44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari : Persediaan bahan baku, Bahan pembantu, Barang dalam proses (WIP), barang jadi dan persediaan suku cadang. Dalam sebuah organisasi, seperti perusahaan yang bergerak dibidang produksi pangan yang mempunyai hasil produksi utama berupa cokelat dengan merk dagang “Cokelat Monggo” kebanyakan memiliki persediaan agar mampu memberikan pelayanan dan kualitas yang terbaik pada pelanggan. Dalam sebuah perusahaan yang baik harus dapat mempertahankan persediaan bahan baku, agar dapat melakukan proses produksi dengan lancar, serta yang terpenting adalah dapat memenuhi permintaan konsumen. Dalam manajemen persediaan terdapat tahap-tahap pokok persediaan yang terdapat dalam suatu sistem produksi- distribusi dari bahan-bahan mentah dan pemesanan suplai melalui proses produktif, yang tercapai puncaknya sehingga tersedia untuk digunakan. Dalam sistem ini, mula-mula sekali haruslah kita mempunyai bahan baku dan suplai agar dapat melaksanakan proses produksi. Bila kita ingin dapat menghasilkan sesuatu dengan biaya yang paling sedikit dan menurut jadwal yang dikehedaki, maka barang-barang dan suplai ini harus tersedia. Karena itu kita harus mengadakan kebijakan-kebijakan yang menentukan kapan 1

akuntansi manajemen lanjutan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akuntansi manajemen lanjutan

Citation preview

Page 1: akuntansi manajemen lanjutan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi

bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari : Persediaan bahan baku,

Bahan pembantu, Barang dalam proses (WIP), barang jadi dan persediaan suku cadang.

Dalam sebuah organisasi, seperti perusahaan yang bergerak dibidang produksi pangan yang

mempunyai hasil produksi utama berupa cokelat dengan merk dagang “Cokelat Monggo”

kebanyakan memiliki persediaan agar mampu memberikan pelayanan dan kualitas yang

terbaik pada pelanggan. Dalam sebuah perusahaan yang baik harus dapat mempertahankan

persediaan bahan baku, agar dapat melakukan proses produksi dengan lancar, serta yang

terpenting adalah dapat memenuhi permintaan konsumen.

Dalam manajemen persediaan terdapat tahap-tahap pokok persediaan yang terdapat

dalam suatu sistem produksi-distribusi dari bahan-bahan mentah dan pemesanan suplai

melalui proses produktif, yang tercapai puncaknya sehingga tersedia untuk digunakan. Dalam

sistem ini, mula-mula sekali haruslah kita mempunyai bahan baku dan suplai agar dapat

melaksanakan proses produksi.

Bila kita ingin dapat menghasilkan sesuatu dengan biaya yang paling sedikit dan

menurut jadwal yang dikehedaki, maka barang-barang dan suplai ini harus tersedia. Karena

itu kita harus mengadakan kebijakan-kebijakan yang menentukan kapan melengkapi

persediaan ini dan berapa banyak yang harus dipesan pada suatu waktu. Persoalan-persoalan

ini ada hubungannya dengan potongan harga dan karena perlu adanya jaminan agar

kelambatan-kelambatan dalam waktu suplai dan kenaikan sementara dari kebutuhan-

kebutuhan tidak akan mengganggu operasi yang akan dilaksanakan.

Sebagai bagian dari proses konversi dalam sistem produksi terdapat persediaan dalam

proses, yang diubah menjadi persediaan barang jadi. Tingkat-tingkat persediaan barang jadi

tergantung kepada kebijakan yang digunakan untuk menentukan lot (kumpulan) produksi dan

penjangkaan waktunya serta wajib pemakaian yang ditetapkan oleh pesanan para distributor.

Bagi barang-barang dengan volume tinggi akan lebih tepat kebijakan yang berbeda-beda

untuk produksi dan perlengkapan persediaan dibanding barang-barang volume menengah

atau rendah. Keputusan-keputusan ukuran lot produksi dan penjangkaan waktu penting sekali

hubungannya dengan penggunaan personalia dan peralatan secara ekonomis dan mungkin

1

Page 2: akuntansi manajemen lanjutan

untuk produksi barang dengan volume tinggi secara kontinu. Sebaliknya, barang-barang

volume rendah hanya akan dihasilkan secara berkala dalam lot ekonomis.

Seharusnya dengan adanya kebijakan persediaan bahan baku yang diterapkan dalam

perusahaan, biaya persediaan tersebut dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk meminimumkan

biaya persediaan tersebut dapat digunakan analisis “Economic Order Quantity” (EOQ). EOQ

adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali

pembelian (Prawirosentono,2001:49). Metode EOQ berusaha mencapai tingkat persediaan

yang seminimum mungkin, biaya rendah dan mutu yang lebih baik. Perencanaan metode

EOQ dalam suatu perusahaaan akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga

tidak mengganggu proses dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang

dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya efisisensi persediaan bahan baku di dalam

perusahaan yang bersangkutan. Selain itu dengan adanya penerapan metode EOQ perusahaan

akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang, baik untuk ruangan

gudang dan ruangan kerja, menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari banyaknya

persediaan yang menumpuk sehingga mengurangi resiko yang dapat timbul karena

persediaan yang ada digudang seperti rusaknya bahan baku cokelat yang terlalu lama

menumpuk di gudang. Analisis EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk

merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam kuantitas berapa kali pembelian.

CV. Anugerah Mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi

cokelat, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Cokelat Monggo. Bahan baku yang

digunakan dalam proses produksi Cokelat Monggo ini adalah Cokelat dan dalam pelaksanaan

proses produksinya bahan baku tersebut selalu tersedia untuk kelancaran proses produksi.

