822&val=4700.

Rahman A, Nukman A, Setyadi, Akib CR, Sofwan, Jarot. 2008. Analisis risiko

kesehatan lingkungan pertambangan kapur di Sukabumi, Cirebon, Tegal,

Jepara dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan. 7(1): 665-677.

Riskesdas. 2007. Laporan nasional riskesdas 2007. Badan penelitian dan

pengembangan kesehatan Depkes RI [Online Journal] [diunduh 8

september 2015]. Tersedia dari:

https://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas

%202007.pdf.

Rudianto. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) pada balita di 5 posyandu desa tamansari

kecamatan pangkalan karawang tahun 2013 [skripsi]. Jakarta: Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Salsila DA. 2012. Hubungan kondisi rumah dengan frekuensi kejadian infeksi

saluran pernapasan atas (ISPA) di RT 01 dan RT 08 kelurahan olak

kemang tahun 2012 [skripsi]. Jambi: Universitas Jambi.

Sari DN. 2014. Analisis upaya pengendalian potensi bahaya di lokasi

penambangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Pertambangan Tanjung

Enim [skripsi]. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Sholihah Q, Khairiyati L, Setyaningrum R. 2008. Pajanan debu batu bara dan

gangguan pernapasan pada pekerja lapangan tambang batu bara. Jurnal

Kesehatan Lingkungan. 4(2):1-8.

Sormin KR. 2012. Hubungan karakteristik dan prilaku pekerja yang terpajan debu

kapas dengan kejadian ISPA di PT. Unitex tahun 2011 [skripsi]. Depok:

Universitas Indonesia.

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO INFEKSI …digilib.unila.ac.id/23914/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang utama

Suparman. 2006. Interaksi Manusia dengan Lingkungan Dampaknya terhadap

Kesehatan Masyarakat. Enviro. 1(1):33-6.

Trisnawati Y, Juwarni. 2012. Hubungan prilaku merokok orang tua dengan

kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas rembang kabupaten

Purbalingga [Online Journal] [diunduh 6 september 2015]. Tersedia dari:

http://kesmas.unsoed.ac.id/sites/default/files/file-

unggah/jurnal/HUBUNGAN%20PERILAKU%20MEROKOK%20-4.pdf.

Vitasasmiari E. 2013. Pengaruh kadar debu batu bara terhadap infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) pada tenaga kerja di unit boiler PT. INDO

ACIDATAMA Tbk. Kemiri Kebakkramat Karanganyar [skripsi].

Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

World Coal Institute. 2009. Sumber Daya Batu Bara: Tinjauan Lengkap Mengenai

Batu Bara. WCI [Online Journal] [diunduh 9 september 2015]. Tersedia

dari:

file:///C:/Users/User1/Downloads/coal_resource_overview_coal_indonesia

n(03_06_2009).pdf.

World Health Organization. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di

fasilitas pelayanan kesehatan. WHO [Online Journal] [diunduh 6

September 2015]. Tersedia dari:

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.

6_ind.pdf.