52
Dian Novianti 109151415407 Kiki Niken Saputri 109151420271 Novia Anjarwati 109151415414 Lukman Nur Hakim 109151422297 Shely Nur Pramita R 109151422298

Anak hiperaktif dan distruptive behavior

Embed Size (px)

Citation preview

Dian Novianti

109151415407

Kiki Niken Saputri109151420271

Novia Anjarwati109151415414

Lukman Nur Hakim109151422297

Shely Nur Pramita R109151422298

Menurut Kurnia (2008:6-19) Hyperaktif

adalah sikap anak yang tidak bisa diam,

bergerak terus menerus, suka berlarian,

melompat-lompat bahkan berteriak-teriak di

kelas.

Sedangkan menurut Kurnia (2008: 6.20)

distruptive behavior adalah anak yang sering

mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak

sopan dengan nada mengejek serta

menentang guru.

Menurut teori Individual Physchologie dalam Yatim

(2008: 108)

Membandingkan dirinya dengan orang lain

kalah memunculkan aksi melagak atau

jual aksi.

Menurut Kurnia (2008 : 3.31) ada tiga faktor yang

menentukan perkembangan kepribadian peserta

didik, yaitu :

BAWAANPengalaman

awal

Pengalaman

kehidupan

Ditemui anak yang hyperaktif dan sering

berkata kasar dan tidak sopan kepada guru.

Sebagian anak-anak terpengaruh oleh

tingkahnya, dan akhirnya mengikuti

kegiatannya yang tidak bisa diam.

Anak yang lain jadi ikut-ikutan berkata tidak

sopan kepada orang yang lebih tua.

Kurangnya perhatian dari kedua orangtua.

Kurangnya kasih sayang di lingkungan

keluarga

Tidak adanya arahan untuk berkata sopan

dengan orang yang lebih tua.

1. Pemberian perhatian khusus

2. Memberikan label baik dihadapan anak tersebut saat berbicara kepada orang lain.

3. Bimbingan kepada anak di luar jam pelajaran.

4. Pemberian punishment yang sebelumnya sudah diadakan perjanjian kepada anak.

Menurut Slavindalam Imanuel (2009 : 41) hasil studi yang dilakukan menunjukkan penggunaan punishment bisa berdampak negative pada perkembangan tingkahlaku anak.

Menurut Kurnia (2008: 6.21) overachiver

adalah anak yang mempunyai semangat

belajar tinggi dan memberikan respon yang

cepat tetapi tidak bisa menerima kegagalan

serta tidak mudah menerima kritik dari

siapapun termasuk gurunya.

Seorang anak yang kurang bisa

menghargai pendapat temannya.

Aktif dalam menjawab serta

respon yang berlebihan terhadap

imbalan yang ingin didapatkan.

Tidak mengikuti petunjuk guru,

langsung merespon otak untuk

melakukan keinginan yang

dikehendakinya.

Tidak suka bekerja secara

kelompok.

1. Kurangnya perhatian dan kasih sayang

orang tua.

2. Anak yang Broken home

3. Dibesarkan didalam keluarga yang

mempunyai kepribadian yang keras.

1. Menurut Triandis, Brislin, & Hui dalam

Santrock (2008: 172) anak yang

individualistik dapat diberikan cara sebagai

berikut :

a. Beri lebih banyak perhatian pada

keanggotaan kelompok.

b. Lebih tekankan pada kerjasama ketimbang

kompetisi.

c. Jika ingin mengkritik, lakukan secara hati-

hati dan hanya secara privat.

d. Pupuklah hubungan jangka panjang.

2. Adanya kerjasama guru dengan orang tua, dengan

mendatangkan orangtua ke sekolah.

3. Memberikan peraturan sesuai dengan perjanjian

dengan anak.

4. Memberikan tuntunan khusus kepada anak, untuk

memperbaiki perilakunya.

Impulsif adalah dorongan yang didasarkan

keinginan atau untuk pemuasan atau

keinginan secara sadar maupun tidak sadar.

Bertindak impulsif adalah suatu tindakan

yang didasarkan dengan adanya dorongan

untuk mengekspresikan keinginan.

Tidak mampu mengontrol diri

Cenderung agresif

Sering melanggar peraturan

Sering memotong pembicaraanorang lain

Bila mengingingkan sesuatuharus segera memperolehnya

Tidak sabar menunggu giliran

Memberikan jawaban sebelumguru selesai memberipertanyaan

Ajarilah anak unutk melakukan Self Talk (berkata pada diri sendiri untukmemotivasi dirinya sendiri)

Bermain bersama anak

Membuat anak menyadariakibat/konsekuensi perbuatannya padaorang lain, sehingga anak akan berusahamenunda reponnya.

Memberikan imbalan pada tingkah lakuanak

Memberikan tanda isyarat

Slow Learner

Anak lamban belajar adalah anak yang

mengalami hambatan atau keterlambatan

dalam perkembangan mental (fungsi

intelektual di bawah teman-teman seusianya)

disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan

untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri

sedemikian rupa sehingga memerlukan

pelayanan pendidikan khusus.

• Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6,

• Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik

sering terlambat dibandingkan teman-teman

seusianya,

• Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,

• Pernah tidak naik kelas.

Bimbingan bagi anak dengan konsentrasi

Adakan pertemuan siswa

Bimbing siswa lebih dekat ke proses

pengajaran

Berikan motivasi secara langsung dan intens

• Utamakan ketekunan perhatian daripada

kecepatan menyelesaikan tugas

• Ajarkan self of attention

Menurut Ibrahim (2004: 53-54) guru Indonesia

adalah insan yang layak ditiru dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, khususnya oleh peserta didik yang

dalam melaksanakan tugas berpegang teguh

pada prinsip “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing

Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru

Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa

perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia

sebagai pedoman bersikap dan berperilaku

yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai

moral dan etika dalam jabatan guru sebagai

pendidik putera-puteri bangsa (Sudrajat,

2000).

Menurut Roestiyah (1982: 181) seorang

pendidik profesional adalah seseorang yang

memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan

sikap profesional, yang mampu dan setia

mengembangkan profesinya, menjadi

anggota organisasi profesional pendidikan,

memegang teguh kode etik profesinya, ikut

serta di dalam mengkomunikasikan usaha

pengembangan profesi dan bekerja sama

dengan profesi yang lain.

Guru merupakan sosok yang begitu dihormati

lantaran memiliki andil yang sangat besar

terhadap keberhasilan pembelajaran di

sekolah. Guru sangat berperan dalam

membantu perkembangan peserta didik

untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara

optimal. Ketika orang tua mendaftarkan

anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia

menaruh harapan terhadap guru, agar

anaknya dapat berkembang secara optimal

(Mulyasa, 2005:10).

Salah satu guru kelas V yang bernama Bu

Dina setiap kali mengajar selalu

mengoperasikan jejaring sosial menggunakan

blackberry miliknya. Beliau selalu

mendownload lagu dan artis korea. Dalam

pembelajarannya di kelas pun guru yang

bersangkutan kurang bersahabat dengan

siswanya. Seperti ada jarak antara guru dan

siswa.

Bahkan ketika di kantor pun juga demikian.

Beliau memang bosan dengan rutinitas

mengajar, jadi memerlukan refreshing yaitu

dengan mengoperasikan blackberry miliknya.

Tidak peduli di manapun tempatnya, Beliau

selalu melakukan hal yang demikian. Ketika

bertanya kepada siswa yang diajar Beliau

memang guru tersebut juga demikian

1) Melalui pengingatan atau peneguran melalui teman sesama guru

2) Kepala sekolah seharusnya lebih memperhatikan para guru dan staf pengajar di sekolah dengan cara melakukan kunjungan atau sidak ke kelas-kelas saat proses pembelajaran berlangsung.

3) Harus ada peraturan dari kepala sekolah tentang penggunaan barang-barang milik pribadi seperti Hp atau Blackberry tidak pada jam mengajar.

4) Kesadaran dari guru tersebut bahwa ia adalah seorang guru yang memiliki kode etik profesional keguruan dan sebagai seorang guru harus menjunjung tinggi azas pendidikan

ANAK CENDERUNG CEPAT

BOSAN (DISTRACTIBILITY

CHILD)

Menurut Kurnia (2008: 19) gangguan sosial

emosional, satu diantaranya adalah

distractibility child yaitu tipe anak yang

cenderung cepat bosan. Tapi juga cepat

tertarik pada hal-hal baru. Ia sering kali

mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek

lain di kelas. Anak ini sangat mudah

dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan

perhatian pada kegiatan-kegiatan yang

berlangsung di kelas. Dan hal ini menghambat

anak, untuk bisa menyelesaikan tugas -

tugasnya di sekolah.

Menurut Santrock (2008: 510-511)

Jika murid tidak menyelesaikan tugas

karena bosan, dan malah mengalihkan ke

hal-hal lainnya, maka dia kekurangan

motivasi. Jika murid menghadapi

tantangan dalam menyelesaikan tugas-

tugasnya, tetapi dia terus berjuang dan

mengatasi rintangan, maka dia punya

motivasi yang besar.

Siswa yang cenderung merasa bosan di

kelasnya akibat kurang efektifnya

manajemen kelas seorang guru. Padahal,

seorang guru di kelas ibarat seorang sopir

yang akan membawa para penumpangnya

pergi kemana dengan kondisi selamat atau

tidak (Algozzine & Kay, 2002; Emmer &

Stough, 2001; Lindberg & Swick, 2002;

Martella, Nelson & Marchand-Martella,

2003 dalam Santrock (2008: 9)).

