38
ALERGI Ditulis dalam Rangka Memenuhi Tugas Patologi Lanjut Oleh: Kelompok III KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN GIZI 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini kecenderungan terjadinya kasus alergi pada masyarakat terus meningkat. . 1 | Alergi

Alergi Klp 3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Alergi Klp 3

ALERGIDitulis dalam Rangka Memenuhi Tugas Patologi Lanjut

Oleh: Kelompok III

KEMENTERIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN GIZI2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir ini kecenderungan terjadinya kasus alergi pada

masyarakat terus meningkat. . Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun

terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40%

mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis

(alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang. Kasus alergi masih banyak

yang belum diperhatikan dengan baik dan benar baik oleh masyarakat kita. Ada

1 | A l e r g i

Page 2: Alergi Klp 3

kecenderungan bahwa diagnosis alergi ini belum banyak ditegakkan. Pada umumnya

tanda dan gejala alergi itu sendiri masih banyak yang belum diungkapkan oleh para

petugas kesehatan. Sehingga penanganan penderita alergi belum banyak dilakukan secara

benar dan sempurna. Beberapa masyarakat , terutama orang tua yang mempunyai anak

alergi sering terlihat putus asa karena penyakit tersebut sering kambuh dan terulang

padahal anak sudah berkali-kaliminum obat bahkan antibiotika yang paling ampuh

sekalipun.

Alergi tidak sesederhana seperti yang pernah diketahui. Penyakit ini bukan

sekedar dapat mengakibatkan batuk, pilek, sesak dan gatal melainkan dapat menyerang

semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan

berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi . Alergi merupakan suatu

reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi

timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak

menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari

berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran

pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya

kontak dengan kulit. Resiko dan tanda alergi dapat diketahui sejak anak dilahirkan

bahkan sejak dalam kandungan pun kadang-kadang sudah dapat terdeteksi. Oleh karena

itulah kita sebagai calon ahli gizi perlu mengetahui patologi dari penyakit alergi itu

sendiri agar nantinya kita bisa memberikan solusi yang tepat untuk pasien terutama

pasien yang alerginya berkaitan dengan makanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan alergi?

2. Bagaimanakah epidemiologi dari penyakit alergi?

3. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit alergi ?

4. Apakah faktor resiko dan etiologi dari penyakit alergi ?

5. Apakah dampak terjadinya alergi ?

6. Bagaimanakah manisfetasi klinis dari penyakit alergi ?

7. Bagaimanakah gambaran laboratorium dari penyakit alergi?

8. Bagaimanakah cara penatalaksanaan dari penyakit alergi?

9. Bagaimanakah interaksi obat dan zat gizi yang terjadi pada penyakit alergi?

2 | A l e r g i

Page 3: Alergi Klp 3

10. Bagaimanakah kaitan penyakit dan masalah gizi yang muncul pada penyakit

alergi?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari alergi.

2. Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari penyakit alergi.

3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit alergi .

4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko dan etiologi dari penyakit alergi .

5. Mahasiswa dapat mengetahui dampak dan akibat penyakit alergi.

6. Mahasiswa dapat mengetahui manisfetasi klinis dari penyakit alergi.

7. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran laboratorium dari penyakit alergi.

8. Mahasiswa dapat mengetahui cara penatalaksanaan dari penyakit alergi.

9. Mahasiswa dapat mengetahui interaksi obat dan zat gizi yang terjadi pada

penyakit alergi.

10. Mahasiswa dapat mengetahui kaitan antara penyakit dan masalah gizi yang

muncul pada penyakit alergi.

D. Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini, antara lain :

1. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama terkait dengan

Patologi penyakit alergi.

2. Bagi dosen dapat dijadikan sebagai salah satu syarat pemenuhan nilai mahasiswa.

3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan pedoman untuk lebih mengetahui tentang penyakit alergi .

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Alergi

Dokter anak Austria bernama Clemens Pirquet (1874-1929) pertama kali menggunakan

istilah alergi. Ia merujuk pada kedua imunitas yang menguntungkan dan hipersensitifitas

yang berbahaya sebagai alergi. Kata alergi berasal dari kata-kata Greek (Yunani) "allos,"

yang berarti berbeda atau berubah dan "ergos," berarti bekerja atau beraksi. Alergi secara

garis besar dirujuk sebagai suatu "reaksi yang berubah". Kata alergi pertama kali digunakan

pada tahun 1905 untuk menggambarkan reaksi-reaksi yang merugikan dari anak-anak yang

3 | A l e r g i

Page 4: Alergi Klp 3

diberikan suntikan-suntikan berulang dari serum kuda untuk melawan infeksi. Tahun

berikutnya, istilah alergi diusulkan untuk menerangkan kereaktifan yang berubah yang tidak

diharapkan ini.

Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh

seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang

umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik.

Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan

yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang

yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut

alergen. Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE. (Wikipedia Indonesia).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alergi adalah Suatu keadaan dimana

orang menjadi sangat rentan terhadap bahan / senyawa, yang bagi orang lain tidak

menimbulkan gangguan. Alergi adalah :

a. perubahan reaksi tubuh terhadap kuman-kuman penyakit

b. keadaan sangat peka terhadap suatu penyebab tertentu.

Suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai

tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-

bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak membahayakan

dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-

orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan.

Bahan-bahan alergi disebut "allergens". Contoh-contoh dari allergens termasuk serbuk sari,

tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan.

Ketika suatu allergen bersentuhan dengan tubuh, dia menyebabkan sistim imun untuk

mengembangkan suatu reaksi alergi pada orang yang alergi terhadapnya. Ketika kita bereaksi

secara tidak sesuai pada alergen yang umumnya tidak berbahaya pada orang-orang lain, kita

mempunyai suatu reaksi alergi dan dapat dirujuk sebagai alergi atau atopik. Oleh karenanya,

orang-orang yang cenderung mendapat alergi disebut alergi atau atopik.

4 | A l e r g i

Page 5: Alergi Klp 3

Reaksi alergi melibatkan dua respon kekebalan tubuh. Pertama, produksi immunoglobin

E (IgE), tipe protein yang dinamakan antibodi beredar dalam darah. Kedua, sel mast, berada

pada semua jaringan tubuh terutama pada daerah yang menimbulkan reaksi alergi, seperti

hidung, tenggorokan, paru-paru, kulit, dan saluran pencernaan.

B. Epidemilogi Alergi

Di amerika penderita alergi makanan pada orang dewasa berjumlah 2-2,5 %, pada anak

sekitar 6-8%, setiap tahunnya iperkirakan 100-150 meninggal akibat alergi makanan.

Penyebab tersebut karena anafilaktik syok. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia 8-12

tahun. Di indonesai alergi berjumlah 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di

Negara berkembang, angka kejadian alergi masih rendah dan tidak beraga seperti Negara

maju.

C. Patofisiologi

  Alergi Makanan di landasi IgE ialah Reaksinya berhubungan dengan mekanisme

imunologis, dan diperantarai olehimunoglobulin E (IgE), Tubuh kita dilindungi dari infeksi

oleh sistem kekebalan tubuh. Kita memproduksi sejenis protein yang disebut antibodi untuk

menandai kuman yang menyebabkan infeksi. Ada berbagai jenis antibodi, dan yang

menyebabkan reaksi alergi disebut imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE biasanya dihasilkan

sebagai respon terhadap infeksi parasit..

Saat pertama kali kita memakan makanan penyebab alergi, sistem kekebalan tubuh Kita

merespon dengan membuat IgE. IgE dalam hal ini bertindak seperti penyebab alergi

(alergen). Ketika Kita memakan makanan itu lagi, tubuh akan mengeluarkan antibodi IgE

dan bahan kimia lainnya, termasukhistamin, untuk mengusir “protein musuh” dari

tubuh Kita. Histamin adalah bahan kimia kuat yang dapat memengaruhi sistem pernafasan,

saluran pencernaan, kulit, atau sistem kardiovaskular. Sebagai akibat respon ini, gejala alergi

makanan terjadi. Gejala yang Kita rasakan tergantung pada bagian tubuh mana histamin

dilepaskan. Jika dilepaskan di telinga, hidung, dan tenggorokan, Kita mungkin merasakan

hidung dan mulut gatal, atau kesulitan bernapas atau menelan. Jika histamin dilepaskan di

kulit, Kita dapat mengembangkan gatal-gatal atau ruam. Jika histamin dilepaskan dalam

5 | A l e r g i

Page 6: Alergi Klp 3

saluran pencernaan, Kita mungkin akan mengembangkan sakit perut, kram, atau

diare. Banyak orang mengalami kombinasi gejala-gejala tersebut.

Kita tidak tahu mengapa beberapa makanan dapat menyebabkan alergi dan yang lainnya

tidak, tapi kemungkinannya adalah karena beberapa protein dalam makanan sangat mirip

dengan protein yang terdapat dalam virus dan bakteri. Oleh karena itu, alergi biasanya adalah

kecenderungan genetik di mana sistem kekebalan tubuh seseorang tidak mampu

membedakan protein makanan dengan virus atau bakteri. (Casanova, 2013)

D. Faktor Resiko Dan Etiologi Alergi

1. Faktor Genetis

Walaupun alergi dapat terjaid pada semua orang dan semua golongan umur, resiko

terbesar pada anak yang membawa bakat alergi yang diturunkan oleh orang tuanya. Pada

anak ini gejala alergi sering muncul. Jika salah satu orang tua memiliki alergi, maka anak

memiliki 19,8 % menderita alergi. Dan jika kedua orang tua maka 48% menderita alergi.

2. Faktor Psikis

Psikis seperti cemass, marah dan takut dapat memicu terjadinya alergi berupa ruam

kemerahan pada kulit. Pada orang yang memiliki bakat alergi, sifat pemarah, pencuriga

dan emosional dapat menyebabkan alergi akut pada kulit. Pada anak- anak memang

jarang terjadi alergi akibat faktor psikis.

