15
Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018 115 ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR GAS DALAM RANGKA PENGGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA (CO2) DI KOTA SEMARANG Bayu Nurdiansyah 1) , Yuliusman 2) 1 Teknik Kimia, Universitas Indonesia (penulis 1) email: [email protected] 2 Teknik Kimia,Universitas Indonesia (penulis 2) Email: [email protected] Abstrak Tujuan dari kajian ini untuk menghitung penambahan dan pengurangan emisi CO2 di kota Semarang untuk sektor transportasi dengan membatasi pada angkutan umum dan taksi, perhitungan penambahan emisi dengan menggunakan metoda regresi linier untuk mendapatkan model persamaan untuk menghitung jumlah kendaraan sehingga di dapatkan jumlah penggunaan bahan bakar yang digunakan untuk menghitung jumlah emisi CO2 sampai dengan tahun 2028 sedangkan untuk pengurangan emisi dilakukan dengan melakukan subsitusi bahan bakar minyak ke gas yaitu dengan melakukan pemilihan lokasi pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas dengan menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process. Pemilihan lokasi pembangunan menggunakan enam kriteria yaitu jarak dengan pipa gas, tata ruang dan wilayah, konfirmasi supply dari transporter, jumlah angkutan umum yang melewati, pola angkutan umum, luas lahan dari metoda tersebut di dapatkan tiga lokasi yaitu terboyo-kaligawe, penggaron-pedurungan dan cangkiran dan hasil perhitungan di dapatkan emisi CO2 sebelum konversi bahan bakar sampai dengan tahun 2028 untuk taksi sebesar 270.667,49 ton CO2 sedangkan untuk angkutan umum sebesar 458,049.35 ton CO2 dan setelah dilakukan konversi untuk taksi sebesar 270.667,49 ton CO2 sedangkan untuk angkutan umum sebesar 299,285.17 ton CO2. Kata kunci : emisi CO2, angkutan umum, taksi, bahan bakar 1. PENDAHULUAN Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas yang mempunyai sifat menyerap radiasi termal sinar infra merah dari permukaan bumi dan memantulkannya kembali ke lapisan troposfer bawah. Pantulan radiasi termal ini menyebabkan panas tidak dilepaskan ke atmosfer atas, namun terperangkap di permukaan bumi. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan suhu, yang disebut sebagai efek rumah kaca[1]. Sektor transportasi darat di Kota Semarang terdiri dari angkutan kota dan taksi, jumlah kendaraan sebanyak 4664 unit [2]. dilihat dari jumlah kendaraan potensi emisi CO2 yang dihasilkan dari sektor transportasi darat di kota semarang sangatlah besar, sehingga diperlukan untuk melakukan inventarisasi, dan analisis guna menurunkan emisi salah satu cara yang di lakukan dengan pergantian bahan bakar. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Pada tahun 2015, secara global emisi CO2 global mencapai 32,3 GtCO2, hampir sama di tahun 2014 berkurang (-0,1%). Ini berbeda dengan tingkat pertumbuhan emisi CO2 dimana pada tahun 2013 meningkat (1,7%) dan 2014 meningkat (0,6%), dan dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sejak tahun 2000 (2,2%), pada tahun 2015 ini terjadi anomali di mana terjadi penurunan tingkat emisi CO2. Tetapi secara global pada tahun 2015 untuk sektor transportasi menduduki peringkat ke -2 setelah sektor listrik dimana sektor menyumbang sebesar 24 % dari kesuluruhan emisi CO2 di dunia [3]. Di Indonesia sendiri emisi GRK di sektor transportasi menjadi penyumbang emisi terbesar kedua setelah pembangkit listrik pada tahun 2015, sektor transportasi menghasilkan emisi GRK sebesar 137,94 juta ton CO2 pada tahun tersebut. Emisi paling besar dihasilkan oleh BBM sebesar 74%, terdiri atas emisi yang berasal dari pembakaran ADO, avgas, avtur,

ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

115

ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK

PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR GAS

DALAM RANGKA PENGGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA (CO2) DI KOTA

SEMARANG

Bayu Nurdiansyah1), Yuliusman2)

1 Teknik Kimia, Universitas Indonesia (penulis 1) email: [email protected]

2Teknik Kimia,Universitas Indonesia (penulis 2)

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan dari kajian ini untuk menghitung penambahan dan pengurangan emisi CO2 di kota Semarang untuk sektor transportasi dengan membatasi pada angkutan umum dan taksi, perhitungan penambahan emisi dengan menggunakan metoda regresi linier untuk mendapatkan model persamaan untuk menghitung jumlah kendaraan sehingga di dapatkan jumlah penggunaan bahan bakar yang digunakan untuk menghitung jumlah emisi CO2 sampai dengan tahun 2028 sedangkan untuk pengurangan emisi dilakukan dengan melakukan subsitusi bahan bakar minyak ke gas yaitu dengan melakukan pemilihan lokasi pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas dengan menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process. Pemilihan lokasi pembangunan menggunakan enam kriteria yaitu jarak dengan pipa gas, tata ruang dan wilayah, konfirmasi supply dari transporter, jumlah angkutan umum yang melewati, pola angkutan umum, luas lahan dari metoda tersebut di dapatkan tiga lokasi yaitu terboyo-kaligawe, penggaron-pedurungan dan cangkiran dan hasil perhitungan di dapatkan emisi CO2 sebelum konversi bahan bakar sampai dengan tahun 2028 untuk taksi sebesar 270.667,49 ton CO2 sedangkan untuk angkutan umum sebesar 458,049.35 ton CO2 dan setelah dilakukan konversi untuk taksi sebesar 270.667,49 ton CO2 sedangkan untuk angkutan umum sebesar 299,285.17 ton CO2.

Kata kunci : emisi CO2, angkutan umum, taksi, bahan bakar

1. PENDAHULUAN

Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas

yang mempunyai sifat menyerap radiasi termal

sinar infra merah dari permukaan bumi dan

memantulkannya kembali ke lapisan troposfer

bawah. Pantulan radiasi termal ini

menyebabkan panas tidak dilepaskan ke

atmosfer atas, namun terperangkap di

permukaan bumi. Kondisi ini menyebabkan

terjadinya peningkatan suhu, yang disebut

sebagai efek rumah kaca[1]. Sektor

transportasi darat di Kota Semarang terdiri dari

angkutan kota dan taksi, jumlah kendaraan

sebanyak 4664 unit [2]. dilihat dari jumlah

kendaraan potensi emisi CO2 yang dihasilkan

dari sektor transportasi darat di kota semarang

sangatlah besar, sehingga diperlukan untuk

melakukan inventarisasi, dan analisis guna

menurunkan emisi salah satu cara yang di

lakukan dengan pergantian bahan bakar.

Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen

lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang

masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam

udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak

mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

Pada tahun 2015, secara global emisi CO2

global mencapai 32,3 GtCO2, hampir sama di

tahun 2014 berkurang (-0,1%). Ini berbeda

dengan tingkat pertumbuhan emisi CO2

dimana pada tahun 2013 meningkat (1,7%)

dan 2014 meningkat (0,6%), dan dengan

tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sejak

tahun 2000 (2,2%), pada tahun 2015 ini terjadi

anomali di mana terjadi penurunan tingkat

emisi CO2. Tetapi secara global pada tahun

2015 untuk sektor transportasi menduduki

peringkat ke -2 setelah sektor listrik dimana

sektor menyumbang sebesar 24 % dari

kesuluruhan emisi CO2 di dunia [3]. Di

Indonesia sendiri emisi GRK di sektor

transportasi menjadi penyumbang emisi

terbesar kedua setelah pembangkit listrik pada

tahun 2015, sektor transportasi menghasilkan

emisi GRK sebesar 137,94 juta ton CO2 pada

tahun tersebut. Emisi paling besar dihasilkan

oleh BBM sebesar 74%, terdiri atas emisi yang

berasal dari pembakaran ADO, avgas, avtur,

Page 2: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

116 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya”.

IDO, FO, kerosin, RON 88, RON 92, RON 95,

dan solar 51. Setelah BBM, BBN (bio RON 88,

bio RON 92, dan biosolar) menyumbang emisi

sebesar 26%[4]

Kebijakan sektor transportasi darat pada umumnya adalah untuk memecahkan masalah

dalam penyediaan sistem angkutan baik orang dan barang, dalam kota maupun antara wilayah mengurangi kemacetan di dalam kota maupun antar wilayah, substitusi BBM dengan

bahan bakar alternatif, serta mengurangi dampak lingkungan lokal maupun global [5].

2. KAJIAN LITERATUR DAN PEGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Metoda Analisis 1. Penentuan Lokasi Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG).

Penentuan lokasi pembangunan SPBG dilakukan dengan menggunakan Metoda Analitical

Hierarchy Process (AHP).

Tabel 1. Tingkat Kepentingan dan defisinnya

Skala Definisi dari “Importance” 1 Sama pentingnya (Equal Importance)

3 Sedikit lebih penting (Slightly more

Importance)

5 Jelas lebih penting (Materially more

importance)

7 Sangat Jelas Penting (Significantly more

importance)

9 Mutlak lebih perlu (Absolutely more

importance)

2,4,6,8 Ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

(Compromise values)

Sumber : Saaty, 1994

Langkah-langkah dalam Metode AHP[6]: a. Mendefinisikan masalah dan

menentukan solusi yang diinginkan. b. Membuat struktur hierarki yang diawali

dengan menempatkan tujuan umum, yang merupakan sasaran sistem secara

keseluruhan pada level teratas. c. Membuat prioritas elemen adalah

membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.

d. Matrik perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk

mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen

yang lain.

e. Sintesis perbandingan -perbandingan

terhadap perbandingan berpasangan, untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Langkah-langkah ini adalah :

Menjumlahkan nilai dari setiap kolom pada matriks

Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh

normalisasi matriks. Menjumlahkan nilai-nilai dari

setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk

mendapatkan nilai prioritas.

f. Mengukur konsistensi Hal-hal yang

dilakukan dalam langkah ini adalah : Kalikan setiap nilai pada kolom

pertama dengan prioritas relatif atau disebut dengan eugen vector elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan seterusnya.

Jumlahkan setiap baris. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi

prioritas bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan.

Page 3: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

117

Hasil penjumlahan dibagi jumlah

elemen, akan didapat λmaks

(eigenvalue maksimum).

g. Mencari nilai Consistency Index (CI)

Cl =(λmaks-n)/(n-1) …......(1)

Keterangan :

CI = Consistency Index

λmaks = Eigen value maksimum

n = banyaknya elemen

h. Mencari nilai Consistency Ratio (CR)

CR= CI RI⁄ ………...…(2)

Keterangan : CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index

RI = Random Index

Memeriksa konsistensi hierarki, yang diukur adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Jika nilai Consistency Ratio > 0.1 maka penilaian

data judgment harus diperbaiki. Mengulangi langkah c, d dan e untuk keseluruhan hierarki. Jika Consistency Ratio < 0.1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan, konsisten.

2. Regresi Linier merupakan metoda statistik

yang bertujuan untuk membentuk sebuah model antara variable dependen (X) dengan variable independen (Y). Regresi linier memiliki satu variable bebas disebut dengan regresi linier sederhana, sedangkan regresi linier berganda diperuntukkan apabila memiliki lebih dari satu variable

bebas. Regresi Linier menggunakan garis kecenderungan apabila pola data menunjukkan suatu kecenderungan, baik berpola turun atau naik. Straight line equation merupakan model analisis garis kecenderungan paling sederhana [7].

Persamaan 3 di gunakan menghitung regresi linier :

Y'=a+b(x)………………..(3)

Dimana :

Y’ = variabel yg akan diprediksi a = intersept b = kemiringan garis regresi/slope x = indeks waktu (t=1,2,3,…n)

n = jumlah periode waktu 3. Perhitungan Emisi CO2

Metoda perhitungan emisi CO2

menggunakan metoda perhitungan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). Berdasarkan Tier-1 emisi GRK

dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut[5] :

Emisi = konsumsi bahan bakara x Faktor emisia…….(4)

dimana : Emisi : Emisi CO2 (kg/tahun) Bahan bakara: Bahan Bakar dikonsumsi = dijual (TJ/tahun) Faktor Emisi a : Faktor Emisi CO2

menurut jenis bahan bakar (kg/TJ) a : Jenis bahan bakar (bensin, solar, gas alam, batubara dll)

a. Konsumsi Bahan Bakar

Pada saat ini penggunaan bahan bakar khusunya untuk transpotasi cenderung

mengalami peningkatan, berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan di klasifikasikan menurut jenis kendaraan, seperti terlihat pada Tabel 2, dimana konsumsi bahan bakar yang paling banyak adalah untuk kendaraan taksi sebesar 35 liter per hari[8].

