36
1. Angklung Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010. Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara. Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyang angklung: Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan. 1

Alat Musik Tradisional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Alat Musik Tradisional

1. Angklung

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda)

yang secara tradisional

berkembang dalam masyarakat

berbahasa Sunda di Pulau Jawa

bagian barat. Alat musik ini

dibuat dari bambu, dibunyikan

dengan cara digoyangkan

(bunyi disebabkan oleh

benturan badan pipa bambu)

sehingga menghasilkan bunyi

yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam

setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai

Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia

dari UNESCO sejak November 2010.

Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya

telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal

penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam

kebudayaan Nusantara.

Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada

salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan

lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik

dasar menggoyang angklung:

Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan

memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin

dimainkan.

Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke

telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).

Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabug ditahan tidak ikut bergetar. Pada

angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada

melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen

mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak

ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).

1

Page 2: Alat Musik Tradisional

2. Kolintang

Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa

(Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu

yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup

panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah

seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya

(jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat

kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).

Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada

tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang:

"Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan

itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.

Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer

diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus

kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau

kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti

sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon

peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya. Adapun pemakaian kolintang

erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-

upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan

masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir

menghilang sama sekali selama ± 100th.

Peralatan & Cara Memainkan Setiap alat memiliki nama yang lazim dikenal. Nama atau

istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa tersebut diatas juga memiliki nama

dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9

buah. Tetapi untuk kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara

lengkap. Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:

B - Bas = Loway C - Cello = Cella T - Tenor 1 = Karua - Tenor 2 = Karua rua A - Alto 1 = Uner

- Alto 2 = Uner rua U - Ukulele = Katelu M - Melody 1 = Ina esa - Melody 2 = Ina rua - Melody

3 = Ina taweng .

2

Page 3: Alat Musik Tradisional

3. Sasando

Sasando adalah sebuah alat musik petik. Alat musik ini

berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Bentuk sasando

mirip dengan alat musik petik lainnya seperti gitar, biola dan

kecapi. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang

terbuat dari bambu. Secara harfiah nama Sasando menurut asal

katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang

bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan

masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya

dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu

pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar

(dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini

memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini

ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti

kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando. Sasando unik karena sebagai alat musik,

bentuk dari Sasando ini tidak lazim, bulat, cekung, membentuk seperti sebuah wadah. Di

tengahnya terdapat bambu yang berfungsi sebagai dudukan senar yang nantinya akan dipetik

ketika dimainkan. Anyaman daun rotan yang membentuk seperti wadah itu berfungsi untuk

memantulkan resonansi sehingga senar yang dipetik dapat menghasilkan nada yang indah.

Selain bentuknya yang unik, sebagai alat musik cordophone, yaitu alat musik yang dimainkan

dengan cara dipetik, Sasando memiliki senar dengan jumlah 23. Berbeda jauh dengan gitar,

biola, ataupun alat petik lainnya bukan? Alhasil, nada yang dihasilkan oleh alat musik Sasando

memiliki variasi yang jauh dibandingkan alat musik yang lebih terkenal itu.

Keunikan Sasando memang luar biasa. Alat musik ini seharusnya mendapat perlakuan

yang lebih agung jika dibandingkan alat-alat musik petik lain yang notabene bukan berasal dari

Indonesia. Dengan jumlah senarnya yang cukup banyak, Sasando mampu menghasilkan nada

yang merupakan gabungan dari tiga alat musik sekaligus. Adalah piano, gitar dan harpa.

Keunikan Sasando dalam hal menghasilkan suara bahkan bisa jadi merupakan satu-satunya di

dunia. Ketiga nada yang dihasilkan oleh tiga alat musik yang berbeda itu hadir dalam satu

melodi, bass, dan ritme ketika seseorang mulai memainkan Sasando.

