98
ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN CIANJUR Oleh: FLORIYANA INDRA PUTRA H14080122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA

KABUPATEN CIANJUR

Oleh:

FLORIYANA INDRA PUTRA

H14080122

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

RINGKASAN

FLORIYANA INDRA PUTRA. Analisis Dayasaing dan Faktor-faktor yang

Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur (dibimbing oleh ALLA

ASMARA)

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dan fokus

pembangunan Kabupaten Cianjur. Ini dikarenakan kontribusi pariwisata yang

saat ini cukup tinggi terhadap perekonomian dan potensi pariwisata yang masih

tinggi untuk dikembangkan. Share sektor pariwisata terhadap pembentukan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Cianjur saat ini cukup tinggi dengan

kisaran 34,03 hingga 36,76 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan kontribusi yang

positif dari PAD Pariwisata ternyata menunjukkan pertumbuhan semu sektor

pariwisata karena ternyata tidak diikuti oleh peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan yang datang ke objek wisata. Dinas kebudayaan dan pariwisata

Kabupaten Cianjur menyatakan bahwa sebelas dari total lima belas objek wisata

yang ada di Kabupaten Cianjur sudah berkembang, tetapi hanya objek wisata yang

ada di kawasan Puncak-Cipanas saja yang saat ini sudah menjadi objek wisata

favorit wisatawan.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perkembangan dayasaing

industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Kemudian, menganalisis faktor-faktor apa

saja yang berpengaruh terhadap industri pariwisata tersebut. Setelah itu,

memberikan rekomendasi berupa saran kebijakan apa yang perlu diterapkan oleh

pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisis

dayasaing menggunakan metode Competitiveness Monitor. Analisis faktor-faktor

yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur menggunakan metode

regresi metode kuadrat terkecil (ordinary least square).

Perkembangan posisi dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur, yang

dianalisis dengan menggunakan metode competitiveness monitor, cenderung

menurun di beberapa indikator. Indikator perkembangan infrastruktur, indikator

keterbukaan, dan indikator pengaruh pariwisata menunjukkan pertumbuhan yang

negatif. indikator sosial, indikator sumberdaya manusia, indikator lingkungan, dan

indikator dayasaing tingkat harga cenderung konstan. Apabila dibandingkan

dengan Kabupaten Bogor, hanya indikator lingkungan dan indikator dayasaing

tingkat harga yang menunjukkan posisi yang lebih baik. Sedangkan, indikator

pengaruh pariwisata, indikator perkembangan infrastruktur, dan indikator

keterbukaan berada di posisi yang lebih rendah. Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi industri pariwisata yang dianalisis dengan metode regresi kuadrat

terkecil menunjukan bahwa jumlah restoran tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap pariwisata Cianjur, sedangkan jumlah hotel, jalan berkualitas baik,

presentase tingkat hunian kamar hotel, dan presentase tingkat pendidikan tenaga

kerja pariwisata menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dengan nilai

koefisien masing-masing variabel; 3,0994, 0,5584, 0,05470, dan 0,04364.

Pemerintah Kabupaten Cianjur harus lebih meningkatkan posisi dayasaing

pariwisata agar wisatawan lebih tertarik untuk datang. Indikator-indikator yang

Page 3: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

berada di posisi lebih rendah harus lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah,

selain itu faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pariwisata juga harus lebih diperhatikan lagi untuk meningkatkan kinerja sektor

pariwisata. Pemerintah juga harus lebih fokus terhadap pembangunan pariwisata

di wilayah Cianjur Tengah dan Cianjur Selatan karena disana masih banyak

potensi wisata yang dapat dieksplorasi.

Page 4: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA

KABUPATEN CIANJUR

Oleh

FLORIYANA INDRA PUTRA

H14080122

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 5: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

Judul Skripsi : Analisis Dayasaing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi

Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur.

Nama : Floriyana Indra Putra

NIM : H14080122

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si.

NIP. 19730113 199702 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan :

Page 6: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2012

Floriyana Indra Putra

H14080122

Page 7: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 2 November 1990

dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ir. H. Staji

Muhamad dan Hj. Juariah Murkana, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1996 sampai dengan tahun

1998 di SD Negeri 1 Tegallega. Kemudian pindah ke SD Negeri 1 Cipanas pada

tahun 1998 hingga lulus di tahun 2002. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan

lanjutan tingkat pertama dari tahun 2002 sampai tahun 2005 di SMP Negeri 1

Pacet. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA

Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui jalur SNMPTN kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu

Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Departemen Ilmu Ekonomi dengan

Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada

tingkat pertama penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Tjianjur

(HIMAT) sebagai anggota. Tingkat dua penulis aktif di Organisasi Forum

Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) dan Sharia Economics Student

Club (SES-C). Tingkat tiga penulis kembali aktif di organisasi SES-C sebagai

Koordinator Divisi Eksternal serta Badan Pengawas HIPOTESA (BP-Hipotesa)

yang diamanahkan sebagai Ketua.

Page 8: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah,

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam tak lupa tercurah ke Rasulullah Muhammad SAW dan kita

semua sebagai pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Analisis

Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata

Kabupaten Cianjur” ini merupakan hasil karya penulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi,

Fakutlas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat

banyak kekurangan yang dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki. Namun pada akhirnya, karya ini berhasil penulis

selesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin

menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya.

2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalui memberikan do’a, dukungan, dan

dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Kakak dan adik

yang memberikan semangat dan dukungan moral tanpa henti.

3. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si., atas bimbingan dan masukan dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Muhammad Firdaus, sebagai penguji utama dan Dr. Muhammad Findi,

sebagai penguji komisi pendidikan atas kritik dan masukan yang positif

dalam penyempurnaan penulisan.

5. Seluruh dosen khususnya staf dosen Ilmu Ekonomi yang tanpa pamrih

memberikan ilmu serta pengalamannya dalam empat tahun penulis belajar di

Institut Pertanian Bogor.

6. Kepala Tata Usaha beserta staf pelaksana Departemen Ilmu Ekonomi yang

telah membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Jajaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Dinas

Pendapatan Kabupaten Cianjur, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten

Page 9: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

Cianjur, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur atas bantuan dan

kerjasamanya dalam proses pencarian data.

8. Fatia Ajeng Lestari atas kebersamaan dan dukungannya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh rekan-rekan di Ilmu Ekonomi 45, Sharia Economics Student Club

(SES-C), Formasi, dan DR D 15.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis mengharapkan masukan-masukan positif dari semua

pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak. Amin ya Robbal’ alamin.

Bogor, Juni 2012

Floriyana Indra Putra

H14080122

Page 10: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 10

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................. 11

2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11

2.1.1. Pengertian Pariwisata .......................................................... 11

2.1.2. Industri Pariwisata .............................................................. 12

2.1.3. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian ............................ 14

2.1.4. Pariwisata dari Sisi Permintaan ........................................... 16

2.1.5. Pariwisata dari Sisi Penawaran ............................................ 16

2.1.6. Teori Dayasaing .................................................................. 18

2.1.7. Competitiveness Monitor .................................................... 19

2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 20

2.3. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 24

III.METODE PENELITIAN .................................................................... 27

3.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 27

3.2. Metode Analisis Dayasaing .......................................................... 28

3.2.1. Analisis Competitiveness Monitor ....................................... 28

3.2.2. Uji t Dua Sampel Independen.............................................. 30

3.3. Metode Analisis ............................................................................ 31

3.3.1. Analisis Regresi Berganda .................................................. 31

Page 11: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

ii

3.3.2. Model Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor

Pariwisata Kabupten Cianjur .............................................. 32

3.4. Identifikasi Model ........................................................................ 34

3.4.1. Uji Kriteria Statistik ............................................................ 34

3.4.2. Uji Kriteria Ekonometrika ................................................... 37

IV. GAMBARAN UMUM ...................................................................... 42

4.1. Kondisi Umum Kabupaten Cianjur ............................................. 42

4.2. Potensi Pariwisata Kabupaten Cianjur ........................................ 44

4.2.1. Daya Tarik Wisata Alam .................................................. 45

4.2.2. Daya Tarik Wisata Budaya ............................................... 51

4.2.3. Daya Tarik Wisata Buatan ................................................ 54

4.3. Perkembangan Jumlah Wisatawan .............................................. 55

4.4. Akomodasi Pariwisata Kabupaten Cianjur .................................. 56

V. PEMBAHASAN ............................................................................... 59

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur ......... 59

5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata

Kabupaten Cianjur ..................................................................... 69

5.2.1. Identifikasi Model ............................................................ 70

5.2.1.1. Uji Kriteria Statistik .............................................. 70

5.2.1.2. Uji Kriteria Ekonometrika .................................... 70

5.2.2. Estimasi Koefisien ............................................................ 72

5.3. Kebijakan Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur ......................... 74

VI. KESIMPULAN ................................................................................. 77

6.1. Kesimpulan ................................................................................ 77

6.2. Saran .......................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 80

LAMPIRAN ........................................................................................... 83

Page 12: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Share Indikator-indikator Pariwisata Terpilih Terhadap Indikator-

indikator Makro Ekonomi Indonesia .............................................. 2

1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode

2005-2009 ....................................................................................... 3

1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Cianjur Menurut Kelompok Sektor ..... 5

1.4. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur dari Sektor

Pariwisata Periode 2006-2010 ........................................................ 5

2.1. Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata ....................................... 13

2.2. Objek-objek Wisata di Kabupaten Cianjur....................................... 24

3.1. Data, Satuan, dan Sumber Data ....................................................... 27

4.1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Kabupaten

Cianjur ............................................................................................ 55

4.2. Akomodasi Pariwisata yang Terdapat di Kabupaten Cianjur pada

Tahun 2011 ..................................................................................... 56

4.3. Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap di Kabupaten Cianjur

Tahun 2008-2010 ............................................................................ 57

5.1. Perkembangan Indikator Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur

dan Kabupaten Bogor periode 2006-2010........................................ 59

5.2. Indikator Lingkungan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor

periode 2009 dan 2011 .................................................................. 63

5.3. Pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke

akomodasi hotel di Kabupaten Cianjur periode 2006-2010 .............. 66

5.4. Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

Bogor ............................................................................................ 68

5.5. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri

Pariwisata Kabupaten Cianjur ......................................................... 69

Page 13: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 26

4.1. Peta Pariwisata Kabupaten Cianjur .................................................. 58

Page 14: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri

Pariwisata Kabupaten Cianjur............................................................ 83

Page 15: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan

menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

United Nations World Tourism Organizaton (UNWTO) melaporkan pertumbuhan

industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah

kunjungan internasional wisatawan mencapai angka 980 juta kunjungan. Jumlah

kunjungan wisatawan ini menunjukkan peningkatan sebesar 4-5 persen

dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan industri pariwisata dunia yang positif berdampak juga

terhadap sektor pariwisata Indonesia. Pertumbuhan pariwisata Indonesia

menunjukkan kinerja yang sangat baik dengan tingkat pertumbuhan mencapai 9,5

persen di tahun 2010. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang

pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak 4.871.351 wisatawan. Jumlah

tersebut meningkat hampir dua kali lipat hingga mencapai 7.002.944 wisatawan

pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini memperlihatkan bahwa

Indonesia, khususnya sektor pariwisata, semakin dikenal masyarakat internasional.

Dari tahun 2000 hingga 2008, pertumbuhan kontribusi industri pariwisata

terhadap beberapa indikator makro menunjukkan tren menurun. Meskipun

demikian apabila dilihat dari segi nilai, hampir semua indikator menunjukkan

peningkatan. Pada tahun 2000, output sektor pariwisata memberikan kontribusi

sebesar Rp.238,60 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp.499,67 triliun pada

Page 16: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

2

tahun 2008. Kontribusi GDP meningkat dari Rp.128,31 triliun menjadi Rp.232,93

triliun. Berbeda dengan indikator lainnya, kesempatan kerja mengalami

pertumbuhan negatif dimana kontribusi kesempatan kerja sektor pariwisata yang

sebelumnya sebanyak 7,36 juta orang di tahun 2000 turun menjadi 7,02 juta orang

di tahun 2008.

Tabel 1.1. Share Indikator-indikator Pariwisata Terpilih Terhadap

Indikator-indikator Makro Ekonomi Indonesia (%) Indikator 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Output 9,27 7,88 6,15 6,01 5,43 5,15 4,62 4,62 5,06

GDP 9,38 7,72 6,14 5,55 5,01 5,27 4,30 4,29 4,70

Pajak Tidak Langsung

8,29 8,84 7,77 5,87 7,81 0,18 4,12 4,09 4,32

Gaji & Upah 9,87 8,42 6,41 5,49 4,66 4,56 4,44 4,43 4,49

Kesempatan

Kerja

8,11 8,57 8,48 8,28 9,06 6,97 4,65 5,22 6,84

Sumber: BPS dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2009

Selain pertumbuhan nilai GDP, peranan sektor pariwisata terhadap

perekonomian Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap devisa

negara. Dalam Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2006

nilai devisa dari sektor pariwisata cenderung stagnan dan mengalami penurunan

peringkat. Pada tahun 2007 sampai 2008 peringkat devisa dari sektor pariwisata

naik kembali dan nilainya meningkat. Pada tahun 2009, peringkat devisa

pariwisata mengalami perbaikan posisi tetapi nilainya turun dari tahun

sebelumnya. Meskipun nilainya cenderung berfluktuatif, tetapi sumbangan devisa

dari sektor pariwisata selalu berada di peringkat 10 besar penyumbang devisa

terbanyak dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

industri pariwisata merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia.

Page 17: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

3

Tabel 1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode 2005-

2009

Jenis Komoditas

Nilai (Juta USD)

2005 2006 2007 2008 2009

Minyak dan gas bumi 19.231,59 21.209,50 22.088,60 29.126,30 19.018,30

Pariwisata 4.521,90 4.447,97 5.345,98 7.377,00 6.298,02

Pakaian Jadi 4.966,91 5.608,16 5.712,87 6.092,06 5.735,60

Alat listrik 4.364,11 4.448,74 4.835,87 5.253,74 4.580,18

Tekstil 3.703,95 3.908,76 4.177,97 4.127,97 3.602,78

Minyak kelapa sawit 3.756,28 4.817,64 7.868,64 12.375,57 10.367,62

Kayu olahan 3.086,16 3.324,97 2.264,00 2.821,34 2.272,32

Karet olahan 3.545,68 5.465,14 6.179,88 7.579,66 4.870,68

Kertas dan barang dari

kertas 2.324,66 2.859,22 3.374,84 3.796,91 3.405,01

Bahan kimia 2.079,91 2.697,38 3.402,58 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

Pada saat terjadi krisis global di tahun 2008, industri pariwisata dapat

secara konsisten tetap memperlihatkan kinerja yang positif. Total nilai ekspor

nasional turun sampai dengan 14 persen, tetapi industri pariwisata tetap

mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,36 persen. Lebih lanjut, dampak dari

krisis global juga dirasakan oleh penerimanaan devisa dimana nilai devisa dari

industri pariwisata turun menjadi $6.298,02 juta di tahun 2009. Meskipun

demikian, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung meningkat

menjadi 6,4 juta wisatawan.

Pertumbuhan industri pariwisata yang positif di masa krisis menunjukkan

bahwa sektor pariwisata dapat bertahan di masa krisis sekali pun. Oleh karena itu,

pemerintah harus lebih memerhatikan sektor ini dengan mengoptimalkan potensi

pariwisata yang ada di daerah-daerah. Salah satu daerah yang menjadikan

pariwisata sebagai program unggulan daerah adalah Kabupaten Cianjur.

