25
 I. Judul Praktikum Alat Indera II. Tujuan Praktikum 1. Pengecap a. Menentukan kecermatan pengecapan pada penggunaan beberapa bahan  b. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer,  berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan y ang bersangkutan. c. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap sensasi primer. 2. Pembau a. Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang. 3. Hubungan pembau dengan pengecap a. Mengetahui pentingnya bau terhadap kesan pengecapan. 4. Pengaruh dingin terhadap rasa sakit a. Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit/nyeri 5. Kepekaan Sentuhan a. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit.  b. Melatih kepekaan terhadap sentuhan 6. Bintik buta a. Mengetahui jarak benda yang bayangnnya jatuh pada bintik buta. 7. Reflek pupil terhadap intensitas cahaya a. Mengetahui reflek pupil ketika ada cahaya yang masuk 8. Reflek pupil terhadap akomodasi mata a. Mengetahui reflek pupil terhadap akomodasi mata III. Dasar Teori Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang. Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap oleh reseptor dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata , hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah.

Alat Indera

  • Upload
    diantul

  • View
    105

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum fisiologi hewan

Citation preview

  • I. Judul Praktikum

    Alat Indera

    II. Tujuan Praktikum

    1. Pengecap

    a. Menentukan kecermatan pengecapan pada penggunaan beberapa bahan

    b. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer,

    berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan.

    c. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap sensasi primer.

    2. Pembau

    a. Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang.

    3. Hubungan pembau dengan pengecap

    a. Mengetahui pentingnya bau terhadap kesan pengecapan.

    4. Pengaruh dingin terhadap rasa sakit

    a. Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit/nyeri

    5. Kepekaan Sentuhan

    a. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit.

    b. Melatih kepekaan terhadap sentuhan

    6. Bintik buta

    a. Mengetahui jarak benda yang bayangnnya jatuh pada bintik buta.

    7. Reflek pupil terhadap intensitas cahaya

    a. Mengetahui reflek pupil ketika ada cahaya yang masuk

    8. Reflek pupil terhadap akomodasi mata

    a. Mengetahui reflek pupil terhadap akomodasi mata

    III. Dasar Teori

    Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai

    fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan

    adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi

    dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Indera berperan sebagai

    reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang.

    Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar

    untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar

    tubuh dapat ditangkap oleh reseptor dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama

    indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah.

  • A. Reseptor

    Menurut Guyton (1988) macam reseptor berdasarkan jenis rangsang adalah:

    1. Kemoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa bahan kimia.

    contoh: bau.

    2. Mekanoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa deformasi

    mekanik. Contoh: sentuhan dan suara.

    3. Termoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa suhu (baik

    itu suhu panas maupun suhu dingin). Contoh: ketika terkena api dan memegang

    es.

    4. Fotoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa cahaya.

    Contoh: cahaya matahari.

    5. Elektroreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa listrik.

    Misalnya dimiliki oleh hewan aquatik, yaitu belut listrik. Digunakan sebagai alat

    untuk mempertahankan diri.

    6. Magnetoreseptor: Efektor yang peka terhadap rangsangan yang berupa medan

    magnet. Contoh: medan magnet bumi (navigasi arah utara dan selatan), misalnya

    dimiliki oleh lebah madu yang digunakan untuk menemukan makanan.

    B. Alat Indera

    Alat indera merupakan organ-organ tertentu yang dispesialisasikan untuk

    menerima jenis rangsangan dengan perantara serabut saraf yang membawa kesan

    tertentu dari organ indera menuju otak yang akhirnya akan ditafsirkan. Kesan

    tertentu itu seperti sentuhan, pengecap, penglihatan, penciuman dan suara. Indera

    manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang sangat peka terhadap rangsangan

    tertentu. Ada lima macam indera pada manusia, yaitu indera pembau, indera peraba,

    indera penglihatan, indera peraba, serta indera pendengar.

    1) Indera Pengecap

    Lidah adalah kumpulan otot rangka yang terdapat pada bagian lantai mulut

    berguna untuk membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan.

    Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas

    pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Sebagian besar, lidah

    tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah

    dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu

    otot ekstrinsik dan intrinsik.

  • Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut

    papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu: papila filiformis berbentuk seperti benang

    halus, papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang

    lidah, papila fungiformis berbentuk seperti jamur.