Oleh sebab itu perlu dilaksanakan perencanaan dan pengendalian bahan baku yang lebih

efisien, maka dilakukan analisis dengan Metode EOQ sebagai salah satu pilihan sebagai

perbandingan antara kebijakan yang telah dilaksanakan. Sehingga perusahaan dapat memilih

kebijakan mana yang lebih efisien dalam hal pengeluaran biaya persediaan atau total biaya

persediaan. Dari asumsi di atas penulis meneliti penerapan metode EOQ pada manajemen

penyediaan bahan baku yang ada di perusahaan CV. Anugerah Mulia. Dan penulis

mendiskripsikan melalui karya tulis ini dengan mengambil judul : ‘‘ANALISIS

MANAJEMEN PERSEDIAAN DENGAN METODE EOQ PADA OPTIMALISASI

PEMESANAN BAHAN BAKU COKELAT PADA CV. ANUGERAH MULIA”

2

Page 3: akuntansi manajemen lanjutan

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa kali frekuensi dalam satu periode pembelian bahan baku dilakukan,

bila perusahaan CV. Anugerah Mulia menetapkan metode Economic Order

Quantity (EOQ)?

2. Berapa total biaya persediaan bahan baku bila perusahaan menetapkan

kebijakan Economic Order Quantity (EOQ)?

3. Berapakah Safety Stock dan Re Order Point CV. Anugerah Mulia pada

perhitungan Metode EOQ?

4. Bagaimanakah total biaya persediaan bahan baku menggunakan kebijakan

perusahaan dibandingkan dengan menggunakan metode EOQ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :

1. Frekuensi pembelian bahan baku dan jumlah kebutuhan bahan baku yang

optimal pada CV. Anugerah Mulia.

2. Total biaya persediaan CV. Anugerah Mulia.

3. Safety Stock (Persediaan Pengaman) dan Re Order Point (Titik Pemesanan

Kembali) CV. Anugerah Mulia pada perhitungan Metode EOQ

4. Perbandingan antara total biaya persediaan menggunakan kebijakan

perusahaan dengan kebijakan menggunakan metode EOQ

D. Manfaat Penelitian

Dari pelaksanaan pengerjaan tugas akhir diharapkan dapat dirasakan dan

dimanfaatkan oleh semua pihak, antara lain :

1. Manfaat bagi Mahasiswa

a. Memperoleh ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek khususnya

dibidang analisis manajemen persediaan bahan baku.

b. Memperoleh kesempatan untuk menganalisis permasalahan persediaan

bahan baku di suatau perusahaan.

2. Manfaat bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam

hal pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan.

3

Page 4: akuntansi manajemen lanjutan

E. Metode Penelitian

a. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan metode

EOQ yang merupakan penerapan persediaan dari Prinsip manajemen

persediaan, yaitu mengambil suatu masalah kemudian menganalisisnya,

penelitian dilakukan pada CV. Anugerah Mulia.

b. Objek dan Lokasi Penelitian

Objek dan lokasi Penelitian dilakukan di CV. Anugerah Mulia yang

merupakan perusahaan yang memproduksi Cokelat Monggo. Perusahaan

berlokasi di Jl. Dalem KG III/978 RT 043, RW 10 Kelurahan Purbayan,

Kotagede Yogyakarta 55173.

c. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer bersumber dari hasil observasi dan wawancara dengan

tenaga kerja yang langsung terlibat dalam pelaksanaan pengendalian

persediaan, yaitu :

a) Persediaan bahan baku tahun 2013

b) Produksi barang tahun 2013

2. Data Sekunder

Data sekunder bersumber dari informasi perusahaan, yaitu :

a) Sejarah berdirinya CV. Anugerah Mulia.

b) Struktur Organisasi CV. Anugerah Mulia.

Penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu :

1) Interview atau wawancara yang merupakan bentuk komunikasi

verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

2) Metode Pembahasan Dokumentasi

Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mencatat data yang diperoleh dari perusahaan.

3) Studi Pustaka

Yaitu dengan mempelajari buku, artikel lain yang membantu

memecahkan masalah yang mendasari penelitian.

4

Page 5: akuntansi manajemen lanjutan

F. Metode Analisis Data

Teknik analisis data ini berupa :

1. Analisis Deskriptif

Yaitu teknik dengan membuat deskripsi atau paparan secara sistematis dan akurat

yang berkaitan erat dengan persediaan bahan baku di CV. Anugerah Mulia.

2. Optimalisasi Keputusan

Yaitu teknik untuk melakukan sintesa suatu keputusan optimal dalam bidang

manajemen industri. Dengan beberapa alat pendukung yaitu penggunakan teknik

matematika dan operations research yang akan digunakan dalam pembuatan

keputusan optimal dalam suatu industri perusahaan.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1

Kerangka Penelitian

5

Kebijakan Pembelian BahanBaku Perusahaan

Kebijakan Pembelian BahanBaku dengn metode EOQ

Biaya Pemesanan dan BiayaPenyimpanan

Biaya Pemesanan dan BiayaPenyimpanan

Perhitungan denganKebijakan Perusahaan

Perhitungan dengan MetodeEOQ

Penentuan Safety Stock danRe Order point

Perbandingan Total Biaya Persediaan AntaraKebijakan Perusahaan dengan EOQ

Pemilihan Kebijakan Persediaan Bahan Baku

Page 6: akuntansi manajemen lanjutan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Fungsi Persediaan

Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu

proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution, 2003:103).

Adapun fungsi – fungsi persediaan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Decoupling

Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan

langganan tanpa tergantung supplier.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan

pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.

Dikarenakan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,

dibanding biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,

investasi, resiko dan

sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan

berdasarkan data masa lalu, yaitu permintaan musiman (seasional inventories)

(Rangkuti, 1989 : 89).

B. Jenis Persediaan

Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam

operasi bisnis. Dalam pabrik jenis-jenis persediaan dapat berupa :

1. Persediaan bahan baku (raw materials). Bahan mentah dapat diperoleh dari

sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat sendiri oleh

perusahaan untuk digunakan dalam produksi selanjutnya.

2. Persediaan suku cadang (purchased/ components parts), yaitu persediaan barang-

barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh perusahaan lain, di

mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Bahan pembantu (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam

proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

6

Page 7: akuntansi manajemen lanjutan

4. Barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang

merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah

menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai

diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada

pelanggan (Hasnan dan Suad, 1993).