Industri/sektor pariwisata menjadi salah satu fokus pembangunan

Kabupaten Cianjur. Penetapan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan tersebut

Page 18: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

4

dilakukan dengan melihat adanya potensi alam yang masih dapat dikembangkan

sebagai objek dan dayatarik wisata serta kontribusi terhadap pendapatan asli

daerah yang cukup besar saat ini.

Kabupaten Cianjur memiliki kekayaan alam yang lengkap yang berpotensi

menjadi objek wisata yang menarik. Cianjur bagian utara terdapat daerah

pegunungan, perkebunan, dan persawahan. Kondisi yang sangat cocok untuk

dijadikan tempat wisata alam dan agrowisata. Cianjur bagian tengah difokuskan

sebagai lokasi pusat cenderamata dan oleh-oleh khas Cianjur bagi wisatawan.

Terakhir, Cianjur bagian selatan terdapat bukit-bukit kecil dan juga kawasan

pantai yang juga berpotensi sebagai dayatarik wisata alam.

Beberapa objek wisata di Kabupaten Cianjur sudah berkembang dan

menjadi primadona bagi wisatawan. Diantaranya, Taman Bunga Nusantara di

Kecamatan Sukaresmi dan Kebun Raya Cibodas di Kecamatan Cipanas. Saat ini,

keduanya menjadi tempat wisata favorit di akhir pekan bagi wisatawan domestik,

khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan Jabodetabek. Daerah-daerah lain

pun sudah mulai mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki. Objek wisata

danau Cirata dan Jangari di Cianjur bagian tengah sudah mulai dikembangkan

oleh pemerintah daerah, tetapi pengembangan tersebut masih belum optimal

sehingga belum dapat menarik wisatawan yang datang secara masiv.

Sektor pariwisata merupakan bagian dari sektor tersier. Tabel 1.3

menunjukkan perkembangan kontribusi sektor-sektor pembentuk Pendapatan

Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur berdasarkan kelompok sektor.

Dapat dilihat pada tabel, sektor tersier dalam lima tahun terakhir memberikan

kontribusi yang paling dominan terhadap pembentukan PDRB. Selama periode

Page 19: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

5

dari tahun 2006 hingga 2010, sektor tersier menunjukkan share yang terus

meningkat terhadap PDRB Kabupaten Cianjur dengan kisaran 48,87 persen

hingga 54,11 persen. Berbanding terbalik dengan perkembangan kontribusi sektor

primer yang share-nya terus menurun. Hal ini memperlihatkan bahwa

perekonomian Kabupaten Cianjur mulai bertransformasi dari sektor pertanian ke

sektor jasa/tersier.

Tabel 1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Cianjur Menurut Kelompok Sektor

(%)

Kelompok

Sektor

2006 2007 2008 2009 2010

Primer 44,03 42,31 39,96 39,08 37,79

Sekunder 7,10 7,41 7,72 7,92 8,11

Tersier 48,87 50,28 52,32 53,00 54,11 Sumber: BPS Kabupaten Cianjur, 2011

Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur juga

dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah.

Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui pajak hotel, pajak restoran,

dan pajak hiburan. Data yang ada menunjukkan kontribusi industri pariwisata

terhadap pembentukan PAD Kabupaten Cianjur cukup tinggi. Kontribusi

pariwisata terhadap pembentukan PAD berkisar antara 34,03 persen hingga 36,76

persen. Tingginya kontribusi sektor pariwisata terhadap pembentukan PAD

menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang penting bagi Kabupaten

Cianjur.

Tabel 1.4. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur dari

Sektor Pariwisata Periode 2006-2010 (Rupiah)

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 Hotel 2.633.117.053 2.822.859.491 3.559.646.814 3.692.571.019 3.878.915.132

Restoran 1.910.237.490 1.917.292.522 1.980.937.123 2.272.440.320 2.349.772.470

Hiburan 579.660.875 645.160.100 664.202.061 674.121.165 704.833.850

Jumlah 5.266.234.106 5.645.718.982 7.119.293.628 7.385.142.038 7.757.830.264

Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, 2011

Page 20: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

6

Lebih lanjut, pertumbuhan share dari sektor pariwisata terhadap PAD

terus mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif. Laju pertumbuhan share yang

dicapai sektor pariwisata pada periode 2006-2010 berkisar -3,25 persen hingga

5,11 persen. Meskipun laju pertumbuhan share sektor pariwisata berfluktuatif,

tetapi nilainya terus menunjukkan peningkatan. Hal ini memperlihatkan bahwa

kinerja sektor pariwisata cukup baik.

Pariwisata sudah menjadi suatu industri yang populer terutama karena

manfaat-manfaat ekonomisnya. Sehingga, setiap daerah sudah mulai bersaing

untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki agar menjadi tujuan wisata.

Dayasaing pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan

penerimaan daerah. Daerah yang memiliki dayasaing pariwisata yang lebih

unggul dari daerah lain tentunya akan lebih menarik minat wisatawan untuk

datang. Keunggulan dayasaing ini dapat dilihat dari pengembangan potensi yang

dimiliki, sarana dan prasarana yang memadai, serta pelayanan yang baik dan

memuaskan (Sholeh, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan daerah dari

sektor pariwisata selalu mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini

memerlihatkan bahwa potensi pariwisata daerah yang ada sudah dapat

memberikan kontribusi yang cukup baik. Namun, kontribusi sektor pariwisata

masih dapat ditingkatkan melihat masih banyaknya potensi wisata yang belum

berkembang. Sehingga diperlukan suatu penelitian yang dilakukan agar

pengembangan potensi yang ada berjalan secara optimal.

Page 21: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

7

1.2. Perumusan Masalah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata, dengan pendekatan

melalui pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, memiliki kontribusi yang

besar terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cianjur. Pada

tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai dari kontribusi PAD Pariwisata selalu

meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan kontribusi yang positif ini ternyata

menunjukkan pertumbuhan semu dari sektor pariwisata. Pertumbuhan ini ternyata

tidak diikuti oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke objek wisata di

Kabupaten Cianjur.

Jumlah kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke objek-objek

wisata di Kabupaten Cianjur terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003,

jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek dan dayatarik wisata mencapai

1.888.531 wisatawan; jumlah ini meningkat menjadi 2.538.574 wisatawan di

tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami

penurunan yang signifikan menjadi 1.761.730 wisatawan atau turun hingga 69,40

persen. Penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung masih terus terjadi hingga

tahun 2011, dimana jumlah wisatawan yang datang hanya berjumlah 813.769

wisatawan. (Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Cianjur).

Apabila dilihat lebih lanjut, proporsi jumlah kunjungan wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Cianjur masih terfokus pada objek wisata yang berada

di Cianjur Utara atau kawasan Puncak-Cipanas. Berdasarkan objek wisata yang

dikelola oleh pemerintah daerah, Kebun Raya Cibodas menjadi objek wisata yang

paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dari tahun 2006 hingga 2010, share

wisatawan yang datang ke Kebun Raya Cibodas terhadap total kunjungan

Page 22: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

8

wisatawan ke objek wisata yang dikelola pemerintah daerah berada kisaran 72-79

persen. Hal ini memperlihatkan bahwa objek wisata di kawasan Cianjur Selatan

dan Tengah masih kurang menarik wisatawan.

Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan juga dipengaruhi oleh faktor

eksternal. Salah satunya adalah persaingan dalam menarik wisatawan dengan

objek wisata di daerah destinasi lain. Kabupaten Bogor sebagai daerah yang

berdekatan tentunya menjadi pesaing utama bagi Kabupaten Cianjur untuk

menarik wisatawan. Karakteristik objek wisata yang ditawarkan di kedua destinasi

wisata memiliki kesamaan yaitu dayatarik wisata alam. Karakteristik wisatawan

yang datang pun memiliki kesamaan, dimana mayoritas wisatawan berasal dari

Jabodetabek. Karakteristik yang sama ini memerlihatkan bahwa kedua destinasi

tersebut menawarkan daya tarik wisata yang sejenis ke pasar yang sama.

Dayasaing pariwisata memiliki peranan yang sangat penting terhadap

kunjungan wisatawan. Dayasaing pariwisata bisa dilihat dari beberapa indikator,

seperti infrastuktur, kondisi lingkungan, tingkat harga, kenyamanan dan

keamanan, keterbukaan, serta teknologi. Posisi dayasaing yang semakin baik akan

semakin meningkatkan dayatarik wisata sehingga jumlah wisatawan yang

berkunjung pun meningkat. Implikasinya pendapatan daerah dari sektor

pariwisata akan meningkat akibat kenaikan wisatawan yang datang.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten

Cianjur?

Page 23: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

9

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri pariwisata di Kabupaten

Cianjur?

3. Kebijakan apa yang telah diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur

untuk meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten

Cianjur dengan daerah di sekitarnya khususnya Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten

Cianjur.

3. Menganalisis kebijakan yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten

Cianjur untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sumber informasi dan referensi bagi masyarakat mengenai potensi pariwisata

Kabupaten Cianjur.

2. Menjadi referensi bagi pemerintah dan dinas-dinas di Kabupaten Cianjur

dalam pengambilan kebijakan dalam memajukan sektor pariwisata.

Page 24: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penulisan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah pada

tujuan yang hendak dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan pada ruang

lingkup penelitian, yaitu:

1. Analisis tentang dayasaing industri pariwisata difokuskan untuk melihat

dayasaing industri pariwisata Kabupaten Cianjur yang kemudian dibandingkan

dengan dayasaing pariwisata daerah lainnya, yaitu Kabupaten Bogor. Analisis

ini difokuskan terhadap beberapa indikator yang dianggap dapat

merepresentasikan dayasaing industri pariwisata, antara lain; pendapatan asli

daerah, infrastruktur, lingkungan, harga, teknologi, keterbukaan, dan keamanan

serta kenyamanan tempat wisata. Namun, indikator teknologi tidak dibahas

dalam penelitian ini karena keterbatasan data yang tersedia. Periode waktu

yang digunakan dalam analisis dayasaing adalah dari tahun 2006 hingga 2010.

Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana perkembangan indikator-indikator

yang dianalisis.

2. Analisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata

menggunakan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata, yang terdiri atas

pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, sebagai proksi dari industri

pariwisata Kabupaten Cianjur. Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian

ini antara lain jumlah hotel, jumlah restoran, tingkat pendidikan tenaga kerja,

tingkat hunian hotel, dan jalan beraspal kualitas baik.

Page 25: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Pariwisata

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan mendefinisikan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Lebih lanjut,

Damanik dan Webber (2006) memberikan pengertian pariwisata sebagai kegiatan

rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari

suasana lain.

Heriawan (2004) memaparkan bahwa tidak semua yang melakukan

perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata.

Dengan demikian, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang yang

mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif. Kemudian, Rahayu

(2006) memaparkan ciri-ciri dari kegiatan pariwisata. Beberapa ciri-ciri pariwisata,

diantaranya adalah sebagai berikut: seseorang yang melakukan perjalanan itu

dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya, perjalanan itu dilakukan

sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (berkelompok atau grup),

perjalanan itu dilakukan dengan tujuan rekreasi dan usaha-usaha untuk

menyenangkan dirinya sendiri/kegiatan bersenang-senang (leisure), orang-orang

yang melakukan kegiatan wisata tidak untuk mencari nafkah di tempat yang

dikunjunginya, selama dalam perjalanan tinggal atau menetap di suatu

Page 26: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

12

tempat/akomodasi, dan dalam melakukan perjalanan tersebut, menggunakan alat

transportasi darat, laut atau udara.

2.1.2. Industri Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu

menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja,

pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam

negara penerima wisatawan (Gomang, 2003). Istilah industri pariwisata (Tourism

Industry) lebih banyak bertujuan memberikan dayatarik agar pariwisata dapat

dianggap sebagai sesuatu yang berarti bagi perekonomian suatu negara, terutama

pada negara-negara sedang berkembang. Gambaran pariwisata sebagai suatu

industri diberikan hanya untuk menggambarkan pariwisata secara konkret, dengan

demikian dapat memberikan pengertian yang lebih jelas (Yoeti, 2008). Industri

pariwisata berbeda dengan industri manufaktur. Industri wisata tidak berdiri

sendiri seperti industri semen, garmen, atau industri sepatu. Melainkan lebih

bersifat tidak berwujud (intangible), sehingga industri pariwisata sering disebut

sebagai industri tanpa cerobong asap (smokeless industry).

Industri wisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa

bagi pariwisata (Freyer, 1993) dalam Damanik & Webber. Industri pariwisata

dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan utama, yaitu:

1. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara

langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh

wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan,

pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dll. Secara faktual hotel menjadi pihak

Page 27: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

13

paling utama yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, kemudian diikuti

oleh biro perjalanan.

2. Pelaku tidak langsung, yakni usaha yang mengkhususkan diri pada produk-

produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha

kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, dan

sebagainya.

Batasan pariwisata sebagai industri, seperti dijelaskan oleh Yoeti (2008),

dimana kelompok perusahaan yang secara langsung memberikan pelayanan

kepada wisatawan bila datang berkunjung pada suatu tempat wisata. Tanpa

bantuan kelompok perusahaan ini, wisatawan tidak akan memeroleh kenyamanan

(comfortable), keamanan (security), dan kepuasan (satisfaction) dalam mencari

kesenangan yang diinginkan. Perusahaan-perusahaan dimaksudkan dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata

Sumber: Yoeti, 2008

No Jenis Perusahaan Fungsi dan tugasnya

1 Tour operator / Wholesaler Memberi informasi/advis/paket wisata

2 Maskapai Penerbangan Menyediakan seats dan baggages services

3 Angkutan Pariwisata Melayani transfer service dari dan ke

airport

4 Akomodasi Hotel, Motel,

Inn, dll

Menyediakan kamar, laundry, dll

5 Restoran dan sejenisnya Menyediakan makanan dan minuman

6 Impresariat, Amusement, dll Menyediakan atraksi wisata dan hiburan

7 Lokal tour operator Menyelenggarakan city-sighseeing & tours

8 Shopping Center/Mall, dll Menyediakan cenderamata dan oleh-oleh

9 Bank/Money Changer Melayani penukaran valuta asing

10 Retail Servis Bermacam-macam keperluan wisatawan

Page 28: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

14

2.1.3. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian

Pariwisata merupakan industri jasa yang diyakini dapat mendorong

perekonomian suatu daerah bahkan dunia, dalam hal ini disebabkan industri

pariwisata terkait dengan industri-industri lainnya seperti industri perhotelan,

restoran, dan jasa hiburan. Jika dilihat dari kewilayahan, sektor pariwisata telah

mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan pariwisata dan pusat-

pusat pelayanan yang tersebar di seluruh nusantara (Tjitroresmi (2003) dalam

Febriawan (2009)).

World Tourism Organization (2008) menyepakati bahwa pariwisata telah

menjadi fenomena sosial ekonomi yang sangat penting dalam perkembangan

kehidupan dan pergaulan global antar bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata menjadi

penting bagi kehidupan karena terkait dengan dampaknya pada perkembangan

ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan baik dalam lingkup nasional maupun

internasional.

Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi negara

berkembang. Sektor pariwisata memiliki fungsi sebagai katalisator pembangunan

(agent of development) sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu

sendiri, antara lain akan sangat berperan dalam (Yoeti, 2008):

1. Peningkatan perolehan devisa negara.

2. Memperluas dan memercepat proses kesempatan berusaha.

3. Memperluas kesempatan kerja.

4. Mempercepat pemerataan pendapatan (Distribution of Income).

5. Meningkatkan penerimaan pajak negara dan retribusi daerah.

6. Meningkatkan pendapatan nasional.

Page 29: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

15

7. Memperkuat posisi neraca pembayaran.

8. Mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam

yang terbatas.

