Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PENGGUNAAN FAKTOR-
FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KUBIS DI DESA
SUMBEREJO KECAMATAN AMBULU
KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
Oleh:
Mukhamad Sulaiman
NIM. 151510601153
P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PENGGUNAAN FAKTOR-
FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KUBIS DI DESA
SUMBEREJO KECAMATAN AMBULU
KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian
Oleh:
Mukhamad Sulaiman
NIM. 151510601153
P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ayahanda Chasanuddin dan Ibunda Mariyah Ulfa yang telah memberi
semangat, kasih sayang, doa yang tidak pernah putus dan kerja keras bapak
dan ibu sehingga saya bisa sampai tahap ini.
2. Kakakku Tsuwaibah Islamiyah dan Ni’mah Izzah yang selalu memberikan
semangat, dukungan serta do’a.
3. Guru-guruku sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi yang
telah memberikan ilmunya kepada saya.
4. Almamater yang sangat saya banggakan Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
5. Teman-teman Program Studi Agribisnis 2015 Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
iii
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar
kesanggupannya”
(Q.S Al-Baqarah: 286)
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu
sendiri yang merubah apa yang ada pada diri mereka”
(Q.S Ar-Ra’d: 11)
“Kesuksesan adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Proses itu sendiri sering
lebih penting dari pada hasil”
(Artur Ashe)
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mukhamad Sulaiman
NIM : 151510601153
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul
“Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani
Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember” adalah
benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 9 Juli 2019
Yang menyatakan,
Mukhamad Sulaiman
NIM. 151510601153
v
SKRIPSI
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PENGGUNAAN FAKTOR-
FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KUBIS DI DESA
SUMBEREJO KECAMATAN AMBULU
KABUPATEN JEMBER
Oleh:
Mukhamad Sulaiman
NIM 151510601153
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Skripsi : Titin Agustina, SP., MP
NIP. 198208112006042001.
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember”, telah diuji pada:
Hari, tanggal : Selasa, 9 Juli 2019
Tempat : Ruang Sidang Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing Skripsi,
Titin Agustina, SP., MP
NIP. 198208112006042001
Penguji I, Penguji II,
Dr. Rokhani, SP., M.Si Agus Supriono, SP., M.Si
NIP.197208052008012013 NIP.196908111995121001
Mengesahkan
Dekan,
Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D
NIP 196005061987021001
vii
RINGKASAN
Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani
Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember;
Mukhamad Sulaiman, 1515106011153; Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Kubis merupakan salah satu tanaman sayur-sayuran semusim yang sangat
potensial dalam perekonomian indonesia. Hal ini dikarenakan kubis merupakan
tanaman sayuran yang memiliki nilai ekspor tertinggi. Rata-rata ekspor kubis
dalam kurun waktu 2013-2017 mencapai 4.500 kg pertahun. Tanaman kubis
Indonesia mampu menembus pasar luar negeri seperti Jepang, Malaysia, Taiwan,
Singapura hingga Uni Emirat Arab. Salah satu wilayah di Kabupaten Jember yang
banyak melakukan usahatani kubis yaitu di Kecamatan Ambulu tepatnya di Desa
Sumberejo. Masyarakat Desa Sumberejo menanam kubis pada periode bulan
April - November. Jenis kubis yang ditanam oleh petani kubis di Desa Sumberejo
yaitu jenis kubis putih varietas Green Coronet. Usahatani kubis di Desa
Sumberejo memiliki beberapa permasalahan diantaranya, produktivitas yang
masih rendah, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, penggunaan pupuk
organik yang belum sesuai serta masih belum pernah dilakukan penyuluhan
maupun pelatihan kepada petani tentang usahatani kubis.
Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
produksi, tingkat efisiensi teknis, dan faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat
inefisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Metode penentuan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive method) yaitu Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember. Metode penelitian yang dilakukan yaitu metode
analitik dan deskriptif. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
primer yang didapat dengan teknik observasi dan wawancara, serta data sekunder
yang didapatkan dari studi pustaka. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik cluster sampling, purposive sampling, dan proportionate
viii
random sampling yang didapatkan sampel sebanyak 34 sampel. Analisis data
untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi, tingkat efisiensi teknis
dan faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo
dianalisis menggunakan pendekatan efisiensi teknis suatu usaha. Pengujian
efisiensi teknis dilakukan dengan menggunakan persamaan Cobb-Dougglas
dengan pendekatan regresi frontier.
Hasil penelitian dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani
kubis dengan menggunakan metode MLE menunjukkan bahwa, variabel pupuk
organik dan bibit berpengaruh signifikan terhadap produksi kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu, sedangkan variabel luas lahan, tenaga kerja,
pupuk NPK,dan pestisida tidak berpengaruh signifikan. Rata-rata pencapaian
efisiensi teknis pada usahatani kubis adalah 0,813 atau 81,3% dari output
potensial yang bisa dicapai dengan pemanfaatan input produksi. Pengoptimalan
input produksi untuk meningkatkan produksi potensial masih dapat ditingkatkan
hingga 0,187 atau 18,7%. Nilai efisiensi 0,813 > 0,70 sehingga efisiensi teknis
usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu dikatakan efisien secara
teknis. Faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani kubis diantaranya:
a) umur, dan b) dummy kepemilikan lahan.
ix
SUMMARY
Technical Efficiency Analysis of the Use Factors in Production Cabbage
Farming in Sumberejo Village, Ambulu District Jember Regency; Mukhamad
Sulaiman, 151510601153; Agribusiness Study Program Faculty of Agriculture,
University of Jember.
Cabbage is a vegetable plant annuals potential in the Indonesian economy.
This is because cabbage is a vegetable cropshas the highest export value. The
average export of cabbage per year in the period 2013-2017 reached 4,500 kgs per
year.cabbage Indonesia is able to penetrate foreign markets such as Japan,
Malaysia, Taiwan, Singapore to the United Arab Emirates. One area in Jember,
many who grew cabbage which is in District Ambulu Sumberejo precisely in the
village. Community Sumberejo cabbage planted in the period from April to
November. Type cabbage cabbage grown by farmers in Sumberejo the type of
white cabbage varieties Green Coronet. Cabbage farm in Sumberejo have several
such Unexplained, low productivity, excessive use of chemical fertilizers, the use
of organic fertilizers are not appropriate and they have never done counseling and
training to farmers on a cabbage farm.
The purpose of research is to know the factors that influence the
production, the level of technical efficiency, and the factors that influence the
technical efficiency in Sumberejo Ambulu District of Jember. The method of
determining the location of intentional (purposive method) is Sumberejo Ambulu
District of Jember. The research method is analytical and descriptive methods.
The data used in this study are primary data obtained by observation and
interviews, and secondary data obtained from the literature. Sampling was
conducted using cluster sampling, purposive sampling and proportionate random
sampling obtained a sample of 34 samples. Analysis of the data to determine the
factors that affect the production,level of technical efficiency and factors affecting
the technical efficiency of farming sprouts in Sumberejo analyzed using a
x
business approach. Technical efficiency testing done using Cobb-Dougglas
equation with frontier regression approach.
The results of the study of factors affecting the cabbage farm production
using MLE method showed that cabbage production in the District Ambulu
Sumberejo influenced by several variables, including: a) an organic fertilizer, and
b) the seeds.. The average achievement of the technical efficiency of farming
Cabbage is 0,813 or 81,3% of potential output that can be achieved with the
utilization of production inputs. Optimization of production inputs to increase the
potential production can be increased up to 0.187 or 18.7%. The efficiency value
0.813> 0, 70 so that the technical efficiency of cabbage farm in the village of the
District Sumberejo technically efficient Ambulu said. Factors affecting the
technical efficiency of farming cabbages are: a) age, and b) dummy land
ownership.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi
Teknis Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana pada Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
banyak membantu, membimbing serta memberikan saran, kritik dan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. M. Rondhi, SP.,MP., Ph.D. selaku Koordinator Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Titin Agustina, SP., MP. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, nasihat, pengalaman, dan motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan skirpsi ini.
4. Dr. Rokhani, SP., M.Si. selaku Dosen Penguji 1 dan Agus Supriono, SP., M.Si.
selaku Dosen Penguji 2 yang telah memberikan banyak saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Agus Supriono, SP., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi dari awal perkuliahan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku, Chasanuddin dan Mariyah Ulfa, serta kakakku Tsuwaibah
Islamiyah dan Ni’mah Izzah, terima kasih atas doa, dukungan, semangat,
kesabaran, pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan demi
terselesainya skripsi ini.
7. Bapak Basri sebagai Ketua Gabungan Kelompok Tani di Desa Sumberejo,
Bapak Imam Zarkoni, Bapak Suryadi, Bapak Muallim, dan Bapak Supadi
xii
8. sebagai Ketua Kelompok Tani yang telah mendukung dan membantu selama
pencarian data dan penelitian hingga terselesainya skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan, M. Yusron David Wahyudi, Eko Hari Cahyo,
Abdul Wahid, Richie Alfa, Alm. Moh. Ainul Yaqin, Yustika Prima Prabasiwi,
Maftuhatul Hidayah, Syifa Faidatul Ummah, Melysa Regina Pratiwi, dan Ayu
Kharismadani. Terimakasih atas perjalanan hidup yang berkesan dan
terimaksih atas dukungan, semangat, kebersamaan, keceriaan, kekompakan
dalam berbagi ilmu, dan doa selama menjadi mahasiswa.
10. Farullah Fariki, Febrina Nuli Hapsari, Sugiarti Nurhakimah, serta seluruh
teman-teman Agribisnis Universitas Jember angkatan 2015 atas semua
bantuan dan kebersamaan selama menjadi mahasiswa.
11. Semua pihak Dinas yang terkait, khususnya yang telah menjadi responden
dalam penelitian ini, dan semua pihak yang telah membantu terselesainya
karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah tertulis ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga karya ilmiah tertulis ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Jember, 9 Juli 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN .......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
SUMMARY .......................................................................................................... ix
PRAKATA ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 12
2.2 Landasan Teori ................................................................................ 16
2.2.1 Tanaman kubis ............................................................................ 16
2.2.2. Budidaya Kubis .......................................................................... 18
2.2.3 Konsep Usahatani ........................................................................ 20
2.2.4 Teori Produksi ............................................................................. 21
2.2.5 Fungsi Produksi Cobb-Douglas ............................................... 25
xiv
2.2.6 Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic
Frontier .......................................................................................... 27
2.2.7 Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor Produksi .................... 29
2.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 31
2.4 Hipotesis ............................................................................................ 36
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 37
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................ 37
3.2 Metode Penelitian............................................................................. 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 38
3.4 Metode Pengambilan Contoh.......................................................... 39
3.5 Metode Analisis Data ....................................................................... 42
3.6 Definisi Operasional......................................................................... 46
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................... 49
4.1 Keadaan Wilayah Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember ......................................................................... 49
4.2 Keadaan Penduduk Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember ......................................................................... 50
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........ 51
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..... 52
4.3 Karakteristik Responden ................................................................ 53
4.3.1 Jenis Kelamin Responden ..................................................... 53
4.3.2 Tingkat Pendidikan Responden ........................................... 53
4.3.3 Umur Responden ................................................................... 54
4.3.4 Pengalaman Usahatani Responden ...................................... 55
4.3.5 Kepemilikan Lahan Responden ........................................... 55
4.4 Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember ......................................................................... 56
xv
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 61
5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis
di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten ................... 61
5.2 Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor-faktor Produksi
Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember ......................................................................... 74
5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember .................. 77
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 83
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 83
6.2 Saran ................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85
LAMPIRAN ......................................................................................................... 89
xvi
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
1.1 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Tahun
2015-2017 di Indonesia ...…………………………………………
1
1.2 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Kubis
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017 …………………
3
1.3 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Kubis
Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Tahun 2015-2017 ….
4
1.4 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Kubis
Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017 ……
6
1.5 Luas Panen, Produksi, Produksitivitas Tanaman Kubis dan Share
Produksi Kubis Berdasarkan Desa di Kecamatan Ambulu Tahun
2017 ………………………………………………………………..
8
3.1 Data Kelompok Tani, Jumlah Petani dan Perhitungan Sampel
Petani Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember ……………………………………………………………..
41
4.1 Penggunaan Lahan Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember Tahun 2017 ……………………………………
49
4.2 Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2017 ………………
50
4.3 Jumlah penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2017 ………………
50
4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2017………………
51
xvii
4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2017 …
52
4.6 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan petani kubis di
Desa Sumberejo tahun 2018 ………………………………………
53
4.7 Sebaran Responden Menurut Umur Petani Kubis di Desa
Sumberejo Tahun 2018 ……………………………………………
54
4.8 Sebaran Responden Menurut Pengalaman Petani Kubis di Desa
Sumberejo Tahun 2018 ……………………………………………
55
4.9 Sebaran Responden Menurut Kepemilikan Lahan Petani Kubis di
Desa Sumberejo Tahun 2018 ……………………………………...
55
5.1 Hasil Analisis Uji Multikolinearitas menggunakan Nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance ……………………………...
61
5.2 Hasil Analisis Uji Autokorolasi menggunakan Durbin Watson…... 64
5.3 Deskripsi Statistik Faktor-faktor Produksi dan Faktor Inefisiensi
Teknis Usahatani Kubis bulan April-Juli 2018 ……………………
62
5.4 Pendugaan Model Fungsi Produksi Usahatani Kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu bulan April-Juli 2018 dengan
metode OLS ……………………………………………………….
65
5.5 Pendugaan Model Fungsi Produksi Usahatani Kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu bulan April-Juli 2018 dengan
menggunakan Metode MLE ………………………………………
66
5.6 Deskripsi Statistik Pencapaian Efisiensi Teknis Usahatani Kubis di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu pada Bulan April-Juli 2018...
74
5.7 Distribusi Pencapaian Efisiensi Teknis dari masing-masing Petani
Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu ……………………
76
5.8 Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Kubis di Desa
Sumberejo pada Bulan April-Juli 2018 ……………………………
77
5.9 Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Inefisiensi Teknis Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu …………………………………………………………….
79
xviii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
2.1 Tahap-tahap Produksi pada Hukum (The Law of Diminishing
Return) ………………………………………………………..
23
2.2 Fungsi Produksi Stochastic Frontier ……………………………. 29
2.3 Kurva frontier isokuan ………………………………………. 30
2.4 Skema Kerangka Pemikiran …………………………………. 35
5.1 Gambar Pola Scatterplot ……………………………………... 62
5.2 Grafik Normal P-Plot ………………………………………... 63
5.3 Hubungan Nilai Rata-rata Efisiensi Teknis dengan Fungsi
Produksi Stochastic Frontier ……………………………………...
75
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayuran
Semusim di Indonesia Tahun 2015-2017……………………..
89
1.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017 ……………
90
1.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis
Menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017 ………
92
1.4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis
Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017 .
94
1.5 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kubis Menurut Desa
di Kecamatan Ambulu Tahun 2017 ………………………….
96
1.6 Data Share Produksi Komoditas Sayuran Semusim di
Indonesia Tahun 2015-2017 ………………………………….
97
1.7 Data Pertumbuhan Produksi Komoditas Sayuran Semusim di
Indonesia Tahun 2015-2017 ………………………………….
98
1.8 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2015-2017 ………………………………….
99
1.9 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut
Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017 …………………….
101
1.10 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Kabupaten di
Jawa Timur Tahun 2015-2017 ……………………………….
103
1.11 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut
Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017 ………………
105
1.12 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember Tahun 2015-2017 ………………………..
107
1.13 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut
Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017 ………...
109
xx
1.14 Data Share Produksi Menurut Desa di Kecamatan Ambulu
Tahun 2017 …………………………………………………...
111
5.1 Data Luas Luas Lahan dan Tingkat Produksi Petani Kubis di
Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ……………………..
112
5.2 Data Penggunaan Pupuk Kimia dan Organik Petani Kubis di
Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ……………………..
114
5.3 Data Penggunaan Bibit Petani Kubis di Desa Sumberejo
Bulan April- Juli 2018 ………………………………………..
116
5.4 Data Penggunaan Pestisida Petani Kubis di Desa Sumberejo
Bulan April- Juli 2018 ………………………………………
118
5.5 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengolahan Tanah
Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ...
120
5.6 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Penanaman Usahatani
Kubis di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ……………
122
5.7 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Perawatan Usahatani
Kubis di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ……………
124
5.8 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengairan Usahatani
Kubis di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 …………..
126
5.9 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pemupukan Usahatani
Kubis di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ……………
128
5.10 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengendalian Hama
Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ..
130
5.11 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pemanenan Usahatani
Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 …………..
132
5.12 Data Jumlah Keseluruhan Tenaga Kerja Usahatani Kubis di
Desa Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018 ……………….
135
5.13 Data Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis
di Desa Sumberejo Tahun 2018 ……………………………..
136
5.14 Data Faktor yang Mempengaruhi efisiensi Teknis Usahatani
Kubis di Desa Sumberejo Tahun 2018 ……………………….
138
xxi
5.15 Data Logaritma Natural (Ln) Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Bulan April-
Juli 2018 ……………………………………………………..
140
5.16 Hasil Uji Asumsi Klasik dengan Analisis SPSS …………….. 142
5.17 Data Flowchart Analisis Frontier ……………………………….. 147
5.18 Data Hasil Output Analisis Frontier …………………………. 148
5.19 Kuisioner untuk Responden (Petani Kubis) …………………. 154
Dokumentasi …………………………………………………. 159
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kubis (Brassica Oleracea) merupakan salah satu komoditas sayuran yang
memiliki nilai ekspor tertinggi tanaman sayuran. Rata-rata ekspor kubis pertahun
dalam kurun waktu 2013-2017 mencapai 4.500 ton per tahun. Tanaman kubis
bahkan mencatatkan diri sebagai komoditas sayuran yang paling banyak diekspor
dibandingkan jenis sayuran lain seperti jagung manis, bawang merah, selada dan
sebagainya, bahkan tanaman kubis Indonesia mampu menembus pasar luar negeri
seperti Jepang, Malaysia, Taiwan, Singapura hingga Uni Emirat Arab
(Kementrian Pertanian, 2018).
Kubis juga merupakan tanaman sayuran yang memberikan kontribusi
terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan beberapa tanaman
sayuran lain seperti cabai besar, bawang merah, cabai rawit, tomat, kentang, dan
bawang daun. Berikut disajikan data rata-rata produksi, rata-rata share produksi
dan rata-rata pertumbuhan produksi komoditas hortikultura sayuran di Indonesia
tahun 2015-2017.
Tabel 1.1 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Tahun
2015-2017 di Indonesia
No Komoditas
Tahun 2015-2017
Rata-rata
Produksi
(ton/tahun)1)
Rata-rata Share
Produksi 2)
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi 3)
(%) Ranking (%) Ranking
1 Bawang Daun 520.298 4,50 10 -0,0007 14
2 Bawang Merah 1.382.068 11,96 2 0,0966 6
3 Bawang Putih 14.465 0,13 21 -0,4327 22
4 Kacang Merah 51.307 0,44 18 0,4388 1
5 Kembang Kol 138.035 1,19 17 0,1383 5
6 Kentang 1.199.019 10,38 3 -0,0225 18
7 Kubis 1.466.390 12,69 1 0,0009 13
8 Lobak 21.125 0,18 20 0,0289 9
9 Petsai/Sawi 213.204 5,28 7 0,0228 10
10 Wortel 532.463 4,61 9 0,0142 12
11 Bayam 152.879 1,32 16 -0,0035 15
12 Buncis 281.962 2,44 15 -0,0207 17
13 Cabai Besar 754.105 9,51 4 0,0770 7
14 Cabai Rawit 979.702 8,48 5 0,1559 4
2
Lanjutan Tabel 1.1 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran
Tahun 2015-2017 di Indonesia
No Komoditas
Tahun 2015-2017
Rata-rata
Produksi
(ton/tahun)1)
Rata-rata Share
Produksi 2)
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi 3)
(%) Ranking (%) Ranking
15 Jamur 26.034 0,23 19 -0,3438 21
16 Kacang Panjang 388.257 3,36 13 -0,0183 16
17 Kangkung 291.207 2,52 14 -0,0379 20
18 Ketimun 434.273 3,76 12 -0,0257 17
19 Labu Siam 533.797 4,62 8 0,1693 2
20 Paprika 6.102 0,05 22 0,1675 3
21 Terung 519.826 4,50 11 0,0207 11
22 Tomat 907.961 7,86 6 0,0482 8
Jumlah Total 10.814.477 100.00 0,0381
*Keterangan: 1) dari Lampiran 1.1
2) dari Lampiran 1.6
3) dari Lampiran 1.7
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa kubis merupakan tanaman
sayuran yang memiliki rata-rata produksi paling tinggi pada tahun 2015-2017
sebesar 1.466.390 ton/tahun. Tanaman kubis juga memiliki rata-rata nilai
kontribusi (share) produksi paling tinggi dibandingkan tanaman lain seperti
bawang merah, kentang, cabai rawit, dan lain-lain. Tanaman kubis menempati
rangking pertama share produksi pada komoditas tanaman sayuran semusim di
Indonesia dengan nilai rata-rata sebesar 12,69%, namun tanaman kubis memiliki
permasalahan dalam pertumbuhan produksi. Nilai rata-rata pertumbuhan produksi
tanaman kubis dari tahun 2015-2017 hanya 0,0009% dan menempati rangking ke-
13 pertumbuhan produksi menurut tanaman sayuran semusim di indonesia. Nilai
tersebut menunjukkan tanaman kubis di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
tetap atau pertumbuhannya relatif sangat kecil tidak mencapai 1%.
Produksi tanaman kubis di Indonesia disumbangkan oleh beberapa
provinsi penghasil kubis yang ada di Indonesia. Salah satu provinsi penghasil
kubis di Indonesia diantaranya yaitu, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur,
Sumatra Utara, dan Sulawesi Utara. Berikut disajikan data rata-rata produksi, rata-
rata share produksi dan rata-rata pertumbuhan produksi komoditas hortikultura
sayuran kubis menurut provinsi di Indonesia tahun 2015-2017.
3
Tabel 1.2 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Kubis
Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017
No Provinsi
Tahun 2015-2017
Rata-rata
Produksi
(ton/tahun)1)
Rata-rata Share
Produksi 2)
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi 3)
(%) Ranking (%) Ranking
1 Aceh 8.302 0,5594 14 0,0005 23
2 Sumatra Utara 178.888 12,0545 5 0,0003 24
3 Sumatra Barat 88.571 5,9685 6 0,0002 25
4 Riau - - - - -
5 Jambi 28.090 1,8929 11 0,0351 12
6 Sumatra Selatan 4.347 0,2929 16 0,0096 14
7 Bengkulu 79.400 5,3504 7 0,0021 21
8 Lampung 10.529 0,7095 12 0,0036 20
9 Bangka B - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - -
11 Dki Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 297.978 20,0795 2 0,0021 22
13 Jawa Tengah 326.344 21,9910 1 0,0196 14
14 Di Yogyakarta 1 0,0000 - -0,5000 28
15 Jawa Timur 267.910 18,0534 3 0,0074 17
16 Banten 1 0,0001 29 -0,5000 29
17 Bali 38.923 2,6229 10 0,0323 13
18 NTB 6.986 0,4708 15 0,0057 19
19 NTT 3.390 0,2284 18 0,5908 5
20 Kalimantan Bar 65 0,0044 22 0,2554 8
21 Kalimantan Teng 2 0,0001 28 0,4167 6
22 Kalimantan Sel 23 0,0015 26 0,0916 10
23 Kalimantan Tim 51 0,0034 24 0,2089 9
24 Kalimantan Ut 53 0,0036 23 -0,5000 30
25 Sulawesi Ut 70.920 4,7790 8 0,0001 26
26 Sulawesi Teng 10.134 0,6829 13 1,3793 3
27 Sulawasi Sel 58.272 3,9267 9 0,0000 27
28 Sulawesi Tengg 196 0,0132 21 0,0562 11
29 Gorontalo - - - - -
30 Sulawesi Barat 11 0,0007 27 0,2978 7
31 Maluku 408 0,0275 20 0,0072 18
32 Maluku Utara 45 0,0030 25 1,0612 4
33 Papua Barat 427 0,0288 19 3,4802 2
34 Papua 3.723 0,2509 17 0,0144 15
Jumlah Total 1.483.989 100,000 0,0034
*Keterangan: 1) dari Lampiran 1.2
2) dari Lampiran 1.8
3) dari Lampiran 1.9
4
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Jawa Timur merupakan salah
satu produsen penyumbang kubis terbesar setelah provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Barat. Nilai rata-rata produksi kubis pada tahun 2015-2017 di Jawa Timur yaitu
sebesar 267.910 ton/tahun. Jawa Timur juga memiliki nilai rata-rata kontribusi
(share) produksi kubis sebesar 18,0534% dan menempatkan Jawa Timur
dirangking kontribusi (share) ke-3 menurut provinsi di Indonesia, namun Jawa
Timur memiliki permasalahan yakni nilai pertumbuhan produksi pada tahun
2015-2017 hanya sebesar 0,0074% dan menampatkan Jawa Timur di rangking ke-
17 pertumbuhan produksi menurut provinsi di Indonesia. Nilai tersebut
menunjukkan Jawa Timur mengalami permasalahan yaitu dalam pertumbuhan
produksi usahatani kubis, dimana produksi tanaman kubis di Jawa Timur
mengalami pertumbuhan produksi yang tetap atau pertumbuhannya relatif sangat
kecil.
Hal ini dapat bisa disebabkan karena usahatani kubis di Jawa Timur
mayoritas ditanam pada dataran rendah, sedangkan usahatani kubis lebih efisien
apabila ditanam pada dataran tinggi. Berikut disajikan data rata-rata produksi,
rata-rata share produksi dan rata-rata pertumbuhan produksi komoditas
hortikultura sayuran kubis menurut kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur
tahun 2015-2017.
Tabel 1.3 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Kubis
Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Tahun 2015-2017
No Kabupaten
Tahun 2015-2017
Rata-rata
Produksi
(ton/tahun)1)
Rata-rata Share
Produksi 2)
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi 3)
(%) Ranking (%) Ranking
1 Pacitan 7 0,003 17 -0,50 17
2 Ponorogo 5.525 2,384 8 0,05 9
3 Trenggalek 60 0,026 15 -0,50 16
4 Tulungagung 403 0,174 12 0,05 10
5 Blitar 1.696 0,732 10 1,11 1
6 Kediri 28 0,012 16 -0,65 18
7 Malang 33.543 20,237 2 0,14 6
8 Lumajang 11.803 5,093 6 0,03 11
9 Jember 3.574 1,542 9 -0,26 14
10 Banyuwangi 951 0,410 11 -0,05 12
11 Bondowoso 15.431 6,658 5 0,51 3
5
Lanjutan Tabel 1.3 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran
Kubis Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Tahun
2015-2017
No Kabupaten
Tahun 2015-2017
Rata-rata
Produksi
(ton/tahun)1)
Rata-rata Share
Produksi 2)
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi 3)
(%) Ranking (%) Ranking
12 Situbondo - - - - -
13 Probolinggo 33.256 14,349 3 0,46 5
14 Pasuruan 78.851 34,021 1 0,08 8
15 Sidoarjo - - - - -
16 Mojokerto 324 0,140 14 0,87 2
17 Jombang - - - - -
18 Nganjuk - - - - -
19 Madiun - - - - -
20 Magetan 25.007 10,790 4 0,10 7
21 Ngawi 367 0,158 13 0,48 4
22 Bojonegoro - - - - -
23 Tuban - - - - -
24 Lamongan - - - -
25 Gresik - - - - -
26 Bangkalan - - - - -
27 Sampang - - - - -
28 Pamekasan 3 0,001 18 -0,41 15
29 Sumenep - - - - -
Kota
30 Kediri - - - - -
31 Blitar - - - - -
32 Malang - - - - -
33 Pasuruan - - - - -
34 Probolinggo - - - - -
35 Mojokerto - - - - -
36 Madiun - - - - -
37 Surabaya - - - - -
38 Batu 7.581 3,271 7 -0,07 13
Jumlah Total 218.411 100,000 0,13
*Keterangan: 1) dari Lampiran 1.3
2) dari Lampiran 1.10
3) dari Lampiran 1.11
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2015-2017
Kabupaten Jember merupakan 10 penghasil kubis terbesar di Jawa Timur.
Kabupaten Jember memiliki nilai rata-rata produksi pada tahun 2015-2017
sebesar 3.574 ton/tahun, selain itu Kabupaten Jember juga memiliki nilai rata-rata
kontribusi (share) sebesar 1,542% dan menempati rangking ke-9 menurut
6
kabupaten yang ada di Jawa Timur tahun 2015-2017. Tanaman kubis di
Kabupaten Jember memiliki nilai rata-rata pertumbuhan produksi tahun 2015-
2017 yang sebesar -0,26%, dan menempati rangking ke-14 pertumbuhan produksi
menurut Kabupaten di Jawa Timur. Nilai tersebut menunjukkan Kabupaten
Jember memiliki permasalahan dalam hal partumbuhan produksi tanaman kubis,
dimana Kabupaten Jember mengalami pertumbuhan produksi yang negatif atau
cenderung menurun.
Beberapa kecamatan penghasil kubis di Kabupaten Jember diantaranya
yaitu Kecamatan Wuluhan, Puger, Ambulu, Balung dan Panti. Berikut disajikan
data rata-rata produksi, rata-rata share produksi dan rata-rata pertumbuhan
produksi komoditas hortikultura sayuran kubis menurut kecamatan di Kabupaten
Jember tahun 2015-2017.
Tabel 1.4 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran Kubis
Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017
No Kecamatan
Tahun 2015-2017
Rata-rata
Produksi
(ton/tahun)
Rata-rata Share
Produksi
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi
(%) Ranking (%) Ranking
1 Kencong - - - - -
2 Gumukmas - - - - -
3 Puger 70,067 2,35 3 -0,46 4
4 Wuluhan 2.2369 74,91 1 -0,93 9
5 Ambulu 553,833 18,55 2 -0,74 7
6 Tempurejo - - - - -
7 Silo - - - - -
8 Mayang - - - - -
9 Mumbulsari - - - - -
10 Jenggawah 46,97 1,57 6 2,00 1
11 Ajung - - - - -
12 Rambipuji - - - - -
13 Balung 28,33 0,95 8 0,54 2
14 Umbulsari - - -
15 Semboro - - - - -
16 Jombang - - - - -
17 Sumberbaru - - - - -
18 Tanggul - - - - -
19 Bangsalsari 3,03 0,10 10 0,01 3
7
Lanjutan Tabel 1.4 Rata-rata Produksi, Rata-rata Share Produksi dan Rata-rata
Pertumbuhan Produksi Komoditas Hortikultura Sayuran
Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun
2015-2017
No Kecamatan
Tahun 2015-2017
Rata-rata
Produksi
(ton/tahun)
Rata-rata Share
Produksi
Rata-rata
Pertumbuhan
Produksi
(%) Ranking (%) Ranking
20 Panti 42,77 1,43 7 -0,60 6
21 Sukorambi - - - - -
22 Arjasa - - - - -
23 Pakusari 4,10 0,14 9 -0,50 5
24 Kalisat - - - - -
25 Ledokombo - - - - -
26 Sumberjambe - - - - -
27 Sukowono - - - - -
28 Jelbuk - - - - -
29 Kaliwates - - - - -
30 Sumbersari - - - - -
31 Patrang - - - - -
Jumlah Total 3.574 100,00 -0,26
*Keterangan: 1) dari Lampiran 1.4
2) dari Lampiran 1.12
3) dari Lampiran 1.13
Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa Kecamatan Ambulu
merupakan salah satu kecamatan penghasil kubis di Kebupaten Jember.
Kecamatan Ambulu memiliki nilai rata-rata pertumbuhan produksi kubis pada
tahun 2015-2017 sebesar 553,833 ton/tahun. Kecamatan Ambulu juga memiliki
nilai rata-rata kontribusi (share) produksi kubis pada tahun 2015-2017 sebesar
18,55 ton dan Kecamatan Ambulu menempati rangking kedua nilai rata-rata
kontribusi (share) produksi kubis menurut Kecamatan di Kabupaten Jember.
Kecamatan Ambulu memiliki nilai rata-rata pertumbuhan produksi sebesar -
0,74% dan menempatkan Kecamatan Ambulu dirangking ke-6 pertumbuhan
produksi menurut Kecamatan di Kabupaten Jember.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Ambulu mengalami
permasalahan yaitu pertumbuhan produksi yang negatif dan relatif kecil
dibandingkan beberapa kecamatan lainya seperti Kecamatan Jenggawah, Balung,
8
dan Bangsalsari. Hal ini dapat disebabkan oleh produktivitas kubis di Kecamatan
Ambulu yang masih dibandingkan kecamatan penghasil kubis lainya dan dibawah
tingkat produktivitas usahatani kubis kabupaten (Lampiran 1.4). Usahatani kubis
di Kecamatan Ambulu juga masih menggunakan benih bervarietas lama, yakni
varietas Green Coronet meskipun beberapa kecamatan lainya mencoba mengganti
dengan varietas baru seperti varietas Formula 1.
Kecamatan Ambulu memiliki beberapa desa yang mayoritas
masyarakatnya menanam tanaman kubis. Berikut merupakan data rata-rata
produksi, rata-rata share produksi dan rata-rata pertumbuhan produksi komoditas
hortikultura sayuran kubis menurut Desa di Kecamatan Ambulu tahun 2015-2017.
