31
BAB I PENDAHULUAN Rinitis alergi sebagai penyakit alergi rekurren yang tersering yang mengenai populasi dunia khususnya negara- negara berkembang, dan dalam dua dekade terakhir ini prevalensinya mengalami peningkatan. Diestimasikan bahwa 600 milyar populasi dunia menderita rinitis alergi. Rinitis alergi sekarang dianggap merupakan masalah kesehatan global karena merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai di seluruh dunia dan mengenai 10-25% populasi. Penyakit ini dapat timbul pada semua golongan umur. Di Amerika Serikat penyakit ini mengenai 20-40 juta orang, terdiri dari 10-30% orang dewasa dan lebih dari 40% mengenai anak-anak. Pada 80% kasus gejala timbul sebelum anak berusia 20 tahun. Rinitis alergi adalah suatu proses yang mengenai mukosa hidung yang ditandai oleh sekumpulan gejala terdiri dari bersin, hidung tersumbat, gatal pada hidung, dan keluar cairan dari hidung. Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Variasi prevalensi yang besar diduga disebabkan oleh faktor resiko dalam lingkungan seperti alergen, pola hidup, sosial ekonomi, infeksi pada usia dini, dan lainnya. Penyakit ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya baik secara fisik, emosional, gangguan bekerja, 1

Allergic Rhinitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Allergic Rhinitis

BAB I

PENDAHULUAN

Rinitis alergi sebagai penyakit alergi rekurren yang tersering yang mengenai populasi

dunia khususnya negara-negara berkembang, dan dalam dua dekade terakhir ini

prevalensinya mengalami peningkatan. Diestimasikan bahwa 600 milyar populasi dunia

menderita rinitis alergi. Rinitis alergi sekarang dianggap merupakan masalah kesehatan

global karena merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai di seluruh dunia dan

mengenai 10-25% populasi. Penyakit ini dapat timbul pada semua golongan umur. Di

Amerika Serikat penyakit ini mengenai 20-40 juta orang, terdiri dari 10-30% orang dewasa

dan lebih dari 40% mengenai anak-anak. Pada 80% kasus gejala timbul sebelum anak

berusia 20 tahun.

Rinitis alergi adalah suatu proses yang mengenai mukosa hidung yang ditandai oleh

sekumpulan gejala terdiri dari bersin, hidung tersumbat, gatal pada hidung, dan keluar

cairan dari hidung. Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh

interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Variasi prevalensi yang besar diduga

disebabkan oleh faktor resiko dalam lingkungan seperti alergen, pola hidup, sosial

ekonomi, infeksi pada usia dini, dan lainnya.

Penyakit ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya baik secara fisik,

emosional, gangguan bekerja, dan sekolah. Gangguan ini dapat berupa keterbatasan

aktivitas, menimbulkan rasa frustasi, gangguan tidur, gangguan emosi, kognitif, serta

penurunan kewaspadaan. Tapi penyakit ini bukanlah penyakit yang bisa mengancam jiwa.

1

Page 2: Allergic Rhinitis

BAB II

RINITIS ALERGI

2.1 Definisi

Rinitis Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai oleh Ig E

pada sel mast mukosa hidung. Untuk menimbulkan reaksi alergi harus dipenuhi 2 faktor,

yaitu adanya fase sensitisasi terhadap suatu alergen yang biasa bersifat herediter (atopi)

dan adanya kontak ulang dengan alergen tersebut sehingga menimbulkan manifestasi.

Rinitis alergi didefinisikan dengan adanya bersin, sekret nasal, postnasal drip, gatal hidung,

dan obstruksi nasal bilateral.

2.2 Epidemiologi

Estimasi pasien yang menderita rinitis alergi adalah sekitar 600 milyar dari populasi dunia

dan sekitar 200 milyar dari mereka menderita asma. Prevalensi meningkat pada semua

populasi seluruh dunia yang mana sebagian besar tidak diketahui karena masih belum

didiagnosa.

Rinitis alergi mempunyai impak fungsi seharian (termasuk sekolah dan kerja) dan

kualitas hidup, yang merupakan suatu konsekuensi langsung berhubung dengan gangguan

tidur. Rinitis alergi bukan saja suatu beban bagi pasien tersebut tetapi juga bagi anggota

keluarga dan pengaruh kehidupan sosial.