Selain itu, menurut Gomang (2003), pariwisata merupakan faktor penting

dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan

beberapa sektor ekonomi nasional, misalnya:

1. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan dan

pembaharuan suprasarana pariwisata.

2. Menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata

misalnya; usaha-usaha transportasi, akomodasi (hotel, motel, pondok wisata,

perkemahan, dan lain-lain), yang memerlukan perluasan beberapa industri

seperti misalnya; peralatan hotel dan kerajinan tangan.

3. Menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambah

pemakaiannya.

4. Memperluas pasar barang-barang lokal.

5. Menunjang pendapatan negara dengan valuta asing sehingga mengurangi

defisit di dalam neraca pembayaran dan memajukan perekonomian nasional.

6. Memberi dampak positif pada tenaga kerja di negara, karena pariwisata

memperluas lapangan kerja baru (tugas baru di hotel atau di tempat

penginapan lainnya, usaha perjalanan, di kantor-kantor pemerintah yang

mengurus pariwisata-pariwisata dan penerjemah, industri kerajinan tangan

dan cenderamata, serta tempat-tempat penjualan lainnya).

Page 30: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

16

2.1.4. Pariwisata dari Sisi Permintaan

Menurut Yoeti (2008), permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand)

dapat dibagi dua, yaitu potential demand dan actual demand. Potential demand

adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata

(karena memiliki waktu luang dan tabungan relatif cukup). Sedangkan yang

dimaksudkan dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan

perjalanan wisata pada suatu Daya Tarik Wisata (DTW) tertentu.

World Tourism Organization, WTO (1995) mendefinisikan permintaan

pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karena

adanya kegiatan pariwisata. Tentu saja pihak yang melakukan permintaan adalah

wisatawan itu sendiri (konsumen), serta pemerintah dan swasta dalam rangka

investasi dan promosi wisata.

2.1.5. Pariwisata dari Sisi Penawaran

Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah

destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun yang potensial.

Penawaran dalam pariwisata menunjukkan suatu atraksi wisata alamiah dan

buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang dapat menarik wisatawan untuk

datang mengunjungi suatu kawasan wisata (Gomang, 2003). Menurut Heriawan

(2004), sektor inti dari pariwisata mencakup: hotel, restoran, transportasi domestik

dan lokal, industri kerajinan (souvenir), jasa hiburan, rekreasi dan budaya, serta

biro perjalanan (paket tour).

Page 31: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

17

Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen penawaran wisata terdiri

dari triple A, yang terdiri dari:

1. Atraksi

Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible

maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi

dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi

pemandangan alam, seperti Danau Kelimutu atau Gunung Bromo, udara sejuk dan

bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Atraksi budaya meliputi

peninggalan sejarah seperti Candi Perambanan, adat-istiadat masyarakat seperti

pasar Terapung di Kalimantan. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun

Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya. Unsur

lain yang melekat dalam atraksi adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau

penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang

menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata. Akses

ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan

waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Moda transportasi layak ditawarkan adalah

angkutan penumpang tersebut berangkat dan tiba tepat waktu di Objek dan Daya

Tarik Wisata (ODTW).

3. Amenitas

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait

dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Bank,

pertukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual

Page 32: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

18

buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat

digolongkan ke dalam unsur ini.

2.1.6. Teori Dayasaing

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses, mendefinisikan dayasaing adalah kemampuan untuk menunjukkan

hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang

dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan

menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampunan meningkatkan kinerja

tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.

Lebih lanjut, dayasaing menurut Porter (1995) dapat didefinisikan sebagai

kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai

lingkungan yang dihadapi. Dayasaing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu

perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang

dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan

kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkuat

posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan perbedaan dengan

lainnya. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya dayasaing karena tiga hal

berikut: (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; (2)

dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi

maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3)

kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.

Page 33: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

19

2.1.7. Competitiveness Monitor

Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan

untuk melihat dayasaing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor

diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC)

pada tahun 2001 sebagai alat ukur dayasaing pariwisata. Analisis ini

menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat dayasaing.

Indikator tersebut antara lain (World Tourism Organization, 2008):

1. Indikator Pariwisata, menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi

daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut.

2. Indikator Persaingan Tingkat Harga, menunjukkan harga komoditi yang

dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata.

3. Indikator Perkembangan Infrastruktur, menunjukkan perkembangan

infrastruktur di daerah tujuan wisata.

4. Indikator Lingkungan, menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran

penduduk dalam memelihara lingkungannya.

5. Indikator Kemajuan Teknologi, menunjukkan perkembangan infrastruktur

dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk

berteknologi tinggi di daerah tujuan wisata.

6. Indikator Sumberdaya Manusia Pariwisata, menunjukkan kualitas sumberdaya

manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih

baik kepada turis.

7. Indikator Keterbukaan, menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi wisata

terhadap perdagangan internasional dan turis internasional.

Page 34: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

20

8. Indikator Sosial, menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk

berwisata di daerah destinasi.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pariwisata dan dayasaing sudah banyak dilakukan

sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas

sektor/industri pariwisata, antara lain :

Yulianti (2009) dalam penelitiannya yang menganalisis faktor-faktor

penentu dayasaing dan preferensi wisatawan dalam berwisata dengan

menggunakan pendekatan Porter’s Diamond dan metode Probit menyebutkan

bahwa potensi dan kondisi faktor-faktor yang memengaruhi dayasaing

kepariwisataan kota Bogor menarik dan beragam namun tidak diiringi jumlah

kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Hal ini dikarenakan fasilitas

kepariwisataan masih kurang mendukung baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Selain itu juga anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan

kepariwisataan kota Bogor masih sangat kurang untuk membiayai pengingkatan

kualitas maupun kuantitas kepariwisataan kota Bogor.

Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke

kota Bogor menurut penelitian ini adalah variabel pendidikan, intensitas biaya,

dan kenyamanan. Semua variabel signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal ini

memperlihatkan semakin besar nilai variabel-variabel tersebut maka semakin

besar pula peluang wisatawan yang preferensi wisatanya ke kota Bogor. Oleh

karena itu, strategi yang dapat direkomendasikan adalah peningkatan anggaran,

Page 35: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

21

promosi pariwisata serta koordinasi dengan pihak swasta yang lebih intens untuk

memajukan kepariwisataan kota Bogor.

Trisnawati, et al (2007) dalam penetiannya dalam analisis dayasaing

industri pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakara dengan menggunakan alat

analisis competitiveness monitor menyatakan indeks dayasaing pariwisata di

Yogyakarta memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan

Price Competitiveness Indicator (PCI), Yogyakarta mempunyai indeks yang lebih

tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Infrastructure Development Indicator

(IDI) menunjukkan bahwa pendapatan per kapita di kedua destinasi tersebut tidak

berbeda secara nyata, namun pertumbuhan pendapatan perkapita Yogyakarta lebih

tinggi dibandingkan Surakarta. Environment Indicator (EI) menunjukkan bahwa

tingkat kepadatan penduduk di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata.

Technology Advancement Indicator (TAI) menunjukkan indeks nilai Yogyakarta

lebih tinggi. Human Resources Indicator (HRI) menunjukkan bahwa indeks

pendidikan di destinasi Yogjakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Openess

Indicator (OI) dayasaing pariwisata destinasi Yogyakarta kembali menunjukkan

angka yang lebih tinggi. Indikator terakhir, Social Development Indicator (SDI)

menunjukkan bahwa rata-rata masa tinggal turis di Yogyakarta lebih lama

dibandingkan di Surakarta.

Dayasaing industri pariwisata Surakarta secara menyeluruh lebih rendah

dibandingkan Yogjakarta. Indikator-indikator yang digunakan menunjukkan

bahwa pariwisata Yogjakarta lebih unggul.

Santri (2009) dalam skripsinya melakukan analisis mengenai potensi

sektor pariwisa untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,

Page 36: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

22

dengan menggunakan tabel Input-Output tahun 2007 transaksi domestik atas

harga produsen. Penelitian ini memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran

yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat

dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 yang mencapai

36,00 persen dari jumlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir,

sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40,25 persen dari total

permintaan akhir.

Sedangkan dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata

juga menempati posisi tertinggi sebesar 30,75 persen dari total pengeluaran rumah

tangga terhadap output domestik. Investasi terhadap sektor pariwisata mencapai

8,79 persen dari total investasi provinsi Bali. Struktur ekspor dan impor pariwisata

menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar 69,30 persen dan nilai

impor 26,29 persen.

Sektor pariwisata di Provinsi Bali memiliki keterkaitan langsung dan tidak

langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat

dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor

lainnya dari hulu hingga ke hilir. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro

yang memiliki nilai terbesar.

Sholeh (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis dayasaing dan

pegaruh industri pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bogor dengan

menggunakan metode analisis Competitiveness Monitor untuk mengukur trend

Page 37: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

23

perkembangan dayasaing dan metode regresi untuk melihat faktor-faktor yang

memengaruhi PAD Pariwisata Kabupaten Bogor.

Analisis dayasaing menggunakan Kota Yogyakarta sebagai daerah

pembanding. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan dari Human

Tourism Indicator, Price Competitiveness Indicator, Human Resources Indicator,

dan Social Development Indicator sejak tahun 2004 hingga 2008 terus meningkat.

Environtment Indicator dan Technology Advancement Indicator mengalami

perkembangan yang berfluktuatif. Openess Indicator memiliki perkembangan

yang konstan.

Analisis pengaruh industri pariwisata terhadap pembentukan PAD

menggunakan beberapa variabel, antara lain jumlah hotel, jumlah wisatawan, dan

pajak hiburan. Hasil analisis memperlihatkan semua variabel berpengaruh positif

dan signifikan terhadap PAD Kabupaten Bogor.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yulianti (2009) dan Santri

(2009) adalah metode yang digunakan. Yulianti (2009) dalam melihat posisi

dayasaing pariwisata Kota Bogor menggunakan pendekatan Porter’s Diamond

sedangkan penelitian ini menggunakan alat analisis Competitiveness Monitor.

Yulianti (2009) menggunakan analisis Tabel Input-Ouput untuk melihat peranan

serta pengaruh pariwisata terhadap perekonomian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Trisnawati,et al (2007) dan

Sholeh (2010) adalah daerah penelitian, variabel, dan periode data yang

digunakan. Daerah yang dianalasisis pada penelitian ini adalah Kabupaten Cianjur.

Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan periode waktu dari tahun

2001 hingga 2011.

Page 38: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

24

2.3. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Cianjur mempunyai potensi yang sangat besar untuk

menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber utama pendapatan daerah.

Kabupaten Cianjur sangat kaya akan potensi alam yang beraneka ragam. Di

bagian utara, terdapat kawasan Cipanas-Puncak dengan daerah pegunungan dan

bukit. Wilayah bagian selatan terdapat pantai yang dapat dikembangkan menjadi

daya tarik wisata.

Tabel 2.2. Objek-objek Wisata di Kabupaten Cianjur

No Obyek Wisata Lokasi Keterangan

1 Kebun Raya Cibodas Cipanas Sudah berkembang

2 Bumi Perkemahan Mandala Kitri Cipanas Sudah berkembang

3 Wanasata Mandalawangi Cipanas Sudah berkembang

4 Pendakian Gunung Gede-

Pangrango

Cipanas Sudah berkembang

5 Istana Cipanas Cipanas Sudah berkembang

6 Taman Bunga Nusantara Sukaresmi Sudah berkembang

7 Wisata Tirta Jangari Mande Sudah berkembang

8 Wisata Tirta Calincing Ciranjang Sudah berkembang

9 Wisata Ziarah Makam Dalam

Cikundul

Cikalongkulon Sudah berkembang

10 Pantai Jayanti Cidaun Sudah berkembang

11 Pantai Apra Sindangbarang Sudah berkembang

12 Sumber Air Panas Sukasirna Agrabinta Potensi

13 Air Terjun Citambur Pagelaran Potensi

14 Situs Megalith Gunung Padang Campaka Potensi

15 Agrowisata Perkebunan Teh

Gedeh

Pacet Potensi

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2009

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyatakan sebelas dari total lima

belas obyek wisata di Kabupaten Cianjur sudah berkembang. Potensi obyek

wisata yang sudah berkembang didominasi oleh obyek wisata di kawasan Puncak-

Cipanas. Kebun Raya Cibodas dan Taman Bunga Nusantara menjadi daya tarik

utama bagi wisatawan dengan total kunjungan ke obyek wisata tersebut sebanyak

1.156.319 wisatawan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur,

Page 39: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

25

2006). Objek wisata yang sudah berkembang membuat sektor-sektor pendukung

pariwisata sepeti hotel dan restoran ikut berkembang di kawasan ini. Bahkan,

semua hotel berbintang yang berada di Kabupaten Cianjur pun berada di kawasan

Puncak-Cipanas.

Kemajuan objek wisata di kawasan Puncak-Cipanas yang notebene

merupakan bagian dari Cianjur bagian Utara tidak diikuti oleh perkembangan

objek wisata di kawasan timur dan selatan. Pemerintah daerah harus lebih fokus

dalam pembangunan pariwisata di kawasan timur dan selatan Kabupaten Cianjur.

Potensi objek pariwista Kabupaten Cianjur masih besar untuk bisa

dikembangkan. Oleh karena itu, kebijakan yang tepat dibutuhkan agar potensi

yang ada dapat berkembang secara optimal.

Analisis perkembangan dayasaing industri pariwisata penting untuk

dilakukan. Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan potensi pariwisata

yang juga dapat memperlihatkan sejauh mana pemerintah maupun swasta

memaksimalkan potensi yang ada.

Selain itu, analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi industri

pariwisata pun diperlukan. Analisis ini bertujuan untuk melihat faktor atau

variabel apa saja yang memberikan pengaruh signifikan terhadap industri

pariwisata. Sehingga dapat membantu pemerintah daerah Kabupaten Cianjur

untuk mengambil kebijakan dengan menjadikan hasil analisis ini sebagai acuan.

Untuk lebih jelas, diagram alur berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1

berikut:

Page 40: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

26

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan: -------- = Ruang Lingkup Penelitian

Potensi Objek Pariwisata yang

cukup banyak tetapi masih

kurang berkembang

Analisis Perkembangan

Dayasaing

Rekomendasi Kebijakan

Kepada Pemerintah untuk

Meningkatkan Kinerja

Industri Pariwisata

Meningkatkan Kontribusi

Industri Pariwisata

Perkembangan Industri

Pariwisata Kabupaten Cianjur

Analisis faktor-faktor yang

Memengaruhi Pariwisata

Page 41: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data

yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun

2006 sampai dengan 2010. Sedangkan, analisis faktor-faktor yang memengaruhi

pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan 2011.

Data-data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai dinas

pemerintahan Kabupaten Cianjur, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Cianjur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendapatan Daerah, dan Kantor

Lingkungan Hidup. Selain itu, data juga diperoleh dari literatur yang ada di

perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

Data yang digunakan dalam pembentukan variabel dependen dan

independen untuk analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata

dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data, Satuan, dan Sumber Data

Variabel Satuan Simbol Sumber

PAD Pariwisata Rupiah PADPar Dispenda Kab.Cianjur

Jumlah Hotel dan

Akomodasi lainnya

Unit JHot Budpar dan BPS Kab.Cianjur

Jumlah Restoran Unit JRes Disbudpar Kab. Cianjur

Jalan Beraspal Kualitas

Baik

Km JKB BPS Kab. Cianjur

Tingkat Pendidikan

Tenaga Kerja Pariwisata

Persen TPPar BPS Kab. Cianjur

Tingkat Hunian Hotel Persen THH BPS Kab. Cianjur

Page 42: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

28

3.2. Metode Analisis Dayasaing

3.2.1. Analisis Competitiveness Monitor

Metode yang digunakan dalam penelitian dayasaing pariwisata Kabupaten

Cianjur adalah metode Competitiveness Monitor (CM). Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah indeks dayasaing pariwisata yang dibentuk dari

delapan indikator penentu dayasaing pariwisata yang telah ditetapkan oleh World

Tourism Organization (WTO). Kedelapan indikator tersebut adalah sebagai

berikut (World Tourism Organization, 2008),:

1. Indikator Pengaruh Pariwisata

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah

akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Indikator ini diukur dengan

menggunakan Tourism Impact Index (TII). Besarnya TII dapat dihitung dengan

rumus berikut:

𝑇𝐼𝐼 =PAD Pariwisata

PDRB Total

2.Indikator Dayasaing Tingkat Harga (IDTH)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis

selama berwisata di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk

indikator ini adalah Purchasing Power Parity (PPP) dan rata-rata tarif minimum

hotel berbintang.

