33
ANALISIS ETALASE POTENSI SUMBERDAYA EKOSISTEM PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Bengkalis Riau) 1 Endang Hilmi, Dr, Ir, MSi 2 , Parengrengi, S.Pi, M.Si 3 , Usman M Tang, Prof,Dr 3 , Ir.Muhamad Fadlan, M.Si 4 Abtrak Ekosistem pesisir merupakan suatu ekosistem yang dipengaruhi oleh ekosistem laut dan ekosistem daratan. Ekosistem ini sangat unik karena terdiri dari ekosistem terestrial (daratan) dan ekosistem akuatik (perairan), namun juga sangat rentan akan kerusakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ekosistem terestrial yang rusak terutama ekosistem mangrove, dan banyaknya ekosistem akuatik yang rusak seperti habitat udang, kerang dan kepiting. Kabupaten bengkalis merupakan kabupaten pesisir yang memiliki potensi ekosistem pesisir yang lengkap mulai dari ekosistem mangrove, ekosistem laut, ekosistem muara sungai dan estuarian dan ekosistem rawa baik rawa air tawar maupun payau. Analisis etalase potensi sumberdaya ekosistem pesisir dibangun dengan tujuan untuk menganalisis potensi sumberdaya yang terdiri dari potensi flora dan fauna, potensi fisik, potensi sumberdaya hayati laut dan pesisir, potensi ekonomi, permasahan dan arahan pengembangan. Metode yang digunakan adalah pendekatan analisis keanekaragaman hayati, analisis ekonomi dan analisis AHP dalam membangun arahan pengembangan. Jenis fauna yang terdapat di perairan air tawar adalah ikan sipaku (Cyclocheilichthys apogon), pitulu (Barbichthys laevis), barau (Hampala macrolepidota), paweh (Osteochilus kahajanens), sedangkan jenis fauna laut diantaranya adalah ikan tenggiri (Scomberomorus sp), senangin (Eleutheronemai sp), kerapu (Epnephelus spp.). kakap (Lates sp.) Potensi plankton memiliki jenis antara 12 – 40 jenis. Potensi flora mangrove adalah 1 Konferensi nasional VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut 27 -29 Agustus 2008 2 Dosen Program Studi Perikanan dan Kelautan Fakultas Sain dan Teknik Unsoed 3 Dosen Fakultas Perikanan Unri 4 Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Bengkalis

Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

ANALISIS ETALASE POTENSI SUMBERDAYA EKOSISTEM PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Bengkalis Riau)1

Endang Hilmi, Dr, Ir, MSi 2, Parengrengi, S.Pi, M.Si3, Usman M Tang, Prof,Dr3, Ir.Muhamad Fadlan, M.Si4

AbtrakEkosistem pesisir merupakan suatu ekosistem yang dipengaruhi oleh ekosistem laut

dan ekosistem daratan. Ekosistem ini sangat unik karena terdiri dari ekosistem terestrial (daratan) dan ekosistem akuatik (perairan), namun juga sangat rentan akan kerusakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ekosistem terestrial yang rusak terutama ekosistem mangrove, dan banyaknya ekosistem akuatik yang rusak seperti habitat udang, kerang dan kepiting. Kabupaten bengkalis merupakan kabupaten pesisir yang memiliki potensi ekosistem pesisir yang lengkap mulai dari ekosistem mangrove, ekosistem laut, ekosistem muara sungai dan estuarian dan ekosistem rawa baik rawa air tawar maupun payau.

Analisis etalase potensi sumberdaya ekosistem pesisir dibangun dengan tujuan untuk menganalisis potensi sumberdaya yang terdiri dari potensi flora dan fauna, potensi fisik, potensi sumberdaya hayati laut dan pesisir, potensi ekonomi, permasahan dan arahan pengembangan. Metode yang digunakan adalah pendekatan analisis keanekaragaman hayati, analisis ekonomi dan analisis AHP dalam membangun arahan pengembangan.

Jenis fauna yang terdapat di perairan air tawar adalah ikan sipaku (Cyclocheilichthys apogon), pitulu (Barbichthys laevis), barau (Hampala macrolepidota), paweh (Osteochilus kahajanens), sedangkan jenis fauna laut diantaranya adalah ikan tenggiri (Scomberomorus sp), senangin (Eleutheronemai sp), kerapu (Epnephelus spp.). kakap (Lates sp.) Potensi plankton memiliki jenis antara 12 – 40 jenis. Potensi flora mangrove adalah Alstonia sholaris, Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera praviflora, Bruguiera sp,, Oncosperma tiggilarium, Pandanus tectorius, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Satiria lawigata, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Thespesia sp. , dan Xylocarpus granatum,

Potensi ekonomi adalah dijadikannya sumberdaya pesisir untuk potensi cerucuk, arang bakau, nibung dan potensi satwa. Sedangkan potensi ekonomi untuk sektor perikanan dari potensi sumberdaya ikan, dengan menghitung peluang usaha dan produktivitasnya.

Analisis pilihan priotitas dilakukan untuk semua sumberdaya alam dengan memperhatikan fungsi terutama fungsi fisik yang terdiri dari kemampuan mencegah erosi, aberasi, banjir, sedimentasi, interusi, kemudian fungsi ekologi yang terdiri dari habitat ikan, burung, dan tanaman mangrovem serta fungsi sosial yang terdiri dari potensi lapangan pekerjaan, pemukiman dan akses wilayah. Dari analisis ini apakah sebaiknya potensi pesisir dijadikan sebagai areal jalur hijau, konservasi atau hutan produksi.

Keyword : etalase pesisir, mangrove, analisis ekonomi, analisis prioritas

1 Konferensi nasional VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut 27 -29 Agustus 20082 Dosen Program Studi Perikanan dan Kelautan Fakultas Sain dan Teknik Unsoed3 Dosen Fakultas Perikanan Unri4 Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Bengkalis

Page 2: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekosistem pesisir merupakan suatu ekosistem yang dipengaruhi oleh ekosistem laut

dan ekosistem daratan. Ekosistem yang disusun oleh beberapa ekosistem utama seperti

ekosistem mangrove, ekosistem rawa, ekosistem laut dangkal, ekosistem gambut,

ekosistem estuaria, dan ekosistem pantai. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

penyusun utama dari ekosistem pesisir pada ekosistem terestrial, sedangkan ekosistem

laut dangkal merupakan penyusun utama dari ekosistem pesisir dari ekosistem aquatik.

Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem yang terdapat didaerah-daerah

yang selalu atau secara teratur tergenang pasang surut, tapi tidak tergantung oleh iklim.

