47
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DESY IRIANTY DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

i

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA

DAERAH KOTA MALANG

DESY IRIANTY

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

ii

Page 3: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing

dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Daerah Kota Malang

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Desy irianty

NIM H14090005

Page 4: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

iv

ABSTRAK

DESY IRIANTY. Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi

Industri Pariwisata Daerah Kota Malang. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI.

Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam sistem perekonomian

nasional yang memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara. Penelitian ini

dilakukan untuk menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi

industri pariwisata terhadap perekonomian Kota Malang. Penelitian ini

menggunakan analisis kuantitatif. Analisis yang digunakan untuk menganalisis daya

saing industri pariwisata yaitu Competitiveness Monitor (CM) dengan kota

pembandingnya adalah Kota Blitar, sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor

yang memengaruhi industri pariwisata menggunakan Ordinary Least Square (OLS).

Hasil analisis Competitiveness Monitor menunjukkan indikator pengaruh pariwisata,

indikator sumberdaya manusia, dan indikator keterbukaan, dan indikator sosial, Kota

Malang berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan Kota Blitar. Berdasarkan

hasil dengan metode OLS menunjukkan jumlah hotel dan jalan beraspal kualitas

baik berpengaruh nyata dan signifikan terhadap industri pariwisata.

Kata kunci: Daya saing, OLS, Pariwisata.

ABSTRACT

DESY IRIANTY. The Competitiveness and The Factors that Affect The Tourism

Industry to Malang City. Supervised by TANTI NOVIANTI.

Tourism is one of the strategic sectors in the national economy system that

contributed greatly to the country’s foreign exchange. This study is aim to asses the

analyses of competitiveness and the factors that affect the tourism industry to the

economy in Malang City. This study were used quanttitive analyses. Analyses the

competitiveness of the tourism industry is Competitiveness Monitor (CM) with the

comparison is Blitar City, While the factors that affect the tourism industry were

used Ordinary Least Square (OLS). The Competitiveness Monitor show that the

influence of tourism indikators, human resources indikators, openness indikators,

and social indikator in Malang City are higher than Blitar City. Based on the

Ordinary Least Square show that the number of hotel and good quality of street as a

real and significant impact on the tourism industry.

Keywords: Competitiveness, OLS, Tourism

Page 5: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

v

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA

DAERAH KOTA MALANG DAN KOTA BLITAR

DESY IRIANTY

DEPARTEMEN ILMU EEKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 6: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

vi

Page 7: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

vii

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri

Pariwisata Daerah Kota Malang

Nama : Desy Irianty

NIM : H14090005

Disetujui oleh

Tanti Novianti, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah

pariwisata, dengan judul Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi

Industri Pariwisata Daerah Kota Malang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Tanti Novianti, M.Si. selaku

pembimbing, Dr. Wiwiek Rindayati, dan Dewi Ulfa Wardani, M.Si selaku dosen

penguji, serta seluruh dosen Departemen Ilmu Ekonomi IPB, serta teman-teman di

IPB khususnya Ovilla, aci, stannia, tata, Tami, Iwi, Mala, Dita, Anti, dan Tika yang

telah memberikan bimbingan, motivasi, saran sehingga karya ilmiah ini berhasil

diselesaikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada orangtua,

Departemen Manajemen IPB, Ilmu Ekonomi IPB, serta teman-teman semua atas

doa, dukungan dan motivasinya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Desy Irianty

Page 9: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Penelitian Terdahulu 9

Kerangka Pemikiran 10

METODE PENELITIAN 12

Jenis dan Sumber Data 12

Metode Analisis 12

GAMBARAN UMUM 18

Kondisi Umum Kota Malang 18

Objek Wisata Kota Malang 20

Perkembangan Jumlah Wisatawan 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Kota Malang 22

Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kota Malang 27

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32

RIWAYAT HIDUP 37

Page 10: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

x

DAFTAR TABEL

1. Distribusi persentase PDRB Kota Malang atas dasar harga konstan

2000 Menurut lapangan usaha tahun 2007-2011 (%)

3

2. Distribusi persentase PDRB Kota Blitar atas dasar harga konstan

2000 Menurut lapangan usaha tahun 2007-2011 (%)

4

3. Luas kecamatan (Km2) dan persentase terhadap luas kabupaten (%) 19

4. Struktur penduduk Kota Malang berdasarkan piramida penduduk 19 5. Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak

berbintang

22

6. Perkembangan indikator daya saing pariwisata Kota Malang dan

Kota Blitar pada tahun 2007-2011

23

7. Indikator lingkungan Kota malang dan Kota Blitar periode

2010-2011

25

8. Daya saing pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar 27 9. Hasil estimasi OLS faktor-faktor yang memengaruhi industri

pariwisata Kota Malang

27

DAFTAR GAMBAR

1. Penerimaan devisa dari wisatawan 2008-2011 (US $ juta) 1 2. Distribusi PDRB Kota Malang menurut kelompok sektor (%) 2 3. Kerangka pemikiran 11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis daya saing Kota Malang dengan Kota Blitar 33 2. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata

Kota Malang

33

3. Uji normalitas 34 4. Uji heteroskedastisitas 34 5. Uji autokorelasi 34 6. Uji multikolinieritas 35 7. Peta pariwisata Kota Malang 36

Page 11: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pariwisata memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi

nasional dan regional serta menjadi tumpuan pemerintah dalam menunjang

kesejahteraan masyarakat. Pariwisata di Indonesia memiliki pengaruh terhadap

sistem perekonomian nasional dengan memberikan kontribusi besar terhadap devisa

negara, dimana pada tahun 2011 mencapai US $ 8554 juta (Kemenparekraf 2012).

Sektor pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya

(Wahab 1992).

Industri pariwisata dianggap mampu menciptakan lapangan kerja serta

pembangunan ekonomi, dimana pada tahun 2011 mencapai Rp 7.44 Triliun

(Kemenparekraf 2012). Pembangunan ekonomi merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mewujudkan keadaan yang lebih

baik. Dalam hal pembangunan ekonomi juga dilaksanakan untuk memacu

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan rakyat secara adil dan merata (Raharjo 2006).

Pariwisata merupakan bisnis yang terus berkembang di Indonesia. Kegiatan

pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu negara tujuan wisata.

Keuntungan dari sektor pariwisata adalah sumbangan terhadap neraca pembayaran

dalam mendatangkan devisa, terciptanya kesempatan kerja, serta adanya

kemungkinan bagi masyarakat di negara penerima wisatawan tersebut untuk

meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup (Saptutyaningsih 2003).

Pertumbuhan pariwisata di Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan 5.94

persen pada tahun 2012. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang

pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak 654952 wisatawan. Jumlah

tersebut meningkat mencapai 693867 wisatawan pada tahun 2012 (BPS 2012). Hal

ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata semakin dikenal masyarakat

internasional.

Gambar 1 Penerimaan devisa dari wisatawan 2008-2011 (US $ juta)

Sumber: Kemenparekraf 2012

7347.66297.99

7603.458554.39

0

2000

4000

6000

8000

10000

2008 2009 2010 2011

Wisataw

an

Tahun

Page 12: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

2

Pada Gambar 1, terlihat bahwa penerimaan devisa dari sektor pariwisata pada

tahun 2011 mencapai US $ 8554.39 juta, sedangkan pada tahun 2010 penerimaan

devisa dari sektor pariwisata mencapai US $ 7603.45 juta. Hal ini mengindikasikan

bahwa penerimaan devisa mengalami peningkatan sebesar 13.16 persen pada tahun

2011. Sementara penerimaan devisa pada sektor pariwisata pada tahun 2008

mencapai US $ 7347.60 juta, sedangkan pada tahun 2009 mencapai US $ 6297.99

juta. Hal ini mengindikasikan perolehan devisa mengalami penurunan sebesar 16.16

persen pada tahun 2009. Hal ini disebabkan karena kecenderungan wisatawan yang

membatasi pengeluaran akomodasi selama berada di Indonesia dan menurunnya

daya beli wisman sebagai imbas krisis keuangan global. Meskipun demikian, jumlah

wisatawan mancanegara yang berkunjung meningkat menjadi 6.4 juta wisatawan

pada tahun 2009 (BPS 2010).

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi

dan sumberdaya alam yang dapat dikembangkan di sektor pariwisata. Kota Malang

merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Timur yang menjadikan pariwisata

sebagai program unggulan di daerah tersebut. Penetapan sektor pariwisata sebagai

sektor unggulan dilakukan dengan melihat adanya potensi alam yang masih dapat

dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata terhadap PDRB Kota malang

disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Distribusi persentase PDRB Kota Malang menurut kelompok sektor

tahun 2011 (%)

Sumber: BPS Kota Malang 2012

Sektor pariwisata termasuk dalam sektor tersier. Berdasarkan Gambar 2,

terlihat bahwa sektor tersier memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap

pembentukkan PDRB yang mencapai 65.16 persen. Berbanding terbalik dengan

perkembangan kontribusi sektor primer yang hanya mencapai 0.35 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa sektor tersier memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB

Kota Malang. Perkembangan Kota Malang sebagai kota tujuan wisata semakin

meningkat dan meluas khususnya pada jenis wisata belanja, kuliner, alam, seni,

budaya dan sejarah.