IDTH = f (PPP, rata-rata tarif minimum hotel berbintang)

Page 43: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

29

3. Indikator Perkembangan Infrastruktur (IPI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur di daerah tujuan

wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah panjang jalan

beraspal dan kualitas jalan. Rumus dari indikator ini adalah sebagai berikut:

IPI = f (panjang jalan beraspal, kualitas jalan)

4. Indikator Lingkungan

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk

dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan untuk indikator

ini adalah indeks kepadatan penduduk, dan indeks kualitas udara.

Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk

Luas Wilayah

Kualitas Udara = f (kadar CO, kadar debu, temperatur, kebisingan)

5. Indikator Sumberdaya Manusia (ISM)

Indikator ini menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut

sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis. Pengukuran

yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks pendidikan yang dapat diukur

dengan rumus berikut:

ISM = f (angka melek huruf, rata-rata lama sekolah)

6. Indikator Keterbukaan (IK)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap

perdagangan internasional dan turis internasional. Rumus untuk mengukur

Indikator Keterbukaan adalah sebagai berikut:

IK = Jumlah Turis Asing yang Menginap di Hotel

Total Tamu Hotel

Page 44: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

30

7. Indikator Sosial

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk

berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah rata-rata masa tinggal turis di

daerah destinasi.

SDI = Rata-rata masa tinggal turis.

8. Indikator Kemajuan Teknologi

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi

modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk-produk berteknologi

tinggi. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks ekspor, yang

dapat dihitung dengan rumus berikut:

Indeks Ekspor = Jumlah Ekspor elektronik ,obat −obatan ,dan kamera

Jumlah Ekspor Total

Metode Competitiveness Monitor tidak memiliki standar baku untuk

melihat tinggi atau rendahnya nilai dayasaing dari setiap indikator. Analisis ini

hanya membandingkan hasil pengukuran dayasaing Kabupaten Cianjur dengan

daerah pembandingnya, yaitu Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor

sebagai daerah pembanding dilakukan secara sengaja dengan justifikasi bahwa

daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Bogor memiliki karakteristik yang

hampir sama dengan Kabupaten Cianjur.

3.2.2. Uji t Dua Sampel Independen.

Uji t digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu grup sampel berbeda

dengan grup sampel lainnya (Pratisto, 2004). Setelah mendapatkan nilai masing-

masing indikator, maka dapat dilakukan uji t untuk melihat signifikansi perbedaan

Page 45: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

31

dayasaing di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Uji t yang dilakukan

menggunakan software Minitab 14.

Hipotesis:

H0 : β1 ≥ 0 i = 1,2,3,....0

H1 : β1 < 0

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut:

Jika t-hitung ≥ t𝛼/2(𝑛−𝑘) maka tolak H0

Jika t-hitung < t𝛼/2(𝑛−𝑘) maka terima H0

Jika t-hitung > t-tabel ( t𝛼/2(𝑛−𝑘) ), maka tolak H0 , artinya dayasaing

Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan dayasaing Kabupaten Bogor.

Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t𝛼/2(𝑛−𝑘)), maka terima H0, hal ini berarti

dayasaing Kabupaten Cianjur relatif sama atau lebih tinggi dibandingkan

dayasaing Kabupaten Bogor.

3.3. Metode Analisis

3.3.1. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor yang

memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Metode analisis yang

digunakan adalah metode Regresi Linear Berganda (Ordinary Least Square)

dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software Minitab.

Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linear berganda. Analisis

regresi linear berganda menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X

(variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel tak bebas)

yang merupakan akibat. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode

Page 46: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

32

yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak

bebasnya. Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel,

namun juga mengukur besaran hubungan kausalitasnya.

Menurut Walpole (1995), model regresi linier berganda adalah sebagai

berikut:

Y = 𝑌 = 𝑏0 + 𝑏1𝑥1 + 𝑏2𝑥2 + 𝑏𝑟𝑥𝑟

keterangan:

r = 1, 2, 3, ..., N

𝑏0= intersep

3.3.2. Model Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor Pariwisata

Kabupaten Cianjur.

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten

Cianjur menggunakan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata sebagai variabel

dependen. Variabel independen yang digunakan antara lain jumlah hotel, jumlah

wisatawan, dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata. Setelah melalui

beberapa tahapan spesifikasi, model persamaan terbaik yang digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi Sektor Pariwisata adalah sebagai

berikut:

PADPart = α0 + α1JHott + α2JKBt + α3JRest + α4TPPart + α5THHt + εt

keterangan:

PADPart = Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada Periode

(Rupiah)

JHott = Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya pada Periode t (Unit)

JKBt = Jalan Beraspal Kualitas Baik pada Periode t (Km)

Page 47: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

33

JRest = Jumlah Restoran pada Periode t (Unit)

TPPart = Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata pada Periode t (Persen)

THHt = Tingkat Hunian Hotel pada Periode t (Persen)

εt = Error Term

Langkah selanjutnya adalah merubah data-data yang berada pada

persamaan tersebut ke dalam bentuk logaritma untuk mempermudah dalam

melihat respon dari setiap variabel independen yang digunakan terhadap variabel

dependen.

LnPADPart = α0 + α1LnJHott + α2LnJKBt + α3LnJRest + α4TPPart + α5THHt + εt

keterangan:

LnPADPart = Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada Periode

(Persen)

LnJHott = Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya pada Periode t (Persen)

LnJKBt = Jalan Beraspal Kualitas Baik pada Periode t (Persen)

LnJRest = Jumlah Restoran pada Periode t (Persen)

TPPart = Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata pada Periode t

(Persen)

THHt = Tingkat Hunian Hotel pada Periode t (Persen)

εt = Error Term

Kemudian, model tersebut dianalisis menggunakan kriteria-kriteria uji

agar model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis Ordinary Least

Square (OLS), seperti terbebas dari masalah-masalah autokorelasi,

heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.

Page 48: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

34

3.4. Identifikasi Model

3.4.1. Uji Kriteria Statistik

Tujuan pengujian kriteria adalah untuk melihat korelasi antar variabel

persamaan, yaitu dengan menggunakan uji t, uji F, dan uji Koefisien Determinasi.

1. Uji Koefisien Regresi secara Individual (Uji-t)

Uji t dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, apakah

variabel bebas berpengaruh atau tidak tehadap variabel tak bebas. Perbandingan

antara nilai t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukkan daerah atau wilayah

penolakan. Selain itu, uji ini digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis

dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan

atau tidak.

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 i = 1,2,3,....0

H1 : β1 ≠ 0

Statistik uji yang dilakukan dalam uji t adalah sebagai berikut:

t-hitung = b−B

Sb

Kemudian hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel (t-tabel = 1,96).

Keterangan:

b = koefisien regresi parsial sampel

B = koefisien regresi parsial populasi

Sb = Simpangan baku koefisien dugaan

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut:

Jika t-hitung > t𝛼/2(𝑛−𝑘) maka tolak H0

Jika t-hitung < t𝛼/2(𝑛−𝑘) maka terima H0

Page 49: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

35

Jika t-hitung > t-tabel (t𝛼/2(𝑛−𝑘)), maka tolak H0 hal ini berarti variabel

bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya pada

taraf nyata α. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t𝛼/2(𝑛−𝑘)), maka terima H0,

hal ini berarti variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel bebasnya pada taraf α.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel

tak bebas secara keseluruhan dengan menggunakan pengujian F-hitung. Uji F juga

digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diajukan untuk menduga

parameter yang ada pada persamaan.

Hipotesis:

H0: β0

= β1

= β2

= ⋯ = βn

= 0 (variabel bebas tidak

berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas)

H1: minimal ada salah satu β1≠ 0 (paling sedikit ada satu

variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas)

β = dugaan parameter

Statistik uji yang dilakukan dalam uji F adalah sebagai berikut:

F-hitung = R2/k−1

1−R2/n−k

Kemudian hasil dari F-hitung dibandingkan dengan F-tabel (F𝛼(𝑘−1,𝑛−𝑘)).

Page 50: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

36

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

n = Banyaknya data

K = Jumlah koefisien regresi dugaan

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji F adalah sebagai berikut :

Jika F-hitung > (F𝛼(𝑘−1,𝑛−𝑘)), maka tolak H0

Jika F-hitung < (F𝛼(𝑘−1,𝑛−𝑘)) maka terima H0

Jika hasil F-hitung > F-tabel (F𝛼(𝑘−1,𝑛−𝑘)), maka tolak H0, hal ini seperti

minimal terdapat variabel bebas yang nilainya tidak nol dan berpengaruh nyata

terhadap variabel tak bebas. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel (F𝛼(𝑘−1,𝑛−𝑘)),

maka terima H0 hal ini berarti tidak ada variabel bebas yang dapat menjelaskan

secara nyata keragaman dari variabel bebas.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2

Koefisien determinasi (R2 ) dan Adjusted R2 digunakan untuk melihat

sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas

dan untuk melihat seberapa kuat variabel bebas mampu menerangkan keragaman

variabel tak bebas dan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan

pada model dapat menerangkan model tersebut. Menurut Gujarati (1995) terdapat

dua sifat R-squared, yaitu:

a. Merupakan besaran non-negatif

b. Batasnya adalah 0 ≤ R2 ≥ 1. Jika R2 bernilai 1 ada suatu kecocokan sempurna,

sedangkan jika R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas

dengan variabel tak bebas.

Page 51: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

37

Nilai koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

R2 =𝐸𝑆𝑆

𝑇𝑆𝑆

dimana :

ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan (explained sum square)

TSS = Jumlah kuadrat total (total sum square)

Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-squared untuk menilai

baik buruknya suatu model adalah akan selalu mendapatkan nilai yang terus naik

seiring dengan pertambahan variabel bebas ke dalam model sehingga Adjusted R-

squared juga bisa digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu

menerangkan keragaman variabel bebas. Adjusted R-squared secara umum

memberikan hukuman terhadap penambahan variabel bebas yang tidak mampu

menambah daya prediksi suatu model. Nilai Adjusted R-squared tidak akan

pernah melebihi nilai R-squared, bahkan dapat menurunkan daya prediksi jika

ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu.

R2 = 1 − 𝜎2

𝑆𝑦2

dimana :

𝜎2 = Variabel residual

𝑆𝑦2 = Varian sampel dari Y

3.4.2. Uji Kriteria Ekonometrika

Permasalahan yang dapat ditemukan ketika menggunakan metode OLS

adalah masalah autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.

Page 52: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

38

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term

terdistribusi secara normal (Firdaus, 2004). Model regresi seperti ini disebut

model regresi linear normal klasik. Regresi normal klasik mengasumsikan bahwa

tiap ϵi didistribusikan secara normal dengan:

1. Rata-rata : E (ϵi) = 0

2. Varians : E (ϵi) = σ2

3. Cov (ϵi, ϵj) : E (ϵi, ϵj) = 0, i ≠ j

2. Uji Autokorelasi

Masalah yang sering ditemukan pada berbagai penelitian adalah adanya

hubungan serius antara gangguan estimasi satu observasi dengan gangguan

estimasi obserbasi yang lain. Nisbah antara obserbasi inilah yang disebut sebagai

menjadi tidak bias, nilai galat baku terkorelasi sehingga ramalan menjadi tidak

efisien, dan ragam galat berbias.

Uji Durbin Watson (Uji DW) biasa digunakan untuk melihat ada atau

tidaknya autokorelasi pada model. Nilai hitung statistik d dibandingkan dengan d

tabel, yaitu dengan bataas bawah (dL) dan batas atas (dU). Hasil pebandingan

akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Jika d < dL, berarti ada autokorelasi positif.

2. Jika d > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif.

3. Jika dL < d < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif

4. Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4-dU ≤ d ≤ 4-dL, berarti tidak dapat disimpulkan.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah autokorelasi adalah

sebagai berikut (Gujarati, 1993):

Page 53: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

39

a. Menghilangkan variabel bebas yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel

tak bebas.

b. Apabila terjadi kesalahan dalam hal spesifikasi model, hal ini dapat diatasi

dengan mentransformasi model, misalnya dari model linier menjadi model

non-linier atau sebaliknya.

3. Uji Heteroskedastisitas

Suatu model dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas

(tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama.

Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians

gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidak bernilai konstan.

Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari

penaksir OLS tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians yang

minimum (efisiensi). Menurut Gujarati (1993), jika terjadi heteroskedastisitas

maka akan berakibat sebagai berikut :

a. Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varian yang minimum

atau estimator tidak efisien.

b. Prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya

akan mempunyai varian yang tinggi sehingga prediksi menjadi tidak efisien.

c. Tidak dapat diterapkannya uji nyata koefisien atau selang kepercayaan dengan

menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varian.

Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat

ditujukan dengan White-Heteroskedastisity Test, dimana tidak perlu asumsi

normalitas dan relatif mudah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji

keberadaan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

Page 54: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

40

Hipotesis :

H0 : 𝛾 = 0 (homoskedastisitas)

H1 ∶ 𝛾 ≠ 0 (heteroskedastisitas)

Jika nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata yang digunakan

maka hipotesis H0 diterima yang berarti tidak terdpat gejala heteroskedastisitas

pada model. Jika nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata yang

digunakan, maka hipotesis H0 ditolak yang berarti terdapat gejala

heteroskedastisitas pada model.

Solusi dari masalah ini adalah mencari transformasi model asal sehingga

model yang baru akan memiliki error term dengan varian yang konstan.

4. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna antara

beberapa atau semua variabel yang ada pada model. Multikolinearitas

menyebabkan koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard

error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Multikolinearitas dapat

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain; 1) Kesalahan teoritis dalam

pembentukan model fungsi regresi yang digunakan, 2) Terlampau kecilnya jumlah

pengamatan yang akan dianalisis dalam model. Gujarati (1993) mengemukakan

tanda-tanda adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut :

a. Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan.

b. R-squared-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak bahkan tidak ada yang

nyata.

c. Korelasi sederhana antara variabel individu tinggi (r𝑖𝑗 tinggi)

d. R2 < r𝑖𝑗 menunjukkan adanya masalah multikolinearitas.

Page 55: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

41

Solusi untuk mengatasi masalah multikolinieritas menurut Gujarati (1993)

adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya.

b. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu.

c. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi.

d. Mentransformasikan data.

e. Mendapatkan tambahan data baru.

Page 56: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Kondisi Umum Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur secara geografis terletak di antara 6021-7

025 Lintang

Selatan dan 106042 – 107

025 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya sebagai

berikut:

1. sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta,

2. sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut,

3. sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia,

4. sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi.

Kabupaten Cianjur memiliki luas 350.148 Ha yang secara administratif

pemerintahan terdiri dari 30 Kecamatan, 342 Desa, dan 6 Kelurahan. Secara

geografis, Kabupaten Cianjur dibagi ke dalam 3 wilayah, yaitu:

1. Cianjur Bagian Utara, terletak di kaki Gunung Gede dengan ketinggian 2.962

meter dengan kombinasi pegunungan, perkebunan dan pesawahan.