2

Page 3: Allergic Rhinitis

Gambar 1: Komorbiditi penyakit alergi

2.3 Etiologi

Rinitis alergi disebabkan oleh semua zat yang berperan sebagai alergen pada seorang

individu. Triger alergi yang sering adalah polen, kutu rumah, ketombe hewan, serangga

(kecoa) dan jamur dan ia berbeda pada negara dan regio. Berdasarkan cara masuk, secara

umum alergen dibagi atas :

1. Alergen inhalan, yang masuk bersama udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,

serpihan epitel, bulu binatang serta jamur.

2. Alergen ingestan, yang masuk saluran cerna berupa makanan, misalnya susu, telur,

coklat, udang, ikan dan lain-lain.

3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan, atau tusukan, misalnya, penicillin,

sengatan lebah dan lain-lain.

4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya

bahan kosmetik dan perhiasan.

2.4 Klasifikasi Rinitis Alergi

Rinitis alergi dapat digolongkan dalam 2 klasifikasi, menurut WHO Initiative Allergic

Rinitis and its impact on asthma tahun 2000. yaitu :

3

Page 4: Allergic Rhinitis

1. Intermiten (kadang-kadang) bila gejal kurang dari 4 hari per minggu dan kurang dari 4

minggu

2. Persisten (menetap) bila gejala ditemukan lebih dari 4 hari per minggu atau lebih dari 4

minggu.

Menurut berat ringannya penyakit, rinitis alergi dapat diklasifikasikan sebagai :

1. gejala ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas, bersantai dan

atau olahraga, gangguan belajar atau bekerja dan gejala lain yang mengganggu.

2. gejala sedang sampai berat bila terdapat satu atau lebih gejala tersebut diatas.

Pembagian klasifikasi yang penting dalam penanganan rinitis alergi secara tepat dan

rasional.

Berdasarkan sifat berlangsungnya rinitis alergi dapat dibedakan menjadi 2 macam,

yaitu :

1. Rinitis Alergi Musiman

Penyakit ini timbul periodik, sesuai dengan musim dimana pada waktu terjadi konsentrasi

alergen terbanyak di udara. Dapat mengenai semua golongan umur dan biasanya mulai

timbul pada anak-anak dan dewasa muda. Berat ringannya gejala penyakit bervariasi dari

tahun ke tahun tergantung pada banyaknya alergen di udara. Faktor herediter pada penyakit

ini sangat berperan. Hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Alergen penyebabnya

spesifik, yaitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu dinamakan pollinosis

Rinitis alergi musiman ini merupakan suatu rino konjungtivitis oleh karena gejala

klinis yang tampak yaitu mata merah, gatal, disertai lakrimasi, sedangkan gejala pada

hidung berupa hidung gatal disertai dengan bersin paroksismal, adanya sumbatan hidung,

rinore yang cair dan banyak, serta kadang-kadang disertai rasa gatal pada palatum.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak mukosa hidung pucat kebiruan (livide)

atau hiperemis serta ditemukan eosinofil pada pemeriksaan sekret hidung.

Terapi yang diberikan yaitu dengan melakukan desensitisasi terhadap tepung sari,

karena alergennya pada penyakit ini jelas.

4

Page 5: Allergic Rhinitis

2. Rinitis Alergi Sepanjang Tahun (Perenial)

Gejala penyakit ini timbul intermiten atau terus-menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat

ditemukan sepanjang tahun.

Penyebab yang paling sering yaitu alergen inhalan, terutama pada orang dewasa dan

alergen ingestan yang merupakan penyebab pada anak-anak, biasanya diikuti dengan gejala

alergi lainnya seperti urtikaria, gangguan pencernaan.

Selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh fakor non spesifik pun dapat memperberat

gejala, seperti asap rokok, bau merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban yang tinggi.