    Gambar 1. Struktur papilla pada lidah. (Sumber: http://www.sentra-

    edukasi.com/2011/08/indra-pengecap.html)

    Papila berfungsi sebagai indera pengecap yang memiliki bagian bagian

    tertentu pada lidah untuk mengecap rasa. Tiap rasa yang masuk ke dalam

    rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda. Rasa manis

    dapat dirasakan pada lidah bagian depan. Rasa asin terletak di kedua sisi tepi

    bagian depan lidah. Rasa asam dapat dirasakan pada kedua sisi lidah bagian tepi

    belakang. Rasa pahit terletak di daerah lidah bagian tengah belakang.

    Gambar 2. Daerah perasa pada lidah (Sumber: http://www.sentra-

    edukasi.com/2011/08/indra- pengecap.html)

    a. Rasa Manis

    Rasa manis biasanya berasal dari zat non ionik, seperti gula, aldehida, ikatan

    nitro, beberapa khlorida alifatis (misalnya khloroform), sulfida, benzoik

  • (saccharine). Zat zat ionik yang mempunyai rasa manis sangat terbatas,

    misalnya pada garam timbel (Pb) dan garam berilium (Be). Meskipun zat-zat

    tersebut menimbulkan rasa manis, tidak semuanya digunakan sebagai bahan

    pemanis makanan. Ada dua golongan bahan pemanis makanan (sweeteners),

    yaitu golongan pemanis bergizi dan golongan pemanis tidak bergizi. Golongan

    pertama disebut golongan gula sedangkan golongan kedua termasuk: antara lain

    sakharin dan siklamat. Rasa manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa),

    dengan nilai 100. Tingkat kemanisan zat-zat lain diukur berdasarkan rasa manis

    gula pasir.

    b. Rasa Asam

    Rasa asam sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen (H+) yaitu zat yang

    dapat berionisasi dan melepaskan ion hidrogen yang hanya dapat menghasilkan

    rasa asam. Ion H+ selalu diimbangi dengan adanya anion. Jika anion yang

    mengimbanginya adalah OH- maka akan netral, karena ion H

    + akan segera

    membentuk HO dan diturunkan konsentrasinya menjadi tinggal 10 (Jati, 2007).

    Agar konsentrasi H+ tetap tinggi, kation tersebut harus diimbangi dengan anion

    lain.

    Berdasarkan jenis anionnya dapat digolongkan menjadi asam organik dan

    asam anorganik. Asam organik ialah jika anionnya zat organik (asetat, sitrat)

    dan asam anorganik jika anionnya anorganik (Cl-, SO4

    -, NO3

    -).

    Intensitas rasa masam disebabkan oleh kecepatan penetrasi asam ke sel.

    Meskipun demikian tidak dapat mengkorelasikan penetrasi dengan keasaman

    (acidity). Umumnya stimulasi rasa asam berhubungan dengan kenaikan

    solubilitas lipoid, dengan bertambahnya panjang rantai serta gugus-gugus

    fungional tertentu yang mengurangi solubilitas air. Masuknya gugus-gugus

    polar ke asam-asan organik mengurangi daya penetrasinya dan kemasamannya.

    Rasa asam jauh lebih rumit dalam cairan-cairan biologis yang komplek daripada

    dalam larutan murni yang sederhana.

    c. Rasa Asin

    Rasa asin berasal dari zat-zat ionik yaitu anionik dan kationik. Beberapa zat

    yang ternasuk anionik adalah Cl -, F

    -, CO2, SO4

    -. Sedangkan yang termasuk zat-

    zat kationik adalah Na+, K

    +, Ca

    ++, Mg

    ++, dan NH 4+. Rasa asin yang biasa

    digunakan untuk makanan adalah yang berasal dari garam dapur, NaCl. Rasa

    asin dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas rasanya berbeda-beda antara

  • garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa

    lain selain rasa asin. Garam akan menimbulkan rasa ketika ion natrium (Na+)

    masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal (atas), selain masuk lewat

    kanal pada lateral (sisi) sel rasa.

    d. Rasa Pahit

    Rasa pahit berasal dari zat-zat non ionik yaitu pada alkohol, caffein,

    strychnine, brucine, quinin, beberapa glucasida linamarin dan beberapa ikatan

    polynitro seperti asam piktrat. Rasa pahit pada umumnya tidak dikehendaki.