Tabel 2. Konsumsi Bahan Bakar Bermotor

Jenis

Kendaraan

Konsumsi BBM

Liter/hari/kendaraan

Kendaraan Pribadi

3

Angkutan Umum

20

Taksi 35

Sepeda Motor

1

Sumber : Kementerian Perhubungan 2012

Page 4: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

118 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya”.

b. Faktor Emisi Faktor emisi menurut IPCC dinyatakan dalam satuan emisi per unit energi yang dikonsumsi (kg CO2/TJ). Di sisi lain

data konsumsi energi yang tersedia umumnya dalam satuan fisik (ton batubara, kilo liter minyak diesel dll). Oleh karena itu sebelum digunakan pada persamaan 4, data konsumsi energi harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam satuan energi TJ (Terra Joule) dengan

persamaan sebagai berikut [9]: Konsumsi Energi = Konsumsi Energi

(satuan fisik)x NCV......(5)

Dimana : Konsumsi Energi : Konsumsi Energi yang di gunakan (TJ) Konsumsi Enegi : Konsumsi energi

yang di gunakan (satuan fisik) NCV : Nilai Net Calorific

Volume (energy content) (TJ/satuan fisik)

Pada Tabel 3 dapat dilihat berbagai jenis

bahan bakar (Net Calorific Volume) yang di gunakan di Indonesia dan faktor emisi CO2

[10]

Tabel 3. Nilai NCV dan Faktor Emisi Sesuai Jenis Bahan Bakar

Jenis Bahan

Bakar

Nilai Kalor Faktor Emisi

CO2

Penggunaan

Gas Bumi/BBG 1.055x10-6

TJ/SCF, 3.85x10-6

TJ/NM3

56100 kg/TJ Industri,rumah

tangga,kendaraan

bermotor

Premium

(termasuk

pertamax dan

pertamax plus)

33x10-6 TJ/liter 69300 kg/TJ Kendaraan bermotor

Solar (HSD,ADO) 38x10-6 TJ/liter 74100 kg/TJ Kendaraan

bermotor,pembangkit

listrik

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup,2012

3. METODA PENELITIAN

A. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan sumber referensi dari penelitian terdahulu, prosdiding seminar dan peraturan yang terkait dengan tema penulisan. Data yang di gunakan berupa data jumlah

kendaraan dan jenis kendaraan yang dikumpulkan dari tahun 2012 sampai dengan 2016 yang di gunakan untuk memproyeksikan perhitungan emisi CO2.

Data yang dikumpulkan untuk melakukan

kajian menggunakan Data jumlah dan jenis

kendaraan bermotor di Kota Semarang. Data jumlah dan jenis kendaraan di dapatkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Semarang dan Direktorat Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. B. Proyeksi Jumlah Kendaraan.

Jumlah kendaraan di proyeksikan dengan menggunakan metoda peramalan regresi linier sederhana dengan asumsi pelaksanaan progam konversi bahan bakar dilaksanakan pada tahun

2019. Hasil proyeksi di gunakan untuk perhitungan emisi CO2 yang akan di hasilkan pada tahun 2028 dan akan di gunakan untuk menghitung pengurangan emisi CO2 setelah program konversi di jalankan.

C. Perhitungan Emisi CO2

Metoda perhitungan emisi CO2

menggunakan metoda perhitungan IPCC

(Intergovernmental Panel on Climate Change).

Page 5: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

119

1) Konsumsi Bahan Bakar

Pada saat ini penggunaan bahan bakar

khusunya untuk transpotasi cenderung

mengalami peningkatan, berdasarkan data

dari Kementerian Perhubungan di

klasifikasikan menurut jenis kendaraan,

seperti terlihat pada Tabel 2. 2) Faktor Emisi

Faktor emisi menurut IPCC dinyatakan

dalam satuan emisi per unit energi yang

dikonsumsi (kg CO2/TJ). Di sisi lain data

konsumsi energi yang tersedia umumnya

dalam satuan fisik (ton batubara, kilo liter

minyak diesel dll). Oleh karena itu

sebelum digunakan pada persamaan 4,

data konsumsi energi harus dikonversi

terlebih dahulu ke dalam satuan energi TJ

(Terra Joule).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Pemilihan Lokasi

Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan

Bakar Gas (SPBG).

Penentuan lokasi pembangunan SPBG dilakukan dengan menggunakan Metoda Analitical Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan kriteria yang digunakan sebagai faktor penentu bagi pengambilan keputusan lokasi SPBG, kriteria-kriteria tersebut dapat diuraikan sebagai berikut[11]:

Jarak dengan pipa gas/motherstation (JP) Tata ruang dan wilayah (TRW) Konfirmasi supply dari transporter (KST) Jumlah angkutan umum yang melewati

(JA) Pola angkutan umum (PAU) Luas lahan (LL)

Lokasi survey awal SPBG yang di tentukan dalam tulisan ini mengacu pada pertemuan

perlintasan angkutan umum dan adanya pool taksi pada daerah tersebut tetapi dalam penentuan lokasi pembangunan SPBG juga di pengaruhi kriteria lain, seperti yang di sebutkan di atas, maka dari survey awal di dapatkan 3 lokasi yang hasil dari metoda AHP sedangkan 1 lokasi sudah di daerah mangkang sudah di laksanakan pembangunannya oleh

Kementerian Energi Sumber Daya Mineral

(ESDM) pada tahun 2014 dimana untuk SPBG tersebut berjenis motherstation. 1. Penentuan Lokasi SPBG di Daerah

Kaligawe-Terboyo.

