Upload
trannga
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR EFEKTIVITAS RASIO PENGGUNAAN DANA ZAKAT
INFAK DAN SEDEKAH PADA TAHUN 2010-2015 (STUDI PADA BAZIS DKI
JAKARTA)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
KHAIRUL AHMAD SANJANI
NIM. 1113046000097
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
ANALISIS FAKTOR EFEKTIVITAS RASIO PENGGUNAAN DANA ZAKAT
INFAK DAN SEDEKAH PADA TAHUN 2010-2015 (STUDI PADA BAZIS DKI
JAKARTA)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
KHAIRUL AHMAD SANJANI
NIM. 1113046000097
Pembimbing
Dr. ABDURRAUF, M.A.
NIP. 197312152005011002
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Hari Kamis, 11 Januari 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Khairul Ahmad Sanjani
2. NIM : 1113046000097
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor Efektivitas Rasio Penggunaan Dana Zakat,
Infak dan Sedekah pada Tahun 2010-2015 (Studi Pada
BAZIS DKI Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka di putuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Januari 2018
PANITIA UJIAN :
Ketua : AM. Hasan Ali, M.A.
NIP. 19751201 200501 1 005 ( .......................................... )
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A.
NIP. 19731215 200501 1 002 ( .......................................... )
Pembimbing : Dr. Abdurrauf, M.A.
NIP. 19731215 200501 1 002 ( .......................................... )
Penguji I : Dr. Syahrul A‟dam, M.Ag.
NIP. 19730504 200003 1 002 ( .......................................... )
Penguji II : Drs. Ahmad Yani, M.Ag.
NIP. 19640412199403 1 004 ( .......................................... )
iii
بسم هللا الرحمن الرحيم
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
satu persyaratan memperoleh gelar Strata I Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari karya ini terbukti bukan hasil karya saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Januari 2018
Khairul Ahmad Sanjani
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
NAMA : Khairul Ahmad Sanjani
NIM : 1113046000097
TEMPAT, : Jakarta, 12 Juni 1995
TANGGAL LAHIR
ALAMAT : Jalan Buncit Raya Kalibata Pulo RT 007 RW 05 No. 14 & 35
Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
12740
NO. HP : 087888365623
E-MAIL : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. MI Fatahilah Jakarta (2001-2007)
2. MTS Negri 1 Jakarta (2007-2010)
3. SMK Negri 8 Jakarta (2010-2013)
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2018)
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Sekretaris ROHIS SMK Negri 8 Jakarta
2. Humas Forum Alumni Rohis (FARIS) 8 Jakarta
3. Divisi Syiar Lembaga Dakwah Kampus Fakultas Syariah Hukum
4. Ketua KPPS Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
5. Humas Remaja Masjid Daarul Muslimin
6. Sekeretaris Rukun Tetangga (RT) 007 RW 05
v
ABSTRACT
Khairul Ahmad Sanjani. NIM 1113046000097. ANALYSIS OF EFFECTIVENESS
RATIO FACTORS OF USE OF ZAKAT INFAK S IN JAKARTA BAZIS. Syariah
Economic Studies Program, Faculty of Economics and Business, Syarif Hidayatullah
Islamic State University Jakarta, 2017, Number of small Roman pages 13 + Number
of pages of numbers 69 + Appendix 25.
This study aims to determine the extent to which the effectiveness of the ratio of the
use of zakat infak alms fund conducted by BAZIS DKI Jakarta. From the other side
will also be seen from any factors related to the effectiveness of the use of funds Zakat
infak and alms and causes of the cause, and to assess whether Jakarta BAZIS can be
said to be effective in using zakat infak funds and alms in overcoming difficulty
mustahik.
This research uses descriptive qualitative approach. By describing a phenomenon or
phenomenon in detail using the data that has been collected, then arrange it and
describe it. The data used in the form of primary data obtained directly from the
institute and secondary data obtained secra indirect and obtained from various
literatures and other references. With data collection techniques in the form of field
research using observation techniques, interviews and documentation studies.
The result of the research shows that BAZIS DKI Jakarta can not utilize zakat infak
and alms fund effectively with calculation ratio which is still below 50% from total
property owned, it is proven from interview result that writer do indeed there are still
many obstacles experienced by BAZIS DKI Jakarta in the use and distribution of
zakat infak and alms funds, there are even most of the infak funds instead of deposits,
and BAZIS DKI Jakarta also still hesitate to spend or leave a little zakat infak and
alms fund in one period, because we know every the final balance of zakat infaq and
alms funds will be the addition of the beginning balance in the next year and if every
year leaves so much of the final balance it will lead to the accumulation of funds that
have not been in use and in distributed to the mustahik in need.
Keywords : Effectiveness Factor Analysis of Fund Usage Ratio
Zakat Infak and Sedekah In BAZIS DKI Jakarta
Advisor : Dr. Abdurrauf, MA.
References : 1986 - 2017
vi
ABSTRAK
Khairul Ahmad Sanjani. NIM 1113046000097. ANALISIS FAKTOR
EFEKTIVITAS RASIO PENGGUNAAN DANA ZAKAT INFAK SEDEKAH
PADA BAZIS DKI JAKARTA. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, Jumlah
halaman romawi kecil 13 + Jumlah halaman angka 69 + Lampiran 25.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dari rasio
penggunaan dana zakat infak sedekah yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta. Dari
sisi lain juga akan dilihat dari faktor apa saja yang terkait terhadap efektivitas Rasio
penggunaan dana zakat infak dan sedekah dan penyebab penyebabnya, serta untuk
menilai apakah BAZIS DKI Jakarta sudah bisa dikatakan efektif dalam
menggunakan dana zakat infak dan sedekah dalam mengatasi kesusahan mustahik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Yaitu
dengan menggambarkan suatu gejala atau fenomena secara detail menggunakan data
yang telah dikumpulkan, kemudian menyusunnya dan mendiskripsikannya. Data
yang digunakan berupa data primer yang diperoleh langsung dari pihak lembaga dan
data sekunder yang diperoleh secra tidak langsung dan diperoleh dari berbagai
literatur serta referensi lain. Dengan teknik pengumpulan data berupa penelitian
lapangan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAZIS DKI Jakarta belum bisa menggunakan
dana zakat infa dan sedekah dengan efektif, dengan angka perhitungan rasio yang
masih di bawah dari 50% dari total harta yang dimiliki, itu terbukti dari hasil
wawancara yang penulis lakukan memang masih banyak kendala yang dialami oleh
BAZIS DKI Jakarta dalam peggunaan maupun penyaluran dana zakat infak dan
sedekah, bahkan ada sebagian besar dana infak itu malah di deposito kan, dan BAZIS
DKI Jakarta juga masih ragu untuk menghabiskan atau menyisakan sedikit dana zakat
infak dan sedekahnya dalam satu periode, karena kita mengetahui setiap saldo akhir
dari dana zakat infak dan sedekah akan menjadi tambahan saldo awal di tahun
berikutnya dan jika setiap tahun menyisakan begitu banyak saldo akhir maka akan
menimbulkan penumpukan dana yang belum sempat di gunakan dan di salurkan
kepada para mustahik yang membutuhkan.
Kata Kunci : Analisis Faktor Efektivitas Rasio Penggunaan Dana
Zakat Infak dan Sedekah Pada BAZIS DKI Jakarta
Pembimbing : Dr. Abdurrauf, MA.
Daftar Pustaka : 1986 - 2017
vii
39
KATA PENGANTAR
Assalaamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Puji dan syukur yang tiada hentinya saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa, Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Karena atas segala nikmat dan karunia-Nya lah
saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada Rasulullah Nabi
Muhammad Sallallahu „Alaihi Wasallam, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta
para pengikutnya. Semoga kita semua juga termasuk ke dalam pengikutnya yang
senantiasa istiqomah mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Aamiin.
Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata setelah saya dapat merampungkan
penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam pencapaian identitas formal
meraih gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Namun semua pencapaian yang saya dapatkan termasuk terselesaikannya
penulisan skripsi ini tidak akan sempurna tanpa keterlibatan serta bantuan dari semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah berkontribusi atas semua
pencapaian ini. Oleh karena itu perkenankanlah saya untuk menyampaikan rasa
terima kasih saya kepada mereka, secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada,
yang terhormat:
1. Ibu Nurul Handayani, . selaku Dosen Penasihat Akademik. Apa yang penulis
telah raih pada saat ini tak terlepas dari peran penting Bapak. Terimakasih
banyak telah membimbing dan membantu semua urusan perkuliahan penulis.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala memberikan balasan yang terbaik bagi
semua amal ibadah Bapak. Aamiin.
2. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan
Hukum dan Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan fikirannya guna
mensukseskan keberlangsungan perkuliahan mahasiswanya selama ini.
viii
ix
3. AM. Hasan Ali, M.A. sebagai Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah
(Mu‟amalat) dan Dr. Abdurrauf, M.A. sebagai Sekretaris Program Studi
Hukum Ekonomi Syari‟ah (Mu‟amalat) beserta seluruh Tim Task Force
Passing Out Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang telah berkorban segalanya
dalam mengurus dan membimbing perkuliahan penulis dan teman teman
Program Studi Mu‟amalat lainnya.
4. Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis beserta Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Dr. Abdurrauf, Lc, MA. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu, membimbing, memotivasi dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Kushardanta Susilabudi yang telah banyak meluangkan waktu
membantu dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Syari‟ah dan Hukum serta seluruh dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang tidak pernah mengenal lelah memberikan ilmu
kepada penulis. Pengurus Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang selalu sedia memberikan pelayanan
terbaiknya guna menunjang penulisan skripsi ini. Serta terkhusus kepada Dosen
Penguji Ujian Skripsi/ Munaqasyah Dr. Syahrul A‟dham, M.Ag. dan Drs.
Ahmad Yani, M.Ag. yang telah membantu penulis dalam memperbaiki dan
menyempurnakan penulisan skripsi ini.
8. BAZIS Provinsi DKI Jakarta Zahrul Wildan, Kepala Sekretariat BAZISDKI
Jakarta Bapak Mustopa. selaku Bagian Staff Sekretariat mas Habibie yang telah
membantu penulis dan bekerjasama dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Kepada orang tuaku tercinta H. Muhammad Daud Munir dan Hj. Tuti
Susilawati, yang senantiasa memberikan kasih sayangnya, mendoakan serta
x
mendukung penulis secara tulus dan tanpa henti dalam menjalani hidup ini. Tak
lupa kepada semua anggota keluarga, khususnya kakak-kakakku tersayang
Ichwanul Muslim, S kom. dan adikku Muhammad Khairul Azmi serta nenek
tercinta Ibu Zaenap dan Ibu Maimunah dan juga para Ncang dan Ncing tercinta,
yang selalu memberikan motivasi dan mendoakan penulis dengan tulus ikhlas.
10. Teman-teman seperjuangan Mu‟amalat 2013, anggota kelas C, serta anggota
kelas ZISWAF khususnya Nurul, Zahra, Zakaria, Zaima, Sofyan, Asma, Bagus,
Ifah, Bileh, Fatqur, Al, Imam, Yudi, Neng, Rangga, Aam, Ulfah, Diah, Aldy,
Ramanda, Baha, Mutia, Afni, Ina, Salim, Reno, Ghufron, Ali, Rifqi. Serta
Terima kasih banyak karena telah banyak membantu, menemani, memberikan
motivasi, saran, keceriaan, dan pengalaman hidup yang berharga bagi hari-hari
penulis selama menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang turut
membantu baik moril maupun materil semoga amal kebaikannya mendapat ganjaran
yang setimpal dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, dan semoga skripsi ini dapat
berguna dikemudian hari dan memberikan kontribusi bagi semua pihak serta rekan-
rekn yang membacanya. Semoga apa yang telah penulis lakukan mendapatkan ridho
serta keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, aamiin.
Wassalaamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 11 Januari 2018
Khairul Ahmad Sanjani
39
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………………… . ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ……………………………….. iii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………… iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………… v
ABSTRACT …………………………………………………………………… . vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................... 7
a. Identifikasi Masalah ………………………………………… 7
b. Batasan Masalah ..................................................................... 8
c. Perumusan Masalah ................................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8
D. Review Studi Terdahulu ............................................................... 9
E. Kerangka Teori dan Konseptual .................................................. 11
F. Metode Penelitian ........................................................................ 11
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 13
xi
xii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas ............................................................. 15
2. Ukuran dan Indikiator Efektivitas .......................................... 15
B. Laporan Keuangan ……………………………………………... 19
C. Analisis Laporan Keuangan ……………………………………. 22
D. Pengertian Zakat Infak dan Sedekah …………………………… 25
E. Pengelolaan Zakat ………………………………………………. 30
BAB III GAMBARAN UMUM BAZIS DKI Jakarta
A. Sejarah BAZIS Provinsi DKI Jakarta .......................................... 31
B. Visi dan Misi ............................................................................... 32
C. Tujuan dan Fungsi ....................................................................... 33
D. Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta ……………………… 34
E. Program Kerja dan Kegiatan ………………………………….. 38
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA
A. Analisis Laporan Keuangan ........................................................ 42
a. Rasio Umum
1. Rasio Aktiva Lancar ……………………………………… 42
2. Rasio Aktiva Tetap ……………………………………….. 43
3. Rasio Hutanga Lancar ……………………………………. 44
4. Rasio Saldo Dana “X” ……………………………………. 45
- Saldo Dana Zakat …………………………………….. 45
- Saldo Dana Infak Sedekah …………………...……….. 46
- Saldo Dana Pengelola ………………………………..... 47
b. Rasio Likuiditas
1. Rasio Penggunaan dana “X” ……………………….......... 48
- Penggunaan Dana Zakat …………………………….… 48
- Penggunaan Dana Infak Sedekah ………………..…… 49
xiii
2. Rasio Lembaga Dalam Penyaluran Dana “X” …………... 51
- Penyaluran Dana Zakat …………………………… .... 51
- Penyaluran Dana Infak Sedekah ……………………... 52
B. Analisis ........................................................................................ 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 56
B. Saran ........................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 62
39
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Laporan Keuangan BAZIS DKI Jakarta tahun 2010-2015 .............. 5
Tabel 1.2: Review Studi Terdahulu ................................................................... 9
Tabel 2.1: Rumus Rasio Materi Pelatihan Zakat Accounting and Finance Training
IMZ................................................................................................... 24
Tabel 3.1: Struktur Anggota BAZIS DKI Jakarta .............................................. 37
Tabel 3.2: Kegiatan program penerima manfaat BAZIS DKI Jakarta ……….. 39
Tabel 4.1: Rasio Aktiva Lancar …………………………………………......... 42
Tabel 4.2: Rasio Aktiva Tetap …………………………………………..…….. 43
Tabel 4.3: Rasio Hutang Lancar ……………………………………….……… 44
Tabel 4.4: Rasio Saldo Dana Zakat …………………………………..……..… 45
Tabel 4.5: Rasio Saldo Dana Infak dan Sedekah …………………..………..... 46
Tabel 4.6: Rasio Saldo Dana Pengelola …………………………..……..……. 47
Tabel 4.7: Rasio Penggunaan Dana Zakat ………………………..………..…. 48
Tabel 4.8: Rasio Penggunaan Dana Infak dan Sedekah ………..…………..… 49
Tabel 4.9: Rasio Penyaluran dana Zakat ………………….…………………. 51
Tabel 4.10: Rasio Penyaluran Dana Infak dan Sedekah …..………………….. 52
xiv
39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia dan bahkan juga di dunia Islam
pada umumnya, sudah di yakini sebagai bagian pokok dari ajaran Islam yang harus
ditunaikan. Selain sebagai rukun agama, juga sebagai sistem redistribusi kekayaan
untuk menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.1 Salah
satu tujuan zakat adalah menghapus sumber sumber kemiskinan dan kesenjangan
sosial yang berdampak luas bagi kemanusian. Zakat merupakan sumber dana
potensial dalam program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat level bawah.2 Zakat Hadir berupaya untuk mengurangi kesenjangan
persaingan ekonomi kelas atas dan ekonomi kelas bawah, dengan kata lain kekayaan
tidak boleh di pusatkan pada beberapa orang saja, karena dengan adanya orang
miskin bukan berarti Allah SWT tidak mampu untuk memberi rizki kepada mereka,
tetapi dengan adanya orang miskin Allah SWT ingin mengangkat derajat orang-orang
kaya dan menimbulkan rasa saling mengasihi sesama makhluk Tuhan melalui zakat.
Zakat dalam aspek sosialnya memiliki banyak sekali implikasi ekonomi
penting yang mengarahkan perekonomian secara mikro maupun makro pada kondisi-
kondisi yang di inginkan, dan yang paling penting adalah pengentasan kemiskinan.
Menurut Yusuf Al-Qaradhawi, peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan adalah
peran yang tidak bisa dipungkiri keberadaanya, baik dalam kehidupan muslim
ataupun dalam kehidupan lainnya.3 Oleh sebab itu zakat berperan penting bagi
1 Tim Institut Manajemen Zakat., Manajemen Zakat Gaya BUMN”Praktik Pengelolaan Zakat
Baitul Maal Pupuk Kujang” (ciputat: Devisi Publikasi IMZ, 2006),Cet.1 h.53
2 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Ciputat Tanggerang Selatan: CED,2005),Cet.1 h.1
1
2
menggerakan ekonomi, karena seorang muslim yang menyimpan harta berkewajiban
mengeluarkan zakatnya 2,5% setiap tahun.4 Hal ini akan mendorongnya untuk
bersemangat mengusahakannya supaya zakat itu bisa dikeluarkan dari laba yang di
peroleh, inilah yang membuat uang itu keluar dari simpanan dan berputar dalam
sektor riil, maka ekonomi akan bergerak dan masyarakat akan memperoleh
keuntungan dari putaran itu.
Dalam hal pendayagunaan zakat, telah disebutkan di dalam Al-Qur‟an yang
berhak menerima zakat adalah sasarannya pada delapan Ashnaf (golongan), yaitu :
fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, fi sabilillah dan ibnu sabil.5 Di lain hal
juga dipergunakan untuk kepentingan seperti : sarana ibadah pendidikan islam,
beasiswa pendidikan dan lain sebagainya.
Dalam ketentuan BAZIS DKI Jakarta zakat yang diterima dari suatu daerah
maka harus di keluarkan pada daerah itu juga. Oleh karena itu sangat penting dan
dibutuhkan penyebaran UPZ di daerah daerah sebagai tempat penyimpanan harta
zakat sehingga dalam praktik pembagian dan juga pengumpulannya menjadi mudah
dan sederhana.6 Dalam kasus Pemungutan ZIS di DKI Jakarta pemerintah ikut andil
dalam pelaksanaan pengupulan dan penyaluran dana ZIS melalui BAZIS DKI Jakarta
dan juga telah menyebar UPZ di setiap kantor Kelurahan dan Kecamatan yang ada di
DKI Jakarta.
3 Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Penenrjemah
Sari Nurulita (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h.29.
4 Nurul Huda, dkk, Zakat Perspektif Mikro Makro (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),Cet.1
h.9
5 Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, (Bandung: PT SYGMA
EXAMEDIA ARKANLEEMA, 2014).h.196
6 Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, Ekonomi Zakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006).h.122
3
Badan Amil Zakat yang di bentuk oleh Gubernur Ali Sadikin yang menjadi
kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya pada waktu itu dengan SK No. Cb-
14/818/68 diambil sebagai contoh karena kalau dibandingkan dengan Badan Amil
Zakat di daerah-daerah lain (1) usaha pengumpulan zakat dan pendayagunaannya di
Jakarta Raya lebih berhasil, (2) Organisasinya lebih baik, (3) mempunyai pola tentang
sumber, pendayagunaan dan pengembangan zakat berdasarkan kondisi di Indonesia,
dan (4) mempunyai kebijkasanaan dan program kerja yang telah di sesuaikan dengan
keadaan masa kini.7
Di DKI Jakarta sendiri meskipun statusnya sebagai ibu kota negara bukan
berarti ia terbebas dari segala macam permasalahannya. Salah satunya adalah
kemiskinan. Fakta menunjukkan berdasarkan data BPS Provinsi DKI Jakarta, pada
bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta sebesar 384,30 ribu orang
(3,75 persen) dibandingkan dengan September 2015 sebesar 368,67 ribu orang (3,61
persen), pada situasi ini jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 15,63 ribu (0,14
poin). Sedangkan jika dibandingkan dengan Maret 2015 dengan jumlah penduduk
miskin sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen), jumlah penduduk miskin menurun
14,62 ribu (0,18 poin).8 Ada 14 kriteria menurut standar BPS yang diberlakukan
untuk mengelompokkan masyarakat dalam kategori miskin/ rumah tangga miskin:9 1)
Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2
/orang. 2) Jenis lantai tempat
tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan. 3) Jenis dinding tempat tinggal dari
bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tanpa diplester. 4) Tidak memiliki fasilitas
7 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-press, 1988).h.66
8 Jumlah Penduduk Miskin di Jakarta, artikel diakses pada 19 Januari 2017 dari:
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/
brsind-
20160803153247.pdf&ved=0ahUKEwi6huH37c3RAhUMp48KHY_2BLwQFggZMAA&usg=AFQjC
NGmK9QxHavgr-2DyBdTtcNZqyPa1g&sig2=_QsfjKDoA4SLi0jci9p1qA 19 Januari 2017 19.50.
9 Kriteria Miskin Menurut Standar BPS, artikel diakses pada 24 Januari 2017
dari:http://skpd.batamkota.go.id/sosial/persyaratan-perizinan/14-kriteria-miskin-menurut-standar-bps/
24 Januari 2017 13.36
4
buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5) Sumber penerangan
rumah tidak menggunakan listrik. 6) Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air
tidak terlindung/ sungai/ air hujan. 7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah
kayu bakar/ arang/ minyak tanah. 8) Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam
satu kali seminggu. 9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10)
Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari. 11) Tidak sanggup
membayar biaya pengobatan di psukesmas/ poliklinik. 12) Sumber penghasilan
kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan,
buruh bangunan, buruh bangunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di
bawah Rp. 600.000,00- /bulan. 13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak
sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD. 14) Tidak memiliki tabungan/ barang yang
mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,00- seperti sepeda motor kredit/ non
kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya
Dengan mayoritas penduduk di Jakarta beragama Islam maka dapat di
simpulkan bahwa sebagian besar orang miskin adalah umat Islam. Islam sebagai
agama yang sempurna, memiliki instrument khusus yang bertujuan untuk
menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi sehingga dapat mengurangi angka
kemiskinan. Instrument tersebut adalah zakat, infak dan sedekah (ZIS).
Pengelolaan zakat, infak dan sedekah harus dilakukan secara professional dan
bertanggung jawab, maka diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat dan
pemerintah. Untuk merealisasikan maksud tersebut pemerintah telah menerbitkan
undang undang republik Indonesia nomor 23 tahun 2011 tentnag pengelolaan zakat.
Maksud diterbitkannya peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan
zakat ini idak lain agar dana yang dierima dapat dikelola dengan baik sehingga dapat
dipergunakan untuk mengentasskan kemiskinan. Berdasarkan undang-undang nomor
23 tahun 2011 pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat. Sehingga dalam pelaksanaanya ada suatu badan dan lembaga
yang mengelola zakat, infak dan sedekah.
5
Dalam pelaporan hasil keuangan per periode yang di terbitkan oleh BAZIS
DKI Jakarta sangat baik dan sesuai dengan PSAK 109 dan juga memiliki transparansi
yang jelas dan terbuka kepada seluruh masyarakat, namun dengan adanya bukti
laporan keuangan yang di terbitkan oleh BAZIS DKI Jakarta kita sebagai masyarakat
dapat menilai kinerja yang telah di lakukan oleh BAZIS DKI Jakarta selama satu
periode baik dalam segi penerimaan dana zakat, infak dan sedekah ataupun
penyaluran dan penggunaan yang dilakukan atas dana zakat, infak dan sedekah oleh
BAZIS DKI Jakarta.
Untuk melihat secara jelas gambaran pengumpulan dan penyaluran dana
zakat, infak dan sedekah ynag dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dapat dilihat dari
table dibawah ini.
Tabel1.1: Laporan keuangan BAZIS DKI Jakarta 2010-2015
6
Dengan adanya penyajian laporan keuangan diatas, penulis tertarik untuk
meneliti laporan keuagan yang di sajikan oleh BAZIS DKI JAKARTA mengenai
perhitungan Rasio penggunaan dana yang di Lakukan oleh BAZIS DKI Jakarta
dengan judul “ANALISIS FAKTOR EFEKTIVITAS RASIO PENGGUNAAN
DANA ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH PADA TAHUN 2010-2015 STUDI
BAZIS DKI JAKARTA’
7
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Dengan asumsi bahawa efektivitas penggunaan dana zakat, infak dan sedekah
pada BAZIS DKI Jakarta belum berjalan dengan baik, maka dalam skripsi ini akan
mencoba membahas rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Dampak peneglolaan dana ZIS dengan rasio penggunaan dana ZIS
2. Mekanisme ditribusi yng dilakukan BAZIS DKI Jakarta untuk efektivitas
penggunaan dana ZIS
3. Faktor yang menyebabkan rendahnya rasio penggunaan dana ZIS
4. Kebijkan yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakara sehingga menibulkan
rasio penggunaan dana ZIS begitu rendah
5. Adakah prosedur tentang kajian dampak atas penggunaan dan penyaluran
dana ZIS
b. Batasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis
membatassi masalah yang akan di bahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan
terarah sesuai dengan yang di harapkan penulis. Disini penulishanya akan
membahas pada ruang lingkup BAZIS DKI JAKARTA, dengan pembahasan
terhadap efektivitas rasio penggunaan dana zakat, infaq dan sedekah selama
6tahun saja dimulai dari tahun 2010 sampai 2015 karena penulis hanya
mendapatkan data atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh BAZIS DKI
Jakarta hanya sampai di tahun 2015, karena penilaian bagus tidaknya sebuah
LAZ/BAZ bukan hanya dilihat dari penghimpunan dananya saja, tetapi juga di
lihat dari penggunaan dan penyaluran yang di lakukan oleh BAZ/LAZ tersebut.