Ekosistem hutan mangrove juga merupakan suatu komunitas yang adaptif terhadap

kondisi lingkungan yang berair, kondisi salinitas yang rendah sampai sedang dan tinggi

dan terdapat pada kondisi habitat tanah lumpur, pasir, atau lumpur berpasir. Mangrove

merupakan vegetasi yang khas di zonasi pantai, floranya berhabitus semak hingga

berhabitus besar dengan tinggi hingga 50 – 60 m, dan hanya mempunyai satu stratum

tajuk. Potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir dan laut di satu

sisi dan anggapan bahwa wilayah pesisir dan laut itu sebagai milik umum (common

property) dan terbuka untuk umum (open access) di sisi lain saat ini telah memicu

konversi dalam pemanfaatan sumberdaya tersebut dan pada gilirannya akan

menimbulkan konflik, berupa konflik ruang dan konflik kegiatan. Adanya konflik

tersebut akan mengakibatkan berkurangnya efektifitas pengelolaan dan terjadinya

degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan ekosistem wilayah pesisir dan laut. Konflik

terjadi akibat kepentingan berbagai sektor baik sektor kehutanan, sektor perkebunan,

sektor transportasi dan perhubungan, sektor wisata, sektor perikanan, sektor industri dan

pemukiman.

Untuk itu Ekosistem pesisir, selain sangat unik karena terdiri dari ekosistem

terestrial (daratan) dan ekosistem akuatik (perairan), namun juga sangat rentan akan

kerusakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ekosistem terestrial yang rusak terutama

Page 3: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

ekosistem mangrove, adanya pencemaran, adanya konversi, adanya ilegal logging, ilegal

fishing dan aktivitas lainnya telah menyebabkan banyaknya ekosistem akuatik yang rusak

seperti habitat udang, kerang dan kepiting, berkurangnya ekosistem mangrove dan

ekosistem pesisir lainnya..

Salah satu kabupaten pesisir yang memiliki keunikan yang khas adalah Kabupaten

Bengkalis. Kabupaten bengkalis merupakan kabupaten pesisir yang memiliki potensi

ekosistem pesisir yang lengkap mulai dari ekosistem mangrove, ekosistem laut,

ekosistem muara sungai dan estuarian dan ekosistem rawa baik rawa air tawar maupun

payau. Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten yang tersusun dari beberapa pulau-

pulau kecil dan besar. Potensi kepulauan pada kabupaten Bengkalis merupakan suatu

potensi sekaligus permasalahan. Hal ini dikarenakan potensi kepulauan ini rawan akan

kerusakan. Kerusakan ekosistem mangrove, terjadinya aberasi merupakan suatu masalah

yang saat ini telah terjadi di Kabupaten Bengkalis. Kerusakan ekosistem pesisir pada

pulau-pulau terluar akan berdampak starategis terhadap batas kontinental dan perairan

negara.

Kajian tentang etalase potensi sumberdaya pesisir dikabupaten bengkalis untuk

memberikan gambaran tentang bagaimana keberadaan ekosistem pesisir di Kabupaten

Bengkalis, pilihan usaha apa yang hendaknya dilakukan untuk pengelolaan pesisir, dan

apa masalah yang muncul jika ekosistem pesisir ini rusak.

Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk (1) memberikan gambaran tentang potensi

ekosistem pesisir di Bengkalis, (2) memberikan gambaran tentang tingkat keankeragaman

hayati pada ekosistem pesisir dan potensi fisik wilayah, (3) memberikan gambaran

tentang potensi ekonomi, dan (4) etalase dan pilihan kegiatan

METODE PENELITIANLokasi Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan di Ekosistem Pesisir Kabupaten Bengkalis pada Tahun 2007.

Kegiatan yang dilakukan melalui tahapan analisis survey, pengisian kuisioner dan

analisis laboratorium di Laboratorium kualitas air Fakultas Perikanan UNRI dan

laboratorium tanah IPB.

Page 4: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Jenis Data

Jenis data yang diambil adalah (1) data ekosistem mangrove, (2) data ekosistem

perikanan, (3) data ekosistem laut, (4) data lingkungan, (5) data sosial ekonomi, dan (6)

data issue dan permasalahan.

Prosedur penelitian

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan Etalase Sumberdaya Hayati

Perikanan dan Kelautan adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi Luas dan Potensi sumberdaya hayati perikanan dan kelautan.

2. Inventarisasi kondisi ekonomi dan ekologi sumberdaya hayati perikanan dan kelautan

3. Inventarisasi permasalahan sumberdaya hayati perikanan dan kelautan

4. Membangun prioritas dari kegiatan pengelolaaan sumberdaya hayati perikanan dan

kelautan.

5. Membangun Rekomendasi dan arahan pengembangan kegiatan pengelolaan

sumberdaya hayati perikanan dan kelautan

Analisis Penelitian

Analisis penelitian dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu :

1. Analisis Citra Satelit dan Pengelolaan Sistem Informasi Geografis

Analisis citra dilakukan dengan memadukan analisis citra SPOT 5, landsat, dan

data non spasial lainnya. Citra yang dianalisis adalah citra bengkalis tahun 2005.

Sedangkan pengolahan sistem informasi geografis menggunakan software arc view dan

arc info.

2. Analisis Sosial ekonomi

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua

pendekatan, yaitu (i) analisis kuantitatif dan (ii) kualitatif. Analisis kuantitatif

dipergunakan untuk menganalisis data-data statistik yang tersedia, baik yang bersifat data

series maupun data tunggal, sedangkan analisis kualitatif dipergunakan untuk

menganalisis data dan informasi yang bersifat non parametrik yang bersifat deskriptif

seperti kebijakan dan situasi spesifik lokal

3. Analisis Etalase Mangrove

Page 5: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Analisis dilakukan melalui kegiatan Analisis Vegetasi Ekosistem mangrove,

analisis indeks nilai penting, indeks keankeragaman hayati, analisis potensi ekonomi

mangrove, analisis industri berbasis mangrove, dan membangun prioritas mangrove.

