43
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Biologi merupakan ilmu alam yang mengarah kepada pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal yang mengenai keturunan dimulai sejak purbakala, ketika para petani mengetahui bahwa hasil pertaniannya dan ternaknya dapat ditingkatkan melalui persilangan. Meskipun pengetahuan mereka masih sangat primitif namun mereka menyadari bahwa beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka menjalankan berbagai persilangan tanpa disadari pengetahuan karena belum di kenal adanya gen, apalagi hukum-hukum keturunan. Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada dekade kedua dari abad ke-19 setelah mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan persilangan yang dibuatnya pada tamanan ercis atau kapri. Mata kuliah praktikum genetika memiliki jumlah 1 sks, dalam mata kuliah praktikum genetika memberikan pengertian mengenai prinsip-prinsip dasar biologi gen melalui praktikum tentang genetika mendel dan genetika kromosom, pewarisan sifat 1

alel ganda

Embed Size (px)

DESCRIPTION

alel ganda

Citation preview

Page 1: alel ganda

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang

penting. Biologi merupakan ilmu alam yang mengarah kepada pemahaman mengenai

bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman

fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini.

Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal yang mengenai keturunan dimulai sejak

purbakala, ketika para petani mengetahui bahwa hasil pertaniannya dan ternaknya dapat

ditingkatkan melalui persilangan. Meskipun pengetahuan mereka masih sangat primitif

namun mereka menyadari bahwa beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat

diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka menjalankan berbagai

persilangan tanpa disadari pengetahuan karena belum di kenal adanya gen, apalagi hukum-

hukum keturunan. Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada dekade kedua dari abad

ke-19 setelah mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan

persilangan yang dibuatnya pada tamanan ercis atau kapri.

Mata kuliah praktikum genetika memiliki jumlah 1 sks, dalam mata kuliah

praktikum genetika memberikan pengertian mengenai prinsip-prinsip dasar biologi gen

melalui praktikum tentang genetika mendel dan genetika kromosom, pewarisan sifat genetik

pada lalat buah, frekuensi gen dari generasi ke generasi. Setelah melaksanakan praktikum,

mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan untuk melakukan percobaan monohibrid dan

dihibrid mendel, pengamatan kromosom mitosis dan pembuatan kariotipe, persilangan dan

pewarisan gen terpaut, analisis genetik dan pemetaan kromosom, serta penentuan frekuensi

gen dan pengujian hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg. Cabang ilmu genetika yang

merupakan salah satu cabang ilmu dari Biologi sekarang ini juga telah mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Penurunan sifat yang merupakan cakupan yang paling

umum dalam genetika telah menghasilkan penemuan-penemuan terbaru yang patut

diperhitungkan. Mutasi, kloning, bayi tabung dan masih banyak lagi rekayasa-rekayasa

genetika lainnya mulai di praktekkan oleh para ahli biologi di seluruh dunia.

1

Page 2: alel ganda

Alel berasal dari kata Allelon yang berarti bentuk lain. Disebut juga versi

alternative gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel adalah Gen-

gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam kromosom homolog. Bila dilihat

dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki

pengaruh berlawanan, jadi alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama dan

memiliki pekerjaan yang sama atau hampir sama. Alel merupakan bentuk alternatif sebuah

gen yang terdapat pada lokus (tempat tertentu). Individu dengan genotipe AA dikatakan

mempunyai alel A, sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa

memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempatioleh sepasang (dua

buah) alel, yaitu AA, Aa, atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang bersangkutan.

            Namun, kenyataannya yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada

suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua dua macam alel, sehingga

lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel

ganda (multiple alleles) (Susanto, Agus Hery, 2011). Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari

satu pasang alel maka disebut alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan

darah sistem A B O pada manusia. Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu

yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel

yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah). Katakanlah pada

lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5.  Maka, genotipe individu diploid yang mungkin akan

muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X1X4 dan seterusnya. Pengaruh alel ganda dapat dilihat

salah satu contohnya pada sistem golongan darah ABO. Darah terdiri dari dua komponen,

yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit) dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam

penelitiannya menemukan adanya dua antibodi alamiah di dalam darah dan dua antigen pada

permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (beraglutinasi) sel-sel darah

merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila bercampur dengan serum dari beberapa

orang.

Setiap manusia di dunia ini pasti berbeda. Salah satunya adalah bentuk garis-garis

pada jari, atau yang lazim kita sebut sebagai 'sidik jari'. Karena sidik jari bersifat unik, setiap

orang yang hidup di bumi mempunyai bentuk sidik jari yang berlainan. Karena sifat unik

inilah, sidik jari dijadikan sebagai salah satu bukti identitas seseorang yang berlaku secara

internasional. Ternyata sidik jari baru mulai diperhatikan pada akhir abad ke-19. Berawal dari

tulisan seseorang ilmuwan Inggris Henry Faulds pada 1880 yang menyatakan bahwa sidik

jari orang-orang tak berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa bisa

2

Page 3: alel ganda

diyakinkan dengan sidik jari yang mereka tinggalkan di permukaan benda seperti

kaca. Dalam genetika kuantitatif, konsep poligen berarti banyak gen digunakan untuk

menjelaskan terbentuknya sifat kuantitatif. Ronald Fisher (1918) dapat menjelaskan bahwa

sifat kuantitatif terbentuk dari banyak gen dengan pengaruh kecil, yang masing-masing

bersegregasi menuruti teori Mendel. Karena pengaruhnya kecil, fenotipe yang diatur oleh

gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Meskipun demikian, penjelasan Fisher ini

tetap menempatkan "gen-gen" yang mengatur sifat kuantitatif sebagai sesuatu yang abstrak

karena hanya merupakan konsep.