8
c. Perumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
a. Apa saja faktor yang mempengaruhi efektivitas rasio penggunaan dana
zakat, infak dan sedekah BAZIS DKI Jakarta ?
b. Bagaimana cara BAZIS DKI Jakarta dalam meningkatkan efektivitas
penggunaan dana zakat, infak, sedekah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang diharapkan dapat
tercapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengukur seberapa besar efektivitas penggunaan dana zakat infak
dan sedekah yang di lakukan oleh BAZIS DKI Jakarta selama 6 tahun
b. Untuk menilai apakah kebijakan yang di tetapkan oleh BAZIS DKI
Jakarta dalam hal Penggunaan dana ZIS sudah optimal atau belum
c. Untuk menganalisis apakah hasil dari penggunaan dana zakat Infak dan
sedekah sudah bisa di kelola secara maksimal dan tepat sasaran
d. Untuk menganalisis cara meningkatkan rasio pennggunaan dana Zakat
infak dan sedekah.
2. Mafaat Penelitian
a. Bagi civitas akademika dan praktisi zakat, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan wawasan dan menjadi bahan untuk pengembangan dan
penelitian dalam aktivitas analisis pencatatan dan penggunaan dana zakat
infaq dan shodaqoh
b. Bagi lembaga, untuk menambah sumbangan wacana pemikiran serta
menambah bahan evaluasi lembaga untuk perkembangan di masa
mendatang
9
c. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi gambaran
tentang bagaimana cara menganalisa sebuah laporan keuangan BAZ atau
LAZ dalam menilai kinerja yang telah dilakukan oleh LAZ atau BAZ
tersebut.
D. Review Studi terdahulu
Tabel 1.2: Review Studi Terdahulu
No Nama Penulis/Judul
/Skripsi, Tesis,
Jurnal/Tahun
Substansi
Perbedaan dengan
pembahasan penulis
1 Nurseha
Satyarini/Efektivitas
Penghimpunan Dana
Zakat Profesi Melalui
Payroll System Pada
BAZIS DKI
Jakarta/Skirpsi/Fakultas
Syariah dan Hukum
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta/2015
Skripsi ini membahas
mengenai kefektifan
penghimpunan dana zakat
profesi di BAZIS DKI
Jakarta melalui sistem
payrol
Jika Nurseha Satyarini
membahasah hanya
efektivitas
penghimpunan dana
zakat profesi, sedangkan
disini penulis berusaha
menjelaskan bagaimana
penggunaan dana ZIS
agar lebih dapat di
gunakan lagi secara
layak, agar dana yang
ada tidak di biarkan
mengendap hanya dalam
laporan keuangan saja.
2 Dini
Fakhriah/Efektivitas
Penyaluran Dana Zakat
di BAZNAS Kota
Skripsi ini membahas
mengenai kefektifan
penyaluran dana zakat
yang berhasil dihimpun
Dini fakhriah membahas
tentang penyaluran dana
zakat BAZNAS Kota
Bekasi dalam mutu
10
Bekasi Dalam
Peningkatan Pendidikan
Melalui Program Bekasi
Cerdas/Skripsi/Fakultas
Syariah dan Hukum
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta/2016
oleh BAZNAS Kota
Bekasi dalam
meningkatkan mutu
pendidikan yang ada di
Kota Bekasi.
pendidikan yang ada di
kota bekasi saja,
sedangkan disini penulis
berusaha menjelaskan
bagaimana penggunaan
dan ZIS agar lebih dapat
di gunakan lagi secara
layak, agar dana yang
ada tidak di biarkan
mengendap hanya dalam
laporan keuangan saja.
3 Annisa Rahmayanti.
Efisiensi Lembaga Amil
Zakat dalam Mengelola
Dana Zakat di
Indonesia (Studi Kasus
: PKPU, Rumah Zakat
dan BAMUIS BNI).
Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2014.
Penelitian ini ditujukan
untuk mengukur tingkat
efisiensi LAZ,
mengetahui apakah LAZ
yang diteliti telah
menjalankan tugasnya
dengan benar, dan untuk
bahan evaluasi kinerja
LAZ yang bersangkutan
penelitian ini
menggunakan metode
non parametrik DEA.
Annisa Rahmayanti
melakukan penelitia
untuk mengetahui apakah
LAZ sudah menjalakan
tugasnya dengan benar
menggunakan metode
non parametric DEA,
sedangkan penulis
memfokuskan peneliatian
tentang faktor faktor
yang mempengaruhi
rendahnya rasio
penggunaan dana ZIS
yang terjadi di BAZIS
DKI Jakarta
11
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Kerangka teori dan konsep yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk
menganalisis faktor-faktor efektifvitas rasio penggunaan dana zakat infak dan
sedekah pada BAZIS DKI Jakarta pada periode 2010-2015. Penganalisisan ini
dilakukan dengan menghitung rasio penggunaan dana zakat infak dan sedekah
terlebih dahulu pada setiap tahunnya dengan melihat tabel laporan keuangan BAZIS
DKI Jakarta di lanjutkan dengan menggunakan rumus yang penulis telah cantumkan
pada skripsi ini yang penulis dapat dari materi pelatihan Zakat Accounting and
Finance Training yang dilakukan oleh IMZ.
Perhitungan rasio ini akan menampilkan hasil yang akan di konfersikan ke
bagan/grafik untuk melihat efektifitas dari penggunaan dana BAZIS DKI Jakarta,
apakah sudah efektif atau masih belum efektif, dan untuk mengetahui juga apakah
penggunaan dana yang di keluarkan naik atau menurun.
Setelah melihat hasil dari grafik rasio penggunaan dana, maka akan dapat
disimpulkan dengan kata kata, dan penulis akan mewawancarai pihak BAZIS DKI
Jakarta tentang permasalahan yang tergambar dalam bagan/grafik dari rasio
penggunaan dana tersebut.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriftif
kualitatif. Menurut Mardalis “penelitian deskriftif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa apa yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat upaya
mendeskripsikan, mencatat analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi
yang sekarang ini terjadi.” Dengan kata lain, penelitian deskriptif bertujuan untuk
memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitannya
anatara variable-variabel yang diteliti.10
Variabel ini tidak menguji hipotesa atau
12
tidak menggunakan hipotesa melaikan hanya mendeskripsikan informasi apa
adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan penelitian
kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip oleh Lexy J. Maleong
yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.11
2. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi tentang
analisis faktor efektivitas Rasio penggunaan dana zakat infak dan sedekah pada
BAZIS DKI Jakarta
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak BAZIS Provinsi
DKI Jakarta melalui instrumen wawancara yang terstruktur. Sehingga data
yang diperoleh langsung dari narasumber, serta laporan keuangan yang di
berikan langusng oleh BAZIS DKI Jakarta
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dan
diperoleh dari berbagai literatur dan referensi lain seperti buku, laporan
keuangan, majalah, makalah, serta surat kabar, dan setiap artikel yang
mengandung informasi terkait dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari
berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.
3. Tekhnik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Adapun sistem pengumpulan data yang ditempuh penulis meliputi penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan, dengan analisis yang bersifat kualitatif.
Dalam penelitian kepustakaan (library research), penulis berusaha membaca
sumber yang ada hubungannya sebagai landasan teoritis untuk memaparkan
kerangka awal mengenai obyek study yang ditulis.
10
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.25
11
Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000),
cet. Ke 11, h.3
13
Penelitian lapangan (field research) merupakan kegiatan yang tidak bisa
dihindari, karena separuh dari skripsi yang akan saya buat ini akan berisikan data
dan informasi yang didapatkan dilapangan. Untuk mendapatkan data dan fakta
maka dilakukan dengan pengamatan dan interview.
Adapun tekhnik pengolahan data pada penelititan ini adalah deskriptif
kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data.
Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus
menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan
mengklarifikasinya dan menganalisa efektivitas rasio penggunaan dana ZIS yang
dilakukan BAZIS DKI Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, menjelaskan
alasan mengapa masalah yang diangkat perlu diteliti. Selanjutnya ada identifikasi
masalah, berisiskan uraian yang terkait dengan segala masalah yang sedang diteliti.
Kemudian pembatasan masalah yang berisikan cakupan wilayah masalah yang akan
diteliti. Setelah itu ada perumusan masalah berisi uraian tentang masalah yang akan
diteliti. Dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian. Metode penelitian, yang
menjelaskan secara detail cara kerja dan prosedur pelaksanaan penelitian. Dan
terakhir adalah sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori. Bagian ini menyajikan kajian kepustakaan. Yang
pertama dibahas yaitu landasan teori yang bersifat eksplanatoris dan verifikatif, atau
kerangka konseptual eksploratif dan developmental (pengembangan suatu teori).
Selanjutnya terdapat review studi terdahulu yang mendeskripsikan hasil penelusuran
penulis terhadap studi atau penelitian terdahulu yang serumpun.
BAB III Gambaran Umum BAZIS DKI Jakarta. Di bagian ini akan dijelaskan
dan disajikan gambaran umum dan struktur kepungurusan BAZIS DKI Jakarta
beserta tugas-tugas dan program yang ada pada BAZIS DKI Jakarta.
14
BAB IV Hasil dan Analisa Data. Analisis dideskripsikan guna menjawab
masalah penelitian.
BAB V Penutup. Berisikan kesimpulan yang ditarik dari pembuktian atau
uraian yang telah ditulis dan berkaitan dengan pokok masalah. Kesimpulan ini
merupakan jawaban masalah berdasarkan data yang diperoleh.
39
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “efektif” memiliki arti ada
efeknya, manjur atau mujarab (untuk obat), dapat membawa hasil, berhasil guna,
(tentang usaha, tindakan). Sedangkan efektivitas berarti keefektifan. Sehingga bisa
dikatakan bahwa efektivitas memiliki arti keberpengaruhan atau keberhasilan
setelah melakukan sesuatu.
Secara etimologis efektif adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris
yaitu efecctive kemudian dikembangkan lagi menjadi efektivitas. Efektivitas juga
bisa diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau
usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, efektivitas
menekankan pada hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan/ usaha jika dikaitkan
dalam kegiatan belajar mengajar, efektivitas adalah kegiatan yang berkenaan
dengan sejauh mana sesuatu yang telah direncanakan atau diinginkan dapat
terlaksana atau tercapai.12
Secara terminologis dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti penyelesaian
pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Artinya pada pelaksanaannya
dinilai baik atau tidak bergantung pada cara tugas tersebut dapat diselesaikan
terutama dapat menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa
biaya yang diperlukan.13
2. Ukuran dan Indikator Efektivitas
Efektivitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan, yang
mana perencanaan harus memiliki alasan keefektifan. Menurut Isbandi Rukminto
12
Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 126.
13
Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi, (Jakarta: CV Masagung, 1986),
Cet-5, h. 149
15
16
Adi, keefektifan diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria yang diciptakan
dalam hubungan dengan pencapaian tujuan.14
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut
nantinya eksekutor dapat menilai apakah program yang mereka jalankan dapat
dikategorikan efektif atau tidak.
Menurut ensiklopedia umum, efektivitas menunjukkan taraf tercapainya tujuan,
usaha dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai tujuannya secara ideal.
Keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan taraf efektivas dinyatakan
dengan ukuran yang agak pasti.15
Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen,
dimana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Untuk mengukur seberapa efektivitasnya suatu kegiatan/ program maka
diperlukan beberapa tolak ukur atau kriteria yang harus dipenuhi. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Muasaroh aspek-aspek yang bisa melihat efektivitas suatu
program sebagai berikut:16
a. Aspek tugas atau fungsi
Yaitu lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan tugas atau fungsinya.
Begitu juga suatu program akan efektif jika dilakukan dengan baik dan sesuai
fungsinya.
b. Aspek rencana atau program
Maksudnya adalah rencana yang terprogram. Jika seluruh rencana dapat
dilaksanakan maka program dikatakan efektif. Pada aspek ini juga termasuk
14
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas,
Cet-3, (Jakarta: FE UI, 2003), h. 175.
15
A.B. Pridodgdo Hasan Shadily, Ensiklopedia Umum, Cet-8, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.
196.
16
Pengertian efektifitas dan teori efektivitas, artikel diakses pada 27 Maret 2017 dari:
http://litelaturbook.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-efektivitas-dan-landasan.html?m=1
17
didalamnya sasaran atau target dan prioritas lembaga dalam menjalankan
programnya.
c. Aspek ketentuan dan peraturan
Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya
aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses
kegiatannya.
d. Aspek tujuan atau kondisi ideal
Suatu program kegiatan diakatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau
kondisi ideal program tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat
dari prestasi yang dicapai oleh sasaran kegiatan.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko, ukuran efektivitas adalah sebagaimana
berikut:17
1. Kegunaan
Yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya
yang lain. Suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan
sederhana.
2. Ketepatan dan objektivitas
Semua rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas,
nyata dan akurat.
3. Ruang lingkup
Yaitu perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan, komprehensif,
kepaduan, dan konsistensi.
4. Efektivitas biaya
Dalam hal ini biasanya efektivitas menyangkut dalam usaha, waktu dan
aliran emosional.
5. Akuntabilitas
17
Sujadi F. X., Organisasi dan manajemen Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, cet.3,
(Jakarta: CV. Masagung, 1990), h.36-39.
