akustik dan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

akustik dankebakaran07/08/2009 at 06:48 (Uncategorized) BAB IPENDAHULUAN1.1 Latarbelakang PermasalahanIndera pendengaran merupakan alat komunikasi manusia terpenting kedua setelah penglihatan. Indera penglihatan atau mata dapat dipejamkan untuk menghindari pandangan yang tidak menyenangkan sedangkan telinga selalu terbuka bagi semua bunyi yang ada, sehingga perlu dipikirkan untuk mengurangi atau mencegah semaksimal mungkin bunyi yang kurang menyenangkan. Prinsip utama desain akustik ruang dalam adalah memperkuat atau mengarahkan bunyi yang berguna serta menghilangkan atau memperlemah bunyi yang tidak berguna untuk pendengaran manusia. Dengan demikian, dalam mendesain interior tempat-tempat berkumpul yang berfungsi untuk menampung orang banyak seperti gedung pertunjukan, gedung bioskop, gedung parlemen, gedung sidang, perlu memperhatikan karakter masing-masing akustiknya. Dalam merancang interior gedung auditorium yang menyajikan pertunjukan seni teater, drama, atau musik, desain akustiknya diarahkan untuk dapat memberi kepuasan kepada setiap penonton yang berada dalam ruang. Penonton dapat mendengar dengan jelas setiap artikulasi percakapan aktor sehingga nuansa dan efek dramatis yang berusaha ditampilkan dapat ditangkap dan dicerna. Tetapi dalam gedung auditorium yang menyajikan pertunjukan musik, artikulasi musiknya dan mimik aktor bukan merupakan hal yang utama, karena yang terpenting adalah setiap penonton yang berada dalam ruang dapat mendengar dan menikmati harmoni irama musik tersebut dengan baik. Akustik yang baik dalam gedung auditorium dipengaruhi oleh faktor-faktor objektif dan subjektif. Desain yang mempengaruhi kualitas karakter akustik adalah dimensi, dimana dipengaruhi oleh kapasitas maksimum penonton dan bentuk yang diciptakan oleh lantai, dinding dan plafon, serta sifat bidang penutup interior yang absorbtif atau reflektif. Bentuk dan dimensi ruang dalam ternyata merupakan unsur-unsur yang paling penting untuk dapat memperkaya karakter akustik suatu ruang, yaitu dalam menghasilkan pantulan bunyi yang berguna bagi karakter akustik suatu auditorium. Sebenarnya tidak ada rumus akustik yang paling ideal sebab suksesnya suatu pertunjukan akan menampilkan keunikan karakter akustik pada auditorium tempat pertunjukan itu berlangsung. Karakter akustik dapat disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan pada saat itu, dengan cara memodifikasi desain interiornya. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan masa kini akan ruang multiguna dengan desain akustik yang dapat disesuaikan secara praktis, karena penggunaan tunggal suatu ruang sudah jarang diminati. Pada problema akustik yang kompleks, solusinya tidak mudah serta membutuhkan kerjasama dengan para pakar akustik. Namun, dengan mengetahui prinsipprinsip akustik auditorium yang sederhana, maka hal ini dapat memberi keyakinan bagi para perancang untuk tidak melakukan kesalahan yang fatal dalam mendesain interior sebuah gedung auditorium.1.2 Perumusan PermasalahanDari latar belakang permasalahan akustik pada Gedung Audiotorium Sekolah International Tiara Bangsa Jakarta dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan mengenai akustik yang menunjang fungsi dari bangunan tersebut sebagai gedung teater adalah sebagai berikut:1. Sumber-sumber kebisingan?2. Kadar kebisingan yang terdapat di Gedung Audiotorium Sekolah International Tiara Bangsa Jakarta?3. Bagaimana menyelesaikan pemasalahan tersebut dan bahan-bahan apa saja yang dapat berfungsi sebagai pemecahannya?4. Berapa besar bahan tersebut dapat menyerap kebisingan?5. Cara pemasangan dari bahan tersebut?1.3 Batasan PermasalahanPermasalahan kebisingan menjadi halyang biasa diindonesia, tingkat kebisingan di Negara ini merupakan kebisingan yang semakin parah setiap tahunnya. Kebisingan dikota-kota besar dengan jumlah kendaraan yang semakin meningkat sehinggamenyebabkan ketidaknyamanan dalam beraktivitas. Permasalahan-permasalahan kebisingan yang terjadi di Gedung ini biasanya terlalu banyak sehingga memerlukan pembatasan sehingga mempermudah dalam penyelesaikan permasalahanya. Adapun batasan permasalahan yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah kebisingan yang akan dibahas dalam gedung ini adalah kebisingan dari dalam bangunan, untuk kebisingan dari luar gedung akan diperhatikan tingkat gambungan dari sumber tersebut, selain itu permasalahan ini akan dibahas sehingga menemukan suatu pemecahan permasalahan tetapi bukan merencakan akustik untuk Gedung Audiotorium Sekolah International Tiara Bangsa Jakarta.1.4 Tujuan Keebisingan merupakan permasalahan yang sangat mendasar di Negara-negara berkembang. Sehingga tujuan pembahasanmasalah akustik pada Gedung Audiotorium Sekolah International Tiara Bangsa Jakarta adalah untuk :1. Mengetahui sumber-sumber yang potensial menyebabkan terjadinya kebisingan pada gedung ini2. Mengetahui berapa besar kebisinan yang terjadi pada ruangan tersebut3. Mengetahui langkah-langkah penanganan permasalahan akustik dan juga bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai akustik4. Mengetahui kada penyerapan kebisingan dari bahan-bahan yang akan dipasang5. Mengetahui langkah-langkah pemasangan bahan-bahan tersebut1.5 Manfaat Masalah kebisingan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dlam kehidupan sehari-hari di Negara ini. Kebisingan sering disebabkan oleh kultur dari budaya dan adat istiadat suatu daerah. Sehingga dalam studi kasus ini permasalahan akustik dapat memberikan manfaat mengenai standar maksimal kebisingan pada suatu ruangan. selain itu manfaat yang dapat didapat adalah bagaimana cara mengatasi kebisingan, baha-bahan yang dipergunakan dan bagaimana langkah pemasangan bahan akustik tersebut. Namun secara umum manfaat ini untuk menghindari terjadinya tingkat kebisingan yang terlalu besar dalam bangunan tersebut sehingga manusia yang melaksanakan aktivitas disana dapat menjadi maksimal.BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian AkustikAkustik ( dari bahasa Yunani akouein = mendengar) adalah ilmu terapan yang dimaksudkan untuk memanjakan indra pendengaran Anda di suatu ruang tertutup terutama yang relatif besar.Arsitek Romawi dari abad ke 1 Marcus Pollio sudah mulai melakukan pengamatan cermat tentang gema dan interferensi (getaran-getaran suara asli dan getaran pantulan yang saling menghilangkan) dari suatu ruangan. Namun baru pada tahun 1856 akustik ini mulai dibangun sebagai suatu ilmu oleh Joseph Henry dan akhirnya dikembangkan penuh oleh Wallace Sabine di tahun 1900. Keduanya adalah fisikawan Amerika. Namun sayangnya kecenderungan sampai saat ini dinegara kita nampaknya menunjukan bahwa kecuali pada ruangan ruangan khusus seperti untuk ruang konsert, studio rekaman atau panggung teater, rancangan akustik umumnya diabaikan. Padahal di ruang manapun , bagi orang-orang yang indra pendengarannya sensitif, berada diruang yang berakustik buruk merupakan siksaan1. Kebisingan adalah bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran.2. Bangunan peredam bising, bangunan peredam bising yang dimaksud dalam pedoman ini adalah bangunan berupa dinding dengan bentuk dan bahan tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk mengurangi dan meredam tingkat kebisingan karena bising lalu lintas.3 gradien jalan Kelandaian jalan yang dinyatakan dalam persen Pd T-10-2004-B4 Leq ( equivalent energy level) adalah tingkat kebisingan rata-rata ekivalen energi selama waktu pengukuran, dinyatakan dalam desibel A5 Leq18 jam adalah tingkat kebisingan rata-rata ekivalen energi selama waktu 18 jam pengukuran, dinyatakan dalam desibel A6 L10 dalah tingkat kebisingan diukur melebihi 10% dari total waktu pengukuran, dinyatakan dalam desibel A7 L10 1 jam adalah tingkat kebisingan diukur melebihi 10% dari total waktu 1 jam pengukuran, dinyatakan dalam desibel A8 L10 18 jam adalah tingkat kebisingan diukur melebihi 10% dari total waktu 18 jam pengukuran, dinyatakan dalam desibel A9 sumber bising sumber Bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak10 sudut pandang, Sudut yang dibentuk dari arah titik penerima terhadap segmen yang ditinjau dinyatakan dalam derajat, tingkat kebisingan ukuran derajat tinggi rendahnya kebisingan yang dinyatakan dalam satuan decibel2.1 Perkembangan Akustik Auditorium Untuk dapat mengenal akustik dengan baik, berikut diuraikan sejarah perkembangannya yang berawal dari desain bangunan umum bangsa Yunani. Dahulu perkembangan akustik ruang berasal dari kebutuhan akan perlakuan bunyi pada bangunan umum, mulai dari perkembangan teater Yunani klasik dan Romawi, gereja Gothic dan Baroque, gedung opera abad ke-19 serta gedung pertunjukan abad ke-20. Dalam membangun tempat-tempat pertemuan umum, bangsa Yunani telah mempelajari dasar-dasar akustik ruang dengan mengarahkan bunyi yang dikehendaki dan mengurangi bunyi yang mengganggu. Bangunan-bangunan Yunani yang perlu diperhatikan akustiknya seperti arena gladiator, tempat pertandingan, dan olah raga (Gambar 1).