4. Analisis etalase perikanan tangkap

Analisis dilakukan dengan kegiatan Inventarisir potensi perikanan tangkap,

Inventarisir areal fishing ground dan penggunaan alat tangkap,Menghitung stoking sektor

perikanan, Inventarisir Potensi ekonomi dari Perikanan tangkap, Inventarisir industri

yang berbasis Perikanan tangkap, Membangun prioritas kegiatan pengelolaan kegiatan

Perikanan tangkap dan Membangun rekomendasi pengelolaan kegiatan pada Perikanan

tangkap

5. Analisis etalase perikanan Budidaya

Analisis dilakukan dengan kegiatan Inventarisir potensi perikanan budidaya,

Inventarisir areal fishing ground dan penggunaan alat budidaya,Menghitung stoking

sektor perikanan, Inventarisir Potensi ekonomi dari Perikanan budidaya, Inventarisir

industri yang berbasis Perikanan budidaya, Membangun prioritas kegiatan pengelolaan

kegiatan Perikanan budidaya dan Membangun rekomendasi pengelolaan kegiatan pada

Perikanan budidaya

6. Analisis etalase perikanan Pasca Panen

Analisis dilakukan dengan kegiatan Inventarisir potensi perikanan pasca panen,

Inventarisir areal fishing ground dan penggunaan alat pasca panen,Menghitung stoking

sektor perikanan, Inventarisir Potensi ekonomi dari Perikanan pasca panen, Inventarisir

industri yang berbasis Perikanan pasca panen, Membangun prioritas kegiatan

pengelolaan kegiatan Perikanan pasca panen dan Membangun rekomendasi pengelolaan

kegiatan pada Perikanan pasca panen

Page 6: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi penutupan mangrove di Kabupaten Bengkalis

Kondisi penutupan Potensi Luas Wilayah Kabupaten Bengkalis yang berhasil

dianalisis melalui kegiatan citra satelit bahwa luas kabupaten Bengkalis berdasarkan

kecamatan pesisir dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1

Tabel 1. Luas Ekosistem Mangrove di Kabupaten Bengkalis KECAMATAN LUAS (ha)Rupat Utara 12784Rupat 5806Bantan 5584Bengkalis 4258Merbau 6721Rangsang Barat 9649Rangsang 744Tebingtinggi Barat 2215Tebingtinggi 3452Bukit Batu 898Total Luasan 52111

Sumber : Analisis Citra Satelit 2005

Gambar 1. Luas Ekosistem Mangrove berdasarkan Kelas kerapatan di Kabupaten Bengkalis

Page 7: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Potensi Fisik dan Potensi Flora Fauna

Potensi Arus, Letak gugusan pulau-pulau yang relatif memanjang dengan arah

Barat Laut – Tenggara mengontrol arus di selat antara dua pulau. Kemudian posisi ujung

Selatan Selat Malaka menyebabkan arus utama bergerak dari arah Barat Laut ke dan

sebaliknya. Pasang surut dan ferubahan kondisi fisika perairan juga memberi pengaruh

pada pola arus yang terjadi di kawasan ini. Secara umum, musim Utara dominan dalam

mengontrol arus bergerak ke arah Barat Daya sebelum berbelok ke Tenggara di

Khatulistiwa. Pada musim Timur arus secara umum bergerak dari arah Tenggara menuju

Barat Laut kemudian berbelok ke arah Timur Laut.

Potensi pasang surut, Gelombang pasang yang bersifat hampir semidiurnal (harian

ganda) murni dari Laut Andaman yang bergerak perlahan ke Tenggara sepanjang selat.

Di ujung Utara selat, karena adanya penyempitan dan pendangkalan selat, amplitudo

gelombang pasang membesar untuk kemudian semakin ke Selatan mengecil kembali

dengan melebarnya selat. Sementara itu gelombang pasang harian tunggal (diurnal)

menjalar dari Laut Cina Selatan ke Barat Laut, sehingga dibagian Selatan selat pengaruh

kelompok harian ganda lebih besar, dan mengecil ke arah Utara. Hal yang sama tentunya

terjadi pada arus lautnya. Perbedaan tinggi pasang surut di perairan Kabupaten Bengkalis

mencapai 3,1 meter.

Gelombang, Gelombang datang dari arah darimana datangnya hembusan angin

pada berbagai kecepatan yang menghasil tinggi gelombang yang bervariasi. Tinggi

gelombang maksimum terjadi pada musim Utara (Desember – Maret) yang dapat

mencapai 1,5 meter sedangkan pada musim lain sekitar 0,5 meter. Gelombang laut

digerakkan oleh angin sehingga kondisi gelombang musiman sangat dipengaruhi oleh

kondisi anginnya. Kondisi gelombang di wilayah studi berkaitan erat dengan kondisi

angin yang sangat dipengaruhi oleh dua musim, yakni musim Barat Daya yang

berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober dan musim Timur Laut selama bulan

Nopember sampai April. Pada saat musim Timur Laut umumnya angin kencang sering

sekali bertiup dengan kecepatan mencapai 10 knot. Angin ini dapat menghasilkan

gelombang laut setinggi lebih dari 2 meter

Page 8: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Kedalaman Perairan, Perairan Rangsang dan sekitarnya mempunyai kedalaman

antara 5 sampai dengan 25 meter. Kedalaman yang tinggi terdapat pada bagian Timur

Laut Rangsang yang termasuk Selat Malaka, yaitu mencapai 25.

Potensi Kualitas Air. Potensi Kualitas air secara umum di pesisir kabupaten

Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi Kualitas air di Pesisir Kabupaten Bengkalis

Desa Kualitas Perairan KeteranganSuhu (o C)

Kec Arus (m/dt) Kecerah-an (cm)

Kedalam- an (m)

Tj. MedangSungai SiborKuala Titi AkarKadorBatu PanjangTerkulSungai InjabPambangMeskomKedabu Rapat Kamp.Tengah Tj. SamakRepanPanjangMerbau

29,529,729,930,130,530,230,129,931,5-----31,7

0,00,10,00,20,10,10,20,10,1------0,1

4884130-8295934525-----72

3,46,87,27,822,719,77,4863420738

Cerah, pasangCerah,pasangCerah, pasangmalam, surut Cerah, pasangCerah, pasangCerah, pasangCerah, pasangCerah, surutCerah, pasangCerahCerahCerah surutCerahCerah

Desa Kualitas Perairan KeteranganDO (mg/l)

Ph Conducti- vity(m/s)

Salinitas (o/oo)

Tj. MedangSei. SiborKuala Titi AkarKadorBatu PanjangTerkulSungai InjabPambangMeskomKedabu Rapat Kamp. Tengah Tj. SamakRepanPanjangMerbau

5,555,054,575,754,475,014,735,375,247,77,56,86,25,95,53

7,87,67,47,67,87,97,77,87,88,18,68,38,48,27,5

47,3847,9548,0247,2846,9245,8446,9045,3543,34-----41,3

28,028,228,128,826,726,626,724,428,71927---26,7

Cerah, pasangCerah,pasangCerah, pasangmalam, surut Cerah, pasangCerah, pasangCerah, pasangCerah, pasangCerah, surutCerah, pasangCerahCerahCerah, surutCerahCerah

