Click here to load reader
Upload
-whydi-zigma-luphya
View
187
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
ALIRAN HUKUM ALAM
Aliran hukum alam berkembang, sejak kurung waktu 2.500 tahun yang
lalu, dan muncul dalam berbagai bentuk pemikiran. Dilihat dari sejarahnya,
aliran ini timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan
yang absolut. Hukum alam disini dipandang sebagai hukum yang abadi.
Aliran hukum alam dapat dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu:
a. Irasional, yang berpendapat bahwa hukum alam yang berlaku
universal dan abbadi itu bersumber dari tuhan secara langsung.
Tokohnya adalah Thomas Aquinas, Jhon salisbury, Dante, Piere
Dubois, Marisilius Padua, dan Jhon Wycliffe.
b. Aliran hukum alam yang rasional, yaitu berpendapat bahwa sumber
dari hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.
Tokohnya adalah Hugo de Groot (Grotius), Christian Thomasius,
Imanuel Kant, dan Samuel von Pufendorf.
Pemikiran aliran hukum alam yang khas adalah tidak dipisahkannya
secara tegas antara hukum dan moral. Pandangan yang muncul setelah
zaman Renesance (era ketika rasio manusia dipandang terlepas dari tertib
ketuhanan), berpendapat bahwa, hukum alam tersebut muncul dari pikiran
manusia sendiri tentang apa yang baik dan buruk, yang penilaiannya
diserahkan kepada kesusilaan/moral alam. Pada umumnya penganut hukum
alam memandang hukum dan moral sebagai pencerminan dan pengaturan
1
secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia dan perhubungannya
dengan sesama manusia.
PANDANGAN POSITIVISME HUKUM
Positivisme hukum dapat dipandang dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:
1. Aliran hukum positif analisis, yang dipelopori oleh Jhon Austin yang
menyatakan, bahwa hukum merupakan perintah dari penguasa, dalam
arti bahwa perintah dari penguasa yang memegang kekuasaan
tertinggi atau dari mereka yang memegang kedaulatan, selanjutnya
Austin mengemukakan, bahwa hukum adalah perintah yang
dibebankan untuk mengatur makhluk yang berpikir, yang memegang
dan mempunyai kekuasaan, sehingga hukum merupakan suatu sistem
yang logis, tetap dan bersifat tertutup, hukum secara tegas dipisahkan
dari keadilan dan tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik dan buruk.
2. Aliran hukum positif dari Hans Kalsen, yaitu untuk membersihkan ilmu
hukum dari segala anasir-anasir non-hukum, seperti etis/moral,
sosiologis, politis, dan sebagainya. Dan si samping itu Kalsen juga
mengembangkan teori jenjang (Stufentheorie). Ajaran Stufentheorie
berpendapat bahwa suatu sistem hukum adalah suatu heirarkis dari
hukum di mana suatu ketentuan hukum tertentu bersumber pada
ketentuan hukum lainnya yang lebih tinggi. Sebagai ketentuan lebih
tinggi adalah Grundnorm atau norma dasar yang bersifat hipotesis.
2
Ketentuan yang lebih rendah adalah lebih konkret daripada ketentuan
yang lebih tinggi.
ALIRAN UTILITARIANISME
Utilitarianisme adalah aliran hukum yang meletakkan kemamfaatan
sebagai tujuan utama hukum. Kemamfaatan di sini diartikan sebagai
kebahagiaan, jadi baik buruk atau tidaknya suatu hukum, tergantung kepada
apakah hukum itu mampu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
tidak. Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap individu.
Tetapi jika tidak mungkin tercapai diupayakan agar kebahagiaan itu
dirasakan oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat (bangsa)
tersebut.
Aliran ini sesungguhnya dapat pula dimasukkan ke dalam positivisme
hukum, mengingat paham ini pada akhirnya sampai kepada kesimpulan
bahwa tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban masyarakat, di samping
untuk memberikan mamfaat yang sebesar-besarnya kepada sejumlah orang
yang banyak. Ini berarti hukum merupakan pencerminan perintah penguasa
juga, bukan pencerminan dari rasio semata.