Gambar 1. Panggung berbentuk arena yang dikelilingi oleh penonton, pantulan suara baik dari dinding, plafon maupun panel-panel gantung sangat dibutuhkan untuk membantu mengarahkan frekuensi percakapan (Kuttruff, 1979: 138)Bentuk denah teater Yunani antara lain berupa semi-circular atau semi-elliptical dengan panggung melingkar di tengah dan tempat duduk penonton mengelilingipanggung sedangkan di belakang panggung merupakan bangunan yang berfungsi sebagairuang ganti, ruang istirahat, ruang pelayanan (service) dan sebagainya. Bangsa Yunani berusaha untuk mendapatkan kenyamanan garis pandang sekaligus pendengaran yangbaik dengan cara pengaturan tempat duduk yang bertingkat-tingkat. Maksud dan tujuanpengaturan ini agar penonton dapat sedekat mungkin dengan panggung, sehingga dialogdapat didengar dan ekspresi muka aktor dapat terlihat. Contoh teater yang masih adasampai saat ini antara lain teater berbentuk semi-elliptical di Herodes Atticus-Athena,yang bentuknya didesain dengan menggunakan banyak permukaan pantul di sekelilingpanggung untuk memperkuat intensitas bunyi asli.Gambar 2. Bentuk teater terbuka Yunani maupun Romawi (dibangun sekitar 2000 tahun yang lalu), memiliki karakter akustik yang bagus untuk drama dan kelompok kecil music instrumental. Teater Yunani biasanya diletakkan pada puncak bukit yang sepi, jauh dari keributan akibat hembusan angin yang melewati pepohonan, bangunan maupun penontonnya. Layout tempat duduk berbentuk semicircular sehingga penonton lebih dekat dengan panggung, gunanya untuk mengurangi berkurangnya suara akibat jarak. Konstruksi ketinggian tempat duduk dibuat dengan kemiringan >20 untuk memberikan garis pandang yang baik dan dapat menampung pantulan bunyi langsung dari lantai panggung (Kuttruff, 1979: 82).Pada perkembangan selanjutnya, bangsa Romawi memotong lingkaran panggung menjadi setengah lingkaran, sehingga penonton menjadi lebih dekat dengan sumber bunyi. Teater Romawi memperlihatkan tempat duduk yang bertingkat-tingkat lebih curam dibandingkan dengan teater Yunani. Belakang panggung diberi latar belakang dan ornamen, berfungsi untuk memantulkan bunyi dari panggung agar intensitas bunyi langsung menjadi bertambah kuat. Contoh teater Romawi yang megah antara lain Colloseum di Roma juga teater di Orange, Perancis yang dibangun abad ke-50 SM. Setelah kerajaan Romawi jatuh, satu-satunya bangunan umum yang dibangun selama abad pertengahan adalah gereja. Pada abad pertengahan, drama yang berkembang berasal dari gereja katolik dengan karakteristik liturgis, kadang-kadang diiringi dengan koor yang berfungsi juga untuk mengiringi misa (kebaktian). Ruang-ruang di katedral biasanya tertutup sepenuhnya dengan volume sangat besar, sehingga waktu dengung (reverberation time) dapat mencapai sekitar 8 detik. Akustik pada bangunan ini dengan waktu dengung (reverberation time) yang panjang diperuntukkan bagi musik organ dan koor gereja. Pada jaman Renaissance dan sesudahnya, bentuk terbuka teater Romawi berkembang menjadi teater tertutup di Itali, sehingga bunyi dapat dipantulkan berulang kali melalui dinding dan plafon, daripada diserap oleh udara terbuka. Contohnya pada Teatro Olimpico di Vicenza (1585) yang dirancang oleh Palladio dan diselesaikan oleh Scamozzi. Teater ini menjadi awal mula yang penting dari sejarah perkembangan teater modern. Kemudian, bentuk denah berkembang menjadi bentuk U atau bentuk telur. Tempat duduk di dalam kotak mengelilingi panggung secara berhadap-hadapan, dan berkembang menjadi opera house. Contoh desain awal antara lain Teatro di Tor di Nona (1671) serta Opera House di Bayreuth-Jerman (1748) yang mempertunjukkan music khusus karya Wagner. Pengaturan tempat duduk seperti ini dipertahankan terus sampai abad ke-19. Pada abad ke-19 beberapa nama yang menaruh perhatian terhadap akustik muncul, diantaranya Lord Rayleigh dengan bukunya berjudul The Theory of Sound. Sebelum abad ke-20, W.C. Sabine dari Univeristas Harvard telah merintis perancangan akustik ruang, dengan teorinya Reverberation Time (waktu dengung). Mulai saat itu, ilmu akustik menjadi maju dengan pesat. Pada abad ke-20 (1927) Walter Gropius mendesain The Total Theatre yang mengambil inspirasi dari teater Yunani. Denahnya berbentuk oval dengan tempat duduk penonton melingkari panggung. Selain itu masih banyak lagi desain-desain auditorium dengan kapasitas penonton lebih dari 2.000 orang, yang tentunya membutuhkan desain akustik serius, seperti The Boston Symphony Hall dengan kapasitas 2.600 tempat duduk (Legoh, 1993).2.2 Acuan normatif 1. Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup2. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku mutu kebisingan5. Manual Ditjen Bina Marga No. 001/T/BMKT/1990, Panduan survai dan perhitungan waktu perjalanan lalu lintas6. Manual Ditjen Bina Marga No.016/T/BNKT/1990, Pedoman tata cara pelaksanaan survai lalu lintas7. Manual Ditjen Bina Marga No. 036/T/BM/1999, Pedoman perencanaan teknik bangunan peredam bising2.3 Anatomi telinga dan mekanisme mendengarTelinga terdiri dari tiga bagian yang utama yaitu :1. Telinga bagian luarTerdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal) dibatasi oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yangitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu juga sebaliknya.1. Telnga bagian tengahTerdiri dari osside yaitu tiga tulang kecil (tulang pendengaran yang halus) martil-landasan-sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membran timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat dalam ujung dari cochlea.1. Telinga bagian dalamYang juga disebut sebagai cochlea dan berbentuk rumah siput. Cohlea mengandung cairan, didalam terdapat membran basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan membran basiler. Getaran ini merupakan implus bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengaran (nervus cochlearis)2.4 Dasar Dasar Akustik1. Gelombang Suara Gelombang suara adalah getaran/osilasi yang terjadi akibat fenomena tekanan, regangan, perubahan posisi partikel, dan perubahan kecepatan partikel dari medium pengantar gelombang suara itu sendiri (udara, air/cairan atau juga benda padat). Getaran/osilasi itu sendiri, terjadi pada sumber suaranya, misalnya snar gitar dan juga body gitar itu sendiri. Gelombang suara itu sendiri harus merambat melalui medium (atau juga kombinasi medium2 dengan jenis berbeda, misalnya udara dan tembok atau kaca jendela). Gelombang suara yang merambat di udara (umumnya) merupakan penyebab terjadinya sensasi pendengaran pada telinga manusia. Seperti efek domino, pergerakan gelombang terjadi dengan cara perpindahan energi yang terdapat pada gelombang tersebut dari satu partikel ke satu partikel dekat lainnya pada suatu medium. Kecepatan rambat gelombang bergantung pada kerapatan massa mediumnya. Di udara, gelombang suara merambat dengan kecepatan kira-kira 340 m/s. Pada medium rambat zat cair dan padat, kecepatan rambat gelombang suara menjadi lebih cepat yaitu 1500 m/s di dalam air dan 5000 m/s di dalam besi.1. Parameter gelombang suara.Penyimpangan tekanan medium dari kondisi seimbangnya yang terjadi akibat adanya propagasi gelombang suara. Diukur dalam satuan Pascal (Pa). Parameter ini dipersepsikan oleh telinga manusia sebagai Jumlah osilasi partikel medium yang terjadi dalam setiap detik. Diukur dalam satuan cps (cycle per second) atau Hertz (Hz). Perbandingan antara jarak tempuh gelombang dengan waktu yang diperlukannya. Diukur dalam satuan meter/sekon (m/s) atau meter/detik (m/dt).1. Intensitas SuaraGelombang suara pada umumnya menyebar dengan arah persebaran spheris / bola, atau menyebar ke segala arah dengan merata, kecuali pada kondisi-kondisi tertentu yang disebabkan oleh atenuasi lingkungan. Intensitas suara menggambarkan kerapatan energy suara persatuan uas persebaran. Pada sumber dengan propagasi gelombang bidang (satu dimensi), penghitungan Intensitas (I) menggunakan rumus berikut :Untuk sumber titik dengan propagasi gelombang bola, intensitas suara dapat dihitung menggunakan rumus :Dimana :prms = tekanan akustik RMS, Pac0 = kecepatan rambat gelombang di udara, m/s = rapat masa medium rambat g/m31. Daya Suara WDaya suara merupakan besaran fisis akustik yang tidak dipengaruhi oleh jarak. Jika pada suatu sumber titik, dengan arah persebaran gelombang membentuk bola, maka daya suara dapat dihitung menggunakan rumus berikut :1. Hubungan Antara Intensitas Suara Dengan Jarak Inverse Square Law :Diketahui bahwa besaran Intensitas Suara tergantung pada jarak pendengar ke sumber suara. Makin jauh sumber suara dari jangkauan dengar, maka makin berkuranglah