3

Page 4: Alat Musik Tradisional

4. Calung

Calung Merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa

Barat dan menjadi cirri khas budaya Sunda yang selama ini ada

dan bertahan di sana, sering kali orang menganggap sama antara

Calung dengan Angklung, pada dasarnya alat musik ini sama-

sama terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa

sehingga dapat menghasilkan nada-nada harmonis, bedanya

adalah pada cara memainkannya, kalau Angklung dimainkan

dengan cara digetarkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan

Calung dimainkan dengan cara dipukul, Calung terbuat dari bambu hitam yang memang khusus

digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan akan lebih baik bila

menggunakan jenis bambu ini. Beberapa bentuk calung:

1. Calung Gambang

Yang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan tali

tanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya sebagai berikut: kedua ujung tali

diikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada

pinggang si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang

2. Calung Gamelan

Calung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Sebutan

lain dari calung ini adalah Salentrong (di Sumedang), alatnya terdiri dari:

1. Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang

2. Jengglong calung terdiri dari 6 batang

3. Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung

4. Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang

5. Kendang

Lagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina), Kembang Lepang, Ilo ilo

Gondang.

3. Calung Jingjing

Calung Jingjing adalah bentuk calung yang ditampilkan dengan dijingjing/dibawa dengan

tangan yang satu sedang tangan yang lainnya memegang pemukul. Sangat digemari

dibandingkan dengan bentuk calung-calung lainnya

4

Page 5: Alat Musik Tradisional

5. Saluang

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau,

Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari

bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum

Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling

bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran

kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai[1]. Alat ini

termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana

pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat

lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari

talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah satu makanan tradisional

Minangkabau.

Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.

Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan

menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal

dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus

menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas).

Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-

masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang,

Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup

sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu.

Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.

. Alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang. Alat ini termasuk dari golongan

alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan

empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm.

5

Page 6: Alat Musik Tradisional

6. Jegog

JEGOG merupakan kesenian khas daerah kabupaten

Jembrana, Bali. Gamelan Jegog awalnya merupakan gamelan

bilah dimana bilah tersebut terbuat dari kayu Bayur/Panggal

Buaya dengan resonator bambu yang terdapat dan tumbuh

subur di sebagian besar wilayah Jembrana. Namun karena

langkanya bahan baku kayu tersebut, pada perkembangan

selanjutnya bilah tersebut digantikan dengan hanya memakai

bambu saja. Terjadinya perubahan ini ternyata secara musikal

menghasilkan kualitas suara yang lebih nyaring dan menghasilkan suara yang menggema, sangat

merdu dan menawan hati.Yang mirip dengan gamelan namun terbuat dari bambu. Bentuk

fisiknya berupa bilahan setengah bambu yang ditata berjajar. Dibawahnya, terdapat bambu yang

utuh namun dilubangi bagian atasnya sebagai lubang resonansi. Kesenian Jegog ini bisa dipakai

sebagai atraksi pertarungan Jegog.

Pertarungan Jegog dalam bahasa Bali disebut “Jegog Mebarung”, yaitu pementasan seni Jegog

dengan tabuh mebarung (bertarung).

Mebarung artinya bertarung antara dua jegog atau bisa juga bertarung antara tiga Jegog, dalam

Bahasa Bali disebut Jegog Barung Dua atau Jegog Barung Tiga.

Jegog mebarung ini biasanya dipertontonkan pada acara-acara syukuran yaitu pada acara suka ria

di Desa. Jegog mebarung terdiri dari :

- Dua perangkat gambelan jegog atau tiga perangkat gambelan jegog ditaruh pada satu    areal

yang cukup untuk dua atau tiga perangkat gambelan jegog.

- Masing-masing Kru Jegog ini membawa penabuh 20 orang.

Pada saat mebarung masing-masing Jegog mengawali dengan menampilkan tabuh yang namanya

Tabuh Terungtungan yaitu suatu tabuh sebagai ungkapan rasa terima kasih dan hormat kepada

para penonton dan penggemar seni jegog, dengan durasi waktu masing-masing 10 menit.

Tabuh Terungtungan ini adalah tabuh yang suaranya lembut dan kedengarannya sangat merdu

karena melantunkan lagu-lagu dengan irama yang sangat mempesona sebagai inspirasi

keindahan alam Bali.

6

Page 7: Alat Musik Tradisional

7. Serunai

Serunai merupakan alat music tradisional dari Sumatera Barat,

serunai menjadi populer dan dikenal sebagai alat musik tiup tradisional di

Minang. Alat musik ini dikenal merata di Sumatera Barat, terutama di

bagian daratannya seperti di daerah Agam, Tanah Datar dan Limo Koto,

dan juga di daerah pesisir pantai Sumatera Barat sepanjang pantai

Samudera Hindia. Alat musik ini sejak lama telah dipopulerkan ke seluruh

Indonesia oleh para imigran dari Minang dan juga telah dikenal sebagai alat

musik tradisional di Malaysia dengan nama sama.