Pendukung aliran utilitarianisme adalah Jeremy Bentham, Jhon Stuart
Mill dan Rudolf von Jhering.
3
ALIRAN HISTORIS
Aliran historis muncul merupakan reaksi terhadap tiga hal, yaitu:
a. Rasionalisme abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan
akal, dan prinsip-prinsip dasar yang semuanya berperan dalam filsafat
hukum, dengan terutama mengandalkan jalan pikiran deduktif tanpa
memperhatikan fakta sejarah, kekhususan dan kondisi rasional;
b. Semangat revolusi Prancis yang menentang wewenang tradisi misi
kosmopolitannya (kepercayaan pada rasio dan daya kekuatan tekad
manusia untuk mengatasi lingkungan, yaitu seluruhnya ke segala
penjuru dunia;
c. Pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim
menafsirkan hukum karena undang-undang dapat menyelesaikan
semua masalah hukum. Code Civil dinyatakan sebagai kehendak
legislatif dan harus dianggap sebagai suatu sistem hukum yang harus
disimpan dengan baik sebagai sesuatu yang suci karena dari alasan-
alasan yang murni.
Para pemikir aliran historis yang paling terkenal adalah Friedrich Karl
von Savigny, Puchta, dan Henry Summer Maine.
ALIRAN ANTROPOLOGIS
Antropologi sendiri merupakan kajian ilmu hukum yang terpisah dari
hukum. Secara harfiah, antropologi berarti studi tentang manusia, yang
4
muncul sekitar abad ke-18. Salah satu objek kajian utama dari antropologi
adalah kultur. Dari topik antropologi, tempat hukum di dalam masyarakat
adalah sangat luas. Hukum mencakupi suatu pandangan masyarakat tentang
kebutuhannya untuk survival, hukum juga merupakan aturan yang mengatur
produksi dan distribusi kekayaan dan metodenya untuk melindungi
masyarakat terhadap kekuasaan internal dan musuh dari luar.
ALIRAN SOSIOLOGIS
Para penganut sosiologi dalam ilmu hukum, dapat kita bedakan
antara yang menggunakan sociology of law sebagai kajiannya, dan yang
menggunakan sociologycal jurisprudence sebagai kajiannya.
sociology of law merupakan sosiologi hukum, karena itu ia merupakan
cabang sosilogi, dan diperkenalkan pertama kali di Italia olehnya itu
berkonotasi Eropa daratan. Sedangkan sociologycal jurisprudence adalah
ilmu hukum sosiologis, karena itu merupakan cabang dari ilmu hukum dan
diperkenalkan di Amerika Serikat olehnya itu berkonotasi Anglo Saxon.
Perbedaan yang mencolok antara sociology of law dan sociologycal
jurisprudence, adalah bahwa sosiologi hukum berusaha menciptakan suatu
ilmu mengenai kehidupan sosial sebagai suatu keseluruhan dan
pembahasannya merupakan keseluruhan bagian terbesar dari sosiologi dan
ilmu politik. Titik berat penyelidikan sociology of law terletak pada
masyarakat dan hukum sebagai suatu manifestasi semata. Sedangkan
5
sociologycal jurisprudence menitikberatkan pada hukum dan memandang
masyarakat dalam hubungannya dengan hukum.
Para penganut aliran sosiologi hukum yang terkenal adalah Max
Weber, Emile Durkheim, Eugen Erlich, Talcont Parson, Schuyt, dan Roscoe
Pound.