Gambar: Klasifikasi ARIA tentang keparahan rinitis alergi

2.5 Patogenesis

Ketika tubuh kontak pertama dengan alergen, tubuh akan membentuk Ig E spesifik. Ig E ini

menempel pada permukaan sel-sel mediator yaitu mastosit dan basofil yang mengandung

granula. Proses ini disebut proses sensitisasi, yang memerlukan waktu 5 sampai 10 hari dan

5

Page 6: Allergic Rhinitis

selanjutnya akan ditemukan adanya sel mediator yang tersensitisasi. Bila terjadi kontak lagi

dengan alergen, maka alergen tersebut akan bereaksi dengan Ig E yang terdapat pada

permukaan sel mediator tadi. Dengan demikian terjadilah degranulasi sel mediator, yang

berakibat pecahnya membran sel mast dan dilepaskannya zat-zat mediator, seperti histamin,

serotonin, bradikinin, Slow Reacting Substance of Anaphylactic (SRS-A), Eosinopyl

Chemotactic of Anaphylactic (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini yang kemudian menimbulkan

gejala klinik. [1-5]

Pada rinitis alergi terjadi reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell and Coombs type 1

immediate), dimana sel plasma pada jaringan mukosa hidung, dan saluran nafas banyak

memproduksi Ig E. Pada reaksi antigen – Ig E antibodi, terjadi pelepasan zat-zat mediator

dari mastosit yang terdapat pada saluran nafas. Pada rinitis alergi, zat mediator yang

berperan utama yaitu histamin dan serotonin, dimana kedua zat mediator ini memiliki efek

dilatasi pembuluh darah kapiler, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga

terjadi ekstravasasi cairan dari pembuluh darah, dan meningkatkan sekresi kelenjar. Secara

klinis terjadi rinore, sering bersin dan hidung tersumbat. [4,5]

Gambar 3: Mekanisme Rinitis Alergi

2.6 Gejala Klinik

Gejala rinitis alergi antara lain gatal pada membran mukosa saluran nafas, bersin, rinore,

post nasal drip. Gejala yang timbul bisa tergantung pada musim atau sepanjang tahun.

6

Page 7: Allergic Rhinitis

Gejala rinitis alergi yang khas yaitu terdapatnya serangan bersin berulang. Sebenarnya

bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak

dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses

membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik bila terjadinya

lebih dari lima kali setiap serangan.

Gejala lainnya adalah ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung

dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi).

Pada rinitis alergi tidak terdapat demam.

Seringkali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak-anak. Pada anak-anak

yang berumur kurang dari 2 tahun jarang disebabkan oleh alergen inhalan, gejala yang

timbul pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh alergi makanan. Kadang-kadang

keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang

diutarakan pasien.

Tanda pada rinitis alergi biasanya dapat ditemukan pada pemeriksaan kepala-leher.

Pasien dengan obstruksi jalan nafas dapat menunjukkan open-mouthed adenoid facies.

Gejala spesifik lain pada anak-anak adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah

mata yang terjadi karena statis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut

allergic shiner. Gatal pada mukosa hidung menyebabkan anak menggosok-gosok

hidungnya dengan menggunakan punggung tangan yang disebut allergic salute. Keadaan

menggosok-gosok hidung ini akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum

nasi bagian sepertiga bawah, yang disebut allergic crease.

7

Page 8: Allergic Rhinitis

Gambar: Gambaran polip nasal rinitis alergi (A) dan deviasi septum (B)

2.7 Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa.

Dengan anamnesis 50% diagnosis dapat ditegakkan. Anamnesis dimulai dengan riwayat

penyakit secara umum dan dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih spesifik meliputi

gejala di hidung.. Pasien juga ditanyakan manifestasi penyakit alergi lain sebelum atau

bersamaan dengan rinitis seperti asma, eksem, urtikaria atau alergi obat. Riwayat penyakit

alergi dalam keluarga. Waktu dalam setahun dimana serangan lebih sering timbul juga

diperlukan dalam mendiagnosa rinitis alergi musiman.

8

Page 9: Allergic Rhinitis

Gambar 2: Diagnosis farmasi rinitis alergi

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita rinitis alergi memperlihatkan lakrimasi yang berlebih,

sklera dan konjungtiva yang merah, daerah gelap di bawah mata. Pada pemeriksaan

rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, bewarna pucat atau livid disertai adanya

sekret yang encer. Pembengkakan yang sedang sampai nyata dari konka nasalis yang

berwarna kepucatan hingga keunguan. Keadaan anatomi hidung lainnya seperti septum nasi

dan perhatikan pula adanya polip nasi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sitologi hidung : ditemukan eosinofil dalam jumlah yang banyak

menunjukkan kemungkinan alergi inhalan, basofil (cukup 5 sel/lap) mungkin alergi

makanan, sedangkan sel PMN menunjukkan infeksi bakteri.

Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan Ig E

total sering kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi

kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi

yang tinggi. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu Ig E spesifik dengan RAST

(radio-immunosorbent test) atau ELISA (Enzym-linked immunosorbent assay test).

9

Page 10: Allergic Rhinitis

Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab. Ada

beberapa cara yitu : uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-

point titration-SET), uji cukit (prick test), uji gores (scratch test).

2.8 Diagnosis Banding

Rinitis alergi perlu dibedakan dengan rinitis vasomotor, rinitis akut infeksiosa, rinitis

sekunder dari obat-obatan baik lokal maupun sistemik, rinitis sekunder dari faktor mekanis,

tumor hidung, polip hidung, iritan kimia dan faktor psikologis.

Tabel 1: Rinitis Alergi dan Non-alergi

Tabel 2: Flu atau Alergi?

10

Page 11: Allergic Rhinitis

2.9 Penatalaksanaan

Secara garis besar, penatalaksanaan rinitis alergi terdiri dari 3 cara yaitu menghindari

alergen, farmakoterapi, dan imunoterapi. Sedangkan tindakan operasi kadang diperlukan

untuk mengatasi komplikasi seperti sinusitis.

2.9.1 Menghindari alergen

Bertujuan mencegah terjadinya kontak antara alergen dengan Ig E spesifik yang terdapat

dipermukaan sel mast atau basofil sehingga degranulasi tidak terjadi dan gejala dapat

dihindarkan. Perjalanan dan beratnya penyakit berhubungan dengan konsentrasi alergen di

lingkungan.

Pencegahan kontak dengan alergen dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan

rumah, menghindari penggunaan karpet, memperbaiki ventilasi dan kelembaban udara.

2.9.2 Farmakoterapi

Antihistamin

Sebagai antagonis reseptor H1 yang bekerja secara inhibisi kompetitif pada reseptor H1 dan

merupakan terapi pertama dalam pengobatan rinitis alergi. Antihistamin dapat mengurangi

11

Page 12: Allergic Rhinitis

gejala bersin, rinore, gatal tetapi mempunyai efek minimal dan tidak efektif untuk

mengatasi sumbatan hidung. Terdapat banyak macam antihistamin, tetapi secara garis besar

dibedakan atas antihistamin H 1 klasik dan antihistamin H 1 generasi baru.

Dekongestan

Obat-obat dekongestan hidung menyebabkan vasokontriksi karena efeknya pada reseptor

alfa-adrenergik. Berbagai jenis alfa adrenergik agonis dapat diberikan secara peroral seperti

pseudoefedrin, fenilpropanolamin dan fenilefrin. Obat ini secara primer dapat mengurangi

sumbatan hidung dan efek minimal dalam mengatasi rinore tetapi tidak mempunyai efek

terhadap bersin dan gatal di hidung maupun di mata.

Kombinasi antihistamin dan dekongestan

Kombinasi kedua obat dimaksud mengatasi semua gejala rinitis alergi termasuk sumbatan

hidung yang tidak dapat diatasi bila hanya menggunakan antihistamin saja.

Kortikosteroid topikal dam sistemik

Kortikosteroid topikal diberikan sebagai terapi pilihan pertama untuk penderita rinitis alergi

dengan gatal sedang sampai berat dengan gejala persisten (menetap), karena mempunyai

efek anti inflamasi yang kuat dan mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptornya.

Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk terapi jangka pendek pada penderita

rinitis alergi berat yang refrakter terhadap terapi pilihan pertama. Kortikosteroid sistemik

mempunyai kerja anti inflamasi yang luas dan efektif untuk hampir semua gejala rinitis,

terutama sumbatan hidung.

Ipratropium bromida

Ipratropium bromida topikal merupakan salah satu preparat pilihan dalam mengatasi rinitis

alergi. Obat ini merupakan preparat antikolinergik yang dapat mengurangi sekresi (rinore)

dengan cara menghambat reseptor kolinergik tersebut pada permukaan sel reseptor, tetapi

tidak ada efek untuk mengatasi gejala lainnya. Preparat ini berguna pada rinitis alergi

12

Page 13: Allergic Rhinitis

dengan rinore yang tidak dapat diatasi dengan kortikosteroid intranasal maupun dengan

antihistamin.