Tabel 1.5 Luas Panen, Produksi, Produksitivitas Tanaman Kubis dan Share
Produksi Kubis Berdasarkan Desa di Kecamatan Ambulu Tahun 2017
Desa
Luas
Panen
(Ha)
Produktivitas
(ton/Ha)
Produksi
(ton) 1)
Share produksi 2)
% Rangking
Andongsari 8 8,62 69 11,44 3
Karanganyar 3 8,66 26 4,31 4
Pontang 2 5,50 11 1,82 5
Sabrang 14 13,28 186 30,85 2
Sumberejo 29 10,24 297 49,25 1
Tegal sari 1 6,00 6 1,00 7
Ambulu 1 8,00 8 1,33 6
Total 61 9,88 603 100,00
*Keterangan: 1) dari Lampiran 1.5
2) dari Lampiran 1.14
Berdasarkan Tabel 1.5 dapat diketahui Desa Sumberejo merupakan desa
yang memiliki luas panen tertinggi yaitu sebesar 29 Ha dan juga memiliki
produksi kubis tertinggi di Kecamatan Ambulu pada tahun 2017 sebesar 297 ton
dengan produktivitas 10,24 ton/Ha. Desa Sumberejo memiliki nilai share
produksi kubis sebesar 49,25% dan menempatkan Desa Sumberejo dirangking
pertama share produksi menurut desa di Kecamatan Ambulu. Nilai tersebut
menunjukkan Desa Sumberejo memiliki kontribusi paling besar di Kecamatan
Ambulu, namun Desa Sumberejo memiliki permasalahan dalam hal produktivitas
usahatani kubis yang masih rendah dan masih dibawah produktivitas kubis di desa
lain yakni Desa Sabrang.
9
Masyarakat Desa Sumberejo menanam kubis pada periode bulan April -
November. Masa tanam kubis yang dilakukan oleh petani kubis di Desa
Sumberejo bisa dilakukan 1-2 kali musim tanam dalam setahun. Masa tanam
kubis dilakukan setelah pergantian dengan tanaman padi. Jenis kubis yang
ditanam oleh petani kubis di Desa Sumberejo yaitu jenis kubis putih varietas
Green Coronet. Kubis varietas Green Coronet merupakan varietas kubis unggul
yang memiliki kandungan air yang lebih rendah dan tidak mudah busuk serta
memiliki krop yang rapat dan tebal. Tanaman kubis memerlukan masa tanam
sekitar ± 90 hari setelah masa tanam.
Berdasarkan fenomena yang ada di Desa Sumberejo, usahatani kubis
masih memiliki kendala dalam hal produktivitas. Menurut buku pedoman yang
dianjurkan oleh Petugas Penyuluhan Lapang di Desa Sumberejo bahwa
penggunaan pupuk kimia yang sesuai yaitu sekitar 800ton/ha untuk semua jenis
pupuk kimia dan masing-masing pupuk urea 150kg/ha, ZA 250kg/ha, NPK
200kg/ha, dan Kcl 200kg/ha, namun kondisi yang ada dilapang yaitu penggunaan
pupuk kimia oleh petani kubis di Desa Sumberejo masih belum sesuai dengan
anjuran pedoman. Penggunaan pupuk kimia oleh petani kubis di Desa Sumberejo
digunakan dalam jumlah yang besar dan berlebihan yakni berkisar 1200kg/ha.
Penggunaan pupuk kimia di Desa Sumberejo tidak diimbangi dengan
penggunaan pupuk organik yang sesuai. Penggunaan pupuk organik yang
dianjurkan oleh petugas penyuluh lapang dalam buku pedoman yakni sekitar 15-
20 ton/ha, namun penggunaan pupuk organik yang digunakan oleh petani dalam
usahatani kubis di Desa Sumberejo hanya berkisar 5 ton/ha dan penggunaan
pupuk yang digunakan oleh petani masih jauh dari anjuran yang diberikan oleh
petugas penyuluh lapang.
Selain itu, menurut buku pedoman yang dianjurkan oleh Petugas
Penyuluhan Lapang di Desa Sumberejo yaitu jarak tanam usahatani kubis paling
efisien yaitu 60 x 40 cm, namun kondisi yang ada dilapang rata-rata jarak tanam
yang digunakan oleh petani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu yaitu
70 x 50 cm. Penentuan dan penyesuaian jarak tanam juga bisa mempengaruhi
input produksi lainya seperti bibit.
10
Kondisi lain yang ada dilapang, bahwa usahatani kubis di Desa Sumberejo
masih belum pernah dilakukan pelatihan dan penyuluhan tentang usahatani kubis
kepada petani. Berdasarkan beberapa fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk
membahas tentang faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kubis, tingkat
efisiensi teknis produksi usahatani kubis dan faktor yang mempengaruhi tingkat
inefisiensi usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember.
1.2 Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember?
2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis usahatani
kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani
kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis
usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat kebijakan
tentang pengembangan komoditas tanaman hortikultura khususnya tanaman
sayuran, yakni tanaman kubis.
11
2. Bagi petani, dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk pengembangan
usahatani kubis dan peningkatan produksi dengan mengetahui efisiensi teknis.
3. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang pengembangan usahatani kubis.
12
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Rifqie (2008) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis (Studi Empiris di Desa Cimenyan
Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung)” menyatakan bahwa faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi produksi usahatani kubis di Desa Cimenyan
Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung diantaranya: (a) benih, (b) pupuk
kandang, (c) pupuk kimia, (d) tenaga kerja, (e) pestisida padat, dan (f) pestisida
cair. Setelah dianalisis menggunakan alat analisis Cobb-Douglas, didapatkan
bahwa faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan dengan
elastisitas positif adalah: (a) benih, (b) pupuk kandang, (c) pupuk kimia, dan (d)
pestisida padat. Faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh secara signifikan
adalah: (a) tenaga kerja dan, (b) pestisida cair.
Variabel benih memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,325. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap penambahan benih sebesar satu % akan menyebabkan
peningkatan produksi kubis sebesar 0,325 %. Variabel pupuk kandang memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,483. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan pupuk kandang sebesar satu % akan meningkatan produksi kubis
sebesar 0,483%. Variabel pupuk kimia memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0,311. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan pupuk kimia sebesar satu
% akan menyebabkan peningkatan produksi kubis sebesar 0,311 %. Variabel
pestisida padat memiliki nilai koefisien regresi pupuk kandang adalah 0,0116. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap penambahan pestisida padat sebesar satu % akan
menyebabkan peningkatan produksi kubis sebesar 0,0116 %.
Menurut penelitian Warni (2017) yang berjudul “Analisis produksi
Usahatani Kubis Brassica Oleracea var. Capitata di Kecamatan Kejajar
Kabupaten Wonosobo” menyatakan bahwa faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi usahatani kubis di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo
diantaranya (a) luas lahan, (b) bibit, (c) tenaga kerja dalam keluarga, (d) tenaga
kerja luar keluarga, (e) pupuk organik, (f) pupuk urea, (g) pupuk NPK, dan (h)
13
pestisida. Setelah dianalisis menggunakan alat analisis Cobb-Douglas, didapatkan
bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi kubis di
Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo yaitu: (a) bibit, (b) tenaga kerja dalam
keluarga, dan (c) tenaga kerja luar keluarga, sedangkan faktor produksi yang tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi kubis di Kecamatan Kejajar Kabupaten
Wonosobo adalah (a) luas lahan, (b) pupuk organik, (c) pupuk urea, (d) pupuk
NPK dan (e) pestisida.
Variabel bibit memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,043 dengan tanda
positif menunjukkan ada hubungan searah dan dapat diartikan apabila ada
penambahan bibit sebesar 1%, maka produksi kubis akan bertambah 1,043%.
Variabel tenaga kerja dalam keluarga memiliki nilai koefisien sebesar 40,62 yang
menunjukkan ada hubungan positif dan dapat diartikan apabila ada penambahan
tenaga kerja dalam keluarga 1% maka produksi kubis akan bertambah sebesar
40,62%. Variabel tenaga kerja luar keluarga memiliki nilai koefisien sebesar
22,64 yang menunjukkan ada hubungan positif dan dapat diartikan apabila ada
penambahan tenaga kerja luar keluarga 1% maka produksi kubis akan bertambah
sebesar 22,64%.
Menurut penelitian Wibisono (2011) yang berjudul “Analisis Usaha Tani
Kubis (Studi Empiris di Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten
Magelang)” menyatakan bahwa Usahahatani kubis di Desa Banyuroto Kecamatan
Sawangan Kabupaten Magelang diduga belum efisien secara teknis. Setelah
dianalisis menggunakan alat analisis Stochastic Frontier, didapatkan bahwa nilai
rata-rata efisiensi teknis pada usahatani kubis di Desa Banyuroto Kecamatan
Sawangan Kabupaten Magelang sebesar 0,66. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
usahatani kubis di Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang
kurang (<) dari nilai 0,7 dan menunjukkan kondisi usahatani kubis belum efisien
sehingga perlu penyesuaian faktor produksi.
Menurut penelitian Darmansyah, dkk (2013) yang berjudul “Analisis
Efisiensi Teknis dan Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi pada Usahatani Kubis
di Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang Kabupaten Rejang Lebong” yang
diantaranya menganalis efisiensi teknis usahatani kubis, menyatakan bahwa
14
usahatani kubis Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang Kabupaten Rejang
Lebong diduga masih belum efisien secara teknis. Setelah dianalisis menggunakan
alat analisis Stochastic Frontier, didapatkan bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis
usahatani kubis di Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang Kabupaten Rejang
Lebong sebesar 0,9119 atau 91,20 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
usahatani kubis di Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang Kabupaten Rejang
Lebong lebih dari (>) 0,7 atau 70% dan menunjukkan bahwa usahatani kubis
sudah efisien secara teknis karena menyatakan bahwa faktor determinant yang
mempengaruhi tingkat efisiensi teknis.
Penelitian dari Darmansyah, dkk (2013) selain menganalisis efisiensi
teknis usahatani kubis, juga menganalisis faktor yang mempengaruhi efisiensi
teknis usahatani kubis Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang Kabupaten Rejang
Lebong. Faktor yang diduga mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani kubis
diantaranya: (a) umur petani, (b) pendidikan petani, (c) pengalaman petani, (d)
status lahan, dan (e) penggunaan teknologi. Setelah dianalisis menggunakan alat
analisis Stochastic Frontier, didapatkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata
terhadap inefisiensi teknis usahatani kubis pada taraf kepercayaan 90% yaitu: (a)
umur petani (b) penggunaan teknologi, dan (c) status lahan. sedangkan faktor
yang tidak berpengaruh terhadap efisiensi teknis usahatani kubis pada taraf
kepercayaan 90% (a) pendidikan petani (b) pengalaman berusahatani, tidak
berpengaruh nyata.
Variabel umur petani berpengaruh nyata secara positif terhadap efisiensi
teknis. Hal ini menunjukkan bahwa umur sudah sesuai dengan teori yang ada. Hal
ini dimungkinkan karena semakin bertambah umur maka semakin dewasa dalam
mengambil suatu kebijaksanaan dalam menentukan keputusan berusaha tani,
sehingga penggunaan faktor produksi dapat lebih efisien dan pada akhirnya dapat
meningkatkan produksi usaha tani kubis. Variabel penggunaan teknologi petani
berpengaruh nyata secara positif terhadap efisiensi teknis. Penggunaan Teknologi
oleh petani yaitu menggunakan pupuk pengkap (Urea, NPK, TSP dan KCl) D1 =
1 dan Sedangkan tidak salah satunya D =0. Hal ini dimungkinkan karena semakin
lengkap pupuk yang digunakan secara efisien oleh petani kubis didaerah
15
penelitian, maka semakin cukup kebutuhan akan unsur hara tanah, sehingga akan
meningkatkan produksi kubis.Variabel status lahan berpengaruh nyta secara
positif terhadap efisiensi teknis. Status lahan milik sendiri lebih optimal dalam
penggunaan faktor produksi karena mimiliki sifat memiliki terhadap lahan
tersebut.
Menurut penelitian efisiensi teknis usahatani dari komoditas lain yang
hampir memiliki kesamaan dengan tanaman kubis dari penelitian Prathama (2012)
yang berjudul “Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Caisim:
Pendekatan Stochastic Production Frontier (Kasus Di Desa Ciaruteun Ilir,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)” menyatakan bahwa usahatani
caisim diduga masih belum efisien secara teknis. Setelah dianalisis menggunakan
alat analisis Stochastic Frontier, didapatkan bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis
dari petani responden sebesar 0,70 atau 70% dari produksi maksimum. Nilai
tersebut menguatkan bahwa usahatani di Desa Ciaruteun Ilir telah cukup efisien
dan masih berpeluang untuk ditingkatkan sebesar 30 %. Dari 35% petani yang
menjadi responden, masih terdapat 17 petani (48,57 %) yang memiliki tingkat
efisiensi dibawah 0,7 (belum efisien secara teknis) dan sisanya 51,43 % sudah
efisien tetapi masih dapat terus ditingkatkan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
usahatani caisim di Di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor sudah efisien secara teknis.
Menurut penelitian Hidayati (2016) yang berjudul “Pengaruh Efisiensi
Teknis dan Preferensi Risiko Petani terhadap Penerapan Usahatani Kubis Organik
di Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat” menyatakan bahwa faktor
sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi usahatani kubis organik yaitu variabel
status lahan, dan jarak lahan dengan rumah petani, sedangkan faktor sosial
ekonomi yang mempengaruhi kubis anorganik di Kecamatan Baso Kabupaten
Agam Sumatera Barat diantaranya: (a) umur, (b) pengalaman usahatani, dan (c)
keanggotaan dalam kelompok tani. Setelah dianalisis menggunakan alat analisis
Stochastic Frontier, didapatkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi yang
berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani kubis non organik adalah:
(a) umur, (b) pengalaman usahatani, dan (c) keanggotaan dalam kelompok tani.
16
Variabel umur berpengaruh positif, sedangkan pengalaman usahatani, dan
keanggotaan dalam kelompok tani berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis
usahatani kubis non organik.
Variabel umur berpengaruh negatif nyata terhadap penerapan pertanian
organik pada tanaman kubis. Tanda koefisien ini tidak sesuai dengan yang
diharapkan pada usahatani kubis organik. Variabel umur tidak berpengaruh nyata
terhadap penerapan pertanian organik pada tanaman kubis. Artinya, diterapkan
atau tidaknya pertanian organik pada tanaman kubis bukan karena muda atau
tuanya umur petani. Keikutsertaan petani dalam kelompok tani berpengaruh
negatif dan nyata terhadap penerapan pertanian organik pada tanaman kubis.
Tanda koefisien ini tidak sesuai dengan harapan. Hal ini bisa saja terjadi karena
kondisi di lapangan menunjukkan bahwa umumnya petani sampel (petani kubis
organik sebanyak 100 % dan petani kubis non organik sebanyak 75 %) tergabung
dalam kelompok tani. Variabel pengalaman petani berpengaruh negatif dan nyata
terhadap penerapan pertanian organik pada tanaman kubis. Tanda koefisien ini
tidak sesuai dengan harapan. Hal ini bisa terjadi karena kondisi di lapangan
menunjukkan bahwa umumnya petani sampel memiliki pengalaman >10 tahun
dan bisa dikatakan memiliki pengalaman lebih.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Tanaman kubis
Menurut Cahyono (1995), Kubis merupakan sayuran yang kaya akan
fikgutrien dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B, dan C. Kandungan pada
sayuran kubis ini adalah antioksidan alami, yang membantu mencegah kanker dan
penyakit jantung, mencegah radikal bebas dan lain sebagainya. Berdasarkan
taksonomi tanaman kubis menurut Pracaya (2012) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
17
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. capitata L2
Kubis (Brassica oleracea) merupakan tanaman sayuran yang tumbuh
semusim (annual), artinya tumbuh vegetatif dan generatif (berbunga) pada tahun
(musim) yang sama. Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan
awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Pertumbuhan kubis
semakin dewasa daun-daunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya
tumbuh sangat rapat bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti
kipas. Sistem perakaran kubis agak dangkal, akar tunggangnya bercabang-cabang
dan memiliki banyak akar serabut (Rukmana, 1994). Jenis-jenis tanaman kubis
yang ada di Indonesia terdiri dari:
a) Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L)
Kubis krop memiliki daun yang membentuk krop (telur) dan berwarna
putih sehingga sering disebut kubis telur atau kubis putih. Kubis ini dikatakan
sebagai kubis putih karena daun-daunnya menutup satu sama lain hingga
warnanya terlihat berwarna putih. Kubis yang satu ini memiliki nilai dagang
paling tinggi diantara kubis lainnya.
b) Kubis daun atau kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C)
Kubis daun adalah kubis yang termasuk dalam jenis kale dan kailan,
disebut juga sebagai kubis kampung. Kubis Daunnya tidak membentuk krop dan
berwarna hijau.
c) Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C)
Kubis ini disebut kubis tunas karena kepala kubis ini terbentuk pada
tunasnya. Tunas kubis ini tumbuh memenuhi seluruh batang. Tunas samping
dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa krop
kecil. Kubis ini memiliki nama lain kol brusel, karena kol brusel ini sebenarnya
telah ada sejak lama dan sentra budidaya kol brusel berlokasi di Belgia, Brusel.
18
d) Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L)
Jenis ini bakal bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk
kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau.
2.2.2. Budidaya Kubis
Teknik budidaya sayuran terutama untuk tanaman kubis (Brassica
oleracea L.) menurut Balai Penelitian Sayuran (Balitsa, 2007) sebagai berikut :
a) Syarat tumbuh
Tananaman kubis pada umumnya ditanam di daerah yang berhawa sejuk,
pada ketinggian 800-2000 m dpl dan bertipe iklim basah, namun ada pula kubis
yang dapat ditanam di dataran rendah pada ketinggian 200 m dpl. Pertumbuhan
optimum didapatkan pada tanah yang banyak mengandung humus, gembur, porus
dan pH tanah antara 6-7. Waktu tanam kubis yang baik dilakukan pada awal
musim hujan atau awal musim kemarau. Tanaman kubis juga dapat ditanam
sepanjang tahun dengan pemeliharaan lebih intensif.
b) Persemaian
Sebelum persemian benih tanaman kubis direndam terlebih dahulu dalam
air hangat atau larutan Previcur N (1 ml/l) selama satu jam. Benih disemai merata
atau berbaris, sebelum bedengan dibasahi dengan air. Beih disebar merata pada
bedengan atau tempat penyemaian dengan media campuran tanah dan pupuk
kandang atau pupuk kompos. Bedengan persemaian diberi naungan atau atap dari
kasa atau plastik transparan untuk menghindar serangan OPT. Penyiraman
dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lahan setelah berumur 3-4 minggi atau
sudah memiliki 4-5 daun.
c). Penyiapan lahan
Pembersihan gulma ataupun rumput sekitar lahan, tanah dicangkul atau
dibajak sedalam 30 cm – 40 cm menjadi gembur, kemudian dibuat parit keliling
selebar 1 – 1,2 meter, tinggi 30 cm, panjang sesuai lahan, jarak antar bedeng 40
cm. Kemudian permukaan bedengan diratakan. Buat lubang tanam ukuran 30 x 30
x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm dan jarak tanam 50 x 60 cm. Tiap lubang tanam
diisi pupuk kandang 0,5 – 1 kg atau 15 – 20 kg/ha. Pengolahan tanah 14 – 30 hari
19
sebelum tanam, arahnya diatur membujur utara dan selatan atau memperhatikan
kountur tanah untuk mencegah erosi.
d). Penanaman
Tanam kubis paling baik awal musim hujan (Oktober) atau awal musim
kemarau (Maret). Penanaman dapat dilakukan sepanjang musim asalkan sumber
air terpenuhi (musim kemarau) dan pengendalian OPT (musim penghujan).
Pemilihan benih harus cukup umur atau berdaun 4 helai, pertumbuhannya normal
dan sehat. Benih kubis ditanam sampai leher akar sambil ditekan tanahnya dari
samping hingga benih tumbuh tegak. Siram air hingga cukup basah terutama bila
tanahnya kering.
e). Pemeliharaan
Pengairan tanaman kubis dilakukan dengan diairi sekitar bedengan atau
disiram, pengairan 1 – 2 hari sekali dan selanjutnya dikurangi tetapi tanahnya
tidak boleh kekeringan. Penyiangan dilakukan 2 kali, pelaksanaannya bersamaan
dengan penggemburan tanah dan pemupukan pada umur 2 dan 4 minggu setelah
tanam. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan campuran N, P, dan K atau Urea
250 kg setara ZA 500 kg/ha, SP 36, KCL diberikan seluruhnya pada pemupukan
pertama, sedangkan Urea/ ZA separo dosis dan sisanya untuk pemupukan kedua.
Pemupukan pertama tiap tanaman kubis dipupuk 10 – 20 gram pupuk campuran.
Pengendalian OPT penting dilakukan untuk menghindari tanaman kubis rusak.
OPT yang menyerang tanaman kubis diantaranya ulat daun kubis, ulat krop kubis,
busuk hitam, bercak daun dan sebagainya. Pengendalian OPT bisa dilakukan
dengan pemanfaatan musuh alami, penggunaan pestisida kimia sesuai kebutuhan
dengan dosis yang sesuai.
f). Panen
Kubis dipanen pada umur 2 – 3 bulan setelah tanam di lahan, ciri-ciri
cukup umur, krop mencapai ukuran maksimum, padat atau kompak, bila dijentik
jari tangan berbunyi nyaring. Pemanenan terlambat berakibat kropnya pecah atau
retak-retak (busuk). Cara panen dengan mematahkan daun-daun tua sebelah
bawah krop, krop dipotong tepat dibagian bawahnya dan dimasukkan ke
keranjang, daun tua dan rusak dibersihkan. Waktu yang tepat untuk panen kubis
20
adalah siang hari dari jam 09.00 – 15.30 dan saat tidak hujan. Menurut Cahyono
(1995), jika pemeliharaan kubis dilakukan secara intensif, maka produktivitas
potensial tanaman kubis yang dihasilkan dapat mencapai 40-60 ton per hektar.
2.2.3 Konsep Usahatani
Menurut Mosher (1968), usahatani merupakan pertanian rakyat dari
perkataan farm dalam bahasa Inggris. Mosher memberikan definisi farm sebagai
suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian
diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik,
penyakap atau manajer yang digaji. usahatani adalah himpunan dari sumber-
sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah
itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan
sebagainya .
Menurut Firdaus (2004), usahatani (farm) merupakan organisasi dari alam
(lahan), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di sektor
pertanian. Organisasi tersebut berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh
seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. Usahatani juga
merupakan suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha
mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan
ketrampilan dengan tujuan produksi untuk menghasilkan sesuatu di sektor
pertanian
Menurut Hernanto (1993), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan
faktor-faktor produksi seefektif mungkin sehingga produksi yang dihasilkan
petani mendapatkan keuntungan dan pendapatan yang lebih besar. Usahatani
dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka
miliki dengan sebaik-baiknya, dan usahatani dapat dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut mendapatkan output yang lebih besar dari pada
input yang dikeluarkan.
21
Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat
di suatu tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian. Usahatani dapat berupa
usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani yang produktif berarti
usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas tinggi yaitu
merupakan penggabungan antara konsep efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas
tanah atau lahan. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang
diperoleh dari satu ke satuan input.
2.2.4 Teori Produksi
Produksi merupakan suatu proses mengubah input menjadi output
sehingga nilai barang tersebut akan bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau
jasa yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang atau jasa
yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Produksi sering diartikan sebagai
penciptaan guna yang berarti kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan
untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga
lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi merupakan suatu fungsi
yang menunjukkan hubungan teknis antara hasil produksi fisik (output) dengan
faktor-faktor produksi (input) yang dikenal dengan istilah faktor relationship
(Hanafie, 2010).
Menurut Soekartawi (1990), faktor produksi adalah semua yang diberikan
atau dikeluarkan dalam suatu proses produksi untuk memperoleh hasil produksi.
Faktor produksi merupakan faktor penentu keberlanjutan suatu usaha, khususnya
usaha di bidang pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani sangat
banyak sekali, beberapa diantaranya adalah lahan, tenaga kerja, modal, pupuk dan
obat-obatan yang digunakan dalam usahatani. Semakin baik penggunaan faktor
produksi maka usahatani yang dilakukan akan semakin efisien.
Menurut Sukirno (2011), fungsi produksi dijelaskan bahwa suatu kurva
yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai dengan berbagai jumlah tenaga
kerja yang digunakan dengan adanya perbedaan waktu dalam proses produksi.
Fungsi produksi dapat dibedakan atas empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah,
22
modal, dan keahlian keusahawanan. Faktor tanah, modal dan keahlian dalam
analisis secara ekonomi merupakan faktor produksi yang tetap sedangkan tenaga
kerja merupakan faktor produksi yang dapat berubah sesuai dengan jumlahnya.
Faktor-faktor produksi fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus,
yaitu:
Q = f (K, L, R, T)
Keterangan:
Q = jumlah produksi
K = jumlah modal
L = jumlah tenaga kerja
R = kekayaan alam
T = Teknologi
Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi merupakan suatu hubungan
fisik atau hubungan teknis antara jumlah faktor produksi yang digunakan dengan
jumlah produksi yang dihasilkan per satuan waktu. hubungan Y dan X dapat
diketahui dan sekaligus hubungan X1….Xn dan X lainnya. Variabel yang
dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa
input Secara matematis fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y= f (X1,X2, X3........Xn)
Keterangan:
Y = Produk yang dihasilkan
f = Fungsi
X= Faktor-faktor produksi
Hubungan antara faktor produksi variabel dapat ditunjukkan melalui
penggunaan kurva-kurva. Bentuk kurva dalam faktor produksi terdapat
bermacam-macam kurva. Macam-macam kurva yang menggambarkan produksi
suatu perusahaan tidak selalu sama , sebab adanya alokasi faktor produksi yang
berbeda-beda. Hubungan antara faktor produksi secara umum dapat digambarkan
oleh suatu macam kurva. Tingkat penggunaan faktor produksi dalam suatu proses
produksi, ada tiga buah kurva yang penting dipelajari yaitu kurva produk total,
23
kurva produk rata-rata, dan kurva produk marginal. Kurva yang menunjukkan
hubungan antara faktor produksi yang digunakan dengan produk total yang
dihasilkan dinamakan kurva produk total (TP). Dimana dalam kondisi ini akan
terjadi peningkatan faktor produksi yang akan meningkatkan total produksi
sampai pada titik dimana pengggunaan faktor produksi akan menghasilkan
produksi yang maksimum. Apabila penggunaan faktor produksi ditambah tidak
lagi meningkatkan produk, melainkan justru menurunkan produksi. Sifat inilah
yang digambarkan dalam satu hukum dalam teori produksi, yaitu hukum kenaikan
hasil berkurang (Law Of Dimishing Returns) (Hariyati, 2007). Berikut merupakan
kurva hubungan antara faktor produksi dan produksi yang dihasilkan.
Gambar 2.1 Tahap-tahap Produksi pada Hukum (The Law of Diminishing Return),
(Hariyati, 2007).
AP
0 MP
X1
X2
Stage I
TP
Ep < 0
0 > Ep < 1
X
Y
Ep > 1
Y
X
Stage III
Stage II
0
X3
24
Fungsi produksi secara umum berlaku bahwa pada saat produk rata-rata
maksimum, maka kurva produk rata-rata (AP) akan selalu berpotongan dengan
kurva produk marjinalnya (MP). Pada saat produk total (TP) maksimum, produk
marjinal bernilai nol. Daerah I disebut daerah belum rasional, yaitu daerah antara
permulaan proses roduksi hingga AP mencapai tingkat maksimumnya. Daerah II
disebut daerah rasional, yaitu daerah antara AP maksimum hingga MP sama
dengan nol atau pada saat TP maksimum. Daerah III disebut daerah tidak rasional,
yaitu daerah setelah TP maksimum atau saat MP bernilai negatif. The Law of
Deminishing Return mulai berlaku setelah AP mencapai maksimum, yang
berturut-turut menunjukkan bahwa setiap penambahan satu satuan faktor produksi
akan memberikan tambahan hasil produksi yang lebih kecil dari satu unit
(Wibowo, 2013).
Hubungan antara kurva MP dan AP secara khusus dapat diketahui melalui
elastisitas produksi atau persentase perubahan hasil produksi total dibagi dengan
perubahan faktor produksi (Hanafie, 2010). Konsep elastisitas produksi
dirumuskan sebagai berikut:
Ep =
Keterangan:
Ep = Elastisitas Produksi
Y = Hasil Produksi (output)
X = Faktor Produksi (input)
Nilai elastisitas produksi bervariasi pada setiap tahapan hubungan input
dan output. Nilai elastisitas produksi lebih dari 1 berada ketika kurva produksi
rata-rata belum mencapai titik maksimum (titik A). Perpotongan antara kurva
MPP dan APP menghasilkan elastisitas produksi sama dengan 1 (Ep = 1). Nilai
elastisitas produksi akan bernilai di antara 0 dan 1 (0 < Ep <1) ketika kurva MPP
memotong kurva APP dan ketika memotong sumbu x. Nilai elastisitas produksi
akan bernilai negatif (Ep<0) setelah kurva MPP bernilai negatif. Hubungan antara
produk produk total (TP), produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (AP) dengan
nilai elastisitas produksi adalah sebagai berikut (Hanafie, 2010):
25
1. Nilai Ep = 1 tercapai ketika produk rata-rata (AP) mencapai maksimum atau
ketika produk AP = MP.
2. Nilai Ep = 0 terjadi ketika produk marjinal benilai 0 (MP = 0) dan produk rata-
rata (AP) menurun.
3. Nilai Ep > 1 terjadi ketika produk total (TP) menaik dan produk rata-rata (AP)
juga menaik di daerah I. Petani masih mungkin mengharapkan sejumlah
produksi yang cukup menguntungkan ketika sejumlah input masih
ditambahkan.
4. Nilai 0 < Ep < 1, kondisi ini berada di daerah II ditandai dengan kurva
produktotal (TP) akan tetap naik namun tambahan sejumlah input tidak
diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh.
5. Nilai Ep < 0, kondisi ini berada di daerah III ditandai dengan penurunan baik
produk total (TP), produk marjinal (MP), dan produk rata-rata (AP).
Penambahan sejumlah input tetap akan merugikan.
2.2.5 Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu
bentuk model pengukuran produktivitas yang sering digunakan dengan menggunakan
suatu persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih, dimana variabel tersebut
meliputi variabel dependent (Y) dan variabel independet (X). Penyelesaian hubungan
antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan
dipengaruhi oleh variasi X. Kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam
penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Proses estimasi fungsi Cobb-Douglas melibatkan
metode Ordinary Least Square atau metode kuadrat terkecil. Fungsi produksi Cobb-
Douglas merupakan fungsi eksponensial dan tidak sulit dipakai dalam penelitian
sebab variabel yang terdapat didalamnya dinyatakan dalam logaritma atau logaritma
natural. Secara matematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti persamaan
berikut (Hariyati, 2007):
Y = aX1b1X2b2……Xibi……Xnbneu
26
Keterangan:
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
a = konstanta atau intercept
b = koefisien regresi
eu = kesalahan (error)
Pendugaan tersebut dapat dimudahkan dengan mengubah persamaan tersebut
menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut.
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Ln Y =ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + u
Keterangan:
Y = produksi
a = konstanta atau intercept
X1-n = faktor yang mempengaruhi
b1-n = koefisien regresi
u = efek inefisiensi teknis dalam model
Menurut Soekartawi (1990), penyelesaian fungsi Cobb-Douglas suatu
penyelesaian yang selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi
fungsi linear, maka ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan sebelum
menggunakan fungsi Cobb-Douglas antara lain:
1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah
suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite),
2) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies).
Artinya, jika pada model Cobb-Douglas yang digunakan dalam suatu
pengamatan dan bila analisis yang diperlukan lebih dari satu model katakanlah
dua model maka perbedaaan terletak pada intercept dan bukan pada
kemiringan garis (slope) model tersebut,
3) Tipe variabel X adalah perfect competition
4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan.
27
Menurut Soekartawi (1990), fungsi Cobb-Douglas merupakan fungsi yang
baik untuk digunakan sebagai fungsi produksi dikarenakan beberapa hal yaitu:
1) Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah dalam
penerapannya.
2) Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil
(return-to-scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
3) Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan
dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas.
4) Koefisien intersept dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indek
sefisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi
2.2.6 Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier
Menurut Coelli et al., (2005), terdapat dua metode pendekatan yang sering
digunakan dalam mengukur efisiensi dari usahatani yaitu Stochastic Frontier
Analysis (SFA) dan Data Evolepment Analysis (DEA). Kedua metode tersebut
dapat digunakan untuk mengukur perubahan teknis dan perubahan efisiensi jika
panel data tersedia. Stochastic Frontier merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk melihat tingkat efisiensi teknis dari suatu usahatani. Fungsi
produksi Stochastic Frontier menggambarkan hubungan antara input yang
disediakan dan output maksimum yang dapat dicapai dengan memperhatikan
suatu faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani. Peneliti dapat
menggunakan fungsi produksi frontier untuk dapat mengetahui faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi efisiensi teknis usahatani serta bagaimana pengaruhnya
terhadap usahatani.
Pendekatan untuk mengukur efisiensi dan inefisiensi dalam usahatani
adalah pendekatan frontier. Pendekatan frontier terdiri dari dua macam yaitu
deterministik dan stohastik. Model stohastik ini lebih unggul dibandingkan
dengan deterministik karena memiliki beberapa keunggulan yaitu
mengakomoditir noise (penggangu) sedangkan deterministik tidak dapat
mengakomoditir noise. Model deterministik dan stochastic biasa digunakan untuk
28
efisiensi teknis. Frontier stochastic disebut composer eror model karena eror term
terdiri dari dua unsur yaitu variasi keluaran yang disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal berbentuk simetris dan menyebar normal serta unsur internal yang
berkaitan dengan managerial petani dalam usahataninya (Coelli et al., 2005).