Klasifikasi sidik jari yang digunakan secara luas adalah sistem Henry dan variasi-

variasinya yang diperkenalkan oleh Edward Henry (1899). Klasifikasi sidik jari adalah

membagi data pola garis alur sidik jari kedalam kelompok-kelompok kelas ciri yang menjadi

karakteristik sidik jari tersebut yaitu untuk memercepat proses identifikasi. Ada dua jenis

kategori sidik jari yaitu kategori bersifat umum (global) dan kategori yang bersifat khusus

(lokal) yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, seperti jumlah minutiae,

jumlah dan posisi inti (core), dan jumlah dan posisi delta. Beberapa sifat keturunan dapat

ditentukan oleh gen autosomal dan ada juga yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin

(sex). Sifat tersebut dapat tampak pada kedua jenis kelamin, tetapi pada salah satu jenis

kelamin ekspresinya lebih besar dibandingkan jenis kelamin lainnya.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui jumlah gerigi atau sidik jari tangan

2. Mengetahui golongan darah

1.3. Manfaat

1. Mengetahui pengaruh alel ganda terhadap fenotipe pada manusia

2. Mengetahui pengaruh gen ganda terhadap genotipe pada manusia

3

Page 4: alel ganda

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertial Alel

Alel berasal dari kata Allelon yang berarti bentuk lain. Disebut juga versi

alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel adalah Gen-

gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam kromosom homolog. Bila dilihat

dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki

pengaruh berlawanan. Jadi alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama dan

memiliki pekerjaan yang sama atau hampir sama. Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen

yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Pada individu homozigot, pasangan kedua alel

mempunyai simbol yang sama persis; misalnya AA, BB. Sedangkan genotipe heterozigot

pasangan kedua alel mempunyai simbol yang tidak sama misal Aa, Bb

namun Ab dan aB bukan alelnya (Kimball, 1991).

Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa

mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a.  Jadi,

lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa atau aa, bergantung

kepada genotipe individu yang bersangkutan. Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih

umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari

hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena

semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles). Bila dalam satu lokus terdapat

lebih dari satu pasang alel maka disebut alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan

golongan darah sistem A B O pada manusia. Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu

individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun

banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua

buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5.  Maka, genotipe individu

diploid yang mungkin akan muncul antara lain X1 X1, X1X2, X1X3, X1X4, dan seterusnya.

Alel adalah gen-gen yang menempati atau terletak pada lokus yang sama pada

kromosom homolognya yang mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat tertentu.

4

Page 5: alel ganda

Surya (1984) mendefinisikan alel sebagai anggota dari sepasang gen yang

memiliki pengaruh berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan

karakter pigmentasi kulit secara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena

diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme. Dalam hal ini gen B

menimbulkan karakter yang dominan. Apabila gen B bermutasi maka akan berubah menjadi

b, sehingga pigmentasi kulit secara normal, tidak dapat dilakukan. Gen b menimbulkan

karakter yang berbeda, yaitu resesif. Karakter resesif ini menumbuhkan karakter albinisme

(tidak terbentuk melanin). Contoh yang lainnya, misalnya:

1. K alelnya k, untuk rambut keriting dan lurus.

2. H alelnya h, untuk kulit hitam dan putih dan sebagainya.

Sedangkan alel ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu

gen yang menempati lokus sama pada kromosom homolognya (Campbell, 2010).

2.2. Alel Ganda

Alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada

suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan

darah pada manusia. Di kenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang

dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam

mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing

mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk

antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti

genotipe IA IB dapat memproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-

duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotipe IA IA dan

IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotype IB IB dan IB Ii (golongan

darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IA IB (golongan darah AB) mempunyai

antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen.

Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel,

sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel

untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen.  Pada manusia,

hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel

ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor

5

Page 6: alel ganda

Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh

alel ganda. Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan sel-

sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan

selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah

dan dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu

atau dua antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya.

Dua antigen itu disebut antigen –A dan antigen –B, sedangkan dua antibodi disebut anti –A

(atau α) dan anti –B (atau β).

Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya.

Berdasarkan sifat kimianya, antigen –A dan –B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari

protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya

merupakan dasar kekhasan antigen-antibodi. Ada bermacam golongan darah pada manusia,

salah satu contoh itu herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan

dengan itu, golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Pada

permulan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan

darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang

dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak

mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi

orang menjadi tiga golongan, yaitu A, B dan O (Welsh, 1991).

Beberapa Contoh Alel Ganda

a. Alel ganda pada lalat Drosophila

Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda. Pada Drosophila

ditemukan seri alel ganda yang mempengaruhi warna mata yang terdiri tidak kurang dari

14 anggota. Penggunaan symbol bagi anggota-anggota alel tersebut tetap mengikuti

peraturan-peraturan yang berlaku bagi pasangan alel, yaitu untuk sifat yang paling

dominan digunakan huruf besar sedangkan bagi anggota-anggota alel lain digunakan

huruf kecil dengan suatu superscript (a1 atau as) atau subript (a1 atau as). Urutan dalam

penulisan anggota alel disesuaikan dengan urutan dominansi satu sifat terhadap yang

lainLokus w pada Drosophila melanogaster mempunyai sederetan alel dengan perbedaan

tingkat aktivitas dalam produksi pigmen mata yang dapat diukur menggunakan

spektrofotometer (Koesmadji, 2001).

