60
ANALISA ANALISA CRUDE PALM OIL CRUDE PALM OIL Maria Ulfah, STP. MP Maria Ulfah, STP. MP

ANALISA CRUDE PALM OIL (smart).ppt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Palm oil mill

Citation preview

  • ANALISA CRUDE PALM OILMaria Ulfah, STP. MP

  • PENDAHULUANMinyak sawit kasar yang lebih dikenal dengan sebutan CPO adalah kepanjangan dari Crude Palm Oil. CPO berasal dari esktraksi daging buah (mesocarp) sawit sedangkan minyak inti sawit berasal dari inti buah sawit, yang lebih dikenal dengan sebutan PKO kepanjangan dari Palm Kernel Oil.

  • Kedua jenis minyak tersebut, secara umum memiliki karakteristik kimia dan fisika yang sama, seperti golongan lipida lainnya yaitu, terdiri dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak yang disebut trigliserida.

  • Minyak sawit kasar (CPO) memiliki komponen mayor trigliserida 99 % serta komponen minor 1 % yang terdiri dari carotenoid, tocopherol, tocotrienol, sterol, triterpene, phospholipid dan alifatik hydrokarbon. CPO memiliki dua fraksi pada suhu kamar, yaitu fraksi cair yang disebut Olein dan fraksi padat yang disebut Stearin. Keunikan ini karena ratio komposisi asam lemak jenuh (saturated) dan tidak jenuh (unsaturated) yang berimbang. Salah satu karakteristik ini menempatkan CPO memiliki keunggulan komparatif tersendiri didalam proses refinery dan kegunaannya dibandingkan jenis minyak nabati lainnya.

  • Minyak inti sawit (PKO) memiliki karateristik fisika dan kimia menyerupai minyak kelapa (coconut oil/CNO). Karenanya minyak inti telah dipergunakan sebagai subtituen pemakaian minyak kelapa seperti misalnya untuk pembuatan margarine.

  • Sebagai tenaga laboratorium, engineering atau tenaga lainnya yang akan berhubungan langsung dengan lalu lintas kedua jenis minyak di atas, pemahaman dan pengertian terhadap karakteristik fisika dan kimia minyak akan sangat membantu di dalam memahami segala aspek analitis dan mekanisme reaksi kimia yang terjadi, baik pada proses pengolahan, penyimpanan dan transportasi.

  • Mata rantai tersebut tidak terlepas dari aspek pengawasan mutu di laboratorium, yang pada gilirannya akan dipahami dan dimengerti mutu CPO dan PKO sebagaimana yang diinginkan pemakai (konsumen), sesuai kepentingan dan kegunaannya.

  • Sumber Minyak dan Lemak

    1. Hewani - Cair : Minyak ikan paus, ikan herring, ikan cod. - Padat : Lemak susu, lemak babi, lemak sapi.2. Nabati - Drying Oil : Minyak untuk cat, pernis, atsiri dan tinta. - Semi Drying Oil : Minyak jagung, kapas, bunga matahari. - Non Drying Oil : Minyak kelapa, minyak sawit, minyak inti. - Padat : Stearin sawit dan coklat.

  • Jenis Minyak dan Lemak1. Visible fat - Diperoleh melalui pemisahan / ekstraksi terlebih dahulu.2. Invisible fat - Termakan langsung melalui makanan (lemak tersembunyai).

  • Peranan Minyak dan Lemak makan (Edible Uses)1. Sumber Energi, 1 gr 9-kkal setara2. Sumber Vitamin dan Pelarut Vit. A, D, E dan K3. Memperbaiki cita rasa Margarine, shortening4. Meningkatkan volume / tekstur Margarine5. Penghantar Panas Minyak goreng.

  • Komposisi Lemak/Minyak

    1. Komponen Mayor : Trigeliserida 99%.2. Komponen Minor 1%. - Carotenoids, Tocopherols, Phospholipida, - Sterols, Triterpene, Hidrokarbon.

  • Komponen minor minyak sawit :Karotenoid : merupakan pigmen yang menyebabkan warna minyak kuning kemerahan yang merupakan provitamin ATokoferol : merupakan sumber vitamin E yang sangat aktif terhadap oksidasi, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan, namun jika teroksidasi akan berwarna coklatPhospholipida : merupakan ester asam lemak dan gliserol yang mengandung ion fosfatSterols : merupakan komponen tetrasiklik yang secara umum mengandung atom karbon 27, 28 atau 29, merupakan komponen yang agak besar dari minyak yang tidak tersabunkan. Mempunyai aktivitas antioksidan dalam minyak makan. Hidrokarbon : merupakan bahan tidak tersabunkan yang termasuk lemak sederhana, biasanya berupa terpene yang berpengaruh pada rasa dan aroma minyak.