Bahan untuk membuat sebuah puput serunai tradisional Minang terdiri dari

batang padi, kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun kelapa.

Bagian penata bunyi serunai terbuat dari kayu capo ringkik atau dari bambu talang yang

ukurannya sebesar ibu jari tangan. Capo ringkik adalah sejenis tanaman perdu yang mempunyai

lapisan kayu keras namun mempunyai bagian dalam yang lunak, sehingga mudah untuk

dilubangi. Kayu yang panjangnya 20 cm tersebut diberi 4 lubang yang berselisih jarak 2,5 cm,

yang berfungsi memberi beda tinggi rendah nada. Nada yang lazim pada alat musik tradisional

Minang termasuk puput serunai adalah nada pentatonis do-re-mi-fa-sol.

"Puput" adalah bagian yang ditiup pada alat musik serunai, biasa terbuat dari kayu, bambu

talang, atau batang padi tua. Bagian ini disambungkan oleh bagian penyambung yang berfungsi

sebagai pangkal puput tersebut. Panjangnya sekitar 5 cm dan terbuat dari kayu keras.

Penyambung ini dilubangi untuk saluran udara tiup, yang bersambungan dengan poros badan dan

poros corong. Di bagian belakang, bagian penyambung ini juga berbentuk corong, dengan

diameter 2 cm.

Bagian "corong" adalah bagian ujung serunai yang dibentuk membesar seperti ujung

akhir alat musik trompet. Fungsi bagian ini adalah untuk memperkeras atau memperbesar

volume suara. Bagian ini biasanya terbuat dari kayu, terutama kayu gabus, dari tanduk kerbau

yang secara alamiah telah berbentuk lancip mengembang, ataupun dari daun kelapa yang

dililitkan. Panjangnya sekitar 10 sampai 12 cm, dengan garis tengah 6 cm di bagian yang

mengembang.

Dalam pembuatan serunai terdapat spesifikasi yang bervarisi di tiap daerah. Bahkan ada jenis

serunai di mana pengaturan nada dilakukan dengan cara menutup dan membuka permukaan

bagian corong.

7

Page 8: Alat Musik Tradisional

8. Kacapi

Kacapi merupakan alat musik Sunda yang

dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang

Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.

Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada

tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk

membuat alat musik kacapi.

Nada dalam kecapi sunda memiliki 5 ( pentatonis ) tangga

nada yaitu Da, Mi, Na, Ti, La, .

Pasangan alat musik kecapi sunda ini biasanya

adalah suling sunda yang terbuat dari bambu. Alunan musik yang mengalir akan terasa

mempesona pada telinga kita jika di mainkan keduanya. Kalau saya sendiri suka rindu akan

kampung halaman.

Kacapi Perahu adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi

untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga

menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan

memahatnya

Kacapi Siter merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi

parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya membentuk

trapezium

Kacapi indung memimpin musik dengan cara memberikan intro, bridges, dan interlude, juga

menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi besar dengan 18 atau 20 dawai.

Kacapi rincik memperkaya iringan musik dengan cara mengisi ruang antar nada dengan

frekuensi-frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu-lagu yang bermetrum tetap seperti dalam

kacapi suling atau Sekar Panambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kacapi yang lebih kecil

dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.

8

Page 9: Alat Musik Tradisional

9. Bedug

Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang.

Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah

digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi

sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan

ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah

bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai

waktu salat atau sembahyang.

Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau

pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga

berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang

yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara

berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.

Seni ngadulag berasal dari daerah Jawa Barat. Pada dasarnya, bedug memiliki fungsi yang

sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah

memiliki perbedaan dengan daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah

sebuah istilah “Ngadulag” yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh bedug. Kini

keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang mandiri yaitu seni Ngadulag

(permainan bedug). Di daerah Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi sebuah

kompetisi untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi menjadi 2 kategori,

yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama dan ritme tabuhan bedug,

sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan menabuh atau seberapa lama kekuatan menabuh

bedug. Kompetisi ini diikuti oleh laki-laki dan perempuan

Dari permainan inilah seni menabuh bedug mengalami perkembangan. Dahulu, peralatan

seni menabuh bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan terompet. Tapi kini peralatannya pun

mengalami perkembangan. Selain yang telah disebutkan di atas, menabuh bedug kini juga

dilengkapi dengan alat-alat musik seperti gitar, keyboard, dan simbal.