Permasalahan di kelas VB ada anak yang

bernama Yananta ketika di dalam kelas dia

cepat bosan. Tapi juga cepat tertarik pada

hal-hal baru. Ia sering kali mengalihkan

perhatiannya ke berbagai objek lain di

kelas. Anak ini sangat mudah dipengaruhi,

namun tidak dapat memusatkan perhatian

pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di

kelas. Dan hal ini menghambat anak, untuk

bisa menyelesaikan tugas-tugasnya di

sekolah dan mengganggu proses KBM di

kelas.

1. Permasalahan ketika di dalam kelas

2. Kurangnya perhatian dari pihak orang tua

ALTERNATIF PENYELESAIAN

1. Motivasi

2. Guru efektif

3. Perhatian khusus pada anak

4. Kondisi belajar menarik

5. Reward

6. Tidak membentak

7. Beri kesempatan

8. Mengajar dengan hati

Pendidikan merupakan media sosialisasi yang

terarah bagi anak. (Fatimah, 2008: 92).

Menurut Desmita (2008:185), anak mulai

mengembangkan suatu penilaian terhadap orang

lain dengan berbagai cara. Penilaian tersebut

menyebabkan peluang dari adanya anak populer

dan anak tidak populer

Anak yang populer adalah anak –anak yang dapat

menjalin interaksi social dengan mudah,

cenderung bertindak kooperatif

Anak non populer cenderung mengalami masalah

dalam perkembangan sosialisasinya. Anak non

populer dibagi dua, yaitu:

a. Anak -anak diabaikan (neglected children) adalah

anak yang menerima sedikit perhatian dari teman

–teman sebaya mereka

b. anak –anak ditolak (rejected children) adalah

mereka yang tidak disukai oleh teman-temannya

Salah satu siswa kelas V SDN Bareng 3

merupakan regected children. Siswa tersebut

ditolak dalam pergaulannya dan tidak disukai

teman-temannya.

Mengatasi penyebab permasalahan siswa

tidak disukai

Melibatkan orang tua siswa

Permainan kooperatif

Anak-anak sekolah dasar banyak yang telah

memiliki handphone.

Bermain handphone ketika pelajaran

berlangsung akan mengalihkan perhatian

siswa dalam belajar.

Menurut Gagne dan Berliner dalam Dimyati

(2006:42), perhatian mempunyai peranan

yang penting dalam kegiatan belajar.

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis

atau aktivitas jiwa yang tertuju kepada

suatu objek dan mengesampingkan objek

yang lain.

Sebagian siswa kelas 5 di SDN Bareng 3

membawa handphone ke sekolah dan

menggunakannya untuk bermain game ketika

pembelajaran sedang berlangsung

Mempertegas peraturan sekolah untuk

melarang siswanya membawa handphone ke

sekolah

Menyediakan telepon umum sebagai sarana

siswa untuk menghubungi orangtuanya

Untuk menarik perhatian siswa, hendaknya

guru menggunakan pengajaran yang menarik

bagi siswa

• Pembelajaran Teacher Center adalah proses

pembelajaran dimana guru menjadi pusat

pembelajaran. Peserta didik hanya menjadi objek

pembelajaran

• Soulders &Prescott (dalam Johnson, 2002: 154)

belajar aktif yang disebut juga belajar “langsung”

yakni belajar yang membuat belajar melekat.

Mencari dan menggabungkan informasi secara aktif

dari tempat kerja, masyarakat, maupun ruang

kelas, akan menyematkan informasi yang didapat.

Guru di masing-masing kelas 5, yakni Bu

Imah, Bu Sugiarti dan Bu Sri Astuti umumnya

masih cenderung menerapkan pembelajaran

teacher center.

Pada mata pelajaran IPA, materi yang

seharusnya menggunakan metode

eksperimen, malah menggunakan metode

ceramah.

1. Guru menggunakan variasi model dan

metode pembelajaran

2. Memberikan kesempatan siswa untuk

belajar secara aktif

3. Mengaitkan pembelajaran dengan

lingkungan sekitar siswa (Contextual

Learning)

4. Guru mencari literatur tentang macam-

macam metode dan model pembelajaran.

5. Penggunaan media belajar yang menarik

dan bervariasi

Masa anak usia SD, khususnya anak SD yang

duduk di kelas tinggi (10-12) menurut tahap

perkembangannya telah memasuki masa

beranjak remaja. Charlotte Buhler (dalam

Makmun, 2002:130) menambahkan bahwa

suatu masa transisi ke periode ini ialah masa

pre-puberteit (pra-remaja) yang berkisar

sekitar 10-12 tahun dari kalender kelahiran

Menurut Erikson (dalam Makmun, 2002:112),

identitas pribadi seseorang itu tumbuh dan

terbentuk melalui perkembangan proses

krisis psikososial yang berlangsung dari fase

ke fase.

Louis dan Prisillia, melakukan lempar melempar

surat cinta saat pelajaran sedang berlangsung.

Siswa bermain judi-judian menggunakan taruhan

uang.

1. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.

2. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial

3. Pemberian Contoh yang Baik dari Guru

4. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan

anak

5. Diaktifkannya hubungan orang tua dan guru

(parent-teacher association).