intensitas suara yang dapar diterima. Ketergantungan Intensitas Suara terhadap jarak atau yang sering disebut sebagai Inverse Square Law dinyatakan dalam persamaan berikut :Gambarannya seperti berikut :2.5 Parameter Objektif dan SubjektifKriteria yang biasa dipakai untuk mengukur akustik suatu auditorium adalah parameter objektif yang bersifat analitis seperti RT (Reverberation Time), EDT (EarlyDelay Time), C80 (Clarity), D50 (Deutlichkeit), L (Loudness) dan NR (BackgroundNoise Level). Selain itu, juga terdapat parameter subjektif yang lebih banyak ditentukan oleh persepsi individu, berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Beranek (1992) dan Barron (1988), seperti intimacy, spaciousness atau envelopment, fullness dan overallimpression, yang biasanya dipakai untuk akustik teater dan concert hall (Legoh, 1993). Suatu jenis pertunjukan mempunyai kriteria akustik yang spesifik, bahkan kebutuhan akustik bagi setiap pertunjukan musik tergantung pada jenis musik yang dimainkan, contohnya musik klasik membutuhkan waktu dengung yang lebih panjang bila dibandingkan dengan musik romantik. Namun, terdapat formulasi kriteria umum bagi sebuah auditorium untuk dapat menyajikan akustik yang baik, untuk suatu pertunjukan tertentu (misalnya opera) atau berbagai pertunjukan (multi-guna). Parameter yang sangat berpengaruh dan umum digunakan dalam desain akustik auditorium adalah waktu dengung (reverberation time) yang diciptakan oleh W.C. Sabine pada abad ke-19. Hingga saat ini waktu dengung tetap dianggap sebagai kriteria yang paling penting dalam menentukan kualitas karakter akustik suatu auditorium. Waktu dengung tidak tergantung pada lokasi, tetapi merupakan karakter menyeluruh dari suatu ruang. Faktor yang mempengaruhi waktu dengung pada temperatur normal 22C adalah volume ruang (V), kapasitas penonton, serta bidang lingkup yang absorbtif atau reflektif (A), dengan rumus sebagai berikut:Reverberation Time (RT) = 0,161 . V detikA + x .VDimana,A total = S S . aKeterangan:RT = waktu dengung, dalam detik.V = volume ruang, dalam m3.A = jumlah total penyerapan (absorpsi) bunyi dalam ruang oleh bahan dan permukaan ruang dalam, dalam m2 sabins / sabinsx = koefisien serap bunyi oleh udara.S = luas bidang bahan, dalam m2= koefisien absorpsi bahanBidang lingkup atau A yang harus diperhitungkan termasuk absorbsi yang berasal dari penonton. Untuk mengatasi absorbsi yang tidak tepat, sebaiknya mendesain waktu dengung maksimum dengan okupansi penonton atau terisi. Perlu dipertimbangkan pula pada bagian mana absorben diletakkan dan dalam bentuk seperti apa. Umumnya, bagian terbesar absorben terletak di belakang ruang dan jauh dari pemain, hal ini dimaksudkan untuk menghindari echo (Prasetio, 1993). Parameter subjektif (berupa intimacy) merupakan impresi dalam kualitas bunyi yang seolah-olah sumber bunyi berada di dekat pendengar, atau disebut pula presence. Spaciousness atau envelopment merupakan kriteria bunyi yang seolah-olah meliputi seluruh ruang dengan merata. Sedangkan fullness of tone merupakan karakter yang mudah dikenali dalam musik, berkaitan dengan kualitas bunyi yang dihasilkan oleh instrumen musik secara memuaskan, kualitasnya sangat ditentukan oleh waktu dengung. Overal impression merupakan penilaian rata-rata dari semua parameter yang penting. Telah dijelaskan di atas bahwa kondisi akustik suatu pertunjukan perlu disesuaikan dengan karakter kebutuhan akustik bagi suatu pertunjukan. Untuk ruang yang tidak terlalu besar, sampai dengan 2.800 m2, perlakuan akustiknya tidak begitu berbeda. Namun, untuk ruang yang lebih besar, pilihan waktu dengung yang tepat perlu dikompromikan. Apabila auditorium tidak dilengkapi oleh sistem pengeras suara elektronik (elektro-akustik ), sebaiknya jumlah penonton dibatasi sampai 1.000 orang. Bila ruang dilengkapi dengan sistem pengeras suara elektronik, maka karakter akustik yang diinginkan dapat diatur dengan mudah, disesuaikan dengan waktu dengung yang tepat untuk kebutuhan tertentu. Sistem tersebut dapat dipakai untuk mengubah dan menyesuaikan kondisi akustik yang dibutuhkan.2.6 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 48 tahun 1996 tanggal 25 Nopember 1996 1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;2. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB;3. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;4. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.5. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidupTabel : Baku Mutu Kebisingan2.7 Akustik RuangTerdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat mempengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara. Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaituPerubahan suara karena pemantulan dan Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.2.8 Akustik ruang pada TeaterDibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman , ruang pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah. Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan.Akustik ruangBanyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya TraFlex. Mempunyai banyak variant produk yang memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal. Tipe TraFlex 10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika digunakan untuk memperjelas suara. (Sumber : Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)2.9 Pengaturan Tata Letak dan Pemilihan Bahan Tempat DudukJika bentuk denah auditorium dan pendistribusian tempat duduk penonton telah ditetapkan maka jarak pendengaran dapat ditentukan. Bunyi langsung yang dapat sampai ke lokasi penonton sangat bergantung pada pengaturan tata letak tempat duduk penonton. Peletakan tempat duduk sebaiknya dibuat bertingkat agar sudut pandang dan pendengaran penonton tidak terganggu, sehingga penonton akan mendapatkan bunyi langsung yang kuat, begitu pula bagi penonton di bagian belakang tetap akan mendapat intensitas bunyi yang layak. Apabila tempat duduk tidak bertingkat, maka panggung pertunjukan idealnya mempunyai ketinggian antara 0,60 hingga 1,20 meter (Moore, 1978). Pengaturan tata letak tempat duduk pada area balkon juga perlu dipertimbangkan dalam desain akustik. Bagi lokasi penonton di atas balkon tidak mempunyai hambatan apa-apa, namun untuk lokasi penonton di bawah balkon harus diperhatikan supaya tetapmendapat akustik yang baik. Oleh karena itu, desain balkon jangan terlalu menjorok ke dalam dan mempunyai ketinggian yang cukup bagi penonton yang berada di bawahnya, untuk menghindari sound shadow dan kantung-kantung reverberant. Bila balkon menggantung rendah, maka penetrasi akustik pada area di bawah balkon menjadi berkurang, sehingga absorbsinya juga menjadi berkurang. Kondisi ini memproduksi refleksi yang lebih panjang pada area tersebut dan membuat ruang menjadi lebih reverberant (membuat kantung-kantung reverberant), akibatnya dapat menghasilkan waktu dengung (reverberation time) yang lebih panjang dari seharusnya. Tempat duduk penonton sebaiknya dilapisi bahan yang absorben, sehingga apabila auditorium terisi penuh atau hanya sedikit, maka perbedaan waktu dengung (reverberation time) tidak terlalu signifikan, karena penonton merupakan faktor penyerap bunyi (mulai dari pakaian hingga rambut)Tabel : Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan lengan dan tanganKet. 1 gram = 9.81 m/det22.10 Reaksi Permukaan1. Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya material terhadap gelombang suara yang sampai pada permukaan material tersebut. Getaran suara yang sampai dipermukaan turut menggetarkan partikel dan pori pori udara pada material tersebut. Sebagian dari getaran tersebut terpantul kembali ke ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan sebagian lagi di teruskan ke bidang lain dari material tersebut. Contohnya kita dapat mendengarkan suara musik yang diputar dari ruang sebelah kita jika dinding ruang tersebut tidak dipasangkan peredam suara. Umumnya bahan kain, kapas, karpet dan sejenisnya memililki reaksi serap yang lebih tinggi terhadap gelombang suara dengan frekuensi tinggi dibandingkan dengan frekuensi rendah. Sedangkan bahan tembok, kaca, besi, kayu umumnya meneruskan sebagian energi gelombang nada rendah ke sisi lain dari material tersebut, dan sebagian gelombang suara bergetarnya menjadi panas dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke ruang dengar.Gambar 13.1Beberapa reaksi permukaan terhadap gelombang suara1. Reaksi pantulan, Hampir semua permasalahan ruang dengar adalah minimnya panel akustik pada permukaan dinding, lantai, plafon ruang tersebut. Jika permukaan dinding, lantai dan plafon memantulkan kembali sebagian dari energi suara maka kita akan mendengar suara pantulan. Suara pantulan ini bagai bola ping pong yang mana pantulan suara terdengar walau suara asli telah mati. Dalam ruang kosong anda dapat menepuk tangan anda dan mendengar suara pantulan setelah anda menepuk tangan anda. Suara pantulan terjadi berkali-kali dengan waktu dan bunyi yang tak teratur. Efek ini seperti anda masuk ke rumah cermin dimana anda dapat melihat bayangan anda berpuluh puluh jumlahnya. Suara pantulan ini mengaburkan suara hentakan alat musik dan memberi bunyi tambahan setelah hentakan alat musik.Gambar 13.2Garis suara langsung dan pantulan yang di dengar1. Reaksi sebar Salah satu solusi akustik yang terbaik adalah meletakan panel serap dan sebar (difusi) pada bidang pantul pararel. Pantulan suara dari lantai mudah untuk diatasi dengan meletakan karpet atau permadani. Frekuensi rendah, biasanya, tidak terserap oleh karpet atau rug, menghasilkan fase negative pada frekuensi midbass yang saling meniadakan, akibat interfensi suara langsung dan suara pantulan, sering disebut dengan Allison Affect, diambil dari nama designer loudspeaker Roy Allison, yaitu orang pertama mempublikasikan fenomena ini. Perlu di ingat, jenis karpet berhubungan pula dengan kualitas suara. Sebagai contoh karpet wool memilki suara yang lebih alami dibandingkan dengan karpet sintetik. Karena serabut padan karpet wool memiliki panjang dan ketebalan yang tidak sama, sehingga masing masing serabut menyerap frekuensi yang berbeda. Karpet sintetik, sebaliknya, terbuat dari serabut dengan panjang dan ketebalan yang persis sama sehingga masing masing serabut menyerap frekuensi yang sama.2.11 Kriteria-kriteria variabel berpengaruh 1. Ukuran ruangan theater yang akan diukur2. Peresentase alat musik dari 0 sampai 100%3. Interior bangunan pertunjukan meliputi hal-hal sebagai berikut: Bahan penutup langit-langit Bahan penutup tembok Bahan penutup lantai Stand Bahan untuk jendela Bahan untuk pintu Ventilasi udara Kebocoran ventilasi1. Efek pemantulan dikelompokkan dalam: 1. Lapangan terbuka2. 1 meter di depan gedung3. Di kiri kanan sepanjang jalan terdapat dinding menerus4. Bangunan peredam bising, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:5. Tinggi bangunan peredam bising6. Jarak bangunan peredam dari tepi jalan terdekat7. Jarak bangunan peredam dari titik penerima bising8. Bahan bangunan peredam terbuat dari bahan yang solid/kedap suara2.12 Peran Elemen InteriorPeran signifikan dari elemen-elemen interior seperti bentuk (lantai, dinding dan plafon), dimensi (panjang, lebar, dan tinggi), serta bahan penyelesaian bidang ruang dalam, sangat berguna untuk memperkaya karakter akustik auditorium yaitu dalam menghasilkan pantulan-pantulan bunyi yang berguna.2.13 Elemen Pembentuk RuangBentuk yang dimaksud adalah lantai, dinding yang mengelilingi dan plafon. Aliran bunyi dari panggung yang merupakan lokasi sumber bunyi menuju ke penonton sebagai penerima, sangat dipengaruhi oleh bentuk auditorium dan rancangan permukaan interiornya. Dinding-dinding pembatas dibentuk oleh denah auditorium. Bentuk denah auditorium bermacam-macam, namun yang paling mendasar dan umum adalah bentuk persegi panjang, kipas, dan tapal kuda. Bentuk-bentuk ini dipilih karena secara tradisi mempunyai keuntungan pada karakter akustiknya, tergantung atas kebutuhan pertunjukan akan akustik yang spesifik dalam auditorium tersebut. Bentuk persegi panjang cenderung dipakai untuk pertunjukan musik, bentuk kipas dipakai untuk pertunjukan teater atau drama, sedangkan bentuk tapal kuda biasanya dipakai untuk pertunjukan opera. Perkembangan denah selanjutnya adalah heksagonal, kipas terbalik, oval, serta kombinasi bentuk-bentuk yang ada (Beranek, 1962). Auditorium berbentuk persegi panjang mempunyai kelebihan dalam menghasilkan pantulan silang yang berguna untuk fullnes dan envelopment yang diperlukan oleh musik. Kerugiannya, dinding sejajar dapat menimbulkan resiko resonansi dan flutter echo sehingga harus dibuat tidak sejajar, selain itu jarak antara penonton dan pemain lebih jauh. Bentuk kipas memperpendek jarak antara penonton dan pemain, namun sebaiknya dinding belakang tidak berbentuk melengkung karena dapat menimbulkan echo, oleh karena itu harus dimodifikasi dengan bentuk-bentuk geometris. Auditorium berbentuk tapal kuda merupakan bentuk tradisi gedung opera yang merupakan kompromi antara teater dan musik; bentuk ini membutuhkan waktu dengung (reverberation time) lebih pendek bila dibandingkan dengan musik (Doelle, 1972). Pada masa kini, denah auditorium yang panjang dan sempit sudah tidak populer lagi karena kebutuhan untuk menampung kapasitas penonton yang lebih besar. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan untuk mendesain auditorium dengan denah berbentuk kipas untuk mengakomodasikan lebih banyak penonton. Bentuk ini dapat menyebabkan problema akustik karena dinding samping menghasilkan hanya sedikit pantulan awal utamanya bagi penonton yang duduk di tengah, serta menghasilkan time-delay gap yang panjang sehingga dapat menyebabkan echo. Untuk mengatasi hal ini interior auditorium perlu dilengkapi dengan reflector atau suspended ceiling, contohnya adalah denah TheTanglewood Music Shed di AS yang berbentuk kipas melebar dengan kapasitas 5.000 penonton. Meskipun dinding sampingnya sangat terbuka lebar, namun kualitas akustik di auditorium ini diklasifikasikan baik karena dilengkapi dengan reflektor pada tempattempat tertentu dan suspended ceiling (Talaske & Boner, 1986). Apabila bagian belakang auditorium menyempit (bentuk kipas terbalik), dinding-dinding samping dapat menghasilkan pantulan samping (lateral) yang lebih banyak kepada penonton pada bagian tengah, sehingga bentuk ini menghasilkan kualitas karakter akustik yang lebih baik daripada bentuk kipas biasa. Meskipun demikian, bentuk ini tidak lazim dalam desain auditorium karena mengakomodasikan lebih sedikit penonton, serta bagian panggung terlihat terlalu lebar. Pemecahannya adalah denah berbentuk heksagonal memanjang, seperti pada The Sydney Opera House (Jordan, 1980). Bentuk dan pola plafon menurut Bradley (1989) sangat mempengaruhi tingkat kekerasan bunyi (loudness) pada auditorium, karena memperkaya pantulan awal yang berguna. Hal ini disebabkan karena plafon merupakan permukaan reflektor yang paling luas bidang cakupannya bila dibandingkan dengan pantulan yang berasal dari dinding samping yang melingkupi area terbatas di sekitarnya. Oleh karena itu, pola plafon perlu didesain untuk mengarahkan pantulan-pantulan bunyi dengan tepat. Fitting dari system pencahayaan dan fasilitas ventilasi yang dipasang di dalam panel plafon tersebut dapat berpindah bersamaan dengan setting panelnya pada pengaturan volume kecil atau besar. Untuk pertunjukkan konser biasanya plafon diatur pada posisi atas. Selain itu, waktu dengung juga dapat diperpanjang secara elektro akustik dengan memakai assistedresonance system pada semua frekuensi sehingga dapat meningkatkan waktu dengung sampai dengan 80% pada frekuensi rendah dan 25 % pada frekuensi tinggi (Talaske & Boner, 1986). Tingkat background noise yang seringkali ditimbulkan oleh sistem perpipaan (ducting) dari ventilasi udara perlu desain khusus untuk menghasilkan bunyi yang minimal dari distribusi udara. Semua mesin-mesin diakomodasikan pada sudut luar bangunan di dalam tapak, dipisahkan dari hall secara struktur dan akustik.Pengaruh Elemen Interior Terhadap Karakter Akustik Auditorium (Hedy C. Indrani)Gambar 3. Pemakaian plafon yang dapat diatur (mobile), dapat mengurangi volume auditorium secara signifikan. Sistem ini didesain agar plafon dapat diturunkan di atas tempat duduk bagian tengah, sehingga menutupi tempat duduk di belakangnya. Dengan demikian, tingkat atas dapat ditutup atau dibuka keseluruhannya berdasarkan kebutuhan untuk mencapai fleksibilitas maksimum dari plafon (Kuttruff, 1979: 137).2.14 Jarak pandangFaktor lain yang perlu diperhatikan adalah agar bunyi langsung yang berasal dari sumber bunyi (pemain) kepada penonton (penerima) harus dapat diproduksi sekeras mungkin. Ada beberapa cara untuk mendukung hal tersebut yaitu:1. Bunyi bertambah lemah dengan bertambahnya jarak antara sumber dan penerima oleh karena itu jarak rata-rata antara sumber dan penonton harus dibuat sependek mungkin.2. Jalur bunyi langsung sebaiknya tidak terhalangi, berarti tidak terhalang oleh bagian dari struktur bangunan atau oleh penonton apabila melewati penonton. Oleh karena itu tempat duduk penonton harus diatur sedemikian rupa sehingga sudut pandang atau kepala penonton tidak saling menghalangi dan mengganggu jalur