Fungsi sosial: bedug berfungsi sebagai alat komunikasi atau petanda kegiatan

masyarakat, mulai dari ibadah, petanda bahaya, hingga petanda berkumpulnya sebuah

komunitas.

Fungsi estetika: bedug berfungsi dalam pengembangan dunia kreatif, konsep, dan budaya

material musikal.

9

Page 10: Alat Musik Tradisional

10. Canang

Canang adalah alat musik pukul

tradisional yang terdapat dalam kelompok

masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang dan Alas.

Masyarakat Aceh menyebutnya “Canang

Trieng”, di Gayo disebut “Teganing”, di Tamiang

disebut “Kecapi” dan di Alas disebut dengan

“Kecapi Olah”.

Alat ini terbuat dari seruas bambu pilihan yang cukup tua dan baik. Kemudian bambu tersebut

diberi lubang, selanjutnya ditoreh arah memanjang untuk mendapatkan talinya. Lobang yang ter-

dapat pada ruas bambu itu disebut kelupak (Alas dan Gayo).

Jumlah tali tidak sama pada setiap daerah. Pada Canang Trieng terdapat 5 buah tali

(senar) yaitu 4 buah yang saling berdekatan terletak di kiri sedangkan sebuah lagi agak besar

terletak di kanan lubang. Tali sebelah kiri dipetik menggunakan lidi, sedangkan tali sebelah

kanan dipetik dengan kuku/ibu jari kiri.

Tali kecapi ada yang 3 buah dan ada yang 4 buah. Sedangkan Kecapi Olah terdapat 4

sampai 5 buah, yang masing-masing tali diberi nama sendiri yaitu gong (tali besar dekat

keleepak), tingkat (1 atau 2 buah tali yang letaknya di tengah) dan gerindik (tali yang paling

halus/tinggi suaranya), dipetik dengan bambu yang telah diraut tipis.

Pada teganing terdapat 3 buah tali yang paling tipis terletak paling kanan dan paling kasar

terletak paling kiri. Masing-masing tali ini disebut secara berurutan dengan nama canang,

memong dan gong. Cara memainkan teganing yaitu dengan memukul talinya dengan kayu

pemukul yang disebut peguel.

Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang

juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah

menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.

10

Page 11: Alat Musik Tradisional

11. Rapai

Peralatan musik tradisional rapai

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan masyarakat Aceh, baik secara filosofis

maupun kultural. Pertunjukan musik rapai

melibatkan 8 hingga 12 pemain yang disebut awak

rapai. Peralatan ini berfungsi untuk mengatur

tempo serta tingkahan-tingkahan irama bersama

serune kalee maupun buloh perindu .

Rapai berbentuk seperti tempayan atau panci dengan berbagai macam ukuran. Di bagian

atas rapai ditutup dengan kulit,  sedangkan bagian bawahnya kosong. Bagian bawah yang

kosong tersebut membuat kulit akan berbunyi dan berdengung jika dipukul. Pada bagian buloh

diukir dengan ragam hias yang sederhana, yaitu berupa ukiran-ukiran strimline lurus sepanjang

bundaran buloh. Ukuran lingkar luar buloh antara 38 hingga 50 cm, sedangkan tinggi paloh

(dinding frame) kurang lebih 8-12 cm, lebar paloh jika dilihat dari posisi belakang adalah 4-6

cm, dan untuk ukuran induk Rapai Pase garis tengah bulatan adalah 1 meter atau lebih.

Rapai biasanya dimainkan oleh beberapa orang secara serempak. Para pemain rapai

duduk berbanjar membentuk lingkaran sambil memukul peralatan tersebut. Tangan kiri

memagang paloh atau palong (body) rapai, sedangkan tangan kanan memukul kulit rapai.

Peralatan musik ini akan menghasilkan suara dengungan atau gema yang besar bila dipukul di

tengah-tengah membran. Rapai akan menghasilkan suara yang tajam dan nyaring kalau dipukul

pada bagian pinggir membrane.