Menurut Coelli et al., (2005), menjelaskan bahwa fungsi produksi stochastic
frontier merupakan fungsi produksi yang dispesifikasi untuk data silang (cross-
sectional data) yang memiliki dua komponen error term, yaitu random effects (vi)
dan inefisiensi teknis (ui). Secara matematis, fungsi produksi stochastic frontier
dapat ditulis dalam persamaan berikut.
ln yi = ln 0 + 1ln xi + (vi – ui);i = 1,2,3,...N
Keterangan:
yi = produksi yang dihasilkan pada waktu ke-i
xi = vektor input yang digunakan pada waktu ke-i
β = vektor parameter yang akan diestimasi
vi = variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal sebaranya
simetris dan menyebar normal (vi ~N (0, σv2|))
ui = variabel acak non negatif yang diasumsikan mempengaruhi tingkat
inefisiensi teknis serta berkaitan dengan faktor internal dan sebaran ui
bersifat setengah normal (ui ~ N (0, σv2|))
Menurut Kurniawan dalam Widjaya (2016), salah satu cara untuk
melinierkan fungsi Cobb Douglas dapat dilakukan dengan cara stochastic frontier.
Stochastic frontier disebut juga composed error model karena error term terdiri
dari dua unsur, dimana εi = vi – ui dan i = 1, 2, .. N. Variabel εi adalah spesifik
error term dari observasi ke-i. Variabel acak vi berguna untuk menghitung ukuran
kesalahan dan faktor-faktor yang tidak pasti seperti cuaca, pemogokan, serangan
hama dan sebagainya di dalam nilai variabel output, bersama-sama dengan efek
gabungan dari variabel input yang tidak terdefinisi di dalam fungsi produksi. Alat
analisis ini mempertimbangkan error dan efek inefisiensi teknis dalam model,
sehingga sangat tepat digunakan untuk membahas permasalahan faktor-faktor
produksi dan alokasi sumberdaya yang harus digunakan dalam melakukan suatu
usahatani. Model yang dinyatakan dalam persamaan di atas disebut sebagai fungsi
29
produksi stochastic frontier karena nilai output dibatasi oleh variabel acak
(stochastic), yaitu nilai harapan dari xi + vi atau exp (xi + vi). Random error (vi)
dapat bernilai positif dan negatif, begitu juga output stochastic frontier (exp (xi ))
bervariasi. Berikut merupakan kurva fungsi produksi stochastic frontier.
Gambar 2.2 Fungsi Produksi Stochastic Frontier (Coelli, et al., 2005)
Menurut Coelli et al., (2005) kurva tersebut menunjukkan suatu kegiatan
produksi dengan menggunakan input x untuk menghasilkan suatau output y. Jika
kegiatan tersebut tidak memiliki suatu efek inefisiensi maka nilai ui = 0 (i.e., ui =
0) atau qi= exp(b0 + b lnxi+ vi). Kegiatan produksi xi berada pada titik melebihi
production function karena memiliki nilai noise effect positif (i.e., vi> 0). Pada
kegiatan produksi Xj berada pada titik dibawah production function karena
memiliki nilai noise effect negatif (i.e., vj< 0).
2.2.7 Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor Produksi
Menurut Sukirno (2011), efisiensi didefinisikan sebagai kombinasi antara
faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan
output yang maksimum. Suatu usaha tani dikatakan telah efisien secara teknis
dibandingkan dengan petani lain, jika penggunaan jenis dan jumlah input yang
sama diperoleh output secara fisik lebih tinggi.
y
x
xj xi
yj
yi
Output Frontier
Exp (xib + vi), if vi > 0 Fungsi Produksi
Y = exp (xb)
Frontier output
Exp (xib + vi), if vi<0
30
Efisiensi teknis (ET) yaitu besaran yang menunjukkan perbandingan
antara produksi sebenarnya dengan produksi maksimum. Suatu usahatani
dikatakan efisiensi secara teknis apabila mampu untuk memperoleh output
tertentu dengan menggunakan jumlah input tertentu, pada tingkat teknologi
tertentu Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari metode lainnya
jika metode tersebut menghasilkan output yang lebih besar pada tingkat korbanan
yang sama.
Suatu metode produksi yang menggunakan korbanan yang paling kecil,
juga dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya, jika menghasilkan nilai
output yang sama besarnya. Efisiensi teknis mengukur tingkat produksi yang
dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu. Seorang petani secara teknis
dikatakan lebih efisien dibandingkan petani lain, apabila dengan penggunaan jenis
dan jumlah input yang sama, diperoleh output fisik yang lebih tinggi (Kurniawan,
2012). Efisiensi teknis berhubungan dengan kemampuan suatu pelaku usaha atau
perusahaan berproduksi pada kurva frontier isokuan. Berikut merupakan kurva
yang menjelaskan tentang konsep efisiensi produksi.
Gambar 2.3 Kurva frontier isokuan (Coelli et al, 2005)
Berdasarkan Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa pengusaha atau perusahaan
saat berada pada kondisi efisiensi teknis. Efisiensi teknis terjadi saat pilihan
proses produksi menghasilkan produksi atau output yang optimal dengan
penggunaan output produksi yang paling efisien. Kondisi efisiensi teknis di
gambarkan oleh kurva isoquant yaitu kurva SS’. Kurva SS’ diatas menunujukkan
31
kombinasi input (X1/Y dan X
2/y) yang efisien secara teknis untuk menghasilkan
output Y = 1. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam
berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input X1/Y dan X
2/Y
yang sama. Rasio produksi OQ/OP menunjukkan efisiensi teknis perusahaan P,
proporsi dengan kombinasi input pada P dapat diturunkan sampai titik Q, dengan
rasio input per output (X1/Y dan X
2/Y) konstan, sedangkan output tetap (Coelli et
al, 2005) . Nilai efisiensi teknis terletak antara 0 dan 1. Usahatani efisien secara
teknis jika TE = 1. Jika nilai TE<1, usahatani secara teknis belum efisien
Efisiensi teknis menjelaskan kemungkinan tertinggi dalam memproduksi
output dengan satu paket penggunaan input. Inefisiensi teknis merupakan lawan
dari efisiensi teknis: memproduksi lebih sedikit dari kemungkinan tertinggi dari
kombinasi penggunaan input. Efisiensi teknis dapat ditimbulkan oleh beberapa
alasan, beberapa diantaranya adalah kondisi alam dan diluar kontrol manajemen
perusahaan, hal lain yang dipengaruhi oleh keputusan manajemen. Efisiensi teknis
dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output dan sisi input. Efisiensi teknis
dari sisi output (indeks efisiensi Timmer) diukur dari tingkat rasio antara output
observasi terhadap output batas. Indek efisiensi digunakan sebagai pendekatan
untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic frontier analysis.
2.3 Kerangka Pemikiran
Usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember memiliki beberarapa permasalahan. Permasalahan yang pertama, bahwa
produktivitas usahatani kubis yang ada di Desa Sumberejo yang masih rendah,
yakni hanya sebesar 10,24 ton/ha. Nilai produktivitas tersebut masih dibawah nilai
produktivitas usahatani kubis yang ada di Desa lainya di Kecamatan Ambulu
yaitu Desa Sabrang. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Cahyono (1995), bahwa
apabila tanaman kubis dilakukan pemeliharaan secara intensif, maka produktivitas
potensial yang dapat dihasilkan oleh tanaman kubis dapat mencapai 40-60 ton/ha.
Permasalahan yang kedua adalah usahatani kubis di Desa Sumberejo
dalam penggunaan pupuk kimia dilakukan dalam jumlah besar dan berlebihan.
Selain itu penggunaan pupuk kimia juga tidak diimbangi dengan penggunaan
32
pupuk organik yang sesuai. Penggunaan pupuk kimia oleh petani di Desa
Sumberejo yakni berkisar 1200 kg/ha untuk semua jenis pupuk kimia, sedangkan
pupuk organik yang digunakan hanya sebesar 5 ton/ha. Sebagaimana yang
ditegaskan oleh petugas penyulahan lapang dalam buku pedoman usahatani kubis,
bahwa penggunaan pupuk kimia dalam usahatani kubis yang sesuai yaitu berkisar
800 kg/ha untuk semua jenis pupuk kimia dan penggunaan pupuk organik yang
sesuai untuk usahatani kubis berkisar 15-20 ton/ha.
Permaslaahan yang ketiga yaitu jarak tanam yang digunakan oleh petani
kubis di Desa Sumberejo yaitu petani rata-rata menggunakan jarak tanaman 70 x
50 cm. Sebagaimana yang ditegaskan oleh petugas penyulahan lapang dalam buku
pedoman usahatani kubis, bahwa penentuan jarak tanam pada usahatani kubis
yang sesuai dan paling efisien yaitu 60 x 40 cm. Penentuan dan penyesuaian jarak
tanam juga dapat mempengaruhi input produksi lainnya yang akan digunakan.
Fenomena lain yang terjadi di Desa Sumberejo yaitu masih belum pernah
dilakukan pelatihan dan penyuluhan kepada petani mengenai usahatani kubis.
Permasalahan inilah yang mendasari dilakukanya penelitian ini. Adapun
rumusan masalah dan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui: (a) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani
kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, (b)
bagaimanakah tingkat efisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember, dan (c) faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi efisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember.
Tujuan dilakukan penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani kubis. Hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Rifqie (2008), bahwa faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap produksi usahatani kubis di Desa Cimenyan Kecamatan
Cimenyan Kabupaten Bandung yaitu: (a) benih, (b) pupuk kandang, (c) pupuk
kimia, dan (d) pestisida padat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Warni (2017),
bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap produksi kubis di Kecamatan
Kejajar Kabupaten Wonosobo yaitu: (a) bibit, (b) tenaga kerja dalam keluarga,
33
dan (c) tenaga kerja luar keluarga. Menurut Suratiyah (2015), bahwa luas lahan
juga berpengaruh terhadap produksi suatu usahatani, selain itu menurut Pracaya
(2005), bahwa salah satu pupuk kimia yang digunakan dalam usahatani kubis
yaitu pupuk NPK. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, faktor yang diduga
mempengaruhi produksi usahatani kubis dalam penelitian ini diantaranya: (a) luas
lahan (Ha), (b)tenaga kerja (HOK),
(c) pupuk Urea (kg),
(d) pupuk ZA (kg), (e)
pupuk NPK (kg), ( f) pupuk organik (kg),
(g) pestisida (ml), dan (h) bibit (unit).
Tujuan penelitian selanjutnya yaitu untuk mengetahui tingkat efisiensi
teknis usahatani kubis. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Wibisono (2011), bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis usahatani kubis di Desa
Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang yaitu sebesar 0,66. Nilai
tersebut kurang dari (<) 0,70 dan dikatakan masih belum efisien secara teknis.
Penelitian lainya yang dilakukan oleh Darmansyah, dkk (2013), bahwa nilai rata-
rata efisiensi teknis usahatani kubis di Desa Talang Blitar Kecamatan Sindang
Kabupaten Rejang Lebong sebesar 0,91. Nilai tersebut lebih dari (>) 0,7 dan
dikatakan sudah efisien secara teknis.
Tujuan penelitian yang ketiga yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani kubis. Hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Darmansyah, dkk (2013), bahwa faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis di Desa Talang Blitar
Kecamatan Sindang Kabupaten Rejang Lebong yaitu (a) umur petani, (b)
penggunaan teknologi, dan (c) status lahan. Penelitian lainya yang dilakukan oleh
Hidayati (2016), bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi
teknis di Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatra Barat yaitu (a) umur
petani, (b) pengalaman usahatani, dan (c) keanggotaan dalam kelompok tani.
Menurut Suratiyah (2015), bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam melakukan suatu usahatani.
Berdasarkan kedua penelitian sebelumnya, faktor yang diduga mempengaruhi
inefisiensi teknis dalam penelitian ini diantaranya: (a) umur petani, (b)
pengalaman usahatani, (c) pendidikan, dan (d) kepemilikan lahan.
34
Guna mencapai tujuan penelitian yang pertama, kedua, dan ketiga dalam
penelitian ini digunakan pendekatan dengan analisis Cobb-Douglass frontier
menggunakan alat analisis stochastic frontier, dengan menggunakan alat analisis
ini dirasa dapat menjawab permasalahan pertama, kedua dan ketiga tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kubis, tingkat efisiensi
teknis usahatani kubis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis
usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu. Tujuan keseluruhan dari
penelitian ini yaitu sebagai sumber informai empiris agar petani mampu
mengoptimalkan terhadap faktor-faktor produksi yang signifikan mempengaruhi
produksi dan efisiensi teknis pada usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember.
35
Gambar 2.3 Skema kerangka pemikiran
Keterangan: 1) Menurut Suratiyah (2015) 2) Menurut Pracaya (2005)
3) Menurut Suratiyah (2015)
Fenomena :
1. Produktivitas usahatani kubis masih
rendah
2. Penggunaan pupuk kimia dalam
jumlah besar dan berlebihan
3. Penggunaan pupuk organik yang
masih belum sesuai
4. Jarak tanam yang masih belum sesuai
5. Belum pernah dilakukan pelatihan
dan penyuluhan
Usahatani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember
Faktor yang mempengaruhi
inefisiensi teknis Tingkat Efisiensi
Teknis (ET)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi
1) Penelitian Rifqie (2008),
faktor yang
mempengaruhi produksi:
a) Benih
b) Pupuk Kandang
c) Pupuk kimia
d) Pestisida
2) Penelitian Warni (2017),
faktor yang
mempengaruhi produksi:
a) Bibit
b) Tenaga kerja dalam
keluarga
c) Tenaga kerja luar
keluarga
Faktor yang diduga berpengaruh
dari penelitian ini:
a) Umur petani (tahun)
b) Pengalaman usahatani
kubis (tahun)
c) Pendidikan formal (tahun)3)
d) Kepemilikan lahan
(dummy)
Stochastic Frontier Analysis
41.
Sebagai sumber informai empiris agar petani mampu mengoptimalkan faktor-faktor
produksi yang signifikan mempengaruhi produksi dan efisiensi teknis pada usahatani
kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Faktor yang diduga berpengaruh
dari penelitian ini:
a) Luas lahan (Ha)1)
b) Tenaga kerja (HOK)
c) Pupuk Urea (kg)
d) Pupuk ZA (kg)
e) Pupuk NPK (kg)2)
f) Pupuk organik (kg)
g) Pestisida (ml)
h) Bibit (unit)
1) Penelitian Darmansyah
(2013), faktor yang
mempengaruhi efisiensi
teknis:
a) Umur petani
b) Penggunaan Teknologi
c) Status lahan
2) Penelitian Warni (2017),
faktor yang mempengaruhi
produksi:
a) Umur petani
b) Pengalaman usahatani
c) Keanggotaan dalam
kelompok tani
1) Penelitian Wibisono,
nilai rata-rata
efisiensi teknis
sebesar 0,66 < 0,70
(belum efisien secara
teknis).
2) Penelitian
Darmansyah (2013),
nilai rata rata efisiensi
teknis sebesar 0,91 >
0,70 (efisien secara
teknis).
36
2.4 Hipotesis
1. Faktor-faktor yang diduga signifikan mempengaruhi produksi usahatani kubis
di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember adalah Luas Lahan
(Ha), Tenaga Kerja (HOK), pupuk Urea (kg), pupuk ZA (kg), pupuk NPK (kg),
Pupuk organik (kg), Pestisida (ml), dan bibit (unit)
2. Tingkat efisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember masih belum efisien secara teknis.
3. Faktor-faktor yang diduga signifikan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis
usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
dipengaruhi oleh umur petani (tahun), pengalaman usahatani (tahun),
pendidikan formal petani (tahun), dan kepemilikan lahan (dummy).
37
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian berdasarkan metode penentuan daerah
yang disengaja (purposive method), yaitu di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. Penentuan daerah penelitian berdasarkan atas pertimbangan
antara lain sebagai berikut:
(a) Desa Sumberejo merupakan desa yang memiliki produksi kubis terbesar di
Kecamatan Ambulu. Desa Sumberejo memiliki nilai kontribusi produksi
tertinggi di Kecamatan Ambulu yaitu sebesar 49,25% dan menempati
rangking pertama dalam hal kontribusi produksi kubis di Kecamatan Ambulu.
(b) Desa Sumberejo dalam usahatani kubis memiliki permasalahan dalam
penggunaan pupuk kimia yang masih belum sesuai anjuran, dimana
penggunaan pupuk kimia yang digunakan oleh petani berlebihan.
(c) Usahatani kubis di Desa Sumberejo dalam penggunaan pupuk organik yang
masih belum sesuai anjuran, dimana penggunaan pupuk organik yang
digunakan oleh petani masih belum sesuai.
(d) Desa Sumberejo masih belum optimal dalam penentuan jarak tanam yang
digunakan oleh petani sesaui dengan anjuran penyuluh lapang.
(e) Desa Sumberejo masih belum pernah dilakukan pelatihan dan penyuluhan
mengenai usahatani kubis.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif dan
analitis. Metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
data atau fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diteliti.
Metode analitis merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji
hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih mendalam tentang
hubungan variabel-variabel yang akan diteliti (Nazir, 2009).
38
Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan
mengenai bagaimana penggunaan faktor-faktor produksi usahatani kubis dan
tingkat efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi usahatani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Metode analitis dalam
penelitian ini digunakan untuk menganalisa hipotesis terkait penggunaan faktor-
faktor produksi, tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dan faktor yang
mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek
penelitian. Peneliti memperoleh data atau informasi secara langsung dari petani
kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Pengumpulan data
melalui data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara. Data sekunder,
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melainkan diperoleh dari sumber-
sumber data yang telah ada. Data sekunder digunakan untuk mendukung peneliti
dalam mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan melalui data-data yang
sudah ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu
data yang diperoleh dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, dan buku.
Pengumpulan data melalui data sekunder dilakukan dengan studi pustaka. Metode
pengumpulan data dilakukan pada penelitian ini diantara lain:
1. Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mendatangi langsung lokasi penelitian dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan mengenai fenomena-fenomena yang ada di lokasi penelitian yang
dilakukan dengan pengamatan pada usahatani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
2. Studi Pustaka adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
melihat referensi yang sudah ada berupa penelitian terdahulu, buku, literatur
dan pustaka lainnya. Studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
39
dengan menggunakan data dari Badan Pusat Statistik dan profil desa yang
digunakan untuk menunjang keterangan-kerangan atau informasi yang telah
didapat melalui responden dan mencari hubungan kesesuaian antara data dari
petani kubis di Desa Sumberejo yang didapat dengan data studi pustaka yang
ada.
3. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dan responden atau informan
guna mendapatkan data-data atau informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara mendatangi
dan melakukan tanya jawab langsung kepada petani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu mengenai usahatani kubis. Proses tanya jawab yang
dilakukan peneliti dengan petani kubis dilakukan sesuai dengan kuisioner yang
telah dibuat sebelumnya.
3.4 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan untuk penentuan sampel
dalam penelitian ini yaitu menggunakan cluster sampling, purposive sampling dan
proportionate random sampling. Cluster sampling merupakan teknik yang
digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber
data sangat luas. Tahapan yang digunakan dalam teknik cluster sampling melalui
dua tahap yaitu tahap pertama yaitu menentukan sampel daerah dan tahap yang
kedua menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga
(Sugiyono, 2014). Teknik cluster sampling yang digunakan penelitian ini
berlokasi di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu yang akan dibagi berdasarkan
kelompok tani, dimana di Desa Sumberejo memiliki 13 kelompok tani yang
tersebar di setiap dusun di Desa Sumberejo.
Pemilihan kelompok tani yang digunakan sebagai sampel penelitian dipilih
menggunakan purposive sampling. Menurut Noor (2015), purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak
dijadikan sampel. Peneliti menentukan 5 kelompok tani dari 13 kelompok tani
yang ada di Desa Sumberejo. Pemilihan 5 kelompok tani atas dasar pertimbangan
40
bahwa 5 kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani yang aktif dalam
usahatani kubis dan paling banyak membudidayakan tanaman kubis diantara
kelompok tani lainnya. Kelompok tani yang dipilih oleh peneliti diantaranya,
kelompok tani Suka Maju, Karya Tani I, Karya Tani II, Sri Rejeki, dan Mekar
Sari. Jumlah populasi 5 anggota kelompok tani yang membudidayakan kubis di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember sebanyak 147 petani.
Penentuan sampel selanjutnya dilakukan dengan perhitungan
menggunakan rumus slovin. Menurut Noor (2015), besarnya sampel petani
ditentukan dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan atau
error sebesar 15% atau 0,15, dimana besar taraf kesalahan tersebut
mempertimbangkan karena usahatani kubis dalam populasi tersebut adalah
bersifat heterogen. Berikut merupakan hasil perhitungan sampel menggunakan
rumus Slovin:
n =
Keterangan:
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan yang dapat ditolerir, yaitu 15%.
Jadi, jumlah sampel penelitian dapat dihitung sebagai berikut:
n =
n =
n = 34 petani
Berdasarkan hasil perhitungan slovin diatas didapatkan sampel penilitian
sebanyak 34 petani. Jumlah sampel sebanyak 34 petani dirasa sudah cukup untuk
mewakili seluruh populasi petani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian kuantitatif apabila semakin banyak
sampel yang digunakan, maka hasil penelitiannya mampu menggeneralisasikan
populasi dari penelitian tersebut dengan baik (Noor, 2015). Jumlah sampel yang
didapatkan dari perhitungan slovin merupakan jumlah sampel minimal yang harus
digunakan oleh peneliti. Jumlah sampel diperoleh sebanyak 34 petani selanjutnya
41
dilakukan teknik proportionate random sampling untuk menentukan sampel
disetiap kelompok tani. proportionate random sampling merupakan pengambilan
sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam
populasi penelitian. Perhitungan pengambilan sampel untuk setiap kategori atau
kelas sebagai berikut:
ni = x Sampel
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel perkelas atau
perkategorinya. Berikut merupakaan data kelompok tani beserta sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Data Kelompok Tani, Jumlah Petani dan Perhitungan Sampel Petani
Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
No Nama Kelompok
Tani
Jumlah Petani
Kubis
Perhitungan Sampel
1 Suka Maju 20
5
2 Karya Tani I 36
8
3 Karya Tani II 30
7
4 Sri Rejeki 33
8
5 Mekar Sari 28
6
Jumlah 147 34
Sumber: Data Sekunder, diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3.1 didapatkan bahwa total populasi petani kubis yang
tergabung dalam kelompok tani yang paling banyak membudidayakan tanaman
kubis sebanyak 147 yang terdiri dari 5 kelompok tani yang membudidayakan
kubis, yakni kelompok tani Suka Maju, Karya Tani I, Karya Tani II, Sri Rejeki,
dan Mekar Sari yang masing-masing kelompok tani memiliki sampel yang dapat
mewakili populasi petani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu.
42
3.5 Metode Analisis Data
Guna membuktikan hipotesis pertama mengenai faktor-faktor yang
signifikan mempengaruhi produksi usahatani kubis di Desa Sumberejo Kacamatan
Ambulu Kabupaten Jember digunakan alat analisis Cobb-Douglas. Alat analisis
Cobb-Douglas dapat digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang
berpengaruh signifikan terhadap produksi kubis di Desa Sumberejo Kacamatan
Ambulu Kabupaten Jember dan seberapa besar pengaruhnya terhadap produksi
kubis di Desa Sumberejo Kacamatan Ambulu Kabupaten Jember. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi produksi kubis, diantaranya luas lahan,
jumlah tenaga kerja, pupuk Urea, pupuk ZA, pupuk NPK, pestisida, dan bibit.
Faktor faktor tersebut dapat dimasukkan kedalam persamaan model Cobb
Douglas sebagai berikut:
Ln Y = b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5+ b6 ln X6+ b7 ln X7+
b8 ln X8
Keterangan:
Y = produksi kubis (kg)
b0 = konstanta/intercept
X1 = faktor luas lahan (Ha)
X2 = faktor tenaga kerja (HOK)
X3 = faktor pupuk Urea (kg)
X4 = faktor pupuk ZA (kg)
X5 = faktor pupuk NPK (kg)
X6 = faktor pupuk organik (kg)
X7 = faktor pupuk pestisida (ml)
X8 = faktor bibit (unit)
b1 = koefisien regresi faktor luas lahan
b2 = koefisien regresi faktor tenaga kerja
b3 = koefisien regresi faktor pupuk NPK
b4 = koefisien regresi faktor pupuk organik
b5 = koefisien regresi faktor pestisida
b6 = koefisien regresi faktor bibit
43
Pengujian hipotesis pada permasalahan pertama mengenai faktor yang
mempengaruhi produksi usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
yaitu dilakukan dengan uji f, koefisien determinasi (R2), dan uji t yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji f
Menurut Ghozali (2012), menyatakan uji Statistik f pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau variabel terikat. Untuk menguji hipotesis ini digunakan
statistik f dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) atau f hitung < f tabel berarti
hipotesis tidak terbukti maka H0 diterima Ha ditolak bila dilakukan secara
simultan.
b. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) atau f hitung > f tabel berarti
hipotesis terbukti maka H0 ditolak dan Ha diterima bila dilakukan secara
simultan.
Menurut Ghozali (2012), menyatakan pada uji f ini paling sedikit ada satu
variabel bebas yang memiliki pengaruh nyata terhadap veriabel dependen. Setelah
mengetahui pengaruh keseluruhan variabel bebas dengan uji F maka selanjutnya
dilakukan uji determinasi.
2. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2012) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2)
merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
0 atau 1. Jika nilai R2
mendekati angka 1, maka variabel independen semakin
mendekati dengan variabel dependennya dan sebaliknya, jika nilai R2
mendekati 0
maka semakin kecil kemampuan variabel-variabel dalam menjelaskan variabel
dependennya.
3. Uji t
Menurut Ghozali (2012) Uji beda t-test digunakan untuk menguji seberapa
jauh pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara
44
individual dalam menerangkan variabel dependen secara parsial. Dasar
pengambilan keputusan digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:
a. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) atau t hitung < t tabel berarti hipotesis
tidak terbukti maka H0 diterima H1 ditolak, bila dilakukan uji secara parsial.
b. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) atau t hitung > t tabel berarti hipotesis
terbukti maka H0 ditolak dan H1 diterima, bila dilakukan uji secara parsial.
Guna membuktikan hipotesis kedua mengenai efisiensi teknis usahatani
kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu dapat dianalisis menggunakan
pendekatan efisiensi teknis suatu usaha. Pengujian efisiensi teknis dilakukan
dengan menggunakan persamaan Cobb-Dougglas dengan pendekatan regresi
frontier. Menurut Marjaya et al.,(2012), metode pendugaan model stochastic
frontier dilakukan melalui 2 tahap yakni tahap pertama dengan metode Ordinary
Least Square (OLS) untuk menduga parameter teknologi dan input produksi,
tahap kedua menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) untuk
menduga keseluruhan parameter faktor produksi dan varian dari kedua komponen
eror vi dan ui (σv 2 dan σu2). Kedua metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Menurut Firdaus (2004), metode OLS merupakan metode pendugaan suatu
fungsi regresi dari koefisien regresi adalah penduga tak bias liner terbaik (best
linear unbiased estimation-BLUE) jika semua asumsi mendasari model
tersebut terpenuhi. Sebaliknya jika ada (paling tidak 1) asumsi model regresi
tidak dapat dipenuhi oleh fungsi regresi tersebut maka kebenaran pendugaan
model itu dan atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan
diragukan. Jika terdapat asumsi yang tidak terpenuhi biasanya disebut dengan
penyimpangan asumsi.
b. Metode MLE (Maximum Likelihood Estimation) merupakan suatu metode
pendugaan parameter yang memaksimalkan fungsi likelihood. Metode
Maximum Likelihood Estimation adalah metode pendugaan yang
memaksimumkan fungsi likelihood. Metode MLE digunakan untuk menduga
parameter Distribusi Eksponensial. Distribusi Eksponensial merupakan salah
satu distribusi kontinu. Distribusi ini digunakan pada data waktu hidup dengan
kegagalan konstan (Nurlaila dkk, 2013).
45
Pencapaian Efisiensi Teknis secara keseluruhan dapat dilihat melalui nilai
Likelihood ratio test. Hasil ini dapat diselesaikan dengan nilai LR-test pada
metode OLS dan nilai LR-test menggunakan metode Maximum Likelihood
Estimation. Pengujian Hipotesis kedua tentang efisiensi teknis dilakukan untuk
mengetahui tingkat penggunaan input pada produksi usahatani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu yang sebenarnya dengan tingkat produksi
maksimum dengan menggunakan analisis Stochastic Frontier. Menurut Coelli et
al., (2005), rumus yang digunakan untuk menentukan nilai efisiensi teknis antara
lain:
TEi=Yi/Yi* = = = exp (µi)
Keterangan:
TEi` = Efisiensi teknis petani ke-i,
Yi = Output riil petani ke-i
Yi* = Output Frontier petani ke-i
yi atau exp(xi -μi) = Output riil observasi ke-i
exp(xi ) = Output frontier observasi ke-i
Menurut Coelli et al., (2005), Nilai indeks efisiensi teknis hasil efisiensi
teknis dikategorikan efisien apabila memiliki nilai lebih dari 0,70 sebagai batas
efisien. Nilai TE berada pada kisaran antara 0 dan 1. Kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai indeks efisiensi < 0,7 maka usahatani kubis belum efisien secara
teknis
b. Jika nilai indeks efisiensi ≥ 0,7 maka usahatani kubis efisien secara teknis
Pengujian hipotesis ketiga mengenai faktor-faktor inefisiensi teknis dalam
usahatani kubis dapat dianalisis dengan Stochastic Frontier Analysis dengan
rumus:
μ= δ0 + δ1Z1 + δ2Z2 + δ3Z3 + δ4 Z4+ δ5 DKL
46
Keterangan:
μ = efek inefisiensi teknis
δ0 = konstanta
δ1- δ4 = koefisien parameter
Z1 = umur petani (tahun)
Z2 = pengalaman usahatani kubis (tahun)
Z3 = pendidikan formal petani (tahun)
DKL = dummy kepemilikan lahan (0 = sewa, 1= sendiri)
Faktor inefisiensi teknis yang berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi
teknis ditentukan berdasarkan uji parsial dari masing-masing koefisien yang
diestimasi. Pengujian secara parsial ini digunakan baik pada model frontier
maupun model faktor inefisiensi yang mempengaruhi efisiensi teknis. Uji parsial
(uji-t) bertujuan untuk menguji apakah nilai koefisien mempunyai pengaruh yang
signifikan. Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t
tabel. Berikut kriteria pengambilan keputusan antara lain
1. t hitung < t tabel, H0 diterima, artinya variabel umur, pengalaman, pendidikan,
dan dummy kepemilikan lahan secara parsial tidak mempengaruhi tingkat
inefisiensi teknis.
2. t hitung > t tabel, H1 diterima, artinya variabel umur, pengalaman, pendidikan,
dan dummy kepemilikan lahan secara parsial mempengaruhi tingkat inefisiensi
teknis.
3.6 Definisi Operasional
1. Usahatani Kubis adalah suatu kegiatan menanam kubis yang memanfaatkan
sumberdaya alam dan sumber daya manusia di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu
2. Kubis adalah salah satu tanaman hortikultura sayuran yang dibudidayakan di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu dengan varietas Green Coronet
3. Produksi kubis adalah jumlah kubis yang dihasilkan atau dipanen dalan satu
musim yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg)
47
4. Produktivitas kubis adalah perbandingan antara jumlah kubis dalam sekali
panen dengan luasan lahan yang digunakan yang dinyatakan dalam satuan
(ton/Ha)
5. Faktor produksi adalah hubungan antara jumlah input (luas lahan, tenaga
kerja, pupuk, pestida, dan bibit) yang digunakan untuk menghasilkan suatu
barang dengan jumlah output barang yang dihasilkan
6. Luas lahan adalah variabel yang digunakan sebagai media untuk bercocok
tanam untuk menghasilkan kubis dalam satu musim tanam dinyatakan dalam
satuan Hektar (Ha)
7. Bibit adalah jumlah bibit kubis yang diperoleh dari benih yang nantinya
ditanam dalam usahatani kubis selama satu kali musim tanam
8. Tenaga kerja adalah jumlah orang yang bekerja pada usahatani kubis di lahan
mulai dari kegiatan persiapan lahan hingga panen selama satu kali musim
yang berasal dari dalam maupun luar keluarga (HOK)
9. Pupuk organik adalah jumlah pupuk yang digunakan petani yang didapat dari
kotoran sapi atau pupuk kandang (kg)
10. Pupuk Urea, ZA, NPK yaitu pupuk anorganik yang digunakan dalam kali satu
musim tanam (kg)
11. Pestisida adalah jumlah bahan yang digunakan untuk membunuh hama, baik
yang berupa tumbuhan, maupun serangga lain berupa bentuk cair dalam satu
kali musim (ml)
12. Efisiensi teknis dapat menunjukkan sejauh mana efisien petani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu dalam menggunakan input faktor produksi.
13. Inefisiensi teknis yaitu faktor teknis yang dapat mempengaruhi tingkat
efisiensi teknis, seperti umur petani, pengalaman usahatani kubis,
kepemilikan lahan, dan pendidikan formal petani.
14. Stochastic Frontier adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam usahatani kubis,
mengetahui tingkat efisiensi teknis serta faktor yang mempengaruhi efisiensi
teknis.
