79
AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETIL ASETAT KAPANG ENDOFIT DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) MINARNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETIL ASETAT KAPANG … · jaringan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah menguji secara in-vitro aktivitas antikanker ... Anatomi payudara 5 5. Daun sirsak

Embed Size (px)

Citation preview

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETIL ASETAT

KAPANG ENDOFIT DAUN SIRSAK

(Annona muricata L.)

MINARNI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aktivitas Antikanker

Ekstrak Etil Asetat Kapang Endofit Daun Sirsak (Annona muricata L.) adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2016

Minarni

NRP G851140181

RINGKASAN

MINARNI. Aktivitas Antikanker Ekstrak Etil Asetat Kapang Endofit Daun Sirsak

(Annona Muricata L.) Dibimbing oleh I MADE ARTIKA, AKHMAD ENDANG

ZAINAL HASAN dan HEDDY JULISTIONO.

Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Salah satu jenis

kanker yang sering diderita oleh penduduk dunia adalah kanker payudara.

Pengobatan biasanya dilakukan dengan menggabungkan beberapa perlakuan

seperti kemoterapi, operasi, radioterapi, imunoterapi dan terapi fotodinamik.

Namun, risiko munculnya efek samping yang berbahaya terjadi apabila perlakuan-

perlakuan di dalam terapi kanker mempengaruhi metabolisme sel normal. Oleh

karena itu, pemanfaatan tanaman herbal telah dijadikan sebagai salah satu

pengobatan alternatif yang tidak menimbulkan efek samping dan menghambat jalur

anti apoptosis dengan dosis yang relatif rendah. Salah satu bahan alami yang

berpotensi sebagai antikanker adalah sirsak, terutama bagian daunnya. Tanaman

tingkat tinggi seperti sirsak diduga memiliki mikroba endofit yang berpotensi

sebagai obat. Mikroba endofit bersimbiosis secara mutualisme dengan jaringan-

jaringan tanaman.

Tujuan penelitian ini adalah menguji secara in-vitro aktivitas antikanker

ekstrak etil asetat dari kapang endofit daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai

bahan antikanker payudara. Penelitian ini terdiri atas empat langkah: (1) ekstraksi

metabolit kapang endofit, (2) uji aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat kapang

endofit daun sirsak terhadap sel kanker payudara Michigan Cancer Foundation-7

(MCF-7) dengan metode Methyl Thiazol Tetrazolium (MTT), (3) identifikasi

kualitatif senyawa kimia ekstrak daun sirsak menggunakan instrument Gas

Chromatography–Mass Spectrometry (GC-MS) pirolisis, dan (4) identifikasi

kapang endofit berbasis amplifikasi sekuen nukleotida gen Internal Transcribed

Spacer (ITS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua belas ekstrak etil asetat kapang

endofit daun sirsak memiliki aktivitas sitotoksik yang berbeda-beda. Hasil

pengujian sitotoksik beberapa ekstrak etil asetat kapang endofit daun sirsak

terhadap sel kanker MCF-7 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat kapang endofit

daun sirsak nomor 5 asal Garut merupakan ekstrak teraktif dengan nilai IC50 sebesar

19.20 µg/mL, sedangkan pada sel normal (sel Chang) tidak menunjukkan efek

sitotoksik ekstrak etil asetat kapang endofit daun sirsak nomor 5 asal Garut dengan

nilai IC50 sebesar 1258.92 µg/mL. Analisis GC-MS menunjukkan adanya senyawa-

senyawa alkaloid (piperidinone, piperidine, hexadecanenitrile) yang dilaporkan

berperan sebagai antikanker. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak etil asetat

kapang endofit daun sirsak memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara

dengan menghambat proliferasi sel kanker payudara secara in-vitro. Sedangkan

identifikasi molekuler berbasis daerah gen ITS menunjukkan bahwa kapang endofit

daun sirsak memiliki kemiripan dengan genus Phomopsis sp. dengan nilai homolog

mencapai 99,998%.

Kata kunci: Annona muricata L., Antikanker MCF-7, daun sirsak, kapang endofit.

SUMMARY

MINARNI. Anticancer Activity of Ethyl Acetate Extract of Endophytic Fungi

Isolated from Soursop Leaves (Annona muricata L.). Supersived by I MADE

ARTIKA, AKHMAD ENDANG ZAINAL HASAN and HEDDY JULISTIONO.

Cancer is a leading cause of death in the world. One of the most frequent

cancer incident in the world is breast cancer. Common medicines come from

combining some treatments such as chemotherapy, operation, radiotherapy,

immunotherapy and photodynamics therapy. However, the cancer treatment could

induce dangerous side effects which affect normal cell metabolism. Therefore,

herbal plant use has existed as one of the alternative medicine without impacting

side effects and it inhibits anti apoptotic pathway by low doses. Plant that has been

used as anticancer agent is soursop (Annona muricata L.), especially its leaves.

High level plant like soursop is predicted to have endophytic microbes with potency

as sources of medicine. Endophytic microbe usually creates symbiosis interaction

with plant tissues.

The purpose of this study was to test in vitro anticancer activity of ethyl

acetate extracts of endophytic fungi of the soursop leaves as an anti-breast cancer

agent. This study consisted of four steps: (1) extracting metabolites from

endophytic fungi, (2) testing cytotoxic activity of ethyl acetate extracts of

endophyte fungi against Michigan Cancer Foundation-7 (MCF-7) breast cancer cell

line with Methyl Thiazole Tetrazolium (MTT) assay, (3) Identifying chemical

compounds of endophytic fungi extracts using Gas Chromatography–Mass

Spectrometry (GC-MS) pyrolysis instrument, and (4) Identifying endophytic fungi

species by amplifying nucleotide sequences of Internal transcribed spacer (ITS)

gene.

Results showed that the twelve ethyl acetate extracts of endophytic fungi

have different cytotoxic activity on MCF-7 cancer cells. The cytotoxic test

indicated that extract of endophytic fungi of soursop leaves (Garut number 5) is the

most active to inhibit the proliferation of MCF-7 cancer cells with IC50 value of

19.20 mg/mL. In the other hand, the extract did not show inhibitory activity on

normal cell (Chang cell) with the IC50 value of 1258.92 mg/mL. GC-MS analysis

showed that piperidinone, piperidine, hexadecanenitrile (alkaloid compound) acts

as an anticancer agent. The conclusion of this study is ethyl acetate extracts have

cytotoxic effect against breast cancer cells by inhibiting the proliferation of breast

cancer cells based on in vitro test. In addition, molecular identification based on

ITS gene showed that the endophytic fungi of soursop leaves have similarities to

Phomopsis sp. with the homology value of 99.998%.

Keywords: Annona muricata L., anticancer MCF-7, endophytic fungi, soursop

leaves.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Biokimia

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETIL ASETAT

KAPANG ENDOFIT DAUN SIRSAK

(Annona muricata L.)

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

MINARNI

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof drh Dr Maria Bintang, MS

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aktivitas Antikanker

Ekstrak Etil Asetat dari Kapang Endofit Daun Sirsak (Annona muricata L.)”. Penelitian

ini dilaksanakan dari bulan April hingga Oktober 2015, di Laboratorium Mikrobiologi

Proses Pusat Penelitian Biologi, Bidang Mikrobiologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Cibinong-Bogor, Laboratorium Mikrobiologi dan Imunologi Pusat

Studi Satwa dan Primata IPB, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Bapak Dr Ir I Made Artika MAppSc sebagai pembimbing utama, Bapak Dr Ir

Akhmad Endang Zainal Hasan, MSi sebagai pembimbing kedua dan Bapak Dr Heddy

Julistiono, DEA sebagai pembimbing ketiga yang telah banyak memberikan bimbingan,

pengarahan, saran, motivasi, semangat serta waktunya sejak penyusunan usulan

penelitian hingga selesai penelitian. Penghargaan penulis sampaikan kepada Lembaga

Pengelolaan Dana Pendidikan Kementerian Keuangan RI (LPDP) atas beasiswa yang

telah diberikan. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh

keluarga atas segala do’a, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan.

Terimakasih kepada pengelola pascasarjana, seluruh dosen dan staf akademik

Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor, teman-teman angkatan 51 dan seluruh

teman-teman Laboratorium LIPI sebagai teman berdiskusi penulis selama penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan

dalam penulisan selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi penulis

maupun pembaca.

Bogor, Februari 2016

Minarni

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2

Kanker 2

Kanker Payudara 5

Daun Sirsak 6

Kapang Endofit 7

Sel Michigan Cancer Foundation-7 (MCF-7) 7

Polymerase Chain Reaction (PCR) 8

Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS) 9

Identifikasi Kapang Berdasarkan Daerah Internal Transcribed Spacer

(ITS) DNA Ribosom 10

2 METODE 11

Waktu dan Tempat Penelitian 11

Bahan 11

Alat 11

Prosedur Penelitian 11

Analisis Data 14

4 HASIL 14

Kapang Endofit Daun Sirsak Hasil Kultivasi 14

Ekstrak Kapang Endofit Daun Sirsak 16

Aktivitas Sitotoksik Senyawa Aktif Kapang Endofit 17

Kandungan Senyawa Aktif dengan GC-MS pyrolysis 19

Identitas Kapang Endofit Daun Sirsak berbasis Amplikasi ITS 19

5 PEMBAHASAN 20

Kultivasi Kapang Endofit Daun Sirsak 20

Ekstraksi Senyawa Aktif Kapang Endofit Daun Sirsak 21

Aktivitas Sitotoksik Senyawa Aktif Kapang Endofit 21

Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif dengan GC-MS pyrolysis 24

Identifikasi Kapang Endofit Daun Sirsak berbasis Amplikasi ITS 26

6 SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 37

RIWAYAT HIDUP 65

DAFTAR TABEL

1 Hasil ekstrak yang diperoleh dari kapang endofit daun sirsak 17

2 Nilai IC50 ekstrak etil asetat kapang endofit daun sirsak pada sel MCF-7 18

3 Nilai IC50 ekstrak etil asetat kapang endofit daun sirsak pada sel Chang 18

DAFTAR GAMBAR

1. Struktur kimia doksorubisin 3

2. Struktur ACGs 4

3. Karakteristik sel kanker 4

4. Anatomi payudara 5

5. Daun sirsak (Annona muricata L.) 6

6. Tahapan-tahapan dalam PCR 8

7. Sebagian kapang endofit dari daun sirsak dalam media YMA pada cawan

petri 15

8. Kapang endofit daun sirsak dalam media YMB 16

9. Hasil ekstrak kapang endofit daun sirsak 16

10. Aktivitas antikanker ekstrak kapang endofit dari daun sirsak melalui sel

MCF-7 pada konsentrasi 100 µg/mL 17

11. Sel kanker payudara MCF-7 hasil perlakuan ekstrak kapang endofit

daun sirsak (Garut nomor 5) 18

12. Sel normal Chang hasil perlakuan ekstrak kapang endofit daun sirsak

(Garut nomor 5) 18

13. Kromatogram ekstrak etil asetat 19

14. Hasil PCR kapang endofit daun sirsak 19

15. Pohon filogenetik kapang endofit daun sirsak dengan K2+G (kimura 2-

parameter + gamma distributed) 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 37

2 Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etil asetat dari kapang endofit

daun sirsak dengan menggunakan sel kanker (MCF-7) 38

3 Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etil asetat dari kapang endofit

daun sirsak dengan menggunakan sel normal (Chang) 39

4 Analisis metabolit kapang endofit daun sirsak dengan GC-MS Pyrolisis 40

5 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak dengan konsentrasi

100 µg/ml pada perbesaran 10x 41

6 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang tidak diberi perlakuan

dengan ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol)

dengan perbesaran 10x 42

7 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak dengan konsentrasi 400

µg/mL, 200 µg/mL, 100 µg/mL, 50 µg/mL dan 25 µg/mL pada

perbesaran 10x 42

8 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang tidak diberi perlakuan

dengan ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol)

dengan perbesaran 10x 44

9 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang tidak diberi perlakuan

dengan ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol

positif) dengan perbesaran 10x 44

10 Foto mikroskopis sel normal Chang yang diberi perlakuan dengan ekstrak

etil asetat kapang endofit dari daun sirsak dengan konsentrasi 400 µg/mL,

200 µg/mL, 100 µg/mL, 50 µg/mL dan 25 µg/mL pada perbesaran 10x 45

11 Foto mikroskopis sel normal Chang yang tidak diberi perlakuan

dengan ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol)

dengan perbesaran 10x 45

12 Foto mikroskopis sel normal Chang yang tidak diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol positif)

dengan perbesaran 10x 46

13 Pohon filogenetik 46

14 Hasil BLAST 47

15 Sequences producing significant alignments 47

16 Urutan nukleotida hasil sekuen yang sudah dipilih 48

17 Pensejajaran sequence hasil BLAST 48

18 Keterangan kromatogram Gambar 13 51

19 Klasifikasi senyawa metabolit sekunder 53

20 Data spektra massa senyawa-senyawa yang dilaporkan bersifat antikanker 57

21 Analisis statistik 63

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Menurut IARC

(2013) jumlah kematian penduduk dunia yang disebabkan oleh kanker mencapai

7.6 juta jiwa, 70% penderita mengalami kematian, sedangkan 30% penderita

lainnya dapat disembuhkan. Jumlah tersebut diperkirakan mengalami peningkatan

hingga 13.1 juta jiwa pada tahun 2030 (WHO 2013). Salah satu jenis kanker yang

sering diderita oleh penduduk dunia adalah kanker payudara (WHO 2013). Kanker

payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar susu, saluran kelenjar dan

jaringan penunjang payudara (Purwatiningsih et al. 2008) Berdasarkan data dari

Hospital Information System (HIS) di tahun 2010 (KemenKes 2013), kanker

payudara merupakan peringkat pertama dalam jumlah pasien yang dirawat di

seluruh Indonesia (28%), diikuti oleh kanker serviks (12%). Selain itu, kanker

payudara berada pada urutan kedua dari sejumlah kanker yang diderita wanita pada

umumnya (Veta et al. 2014).