Page 9: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Potensi flora dan fauna perairan. Jenis fauna yang terdapat di perairan air tawar

adalah ikan sipaku (Cyclocheilichthys apogon), pitulu (Barbichthys laevis), barau (

Hampala macrolepidota), paweh (Osteochilus kahajanens), lelan (O. pleurotaenia),

gujam (O. waandersii), mengkarik (O. pentalineatus), nilem (O. hasellti), sepimping

(Oxygaster anomarula), subahan (Puntius bulu), kapiek (P. schwanefeldi),

seluang(Rasbora argyrotaenia), pantau (R. cephalotaenia), motan (Labiobarbus

ocellatus), selais (Cryptopterus sp.), tapah (Wallago lerie), juaro (Pangasius

polyuranodon), baung (Mystus nemurus), lele (Clarias batrachus), betok (Anabas

testideneus), sepat (Trichogaster sp.), toman (Channa micropeltes), gabus (C. striata),

bujuk (C. lucius), gurami (Osphronemus gouramy), tambakan (Helostoma temminckii),

tilan (Mastacembelus unicolor), katung (Peristolepis grooti), betutu (Oxyeleotris

marmorata), silinca (Polyachantus hasselti). Jenis fauna yang tertangkap di perairan laut

dikabupaten Bengkalis adalah ikan tenggiri (Scomberomorus sp), senangin

(Eleutheronemai sp), kerapu (Epnephelus spp.). kakap (Lates sp.), parang

(Chirocenthrous sp), bawal (Strometeus sp), belanak (Mugil sp), lomek (Harpodon sp),

selar (Selaroides sp), terubuk (Alosa sp), kurau (Polynemus sp), jenak/merah (Lutjanus

sp), kelampai/malong (Maraenesox sp), gerok (Pomadasys spp.), gulamah (Pseudosciena

sina CV),debuk, talang/daun bambu (Chorinemus sp.), duri (Clarias sp.), biang

(Setipinna sp.), sembilang (Plotosus sp.), layur (Trichiuarus sp.), pari (Dasyatis sp.),

selangat (Dorosoma sp), belo (Clupea sp), cucut (Carcharinidae), teri (Seteloporus sp),

udang rebon (Acetes sp), udang putih (Metapenaeus sp), udang merah (Parapenaeus sp),

udang duri (Alphases sp), udang belang dan cumi-cumi (Loligo sp). Fitoplankton di

perairan masing-masing desa sampel terdiri dari tiga kelas yaitu, Bacillariophyceae,

Cyanophyceae dan Dinophyceae, sedangkan zooplankton terdiri dari tiga empat kelas

yaitu Cructaceae, Mullusca, Protozoa dan Rotifera dengan variasi jumlah jenis maksimal

dapat mencapai sekitar 32 – 40 jenis

Potensi Flora Mangrove. Jenis-jenis yang ditemukan baik pada semai, pancang

dan pohon pada ekosistem mangrove di Kabupaten Bengkalis adalah Alstonia sholaris,

Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera praviflora,

Bruguiera sp, Ceriops decandra, Dyera costulata, Excoecaria agallocha, Heritiera

litoralis, Hibiscus tilliaceus, Lumnitzera racemosa, Nifa frutican, Oncosperma

Bruguiera parviflora

Page 10: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

tiggilarium, Pandanus tectorius, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Satiria

lawigata, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Thespesia sp. , dan Xylocarpus

granatum

Potensi Fauna Mangrove, Jenis mamalia yang ditemui di areal hutan adalah

berang-berang (Lutra perspicillata), kera (Macacus cynomolgus), monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis), kancil (Tragulus napu), kucing bakau (Felis viverrina), kucing

hutan (Felis bilangensis), musang (Paradoxurus hermaphroditus), siamang (Hylobates

syndactylus), welisang (Cynogale bennetti), babi hutan (Sus barbatus), bajing

(Callociurus notatus), harimau sumatra (Panthera tigris sumatraensis), linsang

(Prionodon linsang), musang air (Lutra spp.), lutung (Presbytis cristata), kalong

(Pteropus vampyrus), beruang madu (Helarctus malaynus), tikus (Hapalomys sp.), lutung

bangat (Presbytis hosei), lutung simpai (Presbytis melalophos). Jenis amphibia dan

reptilia adalah biawak (Varanus salvato), buaya (Crocodylus biporatus), katak hijau

(Rana cancrivora), bulus (Chitra indica), ular bakau (Trimerecurus pupuremaculatus),

ular sanca (Aerochordus granulus), ular sawah (Phyton reticulatus), kadal (Mabuya

multifasciata), ular cincin emas (Boiga dendrophila), ular (Cherberus rhynchops), ular

daun (Bungarus laticep). Jenis burung adalah bangau putih (Ibis cinerius), bangau

tongtong (Leptotilus javanicus), bubut (Centropus belangensis), elang laut (Ictinateus

malayensis), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), burung layang-layang

(Hirundo rustica), enggang (Bucerus rhinoceros), gagak (Corvus enca), kowak merah

(Nyticorax caledonicus), kutilang (Pycnonotus aurigaster), kuntul kecil (Agretta

garzeta), raja udang (Halcyow chloris), pipit (Lonchura chloris), tekukur (Turtur

tigrinus), wilwo (Mycteria cinerea), cangak sumatra (Ardea sumatrana), cangak abu

(Ardea cinerea), cangak merah (Ardea purpurea), kokokan laut (Butorides striatus),

kokokan (Ixobrychus si nensis), kuntul (Casmeodius abus), kuntul kecil (Egretta

garzetta), alap-alap (Pandion haliaetus), camar kecil (Sterna albiforns), camar (Sterno

hirundo), cerucuk (Pycnonotus simplex)

Potensi Sumberdaya Ekosistem Mangrove

Potensi Kerapatan Mangrove, Potensi ekosistem mangrove berdasarkan kelas

kerapatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 11: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Tabel 3. Potensi ekosistem mangrove berdasarkan kelas kerapatan di Kabupaten Bengkalis

KECAMATAN LUAS (ha)sangat jarang/jarang sedang rapat total Keterangan

Rupat Utara 3192 9591   12783Rupat 5806     5806Bantan   5584   5584Bengkalis 77 4181   4258Merbau 48 6674   6722Rangsang Barat 799 2297 1410 4506Rangsang 644     744Tebing Tinggi Barat   2215   2215Tebing Tinggi 994 2458   3452Total 11660 33000 1410 46070