3. Faktor lingkungan

Baru-baru ini dikatakan bahwa kejadian gangguan alergi tidak dapat dijelaskan oleh

faktor genetik saja. Empat faktor lingkungan utama perubahan dalam paparan penyakit

menular pada anak usia dini, polusi lingkungan, tingkat alergen, dan perubahan pola

makan juga mempengaruhi terjadinya alergi.

4. Pajanan alergi

Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik dapat terjadi sejak bayi dalam

kandungan. Diketahuai adanya Ige spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur

dan susu. Pemberian ASi eksklusif dapat mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif

terhadap makanan. (Widodo Judarwanto,2007).

5. Faktor pencetus

6 | A l e r g i

Page 7: Alergi Klp 3

Faktor pencetus yang sering mengakibatkan alergi yaitu:

Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan dengan bahan dasar karet, debu,

dan bulu binatang. Sengatan lebah, gigitan semut api, kacang-kacangan.Suhu panas dan

dingin, hujan.

6. Imaturitas usus. secara mekanik integritas mukosa usus dan perist altik merupakan

pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim

pencernaan menyebabkan denaturasi alergen. Secara imunologis, IgA pada permukaan

mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam

tubuh. Pada usus yang imatur, sistem pertahanan tubuh masih lemah dan gagal berfungsi

sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh

E. Dampak dan Akibat Alergi

Dampak reaksi alergi sangat bervariasi tergantung letak sel mast yang teraktivasi.

Pemaparan ulang alergen memicu reaksi alergi dan efeknya terfokus pada tempat dimana

sel mast melakukan degranulasi. Pada alergi fase cepat, mediator yang telah terbuat

sebelumnya dilepaskan dan mempunyai fungsi sangat pendek. Oleh karenanya pengaruh

mediator itu terhadap pembuluh darah dan otot polos hanya terbatas pada sekitar sel mast

yang teraktivasi. Pada alergi fase lambat reaksi juga terpusat pada titik dimana alergen itu

menimbulkan aktivasi, dan induksi alergen pada daerah tertentu juga menentukan mudah

tidaknya inflamasi dapat diatasi. Oleh karena itu reaksi alergi sangat ditentukan oleh tiga

variable utama: banyaknya IgE yang kompeten, rute alergen diintroduksikan, dan

konsentrasi alergen.

Berikut adalah contoh dampak dari adanya alergi :

1. Inhalasi alergen berasosiasi dengan rinitis dan asma.

Pernafasan merupakan jalan utama sebagai masuknya bahanbahan alergen.

Kebanyakan orang hanya terpengaruh sedikit oleh adanya alergen yang masuk,

misalnya menimbulkan bersin maupun keluarnya ingus. Kondisi demikian ini

disebut alergi rhinitis yang disebabkan oleh aktivasi sel mast mukosa yang berada

di bawah sel epitelium mukosa. Bahan alergen misalnya serbuk sari mempunyai

protein yang dapat dilepaskan dan protein tersebut dapat berdifusi menembus

7 | A l e r g i

Page 8: Alergi Klp 3

membran mukosa pada hidung. Alergi rinitis mempunyai ciri-ciri rasa gatal dan

bersin-bersin berkepanjangan, terjadi pembengkakan lokal pada hidung yang

menyebabkan tersumbatnya pernafasan.

2. Alergi pada kulit dapat berupa urtikaria dan eksim kronik

Respon fase cepat dan fase lambat dapat dilihat pada respon alergi kulit.

Kulit merupakan penghalang yang sangat efektif terhadap masuknya bermacam-

macam alergen, namun kulit dapat diterobos dengan injeksi sejumlah kecil

alergen misalnya ketika tersengat serangga. Masuknya alergen pada epidermis

atau dermis dapat menimbulkan reaksi alergi lokal. Aktivasi sel mast secara lokal

pada kulit dapat menimbulkan peningkatan permeabilitas vaskuler secara lokal.

Kejadian tersebut dapat berlangsung sangat cepat yang dapat menyebabkan

ekstravasasi cairan tubuh dan menimbulkan pembengkakan. Aktivasi sel mast

dapat menstimuli tersekresinya bahan-bahan kimia dari ujung saraf lokal dengan

cara reflek ekson saraf sehingga terjadi vasodilasi pembuluh darah yang ada di

sekitar kulit, dan tampak warna kemerahan pada daerah kulit tersebut. Dalam

keadaan tersebut sering terjadi luka pada kulit yang disitilahkan wheal and flare

reaction. Pengertian wheal and flare reaction ini mengacu pada keadaan dimana

kulit mengalami penonjolan dan pengembangan.

3. Alergi makanan dapat menyebabkan reaksi sistemik yang terbatas pada

usus

Salah satu ciri makanan yang bersifat alergen adalah sulitnya dicerna di

lambung walupun enzim pepsin telah bekerja maksimum. Sehingga makanan

tersebut dapat mencapai permukaan mukosa pada usus halus sebagai alergen yang

masih utuh. Jika suatu bahan alergen termakan akan terjadi dua macam reaksi

alergi. Aktivasi sel mast mukosa yang terletak pada saluran pencernakan

menyebabkan cairan tubuh keluar dengan cara menembus sel-sel epitel dan terjadi

kontraksi otot polos, sehingga menyebabkan diare dan terjadi muntah. Dalam hal

8 | A l e r g i

Page 9: Alergi Klp 3

ini belum bisa dijelaskan mengapa sel mast jaringan ikat yang terletak pada

dermis dan jaringan subkutan dapat teraktivasi setelah allergen tercerna, misalnya

oleh alergen yang terabsorbsi dalam sirkulasi.