Pengobatan yang biasa dilakukan adalah dengan menggabungkan beberapa

perlakuan seperti kemoterapi, operasi, radioterapi, imunoterapi dan terapi

fotodinamik (Adamson & Longo 2005). Namun, risiko munculnya efek samping

yang berbahaya terjadi apabila perlakuan-perlakuan di dalam terapi kanker

mempengaruhi metabolisme sel normal (Uzuner 2012). Selain itu, resistensi

terhadap obat antikanker bisa terjadi sebagai akibat dari peningkatan jalur anti

apoptosis terhadap obat-obatan yang digunakan dalam terapi (Creixell & Peppas

2012). Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman herbal telah dijadikan sebagai salah

satu pengobatan alternatif yang tidak menimbulkan efek samping dan tidak

menghambat jalur anti apoptosis dengan dosis yang relatif rendah (Debbie et al.

2012).

Salah satu bahan alami yang memiliki potensi sebagai antikanker adalah

sirsak, terutama bagian daunnya. Zat aktif dalam tanaman sirsak yang mampu

berperan sebagai antikanker adalah Annonaceous acetogenins (ACGs) (Retnani

2011). Senyawa ACGs yang terdapat dalam daun sirsak berperan sebagai inhibitor

sumber energi untuk pertumbuhan sel kanker. Kekurangan energi menyebabkan sel

tidak bisa membelah dengan baik. ACGs akan menganggu aktivitas reseptor pada

sel dan menghambat metabolisme energi pada sel tersebut. Akibatnya produksi

energi didalam sel kanker terhenti dan akhirnya sel kanker akan mati (Nursafitri et

al. 2013).

Hasil penelitian Rishika dan Sharma (2012) menunjukkan bahwa daun

sirsak sangat berpotensi sebagai antikanker karena mampu mencegah ataupun

menghambat pertumbuhan sel kanker. Selain itu, pengobatan penyakit kanker

menggunakan daun sirsak lebih baik dan tidak memberikan efek samping

dibandingkan dengan kemoterapi atau radiasi (Itharat & Ooraikul 2007). Daun

sirsak juga dapat digunakan dalam perawatan pengidap kanker dan dapat mencegah

pertumbuhan kanker pada pengujian tikus yang diinduksi bahan karsinogen yang

berasal dari tumbuhan Cycas (Rodriguez et al. 2010).

Tanaman tingkat tinggi seperti sirsak diduga memiliki mikroba endofit yang

berpotensi sebagai tanaman obat. Mikroba endofit bersimbiosis secara mutualisme

2

dengan jaringan-jaringan tanaman. Ekstrak daun sirsak pada penelitian Riswanto et

al. (2011), menunjukkan aktivitas antikanker, tetapi belum ada informasi tentang

isolat mikroba endofit dari daun sirsak yang menghasilkan metabolit sekunder

sebagai antikanker. Mikroba endofit pada penelitian ini merupakan kapang endofit

dilihat dari bentuk morfologinya. Penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas

antikanker yang berasal dari ekstrak etil asetat dari kapang endofit daun sirsak

(Annona muricata L.) ini perlu dilakukan.

Perumusan Masalah

Pemanfaatan daun sirsak sebagai agen antikanker dapat mengakibatkan

kompetisi fungsi sirsak sebagai flora penghasil buah. Eksplorasi kapang endofit

pada daun sirsak sebagai agen baru antikanker masih terbatas dan diharapkan dapat

berjalan tanpa mengurangi kuantitas buah sirsak sebagai pangan konsumtif.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antikanker ekstrak etil asetat dari

kapang endofit daun sirsak (Annona muricata L.) yang aktif sebagai bahan

antikanker payudara secara in-vitro.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bahan aktif

dari kapang endofit yang berada di dalam daun sirsak sebagai bahan obat penyakit

kanker.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup kegiatan penelitian ini mencakup ekstraksi etil asetat kapang

endofit dari daun sirsak (Annona muricata L.), pengujian Methly Thyazol

Tetrazolium (MTT) sel kanker payudara Michigan Cancer Foundation-7 (MCF-7),

identifikasi menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS)

pirolisis dan identifikasi kapang endofit berbasis amplifikasi Internal Transcribed

Spacer (ITS).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kanker

Kanker merupakan penyakit tidak menular yang terjadi akibat adanya

pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh secara tidak normal. Sel ini dapat menyerang

jaringan tubuh lain dari penderita, sehingga bila tidak segera ditangani dapat

menyebabkan kematian (Raymond 2007). Ada tiga ciri utama keberadaan kanker,

yakni kontrol pertumbuhan yang menurun, invasi pada jaringan setempat dan

3

penyebaran ke bagian tubuh lain (Murray et al. 2009). Penyebaran sel kanker dapat

dilakukan melalui aliran darah dan kelenjar getah bening (Winarto 2007). Kanker

dapat menimbulkan gejala berbeda, bergantung pada lokasi, keganasan dan ada atau

tidaknya metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker

(WHO 2010). Diagnosis kanker biasanya dilakukan melalui pemeriksaan

makroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis penderita

kanker biasanya mendapatkan perawatan seperti operasi, kemoterapi, atau radiasi

(Winarto 2007).

Pengobatan kanker dapat dibagi menjadi tiga, yakni terapi radiasi, operasi,

dan terapi adjuvant (pendamping). Terapi adjuvant dapat dibagi menjadi terapi

hormonal, kemoterapi dan imunoterapi (Hahn & Payne 2003). Efek samping yang

ditimbulkan akibat pengobatan kanker beragam, mulai dari kerontokan rambut,

pusing, mual, penurunan daya tahan tubuh, hingga kematian. Pengobatan

kemoterapi bertujuan menghancurkan sel kanker agar ukuran sel kanker mengecil

dan mencegah pertumbuhan kembali setelah pengobatan. Obat kemoterapi yang

umum digunakan untuk menangani berbagai jenis kanker adalah doksorubisin

(Gambar 1). Doksorubisin merupakan antitumor sitotoksik yang paling banyak

digunakan dalam praktik klinis. Obat lain yang digunakan untuk mengobati kanker

adalah herceptin (trastuzumab). Herceptin merupakan obat imunoterapi yang umum

digunakan dengan target spesifik, yakni memblokade protein Her2/neu. Protein

Her2/neu merupakan reseptor yang berfungsi mendorong pembelahan sel (ER+)

(Katzung et al. 2013).

Gambar 1 Struktur kimia doksorubisin (Agudelo et al. 2014)

Mekanisme penghambatan ataupun penyembuhan kanker sangat kompleks.

Akhir-akhir ini, telah banyak penelitian yang mengungkap mekanisme

penghambatan terjadinya tumor ataupun penyembuhannya, salah satunya melalui

mekanisme antikanker (Rahayu et al. 2012) Proses karsinogen merupakan proses

terjadinya kanker yang diawali dengan adanya kerusakan DNA atau mutasi pada

gen-gen pengatur pertumbuhan, seperti gen p53 dan ras (Hanahan & Weinberg

2000). Proses menuju terjadinya kanker yang progresif umumnya berjalan lama dan

melibatkan perubahan-perubahan genetik lanjut serta perubahan ekspresi gen yang

dapat mempengaruhi sifat pertumbuhan sel. Secara keseluruhan proses karsinogen

tersebut dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase inisiasi, yakni fase aktivasi

senyawa karsinogen hingga terjadinya mutasi awal dan fase post inisiasi yang

meliputi tahap promosi dan progresi (Hanahan & Weinberg 2000).

Metabolit sekunder yang dijadikan bahan antikanker adalah senyawa

golongan fenol, salah satunya adalah ACGs (Champy et al. 2005; Pomper 2009).

McLaughlin (2008) melaporkan bahwa tanaman famili Annonaceae mengandung

4

banyak senyawa ACGs, di antaranya ditunjukkan pada Gambar 2. Asetogenin

merupakan senyawa metabolit sekunder yang secara alami terbentuk dalam

tumbuhan, yang secara spesifik menyerang sel kanker tanpa mempengaruhi sel

normal pada makhluk hidup.

Gambar 2 Struktur ACGs (Souza et al. 2008)

Menurut Zeng et al. (1996) terdapat lima bentuk monotetrahidrofuran

dalam ACGs yang berperan sebagai komponen aktif antikanker. Selain itu

Consolacion et al. (2012) menemukan bahwa senyawa ACGs dalam daun sirsak

dapat berfungsi sebagai antikanker. Menurut Hanahan dan Weinberg (2011), sel

kanker mempunyai enam karakter khusus yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3 Karakteristik sel kanker (Hanahan & Wemberg 2011)

Karakter pertama dari sel kanker adalah mampu menjaga sinyal untuk

melakukan proliferasi terus menerus dimana sel normal memerlukan sinyal

eksternal untuk pertumbuhan dan pembelahannya, sedangkan sel kanker mampu

memproduksi growth factors dan growth factor receptor sendiri. Kedua, sel kanker

mampu menghindari faktor inhibisi pertumbuhan (growth factor inhibition),

sedangkan sel normal merespon sinyal penghambatan pertumbuhan untuk

mencapai homeostasis. Sehingga ada waktu tertentu bagi sel normal untuk

proliferasi dan istirahat. Sel kanker tidak mengenal dan tidak merespon sinyal

penghambatan pertumbuhan. Keadaan ini banyak disebabkan adanya mutasi pada

beberapa gen (proto-onkogen) pada sel kanker. Ketiga, sel normal memiliki

kepatuhan untuk tidak berpindah ke lokasi lain di dalam tubuh. Perpindahan sel

kanker dari lokasi primernya ke lokasi sekunder atau tertiernya merupakan faktor

utama adanya kematian yang disebabkan karena kanker. Mutasi memungkinkan

peningkatan aktivitas enzim-enzim yang terlibat invasi sel kanker Matrix

metalloproteinases (MMPs). Mutasi juga memungkinkan berkurangnya atau

5

hilang adhesi sehingga akan meningkatkan attachment, degradasi, migrasi dan

invasi sel kanker ke sel normal (Hanahan & Weinberg 2011).

Keempat, sel kanker memiliki mekanisme tertentu untuk tetap menjaga

telomer tetap panjang, hingga memungkinkan untuk tetap membelah diri. Apabila

terjadi kecacatan dalam regulasi pemendekan telomer memungkinkan sel kanker

memiliki potensi replikasi yang tidak terbatas. Kelima, sel kanker mampu

menginduksi angiogenesis, yaitu pertumbuhan pembuluh darah baru ini disekitar

jaringan kanker. Pembentukan pembuluh darah baru ini diperlukan untuk survival

sel kanker dan ekspansi ke bagian lain dari tubuh. Keenam, sel kanker tidak peka

terhadap sinyal apoptosis. Kegagalan sel kanker dalam merespon sinyal apoptosis

lebih disebabkan karena mutasinya gen-gen regulator apoptosis dan gen-gen sinyal

apoptosis (Hanahan & Weinberg 2011).