Industri pariwisata menjadi salah satu fokus pembangunan Kota Malang. Kota

Malang memiliki kekayaan alam yang berpotensi menjadi objek wisata yang

menarik. Beberapa objek wisata Kota Malang yang sudah berkembang dan sering

dikunjungi wisatawan diantaranya, Taman Rekreasi dan Pemandian Wendit,

Museum Brawijaya, Pemandian Watu Gede, Museum Bentoel, Pasar Minggu

Page 13: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

3

Semeru, dan Wisata Kuliner Pulosari. Perkembangan potensi alam yang masih dapat

dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata dapat memberikan kontribusi

terhadap PDRB Kota malang. Dapat dilihat pada Tabel 1, sektor pariwisata dalam

lima tahun terakhir memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap

pembentukan PDRB selama periode dari tahun 2007 hingga 2011. Perekonomian

Kota Malang mulai bertransformasi dari sektor pertanian ke sektor pariwisata

berdasarkan distribusi persentase menurut lapangan usaha disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi persentase PDRB Kota Malang atas dasar harga konstan 2000

menurut lapangan usaha tahun 2007-2011 (%)

SEKTOR 2007 2008 2009 2010 2011

Pertanian 0.48 0.44 0.42 0.40 0.35

Pertambangan dan penggalian 0.06 0.05 0.05 0.04 0.04

Industri pengolahan 32.91 32.13 30.89 30.29 30.06

Listrik dan air bersih 0.40 0.39 1.71 1.70 1.68

Bangunan 2.47 2.61 2.51 2.67 2.70

Perdagangan, hotel, dan restoran

Perdagangan besar & eceran

Hotel

Restoran

37.69

33.80

1.15

2.01

38.18

34.54

1.14

2.02

40.17

34.96

1.17

2.04

40.74

30.16

0.65

9.93

41.17

30.54

0.65

9.98

Pengangkutan dan komunikasi 4.77 4.80 3.26 3.28 3.28

Keuangan 8.66 8.82 7.67 7.66 7.63

Jasa-jasa 12.56 12.58 13.30 13.22 13.08

Sumber: BPS Kota Malang 2012

Pada Tabel 1, terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran

memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kota Malang. Distribusi persentase

PDRB sektor pariwisata menunjukkan share yang meningkat pada tahun 2007

berkisar antara 37.69 persen menjadi 41.17 persen pada tahun 2011. Jumlah

kontribusi hotel dan restoran mengalami peningkatan, terlihat pada tahun 2010

jumlah restoran menunjukkan peningkatan sebesar 79.45 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa kontribusi jumlah hotel dan restoran di daerah Kota Malang

dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB pariwisata. Tingginya kontribusi

pariwisata terhadap pembentukan PDRB menunjukkan bahwa pariwisata merupakan

sektor yang penting bagi Kota Malang.

Kota Blitar merupakan kota pembanding yang digunakan untuk menganalisis

perkembangan daya saing Kota Malang. Penetapan Kota Blitar menjadi kota

pembanding karena memiliki potensi dan daya tarik wisata. Kota Blitar terkenal

sebagai Kota Patria yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa

unggulan sehingga menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan untuk

mengembangkan ekonomi daerah. Kota Blitar merupakan salah satu tempat

kepahlawanan pejuang bangsa seperti Adipati Aryo Blitar, Bung Karno, Sodancho

Supriyadi.

Page 14: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

4

Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi besar terhadap

PDRB Kota Blitar. Distribusi persentase PDRB pariwisata menunjukkan share yang

meningkat pada tahun 2007 berkisar antara 23.53 persen menjadi 31.40 persen pada

tahun 2011. Tingginya kontribusi sektor pariwisata terhadap pembentukan PDRB

menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor unggulan Kota Blitar disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Persentase PDRB Kota Blitar atas dasar harga konstan 2000

menurut lapangan usaha pada tahun 2007-2011 (%)

SEKTOR 2007 2008 2009 2010 2011

Pertanian 8.15 7.12 7.99 7.70 7.48

Pertambangan dan penggalian 0.04 0.02 0.02 0.02 0.02

Industri pengolahan 13.40 11.67 11.77 11.48 11.30

Listrik dan air bersih 3.09 1.59 1.40 1.42 1.37

Bangunan 5.60 4.18 4.89 5.22 5.20

Perdagangan, hotel, dan restoran

Perdagangan besar & eceran

Hotel

Restoran

23.53

18.41

0.86

4.25

29.31

25.57

0.65

3.09

29.55

25.76

0.56

3.23

30.65

26.85

0.57

3.23

31.40

27.49

0.58

3.33

Pengangkutan dan komunikasi 14.08 13.47 11.32 11.10 11.14

Keuangan 12.87 11.24 12.09 12.15 12.24

Jasa-jasa 19.24 21.38 20.97 20.26 19.86

Sumber: BPS Kota Blitar 2012

Pariwisata menjadi suatu industri yang penting karena manfaat-manfaat

ekonomisnya sehingga setiap daerah mulai bersaing untuk mengembangkan potensi

daerah yang dimiliki. Daerah yang memiliki daya saing pariwisata yang lebih

unggul dapat dilihat dari pengembangan potensi yang dimiliki, sarana dan prasarana

yang memadai, serta pelayanan yang baik dan memuaskan (Sholeh 2010).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata mengalami

pertumbuhan yang positif. Hal ini mempelihatkan bahwa potensi pariwisata daerah

sudah dapat memberikan kontribusi cukup baik. Namun, kontribusi sektor pariwisata

masih dapat ditingkatkan, terlihat bahwa masih banyaknya potensi wisata yang

belum berkembang, sehingga dipelukan suatu penelitian yang dilakukan agar

pengembangan potensi berjalan secara optimal.

Perumusan Masalah

Kota Malang merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Timur yang

menjadikan pariwisata sebagai program unggulan di daerah tersebut. Penetapan

sektor pariwisata sebagai sektor unggulan dilakukan dengan melihat adanya potensi

alam yang masih dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata terhadap

Page 15: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

5

PDRB pariwsata. Pada Tabel 1, terlihat bahwa nilai kontribusi Kota Malang selalu

meningkat pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Akomodasi Pariwisata tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas wisata yang

merupakan salah satu faktor penting seperti hotel, restoran, penginapan, kafe, dan

sarana pendukung lainnya. Akomodasi di Kota Malang mengalami peningkatan tiap

tahunnya. Jumlah akomodasi yang ada di Kota Malang pada tahun 2011 sebanyak

65 yang terdiri dari 10 hotel berbintang, 42 hotel melati, dan 13 akomodasi lainnya.

Jumlah wisatawan yang menginap di hotel pada tahun 2011 tercatat sebesar

47421orang, jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya sebesar 67547 orang (BPS

2012). Kota Blitar sebagai kota pembanding yang digunakan untuk menganalisis

perkembangan daya saing industri pariwisata karena memiliki potensi dan daya tarik

wisata. Kota Blitar terkenal sebagai kota patria yang didukung oleh sistem

perdagangan barang dan jasa unggulan sehingga menjadikan sektor pariwisata

sebagai sektor unggulan untuk mengembangkan ekonomi.

Daya saing pariwisata memiliki peranan yang sangat penting terhadap

kunjungan wisatawan karena manfaat-manfaat ekonomisnya, sehingga setiap daerah

mulai bersaing untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Daya saing

pariwisata dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti indikator pengaruh

pariwisata, indikator daya tingkat harga, indikator infrastruktur, indikator kondisi

lingkungan, indikator tingkat harga, indikator keamanan, indikator sosial serta

indikator teknologi. Posisi daya saing yang semakin baik akan meningkatkan daya

tarik wisata sehingga jumlah wisatawan akan meningkat. Jumlah kunjungan

wisatawan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu persaingan dalam menarik

karakteristik wisatawan dengan objek wisata di daerah destinasi lain. Karakteristik

objek wisata yang ditawarkan memiliki daya tarik wisata alam. Karakteristik

wisatawan yang datang pun memiliki mayoritas wisatawan yang berasal dari

Jabodetabek.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan daya saing sektor industri pariwisata Kota Malang

dengan Kota Blitar?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perkembangan daya saing sektor industri pariwisata Kota Malang

dengan Kota Blitar.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat member manfaat bagi berbagai

pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:

Page 16: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

6

1. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan

masukan untuk perumusan kebijakan mengenai pengembangan sektor pariwisata

di Kota Malang dengan memerhatikan indikator-indikator penentu daya saing.

2. Bagi pelaku industri pariwisata, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

referensi untuk meningkatkan kinerja industri pariwisata Kota Malang

3. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tentang

bagaimana potensi dan masalah yang ada pada industri pariwisata di Kota

Malang.

4. Bagi penulis, diharapkan penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan

menjadikan bahan rujukan dalam membuat karya tulis lainnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis perkembangan daya saing industri pariwisata Kota

Malang dan Kota Blitar dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri

pariwisata Kota Malang. Metode yang digunakan untuk melihat perkembangan daya

saing pariwisata adalah metode Competitiveness Monitor dan periode waktu yang

digunakan untuk analisis daya saing adalah tahun 2007 hingga 2011. Analisis ini

difokuskan terhadap beberapa indikator daya saing industri pariwisata, antara lain:

Pengaruh pariwisata, infrastruktur, lingkungan, harga, keterbukaan, teknologi, dan

keamanan tempat wisata. Namun, indikator pengaruh pariwisata yang diukur dengan

PAD pariwisata diubah menjadi PDRB pariwisata, indikator teknologi dan Indikator

lingkungan dengan pengukuran kualitas udara tidak dibahas dalam penelitian ini

karena keterbatasan data yang tersedia.

Analisis tentang daya saing industri pariwisata difokuskan untuk melihat daya

saing industri pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar. Tujuannya adalah untuk

melihat bagaimana perkembangan indikator-indikator yang dianalisis. Sementara,

metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

industri pariwisata Kota Malang adalah metode Regresi Linier Berganda (Ordinary

Least Squre) dan periode yang digunakan adalah pada tahun 2002 hingga 2011.

Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain adalah jumlah hotel,

tingkat tenaga kerja, tingkat hunian hotel, dan jalan beraspal kualitas baik.

Tinjauan Pustaka

Menurut Halim (2004) pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sektor

pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor

ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan

pembangunna daerah.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

daerah pada periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),

dilihat dari atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB pada

dasarnya merupakan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit

Page 17: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

7

ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan

jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahunnya.

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tmbah barang dan jasa yang

dihitung dengan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar

(BPS 2000).

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu

kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata Wisata berarti perjalanan.

Menurut Wahab (1992) pariwisata mengandung tiga unsur antara lain: manusia

(unsur insan sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang

sebenarnya tercakup oleh kegiatan sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan

dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan). Jadi definisi

pariwisata merupakan salah satu industri baru yang mampu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf

hidup dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima

wisatawan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan mendefinisikan pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Damanik dan

Webber (2006) memberikan pengertian pariwisata sebagai kegiatan rekreasi di luar

domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain.

Pariwisata sebagai serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

perorangan atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain

dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari

penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan bersifat sementara dan pada waktunya

akan kembali ke tempat semula (Heriawan 2004).

Menurut Yoeti (2003), syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan

pariwisata apabila: (1) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, di luar

tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; (2) Tujuan perjalanan semata-mata

untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang

dikunjungi; (3) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi. World

Tourism Organization (2008) menyepakati bahwa pariwisata telah menjadi

fenomena sosial ekonomi yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan

pergaulan global antara bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata menjadi penting bagi

kehidupan karena terkait dengan dampaknya pada perkembangan ekonomi, sosial,

budaya, dan pendidikan baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

World Tourism Organization, WTO (1995) mendefinisikan permintaan

pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karena adanya

kegiatan pariwisata. Pihak yang melakukan permintaan adalah wisatawan,

pemerintah, serta swasta dalam rangka investasi dan promosi wisata. Menurut Yoeti

(2003), permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi menjadi dua yaitu potential

demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang

berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata. Sedangkan actual demand adalah

orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu Daya Tarik

Wisata (DWT).

Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah destinasi

kepada wisatawan yang real maupun potensial. Penawaran pariwisata mencakup

seperti hotel, restoran, transportasi domestik dan lokal, industri kerajinan, jasa

Page 18: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

8

hiburan, serta biro perjalanan. Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen

penawaran wisata terdiri dari Triple A, yang terdiri dari:

1. Atraksi

Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata yang memberikan kenikmatan

kepada wisatawan. Atraksi dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya , dan buatan.

2. Aksebilitas

Aksebilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang

menghubungakn wisatawan ke daerah tujuan wisata. Akses ini tidak hanya

menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu,

kenyamanan, dan keselamatan.

3. Amenitas

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan

pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standar

proses mendefinisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang

lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1)

kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya; (2) kemampuan menghubungkan

dengan lingkungannya; (3) kemampuan meningkatkan kinerja; (4) kemampuan

menegakkan posisi yang menguntungkan.

Daya saing menurut Porter (1995) dapat didefinisikan sebagai kemampuan

usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang

dihadapi. Porter menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal berikut: (1)

mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; (2) dapat

meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam kondisi regional ekonomi maupun

entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3) kepercayaan

bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.

Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat

bergantung pada tingkat sumber daya relatif atau keunggulan kompetitif. Konsep

keunggulan kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk

memperkuat posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan

perbedaan dengan yang lainnya.

Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan

untuk melihat daya saing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor

diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC) pada

tahun 2001 sebagai alat ukur daya saing pariwisata. Analisis ini menggunakan

delapan indikator yang digunakan untuk melihat daya saing. Indikator tersebut

antara lain (World Tourism Organization 2008):

1. Indikator pengaruh pariwisata, menunjukkan pencapaian perkembangan

ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut.

2. Indikator persaingan tingkat harga, menunjukkan harga komoditi yang

dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata.

3. Indikator perkembangan infrastruktur, menunjukkan perkembangan infrastruktur

di daerah tujuan wisata.

4. Indikator lingkungan, menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran

penduduk dalam memelihara lingkungannya.

5. Indikator sumberdaya manusia, menunjukkan kualitas sumberdaya manusia

daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada

turis.

Page 19: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

9

6. Indikator keterbukaan, menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi wisata

terhadap kunjungan wisatawan asing di daerah tujuan wisata.

7. Indikator sosial, menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata

di daerah destinasi.

8. Indikator kemajuan teknologi, menunjukkan perkembangan infrastruktur dan

teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk teknologi

tinggi di daerah tujuan wisata.

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pariwisata dan daya saing sudah banyak dilakukan

sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas sektor

pariwisata antara lain:

Floriyana (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis daya saing dan faktor-

faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur dengan

menggunakan Competitiveness Monitor untuk analisis daya saing, sedangkan faktor-

faktor yang memengaruhi PAD pariwisata Kabupaten Cianjur menggunakan

Ordinary Least Square (OLS).

Analisis daya saing menggunakan Kabupaten Bogor sebagai daerah

pembanding. Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator perkembangan

infrastruktur, indikator keterbukaan, dan indikator pengaruh pariwisata

menunjukkan pertumbuhan yang negatif sejak tahun 2006 hingga 2010, sedangkan

indikator sosial, indikator lingkungan, indikator sumberdaya manusia, dan indikator

persaingan tingkat harga cenderung konstan

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten

Cianjur terhadap pembentukan PAD menggunakan beberapa variabel, antara lain:

jumlah hotel, jumlah restoran, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel dan

tingkat tenaga kerja sektor pariwisata. Hasil analisis menunjukkan jumlah hotel,

jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, dan tingkat tenaga kerja sektor

pariwisata berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap industri pariwisata.

Jumlah restoran ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap industri pariwisata

Kabupaten Cianjur.

Sholeh (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis daya saing dan pengaruh

industri pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bogor dengan menggunakan

Competitiveness Monitor untuk mengukur trend perkembangan daya saing dan

metode regresi untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi PAD pariwisata

Kabupaten Bogor.

Analisis daya saing menggunakan Kota Yogyakarta sebagai daerah

pembanding. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan dari Human

Tourism Indikator, Price Competitiveness Indikator, Human Resources Indikator,

dan Sosial Development Indikator sejak tahun 2004 hingga 2008 terus meningkat.

Environment Indikator dan Technology Advencement Indikator mengalami

perkembangan yang konstan. Analisis pengaruh industri pariwisata terhadap

pembentukan PAD menggunakan beberapa variabel, antara lain adalah jumlah hotel,

jumlah wisatawan, dan pajak hiburan. Hasil analisis memperlihatkan semua variabel

berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Kabupaten Bogor.

Yulianti (2009) menganalisis faktor-faktor penentu daya saing dan preferensi

wisatawan dalam berwisata dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond dan

Page 20: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

10

metode probit menyebutkan bahwa potensi dan kondisi faktor-faktor yang

memengaruhi daya saing kepariwisataan Kota Bogor menarik dan beragam namun

tidak diiringi jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Hal ini karena

fasilitas kepariwisataan yang kurang memadai baik dari segi kualitas maupun

kuantitas. Selain itu, anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan

kepariwisataan Kota Bogor masih sangat kurang untuk membiayai peningkatan

kualitas dan kuantitas kepariwisataan Kota Bogor.

Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke

Kota Bogor menurut penelitian ini adalah variabel pendidikan, intensitas biaya, dan

kenyamanan. Semua variabel signifikan pada taraf nyata sepuluh persen. Hal ini

memperlihatkan semakin besar nilai variabel-variabel tersebut maka semakin besar

pula peluang wisatawan yang preferensi wisatanya ke Kota Bogor

Trisnawati (2007) melakukan penelitian dengan judul analisis daya saing

industri pariwisata untuk meningkatkan ekonomi daerah “kajian perbandingan daya

saing pariwisata antara Surakarta dan Yogyakarta”. Bertujuan untuk mengukur

indeks daya saing industri pariwisata antara Surakarta dan Yogyakarta. Metode

analisis yang digunakan adalah Competitiveness Monitor (CM).

Hasil analisis yang menunjukkan bahwa indeks daya saing pariwisata

Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Price Competitiveness

Indikator (PCI), Yogyakarta mempunyai indeks yang lebih tinggi dibandingkan

Surakarta. Berdasarkan Infrastructure Development Indikator (IDI) menunjukkan

bahwa pendapatan per kapita di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata,

namun pertumbuhan pendapatan perkapita Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan

Surakarta. Environment Indikator (EI) menunjukkan bahwa tingkat kepadatan

penduduk di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata. Technology

Advancement Indikator (TAI) menunjukkan indeks nilai Yogyakarta lebih tinggi.

Human Resources Indikator (HRI) menunjukkan bahwa indeks pendidikan di

destinasi Yogjakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Openess Indikator (OI)

daya saing pariwisata destinasi Yogyakarta kembali menunjukkan angka yang lebih

tinggi. Indikator terakhir, Social Development Indikator (SDI) menunjukkan bahwa

rata-rata masa tinggal turis di Yogyakarta lebih lama dibandingkan di Surakarta. Hal

ini mengindikasikan bahwa daya saing pariwisata Yogyakarta secara menyeluruh

lebig tinggi dibandingkan Surakarta. Indikatoe-indikator menunjukkan bahwa

pariwisata Yogyakarta lebih unggul.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah daerah

penelitian, variabel, dan periode waktu yang digunakan. Daerah yang dianalisis pada

penelitian ini adalah Kota Malang. Variabel yang digunakan adalah jumlah hotel,

jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, tingkat tenaga kerja pariwisata.

Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan periode waktu dari tahun

2002 hingga 2011.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian terdahulu, analisis daya saing dilakukan dengan

metode Competitiveness Monitor, sedangkan analisis faktor-faktor yang

memengaruhi dilakukan dengan Ordinary Least Square. Variabel bebas yang

digunakan adalah jumlah hotel dan jalan beraspal kualitas baik, yang menunjukkan

bahwa keduanya merupakan faktor utama yang memengaruhi penawaran pariwisata.

Page 21: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

11

Faktor lain yang memengaruhi penawaran pariwisata adalah jumlah restoran, jumlah

wisatawan, tingkat tenaga kerja pariwisata, tingkat hunian hotel, dan pajak hotel.

Penelitian-penelitian terdahulu menjadi rujukan untuk penyusunan kerangka

pemikiran dalam penelitian ini.

Kerangka pemikiran yang mencakup perkembangan sektor pariwisata yang

memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kota Malang dan Kota. Dimana kota

tersebut memiliki objek wisata yang beraneka ragam dan potensi yang besar untuk

menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber utama PDRB. Sehingga analisis

perkembangan daya saing pariwisata penting dilakukan untuk menunjukkan

perkembangan sektor pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar. Analisis mengenai

faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata diperlukan untuk melihat

variabel apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap industri pariwisata. Sehingga

dapat membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan daerah

disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka pemikiran

Perkembangan industri pariwisata

Kota Malang dan Kota Blitar

Analisis faktor-faktor yang

memengaruhi industri pariwisata

Analisis perkembangan daya saing

PDRB

Competitiveness Monitor

Ordinary Least Square (OLS)

Kontribusi perkembangan industri

pariwisata Kota Malang dan Kota

Blitar

Kebijakan pemerintah daerah untuk

meningkatkan pembangunan industri

pariwisata

Page 22: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

12

Metode Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang

digunakan untuk analisis daya saing merupakan data sekunder dari tahun 2007

hingga 2011. Sedangkan, analisis faktor-faktor yang memengaruhi pariwisata

menggunakan data time series dari tahun 2002 hingga 2011. Data yang digunakan

pada penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik

(BPS), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif. Selain itu, sumber juga terdapat pada literatur yang ada di perpustakaan IPB,

media massa, dan internet.

Metode Analisis

Analisis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan dua metode, yaitu

metode Competitiveness Monitor (CM) untuk menganalisis daya saing, dan

Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

daerah Kota Malang.