Survey awal pemilihan lokasi di daerah kaligawe-terboyo karena di daerah tersebut terdapat 23 trayek angkutan umum dimana jumlah armada mencapai 792 mobil dan terdapat 2 pool taksi yaitu taksi new atlas yang

mempunyai armada sebesar 50 unit dan taksi pandu sebesar 200 unit mobil, dimana survei awal untuk alternatif lokasi untuk daerah ini di dapatkan 3 lokasi yaitu : a. Lokasi A berada di jalan kaligawe raya,

jarak dengan pipa distribusi gas ruas

rencana gresik – semarang sebesar 0.19 km, tata ruang di kawasan ini merupakan daerah perindustrian, untuk angkutan umum jalan kaligawe di lewati 7 trayek angkutan umum dan mempunyai jarak dari terminal terboyo sejauh 1.53 km dan pool taksi new atlas dan pandu masing-masing sejauh 1.81 dan 1.6 km dan mempunyai luas tanah

sebesar 5000 m2. b. Lokasi B berada di jalan kaligawe raya,

jarak dengan rencana pipa gresik-semarang sejauh 4.31 km, tata ruang untuk semua lokasi di kawasan ini adalah industri, untuk angkutan umum sama dengan lokasi A dan C, lokasi B juga dilewati 7 trayek angkutan

umum sedangkan jarak dari terminal terboyo sejauh 3.54 km dan jarak dari pool taksi new atlas dan pandu sejauh 2.24 km dan 3.07 km, luas tanah untuk lokasi B sebesar 6030 m2.

c. Lokasi C berada di jalan Kaligawe, untuk jarak dengan (rencana) pipa gresik –

semarang sejauh 4.32 km, untuk tata ruang sama dengan lokasi A dan B untuk Lokasi C meruapak lokasi perindustrian, Lokasi C di lewati angkutan umum sebanyak 7 trayek, sedangkan jarak dari terminal terboyo sejauh 3.54 km dan jarak dari pool taksi new atlas dan pandu sejauh 2.5 km dan 3.3 km, luas tanah untuk lokasi B sebesar 4500

m2.

Page 6: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

120

Tabel 4. Eugene Vector Lokasi Kaligawe

Kriteria JP TRW KST JA PAU LL Eugen

Vector Rangking

JP 1.00 7.00 2.00 5.00 3.00 3.00 0.347 I

TRW 0.14 1.00 0.50 0.20 0.33 0.33 0.043 VI

KST 0.50 2.00 1.00 2.00 1.00 0.33 0.110 IV

JA 0.20 5.00 0.50 1.00 0.33 0.33 0.087 V

PAU 0.33 3.00 1.00 3.00 1.00 0.33 0.123 III

LL 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 1.00 0.290 II

Jumlah 4.18 21.00 8.00 14.20 8.67 5.33

Kriteria yang mempunyai nilai paling besar untuk daerah kaligawe-terboyo ini adalah Jarak dengan pipa/mothersation,(JP) sebesar 0.347, hal ini di karenakan dalam hal yang sangat krusial dalam pembangunan SPBG adalah supply gas ke SPBG yang akan

di bangun dan hal ini juga berpengaruh terhadap biaya pembelian pipa pada saat

pembangunan SPBG tersebut sedangkan nilai paling kecil yaitu tata ruang dan wilayah (TRW) sebesar 0.043, dikarenakan untuk lokasi kaligawe-terboyo sendiri berada di daerah perindustrian jadi untuk proses pembangunannya tidak akan terganggu untuk

masalah sosial oleh masyarakat.

Tabel 5. Bobot dan Peringkat Alternatif Lokasi SPBG Kaligawe-Terboyo

Lokasi JP TRW KST JA PAU LL

Total

Nilai

Lokasi

Rangking

A 0.70 0.20 0.33 0.33 0.49 0.33 0.46 I

B 0.18 0.49 0.33 0.33 0.20 0.33 0.28 II

C 0.11 0.31 0.33 0.33 0.31 0.33 0.26 III

Sumber : Hasil Perhitungan Dari total skor di atas, maka dipilih lokasi dengan total nilai tertinggi yang dianggap paling tepat sebagai lokasi pendirian SPBG daerah kaligawe-terboyo baik dari segi teknis,

geografis, ekonomi-bisnis, maupun perizinan atau legalitas. Lokasi A = 0.46; Lokasi B =

0.28; dan Lokasi C= 0.26 di dapatkan bahwa lokasi A merupakan alternatif lokasi yang paling cocok karena dilokasi A tersebut merupakan tempat yang palin strategis jika di tinjau dari kedekatan jalur pipa supply utama

dan yang paling dekat dengan pool taksi dan terminal terboyo sendiri.

2. Penentuan Lokasi SPBG di Daerah

Pedurungan-Penggaron.

Survey awal pemilihan lokasi SPBG untuk daerah pedurungan-penggaron menunjukkan

bahwa terdapat 15 trayek angkutan umum

dengan armada sebanyak 490 unit dan 2 pool taksi yaitu bluebird dengan jumlah armada sebesar 450 unit dan taksi centris sebanyak 60 unit.

Alternatif lokasi untuk pembangunan SPBG di pedurungan-penggaron yaitu : a. Lokasi A berada di jalan pedurungan raya

berjarak 5.1 km dari rencana pembangunan ruas pipa gresik-semarang, tata ruang dan wilayah di daerah ini merupakan campuran

antara kawasan bisnis dan perumahan, jumlah angkutan umum yang melewati pada jalan pedurungan berjumlah 15 trayek, sedangkan lokasi terminal terdekat adalah terminal penggaron, jarak lokasi A dengan terminal tersebut sejauh 2.37 km dan pool taksi yang terdekat pada loaksi ini adalah pool taksi bluebird dan centris. Jarak

dengan pool taksi bluebird sejauh 0.16 km

Page 7: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

121

dan centris sejauh 1 km, luas tanah untuk lokasi ini sebesar 3546 m2.

b. Lokasi b juga berada di jalan pedurungan raya berjarak 3.25 km dari rencana

pembangunan ruas pipa gresik-semarang, tata ruang dan wilayah di lokasi ini sama dengan lokasi A yaitu merupakan campuran antara kawasan bisnis dan perumahan, jumlah angkutan umum yang melewati pada jalan pedurungan berjumlah 15 trayek, sedangkan lokasi terminal terdekat adalah

terminal penggaron, jarak lokasi B dengan terminal tersebut sejauh 0.35 km dan pool taksi yang terdekat untuk lokasi ini adalah pool taksi bluebird dan centris. Jarak dengan kedua pool tersebut sejauh 2 km dan 1.12 km, luas tanah untuk lokasi ini sebesar 5132 m2.

c. Lokasi C berada di jalan pedurungan raya dan mempunyai jarak pipa gresik-semarang lebih dekat dengan dengan lokasi A dan B yaitu sejauh 3.12 km, tata ruang dan

wilayah di daerah ini merupakan campuran antara kawasan bisnis dan perumahan, jumlah angkutan umum yang melewati pada jalan pedurungan berjumlah 15 trayek, sedangkan lokasi terminal terdekat adalah terminal penggaron, jarak lokasi C dengan terminal tersebut sejauh 0.68 km dan pool

taksi yang terdekat pada lokasi ini adalah pool taksi bluebird dan centris. Jarak dengan pool taksi bluebird sejauh 2.32 km dan centris sejauh 1.44 km, luas tanah untuk lokasi ini sebesar 6000 m2.