Sebuah formasi pemain rapai dipimpin oleh seorang syeh yang dibantu oleh beberapa

pemukul yang lain. Beberapa buah rapai akan dipukul dengan tempo rata untuk membentuk

kekompakan suatu irama lagu. Beberapa yang lain akan dipukul dengan tingkahan-tingkahan dan

suara dinamik. Suara “cring” dari lempengan tembaga muncul di sela-sela permainan itu secara

satu-satu atau beruntun. Kadang-kadang dibarengi dengan suara chorus secara ensambel atau

sahut-sahutan ulangan yang gegap gempita. Permainan rapai dalam sebuah pertunjukan biasanya

diawali dengan tempo lambat (andante) yang dilanjutkan dengan tempo sedang (moderate),

kemudian cepat (allegro), dan lebih cepat lagi (allegretto) sebagai klimaksnya.

11

Page 12: Alat Musik Tradisional

12. Gendang

Gendang termasuk dalam klasifikasi alat

musik perkusi. Gendang terbuat dari

kayu dengan selaput (membran) yang

menghasilkan bunyi bila dipukul. Ada

berbagai ukuran gendang, yaitu gendang

kecil, sedang dan besar. Gendang kecil

biasa disebut rebana.

Gendang yang berukuran sedang dan besar ada juga yang menyebutnya redap. Selain itu,

ada juga gendang yang kedua sisinya ditutup dengan kulit yang diikat dengan tali yang terbuat

dari kulit atau rotan sedemikian rupa sehingga dapat dikencangkan dan dilonggarkan.

Cara memainkan gendang dengan dipukul, baik dengan tangan saja atau dengan alat

pemukul gendang. Gendang mempunyai banyak fungsi, di antaranya sebagai pengiring tarian

atau pencak silat, pembawa tempo atau penegasan dinamik sebuah orkes, atau sering juga hanya

sebagai pelengkap untuk lebih meramaikan suasana.

Adapun untuk membuat gendang, dipilih pohon dengan lingkaran kayu yang besar,

kemudian dipotong + 30/35-45 cm. Kayu tersebut dilubangi dengan pahat sehingga tipis, pada

bagian muka tempat menempel kulit, dibuat agak tipis + setebal ibu jari.   Pada bagian belakang

dibuat tebal dan diberi lingkaran setebal + 1½ jari atau 2 jari. Gunanya untuk menahan suara agar

bergema  di dalam lalu keluar suara yang bulat. Sehingga gemanya kedengaran  dari kejauhan.

Jenis gendang meliputi:

1. Gendang bertali dengan salah satu sisinya ditutup dengan kulit kambing, sedang sisi

lainnya terbuka dengan sepotong karet selebar 1 cm yang direntangkan pada garis

tengahnya; dimainkan dengan tangan kanan memukul permukaan kulit dan tangan kiri

memetik karet.

2. Gendang dabos, yang bentuknya seperti rebana dan kedua ujungnya mempunyai

lingkaran dengan garis tengah yang berbeda. Lingkaran besar ditutup dengan kulit.

Gendang dabos dimainkan dengan memukul permukaannya dengan tangan atau jari.

12

Page 13: Alat Musik Tradisional

13. Rebab

Alat musik tradisonal rebab adalah jenis alat musik yang di gesek dan mempunyai tiga

atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka dan

berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara.

Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi

sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya

sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun

arah lagu sindhen. sama juga yang di pake tradisi musik sunda.

Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam

ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab

memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan

dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab

memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga

memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.

13

Page 14: Alat Musik Tradisional

14. Gong

Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia

Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong

seperti ini.

Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah

dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan

perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi

kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang

oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang

kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari

(telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting

yang dihasilkan.

Gong merupakan alat musik pengiring alat-alat musik yang lain, terbuat dari logam

kuningan dalam ukuran yang besar, bahkan ada yang garis tawangnya melebihi 1 meter. Hal ini

dimaksudkan agar gong dapat mengeluarkan bunyi yang lebih bass, lebih keras dan gaungnya

lebih lama (panjang), sehingga gong dapat didengar dari jarak yang relatif jauh. Gong dimainkan

dengan cara dipukul memakai kayu atau alat khusus yang dibuat untuk itu. Gong dipakai pada

bersama-sama dengan alat musik lain dan sebagai alat pelengkap pada jenis musik yang lain.