4. Penyakit celiac merupakan model imunopatologi yang disebabkan antigen

spesifik.

Penyakit celiac merupakan kondisi kronik dari usus halus bagian atas yang

disebabkan oleh respon imun terhadap gluten. Gluten merupakan protein komplek

yang terdapat pada wheat,oats, dan barley. Menghindari semua makanan yang

mengandung gluten akan mengembalikan fungsi normal usus, namun

penghindaran terhadap gluten tersebut harus dilakukan selama hidup. Adapun

akibat yang terjadi, antara lain :

a. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan

kekambuhan polip hidung.

b. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

c. Sinusitis paranasal.

d. Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama

khususnya pada anak-anak.

e. Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar

mendapat asma bronkial.

F. Manifestasi Klinik

Gejala- gejala yang terjadi saat terjadi alergi yaitu :

No Organ/Sistem Tubuh Gejala Dan Tanda

1. Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin,

sesak(astma), napas pendek,

tightness in chest, not enough

air to lungs, wheezing, mucus

9 | A l e r g i

Page 10: Alergi Klp 3

bronchial , rattling and

vibration dada

2. Sistem Pembuluh Darah dan jantung jantung Palpitasi (berdebar-

debar), flushing (muka ke

merahan), nyeri dada, colaps,

pingsan, tekanan darah rendah,

denyut jantung meningkat;

tangan hangat, kedinginan,

tingling, redness or blueness of

hands; faintness;pseudo-heart

attack pain ; nyeri dada depan,

tangan kiri, bahu, leher, rahang

hingga menjalar di pergelangan

tangan.

3. Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering diare,

kembung, muntah, sulit berak,

sering buang angin (flatus),

mulut berbau, kelaparan, haus,

saliva meningkat, Sariawan,

lidah kotor, berbetuk seperti

pulau, nyeri gigi, ulcer

symptoms, nyeri ulu hati,

kesulitan menelan, perut

keroncongan, konstipasi (sulit

buang air besar), nyeri perut,

kram perut, diarrhea, buang

angin, timbul lendir atau darah

dari rektum, anus gatal atau

panas.

4. Kulit Sering gatal, dermatitis,

urticaria, bengkak di bibir,

10 | A l e r g i

Page 11: Alergi Klp 3

lebam biru (seperti bekas

terbentur) bekas hitam seperti

digigit nyamuk. Kulit kaki dan

tangan kering tapi

wajahberminyak.Sering

berkeringat.

5. Telinga Hidung Tenggorokan Hidung : Hidung buntu,

bersin, hidung gatal,

pilek, post nasal drip,

epitaksis, tidur

mendengkur,

mendengus

Tenggorok : tenggorokan

nyeri/kering/gatal, palatum

gatal, suara parau/serak, batuk

pendek (berdehem),

Telinga : telinga terasa penuh/

bergemuruh / berdenging,

telinga bagian dalam gatal,

nyeri telinga dengan gendang

telinga kemerahan atau normal,

gangguan pendengaran hilang

timbul, terdengar suara lebih

keras, akumulasi cairan di

telinga tengah, pusing,

gangguan keseimbangan.

Pembesaran kelenjar di sekitar

leher dan kepala belakang

bawah

6. Sistem Saluran Kemih dan kelamin Sering kencing, nyeri kencing;

tidak bisa mengontrol kandung

11 | A l e r g i

Page 12: Alergi Klp 3

kemih, bedwetting; vaginal

discharge; genitalia

gatal/bengkak/kemerahan/nyeri;

nyeri bila berhubungan kelamin

7. Sistem Susunan Saraf Pusat Sering sakit kepala, migrain,

short lost memory (lupa nama

orang, barang sesaat), floating

(melayang), kepala terasa

penuh atau membesar.

Perilaku : impulsif, sering

marah, mood swings,

kompulsif, sering mengantuk,

malas bergerak, gangguan

konsentrasi, muah marah,

sering cemas, panic, overactive,

kepala terasa penuh atau besar;

halusinasi, delusions, paranoid,

bicara gagap; claustrophobia

(takut ketinggian), paralysis,

catatonic state, disfungsi

persepsi, impulsif (bila tertawa

atau bicara berlebihan),

overaktif, deperesi, terasa

kesepian merasa seperti

terpisah dari orang lain, kadang

lupa nomor, huruf dan nama

sesaat, lemas (flu like

symtomp)

8. Sistem Hormonal Kulit berminyak (atas leher),

kulit kering (bawah leher),

endometriosis, Premenstrual

12 | A l e r g i

Page 13: Alergi Klp 3

Syndrome, kemampuan sex

menurun, Chronic Fatique

Symptom (sering lemas),

Gampang marah, Mood swing,

sering terasa kesepian, rambut

rontok.

9. Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri

sendi: Fatigue (kelelahan),

kelemahan otot, nyeri, bengkak,

kemerahan local pada sendi;

stiffness, joint deformity;

arthritis soreness, nyeri dada,

otot bahu tegang, otot leher

tegang, spastic umum, , limping

gait, gerak terbatas

10. Gigi dan mulut Nyeri gigi atau gusi tanpa

adanya infeksi pada gigi

(biasanya berlangsung dalam 3

atau 7 hari). Gusi sering

berdarah. Sering sariawan.

Diujung mulut, mulut dan bibir

sering kering, sindrom oral

dermatitis.

11. Mata Nyeri di dalam atau samping

mata, mata berair,sekresi air

mata berlebihan, warna tampak

lebih terang, kemerahan dan

edema palpebra, Kadang mata

kabur, diplopia, kadang

kehilangan kemampuan visus

sementara, hordeolum..

13 | A l e r g i

Page 14: Alergi Klp 3

(Sumber : Medisinesia, 2012)

G. Gambaran Laboraturium

Penyakit alergi sering dijumpai di masyarakat dengan tempat predileksi tersering saluran

napas, kulit, dan saluran pencernaan. Diagnosis cepat dan terarah dibutuhkan agar komplikasi

tidak terjadi. Hal yang perlu dilakukan pada pasien dengan kecurigaan alergi adalah

memastikan apakah pasien tersebut benar menderita alergi selain dengan melakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik, adalah pemeriksaan laboraturium, antara lain :

1) Jumlah leukosit dan hitung jenis sel.

Jumlah leukosit normal pada penyakit alergi. Sel eosinofil normal pada orang dewasa

adlah 0 – 450 sel/mm3 . pada penyakit alergi, eosinofilia sering dijumpai tapi tidak

spesifik dan berkisar 5 – 15% beberapa hari setelah pajangan. Hal ini dapat menjadi

penanda dan beratnya hipertensitivitas tersebut.

2) Sel eosinofil pada sekret konjungtiva,hidung, dan sputum

Eosinofil banyak dijumpai paa sekret pasien rhinitis alergi.namun, apabila terdapat

infeksi maka neutofil lebih dominan.

3) IgE spesifik

Pengukuran ini dilakukan pada pasien dengan kulit yang luas, tidak dapat menghentikan

pengobatan, dan kasus alergi berat sehingga menghalangi tes kulit. IgE diukur secara in

vitro dengan teknik RAST ( Radio allergo Sorbent Test ) atau ELISA ( Enzyme Linked

Immuno Sorbent Assay ). Rasio ikatan dan tidak terikat dan tidak terikat IgE > 2

menggambarkan respon spesifik terdapat alerge. Namun, tes ini kurang sensitif ( tapi

lebih spesifik ) dibandingkan tes kulit dan hasilnya tidak langsung diketahui.

14 | A l e r g i

Page 15: Alergi Klp 3

4) Pemeriksaan komplemen Pada kasus angioedema berulang tanpa urtikaria dilakukan pemeriksaan C1 inhibitor dan C4

komplemen.

Selain pemeriksaan diatas, dapat pula dilakukan tes kulit, adapun beberapa pemeriksaan tes kulit

antara lain :

1) Tes tusuk ( prick test )

Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat seperti

antihistamin ( generasi 1 minimal 72 jam dan generasi II minmal 1 minggu sebelum tes)

dan kortikosteroid ( dosis kecil seperti prednisone < 20 mg dihentikan 3 hari sedangkan

dosis tinggi 1 minggu ). Sedangkan teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tdak

perlu dilarang karena tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien

berusia > 2 tahun. Kooperasi pasien buruk, dan pasien tidak bisa menghentikan

pengobatan yang dapat mengganggu hasil. Sedangkan kontrainikasi relatif berupa asma

yang persisten dan instabil, anafilaksis, kehamilan, dan penggunaan obat – obatan seperti

antihistamin, antidepresan trisiklik dan beta blocker.

Bagian volar lengan bawah, lengan atas, atau pnggung dibersihan dengan alkohol.

Ketika kering, dibuat garis dengan jarak 2-3 cm. Lalu dngan jarum disposibel ukuran 26,

15 | A l e r g i

Page 16: Alergi Klp 3

dilakukan tusukan dangkal dengan ujung jarum pada daerah yang sudah diteteskan

kontrol negatif ( larutan phosphate buffered saline dengan fenol 0,4 % ) atau kontrol

positif ( larutan histamin fosfat 0,1 % ). Setiap penusukan, dilakukan dengan jarum yang

baru. Dengan metode yang sama, alergen diinjeksikan dengan jarum sehingga disebut

intradermal skin test, biasanya dipakai untuk alergen spesifik seperti biasa bisa lebah atau

penisilin. Akan tetapi, tes intradermal tidak digunakan untuk alergi makanan karena hasil

positif palsu yang tinggi dan risiko terjadinya reaksi alergi yang parah. Sedangkan scratch

test sudah jarang dilakukan karena hasilnya yang inkonsisten.