18
Terdapat dua aspek akuntabilitas: pertama, tanggung jawab atas
pelaksanaan, kedua, tanggung jawab atas implementasi.
6. Ketepatan waktu
Perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat akan mengganggu rencana.
Maka, berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan
tolak ukur efektivitas ada empat aspek yang harus terpenuhi yaitu:
1. Aspek tugas atau fungsi
2. Aspek rencana atau program
3. Aspek ketentuan atau peraturan
4. Aspek tujuan atau kondisi ideal
Indikator efektivitas, Sumaryadi berpendapat bahwa organisasi dapat dikatakan
efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan
operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat
pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang di tetapkan
.
Hal tersebut dapat diartikan, bahwa apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa
memperhatikan waktu, tenaga dan yang lain.18
Dalam buku Sujadi F.X yang dikutip oleh Lani diditulis bahwa untuk mencapai
efektivitas kerja atau efisiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran sebagai
berikut:
1. Berhasil guna, yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
2. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa dalam usaha pencapaian efektif
itu maka, tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan, dan lain-lain
18
Sumaryadi, Efektivitass Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), h.35
19
telah dipergunakan dengan setepat tepatnya sebagaimana yang telah di
tetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta
penyelewengan.
3. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yaitu untuk membuktikan bahwa
dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat
tepatnyaharuslah dilaksanakan dengan bertangung jawab sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
4. Pembagian kerja nyata, yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan sebab
kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.
5. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab yaitu wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab dan haruslah dihindari adanya dominasi
oleh salah satu pihak yang lainnya.
6. Prosedur kerja yang praktis yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja
adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis pelaksanaan
kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kaerja yang
memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan
dengan lancar.19
B. Laporan Keuangan
Laporan keuangan (Financial statement) adalah laporan yang di rancang untuk
para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan.20
Laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan
(pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan kepuusan ekonomi yang rasional.21
19
Lani, Efektifitas Pengelolaan Dana Zakat Infak dan Shodaqah LAZIS Nahdlatul Ulama
Untuk Program NUPRENEUR, (Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.17-18.
20
Soemarso, SR, Akuntansi : Suatu Pengantar, edisi ke-4, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),
h.34
20
Adapun komponen-komponen dari laporan keuangan pokok yaitu laporan
posisi keuangan, laporan sumber dan penggunaan dana, lapoan arus kas, catatan atas
laporan keuangan terdapat juga laporan laba rugi dan laporan perubahan modal.
Seluruh komponen laporan keuangan ini diperuntukan untuk perusahaan sebagai
minimum benuk laporan keuangan perusahaan atau organisasi.
Namun laporan laba rugi dan laporan perubahan modal tidak diberlakukan
untuk organisasi yang bersifat non profit seperti yayasan, lembaga zakat infak dan
sedekah atau lembaga lain yang bersifa sosial.
Setiap komponen laporan keuangan mempunyai standarisasi dalam
penyajiannya sesuai dengan hukum yang berlaku. Hukum ini mengatur isi minimum
yang ada pada suatu laporan keuangan seperti yang kita kenal di Indonesia yaitu
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang
digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai
pedoman pada Akuntansi untuk membuat laporan keuangan.
Lembaga yang berwenang menerbitkan PSAK adalah Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). IAI ssebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap
perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang mengatur standarisasi
laporan keuangan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).
Laporan keuangan Badan/Lembaga Amil Zakat (BAZ/LAZ) merupakan sarana
pertanggung jawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang
menyangkut pelaporan atas penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan ZIS
(zakat, infak, sedekah). Laporan keuangan bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan atau pengguna laporan keuangan (muzaki, otoritas pengawasan,
21
Bidang Advokasi Forum Zakat, Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zaka, (Jakara :
Forum Zakat, 2005), h.8
21
pemerintah, lembaga mitra, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan ekonomi
dan sosial yang rasional
Basis akuntansi yang digunakan dalam leporan keuangan Badan/Lemabaga
Amil Zakat (BAZ/LAZ) adalah:
1. Basis kas untuk permintaan dan penyaluran zakat, infak, ssedekah selain
pemanfaatan asset kelolaan
2. Basis akrual untuk penyaluran zakat dalam bentuk pemanfaatan asset
kelolaan dan transaksi pada dana amil.22
Dalam akuntansi keuangan, ada lima laporan yang harus dikerjakan divisi
pengelolaan keuangan, yaitu:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pada
waktu tertentu. Tujuannya untuk mengetahui kekayaan atas harta yang dimiliki,
berbagai kewajiban yang harus ditunaikan serta mengetahui saldo dananya.
Dengan neraca ini, posisi keuangan organisasi atau lembaga dapat
tergambarkan secara jelas.
2. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (LSPD)
Tujuan dari LSPD adalah menggambarkan aktivitas lembaga, terutama
dalam menjelaskan asal asal sumber-sumber pendanaan serta penyalurannya
sesuai dengan bidang garapan masing-masing. Dengan demikian, LSPD ini tak
lain menggambarkan kinerja lembaga yag ditinjau dari aspek finance.
3. Laporan Perubahan Dana Termanfaatkan (LPDT)
Tujuan dari LPDT adalah menggambarkan berbagai aktivitas pendanaan non
cash. Contohnya adalah pinjaman utang dan pemberian piutang.
4. Laporan Arus Kas
22
Teten Kustiawan, dkk., Pedoman Akuntansi Amil Zakat: Panduan Implementasi Penyususnan
Laporan Keuangan Berbasis PSAK 109, (Jakarta: Forum Zakat, 2012), h.27-28
22
Tujuan laporan arus kas adalah menggambarkan aliran kas keluar masuk.
Pertimbangan alur keluar masuk didasarkan pada tiga jenis aktivitas yaitu
operasi, investasi, dan pendanaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Berisi penjelasan atas ke empat jenis laporan di atas, sebagai catatan khusus
yang lebih rinci sifatnya. Catatan ini tentu tidak untuk dipublikasikan kepada
masyarakat luas. Fungsinya untuk menjelaskan bagian yang dianggap perlu.
Dalam kondisi tertentu, catatan ini bisa diberikan pada muzaki atau donatur
yang membutuhkan.23
Manajemen amil zakat betanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Sesuai dengan karakteristiknya, maka laporan keuangan
BAZ/LAZ mencerminkan kegiatan amil zakat sebagai penerima dan penyalur yang
dilaporkan dalam laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan
perubahan asset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah untuk membantu pengguna
laporan keuangan dalam memahami perlakuan akuntasi dan penyusunan laporan
keuangan agar sesuai dengan PSAK 109 tentang akuntansi zakat, infak, sedekah
sehingga meningkatkan daya banding laporan keuangan diantara BAZ/LAZ.24
C. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Kegiatan
akuntansi pada dasarnya merupakan kegiatan mencatat, menganalisis, menyajikan,
dan menafsirkan data keuangan dari lembaga perusahaan dan lembaga lainnya
dimana aktivitasnya berhubungan dengan produksi dan pertukaran barang atau jasa.
Bagi lembaga yang bertujuan memperoleh keuntungan akuntansi memberikan metode
23
Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat:
Institut Manajemen Zakat, 2004), h.214-215.
24
Eri Sudewo, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat:
Institut Manajemen Zakat, 2004), h.23.
23
untuk menentukan apakah lemabga tersebut memperoleh keuntungan atau menderita
kerugian, sebagai hasil dari transaksi yang dilakukannya. Akuntansi dapat
memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasi operasi perusahaan seperti
tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Olehkarena itu
akuntansi laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan atau lembaga.25
Analisis laporan keuangan adalah membandingkan akun-akun yang ada dalam
laporan keuangan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya atau antar akun
laporan keuangan. Laporan keuangan berguna untuk membantu manajemen dalam
mengambil keputusan, untuk mengetahui kinerja keuangan lembaga
(kenaikan/penurunan akun, surplus/defisit, dll), untuk menganalisis penyebab
penyimpangan yang berlaku.
Dalam materi pelatihan Zakat Accounting and Finance Management Training
yang dilakukan oleh IMZ (Institut Manajemen Zakat), materi tersebut menjelaskan
tentang metode analisis dan tekhnik analisis untuk menganalisis laporan keuangan
Lemaba/Badan Amil Zakat (LAZ/BAZ).
1. Metode Analisis
a. Analisis Horizontal: membandingkan laporan keuangan untuk beberapa
periode, sehingga di ketahui perkembangannya. Contoh: Tren Analisis
b. Analisis Vertikal: membandingkan antara satu akun dengan akun yang lain
dalam laporan keuangan yang sama. Contoh: Ratio Analisis
2. Tekhnik Analisi
a. Tren Analisis: menganalisis penerimaan dan penyaluran zakat dan
menganalisis kenaikan/penurunan laporan keuangan dengan
membandingkan akun-akun laporan keuangan beberapa periode.
25
Drs. Jumingan, S.E., M.M., M.Si., Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005), h.1.
24
b. Analisis Rasio: menganalisis rasio umum (rasio aktiva lancar, aktiva tetap,
hutang lancar, dll), rasio likuiditas (rasio lancar, dll), rasio aktivitas (rasio
penyaluran dana X, pengembalian dana Qordul Hasan, dll), dan rasio lainnya
(rasio hutang atas dana, aktiva lancar atas dana, dll)
Berikut adalah tabel rumusan untuk menghitung Rasio yang di terbitkan olleh
IMZ (Institut Manajemen Zakat) untuk mengukur efektifitas sebuah Lembaga/Badan
Amil Zakat (BAZ/LAZ).
Tabel2.1: Rumus Rasio Materi Pelatihan Zakat Accounting and Finance Training IMZ
Rasio Umum
Rasio aktiva lancar = Aktiva Lancar Rasio Hutang Lancar = Hutang Lancar
Totatl Aktiva Total Aktiva
Rasio Aktiva tetap = Aktiva Tetap Rasio Hutang Jk. Panjang = Hutang Jk. Panjang
Total Aktiva Total Aktiva
Rasio Saldo Dana X dll = Saldo Dana X
Total Aktiva
Rasio Likuiditas
Rasio Lancar = Aktiva Lancar
Hutang lancer
Rasio Lainnya
Rasio Aktiva Lancar atas Dana dll = Aktiva Lancar .
Saldo awal + Penerimaan Dana
Rasio Hutang Atas Dana = Total Hutang .
Saldo awal + Penerimaan Dana
Rasio Likuiditas
Rasio penggunaan dana X = Penyaluran Dana X .
Saldo awal + Penerimaan Dana X
Rasio Pengembalian Investasi = Pengembalian Investasi .
Total Investasi
Rasio Penyaluran Asnaf X pada Dana X = Penyaluran Asnaf X .
Saldo awal + Penerimaan Dana X
Rasio Pengembalian piutang Qordhul Hasan = Pengembalian Piutang QH .
Saldo awal + Penyaluran QH
25
D. Pengertian Zakat Infak dan Sedekah
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-
barakatu „keberkahan‟, al-namaa „pertumbuha dan perkembangan‟, ath-thaharatu
„kesucian‟, dan ash-shalahu „keberesan‟. Sedangkan secara istilah, meskipun para
ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya,
akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya,
dengan persyaratan tertentu pula.26
Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diserahkan kepada orang orang yang
berhak dengan syarat tertentu27
, karna memang orang yang berhak menerima zakat
sudah di tentukan di dalam al-qur‟an surah at-Taubah(9): 60
)/06: 9التوبه(
60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dari ayat di atas dapat penulis jelaskan bahwa Yang berhak menerima zakat
Ialah:
1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan
tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
26
DR. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc., Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Depok: Gema
Insani, 2002), h.7.
27
Sudirman, MA. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernias, (Malang: UIN Malang Press, 2007),
h.14.
26
2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan
kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan
zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk
Islam yang imannya masih lemah.
5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan
oleh orang-orang kafir.
6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan
maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk
memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,
walaupun ia mampu membayarnya.
7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum
muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu
mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah,
rumah sakit dan lain-lain.
8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.
Didalam alqur‟an Allah juga memerintahkan untuk mengambil harta zakat dari
orang orang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat, agar pengumpulan zakat
bisa optimal karna itu juga merupakan kewajiban bagi muzaki untuk menunaikan
zakatnya
)/103): 9التوبه
103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikanmereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
27
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui.
Menurut UU No. 23 tahun 2011 tentnag pengelolaan zakat, bahwa zakat adalah
harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.
Dengan menunaikan zakat akan teralisasi juga tujuan-tujuan berikutnya yaitu28
:
1. Berkaitan dengan muzaki
a. Zakat membersihka muzaki dari penyakit pelit, dan membebaskannya
dari penyembahan harta.
b. Zakat adalah latihan berinfak fii sabilillah. Dan Allah SWT, menyebutkan
infak fii sabilillah sebagai sifat wajib orang muttaqin dalam lapang
maupun sempit dan menyertakannya sebagai sifat terpenting.
c. Zakat adalah aktualisasi syukur nikmat yang Allah SWT berikan, terapi
hati dan membersihkannya dari cinta dunia
2. Berkaitan dengan penerima atau mustahik
a. Zakat akan membebaskan penerimanya dari tekanan kebutuhan, baik
materi (seperti makanan, pakaian, dan papan), kebutuhan psikis (seperti
pernikahan), maupun kebutuhan maknawiah fikriyah (seperti buku-buku
ilmiah).
b. Zakat memebersihkan jiwa penerimanya dari penyakit hasad (iri hati) dan
benci.