48
15. Umur petani adalah jenjang umur yang dimiliki oleh petani kubis yang
dinyatakan dalam satuan (tahun)
16. Pengalaman usahatani kubis adalah lamanya petani dalam melakukan
usahatani kubis yang dinyatakan dalam satuan (tahun)
17. Pendidikan petani adalah lamanya pendidikan formal yang pernah diperoleh
petani kubis satuan yang digunakan adalah tahun
18. Kepemilikan lahan dapat diukur dengan dummy, dimana petani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu memiliki status lahan yang digunakan dalam
usahatani kubis. Nilai 1 untuk petani yang memiliki lahan sendiri dan nilai 0
untuk petani yang lahannya sewa.
49
BAB 4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Wilayah Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember
Desa Sumberejo merupakan desa yang terletak di Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. Desa Sumberejo memiliki 6 dusun yang terdiri dari Dusun
Bregoh, Dusun Krajan Lor, Dusun Krajan Kidul, Dusun Sidomulyo, Dusun Watu
Ulo, dan Dusun Curahrejo. Secara geografis, batas-batas Desa Sumberejo adalah
sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Sabrang Kecamtan Ambulu
Sebelah selatan : Samudra Indonesia
Sebelah timur : Sungai Mayang Kecamatan Ambulu
Sebalah barat : Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan
Desa Sumberejo merupakan desa yang terletak di paling selatan di wilayah
Kecamatan Ambulu. Desa Sumberejo terletak didekat pesisir atau pantai pada
ketinggian ± 3 mdpl dari permukaan laut dan memiliki curah hujan yaitu ± 3000
mm/tahun dengan kelembaban ± 30C. Secara umum, luas wilayah Desa
Sumberejo menurut penggunaan dibagi menjadi tanah sawah, tanah kering, dan
fasilitas umum. Total keseluruhan luas wilayah yang terdapat di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember adalah 1.967,09 Ha. Berikut merupakan
data luas wilayah menurut penggunaan di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu.
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember Tahun 2017
No Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)
1 Tanah Sawah 937,53 47,36
2 Tanah Kering 933,42 47,45
3 Fasilitas Umum 96,14 4,89
Total 1.967,09 100,00
Sumber: Profil Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember 2018.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui keseluruhan luas wilayah di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember sebesar 1.967,09 Ha. Luas
wilayah menurut penggunaan di Desa Sumberejo terdiri dari tanah sawah sebesar
937,53 Ha dengan persentase sebesar 47,36%, tanah kering
50
sebesar 933,42 Ha dengan persentase 47,45 % dan digunakan untuk fasilitas
umum sebesar 96,14 Ha dengan persentase sebesar 4,89%. Wilayah yang ada di
Desa Sumberejo sangat mendukung untuk sektor pertanian karena sebagian besar
wilayah yang ada di Desa Sumberejo merupakan lahan sawah.
4.2 Keadaan Penduduk Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Penduduk yang tinggal di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember sebagian besar merupakan penduduk asli dan sisanya merupakan
penduduk pendatang. Berikut merupakan jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin di Desa Sumberejo tahun 2017.
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2017
No Jenis Kelamin (L/P) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 13.818 51,35
2 Perempuan 13.094 48,65
Total 26.912 100,00
Sumber: Profil Desa Sumberejo Kecamatan Ambul Kabupaten Jember 2018.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu yaitu 26.912 jiwa. Jumlah penduduk Desa
Sumberejo terdiri dari jenis kelamin laki-laki yaitu 13.818 jiwa dengan persentase
51,35% dan perempuan yaitu 13.094 jiwa dengan persentase 48,65 % dari jumlah
total penduduk di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu. Jumlah penduduk di Desa
Sumberejo yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk
berjenis kelamin perempuan. Berikut merupakan data jumlah penduduk
berdasarkan golongan umur di Desa Sumberejo tahun 2017.
Tabel 4.3 Jumlah penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2017
No Kelompok Umur
(Tahun)
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
1 0 - 14 3.133 1.962 5.095 18,93
2 15- 64 8.269 9.531 17.800 66,14
3 ≥ 65 2.416 1.601 4.017 14,93
Total 13.818 13.094 26.912 100,00
Sumber: Profil Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember 2018.
51
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa
Sumberejo terbesar yaitu berasal dari kelompok umur 15-64 tahun yang mencapai
17.800 jiwa dengan persentase sebesar 66,14% dari total penduduk dan jumlah
penduduk berdasarkan kelompok umur terendah yaitu berasal dari kelompok
umur ≥ 65 tahun sebanyak 4.017 jiwa dengan persentase sebesar 14,93% dari total
penduduk Desa Sumberejo. Jumlah penduduk Desa Sumberejo terbesar rata-rata
berumur 15-64 tahun dimana kelompok umur tersebut dikatakan berada pada usia
produktif.
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk di Desa Sumberejo memiliki bermacam-macam jenis mata
pencaharian. Mata pencaharian penduduk di Desa Sumberejo dapat dikategorikan
diantaranya sebagai berikut petani dan buruh tani, buruh migran, nelayan, bidan
swasta dan sebagainya. Berikut merupakan data mata pencaharian penduduk di
Desa Sumberejo tahun 2017.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2017
Jenis Pekerjaan Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Petani dan Buruh Tani 3.000 500 3.500 20,06
Buruh Migran 500 1010 1.510 8,65
Nelayan 1.867 1.819 3.686 20,06
Bidan swasta 0 10 10 0,06
Ahli Pengobatan Alternatif 1 0 1 0,01
Guru swasta 372 0 372 2,13
Dosen swasta 15 5 20 0,11
Arsitektur/ Desainer 2 0 2 0,01
Buruh Harian Lepas 5.000 3.000 8.000 45,85
jasa transportasi dan
perhubungan 115 0 115 0,66
jasa hiburan dan pariwisata 70 35 105 0,61
Usaha hotel dan penginapan
lainnya 5 5 10 0,06
Apoteker 1 4 14 0,08
Akuntan 30 0 30 0,17
Anggota Legislatif 1 0 1 0,01
Lain-lain 82 0 82 0,47
Total 11.061 6.388 17.449 100,00
Sumber: Profil Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember 2018.
52
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan
Mata Pencaharian paling besar yaitu sebagai buruh harian lepas sebanyak 8.000
jiwa dengan persentase 45,85%, selain sebagai buruh harian lepas penduduk Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu bermata pencaharian nelayan yaitu sebanyak
3.686 jiwa dengan presentasi 20,06% dari jumlah penduduk Desa Sumberejo.
Penduduk Desa Sumberejo juga banyak yang bermata pencaharian sebagai petani
dan buruh tani yaitu sebanyak 3.500 jiwa dengan persentase sebanyak 20,06%
dari total penduduk di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu. Banyaknya
penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian karena didukung dengan
wilayah yang berpotensi untuk sektor pertanian.
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu sarana yang dapat mengubah dan
mempengaruhi pola pikir masyarakat yang ada di suatu wilayah. Pendidikan juga
dapat mempengaruhi masyarakat dalam menerima dan menguasai teknologi-
teknologi baru. Berikut merupakan data mengenai jumlah penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan di Desa Sumberejo tahun 2017.
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember tahun 2017
No Tingkat Pendidikan Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
1 Belum Sekolah 480 342 822 3,05
2 Tamat SD/sederajat 2.152 2.681 4.833 17,96
3 Tamat SMP/sederajat 2.362 2.423 4.785 17,78
4 Tamat SMA/sederajat 1.087 1.787 2.874 10,68
5 Tamat D1 26 16 42 0,16
6 Tamat D2 34 39 73 0,27
7 Tamat D3 28 21 49 0,18
8 Tamat S1 95 98 193 0,72
9 Tamat S2 30 3 33 0,12
10 Sedang sekolah 7.524 5.684 13.208 49,08
Total 13.818 13.094 26.912 100,00
Sumber: Profil Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember 2018.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan paling besar
penduduk di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu yaitu tingkat pendidikan
SD/sederajat dengan jumlah total 4.833 jiwa dengan persentase 17,96%. Tingkat
pendidikan di Desa Sumberejo yang paling banyak setelah tingkat SD/sederajat
yaitu SMP/sederajat sejumlah 4.785 jiwa dengan persentase 17,78% dan juga
53
SMA/sederajat sejumlah 2.874 jiwa dengan persentase 10.68%. Penduduk Desa
Sumberejo yang masih sekolah yaitu berjumlah 13.208 jiwa dengan persentase
sebesar 49,08%.
4.3 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian meliputi jenis
kelamin, tingkat pendidikan, umur, pengalaman petani dan kepemilikan lahan
dalam usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu. Responden
merupakan petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
yang sedang melakukan usahatani kubis. Responden yang diambil dalam
penelitian sebanyak 34 petani kubis.
4.3.1 Jenis Kelamin Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian terdiri dari 34 orang
laki-laki. Usahatani kubis kebanyakan dilakukan oleh petani laki-laki, namun,
sebagaian juga ada petani wanita yang dibutuhkan sebagai buruh tani dalam
usahatani kubis. Tenaga buruh tani wanita dianggap lebih teliti dalam melakukan
usahatani kubis. Kebanyakan buruh wanita digunakan dalam proses penanaman
dan juga perawatan.
4.3.2 Tingkat Pendidikan Responden
Responden yang diambil dalam penelitian ini ditinjau dari segi pendidikan
sangatlah bervariasi antar petani. Petani yang melakukan usatahatani kubis
memiliki tingkat pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sarjana (S1).
Pendidikan yang dilakukan petani termasuk pendidikan formal. Berikut data
sebaran responden menurut tingkat pendidikan petani kubis di Desa Sumberejo.
Tabel 4.6 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal petani kubis di
Desa Sumberejo tahun 2018
No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (orang) Persentase (%)
1 SD 15 44,12
2 SMP 8 23,53
3 SMA/SMK 8 23,53
4 D1 1 2,94
5 S1 2 5,88
Jumlah 34 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2019).
54
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal
petani yang dijadikan sampel penelitian paling banyak dari tingkatan SD yaitu 15
orang dengan persentase 44,12%, SMP 8 orang dan SMA 8 orang dengan
persentase 23,53% . Petani kubis di Desa Sumberejo rata-rata hanya bisa
mencapai lulusan sekolah dasar (SD). Hal ini menunjukkan petani yang dipilih
untuk sampel penelitian sudah pernah merasakan pendidikan formal meskipun
hanya sampai SD namun sudah cukup untuk menyerap informasi dan dapat
mempengaruhi pola pikir petani.
4.3.3 Umur Responden
Umur merupakan salah satu karakteristik petani kubis yang di Desa
Sumberejo. Responden dalam penelitian ini memiliki umur rata-rata 46,2 tahun.
Umur terrmuda petani yang menjadi responden adalah 32 tahun, sedangkan umur
tertua petani yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah 62 tahun. Mantra
(2004) menyatakan bahwa umur produktif secara ekonomi dibagi menjadi 3
klasifikasi, yaitu kelompok umur 0-14 tahun merupakan usia belum produktif,
kelompok umur 15-65 tahun merupakan kelompok usia produktif, dan kelompok
umur di atas 65 tahun merupakan kelompok usia tidak lagi produktif. Berikut
merupakan sebaran responden menurut umur petani tahun 2018.
Tabel 4.7 Sebaran Responden Menurut Umur Petani Kubis di Desa Sumberejo
tahun 2018
No Umur (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%)
1 ≤14 0 0
2 15-65 32 94,12
3 >65 2 5,88
Jumlah 34 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2019).
Berdasarkan Tabel 4.7 umur petani kubis di Desa Sumberejo yang
tergolong produktif atau antara umur 15-65 tahun sebanyak 32 orang dengan
persentase 94,12, sedangkan petani yang berumur >65 yang tergolong umur tidak
produktif yaitu 2 orang dengan persentase 5,88%. Besarnya jumlah petani dan
juga persentase umur petani kubis yang produktif dapat memungkinkan petani
untuk melakukan usahatani kubis di Desa Sumberejo dengan baik.
55
4.3.4 Pengalaman Usahatani Responden
Responden yang melakukan usahatani kubis di Desa Sumberejo memiliki
variasi diantaranya 6 tahun sampai 25 tahun dengan rata-rata pengalaman 13,2
tahun. Seiring dengan semakin lamanya pengalaman yang dimiliki petani, maka
akan semakin menambah pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan usahatani
kubis. Berikut merupakan sebaran responden menurut pengalaman petani kubis di
Desa Sumberejo tahun 2018.
Tabel 4.8 Sebaran Responden Menurut Pengalaman Petani Kubis di Desa
Sumberejo tahun 2018
No Pengalaman (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%)
1 <10 12 35,29
2 10-20 18 52,94
3 >20 4 11,77
Jumlah 34 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2019.)
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam
penelitian ini paling banyak yaitu berkisar antara 10-20 tahun yang berjumlah
sebanyak 18 petani dengan persentase 52,94%. Petani yang memiliki pengalaman
<10 tahun berjumlah sebanyak 12 petani dengan persentase 35,29%, sedangkan
petani yang memiliki pengalaman >20 tahun berjumlah sebanyak 4 petani dengan
persentase 11,77%. Pengalaman petani akan mempengaruhi pengetahuan serta
keterampilan petani dalam melakukan usahatani kubis
4.3.5 Kepemilikan Lahan Responden
Kepemilikan lahan yang dimiliki oleh responden berbeda-beda
diantaranya yaitu lahan milik sendiri dan sewa. Responden yang lahannya
digunakan untuk usahatani kubis dari hasil menyewa kebanyakan karena
responden tidak memiliki lahan ataupun memiliki lahan namun hanya kecil.
Berikut merupakan sebaran responden menurut Kepemilikan Lahan di Desa
Sumberejo tahun 2018.
Tabel 4.9 Sebaran Responden Menurut Kepemilikan Lahan Petani Kubis di Desa
Sumberejo tahun 2018
No Pengalaman (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%)
1 Milik Sendiri 20 58,82
2 Sewa 14 41,18
Jumlah 34 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2019).
56
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kepemilikan lahan dari
responden dalam penelitian ini paling banyak kepemilikan lahan petani yaitu
lahan milik sendiri yang berjumlah 20 petani dengan persentase 58,82%,
sedangkan responden yang memiliki lahan dengan kepemilikan sewa sebanyak 14
orang petani dengan persentase 41,18%. Banyaknya petani yang memiliki lahan
sendiri dikarenakan lahan yang dimilikinya merupakan lahan yang berasal terun
temurun dari orang tuanya, selain itu ada juga responden yang membeli lahan
untuk digunakan usahatani kubis.
4.4 Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember merupakan salah
satu desa yang berada di Kecamatan Ambulu yang mempunyai produksi kubis
terbesar di Kecamatan Ambulu. Sebagian penduduk di Desa Sumberjo berprofesi
sebagai petani yang menanam tanaman pangan dan juga tanaman holtikultura.
Jenis tanaman pangan yang biasanya ditanam di Desa Sumberjo adalah padi dan
jagung, sedangkan jenis tanaman hortikultura yang ditanam diantaranya yaitu
kubis, tomat, cabai, kacang panjang, mentimun, brokoli, terong, dan kangkung.
Tanaman kubis merupakan salah satu tanaman sayuran yang paling banyak
ditanam oleh petani di Desa Sumberjo, karena usahatani kubis bisa ditanam pada
wilayah dataran rendah maupun dataran tinggi. Kondisi wilayah Desa Sumberejo
yang mendukung untuk digunakan usahatani kubis membuat petani memilih
komoditas kubis untuk dibudidayakan.
Jenis Kubis yang ditanam oleh petani di Desa Sumberjo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember adalah jenis kubis putih dengan varietas Green
Coronet. Varietas tersebut digunakan oleh petani di Desa Sumberjo dengan tujuan
untuk menghasilkan kubis yang berkualitas baik. Kubis putih varietas Green
Coronet merupakan jenis tanaman kubis yang memiliki kadar air yang lebih
rendah dan tidak mudah busuk serta memiliki krop yang rapat dan tebal. Kubis
varietas Green Coronet memiliki warna daun hijau gelap, berdiameter ± 70 cm,
dan berumur ±90 hari sehingga tanaman kubis ini bisa ditanam tiga kali dalam
setahun. Kegiatan usahatani kubis di Desa Sumberejo biasanya dilakukan setelah
57
pergantian dengan tanaman padi yaitu berkisar antara bulan April-September.
Lahan yang digunakan oleh petani di Desa Sumberejo umumnya merupakan lahan
sendiri dan ada juga yang lahan sewa. Berikut adalah penjelasan tentang masing-
masing tahapan dalam usahatani kubis.
4.4.1 Pengolahan Tanah
Lahan yang digunakan untuk usahatani kubis di Desa Sumberejo memiliki
tekstur tanah yang cocok untuk usahatani tanaman hortikultura khususnya
tanaman kubis. Kegiatan dalam usahatani kubis untuk pengolahan tanah dilakukan
selama 1-2 hari. Tujuan dalam kegiatan ini yaitu agar tanah menjadi lebih gembur
dan nantinya diharapkan kubis mampu menyerap unsur-unsur hara dalam tanah
dengan baik dan untuk mengolah kesuburan tanah yang dapat berpengaruh
terhadap tingkat produksi. Pengolahan tanah dalam usahatani kubis memerlukan
tenaga berkisar 2-5 orang.
Pengolahan tanah dapat dilakukan sebelum menanam tanaman kubis
dengan melakukan beberapa kegiatan meliputi pembersihan lahan dari sisa
tanaman sebelumnya dan dilanjutkan pembajakan tanah dengan menggunakan
traktor, selanjutnya tanah dibiarkan selama beberapa hari yaitu antara 1-2 hari.
Setelah tanah biarkan selama 1-2 hari maka selanjutnya tanah dibentuk guludan
atau bedengan menggunakan cangkul.
Jarak guludan satu dengan guludan yang lain sekitar 80 cm. Proses
pengolahan tanah dalam usahatani kubis diperlukan pembuatan selokan
pembuangan air (drainase). Drainase ini dapat digunakan untuk menampung dan
menyimpan air dalam proses penyiraman ataupun ketika musim hujan. Tahapan
selanjutnya dalam pengolahan tanah yakni membut lubang di atas guludan yang
akan digunakan untuk penanaman bibit kubis.
4.4.2 Penanaman
Sebelum tanaman kubis ditanam dilakukan penyemaian. Tahapan
penyemaian yaitu benih direndam dahulu dalam air hangat selama satu jam,
kemudian benih disebar merata pada bedengan atau tempat penyemaian dengan
dicampurkan dengan pupuk kandang, bedengan persemaian diberikan penutup
kaca atau plastik transparan. Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu.
58
Penanaman bibit kubis dilakukan dengan memasukan bibit kubis yang telah
berumur 3-4 minggu kedalam tanah yang telah dilubangi dengan jarak tanam 70 x
50 cm.
Penanaman kubis di Desa Sumberejo dilakukan dengan pemindahan bibit
kubis dari lahan penyemaian ke lahan yang digunakan untuk usahatani kubis.
Kegiatan penanaman dilakukan sekitar 1-2 hari dengan menggunakan tenaga kerja
sekitar 2-4 orang. Sebelum menanam kubis sebaiknya tanah diberi pupuk dasar
yaitu pupuk ZA dan Phonska agar dapat mempercepat pertumbuhan dan dapat
dicampur dengan pemberian pupuk organik. Pemindahan bibit kubis dilakukan
dengan hati-hati agar tidak sampai merusak perakaran bibit.
4.4.3 Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk pemberian
nutrisi terhadap tanaman. Pupuk yang umum digunakan petani dalam usahatani
kubis yaitu pupuk Phonska, ZA, NPK, dan Urea,. Penggunaan pupuk kimia yang
digunakan oleh petani bervariasi jumlahnya. Pemupukan biasanya dilakukan
dengan memerlukan jumlah tenaga kerja 2-4 orang. Kegiatan ini dapat dilakukan
setiap 5 hari sekali mulai dari kegiatan awal tanam-pemanenan kubis. Petani dapat
melakukan pemupukan dengan bentuk pupuk yang dicairkan ada pula yang tanpa
pencairan yaitu langsung disebar. Keadaan tersebut dilakukan dengan melihat
kondisi tanaman kubis.
Kebutuhan pupuk yang digunakan petani tergantung seberapa banyak
tanaman yang ditanam dalam satuan luas dan dikalikan dengan banyaknya
pemupukan dalam satu kali musim. Pemupukan pupuk organik dapat dilakukan
sebelum tanam di atas tepi setiap guludan. Kemudian tanah didiamkan selama 1-2
hari. Kebutuhan pupuk organik dapat membantu kesuburan tanah serta tekstur
tanah yang sudah rusak akibat penggunaan pupuk kimia.
4.4.4 Perawatan
Perawatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga agar
tanaman kubis bisa tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya gangguan
dari OPT yang berupa gulma. Usahatani kubis sangat rentan dengan ancaman dari
OPT maka dibutuhkan ketekunan dalam pemeliharaan maupun perawatan
59
tanaman. Petani biasanya melakukan perawatan dengan cara pembersihan gulma
disekitar tanaman sebanyak 3-7 kali mulai awal tanam sampai pemanenan. Tenaga
kerja yang diperlukan oleh petani untuk proses perawatan membutuhkan sekitar 4-
10 orang. Kebanyakan tenaga kerja dalam hal perawatan dilakukan oleh tenaga
kerja perempuan dikarenakan tenaga kerja perempuan dianggap lebih teliti
dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki.
4.4.5 Pengairan
Proses pengairan dalam usahatani kubis dapat dilakukan setelah kegiatan
penanaman selesai. Petani dapat melakukan pengairan pada tanaman kubis setiap
5-7 hari untuk hingga tanaman berusia 80 hari setelah tanam atau sudah hampir
siap untuk dipanen. Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan diesel
yang dialirkan ke selokan dari setiap guludan. Tanaman kubis memerlukan air
yang cukup namun tidak terlalu berlebihan. Kegiatan penyiraman membutuhkan
tenaga kerja sekitar 2-4 orang. Petani kubis di Desa Sumberejo biasanya ketika
melakukan proses pengairan juga dilakukan proses pemupakan dengan bersamaan
setalah proses pengairan selesai.
4.4.6 Pengendalian Hama
Kegiatan pengendalian hama merupakan salah satu cara untuk
membasmian hama atau penyakit yang menyerang pada tanaman kubis.
Penyemprotan dapat dilakukan 5-7 hari sekali mulai awal tanam sampai dengan
proses panen. Petani melakukan kegiatan pengendalian hama tergantung dengan
serangan hama yang menyerang tanaman kubis. Hama yang sering menganggu
tanaman kubis di Desa Sumberejo diantaranya yaitu hama klaper dan ulat
gantung. Hama klaper atau Kutu kebul ( bemisia tabaci ) atau dipanggil juga kutu
putih, secara internasional dikenal dengan silverleaf whitefly.
Hama Klaper atau kutu kebul memiliki serangan yang hampir mirip
dengan serangan tungau yang cairan pada krop kubis yang dihisapnya
menyebabkan krop kubis menjadi melengkung ke atas, keriting dan belang-
belang. Hama ulat gantung atau ulat daun Plutella xylostella L. (Lepidoptera
Plutellidae) merupakan salah satu jenis hama utama pada tanaman kubis.
Serangan hama ulat gantung apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan
60
kubis oleh hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik
jumlah maupun kualitasnya. Tanaman kubis apabila sudah terserang klaper dan
ulat gantung, maka krop kubis akan berlubang-lubang dan tanaman kubis tidak
berkembang apabila tanaman kubis terkena serangan hama yang tidak terkendali
bahkan juga mengakibatkan gagal panen. Ketika petani kubis mengalami gagal
panen maka lahan kubis akan dibajak dan kubis akan dijadikan pupuk organik di
lahan petani, sehingga petani akan mengulang menanam kubis dari awal.
Adanya ancaman gangguan dari hama maka dibutuhkan ketekunan dalam
pemeliharaan tanaman kubis agar kubis mampu tumbuh dengan baik dan terhindar
dari serangan hama. Usaha yang dilakukan petani dalam mengendalikan hama
yaitu dengan melakukan pemberian insektisida yang ditujukan untuk mengurangi
serangan hama. Insektisida yang digunakan oleh petani diantaranya adalah
Endure, Kanon, Pegasus, Rizotin, Meothrin, Antracol dan Dursban. Pengendalian
hama yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis hama yang menyerang. Tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam dalam proses pengendalian hama yaitu berkisar
antara 1-2 orang. Petani dalam proses pengendalian hama dengan cara semprot
menggunakan alat penyemprot berupa sprayer atau tangki semprot dengan .
4.4.7 Pemanenan
Pemanenan tanaman kubis apabila telah berumur 80-90 hari. Tanda
tanaman kubis telah siap untuk dipanen yaitu memiliki ciri-ciri kubis bobot antara
1-5 kg, krop padat dan krop sudah membentuk dengan sempurna. Pemanenan
kubis dilakukan dengan cara memotong krop kubis dengan menggunakan sabit
dengan menyertakan 4 atau 5 daun untuk melindungi agar krop tidak rusak.
Proses pemanenan tanaman kubis yang ada di Desa Sumberejo kebanyakan
dilakukan bukan oleh petani itu sendiri melainkan oleh pembeli atau penebas
kubis tersebut. Pemanenan dilakukan dalam 1 kali pemanenan dengan dilakukan
tebas habis. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses pemanenan
berkisar antara 8-12 orang. Proses pemanenan kubis yang dilakukan di Desa
Sumberejo semuanya dilakukan oleh tenaga kerja yang berasal dari pembeli yang
telah membeli dengan cara menebas hasil usahatani kubis dari petani.
61
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil dan pembahasan terbagi menjadi 3 sub bab, dimana bagian
pembahasan 1 menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi produksi
usahatani kubis. Bagian 2 menjelaskan mengenai tingkat efisiensi teknis usahatani
kubis, dan bagian 3 menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi tingkat
inefisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu .
5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Guna mencapai hasil rumusan masalah pertama, sebagaimana di metode
penelitian di tetapkan 8 variabel bebas (dependent) diantaranya luas lahan (X1),
Tenaga kerja (X2), pupuk Urea (X3), pupuk ZA (X4), pupuk NPK (X5), pupuk
organik (X6), pestisida (X7), dan bibit (X8), akan tetapi pada variabel pupuk Urea
dan pupuk ZA tidak semua petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember menggunakan pupuk tersebut dalam usahatani kubis. Variabel
pupuk Urea dan pupuk ZA tidak sesuai dengan asumsi fungsi Cobb-Douglas
karena dalam fungsi Cobb-Douglas semua variabel harus memiliki nilai atau tidak
boleh kosong, dengan itu 2 variabel tersebut tidak digunakan dan dikeluarkan dari
model fungsi produksi Cobb-Douglas. Sebenarnya untuk variabel yang tidak
memiliki nilai atau kosong bisa diganti dengan angka tertentu biasanya diganti
menggunakan angka 1. Peneliti memilih alternatif pertama yakni mengeluarkan
variabel yang sudah tidak memenuhi asumsi fungsi produksi Cobb-Douglas.
Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik guna melihat faktor gangguan yang ada
pada model fungsi produksi yang harus dipenuhi jika menggunakan analisis
Cobb-Douglas. Berikut merupakan beberapa uji asumsi klasik yang dilakukan
menggunakan alat analisis SPSS meliputi:
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah gangguan pada suatu fungsi regresi dimana
variabel bebas yang diikutsertakan pada model regresi memiliki korelasi yang
erat. Kriteria pengujian multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan
62
Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi tidak mengalami multikolinearitas
apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa model regresi tidak mengalami
multikolinearitas yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Analisis Uji Multikolinearitas menggunakan Nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan Tolerance
Variabel bebas VIF Tolerance Kesimpulan
Luas lahan (X1) 4,572 0,219
Tidak mengalami
multikolinearitas
Tenaga kerja (X2) 2,048 0,488
Pupuk NPK (X3) 1,609 0,621
Pupuk Organik (X4) 1,650 0,606
Pestisida (X5) 1,531 0,653
Bibit (X6) 3,462 0,289
Sumber : Data primer yang diolah, Lamiran 5.16 hal 142-143.
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui masing-masing nilai VIF dan
Tolerance pada setiap variabel faktor-faktor produksi. Nilai VIF dan Tolerance
pada masing- masing variabel bebas menunjukkan bahwa semua variabel bebas
memiliki nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Berdasarkan hasil uji
multikolinearitas disimpulkan bahwa pada hasil model persamaan fungsi produksi
tersebut tidak terdapat adanya gangguan multikolinearitas diantara variabel bebas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan dengan melihat gejala heteroskedastisitas yang
dapat diketahui dengan melihat pola gambar scatterplot. Model regresi dikatakan
tidak mengalami gejala heteroskedastisitas apabila penyebaran titik-titik data tidak
membentuk pola tertentu atau mengumpul pada satu titik. Berikut disajikan
gambar hasil pengujian scatterplot.
Gambar 5.1 Pola Gambar Scatterplot
63
Berdasarkan Gambar 5.1 dapat diketahui hasil uji menunjukkan bahwa
titik -titik pada data terjadi secara menyebar dan titik- titik data tidak membentuk
pola sehingga dapat dikatakan data tersebut tidak mengalami gejala
heteroskedastisitas.
3.Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara
variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal, sehingga
berdasarkan hasil analisis pengumpulan data produksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi diketahui bahwa data terdistribusi secara normal.
Pengujian normalitas dapat dilihat pada grafik P-Plot yang menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti sepanjang garis diagonal. Berikut disajikan gambar
hasil pengujian grafik P-Plot.
Gambar 5.2 Grafik Normal P-Plot
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa hasil pengujian
menunjukkan grafik normal P-Plot menyebar dan mengikuti disepanjang garis
diagonal. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model persamaan fungsi
produksi tersebut terdistribusi secara normal.
4. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk melihat gejala autokorelasi yang dapat
diketahui dengan melihat nilai Durbin-Watson. Berikut merupakan dilihat nilai
Durbin-Watson dari hasil analisis ada Tabel 5.2.
64
Tabel 5.2 Hasil Analisis Uji Autokorelasi dengan melihat Nilai Durbin-Watson
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 0,911 0,831 0,793 0,18231 2,243
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 5.16 hal 142-143.
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu 2,243.
selanjutnya dicari dan dihitung nilai dL dan dU. Setalah dihitung didapatkan
bahwa nilai dL dan dU sebesar 1,079 dan 1,671. Nilai Durbin Watson (2,243)
berada diantara nilai dU dan (4- dU) yaitu antara 1,671 dan 2,329 sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengujian tidak terjadi autokorelasi.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan, maka model
regresi yang diperoleh dapat dianggap baik dalam memodelkan fungsi produksi
Cobb-douglas kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu pada bulan April-Juli 2018 meliputi luas lahan (X1), tenaga kerja (X2),
pupuk NPK (X3), pupuk organik (X4), pestisida (X5), dan bibit (X6), sedangkan
untuk faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi meliputi umur petani (Z1),
pengalaman (Z2), pendidikan formal (Z3), dan kepemilikan lahan (Dkl) berikut
penjelasan dari variabel dalam penelitian.
Tabel 5.3 Deskripsi Statistik Faktor-faktor Produksi dan Faktor Inefisiensi Teknis
Usahatani Kubis bulan April-Juli 2018
Variabel Maximal Minimal Mean Standart
Deviasi
Produksi (kg) 45.000 5000 15.985 6957,10
Luas lahan (Ha) 1 0,125 0,41 0,1699
Tenaga Kerja (HOK) 124,5 62,5 83,96 15,5331
Pupuk NPK (Kg) 700 50 247,65 163,9671
Pupuk Organik (Kg) 1.500 100 419,12 335,0746
Pestisida (ml) 5.000 750 2.091,18 976,1916
Bibit (unit) 24.000 1.500 9.382,35 4355,5239
Umur Petani (tahun) 62 32 46,21 8,9807
Pengalaman Petani (tahun) 29 2 13,18 7,0859
Pendidikan formal (tahun) 16 6 8,91 3,1176
Kepemilikan lahan 1 0 1 0,4996
Sumber: Olahan Data Primer (2019), Lampiran 5.13 hal dan 5.14 hal 132-135.
65
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa variabel faktor-faktor
produksi pada usahatani kubis merupakan data-data yang bersifat stochastic,
karena data-data tersebut memiliki nilai standart deviasi yang cenderung besar,
artinya masing-masing petani bervariasi dalam penggunaan variabel faktor-faktor
produksi usahatani kubis. Selain itu, pada gambar 5.2 menunjukkan data-data
variabel merupakan data stochastic, karena menunjukkan keberagaman dalam
penggunaan variabel faktor produksi oleh petani, maka cocok untuk dilanjutkan
dengan pengujian dengan menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic
frontier Cobb-Douglas.
Pendugaaan parameter fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas
dilakukan dengan dua tahap yaitu untuk memilih model yang baik dengan
membandingkan nilai log-likelihood ratio dari metode OLS (Ordinary Least
Square) dan metode MLE (Maximum Likelihood Estimation). Metode OLS
digunakan untuk memberikan gambaran kinerja rata-rata dari proses produksi
petani pada teknologi yang ada dan digunakan untuk melihat ketepatan model.
Pendugaan parameter fungsi Cobb-Douglas dengan metode OLS memberikan
gambaran kinerja rata-rata dari proses produksi petani pada teknologi yang ada.
Berikut merupakan perhitungan regresi linier berganda dengan menggunakan
metode OLS melalui aplikasi frontier 4.1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4 Pendugaan Model Fungsi Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu bulan April-Juli 2018 dengan metode OLS
Variabel Koefisien Standart eror t-ratio
Intersep 6,228 1,687 3,691
Luas lahan (X1) 0,323 0,150 2,158*
Tenaga kerja (X2) 0,173 0,256 0,678
Pupuk NPK (X3) -0,073 0,059 -1,233
Pupuk Organik (X4) 0,111 0,053 2,104*
Pestisida (X5) 0,113 0,076 -1,497
Bibit (X6) 0,390 0,110 3,531*
Sigma Squared 0,032
Log-likelihood ratio 13,554
t-tabel (α = 0,05) 1,711
χ2 tabel (α = 0,05) 10,371
Sumber: Olahan Data Primer (2019), Lampiran 5.18 hal 148-149.