Kanker Payudara

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan

payudara seseorang. Payudara wanita terdiri atas lobulus (kelenjar susu), duktus

(saluran susu), jaringan lemak dan jaringan ikat, pembuluh darah dan limfe

(Novianti & Purnami 2012). Anatomi payudara seperti Gambar 4. Pada tahap awal,

kanker payudara hanya membentuk benjolan pada jaringan mamae dan kemudian

pada tahap berikutnya akan terjadi luka pada jaringan mamae tersebut. Cara

mengobati kanker ini dilakukan dengan pembuangan bagian jaringan yang terkena

kanker, terapi radiasi dan kemoterapi. Terapi radiasi dan kemoterapi bertujuan

menghancurkan sel kanker dan mengendalikan pertumbuhan tumor pada jaringan

mamae yang terkena kanker utama dan mengendalikan pertumbuhan tumor pada

jaringan lain yang awalnya tidak terkena kanker. Terapi radiasi adalah pengobatan

yang menggunakan gelombang elektromagnetik dan partikel yang berenergi tinggi

(Woodward & Cox 2008). Terapi radiasi sampai saat ini masih digunakan sebagai

salah satu modalitas untuk pengobatan penyakit kanker payudara (Polgar & Major

2009).

Salah satu mekanisme terapi radiasi pada kanker adalah merusak sel secara

tidak langsung sehingga terjadi apoptosis, melalui pembentukan radikal bebas.

Radikal bebas selain merusak sel kanker, juga merusak sel normal yang dikenal

sebagai efek samping terapi radiasi (Eriksson & Stigbrand 2010). Adanya efek

samping radiasi yang berat dapat mengakibatkan tertunda atau gagalnya terapi

radiasi (Kentjono 2001). Oleh karena itu, perlu dipikirkan upaya untuk mengurangi

efek samping terapi radiasi tersebut.

Gambar 4 Anatomi payudara (Tim CancerHelps 2010)

6

Proses terbentuknya tumor payudara dapat terjadi karena kerusakan

(mutasi) pada gen yang meregulasi proliferasi sel. Kerusakan ini menyebabkan

proliferasi sel tidak dapat dikontrol. Pada beberapa kasus kerusakan lebih lanjut

dapat menyebabkan sel tumor menjalar pada bagian tubuh lainnya. Estrogen dan

progesteron merupakan hormon yang sering melekat pada reseptor beberapa sel

kanker payudara sebagai bahan bakar pertumbuhan sel tersebut. Sekitar satu dari

lima kasus kanker payudara disebabkan peningkatan protein HER-2 yang

menyebabkan sel tumor tumbuh dan menyebar lebih cepat (Tim CancerHelps

2010).

Faktor resiko kanker payudara diklasifikasikan dalam beberapa kategori

yaitu: (1) Faktor histori keluarga atau genetik, rata-rata 15% dari semua kasus

kanker payudara (2) Efek berbahaya dari hormon (3) Kategori densitas tinggi

payudara yang dikenal sebagai satu dari banyak penanda signifikan dari resiko

kanker payudara (4) Sejarah penyakit proliferatif payudara (Al-amri et al. 2015).

(5) Faktor lingkungan dan gaya hidup, pengaruh lingkungan diduga karena faktor

antara lain: alkohol, diet tinggi lemak, dan infeksi virus. Hal tersebut

mempengaruhi onkogen dan gen supresi dari kanker payudara (Wunderlich &

Restifo 2006).

Daun Sirsak (Annona muricata L.)

Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang

berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Hermawan & Laksono

2013). Daun sirsak (Gambar 5) banyak digunakan sebagai obat herbal untuk

mengobati berbagai penyakit. Seperti Andes Peru Radang selaput lendir karena

penyakit asma, Amazonia Peru mengobati diabetes serta penenang dan antikejang

(Zuhud 2011).

Gambar 5 Daun sirsak

Sistematika Tanaman Sirsak:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divis : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.

Daun sirsak mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, kalsium,

fosfor, karbohidrat, vitamin (A, B dan C), fitosterol, kalsium oksalat dan beberapa

kandungan kimia lainnya termasuk ACGs (Mangan 2009). Daun tanaman ini secara

tradisional digunakan untuk mencegah dan mengobati abses, artritis, asma,

bronkitis, gangguan empedu, diabetes, jantung, hipertensi, cacingan, gangguan hati,

malaria, rematik, obat penenang, tumor dan kanker (Wicaksono 2011).

7

Kapang Endofit

Endofit secara bahasa berasal dari kata endon yang berarti di dalam dan

phyton yang berarti tanaman (Schulz & Boyle 2005). Secara umum, endofit adalah

makhluk hidup yang berada di dalam tanaman dapat bersifat parasitik atau

simbiotik. Kapang endofit adalah fungi yang menginfeksi jaringan tanaman yang

sehat tanpa menyebabkan sakit (Clay 2004).

Kapang endofit merupakan mikroorganisme yang terdapat di dalam suatu

sistem jaringan tumbuhan seperti biji, daun, bunga, ranting, batang, dan akar.

Berbagai senyawa fungsional dapat dihasilkan oleh kapang endofit. Senyawa yang

dihasilkan oleh kapang endofit tersebut dapat berupa senyawa antikanker, antivirus,

antibakteri, antifungi, hormon pertumbuhan tanaman, insektisida dan lain-lain

(Strobel 2004). Kapang endofit merupakan salah satu golongan mikrob endofit

yang paling banyak ditemukan di alam (Strobel 2003) dan sumber yang kaya akan

metabolit sekunder bioaktif (Tan & Zou 2001). Kapang ini hidup berasosiasi secara

simbiosis mutualisme dengan tumbuhan inangnya. Kapang endofit menginfeksi

tumbuhan sehat pada jaringan tertentu tanpa menimbulkan tanda-tanda adanya

infeksi (Bacon & White 2000).

Kapang endofit berperan penting dalam industri farmasi karena

kemampuannya dalam memproduksi senyawa metabolit yang bervariasi, baik dari

struktur maupun fungsinya. Berbagai golongan senyawa metabolit sekunder seperti

alkaloid, flavonoid, kuinon, terpenoid, antrakuinon, fenil propanoid, turunan

isokumarin, peptida, dan senyawa alifatik, telah diisolasi dan dicirikan dari kultur

kapang endofit (Agusta 2009).

Pemanfaatan kapang endofit bisa menjadi cara inovatif untuk

mengefisienkan sumber senyawa bioaktif. Kapang endofit yang diisolasi dari

tumbuhan obat akan memiliki aktivitas senyawa bioaktif yang sama atau bahkan

lebih baik dibandingkan dengan tumbuhan inangnya, karena mekanisme perubahan

kimia oleh mikroorganisme sangat mirip dengan yang terjadi pada organisme

tingkat tinggi. Hal ini menguntungkan karena siklus hidup kapang endofit lebih

singkat daripada tumbuhan inangnya dan dapat diproduksi dalam skala besar

dengan menggunakan proses fermentasi (Setyowati & Wardah 2007).

Sel Michigan Cancer Foundation-7 (MCF-7)

Sel MCF-7 merupakan salah satu model sel kanker payudara yang banyak

digunakan dalam penelitian. Sel kanker payudara MCF-7 pertama kali dibiakkan

dan dikulturkan di Michigan Cancer Foundation pada tahun 1973 (Holliday &

Speirs 2011). Sel ini pertama kali diperoleh dari jaringan epitel payudara dengan

titik metastasis pleural effusion breast adenocarcinoma seorang wanita kaukasian

berumur 69 tahun bergolongan darah O dengan RH positif. Karakteristik sel ini

antara lain resisten terhadap agen kemoterapi, mengekspresikan reseptor estrogen

(ER+), ekspresi BCl-2, dan tidak mengekspresikan caspase-3. Sel MCF-7

merupakan cell line adherent, yang tumbuh melekat. Sel ini dapat ditumbuhkan

pada media yang mengandung RPMI (Roswell Park Memorial Institute) atau

DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium), FBS (Fetal Bovine Serum) dan

antibiotik antimikotik (Dwitarhayani 2012).

8

Popularitas MCF-7 ini terutama disebabkan sensitivitas hormon yang sangat

indah melalui ekspresi reseptor estrogen (ER), sehingga model yang ideal untuk

mempelajari respon hormon (Holliday & Speirs 2011).

Polymerase Chain Reaction (PCR)

Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode amplifikasi atau

penggandaan DNA menggunakan oligonukleotida (primer) yang diarahkan secara

enzimatik berdasarkan urutan sekuen DNA spesifik. Teknik ini mampu

memperbanyak sekuen DNA hingga mencapai 105-106 kali sekuen DNA cetakan

(template). Tahapan awal (pre-treatment) yang perlu dilakukan sebelum proses

PCR adalah mencari informasi sekuen DNA yang diamplifikasi, dilanjutkan dengan

desain primer. Tahapan PCR dapat dilakukan setelah diperoleh primer yang ideal.

Produk PCR diamplifikasi dari DNA template menggunakan enzim DNA

polimerase yang termostabil dari Thermus aquaticus (Taq polimerase) dan

menggunakan pengatur siklus termal otomatis (Perkin-Elmer/Cetus) untuk

menempatkan reaksi sampai 30 atau lebih siklus denaturasi (pemisahan), annealing

(penempelan) dan extension (pemanjangan). Setelah amplifikasi dengan PCR,

produk ini dipisahkan dengan elektroforesis gel poliakrilamida dan secara langsung

divisualisasikan setelah pewarnaan dengan etidium bromida (Ali 2009).

Gambar 6 Tahapan-tahapan dalam PCR (Bacon & White 2000)

PCR merupakan suatu teknik amplifikasi (perbanyakan) potongan DNA

secara in-vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer

oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai pembatas daerah yang

diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang urutannya komplemen dengan DNA

templatnya. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA secara in-vivo yang

bersifat semi konservatif (Bacon & White 2000). PCR memungkinkan adanya

perbanyakan DNA antara dua primer, di dalam tabung reaksi. Proses PCR

9

membutuhkan DNA untai ganda yang berfungsi sebagai cetakan (templat) yang

mengandung DNA target (yang akan diamplifikasi) untuk pembentukan molekul

DNA baru, enzim DNA polimerase, deoksinukleotida trifosfat (dNTP), dan

sepasang primer oligonukleotida. Pada kondisi tertentu, kedua primer akan

mengenali dan berikatan dengan untaian DNA komplemennya yang terletak pada

awal dan akhir fragmen DNA target, sehingga kedua primer tersebut akan

menyediakan gugus hidroksil bebas pada karbon 3’. Setelah kedua primer

menempel pada DNA templat, DNA polimerase mengkatalisis proses pemanjangan

kedua primer dengan menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan

nukleotida templat. DNA polimerase mengkatalisis pembentukan ikatan

fosfodiester antara OH pada karbon 3’ dengan gugus 5’ fosfat dNTP yang

ditambahkan, sehingga proses penambahan dNTP yang dikatalisis oleh enzim DNA

polimerase ini berlangsung dengan arah 5’→3’ dan disebut reaksi polimerisasi.

Enzim DNA polimerase hanya akan menambahkan dNTP yang komplemen dengan

nukleotida yang terdapat pada rantai DNA templat (Boyer 2010).

PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri atas tiga tahap

berurutan, yaitu pemisahan rantai DNA templat, penempelan pasangan primer pada

DNA target dan pemanjangan primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis oleh

DNA polimerase (Bintang 2010). Tujuan PCR adalah untuk mempercepat isolasi

DNA spesifik tanpa membuat dan melakukan pustaka genom. Contoh penggunaan

PCR dilakukan pada pengidentifikasian hasil forensik, pengidentifikasi orang tua

anak dan perbanyakan molekul DNA dalam jumlah yang banyak dan waktu yang

singkat.

Gas Chromatography - Mass Spectrometer (GC-MS)

Gas Chromatography - Mass Spectrometer (GC-MS) adalah metode yang

mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrometri massa untuk

mengidentifikasi senyawa yang berbeda dalam analisis sampel. GC-MS terdiri dari

dua blok bangunan utama: kromatografi gas dan kromatografi massa. Kromatografi

gas menggunakan kolom kapiler yang tergantung pada dimensi kolom itu (panjang,

diameter, ketebalan film) serta sifat fase (misalnya 5% fenil polisiloksan).

Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berbeda dalam suatu campuran

dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-

molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda yang disebut waktu retensi untuk

keluar dari kromatografi gas dan ini memungkinkan spektrometer massa untuk

menangkap, ionisasi, mempercepat, membelokkan dan mendeteksi molekul

terionisasi secara terpisah. Spektrometer massa melakukan hal ini dengan memecah

masing-masing molekul menjadi terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan

massa untuk mengisi rasio (Skoog et al. 1996).