     

6

Page 7: alel ganda

b. Alel ganda pada kelinci

Pada kelinci terdapat alel ganda yang mengatur warna bulu. Alel ganda ini

mempunyai empat anggota, yaitu c+, cch, ch, dan c, masing-masing untuk tipe liar,

cincila, himalayan, dan albino. Tipe liar, atau sering disebut juga agouti, ditandai oleh

pigmentasi penuh; cincila ditandai oleh warna bulu kelabu keperak-perakan; himalayan

berwarna putih dengan ujung hitam, terutama pada anggota badan. Urutan dominansi

keempat alel tersebut adalah c+ > cch > ch > c dengan sifat dominansi penuh. Sebagai

contoh, genotipe heterozigot cchc, akan mempunyai bulu tipe cincila.

c. Alel ganda pada tumbuhnya rambut pada segmen digitalis jari-jari tangan.

Penentuan dominasi pada rambut digitalis tengah jari tangan adalah sebagai

berikut.

H1 > H2 > H3 > H4 > H5

Dimana :

                               H1 = Rambut terdapat pada semua jari

                               H2 = Rambut pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah

                               H3 = Rambut pada jari manis dan jari tengah

                               H4 = Rambut hanya pada jari manis saja

                               H5 = Tidak ada rambut pada keempat.

a. Golongan Darah

Pengaruh alel ganda dapat dilihat salah satu contohnya pada sistem golongan

darah ABO. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit)

dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi

alamiah di dalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya

penggumpalan (beraglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila

bercampur dengan serum dari beberapa orang. Golongan darah seseorang ditetapkan

berdasarkan macam antigen dalam eritrosit yang) dimilikinya. Bermstein tahun 1925

menegaskan bahwa antigen-antigen itu diwariskan oleh suatu seri alel ganda. Alel itu diberi

simbol I (berasal dari kata isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan sel

eritrosit). Orang yang mampu membentuk antigen A memiliki alel IA dalam kromosom, yang

mampu membentuk antigen B memiliki alel IB, yang memiliki alel IA dan IB dapat membentuk

antigen A dan antigen B, sedangkan yang tidak mempu membentuk antigen sama sekali

memiliki alel resesif i (Suryo, 2010).

7

Page 8: alel ganda

Mengikuti penemuan Laidsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan

pengertian tentang reaksi antigen-antibodi maka penyelidikan selanjutnya memberi

penegasan mengenai adanya dua antibody alamiah di dalam serum darah dua antigen pada

permukaan dari eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau kedua antibody itu atau

sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut

antigen-A dan antigen-B, sedangkan dua antibodi itu disebut anti-A dan anti-B. melalui tes

darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya,

antigen-A dan –B merupakan mukopolisakarida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua

antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen-

antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya

(Suryo, 2010).

Antigen atau aglutinogen yang dibawa oleh eritrosit orang tertentu dapat

mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibodi atau aglutinin yang dibawa oleh serum

darah. Dikenal dua macam antigen yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan zat antinya

dibedakan atas anti-A dan anti-B. Orang ada yang memiliki antigen-A, lain lagi memiliki

antigen-B. ada juga yang memiliki kedua antigen, yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan

ada pula yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B (Suryo, 2010).

Golongan darah manusia ABO ditentukan oleh alel-alel i, IA dan IB. Alel i resesip

terhadap IA dan IB. Alel IA dan IB bersifat kodominan, sehingga IB tidak dominan terhadap

IA dan sebaliknya IA tidak dominan terhadap IB. interaksi antara alel i, IA dan IB menghasilkan

4 fenotip golongandarah, yaitu O, A, B dan AB. Gen I menghasilkan suatu molekul protein

yang disebut isoaglutinin yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Orang dengan alel

IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang disebut antigen-A dalam eritrosit yang

kemudian dapat bereaksi dengan antibodi atau agglutinin atau zat anti-B yang terdapat di

dalam serum atau plasma darah.

Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan.

Misalnya, seseorang yang bergolongan darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari

setiap ayah dan ibu atau satu antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain;

jadi, seorang individu yang berfenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO

(heterozigot). Kalau golongan darah orang tua diketahui, kemungkinan genotip pada anak-

anak mereka dapat ditetapkan. Kalau kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat

mempunyai anak bergenotip BB (antigen B dari kedua orang tua), BO (antigen B dari salah

8

Page 9: alel ganda

satu orang tua, O dari orang tua lain yang heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang

tuanya, yang keduanya heterozigot). Kalau golongan darah seorang ibu dan anaknya

diketahui, penggolongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang adalah bukan ayahnya,

meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya. Manfaat prediktif semakin

besar kalau penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan ini meliputi pula

identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA,angka

penyingkiran paternal meningkat hampir mendekati 100%.

Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum

anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi

penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus

adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-

duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-

duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O.

Penjelasan teori mengenai golongan darah sangat penting mengenal golongan

darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi.

Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel darah

merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan antigen

yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi golongan

darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan antibodi

golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A. Jika

antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik

antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung

antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat

asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan

darah O. Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum

anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi

penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus

adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-

duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-

duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O

(Syamsuri, 2004).

9

Page 10: alel ganda

i. Golongan Darah Sistem AB0

Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan.

Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah

merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam

aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen merupakan

polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga

kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testes dan semen. Golongan darah

sistem ABO Dipengaruhi oleh alel I0, IA, dan IB I0 resesif terhadap IA dan IB IA dan

IB saling kodominan, tidak saling mengalahkan Interaksi ketiga alel tersebut

menghasilkan 4 variasi fenotip golongan darah, yaitu A, B, AB dan O.

Orang dengan alel IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang disebut

antigen-A pada permukaan eritrosit dan membentuk antibodi atau aglutinin atau anti-B

dalam serum atau plasma darah. Orang dengan alel IB dapat membentuk antigen-B dalam

eritrosit, dan zat anti-A dalam serum darah. Golongan darah A memiliki antigen-A

Golongan darah B memiliki antigen-B Golongan darah AB memiliki antigen-A dan

antigen- B Golongan darah O tidak memiliki antigen. Manusia golongan genotip

Antigen antibodi darah A IAIA , IA I0 Antigen-A Anti-B IB IB , IB I0 Antigen-B Anti-A AB

IA IB Antigen-A - Antigen-B O I0 I0 - Anti-A Anti-B (Henuhili, 2003).

ii. Golongan Darah Sistem Rhesus

Golongan darah tipe Rh diperkenalkan oleh Karl Laindsteiner pada tahun 1940

yang melakukan penelitian pada monyet rhesus (Macaca mulatta). Pada mulanya

Landsteiner menyimpulkan bahwa penurunan golongan darah ini dipengaruhi oleh satu

gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r, dimana R dominan terhadap r. Dikenal 2

macam golongan darah yaitu Rh+ dan Rh- Rh+ memiliki antigen Rh pada permukaan

eritrositnya. Genotipe RR dan Rr. Rh- tidak memiliki antigen Rh. Genotipe rr (Hariyadi,

1991).

iii. Golongan Darah Sistem MN

Pada tahun 1976, Landsteiner dan Lavene mengemukakan sistem

penggolongan darah M, MN, dan N, yang masing-masing disebabkan oleh adanya

perbedaan salah satu jenis antigen glikoprotein. Antigen glikoprotein ini terdapat pada

10

Page 11: alel ganda

membran sel darah merah yang disebut glikoforin A. Antigen ini tidak membentuk zat anti

(aglutinin), sehingga apabila ditransfusikan dari golongan satu ke golongan yang lain tidak

akan menimbulkan gangguan. Tetapi, apabila antigen tersebut disuntikkan ke dalam tubuh

kelinci, serum kelinci akan membentuk zat antinya. Maka, apabila serum kelinci yang

mengandung zat anti ini disuntikkan ke dalam tubuh manusia, akan berpotensi

menimbulkan gangguan. Adanya antigen M ditentukan oleh gen LM, adanya antigen MN

ditentukan oleh LM dan LN, sedangkan adanya antigen-antigen N, ditentukan oleh

gen LN. (L merupakan singkatan dari Landsteiner). Berdasarkan hal tersebut, macam

fenotipe, genotipe dan kemungkinan macam gamet dari orang yang bergolongan M, MN,

atau N dapat diketahui. Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen

yang memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan alela LN

yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat

dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua

antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.

Sistem penggolongan darah MN, M, dan N didasarkan pada dua molekul

spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang dengan golongan

darah M mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan golongan darah N

mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul

pada sel darah merah. Sebuah lokus gen tunggal, dimana dua variasi alel bisa berada,

menentukan golongan-golongan darah ini. Individu M adalah homozigot untuk satu alel;

individu N adalah homozigot untuk alel yang lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada

golongan MN. Perlu diperhatikan bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara fenotip

M dan N, tetapi kedua fenotip tersebut secara sendiri-sendiri terekspresikan oleh adanya

kedua tipe molekul ini pada sel darah merah. Golongan darah M, N, dan MN tidak

menimbulkan penggumpalan pada darah manusia, karena darah manusia tidak membentuk

zat anti M dan anti N. Penggumpalan akan terjadi apabila antigen tersebut (M, N, dan

MN) disuntikkan ke tubuh kelinci. Menurut penelitian, keberadaan antigen itu ditentukan

oleh suatu gen yang memiliki dua alel. Dengan demikian, golongan darah M memiliki

genotip LMLM; golongan darah N memiliki genotip LNLN; sedangkan golongan darah MN

memiliki genotip LMLN.

Bagaimanakah hubungannya dengan golongan darah AB0? Ternyata, pada

semua golongan darah ditemukan golongan darah golongan darah MN. Jadi, golongan

darah A ada kemungkinan memiliki golongan darah M, N, atau MN. Demikian pula,

11

Page 12: alel ganda

golongan darah B dan 0. Misalnya, orang bergolongan darah A, M mempunyai genotip

IAIA, LMLM. Golongan darah B, M memiliki genotip IBIB, LMLM. Golongan darah A, N

memiliki genotip IAIA, LNLN, dan seterusnya (Guyton, 1986).