  • Komponen penyusun minyak kasarTersabunkan : lemak, fosfolipidaTersabunkan jika lemak ditambah NaOH maka akan terbentuk garam Na-asam lemak + gliserolTidak tersabunkan : sterol, hidrokarbon, pigmen, vitaminTidak tersabunkan jika komponen di atas ditambah NaOH maka tidak akan terbentuk sabun

  • Sifat Kimia Lemak/Minyak1. Merupakan esterifikasi Gliserol dengan Asam lemak.2. Dapat mengalami Reaksi hidrolisis dan oksidasi.3. Larut dalam pelarut organic.4. Memiliki Indeks refraksi (Refractive Index).

  • Pembentukan Lemak/Minyak (Trigliserida) melalui proses Esterifikasi Gliserol dengan Asam lemak :H C O H H C O H H C O H HO C R1 HO C R2 HO C R3 OOOHHH C O C R1 OHH C H C O C R2 O C R3 HOO Gliserol + 3 Asam lemak Trigliserida + 3 Air+ 3 H20

  • Hidrolisis minyakLemak atau minyak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak dengan adanya air.Reaksi hidrolisis dipercepat oleh asam, basa dan enzim-enzim.Hidrolisis sangat menurunkan mutu minyak goreng.Minyak goreng yang telah terhidrolisis akan menurunkan smoke point, produk yang digoreng lebih banyak menyerap minyak, warna coklat.

  • Reaksi oksidasiReaksi oksidasi lemak dapat menyebabkan ketengikanReaksi ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi, misalnya cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam berat seperti : Cu, Fe, Co, Mn, enzim lipoksidase.

  • Reaksi Oksidasi asam lemak tidak jenuhR1 C C = C C R2H H H HH HR1 C C = C C R2H H H HH+ HEnergi (panas + sinar)R1 C C = C C R2H H H HO O HR1 C C = C C R2+ H H H HH HR1 C C = C C R2R1 C C = C C R2H H H HH H H HO OH HAsam lemak tdk jenuhRadikal bebasHidrogen yg labil + O2Peroksida aktif+Hidroperoksida Radikal bebas

  • Radikal : gugus atom yang dapat masuk ke dalam berbagai reaksi sebagai satu satuan yang bereaksi seakan-akan satu unsur sajaRadikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain

  • Lemak/minyak larut dalam pelarut organikLemak dan minyak (lipida) merupakan senyawa hidrokarbon yang umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Penentuan jenis pelarut untuk ekstraksi lipida disesuaikan dengan tingkat polaritasnya.

  • Lemak / minyak memiliki Indeks bias (Refractive Index).

    Indeks bias minyak/lemak merupakan perbandingan sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul cahaya yang melalui minyakPembiasan ini disebabkan karena adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan elektromagnetik atam-atom dalam molekul minyakIndeks bias dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian minyak

  • Sifat Fisika Lemak/Minyak1. Kristal Lemak (Crystal Point).2. Titik Lebur (Melting Point).3. Titik Asap (Smoke Point).4. Titik Nyala (Flash Point).5. Titik Bakar (Fire Point).

  • Kristal lemak :Kemampuan lemak untuk membeku pada suhu tertentu, sebagai dasar untuk fraksinasi minyak sawit, misal fraksi cair adalah olein dan padat adalah stearin.

  • Titik lebur / titik cairKemampuan lemak untuk mencair pada kisaran tertentu, kemampuan ini dipengaruhi sifat asam lemak penyusun trigliserida

  • Titik asap / smoke point : bila suatu lemak dipanaskan pada suhu tertentu maka akan timbul asap tipis kebiruan, suhu pada titik ini disebut titik asap.Titik nyala / flash point : bila pemanasan dilanjutkan maka minyak mulai terbakar, pada suhu ini dinamakan titik nyala.Titik bakar / fire point : suhu dimana minyak terbakar secara tetap