Sumber : Citra tahun 2006 dan survey lapangan

Tingkat kerapatan ekosistem mangrove didasarkan pada berapa tingkat kerapatan

pohon/ha. Kerapatan pohon/ha akan berpengaruh pada potensi ekosistem mangrove yang

dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi lainnya dan seberapa besar potensi kayu yang

dapat digunakan. Pada dasarnya potensi pohon mangrove sangat dipengaruhi oleh usaha

untuk memelihara dan mengelola ekosistem mangrove tersebut secara lestari dan

berkelanjutan. Dalam aspek pengelolaan batas tingkat kerapatan optimal dan baik dari

potensi pohon adalah 400 pohon/ha. Potensi ekosistem mangrove di Kabupaten

Bengkalis umumnya adalah dalam kisaran sedang dan jarang. Hal ini disebabkan adanya

kegiatan ilegal logging, konversi dan pengambilan kayu untuk bahan bakar arang dan

pondasi rumah. Sebagai contoh adalah potensi mangrove yang ditemukan di Kecamatan

Rupat Utara, yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Kerapatan Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Rupat Utara

daerah ekosistem bakau

pohon kelas kerapatan Tata guna lahan dan Pemanfaatan

jenis INP Potensi (m3/ha)

indv /ha

kriteria tata guna lahan pemanfaatan

   Teluk Rhu

ra 173.68 28.51905 206.3   merupakan mangrove pantai

  tempat pemijahan ikan

oo 42.11 3.925 50   mangrove muara   perkembangbiakan ikan

sa 47.37 13.492188 56.3      kebun kelapa  

aa 10.53 1.1 12.5      rm 21.05 4.2057813 25      sc 5.26 1.2375 6.3        300 52.479519 356.3 sedang    

               Titi Akar sa 85.71 14.134416 87.5   merupakan ekosistem

mangrove muaratempat berkembangnya ikan

Page 12: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

rm 73.47 10.561684 75   areal produksi  

ra 134.69 16.632188 137.5      

aa 6.12 0.55 6.3        300 41.878288 306.25 sedang    

               Tg Punak Aa 130.1 11.59 95   merupakan mgrv muara tempat berkembang biak ikan

Sa 83.2 8.64 60   berbatasan dengan sungai dan laut

areal pemijahan ikan

Ra 78 8.53 58   hanya satu zonasi  

rm 8.7 1.35 7        300 30.1 220 jarang    

               Kadur ra 66.7 5.8 50   Mangrove muara tempat berkembangnya ikan

aa 50 3.34 38     mangrove sungai tempat berkembangnya mamalia

sa 183.3 12.25 138   Areal produksi    300 21.39 225 jarang    

               Makeruh rm 50 3.26 50   Mangrove muara   tempat berkembangnya ikan

ra 128.57 9.85 75   mangrove sungai   tempat berkembangnya mamalia

sa 25.35 1.24 12.5     Areal produksi  xg 64.29 4.54 37.5      Lr 31.79 1.1 15        300 19.99 190 jarang    

               Pangkalan Nyirih

rm 64.29 3.2588 37.5     Mangrove muara   pembuatan tambak

ra 128.57 9.8547 75   Potensi semak KJA

sa 21.43 1.2375 12.5      kebun kelapa arang bakau

xg 64.29 4.5375 37.5      Lr 21.43 1.1 7.5        300 19.988444 170 jarang    

               Sei Cingnam

        sangat jarang

  Potensi semak   pemanfaatan kayu untuk arang

            kebun kelapa  

              mangrove pantai  

               

               Hutan           Potensi semak pemanfaatan kayu untuk arang

Panjang         sangat jarang

kebun kelapa

            mangrove muara

                                           Medang         sangat

jarang Mangrove muara sungai

             Kebun kelapa  

Page 13: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

               Mangrove pulau kecil                                Pulau Babi

        sangat jarang

  mangrove muara sungai

   jaring udang

              potensi udang tinggiSumber : Data Survey 2007.

Potensi Ekosistem Perikanan

Potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2005 yang

dominan adalah usaha penangkapan ikan laut dengan kapasitas 19.000 ton per tahun,

kedua adalah kegiatan usaha karamba dengan 608 KJA per tahun, ketiga kolam dengan

278 ha, serta budi daya tambak dengan 175 ha. Untuk penangkapan ikan dan budi daya

jaring apung tersebar di seluruh wilayah perairan Kabupaten Bengkalis kecuali

Kecamatan Mandau, sedangkan budi daya tambak berpotensi di Kecamatan Bengkalis,

Bantan, Rupat, Merbau dan Tebing Tinggi Barat. Sebaliknya Mandau sangat berpotensi

untuk budi daya kolam.

Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan di Kab. Bengkalis selama ini masi

terlalu sangat kecil dibanding potensi yang dimilikinya. Selama tahun 2001 luas

lahan/potensi yang telah dimanfaatkan paling tinggi adalah penangkapan ikan dengan

berat 15.504,67 ton pertahun atau sebesar 82,21 %. Tempat kedua budidaya kolam

dengan luas 157 ha atau 21,64 %, tempat ketiga pembenihan ikan laut dengan

kemampuan produksi sebanyak3,015 juta ekor per tahun atau sebesar 8,49 %. Selajutnya

budidaya tambak baru dimanfaatkan sebesar 3,81 % atau seluas 4.461,53 ha. Sementara

budidaya jaring apung dan pembenihan ikan air tawar jauh lebih kecil lagi yaitu masing-

masing hanya 0,59 % atau sebanyak 967 ktg dan 0,80 % atau 48.000 ekor per tahun

Produk perikanan tahun 2005 di Kab. Bengkalis, yang memiliki produktivitas

cukup tinggi. Untuk budidaya tambak disebagian kecamatan sudah berproduksi, antara

lain di Bengkalis, Bantan dan Tebing tinggi dengan total produksi 163,05 ton/tahun,

dengan produktivitas 1,31 ton/ha/tahun. Budidaya jaring apung disebagian kecamatan

juga sudah berproduksi, antara lain di Bantan, Merbau, dan tebing tinggi barat dengan

total produksi sebesar 4,63 ton/tahun dengan produktivitas 0,007 ton/ha/tahun artinya

setiap satu ktg hanya menghasilkan ikan sebanyak 7 kg dalam satu tahun. Sedangkan

Page 14: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

budidaya kolam di Kecamatan Mandau telah berproduksi sebanyak 12 ton per tahun,

dengan produktivitas 100 kg/ha/tahun

Tabel 5. Potensi Pemanfaatan, Produksi dan Peluang Sumberdaya Perikanan Kabupaten Bengkalis