2.3. Gen Ganda

Setiap manusia di dunia ini pasti berbeda. Salah satunya adalah bentuk garis-garis

pada jari, atau yang lazim kita sebut sebagai 'sidik jari'. Karena sidik jari bersifat unik, setiap

orang yang hidup di bumi mempunyai bentuk sidik jari yang berlainan. Karena sifat unik

inilah, sidik jari dijadikan sebagai salah satu bukti identitas seseorang yang berlaku secara

internasional. Ternyata sidik jari baru mulai diperhatikan pada akhir abad ke-19. Berawal dari

tulisan seseorang ilmuwan Inggris Henry Faulds pada 1880 yang menyatakan bahwa sidik

jari orang-orang tak berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa bisa

diyakinkan dengan sidik jari yang mereka tinggalkan di permukaan benda seperti

kaca. Dalam genetika kuantitatif, konsep poligen berarti banyak gen digunakan untuk

menjelaskan terbentuknya sifat kuantitatif. Sifat kuantitatif terbentuk dari banyak gen dengan

pengaruh kecil, yang masing-masing bersegregasi menuruti teori Mendel. Karena

pengaruhnya kecil, fenotipe yang diatur oleh gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Meskipun demikian, penjelasan Fisher ini tetap menempatkan "gen-gen" yang mengatur sifat

kuantitatif sebagai sesuatu yang abstrak karena hanya merupakan konsep. (Suryo, 2010).

Klasifikasi sidik jari yang digunakan secara luas adalah sistem Henry dan variasi-

variasinya yang diperkenalkan oleh Edward Henry (1899). Klasifikasi sidik jari adalah

membagi data pola garis alur sidik jari kedalam kelompok-kelompok kelas ciri yang menjadi

karakteristik sidik jari tersebut yaitu untuk memercepat proses identifikasi. Ada dua jenis

kategori sidik jari yaitu kategori bersifat umum (global) dan kategori yang bersifat khusus

(lokal) yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, seperti jumlah minutiae,

jumlah dan posisi inti (core), dan jumlah dan posisi delta. Beberapa sifat keturunan dapat

ditentukan oleh gen autosomal dan ada juga yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin

(sex). Sifat tersebut dapat tampak pada kedua jenis kelamin, tetapi pada salah satu jenis

kelamin ekspresinya lebih besar dibandingkan jenis kelamin lainnya (Elvita, 2008).

12

Page 13: alel ganda

BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1. Waktu

3.1.1. Percobaan Alel Ganda

Hari : Kamis

Tanggal : 05 November 2015

Pukul : 11.20 – 13.00 WIB

Tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan

3.1.2. Percobaan Gen Ganda

Hari : Kamis

Tanggal : 12 November 2015

Pukul : 11.20 – 13.00 WIB

Tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alel Ganda

3.2.1.1. Alel Ganda Percobaan 1

a. Alat

No Nama Alat Jumlah

1. Pulpen 1 Buah

2. Kertas HVS 10 Lembar

3. Penggaris 1 Buah

b. Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1. Jari Tangan 5 Jari

13

Page 14: alel ganda

3.2.1.2. Alel Ganda Percobaan 2

a. Alat

No Nama Alat Jumlah

1. Pulpen 1 Buah

2. Kertas HVS 10 Lembar

3. Penggaris 1 Buah

b. Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1. Darah Secukupnya

3.2.2. Gen Ganda

3.2.2.1. Penentuan Sidik Jari Pada Tangan Manusia

a. Alat

No Nama Alat Jumlah

1. Pulpen 1 Buah

2. Kertas HVS 5 Lembar

3. Penggaris 1 Buah

4. Loup 1 Buah

5. Bantalan stempel 1 Buah

b. Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1. Jari Tangan Setiap Praktikan 10 Jari

3.3. Prosedur Kerja

14

Page 15: alel ganda

3.3.1. Alel Ganda

3.3.1.1. Mengamati Rambut dan Ruas-Ruas Jari

No Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum

2. Mengamati sisi atas jari tangan masing-masing dengan loup.

3. Menentukan masing-masing jari tangan ke dalam golongannya

berdasarkan rambut pasa sisi atas jari.

H1= rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai

H2= rambut pada jari kelingking , manis dan tengah

H3= rambut pada jari manis dan tengah.

H4 = rambut pada jari manis saja

H5 = tidak ada rambut pada semua empat jari

3.3.1.2. Menentukan Golongan Darah

No Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum

2. Menuliskan hasil golongan darah dalam tabel

3. Menentukan diagram silsilah keluarga ayah dan ibu golongan darah ( A. B, AB, 0)

4. Menunjukkan letak praktikan dalam lingkar silsilah.

3.3.2. Gen Ganda

3.3.2.1. Penentuan Sidik Jari Pada Tangan Manusia dan Penentuan Jumlah Sulur

15

Page 16: alel ganda

No Prosedur Kerja

1 Menyiapkan alat dan bahan

2 Menempelkan ibu jari kiri pada bantalan stempel

3 Menempelkan ibu jari kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

4 Menempelkan jari telunjuk kiri pada bantalan stempel

5 Menempelkan jari telunjuk kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

6 Menempelkan jari tengah kiri pada bantalan stempel

7 Menempelkan jari tengah kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

8 Menempelkan jari manis kiri pada bantalan stempel

9 Menempelkan jari manis kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

10 Menempelkan jari kelingking kiri pada bantalan stempel

11 Menempelkan jari kelingking ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

12 Menempelkan ibu jari kanan pada bantalan stempel

13 Menempelkan ibu jari kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

14 Menempelkan jari telunjuk kanan pada bantalan stempel

15 Menempelkan jari telunjuk kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

16 Menempelkan jari tengah kanan pada bantalan stempel

17 Menempelkan jari tengah kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

18 Menempelkan jari manis kanan pada bantalan stempel

19 Menempelkan jari manis kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik

20 Menempelkan jari kelingking kanan pada bantalan stempel

21 Menempelkan jari kelingking kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan

sidik

22 Menghitung masing-masing sulur pada sidik jari masing-masing

23 Menentukan pola sidik jari masing-masing

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

16

Page 17: alel ganda

4.1. Alel Ganda

4.1.1. Tabel Penentuan Rambut Pada Ruas-Ruas Jari

Alel Ganda Hasil kelompok Hasil kelas

Jumlah % Jumlah %

H1 1 20 1 2,38

H2 1 20 5 11,90

H3 - - 9 21,43

H4 - - 5 11,90

H5 3 60 22 52,39

Jumlah 5 100 42 100

Penjelasan Tabel :