Keterangan: *berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95%
66
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan tabel hasil pendugaan fungsi
produksi dengan menggunakan metode OLS pada aplikasi frontier 4.1. hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
produksi kubis yaitu luas lahan (X1), pupuk organik (X2), dan bibit (X3). Hasil
analisis juga menunjukkan nilai log-likelihood ratio menggunakan metode OLS
sebesar 13,554. Hasil pendugaan tahap kedua yaitu pendugaan model fungsi
produksi dengan menggunakan metode MLE. Hasil pendugaan tersebut
menggambarkan kinerja terbaik dari petani responden pada tingkat teknologi yang
ada. Hasil perhitungan regresi berganda dengan menggunakan metode MLE
melalui aplikasi frontier 4.1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5 Pendugaan Model Fungsi Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu bulan April-Juli 2018 dengan menggunakan
Metode MLE
Variabel Koefisien Standart eror t-ratio
Intersep 3,681 1,157 3,183
Luas lahan (X1) 0,086 0,074 1,164
Tenaga kerja (X2) 0,105 0,143 0,733
Pupuk NPK (X3) -0,040 0,028 1,424
Pupuk Organik (X4) 0,112 0,026 4,239*
Pestisida (X5) 0,093 0,061 1,531
Bibit (X6) 0,535 0,070 7,624*
Sigma Squared 0,069 0,014 5,056*
Gamma
Log-likelihood ratio
LR-test of the one sided error
Anti-Ln
0,999 0,011 86,344*
22,025*
19,961*
4.797,33
t-tabel (α = 0,05) 1,711
χ2 tabel (α = 0,05) 10,371
Sumber: Olahan Data Primer (2019), Lampiran 5.18 hal 150-151.
Keterangan: *berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa nilai Log-likelihood ratio
dengan metode MLE sebesar 22,025 adalah lebih besar dari nilai Log-likelihood
ratio dengan metode OLS sebesar 13,554 yang dapat disimpulkan bahwa fungsi
produksi dengan metode MLE adalah baik. Hal ini menunjukkan peneliti lebih
memilih metode MLE. Faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi
produksi pada taraf kepercayaan 95% terdiri Pupuk Organik (X4), dan Bibit (X6).
Parameter lain yang perlu diperhatikan dalam fungsi produksi stochastic frontier
67
Cobb-Douglas adalah nilai gamma dan LR test of one side error. Persamaan atau
fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas yaitu:
Ln Y= 3,681 + 0,086 LnX1 + 0,105 LnX2 + 0,040 LnX3 + 0,112 LnX4 – 0,093
LnX5 + 0,535LnX6 + Vi - Ui
Persamaan tersebut diestimasi dalam bentuk persamaan linier, untuk
merubahnya kembali menjadi bentuk persamaan non linier maka perlu dilakukan
antilogaritma, sehingga bentuk persamaanya menjadi sebagai berikut:
Y = 4797,33 0,086
X2 0,105
X3 0,040
X4 0,112
X5 -0,093
X6 0,535
Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa produksi
usahatani kubis di Desa Sumberejo tanpa adanya penambahan variabel luas lahan
(X1), tenaga kerja (X2), pupuk NPK (X3), pupuk organik (X4), pestisida (X5), dan
bibit (X6) adalah sebesar 4797,33 kg. Secara keseluruhan nilai efisiensi produksi
kubis di Desa Sumberejo dari penggunaan faktor produksi adalah sebagai berikut:
Ep = i
Ep = 0,086 + 0,105 - 0,040 + 0,112 + 0,093 + 0,535
Ep = 0,891
Hasil perhitungan nilai elastisitas kurang dari 1 (0,891 < 1), artinya
usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu berada pada kondisi
decreasing return to scale. Nilai elastisitas tersebut menunjukkan bahwa
usahatani kubis di Desa Sumberejo berada pada daerah II atau usahatani kubis
berada pada kondisi dimana dengan penambahan semua variabel faktor produksi
1% akan menyebabkan penambahan produk lebih besar dari 0% dan sampai
kurang dari 1% (Hariyati, 2007).
Pengujian selanjutnya yaitu interpretasi secara individu masing-masing
variabel bebas ( luas lahan, tenaga kerja, pupuk NPK, pupuk organik, pestisida,
dan bibit) terhadap produksi usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu. Berikut merupakan hasil pengujian secara individual dari hasil analisis
fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas.
1. Luas Lahan (X1)
Koefisien regresi variabel luas lahan adalah 0,086. Tanda positif tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh perubahan variabel luas lahan berbanding lurus
68
terhadap produksi kubis. Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode
MLE variabel luas lahan diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,164, dimana nilai t-
hitung (1,164 < 1,711). Artinya faktor produksi luas lahan tidak berpengaruh
signifikan namun memiliki nilai positif terhadap produksi kubis dengan taraf
kepercayaan 95%.
Nilai koefisien 0,086 menunjukkan elastisitas penggunaan faktor produksi
luas lahan. Artinya, dengan asumsi cateris paribus setiap penambahan 1% faktor
produksi luas lahan maka akan menaikkan produksi kubis sebesar 0,086%.
Adanya kenaikan produksi yang tidak terlalu besar merupakan gambaran bahwa
penambahan faktor luas lahan bukan jaminan untuk menaikkan produksi kubis.
hal tersebut dikarenakan usahatani kubis memerlukan perawatan dan pengelolaan
yang intensif, sehingga penambahan luas lahan saja tidak cukup untuk menaikkan
produksi kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
Hasil penelitian ini didukung penelitian Darmansyah, dkk (2013),
penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor luas lahan tidak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap produksi usahatani kubis. Usahatani kubis di
Kecamatan Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang memiliki luas lahan yang
berbanding lurus dengan produksi. Hal ini dimungkinkan karena petani tidak
mampu mengurus atau mengolah lahannya secara optimal, sehingga lahan yang
luas menyebabkan tidak efisiennya penggunaan faktor produksi.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa luas lahan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap produksi usahatani kubis pada taraf kepercayaan 95%
diantaranya yaitu dari Warni (2017) dan Wibisiono (2011). Berdasarkan
penelitian tersebut faktor luas lahan ada yang berpengaruh secara positif maupun
negatif. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya faktor kesesuaian lahan dan perlu
adanya perlakuan intensif dalam usahatani kubis.
2. Tenaga Kerja (X2)
Koefisien regresi variabel tenaga kerja adalah 0,105. Tanda positif tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh perubahan variabel tenaga kerja berbanding lurus
terhadap produksi kubis. Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode
MLE variabel tenaga kerja diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,733, dimana nilai t-
69
hitung (0,733< 1,711) . Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa variabel luas
lahan tidak berpengaruh signifikan namun memiliki nilai positif terhadap produksi
kubis dengan taraf kepercayaan 95%.
Nilai koefisien 0,105 juga menunjukkan elastisitas penggunaan faktor
produksi tenaga kerja. Artinya, dengan asumsi cateris paribus setiap penambahan
1% faktor produksi tenaga kerja maka akan menaikkan produksi kubis sebesar
0,105%. Adanya kenaikan produksi dengan adanya penambahan faktor produksi
tenaga kerja meskipun hanya 0,105% merupakan gambaran bahwa usahatani
kubis di Desa Sumberejo memerlukan perawatan yang intensif. Tenaga kerja yang
digunakan dalam usahatani kubis di Desa Sumberejo menggunakan satuan HOK
yang terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita. Rata-rata tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam usahatani kubis dalam satuan hektar yaitu 83,96 atau 84 HOK.
Kegiatan usahatani kubis yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja
adalah kegiatan pengairan dan pengendalian hama, dimana kegiatan pengairan
dalam usahatani kubis merupakan salah satu kegiatan penting dikarenakan
tanaman kubis membutuhkan kandungan air yang cukup, sehingga tanaman kubis
jangan sampai kekurangan atau tidak terpenuhi kandungan air karena dapat
mengakibatkan krop kubis menjadi layu dan juga mengakibatkan tanaman kubis
mati. Kegiatan pengendalian hama juga merupakan salah satu kegiatan yang
penting dalam usahatani kubis karena kegiatan tersebut dibutuhkan secara intensif
guna menjaga agar tanaman kubis tidak terkena serangan hama yang data merusak
dan menyebabkan gagal panen dalam usahatani kubis.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Rifqie (2008), penelitian
tersebut menyatakan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh dan bernilai positif.
Hal ini bisa saja terjadi karena pengelolaan usahatani kubis membutuhkan tenaga
kerja yang lebih banyak sehingga dengan penambahan tenaga kerja dapat
meningkatkan produksi, namun jika penambahan penggunaan tenaga kerja yang
pekerjanya tidak produktif, dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang
digunakan malah menyebabkan tidak efisien, sehingga berdampak pada
pengelolaan usahatani yang tidak baik dan secara tidak langsung dapat
meningkatkan risiko produksi.
70
3. Pupuk NPK (X3)
Koefisien regresi variabel pupuk NPK adalah -0,040. Tanda negatif
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh perubahan variabel pupuk NPK
berbanding terbalik terhadap produksi kubis. Hasil pengujian secara individual
(uji-t) dengan metode MLE variabel pupuk NPK diperoleh nilai t-hitung sebesar
1,424 , dimana nilai t-hitung (1,424 < 1,711). Nilai tersebut juga menunjukkan
bahwa variabel pupuk NPK tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
produksi kubis dengan taraf kepercayaan 95%.
Nilai koefisien -0,040 menunjukkan elastisitas penggunaan faktor produksi
pupuk NPK. Artinya, dengan asumsi cateris paribus setiap penambahan 1% atau
1 kg pupuk NPK maka akan menurunkan produksi kubis sebesar 0,040% atau
0,04 kg. Penambahan input pupuk NPK justru akan menurunkan produksi kubis.
Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk NPK di daerah penelitian sudah melebihi
penggunaan pupuk NPK yang dianjurkan oleh petugas penyuluh lapang, dimana
penggunaan yang dianjurkan oleh petugas penyuluh lapang yaitu hanya 200 kg,
namun pada tabel 5.3 dijelaskan penggunaan rata-rata pupuk NPK di deaerah
penelitian yaitu sebesar 247,65 kg.
Penambahan faktor produksi pupuk NPK sudah tidak perlu dilakukan
dikarenakan petani terlalu banyak menggunakan input pupuk NPK dan
penggunaan faktor produksi pupuk NPK berada pada daerah irrasional. Hasil
penelitian didukung oleh penelitian dari Warni (2017) dan Sitompul (2013). Hasil
penelitian Sitompul (2013) menyatakan bahwa penggunaan pupuk NPK
berpengaruh negatif dan nyata terhadap produksi usahatani kubis. Nilai pupuk
NPK berada pada daerah irrasional, sehingga petani perlu untuk mengurangi
penggunaan pupuk NPK. Menurut Suratiyah (2015), bahwa penggunaan pupuk
kimia secara terus menerus dengan jumlah yang besar mengakibatkan
penumpukan residu dalam tanah yang menyebabkan tanah akan lebih sulit
menerima unsur hara.
4. Pupuk Organik (X4)
Koefisien regresi variabel Pupuk organik adalah 0,112. Tanda positif
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh perubahan variabel pupuk organik
71
berbanding lurus terhadap produksi kubis. Hasil pengujian secara individual (uji-t)
dengan metode MLE variabel Pupuk organik diperoleh nilai t-hitung sebesar
4,239, dimana nilai t-hitung (4,239 > 1,711) . Nilai tersebut menunjukkan bahwa
variabel pupuk organik berpengaruh signifikan terhadap produksi kubis dengan
taraf kepercayaan 95%.
Nilai koefisien 0,112 menunjukkan elastisitas penggunaan faktor produksi
pupuk organik. Artinya, dengan asumsi cateris paribus setiap penambahan pupuk
organik sebesar 1% atau 1 kg maka akan menambahkan produksi kubis sebesar
0,1% atau 0,1 kg. Adanya kenaikan produksi dengan adanya penambahan faktor
produksi organik meskipun hanya 0,1 merupakan gambaran bahwa usahatani
kubis di daerah penelitian dalam penggunaan pupuk organik masih perlu
ditingkatkan.
Penggunaan pupuk organik di daerah penelitian sudah mulai dilakukan
seiring dengan adanya anjuran dari petugas dengan tujuan untuk
menyeimbangkan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah. Penggunaan pupuk
organik yang dianjurkan oleh Petugas Penyuluh Lapang di Desa Sumberejo
seharusnya 15-20 kg/ha, namun petani di Desa Sumberejo menggunakan pupuk
organik yaitu hanya sebesar 5 kg/ha.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian dari Rifqie (2008), Warni (2017)
Wibisono (2011) dan Darmansyah, dkk (2013). Hasil dari keempat penelitian
tersebut menyatakan bahwa pupuk organik berpengaruh signifikan terhadap
produksi kubis. Menurut Darmansyah (2013), menyatakan bahwa penggunaan
pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan kondisi tanah yang sudah
rusak karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
5. Pestisida (X5)
Koefisien regresi variabel pestisida adalah 0,093. Tanda positif tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh perubahan variabel pestisida berbanding lurus
terhadap produksi kubis. Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode
MLE variabel pestisida diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,531, dimana nilai t-
hitung (1,531 < 1,711). Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pestisida tidak
berpengaruh signifikan terhadap produksi kubis dengan taraf kepercayaan 95%.
72
Nilai koefisien 0,093 menunjukkan elastisitas penggunaan faktor produksi
pestisida. Artinya, dengan asumsi cateris paribus setiap penambahan 1% pestisida
maka akan menambahkan produksi kubis sebesar 0,093%.
Adanya kenaikan produksi dengan adanya penambahan faktor produksi
pestisida dikarenakan oleh kondisi, dimana pestisida sangat dibutuhkan dalam
kegiatan budidaya kubis karena petani selalu dihadapkan pada suatu permasalahan
utama dalam usahatani kubis yaitu serangan hama klapper dan ulat daun.
Beberapa jenis variasi pestisida yang digunakan oleh petani diantaranya yaitu
Endure, Kanon, Pegasus, Rizotin, Meothrin, Antracol dan Dursban. Petani kubis
di Desa Sumberejo memilih menggunakan pestisida karena dirasa pestisida dapat
mempercepat dalam menangani masalah serangan hama dan penyakit yang dapat
mengganggu tanaman kubis. Kebanyakan petani kubis di Desa Sumberejo lebih
memilih menggunakan pestisida cair yang digunakan untuk menangani masalah
serangan hama dan penyakit.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian dari Warni (2017) dan Sitompul
(2013). Hasil dari kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor produksi
pestisida tidak berpengaruh terhadap produksi kubis. Penggunaan pestisida berupa
insektisida yang digunakan oleh petani berbeda merk sehingga dosis dan cara
penggunaannya juga berbeda yang menyebabkan penggunaan pestisida oleh
petani tidak responsif terhadap produksi.
6. Bibit (X6)
Koefisien regresi variabel bibit adalah 0,535. Tanda positif tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh perubahan variabel bibit berbanding lurus terhadap
produksi kubis. Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode MLE
variabel bibit diperoleh nilai t-hitung sebesar 7,624, dimana nilai tersebut (7,624 >
1,711). Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel bibit berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap produksi kubis dengan taraf kepercayaan 95%.
Nilai koefisien 0,535 menunjukkan elastisitas penggunaan faktor produksi
bibit. Artinya, dengan asumsi cateris paribus setiap penambahan 1% atau satu
unit faktor produksi bibit maka akan menambahkan produksi kubis sebesar 0,5 %
atau 0,5 kg. Adanya kenaikan produksi dengan adanya penambahan faktor
73
produksi bibit sebesar 0,5% merupakan gambaran bahwa usahatani kubis di
daerah penelitian dalam penggunaan bibit masih perlu ditingkatkan. Peningkatan
produksi kubis dengan penambahan jumlah bibit yang perlu dilakukan.
Penggunaan bibit kubis yang masih memungkinkan untuk ditambah
diasumsikan terjadi karena jarak tanam yang digunakan oleh petani kubis di Desa
Sumberejo belum optimal. Rata-rata jarak tanam yang digunakan oleh petani di
daerah penelitian yaitu 50 x 70cm. Hal ini menunjukkan bahwa petani dapat
menambah jumlah bibit yang digunakan dengan cara memperpendek jarak tanam,
selain itu pemilihan kualitas bibit juga sangat menentukan dalam keberhasilan
usahatani kubis.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian dari Warni (2017) dan Sitompul
(2013). Hasil dari kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor produksi
bibit berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usahatani kubis. Kualitas
bibit juga menjadi salah satu faktor penentu hasil tanaman kubis sehingga
berpengaruh terhadap hasil kuantitas maupun kualitas dari kubis.
Selanjutnya dalam fungsi produksi stochastic frontier dengan metode MLE
(Maximum Likelihood Estimates) dapat dilihat parameter lain yang perlu
diperhatikan adalah nilai sigma squared, nilai gamma dan LR test of one side
error. Berikut merupakan hasil pengujian sigma squared, gamma dan LR test of
one side error:
a. Sigma squared (σ) dan Gamma (γ)
Nilai sigma squared berdasarkan metode MLE adalah sebesar 0,069 atau
dapat dikatakan nilai tersebut mendekati nol. Apabila nilai sigma squared
mendekati nol (σ2 = 0), menunjukan bahwa ditribusi pada error term inefisiensi
(ui) terdistribusi secara normal, maka fungsi produksi dianggap dapat mewakili
data empiris yang ada. Nilai gamma (γ) menunjukkan varians inefisiensi teknis
(ui) dan varian yang disebabkan oleh kesalahan acak (vi) dalam model.
Nilai gamma pada hasil analisis dengan metode MLE menunjukkan nilai
0.999 atau mendekati 1, artinya 99% error term dalam model disebabkan oleh
inefisiensi teknis, sedangkan 1% error term disebabkan oleh kesalahan acak. Nilai
gamma tersebut mendekati 1, yang menunjukkan bahwa perbedaan antara
74
produksi maksimum dengan produksi yang dicapai, disebabkan oleh kesalahan
acak diluar model yang lebih besar dibandingkan dengan kesalahan akibat
inefisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember.
5.2 Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Kubis di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Pengujian mengenai efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan
model fungsi produksi stochastic frontier. Tingkat produksi usahatani kubis di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu. Petani memiliki tingkat efisiensi teknis
yang berbeda-beda, sehingga dilakukan analisis tingkat efisiensi teknis
menggunakan aplikasi frontier 4.1 agar sekaligus mengetahui seberapa besar
tingkat efisiensi teknis yang dicapai setiap petani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Tingkat produksi usahatani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu dipengaruhi oleh tingkat efisiensi teknis dari
petani itu sendiri. Adanya kendala dalam menghasilkan output (produksi kubis)
membuat petani belum mampu untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya dapat
diperoleh (output frontier).
Kondisi yang ada pada daerah penelitian menunjukkan perbedaan tingkat
efisiensi teknis antar petani meskipun kombinasi input yang digunakan sama
namun jumlah output (produksi kubis) yang dihasilkan berbeda. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa terdapat petani yang memiliki tingkat efisiensi maksimum
dan juga minimum. Berikut merupakan hasil statistik pencapaian efisiensi teknis
usahatani kubis di Desa Sumberejo.
Tabel 5.6 Deskripsi Statistik Pencapaian Efisiensi Teknis Usahatani Kubis di
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu pada Bulan April-Juli 2018
No Deskripsi Statistik Pencapaian Efisiensi Teknis
1 Efisiensi teknis petani terendah 0,547
2 Efisiensi teknis petani tertinggi 0,999
3 Rata-rata Efisiensi teknis petani 0,813
Sumber: Olahan Data Primer (2019), Lampiran 5.18 hal 153-154.
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan hasil pencapaian efisiensi teknis
usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamata Ambulu dari efisiensi teknis secara
75
minimum, maksimum dan rata-rata. Nilai efisiensi teknis minimum petani kubis
di Desa Sumberejo yaitu sebesar 0,547. Nilai efisiensi teknis maksimum petani
kubis di Desa Sumberejo yaitu sebesar 1, dimana nilai tersebut dapat diartikan
bahwa petani mampu memproduksi kubis sebesar 100% dari tingkat produksi
potensial yang bisa dicapai. Nilai rata-rata efisiensi teknis usahatani kubis di Desa
Sumberejo yaitu sebesar 0,813 atau 81,3% dari produksi potensial yang bisa
dicapai.
Keadaan tersebut menunjukkan masih terdapat peluang bagi petani kubis di
Desa Sumberejo untuk meningkatkan produksi sebesar 0,187 atau 18,7% untuk
mencapai produksi maksimum. Hal ini menunjukkan rata-rata sampel dalam
penelitian ini petani kubis dikatakan sudah efisien secara teknis dikarenakan nilai
rata-rata efisiensi teknis sebesar 0,813 ≥ 0,700. Berikut merupakan kurva
hubungan nilai rata-rata efisiensi teknis dengan fungsi produksi stochastic
frontier.
0,187
Gambar 5.3 Hubungan Nilai Rata-rata Efisiensi Teknis dengan Fungsi Produksi
Stochastic Frontier.
Berdasarkan Gambar 5.3, dapat dilihat bahwa usahatani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu masih belum bisa mencapai usaha yang paling
efisien secara teknis. Rata-rata pencapaian efisiensi teknis usahatani kubis yaitu
sebesar 0,813 atau 81, 3% (yi), kondisi ini menunjukkan bahwa masih ada
y
x
xi
yj
yi
Output Frontier
Nilai ET = 1
Fungsi Produksi
Y = exp (xb)
Output aktual (Nilai
rata-rata ET = 0,813)
76
peluang 0,187 atau 18,7% petani mampu mencapai efisiensi teknis maksimum (yj)
dengan menggunakan kombinasi input berupa luas lahan, tenaga kerja, pupuk
NPK, pupuk organik, pestisida dan bibit.
Belum tercapainya efisiensi teknis maksimum dikarenakan petani masih
belum mampu mengelola penggunaan input produksi dengan baik dan benar,
sehingga terjadi efek inefisiensi teknis yang mengakibatkan belum tercapainya
efisiensi teknis maksimum. Berikut merupakan distribusi pencapaian efisiensi dari
masing-masing petani di Desa Sumberejo.
Tabel 5.7 Distribusi Pencapaian Efisiensi Teknis dari masing-masing Petani Kubis
di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
No Nilai Efisiensi
Teknis
Tingkat
Efisiensi Teknis
Jumlah
Petani
Persentase (%)
1 0<50 Belum efisien
secara teknis
0 0
2 0,51≤TE<0,60 4 11,77
3 0,61≤TE<0,70 4 11,77
4 0,71≤TE<0,80 Efisien secara
teknis
5 14,70
5 0,81≤TE<0,90 10 29,41
6 0,91≤TE<1,00 11 32,35
Jumlah Total 34 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2019), Lampiran 5.18 hal 153-154.
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa petani kubis di Desa
Sumberejo yang mampu mencapai efisiensi teknis 0,51≤TE<0,60 yaitu sebanyak
4 petani dengan persentase 11,77% dari produksi kubis potensial yang mampu
dicapai. Petani kubis di Desa Sumberejo yang mampu mencapai efisiensi teknis
0,61≤TE<0,70 yaitu sebanyak 4 petani dengan persentase 11,77% dari produksi
kubis potensial yang mampu dicapai.
Petani kubis di Desa Sumberejo yang mampu mencapai efisiensi teknis
0,71≤TE<0,80 yaitu sebanyak 5 petani dengan persentase 14,70% dari produksi
kubis potensial yang mampu dicapai. Petani kubis di Desa Sumberejo yang
mampu mencapai efisiensi teknis 0,81≤TE<0,90 yaitu sebanyak 10 petani dengan
persentase 29,41% dari produksi kubis potensial yang mampu dicapai. Petani
kubis yang mampu mencapai efisiensi teknis 0,91≤TE<1,00 yaitu sebanyak 11
petani dengan persentase 32,35% dari produksi kubis potensial yang mampu
dicapai. Berikut merupakan nilai efisiensi teknis berdasarkan kategori efisien dan
inefisien.
77
Tabel 5.8 Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis Penggunaan
Faktor-faktor Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo pada
Bulan April-Juli 2018
No Kategori Jumlah Petani Persentase (%)
1 Efisiensi (TE≥0,7) 26 76,5
2 Inefisiensi (TE<0,7) 8 23,5
Total 34 100,00
Sumber: Olahan Data Primer (2019), Lampiran 5.18 hal 143-144.
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa jumlah petani yang sudah
mencapai kategori efisien secara teknis lebih besar dibandingkan dengan jumlah
petani yang belum efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Petani yang
memiliki indeks efisiensi teknis (≥0,7) sebanyak 26 petani kubis dengan
persentase 76,5%. Petani yang sudah mencapai indeks efisiensi teknis sebanyak
26 petani kubis telah efisien secara teknis dalam penggunaan input produksi atau
faktor-faktor produksi usahatani kubis. Petani kubis yang sudah mencapai tingkat
efisiensi teknis memiliki peluang dalam pengembangan usahatani kubis untuk
mencapai produktivitas usahatani kubis yang tinggi.
Petani yang belum efisien secara teknis memiliki nilai indeks (<0,7)
sebanyak 8 petani dengan persentase 23,5%. Petani yang belum mencapai indeks
efisiensi teknis sebanyak 8 petani kubis masih belum efisien secara teknis dalam
penggunaan input produksi atau faktor-faktor produksi usahatani kubis. Petani
yang masih belum mencapai efisiensi secara teknis dapat meningkatkan
manajemen dan teknis budidaya kubis yang lebih baik lagi dengan harapan petani
mampu meningkatkan potensi dalam produksi usahatani kubis yang seharusnya
bisa dicapai dengan cara memaksimalkan peluang dalam meningkatkan produksi
usahatani kubis.
5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis Penggunaan
Faktor-faktor Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Guna menjawab rumusan masalah yang ketiga, terlebih dahulu melihat hasil
analisi ada tabel 5.5 apakah ada efek inefisiensi ada model fungsi produksi
usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu dengan melihat nilai
likelihood ratio test dan membandingkan dengan nilai kritis X2.
78
Hasil analisis menunjukkan nilai LR test of one side error sebesar 12,814.
Pengujian nilai LR juga dapat dilakukan menggunakan persamaan berikut:
LR = -2[ln(Lr) – ln(Lu)]
LR = -2[13,554–(19,961)]
LR = -2 (-5,609) = 12,814
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai LR test of one side error
sebesar 12,814 lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis X2 (Kodde and Palm,
1986) yaitu sebesar 12,814. Nilai LR test of one side error lebih besar dari pada
nilai kritis X2 maka H0= ditolak dan H1= diterima. Berdasarkan hal tersebut
disimpulkan bahwa terdapat efek inefisiensi teknis dalam model fungsi produksi
stochastic frontier.
Tingkat inefisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur petani (tahun),
pengalaman petani (tahun), pendidikan formal (tahun), dan dummy kepemilikan
lahan. Model mengenai tingkat inefisiensi teknis usahatani kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu dapat dianalisis secara simultan dengan
menggunakan model produksi stochastic frontier dengan menggunakan metode
MLE (Maximum Likelihood Estimation) dengan menggunakan aplikasi frontier
4.1. berikut merupakan pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat inefisiensi teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo.
Tabel 5.8 Pendugaan Parameter Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi
Teknis Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Variabel Koefisien Standart error t-hitung
Konstanta 0,976 0,376 2,594
Umur petani (tahun) -0,023 0,007 3,325*
Pengalaman petani (tahun) -0,212 0,013 -1,677
Pendidikan formal (tahun) 0,009 0,021 0,475
Dummy Kepemilikan lahan -0,391 0,121 3,248*
Sigma Squared 0,069 0,014 5,056
Gamma 0,999 0,011 86,347
Log-likelihood ratio 22,025
LR-test of the one sided error 16,961
t-tabel (α = 0,05) 1,711
χ2 tabel (α = 0,05) 10,371
Sumber: Olahan Data Primer (2019), Lampiran 5.18 hal 151.
Keterangan: *berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95%
79
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan menunjukkan
nilai sigma squared berdasarkan metode MLE adalah sebesar 0,069 atau dapat
dikatakan nilai tersebut mendekati nol. Apabila nilai sigma squared mendekati nol
(σ2 = 0), menunjukan bahwa ditribusi pada error term inefisiensi (ui) terdistribusi
secara normal, maka fungsi produksi dianggap dapat mewakili data empiris yang
ada. Nilai gamma (γ) menunjukkan varians inefisiensi teknis (ui) dan varian yang
disebabkan oleh kesalahan acak (vi) dalam model. Nilai gamma pada hasil
analisis dengan metode MLE menunjukkan nilai 0.999 atau mendekati 1, artinya
99% error term dalam model disebabkan oleh inefisiensi teknis, sedangkan 1%
error term disebabkan oleh kesalahan acak.
Nilai gamma tersebut mendekati 1, yang menunjukkan bahwa perbedaan
antara produksi maksimum dengan produksi yang dicapai, disebabkan oleh
kesalahan acak diluar model dibandingkan dengan kesalahan akibat inefisiensi
teknis. Variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis
adalah pengalaman petani dan dummy kepemilikan lahan, sedangkan umur petani
dan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis. Variabel-
variabel yang mempengaruhi inefisiensi teknis berdasarkan pendugaan parameter
dengan metode MLE dapat dituliskan dalam model seperti berikut;
TE=0,976– 0,023 Z1 – 0,212 Z2 + 0,009Z3 – 0,391Dkl
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai konstanta dalam model yang
mempengaruhi faktor inefisiensi teknis sebesar 0,976 dengan nilai t-hitung 2,594,
dimana nilai t-hitung lebih besar (>) dari t-tabel (1,711). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa jika tidak terjadi perubahan pada variabel umur petani,
pengalaman, pendidikan formal dan dummy kepemilikan lahan nilai inefisiensi
teknis usahatani kubis di Desa Sumberejo adalah 0,976. Berikut penjelasan
masing-masing variabel yang mempengaruhi faktor-faktor inefisiensi teknis
dalam usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu antara lain:
1. Umur petani (tahun)
Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode MLE variabel
umur diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,325, dimana nilai t-hitung (3,325 > 1,711).
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel umur berpengaruh signifikan terhadap
80
inefisiensi teknis dalam usahatani kubis dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai
koefisien regresi variabel umur adalah -0,023. Tanda negatif artinya jika terjadi
penambahan satu tahun variabel umur petani maka akan menurunkan inefisiensi
teknis sebesar 0,023%.
Rata-rata umur responden petani kubis di Desa Sumberejo yaitu 46,21,
dimana nilai trsebut 46,21 < 65 tahun. Artinya, rata-rata umur petani responden
masih tergolong dalam umur produktif. Umur responden yang tergolong produktif
atau antara umur 15-65 tahun sebanyak 29 orang dengan persentase 94,12%,
sedangkan petani yang tergolong umur tidak produktif yaitu 2 orang dengan
persentase 5,88%. Hasil penelitian ini penelitian dari Darmansyah, dkk (2013),
bahwa variabel umur berpengaruh dan memiliki nilai koefisien negatif terhadap
inefisiensi. Hal ini dimungkinkan karena semakin bertambah umur maka semakin
dewasa dalam mengambil suatu kebijaksanaan dalam menentukan keputusan
berusaha tani kubis, sehingga penggunaan faktor produksi dapat lebih efisien dan
pada akhirnya dapat meningkatkan produksi usahatani kubis.
2. Pengalaman petani (tahun)
Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode MLE variabel
pengalaman petani diperoleh nilai t-hitung sebesar -1,677, dimana nilai t-hitung (-
1,677 < 1,711). Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pengalaman petani
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap inefisiensi teknis dalam usahatani
kubis dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai koefisien regresi variabel pengalaman
petani adalah -0,212. Tanda negatif artinya jika terjadi penambahan satu tahun
variabel pengalaman petani maka akan menurunkan inefisiensi teknis sebesar
0,212%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman petani dalam
usahatani kubis maka akan semakin efisien secara teknis atau tingkat inefisiensi
teknis semakin menurun.
Pengalaman petani kubis di daerah penelitian rata-rata yaitu 13 tahun.
Petani yang memiliki pengalaman usahatani kubis 10-20 tahun berjumlah
sebanyak 18 petani dengan persentase 52,94%. Petani yang memiliki pengalaman
<10 tahun berjumlah sebanyak 12 petani dengan persentase 35,29%, sedangkan
petani yang memiliki pengalaman >20 tahun berjumlah sebanyak 4 petani dengan
81
persentase 11,77%. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani kubis sudah lama
dijalankan oleh petani di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu. Hasil penelitian
ini didukung penelitian dari Darmansyah, dkk (2013), bahwa variabel pengalaman
petani tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi kubis. Menurut Pohan
(2008), bahwa semakin lama petani berusahatani maka semakin tinggi pula
pengetahuan dan wawasan serta semakin mampu petani dalam menjalankan
usahataninya karena petani dapat belajar dari pengalaman yang mereka dapatkan.
3. Pendidikan formal (tahun)
Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode MLE variabel
pendidikan formal diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,475, dimana nilai t-hitung
(0,475 < 1,711). Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel pendidikan formal
tidak berpengaruh signifikan namun memiliki nilai positif terhadap inefisiensi
teknis dalam usahatani kubis dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai koefisien
regresi variabel pendidikan formal adalah 0,009. Tanda positif artinya jika terjadi
penambahan satu tahun variabel pendidikan formal maka akan menaikkan tingkat
inefisiensi teknis sebesar 0,009%. Hal ini tidak sesuai dengan dugaan awal bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin efisien secara teknis atau
tingkat inefisiensi teknis semakin menurun.