ALIRAN REALISME HUKUM
Dalam pandangan penganut realisme, hukum adalah hasil dari
kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol sosial. Karena itu, program ilmu
hukum realis hampir tidak terbatas. Kepribadian manusia, lingkungan sosial,
keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagasan yang sedang berlaku, emosi-
emosi yang umum, semua ini adalah bentuk hukum dan hasil hukum dalam
kehidupan. Dan yang menjadi hal pokok dalam ilmu hukum realis adalah
gerakan dalam pemikiran dan kerja tentang hukum.
Realisme berpandangan juga bahwa tidak ada hukum yang mengatur
suatu perkara sampai ada putusan hakim, terhadap perkara itu. Apa yang
dianggap sebagai hukum dalam buku-buku, baru merupakan taksiran tentang
bagaimana hakim akan memutuskan perkara yang dihadapinya.
Sebenarnya realisme sebagai suatu gerakan dapat dibedakan dalam 2
(dua) kelompok, yaitu Realisme Amerika dan Realisme Skandinavia. Skala
gerakan realisme Skandinavia lebih luas daripada realisme Amerika, karena
pusat perhatiannya bukanlah pada fungsionaris hukum (khususnya hakim),
6
tetapi justru orang-orang yang berada di bawah hukum. Realisme
Skandinavia ini banyak menggunakan dalil-dalil psikologi dalam menjelaskan
pandangannya.
Persamaan realisme Amerika dan realisme Skandinavia adalah
semata-mata verbal. Realisme Amerika adalah hasil dari pendekatan
pragmatis dan paling sopan pada lembaga-lembaga sosial. Para ahli hukum
mengembangkannya dengan ciri Anglo-Amerika, yakni tekanan pada
pekerjaan pengadilan-pengadilan dan tingka laku pengadilan-pengadilan,
untuk memperbaiki falsafah tentang positivisme analitis, yang menguasai
ilmu hukum anglo-Amerika pada abad ke-19. Mereka menekankan
bekerjanya hukum, baik sebagai pengalaman maupun sebagai konsensi
hukum. Namun mereka kurang memperhatikan dasar hukum transendental.
Waktu mereka condong menyetujui falsafah hukum yang relativistis, para
realis Amerika tidak berusaha menguraikan secara rinci suatu falsafah
tentang nilai-nilai, dengan kata lain mereka mengasumsikan adanya
pemisahan sementara yang ada dari yang seharusnya untuk tujuan-tujuan
studi. Sebaliknya realis Skandinavia adalah semata-mata kritik falsafah atas
dasar-dasar metafisis dari hukum. Dengan menolak pendekatan bahasa yang
sederhana dari para realis Amerika, realis Skandinavia jelas bercorak
kontinental dalam pembahasan yang kritis dan sering sangat abstrak tentang
prinsip-prinsip yang pertama.
7
Tokoh-tokoh realis Amerika adalah Charles Sanders Peirce, Jhon
Chipman Gray, Oliver Wendel Holmes, William James, Jhon Dewey, Bejamin
Ntahan Cardozo, dan Jerome Frank. Sedangkan tokoh-tokoh realis
Skandinavia adalah Alex Hagerstrom, Karl Olivecrona, Alf Ross, H.L.A. Hart,
Julius Stone, dan Jhon Rawls.
FREIRECHTSLEHRE (AJARAN HUKUM BEBAS)
Aliran ini berpendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan
hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah merupakan undang-
undang, tetapi menciptakan penyelesaian-penyelesaian yang tepat untuk
peristiwa-peristiwa konkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat
dipecahkan menurut norma yang telah diciptakan oleh hakim. Tokoh-tokoh
aliran hukum bebas adalah Ehrilich, Stampe, Ernst Fuchs, dan Herman Isay.
ALIRAN HUKUM KRITIS
Aliran ini muncul karena ketidakpuasan dari aliran-aliran sebelumnya
karena hukum telah meninggalkan akar religiusnya yaitu moralitas, sehingga
merusak sendi-sendi kehidupan. Maka aliran ini menawarkan bahwa hukum
agamalah yang paling sempurna. Tokoh-tokohnya adalah Robert Hunger.
8