C. Tujuan Persediaan

Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan

menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam

perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut tujuan menyelenggarakan

persediaan bahan baku adalah:

1. Bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan

tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit

yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan dipergunakan

untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut pada umumnya

akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan

untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan

dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan

baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk proses

produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut.

2. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan

baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan proses produksi dalam

perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan

mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan baku

dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah tingginya harga beli

bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan

membawa kerugian bagi perusahaan.

3. Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka suatu perusahaan

dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi persediaan

bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan terjadinya biaya

persediaan bahan yang semakian besar pula. Besarnya biaya yang semakin besar

ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, resiko

kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persediaan bahan bakunya

besar (Ahyari, 2003 : 150).

7

Page 8: akuntansi manajemen lanjutan

D. Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan untuk

menentukan tingkat dan komposisi daripada persediaan bahan baku dan barang hasil

produksi sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dengan efektif

dan efisien (Assauri, 1999 :176). Semakin tidak efisien pengendalian persediaan

semakin besar tingkat persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu

perlu dipertimbangkan dua aspek yaitu keluwesan dan tingkat persediaan, dalam

pengendalian persediaan (Hasnan, 1993 : 159).

Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk

menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah

persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan (Herjanto, 1999 :

219).

E. Tujuan Pengendalian Persediaan

Menurut Assauri (1999 : 177) pengawasan persediaan bahan baku bertujuan

untuk :

1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat

mengakibatkan terhentinya proses produksi.

2. Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang ditimbulkan

tidak menjadi lebih besar pula.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena

mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi. Menurut Herjanto (1999 : 220)

pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan dan menjamin

tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.

F. Keputusan dalam Manajemen Persediaan

Sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah untuk meminimumkan biaya

dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang

optimum, diperlukan kebijakan atas penetapan waktu untuk melakukan pemesanan dan

jumalah barang yang akan dipesan kembali.

Menurut Yamit (1998 : 217), terdapat tiga pendekatan atas kebijakan persediaan,

yaitu :

1. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach).

2. Pendekatan tinjauan periodik (periodic review approach).

8

Page 9: akuntansi manajemen lanjutan

3. Material requipment planning approach (MRP)

Menurut Yamit (1998 : 219) biaya dalam keputusan persediaan terdapat lima

kategori, sebagai berikut :

a. Biaya pemesanan (ordering cost)

Adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku atau

barang dari luar.

b. Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost)

Adalah biaya yang memiliki komponen utama yaitu biaya modal, biaya simpan, dan

biaya resiko.

c. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost)

Adalah biaya yang terjadi apabila persediaan tidak tersedia di gudang ketika

dibutuhkan untuk produksi atau ketika langganan memintanya.

d. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas

Adalah biaya yang terjadi karena perubahan dalam kapasitas produksi.

e. Biaya bahan atau barang itu sendiri

Adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi

oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier.

G. Bahan Baku

1. Pengertian Bahan Baku

Menurut Nasution (2003 : 103) ”bahan baku, yaitu yang merupakan input dari

proses transformasi menjadi produk jadi. Cara membedakan apakah bahan baku

termasuk bahan penolong dengan mengadakan penelusuran terhadap elemen-elemen

atau bahan-bahan ke dalam produk jadi. Cara pengadaan bahan baku bisa diperoleh

dari sumber-sumber alam, petani atau membeli.

2. Arti Penting Bahan Baku

Perusahaan perlu mengadakan persediaan bahan baku, hal ini dikarenakan

bahan baku tidak bisa tersedia setiap saat. Menurut Ahyari (1992 : 150) perusahaan

akan menyelenggarakan persediaan bahan baku, hal ini disebabkan oleh :

a. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan tidak dapat

didatangkan secara satu persatu sebesar jumlah yang tidak diperlukan serta pada

saat bahan tersebut dipergunakan.

9

Page 10: akuntansi manajemen lanjutan

b. Apabila bahan baku belum atau tidak ada sedangkan bahan baku yang dipesan

belum datang maka kegiatan produksi akan berhenti karena tidak ada bahan baku

untuk kegiatan proses produksi.

c. Persediaan bahan baku yang terlalu besar kemungkinan tidak menguntungkan

perusahaan karena biaya penyimpanannya terlalu besar.

3. Faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku antara lain:

a. Perkiraan pemakaian bahan baku

b. Harga bahan baku

c. Biaya-biaya persediaan

d. Kebijaksanaan pembelanjaan

e. Pemakaian bahan baku

f. Waktu tunggu

g. Model pembelian bahan

H. Metode EOQ (Economic Order Quantity)

Metode Economic Order Quantity (EOQ), metode ini dapat digunakan baik untuk

barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Metode EOQ adalah nama

yang biasa digunakan untuk barang-barang yang dibeli, sedangkan ELS (economic lot

size) digunakan untuk barang-barang yang diproduksi secara internal. Perbedaan

pokoknya adalah bahwa, untuk ELS biaya pemesanan (ordering cost) meliputi biaya

penyiapan pesanan untuk dikirim ke pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin (setup

cost) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Metode EOQ digunakan untuk

menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung

penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan

(Handoko, 1999 : 113).

Asumsi dasar untuk menggunakan metode EOQ adalah :

1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan sehingga biaya stock out dan

yang berkaitan dengan kapasitasnya tidak ada.

2. Item yang dipesan independent dengan item yang lain.

3. Pemesan diterima dengan segera dan pasti.

4. Harga item yang konstan.

10

Page 11: akuntansi manajemen lanjutan

Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah :

EOQ = √ 2 DSC

Dimana :

D =Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu

S =Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan mesin) per pesanan

C =Biaya penyimpanan per unit per tahun

Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan-anggapan

berikut terpenuhi :

1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui.

2. Harga per unit adalah konstan.

3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (C) adalah konstan.

4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.

5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima adalah konstan

6. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back orders.

Total Annual Cost (TOC) atau biaya total adalah jumlah dari Total Carrying Cost

(TCC) atau biaya penyimpanan dan Total Ordering Cost (TOC) atau biaya pemesanan.