GC-MS mempunyai bagian-bagian yang berperan penting dalam proses

analisis sampel. Dapat ditinjau dari instrumennya, kromatografi gas dan

spektroskopi massa mempunyai bagian-bagian yang berbeda. Kromatografi gas

terdiri atas beberapa bagian, yaitu: kolom pengisi sampel, bagian microwave dan

detektor (Hajslova & Cajka 2007). Kolom pengisi merupakan tempat yang

disediakan untuk sampel yang dianalisis. Selanjutnya, proses separasi berlangsung

selama sampel berinteraksi dengan komponen yang berperan sebagai fase diam.

Fraksi-fraksi yang terbentuk kemudian dipanaskan pada titik didih analat untuk

10

mengubah analat ke fase gas. Analat tersebut kemudian membawa sinyal kimia

menjadi sinyal listrik dengan kekuatan intensitas berdasarkan konsentrasi analat.

Detektor kemudian menunjukkan hasil analisis berupa kromatogram. Berbeda

dengan kormatografi gas, perangkat spektroskopi massa terdiri atas tiga bagian

penting, yaitu tempat pengionan sampel, pemisahan ion, dan deteksi ion yang

terbentuk (Hajslova & Cajka 2007). Spektroskopi massa bekerja dengan mengubah

senyawa analat menjadi ion-ion yang ditempatkan pada medan magnet, kemudian

dideteksi oleh detektor dan dilanjutkan dengan transmisi emisi elektron untuk

menentukan ukuran molekul. Prinsip kerja GC-MS adalah pemisahan senyawa

berdasarkan perbedaan berat molekul (massa) setelah terionisasi menjadi ion yang

lebih kecil (Harvey 2000).

GC-MS telah diaplikasikan dalam banyak bidang, seperti industri obat-

obatan, kedokteran, penelitian obat-obatan dan penelitian lingkungan. GC-MS

banyak digunakan karena akurasi dan presisinya sebagai alat analisis cukup tinggi.

Selain itu, GC-MS mampu menganalisis sampel dengan waktu yang lebih singkat

dibandingkan analisis unsur secara tepisah (yang dilakukan secara konvensional)

(Hajslova & Cajka 2007).

Identifikasi Kapang Berdasarkan Daerah Internal Transcribed Spacer (ITS)

DNA Ribosom

Identifikasi secara morfologi mungkin hanya dapat menentukan genus dari

isolat-isolat kapang. Untuk penentuan hingga sampai pada tingkat spesies,

diperlukan identifikasi molekuler. Salah satu cara identifikasi spesies kapang secara

molekuler adalah menggunakan sekuens DNA ribosomal (rDNA) pada daerah ITS

(Internal Transcribed Spacer region). ITS adalah suatu urutan RNA dari proses

transkripsi utama yang berada antar prekusor ribosomal subunit dan dihilangkan

pada proses splicing ketika RNA precursor tanda molekul yang struktural diproses

ke dalam suatu ribosom (Mulyatni et al. 2011). Daerah ITS rDNA yang baik untuk

diagnostik identifikasi spesies dan analisis filogenetik adalah daerah ITS1 dan ITS2

yang bersama-sama mengapit daerah 5.8S rDNA fungi. Keberhasilan isolasi dan

amplifikasi DNA dengan PCR bergantung pada konsentrasi isolat DNA templat

yang cukup, primer, dan temperatur annealing. Terdapat beberapa primer untuk ITS

rDNA, diantaranya yaitu 2 pasang yang mencakup keseluruhan daerah ITS1, ITS2

dan 5,8S rDNA, dan masing masing satu pasang primer yang mencakup hanya

daerah ITS1 atau ITS2 (Seifert et al. 2007). Keberhasilan identifikasi secara

molekuler menggunakan sekuens ITS rDNA, diperlukan hasil amplifikasi yang

setidaknya memungkinkan sekuensing ITS1 dan ITS2 dari rDNA. Pemilihan

pasangan primer yang tepat dengan kondisi temperatur annealing akan sangat

mempengaruhi keberhasilan PCR (Nugroho et al. 2013). Isolasi DNA dan

amplifikasi PCR pada daerah ITS rDNA merupakan tahap awal yang perlu

dilakukan dalam identifikasi molekuler. Sekuens DNA pada daerah ITS rDNA

berevolusi lebih cepat dibandingkan daerah gen lainnya sehingga akan bervariasi

pada setiap spesies (White et al. 1990). Hal ini akan mempermudah dalam

identifikasi spesies dengan membandingkan tingkat kemiripan (homologi) sekuens

DNA daerah ITS yang dimiliki suatu fungi dengan fungi lainnya.

Daerah ITS rDNA ini bersifat ubikuitus dengan fungsi yang identik pada

seluruh organisme. Daerah ITS rRNA memiliki beberapa daerah yang memiliki

11

urutan basa yang relatif konservatif dan beberapa daerah urutan basanya variatif.

Perbandingan urutan basa yang konservatif berguna untuk mengkonstruksi pohon

filogenetik universal karena mengalami perubahan relatif lambat dan

mencerminkan kronologi evolusi bumi. Sebaliknya, urutan basa yang bersifat

variatif dapat digunakan untuk melacak keragaman dan menempatkan galur-galur

dalam satu spesies (Pangastuti 2006).

3 METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Proses Pusat

Penelitian Biologi, Bidang Mikrobiologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Cibinong-Bogor, Laboratorium Mikrobiologi dan Imunologi Pusat Studi

Satwa dan Primata IPB, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga Oktober 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan meliputi 12 isolat kapang endofit daun sirsak dari

Rahman (2015), yaitu 3 isolat berasal dari Sukabumi (Sir-SM1, Sir-SM2, Sir-SM3),

3 isolat berasal dari Cianjur (Sir-CA1, Sir-CA2, Sir-CA3) dan 6 isolat berasal dari

Garut (Sir-G1, Sir-G2, Sir-G3, Sir-G4, Sir-G5, Sir-G6), glukosa, Yeast Malt Agar

(YMA), pepton, Yeast Malt Broth (YMB), etil asetat, pelarut DMSO (dimetil

sulfoksida), media pertumbuhan sel kanker RPMI-1640 (Roswell Park Memorial

Institute), FBS (Fetal Bovine Serum), PBS (Phosphat Bufferd Saline), tripan blue,

tripsin, 100 µl sel kanker MCF-7, 100 µl sel normal Chang, doksorubisin,

antibiotik, larutan kloroform-fenol, alkohol absolut, etanol 70%, bubuk agarosa,

etidium bromide (EtBr), loading dye, marker 1 kb plus DNA ladder dan 2 primer

yaitu ITS 4 dan ITS 5.

Alat yang digunakan adalah Erlenmeyer 100 mL, bunsen, laminar,

inkubator, pipet mikro, autoklaf, lemari es dan freezer, rotary evaporator, Shaker,

pemanas gelombang mikro, flask, plate 96 well, sentrifus, mikroskop, inkubator,

pipette tips (200 µl dan 1000 µl), hemasitometer, tabung sentrifus 15 ml, GC-MS

pyrolysis, spektrofotometer, ELISA reader, waterbath, vortex mixer, elektroforesis,

KIT bioner, tube eppendorf, mesin PCR (Esco), perangkat elektroforesis (Bio-Rad),

sarung tangan, kertas saring, alumunium foil dan stopwatch.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Media

1. Yeast Malt Agar (YMA)

Media yang digunakan adalah media YMA (3 g Yeast extract, 3 g Malt

extract, 10 g glukosa, 5 g pepton dan 5.5 g agar dilarutkan dalam 1 liter akuades),

ditambahkan antibiotik. Semua bahan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer

12

dengan masing-masing labu Erlenmeyer berisi 100 mL dan ditutup menggunakan

kapas yang telah dimodifikasi untuk selanjutnya disterilkan dalam autoklaf selama

15 menit dan tekanan 1 atm pada suhu 121oC.

2. Yeast Malt Broth (YMB)

Sebanyak 3 g Yeast extract, 3 g Malt extract, 10 g glukosa dan 5 g pepton

dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian ditambahkan antibiotik. Semua bahan

dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dengan masing-masing labu Erlenmeyer

berisi 100 mL dan ditutup menggunakan kapas yang telah dimodifikasi untuk

selanjutnya disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit dan tekanan 1 atm pada

suhu 121oC.

Peremajaan Kapang Endofit Daun Sirsak (Pelczar & Chan 1996). Inokulasi isolat kapang endofit dilakukan secara aseptis di dalam laminar.

Laminar terlebih dahulu disterilkan dengan penyinaran sinar ultraviolet selama 1

jam, dan kemudian seluruh bagian dalam laminar dan bagian luar kaca disemprot

dengan etanol 70%. Isolat kapang endofit dari agar miring diinokulasi ke dalam

media PDA kemudian diinkubasi selama dua hari pada suhu kamar.

Kultivasi Isolat (Agusta 2013)

Pada proses ini masing-masing isolat kapang endofit diambil menggunakan

jarum ose. Masing-masing isolat kemudian diinokulasikan ke dalam 200 mL media

YMB dan media agar miring untuk digunakan sebagai cadangan atau simpanan

isolat kapang endofit. Kultur dibuat dalam Erlenmeyer yang berukuran 500 mL dan

proses inokulasi dilakukan pada laminar air flow khusus kapang. Total isolat

kapang endofit ada 12 maka kultivasi juga dilakukan pada YMB dalam Erlenmeyer

sebanyak 12 buah, kemudian diinkubasi pada suhu 27oC, digoyang dengan

kecepatan 120 rpm selama 21 hari.

Ekstraksi Senyawa Aktif Kapang Endofit Daun Sirsak (Yeo et al. 2014)

Isolat kapang endofit daun sirsak setelah dikultivasi selama 21 hari

kemudian diekstraksi untuk mendapatkan senyawa utama kapang endofit. Isolat

kapang endofit yang tumbuh dalam media YMB 200 mL ditambahkan pelarut etil

asetat yang sudah didestilasi 300 mL, kemudian dikocok manual selama 15 menit.

Larutan atas fraksi dituangkan dalam labu didih, lapisan kedua fraksi tidak boleh

sampai ikut masuk dalam labu didih. Lapisan atas fraksi dievaporasi menggunakan

rotary vacum evaporator pada suhu 40°C kemudian dikeringkan dengan pengaliran

nitrogen. Berat ekstrak didapatkan dari berat bobot wadah dan ekstrak dikurangi

berat bobot kosong.

Aktivitas Sitotoksik terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 dengan Indikator

MTT (Methly Thyazol Tetrazolium) (Li et al. 2013; Hasan et al. 2014).

Persiapan sampel. Pada pengujian aktivitas dua belas ekstrak kapang

endofit daun sirsak terhadap sel kanker MCF-7 ekstrak dilarutkan dengan media

RPMI-1640 dengan konsentrasi 100 µg/mL. Empat ekstrak dengan aktivitas terbaik

menurut %inhibisinya kemudian diuji kembali aktivitasnya terhadap sel MCF-7

pada rangkaian konsentrasi uji dengan tingkatan konsentrasi mulai 25 µg/mL, 50

µg/mL, 100 µg/mL, 200 µg/mL dan 400 µg/mL. Selanjutnya diambil satu ekstrak

13

terbaik dan diuji kembali dengan menggunakan sel normal Chang pada konsentrasi

yang sama untuk mengetahui kemampuan ekstrak dalam menghambat

pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7. DMSO digunakan sebagai kontrol

negatif dan doksorubisin sebagai kontrol positif.

Sel MCF-7 yang telah ditumbuhkan pada flask T25 dilakukan subkultur ke

96 wells tissue culture plate selama 24 jam pada kondisi 5% CO2 dan suhu 37oC

dengan jumlah 5000 sel/well. Ekstrak dimasukkan sebanyak 100 µL/well dan

diinkubasi selama 48 jam. Kemudian ditambahkan dengan MTT (3-(4,5-

Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide) sebanyak 100 µL/well dan

diinkubasi kembali selama 4 jam pada pada kondisi 5% CO2 dan suhu 37oC.

Supernatan dibuang dan ditambahkan etanol-HCl. HCl berfungsi untuk memecah

sel, karena formazan merupakan produk intraseluler dari reaksi enzimatik MTT,

sedangkan etanol berfungsi untuk melarutkan formazan (kristal garam).