  • Kriteria Parameter Mutu Sesuai Peruntukannya

  • Edible UsesNon Edible Uses1. FFA (Free fatty acid) Sangat kitis FFA, tinggi artinya - Minyak tidak segar - Losses tinggi distilate - Meningkatkan kelarutan logam berat.Tidak kritisTidak begitu kritis selama untuk produk fatty acid kualitas sedang, terkecuali untuk fatty acid kualitas tinggi.2. Peroxide Value (PV) Sangat kritis - Menurunkan stabilitas produk akhir. - Minyak tidak segar. - Menyulitkan di Refinery.Tidak begitu kritisTerkecuali untuk produk kualitas tinggi, yang perlu kestabilan warna.3. DOBI (Deterioration of bleachability index) Sangat kritis - Indikator Refinability. - Mempengaruhi produk. - Mempengaruhi losses.Tidak begitu kritis. Jika peningkatan stabilitas warna bisa dilalukan melalui proses distilasi. 4. Phosphatida / Gums Sangat kritis - Mengganggu warna. - Masalah di Refinery.KritisMenimbulkan catalyst.poisoning pada proses hidrogenasi. 5. Unsapoinable Matter Tidak kritis - Berada pada batas tertentu. - Indikator kerusakan.KritisMenurunkan stabilitas warna produk akhir.

  • Proses Refinery CPO (sekilas)

  • Edible Oils & fats have two main type of impurities (Refinery Basic)Oils Soluble Impuritiese.g. Free fatty acid (FFA)Gummy matters (Phosphatiedes)Oil sol-of flavours (rancid odor)Colour pigmentHow to Removal??? By Neutralization or Physical refiningBy DegummingBy DeodorizationBy Bleaching & High temp DeodOils Insoluble Impuritiese.g. DirtsMoistureHow to Removal??? By FiltrationBy Adsorption onto Dry Bleaching Clay & Vacuum suction with steam stripping

  • REFINERY PLANT

  • FRACTIONATION PLANT

  • FRACTIONATION PLANT

  • Karakteristik Umum CPO dan PKO

    Pada umumnya pengertian sehari-hari minyak dan lemak seringkali dibedakan. Padahal secara struktur kimia keduanya adalah sama. Terdiri dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak, golongan senyawa karboksilat. Gabungan keduanya disebut trigliserida. Perbedaannya, minyak berwujud cair dan lemak berwujud padat.Susunan dan komposisi asam lemak yang berbeda sebagai penyusun utama trigliserida telah membentuk karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun kimia.Asam lemak dapat digolongkan berdasarkan panjang rantai ikatan karbon, berat molekul dan derajat kejenuhannya. Semakin tinggi derajat ketiganya, secara berturut - turut akan memiliki sifat, mudah menguap, tidak mudah menguap, larut dalam air, tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik tertentu dan seterusnya akan mengarah ke wujud padat.Karena itu dapat dimengerti, minyak CPO memiliki fraksi cair (olein) dan fraksi padat (strearin) pada suhu kamar karena komposisi derajat asam lemak yang berimbang. Demikian juga minyak PKO memiliki karakteristik menyerupai minyak kelapa, juga karena faktor yang sama.

  • Karakteristik Fisik dan Kimia Minyak Sawit

  • Baku mutu minyak kelapa sawit IndonesiaMutu minyak sawit yang dikenal pasar dunia saat ini, terbagi menjadi 4 klasifikasi yaitu, Regular Oil, Specialized Quality Oil, Special Prime Bleachability, dan LotoxKlasifikasi ini tidak berkembang di Indonesia, karena produsen CPO mengalami kesulitan di dalam meningkatkan mutu selain mutu regular oil. Keadaan ini menyebabkan mutu minyak sawit Indonesia sangat lemah di pasar dunia, hal ini jelas terlihat pada saat harga turun. Untuk meningkatkan mutu dan mempertahankan harga produk minyak sawit Indonesia di pasar dunia, maka perlu ditetapkan baku mutu dan nama mutu produk Indonesia.