Tabel 6. Eugene Vector Lokasi Pedurungan-Penggaron

Sumber : Hasil Perhitungan

Kriteria yang mempunyai nilai paling besar untuk daerah pedurungan-penggaron ini adalah jarak lokasi dengan pipa gas (JP) sebesar 0.44, hal ini di karenakan dalam karena rencana pembangunan SPBG di lokasi

ini menggunakan sistem online dimana SPBG akan mendapatkan pasokan gas langsung dari pipa distribusi atau pipa transmisi oleh karena itu jarak lokasi SPBG akan sangat berpengaruh, seperti lokasi A, apabila jarak pipa terlalu jauh dengan lokasi pembangunan maka akan menyebabkan penambahan biaya

pembangunan dalam hal pembelian pipa,

sedangkan tata ruang dan wilayah (TRW) menempati peringkat II dengan nilai sebesar 0.20 hal ini disebabkan daerah ini merupakan daerah bisnis sehingga untuk proses pembangunan SPBG di khawatirkan akan ada

gangguan dari masyarakat sehingga akan menghambat proses pembangunan sedangkan peringkat ke tiga yaitu luas lahan (LL) karena dalam proses pembangunan SPBG di kawasan bisnis seperti di pedurungan-penggaron harga tanah menjadi salah satu penyebab kegagalan proses pembangunan di karenakan harga yang

sangat tinggi.

Kriteria JP TRW KST JA PAU LL Eugen

Vector Rangking

JP 1.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 0.44 I

TRW 0.20 1.00 3.00 3.00 3.00 4.00 0.20 II

KST 0.20 0.33 1.00 0.33 3.00 0.50 0.08 V

JA 0.20 0.33 3.00 1.00 2.00 0.33 0.10 IV

PAU 0.20 0.33 0.33 0.50 1.00 0.33 0.05 VI

LL 0.20 0.25 2.00 3.00 3.00 1.00 0.13 III

Jumlah 2.00 7.25 14.33 12.83 17.00 11.17

Page 8: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

122 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya”.

Tabel 7. Bobot dan Peringkat Alternatif Lokasi SPBG Pedurungan-Penggaron

Lokasi JP TRW KST JA PAU LL

Total

Nilai

Lokasi

Rangking

A 0.10 0.20 0.33 0.33 0.59 0.09 0.24 III

B 0.23 0.49 0.33 0.33 0.16 0.56 0.32 II

C 0.67 0.31 0.33 0.33 0.25 0.35 0.44 I

Sumber : Hasil Perhitungan Dari total skor di atas, maka dipilih lokasi dengan total nilai tertinggi yang dianggap paling tepat sebagai lokasi pendirian SPBG

daerah pedurungan-penggaron baik dari segi teknis, geografis, ekonomi-bisnis, maupun perizinan atau legalitas. Dikarenakan hasil perkalian yang diperoleh secara berurutan: Lokasi A = 0.24 ; Lokasi B = 0.32; dan Lokasi C= 0.44 di dapatkan bahwa lokasi C merupakan alternatif lokasi yang paling cocok.

3. Penentuan Lokasi Pembangunan SPBG

di Cangkiran.

Survey awal pemilihan lokasi SPBG untuk daerah cangkiran menunjukkan bahwa terdapat trayek angkutan umum dengan armada sebanyak 205 unit dan pool taksi yaitu

ekspress dengan jumlah armada sebesar 445 unit. Berbeda dengan perencanaan untuk lokasi A dan lokasi B di lokasi C, pola distribusi yang akan di pakai menggunakan sistem daughter station pada sistem ini tidak menggunakan pipa sebagai alat untuk pengiriman gas ke SPBG melainkan dengan mengunakan truk Compresed Natural Gas

(CNG) hal ini di karenakan jarak yang cukup jauh cangkiran dengan rencana pipa gresik semarang. Gas akan di pasok dari SPBG mangkang karena SPBG yang dibangun oleh kementerian ESDM mengunakan sistem mother station jadi fungsi dari SPBG tersebut adalah memasok ke SPBG yang menggunakan

pola daughter station.

Alternatif lokasi untuk pembangunan SPBG di

cangkiran yaitu :

a. Lokasi A berada di jalan perintis kemerdekaan berjarak 26.6 km dari SPBG mangkang sebagao sumber pasokan gas,

tata ruang dan wilayah di daerah ini merupakan kawasan bisnis dan perumahan, jumlah angkutan umum yang melewati pada lokasi ini berjumlah 205 unit, sedangkan pool taksi yang terdekat pada lokasi ini adalah pool taksi ekspres. Jarak dengan pool taksi tersebut sejauh 0.92 km, luas tanah untuk lokasi ini di atas 5000 m2.

b. Lokasi B berada di jalan perintis kemerdekaan berada di seberang jalan kodim IV (pembekalan) berjarak 24.6 km dari SPBG mangkang lebih dekat dari pada lokasi B, tata ruang dan wilayah di daerah ini merupakan kawasan bisnis dan perumahan, jumlah angkutan umum yang

melewati pada lokasi ini berjumlah 205 unit, sedangkan pool taksi yang terdekat pada lokasi ini adalah pool taksi ekspres. Jarak dengan pool taksi tersebut sejauh 1.74 km, luas tanah untuk lokasi ini juga di atas 5000 m2.

c. Lokasi C berada di jalan perintis berjarak 26.3 km dari SPBG mangkang lebih dekat

dari pada lokasi B, tata ruang dan wilayah di daerah ini merupakan kawasan bisnis dan perumahan, jumlah angkutan umum yang melewati pada lokasi ini berjumlah 205 unit, sedangkan pool taksi yang terdekat pada lokasi ini adalah pool taksi ekspres. Jarak dengan pool taksi tersebut

sejauh 2.86 km, luas tanah untuk lokasi ini juga di atas 5000 m2.