    Tetapi untuk beberapa makanan atau minuman diperlukan sedikit rasa pahit,

    seperti bir, rokok, kopi dan teh.

    2) Mekanisme Kerja Alat Pengecap

    Zat kimia dalam bentuk larutan yang sampai ke puting pengecap di lidah,

    menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu masuknya Na+ dan keluarnya K

    + dari sel

    reseptor. Depolarisasi berlanjut menyebabkan terbentuknya potensial aksi yang

    dihantarkan oleh saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke otak untuk diolah

    sehingga timbul sensasi rasa. Kombinasi dari rasa-rasa ini berhubungan dengan

    tekstur, temperatur, bau busuk dan sensasi dari sense kimia umum yang

    memproduksi sebuah rasa sehingga kita dapat tahu rasa dari makanan yang kita

    makan.

    1) Indera Pembau

    Rongga hidung dikenal sebagai indera pembau. Rongga hidung (nasal cavity)

    berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju paru paru.

    Rongga hidung ini dihubungkan dengan bagian belakang tenggorokan dan

    dipisahkan oleh langit-langit mulut kita yang di sebut dengan Palate.

    Hidung manusia dibagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang di

    sebut dengan nostril. Dinding pemisah disebut septum, terbuat dari tulang yang

    sangat tipis. Rongga hidung dilapisi dengan rambut dan membran yang

    mensekresi lendir. Mucous membrane berfungsi mengahangatkan udara dan

    melembabkannya. Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) berguna untuk

    menangkap debu, bakteri, dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak

    paru-paru.

    Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang

    disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-

  • sel penyokong. Sel reseptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-

    filamen seperti rambut pada permukaannya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju

    bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-

    sel penunjang yang berupa sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu.

    Gambar 3. Sel reseptor olfaktori (Sumber: Guyton, 1988)

    2) Mekanisme Kerja Pembau

    Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di

    udara. Pada bagian atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat

    sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian

    pendeteksi bau (smell receptors). Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor,

    sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Gas yang masuk

    ke dalam hidung larut dalam lendir hidung di bagian atas rongga hidung. Gas ini

    akan merangsang ujung saraf pembau dan menyebabkan terjadinya depolarisasi

    yaitu Na+ masuk dan K

    + keluar dari reseptor (ujung saraf). Depolarisasi dapat

    menyebabkan terjadinya potensial aksi dan dihantarkan dalam bentuk impuls ke

    otak untuk diolah. Kemudian pada otak akan memproses bau apakah yang telah

    tercium oleh hidung kita.

    3) Fungsi hidung

    a. Alat Penciuman

    Nervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium.

    Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung yang

    dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel

    yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan

  • serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius adalah bagian yang

    berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas

    lempeng kribiformis tulang ethmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak

    melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung,

    hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus

    temporalis otak, dimana perasaan itu ditafsirkan (Pearce, 2002).

    b. Saluran Pernapasan

    Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh

    darah, bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir semua sinus

    yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi

    dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel

    cangkir atau sel lendir. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan

    berlendir. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epithelium

    pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat

    memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui

    hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, arena

    kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya membuat udara menjadi

    hangat kemudian melalui penguapan air udara menjadi lembab. (Pearce, 2002).

    c. Resonator

    Merupakan ruang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan

    laring, agar memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila

    ada gangguan resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia

    (Bambang, 1991).

    d. Regulator atau Pengatur

    Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur

    udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara.

    e. Protektor Atau Perlindungan

    Hidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu) yang

    ditangkap oleh rambut untuk partikel yang lebih kecil, bakteri dan lain-lain

    melekat pada mukosa (Bambang, 1991).

    C. HUBUNGAN PEMBAU DAN PENGECAP

    Organ yang khusus kaitannya dengan indera pengecap adalah lidah. Lidah terdiri

    atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik digunakan untuk gerakan halus dan otot

  • ekstrinsik digunakan untuk gerakan-gerakan kasar. Lidah terletak pada dasar mulut

    (Pearce, 2002).

    Gambar 4. Bagian - bagian Lidah (Pearce, 2002)

    Menurut Syaifuddin (2009), terdapat empat letak rasa pada lidah yaitu asam, asim,

    manis, dan pahit, namun terkadang seseorang dapat merasakan beraratus-ratus rasa yang

    diduga merupakan gabungan dari empat kesan primer tersebut dengan komposisi yang

    berbeda-beda.