TCC di dapat dari asumsi bahwa separuh dari jumlah pemesanan yang akan disimpan

dan TOC adalah biaya pemesanan yang dikalikan dengan jumlah pemesanan tiap

tahunnya (T. Hani,1984 :126).

I. Titik Pemesanan Ulang (Re Order Point)

Apabila jangka waktu antara pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan ke

dalam perusahaan berubah-ubah, maka perlu ditentukan waktu tunggu yang optimal.

Pemilihan waktu tunggu yang optimal digunakan untuk menentukan pemesanan

kembali dari bahan baku perusahaan tersebut, agar resiko perusahaan dapat ditekan

seminimal mungkin.

Model persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah

pesanan akan diterima dengan segera jika tingkat persediaan bahan di dalam

perusahaan dalam titik nol. Bagaimanapun waktu antara penempatan dan penerimaan

pesanan disebut dengan waktu tunggu (lead time).

Dalam penentuan waktu tunggu dikenal dengan dua macam biaya :

1. Biaya penyimpanan tambahan, biaya yang harus dibayar karena adanya surplus

bahan baku.

11

Page 12: akuntansi manajemen lanjutan

2. Biaya kekurangan bahan, biaya yang harus dibayar karena kekurangan bahan

untuk keperluan proses produksi biaya untuk bahan baku pengganti.

J. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman sering juga disebut sebagai persediaan besi (iron stock)

adalah suatu persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses

produksi perusahaan untuk menghindari terjadinya kekurangan barang. Persediaan

pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu dimana unit ini akan tetap ditahankan

walau bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru. Untuk menentukan persediaan

pengaman ini dipergunakan analisis statistik dengan melihat dan memperhitungkan

penyimpangan – penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan bahan baku dengan

pemakaian sesungguhnya dapat diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut.

Manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan –

penyimpangan yang terjadi tersebut agar dapat ditolerir. Jika persediaan pengaman

terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menaggung biaya penyimpanan terlalu

mahal. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menentukan besarnya safety stock

secara tepat.

12

Page 13: akuntansi manajemen lanjutan

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Profil CV Anugerah Mulia Jogjakarta

Gambar 3.1

Logo Cokelat Monggo

Nama Perusahaan : CV Anugerah Mulia Jogjakarta

Alamat : CV. Anugerah Mulia Jalan Dalem KG III / 978 RT 43

RW 10 Kel. Purbayan Kotagede 55173

Yogyakarta, Indonesia

Produk : Cokelat Monggo

2. Sejarah Pembuat cokelat Pertama di Yogyakarta

CV Anugerah Mulia Jogjakarta adalah sebuah perusahaan yang

bergerak dibidang produksi pangan yang mempunyai hasil produksi utama

berupa cokelat dengan merk dagang “Cokelat Monggo”. Awal dari pembuatan

cokelat tersebut berawal di Yogyakarta pada tahun 2001, seorang pria berumur

35 tahun asal Belgia datang ke Indonesia tanpa sebuah perencanaan. Kecewa

dengan kurangnya kualitas coklat yang tersedia di toko-toko di Indonesia

sebagai negara ketiga terbesar penghasil kakao, pria belgia tersebut

memutuskan untuk membuat beberapa produk cokelat cita rasa Belgia sendiri

dengan sumber daya yang terbatas.

Cokelat “truffle” yang dihasilkan pertama kali diberikan kepada

teman-teman Indonesianya dan secara langsung membuat teman-teman

Indonesia tersebut merasakan nikmatnya cokelat tersebut. Kemudian pria

13

Page 14: akuntansi manajemen lanjutan

tersebut membuat cokelat lebih banyak lagi dengan mengendarai Vespa tua

berwarna pink, yang disulap menjadi sebuah tempat berjualan. Setiap Minggu

pagi pria ini berjualan di daerah UGM dan di daerah luar Gereja Kota Baru.

Tujuannya hanya untuk mencari kesenangan serta mencari minat dan reaksi

dari masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan. Hal tersebut sangat

menarik dan menjadikan pria itu sebagai Pembuat Cokelat pertama di

Yogyakarta.

Untuk mewujudkan tujuannya, maka pria tersebut menggabungkan

sumber daya yang terbatas dengan modal yang ada. Ide pertama muncul untuk

membuat sebuah toko, namun hal itu gagal dan tidak dilanjutkan. Pria tersebut

melanjutkan rencananya, dengan membuka sebuah perusahaan Anugerah

Mulia pada tahun 2005. Perusahaan tersebut memiliki tim kecil yang penuh

kreasi dan akhirnya meluncurkan produknya yang pertama dengan nama

Cacaomania yang berupa cokelat praline yang ditujukan bagi kawula muda.

Nama tersebut akhirnya ditinggalkan karena nama tersebut terlalu umum dan

mereka membutuhkan nama yang khusus untuk dapat diluncurkan di pasaran.

Sejarah dari pemilihan kata “ monggo” berawal dari suatu sore yang

panas di Yogyakarta. Tim Anugerah Mulia berkumpul untuk mencari inspirasi

yaitu Edo sebagai Direktur, Burhan sebagai staf kreatif, dan Thierry sebagai

pembuat cokelat.

Mereka berusaha menemukan nama cokelat tersebut yang memiliki

tipikal khas Yogyakarta. Nama tersebut harus mudah didengar, mudah diingat

dan unik. Suatu kata dalam bahasa Jawa. Beberapa istilah muncul dalam

diskusinya dan tiba-tiba salah seorang dari mereka mengucapkan “Monggo”.

Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa jawa yang berarti “silahkan”

yang selalu digunakan oleh orang-orang Yogyakarta sambil mengacungkan

ibu jari, ataupun ketika kita lewat di depan orang lain, serta pada saat

mempersilahkan orang lain masuk ke rumah atau ketika meninggalkan rumah

seseorang.

Namun demikian banyak orang menggunakan kata “Monggo” dan juga

orang yang bukan berasal dari Yogyakarta. Nama tersebut menggambarkan

budaya Jawa, Kota Yogyakarta.