Competitiveness Monitor (CM)

Metode yang digunakan dalam penelitian daya saing adalah Competitiveness

Monitor (CM). Kota Blitar merupakan kota pembanding untuk menganalisis daya

saing industri pariwisata Kota Malang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah indeks daya saing pariwisata yang dibentuk dari delapan indikator penentu

daya saing pariwisata yang telah ditetapkan oleh World Tourism Organization

(WTO). Kedelapan indikator tersebut adalah sebagai berikut (World Tourism

Organization 2008):

1. Indikator Pengaruh Pariwisata

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat

kedatangan turis pada daerah tersebut. Indikator ini diukur dengan menggunakan

Tourism Impact Index (TII). Besarnya TII dapat dihitung dengan rumus berikut:

2. Indikator Daya saing Tingkat Harga (IDHT)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama

berwisata di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini

adalah Purchasing Power Party (PPP) dan rata-rata tarif minimum hotel berbintang.

IDHT = f(PPP, rata-rata tarif minimum hotel berbintang)

3. Indikator Perkembangan Infrastruktur (IPI)

Indikator ini menunjukkan infrastruktur di daerah tujuan wisata. Pengukuran

yang digunakan untuk indikator ini adalah panjang jalan beraspal dan kualitas jalan.

Rumus dari indikator ini adalah sebagai berikut:

TII = PDRB pariwisata

PDRB total

Page 23: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

13

IPI = f(panjang jalan beraspal,kualitas jalan)

4. Indikator Lingkungan

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam

memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah

indeks kepadatan penduduk, dan indeks kualitas udara menggunakan temperatur.

Kepadatan penduduk = Jumlah penduduk

Luas wilayah

Kualitas udara = temperatur

5. Indikator Sumberdaya Manusia (ISM)

Indikator ini menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut

sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada turis. Pengukuran yang

digunakan untuk indikator ini adalah indeks pendidikan yang dapat diukur dengan

rumus sebagai berikut:

ISM = f(angka melek huruf, rata-rata lama sekolah)

6. Indikator Keterbukaan (IK)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap kunjungan

wisatawan asing di daerah tujuan wisata. Rumus untuk mengukur indikator

keterbukaan adalah sebagai berikut:

IK = Jumlah wisatawan asing yang menginap di hotel

Total tamu hotel

7. Indikator Sosial

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis dalam berwisata di

daerah destinasi. Ukuran SDI adalah rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi.

SDI = rata-rata masa tinggal turis asing

Metode Competitiveness Monitor tidak memiliki standar baku untuk melihat

tinggi atau rendahnya nilai daya saing dari setiap indikator. Analisis ini hanya

membandingkan hasil pengukuran daya saing Kota Malang dengan daerah

pembandingnya, yaitu Kota Blitar. Pemilihan Kota Blitar sebagai daerah

pembanding dilakukan karena Kota Blitar dalam kawasan Provinsi Jawa Timur dan

memiliki kontribusi besar terhadap PDRB menurut lapangan usahanya pada sektor

pariwisata.

- Uji-t

Uji-t digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu grup sampel berbeda

dengan grup sampel lainnya (Juanda 2009). Setelah mendapatkan nilai masing-

masing indikator, maka dapat dilakukan uji t untuk melihat signifikan perbedaan

daya saing di Kota Malang dan Kota Blitar. Uji-t yang dilakukan dengan

menggunakan software SPSS.

Page 24: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

14

Hipotesis:

Ho : β1 ≤ 0 i = 1,2,3,…0

H1 : β1 > 0

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut:

Jika t-hitung ≥ tα/2 (n-k) maka tolak H0

Jika t-hitung < tα/2 (n-k) maka terima H0

Jika t-hitung > t-tabel (tα/2 (n-k) maka tolak H0, artinya daya saing Kota

Malang lebih tinggi dibandingkan daya saing Kota Blitar. Jika t-hitung < tα/2 (n-k)

maka terima H0 hal ini berarti daya saing Kota Malang relatif sama atau lebih

rendah dibandingkan daya saing Kota Blitar.

Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini analisis untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi

industri pariwisata Kota Malang. Metode analisis yang digunakan adalah metode

Regresi Linier Berganda (ordinary Least Square) dengan menggunakan software

Microsoft Excel 2007 dan software SPSS.

Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linier berganda. Analisis regresi

linier berganda menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X (variabel

bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel tak bebas) yang

merupakan akibat. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel bebasnya.

Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel, namun juga

mengukur besaran hubungan kausalitasnya.

Menurut Walpole (1995), model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1 x1 + b2 x2 + br xr

Keterangan:

r = 1,2,3,..,N

b0 = intersep

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor Pariwisata Kota Malang Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang

menggunakan PDRB sektor pariwisata sebagai variabel dependen. Variabel

independen yang digunakan antara lain jumlah hotel, jalan beraspal kualitas baik,

tingkat hunian hotel, dan tingkat tenaga kerja sektor pariwisata. Model persamaan

untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi sektor adalah sebagai berikut:

PDRBPart = αo + αJHt + αJBKBt + αTPTKPt+αTHHt + et

Keterangan:

PDRBPart = Jumlah produk domestik regional bruto sektor pariwisata

pada periode t (Rupiah)

JHt = Jumlah hotel dan akomodasi lainnya pada periode t (Unit)

Page 25: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

15

JBKBt = Jalan beraspal kualitas baik pada periode t (Km)

TPTKPt = Tingkat tenaga kerja pariwisata pada periode t (Persen)

THHt = Tingkat hunian hotel pada periode t (Persen)

et = error term

Langkah selanjutnya adalah mengubah data-data yang berada pada persamaan

tersebut ke dalam bentuk logaritma untuk mempermudah dalam melihat respon dari

setiap variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen.

LnPDRBPart = αo + αLnJHt + αLnJBKBt + αTPTKPt + αTHHt + et

Keterangan:

LnPDRBPart = Jumlah produk domestik regional bruto sektor pariwisata

pada periode t (Persen)

LnJHt = Jumlah hotel dan akomodasi lainnya pada periode t (Persen)

LnJBKBt = Jalan beraspal kualitas baik pada periode t (Persen)

TPTKPt = Tingkat tenaga kerja pariwisata pada periode t (Persen)

THHt = Tingkat hunian hotel pada periode t (Persen)

et = error term

Kemudian model tersebut dianalisis menggunakan kriteria-kriteria uji agar

model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis Ordinary Least Square

(OLS), seperti tidak ada masalah-masalah normalitas, autokorelasi,

heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.

Identifikasi Model

Setelah mendapatkan parameter estimasi yang dianggap sesuai, maka

dilakukan tiga uji kriteria terhadap parameter tersebut, yakni uji kriteria statistik, uji

ekonometrika, dan uji ekonomi.

- Uji Kriteria Statistik

Tujuan pengujian adalah melihat korelasi antar variabel persamaan, yaitu

dengan menggunakan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi.

Uji t dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, apakah

variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel tak bebas. Perbandingan

antara t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukkan daerah atau wilayah

penolakan. Selain itu, uji ini digunakan untuk keabsahan dari hipotesis dan

membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau

tidak.

Hipotesis:

Ho : β1 = 0 i = 1,2,3,…0

H1 : β1 ≠ 0

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t sebagai berikut:

Jika t-hitung ≥ tα/2 (n-k) maka tolak Ho

Jika t-hitung < tα/2 (n-k) maka terima Ho

Page 26: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

16

Jika t-hitung ≥ t-tabel (t /2( − )), maka tolak Ho hal ini berarti variabel bebas

yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya pada taraf nyata

α. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t /2( − )), maka terima H0 hal ini berarti

variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel bebasnya

pada taraf α.

Uji F adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak

bebas secara keseluruhan dengan menggunakan pengujian F-hitung. Uji F juga

digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diajukan untuk menduga

parameter yang ada pada persamaan.

Hipotesis:

H0 : βo = β1 = β2 = … = βn = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel tak bebas)

H1 : minimal ada salah satu β1≠ 0 (paling sedikit ada satu variabel

bebas yang berpengaruh nyata

terhadap variabel tak bebas)

β = dugaan parameter

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji F adalah sebagai berikut:

Jika F-hitung > (F( −1, − ), maka tolak H0

Jika F-hitung < (F( −1, − ), maka terima H0

Jika hasil F-hitung > F-tabel (F( −1, − )), maka tolak H0 minimal terdapat

variabel bebas yang nilainya tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap variabel tak

bebas. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel (F( −1, − )), maka terima H0 hal ini

berarti tidak ada variabel bebas yang dapat menjelaskan secara nyata keragaman dari

variabel bebas.

Koefisien determinasi (R2) dan Adjusted R

2 digunakan untuk melihat sejauh

mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas dan untuk

melihat seberapa kuat variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak

bebas serta untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan pada model dapat

menerangkan model tersebut. Menurut Gujarati (1993) terdapat dua sifat R-squared,

yaitu:

a. Merupakan besaran non-negatif.

b. Batasnya adalah 0 ≤ R2

≥ 1. Jika R2 bernilai 1 ada suatu kecocokan sempurna,

sedangkan jika R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas

dengan variabel tak bebas.

Uji Kriteria Ekonometrika

Uji ekonometrika dilakukan untuk memastikan estimator bersifat BLUE, maka

harus dilakukan uji asumsi yang memastikan estimator menyebar normal dan bebas

dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinieritas.

Uji asumsi normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term

terdistribusi secara normal (Firdaus 2004). Model regresi seperti ini disebut model

regresi linear normal klasik. Regresi normal klasik mengasumsikan bahwa tiap €i

didistribusikan secara normal dengan:

Page 27: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

17

1. Rata-rata : E (€i) = 0

2. Varians : E (€i) = σ2

3. Cov (€i, €j) : E (€i, €j) = 0, i ≠ j

Uji asumsi autokorelasi sering ditemukan pada berbagai penelitian adalah

adanya hubungan serius antara gangguan estimasi satu observasi dengan gangguan

estimasi obserbasi yang lain. Nisbah antara observasi inilah yang disebut menjadi

tidak bias, nilai galat baku terkorelasi sehingga ramalan menjadi tidak efisien, dan

ragam galat berbias. Uji Durbin Watson (Uji DW) biasa digunakan untuk melihat

ada atau tidaknya autokorelasi pada model. Nilai hitung statistik d dibandingkan

dengan d tabel, yaitu dengan batas bawah (dL) dan batas atas (dU). Hasil

perbandingan akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Jika d < dL, berarti ada autokorelasi positif.