    Indera penciuman atau pembau adalah alat dalam rongga badan yang erat

    hubungannya dengan indera perasa. Sebagian rasa makanan merupakan kombinasi dari

    indera perasa dan pembau. Pada manusia, bau memiliki muatan afeksi yang bisa

    menyenangkan atau membangkitkan rasa penolakan atau nafsu makan. Hidung merupakan

    organ indera penciuman. Hidung memiliki bentuk dan struktur menyerupai kerucut.

    Olfaktory bulb adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari makanan. Reseptor

    olfaktorius berada pada bagian khusus mukosa hidung dan berpigmen kekuningan. Pada

    setiap reseptor olfaktorius merupakan satu neuron (Syaifuddin, 2009).

  • Gambar 5. Anatomi Hidung (Wasida, 2010)

    Gambar 6. Reseptor pada organ pembau (Wasida, 2010)

    Pembau dan pengecap saling bekerja sama sebab rangsangan bau dari makanan

    dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.

    Keadaan ini akan terganggu saat seseorang menderita influenza dimana hubungan antara

    rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makann dari makanan di mulut

    tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya.

    1. Indera Peraba

    Indera peraba terdapat di kulit dan sering disebut tangoreseptor. Indera peraba

    merupakan eksteroreseptor, yaitu reseptor yang mampu menerima rangsangan dari luar.

    Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan

    dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun

    atas empat lapis sel antara lain stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di

    sebelah atasnya, stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit

    menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya

  • menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna

    kulit, kehitaman, atau kecoklatan, stratum lusidum dan stratum korneum.

    Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang,

    sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai

    rangsangan, sebagai alat ekskresi, serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan

    fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Ujung

    saraf reseptor peraba ini bermacam-macam. Ada yang berupa ujung saraf bebas, ada yang

    berkelompok dan berselubung disebut ujung saraf korpuskel (puting peraba) masing-

    masing akan cocok untuk satu tipe rangsang saja. Ujung saraf peraba yang penting adalah

    sebagai berikut:

    1) Ujung saraf Paccini merupakan sraf peraba tekanan

    2) Ujung saraf sekeliling akar rambut merupakan saraf peraba

    3) Ujung saraf Ruffini merupakan saraf perasa panas

    4) Ujung saraf Krausse merupakan respon terhadap lingkungan dingin

    5) Ujung saraf tanpa selaput merupakan saraf perasa nyeri

    6) Ujung saraf Meissner, merupakan mekanoreseptor sentuhan ringan

    Gambar 7. Penampang Kulit (Sumber: http://kidsgen.blogspot.com/2010/07/saraf-peraba-

    dan- perasa-pada-kulit-2.html)

    Mekanisme kerja kulit

    Kulit meraba suatu benda kemudian rangsangan diterima oleh ujung-ujung syaraf

    peraba, rangsang diteruskan ke otak, otak memproses sehingga kita dapat merasakan

    kasar, halus, panas atau dingin suatu benda.

    2. Indera Penglihatan

    Mata memiliki reseptor penglihatan dan sistem pembiasan yang memfokuskan sinar

    pada reseptor yang terdapat di retina sehingga mampu mengenali benda-benda yang ada

  • di sekitarnya dengan cepat. Mata juga meiliki reseptor khusus yang mampu mengenali

    perubahan warna dan sinar yang datang. Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di

    retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus

    humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata

    normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling

    peka terhadap sinar.

    Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel

    batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen

    ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang

    terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi

    kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang

    yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin

    berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.

    Gambar 8. Struktur bola mata (Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-

    health/medicine- history/2077833-reseptor-yang-juga-memiliki-fungsi/)

    a. Mekanisme Kerja Indera Penglihatan

    Sinar dari luar masuk ke mata melalui kornea, pupil, aqueous humor,

    lensa,viterous humor dan sampai ke retina. Sinar yang sampai ke retina akan

    menyebabkan perubahan potensial listrik di sel reseptor yang disebabkan oleh

    masuknya ion Na+ dan keluarnya ion K

    +. Perubahan potensial listrik ini disebut

    dengan depolarisasi. Depolarisasi di reseptor menyebabkan potensial reseptor.