Sumberdaya perikanan Potensi Pemanfaatan Produksi

Peluang

Potensi %

1 2 3 4 5 6

Penangkapan (ton) 18.859,99 15.504,67 15.613,21 3.355,32 17,79

Jaring Apung (ktg) 163.750,00 277,00 138,36 163.472,00 99,83

Tambak (ha) 4.461,53 135,500 200,15 4.326,03 96,96

Kolam (ha) 365,00 81,50 203,75 283,50 77,67

Pembenihan ikan laut (ekor/th) 3.015.400 256.000 256.000 2.759.400,00 91,51

Pembenihan ikan tawar (ekor/th) 6.000.000 48.000 48.000 2.925.000,00 99,20

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Bengkalis 2005

Potensi Ekonomi Sumberdaya Pesisir

Potensi Mangrove, Potensi kerapatan pohon dan potensi kayu mangrove

merupakan suatu potensi sumberdaya mangrove yang dihitung berdasarkan berapa

jumlah pohon mangrove dan potensi kayu pohon mangrove yang ada di ekosistem hutan

mangrove. Besarnya potensi kerapatan pohon dan potensi kayu mangrove di ekosistem

Mangrove dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Potensi Kerapatan dan Potensi Kayu Ekosistem Mangrove di Kabupaten Bengkalis

kecamatan Potensi Pohon

kerapatan Luas areal Potensi total kerapatan total

(m3/ha) indv/ha ha (m3) indv

rupat utara 31.0 244.6 12783 395900 96830546

Rupat 12.8 100.0 5806 74281 7428051

bengkalis 27.5 209.3 4258 116975 24482902

bantan 35.3 287.8 5584 197197 56753914

merbau 32.4 262.4 6722 217608 57110395

rangsang barat 38.4 287.2 4506 173170 49733361

rangsang 10.7 102.5 744 7924 812169

tebing tinggi barat 57.6 319.9 2215 127615 40829868

tebing tinggi 12.4 131.0 3452 42805 5607429

total 258.0 1944.8 46070 1353474 339588634

Sumber : Data Survey tahun 2007.

Potensi Arang. Potensi ekonomi arang dihitung dari berapa besar potensi kayu

bakau yang ada pada ekosistem mangrove di Kabupaten Bengkalis. Pada dasarnya

potensi arang bakau di ekosistem mangrove kabupaten Bengkalis cukup tinggi, yaitu

mencapai lebih dari 50 %. Jika diprediksikan harga arang bakau mencapai Rp 1.200.000

Page 15: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

per ton arang maka potensi ekonomi arang di kabupaten Bengkalis dapat mencapai Rp

812.084.000.000. (Tabel 7)

Tabel 7. Potensi Ekonomi Arang Baku pada Ekosistem Mangrove di Kabupaten Bengkalis

kecamatan potensi arangpotensi nilai ekonomi(m3) Rp

rupat utara 197950.01 2.375E+11

rupat 37140.256 4.457E+10

bengkalis 58487.582 7.019E+10

bantan 98598.43 1.183E+11

merbau 108804.21 1.306E+11

rangsang barat 86584.824 1.039E+11

rangsang 3961.8 4.754E+09

tebing tinggi barat 63807.395 7.657E+10

tebing tinggi 21402.4 2.568E+10

total 676736.9 8.12084E+11

Sumber : Data Survey tahun 2007.

Potensi Ekonomi Cerucuk. Potensi ekonomi cerucuk yang berasal dari ekosistem

bakau di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Potensi Ekonomi Cerucuk pada Ekosistem Mangrove di Kabupaten BengkalisKecamatan Potensi Cerucuk

Potensi Nilai Ekonomiindv Rp

Rupat Utara 29049164 1.45246E+11

Rupat 2228415.4 11142076875

Bengkalis 7344870.5 36724352710

Bantan 17026174 85130870525

Merbau 17133119 85665593131

Rangsang Barat 14920008 74600041242

Rangsang 243650.7 1218253500

Tebing Tinggi Barat 12248960 61244802115

Tebing Tinggi 1682228.6 8411143200

Total 101876590 5.09383E+11

Sumber : Data Survey tahun 2007.

Potensi Ekonomi Chips, Potensi ekonomi chips yang berasal dari ekosistem bakau

di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Potensi Ekonomi Chips pada Ekosistem Mangrove di Kabupaten Bengkalis

Kecamatan Potensi ChipsPotensi Nilai Ekonomi

(m3) Rp

Page 16: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Rupat Utara 197950.01 3.959E+11

Rupat 37140.256 74280512500

Bengkalis 58487.582 1.16975E+11

Bantan 98598.43 1.97197E+11

Merbau 108804.21 2.17608E+11

Rangsang Barat 86584.824 1.7317E+11

Rangsang 3961.8 7923600000

Tebing Tinggi Barat 63807.395 1.27615E+11

Tebing Tinggi 21402.4 42804800000

total 676736.9 1.35347E+12

Sumber : Data Survey tahun 2007.

Etalase Sumberdaya Pesisir

Etalase sumberdaya pesisir dibangun dengan memperhatikan aspek keinginan

masyarakat dan kondisi ekologis sumberdaya alam. Munculnya pilihan pada kegiatan

pengelolaan pesisir ini dibangun berdasarkan konsep peluang dari berbagai pilihan.

Pengolahan etalase pesisir ini memperhatikan aspek ekologis, fisik, sosial dan ekonomi

wilayah pesisir, yang diolah dengan menggunakan analisis hirarki proses dengan

software expert choice.

a. Prioritas Sumberdaya Mangrove

Prioritas sumberdaya mangrove dilihat dari dua aspek yaitu aspek penggunaan

sumberdaya alam (sebagai industri arang dan industri kertas, atau untuk cerucuk rumah)

dan aspek peruntukan (sebagai jalur hijau, daerah konservasi, atau hutan produksi). Hasil

analisis dibangun berdasarkan kondisi kecamatan di Kabuopaten Bengkalis dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Etalase Pilihan Prioritas Untuk pengelolaan Sumberdaya Alam Mangrove

 Aspek Analisis

Proporsi pilihan Kecamatan di Kabupaten Bengkalis

Bantan Bengkalis Merbau RangsangRangsang Barat Rupat

Rupat Utara

Tebing Tinggi

Tebing Tinggi Barat

Industri arang 27.1 20.1 18.3 22.9 27.7 52.3 11 19.3 25.6

Industri kertas 5.8 7.9 33.8 13.3 17.5 22.8 49 25 31.1

Cerucuk 67.2 72 47.9 63.8 54.8 24.9 40 55.7 43.3

                   

Peruntukan                  

Jalur hijau 42 45.4 43.1 46.1 42.3 37.7 40.2 42.2 38.1

Konservasi 41.8 38 38.3 32.5 40.6 34.8 42.7 37.2 32.2

Produksi 16.2 16.6 18.6 21.4 17.1 27.5 17.1 20.6 29.8

Page 17: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

b. Prioritas Sumberaya Perikanan dan Kelautan

Prioritas pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dibangun berdasarkan

aspek (1) perikanan budidaya (sebagai tambak, pengelolaan dengan tambak atau areal

pembenihan), (2) jenis ikan yang disukai (kurau, tenggiri, parang-parang, garot, udang

dan mayong), (3) perikanan pasca panen (untuk dijadikan kerupuk, ikan asin atau terasi,

dan (4) penggunaan alat tangkap (dengan jaring, rawai atau gombang). Hasil pilihan dan

prioritas penggelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dapat dilihat pada Tabel 10.