  • Klasifikasi mutu jenis minyak sawit kasar / CPO

  • Baku mutu minyak sawit Indonesia dibandingkan Malaysia

  • Mutu minyak sawit sangat ditentukan dengan parameter :asam lemak bebas (FFA) kadar air (moisture) logam berat (Cu, Fe) produk oksidasi (PV, AV, Totox)Phosphatida, natural anti oksidant (carotene, tocopherol, tocotrienol) karakteristik lain adalah komposisi asam lemak, Iodine value dan yang lainnya

  • Asam lemak bebas (Free Fatty Acid)Asam lemak bebas terbentuk sebagai akibat dekomposisi trigliserida membentuk mono atau digliserida karena reaksi hidrolisis, baik secara kiamiawi maupun enzimatik.Kandungan tinggi rendahnya asam lemak bebas dalam minyak sawit, saat ini masih menjadi indikator ukuran mutu konsumen komersial (refiners). Asam lemak bebas yang rendah menunjukkan bahwa minyak sawit tersebut diolah dari mutu buah yang baik, segar, proses produksi optimal, serta penanganan penyimpanan dan pengelolaan tranportasi yang baik. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan : tingginya losses (Penelitian menunjukkan bahwa setiap pertambahan 1 persen asam lemak bebas menurunkan density 0,2 kg/m2, implikasinya sudah tentu akan mempengaruhi tonase penjualan dan produksi CPO) akan menimbulkan masalah pada tahapan bleaching di dalam refinery, juga menurunkan stabilitas produk akhirmempengaruhi density minyak sawit

  • Kadar air (Moisture)Minyak sawit sebaiknya disimpan dengan kandungan air dibawah 0,15% untuk mencegah terjadinya kenaikan asam lemak bebas dan kerusakan mutu akibat oksidasi karena proses hidrolisis. Kandungan kadar air di bawah 0,15 % akan berfungsi sebagai hydrolytic protection yang melindungi kerusakan minyak selama penyimpanan dan tranportasi, tetapi bila kandungan air diatas 0.15 %, selain hilangnya hidrolytic protection juga akan merusak oksidative stability yang akan menurunkan mutu minyak.

  • Logam Berat (Heavy Metal)

    Logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) berasal dari korosi alat-alat yang dipergunakan di pengolahan, penyimpanan dan tranportasi. Kedua jenis logam tersebut bersifat pro-Oksidant, artinya dapat mengkatalisir atau mempercepat reaksi oksidasi, yang bersifat merugikan. Formasi senyawa hasil oksidasi sangat sulit dihilangkan pada proses refinery (bleaching) yang akan menurunkan stabilitas produk dan memperpendek umur penyimpanan. Oleh karena itu kandungan logam berat harus diupayakan seminimal mungkin.

  • Senyawa hasil oksidasi (Oxidized products)

    Angka peroksida (Peroxide Value), angka anisidine (Anisidine Value) dan angka total oksidasi (Total Oxidation = Totox) merupakan angka-angka yang seringkali dipergunakan dalam menilai jumlah senyawa hasil oksidasi akibat reaksi oksidasi dan reaksi hidrolisis, baik enzimatik ataupun kimiawi. Tinggi rendahnya kandungan senyawa-senyawa tersebut menjadi indikator tingkat kesegaran dan kerusakan minyak. Oksidasi sekunder berupa senyawa karbon berantai pendek (aldehide dan keton) yang dapat dideteksi secara organoleptik, berupa bau tengik (rancid). Tingginya kandungan senyawa hasil oksidasi tersebut sangat mengganggu mutu dan stabilitas produk yang diolah.Totox (2PV+AV

  • Impurities dan DirtImpurities adalah bahan ikutan yang terdapat dalam minyak yang keberadaanya relatif tidak dikehendaki, terkecuali carotene dan tocopherol. Berdasarkan efeknya impurities terbagi tiga, yaitu : 1. Penyebab hidrolytic, misalnya: Moisture, FFA, gliceryde, dirt, enzim. 2. Penyebab oxidative, misalnya: Logam besi, tembaga, produk oksidasi. 3. Catalyst Poison, misalnya: Senyawa yang mengandung nitrogen sulfur, halogen dan Phospholipida.

  • Kotoran (Dirt)Merupakan komponen impurities yang tidak larut dalam pelarut organik tertentu seperti hexana, petroleum ether, diethyl ether atau pelarut organik lainnya. Komponen kotoran berasal dari fiber, tanah, pasir, dan senyawa organik komplek yang tidak larut dalam pelarut diatas. Kandungan kotoran sebaiknya tidak melebihi 0.02 %. Sifat kotoran ini juga mengganggu mutu dan kestabilan minyak.