1. H1 = 1, yaitu rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai berjumlah 1 maka

persentase adalah 1

42 x 100% = 2,38%

2. H2 = 5, yaitu rambut terdapat pada jari kelingking, manis, dan tengah berjumlah 5

maka persentase adalah 542 x 100% = 11,90%

3. H3 = 9, yaitu rambut terdapat pada jari manis dan tengah berjumlah 9 maka persentase

adalah 9

42 x 100% = 21,43%

4. H4 = 5, yaitu rambut terdapat pada jari manis saja berjumlah 5 maka persentase adalah

542 x 100% = 11,90%

5. H5 = 22, yaitu tiada rambut pada semua empat jari berjumlah 22 maka persentase

adalah 2242 x 100% = 52,39%

4.1.2. Tabel Penentuan Golongan Darah

17

Page 18: alel ganda

NO. TES UNTUK HASIL PRIBADI

BERI TANDA

(X)

HASIL KELOMPOK

JUMLAH %

1. Golongan Darah A - - 0

2. Golongan Darah B - 2 40

3. Golongan Darah AB - - 0

4. Golongan Darah O X 3 60

Penjelasan Tabel :

1. Golongan darah A berjumlah 0 maka persentase adalah 05 x 100% = 0%

2. Golongan darah B berjumlah 2 maka persentase adalah 25 x 100% = 40%

3. Golongan darah AB berjumlah 0 maka persentase adalah 05 x 100% = 0%

4. Golongan darah 0 berjumlah 3 maka persentase adalah 35 x 100% = 60%

4.1.2.1. Tabel Data Golongan Darah Satu Kelas (Ekstensi B 2013)

NO. NAMA GOLONGAN DARAH

1. Intan Sari Siregar O

2. Gepi Dianissa Dalimunthe B

3. Sheila Septriyanti Rangkuti O

4. Sopan Sopian Panggabean O

5. Raihan Nur Asdi B

6. Anita Christy Simatupang B

7. Nur Aisyah Putri Rambe B

8. Monica Sri Ulina O

9. Septia Armayanti Pakpahan O

10. Coky Brimo Sinambela A

11. Githa Indriana O

12. Sri Winata Nababan O

13. Namira Nadratul Alvia A

18

Page 19: alel ganda

14. Maya Rebecca Manik A

15. Nada Fitriani Nasution AB

16. Lola Zeramendha Br.Tarigan B

17. Lusi Ana Wati Koto O

18. Lanny E. Pasaribu A

19. Nuri Andriani O

20. Indi Mirandha A

21. Fatimah Dian Sari AB

22. Ayu Puspita Budiputri O

23. Nurul Azmi A

24. Putri Wulan Sari P. Keliat B

25. Azrul Bahri Hutabarat O

26. Semeon Silalahi O

27. Susianna Siahaan B

28. Tiffany O

29. Ridha Novilia A

30. Daniaty Siregar O

31. Etti Uliarta Silitonga A

32. Fauziah Hanif O

33. Mawi Melina Sihotang O

34. Sondang Sitinjak B

35. Diva Triana Mora O

36. Nurwennya Ratna Dewi AB

37. Sya’diah B

38. Jesaya Surbakti B

39. Yessica Sipayung A

40. Maria Angelina O

41. Angga Simatupang O

42. Bella Donna Ariesta L.Gaol O

4.1.2.2. Tabel Persentase Golongan Darah Satu Kelas (Ekstensi B 2013)

19

Page 20: alel ganda

NO. GOLONGAN DARAH HASIL KELAS

JUMLAH %

1. Golongan Darah A 9 21,43

2. Golongan Darah B 10 23,81

3. Golongan Darah AB 3 7,14

4. Golongan Darah O 20 47,62

Penjelasan Tabel :

1. Golongan darah A berjumlah 9 maka persentase adalah 942 x 100% = 21,43%

2. Golongan darah B berjumlah 10 maka persentase adalah 1042 x 100% = 23,81%

3. Golongan darah AB berjumlah 3 maka persentase adalah 3

42 x 100% = 7,14%

4. Golongan darah 0 berjumlah 20 maka persentase adalah 2042 x 100% = 47,62%

Pembahasan :

Setelah mengikuti praktikum dengan unit Alel Ganda ini, praktikan memiliki

pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi golongan darah pada manusia. Hasil dari

pengidentifikasian yang dilakukan pada setiap praktikan (probandus) adalah sebagai berikut

sebagai berikut:

Golongan darah A = 9 probandus dengan persentase sebanyak 21,43%

Golongan darah B = 10 probandus dengan persentase sebanyak 23,81%

Golongan darah AB = 3 probandus dengan persentase sebanyak 7,14%

Golongan darah O = 20 probandus dengan persentase sebanyak 47,62%

Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum

anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi

penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus

adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-

duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-

duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O. Terdapat

empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA,

IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen

20

Page 21: alel ganda

sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan

antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat

hubungan kodominan, yang berarti genotipe IAIB dapat memproduksi antigen A dan antigen

B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan

diperoleh genotipe IAIA dan IAI0 (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotipe

IBIB dan IBI0 (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IAIB (golongan darah

AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak

memproduksi antigen.