14

Page 15: Alat Musik Tradisional

15. Siter

Siter dan celempung adalah alat musik petik di dalam gamelan Jawa. Ada hubungannya

juga dengan kecapi di gamelan Sunda.

Siter dan celempung masing-masing memiliki 11 dan 13 pasang senar, direntang kedua

sisinya di antara kotak resonator. Ciri khasnya satu senar disetel nada pelog dan senar lainnya

dengan nada slendro. Umumnya sitar memiliki panjang sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam

sebuah kotak ketika dimainkan, sedangkan celempung panjangnya kira-kira 90 cm dan memiliki

empat kaki, serta disetel satu oktaf di bawah siter. Siter dan celempung dimainkan sebagai salah

satu dari alat musik yang dimainkan bersama (panerusan), sebagai instrumen yang memainkan

cengkok (pola melodik berdasarkan balungan). Baik siter maupun celempung dimainkan dengan

kecepatan yang sama dengan gambang (temponya cepat).

Nama "siter" berasal dari Bahasa Belanda "citer", yang juga berhubungan dengan Bahasa

Inggris "zither". "Celempung" berkaitan dengan bentuk musikal Sunda celempungan.

Senar siter dimainkan dengan ibu jari, sedangkan jari lain digunakan untuk menahan

getaran ketika senar lain dipetik, ini biasanya merupakan ciri khas instrumen gamelan. Jari kedua

tangan digunakan untuk menahan, dengan jari tangan kanan berada di bawah senar sedangkan

jari tangan kiri berada di atas senar.

Siter dan celempung dengan berbagai ukuran adalah instrumen khas Gamelan Siteran,

meskipun juga dipakai dalam berbagai jenis gamelan lain.

15

Page 16: Alat Musik Tradisional

16. Tifa

Alat musik tradisional Tifa ini, banyak digunakan oleh penduduk Papua dan Maluku. Bila

diperhatikan sekilas Tifa  mirip dengan gendang. Dan dimainkan dengan cara dipukul pula. Tifa

dibuat dari batang kayu yang dihilangkan isinya. Salah satu ujungnya lalu ditutupi menggunakan

kulit binatang seperti kulit rusa. Kulit rusa ini telah mengalami proses pengeringan terlebih

dahulu, agar bisa menghasilkan bunyi yang indah. 

Tifa memiliki spesifikasi masing-masing. Antara lain lewat ukiran yang menghiasi alat

musik tersebut. Tifa biasanya dimainkan saat ada acara, seperti acara penyambutan tamu penting,

upacara adat dan sebagainya. Alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi aneka tarian

tradisional Papua. Antara lain Tarian Perang, Tari Gatsi, dan tari tradisional lainnya.  

Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, Tifa mirip seperti gendang

cara dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi

isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa

yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. bentuknyapun biasanya

dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papuamemiliki tifa dengan ciri khas nya masing-

masing.

Tifa biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang,

Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. rian ini biasanya digunakan pada acara-acara tertentu

seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.

16

Page 17: Alat Musik Tradisional

17. Talempong

Talempong adalah alat musik tradisional Minangkabau ada yang terbuat dari kuningan

dan ada pula dari kayu dan batu. Talempong berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang

sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter

sebagai tempat tangga nada (berbeda-beda). Musik talempong akan berbunyi jika dipukul oleh

sepasang kayu.

Musik talempong kampung cenderung ditransformasikan oleh masyarakat sendiri dan

kadang-kadang turut dipengaruhi pemerintah, bahkan melalui kaset-kaset lokal. Sebaliknya

kelahiran talempong kreasi, kata  sama sekali tidak terkait dengan wacana globalisasi namun

wacana modernisasi dan reformasi kebudayaan yang menuntut bentuk baru dengan unsur yang

bias dibedakan sebagai yang tradisional dan yang modern.

Walau prosesnya bisa sama tetapi hasilnya lain dan penting dikaji dimensi perubahan

yang terjadi pada tingkat lokal. Ironisnya, walaupun sangat modern pada awalnya, namun

demikian talempong kreasi tampil sangat kuat dan bergabung dengan baik dengan politik

kebudayaan yang hegemonis sehingga sering dikenal dengan seni tradisional.