2. Jika d > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif.

3. Jika dL < d < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif

4. Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4-dU ≤ d ≤ 4-dL, berarti tidak dapat disimpulkan.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah autokorelasi adalah

sebagai berikut (Gujarati, 1993):

a. Menghilangkan variabel bebas yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel

tak bebas.

b. Apabila terjadi kesalahan dalam hal spesifikasi model, hal ini dapat di atasi

dengan mentransformasi model, misalnya dari model linier menjadi model non-

linier atau sebaliknya.

Uji asumsi heteroskedastisitas adalah suatu model dikatakan baik apabila

memenuhi asumsi homoskedastisitas atau memiliki ragam error yang sama.

Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians

gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidak bernilai konstan.

Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir

OLS tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians yang minimum

(efisiensi). Menurut Gujarati (1993), jika terjadi heteroskedastisitas maka akan

berakibat sebagai berikut:

a. Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varian yang minimum

atau estimator tidak efisien.

b. Prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya

akan mempunyai varian yang tinggi sehingga prediksi menjadi tidak efisien.

c. Tidak dapat diterapkannya uji nyata koefisien atau selang kepercayaan dengan

menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varian.

Memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat ditujukkan

dengan White-Heteroskedastisity Test, dimana tidak perlu asumsi normalitas dan

relatif mudah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji keberadaan

heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : = 0 (homoskedastisitas)

H1 : ≠ 0 (heteroskedastisitas)

Page 28: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

18

Jika nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata yang digunakan maka

hipotesis Ho diterima yang berarti tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada

model. Jika nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata yang digunakan,

maka hipotesis H0 ditolak yang berarti terdapat gejala heteroskedastisitas pada

model. Solusi dari masalah ini adalah mencari transformasi model asal sehingga

model yang baru akan memiliki error term dengan varian yang konstan.

Uji asumsi multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna

antara beberapa atau semua variabel yang ada pada model. Multikolinearitas

menyebabkan koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error

setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Gujarati (1993) mengemukakan

tanda-tanda adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut:

a. Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan.

b. R-squared-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak bahkan tidak ada yang

nyata.

c. Korelasi sederhana antara variabel individu tinggi (r tinggi).

d. R2

< r menunjukkan adanya masalah multikolinearitas.

Solusi untuk mengatasi masalah multikolinieritas menurut Gujarati (1993)

adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya.

b. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu.

c. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi.

d. Mentransformasikan data.

e. Mendapatkan tambahan data baru.

Uji Ekonomi

Uji ekonomi dilakukan dengan mencocokan tanda dan besaran dalam model

dengan teori ekonomi. Jika model dan besaran hasil estimasi sesuai dengan teori

ekonomi mengenai pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabelterikat,

maka model dapat dikatakan baik.

GAMBARAN UMUM

Kondisi Umum Kota Malang

Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena

potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kota Malang secara geografis berada pada

posisi 112.060

-112.070 Bujur Timur, 7.06

0-8.02

0 Lintang Selatan, dengan batas-

batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kec. Singosari dan Kec. Karangploso Kab. Malang

2. Sebelah Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang Kab. Malang

3. Sebelah Selatan : Kec. Wagir dan Kec. Pakisaji Kab. Malang

4. Sebelah Barat : Kec. Wagir dan Kec. Dau Kab. Malang

Page 29: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

19

Luas wilayah Kota Malang sebesar 110.06 km2

yang terbagi dalam lima

wilayah kecamatan yaitu kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun,

Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing, dan Kecamatan Lowokwaru. Kota Malang

berada pada ketinggian 440 hingga 667 meter di atas permukaan laut. Kondisi iklim

Kota Malang selama tahun 2010 tercatat rata-rata suhu udara berkisar 23.20

C hingga

24.40 C. Rata-rata suhu udara Kota Malang selama tahun 2010 lebih rendah

dibandingkan tahun 2009. Suhu absolut terendah terjadi pada bulan Mei mencapai

190

C dan tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 29.20

C.

Tabel 3 Luas kecamatan (km2) dan persentase terhadap luas kabupaten (%)

Kecamatan Luas kecamatan (km2)

Persentase terhadap luas

kabupaten (%)

Klojen 8.8 8.0

Blimbing 17.8 16.1

Lowokwaru 22.6 20.5

Kedungkandang 39.9 36.2

Sukun 20.9 19.0

Sumber: BPS Kota Malang 2011

Pada Tabel 3, terlihat bahwa luasan kabupaten dan persentase luasan

kabupaten, wilayah Kedungkandang merupakan terluas dari Kota Malang. Luasan

Kecamatan Kedungkandang adalah 39.9 km2 atau 36.2 persen dari total wilayah

Kota Malang. Kecamatan Lowokwaru merupakan wilayah terluas kedua dengan

luasan 22.6 km2 atau 20.5 persen dari total Kota Malang.

Luas wilayah Kota Malang yang memiliki luas 110.06 km2 dengan jumlah

penduduk 820243 jiwa, maka kepadatan penduduk Kota Malang sebesar

7453 jiwa/km2. Penyebaran kepadatan penduduk di kecamatan Kota Malang

kepadatan penduduknya paling besar berada di wilayah kecamatan Klojen

11994 jiwa/km2 dan yang terendah berada di wilayah kecamatan Kedungkandang

4374 jiwa/ km2 (BPS 2012).

Tabel 4 Struktur penduduk Kota Malang berdasarkan piramida penduduk

Kelompok Umur Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah laki-

laki dan

perempuan

(jiwa)

Persentase

(%)

0-14 94411 89757 184168 22

15-64 291085 299584 590669 72

65+ 19057 26349 45406 6

Total 404553 415690 820243 100

Rasio Jenis Kelamin 97.321

Sumber: BPS Kota Malang 2011

Page 30: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

20

Pada Tabel 4, terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Malang berdasarkan hasil

sensus penduduk diseluruh wilayah Indonesia tahun 2010 tercatat jumlah penduduk

Kota Malang sebesar 820243 jiwa, yang terdiri dari 404553 jiwa penduduk laki-laki

dan 415690 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan struktur penduduk Kota

Malang perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan sebesar 97.32

persen, artinya dari 97 hingga 98 penduduk laki-laki dari 100 penduduk perempuan.

Struktur penduduk berdasarkan piramida penduduk, maka Kota Malang digolongkan

sebagai penduduk tua karena persentase jumlah penduduk kelompok umur 15-64

tahun sebesar 72 persen lebih dari 60 persen maka masuk kelompok penduduk tua.

Objek Wisata di Kota Malang

Kota Malang memiliki objek wisata yang bermacam-macam yaitu objek wisata

alami, wisata buatan, dan wisata budaya. Beberapa objek wisata Kota Malang yang

berkembang di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Taman Rekreasi dan Pemandian Wendit

Taman Rekreasi dan Pemandian Wendit merupakan kolam renang yang luas,

baik untuk dewasa dan anak-anak, terdapat perahu dayung, dan water technology.

Masyarakat mempunyai kepercayaan pemandian wendit memiliki khasiat membuat

wajah tampak lebih muda dan mata air wendit merupakan salah satu sumber air bagi

PDAM Kota Malang. Didalamnya terdapat monumen pesawat Mig-19 yang dahulu

berada di bandara Abdul Rachman Saleh.

2. Taman Tlogomas

Taman tlogomas terletak di daerah Tlogomas yang berjarak 7 km dari pusat kota.

Taman tlogomas merupakan tempat rekreasi yang dilengkapi kolam renang dan

arena bermain.

3. Taman Rekreasi Kota

Taman rekreasi kota terletak di tengah Kota Malang yaitu berada di jalan

Simpang Majapahit, tepatnya dibelakang Gedung Balaikota Malang. Taman Kota

Malang adalah untuk memenuhi keinginan masyarakat akan sarana rekreasi dan

tempat bermain anak-anak di tengah kota yang memadai dan terjangkau.

4. Museum Brawijaya

Museum Brawijaya di Kota Malang didirikan pada tanggal 4 Mei 1968, untuk

dapat menikmati barang-barang peninggalan sejarah didalam museum Brawijaya

cukup mengeluarkan uang Rp 1500,- perorang, relatif sangat murah dan bisa

dijangkau untuk semua kalangan. Semboyan dari museum Brawijaya Malang adalah

“Citra Uthapana Cakra”. Berasal dari bahasa sansekerta Citra berarti sinar, Uthapana

berarti yang membangkitkan, dan Cakra adalah kekuatan. Berarti jika disatukan arti

semboyan tersebut mempunyai makna “Sinar Yang Membangkitkan Kekuatan”.

Untuk pengunjung, Museum Brawijaya Malang terhitung cukup terkenal, mulai dari

sabang sampai merauke, bahkan dari luar negeri juga pernah mengunjungi Museum

tersebut, diantaranya Australia, Jepang, China, Amerika dan negara-negara besar

lainnya.

Page 31: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

21

5. Pemandian Watu Gede

Pemandian Watu Gede merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan

Singosari. Pada jaman kerajaan dahulu, tempat ini sering dipakai sebagai tempat

pemandian oleh raja-raja Singosari. Menariknya dari pemandian ini yaitu sumber

airnya yang tersebar disisi pemandian dengan debit air yang cukup tinggi. Letaknya

kurang lebih 10 km dari pusat kota Malang, 100 m dari stasiun kereta api Singosari.

6. Kebun Teh Wonosari

Kebun teh wonosari terletak sekitar 30 km dari Malang. Kesenangan perkebunan

ini memberikan sebuah panorama yang sepesial, cantik berkesan dari perkebunan

teh. Perkebunan ini merupakan sebuah wilayah pada landaian dari arjuno gunung

sampai desa Toyomarto Singosari, daerah Wonosari. Wisatawan dapat menonton

dan menikmati kesan spesial, yaitu melihat proses teh itu dibuat dan bisa

menikmatinya secara langsung.

7. Museum Bentoel

Berawal dari seorang bernama Ong Hok Liong dibantu keluarganya yang

memulai pembangunan pabrik rokok sederhana di jalanan Pecinan (Wiromargo)

pada tahun 1925. Berkat keuletannya, ia berhasil menjadikan industri rokok yang

didirikannya itu menempati lima besar industri rokok kretek di negeri Indonesia.

Perusahaan ini berada di Jl. Pecinan Kecil no.32 Malang yang sekarang bernama Jl.

Wiromargo. Pada masa sekarang, rumah ini digunakan sebagai museum sejarah

Pabrik Rokok P.T. Bentoel.