14

Page 15: akuntansi manajemen lanjutan

Bisnis yang dirintis sejak tahun 2005 ini telah berkembang dengan

hampir 150 staf yang bekerja di kantor Cokelat Monggo yang terletak di

Yogyakarta, Jakarta dan Surabaya. Produksi utama Cokelat Monggo dilakukan

di pabrik yang berada di Kotagede, Yogyakarta, dimana ditangani oleh staf

yang benar-benar ahli dibidangnya.

Cokelat Monggo mendistribusikan hasil produksinya ke kota-kota di

seluruh Jawa dan Bali dan berencana untuk memperluas ke pulau-pulau lain di

seluruh Indonesia dalam waktu yang tidak lama. Perusahaan terus bekerja

untuk mengembangkan produk-produknya dengan sumberdaya yang ada di

Indonesia, selain itu perusahaan akan mengembangkan bisnis ini dengan

memperkenalkan hasil produksi cokelat khas Indonesia yang akan dipasarkan

di luar negeri.

3. Struktur Organisasi dan Kepegawaian

Gambar 3.2

Struktur Organisasi CV Anugerah Mulia

Dalam suatu perusahaan penting adanya organisasi. Organisasi bagi

suatu perusahaan berfungsi untuk memudahkan seorang pemimpin dalam

mengawasi jalannya suatu perusahaan. Dengan pengaturan yang jelas dalam

pembagian tugasnya, maka tiap-tiap anggota organisasi tersebut akan

berfungsi sebagaimana mestinya, dan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan

hubungan di antara fungsi - fungsi dalam suatu organisasi, serta wewenang

15

Page 16: akuntansi manajemen lanjutan

dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang menjalankan tugasnya

masing - masing. Dengan penempatan pembagian kerja yang tepat akan

mempengaruhi prestasi organisasi melalui ketergantungan pada individu-

individu, sehingga akan mempertegas dan memperjelas tugas dari masing-

masing anggota organisasi yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal

struktur organisasi CV Anugerah Mulia Jogjakarta menggunakan struktur

organisasi fungsional, dimana struktur organisasi ini mengalokasikan tugas

dan tanggung jawab yang berkaitan sesuai fungsi karyawan (seperti

pemasaran, produksi, keuangan, desain). Organisasi ini didasarkan atas

fungsifungsi yang ada dalam organisasi tersebut, seperti fungsi produksi,

keuangan, personalia, administrasi, dan lain-lain. Dalam organisasi fungsional,

seorang karyawan tidak bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan

berwenang pada satuan-satuan organisasi dibawahnya untuk bidang pekerjaan

tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua karyawan disemua bagian,

selama masih berhubungan dengan bidang kerjanya. Pada organisasi ini,

terdapat sejumlah spesialis fungsional yang mengawasi kegiatan masing-

masing karyawan, sehingga berbagai unit staf mempunyai wewenang garis

atas orang yang sama. Dalam

organisasi fungsional juga dijumpai adanya kebaikan dan keburukannya.

Kebaikan organisasi fungsional adalah :

Pembagian tugas jelas

a. Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan digunakan semaksimal

mungkin

b. Masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli dalam bidangnya,

sehingga dapat keserasian antara tugas dan kewajibannya

Kelebihan stuktur ini adalah sangat cocok bagi lingkungan yang stabil,

adanya pengembangan keahlian dari anggota di setiap fungsi, diperoleh

pemecahan masalah teknis yang berkualitas tinggi, memerlukan koordinasi

yang minimal dan jenjang karier yang jelas dalam fungsi.

Sedangkan kekurangannya adalah :

a. Tidak ada kesatuan perintah karena karyawan dapat menerima perintah

dari beberapa atasan yang sama-sama memiliki kekuasaan

16

Page 17: akuntansi manajemen lanjutan

b. Karyawan yang telah merasa ahli dalam bidangnya sulit bekerja sama,

karena masing-masing merasa bidang spesialisasinyalah yang

terpenting

Kelemahan dari struktur ini adalah dapat menimbulkan terjadinya

kemacetan karena tugas yang berurutan diantara fungsi, spesialisasi

yang berlebihan pada fungsi tidak mendorong inovasi, timbulnya

konflik mengenai prioritas produk dan tidak mendorong

pengembangan manajer umum karena kurangnya komunikasi dan

koordinasi antar fungsi.

B. Jenis Jenis Produk

Chocolate Monggo, cokelat khas Yogyakarta setiap harinya memproduksi

sebanyak 300 kilogram cokelat dengan beragam cita rasa.Produksi cokelat dimulai

pagi hari sejak pukul 07.00 WIB hingga sore hari sekitar pukul 15.30 WIB. Bahan

baku Cokelat Monggo adalah dark couverture (dark chocolate) dengan kadar 58

persen dan 69 persen.Inilah yang membedakan cokelat Monggo dengan produk-

produk cokelat lainnya.

Banyak Varian Produk dari cokelat monggo yang telah dipasarkan ke berbagai

daerah di indonesia, seperti Jogja, Jakarta, dan bali. Produk tersebut terdiri banyak

varian bentuk dan rasa. Beberapa varian produk juga ada yang dibuat khusus untuk

even tertentu seperti valentine atau idul fitri.

17

Page 18: akuntansi manajemen lanjutan

Gambar 3.3

Produk Cokelat Monggo

Cokelat yang banyak dikenal umumnya cokelat batangan yang memiliki

berbagai rasa, seperti praline (krim kacang mete), caramel, dan jahe. selain itu juga

ada cokelat ukuran 100 gram berbentuk kotak yang bisa untuk oleh-oleh.

C. Proses Produksi

Cokelat bar yang diproduksi per piece nya 40 gram berisi aneka rasa

seperti orange peel (manisan kulit jeruk), cashew nuts (kacang mete),

durian, caramello (krim caramel), praline, strawberry dan lainnya. Isian pada cokelat ini

diproduksi sendiri oleh para pekerja Cokelat Monggo. Mulai dari mengupas kulit jeruk

dan memisahkannya dari buah hingga menjadikannya manisan kulit jeruk yang segar.

