Upload
efrit-witus
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
akun management
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, semakin berkembanganya perkembangan zaman menutut
banyak perusahaan di Dunia, termasuk di perusahaan-perusahaan di
Indonesia untuk selalu mengikuti perkembangan zaman tersebut. Banyak
perubahan yang harus dilakukan banyak perusahaan untuk menghadapi
perkembangan zaman tersebut. Dalam menghadapi perkembangan
tersebut, perusahaan selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan
teknologi, termasuk didalamnya metode-metode yang tepat dalam
pelakasanaan kegiatan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya metode
yang digunakan untuk menghitungan biaya produksi yang akan dilaksanakan
suatu perusahaan.
Pada saat ini, kita mengetahui terdapat metode yang baru dalam
perhitungan biaya produksi yang mana metode ini lahir untuk menjadi solusi
yang baik atas metode tradisional yang masih banyak sekali kekuranganya.
Yang menjadi permasalahan saat ini adalah bahwa masih banyak sekali
perusahaan-perusahaan di dunia yang belum secara optimal menggunakan
ABC/ABM sytem ini, padahal metode ini sangat baik untuk digunakan bagi
suatu perusahaan. Akan tetapi telah cukup banyak juga perusahaan yang
telah mengimplementasikan metode ini, termasuk diindonesia, akan tetapi
yang menjadi pertaanyaan apakah di Indonesia metode ini telah
dimplementasikan dengan baik. Untuk itu Paper ini disusun untuk
mengungkap apakan mayoritas perusahaan di Indonesia telah
mengimplementasikan ABC/ABM System ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Activity Based Costing itu?
2. Apakah Activity Based Management itu?
3. Bagaiamanakah pengimplememtasian ABC/ABM System di Indonesia?
C. Tujuan
1. Pembaca dapat memahami dengan baik yang dimaksud dengan Activity
Based Costing.
2. Pembaca dapat mengerti dan memahami yang dimaksud dengan Activity
Based Management.
3. Pembaca dapat memahami bagaimana pengimplementasian dari ABC/ABM
di Indonesia.
D. Manfaat
1. Pahamnya pembaca mengenai Activity Based Activity
2. Mengerti dan pahamnya pembaca mengenai Activity Based Management
3. Pehamnya pembaca bagaiamana pengimplementasian ACC/ABC system di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Activity Based Costing System
1. Activity Based Costing (ABC)
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi
yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu
organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan
perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat
pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan
atau menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan
informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya
dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini
didorong oleh:
· Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost
effective
· Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya
overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
· Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
· Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya
pada tahap produksi.
· Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja
langsung atau hanya dengan volume produksi.
· Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya
overhead yang berbeda beda.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik
merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang
ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolonhkan
dalam 4 kelompok, yaitu:
a. Facility sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan
aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya
depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci
b. Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan
aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk
mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya
pengujian produk, biaya desain produk
c. Bacth activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk
yang diproduksi. Misal biaya setup mesin.
d. Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya
jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja
Langkah-langkah ABC sistem:
· Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya
yang homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead
yang variasinya dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver).
Untuk menentukan mana kelompok biaya yang homogen, dapat melihat
biaya yang mempunyai rasio konsumsi sama untuk seluruh produk.
· Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang
dikonsumsi
2. Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing
Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang
terfokus pada aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan
produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-
aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor
penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini
menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke
aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa
aktivitas aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.
3. Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC
Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan
secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang
ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam
metode tradisional disebut sebagai biaya variabel.
Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok
produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap
bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume
produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing
produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk
memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan
memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2004: 157-158)
Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok
produk tradisional dan sistem ABC, yaitu:
Tabel
Perbedaan penetapan harga pokok produk
Tradisional dengan Metode Activity Based Costing
Metode Penentuan Harga
Pokok Produk Tradisional
Metode Activity Based
Costing
Tujuan Inventory level Product Costing
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi,
Tahap pengembangan
FokusBiaya bahan baku, tenaga
kerja langsungBiaya overhead
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang
digunakanMetode manual Komputer telekomunikasi
4. Struktur sistem ABC
Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh
tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya
perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya
departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk
memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha.
Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based
Costing, yaitu:
· Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity
Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak
langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan
hanya sekedar penyebab timbulnya biaya.
· Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan
atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan
berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan
aktivitas tersebut.
Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sitem ABC.
Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkanan biaya, maka
untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat
mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka
biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk
aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan
pelayanan produk.
5. Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan
sistem ABC menyaratkan tiga hal:
· Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa
macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan
fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan
masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
· Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang
sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis
tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk
memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin
penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung
pengambilan keputusan manajemen.
· Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan
informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan
manfaat yang diperoleh.
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan
penerapan metode ABC, yaitu:
· Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan
dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overheadyang dipengaruhi
hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika
digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan
masih akurat sehingga penggunaan sisitem ABC kehilangan relevansinya.
Artinya Activity Based Costingakan lebih baik diterapkan pada perusahaan
yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja.
· Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit
harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua
biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya.
Pada kondisi ini penggunaan system ABC justru tidak tepat karena sistem
ABC hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik
unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai
produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional
atau sistem ABCmembebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama.
Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah)
mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.
6. Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing
Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya
overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada
akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk
pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari
pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan
akuntansi biaya tradisional.
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila
dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya
tradisional. Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam
Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
· Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver
merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead.
Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan
menyebabkan biaya dalam aktivitasaktivitas selanjutnya.
· Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi
oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang
dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut
dari semua jenis produk.
· Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overheadyang
variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk
dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas
overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi
yang sama untuk semua produk.
7. Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas
adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap
aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan
ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan
dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead
yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini
menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis
produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
· Pengertian Cost Driver
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-
biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat
aktifitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktifitas.
· Penentuan Cost Driver Yang Tepat
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak
jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam
menentukan penimbul biayanya atau cost driver.
· Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan
Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada
keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas
komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan,
laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi
tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driveryang
dibutuhkan.
· Pemilihan cost driver yang tepat.
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus
dipertimbangkan:
a. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan
cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya
pengukuran lebih rendah akan dipilih.
b. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver
terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya 20(degree of correlation).
Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.
c. Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effec). cost
driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih
8. Keunggulan Metode ABC
Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai
berikut:
a. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai
hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara
simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti
bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada
akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki
mutu dan mengurangi biaya.
b. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
c. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
d. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan
analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari
break even atas produk yang bervolume rendah.
e. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen
dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola
keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
9. Kelemahan Sistem akuntansi Biaya Tradisional
Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya
tradisional kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional
memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi
pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya
memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya
dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total
perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”,
seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya
administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran
distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya
bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the
line” ini diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada
pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal
untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya beberapa
biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional
mulai dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini
disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan
yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:
a. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan
penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya
menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai
keunggulan dalam persaingan global.
b. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu
memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha
keras untuk mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang
tidak bernilai tambah.
c. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya
karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal
misalnya volume produk atau jam kerja langsung.
d. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang
terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang
menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
e. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan
tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor
penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan
teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya
dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.
f. Sistem akuntansi biayaa tradisional menggolongkan suatu perusahaan
kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu
menekankan kinerja jangka pendek.
g. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada
perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan
menggunakan standar.
h. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan
teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada
lingkungan teknologi maju.
i. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur
hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya
tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan
pengembangan. Biay-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode
sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.
B. Activity Based Management System
1. Pengertian ABM System
Manajemen berdasarkan aktivitas (Activity-Based Management)
merupakan suatu konsep yang mengarahkan perhatian pada konsumsi
sumber daya terhadap aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan,
sehingga untuk dapat mengetahui bagaimana suatu perusahaan
menggunakan sumber dayanya, maka terlebih dahulu haruslah dipahami
mengenai aktivitas-aktivitas apa sajakah yang telah terjadi di dalam
perusahaan tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang
telah mengkonsumsi sumber daya melalui pengidentifikasian pemicu
biayanya, dimana biaya-biaya ini timbul karena dilaksanakannya aktivitas-
aktivitas tersebut.
Pengertian dan pemahaman yang baik mengenai berbagai aktivitas
yang telah dilaksanakan, akan dapat memberikan pandangan yang baik
tentang bagaimana menggunakan, mengelola, dan mengendalikan sumber
daya perusahaan, dan dapat pula digunakan untuk mengetahui peluang
yang ada untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta memberi pedoman
yang baik untuk menilai kinerja tersebut dalam rangka untuk mendukung
perbaikan berkesinambungan (continous improvement).
Activity based management (manajemen berdasarkan aktivitas)
merupakan pendekatan yang terintegrasi yang memfokuskan perhatian
manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai yang
diterima oleh pelanggan (customer value) dan meningkatkan laba
perusahaan melalui penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan
menggunakan informasi yang diperoleh dari activity-based costing system,
dimana antara ABM dengan ABC saling berkaitan satu sama lain.
2. Dimensi Activity Based Management
Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki dua dimensi, yaitu sebagai
berikut:
a. Dimensi biaya (cost dimension).