Semenjak tahun 60-an, beberapa gaya talempong masih eksis hingga sekarang, baik

talempong kampung dan talempong kreasi penampilannya masih ada tetapi untuk sebagian

masyarakat masih berbeda.Budaya adalah karena sebagai proses dari produk, maka perubahan

selalu datang sementara manusia dan tradisinya selalu direposisikan menurut pengaruh baru.

Namun menghentikan kenyataan ini sama artinya meniadakan budaya termasuk musik-musik

yang dinamis.

Lalu menyangkut revitalisasi jelas memberi kesan bahwa tradisi tersebut harus hidup dan

baru dengan jiwa ke-Minangan yang hilang dalam prosesnya.

18. Nafiri17

Page 18: Alat Musik Tradisional

Nafiri merupakan alat musik tradisional yang

berasal dari propinsi Riau di pulau Sumatera yang

bentuknya mirip dengan terompet. Masyarakat

melayu di Riau sendiri tidak hanya mengembangkan

alat musik seperti nafiri tetapi juga alat-alat musik

seperti : canang, tetawak, lengkara, kompang,

gambus, marwas, gendang, rebana, serunai, rebab,

beduk, gong, seruling, kecapi, biola dan akordeon. Alat-alat musik di atas menghasilkan irama

dan melodi tersendiri yang berbeda dengan alat musik lainnya. Kita dapat melihat permainan alat

musik ini bersama dengan pertunjukkan makyong yang merupakan sebuah bentuk kesenian

tradisional yang saat ini masih dimainkan dan diwariskan di propinsi Riau. Selain sebagai alat

musik, nafiri juga digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat melayu. Terutama untuk

memberitahukan tentang adanya bencana, dan berita tentang kematian.

Terbuat dari kayu yang berukuran 25 sampai 45 centimeter. Antara batang dengan dan

tempat tiupnya diberi batas yang terbuat dari tempurung kelapa. Nafiri menggunakan semacam

lidah yang terbelah dua terbuat dari daun kelapa yang muda atau ruas bambu yang sudah kering.

Lidah tersebutlah yang disebut dengan vibrator yang akan mengeluarkan suara atau bunyi-

bunyian. Lubang jari ada tiga buah yang besarnya kira-kira sebesar biji jagung untuk mengatur

tinggi rendahnya nada. Pada bagian pangkalnya diberi sambungan berbentuk seperti bujur telur

yang terpotong dan berongga untuk membuat volume yang dikeluarkan lebih besar. Musik yang

dikeluarkan terdengar seperti meronta-ronta daripada melodi yang jelas untuk didengar.

Sepotong kayu yang telah dikerat menurut ukuran yang dikehendaki ditoreh besar

dipangkalnya sehingga bentuknya mirip dengan telur yang sudah dipotong bagian ujungnya.

Kemudian diberi bebatang, proses tersebut yang disebut dengan balan atau bakal nafiri.

Kemudian balan tersebut diperhalus dengan menggunakan pisau raut dan digesek untuk

dihaluskan dengan daun trap atau kelopak bunga sukon yang hanya ditemukan didaerah

sumatera. Kemudian dilubangi dengan menggunakan gurdi kecil dan pahat, hal tersebut akan

membuat nafiri tersebut berongga dengan tebal kulitnya kurang lebih setengah centimeter. Pada

batang nafiri dibuat lubang-lubang jari dengan menggunakan besi yang dipanaskan. Cara

memainkan dan membuat Nafiri diturunkan secara terus menerus dari generasi ke generasi oleh

masyarakat Melayu Riau.

18

Page 19: Alat Musik Tradisional

19. Dol

Dol merupakan alat musik traditional Provinsi Bengkulu yang dimainkan dengan cara

dipukul. Dol sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Dol Besar, Tasa dan tom-tom. Dol terbuat dari

bongol buah kelapa atau pohon nangka. Alat musik Dol biasanya

dimainkan setahun sekali pada perayaan "hoyak tabuik" mengenang cucu Nabi Muhammad

SAW di Padang Karbala.