2. Cianjur Bagian Tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil.

3. Cianjur Bagian Selatan, merupakan dataran rendah yang diselingi bukit-bukit

dan pegunungan yang melebar sampai dengan Samudra Indonesia

Visi Kabupaten Cianjur adalah “Cianjur Lebih Sejahtera dan Berakhlakul

Karimah”, yang diikuti oleh beberapa misi, antara lain:

1. Meningkatkan Ketersediaan dan Keterjangkauan Pelayanan Pendidikan yang

Bermutu.

2. Meningkatkan Ketersediaan dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan yang

Bermutu.

Page 57: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

43

3. Meningkatkan Dayabeli Masyarakat.

4. Memantapkan Pelasanaan Reformasi Birokrasi.

5. Aktualisasi Nilai-nilai Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Bermasyarakat,

Berbangsa dan Bernegara.

Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan hasil sensus penduduk

2010 mencapai 2.168.514 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,09

persen. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan

Pacet dan Kecamatan Cianjur, masing-masing sebanyak 170.224 jiwa dan

140.374 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya diatas 100.000 jiwa

antara lain; Kecamatan Cibeber, Kecamatan Warungkondang, dan Kecamatan

Karangtengah. Sedangkan, Kecamatan yang jumlah penduduknya terendah adalah

Kecamatan Cikandu dengan jumlah penduduk 36.212 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Cianjur mencapai 123 jiwa per km

dengan sex rasio 106,93. Beberapa kecamatan memiliki kepadatan penduduk di

antara 3.000 sampai 6.000 penduduk per km2.

. Kecamatan-kecamatan yang

memiliki kepadatan yang tinggi tersebut mayoritas berada di Cianjur bagian utara

antara lain; Kecamatan Cianjur, Kecamatan Karangtengah, dan Kecamatan Cilaku.

Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah kecamatan

Naringgul, yaitu sebanyak 92 sampai 159 jiwa per km2 (BPS Kabupaten Cianjur,

2010). Perbedaan ini sangat menunjukkan ketimpangan kepadatan penduduk

antara Cianjur bagian Utara, Tengah, dan Selatan.

Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan per tahun antara

1.000 sampai 4.000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 hari per tahun.

Kondisi iklim tersebut menjadikan kekayaan alam Kabupaten Cianjur subur dan

Page 58: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

44

mengandung keanekaragaman kekayaan sumberdaya alam yang potensial. Dari

total luas wilayah sebesar 350.148 Ha, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha

(23,71%) berupa hutan produktif dan konservasi, 58.101 Ha (16,59%) berupa

tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76%) berupa lahan pertanian kering

tegalan 57.735 Ha (16,49%) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,1%) berupa

tanah dan penggembalaan/pekarangan, 1.239 Ha (0,035%) berupa tambak/kolam,

25.261 Ha (7,2%) berupa pemukiman/pekarangan dan 22.483 Ha (6,42%) berupa

penggunaan lain-lain.

Kabupaten Cianjur mempunyai lima fokus pembangunan unggulan yang

diharapkan mampu memacu pertumbuhan perekonomian wilayah, penetapan

keenam sektor unggulan tersebut dilakukan dengan melihat kontribusi sektor-

sektor tersebut saat ini dan potensi serta peluang pengembangan yang dimiliki.

Fokus pembangunan perekonomian Kabupaten Cianjur, antara lain:

1. Agribisnis,

2. Pariwisata,

3. Kerajinan Rumah Tangga,

4. Industri Manufaktur, dan

5. Perdagangan dan Jasa.

4.2. Potensi Pariwisata Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur mempunyai objek dan daya tarik pariwisata yang

tersebar di berbagai wilayah. Potensi-potensi ini dibagi kedalam tiga bagian

berdasarkan lokasinya, yaitu (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah,

2008):

Page 59: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

45

1. Satuan Kawasan Pengembangan I (SKPP I), merupakan wilayah bagian utara

Kabupaten Cianjur yang meliputi kawasan Puncak-Cipanas.

2. Satuan Kawasan Pengembangan II (SKPP II), meliputi bagian tengah

Kabupaten Cianjur.

3. Satuan Kawasan Pengembangan III (SKPP III), meliputi bagian selatan

Kabupaten Cianjur.

Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)

Kabupaten Cianjur, daya tarik wisata menurut sumberdayanya dapat digolongkan

menjadi tiga jenis yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya

tarik wisata buatan. Berikut ini adalah objek dan daya tarik wisata yang terdapat

di Kabupaten Cianjur:

4.2.1. Daya Tarik Wisata Alam

1. Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP)

Taman Nasional Gede Pangrango terletak di Kecamatan Cipanas dengan

jarak 17 km dari Kota Cianjur dan 103 km dari ibukota Jakarta.

Pengelolaannya berada di bawah naungan PHPA dan Kementerian Kehutanan.

Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu taman nasional di Indonesia

yang memiliki keragaman flora, seperti bunga edelweiss dan fauna. Atraksi

wisata lain yang menarik untuk dikunjungi adalah air terjun, kawah-kawah

yang aktif dan beberapa puncak gunung yang digemari oleh para pendaki.

TNGP memiliki luas 15,96 Ha dengan ketinggian Gunung Gede 2.958 mdpl

dan Gunung Pangrango 3.019 mdpl.

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan antara lain pendakian gunung dan

berkemah. Untuk kegiatan hiking, mendaki sudah tersedia jalur lintas daki.

Page 60: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

46

Aktivitas pendakian dapat dikategorikan sebagai aktivitas minat khusus dengan

jalur-jalur pendakian yang cukup sulit dan dapat dijangkau melalui tiga pintu

masuk yang terdapat di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

2. Bumi Perkemahan Mandala Wangi

Lokasi Bumi Perkemahan Mandalah Wangi terletak di kawasan

administrasi Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas. Bumi perkemahan ini

dikelola oleh Perum Perhutani KPH Cianjur. Bumi Perkemahan Mandala

Wangi berada di kawasan Wana Wisata milik Perum Perhutani. Daya tarik

wisata utamanya adalah area perkemahan seluas ± 10 Ha dengan iklim sejuk,

pemandangan pegunungan Gunung Gede Parango dalam lingkungan ekosistem

hutan pinus, kayu putih dan damar. Dengan kontur lahan yang berbukit-bukit

dan suasana alam yang teduh menjadikan bumi perkemahan ini menarik.

Atraksi wisata berupa danau dan pemandian alam menambah nilai daya tarik

wisata alam di kawasan ini.

3. Bumi Perkemahan Mandala Kitri.

Objek daya tarik wisata Bumi Perkemahan Mandala Kitri terletak di

Rarahan, Kecamatan Pacet. Bumi perkemahan ini dikelola oleh Yayasan

Pramuka Kwartir Cabang Cianjur. Bumi Perkemahan Mandala Kitri

merupakan tempat perkemahan yang diperuntukkan untuk anak-anak dan

biasanya diisi oleh para pramuka dan pelajar. Dengan areal seluas 5 Ha, bumi

perkemahan ini mampu menampung sekitar 1000 orang. Daya tarik wisata

yang terdapat disini adalah bentukan lahan yang mayoritas datar dengan

tanaman pepohonan pinus, kayu putih, dan damar.

Page 61: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

47

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan selain berkemah adalah jungle

survival yaitu kegiatan pengujian fisik dan mental dengan area khusus yang

tidak terlalu luas, wall climbing yaitu kegiatan mendaki dengan alat bantu

dinding yang menyerupai dinding batuan yang terdapat di dekat pintu masuk

dan aktivitas outbond yang dimanfaatkan untuk latihan kepemimipinan dan

kerjasama kelompok.

4. Kebun Raya Cibodas

Kebun Raya Cibodas terletak di Kaki Gunung Gede Pangrango,

tepatnya di Cibodas, Rarahan, Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas dengan

jarak 17 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaannya berada di bawah

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Kebun Raya Cibodas merupakan kawasan konservasi alam/cagar alam

dengan luas 125 Ha. Koleksi pepohonan langka dan spesies, serta fauna kera

dan babi hutan. Daya tarik wisata lainnya adalah Air Terjun Cibodas, rumah

kaca dengan koleksi kaktus (350 spesies), anggrek (360 spesies), dan tanaman

langka yang beraneka ragam, serta taman air mancur. Kebun raya yang terletak

pada ketinggian 150 mdpl ini memiliki iklim yang sejuk dan lingkungan alam

yang bersih serta tertata.

5. Calincing – Waduk Cirata.

Objek wisata Calincing – Waduk Cirata terletak di Desa Sindangjaya

Kecamatan Ciranjang. Berjarak ±20 km dari pusat kota Cianjur. Pengelolaan

Calincing – Waduk Cirata berada di bawah naungan Badan Pengelola Waduk

Cirata, bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan serta Dinas

Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Kegiatan wisata di danau ini

Page 62: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

48

terbatas pada berperahu melayari danau, membeli ikan, dan memancing.

Kegiatan lain yang biasa dimanfaatkan sebagai kegiatan wisata potensial

adalah berperahu mengunjungi area-area jaring terapung.

Sebagai objek wisata alam, Danau Waduk Cilincing belum tertata sebagai

tempat wisata. Kondisi danau yang dipenuhi oleh jaring apung dan tempat

tinggal nelayan yang terapung di atas air menyebabkan perairan danau sebagai

daya tarik utama tertutup peralatan dan bangunan sementara yang kurang sedap

dipandang mata. Secara umum, kualitas lingkungan alam di kawasan tersebut

sangat rendah karena jumlah dan tata letak fasilitas yang tidak teratur dan

pemanfaatan sumberdaya air untuk budidaya ikan yang berlebihan

menyebabkan daya tariknya menurun.

6. Jangari – Waduk Cirata.

Objek wisata Jangari – Danau Cirata terletak di Desa Bobojong,

Kecamatan Mande. Berjarak ±17 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaan

kawasan wisata ini berada di bawah naungan Badan Pengelola Waduk Cirata,

bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan serta Dinas Perhubungan

dan Pariwisata Kabupaten Cianjur.

Danau Cirata – Waduk Jangari merupakan danau buatan yang

terbentuk dari bendungan Sungai Citarum. Objek wisata ini merupakan daya

tarik utama yang sama dengan objek wisata Danau Cilincing yaitu berupa

danau/waduk yang dimanfaatkan sebagai tempat pembudidayaan ikan yang

menggunakan jaring apung.

Kondisi objek wisata ini terlihat kurang tertata sebagai tempat berwisata

karena permukaan danau dipenuhi oleh jaring-jaring terapung dan tempat

Page 63: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

49

tinggal nelayan. Secara umum, kualitas lingkungan alam di kawasan tersebut

sangat rendah karena jumlah dan tata letak fasilitas yang tidak teratur dan

pemanfaatan sumberdaya air untuk budidaya ikan yang berlebihan.

7. Pantai APRA

Pantai ini terletak di Desa Seganten, Kecamatan Sindangbarang dengan

jarak tempuh ±110 km dari pusat Kota Cianjur. Pemberian nama APRA di

pantai ini didasarkan karena dulu pada masa revolusi pantai ini merupakan

tempat pendaratan pasukan Belanda, yaitu pasukan APRA. Objek wisata ini

berada pada rangkaian wisata pantai selatan bagian tengah yang meliputi Pantai

APRA – Pantai Sereg – Pantai Karangtopong.

Pantai APRA yang berada pada muara Sungai Cisadea yang membentuk

laguna, memiliki daya tarik berupa pantai yang masih alami berpotensi

dikembangkan sebagai atraksi wisata bahari. Objek wisata ini memiliki luas ±4

Ha, memiliki hamparan pantai yang luas dengan panjang pantai ±2 km dan

lebar 50-100 m, berpasir abu-abu kecoklatan dan bertekstur halus. Kondisi

perairan yang mempunyai kekayaan biota laut dengan ketinggian gelombang 1-

3 m dengan karakteristik umum sebagai kawasan pantai. Daerah belakang

pantai yang masih alami dengan dominasi kelapa dan semak, material tanah

berpasir serta tingkat pencemaran yang rendah dan visibilitas bebas serta

kualitas bentang alam yang cukup mempesona.

8. Pantai Ciwidig, Pantai Batukukumbung, Pantai Jayanti dan Hutan Cagar Alam

Jayanti-Bojonglarang.

Ketiga pantai ini berada dalam rangkaian kawasan wisata pantai selatan

bagian barat yang terletak dalam wilayah Kecamatan Cidaun yang berjarak

Page 64: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

50

±130km dari pusat Kota Cianjur. Dari ketiga rangkaian wisata pantai ini,

Pantai Jayanti lebih berkembang dibandingkan kedua pantai lainnya.

Daya tarik wisata pada kegiatan ini memiliki karakteristik iklim dan

topografi yang sama yaitu pantai yang landai dan berpasir coklat abu-abu halus,

memiliki lebar ±50-100 m dan daerah belakang pantai yang didominasi oleh

perkebunan kelapa dan semak, serta daya pandang yang bebas. Perbedaannya,

pada Pantai Jayanti terdapat daya tarik wisata Cagar Alam Bojong Lorong

yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dan teluk

yang dijadikan sebagai pelabuhan nelayan atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

dan Pangkalan Pelelangan Ikan (PPI). Sementara itu, di Pantai Baku

Kukumbung terdapat situs sejarah berupa bekas telapak kaki manusia tempo

dulu pada batu karang besar dan seperangkat meja dan kursi terbuat dari batu

karang peninggalan jaman dahulu.

9. Sumber Air Panas Sukasirna

Sumber air panas Sukasirna merupakan objek wisata potensial yang belum

dikembangkan. Terletak di Desa Sukasirna Kecamatan Agrabinta dengan jarak

±169 km dari pusat Kota Cianjur. Dengan mengutamakan sumber air panas

sebagi daya tarik wisata, objek ini menjadi satu-satunya daya tarik wisata di

Kabupaten Cianjur yang menawarkan sumber air panas dengan lingkungan

ekosistem yang masih alami.

10. Agrowisata Perkebunan Teh Gedeh

Perkebunan Teh Gedeh terletak di Kecamatan Cugenang dan berjarak ±10

km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaan dan kepemilikan berada di bawah

PTP Nusantara VIII. Dayatarik wisata utama adalah perkebunan teh dengan

Page 65: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

51

luas 910,95 Ha. Selain itu atraksi wisata lain yang dapat dinikmati wisatawan

adalah proses pemetikan dan pembuatan teh, serta pemandangan alam

perkebunan serta iklim yang sejuk.

11. Curug Citambur dan Rawa Leuwi Soro

Curug Citambur dan Rawa Leuwi Soro terletak dalam kawasan wana

wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Cianjur, yaitu di Desa

Karangjaya Kecamatan Pagelaran yang berjarak ±85 km dari pusat Kota

Cianjur. Daya Tarik Utama di kawasan wisata ini adalah air terjun yang cukup

deras dengan ketinggian 40 m serta lingkungan/ekosistem rawa. Daya tarik

lainnya adalah legenda mengenai pohon kiara dan rawa leuwi sowo; dikatakan

pohon dan rawa tersebut merupakan tempat bersemayam roh-roh karuhun dan

cerita legenda tersebut masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Atraksi

wisata yang terdapat di Curug Citambur ini adalah lahan untuk berkemah

dengan kapasitas 5-10 tenda.

4.2.2. Daya Tarik Wisata Budaya

1. Istana Cipanas.

Istana Cipanas merupakan Istana Kepresidenan, terletak di kaki Gunung

Gede, Kecamatan Cipanas. Luas areal komplek istana ini lebih kurang 26 Ha,

dengan 7.760 m2 digunakan untuk bangunan. Sisanya dipenuhi dengan tanaman

dan kebun tanaman hias yang asri, kebun sayur, dan tanaman lain yang ditata

seperti hutan kecil.