    Potensial reseptor yang mencapai ambang letup dapat mencetuskan potensial aksi.

    Potensial aksi akan dihantarkan oleh sel saraf dalam membentuk impuls listrik ke

  • otak bagian oskipitalis (otak besar bagian kepala belakang) untuk diolah. Dari mata

    kanan dihantarkan ke lobus kiri, sebaliknya mata kiri ke otak lobuskanan.

    Di bagian belakang adalah kholoroid yang banyak mengandung pembuluh

    darah. Fungsi pembuluh darah ini adalah menyuplai makanan dan oksigen ke sel-

    sel mata. Pada bagian depan kholoroid terbuka membentuk lubang bundar yang

    disebut pupil terletak di belakang kornea. Kholoroid mengandung pigmen.

    Kholoroid yang terletak di sekitar pupil disebut dengan iris. Fungsi iris adalah

    mengatur banyak sedikitnya sinar yang datang, sedangkan kholoroid adalah

    menyerap sinar yang datang sehingga tidak memantul kembali ke retina. Pada

    bagian belakang pupil terdapat lensa yang jernih dan transparan sebab tersusun

    oleh protein kistalin. Lensa mata dapat berubah kecembungannya. Perubahan

    kecembungan ini disebut dengan akomodasi. Kemampuan akomodasi mata diatur

    oleh otot yang disebut dengan muskulus siliaris. Ruangan diantara kornea dan

    lensa terisi cairan yang encer yang disebut dengan aqueous humor, sedangkan di

    bagian dalam mata terisi oleh cairan yang pekat dan transparan yang biasa disebut

    dengan vitreous humor.

    D. PUPIL TERHADAP INTENSITAS CAHAYA

    Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris. Pupil mata tergantung dari iris

    atau semacam otot kecil. Sifat-sifat iris:

    a. Mendekat jika cahaya masuk terlalu terang, dan menjauh jika cahaya masuk terlalu

    redup.

    b. Jika saat tidak terkena cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara langsung,

    jika mata sudah dalam keadaan siap pupil mengecil secara perlahan

    Pupil memiliki kemampuan akomodasi dan konversi. Akomodasi adalah kemampuan

    lensa mata untuk mencembung akibat kontraksi otot siliaris. Otot siliaris atau otot polos

    dapat merenggang dan mengendorkan selaput yang menggantungkan lensa. Akomodasi

    dapat menyebabkan daya pembiasan lensa bertambah kuat. Selain akomodasi, terjadi

    konversi sumbu penglihatan dan kontriksi pupil bila seseorang melihat benda yang dekat.

    Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh iris sesuai dengan

    intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Saat berada di tempat gelap dimana intensitas

    cahayanya kecil maka pupil akan membesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk ke

    mata. Saat berada di tempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi

    atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk

  • menghindari mata agar tidak selalu, bila mata diarahkan ke salah satu mata pupil akan

    berkontraksi. Hal ini disebut refleks pupil atau refleks cahaya pupil.

    Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar yang melibatkan sistem saraf

    pusat dalam memberikan jawaban atau respons segera setelah adanya rangsang pada

    reseptor. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui refleks arc. Gerak refleks dapat

    digunakan pada pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian

    dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Gerak refleks dapat dilatih misalnya

    pengulangan dari gerakan motorik pada latihan olah raga atau pengaitan dari rangsang

    oleh reaksi otomatis selama pengkondisian klasikal.

    Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan membesarnya pupil. Macam-macam

    refleks pupil antara lain:

    Respon cahaya langsung: Jika pupil terkena sinar dari samping (sehingga pupil tidak

    memfokuskan cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat

    reaksinya terhadap cahaya. Maka pada keadaan normal terkena cahaya, pupil yang

    disinari akan mengecil.

    Respon cahaya konsensual: Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil

    lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.

    E. PUPIL TERHADAP DAYA AKOMODASI MATA

    Pada organ penglihatan terdapat retina yang sangat peka terhadap cahaya. Retina

    berhubungan dengan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang

    memanjang sampai ke otak. Pada retina ini bayangan benda akan terbentuk sehingga

    dapat melihat suatu benda, tapi jarak antara lensa mata dan retina selalu tetap sehingga

    dalam melihat benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah kelengkungan lensa

    mata.