Dalam transfusi darah golongan darah AB dapat menerima sumbangan dari

semua golongan darah (tidak akan terjadi penggumpalan), sebaliknya golongan darah O

hanya dapat menerima sumbangan dari golongan darah yang sama, golongan darah lainnya

akan digumpalkan. Bila dilihat dari sudut donor, golongan darah O dapat menyumbangkan

darah untuk semua golongan darah, sedangkan golongan darah AB dapat menjadi donor

hanya untuk golongan darah yang sama. Golongan darah A dan B dapat menjadi penerima

sumbangan dari golongan darah O dan dari golongan darah sejenis dan dapat menjadi donor

untuk golongan AB dan golongan sejenis.

Dari penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa sangat penting mengenal

golongan darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk

anti bodi. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel

darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan

antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi

golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan

antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A.

Jika antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik

antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung

antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat

asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan

darah O.

21

Page 22: alel ganda

4.2. Gen Ganda

4.2.1. Tabel Jumlah Tiap Jenis Pada Sulur

T

A

N

G

A

N

K

A

N

A

N

NAMA IBU

JARI

JARI

TELUNJUK

JARI

TENGAH

JARI

MANIS

JARI

KELINGKING

Intan Loop Loop Loop Loop Loop

Gepi Loop Loop Loop Loop Loop

Sheila Whorl Whorl Whorl Whorl Whorl

Sopan Loop Loop Loop Loop Loop

Raihan Loop Loop Loop Loop Loop

T

A

N

G

A

N

K

I

R

I

NAMA IBU

JARI

JARI

TELUNJUK

JARI

TENGAH

JARI

MANIS

JARI

KELINGKING

INTAN Loop Loop Loop Loop Loop

GEPI Loop Loop Loop Loop Loop

SHEILA Whorl Whorl Whorl Whorl Whorl

SOPAN Loop Loop Loop Loop Loop

RAIHAN Loop Loop Loop Loop Loop

22

Page 23: alel ganda

4.2.2. Tabel Jumlah Sulur Data Kelompok

NO. NAMA JUMLAH TIAP JENIS POLA SULUR JARI JUMLAH

ARCH LOOP WHORL

1. Intan - 10 - 10

2. GEPI - 10 - 10

3. SHEILA - 10 - 10

4. SOPAN - 10 - 10

5. RAIHAN - - 10 10

4.2.2.1. Tabel Uji Chi-Square Jumlah Sulur Data Kelompok

POLA SULUR O E O-E (O-E)2 (O−E)2

E

ARCH 0 5100

x50=2,5 0-2,5= -2,5 6,25 2,5

LOOP 40 70100

x50=35 40-35= 5 25 0,714

WHORL 10 25100

x50=12,5 10-12,5= -2,5 6,25 0,5

∑X 50 50 - - 3,714

Pembahasan :

Dari hasil percobaan diperoleh X2hitung = 3,714 dan X2

tabel= 5,99 hal tersebut

menandakan bahwa data dari hasil percobaan yang dilakukan memiliki X2hitung ≤ X2

tabel.

Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil percobaan signifikan atau dapat diterima.

23

Page 24: alel ganda

4.2.3. Tabel Jumlah Sulur Satu Kelas (Ekstensi B 2013)

NO

.