Selanjutnya dilakukan pembacaan Optical Density (OD) menggunakan microplate

reader pada panjang gelombang 595 nm. Data absorbansi dari hasil pembacaan

ELISA dikonversikan dalam persen inhibisi sel menurut persamaan rumus:

% inhibisi = (𝐴𝑏𝑠. 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 −𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝐴𝑏𝑠. 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙) × 100 %

Hubungan kematian sel dan konsentrasi selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan uji regresi linier. Kemudian dihitung konsentrasi ekstrak yang

diperlukan untuk menghambat 50% pertumbuhan sel kanker (IC50).

Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia dengan menggunakan GC-MS

pyrolysis (Collin et al. 2009; Mutunzi et al. 2013; Abubacker & Deeplakshmi

2013)

Identifikasi senyawa aktif yang berperan sebagai antikanker dilakukan

dengan menggunakan GC-MS pirolisis (py-GC-MS). Jumlah senyawa yang

terdapat dalam ekstrak ditunjukkan oleh jumlah puncak (peak) pada kromatogram,

sedangkan nama/jenis senyawa yang ada diinterpretasikan berdasarkan data spektra

dari setiap puncak tersebut dengan menggunakan metode pendekatan pustaka pada

database py-GC-MS dan data spektra massa.

Sampel yang diidentifikasi senyawa kimianya adalah sampel yang

mempunyai aktivitas antikanker. Sebanyak 2 µl sampel dimasukan kedalam

pirolisis, lalu diidentifikasi dengan py-GC-MS. py-GC-MS yang digunakan dalam

analisis ini adalah GCMS-QP2010S Shimadzu, jenis kolom Rtx-5MS, panjang

kolom 60 m, diameter kolom 0.25 mmID, temperature limit dari 80oC – 300oC

dengan kenaikan suhu 10oC/menit, laju alir 1 mL/menit, suhu oven 70oC – 290oC,

suhu interface 280oC, Split Ratio sebesar 50.0, ion source 200 oC dan gas pembawa

Helium. Data yang dihasilkan dicocokkan dengan senyawa yang terdapat pada

database py-GC-MS. Prosedur penggunaan py-GC-MS dapat dilihat pada lampiran

3.

Identifikasi Kapang Endofit Daun Sirsak Berbasis Amplifikasi Internal

Transcribed Spacer (ITS) (Muzuni et al. 2014) Identifikasi isolat kapang dilakukan secara molekuler berdasarkan analisis

genetika secara parsial pada lokus Internal Transcribed Spacer (ITS) ribosomal

DNA kapang. Isolasi DNA diawali dengan menumbuhkan isolat kapang dalam

14

media cair Potato Dextrose Broth (PDB) dan diinkubasi selama 72 jam. Biomassa

berupa miselia kapang dipanen untuk proses ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA

kapang dilakukan dengan menggunakan reagen nucleon PHYTOpure (Amersham

LIFE SCIENCE). Amplifikasi PCR pada ITS menggunakan Primer ITS 4 (reverse):

5`--TCC TCC GCT TAT TGA TAT GC–3` dan Primer ITS 5 (forward): 5`--GGA

AGT AAA AGT CGT AAC AAG G–3` (White et al. 1990; O`Donnell 1996).

Purifikasi produk PCR dilakukan dengan PEG precipitation method

(Hiraishi et al. 1995) dan dilanjutkan dengan siklus sekuensing. Produk PCR dan

produk restriksi disekuensing di Macrogen, Inc., Korea Selatan dengan penggunaan

metode Sanger. Sekuensing produk PCR dilakukan dengan primer yang sama pada

saat amplifikasinya. Hasil siklus sekuensing dipurifikasi kembali dengan Ethanol

purification method. Analisis pembacaan urutan basa nitrogen menggunakan

automated DNA sequencer (ABI PRISM 3130 Genetic Analyzer) (Applied

Biosystems). Sekuensing dalam bentuk format AB1 diolah dengan software

BioEdit 7.2.0, kemudian disimpan dalam format fasta dan diidentifikasi

menggunakan program BLAST pada situs NCBI (National Center for

Biotechnology Information) melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/blast. Setelah

itu, dipilih beberapa organisme untuk disertakan dalam pembuatan pohon

filogenetik menggunakan software MEGA 5. Persen homologi juga ditentukan

dengan menggunakan MEGA 5.

DNA hasil dianalisis PCR menggunakan teknik elektroforesis menurut

Sambrook dan Russel (2001). Sebanyak 1 g agarosa dicampurkan dengan 100 mL

TAE kemudian dipanaskan dengan microwave selama 2 menit. Gel agarosa

didiamkan hingga hangat lalu dituangkan ke dalam cetakan elektroforesis hingga

mengeras. Gel agarosa diletakkan pada alat elektroforesis yang telah diberi buffer

TAE. Sebanyak 1 µL loading dye dicampurkan dengan 1 µL sampel DNA lalu

dimasukkan ke dalam sumur gel agarosa. Setelah semua sampel dimasukkan dalam

sumur-sumur gel, ladder 1 kb sebagai marker sebanyak 2 µL dimasukkan ke dalam

sumur. Sampel dielektroforesis dengan tegangan 100 V selama 30 menit. Gel

direndam dalam larutan EtBr selama 30 menit kemudian dicuci dengan akuades

selama 5 menit. Visualisasi hasil elektroforesis dilakukan dengan UV

transluminator untuk melihat pita DNA yang terbentuk.

Analisis Data (Matjik & Sumertajaya 2013)

Rancangan percobaan yang digunakan dalam menganalisis hasil penelitian

ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial). Faktor yang

digunakan adalah jenis ekstrak (Sir-G5, Sir-SM2, Sir-G6 dan Sir-G2) dan konsentrasi

ekstrak yang berbeda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis

ragam (two-way ANOVA). Jika terdapat perbedaan yang nyata, maka analisis

dilanjutkan dengan uji Duncan dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji statistik

menggunakan perangkat lunak komputer MS Excel 2013, SAS 1.9.3 dan Minitab

15.

15

4 HASIL PENELITIAN

Kapang Endofit Daun Sirsak Hasil Kultivasi

Hasil kultivasi kapang endofit pada media YMA disajikan pada Gambar 7,

yang menunjukkan adanya variasi bentuk koloni kapang endofit. Koloni tersebut

tumbuh pada media YMA yang merupakan media padat.

Gambar 7 Sebagian kapang endofit dari daun sirsak dalam media YMA pada

cawan petri. (a) Sirsak Cianjur 1, (b) Sirsak Cianjur 2, (c) Sirsak Garut

1, (d) Sirsak Cianjur 3, (e) Sirsak Garut 4, (f) Sirsak Garut 3, (g) Sirsak

Sukabumi 1, (h) Sirsak Sukabumi 3, (i) Sirsak Garut 2, (j) Sirsak

Sukabumi 2, (k) Sirsak Garut 5, (l) Sirsak Garut 6.

Media YMB (Gambar 8) cukup umum digunakan untuk kultivasi kapang,

jamur, dan khamir. Media ini mengandung sumber nutrisi kaya gizi yang

mendorong sporulasi dan pertumbuhan jamur secara subur.

Sir-CA1 Sir-CA2 Sir-G1 Sir-CA3

Sir-G4 Sir-G3 Sir-SM1 Sir-SM3

Sir-G2 Sir-SM2 Sir-G5 Sir-G6

Sir-CA1 Sir-CA2 Sir-CA3 Sir-G1 Sir-G2 Sir-G3

e

i l

h f g

k j

a

b d a c

e d c b f

16

Gambar 8 Kapang endofit daun sirsak dalam media YMB. (a) Sirsak Cianjur 1, (b)

Sirsak Cianjur 2, (c) Sirsak Cianjur 3, (d) Sirsak Garut 1, (e) Sirsak Garut

2, (f) Sirsak Garut 3, (g) Sirsak Garut 4, (h) Sirsak Garut 5, (i) Sirsak

Garut 6, (j) Sirsak Sukabumi 1, (k) Sirsak Sukabumi 2, (l) Sirsak

Sukabumi 3.

Dalam penelitian ini, media produksi dipertahankan pada suhu kamar, fase

pertumbuhan dari kapang endofit pertama dilakukan pada media YMA, kapang

mulai tumbuh pada hari kedua setelah inokulasi. Kemudian dipindahkan pada

media YMB selama 21 hari seluruh isolatnya diinkubasi pada suhu 27oC, digoyang

dengan kecepatan 120 rpm selama 21 hari.

Ekstrak Kapang Endofit Daun Sirsak

Ekstrak yang diperoleh berwarna kuning pekat kemudian diuapkan dengan

menggunakan vacum rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak

kental yang diperoleh menyerupai serbuk kuning kemudian dibekukan dengan gas

nitrogen (Gambar 9) sebanyak 2 mL-4 mL.

Sir-SM2 Sir-G3 Sir-CA1 Sir-G6 Sir-SM1 Sir-G2

Sir-G5 Sir-CA2 Sir-G4 Sir-G1 Sir-SM3 Sir-CA3

Gambar 9 Hasil ekstrak kapang endofit daun sirsak. (1) Sirsak Sukabumi 2, (2)

Sirsak Garut 3, (3) Sirsak Cianjur 1, (4) Sirsak Garut 6, (5) Sirsak

Sukabumi 1, (6) Sirsak Garut 2, (7) Sirsak Garut 5, (8) Sirsak Cianjur

2, (9) Sirsak Garut 4, (10) Sirsak Garut 1, (11) Sirsak Sukabumi 3, (l2)

Sirsak Cianjur 3.

Sir-G4 Sir-G5 Sir-G6 Sir-SM1 Sir-SM2 Sir-SM3

1

h g k j i l

11 10

6 5

9

1 8 7

4 3 2

12

17

Ekstrak yang diperoleh (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat variasi

bobot yang menandakan ada variasi rendemen, ekstrak kemudian disimpan dalam

lemari pendingin untuk kemudian digunakan pada pengujian berikutnya.

Tabel 1 Hasil ekstrak yang diperoleh dari kapang endofit daun sirsak No Sampel Bobot Ekstrak Etil Asetat yang diperoleh

(mg)

1 Sir-SM2 30

2 Sir-G3 10

3 Sir-CA1 20

4 Sir-G6 30

5 Sir-SM1 30

6 Sir-G2 40

7 Sir-G5 20

8 Sir-CA2 20

9 Sir-G4 30

10 Sir-G1 20

11 Sir-SM3 20

12 Sir-CA3 20

Aktivitas Sitotoksik Senyawa Aktif Kapang Endofit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, 12 ekstrak kapang

endofit daun sirsak mampu menghambat pertumbuhan sel kanker MCF-7 (Gambar

10) dan diperoleh empat ekstrak dengan aktivitas terbaik, yaitu Sirsak Sukabumi 2

(Sir-SM2), Sirsak Garut 6 (Sir-G6), Sirsak Garut 2 (Sir-G2) dan Sirsak Garut 5 (Sir-

G5).

Gambar 10 Aktivitas antikanker ekstrak kapang endofit dari daun sirsak

terhadap sel MCF-7 pada konsentrasi 100 µg/mL.

-20

0

20

40

60

80

100

Pen

gh

am

bata

n (

%)

Sampel

18

Keempat ekstrak tersebut kemudian diuji kembali untuk memperoleh

aktivitas terbaik, hasil pengujian aktivitas antikanker keempat ekstrak tersebut

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai IC50 ekstrak etil asetat kapang endofit daun sirsak pada sel MCF-7 Sampel IC50 (µg/mL)

Ekstrak Sir-G5 19.20 ± 7.71b

Ekstrak Sir-SM2 262.00 ± 116.99a

Ekstrak Sir-G6 397.44 ± 11.62a

Ekstrak Sir-G2 411.54 ±176.48a

arata-rata ± SD; Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji

5% (uji selang berganda Duncan).

Tabel 3 Nilai IC50 ekstrak etil asetat kapang endofit daun sirsak pada sel Chang

Sampel Konsentrasi

µg/mL

Ulangan Rata2 %inhibisi

IC50

(µg/mL) ODI ODII ODIII

Sampel 7

(Sir-G5)

400 0.359 0.326 0.313 0.333 40.382

1258.925

200 0.344 0.378 0.351 0.358 35.902

100 0.37 0.374 0.372 0.372 33.333

50 0.366 0.418 0.398 0.394 29.391

25 0.396 0.367 0.418 0.394 29.450

Kontrol 0.558 0.559 0.557 0.558 0

Gambar 11 Sel kanker payudara MCF-7 hasil perlakuan ekstrak kapang

endofit daun sirsak (Garut nomor 5). Deskripsi: a=kontrol tanpa

perlakuan, b= konsentrasi 400 µg/mL, c=konsentrasi 25 µg/mL,

dan d=doksorubisin 0.5 µg/mL (mikroskop canon inferted, camera

Dino Eye Ukuran 1280 x 1024 unit: inch) pada pembesaran 10x.