Dari Tabel 10, didapatkan hasil bahwa pada setiap kecamatan memiliki keinginan

prioritas yang berbeda. Hal ini menunjukan adanya karakterirtik yang khas dari

ekosistem dan keinginan masyarakat. Untuk itu para pengambil kebijakan hendaknya

memprioritaskan pengelolaan sektor perikanan dan kelautan berdasarkan karakteristik

daerah dan keinginan masyarakat tersebut. Pengelolaan yang tepat dapat berdampak

pada optimalnya produktivitas dan keberlanjutan kegiatan.

Tabel 10. Prioritas Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

 Aspek analisis

Proporsi pilihan Kecamatan di Kabupaten Bengkalis

Bantan Bengkalis Merbau RangsangRangsang Barat Rupat

Rupat Utara

Tebing Tinggi

Tebing Tinggi Barat

Perikanan Budidaya                  

Tambak 22.8 22.8 24.1 34.9 32.8 36.4 20.2 21.8 47.9

Keramba 33.4 21.9 26.4 22.1 28.1 31.3 34.9 32.1 23.4

Hatchery 43.8 55.3 49.5 43 39.2 32.3 45 46.1 28.7

                   

Jenis Ikan                  

kurau 4.2 3.9 3.8 9.4 9.8 28.8 8.5 4.1 26.1

tenggiri 8.2 6.8 7.1 9.2 9.8 14.2 10.1 7.8 31.1

parang-parang 10.1 9.2 11.2 14.7 13.9 14.2 12.9 9.6 8.7

Page 18: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Gerot 13.5 11.4 14.8 22.3 23.2 14.2 15.6 12.3 14.3

Udang 40.1 48.5 39.5 20.9 26.3 14.2 24.3 47.4 11.1

Mayong 24 20.2 23 23.6 17 14.2 28.6 18.9 8.8

                   

Pasca Panen                  

kerupuk 35 33.5 34.1 33.8 33.5 33.5 28 34.3 33.3

ikan asin 42.9 43.6 42.3 44.3 40.9 40.9 50.4 39.4 33.3

terasi 22.1 22.8 23.6 21.9 25.6 25.6 21.6 26.3 33.3

                   

Alat Tangkap                  

jaring 28.6 31.1 32.5 58.4 58.4 45.1 27.1 35 29.4

rawai 35.2 31.8 33.3 28.1 28.1 9.8 35.6 32 32.3

gombang 36.2 37.1 34.3 13.5 13.5 45.1 37.4 33 38.4

ARAHAN PENGELOLAAN

Berdasarkan kondisi permasalahan dan priroritas pengelolaan maka perlu dibangun

arahan pengeleloaan dan perbaikan sumberdaya alam diantaranya adalah :

1. Arahan Strategi Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Mangrove, Arahan strategi

Rehabilitasi dibangun melalui berbagai tahapan yaitu (1) penentuan area rehabilitasi,

(2) penyuluhan, (3) pelatiihan, (4) pembibitan dan persemaian, (5) penanaman, (6)

pemeliharan dan monitoring, dan (7) penyerahan kepada stakeholder dan pemerintah

daerah. Sedangkan kawasan rehabilitasi meliputi seluruh lokasi-lokasi hutan bakau

yang telah mengalami kerusakan, khususnya pada bagian utara pantai-pantai di Pulau

Bengkalis, Rangsang, Rupat dan Tebing Tinggi. Selain itu kawasan konservasi dan

rehabilitasi bakau juga terdapat pada beberapa pulau kecil di Kecamatan Rupat dan

Rupat Utara

2. Zona Rehabilitasi Pantai. Rehabilitasi pantai dilakukan dengan maksud

memperbaiki kondisi pantai yang rusak dan terus mengalami abrasi dari tahun ke

tahun. Pada umumnya upaya rehabilitasi pantai ini akan terkait erat dengan

rehabititasi bakau, karena salah satu penyebab rusaknya kondisi fisik pantai di

Kabupaten Bengkalis adalah akibat rusaknya ekosistem bakau. Beberapa kawasan

rehabilitasi bakau yang ditetapkan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Bengkalis adalah Sepanjang pantai utara

Pulau Bengkalis di Kecamatan Bantan, sepanjang pantai Utara Pulau Rangsang

hingga Bantar, Sepanjang Pantai Pulau Tebing Tinggi dari Alai - Tebing Tinggi,

Page 19: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

sepanjang Pantai bagian selatan Pulau Padang serta pantai bagian selatan Pulau

Rupat.

3. Arahan Strategi Konservasi dan Perlindungan Ekosistem Pesisir dan Mangrove.

Zona konservasi adalah wilayah yang memiliki atribut ekologi yang khusus atau luar

biasa, memiliki biodiversity yang tinggi, dan biasanya memiliki spesies-spesies

endemic, langka maupun yang terancam punah. Wilayah tersebut terdiri dari habitat

yang belum terjamah atau masih asli yang luas yang memiliki posisi yang penting

baik dalam skala lokal, regional, nasional atau bahkan dunia. Secara umum, tujuan

pengembangan zona konservasi pesisir Kabupaten Bengkalis adalah : Memelihara

dan menjaga kualitas lingkungan pada wilayah pesisir, Melindungi keragaman spesies

hayati pesisir , Melindungi wilayah/ekosistem yang sensitif terhadap gangguan lingkungan,

Menjaga kualitas air, Mengembalikan kondisi ekosistem pesisir yang telah mengalami

kerusakan., Mengembalikan sumberdaya perikanan yang telah menipis (overfishing)