  • DOBI (Deterioration of Bleachability Index)Analisa tambahan yang diminta konsumen komersial (refiners) saat ini adalah DOBI, dengan kepanjangan Deterioration of Bleachability Index. Tingkat kerusakan minyak sawit dapat ditentukan melaui metode sederhana yang disebut DOBI (Swoboda 1982 dan 1985), yang merupakan ratio pengukuran absorbansi spectrophotometric pada panjang gelombang () 446 nm dan 269 nm. Analisa tambahan ini membuktikan berkorelasi langsung dengan mudah tidaknya minyak sawit di- refine, menentukan satuan cost proses, waktu dan dosis konsumsi bleaching agent juga kestabilan produk akhir. Meskipun analisa asam lemak bebas masih menjadi salah satu indikator mutu.

  • Jenis mutu CPO berdasarkan index DOBI : 1.7 artinya setara mutu minyak sludge (minyak parit)1.8 - 2.3 artinya mutu minyak sawit buruk2.4 - 2.9 artinya mutu minyak sawit cukup3.0 - 3.2 artinya mutu minyak sawit baik 3.3 artinya mutu minyak sawit sangat baik

  • Minor Constituents (Carotenoids dan Tocopherols)Walaupun keberadaan minor constituent, jumlahnya sangat kecil ( 1%), tetapi dapat mempengaruhi bleachability, stabilitas dan nilai nutrisi minyak sawit. Pada umumnya minor constituents ini relatif bersifat merugikan terkecuali caroteoids dan tocopherols. Crude palm oil mengandung sekitar 500 - 700 ppm carotenoids, berperan sebagai provitamin A, pewarna kuning alami dalam pembuatan margarine, dan secara nutrisi berperan sebagai anti atherosclerotic (Wong et al., 1988 and Jacobsberg, 1974).Kandungan Tocopherols pada crude palm oil sekitar 700 - 900 ppm, berperan sebagai anti oksidant alami, sumber vitamin E dan secara nutrisi dapat mencegah penyakit jantung, kanker serta dapat menurunkan LDL - Cholesterol (Witting et al., 1975 and Money et al., 1976).

  • Karakteristik inti sawitInti kering yang berasal dari buah sawit (Elaeis guineensis) yang lebih dikenal dengan sebutan inti sawit, mengandung 7,1 % air, 49,4 % minyak, 13,7 % protein, dan 4,4 % abu. Parameter penting yang mempengaruhi mutu inti sawit adalah kadar air, cangkang dan kotoran, asam lemak bebas dan kadar minyak, disamping analisa fisik lainnya yaitu inti utuh, kernel pecah, warna dan jamur.

  • Karakteristik dan mutu inti sawit

    ParameterRangeMoisture % 5,0 - 9.1Cangkang dan Kotoran % 2.2 - 8.6FFA (as Lauric) % 2.6 - 4.1Kandungan Minyak %46.5 - 52.2

  • Komposisi asam lemak PKO (Tang et al., 1955)

  • Karakteristik Minyak Inti SawitKarakteristik dan komposisi minyak inti sawit sangat berbeda dengan minyak sawit, secara umum memiliki karakteristik dan komposisi menyerupai minyak kelapa. Menurut Jacobsberg (1974) minyak inti sawit adalah tipe minyak Lauric dan tidak mengandung Carotene, sedangkan minyak sawit adalah tipe Palmitic dan mengandung Carotene. Komposisi dan susunan rantai karbon asam lemak minyak inti sawit dan minyak kelapa hampir sama yaitu rantai C6 (kaproat) sampai C18 jenuh (stearat) dan C18 tidak jenuh (oleat dan linoleat). Kedua jenis minyak tersebut mengandung hampir 48% C12 (laurat). Perbedaannya hanya pada distribusi susunan rantai karbon. Fraksi asam lemak C8 dan C10 pada minyak inti sawit hanya 8% dan minyak kelapa 14,6%, sedangkan fraksi asam C18:1 (oleat) 14.5% dalam minyak inti sawit dan 6.6% dalam minyak kelapa. Karakteristik lain adalah lapisan padat besar pada suhu kamar untuk daerah tropis, dengan titik lebur yang sangat tajam.

  • Prinsip Analysis Beberapa Parameter Minyak

  • PENETAPAN KADAR AIRPrinsipAir alamiah bawaan (NWC) atau akibat proses.Penetapan air dan komponen yang mudah menguap.Sample dipanaskan 105 ( 2 C) selama 3.0 - 3.5 jam. Metoda Gravimetrimetry menentukan selisih bobot.StandardKadar Air 0.15 %Peran Kadar Air 0.15 % sebagai hydrolitic protection.Kadar Air 0.15 % oxidative stability.Alat, bahan dan prosedur lihat manual analisa minyak.Ketepatan dan ketelitianKadar Air 0.04 - 0.30 %, pengulangan hasil analisa 0.003%.Pendinginan dalam desiccator harus benar-benar sempurna.Kalibrasi berkala oven pengering.Pintu oven selalu tertutup pada saat penetapan berlangsungPemindahan wadah agar menggunakan alat bantu.Metode Microwave oven merupakan alternatif.