Beberapa bangunan yang terdapat di dalam kompleks ini antara lain

Paviliu Yudistira, Paviliun Bima, dan Paviliun Arjuna yang dibangun secara

Page 66: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

52

bertahap pada tahun 1916. Di bagian belakang terdapat Gedung Bentol yang

dibangun pada 1954. Terakhir, dua bangunan terbaru yang dibangun pada

tahun 1983 adalah Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa.

Setiap ruangan di Istana ini dilengkapi dengan perabot yang terbuat dari

kayu. Selain itu, tersimpan berbagai koleksi ukiran Jepara dan lukisan dari

maestro seni lukis Indonesia seperti Basuki Abdullah, Dullah Sujoyono, dan

Lee Man Fong.

2. Situs Megalith Gunung Padang

Situs Gunung Padang merupakan peninggalan sejarah yang terletak di

Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti

Kecamatan Campaka. Berjarak ±50 km dari Pusat Kota Cianjur. Daya tarik

utama dari Situs Gunung Padang ini adalah peninggalan megalitik berbentuk

punden berundak berupa bangunan seluas 900 m2 dengan luas lahan sekitar 3

Ha. Punden berundak Gunung Padang dibangun dengan batuan jenis vulkanik

berbentuk persegi panjang. Kondisi Punden berundak pada saat ini sudah tidak

utuh, hanya menyisakan kerangka suatu bangunan yang terpecah menjadi

kepingan batuan yang berserakan hampir menutupi puncak bukit Gunung

Padang. Punden berundak ini memiliki nilai daya tarik arkeologis, historis, dan

geologis.

Masyarakat sekitar mempercayai bahwa Situs Gunung Padang merupakan

istana yang dibangun Prabu Siliwangi dalam semalam, namun tidak berhasil

dilaksanakan sehingga balok-balok bebatuan dibiarkan berserakan.

Page 67: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

53

3. Wisata Ziarah Makam Dalam Cikundul

Makam Dalem Cikundulk yang memiliki luas sebesar 2,5 Ha terletak di

Desa Cijagang, Kecamatan Cikalongkulon atau ±22 km dari pusat Kota

Cianjur dan dikelola oleh Yayasan Wargi Cikundul. Daya tarik utama adalah

makam Sembah Dalem Cikundul yang dikenal gelar Raden Aria Wira Tanu

yang merupakan pendiri Cianjur. Nilai sejarah yang terkandung pada makam

ini berkaitan dengan pendirian Cianjur pada abad XVII dengan pusat

kepemerintahan di Cikundul, sehingga menambah daya tarik wisata tersendiri.

Daya tarik lainnya adalah Upacara Tawasul setiap malam Jumat.

3. Kesenian dan Upacara Adat Cianjur

Kabupaten Cianjur memiliki kesenian tradisional yang bervariasi.

Pemeliharaan dan pengembangan seni tari, seni musik, seni vokal, seni beladiri,

serta upacara-upacara yang berkaitan dengan adat-istiadat Cianjur berada

dibawah pembinaan Dewan Kesenian Cianjur dan sanggar-sanggar budaya.

Kesenian daerah yang merupakan ciri khas Kabupaten Cianjur antara lain; tari

Goong Rentang, Pencak Silat, Mamaos, dan Upacara adat helaran.

4. Kerajinan Cianjur

Kerajinan Cianjur sudah cukup dikenal oleh wisatawan. Daya tarik wisata

kerajinan ini cukup potensial bila dikembangkan dan dikemas dengan lebih

menarik. Kerajinan yang terdapat di Cianjur adalah sebagai berikut:

- Kerajinan Sangkar Burung

- Kerajinan Bambu

- Kerajinan Lampu Gentur

- Makanan Khas Cianjur (Tauco dan Manisan buah-buahan)

Page 68: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

54

- Beras Cianjur.

- Ayam Pelung.

4.2.3. Daya Tarik Wisata Buatan

1. Taman Bunga Nusantara

Taman Bunga Nusantara merupakan salah satu objek pariwisata yang

menjadi unggulan Kabupaten Cianjur. Objek wisata ini berjarak 100 km dari

Jakarta, atau 90 km dari Bandung. Koleksi bunga yang terdapat di Taman

Bunga mencapai 300 variates bunga dari seluruh dunia. Taman yang

terbentang diatas lahan seluas 45 Ha terletak di sisi jalur menuju Puncak,

tepatnya di Desa Kawung Luwuk, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur.

Disini terdapat 10 taman dengan tema-tema yang terdiri dari aneka jenis bunga

yang ditata dengan sangat harmonis. Taman-taman tersebut terlihat asri dan

tradisional yang meliputi Taman Prancis, Taman Mediterania, Taman Jepang,

Taman Bali, Taman Amerika, dan taman dengan spesifikasi jenis bunga seperti

taman air, taman mawar, taman palem, dan taman labyrint. Tumbuh-tumbuhan

yang berasal dari mancanegara mendominasi kesepuluh taman tersebut.

Atraksi wisata lain yang terdapat di Taman Bunga Nusantara, antara lain;

rumah kaca, mini teater raflesia yang merupakan wahana informasi mengenai

Taman Bunga Nusantara secara lengkap melalui audio visual, area piknik

berdaya tampung 1.000-3.500 orang, danau angsa putih, serta wahana bermain

anak-anak.

Page 69: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

55

2. Taman Rekreasi Kota Bunga

Kota Bunga terletak di Kecamatan Pacet, tidak berjauhan dengan lokasi

Taman Bunga Nusantara. Taman ini dikelola oleh Developer Perumahan Real

estate Kota Bunga yang pada awalnya merupakan kawasan rekreasi yang

diperuntukkan bagi para penghuni perumahan real estate Kota Bunga. Daya

tarik wisata yang dimiliki mampu memenuhi kebutuhan rekreasi keluarga,

sehingga mampu menarik pengunjung dari luar Kabupaten Cianjur untuk

berkunjung.

4.3. Perkembangan Jumlah Wisatawan

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah unggulan destinasi

pariwisata di Jawa Barat dengan dibuktikan oleh prestasi sebagai salah satu dari

10 Kabupaten/Kota Terfavorit se-Indonesia pada ajang Indonesia Tourism Award

di tahun 2010. Namun secara faktual, daya tarik wisata yang terdapat di

Kabupaten Cianjur menurun. Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya kunjungan

wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten

Cianjur.

Tabel 4.1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Kabupaten

Cianjur

Tahun Jumlah Wisatawan (Orang)

2006 2.862.325

2007 1.761.730

2008 1.175.071

2009 2.150.778

2010 748.661

2011 813.769 Sumber: Dinas Budaya dan Pariwisata dan BPS Kabupaten Cianjur, beberapa tahun

Page 70: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

56

Tabel diatas menunjukkan penurunan jumlah wisatawan yang sangat

signifikan dari tahun 2006 hingga tahun 2011. Pada tahun 2006, wisatawan yang

berkunjung mencapai 2.862.325 wisatawan. Namun, jumlah tersebut berkurang

sangat signifikan pada tahun 2011 dengan jumlah wisatawan yang datang ke

Objek Wisata di Kabupaten Cianjur hanya berjumlah 813.769 wisatawan.

4.4. Akomodasi Pariwisata Kabupaten Cianjur

Akomodasi pariwisata tidak dapat dipisahkan dari aktivitas wisata.

Akomodasi pariwisata merupakan salah satu faktor penarik wisatawan untuk

datang berkunjung ke suatu objek wisata. Hotel, restoran, penginapan, kafe, dan

sarana pendukung lainnya yang terdapat di kawasan wisata merupakan bagian dari

industri pariwisata.

Tabel 4.2. Akomodasi Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Cianjur pada

Tahun 2011

No Jenis Akomodasi Jumlah (Unit)

1. Hotel Bintang 15

2. Hotel Melati/Non-Bintang 65

3. Pondok Wisata 90

4. Pondok Remaja 1

5. Rumah Makan 215

6. Cafetaria 17

7. Toko Manisan 64

8. Villa Estate 57

9. Villa Non-Estate 8.123 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2011

Sejak tahun 2008, data statistik hotel menunjukkan jumlah wisatawan

yang menginap di hotel yang terdapat di Kabupaten Cianjur terus meningkat

setiap tahunnya. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel pada tahun 2010

tercatat 864.789 orang. Jumlah ini meningkat cukup signifikan dari tahun

Page 71: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

57

sebelumnya dengan jumlah 683.503. Rata-rata masa tinggal wisatawan berkisar

1,34 hingga 1,51 hari.

Tabel 4.3. Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap di Kabupaten

Cianjur Tahun 2008-2010 Tahun Jumlah Tamu Menginap (Orang) Rata-rata Tamu Menginap (Hari)

2008 500.773 1,34

2009 684.491 1,29

2010 867.979 1,51

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Page 72: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

58

Gambar 4.1 Peta Pariwisata Kabupaten Cianjur

Page 73: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

V. PEMBAHASAN

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur

Hasil analisis dayasaing Kabupaten Cianjur dengan menggunakan

Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1. Perkembangan Indikator Dayasaing Pariwisata Kabupaten

Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2006-2010

Indikator 2006 2007 2008 2009 2010

Persentase

Jalan Beraspal

Kualitas Baik

Kab. Cianjur 62,61 62,65 75,73 38,37 22,72

Kab. Bogor 46,29 55,69 47,99 74,42 79,44

Indeks

Pendidikan

Kab. Cianjur 0,792 0,804 0,804 0,802 0,804

Kab. Bogor 0,785 0,782 0,784 0,796 0,811

Rata-rata

Lama Tinggal

wisatawan

(hari)

Kab. Cianjur 1,37 1,42 1,34 1,29 1,51

Kab. Bogor 1,39 1,51 1,38 1,23 1,37

Tourism

Impact Index

Kab. Cianjur 0,00042 0,00039 0,00039 0,00039 0,00037

Kab. Bogor 0,00087 0,00087 0,00101 0,00113 0,0013

Indikator

Keterbukaan

Kab. Cianjur 0,0029 0,0052 0,0049 0,006 0,0037

Kab. Bogor 0,0191 0,0172 0,0273 0,0116 0,0158

Purchasing

Power Parity

(ribu rupiah)

Kab. Cianjur - - 612,1 613,26 614,83

Kab. Bogor - - 627,74 628,34 629,62

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur,

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur (diolah)

1. Indikator Perkembangan Infrastruktur

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur yang disebabkan

oleh kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata. Infrastruktur merupakan

variabel penting bagi industri pariwisata karena infrastruktur yang baik dapat

menarik minat wisatawan untuk datang. Begitu pula sebaliknya, kedatangan

wisatawan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah sehingga dapat

Page 74: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

60

meningkatkan kualitas infrastruktur yang dimiliki. Panjang jalan beraspal dan

kualitas jalan menjadi proksi bagi indikator ini.

Pertumbuhan jalan yang berkualitas baik di Kabupaten Cianjur dari tahun

2006 hingga 2008 mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2006, jalan

beraspal yang memiliki kualitas baik di Kabupaten Cianjur memiliki panjang

545,78 km atau 62,61 persen dari total panjang jalan beraspal. Hingga tahun 2008,

kualitas jalan yang baik mengalami peningkatan menjadi 683,79 km atau tumbuh

sebesar 13,12 persen dari tahun 2006.

Perbaikan kualitas jalan ini merupakan salah satu respon pemerintah

daerah Kabupaten Cianjur terhadap beroperasinya jalan tol Cipularang. Menurut

Suherlan (2008), dampak dari beroperasinya tol Cipularang terhadap sektor

pariwisata Kabupaten Cianjur menyebabkan melambatnya pertumbuhan usaha-

usaha pariwisata secara keseluruhan, terutama sektor restoran. Hal ini dikarenakan

berkurangnya intensitas pergerakan yang melewati jalur Cianjur. Sehingga

perbaikan jalan dilakukan untuk menarik minat wisatawan untuk datang

berkunjung atau sekedar melewati kawasan Cianjur.

Namun, kualitas jalan beraspal mulai mengalami degradasi kualitas yang

sangat signifikan sejak tahun 2009. Jalan yang berkualitas baik mengalami

penurunan menjadi 343,69 km. Bahkan pertumbuhan kualitas jalan yang negatif

masih berlanjut hingga tahun 2010. Kualitas jalan baik hanya tersisa sepanjang

263,29 km atau hanya 22,72 persen dari total jalan beraspal yang ada di

Kabupaten Cianjur. Lebih parahnya lagi, salah satu jalur jalan yang rusak

merupakan jalan utama menuju tempat wisata unggulan Kabupaten Cianjur, yaitu

Kota Bunga dan Taman Bunga Nusantara.

Page 75: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

61

Tabel 5.1 juga menunjukkan kualitas jalan yang ada di Kabupaten Bogor.

Kondisi kualitas jalan di Kabupaten Bogor mengalami hal yang berbalik dengan

apa yang terjadi di Kabupaten Cianjur. Dari tahun 2006 hingga 2010,

pertumbuhan kualitas jalan mengalami pertumbuhan yang positif. Panjang jalan

yang berkualitas baik pada tahun 2006 adalah 734,83 km atau 46,29 persen dari

total panjang jalan. Kemudian meningkat menjadi 1.282,30 km atau 79,44 persen

pada tahun 2010.

Indikator ini memperlihatkan bahwa dayasaing infrastruktur Kabupaten

Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Infrastruktur yang baik

tentunya meningkatkan nilai aksesibilitas ke tempat wisata. Kualitas jalan yang

buruk dapat menurunkan minat wisatawan untuk datang ke objek wisata di

Kabupaten Cianjur. Wisatawan akan lebih memilih untuk berwisata ke objek

wisata yang berada di Kabupaten Bogor karena akses ke tempat wisata lebih

nyaman untuk dilalui.

2. Indikator Sumberdaya Manusia

Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam segala

aspek sosial. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia di suatu daerah maka

berbanding lurus dengan hasil dari aktivitas yang dikerjakan. Proksi yang

digunakan dalam indikator ini adalah indeks pendidikan. Indikator ini dihitung

dengan menggunakan dua variabel yaitu Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama

Sekolah.

Dapat dilihat pada tabel 5.1, kualitas pendidikan di Kabupaten Cianjur dan

Kabupaten Bogor hampir berimbang. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2010, indeks

pendidikan Kabupaten Cianjur menunjukkan nilai yang konstan di kisaran 0,802

Page 76: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

62

hingga 0,804. Pertumbuhan angka melek huruf Kabupaten Cianjur periode 2006-

2010 konstan di kisaran 97-98 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan angka melek huruf di Kabupaten Bogor dengan persentase antara

94-95 persen. Sedangkan apabila dilihat dari faktor rata-rata lama sekolah,

pertumbuhan Kabupaten Bogor lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten

Cianjur. Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Cianjur di periode 2006 hingga

2010 sangat rendah, yaitu 6,77 tahun.

3. Indikator Sosial

Kenyamanan dan keamanan daerah tempat wisata menjadi salah satu

faktor penting dalam industri pariwisata.Wisatawan akan lebih menikmati rekreasi

di tempat yang memiliki kenyamanan dan keamanan yang tinggi. Lama rata-rata

masa tinggal wisatawan dijadikan proxy untuk menunjukkan kenyamanan dan

keamanan suatu daerah tujuan wisata. Dapat diasumsikan bahwa semakin lama

wisatawan tinggal di daerah tujuan wisata maka daerah tersebut semakin nyaman

dan aman untuk didatangi.