    Mengubah kelengkungan lensa mata berarti mengubah jarak titik fokus lensa.

    Untuk mengubah kelengkungan lensa mata dilakukan oleh otot siliar. Hal ini

    dimaksudkan agar bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina. Pada

    saat mata melihat dekat lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan

    pada saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-otot siliar mengendor). Mencembung

    dan menipisnya lensa mata inilah yang disebut dengan akomodasi. Daya akomodasi mata

    diatur melalui saraf parasimpatis. Perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan

    kontraksi otot siliaris akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias.

  • Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding

    waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi

    impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan

    jelas.

    Kemampuan akomodasi mata akan meningkat saat melihat objek jarak jauh dan

    dekat. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina.

    Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi

    dengan mencembungkan lensa. Semakin dekat benda yang akan dilihat maka benda akan

    berakomodasi semakin kuat hingga batas maksimum.

    Daya akomondasi mata yaitu kemampuan memfokuskan bayangan agar jatuh tepat

    pada bintik kuning sehingga kita dapat meliat objek. Apabila melihat objek yang

    letaknya jauh lensa mata menjadi pipih, tetapi jika melihat objek yang letaknya dekat

    maka lensa mata menjadi lebih cembung. Pengaturan kecembuangn lensa ini diatur oleh

    otot-otot lensa yang melingkar (otot siliaris). Saat melihat objek yang jauh otot lensa

    berelaksasi, sedangkan saat melihat objek yang dekat otot lensa berkontraksi. Jarak titik

    dekat adalah jarak terpendek antara benda atau objek dengan mata sehingga mata masih

    mengenali benda itu dengan jelas. Usia seseorang dapat mempengaruhi parubahan jarak

    titik dekat. Pada usia anak-anak jarak titik dekat pendek, tetapi dengan bertambahnya

    usia jarak titik dekat semakin panjang. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan

    Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.

    Manusia memiliki dua batas daya akomodasi (jangkauan penglihatan) yaitu:

    Titik dekat mata yang disebut juga punctum proximum adalah jarak benda terdekat di

    depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal (emetropi) titik

    dekatnya berjarak 10cm s/d 20cm (untuk anak-anak) dan berjarak 20cm s/d 30cm (untuk

    dewasa). Titik dekat disebut juga jarak baca normal.

    Titik jauh mata yang disebut juga punctum romutum adalah jarak benda terjauh di depan

    mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal titik jauhnya adalah tak

    terhingga.

    IV. Alat dan Bahan

    Alat

    o Cotton bud

    o Cawan Petri

    o Gelas kimia

  • o Sapu tangan

    o Peta rasa (gambar lidah)

    o Tissue/ kapas

    o Spuit/ Syiringe 2,5 ml

    o Tusuk gigi

    o Pisau

    o Penggaris

    o Spidol

    o Jam/ Stopwatch

    o Jangka

    o Mata uang logam

    o Kertas karton

    o Senter

    Bahan

    o Larutan NaCl (asin)

    o Larutan asam

    o Larutan glukosa (manis)

    o Larutan kopi tanpa gula (pahit)

    o Larutan cabe/ merica (pedas)

    o Air putih

    o Minyak menthol

    o Minyak angin

    o Parfum

    o Minyak cengkeh

    o Bengkoang

    o Kentang

    o Apel

    o Es batu

    V. Cara Kerja

    o Pengecap

    a. Sebelum percobaan dimulai, bersihkam dulu gusi dan lidah dari sisa- sisa makanan

    dengan berkumur. Kemudian bersihkan lidah dengan tissue/ kapas agar tidak basah

    oleh air ludah.

    b. Tuangkan cairan pada cawan petri dan rendam cotton bud pada tiap- tiap larutan.