bunyi ke arah penonton di deretan belakangnya. Sebaiknya dibuat jarak sedikitnya 10 cm antar sudut pandang. Apabila dibutuhkan lantai penonton yang datar, maka pemain sebaiknya ditempatkan di atas panggung yang cukup tinggi.3. Jarak pantulan bunyi sebaiknya tidak lebih dari 10 m terhadap jarak bunyi langsung dari sumber (pemain) ke lokasi penonton, karena pantulan ini berguna untuk menambah intensitas bunyi langsung.4. Volume ruang sebaiknya 2,8 m2 per kursi untuk dapat menghasilkan intensitas bunyi optimal rata-rata yang dapat mencapai penonton. Bila volume ruang lebih besar dengan maksimum 4,2 m2 per kursi untuk kapasitas penonton yang besar, maka harus ditambahkan absorben agar waktu dengung tetap mencukupi. Untuk memperkuat intimacy dari panggung, tempat duduk diatur melengkung mengelilingi panggung sehingga akan menghasilkan jalur pandang yang sangat baik.2.15 Dimensi Ruang DalamDimensi ruang dalam merupakan proporsi dari panjang, lebar dan ketinggian ruang. Ruang dalam bervolume besar, akustiknya cenderung lebih tidak sempurna bila dibandingkan dengan yang bervolume kecil, utamanya untuk ruang yang sangat lebar, karena dapat menimbulkan problema akustik yaitu echo pada daerah tempat duduk utama. Terdapat korelasi yang erat antara lebar ruang dan akustik yang diminati penonton yaitu apabila ruang sempit maka akustiknya menjadi lebih diminati dan sebaliknya. Contohnya adalah The Amsterdam Concertgebouw dan The Vienna GrosserMusikvereinsaal yang akustiknya secara internasional terkenal sangat memuaskan. Ruang yang sempit mengesankan akustik yang intim bila dibandingkan dengan hall yang lebar. Rasio yang umum digunakan untuk bentuk persegi panjang adalah 2h : w (h = tinggi, w = lebar), lebar ruang sangat mempengaruhi pantulan bunyi yang dihasilkan dari samping (lateral reflection) dan berguna untuk memperkaya karakter akustik (Lawrence, 1970)2.16 Finishing Bidang PermukaanPenyelesaian elemen-elemen interior berupa bidang permukaan yang melingkupi auditorium, sangat berpengaruh terhadap karakter akustik. Penyelesaian bidang permukaan lantai berupa penutup yang absorben contohnya karpet dan sejenisnya, fungsinya untuk mengurangi bunyi yang ditimbulkan oleh langkah-langkah kaki dan bunyi-bunyi lainnya yang mengganggu. Lantai panggung sebaiknya dibuat dari konstruksi kayu (meskipun tingkatnya sama dengan tingkat lantai penonton atau lebih tinggi) agar dapat memberi resonansi. Bidang plafon merupakan bidang reflektor dengan lingkup area pantulan yang paling luas bila dibandingkan dengan dinding samping yang hanya meliputi area terbatas di sekitarnya. Oleh karena itu penyelesaian bidang permukaan plafon harus didesain dengan tepat agar dapat mengarahkan pantulan ke lokasi-lokasi yang membutuhkan penguatan intensitas bunyi, serta dapat berfungsi pula dalam mendifusikan bunyi. Apabila struktur atap terlalu tinggi maka plafon sebaiknya digantung (suspended ceiling) agar jarak pantulan bunyi dari sumbernya menuju penonton tidak terlalu panjang atau waktunya terlalu lama. Penyelesaian pada bidang dinding bagian belakang sebaiknya diberi bahan absorben atau bersifat menyebarkan bunyi, karena bunyi yang sampai ke permukaannya sudah menempuh jarak yang panjang sehingga pantulannya kurang berguna bagi penonton, hal ini bisa menimbulkan echo. Bila dinding belakang cekung, maka bahan absorben yang dibutuhkan lebih banyak, namun apabila melengkung, sebaiknya dibuat untuk bias menyebarkan bunyi. Penyelesaian pada dinding samping didesain bervariasi untuk dapat memantulkan bunyi dan juga mendifusikan bunyi. Hal ini penting bila auditorium berbentuk kipas, agar bunyi dapat terdistribusi dengan baik. Kadang-kadang bahan absorben ditempatkan di dinding samping belakang panggung untuk memperkecil waktu dengung dan refleksi silang yang biasanya menggangu pendengaran penonton pada bagian depan (Parkin & Humphreys, 1971). Akustik merupakan sebuah sarana yang terdapat dalam gedung tersebut. Gedung pertunjukan adalah sebuah gedung yang mempunyai fungsi sebagai tempat untuk melaksanakan perunjukan berbagai kegiatan diantaranya music,okestra,lakon,tarian dan berbagai kegiatan yang dipertujukan kepada penonton yang hadir dalam acara tersebut. Selain itu gedung pertunjukan juga mempunyai beberapa bagian diantaranya adalah seperti terlihat pada gambar dibawah iniGambar: Gedung pertunjukanNamun secara umum gedung pertunjukan terdapat pangung dan tempat duduk penonton yang menjadi komponen utama dalam mempertunjukan sesuatu kepada masyarakat yang menyaksikan pertunjukan itu. Apapun bentuk dan jenis ruangan atau venue yang membutuhkan perancangan akustik yang tepat, semestinya memiliki objektif untuk menghasilkan medan suara yang sesuai dengan tujuan dan maksud pemanfaatan ruangan atau venue tersebut. Sebelum membicarakan objektif tersebut, perlu kita pahami bersama mekanisme dari terjadinya suara dan juga medan suara di dalam ruangan.Gambar 1. Komponen utama terjadinya suaraPada Gambar 1, secara sederhana digambarkan bahwa akustik atau terjadinya suara itu menyangkut 3 komponen utama yaitu sumber suara, ruangan/medium dan penerima. Jika salah satu dari ketiga komponen utama tersebut tidak ada, maka suara pun tidak ada. Ketiga komponen utama akustik ini memiliki karakteristik yang dapat dinilai dan diukur baik itu secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian objektif tentunya berdasarkan kepada besaran-besaran yang bersifat objektif yaitu besaran-besaran fisika, misalnya besaran sound pressure level dari sumber suara, besaran waktu dengung ruangan atau juga directivity dari mikrophone (dalam hal ini mikrophone bertindak sebagai penerima suara). Sementara itu penilaian subjektif pada umumnya berdasarkan kepada subjective preference dari orang yang menilainya, meskipun penilaian yang dilakukan tersebut sering juga didasarkan kepada besaran-besaran fisika, misalnya seseorang lebih menyukai speaker A dibandingkan dengan speaker B akibat adanya perbedaan karakteristik frekwensi atau juga perbedaan karakteristik dinamiknya.BAB IIIPENUTUP4.1 KESIMPULANBentuk (lantai, dinding, plafon), dimensi (volume) dan bahan (finishing) dari bidang permukaan yang melingkupi ruang dalam auditorium merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas karakter akustik auditorium. Koefisien absorbsi dari bahan penyelesaian bidang permukaan, bentuk dari dinding-dinding pembatas, konfigurasi plafon dan pengaturan tempat duduk penonton, akan menciptakan karakter akustik yang spesifik pada auditorium. Perancang interior hendaknya menggunakan bahan penyelesaian (finishing) dengan hati-hati untuk mempengaruhi bunyi dan waktu dengung (reverberation time). Selain itu, perlu dipikirkan pemilihan bentuk auditorium untuk mendistribusikan pantulan dan menghindari kesalahan akustik seperti echo dan flutterecho. Pemakaian dinding vertikal, permukaan yang tidak paralel (lantai dan plafon, dua dinding samping) dan reflektor yang berjarak pendek, merupakan desain yang diadopsi untuk kegunaan tersebut. Dalam pertimbangan akustik untuk auditorium, yang utama adalah pada factor waktu dengung (reverberation time), loudness, dan pantulan awal. Pantulan awal dapat menciptakan intimacy, sedangkan pantulan awal dari samping (early lateral reflection) menciptakan impresi ruang dan envelopment. Faktor kritis yang perlu dihindari adalah bilamana terjadi echo serta tingginya tingkat background noise sehingga melebihi criteria standar suatu jenis pertunjukan. Kebanyakan auditorium mempunyai problem pada tingkat background noise yang melebihi kriteria standar kegunaannya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk memperhatikan perencanaan sistem interior, seperti ventilasi pada auditorium, guna menghindari tingkat gangguan kebisingan yang berlebihan. Perhatian terutama harus ditujukan pada sambungan ducting dan bukaan, karena bunyi frekuensi rendah yang dihasilkan dapat sangat mengganggu selama pertunjukan, terutama pada area penonton.DAFTAR PUSTAKA1. Akustik auditorium Sekolah Internasional Tiara BangsaJakarta2. Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS KEBISINGAN (NOISE)3. FERMACELL Dry Lining4. Herwin Gunawan www.vokuz.com5. Hasil Penelusuran Gambar Google untuk httpvokuz_com-gambar-conferoom_jpg6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku mutu kebisingan8. 9. Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup10. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup11. Manual Ditjen Bina Marga No. 001/T/BMKT/1990, Panduan survai dan perhitungan waktu perjalanan lalu lintas12. Manual Ditjen Bina Marga No.016/T/BNKT/1990, Pedoman tata cara pelaksanaan survai lalu lintas13. Manual Ditjen Bina Marga No. 036/T/BM/1999, Pedoman perencanaan teknik bangunan peredam bising14.15. Herwin Gunawan www.vokuz.comLampiran 1 Spesifikasi peredam suara1. 