Page 9: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

123

Tabel 8. Eugene Vector Lokasi Cangkiran

Kriteria JP TRW KST JA PAU LL Eugen

Vector Rangking

JP 1.00 0.50 3.00 3.00 5.00 0.50 0.21 II

TRW 2.00 1.00 5.00 3.00 4.00 2.00 0.33 I

KST 0.33 0.20 1.00 3.00 2.00 0.50 0.11 IV

JA 0.33 0.33 0.33 1.00 0.33 0.50 0.07 VI

PAU 0.20 0.25 0.50 3.00 1.00 0.50 0.09 V

LL 2.00 0.50 2.00 2.00 2.00 1.00 0.19 III

Jumlah 5.87 2.78 11.83 15.00 14.33 5.00 Sumber : Hasil Perhitungan

Kriteria yang mempunyai nilai paling

besar untuk daerah cangkiran ini adalah Tata ruang dan wilayah (TRW) sebesar 0.42, hal ini di karenakan dalam karena di daerah ini merupakan daerah bisnis dan perumahan sehingga untuk proses pembangunan SPBG di khawatirkan akan ada gangguan dari masyarakat sehingga akan menghambat proses

pembangunan dan peringkat ke dua adalah

jarak pasokan gas (JP) karena dengan sistem pola distribusi dengan mother-daughter station di mana dalam pendistribusian gas menggunakan truk merupakan hal penting karena harus diperhatikan jumlah truk yang di gunakan yang sangat berpengaruh terhadap biaya operasional.

Tabel 9. Bobot dan Peringkat Alternatif Lokasi SPBG Cangkiran

Lokasi JP TRW KST JA PAU LL Total Nilai Lokasi Rangking

A 0.70 0.20 0.33 0.33 0.59 0.33 0.46 I

B 0.18 0.49 0.33 0.33 0.16 0.33 0.27 II

C 0.11 0.31 0.33 0.33 0.25 0.33 0.25 III

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari total skor di atas, maka dipilih lokasi dengan total nilai tertinggi yang dianggap paling tepat sebagai lokasi pendirian SPBG daerah cangkiran baik dari segi teknis, geografis, ekonomi-bisnis, maupun perizinan atau legalitas. Dikarenakan hasil perkalian yang diperoleh secara berurutan: Lokasi A =

0.46; Lokasi B = 0.27; dan Lokasi C= 0.25.di dapatkan bahwa lokasi A merupakan alternatif lokasi yang paling cocok.

B. Proyeksi Jumlah Kendaraan.

Dalam menghitung pengurangan emisi CO2 di Kota Semarang sampai dengan tahun 2027 maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan metoda regresi linier sederhana. Dalam regresi ini yang menjadi variabel terikat adalah jumlah kendaraan untuk angkutan umum dan taksi sedangkan yang menjadi

variabel terikat adalah tahun.

Untuk taksi regresi linier sederhana menggunakan Software excel dengan menginput variabel Y dan X, maka di dapatkan grafik untuk peramalan jumlah taksi pada gambar 1 :

Page 10: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

124 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya”.

Gambar 1. Grafik Peramalan untuk Taksi

Uji terhadap parameter statistik dalam

regresi ini yaitu koefisien determinasi (R

square) dan uji F atau uji global significance F,

telah memenuhi syarat. Nilai koefisien

determinasi (R square) sebesar 0.982.

Besarnya koefisien deteminasi tersebut

menjelaskan bahwa ketepatan atau kesesuaian

garis regresi dengan data serta berapa besar

kemampuan variabel bebas yaitu jumlah taksi.

Dari hasil R square sebesar 0.982 yang

mendekati 1 menunjukkan kemampuan

variabel bebas yaitu jumlah taksi

mempengaruhi variabel terikat yaitu tahun

sangat kuat.

Dari hasil significance F sebesar

0.000986 lebih kecil dari nilai taraf pengujian

sebesar 0.05. Uji global atau uji signifikansi

serentak atau uji F dimaksudkan untuk melihat

kemampuan menyeluruh dari variabel bebas

jumlah kendaraan taksi dapat atau mampu

menjelaskan keberagaman variabel terikat

yaitu Tahun. Dalam kasus ini karena didapat

nilai F sebesar 0.000986 < 0.05 maka variabel

bebas yaitu jumlah kendaraan taksi

berpengaruh terhadap tahun.

Dari perhitungan persamaan dalam

gambar 1 di dapatkan data peramalan jumlah

taksi sampai dengan tahun 2028 di kota

semarang, dari perhitungan penambahan

jumlah taksi di dapatkan bahwa terjadi

kenaikkan tiap tahun sebesar 2.82 % dengan

hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel 10. Jumlah Taksi di Kota Semarang

Tahun 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Jumlah

Taksi

2616 2702 2789 2875 2962 3048 3135 3221 3308 3394 3481 3567

Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk angkutan umum regresi linier sederhana menggunakan Software excel dengan

menginput variabel Y dan X, maka di dapatkan grafik untuk peramalan jumlah taksi pada gambar 2 :

Page 11: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

125

Gambar 2. Grafik Peramalan untuk Angkutan Umum

Hasil uji terhadap parameter statistik

dalam regresi ini yaitu koefisien determinasi

(R square) dan uji F atau uji global

significance F, telah memenuhi syarat. Sepert

telah diterangkan sebelumnya pada persamaan

linier untuk taksi, nilai koefisien determinasi

(R square) sebesar 0.9756. Besarnya koefisien

deteminasi tersebut menjelaskan bahwa

ketepatan atau kesesuaian garis regresi dengan

data serta berapa besar kemampuan variabel

bebas yaitu jumlah angkutan umum. Dari hasil

R square sebesar 0.9756 yang mendekati 1

menunjukkan kemampuan variabel bebas yaitu

jumlah taksi mempengaruhi variabel terikat

yaitu tahun sangat kuat.

Dari hasil uji significance F sebesar

0.00162 lebih kecil dari nilai taraf pengujian

sebesar 0.05. Uji global atau uji signifikansi

serentak atau uji F dimaksudkan untuk melihat

kemampuan menyeluruh dari variabel bebas

jumlah kendaraan dapat atau mampu

menjelaskan keberagaman variabel terikat

yaitu Tahun. Dalam kasus ini karena didapat

nilai F sebesar 0.00162 < 0.05 maka variabel

bebas yaitu jumlah kendaraan angkutan umum

berpengaruh terhadap tahun.