8. Wisata Kuliner Pulosari

Kawasan wisata kuliner Pulosari merupakan kios-kios sederhana kaki lima dan

menjadi salah satu tempat kuliner yang sering dikunjungi, terdapat berbagai aneka

jajanan seperti jagung bakar, roti bakar, dan pisang bakar. Kawasan yang terletak

pada Jalan Pulosari sangat digemari oleh masyarakat malang terutama para kawula

muda untuk menghabiskan waktu di malam hari.

Perkembangan Jumlah Wisatawan

Akomodasi di Kota Malang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Jumlah

akomodasi yang ada di Kota Malang pada tahun 2011 sebanyak 65 yang terdiri dari

10 hotel berbintang, 42 hotel melati, dan 13 akomodasi lainnya. Rata-rata masa

tinggal wisatawan berkisar 4.96 hingga 5.56 hari (BPS 2012). Akomodasi Pariwisata

tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas wisata, yang merupakan salah satu faktor

penting pariwisata untuk datang berkunjung ke suatu objek wisata seperti hotel,

restoran, penginapan, kafe, dan sarana pendukung lainnya.

Daya tarik wisata yang terdapat di Kota Malang meningkat sejak tahun 2007

hingga 2010, namum sejak tahun 2011 jumlah wisatawan domestik mencapai

123818 dan 13340 wisatawan untuk tamu asing pada hotel berbintang, hal ini

mengindikasikan pertumbuhan wisatawan domestik dan asing mencapai 23.14

persen dan 36.62 persen pada tahun 2011. Sementara pada hotel tak berbintang

jumlah tamu domestic yang datang mengalami penurunan mencapai 13.66 persen

pada tahun 2011. Hal ini di duga karena kurangnya akomodasi yang diberikan

Page 32: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

22

seperti hotel berbintang hanya berjumlah 10 hotel dan harga yang ditawarkan tinggi

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak

berbintang daerah Kota malang

Tahun Hotel Berbintang Hotel Tak Berbintang

Asing Domestik Asing Domestik

Nilai (wisatawan)

Trend (%)

2007 10290

(14.33)

118596

(9.03)

231

(-5.71)

98070

(10.73)

2008 10290

(0)

140429

(18.41)

160

(-30.73)

117350

(19.66)

2009 19689

(91.34)

155129

(10.46)

156

(-2.5)

117549

(0.16)

2010 20916

(6.23)

161098

(3.85)

186

(19.23)

133527

(13.59)

2011 13340

(-36.62)

123818

(-23.14)

304

(-63.44)

115284

(-13.66)

Sumber: BPS Kota Malang 2012

PEMBAHASAN

Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Kota Malang

Menurut Porter (1995) konsep daya saing dapat didefinisikan sebagai

kemampuan usaha suatu perusahaan dalam indikator untuk menghadapi berbagai

lingkungan yang dihadapi. Porter menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal

berikut: (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; (2)

dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam kondisi regional ekonomi

maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3)

kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.

Metode yang digunakan dalam penelitian daya saing pariwisata Kota Malang

dan Kota Blitar adalah Competitiveness Monitor (CM). Kota Blitar merupakan kota

pembanding yang digunakan untuk menganalisis daya saing industri pariwisata Kota

Malang. Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan

untuk melihat daya saing. Analisis ini menggunakan 8 indikator untuk menganalisis

daya saing diantaranya adalah indikator pengaruh pariwisata, indikator daya saing

tingkat harga, indikator perkembangan infrastruktur, indikator lingkungan, indikator

sumberdaya manusia, indikator kemajuan teknologi, indikator keterbukaan, dan

indikator sosial. Hasil analisis daya saing dengan menggunakan Competitiveness

Monitor untuk daerah Kota Malang dan Kota Blitar disajikan pada Tabel 6.

Page 33: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

23

Tabel 6 Perkembangan indikator daya saing pariwisata Kota Malang dan Kota

Blitar pada tahun 2007-2011

Indikator Wilayah 2007 2008 2009 2010 2011 Trend

(%)

Tourism

Impact Index

Kota

Malang 0.377 0.382 0.402 0.407 0.412 2.18

Kota

Blitar 0.235 0.306 0.299 0.306 0.312 6.27

Purchasing

Power Parity

Kota

Malang - - 45.850 52.490 61.110 13.35

Kota

Blitar - - 35.620 42.860 45.930 11.79

Persentase

Jalan Beraspal

Kualitas Baik

Kota

Malang 80.480 85.026 93.550 93.550 93.550 3.62

Kota

Blitar 63.602 71.152 88.249 99.306 99.810 10.4

Indeks

pendidikan

Kota

Malang 0.111 0.111 0.111 0.111 0.112 0.23

Kota

Blitar 0.098 0.098 0.099 0.099 0.100 0.5

Indikator

Keterbukaan

Kota

Malang 0.032 0.027 0.061 0.214 0.188 39.89

Kota

Blitar 0.011 0.009 0.009 0.008 0.015 11.95

Rata-Rata

Lama Tinggal

Wisatawan

Kota

Malang 0.870 0.840 0.940 4.190 5.560 27.32

Kota

Blitar 0.670 0.520 0.540 0.530 0.750 6.07

Sumber: BPS Kota Malang dan Kota Blitar (diolah)

1. Indikator Pengaruh Pariwisata

Pengaruh pariwisata merupakan indikator daya saing yang digunakan untuk

melihat sejauhmana kontribusi industri pariwisata terhadap perekonomian. Indikator

ini diukur dengan menggunakan Tourism Impact Index.

Pada Tabel 6, terlihat bahwa Perkembangan indikator pengaruh pariwisata

Kota Malang cenderung meningkat pada tahun 2007 hingga tahun 2011 dan

pertumbuhan dari tahun ke tahun selalu menunjukkan nilai yang cenderung positif

sebesar 1.31 persen hingga 1.21 persen. Sedangkan, perkembangan pengaruh

pariwisata Kota Blitar menunjukkan trend yang berfluktuatif namun cenderung

meningkat mencapai 0.02 persen pada tahun 2011. Pertumbuhan negatif hanya

ditunjukkan pada tahun 2009 mencapai 2.34 persen, sedangkan tahun-tahun lainnya

cenderung mengalami pertumbuhan yang positif. Nilai Tourism Impact Index Kota

Malang lebih rendah dibandingkan dengan nilai TII Kota Blitar. Hal ini

menunjukkan bahwa kontribusi sektor pariwisata Kota Blitar terhadap PDRB sudah

optimal dan pertumbuhan dari tahun ke tahun menunjukkan nilai yg cenderung

positif sebesar 6.27 persen.

Page 34: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

24

2. Indikator Daya Saing Tingkat Harga

Daya saing tingkat harga merupakan indikator untuk melihat persaingan harga

antara Kota Malang dan Kota Blitar. Pengukuran yang digunakan adalah Purchasing

Power Parity (PPP) atau kemampuan dayabeli dan rata-rata tarif hotel berbintang

empat. Pada Tabel 6, terlihat bahwa kemampuan dayabeli Kota Malang lebih tinggi

dibandingkan dengan kemampuan dayabeli Kota Blitar. Artinya, harga barang dan

jasa di Kota Malang lebih besar dibandingkan Kota Blitar. Tingkat harga barang dan

jasa yang lebih tinggi di Kota Malang disebabkan karena permintaan dari barang dan

jasa tersebut meningkat sehingga harga yang ditawarkan menjadi tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan di Kota Malang lebih besar

dibandingkan dengan kunjungan wisatawan yang berada di Kota Blitar.

Pada tahun 2013 rata-rata tarif hotel berbintang empat di Kota Malang adalah

Rp 717400 per malam. Sedangkan, rata-rata tarif hotel berbintang empat di Kota

Blitar adalah Rp 630400 per malam. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata tarif

hotel berbintang empat Kota Malang lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata tarif

hotel berbintang empat di Kota Blitar. Hal ini mengindikasikan Kota Blitar

mempunyai potensi untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-

hotel yang berada di kawasan wisata karena rata-rata tarif hotel berbintang empat

relatif rendah dibandingkan Kota Malang.

3. Indikator Perkembangan Infrastruktur

Infrastrutur merupakan Indikator penting karena dapat mendatangkan

wisatawan apabila infrastruktur pada tujuan wisata kualitasnya baik begitu pula

sebaliknya. Sementara Kedatangan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan

daerah sehingga dapat meningkatkan kualitas infrastruktur.

Infrastruktur Kota Malang pada tahun 2007 hingga 2009 mengalami

peningkatan yang positif sebesar 3.62 persen. Namun, Pada tahun 2009 hingga 2011

pertumbuhan infrasruktur Kota Malang tidak mengalami peningkatan. Hal ini

dikarenakan tidak adanya perbaikan jalan dari pemerintah daerah karena proyek

pembangunan infrastruktur jalan belum di anggap sebagai kebutuhan mendasar

sebagai pendukung dalam meningkatkan arus kunjungan wisatawan. Fokus

pembangunan Kota Malang sepanjang tahun 2012 adalah pembangunan toko (Fadra

et al 2013).

Infrastruktur Kota Blitar menjadi fokus pembangunan pariwisata, sehingga

pemerintah daerah melakukan perbaikan jalan yang sebelumnya jalan berkerikil

menjadi beraspal. Kualitas jalan yang berada di Kota Blitar pada tahun 2007 hingga

2011 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 10.4 persen. Panjang jalan

kualitas baik pada tahun 2007 adalah sebesar 63.6 persen dari total panjang jalan dan

pada tahun 2011 mencapai 99.81 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa

perkembangan infrastruktur Kota Malang lebih rendah dibandingkan Kota Blitar

disajikan pada Tabel 6.

4. Indikator Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu indikator penting sebagai daya tarik

wisatawan untuk berkunjung ke objek tujuan wisata. Indikator ini menunjukkan

hubungan antara kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara

lingkungannya. Indikator lingkungan menggunakan pengukuran yaitu kepadatan

penduduk dan kualitas udara. Kualitas lingkungan dan jumlah wisatawan memiliki

hubungan linier. Semakin baik kualitas lingkungan yang dimiliki oleh suatu kawasan

Page 35: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

25

wisata, maka wisatawan akan semakin tertarik untuk berkunjung pada tujuan wisata

tersebut. Namun, kualitas lingkungan tergantung pada aktivitas manusia.

Kepadatan penduduk di Kota Malang semakin besar yang pada awalnya adalah

7645.13 org/km2 menjadi 8125.95 org/km

2 dan pertumbuhan penduduk Kota malang

pada tahun 2011 mencapai 6.16 persen. Sementara, kepadatan penduduk Kota Blitar

mengalami peningkatan yang pada awalnya 4314.73 org/km2 menjadi 4395.89

org/km2. Namun, pertumbuhan penduduk Kota Blitar pada tahun 2011 mencapai

1.88 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kepadatan penduduk Kota Blitar lebih

rendah dibandingkan Kota Malang. Artinya, Kota Blitar dapat meningkatkan jumlah

wisatawan karena daerah tujuan wisata lebih nyaman dan aman dibanding Kota

Malang jika dilihat dari kepadatan penduduk.