Gambar 12 Sel normal Chang hasil perlakuan ekstrak kapang endofit daun

sirsak (Garut nomor 5). Deskripsi: a=kontrol tanpa perlakuan,

b=konsentrasi 400 µg/mL, c=konsentrasi 25 µg/mL, dan

d=doksorubisin 0.5 µg/mL (mikroskop canon inferted, camera Dino

Eye Ukuran 1280 x 1024 unit: inch) pada pembesaran 10x.

a b d c

a d c b

19

Kandungan Senyawa Aktif Ekstrak Kapang Endofit

Hasil identifikasi senyawa dengan menggunakan Py-GC-MS, satu persatu

semua senyawa dibandingkan dengan pustaka di beberapa website untuk mencari

senyawa apa yang aktif sebagai antikanker. Hasil analisis dari GC dapat dilihat pada

Gambar 13.

Waktu (menit)

Gambar 13 Kromatogram ekstrak etil asetat

Keterangan rinci Gambar 13 disajikan pada Lampiran 18 sedangkan

klasifikasi senyawa metabolit sekunder disajikan pada Lampiran 19.

Identitas Kapang Endofit Daun Sirsak berbasis Amplikasi ITS

DNA hasil isolasi Annona muricata L. yang diperoleh memiliki jumlah

yang cukup baik, hal ini terlihat dari hasil PCR pada Gambar 14 pada elektroforesis

gel agarosa 1 %. Hasil elektroforesis horizontal dengan gel agarosa 1 %

memperlihatkan gambaran pita yang jelas pada daerah 550 pasang basa.

Gambar 14 Hasil PCR kapang endofit daun sirsak Sir-G5

Inte

nsi

tas

punca

k d

asar

20

Selanjutnya dilakukan analisis melalui konstruksi pohon filogenetik

(Gambar 15) untuk melihat kekerabatan kapang endofit dari daun sirsak. Dari hasil

perhitungan matriks jarak berdasarkan kimura-2 parameter, terlihat bahwa jarak

kapang endofit dari daun sirsak memiliki kekerabatan yang cukup dekat dengan

Phomopsis sp.

Gambar 15 Pohon filogenetik kapang endofit daun sirsak dengan model K2+G

(kimura 2-parameter+ gamma distributed)

5 PEMBAHASAN

Kultivasi Kapang Endofit Daun Sirsak

Kultivasi isolat kapang endofit dari daun sirsak dilakukan untuk

meremajakan isolat. Stok isolat kapang endofit dari daun sirsak ditumbuhkan pada

media Yeast Malt Agar (YMA) miring kemudian isolat dipindahkan ke media Yeast

Malt Broth (YMB). Media YMA merupakan media umum yang digunakan untuk

menumbuhkan kapang dan sebagai media isolasi (Kumala et al. 2006). Media ini

digunakan sebagai media kultivasi karena media tersebut merupakan media umum

kaya nutrisi, yang mudah dicernakan sehingga memudahkan kapang endofit yang

berhasil diisolasi untuk tumbuh. Peremajaan kapang endofit perlu dilakukan secara

teratur untuk menjamin kapang endofit tidak berada pada fase kematian dipercepat

dimana lebih banyak sel-sel yang mati daripada sel yang masih hidup (Gandjar et

al. 2006).

Pertumbuhan kapang pada media YMA dapat dilihat dari munculnya

benang-benang putih (miselium) yang mengelilingi keping inokulan. Miselium

gb|AF001021.2|_Diaporthe_phaseolorum_strain_473-4

gb|HQ533143.1| Diaporthe eres strain Phk2

gb|HQ533144.1| Diaporthe eres strain Phk1

gb|HQ832815.1|_Phomopsis_sp._LH157

gb|KC357558.1|_Diaporthe_sp._FH-2013b

gb|JQ954648.1|_Phomopsis_sp._FH-2012b

gb|FJ375142.1|_Ascomycota_sp._H-12

gb|GQ139521.1| Alternaria mali strain PF0905

gb|HQ832826.1|_Phomopsis_sp._LH243

Kapang Endofit Daun sirsak (Annona muricata L.)

dbj|LC056934.1|_Diaporthe_sp._CLS-33

dbj|LC056935.1|_Diaporthe_sp._CLS-44

gb|EU571102.1|_Phomopsis_sp._VAAT-PZ15

gb|KC145847.1|_Diaporthe_sp._3_PRJ-2013

gb|FJ176469.1| Phomopsis sp. ML15

gb|KC145869.1| Diaporthe sp. 3 PRJ-2013

gb|HQ185335.1| Scedosporium apiospermum strain CBS 117407

21

akan bertambah banyak dan mengikat keping-keping tersebut menjadi suatu bentuk

yang padat dan terjalin kuat (Gandjar et al. 2006). Media YMA digunakan sebagai

media pertumbuhan untuk identifikasi morfologi kapang sedangkan media YMB

digunakan sebagai media ekstraksi senyawa aktif pada kapang. Kondisi lingkungan

sangat dibutuhkan untuk menjadi faktor penentu terbentuknya metabolit sekunder.

Media YMA dan YMB mengandung komponen yang sama, namun di media YMA

ada penambahan agar setelah selesai disterilisasi. Pepton mengandung campuran

asam amino bebas, peptida dan protease merupakan sumber utama nitrogen bagi

mikroorganisme.

Dari dua belas kapang endofit yang di kultivasi masing-masing mempunyai

bentuk dan tekstur penampakan kultur kapang yang berbeda, hal ini menunjukkan

bahwa dua belas kapang endofit yang didapatkan masing-masing berbeda. Selain

itu pada hasil kultivasi hanya ada satu kultur yang terbentuk dalam setiap media,

hal ini juga menunjukkan bahwa isolat kapang yang dikultivasi sudah monokultur

(Rahman 2015).

Ekstraksi Senyawa Aktif Kapang Endofit Daun Sirsak

Proses ekstraksi senyawa aktif kapang endofit diawali dengan proses

evaporasi menggunakan etil asetat. Ekstraksi diperlukan untuk mendapatkan

senyawa yang diinginkan dalam endofit daun sirsak, pemilihan pelarut yang tepat

dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan pelarut diantaranya adalah selektivitas, toksisitas, kepolaran, kemudahan

untuk diuapkan dan harga pelarut (Akbar & Hendra 2010). Etil asetat merupakan

pelarut dengan toksisitas rendah yang bersifat semi polar sehingga diharapkan dapat

menarik senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar dari endofit daun sirsak

tersebut (Putri et al. 2013). Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etil

asetat. Etil asetat merupakan pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi karena

dapat dengan mudah diuapkan, tidak higroskopis dan memiliki toksisitas rendah

(Rowe et al. 2009; Wardhani & Sulistyani 2012). Etil asetat bersifat semi polar

sehingga mampu menarik senyawa aktif yang terdapat dalam endofit daun sirsak

(Tensiska & Yudiastuti. 2007).

Adapun metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

maserasi dengan cara merendamkan bahan alam yang dikeringkan (simplisia)

dalam suatu pelarut. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak,

serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena pemanasan

(Pratiwi & Sylvia 2008). Maserasi dilakukan berulang kali, masing-masing selama

15 menit pada suhu kamar, sampai filtrat dari kultur jamur endofit tidak berwarna

lagi, yang menandakan semua senyawa yang berbobot molekul rendah sudah

terekstraksi (Harborne 2006).

Aktivitas Sitotoksik Senyawa Aktif Kapang Endofit

Aktivitas sitotoksik ekstrak kapang endofit daun sirsak dilakukan dengan

Uji MTT (uji 3-(4-5 dimetiltiazol-2-yl)-2,5-difenil tetrazolium bromide). Prinsip

kerja metoda ini adalah dengan mengukur aktivitas dehidrogenase mitokondria

pada sel-sel hidup yang memiliki kemampuan untuk mengkonversi MTT menjadi

formazan. Konsentrasi formazan yang berwarna biru dapat ditentukan secara

22

spektrofotometri visibel dan berbanding lurus dengan jumlah sel hidup karena

reduksi hanya terjadi ketika enzim reduktase yang terdapat di dalam jalur respirasi

sel pada mitokondria aktif (Chapdelaine 2001). Pengujian dilakukan untuk

menentukan aktivitas sitotoksik ekstrak senyawa aktif kapang endofit daun sirsak

dengan dosis efektifnya (IC50) pada sel kanker payudara (Rajbhandari et al. 2001).

Pengujian sitotoksisitas secara in-vitro dilakukan sebagai langkah awal dalam

penapisan senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antikanker. Metode uji

sitotoksik yang dipilih adalah metode MTT. Metoda MTT memberikan hasil

pengujian yang akurat karena dapat memberikan hubungan antara jumlah sel yang

aktif dengan absorban yang diperoleh dari pengukuran yang digunakan untuk

menentukan nilai IC50 (Inhibitory Concentration 50). IC50 merupakan konsentrasi

yang dibutuhkan suatu senyawa untuk menginhibisi sebesar 50% (Behera et al.

2003).

Metode MTT dilakukan pada microplate (96 sumur) dengan mengukur

viabilitas sel berdasarkan prinsip kolorimetri dengan menggunakan microplate

reader. Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini yaitu doksorubisin.

Doksorubisin merupakan obat yang digunakan untuk kemoterapi. Kemoterapi

merupakan terapi sistemik yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan

kanker atau untuk membunuh sel kanker dengan obat-obat antikanker yang disebut

sitostatika (Sukardja 2000). Untuk mengetahui kepadatan sel dilakukan perhitungan

menggunakan haemocytometer dibawah mikroskop inverted pembesaran 10x. Sel

yang dihitung adalah sel yang hidup, dimana sebelumnya telah dilakukan

pewarnaan dengan tripan blue untuk membedakan antara sel yang hidup dan sel

yang mati. Sel hidup berbentuk bulat dan bening dengan inti berbentuk bulat utuh

ditengahnya, sedangkan sel mati memiliki bentuk yang tidak beraturan dan

berwarna biru serta tidak memiliki inti. Pada preparasi sampel, ekstrak kapang

endofit daun sirsak dilarutkan dalam DMSO. Pengenceran larutan induk sampel

dalam DMSO dilakukan menggunakan medium (CCRC 2008). Pada pengujian

pertama dilakukan dengan menggunakan satu konsentrasi yaitu 100 µg/mL dari 12

isolat setelah mendapat hasil %inhibisinya.

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 10 terlihat bahwa 12

ekstrak kapang endofit daun sirsak yang diuji dengan menggunakan satu

konsentrasi yang sama yaitu 100 µg/mL memiliki potensi yang baik untuk

menghambat sel kanker MCF-7. Diantara dua belas ekstrak, di ambil empat ekstrak

yang terbaik berdasarkan %inhibisinya yaitu: Sir-SM2, Sir-G6, Sir-G2 dan Sir-G5.

Kemudian empat ekstrak yang terbaik tersebut di uji kembali menggunakan lima

variasi konsentrasi yaitu dimulai 400 µg/mL, 200 µg/mL, 100 µg/mL, 50 µg/mL

dan 25 µg/mL. Hasil uji pada penghambatan aktivitas etil asetat kapang endofit

daun sirsak tersebut kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari nilai IC50. Foto

mikroskopis sel kanker payudara yang diberi perlakuan dengan ekstrak etil asetat

kapang endofit dari daun sirsak pada perbesaran 10x dapat di lihat pada Lampiran

7, kontrol sel MCF-7 (Lampiran 8) sedangkan kontrol positif menggunakan

doksorubisin 0,5 dan 1 (Lampiran 9).

Hasil uji statistika (Lampiran 18) memperlihatkan bahwa semua sampel

memiliki aktivitas antikanker yang berbeda nyata (p<0.05) (Tabel 2). Aktivitas

antikanker semakin baik apabila nilai IC50 semakin rendah. Sampel dari dua belas

lokasi menunjukkan hasil yang baik untuk setiap pengujian. Ekstrak yang berasal

dari Garut nomor 5 menjadi ekstrak dengan rata-rata hasil pengujian lebih baik

23

dibandingkan dengan ekstrak dari lokasi lainnya sebagai antikanker. Hal ini diduga

karena pengaruh perbedaan habitat dan tempat tumbuh yang menyebabkan

kandungan metabolit sekunder berbeda. Menurut Bourgaud et al. (2001) metabolit

sekunder tiap tanaman akan berbeda menurut tempat hidupnya.

Penelitian ini menggunakan jumlah sel kanker hidup dalam suspensi kultur

adalah 7.75 x 106 sel/mL. Suspensi sel untuk setiap sumuran adalah 1.55 x 106/mL.