  • c. Tutup mata agar tidak agar tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan.

    d. Sentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap dan praktikan diminta

    untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali sentuhan dan pada tempat

    mana yang paling terasa macam larutan yang disentuhkan.

    e. Ulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya. Tanyakan:

    Apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan tertentu (sesuai/tidak

    dengan macam larutan yang dicobakan).

    f. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada gambar

    lidah diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda - .

    g. Ulang percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda. Kemudian

    bandingkan hasilnya.

    h. PERLU DIINGAT : Setiap penggantian larutan, praktikan harus kumur lebih

    dahulu.

    o Pembau

    a. Praktikan tidak boleh flu /pilek.

    b. Tutup mata yang bersangkutan.

    c. Ambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian lepaskan jarum dan

    biarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik ( lubang jarum menghadap ke atas)

    d. Sisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui lubang hidung

    satu sisi, sedangkan sisi lain lubang hidung ditutup dengan kapas, agar yang

    membau hanya satu sisi saja. Kemudian praktikan membau/ menghirup. Tanyakan

    bau apa yang dibaunya. Catat hasilnya!

    e. Setelah itu posisi syringe diarahkan ke atas dan disuruh menghirup lagi. Tanyakan

    bau apa yang dibaunya dan mana yang lebih bau pada posisi pertama atau posisi

    kedua. Bandingkan! Catat hasilnya!

    f. Ulangi percobaan di atas dengan bahan yang lain.

    g. Tutup lubang hidung yang satu dengan kapas dan yang satu tetap terbuka.

    h. Tuang bahan pada spuit secukupnya.

    i. Pegang syringe dan dekatkan pada hidung yang terbuka dengan jarak 1,5 cm di

    depan hidung. Kemudian mintalah praktikan untuk menghirup dan hembuskan

    lewat mulut.

    j. Ulangi hal ini berkali-kali sampai tidak lagi membau bahan tersebut.

  • k. Hitunglah Olfactory Fatigue Times (OFT), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk

    mencapai ketidakpekaan (kelelahan) pembau, artinya sampai tidak lagi dapat

    membau sesuatu. Ulangi 3, kemudian hitung rataratanya.

    l. Hitunglah Olfactory Recovery Times (ORF), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk

    kesembuhan pembau, artinya sampai dapat membau kembali. Ulangi 3, kemudian

    hitung rata-ratanya.

    m. Ulangi semua percobaan di atas dengan praktikan yang lain dan bandingkan

    hasilnya.

    n. Diantara bahan-bahan yang ada, bau apa yang lebih merangsang praktikan?

    Jelaskan, mengapa?

    o Hubungan Pembau dengan Pengecap

    a. Tutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan.

    b. Lidah dibersihkan dengan kapas atau tissue.

    c. Letakkan sekerat bahan, secara bergantian. Tanyakan, apa yang dirasakan setiap

    kali bahan diletakkan di lidah, dan tanyakan juga apakah ia dapat membau atau

    mengecap.

    d. Ulangi percobaan, akan tetapi pada keadaan hidung terbuka.

    e. Ulangi percobaan 2 pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan untuk

    praktikan yang lain. Bandingkan!

    o Pengaruh Dingin Terhadap Rasa sakit

    a. Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja.

    b. Cubit telapak tangannya dengan intensitas sedang hingga dia mulai sakit dan

    meneruskan hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri.

    c. Ulangi cubitan pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan beberapa

    saat.

    d. Usap es dengan gerakan memutar sekitar daerah itu dan keringkan dengan tissue.

    e. Catat waktu begitu ia tidak merasakan sakit.

    f. Usap es tetapi pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi.

    g. Lakukan pada telapak tangan yang lain.

    h. Lakukan pada praktikan yang lain. Bandingkan!

    o Kepekaan Sentuhan

    a. Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja.

    b. Letakkan kaki jangka pada jarak 3 cm dan sentuhkan dengan tekanan ringan kedua

    kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral lengan bawah praktikan.

  • Jika ia merasakan dua titik maka jarak kedua kaki jangka diperkecil, sebaliknya

    bila praktikan mersakan satutitik maka jarak kedua kaki diperbesar.

    c. Dilakukan sedikit demi sedikit hingga memperoleh jarak terpendek yang masih

    dirasakan dua titik oleh praktikan.

    d. Catat data yang diperoleh.

    e. Ulangi pada praktikan yang lain.

    f. Ulangi kegiatan di atas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian

    ventral dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk dan

    bibir.

    o Bintik Buta

    a. Susunlah 5 buah mata uang logam berdiri lurus ke belakang dengan jarak masing-

    masing 8 mm.

    b. Tutuplah salah satu mata praktikan dengan karton tebal. Sedangkan mata yang

    satunya tertuju pada bagian tengah dari uang logam yang terdepan.