Pembacaan dilakukan 15 – 20 menit dengan mengukur diameter bentol dan eritma. Postif

apabila rata – rata diameter satu bentol 3 mm lebih besar daripada kontrol negatif.

Adapun interpretasi hasil tes :

Hasil negatif : sama dengan kontrol negatif

Hasil + 1 : 25 % dari kontrol positif

Hasil + 2 : 50 % dari kontrol positif

Hasil + 3 : 100 % dari kontrol positif

Hasil + 4 : 200 % dari kontrol positif

2) Tes tempel ( patch test )

Biasanya digunakan pada dermatitis kontak dengan menempelkan bahan pada kertas

saring yang diletakkan di atas kertas impermeabel. Selanjutnya, ditempel pada kulit

16 | A l e r g i

Page 17: Alergi Klp 3

punggung dengan plester. Bahan yang digunakan adalah benzokain, merkapto

benzotiazol, kolofoni, lanolin alkohol, dan lain –lain. Pembacaan dilakukan setelah 48

jam dan diulangi 96 jam sesudah pemasangan agar hasil lebih jelas terlihat. Adapun

intrepretasi hasil tes :

0 = tidak ada reaksi

+/- = eritma ringan, meragukan

1+ = reaksi ringan (eritma dengan edema ringan )

2+ = reaksi kuat ( papular eritma dengan edema )

3+ = reaksi sangat kuat ( vesikel atau bula )

Selain itu, dilakukan tes provokosi apabila terdapat kesulitan dalam diagnosa dan

ketidakcocokan gambaran klinis dengan tes lainnya. Adapun contoh tes provokasi adalah :

1) Tes provokasi nasal dengan menyemprot salah satu alergen melalui satu lubang hidung

dan lubang hidung lainnya ditutup. Tes dianggap positif apabia timbul bersin – bersin,

pilek, hidung tersumbat, batuk, atau mukosa hidung edema.

2) Tes provokasi bronkial biasanya untuk asma dan harus dilakukan dirumah sakit serta

ditangani oleh tenaga medis. Cara yang dipakai adalah tes kegiatan jasmani dimana 42 %

pasin memberikan hasil jasmani positif. Selain itu, dilakukan tes inhalasi antigen dan

17 | A l e r g i

Page 18: Alergi Klp 3

histamine serta metakon. Tes inhalasi histamin dan metakon menimbulkan 90 % reaksi

pada pasien asma sehingga menjadi kriteria diagnosa asma.

3) Tes eliminasi dan provokasi terhadap makanan. Eliminasi makanan yang dicurigai

sebagai penyebab alergi selama beberapa minggu dan kemudian dikonsumsi kembali

pada suatu waktu secara perlahan kemudian dilihat reaksi alergi. Oral food challenge

dengan metode double blind placebo dianggap sebagai gold standard. Prosedur ini tidak

dilakukan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas yang jelas. Pasien diminta untuk

pantang makanan selama 2 minggu, antihistamin dihentikan sesuai waktu paruhnya, dan

di bawah pengawasan medis untuk mengantisipasi reaksi berat seperti syok anafilaktif.

Makanan diberikan dalam bentuk suatu seri kapsul yang diberikan bergantian dengan

kapsul plasebo. Hasil negatif apabila setelah menelan makan dalam jumlah besar, tidak

ada reaksi alergi.

H. Penatalaksanaan Alergi

Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan medis penderita alergi, dibagi menjadi 2 yaitu,

non farmakologis dan farmakologis.

1. Terapi Non farmakologis

a) Terapi Desentisasi

Berupa penyuntikan berulang alergen (yang dapat mensentisasi pasien)dalam jumlah

yang sangat kecil dapat mendorong pasien membentuk antibodi IgG terhadap alergen.

Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibody penghambatS. sewaktu pasien tersebut

kembali terpajan ke alergen , maka antibodi penghambat dapat berikatan dengan

allergen mendahului antibody IgE. Karena pengikatan IgE tidak menyebabkan

degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi dapat dikurangi.

b) Terapi Probiotik

Preparat sel mikroba atau komponen mikroba yang dapat mempertahankan kesehatan

melalui kegiatan yang dilakukan dalam flora usus.Salah satu pendekatan terbaru yang

digunakan dalam penatalaksanaan alergi makanan. Penelitian yang dilakukan oleh

Trapp. (1993) menunjukkan bahwa responden yang diberikan yoghurt memiliki

penurunan konsentrasi IgE dalam darah dan frekuensi alergi yang rendah

menunjukkan bahwa pemberian bakteri probiotik Lactobacilluscasei (L. casei) secara

18 | A l e r g i

Page 19: Alergi Klp 3

oral terhadap tikus, dapat menghambat pembentukan IgE oleh ovalbumin. Namun,

informasi terhadap efektivitas probiotik dalam penatalaksanaan alergi makanan sangat

terbatas.

c) ASi Eksklusif

Risiko alergi makanan pada bayi dapat dikurangi dengan peran aktif ibu memberi ASI

eksklusif selama 6 bulan penuh. Jangan kenalkan makanan tambahan apapun pada

periode ini, terlebih susu formula berbahan dasar sapi serta produk- produk turunan

susu. Mengenalkan makanan padat pada usia terlalu dini, yaitu 4 bulan pertama

kehidupan anak, dihubungkan dengan peningkatan risiko alergi hingga usia 10 tahun.