Sodium kromoglikat intranasal

Obat ini mempunyai efek untuk mengatasi bersin, rinore dan gatal pada hidung dan mata

bila digunakan 4 kali sehari. Preparat ini bekerja dengan cara menstabilkan membran

mastosit dengan menghambat influks ion kalsium sehingga pelepasan mediator tidak

terjadi. Selain itu obat ini bekerja pada respon fase lambat rinitis alergi dengan

menghambat proses inflamasi terhadap aktivasi sel eosinofil.

2.9.3 Imunoterapi

Dilakukan atau diberikan pada penderita rinitis alergi yang tidak ada respon terhadap

farmakoterapi, bila penghindaran terhadap alergen tidak dilakukan atau bila terdapat efek

samping dari pemakaian obat

Prosedur ini berupa penyuntikan alergen penyebab secara bertahap dengan dosis yang

makin meningkat guna menginduksi toleransi pada penderita alergi.

Imunoterapi akan meningkatkan sel Th 1 dalam memproduksi IFN, sehingga aktifitas

sel B akan terhambat dan selanjutnya pembentukan Ig E akan tertahan. Selain itu

imunoterapi akan menurunkan produksi molekul inflamasi seperti IL-4, IL-5, PAF, ICAM,

dan akumulasi sel eosinofil.

2.9.4 Operatif

Pada hipertrofi konka inferior yang sudah berat, kauterasi dengan AgNO3 atau

trikloroaseatat tidak menolong. Maka dalam hal ini tindakan konkotomi (pemotongan

konka inferior) perlu dipikirkan.

2.10 Komplikasi

Komplikasi rinitis alergi yang sering adalah:

i. Sinusitis paranasal

ii. Polip hidung

13

Page 14: Allergic Rhinitis

iii. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak

Komplikasi ke-1 dan ke-2 bukanlah merupakan akibat langsung dari rinitis alergi, tetapi

karena adanya sumbatan hidung sehingga menghambat drainase.

BAB III

KESIMPULAN

Rinitis alergi merupakan proses inflamasi mukosa hidung dengan sekumpulan gejala terdiri

dari bersin, hidung tersumbat, gatal pada hidung, dan keluar cairan dari hidung. Penyakit

ini timbul pada semua golongan umur, tetapi frekuensi terbanyak yaitu anak-anak dan

dewasa muda.

Penyebab rinitis alergi adalah semua zat yang berperan sebagai alergen pada seorang

individu. Zat-zat yang menimbulkan alergi pada seorang penderita belum tentu

menimbulkan alergi pada orang lain. Selain itu, macam alergen dapat merangsang lebih

dari satu macam organ.

Mekanisme terjadinya rinitis alergi merupakan reaksi antigen antibodi pada kontak

kedua menyebabkan terjadinya degranulasi sel mediator, yang berakibat terlepasnya zat-zat

mediator terutama histamin. Hal ini menimbulkan gejala klinik. Ada 2 macam rinitis alergi

14

Page 15: Allergic Rhinitis

yaitu rinitis alergi musiman dan rinitis alergi sepanjang tahun. Gejala kedua rinitis ini

hamper sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya.

Diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan rinoskopi

anterior tampak mukosa edema,basah, berwarna pucat, atau livid disertai adanya sekret

yang encer dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan sitologi hidung, hitung

eosinofil, Ig E total Ig E spesifik dengan RAST atau ELISA serta pemeriksaan in vivo

dengan uji kulit.

Penatalaksanaan rinitis alergi secara garis besar terdiri dari tiga cara yaitu menghindari

atau eliminasi alergen dengan cara edukasi, farmakoterapi, dan imunoterapi.

BAB IV

LAPORAN KASUS

I. Identitas Penderita

Nama : Tresna Karnanda

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaaan : Pelajar

Suku Bangsa : Bali

Agama : Hindu

Alamat : Jl. WR Supratman 12 A, Br. Pande

Dentim

Tanggal Pemeriksaan : 24 Februari 2006

15

Page 16: Allergic Rhinitis

II.Anamnesa

Keluhan Utama : Bersin-bersin, hidung tersumbat, dan pilek

Penderita datang dengan keluhan bersin-bersin, hidung tersumbat dan pilek

sejak satu minggu yang lalu, kambuh-kambuhan, bersin lebih dari 5 kali sehari terutama

pagi atau sore hari, dan bertambah berat bila banyak debu beterbangan. Saat bersin-

bersin disertai hidung tersumbat dan keluar ingus/cairan bening, encer dan susah

dihentikan, disertai hidung terasa gatal. Biasanya hidung tersumbat bergantian kiri dan

kanan atau keduanya. Sehingga mengganggu nafas.