20. Sronen

Sronen atau biasa disebut Saronen adalah salah satu alat musik Tradisional dari /Madura

yang mirip dengan /terompet. Sronen ini cara memainkanya dengan cara di tiup danbiasanya

dimainkan dan digabung dengan beberapa /gamelan yang lain

Sronen termasuk alat musik /melodi yang cara memainkannya dengan cara ditiup /alat musik

sebbul. Nada-nada yang keluar sangat selaras /slendro atau /pelog

Di Pulau Madura, sronen dianggap sebagai alat hiburan dan dimainkan pada acara acara

Penyambutan Tamu, pengiring lagu, pengiring /sandhur sejenis teater rakyat, pengiring /tari,

pengiring /pencak silat tetapi yang paling umum dimainkan adalah pada saat acara /karapan

sapi.

19

Page 20: Alat Musik Tradisional

21. Slantem

Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis

yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan

rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Beberapa

kalangan menamakannya sebagai gender penembung. Seperti halnya pada instrumen lain dalam

satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi pelog. Cara menabuh

slenthem sama seperti menabuh balungan, ricik, ataupun saron. Tangan kanan mengayunkan

pemukulnya dan tangan kiri melakukan "patet", yaitu menahan getaran yang terjadi pada

lembaran logam. Dalam menabuh slenthem lebih dibutuhkan naluri atau perasaan si penabuh

untuk menghasilkan gema ataupun bentuk dengungan yang baik.

22. Pereret Pangasih – asih

Pereret adalah alat musik kuno sejenis trompet yang terbuat dari bahan kayu yang dibentuk

sedemikian rupa sehingga menjadi terompet. Pengasih - asih adalah guna - guna ( pelet )

sedangkan jodoh adalah pasangan yang layak sebagai suami atau istri.

Alat musik ini banyak dibuat di daerah Jembrana, Bali. Biasanya alat musik ini digunakan

untuk mengiringi kesenian Sewo Gati. Cara menggunakan Pereret ini adalah dengan meniup alat

tersebut sehingga keluar suara yang sangat merdu dan menawan hati.

20

Page 21: Alat Musik Tradisional

23. Triton

Triton adalah alat musik tradisional masyarakat Papua. Triton dimainkan dengan cara ditiup.

Alat musik ini terdapat di seluruh pantai, terutama di daerah Biak, Yapen, Waropen, Nabire,

Wondama, serta kepulauan Raja Amat. Awalnya, alat ini hanya digunakan untuk sarana

komunikasi atau sebagai alat panggil/ pemberi tanda. Selanjutnya, alat ini juga digunakan

sebagai sarana hiburan dan alat musik tradisional.

24. Serune Kalee

Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh yaitu sejenis Clarinet terutama terdapat

di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini terbuat dari kayu, bagian

pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat

piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise. Cara memainkan

alat music ini adalah dengan cara di tiup.

Serune ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta

10 ikatan dari tembaga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai pengamanan dari

kemungkinan retak/pecah badan serune tersebut. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang

clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.

21

Page 22: Alat Musik Tradisional

25. Sape’

Suku Dayak Kayaan memiliki seni musik yang unik. Suku ini memiliki alat musik yang

dinamakan sampek atau masyarakat Kayaan menyebutnya sape’ kayaan. Sape’ adalah musik

petik. Alat musik sape’ yang dimiliki oleh Dayak Kayaan bentuknya berbadan lebar, bertangkai

kecil, panjangnya sekitar satu meter, memiliki dua senar/tali dari bahan plastik. Sape jenis ini

memiliki empat tangga nada.

Cara pembuatan sape’ sesungguhnya cukup rumit. Kayu yang digunakan juga harus dipilih.

Selain kayu Pelaik (kayu gabus) atau jenis kayu lempung lainnya, juga bisa kayu keras seperti

nangka, belian dan kayu keras lainnya. Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka

suara yang dihasilkannya lebih bagus. Bagian permukaannya diratakan, sementara bagian

belakang di lobang secara memanjang, namun tidak tembus kepermukaan.

26. Kenong

Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk, dibandingkan

dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk pipih. Kenong ini disusun pada

pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak

akan bergoyang ke samping namun dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan

suara. Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring dengan timber

yang khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga dinamakan

kenong). Dalam gamelan, suara kenong mengisi sela-sela antara kempul.

22

Page 23: Alat Musik Tradisional

KATA PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

dalam kliping alat music ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena

terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan

judul kliping ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di

kesempatan – kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang

budiman pada umumnya.

23