4. Kawasan Perlindungan Pulau-Pulau Kecil. Pulau-pulau kecil di Kabupaten

Bengkalis diarahkan untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya perikanan yang

potensial dalam kegiatan hatcheri khususnya jenis ikan laut. Potensi lain juga pulau-

pulau kecil di kabupaten Bengkalis adalah pengebangan sektor pariwisataDalam

rencana pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis

yang termasuk ke dalam kategori konservasi pulau-pulau kecil adalah Pulau Beting

Aceh, Pulau Babi daan Pulau Beruk di Kecamatan Rupat Utara, Pulau Ketam, Atung,

mampu, Rambang, Batu dan Pulau Mentelir di Kecamatan Rupat serta Pulau Panjang,

Jadi dan Pulau Tiga di Kecamatan Tebing Tinggi

5. Zona Lindung Esturia. Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan air asin.

Estuaria mempunyai air yang sangat keruh, tetapi kaya akan unsur hara. Kekayaan

unsur hara ini disebabkan karena adanya masukan baik dari sungai maupun dari laut

melalui arus pasang. Sungai membawa banyak endapan (terutama debu dan liat),

bahan-bahan pasir dan bebatuan berdiameter kecil yang kemudian diendapkan,

tersuspensi kembali atau tercampur dengan sistem estuaria pesisir tersebut. Pada

daerah estuaria, endapan ini selanjutnya menciptakan pasir khas dan dataran lumpur

tempat tumbuhnya bakau. Beberapa lokasi estuaria yang ditetapkan sebagai kawasan

lindung di Kabupaten Bengkalis adalah Mencakup sungai-sungai yang terdapat di

Page 20: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Kecamatan Bukit Batu (Sungai Siak Kecil, Sei Pakning, Sei Bukit Batu); Kecamatan

Bantan (Sungai Jangkang, Bantan Tengah, dan Kembung Luar); Kecamatan Merbau

(Sungai Merbau dan Sungai Selat Akar); Kecamatan Rupat (Sungai Senebak, Raya,

Rempang, Nyiur, Sair, dan Penonton); Kecamatan Rangsang Barat (Sungai Demba

dan Sungai Ujung Air di Desa Anak Setatah; Desa Lemang dan Desa Melai); dan

Kecamatan Tebing Tinggi.

6. Zona Perlindungan Ikan. Kawasan perlindungan ikan adalah daerah hutan bakau

yang dikhususkan bagi ikan atau perlindungan ikan. Tujuan penataan kawasan ini

adalah untuk mewujudkan keberadaan sumberdaya perikanan secara optimal,

memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan ekologi yang maksimum dan lestari,

menjamin distribusi pemanfaatannya secara adil dan merata, khususnya terhadap

masyarakat yang tinggal didalam dan disekitar kawasan. Kawasan hutan bakau yang

dialokasikan sebagai kawasan perlindungan ikan terdapat di sepanjang Sungai

Kembung dari hulu hingga muara di Desa Kembung Luar dan Desa pambang, di

sepanjang Sungai Jangkang di Desa Jangkang, Selat Morong di Kecamatan Rupat

Utara, Sungai Tohor di Kecamatan Rangsang, Di Desa Anak Setatah dan Desa

Lemang Kecamatan Rangsang Barat, serta Sungai Siur di Kecamatan Tebing Tinggi

7. Zona Pemanfaatan Khusus (Special Use Zone). Zona pemanfaatan khusus seperti

pelabuhan dan terminal barang terletak di pelabuhan Selat Panjang dan Bengkalis. Lokasi

zonasi pemanfaatan khusus dengan mempertimbangkan bahwa lokasi menghadap

langsung ke laut; kawasan terbuka; dan dekat dengan pasar.. Lokasi zona pelabuhan dan

terminal barang diarahkan di kawasan pelabuhan Selat Panjang, Bengkalis dan Rupat

8. Arahan Strtaegi membangun Koridor Satwa dan Laboratorium Alam. Lokasi

zona koridor direkomendasikan di perairan laut di Kabupaten Bengkalis yang merupakan

satu kesatuan dari zona penangkapan ikan dan zona budidaya laut dan menjadikan Pulau

Rangsang, Pulau Tebing Tinggi dan Pulau Merbau, terutama Tebing Tinggi sebagai

pusat kajian dan laboratorium alam dari kehidupan dan interaksi antar komponen

biotik dan abiotik di ekosistem hutan mangrove

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Aksornkae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN, Bangkok. Thailand.

Bengen, D. G. 1989. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem mangrove. IPB. Bogor.

. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. ITB. Bogor, Indonesia.

. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. ITB. Bogor, Indonesia.

Budiman, A dan Suhardjono. 1992. Penelitian Hutan Mangrove di Indonesia: Pendayagunaan dan Konservasi. Prosiding Lokakarya Nasional Penyususnan Program Penelitian Biologi Kelautan dan Proses Dinamika Pesisir. UNDIP. Semarang.

Clarke, L. D. & N. J. Hannon. 1967. The mangrove swamp and salt marsh communities of the Sydney district. I. vegetation, soil and climate. J. Ecol 55: 753-771.

Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1997. Inventarisasi dan Identifikasi Hutan Mangrove di 5 Propinsi. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Hilmi, E. 2005. Ekologi Mangrove Pendekatan Karakteristik, Statistik dan Analisis Sistem Bagi Suatu Ekosistem. PSPK, UNSOED. Purwokerto.

Jurusan Tanah. 1996. Penuntun Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuaries. Vol 2. Biology Aspect. CRC Press, Boca Raton, Boston.

Kusmana, C. 1995. Manajemen Hutan mangrove di Indonesia. Lab Ekologi Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove. 1998. Rancangan Sistem Pengelolaan Hutan Bakau Segara Anakan Kabupaten Dati II Cilacap Jawa Tengah. Jakarta.

Page 22: Analisis Etalase Potensi Sumberdaya Ekosistem Pesisir

Lugo, A. E & S. C. Snedaker. 1974. The ecology of mangroves. Ann. Rev. Ecol. Syst. 5: 39-64.

Macnae, W. 1966. Mangroves in eastern and southern Australia. Austr. J. Bot. 14: 67-107.

Magurran, A. E. 1955. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. United Stated of America.

Noor, Y. S., Khazali, M. dan Suryodiputro, N. N. N. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor. 220 hal.

Purwanto, E. 1997. Pengaruh Perubahan Air Terhadap Komunitas Zoobentos Makro Sungai Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Program Pascasarjana. IPB, Bogor.

Sahri, A. 1998. Studi Penyerapan Garam NaCl dari Rhizophora mucronnata, Bruguiera gymnnostera dan Avicennia marina pada Beberapa Tingkat Salinitas yang Berbeda. Thesis pada Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.