Tingkat pendidikan formal pada daerah penelitian ini tidak berpengaruh
signifikan terhadap faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani kubis
karena mayoritas tingkat pendidikan formal di Desa Sumberejo terbilang rendah
yaitu lulusan sekolah dasar (SD) yang berjumlah 15 petani dengan persentase
44,12%. Keadaan di daerah penelitian menunjukkan meskipun petani memiliki
tingkat pendidikan yang dibilang masih rendah, namun petani kubis di Desa
Sumberejo sudah memiliki pengalaman yang sudah lama dalam usahatani kubis
sehingga petani dapat belajar dari pengalaman yang didapat seperti contoh dalam
hal penanganan yang dilakukan oleh petani terhadap hama yang menyerang
tanaman kubis. Hasil penelitian ini didukung penelitian Ulum (2017), yang
menjelaskan bahwa variabel pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap
efisiensi teknis.
82
4. Dummy kepemilikan lahan
Variabel kepemilikan lahan berbeda dengan variabel lainya karena dalam
hal ini variabel kepemilikan menggunakan skala pengukuran nominal bukan
menggunakan skala pengukuran rasio seperti variabel lain. Hal ini dikarenakan
variabel kepemilikan lahan terbagi dalam dua jenis yaitu petani yang memiliki
lahan dengan sistem milik sendiri dan sewa. Kepemilikan lahan petani diukur
dengan dummy, dimana petani kubis yang memiliki lahan milik sendiri diberi nilai
1 dan petani yang memiliki lahan sewa diberi nilai 0.
Hasil pengujian secara individual (uji-t) dengan metode MLE variabel
dummy kepemilikan lahan diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,213, dimana nilai t-
hitung (3,248 > 1,711) . Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
lahan berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis dalam usahatani kubis
dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan lahan
adalah -0,391. Nilai koefisien -0,391 menunjukkan apabila petani yang memiliki
lahan sendiri maka faktor inefisiensi teknis lebih rendah sebesar 0,319%
dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan sewa. Hal ini menunjukkan
petani yang memiliki lahan sendiri lebih efisien dalam menentukan manajerial
faktor produksi yang digunakan tanpa adanya campur tangan dari orang lain.
Hasil penelitian ini didukung penelitian Tinaprilla (2012), bahwa jika
dilihat dari status lahan, efisiensi lahan pemilik lebih tinggi dari pada lahan non
pemilik. Status kepemilikan lahan sendiri yang digarap, terdapat sense of
belonging atau rasa memiliki sehingga petani akan memanfaatkan lahan sebaik-
baiknya dan untuk menghasilkan output yang lebih tinggi dan lebih efisien. Selain
itu pemilik lahan akan lebih memperhatikan sustainability atau keberlanjutan
dengan merawat lahannya. Sementara petani non milik (sewa) tidak merasa perlu
merawat atau mengkonservasi lahan yang bukan miliknya.
83
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap produksi kubis di Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu adalah pupuk organik (kg) dan bibit (unit).
Faktor yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi yaitu a) luas lahan
(Ha), b) tenaga kerja (HOK), c) pupuk NPK (kg), dan d) pestisida.
2. Tingkat efisiensi teknis kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu sudah
mencapai efisiensi teknis karena memiliki nilai rata-rata efisiensi teknis sebesar
0,81 ≥ 0,70, akan tetapi tidak semua petani dalam usahatani kubis telah
mencapai efisiensi teknis. Persentase petani yang sudah mencapai efisiensi
teknis sebesar 76,5%, sedangkan persentase petani yang masih belum
mencapai efisiensi teknis sebesar 23,5%.
3. Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap inefisiensi teknis
adalah umur petani dan dummy kepemilikan lahan. Umur dan dummy
kepemilikan lahan berpengaruh secara negatif. Artinya, dengan semakin
bertambahnya umur dan dummy kepemilikan lahan maka akan menurunkan
tingkat inefisiensi teknis dan menaikkan tingkat efisiensi teknis usahatani kubis
di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember.
6.2 Saran
1. Sebaiknya petani kubis di Desa Sumberejo dalam penggunaan faktor produksi
usahatani kubis perlu meningkatkan penggunaan pupuk organik dan bibit,
karena kedua faktor produksi tersebut berpengaruh signifikan dan positif
terhadap usahatani kubis.
2. Guna meningkatkan efisiensi teknis pada petani yang belum mencapai efisiensi
teknis diperlukan upaya penyuluhan tentang penggunaan faktor-faktor produksi
pada usahatani kubis, agar petani dalam penggunaan faktor produksi usahatani
kubis lebih optimal.
84
3. Upaya-upaya penyuluhan dan pemberdayaan petani kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember hendaknya lebih diutamakan pada
petani berada pada usia produktif, terutama petani yang berada pada umur rata-
rata yaitu umur 46 tahun.
4. Usahatani kubis di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember,
sebaiknya dilakukan pada lahan milik sendiri, karena apabila usahatani kubis
dilakukan di lahan sewa relatif kurang efisien dibandingkan dengan
menggunakan lahan milik sendiri.
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2018. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-
buahan Semusim Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2018. Kabupaten Jember dalam Angka
Tahun 2018. Jember: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2018. Provinsi Jawa Timur dalam
Angka Tahun 2018. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.
Balitsa. 2007. Budidaya Kubis. Lembang-Bandung: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.
Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. Yogyakarta: Pustaka
Nusatama.
Coelli TJ, Rao DSP, O’Donnel CJ, Battese GE. 2005. An Introduction to
Efficiency and Productivity Analysis. Second Edition. New York: Springer
Science and Business Media. Inc.
Darmansyah, AN., Sukiyono, K., Sri, S. 2013. Analisis Efisiensi Teknis dan
Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Pada Usaha Tani Kubis di Desa
Talang Belitar Kecamatan Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong.
Agrisep, 12(2):177-194.
Firdaus, Muhammad. 2004. Ekonomitrika suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta:
PT. Aksara Jawa.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi
Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro (Pendekatan Matematis dan Grafis).
Jember: Universitas Jember.
Hayati, M.,Elfiana, dan Martina. 2017. Peranan Sektor Pertanian dalam
Pembangunan Wilayah Kabupaten Bieruen Provinsi Aceh. Jurnal S.
Pertanian, 1(3): 213-222.
Hernanto, 1993. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hidayati, R. 2016. Pengaruh Efisiensi Teknis dan Preferensi Risiko Petani
terhadap Penerapan Usahatani Kubis Organik di Kecamatan Baso
Kabupaten Agam Sumatera Barat. Tesis. Fakultas Pertanian: Bogor.
86
Isnaini, M .2006. Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana. Khasanah, W. 2008. Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Petani dengan
Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman Jarak Pagar
(jatropha curcas L.) di Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.
Skripsi. Fakultas Pertanian: Surakarta.
Kementrian Pertanian. 2018. Statistik Tanaman Hortikultura Indonesia 2018.
Jakarta: Kementrian Pertanian.
Kementrian Pertanian. 2018. Statistik Tanaman Hortikultura Jawa Timur 2018.
Jawa Timur: Kementrian Pertanian.
Kodde, D.A. and Palm, F.C. 1986. Wald Criteria for Jointly Testing Equality and
Inequality Restrictions. Econometrica, 54, 1243-1248.
Kumbhakar S.C dan Lovell CAK. 2000. Stochastic Frontier Analysis. Melbourne:
Cambridge University Press.
Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mardikanto. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Prima
Theresia Pressindo. Surakarta.
Marjaya., Harkgo, S., Masyhuri., dan Darwanto. 2012. Analisis Efisiensi
Komoditas pada Sistem Usahatani Integrasi Jagung-Sapi di Kabupaten
Kupang. Budidaya Pertanian, 8(2): 68-75.
Nazir, Mohammad. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurlaila, D., Kusnandar, D., dan Sulistianingsing, E. 2013. Perbandingan Metode
Maximum Likelihood Estimation (MLE) dan Metode Bayes dalam
Pendugaan Parameter Distribusi Eksponensial. Ilmiah Mat. Stat. Dan
Terapannya (Bimaster), 2(1) : 51 – 56.
Noor, Juliansyah. 2015. Metodologi Penelitian edisi kedua. Jakarta: Kencana.
Pracaya. 2012. Kol Alias Kubis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prathama, Arya. 2012. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani
Caisim: Pendekatan Stochastic Production Frontier (Kasus di Desa
Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi.
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen: Institut
Pertanian Bogor.
Profil Kecamatan Ambulu. 2018. Kecamatan Ambulu. Jember: UPTD Kecamatan
Ambulu.
87
Pujiharto. 2011. Kajian Potensi Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran
Tinggi Di Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah. Agritech, 8(2):
154-175.
Pohan, R., A. 2008. Analisis Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Wortel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Karo. Skripsi. Departemen Ekonomi Pertanian. Fakultas
pertanian: Universitas Sumatra Utara Medan.
Rifqie, A, S. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Usahatani Kubis (Studi Empiris di Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan
Kabupaten Bandung). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya. Fakultas Pertanian: Institut Pertanian Bogor.
Rofiqoh, Luluk. 2017. Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Usahatani Semangka di Desa Mayangan Kecamatan Gumukmas
Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Pertanian: Universitas Jember.
Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Yogyakarta:
Kanisius.
Septianita. 2010. Analisis Perbandingan Kontribusi Pendapatan Usaha Tani
Kacang Panjang (Vigna sinensis) dan Buncis (Phaseolus vulgaris)
terhadap Pendapatan Petani di Desa Batumarta VII Kec. Madang Suku III
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Jurnal Agronobis 2(3): 1-7.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: UB Press.
Soekartawi, 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.
Soekartawi.1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: CV. Rajawali.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Soekartawi.2013. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Sitompul, S., R. 2013. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis (Brassica Oleracea L) di
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Jawa Barat. Skripsi. Program
Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian: Institut
Pertanian Bogor.
88
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tinaprilla, N. 2012. Efisiensi Usahatani Padi Antar Wilayah Sentra Produksi di
Indonesia: Pendekatan Stochastic Metafrontier Production Function.
Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hlm. 36- 51, 65-74, 110-111.
Ulum, Shohibul, 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis
Usahatani Kentang di Kabupaten Lumajang. Skripsi. Fakultas Pertanian:
Universitas Jember.
Warni, Tri. 2017. Analisis Produksi Usahatani Kubis (Brassica Oleracea Var.
Capitata) di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Fakutas
Pertanian: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Wibisono, Hari. 2011. Analisis Efisiensi Usahatani Kubis (Studi Empiris di Desa
Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang). Skripsi. Fakultas
Ekonomi: Universitas Diponegoro Semarang.
Wibowo, R. 2013. Ringkasan Ekonomi Mikro. Jember: Fakultas Pertanian
Universits Jember.
Widjaya, Dani. 2016. Efisiensi Teknis dan Ekonomis Usahatani Kopi Arabika
Rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Pertanian:
Universitas Jember.
89
89
Lampiran 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayuran Semusim di Indonesia Tahun 2015-2017
No Komoditas
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
1 Bawang Daun 52.895 512.497 9,69 57.510 537.920 9,35 60.953 510.476 8,37
2 Bawang M 122.126 1.229.189 10,06 149.635 1.446.859 9,67 158.172 1.470.155 9,29
3 Bawang Putih 2.563 20.293 7,92 2.407 21.151 8,79 2.146 19.510 9,09
4 Kacang M 15.637 42.388 2,71 17.379 37.167 2,14 13.596 74.364 5,47
5 Kembang Kol 11.195 118.394 10,58 11.990 142.842 11,91 13.466 152.869 11,35
6 Kentang 66.983 1.219.277 18,20 66.450 1.213.041 18,25 75.611 1.164.738 15,4
7 Kubis 64.625 1.443.227 22,33 71.934 1.513.318 21,04 90.838 1.442.624 15,88
8 Lobak 1.427 21.479 15,05 1.285 19.479 15,16 3.052 22.417 7,35
9 Petsai/Sawi 58.652 600.200 10,23 60.600 601.200 9,92 61.133 627.598 10,27
10 Wortel 30.280 522.529 17,26 31.814 537.519 16,9 30.654 537.341 17,53
11 Bayam 42.138 150.093 3,56 43.458 160.248 3,69 40.608 148.295 83,65
12 Buncis 25.645 291.333 11,36 25.104 275.512 10,97 23.746 279.041 11,75
13 Cabai Besar 120.847 1045.200 8,65 123.404 1.045.591 8,47 142.547 1.206.272 8,46
14 Cabai Rawit 134.869 869.954 6,45 136.818 915.992 6,69 167.600 1.153.159 6,88
15 Jamur 536 33.485 62,53 467 40.914 87,61 475 37.020 77,94
16 Kacang Pjg 63.177 395.524 6,26 60.923 388.059 6,37 56.111 381.189 6,79
17 Kangkung 48.996 299.531 6,11 52.542 297.115 5,65 47.805 276.976 5,79
18 Ketimun 43.573 447.696 10,27 42.214 430.206 10,19 39.809 424.918 10,67
19 Labu Siam 9.436 431.219 45,70 8.828 603.319 68,34 8.917 566.852 63,57
20 Paprika 183 5.658 30,92 117 5.257 44,94 257 7.391 28,76
21 Terung 45.919 514.332 11,20 44.829 509.724 11,37 43.905 535.421 12,19
22 Tomat 54.544 877.801 16,09 57.688 883.234 15,31 55.623 962.849 17,31
Jumlah Total 1.016.246 11.091.299 10,91 1.067.396 11.625.667 10,89 1.137.024 12.001.475 10,55
Sumber: Badan Pusat Statistika Indonesia (2018).
90
90
Lampiran 1.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017
No Provinsi
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
1 Aceh 325 8389 25,81 310 8128 26,22 325 8389 25,81
2 Sumatra Utara 7872 180371 22,91 7431 175922 29,67 7872 180371 22,91
3 Sumatra Barat 2838 89194 31,43 2765 87326 31,58 2838 89194 31,43
4 Riau - - - - - - - - -
5 Jambi 1141 25518 22,36 1630 33234 20,39 1141 25518 22,36
6 Sumatra Sel 504 4542 9,01 517 3956 7,65 504 4542 9,01
7 Bengkulu 2206 77658 35,20 2378 82883 34,85 2206 77658 35,20
8 Lampung 516 10229 19,82 578 11129 19,25 516 10229 19,82
9 Bangka B - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - -
11 Dki Jakarta - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 12867 291541 22,66 13994 310852 22,21 12867 291540 22,66
13 Jawa Tengah 16196 304187 18,78 18816 370659 19,70 16196 304187 18,78
14 Di Yogyakarta 2 2 1 0 0 0
15 Jawa Timur 10785 256836 23,81 11836 290058 19,99 10785 256836 23,81
16 Banten 1 1 1 0 0 0 1 1,4 1,4
17 Bali 1168 35507 30,40 1517 45755 30,16 1168 35507 304
18 NTB 396 7231 18,26 530 6497 12,26 396 7231 18,26
19 NTT 395 4321 10,94 301 1528 5,08 395 4321 10,94
20 Kal Bar 16 49 3,06 22 100 4,82 16 47 30,5
21 KalTeng 1 3 3,00 1 1 0,8 1 2,5 2,5
22 Kal Sel 6 26 4,33 6 17 2,82 6 26 44
23 Kal Tim 6 39 6,50 6 74 12,33 6 38,5 6,42
24 Kal Ut 2 80 40 0 0 0 2 80 40
25 Sul Ut 29596 70542 2,38 4754 71675 15,08 2959 70542 23,84
26 Sul Teng 594 13692 23,05 270 3017 11,17 594 13692 23,05
27 SulSel 2283 58449 25,60 2710 57919 21,37 2283 58449 25,6
28 Sul Tengg 88 173 1,97 147 243 1,65 88 172 1,96
29 Gorontalo - - - - - - - - -
91
91
Lanjutan Lampiran 1.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017
No Provinsi
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
30 Sulawesi Barat 3 8 2,67 6 17 2,83 3 8 2,66
31 Maluku 120 391 3,26 127 441 3,47 120 391 3,26
32 Maluku Utara 14 23 1,64 16 89 5,56 14 22,5 1,67
33 Papua Barat 392 118 0,3 695 1044 1,50 392 118 3,02
34 Papua 507 3507 6,92 574 4155 7,24 507 3507 6,92
Jumlah Total 90838 1442625 417.07 71939 1566721 370.65 64201 1442619.9 781.79
Sumber: Badan Pusat Statistika Indonesia (2018).
92
92
Lampiran 1.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis Menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017
No Kabupaten
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
1 Pacitan 1 22 22 0 0 0 0 0 0
2 Ponorogo 208 5991 28.8 154 4519 29.35 169 6065 35.89
3 Trenggalek 0 0 0 1 180 1.8 0 0 0
4 Tulungagung 64 424 66.2 50 342 6.85 53 442 8.33
5 Blitar 40 976 24.4 27 4110 15.19 74 1.386 18.73
6 Kediri 2 50 25 1 35 35 0 0 0
7 Malang 1798 40485 84 2241 47555 21.22 2.068 52671 25.47
8 Lumajang 460 11615 25.25 474 11584 24.24 463 12210 26.37
9 Jember 394 7337 18.62 330 1485 45.02 128 1900 14.84
10 Banyuwangi 91 1094 12.02 74 816 11.02 67 943 14.07
11 Bondowoso 650 9700 14.9 884 14399 16.29 838 22194 26.48
12 Situbondo - - - - - - - - -
13 Probolinggo 1650 21251 12.88 2803 33132 11.82 2.685 45387 16.9
14 Pasuruan 2718 70484 25.93 3284 84242 25.65 2.954 81827 27.7
15 Sidoarjo - - - - - - - - -
16 Mojokerto 11 148 13.45 22 373 16.98 16 452 28.25
17 Jombang - - - - - - - - -
18 Nganjuk - - - - - - - - -
19 Madiun - - - - - - - - -
20 Magetan 714 21317 29.85 1031 29914 2901 837 23790 28.42
21 Ngawi 38 224 589 48 470 9.8 27 406 15.02
22 Bojonegoro - - - - - - - - -
23 Tuban - - - - - - - - -
24 Lamongan - - - - - - - - -
25 Gresik - - - - - - - - -
26 Bangkalan - - - - - - - - -
27 Sampang - - - - - - - - -
28 Pamekasan 0 0 0 2 8.5 4.25 2 1.5 0.75
29 Sumenep - - - - - - - - -
93
93
Lanjutan Lampiran 1.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis Menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017
No Komoditas
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Kota
30 Kediri - - - - - - - - -
31 Blitar - - - - - - - - -
32 Malang - - - - - - - - -
33 Pasuruan - - - - - - - - -
34 Probolinggo - - - - - - - - -
35 Mojokerto - - - - - - - - -
36 Madiun - - - - - - - - -
37 Surabaya - - - - - - - - -
38 Batu 433 8212 18.96 410 7369 17.97 404 7162 17.73
Jumlah Total 9272 199330 1011.26 11836 240533.5 321.46 3085.707 255451.9 304.95
Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Timur (2018).
94
94
Lampiran 1.4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017
No Kecamatan
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
1 Kencong 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Gumukmas 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Puger 6 1022 17,03 9 920 10,22 10 160,00 16
4 Wuluhan 320 59835 18,7 215 7075 3,29 50 198,80 9.94
5 Ambulu 47 1105 23,52 91 5460 60 61 98,85 6.03
6 Tempurejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Silo 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Mayang 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Mumbulsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Jenggawah 1 160 16 10 899 89,9 2 350,00 700
11 Ajung 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Rambipuji 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Balung 1 165 16,5 3 335 11,17 1 350,00 350
14 Umbulsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Semboro 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Jombang 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Sumberbaru 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Tanggul 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Bangsalsari 0 0 0 0 0 0 3 91,00 273
20 Panti 8 1012 12,65 2 166 8,3 1 105,00 105
21 Sukorambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Arjasa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Pakusari 1 123 12,3 0 0 0 0 0 0
24 Kalisat 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Ledokombo 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sumberjambe 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Sukowono 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Jelbuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Kaliwates 0 0 0 0 0 0 0 0 0
95
95
Lanjutan Lampiran 1.4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun
2015-2017
No Kecamatan
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Luas
Panen
(Ha)
Produksi
(Kg)
Produktivitas
(Kg/Ha)
30 Sumbersari 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Patrang 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Total 384 63422 116.7 330 14855 182.88 128 1353.65 1459.97
Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Jember (2018).
96
96
Lampiran 1.5 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kubis Menurut Desa di Kecamatan Ambulu Tahun 2017 No Desa Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kg/Ha) Produksi (Kg)
1 Andongsari 8 8,62 69
2 Karanganyar 3 8,66 26
3 Pontang 2 5,50 11
4 Sabrang 14 13,28 186
5 Sumberejo 29 10,24 297
6 Tegal sari 1 6,00 6
7 Ambulu 1 8,00 8
Total 61 9,88 603
Sumber: Profil Kecamatan Ambulu (2018).
97
97
Lampiran 1.6 Data Share Produksi Komoditas Sayuran Semusim di Indonesia Tahun 2015-2017
No Komoditas Share Produksi (%) Rata-rata Share Produksi
(%) 2015 2016 2017
1 Bawang Daun 4,620712 4,627003 4,271552 4,50
2 Bawang Merah 11,08246 12,44538 12,30194 11,96
3 Bawang Putih 0,182963 0,181934 0,016326 0,13
4 Kacang Merah 0,382173 0,319698 0,622262 0,44
5 Kembang Kol 1,067449 1,228678 1,279174 1,19
6 Kentang 10,99309 10,43416 9,746274 10,38
7 Kubis 13,01225 13,01704 12,07156 12,69
8 Lobak 0,193656 0,167552 0,187581 0,18
9 Petsai/Sawi 5,411449 5,171316 5,251603 5,28
10 Wortel 4,711161 4,623554 4,496352 4,61
11 Bayam 1,35325 1,378398 1,2409 1,32
12 Buncis 2,626681 2,36986 2,334954 2,44
13 Cabai Besar 9,423603 8,993815 10,09382 9,51
14 Cabai Rawit 7,843572 7,879049 9,649383 8,48
15 Jamur 0,301903 0,351928 0,030978 0,23
16 Kacang Panjang 3,566075 3,33795 3,189706 3,36
17 Kangkung 2,700594 2,555681 2,317675 2,52
18 Ketimun 4,036461 3,700484 3,555621 3,76
19 Labu Siam 3,887903 5,189543 4,743294 4,62
20 Paprika 0,051013 0,045219 0,061846 0,05
21 Terung 4,637257 4,384471 4,480286 4,50
22 Tomat 7,914321 7,597276 8,056911 7,86
Jumlah Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
98
98
Lampiran 1.7 Data Pertumbuhan Produksi Komoditas Sayuran Semusim di Indonesia Tahun 2015-2017
No Komoditas Pertumbuhan Produksi (%) Rata-rata Pertumbuhan
Produksi (%) 2016 2017
1 Bawang Daun -0,0510 0,0496 -0,0007
2 Bawang Merah 0,0161 0,1771 0,0966
3 Bawang Putih -0,9078 0,0423 -0,4327
4 Kacang Merah 1,0008 -0,1232 0,4388
5 Kembang Kol 0,0702 0,2065 0,1383
6 Kentang -0,0398 -0,0051 -0,0225
7 Kubis -0,0467 0,0486 0,0009
8 Lobak 0,1508 -0,0931 0,0289
9 Petsai/Sawi 0,0439 0,0017 0,0228
10 Wortel -0,0003 0,0287 0,0142
11 Bayam -0,0746 0,0677 -0,0035
12 Buncis 0,0128 -0,0543 -0,0207
13 Cabai Besar 0,1537 0,0004 0,0770
14 Cabai Rawit 0,2589 0,0529 0,1559
15 Jamur -0,9095 0,2219 -0,3438
16 Kacang Panjang -0,0177 -0,0189 -0,0183
17 Kangkung -0,0678 -0,0081 -0,0379
18 Ketimun -0,0123 -0,0391 -0,0257
19 Labu Siam -0,0604 0,3991 0,1693
20 Paprika 0,4059 -0,0709 0,1675
21 Terung 0,0504 -0,0090 0,0207
22 Tomat 0,0901 0,0062 0,0482
Jumlah Total 0,0279 0,0482 0,0381
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
99
99
Lampiran 1.8 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017
No Provinsi Share Produksi (%) Rata-rata Share Produksi
(%) 2015 2016 2017
1 Aceh 0,581509 0,518791 0,581511 0,5594
2 Sumatra Utara 12,50297 11,22867 12,50302 12,0545
3 Sumatra Barat 6,182757 5,573807 6,182779 5,9685
4 Riau - - - -
5 Jambi 1,768859 2,121246 1,768865 1,8929
6 Sumatra Selatan 0,314843 0,252502 0,314844 0,2929
7 Bengkulu 5,383104 5,290221 5,383123 5,3504
8 Lampung 0,709055 0,710337 0,709057 0,7095
9 Bangka Belitung - - - -
10 Kepulauan Riau - - - -
11 Dki Jakarta - - - -
12 Jawa Barat 20,20906 19,84093 20,20907 20,0795
13 Jawa Tengah 21,08566 23,65826 21,08573 21,9910
14 Di Yogyakarta 0 0,000128 0 0,0000
15 Jawa Timur 17,80338 18,5137 17,80344 18,0534
16 Banten 6,93E-05 0 9,7E-05 0,0001
17 Bali 2,461277 2,920431 2,461286 2,6229
18 Nusa Tengara Barat 0,501239 0,414688 0,501241 0,4708
19 Nusa Tengara Timur 0,299523 0,097529 0,299524 0,2284
20 Kalimantan Barat 0,003397 0,006383 0,003258 0,0044
21 Kalimantan Tengah 0,000208 6,38E-05 0,000173 0,0001
22 Kalimantan Selatan 0,001802 0,001085 0,001802 0,0015
23 Kalimantan Timur 0,002703 0,004723 0,002669 0,0034
24 Kalimantan Utara 0,005545 0 0,005545 0,0036
25 Sulawesi Utara 4,889836 4,574841 4,889854 4,7790
26 Sulawesi Tengah 0,949103 0,192568 0,949107 0,6829
27 Sulawasi Selatan 4,051573 3,696829 4,051587 3,9267
28 Sulawesi Tenggara 0,011992 0,01551 0,011923 0,0132
29 Gorontalo - - - -
100
100
Lanjutan Lampiran 1.8 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017
No Provinsi Share Produksi (%) Rata-rata Share Produksi
(%) 2015 2016 2017
30 Sulawesi Barat 0,000555 0,001085 0,000555 0,0007
31 Maluku 0,027103 0,028148 0,027103 0,0275
32 Maluku Utara 0,001594 0,005681 0,00156 0,0030
33 Papua Barat 0,00818 0,066636 0.00818 0,0288
34 Papua 0,243099 0,265204 0,243099 0,2509
Jumlah Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
101
101
Lampiran 1.9 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017
No Provinsi Pertumbuhan Produksi (%) Rata-rata Pertumbuhan
Produksi (%) 2016 2017
1 Aceh 0,032111 -0,03111 0,0005
2 Sumatra Utara 0,02529 -0,02467 0,0003
3 Sumatra Barat 0,021391 -0,02094 0,0002
4 Riau - - -
5 Jambi -0,23217 0,302375 0,0351
6 Sumatra Selatan 0,148129 -0,12902 0,0096
7 Bengkulu -0,06304 0,067282 0,0021
8 Lampung -0,08087 0,087985 0,0036
9 Bangka Belitung - - -
10 Kepulauan Riau - - -
11 Dki Jakarta - - -
12 Jawa Barat -0,06213 0,066238 0,0021
13 Jawa Tengah -0,17933 0,218523 0,0196
14 Di Yogyakarta -1 0 -0,5000
15 Jawa Timur -0,11454 0,129351 0,0074
16 Banten 0 -1 -0,5000
17 Bali -0,22398 0,288619 0,0323
18 Nusa Tengara Barat 0,112975 -0,10151 0,0057
19 Nusa Tengara Timur 1,82788 -0,64638 0,5908
20 Kalimantan Barat -0,53 1,040816 0,2554
21 Kalimantan Tengah 1,5 -0,66667 0,4167
22 Kalimantan Selatan 0,529412 -0,34615 0,0916
23 Kalimantan Timur -0,47973 0,897436 0,2089
24 Kalimantan Utara 0 -1 -0,5000
25 Sulawesi Utara -0,01581 0,016061 0,0001
26 Sulawesi Tengah 3,538283 -0,77965 1,3793
27 Sulawasi Selatan 0,009151 -0,00907 0,0000
28 Sulawesi Tenggara -0,29218 0,404624 0,0562
29 Gorontalo - - -
102
102
Lampiran 1.9 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017
No Provinsi Pertumbuhan Produksi (%) Rata-rata Pertumbuhan
Produksi (%) 2016 2017
30 Sulawesi Barat -0,52941 1,125 0,2978
31 Maluku -0,11338 0,127877 0,0072
32 Maluku Utara -0,74719 2,869565 1,0612
33 Papua Barat -0,88697 7,847458 3,4802
34 Papua -0,15596 0,184773 0.0144
Jumlah Total -0,07921 0,086021 0,0034
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
103
103
Lampiran 1.10 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017
No Kabupaten/Kota Share Produksi (%) Rata-rata Share Produksi
(%) 2015 2016 2017
1 Pacitan 0,011037 0 0 0,003
2 Ponorogo 3,005569 1,878748 2,374224 2,384
3 Trenggalek 0 0,074834 0 0,026
4 Tulungagung 0,212713 0,142185 0,173027 0,174
5 Blitar 0,48964 1,708709 0,000543 0,732
6 Kediri 0,025084 0,014551 0 0,012
7 Malang 20,31054 19,7703 20,61876 20,237
8 Lumajang 5,827021 4,815981 4,779765 5,093
9 Jember 3,680831 0,61738 0,74378 1,542
10 Banyuwangi 0,548839 0,339247 0,36915 0,410
11 Bondowoso 4,866302 5,986301 8,688133 6,658
12 Situbondo - - - -
13 Probolinggo 10,66122 13,77444 17,76734 14,349
14 Pasuruan 35,36046 35,02313 32,03226 34,021
15 Sidoarjo - - - -
16 Mojokerto 0,074249 0,155073 0,176941 0,140
17 Jombang - - - -
18 Nganjuk - - - -
19 Madiun - - - -
20 Magetan 10,69433 12,43657 9,312908 10,790
21 Ngawi 0,112376 0,1954 0,158934 0,158
22 Bojonegoro - - - -
23 Tuban - - - -
24 Lamongan - - - -
25 Gresik - - - -
26 Bangkalan - - - -
27 Sampang - - - -
28 Pamekasan 0 0,003534 0,000587 0,001
29 Sumenep - - - -
104
104
Lanjutan Lampiran 1.10 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017
No Kabupaten/Kota Share Produksi (%) Rata-rata Share Produksi
(%) 2015 2016 2017
Kota
30 Kediri - - - -
31 Blitar - - - -
32 Malang - - - -
33 Pasuruan - - - -
34 Probolinggo - - - -
35 Mojokerto - - - -
36 Madiun - - - -
37 Surabaya - - - -
38 Batu 4,119801 3,063619 2,803659 3,271
Jumlah Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
105
105
Lampiran 1.11 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017
No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Produksi (%) Rata-rata Pertumbuhan
Produksi (%) 2016 2017
1 Pacitan 0 -1 -0,50
2 Ponorogo 0,342111 -0,2457 0,05
3 Trenggalek -1 0 -0,50
4 Tulungagung 0,292398 -0,1934 0,05
5 Blitar -0,99966 3,211066 1,11
6 Kediri -1 -0,3 -0,65
7 Malang 0,107604 0,174608 0,14
8 Lumajang 0,05404 -0,00267 0,03
9 Jember 0,279461 -0,7976 -0,26
10 Banyuwangi 0,155637 -0,25411 -0,05
11 Bondowoso 0,541357 0,484433 0,51
12 Situbondo - - -
13 Probolinggo 0,369884 0,55908 0,46
14 Pasuruan -0,02867 0,195193 0,08
15 Sidoarjo - - -
16 Mojokerto 0,211796 1,52027 0,87
17 Jombang - - -
18 Nganjuk - - -
19 Madiun - - -
20 Magetan -0,20472 0,403293 0,10
21 Ngawi -0,13617 1,098214 0,48
22 Bojonegoro - - -
23 Tuban - - -
24 Lamongan - - -
25 Gresik - - -
26 Bangkalan - - -
27 Sampang - - -
28 Pamekasan -0,82353 0 -0,41
29 Sumenep - - -
106
106
Lanjutan Lampiran 1.11 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2015-2017
No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Produksi (%) Rata-rata Pertumbuhan
Produksi (%) 2016 2017
Kota
30 Kediri - - -
31 Blitar - - -
32 Malang - - -
33 Pasuruan - - -
34 Probolinggo - - -
35 Mojokerto - - -
36 Madiun - - -
37 Surabaya - - -
38 Batu -0,02809 -0,10265 -0,07
Jumlah Total 0.062026 0,206705 0,13
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
107
107
Lampiran 1.12 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017
No Kecamatan Share Produksi (%) Rata-rata Share Produksi
(%) 2015 2016 2017
1 Kencong 0 0 0 0,00
2 Gumukmas 0 0 0 0,00
3 Puger 1,392883 6,193201 11,81684 2,35
4 Wuluhan 81,54907 47,62706 14,69719 74,91
5 Ambulu 15,06821 36,7553 7,311669 18,55
6 Tempurejo 0 0 0 0,00
7 Silo 0 0 0 0,00
8 Mayang 0 0 0 0,00
9 Mumbulsari 0 0 0 0,00
10 Jenggawah 0,218064 6,051834 25,84934 1,57
11 Ajung 0 0 0 0,00
12 Rambipuji 0 0 0 0,00
13 Balung 0,224878 2,255133 25,84934 0,95
14 Umbulsari 0 0 0 0,00
15 Semboro 0 0 0 0,00
16 Jombang 0 0 0 0,00
17 Sumberbaru 0 0 0 0,00
18 Tanggul 0 0 0 0,00
19 Bangsalsari 0 0 6,720827 0,10
20 Panti 1,379254 1,117469 7,754801 1,43
21 Sukorambi 0 0 0 0,00
22 Arjasa 0 0 0 0,00
23 Pakusari 0,167637 0 0 0,14
24 Kalisat 0 0 0 0,00
25 Ledokombo 0 0 0 0,00
26 Sumberjambe 0 0 0 0,00
27 Sukowono 0 0 0 0,00
28 Jelbuk 0 0 0 0,00
29 Kaliwates 0 0 0 0,00
108
108
Lampiran 1.12 Data Share Produksi Tanaman Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017
No Kecamatan Share Produksi (%) Rata-rata Share Produksi
(%) 2015 2016 2017
30 Sumbersari 0 0 0 0,00
31 Patrang 0 0 0 0,00
Jumlah Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
109
109
Lampiran 1.13 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017
No Kecamatan Pertumbuhan Produksi (%) Rata-rata Pertumbuhan
Produksi (%) 2016 2017
1 Kencong 0 0 0.00
2 Gumukmas 0 0 0,00
3 Puger -0,82609 -0,0998 -0,46
4 Wuluhan -0,97187 -0,88176 -0,93
5 Ambulu -0,98187 -0,50615 -0,74
6 Tempurejo 0 0 0,00
7 Silo 0 0 0,00
8 Mayang 0 0 0,00
9 Mumbulsari 0 0 0,00
10 Jenggawah -0,61068 4,61875 2,00
11 Ajung 0 0 0,00
12 Rambipuji 0 0 0,00
13 Balung 0,044776 1,030303 0,54
14 Umbulsari 0 0 0,00
15 Semboro 0 0 0,00
16 Jombang 0 0 0,00
17 Sumberbaru 0 0 0,00
18 Tanggul 0 0 0,00
19 Bangsalsari 0 0 0,00
20 Panti -0,36747 -0,83597 -0,60
21 Sukorambi 0 0 0,00
22 Arjasa 0 0 0,00
23 Pakusari 0 -1 -0,50
24 Kalisat 0 0 0,00
25 Ledokombo 0 0 0,00
26 Sumberjambe 0 0 0,00
27 Sukowono 0 0 0,00
28 Jelbuk 0 0 0,00
29 Kaliwates 0 0 0,00
110
110
Lanjutan Lampiran 1.13 Data Pertumbuhan Produksi Tanaman Kubis Menurut Kecamatan di Kabupaten Jember Tahun 2015-2017
No Kecamatan Pertumbuhan Produksi (%) Rata-rata Pertumbuhan
Produksi (%) 2016 2017
30 Sumbersari 0 0 0,00
31 Patrang 0 0 0,00
Jumlah Total -0,90885 -0,79754 -0,85
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
111
111
Lampiran 1.14 Data Share Produksi Menurut Desa di Kecamatan Ambulu Tahun 2017
No Desa Produksi (kg) Share Produksi (%)
1 Andongsari 69 11,44
2 Karanganyar 26 4,31
3 Pontang 11 1,82
4 Sabrang 186 30,85
5 Sumberejo 297 49,25
6 Tegal sari 6 1,00
7 Ambulu 8 1,33
Total 603 100,00
Sumber: Olahan Data Sekunder (2018).