Dari perhitungan dari persamaan dalam

gambar 2, maka dapat diperoleh dengan

persamaan tersebut jumlah taksi sampai tahun

2028 di dapatkan bahwa kenaikan tiap tahun

jika di rata-rata sampai dengan tahun 2028

sebesar 5%, seperti yang terlihat pada Tabel 11,

sebagai berikut

Tabel 11. Jumlah Angkutan Umum di Kota Semarang

Tahun 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

Jumlah

Taksi 2216 2387 2557 2728 2899 3069 3240 3410 3410 3752 3922 4093

Sumber : Hasil Perhitungan

C. Perhitungan Emisi CO2 di Kota

Semarang.

Perhitungan emisi CO2 di hitung

menggunakan persamaan 4, hasil perhitungan

pengurangan emisi CO2 di hitung dari jumlah

taksi dan angkutan umum yang terkonversi di

setiap lokasi SPBG skenario untuk

pengkonversian angkutan umum dan taksi di

lakukan secara bertahap pertahun, konversi

dilakukan mulai tahun 2019 setelah

pembangunan semua SPBG selesai dilakukan.

Proses konversi dimulai dengan 30 % untuk

setiap lokasi SPBG yang dilalui trayek

angkutan umum dan dekat dengan pool taksi

kemudian meningkat sebesar 10 % sampai

90 % di tahun 2025 dan mengalami staknasi di

angka 90% sampai tahun 2028, hal ini

disebabkan kemungkinan adanya pemilihan

sumber bahan bakar lain untuk alat trasportasi

tersebut. Untuk jumlah angkutan umum dan

taksi di masing-masing SPBG menggunakan

asumsi pertumbuhan kendaraan dari metoda

peramalan dimana untuk angkutan umum

mengalami peningkatan sebesar 5% dan taksi

sebesar 2.82 %.

Page 12: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

126 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya”.

1. Perhitungan Emisi CO2 untuk Jenis

Kendaraan Taksi .

Perhitungan emisi CO2 di lakukan di tiga

lokasi SPBG, yaitu terboyo-kaligawe,

pedurungan-penggaron dan cangkiran, di

karenakan untuk lokasi-lokasi tersebut terdapat

pool taksi yang berdekatan dengan lokasi

pembangunan SPBG sehingga dapat

direncanakan untuk dilakukan konversi

kendaraan meggunakan bahan bakar gas, dari

perhitungan sampai dengan tahun 2028 untuk

ke tiga lokasi tersebut SPBG pedurungan-

penggaron menjadi penyumbang emisi CO2

terbesar yaitu sebesar 179.043,37 ton CO2, hal

ini terjadi karena pada loaksi ini terdapat pool

taksi blus bird dan centris dengan jumlah total

550 taksi sedangkan apabila di lakukan

pengurangan emisi dengan mengkonversi

bahan bakar minyak menjadi gas maka di

SPBG penggaron-pedurungan menyumbang

pengurangan emisi CO2 terbesar yaitu sebesar

64.419.01 ton CO2, sedangkan untuk lokasi

SPBG cangkiran menyumbang pengurangan

emisi sebesar 56.217,57 ton dan lokasi SPBG

di terboyo-kaligawe terjadi pengurangan emisi

CO2 sebesar 31.613.24 ton CO2. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada Tabel 12 dan

Tabel 13, sebagai berikut :

Tabel 12. Emisi CO2 Taksi di Lokasi SPBG Tanpa Konversi BBM

Tahun

Emisi CO2 Taksi ( Tanpa Konversi BBM) (Ton/Tahun)

Kaligawe-

Terboyo

Penggaron-

Pedurungan Cangkiran Total

2019 7,721.00 15,750.85 13,743.39 37,215.24

2020 7,938.47 16,194.47 14,130.47 38,263.41

2021 8,162.05 16,650.59 14,528.46 39,341.10

2022 8,391.94 17,119.56 14,937.65 40,449.15

2023 8,628.30 17,601.73 15,358.37 41,588.40

2024 8,871.32 18,097.48 15,790.94 42,759.74

2025 9,121.18 18,607.20 16,235.69 43,964.07

2026 9,378.07 19,131.27 16,692.97 45,202.32

2027 9,642.21 19,670.11 17,163.13 46,475.45

2028 9,913.78 20,224.12 17,646.53 47,784.43

Total 87,768.32 179,047.37 156,227.61 423,043.30

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 13. Emisi CO2 Taksi di Lokasi SPBG Setelah Konversi BBM

Tahun

Emisi CO2 Taksi ( Setelah Konversi BBM)

(Ton/Tahun)

Kaligawe-

Terboyo

Penggaron-

Pedurungan Cangkiran Total

2019 2,098.12 4,280.17 3,734.66 10,112.96

2020 2,876.29 5,867.63 5,119.80 13,863.72

2021 3,696.63 7,541.12 6,580.00 17,817.74

2022 4,560.89 9,304.22 8,118.39 21,983.50

2023 5,470.91 11,160.65 9,738.22 26,369.78

2024 6,428.57 13,114.28 11,442.85 30,985.69

2025 7,435.83 15,169.10 13,235.78 35,840.71

Page 13: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

127

Tahun

Emisi CO2 Taksi ( Setelah Konversi BBM)

(Ton/Tahun)

Kaligawe-

Terboyo

Penggaron-

Pedurungan Cangkiran Total

2026 7,645.26 15,596.34 13,608.57 36,850.16

2027 7,860.59 16,035.61 13,991.85 37,888.05

2028 8,081.99 16,487.25 14,385.93 38,955.17

Total 56,155.08 114,556.36 99,956.04 270,667.49

Selisih CO2

31,613.24 64,491.01 56,271.57 152,375.81

Sumber : Hasil Perhitungan

2. Perhitungan Emisi CO2 untuk Jenis

Kendaraan Angkutan Umum

Hasil perhitungan untuk emisi CO2 untuk

angkutan umum dilakukan di empat lokasi

SPBG yaitu terboyo-kaligawe, penggaron-

pedurungan, mangkang dan cangkiran karena

masing-masing lokasi tersebut di lewati oleh

lintasan trayek angkutan. Dari hasil

perhitungan sampai dengan tahun 2028 pada

lokasi SPBG apabila tidak dilakukan konversi

bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas

di terboyo-kaligawe menyumbang emisi CO2

yang paling besar yaitu sebesar 190,034.09 ton

CO2 karena pada lokasi ini dilalui lintasan

trayek angkutan umum terbanyak di Kota

Semarang yaitu sebanyak 23 trayek dan di

lalui angkutan umum sebanyak 792 unit. Dari

hasil skenario yang dilakukan dengan

pelaksanaan konversi bahan bakar maka

pengurangan emisi CO2 di lokasi terboyo-

kaligawe sampai dengan tahun 2028 sebesar

124,166.50 ton CO2. Hasil perhitungan untuk

ketiga lokasi lainnya dapat dilihat pada Tabel

14 dan Tabel 15.