Proses produksi pembuatan Cokelat Monggo dimulai dari biji kakao.

Proses produksi Cokelat Monggo dimulai dari :

1. Pohon dan Biji Kakao

Biji kakao berasal dari pohon kakao. Pohon kakao biasanya hidup pada

iklim tropis, berudara panas dan hujan. Oleh karena itu, pertanian kakao

sebaiknya berada di daerah yang tidak lebih dari 20 derajat di utara atau

selatan katulistiwa. Awalnya pohon tersebut hanya tumbuh di daerah Amerika

Tengah dan Selatan selanjutnya menyebar ke daerah Afrika dan Asia.

Pada tahun 1778 orang - orang Belanda membawa biji kakao dari

Filipina ke Jakarta. Mereka membangun sebuah fasilitas perkebunan yang

pada masa mendatang  akan menjadi pusat produksi yang besar.Walaupun

buah kakao dapat di petik sepanjang tahun tetapi biasanya panen buah kakao

terbesar berada di musim tertentu.Terdapat tiga jenis pohon kakao yaitu,

Criollo, Forastero dan Trinitario.

Mengambil buah kakao yang akan dipanen bukanlah hal yang mudah.

Pohon kakao tidak begitu kuat dan akarnya lunak sehingga tidak mudah untuk

18

Page 19: akuntansi manajemen lanjutan

memanjat dan memanen buah kakao tersebut. Buah – buah kakao tersebut

dipetik dan dimasukkan ke dalam keranjang dan dikumpulkan di pinggir

ladang lalu buah kakao tersebut dikupas. Antara 20 sampai 50 biji kakao

berwarna krem dapat dihasilkan dari satu buah kakao. Karena adanya tekanan

udara yang berbeda maka biji kakao berwarna krem dapat berubah warna

menjadi lavender atau ungu.

2. Fermentasi dan Pengeringan

Biji kakao basah diletakkan di dalam keranjang dan ditutup daun

pisang. Di sekeliling biji kakao terdapat lapisan yang mulai memanas dan

menfermentasi. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan rasa pahit dan

memperkuat rasa cokelat itu sendiri. Hasilnya adalah biji kakao tersebut

menjadi padat dan berwarna cokelat serta siap untuk dikeringkan, biasanya

dijemur di luar.

Dengan cuaca yang sesuai, biasanya pengeringan biji kakao dapat

dilakukan dalam beberapa hari. Selama proses pengeringan, biji kakao akan

kehilangan kelembabannya yang berukuran lebih dari setengah berat biji

basah. Petani terus membalik – balik biji kakao tersebut serta memisahkan

serpihan – serpihan biji kakao. Biji kakao dari satu buah kakao standar yang

sudah dikeringkan apabila ditimbang beratnya tidak lebih dari 55 g, dan

biasanya dibutuhkan 400 buah kakao untuk membuat 450g cokelat. Biji kakao

kering yang sudah siap untuk dikirimkan dalam karung mempunyai berat 60

sampai 90 kg..

3. Pemanggangan dan Pengilinggan

Setelah kualitas biji kakao diteliti oleh pembeli maka tiba saatnya

untuk mengolah biji kakao tersebut. Langkah pertama dari pengolahan adalah

pembersihan. Hal ini dilakukan dengan memasukkan biji kakao tersebut

kedalam mesin pembersih yang akan memisahkan sisa daging dan kulit buah

kakao. Ketika biji tersebut sudah dibersihkan secara keseluruhan, maka biji

kakao tersebut ditimbang dan dihaluskan sesuai dengan ukuran dan standar

dari perusahaan.Untuk mendapatkan cita rasa yang kuat dari biji kakao

tersebut, maka buah cokelat tersebut di panggang di dalam sebuah tabung

silinder yang besar dan berputar. Proses ini dapat berlangsung selama 30 menit

sampai 2 jam tergantung dari keinginan pembeli. Setelah pemanggangan maka

19

Page 20: akuntansi manajemen lanjutan

biji kakao tersebut didinginkan dan dikupas kulit luarnya yang gosong akibat

proses pemanggangan tadi.

4. Cokelat Yang Dapat di Makan

Pada saat bubuk cokelat di buat maka lemak nabati dari biji kakao

bernama mentega kakao akan dihilangkan, sedangkan untuk membuat cokelat

yang dapat dimakan maka lemak nabati tadi justru ditambahkan dalam

pembuatannya. Cokelat batangan berkualitas tinggi memadarkan minimal 25%

mentega kakao dari berat cokelat. Dengan adanya mentega kakao tersebut,

cokelat akan lebih bercita rasa dan akan lebih lunak. Campuran kakao massa,

mentega kakao, gula dan perasa ini kemudian akan memasuki proses

“conching”, proses ini menciptakan pasta cokelat yang halus. Proses ini

berlangsung selama yang diinginkan, biasanya selama beberapa jam sampai

dengan 5 hari. Setelah proses penghalusan, campuran cokelat tersebut melalui

proses pengaturan suhu dengan proses dipanaskan, di dinginkan, dan

dipanaskan kembali (tempering process).  Akhirnya campuran cokelat tersebut

dimasukan ke dalam cetakan dan dibentuk sesuai keinginan. Ketika cokelat

sudah di cetak, maka cokelat dimasukkan ke tempat pendinginan dengan suhu

yang stabil untuk menjaga cita rasa cokelat tersebut. Setelah itu, cokelat

dilepaskan dari cetakan dan dikemas yang kemudian dipasarkan pada

distributor dan konsumen.