Pada jumlah sel tersebut diharapkan sel kanker dapat bertahan hidup melewati

siklus hidupnya dengan baik dalam waktu inkubasi 24-48 jam. Penentuan waktu

inkubasi 24-48 jam adalah untuk mencegah berkurangnya ketersediaan nutrisi yang

dikonsumsi oleh sel. Pada preparasi sampel, ekstrak kapang endofit daun sirsak

dilarutkan dalam DMSO. Pengenceran larutan induk sampel dalam DMSO

dilakukan menggunakan medium (CCRC 2008). Medium RPMI-1640 akan

berfungsi maksimal dalam mengkultur sel kanker selama dua hari (Zarisman 2006).

Sel yang digunakan adalah sel hidup yang dihitung dengan menggunakan

hemasitometer dan untuk membedakan antara sel yang hidup dan sel yang mati

digunakan pewarnaan dengan tripan blue. Sel hidup berbentuk bulat dan bening

dengan inti berbentuk bulat utuh ditengahnya, sedangkan sel mati memiliki bentuk

yang tidak beraturan dan berwarna biru serta tidak memiliki inti. Kontrol sel

memperlihatkan keadaan morfologi sel yang masih normal. Perlakuan ekstrak

kapang endofit daun sirsak dengan berbagai konsentrasi terhadap sel kanker

payudara MCF-7 menunjukkan adanya pengaruh terhadap sel kanker MCF-7

dibandingkan dengan kontrol negatif secara morfologi.

Perubahan morfologi (Gambar 11) seluler bisa disebabkan oleh apoptosis

yang terjadi pada sel. Mekanisme apoptosis ini sering digunakan untuk menjelaskan

mekanisme antikanker yang ditimbulkan oleh berbagai senyawa obat. Sel MCF-7

yang mengalami inhibisi karena diinduksi oleh ekstrak kapang endofit daun sirsak

ini mungkin mengalami mekanisme apoptosis yang mengakibatkan terjadinya

perubahan pada morfologi selnya. Perubahan morfologi seluler akibat mekanisme

apoptosis ini dapat terjadi dalam beberapa tahapan, yaitu penyusutan densitas sel,

kondensasi dan fragmentasi kromatin sel, serta fragmentasi inti sel (Wyllie 2010).

Ekstrak kapang endofit daun sirsak melindungi sel-sel normal dari sel kanker

dengan mengikat protein pada mitokondria sel kanker untuk memicu apoptosis

tanpa merusak sel-sel disekitarnya (Selvendiran et al. 2003).

Kontrol sel memperlihatkan keadaan morfologi sel yang masih normal dan

pada konsentrasi 25 µg/mL terlihat morfologi sel sudah mengalami perubahan. Sel

yang mengalami perubahan morfologi sel pada uji MTT tetap di hitung sebagai sel

hidup. Pada konsentrasi 400 µg/mL terlihat morfologi sel sudah rusak, sehingga

tidak dapat di hitung sebagai sel hidup karena sel sudah mati. Morfologi sel yang

berbeda antara sel yang diberi perlakuan dengan ekstrak uji dengan konsentrasi 400

μg/mL dan 25 μg/mL dibandingkan dengan sel kontrol. Sebagian besar ekstrak

daun sirsak memiliki kemampuan menghambat sel MCF-7 yang hampir sama

dengan konsentrasi doksorubisin 0.5 µg/mL. Kondisi sel kanker MCF-7 pada

konsentrasi ekstrak 25 µg/mL menunjukkan penghambatan nyata sel karena

destruksi sel kanker yang banyak. Penghambatan sel kanker dari ekstrak sesuai

dengan (Moghadamtousi et al. 2015) yang menggunakan ekstrak daun sirsak

sebagai antikanker sehingga tidak menyebabkan efek samping yang buruk.

Penelitian lainnya juga menguatkan pendapat jika ekstrak daun sirsak memiliki

nilai IC50 sangat aktif (Fidianingsih & Handayani 2014).

24

Ekstrak terbaik (Garut nomor 5) diuji kembali dengan sel normal Chang.

Antikanker diharapkan mempunyai toksisitas selektif artinya dapat menghancurkan

sel kanker tanpa merusak jaringan normal (Nafrialdi 1995). Terbukti bahwa kapang

endofit daun sirsak tidak memiliki toksisitas terhadap sel normal Chang dengan

nilai IC50 sebesar 1258.925 µg/mL. Terlihat pada morfologi (Gambar 12) dimana

sel normal Chang pertumbuhannya sangat baik, morfologi tidak berubah dan

menempati seluruh permukaan well. Foto mikroskopis sel normal Chang yang

diberi perlakuan dengan ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak pada

perbesaran 10x dapat di lihat pada Lampiran 10, kontrol sel MCF-7 (Lampiran 11)

sedangkan kontrol positif menggunakan doksorubisin 0,5 dan 1 (Lampiran 12).

Penelitian Harun et al. (2010) menyebutkan ekstrak etil asetat memiliki

potensi sitotoksisitas terhadap sel MCF-7 melalui peningkatkan ekspresi protein

LC3-A yang mengindikasikan kematian sel. The American National Cancer

Institute menyatakan bahwa suatu ekstrak dikatakan memiliki aktivitas sitotoksik

yang kuat sebagai agen antikanker jika nilai IC50 < 30 µg/mL (Itharat & Ooraikul

2007). Dari hasil uji MTT, diketahui bahwa ekstrak etil asetat kapang endofit daun

sirsak yang berasal dari Garut nomor 5 memiliki nilai IC50 sebesar 19.20 µg/mL.

Dengan demikian, ekstrak etil asetat kapang endofit daun sirsak dikatakan memiliki

aktivitas sitotoksik dibandingkan dengan ekstrak dari isolat yang lain.

Aktivitas sitotoksik pada sel MCF-7 kemungkinan disebabkan oleh

kemampuan induksi apoptosis pada sel tersebut. Apoptosis merupakan kematian sel

secara terprogram pada kondisi fisiologis maupun patologis (Xue et al. 2014).

Kemampuan induksi apoptosis diduga berasal metabolit sekunder yang dihasilkan

oleh kapang endofit. Pengamatan viabilitas sel dan pengujian MTT menunjukkan

bahwa ekstrak kapang endofit daun sirsak mampu menginduksi apoptosis yang

diindikasikan oleh penurunan viabilitas dan proliferasi sel. Mekanisme apoptosis

pada sel MCF-7 kemungkinan berlangsung melalui jalur intrinsik yang berikatan

dengan migrasi sitokrom C ke sitosol dan menghilangnya membran mitokondria

(Xue et al. 2014 & Gogvadze et al. 2006). Apoptosis jalur intrinsik diawali dengan

ekspresi gen penyandi protein Bax. Protein ini akan berinteraksi dengan

mitokondria untuk melepas sitokrom C ke sitosol yang juga berhubungan dengan

peningkatan migrasi ion Ca2+ ke sitoplasma (Gogvadze et al. 2006). Pada tahapan

ini, fosfolipid anionik (Cardiolipin) terdisosiasi dari sitokrom C akibat pengikatan

protein Bax (Gogvadze et al. 2006). Pada saat sitokrom C dilepas, aktivitas caspase-

3 berlangsung oleh caspase-9, yang diawali dengan fermentasi poli-ADP-ribose

polymerase (PARP) (Gogvadze et al. 2006).

Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif dengan GC-MS pyrolysis

Gass chromatography Mass Spectroscopy Pyrolisis (Py-GC-MS)

merupakan perpaduan kromatografi gas dan spektroskopi massa. Py-GC-MS adalah

alat yang digunakan untuk mengindentifikasi sampel secara kualitatif, sehingga

hanya dapat diketahui senyawa-senyawa aktif yang terkandung di dalamnya dan

dapat ditentukan strukturnya, belum dapat ditentukan dengan pasti konsentrasi

masing-masing senyawa. Prinsip kerja Py-GC-MS adalah pemisahan senyawa

berdasarkan perbedaan berat molekul (massa) setelah terionisasi menjadi ion yang

lebih kecil (Harvey 2000).

25

Menurut Tri-Panji (2012) Py-GC-MS adalah suatu alat untuk penentuan

struktur molekul senyawa organik, khususnya untuk senyawa organik yang cukup

volatile. Perangkat Py-GC-MS dilengkapi dengan vakum hingga 10-6 torr yang

sangat membantu dalam proses penguapan cuplikan dibandingkan dengan GC. Py-

GC-MS tidak memerlukan senyawa standar pembanding sudah ada didalam

memory bank (basis data computer). Dengan demikian analisis dengan Py-GC-MS

menjadi lebih murah.

Analisis Py-GC-MS dilakukan pada ekstrak terbaik yang mampu

menghambat sel MCF-7 yaitu ekstrak etil asetat. Analisis Py-GC-MS dalam

penelitian ini spesifikasinya adalah GC-MS pirolisis QP2010 Shimadzu. Kolom

yang digunakan Rtx-5MS (Fused Silica) dengan menggunakan gas pembawa

Helium, pengaturan temperatur pada alat GC-MS pirolisis (colom, injection, ion

source dan interface) agar diperoleh pemisahan yang baik sehingga senyawa yang

terdapat dalam isolat nomor 5 asal Garut kapang endofit daun sirsak dapat

diindentifikasi dengan MS dan hasil spektra massanya dibandingkan dengan

database National Institute Standar and Tecnology (NIST) yaitu NIST 27 dan NIST

147 selain itu dibandingkan juga dengan database WILEY 7.

Py-GC-MS digunakan untuk menganalisis kandungan kimia metabolit

sekunder Sir-G5 kapang endofit daun sirsak (Tabel 4). Kapang endofit

menghasilkan metabolit yang berbeda dengan kapang endofit lainnya. Metabolit

kapang endofit umumnya tidak hanya mengandung satu jenis komponen kimia

tetapi bisa lebih yang dapat bersifat sebagai antioksidan, antikanker, antidiabetes,

antibakteri, antijamur dan antisepsis. Py-GC-MS mempunyai kelebihan yaitu

sampel bisa dalam bentuk padatan atau cairan, sampel padatan tidak perlu

diencerkan terlebih dahulu tapi langsung diinjeksikan saja pada kolom sampel.

Hasil analisis terdeteksi tiga puluh puncak pada kromatogram yang keluar pada

waktu retensi 7.178 sampai 21.542 menit dengan konsentrasi relatif (kemiripan)

yang berbeda-beda. Namun, diantara senyawa-senyawa tersebut terdapat senyawa

kimia yang teridentifikasi dengan konsentrasi tertinggi sehingga diduga senyawa

tersebut merupakan senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak. Hasil analisis

dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19.

Komponen kimia yang terkandung pada metabolit sangat menentukan sifat

antikanker metabolit kapang endofit. Beberapa komponen kimia tersebut telah

dilaporkan memiliki peran sebagai antidiabetes, antikanker dan antimikrobal.

Senyawa yang teridentifikasi (Lampiran 18) dapat di golongan menjadi beberapa

kelompok senyawa, diantaranya: 1) alkaloid yaitu 2-Piperidinone (CAS) 2-

Piperidone, 5H-1-Pyrindine, 1H-Azepin-1-amine, N-ethylidenehexahydro- (CAS)

Hexamethylenehydrazonen, Aziridine, 2-(1,1-dimethylethyl)-1-ethyl-3-methyl-,

trans- (CAS) Trans-1-Ethyl-2,Methyl-3, Piperidine, 1-(cyanoacetyl)- (CAS) 1-

Cyanoacetylpiperidine, 2-Imidazolidinone, 1,3-Diethenyl-, 1,4-diaza-2,5-

dioxobicyclo[4.3.0]nonane, 1,4-diaza-2,5-dioxo-3-isobutyl bicyclo[4.3.0]nonane,

Hexadecanenitrile (CAS) Palmitonitrile, 1,4-diaza-2,5-dioxo-3-isobutyl

bicyclo[4.3.0]nonane, 9-Octadecenamide, (Z)- (CAS) Oleoamide, Pyridinium, 1-

hexadecyl-, chloride, monohydrate (CAS) Cetylpyridinium chlori, 2) Fenolik yaitu

Phenol (CAS) Izal (Benzen), Phenol, 4-methyl- (CAS) p-Cresol (Benzen),

Benzeneacetonitrile (Cas) Benzyl Cyanide (Benzen), 3,5-Heptadien-2-Ol, 2,6-

Dimethyl (Benzen), Benzenepropanenitrile (CAS) 3-Phenylpropionitrile (Benzen),

26

1,4-Cyclohexanedione (CAS) Tetrahydroquinone, 3) golongan asam lemak seperti

Decanal (CAS) n-Decanal dan 9-Octadecenal (CAS) Octadecenyl aldehyde.