1. Mat Alumunium Bahan Isolasi SuaraAcourete Mat Alumunium adalah bahan isolator suara dan peredam getaran yang terbuat dari campuran resin kimia. Bahan ini cocok untuk mengatasi kebocoran suara antar ruang, meredam suara bising, membuat ruang kedap suara, dan meningkatkan S/N ratio untuk audio mobil. Dengan ketebalan 2mm dan memilki bahan perekat pada satu sisi dan alumunium foil pada sisi lainnya. Acourete Mat Alumunium tahan lapuk terhadap kelembaban udara dan perubahan cuaca yang ekstrim. Bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut.SPESIFIKASIAcouret Mat Alumunium Ukuran: 90 mm x 53 mmTebal: 2 mmFactor redam getar: 0.161. 2. Mat Asphalt Bahan Isolasi SuaraJika anda ingin membuat ruang kedap suara yaitu dapat mencegah bising dari luar ruang masuk ke dalam ruang atau sebaliknya, maka Acourete Mat Asphalt adalah solusi yang paling tepat. Acourete Mat Asphalt adalah material yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara mengabsorb rambatan energi suara pada bahan dinding, pintu atau jendela. Acourete Mat Asphalt terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Kelebihan lainnya adalah bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut. Dengan bantuan designer akustik anda dapat menciptakan ruang kedap suara yang sesuai dengan kebutuhan anda. Acourete Asphalt memiliki factor peredam energi getaran sebesar 0.14. Terbaik dalam kelasnya.Application:Perekaman dan Music Studio, dan Home Cinema Car Audio dan Broadcasting Home Audio TV dan Radio, Cinema Music Hall, Concert Hall Karaoke Room, Discotheque, Bar, Caf Room seminar, Meeting tinggal, kantor.SPESIFIKASI:Acourete Mat Asphalt:1. Ukuran per lembar: 1mx1m,2. Tebal: 2mm3. Factor serap getaran: 0.144. Warna: Abu-abu tua1. 3. Mat Eva Bahan Isolasi SuaraJika anda ingin membuat ruang kedap suara yaitu dapat mencegah bising dari luar ruang masuk ke dalam ruang atau sebaliknya, maka Acourete Mat Eva adalah solusi yang paling tepat. Acourete Mat Eva adalah material yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara mengabsorb rambatan energi suara pada bahan dinding, pintu atau jendela. Acourete Mat Eva terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Kelebihan lainnya adalah bahan ini tidak mudah terbakar dan mampu memadamkan api jika tersulut. Dengan bantuan designer akustik anda dapat menciptakan ruang kedap suara yang sesuai dengan kebutuhan anda. Acourete Eva memiliki factor peredam energi getaran sebesar 0.14. Terbaik dalam kelasnya.Application:Recording and Music Studio, Radio and TV Broadcasting Home Audio and Cinema Car Audio and Cinema Music Hall, Concert Hall Karaoke Room, Discotheque, Bar, Caf Seminar Room, Meeting room, officeSPESIFIKASI:Acourete Mat Eva Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tua1. 4. Mat Resin Bahan Isolasi SuaraJika anda memiliki masalah kebocoran suara dan kebisingan dan berencana untuk mengisolasi suara dan kebisingan tersebut maka Acourete Mat Resin adalah solusi yang paling tepat. Acourete Mat Resin adalah bahan visco elastic polimer yang mampu mengisolasi bunyi dengan cara menyerap energi suara yang merambat pada media lantai, dinding, plafon dan pilar. Bahan ini dapat pula dipakai sebagai bahan isolasi suara pada pintu atau jendela. Acourete Mat Resin terbuat dari resin halus yang memiliki sifat peredam getaran dan isolasi suara yang baik dan tahan terhadap perubahan cuaca. Pemakaian Acourete Mat Resin pada konstruksi bangunan anda relatif aman karena memiliki stabilitas yang tinggi terhadap ancaman kebakaran dengan kemampuan self-extinguising dengan adanya penerapan fire retardant treatment. Dengan bantuan konsultan akustik anda dapat menciptakan ruang kedap suara yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran anda. Dengan konstruksi dan pengerjaan yang benar maka anda dapat menghadirkan ruangan bebas gangguan suara yang menggangu pada Studio Musik dan Rekaman, Studio TV dan Radio, Home Theater, High End Audio, Car Audio, Rumah Ibadah, Auditorium, Concert Hall, Karaoke Room, Discotheque, Hotel, Bar, Music Lounge, Ruang Seminar, Ruangan Meeting, Kantor, Ruangan Mesin serta gangguan suara pada ruang tempat tinggal. Catatan: Diperlukan aplikasi khusus untuk mengatasi kebocoran suara pada frekuensi low bass.SPESIFIKASI:Acourete Mat Resin Ukuran per lembar: 1mx1m Tebal: 2mm Factor serap getaran: 0.14 Warna: Abu-abu tuaBerat: 4kg Densitas: 2000 g/mSOUND TRANSMISSION LOSS:125Hz:17dB, 160Hz:14dB, 200Hz:16dB, 250Hz:17dB, 315Hz:20dB, 400Hz:22dB, 500Hz:25dB, 630Hz:27dB, 800Hz:30dB 1000Hz:31dB, 1250Hz:33dB, 1600Hz:35dB, 2000Hz:39dB, 2500Hz:44dB, 3150Hz:48dB, dan 4000Hz:52dB1. 5. Peredam Suara Fiber 600Fiber 600 adalah bahan peredam suara dengan densitas 600K. Memiliki kekuatan serap suara yang sama atau lebih baik dibandingkan bahan peredam lain yang tebalnya 10 kali lebih tebal. Berwarna putih, ukuran 1mx1m dan bobot yang ringan membuat bahan ini mudah di aplikasikan untuk beragam kebutuhan bahkan pada tempat yang sangat rapat sekalipun. Fiber 600 aman untuk lingkungan dan manusia, tidak mudah terbakar, tidak mengeluarkan gas beracun jika terbakar, dapat di daur ulang dan tahan terhadap udara lembab. Fiber 600 terbuat dari anyaman serabut poly-propilene halus yang mirip dengan jaring laba-laba yang sangat rapat.SPESIFIKASI- Densitas: 600kg/m3- Koefisien Serap Suara* 250Hz = 0.10* 500Hz = 0.60* 1000Hz = 0.89* 2000Hz = 0.83* 4000Hz = 0.75- NRC = 0.63- Ukuran: 1000 x 1000 x 6 mm- Warna: PutihAplikasi: Mengurangi suara bising dari alat/mesin seperti: genset, air condition, kulkas, vacuum cleaner, mesin cuci, printer, komputer dan lain-lain. Meredam pantulan suara dalam kendaraan, ruang karaoke, home theater, ruang audio, studio rekaman, studio pemancar, audiotorium, concert hall, function room, sport hall, cafe, music lounge, seminar room, laboratorium dan lain-lain.FERMACELL Dry Lining2 S 11Increased sound insulation up to Rw20 dBUraian.FERMACELL adalah suatu capaian yang tinggi, papan bangunan yang serbaguna yang dikombinasikan dengan barang tunggal yang pengecualian, berdampak pada dan kekayaan embun yang bersifat menentang dengan tingkat tinggi dari isolasi/penyekatan akustik dan daya-dukung berat/beban. Diterapkan-Alat pengepel yang sederhana FST sistem penyelesaian menghapuskan daerah angin pasat pemlesteran dan mengeringkan dalam 30 beberapa menitSpesifikasi dan pengunaannyaFERMACELL adalah suatu tebal/padat, homogen,, [papan/meja] [penyiku/ lapangan] yang dibingkai yang adalah bersendi-tong/puntung/penumpu yang menggunakan lem FERMACELL Jointstik. papan ditempatkan di baja studwork ( min 0.6 mm mengukur dengan suatu 50 mm yang memperbaiki wajah) menggunakan sekrup FERMACELL. FERMACELL merekomendasikan Protektor studwork, yang mana [adalah] tersedia dari Cornercare ( 01562 515200). Detil instalasi yang penuh disampaikan dalam Handy Guide. NBS spesifikasi dan Autocad pekerjaan menggambar adalah jugaFERMACELL Dry Lining 3 S 11Increased sound insulationup to Rw20 dBKetika lapisan yang kering untuk meningkatkan isolasi/penyekatan bunyi yang sesuai adalah penting mempertimbangkan mengapit unsur-unsur dari bangunan itu. Di mana suatu dinding massa yang rendah yang internal berdampingan dinding luar misa raya, kemudian membagi dinding sendirian mungkin dihadapi ( lihat figur 1). Bagaimanapun, kedua-duanya membagi dinding dan mengapit dinding mungkin dari massa yang tidak cukup ( sebagai contoh di konstruksi dari petinju kelas ringan menghalangi) dan dalam hal ini mungkin saja diperlukan untuk menghadapi kedua-duanya membagi dan mengapit dinding ( lihat figur 2). Di mana capaian yang akustik dari dinding pembagian adalah cukup,, kalau kiranya tidak contoh, suatu berlanjut mengapit dinding dari blok petinju kelas ringan telah digunakan, kemudian FERMACELL mungkin digunakan untuk meningkatkan capaian yang akustik dari mengapit dinding ( lihat figur 3). Lazimnya,, di mana tingkat yang lebih tinggi dari isolasi/penyekatan bunyi;serasi diperlukan, komponen ditengahnya struktural akan juga harus dengan FERMACELL mengeringkan lapisan. Di kasus dari menjatuhkan papan, suatu pagu/langit-langit yang dipenjarakan yang menggunakan FERMACELL menumpang di gantungan Protektor TPS bersama dengan FERMACELL mengeringkan sistem bahan untuk lantai di atas papan dapat digunakan untuk menyediakan yang sesuai tingkat isolasi/penyekatan.FERMACELL Dry Lining 3 S 11Increased sound insulationup to Rw20 dBDwellings/ConversionsSeparating Walls