Memberikan informasi biaya mengenai sumber daya, aktivitas, produk
dan pelanggan (serta biaya-biaya lain yang diperlukan), dimana biaya-biaya
sumber daya dapat ditelusuri ke aktivitas-aktivitas dan kemudian biaya
aktivitas tersebut dibebankan ke pelanggan. Dengan demikian dimensi ini
merefleksikan kebutuhan untuk membagi sumber daya biaya (cost of
resources) terhadap aktivitas dan biaya aktivitas (cost of activities) terhadap
obyek biaya (cost object), seperti pelanggan dan produk agar dapat
menganalisis keputusan kritikal. Keputusan tersebut termasuk penetapan
harga, pengadaan produk dan penetapan prioritas untuk usaha perbaikan.
b. Dimensi proses (process dimension).
Memberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang dilaksanakan,
mengapa aktivitas tersebut dilaksanakan dan seberapa baik
pelaksanaannya. Dimensi ini menjelaskan mengenai akuntasi pertanggung
jawaban berdasarkan aktivitas dan lebih memfokuskan pada pertanggung
jawaban aktivitas bukan pada biaya, dan menekankan pada maksimalisasi
kinerja system secara menyeluruh bukan pada kinerja secara individu.
Dengan demikian dimensi ini merefleksikan kebutuhan untuk suatu kategori
informasi yang baru mengenai kinerja aktivitas. Informasi ini menunjukkan
apa yang menyebabkan pemicu biaya dan bagaimana pengukuran
kinerjanya.
3. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan Activity
based Management
Usaha perbaikan secara terus-menerus dengan cara penerapan system
manajemen biaya yang baru ke dalam suatu organisasi tidak secara
otomatis bisa diterima oleh organisasi tersebut. Karyawan dari organisasi
tersebut umumnya cenderung untuk menolak perubahan yang terjadi,
karena perubahan dapat merupakan ancaman untuk berbagai alasan.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based
management dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
· Budaya organisasi
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan
termasuk perilaku, nilai, keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya
organisasi menunjukkan keterlibatan, kerja sama serta partisipasi yang
tinggi dari seluruh karyawan. Budaya organisasi sangatlah mendukung
keberhasilan dari penerapan ABM di suatu organisasi.
· Top management support and commitment
Penerapan suatu system manajemen biaya yang baru seperti ABM dan
ABC membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan
peran serta top manajer sangatlah diperlukan untuk keberhasilan
penerapannya.
· Change process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah
dirancang untuk menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses
yang sudah ada sangat mendukung keberhasilan penerapannya. Elemen-
elemen dari proses diantaranya adalah daftar dari aktivitas, sekumpulan
tujuan, dan tindakan lanjutan.
· Continuing education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta
meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat
sangatlah penting.Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya
yang baru membutuhkan keahlian, peran serta dan kerja sama dari
karyawan suatu organisasi.
C. Pengimplementasian ABC dan ABM System di Indonesia
Berdasarkan informasi diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat ini
telah ditemukan metode baru dalam perhitungan harga pokok produksi yang
lebih baik dari pada metode-metode yang telah digunakan sebelumnya yaitu
metode perhitungan tradisional. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
metode ABC/ABM Sytem ini merupakan suatu solusi yang sangat tepat bagi
perusahaan ini.
Pada saat ini perusahaan didunia, khususnya di Indonesia selalu dituntut
untuk melakukan perkembangan dalam melakukan semua kegiatan
perusahaan. Dengan adanya perkembangan zaman perusahaan-perusahaan
selalu dituntut untuk selalu melakukan pembaharuan untuk kemajuan
perusahaan itu sendiri, seperti mengikuti perkembanga teknologi, metode-
metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan operasional
perusahaan termasuk didalamnya metode yang digunakan untuk melakukan
perhitungan harga pokok produksi. Metode yang tepat dalam perhitungan
harga pokok produksi aka selalu menjadi salah satu perhatian utama
perusahaan. Penggunaan metode tradisional dalam perhitungan harga pokok
produksi ataupun perhitungan informasi biaya bukanlah suatu metode yang
tepat dalam pelaksanaanya, untuk itu diharapkan sekali bagi perusahaan
pada saat lebih baik menggunakan metode ABC/ABM system dalam
melakukan perhitunga tersebut, karena metode ini lahir ditujukan untuk
menjadi solusi dalam perbaikan atas metode tradisional. Akan tetapi sesuai
atau tidaknya penerapan metode-metode tersebut juga harus disesuaikan
dengan kondisi perusahaan, apakah cocok atau tidak.