3. Berkaitan bagi masyarakat
a. Zakat adalah hukum pertama yang menjamin hak sosial secara utuh dan
menyeluruh.
b. Zakat berperan penting dalam menggerakan ekonomi.
c. Zakat memperkecil kesenjangan sosial.
28
Nurul Huda, dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), h.6.
28
d. Zakat berperan besar dalam menghapus peminta-minta, dan mendorong
perbaikan sesama.
e. Zakat dapat menjadi alternatif asuransi, karena zakat mengambil dari
orang kaya untuk diberikan kepada para mustahik.
f. Zakat memberanikan para pemuda untuk menikah, lewat bantuan biaya
pernikahannya.
Selain kata zakat, ada istilah lain yang berkenaan dengan membelanjakan harta
kekayaan yang dimiliki seseorang, yaitu sedekah. Sedekah berakar dari kata shadaqa
yang berarti benar, jujur, dan tepat janji.29
Walaupun tujuan zakat dan sedekah sama,
namun kedua istilah ini berbeda jika dipandang dari segi hukum. Oleh karena itu
orang mempergunakan istilah sedekah wajib untuk zakat dan sedekah sunnah untuk
sedekah. Zakat dinamakan sedekah karena tindakan itu menunjukan kebenaran
seorang hamba dalam beribadah dan melakukan ketaatan kepada Allah SWT.30
Terma lain yang juga kerap digunakan dalam membelanjakan harta adalah
infak. Secara etimologis, infak berakar kata nafaqa yagn artinya laku, laris, dan
habis.31
Namun dari pemaknaan istilah, infak diartikan sebagai pengorbanan sejumlah
materi tertenu bagi orang yang membutuhkan. Jadi, infak terlepas dari ketentuan
ataupun besarnya ukuran, ia tetap tergantung kepada kerelaan masing-masing.
Dengan demikian, kewajiban memberikan infak tidak hanya tergantung pada mereka
yang mempunyai kelebihan harta, namun juga ditunjukan kepada semua elemen
masyarakat yang memiliki kelebihan dari kebutuhan dasarnya.
29
Sudirman, MA. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007),
h.16.
30
Sudirman, MA. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007),
h.16.
31
Sudirman, MA. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007),
h.17.
29
Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, yaitu dimensi ibadah
dan dimensi sosial. Beberapa tujuan dan hikmah yang ingin di capai oleh islam
dibalik kewajiban zakat adalah:
1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan dan
penderitaan.
2. Membantu memecahkan permasalahan yan dihadapi oleh gharimin, ibnusabil,
dan mustahiq lainya.
3. Membentangkan tali persaudaraan sesame umat islam dan manusia pada
umumnya.
4. Saarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
5. Membersihkan sifat dengki dan kecemburuan sosial dari hati orang-orang
miskin.
6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu
masyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pad diri seseorang, terutama
mereka yang mempunyai harta.
8. Mendidik manusia untuk disiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak
orang lain yang ada padanya.32
9. Mendidik dan membiasakan manusia untuk berhati pemurah dan tidak kikir.
10. Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah swt dnegan cara berbagi kepada
yang membutuhkan.33
32
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h.12-13.
33
Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat,
2009), h.70.
30
E. Pengelolaan Zakat
1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Zakat
Berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat, yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Sedangkan tujuan dari pengelolaan
zakat adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat, serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
2. Pola Pengelolaan Zakat
Zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera
disalurkan kepada mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun
dalam program kerja. Penyaluran zakat bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pola Tradisional (Konsumtif)
Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diberikan
langsung kepada mustahik danpa diserai adanya target, kemandirian sosial,
maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan). Dana zakat yang diterima
mustahik digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adal pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang
disertai dengan adanya target untuk merubah keadaan penerima (lebih
dikhususkan mustahik golongan fakir miskin) dari kategori mustahik
menjadi kategori muzaki.34
34
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), h.34-35
39
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZIS DKI JAKARTA
A. Sejarah BAZIS Provinsi DKI Jakarta
BAZIS Provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat resmi
yang dibentuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara resmi pada
tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
(ketika itu dijabat oleh Gubernur Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5
Desember 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syari‟at Islam
dalam wilayah DKI Jakarta.35
Sejak berdirinya BAZIS tahun 1968 hingga tahun 1973, perkembangan zakat
masih dirasakan belum optimal. Hal ini dilihat dari hasil pengumpulan yang secara
kuantitas maupun kualitas masih sangat kecil dibandingkan dari potensi zakat yang
sangat besar, khususnya di DKI Jakarta. Untuk memperluas sasaran operasional dan
karena semakin kompleksnya permasalahan zakat di Jakarta, maka pada tahun 1973
Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui Surat Keputusan No. D.III/B/14/6/73
tertanggal 22 Desember 1973 menyempurnakan BAZ ini menjadi Badan Amil Zakat
dan Infaq/ Shadaqah yang kini lebih dikenal dengan sebutan BAZIS.
Selama 48 tahun BAZIS Provinsi DKI Jakarta berdiri, sampai dengan saat ini
masih tetap eksis mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) serta amal sosial
dari masyarakat, pegawai, pejabat, karyawan swasta dan pengusaha di DKI Jakarta.
Sebagai Amil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, secara struktural dan substansional,
aktifitasnya membantu program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan umat melalui dana ZIS. Karena pada hakekatnya,
kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan dana ZIS berupaya untuk mengurangi
beban kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta serta berorientasi pada peningkatan harkat
dan martabat kaum dhuafa.
35
BAZIS DKI Jakarta, artikel diakses pada 18 oktober 2017 dari: http://bazisjakarta.id/sejarah
31
32
Program kerja BAZIS Provinsi DKI Jakarta tahun demi tahun telah terlaksana
dengan baik dan sukses meskipun secara umum merupakan program program yang
berkesinambungan dengan tahun tahun sebelumnya, namun ada juga program
program baru yang dihasilkan dalam rangka menggalai dan meningkatkan potensi
ZIS yang ada serta menyalurkan pendayagunaan ZIS bagi masyarakat DKI Jakarta.
Pada 3 tahun terakhir ini BAZIS Provinsi DKI Jakarta lebih menggali program
program yang mendukung 5 tertib dan bersinergi dengan program Pemerintah Daerah
Provinsi DKI Jakarta yang dituangkan dalam Program Jakarta Sejahtera di mana di
dalamnya terdapat program prioritas pendayagunaan meliputi: Jakarta Bertaqwa,
Jakarta Cerdas, Jakarta Peduli, Jakarta Mandiri dan Jakarta Sadar Zakat.
Dari segi pengumpulan ZIS, dalam 5 tahun terakhir BAZIS Provinsi DKI
Jakarta mengalami peningkatan yang signifikan dan pada tahun 2015 mampu
menembus angka Rp 134 Milyar, melampaui target yang telah diputuskan di Rapat
Pleno tahun sebelumnya sebesar Rp 120 Milyar.
Dalam pelaksanaan pengelolaaan zakat di tingkat kabupaten/ kota, di Provinsi
DKI Jakarta juga dibentuk BAZIS Kota Administrasi yang berfungsi sebagai
perangkat pembantu dalam pengeloaan zakat pada tingkatan kabupaten/ kotamadya,
kecamatan, dan kelurahan. Salah satunya adalah BAZIS Kota Administrasi Jakarta
Selatan yang membantu pelaksanaan pengelolaan zakat di wilayah Kota Jakarta
Selatan yang meliputi 10 kecamatan dan 65 kelurahan.
B. Visi dan Misi
Visi
Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya.
Misi
Mewujudkan Optimalisasi Pengelolaan ZIS yang amanah, profesional,
transparan, akuntabel, dan mandiri menuju masyarakat yang bertaqwa, sejahtera
dan berdaya.
Motto
Teladan dalam Amanah, Profesional dan Ukhuwah.
33
C. Tujuan dan Fungsi
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No. 120 tahun 2002 yang tertuang pada
BAB II Pasal 3, tugas pokok BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah:
1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah
sesuai dengan fungsi tujuannya.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, BAZIS bersifat obyektif dan transparan.
Dengan memiliki tujuan:
1. Terwujudnya layanan penghimpunan ZIS yang kreatif, inovatif dan
memaksimumkan nilai bagi muzakki, munfiq dan mutashaddiq.
2. Terwujudnya layanan pendayagunaan ZIS yang memaksimumkan upaya
pemberdayaan mustahik berbasis penguatan jaringan.
3. Terwujudnya organisasi sebagai good organization yang mampu
memaksimumkan kepuasan materi dan spiritual stakeholder dan menjadi
benchmark bagi pengelola ZIS di Indonesia dan Dunia.
Surat Keputusan Gubernur ini juga menyebutkan tentang fungsi BAZIS
Provinsi DKI Jakarta yang tertuang pada BAB II Pasal 4, yaitu:
1. Penyusunan program kerja
2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shadaqah dari masyarakat
termasuk pegawai di wilayah Provinsi DKI Jakarta
3. Pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan hukumnya
4. Peyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran menunaikan
ibadah zakat, infak dan sedekah
5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq dan shadaqah agar lebih produktif dan
terarah.
6. Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan zakat, infaq dan
shadaqah yang dilaksanakan oleh pelaksana pengumpul BAZIS
7. Penyelenggaraan kerja sama dengan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
dan Lembaga Amil Zakat yang lain
34
8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq,
dan shadaqah
9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumah-tanggaan dan
sumber daya manusia.36
D. Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta
Organisasi BAZIS DKI Jakarta terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan SK
Gubernur DKI No. 120 tahun 2002), yaitu:
1. Dewan pertimbangan
2. Komisi pengawasan
3. Badan pelaksan
Anggota dewan pertimbangan dan komisi pengawasan terdiri dari unnsur
ulama, umaro, DPRD, tokoh masyarakat, pengusaha, nasional, dan cendikiawan
muslim.
Susunan organisasi badan pelaksanaan adalah :37
1. Kepala
2. Wakil kepala
3. Secretariat
4. Bidang pengumpulan
5. Bidang pendayagunaan
6. Bidang dana
7. Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten Administrasi
36 BAZIS DKI Jakarta, artikel diakses pada 18 oktober 2017 dari: http://bazisjakarta.id/profil
37 Tim Penyusun, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta,
2006), h.91.
35
Sekretariat terdiri dari sub bagian umum, sub bagian hubungan masyarakat,
subbagian informasi dan komunikasi, dan subbagian penelitian dan pengembangan;
bidang pengumpulan terdiri dari seksi himpunan muzaki dan seksi bina muzaki,
bidang pendayagunaan terdiri dari seksi layanan mustahik, seksi bina usaha dan seksi
bina sumber daya mustahik; bidang dana terdiri dari seksi kas dan seksi akuntansi;
pelaksana BAZIS Kotamadyakabupaten terdiri dari subbagian tata usaha, seksi
pengumpulan dan seksi penyaluran.
Dewan pertimbangan BAZIS DKI Jakarta
1. Sekertaris daerah provinsi DKI Jakarta
2. Asisten kesejahteraan masyarakat setda provinsi DKI Jakarta
3. Kepala biro pendidikan dan mental spiritual setda provinsi DKI Jakarta
4. Ketua MUI provinsi DKI Jakarta
5. Prof. DR. KH. Amin Suma, BA, S.H.
6. DR. KH. Lutfhi Fatullah, M.A.
7. H. Muhammad Taufik
8. H. Iskandar Zulkarnaen, S.E.
9. Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf, M.Si.
10. DR. Adiwarman Karim
Komisi Pengawas
1. H. Hendarin Ono Saleh, M.Si.
2. KH. DR. Hamdan Rasyid
3. Kepala bagian mental spiritual biro pendidikan dan mental spiritual setda
provinsi DKI Jakarta
4. Kabid penerangan agama Islam, zakat dan wakaf kantor kementrian agama
provinsi DKI Jakarta
5. H. M. Ashraf Ali, B.Ac, SH.
6. Dr. KH. Nur Alam Bakhiar
7. KH. Cholis Nafis, Phd.
36
8. Drs. H. Beky Mardani
9. Drs. KH. Machdum H.S., M.A.
10. Danil Martono, S.E., A.K.
11. Unsur inspektorat provinsi DKI Jakarta
Badan Pelaksanan BAZIS DKI Jakarta
1. Kepala : Zahrul Wildan
2. Wakil : Amirudin
3. Kepala Sekretariat : Mustopa
4. Kepada Bid. Pengumpulan : R. Jumhara
3. Kepada Bid. Pendayagunaan : Muh. Chabib
4. Kepala Bid. Dana : Wahyu Hermana
Badan Pelaksana BAZIS kota/ Kab Administrasi
1. Jakarta Pusat : Jamhuri
2. Jakarta Utara : Hari Agusti Hiyayat
3. Jakarta Selatan : Sutrianan Lela
4. Jakarta Timur : Dwi Basara
5. Kep. Seribu : Latiful Syamsi
37
Tabel3.1: Struktur Anggota BAZIS DKI Jakarta
38
E. Program Kerja dan Kegiatan
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada hari rabu 25 Oktober 2017
dengan pak Habibi penulis memperoleh data tentang program keja BAZIS DKI
Jakarta.Program kerja BAZIS DKI Jakarta ditetapkan setahun sekali oleh rapat pleno
dan disahkan oleh gubernur. Program kerja itu dituangkan dalam Rencana Kerja
Anggaran Tahunan (RKAT). Isi dari RKAT adalah antara lain:
1. Rencana dan target penerimaan ZIS
2. Rencana pendayagunaan ZIS
3. Priorotas pendayagunaan berdasarkan kebutuhan ashnaf
4. Rencana strategis pengembangan
Program kerja sekretariat
1. Penyusunan surat menyurat dan kearsipan
2. Pengurusan perlengkapan dan kerumah-tanggaan
3. Rapat kerja dan rapat pleno
4. Pembinaan SDM/urusan kepegawaian
5. Pengelola keuangan yang bersumber dari APBD
6. Pembentukan dan pengembangan jaringan kerja
7. Sosialisasi ZIS
8. Membuat data basse untuk mestahik dan muzaki
9. Peningkatan motivasi dan profesionalisme amil
10. Penngembangan organisasidan penyusunan sistem dan prosedur operasi
standar
Dalam program kerja BAZIS DKI Jakarta melakukan berbagai macam program
sebagaimana fungsi lembaga atau badan amil zakat, yaitu menerima dan menyalurkan
hasil pengumpulan dana zakat, infak, sedekah, membukukan penerimaan dan
penyaluran.