Tabel 1a menunjukkan nilai-nilai isolasi/penyekatan bunyi yang diperlukan oleh E1 bagian dari 2003 Approved Document E Bagian E untuk memisahkan dinding, menjatuhkan dan tangga. Perubahan pada Approved Document menuntut jauh lebih persyaratan yang berat dibanding dokumen yang sebelumnya. Pengenalan tentang suatu faktor-koreksi frekwensi rendah yang baru (Ctr) pada pengukuran bunyi yang naik di udara dapat mempengaruhi capaian dari suatu konstruksi dengan sangat. Konstruksi standard yang sebelumnya akan ditemukannya lebih sukar untuk mencapai peraturan yang baru. mutu dan Bimbingan disain yang lebih keras dari pengerjaan ditempat akan diperlukan untuk mengurangi kemungkinan dari kegagalan. Standard untuk dinding adalah 45dB dinyatakan sebagai ` Dntw + Ctr dB. Walaupun ini adalah sesuai nomornya lebih rendah dari yang sebelumnya disetujui dokumen E disiratkan 52-53dB standar prestasi dari tembok pemisah, penambahan dari Ctr suatu koreksi untuk mempertimbangkan frekwensi yang rendah yang dipancarkan oleh peralatan audio biasanya yang ditemukan di rumah perlukah memastikan suatu peningkatan yang lebih besar di perlindungan bunyiDinding internalTabel 2 di bawah menunjukkan nilai-nilai isolasi bunyi yang diperlukan oleh Section E2 dari Part E untuk dinding internal dan lantai. Ini didasarkan pada nilai-nilai test laboratorium dan adalah begitu dinyatakan sebagai nilai-nilai Rw. Tidak ada persyaratan untuk penyelesaian-sebelum pengujian di bawah E2..Table 1a: Dwelling-Houses dan sepatu tumit rata standar prestasi untuk memisahkan dinding, pemisahan menjatuhkan dan tangga yang mempunyai suatu pemisahan fungsi