Gambar 3.4

Proses Pembuatan Cokelat

20

Page 21: akuntansi manajemen lanjutan

Gambar 3.5

Sistem dan Mesin Pembuatan Cokelat

D. HASIL PENELITIAN

1. Pengadaan Bahan Baku

Produk Cokelat Monggo yang diproduksi CV Anugerah Mulia

menggunakan bahan baku cokelat bubuk, cocoa butter, gula, dan susu. Pada

penelitian ini penulis hanya akan menggunakan cokelat bubuk sebagai objek

penelitian. Data yang diperoleh dari perusahaan tersebut tentang kebutuhan

bahan baku tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Bulan PembelianJumlah Bubuk Cokelat

(Kilogram)1 Januari 21002 Februari 25003 Maret 15004 April 18505 Mei 20006 Juni 18007 Juli 22508 Agustus 17509 September 180010 Oktober 200011 November 225012 Desember 2500

Jumlah 24.300Tabel 3.1

Kebuutuhan Bubuk Cokelat tahun 2013

Berdasarkan tabel 3.1 terlihat bahwa menjelang akhir tahun terjadi

peningkatan pembelian bahan baku. Hal ini disebabkan karena pada bulan

Oktober hingga Februari mendekati akhir tahun dan banyak terdapat hari raya

21

Page 22: akuntansi manajemen lanjutan

dan pada bulan Januari-Februari mendekati hari valentine. Dengan

meningkatnya banyak permintaan memberikan efek positif pada peningkatan

order perusahaan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

21002500

15001850 2000 1800

22501750 1800 2000 1850

2500

Jumlah Kebutuhan (Kg)Series1

Grafik 3.1

Kebuutuhan Bubuk Cokelat tahun 2013

2. Perhitungan Total Inventory Cost (TIC) Perusahaan dan EOQ

a. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya yang dikaitkan dengan

usaha untuk bahan baku atau barang dari luar.

No Jenis Biaya Jumlah1 Biaya Telepon 500.0002 Biaya Pengiriman 12.000.000

Jumlah 12.500.000

Tabel 3.2

Rincian Biaya Pemesanan CV Anugerah Mulia

b. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya

yang memiliki komponen utama yaitu biaya modal, biaya

penyimpanan, dan biaya resiko.

No Jenis Biaya Jumlah Biaya1 Biaya Pemeliharaan Barang 3.600.0002 Biaya Tenaga Kerja di Gudang 9.600.0003 Biaya Kerusakan bahan baku 10.000.000

Jumlah 23.200.000

Tabel 3.3

Rincian Biaya Penyimpanan CV Anugerah Mulia

22

Page 23: akuntansi manajemen lanjutan

c. Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan

Biaya Pemesanan setiap kali pesan (S)

Total Biaya PemesananFrekuensi Pemesanan

= 12.500.000

6

= Rp 2.083.333

Biaya Penyimpanan persatuan bahan baku (H)

Total Biaya PenyimpananTotal Kebutuhan Bahan Baku

= 23.200.00024.300 kg

= Rp 955/ kilogram

d. Kebijakan Perusahaan

CV Anugerah Mulia melakukan pembelian bahan baku 6 kali dalam

setahun.

Pembelian bahan baku (Q) dapat diperhitungkan berdasarkan

kebijakan perusahaan yang melakukan pemesanan enam kali setiap

tahunnya, maka dapat diketahui sebagai berikut :

Total Kebutuhan Bahan BakuFrekuensi Pemesanan

= 24.300

6

= 4.050 kilogram

Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah pembelian bahan baku

pada CV Anugerah Mulia dalam sekali pemesanan sebesar 4.050

kilogram.

Total Biaya Persediaan

Agar dapat menghitung biaya persediaan yang diperlukan oleh

perusahaan maka diketahui :

- Total kebutuhan bahan baku (D) = 24.300 kilogram

- Pembelian rata-rata bahan baku (Q) = 4.050 kilogram

23

Page 24: akuntansi manajemen lanjutan

- Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp 2.083.333

- Biaya penyimpanan per kilogram (H) = Rp 955/

kilogram

Total Biaya Persediaan (TIC) adalah sebagai berikut :

TIC = [ DQ

S ¿ + [Q2

H ]

= [ 24.3004.050

Rp 2.083.333¿ + [4.050

2Rp 955]

= Rp 12.500.000 + Rp 1.933.875

= Rp 14.433.875

Berdasarkan perhitungan di atas maka total biaya persediaan yang

harus ditanggung CV Anugerah Mulia adalah sebesar Rp 14.433.875

e. Metode EOQ

Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam menggunakan metode EOQ

adalah sebagai berikut :

1) Pembelian bahan baku ekonomi

Pembelian bahan baku yang ekonomis ini didasarkan pada:

- Total kebutuhan bahan baku (D) = 24.300 kilogram

- Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp2.083.333

- Biaya Penyimpanan per meter (H) = Rp 955 /kilogram

Besarnya pembelian bahan baku yang ekonomis menggunakan

metode EOQ adalah sebagai berikut :

Q* = √ 2 D SH

= √ 2 X 24.300 X Rp 2.083.333Rp 955

= 10.296 kilogram

Jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis dengan menggunakan

metode EOQ adalah sebesar 10.296 kilogram.

24

Page 25: akuntansi manajemen lanjutan

2) Frekuensi pemesanan bahan baku

Dengan menggunakan metode EOQ dapat dihitung jumlah frekuensi

pemesanan dalam satu tahun atau sering disebut frekuensi

pembelian dapat dihitung sebagai berikut:

F = D

Q∗¿¿

F = 2430010.296

F = 2.36 kali ~ 2 kali

Frekuensi pemesanan bahan baku menurut metode EOQ adalah 2

kali dalam setahun.

3) Total biaya persediaan

Agar dapat menghitung biaya persediaan maka terlebih dahulu

diketahui :

- Total kebutuhan bahan baku (D) = 24.300 kilogram

- Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp 2.083.333

- Biaya penyimpanan per kilogram (H) = Rp 955

- Pembelian bahan baku yang ekonomis (Q*) = 10.296 kilogram

TIC = [ D

Q∗¿ S¿ + ¿

= [ 24.30010.296

x Rp 2.083 .333¿ + [10.296

2x Rp 955]

= Rp 4.916.957 + Rp 4.916.340

= Rp 9.833.297,00

Total persediaan bahan baku CV Anugerah Mulia bila menggunakan

metode EOQ sebesar Rp Rp 9.833.297,00

3. Penentuan Persediaan Pengaman

Persediaan pengaman (safety stock), diperlukan di dalam suatu perusahaan

berguna untuk menunjang kelancaran proses produksi yang berlangsung,

untuk menhindari kekurangan bahan baku yang dapat mengakibatkan proses

25

Page 26: akuntansi manajemen lanjutan

terhenti dan karyawan tidak bekerja. Hal ini dapat meruggikan pihak

perusahaan. Perhitungan persediaan pengaman dapat menggunakan metode

statistik dengan membandingkan rata-rata bahan baku dengan pemakaian

bahan baku yang sesungguhnya kemudian dapat dicari penyimpangannya.

Perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel berikut:

BulanKebutuhan

bahan Baku ( X) dalam Kg

Ẕ ( X – Ẕ ) ( X – Ẕ ) 2

Januari 2.100 2.025 75 5.625Februari 2.500 2.025 475 225.625Maret 1.500 2.025 -525 275.625April 1.850 2.025 -175 30.625Mei 2.000 2.025 -25 625Juni 1.800 2.025 -225 50.625Juli 2.250 2.025 225 50.625Agustus 1.750 2.025 -275 75.625

September

1.800 2.025 -225 50.625

Oktober 2.000 2.025 -25 625November 2.250 2.025 225 50.625

Desember 2.500 2.025 475 225.625

Jumlah 1.042.500

Tabel 3.4

Perhitungan Standar Deviasi

SD = √ ∑(X – Ẕ )2n

SD = √ 1.042 .5006

SD = 416,83

Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan memenuhi

permintaan sebanyak 95% dan persediaan cadangan 5% maka diperoleh Z

dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standar dari rata-rata.

Safety Stock Z σ = Z x SD

26

Page 27: akuntansi manajemen lanjutan

= 1,65 x 416,83

= 687,77 kilogram

Jadi persediaan pengaman yang harus disediakan oleh perusahaan sebesar

687,77 kilogram.

4. Titik Pemesanan Kembali atau Reorder Point (ROP)

CV Anugerah Mulia memiliki waktu tunggu dalam menunggu bahan baku

selama 3 hari, atau bisa dikatakan lead time (L) 3 hari. Dan dengan rata-rata

jumlah hari kerja karyawan selama 300 hari dalam setahun. Perhitungan

tingkat penggunaan bahan baku per hari adalah :

D = Dt

D = 24.300

300

= 81 kilogram

Maka titik pemesanan kembali (ROP) adalah sebagai berikut:

ROP = d x L

= 81 kilogram x 3

= 243 kilogram

Perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku pada tingkat jumlah

sebesar 243 kilogram.

E. Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ

Dari hasil analisis di atas maka diperoleh perbandingan antara total biaya yang

dikeluarkan bila menggunakan kebijakan perusahaan dan kebijakan dengan

menggunakan metode EOQ.

No KeteranganKebijakan Perusahaan

Metode EOQ

1 Pembeliaan rata-rata bahan baku

4.050 10.296 kg

2 Total biaya persediaan Rp 14.433.875 Rp 9.833.2973 Frekuensi pemesanan 6 24 Safety stock - 687,77 kg5 Reorder Point - 243 kg

27

Page 28: akuntansi manajemen lanjutan

Tabel 3.5

Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan perusahaan

sebesar Rp 14.433.875. Total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan bila

menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp 9.833.297 maka diperoleh

penghematan sebesar Rp 4.600.578 bila perusahaan menggunakan metode EOQ.

F. Manfaat yang diperoleh dari penerapan Metode EOQ

Manfaat dari penerapan metode EOQ dalam manajemen persediaan suatu

perusahaan adalah penentuan kuantitas pesanan persediaan sehingga dapat

meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Penerapan

metode EOQ dapat mengoptimalkan jumlah kuantitas barang baku untuk persediaan

yang dibeli perusahaan sehingga diperoleh biaya yang minimal sehingga dapat

memaksimalkan return perusahaan.

G. Faktor-faktor yang Menghambat Penggunaan Metode EOQ

Pada perusahaan pada umumnya, persediaan bahan baku yang cukup adalah

sesuatu yang harus dimiliki. Permasalahan yang sering ditemukan adalah apabila

pemesanan bahan baku yang tidak tertata dan terukur dengan baik, maka akan

menjadi biaya bagi perusahaan. Apabila persediaan terlalu banyak, maka biaya

penyimpanan bahan baku akan membengkak. Namun apabila persediaan terlalu

sedikit, maka biaya pemesanan akan meningkat karena terjadi pemesanan dengan

frekuensi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi masalah utama dalam proses

pemesanan bahan baku. Perusahaan harus menghitung nilai ekonomis pemesanan

bahan baku dengan memperhatikan biaya pemesanan dan penyimpanan. Selain itu

juga harus mempertimbangkan ROP (reorder point), yaitu tingkat dimana perusahaan

harus membeli kembali bahan baku. Dengan demikian biaya yang ditanggung

perusahaan dapat diminimalisasi.

28

Page 29: akuntansi manajemen lanjutan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Frekuensi pembelian bahan baku CV Anugerah Mulia bila menggunakan

metode EOQ adalah 2 kali pembeliam bahan baku dalam satu periode (1

tahun), sedangkan kebijakan perusahaan 6 kali dalam satu tahun.

2. Total biaya persediaan bahan baku perusahaan bila dihitung menurut EOQ

adalah sebesar Rp 9.833.297 , sedangkan kebijakan menurut perusahaan

sebesar Rp 14.433.875.

3. Penghematan biaya persediaan bila menggunakan metode EOQ adalah sebesar

Rp 4.600.578.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat diberikan kepada perusahaan yang

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah:

1. Perusahaan sebaiknya meninjau kembali kebijakan persediaan bahan baku

yang selama ini telah dilakukan perusahaan.

2. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode EOQ yang telah terbukti

menghasilkan total biaya persediaan yang lebih efisien, menyediakan

persediaan pengaman yang jumlahnya sesuai dengan yang dihasilkan jika

menggunakan perhitungan metode EOQ, untuk mengantisipasi kekurangan

bahan baku cokelat agar proses produksi tidak terganggu, dan menerapkan

titik pemesanan kembali (re-order point) untuk menghindari keterlambatan

pemesanan bahan baku.

29