Tabel 14. . Emisi CO2 Angkutan Umum di Lokasi SPBG Tanpa Konversi BBM

Tahun

Emisi CO2 Angkutan Umum ( Tanpa Konversi BBM) (Ton/Tahun)

Kaligawe-

Terboyo

Penggaron

-

Pedurungan

Mangkang

Cangkiran Total

2019 14,728.78 9,112.50 7,847.91 3,812.37 35,501.56

2020 15,545.42 9,617.75 8,283.04 4,023.75 37,469.96

2021 16,407.34 10,151.01 8,742.29 4,246.85 39,547.49

2022 17,317.05 10,713.83 9,227.01 4,482.32 41,740.21

2023 18,277.20 11,307.86 9,738.61 4,730.84 44,054.51

2024 19,290.59 11,934.83 10,278.57 4,993.14 46,497.13

2025 20,360.16 12,596.56 10,848.47 5,269.99 49,075.18

2026 21,489.03 13,294.98 11,449.97 5,562.19 51,796.17

2027 22,680.50 14,032.13 12,084.81 5,870.58 54,668.02

2028 23,938.03 14,810.14 12,754.86 6,196.08 57,699.11

Total 190,034.09 117,571.60 101,255.54 49,188.12 458,049.35

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 14: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

128 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya, Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya”.

Tabel 15. . Emisi CO2 Angkutan Umum di Lokasi SPBG Setelah Konversi BBM

Tahun

Emisi CO2 Angkutan Umum ( Setelah Konversi BBM) (Ton/Tahun)

Kaligawe-

Terboyo

Penggaron-

Pedurungan

Mangkang Cangkiran Total

2019 4,002.43 2,476.25 2,132.61 1,035.98 9,647.28

2020 5,632.47 3,484.73 3,001.14 1,457.90 13,576.24

2021 7,430.95 4,597.43 3,959.42 1,923.42 17,911.22

2022 9,411.55 5,822.81 5,014.74 2,436.07 22,685.17

2023 11,588.94 7,169.93 6,174.92 2,999.66 27,933.45

2024 13,978.85 8,648.53 7,448.33 3,618.26 33,693.98

2025 16,598.16 10,269.06 8,843.97 4,296.24 40,007.42

2026 17,518.45 10,838.43 9,334.32 4,534.45 42,225.65

2027 18,489.76 11,439.37 9,851.87 4,785.86 44,566.86

2028 19,514.93 12,073.63 10,398.11 5,051.21 47,037.89

Total 124,166.50 76,820.19 66,159.43 32,139.06 299,285.17

Selisih CO2

65,867.59 40,751.41 35,096.12 17,049.06 158,764.18

Sumber : Hasil Perhitungan

5. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : a. Dari ketiga kasus hasil pengambilan

keputusan dengan metoda AHP untuk

pembangunan lokasi stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di kota semarang yang menjadi kriteria berpengaruh adalah jarak lokasi dengan supply gas, tata ruang wilayah dan luas lahan.

b. Data peramalan dengan metoda linier di dapatkan persamaan Y=85.6x-171855 dengan R2 = 0.982 untuk taksi dengan

asumsi kenaikkan jumlah kendaraan sebesar 5 % dan Y=170.6x-341884 dengan R2 = 0.975 untuk angkutan umum dengan asumsi kenaikkan kendaraan sebesar 2.82 %.

c. Dari Penerapan subsitusi bahan bakar minyak ke gas dengan di bangun ke empat

SPBG di dapatkan total penurunan emisi CO2 untuk taksi sebesar 152,375.81 ton CO2 dan angkutan umum sebesar 158,764.18 ton CO2.

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Lingkungan Hidup, Pedoman

Teknis Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemaran Udara di Perkotaan Kementerian Lingkungan Hidup, p.28,

Agutus 2013, Indonesia.

2. Badan Pusat Satistik, Data BPS Kota Semarang dalam Angka 2012 – 2016,

2016, Indonesia.

3. International Energy Agency, CO2 emissions From Fuel Combustion

Highlights, p.11, (2017).

4. Pusat teknologi dan Informasi Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral, Data Iventory Emisi GRK Sektor Energi 2016, p.45, Desember 2016, Indonesia.

5. A. Nugroho, B. Fazzry, Analisis Emisi

Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur, Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi Industri 2016, Malang, Indonesia.

Page 15: ANALISA PENGGUNAAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY …

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018

129

6. E.N.S. Purnomo, S.W. Sihwi,

R.Anggrainingsih, Analisis Perbandingan Menggunakan Metoda AHP, Topsis dan AHP Topsis dalam Studi Kasus Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Siswa Program Akselerasi, Jurnal IT Smart Vol.2. No 1 Juni 2013, Universitas Sebelas

Maret, Indonesia.

7. H. Tannandy, F. Andrew, Analisis Perbandingan metoda regresi linier dan

exponential smooting dalam parameter tingkat error, Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer 2013, Universitas Kristen Krida Wacana, Indonesia.

8. Kementerian Perhubungan, Perhubungan

darat Dalam Angka 2012, p.34, Maret 2012, Indonesia.

9. A. Mulyana, R.D. Wirahadikusuma,

Analisis Konsumsi Energi dan Emisi Gas Rumah Kaca pada Tahap Konstruksi Studi Kasus : Konstruksi Jalan Cisumdawu, Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, 2017, Institut Teknologi Bandung, Indoensia.

10. Kementrian Lingkungan Hidup, Pedoman penyelenggaraan inventarisasi GRK nasional Buku II-volume I, 2012, Jakarta,

Indonesia.

11. S.H. Denisa, Studi Pembangunan Infrastruktur SPBG CNG Mother Station

di Universitas Indonesia untuk Sektor Transportasi Umum Wilayah Universitas Indonesia Dan Kota Depok, Tesis Universitas Indonesia, 2017, Indonesia