Rata-rata temperatur udara di Kota Malang pada tahun 2010 hingga 2011

dalam penelitian ini mencapai 24.080C hingga 23.53

0C. Sementara, rata-rata

temperatur udara Kota Blitar mencapai 27.180C hingga 29

0C. Wisatawan yang

berkunjung ke tempat tujuan objek wisata lebih menyukai Kota Malang. Hal ini

mengindikasikan bahwa Kota Malang lebih sejuk karena rata-rata udaranya lebih

rendah dibandingkan dengan Kota Blitar disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Indikator lingkungan Kota Malang dan Kota Blitar periode 2010-2011

Tahun Kota Malang Kota Blitar

2010 2011 2010 2011

Kepadatan Penduduk

(org/km2)

Trend (persen)

7654.13

(2.63%)

8125.95

(6.16%)

4314.73

(1.32%)

4395.89

(1.88%)

Rata-rata Temperatur

Udara (0C)

24.08 23.53 27.18 29.00

Sumber: BPS 2012

5. Indikator Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan indikator penting dalam aspek sosial.

Semakin tinggi sumberdaya manusia maka hasil yang dikerjakan akan semakin

tinggi. Indikator yang digunakan adalah indeks pendidikan yang meliputi angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sejak tahun 2007 hingga 2011 kualitas

pendidikan Kota Malang menunjukkan nilai yang konstan di kisaran 0.111 hingga

0.112. Sedangakan, Kota Blitar pada tahun 2007 hingga 2011 mengalami

peningkatan yang positif setiap tahun sebesar 0.097 hingga 0.100. Hal ini

mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan Kota Malang relatif sama dengan Kota

Blitar.

Indeks pendidikan dapat dilihat dari pertumbuhan angka melek huruf dan rata-

rata lama sekolah. Pertumbuhan angka melek huruf Kota Malang 97.19-97.2 persen

lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan angka melek huruf Kota Blitar

96.78-97.25 persen. Sedangkan apabila dilihat dari rata-rata lama sekolah

pertumbuhan Kota Malang lebih baik dibandingkan dengan Kota Blitar. Rata-rata

lama sekolah di Kota Malang pada tahun 2007 hingga 2011 sebesar 10.82 tahun.

Rata-rata lama sekolah di Kota Blitar pada tahun 2007 hingga 2011 sebesar 9.3

tahun (BPS 2012).

Page 36: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

26

6. Indikator Keterbukaan

Keterbukaan merupakan indikator penting dalam sektor pariwisata. Semakin

tinggi tingkat keterbukaan maka semakin besar informasi yang didapat mengenai

tujuan wisata di daerah tersebut. Implikasinya adalah jumlah wisatawan yang

berkunjung semakin meningkat. Pengukuran yang digunakan untuk melihat

indikator keterbukaan dalam penelitian ini adalah jumlah tamu mancanegara yang

menginap di hotel berbintang dan non-berbintang.

Pertumbuhan indikator keterbukaan di Kota Malang menunjukkan nilai yang

berfluktuatif, trend hingga tahun 2011 mencapai 39.89 persen. Nilai terendah

ditunjukkan pada tahun 2009 sebesar 0,061, sedangkan nilai tertinggi ditunjukkan

pada tahun 2010 sebesar 0.214. Sedangkan, pertumbuhan indikator keterbukaan di

Kota Blitar hingga tahun 2011 mencapai 11.95 persen. Nilai terendah di Kota Blitar

pada tahun 2010 sebesar 0.008, sedangkan nilai tertinggi pada tahun 2011 yaitu

sebesar 0.015. Indikator keterbukaan pada sektor pariwisata Kota Malang lebih

besar dibandingkan dengan Kota Blitar. Hal ini dibuktikan dengan nilai indikator

keterbukaan Kota Malang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterbukaan Kota

Blitar. Artinya, informasi yang didapat mengenai tujuan wisata Kota Malang sudah

tinggi sehingga jumlah wisatawan asing yang menginap di hotel berbintang dan non-

berbintang semakin meningkat disajikan pada Tabel 6.

7. Indikator Sosial

Sosial merupakan indikator penting dalam industri pariwisata. Indikator sosial

menjadi salah satu faktor penting dilihat dari kenyamanan dan keamanan di daerah

tempat tujuan wisata. Indikator sosial menggunakan pengukuran yaitu rata-rata

lama tinggal turis untuk menunjukkan kenyamanan dan keamanan suatu daerah

tujuan wisata. Semakin lama wisatawan yang tinggal di daerah tujuan wisata maka

semakin nyaman dan aman untuk didatangi dengan wisatawan.

Pada Tabel 6, terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata lama tinggal turis di Kota

Malang dan Kota Blitar cenderung berfluktuatif. Kota Malang rata-rata lama masa

tinggal turis tertinggi adalah 5.5 hari dan pertumbuhan indikator sosial hingga tahun

2011 mencapai 27. 31 persen. Pada tahun 2009 rata-rata lama masa tinggal turis 0.9

hari dan pada tahun 2010 rata-rata masa tinggal turis 4.1 hari, hal ini

mengindikasikan bahwa Kota Malang mengalami peningkatan yang relatif tinggi

mencapai 77.56 persen. Hal ini diduga karena tujuan objek wisata Kota Malang

semakin diminati oleh wisatawan dan informasi terhadap objek wisata semakin

terbuka dan optimal. Sedangkan Kota Blitar rata-rata lama tinggal wisatawan

tertinggi adalah sebesar 0.75 dan pertumbuhan indikator sosial hingga tahun 2011

mencapai 6.07 persen. Indikator sosial dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

rata-rata lama tinggal turis Kota Malang lebih besar dibandingkan rata-rata lama

tinggal turis di Kota Blitar. Hal ini mengindikasikan Kota Malang lebih nyaman dan

aman untuk dikunjungi wisatawan.

Page 37: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

27

Perbedaan daya saing pariwisata antara Kota Malang dengan Kota Blitar

signifikan maka dilakukan uji-t. Hasil uji-t dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8 Daya saing pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar

Indikator t-value Probabilitas

Pengaruh Pariwisata 6.565 0.001*

Daya saing Tingkat Harga 2.174 0.980

Perkembangan Infrastruktur 0.612 0.557

Sumberdaya Manusia 22.511 0.000*

Keterbukaan 2.331 0.048*

Sosial 1.873 0.098**

Keterangan: *signifikan pada taraf nyata α = 5 persen

**signifikan pada taraf nyata α = 10 persen

Pada Tabel 8, dapat terlihat bahwa hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa

indikator daya saing pariwisata Kota Malang lebih besar dibandingkan Kota Blitar.

Indikator pengaruh pariwisata, indikator sumberdaya manusia, indikator

keterbukaan, dan indikator sosial menunjukkan nilai yang signifikan, artinya posisi

daya saing indikator-indikator tersebut lebih besar dibandingkan Kota Blitar.

Sedangkan, indikator daya saing tingkat harga, indikator perkembangan infrastruktur

tidak signifikan yang artinya daya saing indikator-indikator ini relatif sama atau

lebih rendah dibandingkan Kota Blitar.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kota Malang

Tabel 9 Hasil estimasi OLS terhadap faktor-faktor yang memengaruhi industri

pariwisata Kota Malang

Variabel Koefisien Probabilita

s

VIF

Konstanta -4.900 0.522 -

Jumlah hotel 4.008 0.034*

5.236

Jalan beraspal kualitas

baik

0.247 0.004*

3.332

Tingkat Hunian Hotel 0.004 0.361 2.285

Tenaga Kerja Pariwisata 0.077 0.281 1.139

F-Statistik 52.288 0.000

R-Squared 0.977

R-Squared (Adj) 0.958

Durbin Watson 1.883

Keterangan: *signifikan pada taraf nyata α = 5 persen

Berdasarkan hasil dari tabel di atas, persamaan regresi yang dihasilkan adalah

sebagai berikut:

LnPDRBPart = -4.9 + 4.008LnJHt + 0.247LnJBKBt + 0.004THHt + 0.077TPTKPt

Page 38: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

28

Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa hasil estimasi yang dihasilkan dari

analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang adalah

nilai koefisien determinasi R-square (Adj) adalah 95.8 persen. Artinya 98.5 persen

keragaman variabel dependen adalah PDRB dapat dijelaskan oleh model yaitu

jumlah hotel, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, dan tingkat tenaga

kerja pariwisata, sedangkan sisanya sebesar 4.2 persen keragaman yang tidak dapat

dijelaskan oleh model regresi yang digunakan.

Nilai Probabilitas F-statistik yang dihasilkan adalah sebesar 0.000 yang artinya

variabel-variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh nyata terhadap

variabel dependennya pada taraf nyata 5 persen. maka dengan tingkat selang

kepercayaan 95 persen, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah hotel, panjang

jalan beraspal kualitas baik secara bersama-sama signifikan memengaruhi

pendapatan asli daerah. Selanjutnya, hasil uji-t menunjukkan bahwa jumlah hotel

dan panjang jalan kualitas baik secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

PDRB dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan, tingkat hunian hotel, dan

tenaga kerja pariwisata tidak berpengaruh signifikan.

Uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov Test yang

terdapat di software SPSS. Hasil yang didapat dari hasil uji normalitas dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari plot yang menunjukkan

bahwa pola sisaan terdistribusi secara normal disajikan pada lampiran uji normalitas.

Uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah metode Breusch Pagan. Hasil

pengujia melalui grafik menunjukkan bahwa sebaran plot menyebar secara acak

yang berarti unsur ragam yang digunakan adalah homogeni sehingga tidak terdapat

gejala heteroskedastisitas pada model persamaan disajikan pada lampiran uji

heteroskedastisitas.

Uji autokorelasi dilakukan untuk menunjukkan tidak ada sisaan yang

menyebar bebas pada model persamaan. Pengujian dilakukan denga melihat Durbin-

Watson Statistika. Dari hasil estimasi, nilai Durbin-Watson Statistik yang diperoleh

adalah 1.833. Artinya, tidak ada autokorelasi karena nilai Durbin-Watson Statistik

mendekati dua.