    c. Tanyakan, berapa banyak uang logam yang tampak? Uang logam mana yang tidak

    kelihatan ? jarak mata uang logam itu ke mata merupakan jarak benda yang

    bayangannya jatuh pada bintik buta.

    d. Coba ubah ( memperbesar/ memperkecil) jarak antar mata uang logam itu,

    bagaimana hasilnya? Bandingkan!

    e. Ujilah juga mata yang sebelah lagi ! dan ulangi pada praktikan yang lain. Benda

    yang bayangannya jatuh pada bintik buta suatu mata, bayangannya tidak akan jatuh

    pada bintik buta mata sebelahnya. Orang tidak memperoleh kesan penglihatan dari

    bayangan yang jatuh pada tempat yang tidak mengandung sel batang dan sel

    kerucut.

    o Reflek pupil terhadap intensitas cahaya

    a. Ukur dan catat diameter pupil praktikan, dengan meletakkan penggaris di bawah

    salah satu matanya.

    b. Praktikan diminta untuk memejamkan mata dan ditutup dengan tangan atau

    saputangan, sedang penggaris tetap dipegang.

    c. Secara mendadak mintalah praktikan dan ukur diameter pupil matanya.

    Bandingkan dengan hasilnya !

    d. Praktikan diminta kembali untuk memejamkan matanya. Akan lebih baik hasilnya

    apabila praktikan berada di tempat gelap.

    e. Secara mendadak terangi mata dengan senter, ukur diameter pupil.

  • f. Ulangi pada manusia coba yang lain. Bandingkan !

    o Reflek pupil terhadap akomodasi mata

    a. Ukur diameter pupil pada keadaan normal praktikan, dengan meletakkan penggaris

    di bawah salah satu matanya.

    b. Praktikan di minta melihat benda-benda yang jauh letaknya, ukur diameter

    pupilnya.

    c. Praktikan di minta melihat benda-benda yang dekat letaknya, ukur diameter

    pupilnya.

    d. Ulangi percobaan pada praktikan yang lain.

  • No Foto Keterangan

    1

    Praktikan menghirup bau

    yang ada pada syringe

    dengan jarak 1,5 cm.

    2

    Praktikan diminta untuk

    meengecap dan membau

    bahan yang sudah

    disiapkan.

    3

    Praktikan di cubit

    sampai terasa nyeri pada

    praktikum pengaruh

    dingin terhadap rasa

    sakit.

  • 4

    Pemberian es pada

    tangan yang telah

    dicubit, unutuk

    mngetahui pengaruh

    dingin terhadap rasa

    sakit.

    5

    Praktikan melakukan

    praktikum kepekaan

    sentuhan pada lengan

    bawah bagian dorsal

    dengan menggunakan

    jangka.

    6

    Praktikan melakukan

    praktikum kepekaan

    sentuhan pada telapak

    tangan dengan

    menggunakan jangka.

    7

    Praktikan melakukan

    praktikum kepekaan

    sentuhan pada ujung jari

    dengan menggunakan

    jangka.

  • 8

    Praktikan melakukan

    praktikum kepekaan

    sentuhan pada dahi

    dengan menggunakan

    jangka.

    9

    Praktikan melakukan

    praktikum kepekaan

    sentuhan pada pipi

    dengan menggunakan

    jangka.

    10

    Praktikan mengukur

    pupil mata pada kaadaan

    normal pada praktikum

    reflek pupil terhadap

    akomodasi mata.

  • 11

    Praktikan mengukur

    diameter pupil mata pada

    saat di beri cahaya sacara

    tiba-tiba pada praktikum

    reflek pupil terhadap

    intensitas cahaya.

    12

    Larutan Glukosa pada

    praktikum pengecap

    13

    Larutan NaCl pada

    praktikum pengecap

  • 14

    Larutan Asam pada

    praktikum pengecap

    15

    Larutan kopi penghasil

    rasa pahit pada

    praktikum pengecap

    16

    Larutan cabe penghasil

    rasa pedas pada

    praktikum pengecap

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bambang, H.S. 1991. Ilmu Penyakit. Semarang : THT FK UNDIP

    Guyton, A.C. 1988. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

    Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta: Ganeca Exact.

    Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta: PT. Gramedia.

    Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

    Salemba Medika.

    17

    Praktikan melakukan uji

    indera pengecap

    18

    Cotton bud yang

    digunakan untuk

    praktikum indera

    pengecap