Untuk Program kerja bidang pendayagunaan BAZIS DKI Jakarta membuat
beberapa program untuk para fakir miskin, fi sabilillah, mualaf/gharimin/ibnu sabil,
39
Bantuan kemaslahatan umat dan peningkatan SDM, intensifikasi dan ekstentifikasi
zakat, infak dan sedekah, bantuan kesetiakawanan sosial, kegiatan bina usaha
produktif/wirausaha.
Berikut adalah kegiatan yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta :
Tabel3.2: kegiatan program penerima manfaat BAZIS DKI Jakart
Penerima Manfaat Program Keterangan
Fakir miskin Pembinaan PKU dan PDU MUI
Jakarta selatan
Menciptakan kader kader
ulama muda yang akan
bermanfaat untuk
masyarakat dilingkungan
DKI Jakarta
Fakir miskin, fi
sabilillah.
Bantuan marbot masjid Memberikan penghargaan
kepada marbot masjid
yang ada dilingkungan
DKI Jakarta untuk
membantu kemaslahatan
hidup marbot yang
terkadang tidak di
hiraukan
Fakir miskin, fi
sabilillah.
Bantuan guru ngaji, dan guru
madrasah honorer
Memberikan tunjangan
untuk guru ngaji dan guru
madrasah yang bergaji
rendah agar terpenuhinya
kebutuhan hidup mereka
Fakir miskin Bantuan kesejahteraan kaum
dhuafa
Memberikan bantuan
secara langsung untuk
kaum dhuafa yang kurang
mampu untuk memenuhi
40
Selain dari program program diatas BAZIS DKI Jakarta juga membuat program
untuk kemaslahatan ummat untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada di DKI
Jakarta, dari tahun ketahun BAZIS DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan
program program yang sudah ada untuk terus diperbarui dan di tingkatkan kualitas
kebutuhan hidup mereka
yang serba kurang.
Fakir miskin,
gharimin
Bantuan pelunasan tunggakan
rusun.
Memberikan bantuan
untuk melunasi hutang
hutang tunggakan kaum
dhuafa yang tidak bisa ia
bayarkan
Ibnu sabil Bantuan untuk yang sedang
dalam perjalanan
Memberikan bantuan
kepada kaum dhuafa yang
ingin kembali ke kampung
halamannya yang akan
pulang untuk selamanya
dan tidak memiliki cukup
dana.
Mualaf Bantuan untuk kehidupan Memberikan bantuan
kepada mualaf yang benar-
benar terasingkan dari
keluarganya dan tidak lagi
dibiayai kehidupannya
oleh keluarga karena telah
meninggalkan agama
keuarga dan memilih
untuk masuk islam
41
penerima manfaatnya, agar para penerima manfaat dari program kemaslahatan ummat
dan peningkatan SDM bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri dan lebih produktif
dari sebelumnya.
Diiringi dengan program kemaslahatan ummat dan peningkatan SDM, BAZIS
DKI Jakarta juga membuat kegiatan bina usaha produktif dan wirausaha, yang maan
program ini untuk menilai apakah penyaluran yang telah di berikan sudah tepat
sasaran atau belum, dan untuk membina serta mengarahkan para penerima pinjaman
yang diberikan oleh BAZIS DKI Jakarta.
Untuk program peningkatan kualitas amil yang ada di DKI Jakarta juga telah di
siapkan program yang terbaik agar para amil yang ada di DKI Jakarta lebih kooperatif
dan inovatif dalam meghimpun dan mengelola dana zakat dari masyarakat baik dari
tingkat kelurahan, kecamatan, kota madya, dan pusat.
Sosialisasi tentang gerakan sadar berzakat juga terus dilakukan agar masyarakat
ibu kota mau mengeluarkan dan menitipkan zakatnya kepada lembaga/badan amil
zakat yang memang resmi disahkan oleh kementrian agama, tujuannya agar zakat
yang ada di DKI Jakarta dapat terorganisir dengan baik dan dapat dipantau secara
berkala, agar tidak ada lagi muzaki yang memberikan dana zakatnya kepada mustahik
secara langsung.
39
94,85
95,9
97,1
98,1
97,48
96,29
93
94
95
96
97
98
99
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Aktiva Lancar
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL
A. Analisis Laporan Keuangan
Dalam pembahasan ini pertama-tama penulis akan memaparkan sebagian hasil
analisis yang penulis hitung menggunakan rumus yang penulis dapat dari pelatihan
yang di adakan oleh Institut Manajemen Zakat (IMZ) yang telah penulis cantumkan
rumus tersebut pada bab II, sebagain hasil analisis yang penulis jabarkan hanya yang
berkaitan dengan judul skripsi yang penulis ambil, untuk perhitungan dari grafik yang
ada akan penulis lampirkan dibagian lampiran-lampiran.
a. Rasio Umum
1. Rasio Aktiva Lancar
Tabel4.1: Rasio Aktiva Lancar
Rasio aktiva lancar merupakan bentuk perhitungan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah sebuah lembaga memiliki nilai aktiva lancar yang terus berputar
dalam satu periode, Aktiva lancar dapat berupa kas, piutang investasi jangka pendek.
42
43
2,43
1,84
1,29
0,96
1,64
2,87
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasioa Aktiva Tetap
Dalam rasio aktiva lancar BAZIS DKI Jakarta dalam memutarkan aktiva
lancarnya secara baik karna grafik diatas menunjukun peningkatan yang signifikan
meskipun di dua tahun terakhir mengalami penurunan namun tidak terlalu besar.
2. Rasio Aktiva Tetap
Tabel4.2: Rasio Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan asset yang tetap yang berwujud , mempunyai nilai
manfaat lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
oprasional perusahaan dan bukan untuk dijual.
Dari grafik aktiva tetap diatas BAZIS DKI Jakarta memang tidak memiliki
banyak nilai aktiva tetap, dikarenakan memang keputusan dari pemprov DKI Jakarta
bahwa BAZIS DKI Jakara tidak boleh mengeluarkan dana yang besar untuk
pembelian aktiva tetap, untuk gedung operasional pun BAZIS DKI Jakarta tidak
boleh untuk membelinya seperti lembaga-lembaga amil yang lain yang memiliki
gedung sendiri, akan tetapi BAZIS DKI Jakarta untuk menjalakan kegiatan
operasionalnya sudah disediakan oleh pemprov DKI Jakarta itu sendiri, dan untuk
44
3,38
3,84 3,79
1,48
4,88
6,3
0
1
2
3
4
5
6
7
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Hutang Lancar
pengeluaran pembelian aktiva tetap BAZIS DKI Jakarta hanya di perbolehkan untuk
membeli kendaraan oprasional untuk mobil jenazah/ambulance untuk kepentingan
masyarakat banyak.38
3. Rasio Hutang Lancar
Tabel4.3: Rasio Hutang Lancar
Hutang lancar adalah kewajiban atau hutang-hutang yang harus segera
dilunasi dalam tempo satu tahun, dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa BAZIS
DKI Jakarta memang hanya memiliki sedikit hutang-hutang yang harus dibayarkan
dalam setiap satu tahun, karena memang lembaga/badan amil zakat tidak meiliki
alasan yang khusus untuk memiliki hutang yang banyak karna bukan untuk mencari
keuntungan yang lebih, BAZIS DKI Jakarta hanya memiliki hutang lancar karena
memang terkadang untuk gaji amil BAZIS DKI Jakarta menarik saldo dana dari dana
38 Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017
45
zakat dan akan di gantikan ketika APBD untuk gaji amil sudah di terima dari
pemprov DKI Jakartaa.39
4. Rasio saldo dana“X”
- Saldo dana zakat
Tabel4.4: Rasio Saldo Dana Zakat
Saldo dana merupakan hasil sisa dana yang ada dalam sebuah perusahaan
yang tidak digunakan selama satu tahun, dari grafik diatas membuktikan bahwa
BAZIS DKI Jakarta memang masih memiliki keraguan untuk menyisihkan sedikit
saldo dana zakat yang terhimpun dari masyarakat, BAZIS DKI Jakarta memang
sangat berhati-hati dalam penyaluran dana zakat karena zakat di perunutkan memang
benar-benar hanya untuk segelintir orang yang sudah di tentukan didalam aturan
agama dari pihak BAZIS DKI Jakarta memang sudah mengakui dari tahun 2010-
2015 masih ada kekurangan dan keraguan dalam penyaluran dana zakat sehingga
39
Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017
47,3 51,07
56,83 54,25 54,1 52,66
0
10
20
30
40
50
60
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Saldo Dana Zakat
46
masih menyisihkan banyaknya saldo dana yang tidak di gunakan dalam tahun-tahun
tersebut.40
- Saldo Dana Infak dan Sedekah
Tabel4.5: Rasio Saldo Dana Infak dan Sedekah
Pada grafik saldo dana infak dan sedekah ini dapat dilihat dan dibandingkan
dengan saldo dana zakat memang sedikit ada perbedaan yang signifikan, jika dalam
saldo dana zakat BAZIS DKI Jakarta masih menyisihkan banyak saldo dana maka
pada dana infak dan sedekah BAZIS DKI Jakarta cukup baik untuk menyisihkan
saldo dana infak dan sedekahnya dibawah 50%, karena untuk penyaluran dana infak
dan sedekah tidak ada pembatasan untuk siapa-siapa saja yang berhak untuk
menerimanya dan memang banyak program-program yang ada pada BAZIS DKI
Jakarta menggunakan dana infak dan sedekah, seperti contoh bedah rumah.41
40
Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017
45,15
41,78
37,13
43,05
39,46 40,44
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Saldo Dana Infak dan Sedekah
47
- Saldo Dana Pengelola
Tabel4.6: Rasio Saldo Dana Pengelola
Saldo dana pengelola merukan sisa dari anggaran dana pengelola yang di
tetapkan selama satu tahun, grafik diatas menunjukan bahwa memang dana pengelola
memang benar-benar diggunakan dengan baik karena memang dana pengelola di
gunakan untuk menggaji para amil yang ada di BAZIS DKI Jakarta dan juga para
amil yang berada disetiap kota madya yang ada di DKI Jakarta, jadi tidak ada
kemungkinan yang besar jika saldo dana pengelola akan tersisa diatas 10%, untuk
saldo dana pengelola juga terkadang BAZIS DKI Jakarta menarik sedikit dari dana
zakat sebagai bagain hak atas amil dalam zakat untuk menutupi sedikit kekurangan
yang mungkin terjadi dalam setiap tahunnya untuk aktivitas pengelolaan dan gaji para
41
Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017
4,14
3,29
2,23
1,21
1,55
0,57
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Saldo Dana Pengelola
48
amil yang ada di seluruh wilayah DKI Jakarta baik ditingkat pusat, kota madya,
kecamatan, dan kelurahan.
b. Rasio Likuiditas
1. Rasio Penggunaan Dana
- Penggunaan Dana Zakat
Tabel4.7: Rasio Penggunaan Dana Zakat
26,13 28,03
30,28
34,19 34,12
39,37
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Penggunaan dana Zakat
49
- Penggunaan Dana Infak dan Sedekah
Tabel4.8: Rasio Penggunaan Dana Infak dan Sedekah
Rasio penggunaan dana zakat infak dan sedekah adalah hasil dari penyaluran
dana zakat/infak dan sedekah dibagi dengan saldo awal lembaga ditambah dengan
penerimaan dana zakat/infak dan sedekah, dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa
dalam menggunakan dana zakat infak dan sedekah BAZIS DKI Jakarta memang
sedikit tidak efektif karena memang masih terlalu sedikit untuk menggunakan dana
zakat yang tersimpan.