Uji multikolinieritas dapat dilihat melalui Variance Inflation Factor atau VIF,

yaitu pengukuran multikolinieritas untuk peubah bebas ke-i. nilai VIF lebih besar

dari 10 dapat menunjukkan adanya multikolinieritas. Berdasarkan hasil estimasi

pada model, nilai VIF variabel-variabel yang digunakan tidak melebihi 10. Artinya,

tidak ada indikasi model persamaan regresi yang digunakan memiliki gejala

multikolinieritas.

Hasil analisis dari Tabel 9 menunjukkan jumlah hotel berpengaruh secara

nyata terhadap PDRB sektor pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari uji-t statistik yang

memperlihatkan bahwa jumlah hotel berpengaruh positif dan signifikan pada taraf

nyata 5 persen. Nilai koefisien regresinya adalah 4.008, artinya setiap peningkatan

jumlah hotel sebanyak satu persen akan meningkatkan PDRB pariwisata sebanyak

4.008 persen (ceteris paribus). Tingginya nilai koefisien dari variabel jumlah hotel

menunjukkan bahwa elastisitas dari perubahan jumlah hotel terhadap pembentukan

PDRB pariwisata cukup besar. Keberadaan hotel akan semakin meningkatkan daya

tarik wisata karena dengan adanya hotel sebagai salah satu elemen atraksi pariwisata

akan meningkatkan kenyamanan dalam berwisata.

Jalan beraspal kualitas baik berpengaruh signifikan pada taraf 5 persen dengan

koefisien positif sebesar 0.247, artinya jika jalan beraspal kualitas baik naik sebesar

satu persen maka akan meningkatkan PDRB pariwisata sebesar 0.247 persen

Page 39: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

29

(ceteris paribus). Jalan beraspal kualitas baik yang berpengaruh positif

menunjukkan pentingnya infrastruktur transportasi industri pariwisata.

Tingkat hunian hotel tidak berpengaruh terhadap PDRB pariwisata, artinya

pengaruh perubahan tingkat hunian hotel terhadap PDRB adalah 0. Kontribusi hotel

terhadap PDRB semakin menurun pada tahun 2011 mencapai 0.65 persen disajikan

pada Tabel 1. Hal ini diduga disebabkan karena wisatawan membatasi pengeluaran

akomodasi untuk menginap di hotel berbintang dan tidak berbintang.

Tingkat tenaga kerja pariwisata tidak berpengaruh terhadap PDRB pariwisata,

artinya pengaruh perubahan tingkat tenaga kerja pariwisata terhadap PDRB adalah

0. Hal ini disebabkan oleh harga tempat wisata yang murah sehingga tenaga kerja

yang bekerja di tempat tujuan wisata kurang produktif seperti tempat wisata museum

dan taman rekreasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan hasil analisis Competitiveness Monitor, apabila dibandingkan antara

Kota Malang dengan Kota Blitar bahwa indikator pengaruh pariwisata, indikator

sumberdaya manusia, indikator keterbukaan, dan indikator sosial menunjukkan

pertumbuhan Kota malang lebih besar dibandingkan Kota Blitar. Sedangkan,

indikator daya saing tingkat harga, dan indikator perkembangan infrastruktur

cenderung konstan. Pertumbuhan indikator-indikator penentu daya saing

Competitiveness Monitor yang cenderung konstan perlu menjadi perhatian

pemerintah daerah Kota Malang, agar memperbaiki dan meningkatkan faktor-

faktor pendukung sektor pariwisata.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang adalah jumlah

hotel dan jalan beraspal kualitas baik karena berpangaruh nyata dan signifikan

terhadap PAD industri pariwisata. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan

dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam pembangunan sektor

pariwisata Kota Malang.

Saran

1. Meningkatkan infrastruktur, salah satunya kualitas jalan beraspal perlu

dilakukan. Kualitas jalan beraspal dapat menjadikan akses ke tempat wisata lebih

nyaman dilalui wisatawan. pemerintah daerah harus memerhatikan

perkembangan infrastruktur terutama yang terkait dengan industri pariwisata. 2. Pengembangan akomodasi perlu dilakukan, terutama pengembangan hotel

berbintang dengan kualitas yang baik. Pembangunan hotel berbintang sebaiknya

dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan objek wisata. 3. Pada waktu yang akan datang, perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai

faktor-faktor permintaan pariwisata yang memengaruhi industri pariwisata di

Kota malang.

Page 40: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

30

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta

(ID): Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistika. 2007. Kota Malang dalam Angka Tahun 2007-2012. Badan

Pusat Statistik, Jakarta (ID): Badan Statistika Kota Malang.

Badan Pusat Statistika. 2012. Kota Blitar dalam Angka Tahun 2012. Badan Pusat

Statistik, Jakarta (ID): Badan Statistika Kota Blitar.

Badan Pusat Statistika. 2012. Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007-2012. Badan Pusat Statistik, Jakarta

(ID): BPS

Badan Pusat Statistika. 2012. Kota Malang dalam Angka Tahun 2012. Badan Pusat

Statistik, Jakarta (ID): Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang .

Danamik&Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari teori ke aplikasi. Yogyakarta

(ID): Andi Offset

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi

Aksara.

Floriyana, I. P. Analisis Daya saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri

Pariwisata Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): IPB

Gujarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [Penerjemah]. Jakarta

(ID): Erlangga.

Heriawan. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia:

Suatu Model Pendekatan I-O dan SAM [Tesis]. Bogor (ID): IPB

Halim, A.2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta (ID): AMP YKPN

[Kemdiknas] Kementerian Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2007tentang standar proses. Jakarta

(ID): Kemendiknas.

[Kemenparekraf] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2009. Undang-

Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta (ID):

Kemenparekraf.

Porter, M. E. 1995. Strategi Bersaing: Teknik Manganalisis Industri dan Pesaing.

Jakarta(ID): Erlangga.

Saptutyningsih, E. 2003. “Dampak Perubahan Pengeluaran Wisatawan Terhadap

Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia, Pendekatan Structural Path

Analysis (SPA)” dalam SNSE Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan 8(1):

1-18.

Sholeh, M. 2010. Analisis Daya saing dan Pengaruh Industri Pariwisata Terhadap

Perekonomian Daerah Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB

Trisnawati, R, Wiyadi dan Priyono, E. Analisis Daya saing Industri Pariwisata

untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah: (Kajian Perbandingan Daya saing

Pariwisata antara Surakarta dengan Yogyajarta. Jurnal Ekonomi

Pembangunan: 61-70.

Wahab, S.1992. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta (ID): Pradnya Paramita.

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Bambang Sumantri

[penerjemah]. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Yoeti, O. 2003. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.

Jakarta (ID): Jakarta.

Page 41: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

31

Yulianti, K. 2009. Analisis Faktor-faktor Penentu Daya saing dan Preferensi

Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

[WTO]. 1995. Concept, Definition, and Classification for Tourism Statistiks. World

Tourism Organization, Madrid. [internet]. [diunduh Febuari 2013]. Tersedia

pada http://pub.unwto.org/webroot/store/shops /1013/1033-1.pdf.

[WTO]. 2008. Tourism Highlight 2008 Edition. UNWTO Publication

Departement,Peru. [internet]. [diundur Maret 2013]. Diakses melalui

http://tourlib.net/wto/WTO_highlight_2008.pdf.

Wego .Hotel Blitar. [internet]. [diunduh Maret 2013]. Tersedia pada

http://www.wego.co.id/hotel/indonesia/blitar.

Agoda. Hotel Malang. [internet]. [diunduh Maret 2013]. Tersedia pada

http://www.agoda.web.id/asia/indonesia/malang.html.

Peta Wisata Kota Malang. [internet]. [diunduh Maret 2013]. Tersedia pada

http://www.malangkota.go.id/img/PETA-WISATA.jpg.

Page 42: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

32

LAMPIRAN

Page 43: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

33

Lampiran 1 Analisis Daya saing Kota Malang dengan Kota Blitar (Uji-t)

Group Statistik

Kota N Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

TII Malang 5 .3959 .01561 .00698

Blitar 5 .2917 .03187 .01425

IPI Malang 5 89.2314 6.12826 2.74064

Blitar 5 84.4239 16.45097 7.35710

IDTH Malang 5 31.8900 29.60994 13.24197

Blitar 5 24.8820 23.02042 10.29505

ISM Malang 5 .1113 .00018 .00008

Blitar 5 .0991 .00119 .00053

IK Malang 5 .1041 .08969 .04011

Blitar 5 .0106 .00260 .00116

SDI Malang 5 2.4800 2.23963 1.00159

Blitar 5 .6020 .10281 .04598

Lampiran 2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kota

Malang

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistiks

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -4.900 7.119 -.688 .522

JH 4.008 1.388 .451 2.887 .034 .191 5.236

JBKB .247 .049 .625 5.008 .004 .300 3.332

TPTKP .077 .064 .125 1.207 .281 .438 2.285

THH .004 .004 .073 1.004 .361 .878 1.139

Page 44: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

34

Lampiran 3 Uji Normalitas

Lampiran 4 Uji hereroskedastisitas

Lampiran 5 Uji autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .988a .977 .958 .16002 1.883

Page 45: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

35

Lampiran 6 Uji multikoliniearitas

Model

Collinearity Statistics

Toleranc

e VIF

1 (Constan

t)

JH .191 5.236

JBKB .300 3.332

TPTKP .438 2.285

THH .878 1.139

Page 46: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

36

Lampiran 7 Peta Wisata Kota Malang

Gambar 4 Peta pariwisata Kota Malang

Sumber: http://www.malangkota.go.id/img/PETA-WISATA.jpg

Page 47: ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak ... Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 5 Desember 1991 dan

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Djunaedi dan Hasanah.

Penulis telah lulus pendidikan dasar pada tahun 2003 di SDI Manaratul Islam,

pendidikan tingkat menengah pertama pada tahun 2006 di SMPN 86 Jakarta dan

tingkat menengah atas pada tahun 2009 di SMAN 46 Jakarta. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dengan mengambil jurusan Ilmu

Ekonomi Studi Pembangunan.

Selama kuliah, penulis aktif dalam kepanitian seperti FEM mengajar sebagai

guru, Ekspresso, Femily day serta mengajar les matematika di Jakarta untuk

pendidikan tingkat dasar dan menengah. Selama SMA penulis pernah mengikuti

olimpiade Matematika tingkat Kotamadya. Selama SMP penulis pernah mengikuti

olimpiade Biologi. Selama SD penulis pernah mengikuti lomba cerdas cermat dan

mendapatkan juara kedua.