Airborne sound insulationDnTw + Ctr dB(Minimum values)Impact sound insulationLnTw dB(Maximum values)

Dwelling-houses and flats formed by material change of use

Walls

Floors and stairs

43

43

-

64

Table 2:Laboratorium menilai untuk lantai dan dinding baru internal di dalam tinggal rumah, ruang dan sepatu tumit rata untuk tujuan kediaman, apakah tujuan yang dibangun atau yang dibentuk oleh perubahan material berguna

Airborne sound insulationRw dB(Minimum values)

Walls

Floors

40

40

16. Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup1. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1999 tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 Tahun 2000 tentang Pedoman penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku mutu kebisingan4. Manual Ditjen Bina Marga No. 001/T/BMKT/1990, Panduan survai dan perhitungan waktu perjalanan lalu lintas5. Manual Ditjen Bina Marga No.016/T/BNKT/1990, Pedoman tata cara pelaksanaan survai lalu lintas6. Manual Ditjen Bina Marga No. 036/T/BM/1999, Pedoman perencanaan teknik bangunan peredam bising7. Hasil Penelusuran Gambar Google untuk httpvokuz_com-gambar-conferoom_jpg8. FERMACELL Dry Lining9. Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS KEBISINGAN (NOISE) 10. Akustik auditorium Sekolah Internasional Tiara BangsaJakarta11. Herwin Gunawan www.vokuz.com