Tidak ada keluhan nyeri kepala dan daerah pipi, riwayat demam tidak ada.

Sudah berobat ke dokter bolak-balik tetapi ketika terkena debu saat orang

menyapu, bisa kambuh lagi.

Riwayat penyakit alergi makanan dan alergi obat disangkal pasien. Riwayat

pemeriksaan asma, dermatitis disangkal.

Riwayat Atopi pada keluarga disangkal

III. Pemeriksaan Fisik

S tatus Present :

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 110/80

Nadi : 80 x/ menit

Respirasi : 18 x/ menit

Temp. Axila : 36,5 C

Status General :

Kepala : Normocephali

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

THT : Sesuai status lokalis

16

Page 17: Allergic Rhinitis

Leher : DBN

Thorak : DBN

Abdomen : DBN

Ekstremitas : DBN

Status Lokal

Telinga

Kanan Kiri

Daun telinga N N

Liang Telinga lapang lapang

Discharge (-) (-)

Memb. Timp Intak Intak

Refl. Cahaya ( + ) Refl. Cahaya ( + )

Tumor (-) (-)

Mastoid N N

Tes Pendengaran :

Kanan Kiri

Weber ……………Lateralisasi ( - )……………

Rinne ( + ) ( + )

Hidung

Kanan Kiri

Cavum Nasi Sempit Sempit

Septum Nasi ………..Deviasi tidak ada………….

Discharge Serus Serus

17

Page 18: Allergic Rhinitis

Mukosa Pucat, basah Pucat, basah

Tumor ( - ) ( - )

Concha nasi Kongesti Kongesti

Sinus N N

Choana N N

Tenggorokan

Dyspneau : ( - )

Sianosis : ( - )

Stridor : ( - )

Mukosa : merah muda

Suara : N

Tonsil : T1/T1, Hiperemis ( - ), permukaan rata

Laring : Normal

IV. Resume

Penderita laki-laki, 12 tahun, Bali, Hindu, pelajar, mengeluh bersin-bersin,

pilek, dan hidung tersumbat sejak 1 minggu yang lalu. Bersin-bersin timbul

terutama pada pagi hari atau sore hari bertambah berat kalau banyak debu. Keluhan

hilang timbul, dimana bersin sering disertai dirasakan dengan keluarnya ingus yang

banyak , bening dan encer seperti air, tanpa bau, disertai gatal pada hidung. Kadang-

kadang disertai keluhan hidung tersumbat kanan/kiri/keduanya. Keluhan sakit

kepala ataupun nyeri pada pipi tidak dirasakan. Riwayat asma dan dermatitis

disangkal. Riwayat Atopi pada keluarga disangkal.

18

Page 19: Allergic Rhinitis

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status present normal, status general

dalam batas normal dan pada status lokalis THT didapatkan telinga dalam batas

normal dan tenggorokan dalam batas normal.

Hidung

Kanan Kiri

Hidung N N

Cavum Nasi Sempit Sempit

Septum Nasi ………..Deviasi tidak ada………….

Discharge Serus Serus

Mukosa Pucat, basah Pucat, basah

Tumor ( - ) ( - )

Concha nasi Kongesti Kongesti

Sinus N N

Choana N N

V. Diagnosa Banding

1. Rinitis Alergi

2. Rinitis Vasomotor

VI. Usulan pemeriksaan

Tes kulit

Hapusan darah tepi -Eosinofil Count

Pemeriksaan sekret hidung

VII. Diagnosa Kerja

Rinitis Alergi

19

Page 20: Allergic Rhinitis

VIII. Penatalaksanaan

KIE

1. Hindari kontak dengan alergen yang diduga sebagai penyebab, terutama

yang sering kontak adalah debu rumah dengan cara membersihkan rumah secara teratur

dengan masker. Penderita disarankan juga memakai jaket pada udara dingin dan bila

bepergian jauh.

2. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita disarankan untuk

berolahraga teratur, makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup.

Medikamentosa

1. CTM 3 x 4 mg selama 7 hari

2. Pseudoefedrin 3 x 1 tab selama 7 hari

3. Dexametason 3 x 1 tab selama 7 hari

PEMBAHASAN

1. Pasien ini di diagnosa rinitis alergi karena :

Dari anamnesa didapatkan pasien ini mengeluh bersin-bersin lebih dari 5 kali pada saat

serangan, keluar ingus banyak bening, encer seperti air dan tidak berbau. hidung tersumbat

di kedua sisi dan disertai gatal pada hidung. Keluhan akan muncul jika berada di udara

20

Page 21: Allergic Rhinitis

yang banyak debu. Keluhan yang dialami sangat menggangu pernafasan dan kenyamanan

pasien.Pasien sudah berobat kedokter bolak-balik berulang kali. Kejadianya hilang timbul.

Tidak ada riwayat atopi, keluarga tidak ada riwayat atopi. Tidak ada keluhan pada

telinga, ataupun pada faring sehingga kami simpulkan pasien tidak mengalami komplikasi

Dari pemeriksaan fisik status general dalam batas normal. Pada pemeriksaan THT

ditemukan pada telinga kesan tenang, tenggorok kesan tenang. Pada hidung didapatkan

kavum nasi sempit, discharge serous, mukosa pucat, konka kongesti.

Diagnosa banding rinitis vasomotor kita singkirkan karena pada pasien ini menonjol

ada bersin-bersin yang paroksismal (>5 kali), discharge yang encer, hidung tersumbat,

hidung gatal, mukosa pucat dan dicetuskan oleh debu.

2. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu

KIE

1. Hindari kontak dengan alergen yang diduga sebagai penyebab,

terutama yang sering kontak adalah debu rumah dengan cara membersihkan

rumah secara teratur dengan masker.

2. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita disarankan untuk

berolahraga teratur, makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup.

Medikamentosa

1. CTM 3 x 4 mg selama 7 hari sebagai antihistamin yang bekerja menghambat

efek histamin pada tingkat resptor H 1 (kompetitif inhibitor), sehingga akan menurunkan

fase cepat dari proses patofisiologi dari rinitis ini. Hal ini akan mengatasi gejala yang

timbut akibat keluarnya histamin berupa meningkatnya sekresi kelenjar dan bersin, yang

secara klinis tampak rinore, hidung tersumbat dan bersin.

21

Page 22: Allergic Rhinitis

2. Pseudoefedrin 3 x 1 tab selama 7 hari sebagai dekongestan yang akan

menyebabkan vasokontriksi sehingga akan mengurangi sumbatan pada hidung.

3. Dexametason 3 x 1 tab selama 7 hari sebagai anti inflamasi yang bekerja dengan

mengurangi sel mast dan basofil yang tersensitisasi sehingga dapat menurunkan, mencegah

gejala berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Blumenthal M. N. Kelainan Alergi Pada Pasien THT. dalam

BOIES : Buku Ajar Penyakit THT ( Boies Fundamental of Otolaringology)

editor Adams G. L. et al, penerbit EGC, Jakarta, 1997, hal 190-200.

22

Page 23: Allergic Rhinitis

2. Baratawidjaja K., Rhinitis Alergi : Patofisiologi Dan Beberapa

Pendekatan Klinis, dalam Simposium Sehari Inovasi Teknologi di Era

Millenium Dalam Terapi Klinis Alergi, Hotel Millenium Sirih, Jakarta, 2001

3. Lanny J Rosenwasser. Treatment of Allergic Rhinitis. American

Journal of Medicine. Vol 113. Excerpta medica. 2002

4. Suprihati, Manajemen Rinitis Alergi Terkini Berdasarkan ARIA

WHO, dalam Simposium Sehari Inovasi Teknologi di Era Millenium Dalam

Terapi Klinis Alergi, Hotel Millenium Sirih, Jakarta, 2001

5. Kasakeyan E., Rusmono N., Alergi Hidung dalam Buku Ajar

Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, editor Soepardi E. A. et al, Balai

Penerbitan FKUI, Jakarta, 1997, hal 102-106.

23