Berdasarkan data yang kami peroleh di Indonesia sendiri dalam
Pengimplementasian Activity Based Costing (ABC) dan Activity Based
Management (ABM) System masih belum optimal. Berdasarkan data-data
yang kami peroleh masih banyak sekali perusahaan di Indonesia yang belum
mengimplementasikan metode ini. Umumnya metoda yang digunakan oleh
perusahaan yang berada di Indonesia adalah pemerataan biaya secara
umum untuk masing-masing produk. Padahal masing-masing produk
tersebut kenyataannya tidak menggunakan sumber daya dalam jumlah yang
sama. Pemerataan biaya dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan
biaya produk. Perusahaan yang produknya mengalami kekurangan biaya
bisa jadi melakukan penjualan yang sebenarnya menghasilkan kerugian,
meskipun perusahaan tersebut menganggap penjualan produknya tersebut
menghasilkankeuntungan. Jadi penjualan yang dilakukan menghasilkan lebih
sedikit pendapatan dibanding biaya sumber daya yang digunakan.
Sementara perusahaan yang produknya mengalami kelebihan biaya bisa jadi
menetapkan harga yang terlalu tinggi, sehingga produknya kehilangan daya
saing dibanding produk sejenis yang diproduksi perusahaan lain.
Berdasarkan penjelasan diatas, mayoritas perusahaan masih
menggunakan metode tradisional dalam perhitungan harga pokok
produksinya atau menghasilkan perhitungan informasi biayanya. Banyak
alasan kenapa kebanyakan perushaan di Indonesia yang belum
mengimplementasikan ABC/ABM system ini. berikut beberapa perusahaan
yang tidak menggunakan ABC/ABM System, antara lain:
a) PT MERTEX INDONESIA, PT. MERTEX INDONESIA merupakan perusahaan
besar yang memproduksi beberapa jenis tekstil, selain tekstil perusahaan ini
juga memproduksi benang. Dalam perusahaan ini masing-masing produk
yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda baik tipe, kualitas, dan
kuantitasnya. PT. MERTEX INDONESIA juga merupakan perusahaan
manufaktur yang diotomatisasi, yang dapat dilihat dari beberapa
departemen produksi yang telah menggunakan peralatan modern dan
canggih dalam produksinya, tetapi sampai saat ini PT. MERTEX INDONESIA
masih menggunakan sistem konvensional atau tradisional untuk menghitung
harga pokok produksinya
b) PT Panca Mitra Sandang Indah adalah salah satu perusahaan tekstil yang
sampai saat ini belum menerapkan Activity-based costing system. Activity-
Based Costing (ABC) memiliki penerapan penelusuran biaya yang lebih
menyeluruh dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional.Pada saat ini
PT Panca Mitra Sandang Indah menghitung harga pokok dan harga jual
produk dengan menghitung semua biaya yang dikeluarkan dan dibagi
dengan jumlah produk yang dihasilkan.
c) PT MATAHARI ALKA
Perusahaan-perusahaan diatas merupakan contoh besar yang
menunjukan masih belum optimalnya pengimplementasian ABC/ABM System
di Indonesia. Tidak menutup kemuungkinan pasti ada beberapa perusahan di
Indonesia yang telah menggunakan metoide ABM ataupun ABC ini, akan
tetapi mayoritas masih banyak perusahaan yang belum menggunakan
metode ini, dan intinya pengimplementasian terhadap ABC/ABM Sistem di
Indonesia masih sangat kurang serta optimal.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat kita pahami bahwa betapa
pentingnya metode ABC maupun ABM. Metode ini merupakan solusi yang
tepat bagi perusahaan untuk menghadapi berbagai tuntutan saat ini. dan
seperti yang diketahui bahwa metode ini merupakan salah satu solisi yang
dibuat untuk mengatasi berbagai kelemahan metode tradisional yang
selama ini selalu digunakan banyak perushaaan.
Pengimplementasian metode ABC maupun ABM system pada saat ini
belumlah terlalu optimal, termasuk didalamnya itu adalah Negara Indonesia.
Mayoritas perusahaan di Indonesia belum mengimplementasikan metode ini.
Hal ini dilihat berdasarkan data yang diperoleh, kebanyakan perusahaan di
Indonesia masih menggunakan metode yang tradisional.
2. Saran
1) Lebih baik di pemerintah melakuka banyak pendekatan dan sosialiasi
kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mengimplementasikan
AC maupun ABM System, mengingat betapa bagusnya pengggunaan metode
ini
2) Perusahaan-perusahaan di Indonesia alangkah baiknya dapat
menggunakan metode yang tepat dalam melakukan perhitungan biaya
produksi dalam perusahaannya.