Tabel 5.1 menunjukkan pertumbuhan rata-rata lama tinggal wisatawan di

Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor cenderung berfluktuatif dan juga

lamanya tidak lebih dari dua hari. Rata-rata masa tinggal wisatawan di kedua

Kabupaten tersebut adalah antara 1,23 hari hingga 1,51 hari. Hal ini menunjukkan

bahwa daerah wisata di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor memiliki nilai

kenyamanan dan keamanan yang relatif sama bagi wisatawan.

Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Cianjur

mayoritas berasal dari wilayah Jabodetabek, sehinggga setelah puas berekreasi di

objek wisata yang dikunjungi, wisatawan cenderung langsung pulang tanpa

Page 77: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

63

tinggal terlebih dahulu di kawasan wisata. Selain itu, hotel-hotel dan tempat

akomodasi lainnya yang ada di Kabupaten Cianjur lebih banyak digunakan untuk

kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) yang biasanya

hanya menghabiskan waktu kurang dari dua hari (Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2012).

4. Indikator Lingkungan

Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang berada di Kabupaten Cianjur

didominasi oleh objek wisata alam. Kualitas lingkungan tentunya merupakan

salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada.

Indikator ini menunjukkan hubungan antara kualitas lingkungan dan kesadaran

penduduk dalam memelihara lingkungannya. Indikator yang digunakan adalah

kepadatan penduduk dan kualitas udara.

Tabel 5.2. Indikator Lingkungan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor

periode 2009 dan 2011

Tahun

Baku

Mutu Kabupaten Cianjur Kabupaten Bogor

2009 2011 2009 2011

Kepadatan Penduduk

(orang/km2)

-

628,41 619,32 1.945,02 1.887,93

Kadar CO (Mg/Nm

3) 30.000 1.260 1.680 780,5 779,9

Kadar Debu (Mg/m3)

230 109,5 180 223,67 357,44

Tingkat Kebisingan

(dBA) 70 62-81 63-80 67,32-84 73,14-86

Rata-rata Temperatur

Udara (0C) - 23,0 26,0 33,6 34,8

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor, 2009 dan

2011

Kualitas lingkungan merupakan faktor penting bagi industri pariwisata.

Kualitas lingkungan dan jumlah wisatawan memiliki hubungan yang menarik.

Semakin baik kualitas lingkungan yang dimiliki oleh suatu kawasan wisata, maka

wisatawan akan semakin tertarik untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Namun

kualitas lingkungan suatu daerah bisa semakin menurun oleh aktivitas manusia,

Page 78: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

64

artinya semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka kualitas lingkungan

suatu kawasan wisata dapat mengalami degradasi.

Pada tahun 2011, kepadatan penduduk di Kabupaten Cianjur mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya yang awalnya 628,41 orang/km2 menjadi

619,32 orang/km2. Penurunan kepadatan penduduk juga terjadi di Kabupaten

Bogor yang sebelumnya 1.945,02 orang/km2

menjadi 1.887,93 orang/km2.

Seharusnya, penurunan tersebut membuat daerah tujuan wisata menjadi lebih

nyaman dikunjungi karena kepadatan berkurang. Namun, penurunan kepadatan

penduduk di kedua Kabupaten ternyata dikarenakan oleh banyaknya penghitungan

ganda yang terjadi dalam sensus penduduk sebelumnya, sehingga tidak dapat

dipastikan bahwa penurunan kepadatan penduduk yang terjadi membuat tempat

wisata menjadi semakin nyaman.

Dalam rentang waktu dari 2009 hingga 2011, hampir seluruh indikator

lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan kadar

nilai. Kadar karbonmonoksida (CO) mengalami kenaikan dari sebelumnya 1.260

Mg/m3

menjadi 1.680 Mg/m3. Rata-rata temperatur udara naik dari 23

0C menjadi

260C. Peningkatan paling signifikan terjadi pada kadar debu yang mengalami

peningkatan dari 109,5 Mg/m3

menjadi 180 Mg/m3. Hanya tingkat kebisingan

yang nilainya konstan yang dari sekitar 62-81 dBA menjadi 63-80 dBA.

Apabila dibandingkan dengan indikator lingkungan Kabupaten Bogor,

maka kualitas lingkungan di Kabupaten Cianjur lebih baik karena kadar nilai

seluruh indikator lingkungan yang terdapat di Kabupaten Cianjur tidak ada yang

melebihi batas baku mutu. Sedangkan indikator lingkungan di Kabupaten Bogor

Page 79: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

65

menunjukkan adanya indikator yang melebihi batas baku mutu, yaitu kadar debu

dan tingkat kebisingan.

5. Indikator Pengaruh Pariwisata

Indikator Pengaruh Pariwisata digunakan untuk melihat sejauhmana

kontribusi industri pariwisata terhadap perekonomian. Proksi yang digunakan

adalah Tourism Impact Index.

Perkembangan Indikator Pengaruh Pariwisata Kabupaten Cianjur

menunjukkan tren yang berfluktuatif namun cenderung menurun. Pertumbuhan

positif hanya ditunjukkan pada tahun 2008, sedangkan tahun-tahun lainnya

cenderung mengalami pertumbuhan yang negatif. Dalam perkembangannya

selama kurun waktu dari 2006 hingga 2010, nilai Tourism Impact Index turun

dari 0,000424 menjadi 0,000371. Namun, apabila dilihat dari pertumbuhan

nilainya, PAD sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur menunjukkan pertumbuhan

yang positif dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006 hingga tahun 2010

sebesar 7,22 persen.

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai Tourism Impact Index Kabupaten

Cianjur lebih rendah dibandingkan nilai TII Kabupaten Bogor. Nilai TII

Kabupaten Bogor hampir selalu dua kali lebih besar dan juga pertumbuhannya

dari tahun ke tahun selalu menunjukkan nilai yang positif. Hal ini menunjukkan

bahwa kontribusi sektor pariwisata Kabupaten Cianjur terhadap perekonomian

daerah masih cukup rendah dan kurang optimal.

6. Indikator Keterbukaan

Keterbukaan merupakan faktor penting dalam industri pariwisata. Semakin

tinggi tingkat keterbukaan suatu kawasan pariwisata, maka semakin mudah

Page 80: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

66

informasi yang didapat mengenai tempat wisata yang ada di daerah tersebut dan

juga semakin mudah pula akses ke tempat wisata yang dituju, yang implikasinya

akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Proksi yang digunakan

untuk melihat tingkat keterbukaan destinasi wisata dalam penelitian ini adalah

jumlah tamu mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan non-bintang.

Pertumbuhan nilai Indikator Keterbukaan di Kabupaten Cianjur

menunjukkan nilai yang berfluktuatif, namun perubahan nilainya tidak terlalu

signifikan. Nilai terendah ditunjukkan pada tahun 2006 dengan nilai 0,0029,

sedangkan nilai tertinggi adalah 0,0060 pada tahun 2009. Apabila dilihat

jumlahnya, wisatawan mancanegara yang menginap di hotel yang terdapat di

Kawasan Cianjur cukup mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga 2010.

Dapat dilihat pula bahwa penurunan nilai Indikator Keterbukaan pada tahun 2010

bukan hanya dikarenakan menurunnya jumlah tamu mancanegara yang menginap,

namun lebih dikarenakan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara

ke hotel yang ada di Kabupaten Cianjur.

Tabel 5.3. Pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara

ke akomodasi Hotel di Kabupaten Cianjur periode 2006-2010

(orang)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

Nusantara 388.372 512.221 498.353 572.984 864.789

Mancanegara 1.113 2.658 2.420 3.420 3.190 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

Keterbukaan pariwisata Kabupaten Bogor lebih tinggi dibandingkan

Kabupaten Cianjur, hal ini dibuktikan oleh nilai Indikator Keterbukaan Kabupaten

Bogor yang lebih tinggi dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2008, pada saat

nilai keterbukaan Kabupaten Cianjur cenderung konstan, nilai keterbukaan

Page 81: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

67

Kabupaten Bogor malah menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi hingga

nilainya mencapai 0,0273.

7. Indikator Dayasaing Tingkat Harga

Indikator ini digunakan untuk melihat bagaimana persaingan harga yang

terjadi di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Proksi yang digunakan adalah

Purchasing Power Parity (PPP) atau kemampuan dayabeli dan tarif hotel

minimum pada hotel berbintang empat.

Tabel 5.1 menunjukkan pertumbuhan Purchasing Power Parity Kabupaten

Cianjur terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, artinya harga barang

dan jasa untuk kebutuhan sehari-hari cenderung meningkat. Namun, kemampuan

dayabeli di Kabupaten Cianjur masih lebih rendah dibandingkan dengan

kemampuan dayabeli Kabupaten Bogor, yang berarti harga barang dan jasa di

Cianjur lebih rendah dibandingkan dengan harga di Kabupaten Bogor.

Tingkat harga barang dan jasa yang lebih rendah di Kabupaten Cianjur

seharusnya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan preferensi wisatawan agar

datang berkunjung. Secara ekonomi, konsumen tentunya akan lebih memilih

barang yang harganya lebih murah.

Lebih lanjut, dilihat dari rata-rata tarif hotel berbintang per malam,

Kabupaten Cianjur bertarif lebih murah dibandingkan tarif hotel di Kabupaten

Bogor. Pada tahun 2012, rata-rata tarif hotel berbintang di Kabupaten Cianjur

adalah Rp. 551.667,00 per malam. Sedangkan, rata-rata tarif hotel di Kabupaten

Bogor berada di kisaran Rp. 745.000,00 per malam. Tarif hotel yang lebih rendah

di Kabupaten Cianjur merupakan potensi yang sangat baik untuk menarik

Page 82: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

68

wisatawan untuk menginap di hotel-hotel yang ada di kawasan wisata Kabupaten

Cianjur.

Untuk melihat apakah perbedaan dayasaing pariwisata antara Kabupaten

Cianjur dan Kabupaten Bogor signifikan maka dilakukan uji-t. Hasil uji-t dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4. Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor.

Indikator t-value Probabilitas

Perkembangan Infrastruktur -0,78 0,229

Sumberdaya Manusia 1,63 0,929

Pengaruh Pariwisata -7,8 0,000*

Sosial 0,17 0,566

Keterbukaan -5,16 0,000*

Dayasaing Tingkat Harga -15,70 0,000* Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5 persen

Hasil analisis uji-t memperlihatkan beberapa indikator dayasaing

pariwisata Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor.

Indikator Pengaruh Pariwisata dan Indikator Keterbukaan menunjukkan nilai yang

signifikan, artinya posisi dayasaing indikator-indikator tersebut lebih rendah

dibandingkan Kabupaten Bogor. Berbeda dengan indikator lainnya Indikator

Dayasaing Tingkat Harga memperlihatkan nilai yang signifikan, artinya posisi

dayasaingya lebih baik karena harga barang dan jasa di Kabupaten Cianjur lebih

rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Sedangkan, Indikator Perkembangan

Infrastruktur, Indikator Sumberdaya Manusia, dan Indikator Sosial tidak signifkan

yang artinya dayasaing indikator-indikator ini relatif sama atau lebih baik

dibandingkan Kabupaten Bogor. Namun apabila dilihat perkembangannya,

Indikator Perkembangan Infrastruktur nilainya cenderung menurun dari tahun ke

tahun, bahkan selama dua tahun terakhir penurunan yang terjadi sangat signifikan.

Page 83: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

69

Penurunan kualitas jalan dari tahun ke tahun ini menunjukkan dayasaing Indikator

Perkembangan Infrastuktur yang menurun.

5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten

Cianjur

Hasil estimasi model faktor-faktor yag memengaruhi industri pariwisata

Kabupaten Cianjur dengan menggunakan software Minitab dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5.5. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri

Pariwisata Kabupaten Cianjur

Variabel Koefisien Probabilitas VIF

Konstanta 12,288 0,043

Jumlah Hotel 3,0994 0,002* 4,3

Jalan Beraspal Kualitas

Baik

0,5584 0,152*** 2,3

Jumlah Restoran -1,766 0,228 3,4

Tingkat Hunian Hotel 0,05470 0,086** 1,9

Tingkat Pendidikan Tenaga

Kerja Pariwisata

0,04364 0,050* 2,8

F-Statistik 14,68 0,005

R-Squared 0,936

R-Squared (Adj) 0,872

Durbin Watson 2,31478 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%, **signifikan pada taraf nyata 10%,

***signifikan pada taraf nyata 15 %

Berdasarkan hasil dari tabel diatas, dugaan persamaan regresi yang

dihasilkan adalah sebagai berikut:

LnPADPart = 12,288 + 3,0994LnJHott + 0,5584LnJKBt - 1,766LnJRest +

0,04364TPPart + 0,05470THHt

Page 84: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

70

5.2.1. Identifikasi Model

Setelah model persamaaan regresi didapat, langkah selanjutnya adalah

melakukan identifikasi model dengan melakukan pengujian terhadap model.

Pengujian yang dilakukan adalah uji kriteria statistik dan uji kriteria ekonometrika.

5.2.1.1. Uji Kriteria Statistik

Hasil estimasi yang dihasilkan dari analisis faktor-faktor yang

memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur adalah nilai koefisien

determinasi (R-squared) sebesar 93,6 persen. Artinya, 93,6 persen keragaman

variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata) dapat dijelaskan

oleh keragaman variabel-variabel independennya, yaitu Jumlah Hotel, Jumlah

Restoran, Jalan Beraspal Kualitas Baik, Tingkat Hunian Hotel, dan Tingkat

Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata. Sedangkan, sisanya sebesar 6,3 persen

keragaman yang tidak dapat dijelaskan oleh model regresi yang digunakan.

Nilai probabilitas F-statistik yang dihasilkan adalah sebesar 0,005 yang

menunjukkan variabel-variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya pada taraf

nyata 5 persen.

5.2.1.2. Uji Kriteria Ekonometrika

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov yang

terdapat di software Minitab. Hasil yang didapat dari uji normalitas dengan

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari tabel yang

menunjukkan bahwa pola sisaan terdistribusi secara normal.

Page 85: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

71

2. Uji Heteroskedastisitas

Hasil pengujian melalui grafik menunjukkan bahwa sebaran plot menyebar

secara acak yang berarti unsur ragam yang digunakan adalah homogen sehingga

tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model persamaan yang digunakan.

Residual

Pe

rce

nt

0,40,30,20,10,0-0,1-0,2-0,3-0,4

99

95

90

80

70

60

50

40

30

20

10

5

1

Normal Probability Plot of the Residuals(response is PAD Pariwisata)

Fitted Value

Re

sid

ua

l

24,524,023,523,022,5

0,2

0,1

0,0

-0,1

-0,2

Residuals Versus the Fitted Values(response is PAD Pariwisata)

Page 86: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

72

3. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada sisaan yang

menyebar bebas pada model. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai Durbin-

Watson Statistik. Dari hasil estimasi, nilai Durbin-Watson Statistik yang diperoleh

adalah 2,31478. Artinya, tidak terdapat autokorelasi karena nilai Durbin-Watson

Statistik mendekati dua.

4. Uji Multikolinearitas

Gejala multikolineritas dapat dilihat melalui faktor inflasi ragam (Variance

Inflation Factor) atau VIF, yaitu pengukuran multikolinearitas untuk peubah

bebas ke-i. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 dapat menunjukkan adanya

multikolinearitas (Neter et al dalam Ulpah). Berdasarkan hasil estimasi pada

model, nilai VIF variabel-variabel yang digunakan tidak ada yang melebihi 10.

Artinya, tidak ada indikasi model regersi yang digunakan memiliki gejala

multikolinearitas.