  • PENETAPAN KADAR KOTORANDefinisiKomponen yang tidak larut dalam pelarut n-Hexana atau petroleum spirit Pasir, tanah, logam, HC poly alkoholPrinsipPelarutan sample.Penyaringan, pencucian residu, pengeringan.Metode Gravimetry menentukan selisih bobot.StandardKadar Kotoran (Dirt) 0.015 %Peran Menurunkan mutu produkMerusak oxidative stabilityAlat, bahan dan prosedur lihat manual analisa minyakKetepatan dan ketelitianKadar Kotoran 0.002 - 0.15 %, pengulangan analisis 0.003%.Eliminasi pemakaian pelarut menyulitkan homogenisasi.

  • PENETAPAN ASAM LEMAK BEBASDefinisiDinyatakan dalam % ( b/b ) asam lemak bebas.Netralisasi ALB dalam 1 gram sample. PKO dan CO Sebagai asam laurik dengan BM 200.CPO Sebagai palmitik dengan BM 256.Prinsip Sample dilarutkan dalam isopropanol netral. ALB dinetralisasi dengan KOH standard. Titrimetry Asam basa.StandardAsam lemak bebas CPO 3.50 %.PeranIndikator tingkat kesegaran produk.Menententukan tingkat losses di refinery.Stabilitas produk akhir.Setiap kenaikan 1% FFA menurunkan density 0.2 kg/m2.Alat, bahan dan prosedur lihat manual analisa minyakKetepatan dan ketelitianALB 1.5 - 5.0%, pengulangan 0.02%.Periksa larutan standar alkali, paling sedikit 1 minggu sekali.Temperatur titrasi 40 - 50C, dgn pengocokan sedang.Titrasi dilakukan secepat mungkin.

  • PENETAPAN BILANGAN PEROKSIDADefinisiMenentukan oksigen aktif dalam sample.Dinyatakan dalam meq/kg. PrinsipPelarutan dalam Asam asetat : Chlorform (3:2) dan pereaksi KI.Oksidasi ion Iodida menjadi Iodine.Jumlah Iodine yang terbentuk ditentukan secara Iodometri.StandardBilangan Peroksida 5 meq/kg PeranMenentukan tingkat kesegaran.Radikal aktif yang mengkatalisir kerusakan mutu minyak.Menurunkan stabilitas produk.Alat, bahan dan prosedur lihat manual analisa minyakKetepatan dan ketelitianKeterulangan PV 1 6 meq/kg adalah 0.2 meq/kg, Larutan KI sebaiknya dibuat segar.Agar tahan lama Indikator kanji bisa ditambahkan NaCl 20%.

  • PENETAPAN DOBIDefinisiDeterioration of Bleachability Index (DOBI ) ialah ratio numerik serapan pada panjang gelombang 446 nm terhadap 269 nm. Absorbansi 446 1%(b/v) nm DOBI = -------------------------------------- Absorbansi 269 1%(b/v) nmPrinsipPelarutan 0.5 1.0% sample dalam iso-oktana atau n-hexana. Pengukuran larutan pada 446 nm dan 269 nm.Standard 1.7 Sludge Palm Oil1.8 2.3 Buruk2.4 2.9 Cukup3.0 3.2 Baik 3.3 IstimewaPeran Tingkat Kemudahan di refine dan cost di refinery.Stabilitas produk.Alat, bahan dan prosedur lihat manual analisa minyakKetepatan dan ketelitianSebaiknya digunakan pelarut p.a spectrophotometric grade.

  • Anisidine value (AV)The secondary stage of oxidation occurs when the hydroperoxides decompose to form carbonyls and other compounds, in particular aldehydes. These are what gives the oil a rancid smell, and they are measured by the AV. The lower the AV, the better the quality of the oil. Most customers will require an AV of less than 30 in marine oils but AV may need to be as low as 10, depending on the market.The AV test is a good way to measure secondary oxidation products and should be used together with a primary test like PV.