Dalam ukuran efektivitas memang BAZIS DKI Jakarta mengakui bahwa
target yang di tetapkan di tahun 2010-2015 belum mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, karena ada beberapa kendala yang dihadapi oleh BAZIS DKI Jakarta
yang menyebabkan rendahnya rasio penggunaan dana zakat infak dan sedekah:42
1. tidak bersedianya mustahik untuk melengkapi berkas berkas persyaratan
untuk mendapatkan bantuan dana, yang mustahik inginkan hanya
langsung diberi dana, sementara itu BAZIS DKI Jakarta harus
42
Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017.
20,41
23,79 23,66
17,65
23,69
27,94
0
5
10
15
20
25
30
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Penggunaan Dana Infak dan Sedekah
50
melaporkan pengeluarannya untuk apa saja dan harus dengan bukti yang
sesuai dan sah menurut undang-undang karena BAZIS DKI Jakarta juga
merupakan bagian dari pemerintah provinsi DKI Jakarta yang harus di
audit secara berkala.
2. Mustahik yang membutuhkan tidak mau untuk mendatangi dan meminta
bantuan langsung ke BAZIS DKI Jakarta, karena memang BAZIS DKI
Jakarta tidak memiliki banyak karyawan sehingga dapat membantu
langsung mustahik di lapangan.
3. Adanya penghapusan salah saatu program, yaitu pemberian beasiswa
kepada anak sekolah yang dikarenakan anak-anak sekolah di DKI Jakarta
telah mendapatkan bantuan langsung dari pemprov DKI Jakarta berupa
Kartu Jakarta Pintar (KJP)
4. Kurangnya kerja sama petugas oprasional (PO) yang ada di kelurahan
dengan RW dan RT setempat untuk mendata mustahik karna petugas
oprasional BAZIS DKI Jakarta hanya ada satu di setiap kelurahan yang
ada di DKI Jakarta jadi masih belum optimal
5. Dalam hal kebijakan yang ambil oleh BAZIS DKI Jakarta dapat di
katakana memang sangat sulit untuk mendapatkan bantuan dana bagi
para mustahik, karna jika mustahik ingin mengajukan untuk meminta
bantuan mustahik diharuskan membawa berkas berkas dari tingkat
kelurahan dan segala macamnya, contoh mustahik yang datang untuk
meminta bantuan untuk membayar tagihan rumah susun, mustahik
tersebut harus mendapatkan surat keterangan dari kelurahan setempat,
surat perintah dari gubernur, dan surat dari pihak pengelola rumah susun
akan tetapi yang bisa mengajukan untuk permohonan dana adalah pihak
rumah susun sendiri mustahik tidak bisa angsung mengajukan ke BAZIS
DKI, itu yang sedikit menyulitkan bagi mustahik karna banyak dari
mustahik yang tidak mengerti apalagi jika mustahik penghuni rumah
susun itu hanya seorang janda tua yang tinggal bersama cucunya.
51
Dari sebab-sebab itulah dapat dikatakan bahwa penggunaan dana zakat infak
dan sedekah pada BAZIS DKI Jakarta belum dikatakan efektif karena belum
memenuhi aspek tugas atau fungsi dari program yang telah di tetapkan dan
juga belum terpenuhinya syarat-syarat untuk dapat dikatan efektivitas
sebagaimana yang telah penulis bahas pada bab II
2. Rasio lembaga dalam penyaluran dana “X”
- Penyaluran Dana Zakat
Tabel4.9: Rasio Penyaluran dana Zakat
73,83 77,24 75,46
87,87 90,93
98,39
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Penyaluran Dana Zakat
52
- Penyaluran Dana Infak sedekah
Tabel4.10: Rasio Penyaluran Dana Infak dan Sedekah
Rasio penyaluran adalah hasil dari penerimaan dana zakat/infak dan sedekah
dibagi dengan penyaluran dana zakat/infak dan sedekah. Dalam rasio penyaluran
dana memang setip lembaga/badan amil zakat hampir semua memiliki rasio yang
sangat sempurna bisa di katakana begitu efektif, karena jika dalam rasio penyaluran
dana zakat/infak dan sedekah sebuah lembaga/badan amil zakat tidak menyalurkan
dananya lebih dari 75% maka dapat di katakana lembaga tersebut tidak amanah.43
Dari grafik diatas BAZIS DKI Jakarta memang sangat efektif dalam
menyalurkan dana zakat infak dan sedekah, karena memang perhitungannya hanya
menggunakan saldo penerimaan dan penyaluran, sementara untuk sisa dari
penyaluran dana zakat infak dan sedekah masih terus menjadi saldo akhir di tahun
tersebut dan akan menjadi saldo awal di tahun berikutnya dan masih terus bertambah
dan bertambah. Untuk penyaluran dana infak dan sedekah BAZIS DKI Jakarta juga
43
Kushardanta, Dosen Analisis Laporan keuangan LAZ/BAZ, Interview pribadi, Ciputat, 2 Februari 2017
75,39
89,2 94,02
62,99
98,86 92,96
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Penyaluran Dana Infak dan Sedekah
53
mengakumulasikan dana yang ada untuk di investasikan pada deposito agar hasil dari
dana deposito dapat dimanfaatkan lebih untuk masyarakat yang membutuhkan.44
B. Analisis
Dari penyajian data yang penulis sudah jelaskan diatas bahwa dapat diukur tentang
efektivitas atau tidaknya penggunaan dana zakat, infak dan sedekah yang dilakukan
oleh BAZIS DKI Jakarta dati tahun 2010-2015.
Dari penjelasan di bab II tentang ukuran dan indikator efektivitas yang mana
dikatakan bahwa keefektifan itu diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria yang
dicipitakan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan, bahwa BAZIS DKI Jakarta
memang mengakui sendiri bahwa dalam perhitungan rasio penggunaan dana zakat
infak dan sedekah belum efektif karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan
rendahnya rasio penggunaan dana zakat infak dan sedekah ditahun 2010-2015 :45
1. tidak bersedianya mustahik untuk melengkapi berkas berkas
persyaratan untuk mendapatkan bantuan dana, yang mustahik inginkan
hanya langsung diberi dana, sementara itu BAZIS DKI Jakarta harus
melaporkan pengeluarannya untuk apa saja dan harus dengan bukti yang
sesuai dan sah menurut undang-undang karena BAZIS DKI Jakarta juga
merupakan bagian dari pemerintah provinsi DKI Jakarta yang harus di
audit secara berkala.
2. Mustahik yang membutuhkan tidak mau untuk mendatangi dan meminta
bantuan langsung ke BAZIS DKI Jakarta, karena memang BAZIS DKI
Jakarta tidak memiliki banyak karyawan sehingga dapat membantu
langsung mustahik di lapangan.
3. Adanya penghapusan salah saatu program, yaitu pemberian beasiswa
kepada anak sekolah yang dikarenakan anak-anak sekolah di DKI Jakarta
44
Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017 45
Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017
54
telah mendapatkan bantuan langsung dari pemprov DKI Jakarta berupa
Kartu Jakarta Pintar (KJP)
4. Kurangnya kerja sama petugas oprasional (PO) yang ada di kelurahan
dengan RW dan RT setempat untuk mendata mustahik karna petugas
oprasional BAZIS DKI Jakarta hanya ada satu di setiap kelurahan yang
ada di DKI Jakarta jadi masih belum optimal
Di tahun 2016 BAZIS DKI Jakarta mulai melakukan sedikit demi sedikit
perbaikan agar penggunaan dana zakat, infak dan sedekah agar bisa lebih efektif dari
tahun-tahun sebelumnya dan perlahan BAZIS DKI Jakarta mulai merumuskan cara
agar penggunaan dana zakat, infak dan sedekah bisa lebih efektif dengan cara :46
a. Mensikronkan dengan keputusan gubernur agar sejalan dan tidak bertentangan
dan agar bisa lebih efektif lagi dalam penggunaan dana
b. Menambah jumlah UPZ agar masyarakat lebih percaya bahwa BAZIS DKI
Jakarta semakin dekat dengan masyarakat DKI Jakarta, karna dengan adanya
UPZ masyarakat langsung dapat menyalurkan zakat infak dan sedekahnya di
UPZ tersebut dan UPZ tersebut boleh mendistribusikannya secara langsung
pada cakupan wilayah UPZ itu berada, BAZIS DKI Jakarta hanya menerima
pelaporannya saja atas penerimaan dan penggunaan dana zakat infak dan
sedekahnya.
c. Mengadakan kerja sama dengan stasiun televisi Net.Tv untuk lebih
meningkatkan pengumpulan dan penggunaan dana agar masyarakat tau bahwa
dana yang di himpun oleh BAZIS DKI Jakarta sudah tersalurkan dengan baik
d. Pengumpulan dana dengan trobosan-trobosan baru agar lebih menarik minat
muzaki untuk meyalurkan dana zakat infak dan sedekhanya kepada lembaga
tidak secara langsung ke musthaik
46
Habibie, Staff sekertariat BAZIS DKI Jakarta, Interview pribadi, Jakarta, 25 Oktober 2017
55
e. Dalam rapat evaluasi di akhir 2016 BAZIS DKI Jakarta berhasil menyalurkan
dan menggunakan dana zakat dengan baik sehingga hanya menyisakan saldo
akhir zakat 100jt dan di tahun tahun berikutnya BAZIS DKI Jakarta akan lebih
mengoptimalisasikan lagi baik dari segi pengumpulan dan penggunaan dana
ZIS karena ini merupakan amanah dari para muzaki yang untuk di salurkan
kepada mustahik.
39
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan pemaparan pada bab sebelumnya, penulis dapat
menyimpulkan bahwa rasio penggunaan dana BAZIS DKI Jakarta belum dikatakan
efektif karna masih sangat minim dari total dana yang dimiliki oleh BAZIS DKI
Jakarta, namun dalam segi rasio penyaluran dapat dikatakan cukup baik BAZIS DKI
Jakarta untuk menyalurkan dananya, namun masih ada sedikit keraguan untuk
menyisakan saldo dana untuk akhir periode yang begitu besar.
Dari analisis yang penulis lakukan, penulis menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi efektivitas rasio penggunaan dana zakat, infak dan sedekah yang
memang BAZIS DKI Jakarta sendiri mengakui masih adannya kekurangan dalam hal
penggunaan, pendistribusian, dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah sehingga
menyebabkan rasio penggunaan dana zakat, infak dan sedekah begitu rendah, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya rasio penggunaan dana zakat, infak
dan sedekah, diantaranya :
1. Adanya penghapusan program oleh pemprov DKI Jakarta
2. Sulitnya memenuhi berkas berkas untuk mendapatkan batuan bagi mustahik
3. Kurangnya kerjasama antar BAZIS DKI Jakarta dengan petugas oprasional
disetiap kelurahan di DKI Jakarta
Dan masih ada beberapa lagi yang telah penulis paparkan pada bab IV.
Karena minimnya penggunana dana zakat, infak dan sedekah, BAZIS DKI
Jakarta sudah merumuskan beberapa cara untuk meningkatkan nilai efketivitas
penggunaan dana zakat, infak dan sedekah, contoh di akhir tahun 2016 BAZIS DKI
Jakarta berhasil menggunakan dana zakat, infak dan sedekah dengan baik dan hanya
menyisihkan sekitar Rp.100.000.000,- dan dari tahun 2016 BAZIS DKI Jakarta sudah
mulai menerapkan beberapa cara untuk meningkatkan efektivitas penggunaan dana
zakat, infak dan sedekah berikut adalah beberapa cara yang dilakukan oleh BAZIS
DKI Jakarta :
56
57
1. Mensikronkan dengan keputusan keputusan yang ditetapkan oleh gubernur
DKI Jakarta agar sejalan, tidak bertentangan dan agar bisa lebih efektif lagi
dalam penggunaan dana zakat, infak dan sedekah.
2. Menambah jumlah UPZ di DKI Jakarta agar pengumpulan dan
pendistribusian serta penggunaan dana zakat, infak dan sedekah bisa
langsung tersalurkan melalui UPZ yang ada disetiap wilayah yang ada di
DKI Jakarta.
Dan masih ada beberapa cara yang masih terus di tinjau oleh BAZIS DKI
Jakarta untuk diterapkan dalam kegiatan pengumpulan, pencatatan, dan
pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah agar dana tersebut dapat digunakan
dengan baik sesuai dengan amanah yang telah dititipkan oleh muzaki yang
mempercayai BAZIS DKI Jakarta sebagai wakil untuk mengelola dana zakat, infak
dan sedekahnya untuk di salurkan dan digunakan ssebagai mana mestinya
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang telah dilihat penulis, maka ada beberapa saran
yang dapat diberikan kepada BAZIS DKI Jakarta dalam masalah penggunaan dan
penyaluran dana zakat infak dan sedekah agar bisa lebih efektif dan lebih bermanfaat
lagi bagi masyarakat yang tinggal di wilayah ibu kota ini.
1. Dalam penyaluran dana kepada mustahik para amil di BAZIS DKI Jakarta
harus mau untuk terjun langsung meninjau kebutuhan yang memang di
butuhkan oleh mustahik, jangan sampai hanya menunggu mustahik yang
datang untuk meminta bantuan kepada BAZIS DKI Jakarta, karena memang
sesungguhnya tugas amil adalah mengumpulkan/mengambil dana zakat,
mendistribusikan secara langsung dana zakat dan mencatat data mustahik
apakah mustahik tersebut akan terus berstatus sebagai mustahik atau
mampun untuk dirubah statusnya menjadi muzaki.