NAMA GOLONGAN DARAH JUMLAH

ARCH LOOP WHORL

1. Intan Sari Siregar - - LOOP=10

2. Gepi Dianissa Dalimunthe - - LOOP=10

3. Sheila Septriyanti Rangkuti - - WHORL=10

4. Sopan Sopian Panggabean - - LOOP=10

5. Raihan Nur Asdi - - LOOP=10

6. Anita Christy Simatupang - - LOOP=10

7. Nur Aisyah Putri Rambe - - WHORL=10

8. Monica Sri Ulina - - LOOP=10

9. Septia Armayanti Pakpahan - - LOOP=10

10. Coky Brimo Sinambela - - LOOP=10

11. Githa Indriana ARCH=1

LOOP=8

WHORL=1

12. Sri Winata Nababan - LOOP=9

WHORL=1

13. Namira Nadratul Alvia - LOOP=7

WHORL=3

14. Maya Rebecca Manik - LOOP=6

WHORL=4

15. Nada Fitriani Nasution - - LOOP=10

16. Lola Zeramendha

Br.Tarigan

- LOOP=6

WHORL=4

17. Lusi Ana Wati Koto - LOOP=3

WHORL=7

24

Page 25: alel ganda

18. Lanny E. Pasaribu - LOOP=4

WHORL=6

19. Nuri Andriani - LOOP=5

WHORL=5

20. Indi Mirandha ARCH=1

LOOP=3

WHORL=6

21. Fatimah Dian Sari - - LOOP=10

22. Ayu Puspita Budiputri - - LOOP=10

23. Nurul Azmi - - LOOP=10

24. Putri Wulan Sari P. Keliat - - LOOP=10

25. Azrul Bahri Hutabarat - LOOP=9

WHORL=1

26. Semeon Silalahi - - LOOP=10

27. Susianna Siahaan - ARCH=6

LOOP=4

28. Tiffany - LOOP=4

WHORL=6

29. Ridha Novilia - LOOP=5

WHORL=5

30. Daniaty Siregar - LOOP=8

WHORL=2

31. Etti Uliarta Silitonga - LOOP=9

WHORL=1

32. Fauziah Hanif - LOOP=8

WHORL=2

33. Mawi Melina Sihotang - - LOOP=10

34. Sondang Sitinjak - - LOOP=10

35. Diva Triana Mora - LOOP=8

WHORL=2

36. Nurwennya Ratna Dewi - LOOP=6

WHORL=4

25

Page 26: alel ganda

37. Sya’diah - LOOP=5

WHORL=5

38. Jesaya Surbakti - - LOOP=10

39. Yessica Sipayung -

LOOP=6WHORL=4

40. Maria Angelina - - LOOP=10

41. Angga Simatupang - - LOOP=10

42. Bella Donna Ariesta L.Gaol - LOOP=8

WHORL=2

4.2.3.1. Tabel Jumlah Sulur Satu Kelas (Ekstensi B 2013)

NO. JUMLAH TIAP JENIS

POLA SULUR JARI

HASIL KELAS

JUMLAH %

1. Arch 0 0%

2. Loop 19 45,24%

3. Whorl 2 4,8%

4. Arch – Loop 1 2,4%

5. Loop – Whorl 18 42,85%

6. Arch – Loop – Whorl 2 4,8%

Pembahasan :

Dari data kelas keseluruhan yang telah didapat, maka persentase jenis pola

sulur jari tangan praktikan yaitu :

1. Arch 0

42 x 100% = 0%

2. Loop 1942 x 100% = 42,54%

3. Whorl 1242 x 100% = 4,8%

4. Arch – Loop 142 x 100% = 2,4%

5. Loop – Whorl 1842 x 100% = 42,85%

6. Arch – Loop – Whorl 242 x 100% = 4,8%

26

Page 27: alel ganda

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Golongan darah manusia merupakan salah satu sifat keturunan yang ditentukan oleh

alel ganda. Genotipe golongan darah A adalah IA IA dan IA Ii, genotipe golongan

darah B adalah IB IB dan IB Ii, genotipe golongan darah AB adalah IA IB dan

genotipe golongan darah O adalah ii.

2.  Persentase golongan darah satu kelas yang diperoleh adalah sebagai berikut:

· Golongan darah A = 21,43%

· Golongan darah B = 23,81%

· Golongan darah AB = 7,14%

· Golongan darah O = 47,62%

3. Sifat genetik manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda antara lain golongan darah

sistem AB0 dan tumbuhnya rambut pada segmen digitalis

4. Dari hasil percobaan jumlah sulur kelompok diperoleh X2hitung = 3,714 dan X2

tabel = 5,99

hal tersebut menandakan bahwa data dari hasil percobaan yang dilakukan memiliki

X2hitung ≤ X2

tabel. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil percobaan signifikan atau

dapat diterima.

5. Dari data kelas keseluruhan yang telah didapat, maka jenis pola sulur jari tangan

praktikan dapat dikelompokkan menjadi 6 yaitu : Arch, Loop, Whorl, Arch – Loop,

Loop – Whorl, dan Arch – loop – Whorl

6. Dari data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa praktikan dominan memiliki pola

sulur jari tangan Loop, hanya satu orang saja praktikan yang memiliki pola sulur yang

berbentuk Whorl

7. Praktikan yang memiliki golongan darah A pada kelompok 2 berjumlah 0 maka

persentase adalah 05 x 100% = 0%

8. Praktikan yang memiliki golongan darah B pada kelompok 2 berjumlah 2 maka

persentase adalah 25 x 100% = 40%

27

Page 28: alel ganda

9. Praktikan yang memiliki golongan darah AB pada kelompok 2 berjumlah 0 maka

persentase adalah 05 x 100% = 0%

10. Praktikan yang memiliki golongan darah 0 pada kelompok 2 berjumlah 3 maka

persentase adalah 35 x 100% = 60%

5.2. Saran

1. Dalam praktikum seharusnya Praktikan diharapkan lebih berhati-hati dan teliti dalam

melaksanakan praktikum agar mendapatkan hasil yang tepat.

2. Diharapkan untuk para praktikan agar selalu menaati peraturan dalam laboratorium

baik sebelum, sedang, maupun sesudah praktikum. Hal ini bertujuan agar terjadi

ketenangan dan kenyamanan dalam laboratorium sehingga praktikum berjalan dengan

baik.

28

Page 29: alel ganda

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Reece, Jane B. dan Can Mitchell. 2010. Biologi Jilid I Edisi Kedelapan.

Jakarta : Erlangga

Crowder. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : GMU Press

Cahyono, F. 2010. Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Mendel. Bandung : Institut

Teknologi Bandung Press

Elvita, dkk. 2008. Genetika Dasar. Riau: Faculty of Medicine University of Riau.

Guyton. 1986. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hariyadi, Wito. 1991. Biologi. Surabaya: SIC Surabaya

Henuhili, Victoria dan Suratsih. 2003. Genetika. Yogyakarta: Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta.

Kimball, W Jhon. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga

Koesmadji, dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Genetika. Bandung: Jurusan Biologi FPMIPA

Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryo. 2010. Genetika Manusia. Yogyakarta: GMU Press

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga

Welsh, James R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Erlangga

29