5.2.2. Estimasi Koefisien

Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah hotel berpengaruh secara nyata

terhadap PAD sektor Pariwisata. Hal ini dilihat dari uji-t statistik yang

memperlihatkan bahwa jumlah hotel berpengaruh positif dan signifikan pada taraf

nyata 5 persen. Nilai koefisien regresinya adalah 3,0994, artinya setiap

peningkatan jumlah hotel sebanyak 1 persen akan meningkatkan PAD Pariwisata

sebanyak 3,0994 persen (ceteris paribus). Tingginya nilai koefisien dari variabel

jumlah hotel menunjukkan bahwa elastisitas dari perubahan jumlah hotel terhadap

pembentukan PAD Pariwisata cukup besar. Keberadaan hotel akan semakin

Page 87: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

73

meningkatkan dayatarik objek wisata karena dengan adanya hotel sebagai salah

satu elemen atraksi pariwisata akan meningkatkan kenyamanan dalam berwisata.

Wisatawan akan lebih dapat menikmati berwisata dengan tersedianya akomodasi

untuk bermalam.

Jalan beraspal kualitas baik berpengaruh signifikan pada taraf nyata 15

persen dengan koefisien positif sebesar 0,5584, artinya jika jalan beraspal kualitas

baik bertambah sebesar 1 persen maka akan meningkatkan PAD Pariwisata

sebesar 0,5584 (ceteris paribus). Jalan berkualitas baik yang berpengaruh positif

menunjukkan pentingya peran infrastruktur transportasi dalam industri pariwisata.

Kualitas jalan merupakan salah satu bagian dari infrastruktur transportasi yang

termasuk elemen aksesibilitas (Damanik dan Webber, 2006). Semakin baik

kualitas jalan yang dimiliki destinasi wisata maka wisatawan akan semakin

nyaman dan mudah dalam mengakses jalan ke objek wisata yang dituju.

Jumlah restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Pariwisata,

artinya pengaruh perubahan jumlah restoran terhadap PAD Pariwisata adalah 0.

Hal ini diduga disebabkan oleh fluktuatifnya jumlah restoran yang ada ternyata

tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan daerah dari pajak restoran.

Tingkat hunian hotel berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen

dengan koefisien positif sebesar 0,05470, artinya jika tingkat hunian hotel

bertambah sebesar 1 persen maka PAD Pariwisata akan meningkat sebesar

0,05470 persen (ceteris paribus). Tingkat hunian hotel dapat merepresentasikan

kenyamanan akomodasi hotel di Kabupaten Cianjur. Pelayanan yang semakin

baik dari akomodasi hotel maka akan semakin meningkatkan preferensi

wisatawan untuk menginap.

Page 88: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

74

Tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata berpengaruh positif dan

signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap PAD Sektor Pariwisata. Nilai

koefisien dari tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata adalah 0,04364, artinya

setiap peningkatan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata sebanyak

satu persen, maka akan meningkatkan PAD Sektor Pariwisata sebanyak 0,04364

persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja, maka diasumsikan bahwa

tingkat pelayanan yang diberikan akan semakin baik sehingga meningkatkan

tingkat kenyamanan berwisata yang implikasinya akan meningkatkan preferensi

wisatawan untuk datang ke destinasi wisata.

5.3. Kebijakan Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur.

Sektor Pariwisata sebagai sektor unggulan di Kabupaten Cianjur harus

mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Pemerintah

mempunyai visi untuk menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai daerah tujuan

wisata alam dan budaya andalan Jawa Barat. Saat ini, pemerintah daerah melalui

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah merancang berbagai macam strategi dan

kebijakan untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Strategi dan kebijakan

tersebut telah dirancang dalam jangka menengah untuk periode tahun 2005 hingga

2015. Kebijakan-kebijakan tersebut dibagi ke dalam beberapa cakupan, antara lain

(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2004);

1. Kebijakan Dasar Pengembangan Kepariwisataan.

2. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata.

3. Kebijakan Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Pariwisata

4. Kebijakan Pengembangan Pasar dan Pemasaran.

Page 89: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

75

5. Kebijakan Pengembangan Hubungan antara Kelembagaan Terkait Pariwisata.

Secara garis besar, kebijakan-kebijakan tersebut bisa dibagi kedalam

beberapa kebijakan pokok, antara lain:

1. Meningkatkan pengelolaan kekayaan dan keragaman budaya daerah.

2. Meningkatkan kualitas dan pengembangan nilai-nilai luhur budaya Cianjur.

3. Memanfaatkan dan mendayagunakan kapasitas wilayah, alam, dan aktivitas

masyarakat untuk kegiatan kepariwisataan.

4. Mewujudkan pengembangan pariwisata yang lebih merata pada setiap wilayah

5. Pengembangan Sumberdaya Manusia (SdM) di bidang kepariwisataan.

6. Melibatkan pelaku industri pariwisata dan masyarakat dalam pengembangan

kepariwisataan.

Visi pemerintah untuk menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai destinasi

unggulan pariwisata Jawa Barat tampaknya masih membutuhkan waktu.

Kebijakan-kebijakan yang sudah dilaksanakan masih belum bisa meningkatkan

kinerja sektor pariwisata secara optimal. Hal ini terlihat dari perkembangan posisi

dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur, yang dilihat dari hasil analisis

Competitiveness Monitor, yang cenderung menurun.

Indikator-indikator yang nilai dayasaingnya menunjukkan tren

pertumbuhan yang negatif antara lain infrastructure development indicator,

openness indicator, dan human toursim indicator. Buruknya infrastruktur jalan

tentunya bukan merupakan tanggung jawab langsung dinas pariwisata melainkan

dinas pekerjaan umum. Namun, hal ini mengindikasikan bahwa masih kurang

baiknya koordinasi antar dinas yang seharusnya menjadi salah satu fokus

kebijakan. Disbudpar Kabupaten Cianjur harus lebih meningkatkan komunikasi

Page 90: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

76

ke dinas lain yang memiliki peranan penting terhadap sektor pariwisata

Kabupaten Cianjur. Menurunnya openness indicator dan human tourism indicator

tampaknya dikarenakan kurangnya promosi dan inovasi dalam menarik minat

wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur.

Sejak kebijakan dijalankan hampir tidak ada inovasi-inovasi baru dari objek

wisata yang ada untuk bisa menarik wisatawan untuk datang. Berdasarkan hasil

analisis, hanya environmental indicator yang nilai dayasaingnya lebih baik.

Lebih lanjut, kebijakan yang masih belum optimal juga bisa dilihat dari

terlalu berfokusnya pembangunan dayatarik wisata ke kawasan Puncak-Cipanas

sedangkan objek wisata yang ada di kawasan Cianjur Selatan masih kurang tertata.

Hal ini menyebabkan kurang berkembangnya akomodasi wisata seperti hotel,

penginapan, restoran, dan villa yang ada di kawasan Cianjur Selatan karena

kurangnya minat investor untuk berinvestasi di kawasan ini. Bahkan banyak

restoran, rumah makan, atau pun tempat-tempat penjualan cenderamata yang

sudah ada harus gulung tikar karena sepinya pengunjung yang datang (Disbudpar

Kabupaten Cianjur, 2012).

Pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata Kabupaten Cianjur harus

meningkatkan dayasaing pariwisata, terutama indikator-indikator yang

menunjukkan pertumbuhan yang negatif dan posisi yang lebih rendah, serta

faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dari hasil analisis untuk meningkatkan

kinerja sektor pariwisata guna mencapai visi sebagai destinasi wisata unggulan

Jawa Barat. Selain itu, kawasan wisata Cianjur Tengah dan Selatan juga harus

lebih diperhatikan oleh pemerintah karena potensi yang ada di wilayah ini masih

sangat besar untuk dieksplorasi.

Page 91: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis Competitiveness Monitor, perkembangan indikator

perkembangan infrastruktur, indikator keterbukaan, dan indikator pengaruh

pariwisata menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Indikator sosial, indikator

lingkungan, indikator sumberdaya manusia, dan indikator persaingan tingkat

harga cenderung konstan. Apabila dibandingkan dengan Kabupaten Bogor,

hanya indikator lingkungan dan indikator dayasaing tingkat harga yang

menunjukkan posisi yang lebih baik. Sedangkan, indikator pengaruh pariwisata

dan indikator keterbukaan berada di posisi yang lebih rendah. Pertumbuhan

indikator-indikator penentu dayasaing Competitiveness Monitor yang

cenderung konstan dan negatif perlu menjadi perhatian pemerintah daerah

Kabupaten Cianjur. Lebih lanjut, posisi dayasaing pariwisata Kabupaten

Cianjur yang lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Bogor harus

menjadi tantangan bagi Kabupaten Cianjur untuk memperbaiki dan

meningkatkan faktor-faktor pendukung sektor pariwisata.

2. Jumlah hotel, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, dan tingkat

pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata berpengaruh secara nyata dan

signifikan terhadap industri/sektor pariwisata. Jumlah restoaran ternyata tidak

berpengaruh signifikan terhadap industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Faktor-

faktor yang berpengaruh signifikan dapat menjadi acuan bagi pemerintah

Page 92: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

78

daerah untuk melihat indikator apa saja yang perlu diprioritaskan dalam

pembangunan sektor pariwisata Kabupaten Cianjur kedepannya.

6.2. Saran

1. Meningkatkan kualitas infrastruktur, salah satunya kualitas jalan. Kualitas jalan

yang baik dapat menjadikan akses ke tempat wisata lebih baik dan nyaman

dilalui sehingga mendorong wisatawan untuk datang. Koordinasi dengan Dinas

Pekerjaan Umum harus ditingkatkan dalam memerhatikan pembangunan

infrastruktur terutama yang terkait dengan industri pariwisata.

2. Meningkatkan promosi objek-objek wisata Kabupaten Cianjur. Saat ini

Kabupaten Cianjur sudah memiliki Grand Design Pembangunan dan

Pengembangan Destinasi Wisata, namun melihat masih rendahnya openness

(keterbukaan) pariwisata Kabupaten Cianjur maka diperlukan adanya promosi

untuk memperkenalkan program ini kepada wisatawan. Promosi-promosi yang

ada saat ini masih kurang efektif. Sarana-sarana yang saat ini sudah ada seperti

Tourism Information and Center harus lebih dioptimalkan dalam memberikan

informasi kepada wisatawan dan calon wisatawan yang akan datang. Selain itu,

dalam promosinya Kabupaten Cianjur juga harus menonjolkan keunggulan

kondisi alam yang dimiliki untuk menarik wisatawan.

3. Mendukung industri hotel dan akomodasi laninnya. Berdasarkan hasil analisis,

industri hotel dan akomodasi lainnya memberikan pengaruh yang cukup besar

terhadap pariwisata Kabupaten Cianjur. Pemerintah harus meningkatkan

kerjasama dengan pelaku industri hotel di kawasan wisata untuk meningkatkan

kualitas pelayanan agar dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi.

Page 93: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

79

4. Menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan Kabupaten Cianjur sehingga

wisatawan yang datang merasa nyaman dan aman sehingga tidak bosan untuk

berwisata di kawasan wisata Kabupaten Cianjur.

5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur harus lebih

memperhatikan pengarsipan data-data yang terkait dengan sektor pariwisata

karena dengan tersedianya data yang lengkap dapat memudahkan akademisi

ataupun pihak swasta dalam melakukan penelitian dan pengembangan kegiatan

wisata.

Page 94: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2006. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2006. Badan

Pusat Statistik, Cianjur.

________________. 2007. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2007. Badan

Pusat Statistik, Cianjur.

________________. 2008. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2008. Badan

Pusat Statistik, Cianjur.

________________. 2009. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2009. Badan

Pusat Statistik, Cianjur.

________________. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Bogor 2010. Badan Pusat

Statistik, Cianjur.

________________. 2011. Statistik Daerah Kabupaten Bogor 2011. Badan Pusat

Statistik, Cianjur.

________________. 2012. Statistik Daerah Kabupaten Bogor 2012. Badan Pusat

Statistik, Cianjur.

Damanik&Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke aplikasi. Andi

Ofset, Yogjakarta.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. 2012. Profil Pariwisata

Kabupaten Cianjur. Cianjur.

Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur. 2011. Laporan Realisasi Penerimaan

Pajak Daerah Periode Tahun 2001-2011. Cianjur.

Febriawan, R. 2009. Analisis Peranan Sektor Hotel dan Restoran Dalam

Perekonomian Kota Bandung. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. PT. Bumi Aksara,

Jakarta.

Gomang, F .2003. Manajemen Kepariwisataan. Salah Wahab [penerjemah]. PT.

Pradnya Paramit, Jakarta.

Gujarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].

Erlangga, Jakarta.

Heriawan, R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata Pada Perekonomian

Indonesia: Suatu Model Pendekatan Model I-O dan SAM [tesis].

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 95: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

81

Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor.

Mihalic, Tanja. 2000. Environmental Management of a Tourist Destination A

Factor Of Tourism Competitiveness.Tourism Management, 21: 65-78

Organisasi Perburuhan Internasional. 2011. Mengukur Lapangan Kerja dalam

Industri Kepariwisataan lebih dari Neraca Satelit Pariwisata: Studi

Kasus Indonesia.

Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2012. Kondisi dan Analisis Perekonomian

Kabupaten Cianjur. Cianjur.

Porter, M. E. 1995. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.

Erlangga, Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Rahayu, F. 2006. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian

Kota Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10

Tahun 2007 tentang Standar Proses.

Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan.

Santri, A. 2009. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan

Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali [skripsi].

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sholeh, M. 2010. Analisis Dayasaing dan Pengaruh Industri Pariwisata

Terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suherlan, H. Dampak Tol Cipularang Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur. Jurnal Ilmiah Pariwisata: 61-72

Trisnawati, R., Wiyadi dan Priyono, E. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata

untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah: (Kajian Perbandingan Daya

Saing Pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakarta). Jurnal Ekonomi

Pembangunan: 61-70

Ulpah, M. 2006. Kumpulan Makalah Analisis Regresi Terapan. Program Studi

Pascasarjana Statistika: IPB, Bogor.

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika, Edisi ketiga. Bambang Sumantri

[penerjemah]. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

World Tourism Organization. 1995. Concepts, Definitions, and Classifications for

Tourism Statistics. World Tourism Organization, Madrid.

Page 96: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

82

World Tourism Organization. 2008. Tourism Highlight 2008 Edition. UNWTO

Publication Department, Peru.

Yoeti, O. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Impelementasi.

Kompas, Jakarta.

Yulianti, K. 2009. Analisis Faktor-faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi

Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hotel di Bogor. http://www.hargahotel.com/hotel/destination/bogor.html. [2 April

2012]

Hotel Bintang. http://www.cianjurkab.go.id/Content_Nomor_Menu_69_6.html. [2

April 2012]

Page 97: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

LAMPIRAN

Page 98: ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka

83

Lampiran 1. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi

Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur

The regression equation is

LnPADPar = 12,3 + 3,10 LnJHot + 0,558 LnJKB - 1,77 LnJRes + 0,0547 THH

+ 0,0436 TPPar

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 12,288 4,566 2,69 0,043

LnJHot 3,0994 0,5438 5,70 0,002 4,3

LnJKB 0,5584 0,3302 1,69 0,152 2,3

LnJRes -1,766 1,286 -1,37 0,228 3,4

THH 0,05470 0,02563 2,13 0,086 1,9

TPPar 0,04364 0,01695 2,57 0,050 2,8

S = 0,214342 R-Sq = 93,6% R-Sq(adj) = 87,2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 5 3,37165 0,67433 14,68 0,005

Residual Error 5 0,22971 0,04594

Total 10 3,60136

Source DF Seq SS

LnJHot 1 2,98508

LnJKB 1 0,00366

LnJRes 1 0,00003

THH 1 0,07852

TPPar 1 0,30435

Durbin-Watson statistic = 2,31478