2. BAZIS DKI Jakarta harus berani untuk menggunakan dana zakat infak dan
sedekah demi kesejahteraan para mustahik dan orang orang yang
58
mebutuhkan, jangan takut untuk menyisakan sedikit dari saldo dana yang
ada karena pasti di tahun berikutnya BAZIS DKI Jakarta akan menerima
kembali dana zakat infak dan sedekehanya dari masyarakat dan juga dari
PNS yang ada di DKI Jakarta, bahkan nilainya setiap tahun kedepan bisa kita
katakan nilainya akan terus bertambah.
3. Pemerintah porvinsi DKI Jakarta harus mengizinkan kembali BAZIS DKI
Jakarta untuk memberika bantuan berupa beasiswa kepada musatahik yang
membutuhkan, karna masih banyak juga masyarakat miskin yang belum bisa
menikmati Kartu Jakarta Pintar (KJP), dampaknya masih banyak anak-anak
usia sekolah yang putus sekolah karna kekurangan ekonomi keluarga
mereka.
4. BAZIS DKI Jakarta harus berusaha lagi untuk mensosialisasikan tentang
keuntungan berzakat infak dan sedekah pada lembaga yang memang benar-
benar bergerak pada bidang tersebut, dan juga BAZIS DKI Jakarta harus
bisa menimbulkan rasa kepercayaan atau trust kepada masyarakat dengan
memperbanyak UPZ, karena dengan adanya UPZ di lingkungan masyarakat
sekitar bisa langsung menyalurkan dana zakat infak dan sedekahnya di UPZ
tersebut, dan UPZ itu juga bisa langsung mendistribusika dana yang di
himpun dari masyarakat sekitar dan juga di distribusikan di masyarakat
sekitar itu pula, BAZIS DKI Jakarta cukup menerima laporan dari UPZ
tersebut dan mengangkat seorang perwakilan amil untuk mengawasi dan
memantau jalannya UPZ tersebut.
39
DAFTRA PUSTAKA
Al-Qur‟an
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, Cet-3. Jakarta: FE UI, 2003.
Al-Ba‟ly, Abdul Hamid Mahmud. Ekonomi Zakat. Jakarta: PT Raja Grafindo, 20114.
Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-press,
2006.
Bariadi, Lili. Zakat dan Wirausaha. Cet-1. Ciputat Tanggerang Selatan: CED, 2005.
BAZIS DKI Jakarta, artikel diakses pada 18 oktober 2017 dari:
http://bazisjakarta.id/profil
BAZIS DKI Jakarta, artikel diakses pada 18 oktober 2017 dari:
http://bazisjakarta.id/sejarah
Bidang Advokasi Forum Zakat. Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat.
Jakarta: Forum Zakat, 2005.
Departemen Agamaa. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Zakat, 2009.
Drajat, Zakiah. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
F. X., Sujadi. Organisasi dan manajemen Penunjang Berhasilnya Proses
Manajemen, cet.3. Jakarta: CV. Masagung, 1990.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Depok: Gema Insani,
2002.
Huda, Nurul. Zakat Perspektif Mikro-Makro. Jakarta: Prenada Media Group, 2015.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.
Jumlah Penduduk Miskin di Jakarta, artikel diakses pada 19 Januari 2017 dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jakarta.bps.
go.id/backend/brs_ind/brsind20160803153247.pdf&ved=0ahUKEwi6huH37c3
RAhUMp48KHY_2BLwQFggZMAA&usg=AFQjCNGmK9QxHavgr-
2DyBdTtcNZqyPa1g&sig2=_QsfjKDoA4SLi0jci9p1qA
59
60
Kartika, Elsi. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT. Grasindo, 2006.
Kementrian Agama RI. Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid. Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2014.
Kriteria Miskin Menurut Standar BPS, artikel diakses pada 24 Januari 2017 dari
http://skpd.batamkota.go.id/sosial/persyaratan-perizinan/14-kriteria-miskin-
menurut-standar-bps/
Kustiawan, Teten. Pedoman Akuntansi Amil Zakat: Panduan Implementasi
Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis PSAK 109. Jakarta: Forum Zakat,
2012.
Lani. Efektivitas Pengelolaan Dana Zakat Infak dan Shodaqoh LAZIS Nahdlatul
Ulama Untuk Program NUPRENEUR. Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013.
Maleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Cet-11. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,
2002.
Pengertian efektifitas dan teori efektivitas, artikel diakses pada 27 Maret 2017 dari:
http://litelaturbook.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-efektivitas-dan-
landasan.html?m=1
Qaradhawi, Yusuf. Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan.
Jakarta: Zikrul Hakim, 2005.
Shadily, A.B Pridogdo. Ensiklopedia Umum. Cet-8. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Siagian, Sondang. Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi. Cet-5. Jakarta: CV
Masagung, 1986.
SR, Soemarso. Akuntansi: Suatu Pengantar. Edisi-4. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Sudewo, Eri. Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip dasar.
Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004.
Sudirman. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang: UIN Malang Press,
2007.
61
Sumaryadi. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Bandung: Pustaka
Setia, 2005.
Tim Institut Manajemen Zakat. Manajemen Zakat Gaya BUMN “Praktik
Pengelolaan Zakat Baitul Maal Pupuk Kujang”. Ciputat: Divisi Publikasi IMZ,
2006.
Tim Penyusun BAZIS DKI. Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta
BAZIS DKI Jakarta, 2006.
39
LAMPIRAN-LAMPIRAN
62
63
Perhitungan atas grafik yang penulis cantumkan pad bab IV
1. Rasio Aktiva Lancar
- 2010 68.133.490.938
71.829.996.393 ÷
0,94853 x 100%
= 94,85 %
- 2011 80.687.778.420
84.143.104.113 ÷
0,95893 x 100%
= 95,9 %
- 2012 96.144.441.846
99.043.623.199 ÷
0,97072 x 100%
= 97,1 %
- 2013 115.069.699.342
117.322.562.151 ÷
0,98079 x 100%
= 98,1 %
- 2014 126.027.087.580
129.273.729.648 ÷
0,97488 x 100%
= 97,48 %
- 2015 130.297.763.221
135.306.029.781 ÷
0,96298 x 100%
= 96,29 %
64
2. Rasio Aktiva Tetap
- 2010 1.752.422.961
71.829.996.393 ÷
0,02439 x 100%
= 2,43 %
- 2011 1.553.887.700
84.143.104.113 ÷
0,01846 x100%
= 1,84 %
- 2012 1.279.772.853
99.043.623.199 ÷
0,01292 x 100%
= 1,29 %
- 2013 1.133.454.308
117.322.562.151 ÷
0,00966 x 100%
= 0,96 %
- 2014 2.127.233.568
129.273.729.648 ÷
0,01645 x 100%
= 1,64 %
- 2015 3.888.858.060
135.306.029.781 ÷
0,02874 x 100%
= 2,87 %
65
3. Rasio Hutang Lancar
- 2010 2.432.870.538
71.829.996.393 ÷
0,03386x 100%
= 3,38 %
- 2011 3.235.581.226
84.143.104.113 ÷
0,03845 x 100%
= 3,84 %
- 2012 3.757.311.314
99.043.623.199 ÷
0,03793 x 100%
= 3,79 %
- 2013 1.740.258.284
117.322.562.151 ÷
0,01483 x 100%
= 1,48 %
- 2014 6.309.576.273
129.273.729.648 ÷
0,0488 x 100%
= 4,88 %
- 2015 8.537.650.852
135.306.029.781 ÷
0,0630 x 100%
= 6,30 %
66
4. Rasio saldo dana“X”
- Saldo dana zakat
- 2010 33.982.285.405
71.829.996.393 ÷
0,47309 x 100%
= 47,3 %
- 2011 42.976.482.385
84.143.104.113 ÷
0,51075 x 100%
= 51,07 %
- 2012 56.287.806.163
99.043.623.199 ÷
0,56831 x 100%
= 56,83 %
- 2013 63.648.734.213
117.322.562.151÷
0,54251 x 100%
= 54,25 %
- 2014 69.945.617.435
129.273.729.648÷
0,54106 x 100%
= 54,1 %
- 2015 71.258.095.502
135.306.029.781÷
0,52664 x 100%
= 52,66 %
67
- Saldo Dana Infak dan Sedekah
- 2010 32.435.359.457
71.829.996.393 ÷
0,45155 x 100%
= 45,15 %
- 2011 35.159.909.977
84.143.104.113 ÷
0,41785 x 100%
= 41,78 %
- 2012 36.784.043.568
99.043.623.199 ÷
0,37139 x 100%
= 37,13 %
- 2013 50.510.865.952
117.322.562.151 ÷
0,43052 x 100%
= 43,05 %
- 2014 51.013.103.758
129.273.729.648 ÷
0,39461 x 100%
= 39,46 %
- 2015 54.731.093.875
135.306.029.781 ÷
0,40449 x100 %
= 40,44 %
68
- Saldo Dana Pengelola
- 2010 2.979.480.993
71.829.996.393 ÷
0,04147 x 100%
= 4,14 %
- 2011 2.771.130.525
84.143.104.113 ÷
0,03293 x 100%
= 3,29 %
- 2012 2.214.462.153
99.043.623.199 ÷
0,02235 x 100%
= 2,23 %
- 2013 1.422.703.701
117.322.562.151 ÷
0,01212 x 100%
= 1,21 %
- 2014 2.005.432.183
129.273.729.648 ÷
0,01551 x 100%
= 1,55 %
- 2015 779.189.551
135.306.029.781 ÷
0,00575 x 100%
= 0,57 %
69
5. Rasio Penggunaan Dana
- Penggunaan Dana Zakat
- 2010 23.219.860.025
57.407.772.031 + 31.448.776.565
23.219.860.025
88.856.548.596 ÷
0,26131 x 100 %
= 26,13 %
- 2011 30.538.234.000
30.538.234.856+39.532.430.980
30.538.234.000
108.929.556.836÷
0,28034 x 100%
= 28,03 %
- 2012 40.937.830.623
80.907.522.888 + 54.249.154.401
40.937.830.623
135.156.677.289 ÷
0,30289 x 100%
= 30,28 %
- 2013 53.336.750.021
95.286.311.886 + 60.697.678.071
53.336.750.021
155.983.989.957 ÷
0,34193 x 100%
= 34,19 %
- 2014 63.138.463.452
115.582.303.868 + 69.435.346.674
63.138.463.452
70
185.017.650.542 ÷
0,34125 x 100%
= 34,12 %
- 2015 80.699.907.158
122.964.153.376 + 82.001.385.224
80.699.907.158
204.965.538.600 ÷
0,39372 x 100%
= 39,37 %
- Penggunaan Dana Infak dan Sedekah
- 2010 16.075.301.559
57.407.772.031 + 21.320.042.370
16.075.301.559
78.727.814.401 ÷
0,20418 x 100%
= 20,41 %
- 2011 22.523.831.387
69.397.125.856 + 25.248.381.906
22.523.831.387
94.645.507.762 ÷
0,23798 x 100%
= 23,79 %
- 2012 25.580.022.884
80.907.522.888 + 27.204.156.475
25.580.022.884
108.111.679.363 ÷
0,23660 x 100%
71
= 23,66 %
- 2013 23.371.378.815
95.286.311.886 + 37.098.201.199
23.371.378.815
132.384.513.085 ÷
0,17654 x 100%
= 17,65 %
- 2014 43.848.258.393
115.582.303.868 + 69.435.346.674
43.848.258.393
185.017.650.542 ÷
0,23699 x 100%
= 23,69 %
- 2015 49.134.977.050
122.964.153.376 + 52.8522.967.168
49.134.977.050
175.817.120.544 ÷
0,27946 x 100%
= 27,94 %
6. Rasio lembaga dalam penyaluran dana “X”
- Penyaluran Dana Zakat
- 2010 23.219.860.025
31.448.776.565 ÷
0,73833 x 100%
= 73,83 %
- 2011 30.538.234.000
39.532.430.980 ÷
72
0,77248 x 100%
= 77,24 %
- 2012 40.937.830.623
54.249.154.401 ÷
0,75462 x100%
= 75,46 %
- 2013 53.336.750.021
60.697.678.071 ÷
0,87872 x 100%
= 87,87 %
- 2014 63.138.463.452
69.435.346.674 ÷
0,90931 x 100%
= 90,93 %
- 2015 80.688.907.158
82.001.385.224 ÷
0,98399 x 100%
= 98,39%
- Penyaluran Dana Infak sedekah
- 2010 16.075.301.559
21.320.042.370 ÷
0,75399 x 100%
= 75,39 %
- 2011 22.523.831.387
25.248.381.906 ÷
0,89209 x 100%
= 89,2 %
73
- 2012 25.580.022.884
27.204.156.475 ÷
0,94209 x 100%
= 94,02 %
- 2013 23.371.378.815
37.098.201.199 ÷
0,2998 x 100%
= 62, 99 %
- 2014 43.848.258.393
44.350.496.199 ÷
0,98867 x 100%
= 98,86 %
- 2015 49.134.977.050
52.852.967.168 ÷
0,92965 x 100%
= 92,96%
39
39
39