112
Lampiran 5.1 Data Luas Luas Lahan dan Tingkat Produksi Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Luas Lahan (Ha) Produksi (kg)
1 Suryadi 0.5 22000
2 Samsuni 0.5 14000
3 Parjono 0.25 12000
4 Saeful Hadi 0.5 16.500
5 Umar Sa'id 0.125 13000
6 Marjani 0.25 11000
7 Mariyanto 0.25 10000
8 Riyanto 0.33 15000
9 Nur Hadi 0.25 10000
10 Eko Hari Santoso 0.5 20000
11 Senen 0.5 20000
12 Imam Zarkoni 0.5 18000
13 M. Sujarno 0.25 8000
14 M. Nur Hadi 0.25 15000
15 Karsimin 0.5 12000
16 Yusron Dikri 0.25 10000
17 Kamsi 0.5 16000
18 Solekan 0.25 12000
19 Bagus Supanji 0.5 14000
20 Moh. Syakur 0.125 50000
21 Basri 0.5 20000
22 Imam Busuri 0.5 14000
23 Irfan 0.5 18000
24 Sugiyono 0.5 20000
25 Abdul Wahid 0.5 22000
26 Haris 0.25 11000
27 Iskanar 0.5 20000
28 M. Suja'i 0.25 8000
113
Lanjutan Lampiran 5.1 Data Luas Luas Lahan dan Tingkat Produksi Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Luas Lahan (Ha) Produksi (kg)
29 Mursid 0.5 17000
30 Zainal Abidin 0.25 12000
31 Hasan Basri 0.5 25000
32 Mualim 0.5 18000
33 Sunhaji 1 45000
34 M. Sodik 0.5 20000
Jumlah 13.83 5.435.000
Rata-rata 0.41 1.599.000
Maksimal 1 45000
Minimal 0.125 5000
Standar Deviasi 0.17 6.960
114
Lampiran 5.2 Data Penggunaan Pupuk Kimia dan Organik Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Jenis Pupuk (kg)
Urea NPK Organik
1 Suryadi 0 100 400
2 Samsuni 300 320 100
3 Parjono 300 100 100
4 Saeful Hadi 200 350 400
5 Umar Sa'id 450 50 100
6 Marjani 300 200 200
7 Mariyanto 300 200 100
8 Riyanto 300 150 250
9 Nur Hadi 300 150 250
10 Eko Hari Santoso 300 200 100
11 Senen 500 400 200
12 Imam Zarkoni 1000 500 1000
13 M. Sujarno 300 100 400
14 M. Nur Hadi 250 250 500
15 Karsimin 500 200 500
16 Yusron Dikri 250 500 250
17 Kamsi 800 500 1000
18 Solekan 500 250 700
19 Bagus Supanji 600 300 1000
20 Moh. Syakur 0 200 200
21 Basri 200 200 1000
22 Imam Busuri 500 150 500
23 Irfan 300 100 300
24 Sugiyono 150 100 200
25 Abdul Wahid 0 500 300
26 Haris 200 700 500
27 Iskanar 500 100 500
28 M. Suja'i 0 500 100
115
Lanjutan Lampiran 5.2 Data Penggunaan Pupuk Kimia dan Organik Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Jenis Pupuk (kg)
Urea NPK Organik
29 Mursid 200 200 200
30 Zainal Abidin 300 100 200
31 Hasan Basri 0 100 500
32 Mualim 200 200 200
33 Sunhaji 800 400 1500
34 M. Sodik 200 50 500
Jumlah 11850 8420 14250
Rata-rata 348.53 247.65 419.12
Maksimal 1000 700 1500
Minimal 100 50 100
Standar Deviasi 207.61 163.97 335.07
116
Lampiran 5.3 Data Penggunaan Bibit Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Jenis Bibit
Jumlah Bibit Green Coronet Talenta F1
1 Suryadi 11000 0 11000
2 Samsuni 14000 0 14000
3 Parjono 8000 0 8000
4 Saeful Hadi 14000 0 14000
5 Umar Sa'id 8000 0 8000
6 Marjani 6000 0 6000
7 Mariyanto 5500 0 5500
8 Riyanto 12000 0 12000
9 Nur Hadi 6000 0 6000
10 Eko Hari Santoso 12000 0 12000
11 Senen 12000 0 12000
12 Imam Zarkoni 12500 0 12500
13 M. Sujarno 6000 0 6000
14 M. Nur Hadi 6000 0 6000
15 Karsimin 6000 0 6000
16 Yusron Dikri 3000 0 3000
17 Kamsi 6000 0 6000
18 Solekan 3500 0 3500
19 Bagus Supanji 6000 0 6000
20 Moh. Syakur 1500 0 1500
21 Basri 10000 0 10000
22 Imam Busuri 12000 0 12000
23 Irfan 11000 0 11000
117
Lanjutan Lampiran 5.3 Data Penggunaan Bibit Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Jenis Bibit
Jumlah Bibit Green Coronet Talenta F1
24 Sugiyono 12000 0 12000
25 Abdul Wahid 12000 0 12000
26 Haris 6000 0 6000
27 Iskanar 12000 0 12000
28 M. Suja'i 7000 0 7000
29 Mursid 11000 0 11000
30 Zainal Abidin 6000 0 6000
31 Hasan Basri 15000 0 15000
32 Mualim 10000 0 10000
33 Sunhaji 24000 0 24000
34 M. Sodik 12000 0 12000
Jumlah 319000 0 319000
Rata-rata 9382.35 0 9382.35
Maksimal 24000 0 24000
Minimal 1500 0 1500
Standar Deviasi 4355.52 0 4355.52
118
Lampiran 5.4 Data Penggunaan Pestisida Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Jenis Pestisida (ml)
Endure Pegasus Kanon Acrobat Rizotin Greenkgik Amistartop Score Prevathon Bactoxyn Gramoxone Jumlah
Total
1 Suryadi 0 0 0 200 2000 0 0 0 0 0 0 2200
2 Samsuni 300 550 500 0 0 0 0 0 0 0 0 1350
3 Parjono 150 500 550 0 0 0 0 0 0 0 0 1200
4 Saeful Hadi 1000 750 750 0 0 0 0 0 0 0 0 2500
5 Umar Sa'id 250 250 500 0 0 0 0 0 0 0 0 1000
6 Marjani 250 100 400 0 0 0 0 0 0 0 0 750
7 Mariyanto 250 100 500 0 0 1000 0 0 0 0 0 1850
8 Riyanto 150 550 750 0 0 0 0 0 0 0 0 1450
9 Nur Hadi 250 450 450 0 0 0 0 0 0 0 0 1150
10 Eko Hari S 450 500 500 0 0 0 0 0 0 0 0 1450
11 Senen 500 250 400 0 0 0 0 0 0 0 0 1150
12 Imam Zark 500 500 0 0 0 0 2000 0 0 0 0 3000
13 M. Sujarno 500 1000 500 0 0 0 0 0 0 0 0 2000
14 M. Nur Hadi 250 250 500 0 0 0 0 250 250 0 0 1500
15 Karsimin 500 2000 2000 0 0 0 0 0 500 0 0 5000
16 Yusron Dikri 0 500 500 0 0 0 0 500 0 200 100 1800
17 Kamsi 500 500 0 0 0 0 0 600 2000 0 0 3600
18 Solekan 250 250 500 0 0 0 0 0 250 0 0 1250
19 Bagus S 500 0 1000 0 0 0 0 500 0 0 0 2000
20 Moh. Syakur 150 500 750 0 0 0 0 0 0 0 0 1400
21 Basri 100 500 500 0 0 0 0 0 0 0 0 1100
22 Imam Busuri 200 500 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 1700
23 Irfan 200 500 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 1700
24 Sugiyono 200 500 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 1700
25 Abdul Wahid 400 1000 2000 0 0 0 0 0 0 0 0 3400
26 Haris 200 1000 500 0 0 0 0 0 0 0 0 1700
27 Iskanar 400 1000 2000 0 0 0 0 0 0 0 0 3400
28 M. Suja'i 100 1000 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 2100
29 Mursid 200 1000 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 2200
30 Zainal Abidin 200 500 1000 0 0 0 0 0 0 0 0 1700
31 Hasan Basri 400 500 2000 0 0 0 0 0 0 0 0 2900
32 Mualim 200 1000 2000 0 0 0 0 0 0 0 0 3200
33 Sunhaji 500 1000 2500 0 0 0 0 0 0 0 0 4000
119
Lampiran 5.4 Data Penggunaan Pestisida Petani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Jenis Pestisida (ml)
Endure Pegasus Kanon Acrobat Rizotin Greenkgik Amistartop Score Prevathon Bactoxyn Gramoxone Jumlah
Total
34 M. Sodik 200 500 2000 0 0 0 0 0 0 0 0 2700
Jumlah 10200 20000 30550 200 2000 1000 2000 1850 3000 200 100 71100
Rata-rata 300 588.24 898.53 5.88 58.82 29.41 58.82 54.41 88.24 5.88 2.94 2091.18
Maksimal 1000 2000 2500 200 2000 1000 2000 600 2000 200 100 5000
Minimal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 750
Standar Deviasi 194.24 394.10 669.97 34.30 343.00 171.50 343.00 157.81 352.92 34.30 17.15 976.19
120
Lampiran 5.5 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengolahan Tanah Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pengolahan Tanah Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
1 Suryadi 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
2 Samsuni 4 0 07.00 - 16.00 0 1 0 4 0 4
3 Parjono 2 0 07.00 - 16.00 0 2 0 4 0 4
4 Saeful Hadi 3 0 07.00 - 16.00 0 2 0 6 0 6
5 Umar Sa'id 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
6 Marjani 4 0 07.00 - 16.00 0 1 0 4 0 4
7 Mariyanto 5 0 07.00 - 16.00 0 1 0 5 0 5
8 Riyanto 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
9 Nur Hadi 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
10 Eko Hari Santoso 2 0 07.00 - 16.00 0 2 0 4 0 4
11 Senen 4 0 07.00 - 16.00 0 2 0 8 0 8
12 Imam Zarkoni 3 0 07.00 - 16.00 0 1 0 3 0 3
13 M. Sujarno 3 0 07.00 - 16.00 0 1 0 3 0 3
14 M. Nur Hadi 4 0 07.00 - 16.00 0 1 0 4 0 4
15 Karsimin 4 0 07.00 - 16.00 0 1 0 4 0 4
16 Yusron Dikri 2 0 07.00 - 16.00 0 2 0 4 0 4
17 Kamsi 3 0 07.00 - 16.00 0 1 0 3 0 3
18 Solekan 4 0 07.00 - 16.00 0 1 0 4 0 4
19 Bagus Supanji 5 0 07.00 - 16.00 0 1 0 5 0 5
20 Moh. Syakur 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
21 Basri 2 0 07.00 - 16.00 0 2 0 4 0 4
22 Imam Busuri 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
121
Lanjutan Lampiran 5.5 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengolahan Tanah Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pengolahan Tanah Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
23 Irfan 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
24 Sugiyono 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
25 Abdul Wahid 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
26 Haris 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
27 Iskanar 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
28 M. Suja'i 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
29 Mursid 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
30 Zainal Abidin 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
31 Hasan Basri 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
32 Mualim 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
33 Sunhaji 2 0 07.00 - 16.00 0 1 0 2 0 2
34 M. Sodik 4 0 07.00 - 16.00 0 1 0 4 0 4
Jumlah 107 0 107
Rata-rata 3.15 0.00 3.15
Maksimal 8 0 8
Minimal 2 0 2
Standar Deviasi 1.44 0.00 1.44
122
Lampiran 5.6 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Penanaman Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Penanaman Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
1 Suryadi 3 9 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 1.5 4.5 6
2 Samsuni 0 13 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 6.5 6.5
3 Parjono 8 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 4 0 4
4 Saeful Hadi 15 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 7.5 0 7.5
5 Umar Sa'id 0 9 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 4.5 4.5
6 Marjani 8 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 4 0 4
7 Mariyanto 10 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 5 0 5
8 Riyanto 8 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 4 0 4
9 Nur Hadi 7 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 3.5 0 3.5
10 Eko Hari Santoso 10 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 5 0 5
11 Senen 16 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 8 0 8
12 Imam Zarkoni 14 9 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 7 4.5 11.5
13 M. Sujarno 12 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 6 0 6
14 M. Nur Hadi 10 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 5 0 5
15 Karsimin 14 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 7 0 7
16 Yusron Dikri 5 5 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 2.5 2.5 5
17 Kamsi 20 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 10 0 10
18 Solekan 12 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 6 0 6
19 Bagus Supanji 18 6 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 9 3 12
20 Moh. Syakur 4 3 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 2 1.5 3.5
21 Basri 20 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 10 0 10
22 Imam Busuri 20 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 10 0 10
123
Lanjutan Lampiran 5.6 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Penanaman Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Penanaman Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
23 Irfan 5 5 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 2.5 2.5 5
24 Sugiyono 7 6 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 3.5 3 6.5
25 Abdul Wahid 5 5 13.00 - 17.00 13.00 - 17.00 0.5 0.5 2.5 2.5 5
26 Haris 8 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 4 0 4
27 Iskanar 12 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 6 0 6
28 M. Suja'i 0 6 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 3 3
29 Mursid 10 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 5 0 5
30 Zainal Abidin 7 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 3.5 0 3.5
31 Hasan Basri 12 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 6 0 6
32 Mualim 5 5 13.00 - 17.00 0 0.5 0.5 2.5 2.5 5
33 Sunhaji 10 5 13.00 - 17.00 0 0.5 0.5 5 2.5 7.5
34 M. Sodik 20 0 13.00 - 17.00 0 0.5 0 10 0 10
Jumlah 167.5 43 210.5
Rata-rata 4.93 1.26 6.19
Maksimal 10 6.5 12
Minimal 0 0 3
Standar Deviasi 2.89 1.82 2.42
124
Lampiran 5.7 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Perawatan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Perawatan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
1 Suryadi 0 2 0 07.00 - 16.00 0 3 0 6 6
2 Samsuni 0 5 0 07.00 - 16.00 0 5 0 25 25
3 Parjono 2 0 07.00 - 16.00 0 4 0 8 0 8
4 Saeful Hadi 1 3 07.00 - 16.00 07.00 - 16.00 5 5 5 15 20
5 Umar Sa'id 0 2 0 07.00 - 16.00 0 3 0 6 6
6 Marjani 2 0 07.00 - 16.00 0 7 0 14 0 14
7 Mariyanto 8 0 07.00 - 16.00 0 2 0 16 0 16
8 Riyanto 2 0 07.00 - 16.00 0 6 0 12 0 12
9 Nur Hadi 1 0 07.00 - 16.00 0 4 0 4 0 4
10 Eko Hari Santoso 3 0 07.00 - 16.00 0 3 0 9 0 9
11 Senen 4 0 07.00 - 16.00 0 2 0 8 0 8
12 Imam Zarkoni 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
13 M. Sujarno 3 2 07.00 - 16.00 07.00 - 16.00 3 0 9 0 9
14 M. Nur Hadi 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
15 Karsimin 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
16 Yusron Dikri 5 0 07.00 - 16.00 0 1 0 5 0 5
17 Kamsi 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
18 Solekan 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
19 Bagus Supanji 2 2 07.00 - 16.00 07.00 - 16.00 1 1 2 2 4
20 Moh. Syakur 1 0 07.00 - 16.00 0 5 0 5 0 5
21 Basri 0 4 0 07.00 - 16.00 1 0 0 0 0
22 Imam Busuri 0 6 0 07.00 - 16.00 0 2 0 12 12
125
Lanjutan Lampiran 5.7 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Perawatan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Perawatan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
23 Irfan 4 0 07.00 - 16.00 0 2 0 8 0 8
24 Sugiyono 2 0 07.00 - 16.00 0 2 0 4 0 4
25 Abdul Wahid 4 0 07.00 - 16.00 0 3 0 12 0 12
26 Haris 3 0 07.00 - 16.00 0 4 0 12 0 12
27 Iskanar 4 0 07.00 - 16.00 0 4 0 16 0 16
28 M. Suja'i 2 0 07.00 - 16.00 0 4 0 8 0 8
29 Mursid 3 0 07.00 - 16.00 0 5 0 15 0 15
30 Zainal Abidin 2 0 07.00 - 16.00 0 3 0 6 0 6
31 Hasan Basri 2 4 07.00 - 16.00 0 3 3 6 12 18
32 Mualim 2 0 07.00 - 16.00 0 3 0 6 0 6
33 Sunhaji 0 4 0 07.00 - 16.00 0 5 0 20 20
34 M. Sodik 2 0 07.00 - 16.00 0 2 0 4 0 4
Jumlah 244 98 342
Rata-rata 7.18 2.88 10.06
Maksimal 16 25 25
Minimal 0 0 0
Standar Deviasi 4.82 6.35 5.49
126
Lampiran 5.8 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengairan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pengairan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
1 Suryadi 2 0 07.00 - 16.00 0 15 0 30 0 30
2 Samsuni 1 0 07.00 - 16.00 0 20 0 20 0 20
3 Parjono 2 0 07.00 - 16.00 0 16 0 32 0 32
4 Saeful Hadi 2 0 07.00 - 16.00 0 20 0 40 0 40
5 Umar Sa'id 1 0 07.00 - 16.00 0 20 0 20 0 20
6 Marjani 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
7 Mariyanto 2 0 07.00 - 16.00 0 13 0 26 0 26
8 Riyanto 2 0 07.00 - 16.00 0 15 0 30 0 30
9 Nur Hadi 1 0 07.00 - 16.00 0 22 0 22 0 22
10 Eko Hari Santoso 2 0 07.00 - 16.00 0 15 0 30 0 30
11 Senen 2 0 07.00 - 16.00 0 17 0 34 0 34
12 Imam Zarkoni 2 0 07.00 - 16.00 0 16 0 32 0 32
13 M. Sujarno 2 0 07.00 - 16.00 0 10 0 20 0 20
14 M. Nur Hadi 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
15 Karsimin 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
16 Yusron Dikri 2 0 07.00 - 16.00 0 10 0 20 0 20
17 Kamsi 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
18 Solekan 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
19 Bagus Supanji 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
20 Moh. Syakur 2 0 07.00 - 16.00 0 12 0 24 0 24
21 Basri 2 0 07.00 - 16.00 0 10 0 20 0 20
22 Imam Busuri 2 0 07.00 - 16.00 0 12 0 24 0 24
127
Lanjutan Lampiran 5.5 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Kegiatan Pengairan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli
2018
No Nama Petani
Pengairan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
23 Irfan 2 0 07.00 - 16.00 0 17 0 34 0 34
24 Sugiyono 2 0 07.00 - 16.00 0 15 0 30 0 30
25 Abdul Wahid 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
26 Haris 2 0 07.00 - 16.00 0 15 0 30 0 30
27 Iskanar 2 0 07.00 - 16.00 0 20 0 40 0 40
28 M. Suja'i 2 0 07.00 - 16.00 0 14 0 28 0 28
29 Mursid 2 0 07.00 - 16.00 0 16 0 32 0 32
30 Zainal Abidin 2 0 07.00 - 16.00 0 12 0 24 0 24
31 Hasan Basri 2 0 07.00 - 16.00 0 15 0 30 0 30
32 Mualim 2 0 07.00 - 16.00 0 16 0 32 0 32
33 Sunhaji 2 0 07.00 - 16.00 0 18 0 36 0 36
34 M. Sodik 2 0 07.00 - 16.00 0 12 0 24 0 24
Jumlah 1016 0 1016
Rata-rata 29.88 0.00 29.88
Maksimal 40 0 40
Minimal 20 0 20
Standar Deviasi 6.19 0.00 6.19
128
Lampiran 5.9 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pemupukan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pemupukan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
1 Suryadi 2 0 07.00 - 11.00 0 2.5 0 5 0 5
2 Samsuni 4 0 07.00 - 11.00 0 1.5 0 6 0 6
3 Parjono 2 0 07.00 - 11.00 0 2.5 0 5 0 5
4 Saeful Hadi 3 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 10.5 0 10.5
5 Umar Sa'id 2 0 07.00 - 11.00 0 1.5 0 3 0 3
6 Marjani 2 0 07.00 - 11.00 0 2.5 0 5 0 5
7 Mariyanto 2 0 07.00 - 11.00 0 3 0 6 0 6
8 Riyanto 2 0 07.00 - 11.00 0 3 0 6 0 6
9 Nur Hadi 2 0 07.00 - 11.00 0 3 0 6 0 6
10 Eko Hari Santoso 2 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 7 0 7
11 Senen 2 0 07.00 - 11.00 0 2.5 0 5 0 5
12 Imam Zarkoni 3 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 10.5 0 10.5
13 M. Sujarno 2 0 07.00 - 11.00 0 2 0 4 0 4
14 M. Nur Hadi 2 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 7 0 7
15 Karsimin 3 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 10.5 0 10.5
16 Yusron Dikri 2 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 7 0 7
17 Kamsi 3 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 10.5 0 10.5
18 Solekan 2 0 07.00 - 11.00 0 2.5 0 5 0 5
19 Bagus Supanji 2 0 07.00 - 11.00 0 4 0 8 0 8
20 Moh. Syakur 2 0 07.00 - 11.00 0 3.5 0 7 0 7
21 Basri 2 0 07.00 - 11.00 0 2 0 4 0 4
22 Imam Busuri 2 0 07.00 - 11.00 0 1.5 0 3 0 3
129
Lanjutan Lampiran 5.9 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pemupukan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pemupukan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
23 Irfan 2 0 07.00 - 11.00 0 2 0 4 0 4
24 Sugiyono 2 0 07.00 - 11.00 0 1.5 0 3 0 3
25 Abdul Wahid 2 0 07.00 - 11.00 0 2.5 0 5 0 5
26 Haris 2 0 07.00 - 11.00 0 1.5 0 3 0 3
27 Iskanar 2 0 07.00 - 11.00 0 2.5 0 5 0 5
28 M. Suja'i 2 0 07.00 - 11.00 0 1.5 0 3 0 3
29 Mursid 2 0 07.00 - 11.00 0 1.5 0 3 0 3
30 Zainal Abidin 2 0 07.00 - 11.00 0 2 0 4 0 4
31 Hasan Basri 2 0 07.00 - 11.00 0 2 0 4 0 4
32 Mualim 2 0 07.00 - 11.00 0 2 0 4 0 4
33 Sunhaji 3 0 07.00 - 11.00 0 3 0 9 0 9
34 M. Sodik 2 0 07.00 - 11.00 0 4 0 8 0 8
Jumlah 196 0 196
Rata-rata 5.76 0.00 5.76
Maksimal 10.5 0 10.5
Minimal 3 0 3
Standar Deviasi 2.37 0.00 2.37
130
Lampiran 5.10 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengendalian Hama Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pengendalian Hama Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
1 Suryadi 2 0 07.00 - 11.00 0 7.5 0 15 0 15
2 Samsuni 2 0 07.00 - 11.00 0 6.5 0 13 0 13
3 Parjono 2 0 07.00 - 11.00 0 7.5 0 15 0 15
4 Saeful Hadi 3 0 07.00 - 11.00 0 8.5 0 25.5 0 25.5
5 Umar Sa'id 2 0 07.00 - 11.00 0 6.5 0 13 0 13
6 Marjani 2 0 07.00 - 11.00 0 7.5 0 15 0 15
7 Mariyanto 2 0 07.00 - 11.00 0 6.5 0 13 0 13
8 Riyanto 2 0 07.00 - 11.00 0 10 0 20 0 20
9 Nur Hadi 2 0 07.00 - 11.00 0 8 0 16 0 16
10 Eko Hari Santoso 2 0 07.00 - 11.00 0 6 0 12 0 12
11 Senen 2 0 07.00 - 11.00 0 7.5 0 15 0 15
12 Imam Zarkoni 3 0 07.00 - 11.00 0 8.5 0 25.5 0 25.5
13 M. Sujarno 2 0 07.00 - 11.00 0 7 0 14 0 14
14 M. Nur Hadi 2 0 07.00 - 11.00 0 8.5 0 17 0 17
15 Karsimin 3 0 07.00 - 11.00 0 8.5 0 25.5 0 25.5
16 Yusron Dikri 2 0 07.00 - 11.00 0 8.5 0 17 0 17
17 Kamsi 3 0 07.00 - 11.00 0 8.5 0 25.5 0 25.5
18 Solekan 2 0 07.00 - 11.00 0 5 0 10 0 10
19 Bagus Supanji 2 0 07.00 - 11.00 0 9 0 18 0 18
20 Moh. Syakur 2 0 07.00 - 11.00 0 8.5 0 17 0 17
21 Basri 2 0 07.00 - 11.00 0 7.5 0 15 0 15
22 Imam Busuri 2 0 07.00 - 11.00 0 7 0 14 0 14
131
Lanjutan Lampiran 5.10 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pengendalian Hama Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli
2018
No Nama Petani
Pengendalian Hama Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
23 Irfan 2 0 07.00 - 11.00 0 5 0 10 0 10
24 Sugiyono 2 0 07.00 - 11.00 0 6 0 12 0 12
25 Abdul Wahid 2 0 07.00 - 11.00 0 10 0 20 0 20
26 Haris 2 0 07.00 - 11.00 0 9 0 18 0 18
27 Iskanar 2 0 07.00 - 11.00 0 10 0 20 0 20
28 M. Suja'i 2 0 07.00 - 11.00 0 9 0 18 0 18
29 Mursid 2 0 07.00 - 11.00 0 8 0 16 0 16
30 Zainal Abidin 2 0 07.00 - 11.00 0 7.5 0 15 0 15
31 Hasan Basri 2 0 07.00 - 11.00 0 7.5 0 15 0 15
32 Mualim 2 0 07.00 - 11.00 0 9 0 18 0 18
33 Sunhaji 2 0 07.00 - 11.00 0 10 0 20 0 20
34 M. Sodik 2 0 07.00 - 11.00 0 10 0 20 0 20
Jumlah 573 0 573
Rata-rata 16.85 0.00 16.85
Maksimal 25.5 0 25.5
Minimal 10 0 10
Standar Deviasi 4.20 0.00 4.20
132
Lampiran 5.11 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pemanenan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pemanenan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
1 Suryadi 20 0 07.00 - 16.00 0 1 0 20 0 20
2 Samsuni 13 0 07.00 - 16.00 0 1 0 13 0 13
3 Parjono 11 0 07.00 - 16.00 0 1 0 11 0 11
4 Saeful Hadi 15 0 07.00 - 16.00 0 1 0 15 0 15
5 Umar Sa'id 17 0 07.00 - 16.00 0 1 0 17 0 17
6 Marjani 6 0 07.00 - 16.00 0 1 0 6 0 6
7 Mariyanto 8 0 07.00 - 16.00 0 1 0 8 0 8
8 Riyanto 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
9 Nur Hadi 12 0 07.00 - 16.00 0 1 0 12 0 12
10 Eko Hari Santoso 8 0 07.00 - 16.00 0 1 0 8 0 8
11 Senen 12 0 07.00 - 16.00 0 1 0 12 0 12
12 Imam Zarkoni 9 0 07.00 - 16.00 0 1 0 9 0 9
13 M. Sujarno 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
14 M. Nur Hadi 11 0 07.00 - 16.00 0 1 0 11 0 11
15 Karsimin 20 0 07.00 - 16.00 0 1 0 20 0 20
16 Yusron Dikri 20 0 07.00 - 16.00 0 1 0 20 0 20
17 Kamsi 20 0 07.00 - 16.00 0 1 0 20 0 20
18 Solekan 17 0 07.00 - 16.00 0 1 0 17 0 17
19 Bagus Supanji 12 0 07.00 - 16.00 0 1 0 12 0 12
20 Moh. Syakur 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
21 Basri 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
22 Imam Busuri 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
133
Lanjutan Lampiran 5.11 Data Jumlah dan Jam Tenaga Kerja Pemanenan Usahatani Kubis Di Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani
Pemanenan Total
Tenaga
Kerja laki-
laki
Total
Tenaga
Kerja
Perempuan
Total
Keseluruh
an Tenaga
kerja
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
(hari)
L P L P L P
23 Irfan 12 0 07.00 - 16.00 0 1 0 12 0 12
24 Sugiyono 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
25 Abdul Wahid 12 0 07.00 - 16.00 0 1 0 12 0 12
26 Haris 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
27 Iskanar 12 0 07.00 - 16.00 0 1 0 12 0 12
28 M. Suja'i 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
29 Mursid 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
30 Zainal Abidin 8 0 07.00 - 16.00 0 1 0 8 0 8
31 Hasan Basri 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
32 Mualim 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
33 Sunhaji 15 0 07.00 - 16.00 0 1 0 15 0 15
34 M. Sodik 10 0 07.00 - 16.00 0 1 0 10 0 10
Jumlah 410 0 410
Rata-rata 12.06 0.00 12.06
Maksimal 20 0 20
Minimal 6 0 6
Standar Deviasi 3.77 0.00 3.77
134
Lampiran 5.12 Data Jumlah Keseluruhan Tenaga Kerja Usahatani Kubis di Desa Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Total Tenaga Kerja Laki-laki
(HOK)
Total Tenaga Kerja Perempuan
(HOK)
Total Keseluruhan Tenaga Kerja
(HOK)
1 Suryadi 73.5 10.5 84
2 Samsuni 56 31.5 87.5
3 Parjono 79 0 79
4 Saeful Hadi 109.5 15 124.5
5 Umar Sa'id 55 10.5 65.5
6 Marjani 84 0 84
7 Mariyanto 79 0 79
8 Riyanto 84 0 84
9 Nur Hadi 65.5 0 65.5
10 Eko Hari Santoso 75 0 75
11 Senen 90 0 90
12 Imam Zarkoni 97 4.5 101.5
13 M. Sujarno 66 0 66
14 M. Nur Hadi 90 0 90
15 Karsimin 113 0 113
16 Yusron Dikri 75.5 2.5 78
17 Kamsi 115 0 115
18 Solekan 88 0 88
19 Bagus Supanji 90 5 95
20 Moh. Syakur 67 1.5 68.5
21 Basri 63 0 63
22 Imam Busuri 63 12 75
23 Irfan 72.5 2.5 75
24 Sugiyono 64.5 3 67.5
25 Abdul Wahid 89.5 2.5 92
26 Haris 79 0 79
135
Lanjutan Lampiran 5.12 Data Jumlah Keseluruhan Tenaga Kerja Usahatani Kubis di Desa Desa Sumberejo Bulan April- Juli 2018
No Nama Petani Total Tenaga Kerja Laki-laki
(HOK)
Total Tenaga Kerja Perempuan
(HOK)
Total Keseluruhan Tenaga Kerja
(HOK)
27 Iskanar 101 0 101
28 M. Suja'i 69 3 72
29 Mursid 83 0 83
30 Zainal Abidin 62.5 0 62.5
31 Hasan Basri 73 12 85
32 Mualim 74.5 2.5 77
33 Sunhaji 87 22.5 109.5
34 M. Sodik 80 0 80
Jumlah 2713.5 141 2854.5
Rata-rata 79.81 4.15 83.96
Maksimal 115 31.5 124.5
Minimal 55 0 62.5
Standar Deviasi 15.28 7.26 15.53
136
Lampiran 5.13 Data Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Tahun 2018
No Nama Petani Produksi
(kg)
Luas
Lahan (ha)
Tenaga
Kerja
(HOK)
Pupuk
Urea
(kg)
Pupuk ZA
(kg)
Pupuk
Npk
(kg)
Pupuk
Organik
(kg)
Pestisida
(ml) Bibit (unit)
1 Suryadi 22000 0.5 84 200 100 100 400 2200 11000
2 Samsuni 14000 0.5 87.5 300 200 320 100 1350 14000
3 Parjono 12000 0.25 79 300 100 100 100 1200 8000
4 Saeful Hadi 16500 0.5 124.5 200 200 350 400 2500 14000
5 Umar Sa'id 13000 0.125 65.5 450 100 50 100 1000 8000
6 Marjani 11000 0.25 84 300 100 200 200 750 6000