Bayangkan dampaknya pada anak. Anjuran studi Dr Fiocchi yang dimuat di jurnal

Annals Allergy, Asthma & Immunology disarankan mengenalkan makanan satu

persatu. Para peneliti juga mengingatkan bahwa makanan padat harus dikenalkan

dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Jangan langsung memberi bayi campuran

beberapa jenis bahan makanan. Sebab, dengan begini akansulit diketahui apakah bayi

Kita alergi terhadap bahan makanan tertentu.

d) Diet

Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilaku kan provokasidengan 1 bahan

makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkangejala alergi pada provokasi ini

dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi.

Waktunya tidak perlu berturut-turut. Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan,

antara lain :

1) Elimination Diet

beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah,Susu, Telur, Ikan dan Kacang,.

Merupakan makanan-makanan yang banyak ditemukan sebagai penyebab gejala

alergi, jadi makanan- makanan dengan indeks alergenisitas yang tinggi.

2) Minimal Diet 1 (Modified Rowe’s diet 1)

Terdiri dari beberapa makanan dengan indeks alergenisitas yang rendah. Regimen

ini terdiri sari beberapa makanan yang diperolehkan yaitu air, beras, daging sapi,

kelapa, kedelai, bayam, gula dan garam

3) Minimal Diet 2 (Modified Rowe’s Diet 2)

19 | A l e r g i

Page 20: Alergi Klp 3

Terdiri dari makanan dengan alergisitas rendah yang lain yang diperbolehkan

adalah air, kentang, daging kambing, kacang buncis, kobis, bawang.

4) Egg And Fish Free Diet

Diet ini menyingkirkan telur termasuk makanan- makanan yang dibuat dari telur

dan semua ikan. Bi asanyadiberikan pada penderita-penderita dengan keluhan

dengan keluhan utamaurtikaria, angionerotik udem dan eksema.

5) His Own ’ S Diet

Menyingkirkan makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderitanya sebagai

poenyebab gejala alergi.

2. Farmakologi

a) Antihistimin Secara umum gunakan antihistimin tunggal untuk rhinitis musiman dan

dalam kombinasi dengan dekongestan. Antihistimin (azelastin,naphazoline) efektif

dengan lebih sedikit efek samping dan data menurunkan gejala asma penyerta.

b) Antiinflamasi Steroid nasal memberikan pengurangan gejala sampai 90%dan lebih

baik dari antihistimin dalam mengurangi gejala.

c) Imunoterapi Menurunkan histimin dan IgE, menginduksi energy sel T, menghasilkan

antibody yang menghambat aktifitas IgE dna meneybabkan perpindahan dari produksi

antibody. Jadwal pemberian dosis memerlukan beberapa injeks per minggu selama

beberapa minggu, kemudian perminggu atau per dua minggu selama durasi musim

dilanjutkan paling tidak 2 tahun. Memberikan control alergi yang efektif pada

kebanyakan penderita alergi 4. Terapi antibody monoclonal terhadap IgE 5. Antibody

monoclonal terhadap IL-4 dan IL-5 6. Vaksin DNa yang spesifik terhadap allergen

I. Interaksi Obat dan Zat Gizi.

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap

tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya

dikenal satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor khusus pada tahun

1972, yang disebut reseptor-H2,maka secara farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua

tipe , yaitu reseptor-H1 da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi

dalam dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (H1-blockers atau antihistaminika) dan

antagonis reseptor H2 ( H2-blockers atau zat penghambat-asam).

1. H1-receptor antagonists

20 | A l e r g i

Page 21: Alergi Klp 3

Dalam penggunaan umum, antihistamin merujuk hanya untuk antagonis H1, juga

dikenal sebagai antihistamin H1. Telah ditemukan bahwa antihistamin H1-agonis

adalah benar-benar berlawanan dengan reseptor histamin H1.  Secara klinis, H1

antagonis digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Sedasi adalah efek samping yang

umum, dan antagonis H1 tertentu, seperti diphenhydramine dan Doksilamin, juga

digunakan untuk mengobati insomnia. Namun, antihistamin generasi kedua ini tidak

melewati penghalang darah-otak, dan dengan demikian tidak menyebabkan kantuk

2. H2-receptor antagonists

Antagonis H2, seperti antagonis H1, juga agonis dan antagonis terbalik tidak benar.

H2 reseptor histamin, ditemukan terutama di sel parietal dari mukosa lambung,

digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, mengobati kondisi pencernaan

termasuk tukak lambung dan penyakit gastroesophageal reflux.

3. Experimental: H3- and H4-receptor antagonists

Obat ini baru dalam tahap eksperimental dan belum memiliki penggunaan klinis,

meskipun sejumlah obat ini sedang dalam percobaan manusia. H3-antagonis memiliki

stimulan dan efek nootropic, dan sedang diselidiki untuk pengobatan kondisi seperti

ADHD, penyakit Alzheimer, dan skizofrenia, sedangkan H4-antagonis tampaknya

memiliki peran imunomodulator dan sedang diteliti sebagai obat anti-inflamasi dan

analgesik .

J. Kaitan Penyakit dan Masalah Gizi yang Timbul

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi

cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang

kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol

internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul

seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang

berperanan inflamasi. Alergen di dalam makanan adalah protein,

glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul lebih dari 18.000

dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Alergen makanan

dapat menimbulkan reaksi alergi.

21 | A l e r g i

Page 22: Alergi Klp 3

Alergi makanan, pada umumnya merupakan alergi pada makanan

yang bergizi tinggi, maka sebaiknya harus dicari makanan pengganti

yang relatif aman yang nilai gizinya tidak kalah bagusnya. Misalnya,

ayam dan telor diganti daging sapi, tahu dan tempe atau mentega

diganti margarine dan seterusnya. Sebagian besar penderita alergi

dengan gangguan pencernaan akan mengalami kesulitan kenaikkan

berat badan atau malnutrisi. Perlu dilakukan penanganan pemberian

diet yang teliti dan cermat di bawah pengawasan dokter alergi.

Perencanaan menu makanan untuk harian dan mingguan harus

dilakukan dengan baik.

Terapi diet adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada

penderita alergi. Orang tua sering mengalami kebingungan karena

merasa menu makan pada penderita alergi sangat terbatas sehingga

sering timbul kebosanan. Bila kita cermat dalam menyusun menu

makanan maka masalah pemberian makan pada anak anak alergi

dapat diatasi tanpa harus mengurangi nilai gizi dan rasa masakan.

(Andr Chondro, 2012)

Syarat – syarat diet alergi pada anak :

1. Energi diberikan sesuai dengan kondisi tubuh anak yang terkena

alergi

2. Proporsi hidrat arang terhadap energi tidak banyak berbeda dengan

makanan anak sehat

3. Proporsi protein terhadap energi adalah 15 – 20%

4. Proporsi lemak terhadap energi adalah 20 – 25%

5. Cukup mineral dan vitamin

6. Cukup serat untuk memberikan rasa kenyang.

Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang

diberikan

Memberikan motivasi dan penyembuhan kepada anak dan orang tua.

22 | A l e r g i

Page 23: Alergi Klp 3

Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah

ditentukan, kecuali makanan seperti yang terdapat pada :

1. Susu sapi diganti dengan susu yang dipakai bisa berupa susu soya (kedelai), susu sapi formula hipo alergi, atau susu sapi formula lainnya.,

2. Ikan laut seperti tongkol, kepiting dan udang sering menyebabkan

alergi pada anak diganti dengan ikan tuna dan salmon.

3. Ikan air tawar seperti gabus harus dihindari oleh anak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh

seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan

yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat

atopik. Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE.

Gejala klinis alergi makanan biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit,

saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa

berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan tertentu

bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa

menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan yang satu bisa mempunyai organ

sasaran yang lain dengan makanan yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria,

sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Alergi Makanan di landasi IgE ialah

Reaksinya berhubungan dengan mekanisme imunologis, dan diperantarai

olehimunoglobulin E (IgE).

B. Saran

23 | A l e r g i

Page 24: Alergi Klp 3

Alergi makanan, pada umumnya merupakan alergi pada

makanan yang bergizi tinggi, maka sebaiknya harus dicari makanan

pengganti yang relatif aman yang nilai gizinya tidak kalah bagusnya.

Misalnya, ayam dan telor diganti daging sapi, tahu dan tempe atau

mentega diganti margarine dan seterusnya. Agar penderita alergi

dengan gangguan pencernaan tidak akan mengalami kesulitan

kenaikkan berat badan atau malnutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo dkk.2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam UI

Medisinesia. 2012. Pemeriksaan Untuk Penyakit Alergi. Tersedia online :

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/infeksi-imunologi/pemeriksaan-untuk-penyakit-alergi/

( Diakses kamis 7 November 2013 )

Andr Chondro . 2012. Diit Alergi. Tersedia online : http://andra-

cma.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvml-o.html (diakses

tanggal 7 November 2013)

Wikipedia , Indonesia.Alergi. Tersedia online : http://id.wikipedia.org/wiki/Alergi (diakses Kamis, 7

November 2013).

Juffrie, Mohamad.2003.Alergi Makanan Edisi I.Yogyakarta : UGM Press

Juffrie, Mohamad.2003.Alergi Makanan Edisi II.Yogyakarta : UGM Press

24 | A l e r g i

Page 25: Alergi Klp 3

J. Mahdi, Dina.1993.Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Surabaya : Airlangga University Press

Garna Baratawidjaja, Kamen. 2001. Mengenal Alergi Edisi Revisi 2001. Jakarta : Djambatan

25 | A l e r g i