7 Mariyanto 10000 0.25 79 300 200 200 100 1850 5500
8 Riyanto 15000 0.33 84 300 150 150 250 1450 12000
9 Nur Hadi 10000 0.25 65.5 300 100 150 250 1150 6000
10 Eko Hari Santoso 20000 0.5 75 300 200 200 100 1450 12000
11 Senen 20000 0.5 90 500 200 400 200 1150 12000
12 Imam Zarkoni 18000 0.5 101.5 1000 250 500 1000 3000 12500
13 M. Sujarno 8000 0.25 66 300 200 100 400 2000 6000
14 M. Nur Hadi 15000 0.25 90 250 100 250 500 1500 6000
15 Karsimin 12000 0.5 113 500 200 200 500 5000 6000
16 Yusron Dikri 10000 0.25 78 250 250 500 250 1800 3000
17 Kamsi 16000 0.5 115 800 200 500 1000 3600 6000
18 Solekan 12000 0.25 88 500 100 250 700 1250 3500
19 Bagus Supanji 14000 0.5 95 600 200 300 1000 2000 6000
20 Moh. Syakur 5000 0.125 68.5 100 100 200 200 1400 1500
21 Basri 20000 0.5 63 200 100 200 1000 1100 10000
22 Imam Busuri 14000 0.5 75 500 300 150 500 1700 12000
137
Lanjutan Lampiran 5.13 Data Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Bulan April-Juli Tahun 2018
No Nama Petani Produksi
(kg)
Luas
Lahan (ha)
Tenaga
Kerja
(HOK)
Pupuk
Urea
(kg)
Pupuk ZA
(kg)
Pupuk
Npk
(kg)
Pupuk
Organik
(kg)
Pestisida
(ml) Bibit (unit)
23 Irfan 18000 0.5 75 300 200 100 300 1700 11000
24 Sugiyono 20000 0.5 67.5 150 200 100 200 1700 12000
25 Abdul Wahid 22000 0.5 92 150 200 500 300 340 12000
26 Haris 11000 0.25 79 200 100 700 500 1700 6000
27 Iskanar 20000 0.5 101 500 200 100 500 3400 12000
28 M. Suja'i 8000 0.25 72 100 100 500 100 2100 7000
29 Mursid 17000 0.5 83 200 100 200 200 2200 11000
30 Zainal Abidin 12000 0.25 62.5 300 150 100 200 1700 6000
31 Hasan Basri 25000 0.5 85 300 200 100 500 2900 15000
32 Mualim 18000 0.5 77 200 100 200 200 3200 10000
33 Sunhaji 45000 1 109.5 800 400 400 1500 4000 24000
34 M. Sodik 20000 0.5 80 200 100 50 500 2700 12000
Jumlah 543500 13.83 2854.5 11850 5700 8420 14250 68040 319000
Rata-rata 15990 0.41 83.96 348.53 167.65 247.65 419.12 2001.18 9382.35
Maksimal 45000 1 124.5 1000 400 700 1500 5000 24000
Minimal 5000 0.125 62.5 100 100 50 100 340 1500
Standar Deviasi 696 0.17 15.53 207.61 70.58 163.97 335.07 992.79 4355.52
138
Lampiran 5.14 Data Faktor yang Mempengaruhi efisiensi Teknis Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Tahun 2018
No Nama Petani Umur (thn) Pengalaman
Usahatani (thn)
Pendidikan
Formal (thn)
Dummy
Kepemilikan
Lahan
kepemilikan lahan
1 Suryadi 46 23 12 1 Milik sendiri
2 Samsuni 43 20 9 1 Milik sendiri
3 Parjono 40 19 6 1 Milik sendiri
4 Saeful Hadi 47 8 12 1 Milik sendiri
5 Umar Sa'id 62 22 6 1 Milik sendiri
6 Marjani 42 18 6 1 Milik sendiri
7 Mariyanto 35 10 9 0 Sewa
8 Riyanto 55 20 6 1 Milik sendiri
9 Nur Hadi 35 14 9 1 Milik sendiri
10 Eko Hari Santoso 35 10 12 1 Milik sendiri
11 Senen 60 29 6 0 Sewa
12 Imam Zarkoni 50 5 9 1 Milik sendiri
13 M. Sujarno 32 10 12 0 Sewa
14 M. Nur Hadi 49 8 12 0 Sewa
15 Karsimin 42 2 6 0 Sewa
16 Yusron Dikri 35 6 9 0 Sewa
17 Kamsi 50 6 6 1 Milik sendiri
18 Solekan 38 5 9 0 Sewa
19 Bagus Supanji 45 18 12 0 Sewa
20 Moh. Syakur 39 3 9 0 Sewa
21 Basri 60 20 13 1 Milik sendiri
22 Imam Busuri 45 10 12 1 Milik sendiri
23 Irfan 55 11 16 0 Sewa
24 Sugiyono 60 7 6 0 Sewa
25 Abdul Wahid 48 12 6 1 Milik sendiri
26 Haris 32 5 9 1 Milik sendiri
139
Lanjutan Lampiran 5.14 Data Faktor yang Mempengaruhi efisiensi Teknis Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Tahun 2018
No Nama Petani Umur (thn) Pengalaman
Usahatani (thn)
Pendidikan
Formal (thn)
Dummy
Kepemilikan
Lahan
kepemilikan lahan
27 Iskanar 42 14 6 1 Milik sendiri
28 M. Suja'i 37 10 6 1 Milik sendiri
29 Mursid 52 8 6 0 Sewa
30 Zainal Abidin 55 20 6 0 Sewa
31 Hasan Basri 60 19 6 0 Milik sendiri
32 Mualim 50 15 16 0 Milik sendiri
33 Sunhaji 55 28 6 0 Milik sendiri
34 M. Sodik 40 13 12 0 Sewa
Jumlah 1571 448 303 48
Rata-rata 46.21 13.18 8.91 1.41
Maksimal 62 29 16 2
Minimal 32 2 6 1
Standar Deviasi 8.98 7.09 3.12 0.50
140
Lampiran 5.15 Data Logaritma Natural (Ln) Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Bulan April- Juli
2018
No Nama Petani Ln Produksi (kg) Ln Luas
Lahan (ha)
Ln Tenaga
Kerja (HOK)
Ln Pupuk
Npk (kg)
Ln Pupuk
Organik (kg)
Ln Pestisida
(ml) Ln Bibit (unit)
1 Suryadi 9.998798 -0.69315 4.430817 4.60517 5.991465 7.696213 9.305651
2 Samsuni 9.546813 -0.69315 4.471639 5.768321 4.60517 7.20786 9.546813
3 Parjono 9.392662 -1.38629 4.369448 4.60517 4.60517 7.090077 8.987197
4 Saeful Hadi 9.711116 -0.69315 4.824306 5.857933 5.991465 7.824046 9.546813
5 Umar Sa'id 9.472705 -2.07944 4.18205 3.912023 4.60517 6.907755 8.987197
6 Marjani 9.305651 -1.38629 4.430817 5.298317 5.298317 6.620073 8.699515
7 Mariyanto 9.21034 -1.38629 4.369448 5.298317 4.60517 7.522941 8.612503
8 Riyanto 9.615805 -1.10866 4.430817 5.010635 5.521461 7.279319 9.392662
9 Nur Hadi 9.21034 -1.38629 4.18205 5.010635 5.521461 7.047517 8.699515
10 Eko Hari S 9.903488 -0.69315 4.317488 5.298317 4.60517 7.279319 9.392662
11 Senen 9.903488 -0.69315 4.49981 5.991465 5.298317 7.047517 9.392662
12 Imam Zarkoni 9.798127 -0.69315 4.620059 6.214608 6.907755 8.006368 9.433484
13 M. Sujarno 8.987197 -1.38629 4.189655 4.60517 5.991465 7.600902 8.699515
14 M. Nur Hadi 9.615805 -1.38629 4.49981 5.521461 6.214608 7.31322 8.699515
15 Karsimin 9.392662 -0.69315 4.727388 5.298317 6.214608 8.517193 8.699515
16 Yusron Dikri 9.21034 -1.38629 4.356709 6.214608 5.521461 7.495542 8.006368
17 Kamsi 9.680344 -0.69315 4.744932 6.214608 6.907755 8.188689 8.699515
18 Solekan 9.392662 -1.38629 4.477337 5.521461 6.55108 7.130899 8.160518
19 Bagus Supanji 9.546813 -0.69315 4.553877 5.703782 6.907755 7.600902 8.699515
20 Moh. Syakur 8.517193 -2.07944 4.226834 5.298317 5.298317 7.244228 7.31322
21 Basri 9.903488 -0.69315 4.143135 5.298317 6.907755 7.003065 9.21034
22 Imam Busuri 9.546813 -0.69315 4.317488 5.010635 6.214608 7.438384 9.392662
141
Lanjutan Lampiran 5.15 Data Logaritma Natural (Ln) Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo Bulan
April- Juli 2018
No Nama Petani Ln Produksi (kg) Ln Luas
Lahan (ha)
Ln Tenaga
Kerja (HOK)
Ln Pupuk
Npk (kg)
Ln Pupuk
Organik (kg)
Ln Pestisida
(ml) Ln Bibit (unit)
23 Irfan 9.798127 -0.69315 4.317488 4.60517 5.703782 7.438384 9.305651
24 Sugiyono 9.903488 -0.69315 4.212128 4.60517 5.298317 7.438384 9.392662
25 Abdul Wahid 9.998798 -0.69315 4.521789 6.214608 5.703782 5.828946 9.392662
26 Haris 9.305651 -1.38629 4.369448 6.55108 6.214608 7.438384 8.699515
27 Iskanar 9.903488 -0.69315 4.615121 4.60517 6.214608 8.131531 9.392662
28 M. Suja'i 8.987197 -1.38629 4.276666 6.214608 4.60517 7.649693 8.853665
29 Mursid 9.740969 -0.69315 4.418841 5.298317 5.298317 7.696213 9.305651
30 Zainal Abidin 9.392662 -1.38629 4.135167 4.60517 5.298317 7.438384 8.699515
31 Hasan Basri 10.12663 -0.69315 4.442651 4.60517 6.214608 7.972466 9.615805
32 Mualim 9.798127 -0.69315 4.343805 5.298317 5.298317 8.070906 9.21034
33 Sunhaji 10.71442 0 4.695925 5.991465 7.31322 8.29405 10.08581
34 M. Sodik 9.903488 -0.69315 4.382027 3.912023 6.214608 7.901007 9.392662
Jumlah 326.4357 -33.6866 150.097 180.0639 195.6632 254.3604 306.924
Rata-rata 9.60105 -0.99078 4.414617 5.295996 5.754799 7.481187 9.027175
Maksimal 3.806662 0 4.824306 6.55108 7.31322 8.517193 10.08581
Minimal 1.609438 -2.07944 4.135167 3.912023 4.60517 5.828946 7.31322
Standar Deviasi 0.400599 0.452929 0.177544 0.684497 0.77038 0.51927 0.534931
142
Lampiran 5.16 Hasil Uji Asumsi Klasik dengan Analisis SPSS
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Produksi 2.6933 .40060 34 Luas_lahan -.9908 .45293 34 Tenaga_Kerja 4.4146 .17754 34 Pupuk_NPK 5.2960 .68450 34 Pupuk_Organik 5.7548 .77038 34 Pestisida 7.4812 .51927 34 Bibit 9.0272 .53493 34
Correlations
Produksi Luas_lahan Tenaga_Kerja Pupuk_NPK Pupuk_Organik Pestisida Bibit
Pearson Correlation
Produksi 1.000 .825 .401 -.035 .404 .207 .840
Luas_lahan .825 1.000 .527 .165 .469 .402 .765
Tenaga_Kerja .401 .527 1.000 .456 .474 .422 .286
Pupuk_NPK -.035 .165 .456 1.000 .226 -.023 -.113
Pupuk_Organik .404 .469 .474 .226 1.000 .398 .133
Pestisida .207 .402 .422 -.023 .398 1.000 .166
Bibit .840 .765 .286 -.113 .133 .166 1.000
Sig. (1-tailed)
Produksi . .000 .009 .421 .009 .120 .000 Luas_lahan .000 . .001 .175 .003 .009 .000 Tenaga_Kerja .009 .001 . .003 .002 .006 .051 Pupuk_NPK .421 .175 .003 . .099 .449 .263 Pupuk_Organik .009 .003 .002 .099 . .010 .228 Pestisida .120 .009 .006 .449 .010 . .174 Bibit .000 .000 .051 .263 .228 .174 .
N
Produksi 34 34 34 34 34 34 34
Luas_lahan 34 34 34 34 34 34 34
Tenaga_Kerja 34 34 34 34 34 34 34
Pupuk_NPK 34 34 34 34 34 34 34
Pupuk_Organik 34 34 34 34 34 34 34
Pestisida 34 34 34 34 34 34 34
Bibit 34 34 34 34 34 34 34
143
Variables Entered/Removed
a
Model Variables Entered
Variables Removed
Method
1
Bibit, Pupuk_NPK, Pestisida, Pupuk_Organik, Tenaga_Kerja, Luas_lahan
b
. Enter
a. Dependent Variable: Produksi b. All requested variables entered.
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .911a .831 .793 .18231 2.243
a. Predictors: (Constant), Bibit, Pupuk_NPK, Pestisida, Pupuk_Organik, Tenaga_Kerja, Luas_lahan b. Dependent Variable: Produksi
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 4.398 6 .733 22.056 .000b
Residual .897 27 .033
Total 5.296 33 a. Dependent Variable: Produksi b. Predictors: (Constant), Bibit, Pupuk_NPK, Pestisida, Pupuk_Organik, Tenaga_Kerja, Luas_lahan
144
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. 95.0% Confidence Interval for B Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF
1
(Constant) -.680 1.687 -.403 .690 -4.142 2.782
Luas_lahan .323 .150 .366 2.159 .040 .016 .631 .219 4.572
Tenaga_Kerja .173 .256 .077 .678 .503 -.351 .698 .488 2.048
Pupuk_NPK -.073 .059 -.124 -1.233 .228 -.193 .048 .621 1.609
Pupuk_Organik .111 .053 .214 2.104 .045 .003 .220 .606 1.650
Pestisida -.113 .076 -.147 -1.497 .146 -.268 .042 .653 1.531
Bibit .390 .110 .520 3.531 .002 .163 .616 .289 3.462
a. Dependent Variable: Produksi
Collinearity Diagnostics
a
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) Luas_lahan Tenaga_Kerja Pupuk_NPK Pupuk_Organik Pestisida Bibit
1
1 6.801 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
2 .171 6.304 .00 .19 .00 .00 .00 .00 .00
3 .014 22.342 .00 .00 .00 .59 .02 .02 .00
4 .011 25.408 .00 .02 .00 .00 .73 .00 .02
5 .003 47.081 .00 .01 .00 .01 .12 .68 .08
6 .001 99.517 .00 .06 .85 .35 .08 .21 .23
7 .000 161.477 .99 .73 .15 .05 .05 .09 .68
a. Dependent Variable: Produksi
145
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 1.6164 3.5061 2.6933 .36508 34 Std. Predicted Value -2.950 2.226 .000 1.000 34 Standard Error of Predicted Value
.053 .133 .080 .020 34
Adjusted Predicted Value 1.6202 3.3818 2.6880 .36958 34 Residual -.38211 .30053 .00000 .16491 34 Std. Residual -2.096 1.648 .000 .905 34 Stud. Residual -2.264 1.960 .012 1.022 34 Deleted Residual -.44572 .46475 .00527 .21311 34 Stud. Deleted Residual -2.468 2.077 .007 1.059 34 Mahal. Distance 1.841 16.680 5.824 3.625 34 Cook's Distance .000 .444 .045 .086 34 Centered Leverage Value .056 .505 .176 .110 34
a. Dependent Variable: Produksi
146
146
Charts
147
147
Lampiran 5.17 Data Flowchart Analisis Frontier
2 1=Error Components Model. 2=Te Effects Model
azai.dta Data File Name
fix.out Output File Name
1 1=Production Function. 2=Cost Function
Y Logged Dependent Variable (Y/N)
34 Number Of Cross-Sections
1 Number Of Time Periods
34 Number Of Observations In Total
6 Number Of Regressor Variables (Xs)
Y Mu (Y/N) [Or Delta0 (Y/N) If Using Te Effects Model]
4 Eta (Y/N) [Or Number Of Te Effects Regressors (Zs)]
N Starting Values (Y/N)
If Yes Then Beta0
Beta1 To
Betak
Sigma Squared
Gamma
Mu [Or Delta0
Eta Delta1 To
Deltap]
Note: If You Are Supplying Starting Values
And You Have Restricted Mu [Or Delta0] To Be
Zero Then You Should Not Supply A Starting
Value For This Parameter.
148
148
Lampiran 5.18 Data Hasil Output Analisis Frontier
Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)
instruction file = terminal
data file = azai.dta
Tech. Eff. Effects Frontier (see B&C 1993)
The model is a production function
The dependent variable is logged
the ols estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 0.62277278E+01 0.16870769E+01 0.36914309E+01
beta 1 0.32341183E+00 0.14983066E+00 0.21585157E+01
beta 2 0.17347098E+00 0.25580617E+00 0.67813445E+00
beta 3 -0.72549029E-01 0.58818563E-01 -0.12334376E+01
beta 4 0.11130255E+00 0.52910421E-01 0.21036037E+01
beta 5 -0.11319198E+00 0.75610271E-01 -0.14970450E+01
beta 6 0.38976208E+00 0.11038447E+00 0.35309503E+01
sigma-squared 0.33237088E-01
log likelihood function = 0.13544505E+02
the estimates after the grid search were :
beta 0 0.63975130E+01
beta 1 0.32341183E+00
beta 2 0.17347098E+00
beta 3 -0.72549029E-01
beta 4 0.11130255E+00
beta 5 -0.11319198E+00
beta 6 0.38976208E+00
delta 0 0.00000000E+00
delta 1 0.00000000E+00
delta 2 0.00000000E+00
delta 3 0.00000000E+00
delta 4 0.00000000E+00
sigma-squared 0.55221166E-01
gamma 0.82000000E+00
149
149
iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.14059253E+02
0.63975130E+01 0.32341183E+00 0.17347098E+00-0.72549029E-01
0.11130255E+00
-0.11319198E+00 0.38976208E+00 0.00000000E+00 0.00000000E+00
0.00000000E+00
0.00000000E+00 0.00000000E+00 0.55221166E-01 0.82000000E+00
gradient step
iteration = 5 func evals = 40 llf = 0.15631467E+02
0.63965812E+01 0.32382079E+00 0.16722891E+00-0.78249618E-01
0.11964225E+00
-0.10427156E+00 0.38391927E+00 0.41620474E-02-0.67019278E-02-
0.23371821E-02
0.35330207E-01 0.86689138E-02 0.57612705E-01 0.81945929E+00
iteration = 10 func evals = 57 llf = 0.16352318E+02
0.63782982E+01 0.27630473E+00 0.58229213E-02-0.47524685E-01
0.13385542E+00
-0.72327959E-01 0.40829545E+00 0.11510310E+00-0.71669802E-02-
0.72788852E-02
0.33976928E-01 0.14627648E+00 0.48264313E-01 0.81964431E+00
iteration = 15 func evals = 95 llf = 0.18012042E+02
0.56290305E+01 0.21239413E+00-0.38351791E-01 0.59969676E-02
0.13077103E+00
-0.54192346E-01 0.46363354E+00 0.60145261E+00-0.14425990E-01-
0.10161523E-01
0.15683196E-01 0.22359132E+00 0.42775298E-01 0.89308012E+00
iteration = 20 func evals = 148 llf = 0.18373452E+02
0.48702967E+01 0.15775440E+00-0.14875070E-01 0.18965691E-01
0.13132503E+00
-0.42377802E-01 0.50922876E+00 0.68142183E+00-0.18970440E-01-
0.18093656E-01
0.18320772E-01 0.34932930E+00 0.55766493E-01 0.94072386E+00
iteration = 25 func evals = 209 llf = 0.20995154E+02
0.37694341E+01 0.90463371E-01 0.50794340E-01 0.46350369E-01
0.12409632E+00
0.10224276E-01 0.54149304E+00 0.92382628E+00-0.21955160E-01-
0.20226984E-01
0.10254504E-01 0.40390105E+00 0.63518398E-01 0.99999999E+00
iteration = 30 func evals = 248 llf = 0.22020932E+02
0.36820378E+01 0.86372174E-01 0.10542575E+00 0.39725869E-01
0.11222012E+00
0.92676875E-02 0.53568600E+00 0.97691557E+00-0.23590596E-01-
0.21166125E-01
0.98527955E-02 0.39189131E+00 0.69215529E-01 0.99999999E+00
pt better than entering pt cannot be found
iteration = 34 func evals = 272 llf = 0.22025225E+02
150
150
0.36819820E+01 0.86369374E-01 0.10545984E+00 0.39721954E-01
0.11220744E+00
0.92671136E-02 0.53568247E+00 0.97694945E+00-0.23591628E-01-
0.21166755E-01
0.98525089E-02 0.39188365E+00 0.69218574E-01 0.99999999E+00
the final mle estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 0.36819820E+01 0.11567296E+01 0.31830964E+01
beta 1 0.86369374E-01 0.74177016E-01 0.11643684E+01
beta 2 0.10545984E+00 0.14393010E+00 0.73271566E+00
beta 3 -0.39721954E-01 0.27898623E-01 0.14237963E+01
beta 4 0.11220744E+00 0.26409360E-01 0.42487755E+01
beta 5 0.92671136E-02 0.60532774E-01 0.15309250E+00
beta 6 0.53568247E+00 0.70259826E-01 0.76243068E+01
delta 0 0.97694945E+00 0.37666021E+00 0.25937156E+01
delta 1 -0.23591628E-01 0.70950787E-02 -0.33250692E+01
delta 2 -0.21166755E-01 0.12617733E-01 -0.16775403E+01
delta 3 0.98525089E-02 0.20733136E-01 0.47520593E+00
delta 4 -0.39188365E+00 0.12064994E+00 0.32481048E+01
sigma-squared 0.69218574E-01 0.13689956E-01 0.50561577E+01
gamma 0.99999999E+00 0.11581065E-06 0.86347841E+07
log likelihood function = 0.22025225E+02
LR test of the one-sided error = 0.16961441E+02
with number of restrictions = 6
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]
number of iterations = 34
(maximum number of iterations set at : 100)
number of cross-sections = 34
number of time periods = 1
total number of observations = 34
thus there are: 0 obsns not in the panel
151
151
covariance matrix :
0.13380235E+01 0.69234810E-01 -0.11877119E+00 -0.31619502E-01
0.93792357E-02
-0.22505442E-01 -0.52040194E-01 -0.13384911E+00 0.16027861E-02
0.35453439E-02
0.79340357E-02 -0.99347572E-01 0.60635906E-03 -0.78098978E-07
0.69234810E-01 0.55022298E-02 -0.22802391E-02 -0.23985974E-02
0.33556987E-03
-0.11589432E-02 -0.38276390E-02 -0.77105314E-02 0.22602160E-03
0.30927487E-04
0.20277948E-03 -0.73320727E-02 -0.13797665E-03 -0.68834071E-08
-0.11877119E+00 -0.22802391E-02 0.20715875E-01 0.25147908E-02
0.14946566E-02
0.14748754E-02 -0.34833280E-03 0.18082945E-01 0.63328767E-03 -
0.97831453E-04
-0.25219025E-02 0.92201056E-02 -0.38001393E-02 0.21304628E-07
-0.31619502E-01 -0.23985974E-02 0.25147908E-02 0.77833315E-03 -
0.76455083E-03
0.21058448E-03 0.18059041E-02 0.31900553E-02 -0.20435858E-03
0.65026177E-05
0.83891589E-04 0.25008139E-02 0.55772673E-03 0.39340568E-09
0.93792357E-02 0.33556987E-03 0.14946566E-02 -0.76455083E-03
0.69745431E-03
-0.12168529E-02 0.57899147E-04 -0.87644780E-03 -0.14296819E-03 -
0.35656669E-04
0.25960959E-03 -0.17311754E-02 0.84112723E-03 -0.62799270E-08
-0.22505442E-01 -0.11589432E-02 0.14748754E-02 0.21058448E-03 -
0.12168529E-02
0.36642168E-02 -0.72961667E-03 0.71311819E-02 -0.83977321E-04 -
0.22704932E-03
-0.95984047E-04 -0.46027567E-03 0.13204258E-03 0.69808901E-09
-0.52040194E-01 -0.38276390E-02 -0.34833280E-03 0.18059041E-02
0.57899147E-04
-0.72961667E-03 0.49364431E-02 -0.15419093E-02 -0.19420774E-03 -
0.14019609E-03
0.22956043E-03 0.55935748E-02 0.84175478E-03 0.32484286E-09
-0.13384911E+00 -0.77105314E-02 0.18082945E-01 0.31900553E-02 -
0.87644780E-03
0.71311819E-02 -0.15419093E-02 0.14187291E+00 -0.18110546E-02
0.12275969E-02
-0.46598777E-02 -0.55758326E-02 -0.32203155E-02 0.37979122E-07
0.16027861E-02 0.22602160E-03 0.63328767E-03 -0.20435858E-03 -
0.14296819E-03
-0.83977321E-04 -0.19420774E-03 -0.18110546E-02 0.50340141E-04 -
0.73433075E-04
152
152
-0.28199669E-05 -0.15415133E-03 0.66806393E-04 -0.10326003E-08
0.35453439E-02 0.30927487E-04 -0.97831453E-04 0.65026177E-05 -
0.35656669E-04
-0.22704932E-03 -0.14019609E-03 0.12275969E-02 -0.73433075E-04
0.15920718E-03
0.27698716E-04 -0.75083659E-03 0.40537514E-04 -0.60109465E-09
0.79340357E-02 0.20277948E-03 -0.25219025E-02 0.83891589E-04
0.25960959E-03
-0.95984047E-04 0.22956043E-03 -0.46598777E-02 -0.28199669E-05
0.27698716E-04
0.42986291E-03 -0.17204195E-03 0.66384415E-04 -0.74313942E-09
-0.99347572E-01 -0.73320727E-02 0.92201056E-02 0.25008139E-02 -
0.17311754E-02
-0.46027567E-03 0.55935748E-02 -0.55758326E-02 -0.15415133E-03 -
0.75083659E-03
-0.17204195E-03 0.14556409E-01 0.18267084E-02 -0.20822671E-08
0.60635906E-03 -0.13797665E-03 -0.38001393E-02 0.55772673E-03
0.84112723E-03
0.13204258E-03 0.84175478E-03 -0.32203155E-02 0.66806393E-04
0.40537514E-04
0.66384415E-04 0.18267084E-02 0.18741488E-03 0.25513061E-08
-0.78098978E-07 -0.68834071E-08 0.21304628E-07 0.39340568E-09 -
0.62799270E-08
0.69808901E-09 0.32484286E-09 0.37979122E-07 -0.10326003E-08 -
0.60109465E-09
-0.74313942E-09 -0.20822671E-08 0.25513061E-08 0.13412107E-13
technical efficiency estimates :
firm year eff.-est.
1 1 0.99800236E+00
2 1 0.62275594E+00
3 1 0.81055422E+00
4 1 0.59970818E+00
5 1 0.97907997E+00
6 1 0.77851425E+00
7 1 0.79996568E+00
8 1 0.70101983E+00
9 1 0.71389776E+00
10 1 0.99991407E+00
11 1 0.88472823E+00
12 1 0.63082628E+00
153
153
13 1 0.54732015E+00
14 1 0.93651396E+00
15 1 0.68736138E+00
16 1 0.96453973E+00
17 1 0.81857350E+00
18 1 0.96686293E+00
19 1 0.74988400E+00
20 1 0.80202366E+00
21 1 0.86949800E+00
22 1 0.59013822E+00
23 1 0.85551701E+00
24 1 0.96012504E+00
25 1 0.93001947E+00
26 1 0.66760657E+00
27 1 0.82495253E+00
28 1 0.54700189E+00
29 1 0.81194504E+00
30 1 0.89384080E+00
31 1 0.93317986E+00
32 1 0.90876626E+00
33 1 0.99896138E+00
34 1 0.87094370E+00
mean efficiency = 0.81336888E+00
154
154
Lampiran 5.19 Kuisioner untuk Responden (Petani Kubis)
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUISIONER
Judul Penelitian : Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Usahatani Kubis di Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
Lokasi Penelitian : Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Tingkat Pendidikan Formal :
Pekerjaan :
a. Utama b. Sampingan
Alamat :
Telepon :
Pengalaman Usahatani :
Pewawancara
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Tanda Tangan
Responden
(...........................)
155
155
A. Gambaran Umum Usahatani Kubis
1. Sejak kapan Bapak melakukan usahatani kubis?
Jawab: ...............................................................................................................
2. Kenapa Bapak memilih usahatani kubis dibandingkan dengan usahatani lain?
Jawab: ..............................................................................................................
3. Apa kelebihan dalam usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
4. Apakah kondisi lingkungan di daerah Bapak sesuai untuk usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
5. Apakah syarat yang diperlukan dalam pelaksanaan usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
6. Kendala apa yang sering dihadapi saat melakukan usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
7. Pernahkah Bapak mengalami gagal panen dalam usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
8. Berapa modal awal yang dibutuhkan untuk memulai usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
9. Dari mana Bapak mendapatkan modal untuk usahatani kubis?
a. Sendiri
b. Lembaga Keuangan (Orang lain, Bank dan Koperasi)
10. Varietas kubis apa yang diusahakan di oleh Bapak dan kenapa memilih
varietas tersebut?
Jawab: ..............................................................................................................
11. Berapa luas lahan yang dimiliki dan produksi yang dihasilkan oleh bapak
dalam usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
Luas Lahan (Ha) Produksi (kg)
12. Berapa jumlah bibit yang digunakan dalam satu luas lahan yang diusahakan?
Jawab: ..............................................................................................................
13. Dari mana Bapak mendapatkan bibit kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
156
156
14. Apakah Bapak pernah mengikuti pelatihan tentang usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
15. Bagaimana status kepemilikan lahan yang Bapak gunakan untuk usahatani
kubis?
a. Milik Sendiri
b. Sewa
Alasan: ..................................................................................................................
B. Usahatani Kubis
1. Bagaimana cara pembudidayaan tanaman kubis sampai pada proses
pemanenan?
No Kegiatan Keterangan
1 Pengolahan Tanah
2 Penanaman
3 Pemupukan
4 Perawatan
5 Pengairan
6 Pengendalian Hama
7 Pemanenan
157
157
2. Berapa penggunaan pupuk kimia dalam satu luasan yang diusahakan?
No Jenis Pupuk Takaran
Pupuk (kg)
Waktu
Pemberian
(hari)
Tujuan
1
2
3
Tot
3. penggunaan pupuk organik dalam satu luasan yang digunakan?
Jawab: ..............................................................................................................
4. Dari mana Bapak mendapatkan pupuk yang digunakan?
Jawab: ..............................................................................................................
5. Berapa Jumlah tenaga kerja yang Bapak pekerjakan dalam usahatani kubis?
Jenis
Pekerjaan
Kebutuhan
Tenaga Kerja
(Orang)
Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
L P L P L P
Pengolahan
Tanah
Penanaman
Pemeliharaan
Pengairan
158
158
Pemupukan
Pengendalian
Hama
Pemanenan
6. Jenis pestisida yang digunakan usahatani kubis?
Jawab: ..............................................................................................................
No Jenis Merek Kebutuhan
Waku
Pemberian
(Hari)
Tujuan
7. Alasan Bapak memilih pestisida tersebut?
Jawab: ..............................................................................................................
8. Dari mana pestisida tersebut diperoleh?
Jawab: ..............................................................................................................
9. Bagaiman cara penggunaan pestisida tersebut?
Jawab: .............................................................................................................
159
159
DOKUMENTASI
Gambar 1. Jenis Benih untuk Pembibitan Usahatani Kubis di Desa Sumberejo
Gambar 2. Pembibitan Usahatani Kubis di Desa Sumberejo
160
160
Gambar 3. Kegiatan Wawancara dengan Petani Kubis di Desa Sumberejo
Gambar 4. Kegiatan Pemanenan Usahatani Kubis di Desa Sumberejo