Fenol adalah kandungan kimia yang ditemukan pada metabolit sir-G5 yang

diduga berfungsi sebagai senyawa antidiabetes (Devi & Singh 2013). Alkaloid

merupakan senyawa yang mengandung nitrogen yang bersifat basa dan mempunyai

aktifitas farmakologis (Lumbanraja 2009). Bagi tumbuhan, alkaloid berfungsi

sebagai senyawa racun yang melindungi tumbuhan dari serangga atau herbivore

(hama dan penyakit), pengatur tumbuh atau sebagai basa mineral untuk

mempertahankan keseimbanagan ion (Rohyani et al. 2015). Alkaloid bereaksi

dengan asam membentuk kristal garam tanpa menghasilkan air. Mayoritas alkaloid

ada dalam bentuk padat seperti atropin, beberapa dalam bentuk cairan yang

mengandung karbon, hidrogen, dan nitrogen (Firn dalam Doughari 2012).

Senyawa antrakuinon mempunyai beberapa macam fungsi yaitu antiseptik,

antibakteri, antikanker (Gunawan & Mulyani 2004; Samuelsson 1999).

Antrakuinon terhidroksilasi tidak sering terdapat dalam tumbuhan secara bebas

tetapi sebagai glikosida. Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida

dengan bagian gula terikat dengan salah satu gugus hidroksil fenolik (Robinson

1995). Semua antrakuinon berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam

pelarut organik basa. Antrakuinon bersifat lexsan, pada penggunaan yang berlebih

dapat menimbulkan iritasi pada dinding intestinal. Antrakuinon dapat

mempermudah buang air besar.

Golongan senyawa alkaloid yang diduga dapat menghambat sel kanker

yaitu piperidinone, piperidine, hexadecanenitrile. Menurut Bezerra et al. (2006) &

Nishiumi et al. (2014) Senyawa aktif piperidinone, piperidine, hexadecanenitrile

merupakan komponen aktif dalam penghambatan kanker yang terkandung pada

ekstrak daun sirsak yang diduga memiliki efek sitotoksik yang baik terhadap sel

kanker payudara MCF-7 dengan melihat nilai IC50 pada ekstrak. Penghambatan sel

kanker ini diduga dipengaruhi oleh kerusakan DNA dan efek sitotoksik.

Identifikasi Kapang Endofit Daun Sirsak Berbasis Amplifikasi ITS

Ekstraksi DNA Sir-G5 kapang endofit daun sirsak menggunakan reagen

nucleon PHYTOpure (Amersham LIFE SCIENCE) menghasilkan fragmen tunggal

genom. Hal ini menunjukkan bahwa metode ekstraksi DNA yang telah

dikembangkan untuk kapang atau tanaman dapat diaplikasikan, pita genom DNA

yang bersih tanpa latar belakang mengindikasikan tingkat kemurnian DNA yang

baik (DNA tidak terdegradasi dan terkontaminasi). RNAse digunakan untuk

menghilangkan komponen RNA sehingga DNA dapat diisolasi secara utuh (Rozi

2012). Penentuan ukuran DNA total dilakukan dengan membandingkan pita sampel

DNA total dan marker yang digunakan. Penentuan diperoleh dari hubungan yang

linier antara jarak migrasi DNA dan ukuran logaritmik dari bobot molekul DNA

(Perceka et al. 2014). Ukuran DNA berada pada ukuran diatas 10000 bp karena

DNA memiliki bobot lebih besar daripada bobot marker terbesar. Adanya pita pada

bagian awal proses migrasi menunjukkan bahwa DNA yang dihasilkan termasuk

DNA total (Meryalita 2012) Data urutan DNA Internal Transcribed Spacer

disejajarkan dengan program Clustal X (Hidayat et al. 2008). Konstruksi pohon

filogenetik dengan metode neighbour-joining menggunakan program Phydit pohon

27

pilogenik (Sembiring et al. 2008). Analisis situs restriksi menggunakan program

NEBcutter 2.0 (Muzuni et al. 2010).

PCR merupakan suatu reaksi in-vitro untuk menggandakan jumlah molekul

DNA dengan cara mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan

molekul DNA cetakan dengan bantuan enzim DNA polymerase dan primer dalam

suatu thermocycler. Ada empat komponen utama yang dibutuhkan untuk

melakukan proses PCR yaitu DNA template (cetakan), primer, DNA polymerase

dan dNTPs. Proses PCR memiliki tiga tahapan utama, yaitu pemisahan

(denaturasi), penempelan primer (annealing), dan pemanjangan sekuen (extension)

(Zulfahmi 2013). Gambar 14 menunjukkan bahwa ukuran gen ITS kapang endofit

daun sirsak telah berhasil diamplifikasi menggunakan primer ITS 4 dan ITS 5

sebesar 550 pb. Ukuran basa tersebut juga didapatkan pada penelitian Yunianto et

al. (2012) yang mengisolasi DNA kapang endofit dari tanaman genus Annona.

Berdasarkan pohon filogenetik (Gambar 15) dapat diketahui bahwa isolat

kapang endofit dari daun sirsak memiliki kekerabatan dekat dengan genus

Phomopsis sp. Jarak kekerabatan antara kapang endofit dengan Phomopsis sp.

sangat dekat. Phomopsis sp. merupakan kapang endofit yang biasanya berada pada

tubuh tumbuhan (Slaninova et al. 2001). Secara identifikasi morfologi, ternyata

kapang endofit dari daun sirsak memiliki kesamaan dengan Phomopsis sp. Adanya

kesamaan tersebut memungkinkan kedua kapang tersebut memiliki perjalanan

evolusi yang sama sehingga secara molekuler daerah gen ITS kedua kapang

tersebut banyak memiliki kesamaan. Dengan demikian hasil identifikasi molekuler

berbasis daerah gen ITS pada kapang endofit daun sirsak mengindikasikan genus

Phomopsis sp.

Hasil sekuensing gen ITS produk PCR menunjukkan kekerabatan yang

tinggi dengan Phomopsis sp. LH243 dengan nilai bootstrap dari keduanya

mencapai 97%, dan memiliki persen homologi sebesar 99,998% dan nilai indeks

similaritas 99%. Hal ini sesuai karena gen ITS yang digunakan untuk sekuensing

berasal dari kapang endofit daun sirsak.

Daerah ITS dapat digunakan sebagai penanda keragaman genetika kapang

yang dapat membedakan individu-individu dalam spesies yang sama (Purnamasari

et al. 2012). Amplifikasi daerah ITS menggunakan primer umum yaitu ITS4/ITS5.

Menurut Schoch et al. (2012) primer ITS4/ITS5 merupakan primer yang sering

digunakan untuk mengidentifikasi fungi atau kapang yang telah teruji sebelumnya,

ITS4/ITS5 spesifik untuk fungi dan basidiomycetes open reading frame dari rRNA

yang merupakan sekuen yang siap untuk diekspresikan. ITS4/ITS5 juga bisa

mengamplifikasi daerah ITS jamur karena bersifat komplemen satu sama lain.

Selain itu ITS4/ITS5, mempunyai susunan basa untuk primer yang ideal serta

variasi yang beragam.

28

6 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak memiliki efek sitotoksik

terhadap sel kanker payudara dengan menghambat proliferasi sel kanker payudara

secara in-vitro. Perolehan 12 kapang endofit menunjukkan aktivitas teraktif

terhadap sel kanker MCF-7 yang berasal dari isolat Garut nomor 5 dengan nilai IC50

sebesar 19.20 µg/mL. Adapun pengujian pada sel normal (sel Chang) tidak

menunjukkan efek sitotoksik dengan nilai IC50 sebesar 1258.92 µg/mL. Hasil uji

analisis GC-MS pyrolysis pada ekstrak etil asetat kapang endofit teraktif (Garut

nomor 5) mengandung senyawa-senyawa yang dilaporkan bersifat antikanker,

diantaranya piperidinone, piperidine, hexadecanenitrile. Kapang endofit asal Garut

nomor 5 tersebut berdasarkan identifikasi molekuler berbasis daerah gen ITS

memiliki kemiripan dengan genus Phomopsis sp. dengan nilai homolog mencapai

99,998%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak terhadap sel kanker secara in-vivo

dan uji klinik agar dapat digunakan sebagai landasan penggunaan endofit daun

sirsak sebagai antikanker. Pada penelitian ini digunakan ekstrak etil asetat kapang

endofit dari daun sirsak yang mengandung berbagai senyawa aktif. Oleh karena itu

perlu dilakukan isolasi senyawa aktif yang berperan sebagai antikanker.

DAFTAR PUSTAKA

Abubacker MN, Deepalakshmi T. 2013. In-vitro antifungal potentials of bioactive

compound methyl ester of hexadecanoic acid isolated from Annona

muricata Linn. (Annonaceae) leaves. Biosci Biotech Res Asia. 10(2):879-

884.doi:10.13005/bbra/1211.

Adamson JW, Longo DL. 2005. Anemia and Polycethemia. Harisson’s Prin of Int

Med. 16th

ed. New York (USA): McGraw-Hill Companies.

Agudelo D, Philippe B, Gervais B, Heidar ATR. 2014. Intercalation of antitumor

drug doxorubicin and its analogue by DNA duplex: structural features and

biological implications. IJBioMac. 66:144-

150.doi:10.1016/j.ijbiomac.2014.02.028.

Agusta A. 2009. Biologi dan Kimia Kapang Endofit. Bandung (ID): ITB Pr.

Agusta A. 2013. Nerolidol, komponen kimia aromatik tanaman teh yang juga

diproduksi oleh jamur endofit Schizophyllum sp. D. J Ber Biol. 12 (2):77-

181.

Akbar, Hendra R. 2010. Isolasi dan identifikasi golongan flavonoid daun dandang

gendis (Clinacanthus nutans) berpotensi sebagai antioksidan [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

29

Alam M, Alandis Nm, Shaik Mr, Khan S, Alomar Sy. 2014. Synthesis,

spectroscopic and biological activities of aromatic Schiff base. AJCHEM.

26(21):7377-7380.doi:10.14233/Ajchem.2014.17036.

Al-Amri FA, Saeedi MY, Al-Tahan FM, Ali AM, Alomary SA, Arafa M, Ibrahim

AK, Kassim KA. 2015. Breast cancer correlates in a cohort of breast

screening program participants inriyadh, KSA. JNCI. 27:77-

82.doi:10.1016/j.jnci.2015.04.002.

Ali SH. 2009. The world of β-glucan: a review of biological roles, applications and

potential areas of research [tesis]. TromsØ: Institute of Medical Biology,

Faculty of Medicine: University of Tromsø, Norway.

Amudha M, Rani S. 2014. GC-MS Analysis of bioactive components of Cordia

retusa (Boraginaceae). Hygeia J D Med. 6(1):12-

19.doi:10.15254/H.J.D.Med.6.2014.117.

Aourahoun A, Fazouane F, Benayad T, Bettache Z, Denni N. 2014. The synthetic

antioxidant butylated hydroxytoluene, a naturally occurring constituent of

the broom Cytisus triflorus L’Hérit. J Nat Prod.7:58-64.

Bacon CW, White JF. 2000. Microbial Endophytes. New York (US): Marcel

Dekker.

Beena, Kumar D, Kumbukgolla W, Jayaweera S, Bailey M, Alling T, Ollinger J,

Parishc T, Rawat DS. 2014. Antibacterial activity of adamantyl substituted

cyclohexane diamine derivatives against methicillin resistant

Staphylococcus aureus and Mycobacterium tuberculosis. RSC Adv.

4:11962-11966.doi:10.1039/c4ra00224e.

Behera BC, Adawadkar B, Makhija U. 2003. Inhibitory activity of xanthine oxidase

and superoxide-scavenging activity in some taxa of the lichen family

Graphidaceae. Phytomed. 10:536-543.doi:10.1078/094471103322331511.

Bezerra DP, Castro FO, Alves AP, Pessoa C, Moraes MO, Silveira ER, Lima MA,

Elmiro FJ, Costa-Lotufo LV. 2006. In vivo growth-inhibition of Sarcoma

180 by piplartine and piperine, two alkaloid amides from Piper. Braz J Med

Biol Res. 39(6):801-806.doi:10.1590/S0100-879X2006000600014.

Bharat N, Irshad Md, Rizki MA, Fatma T. 2013. Antimicrobial and Cytotoxic

Activities of Cyanobacteria. IJIRSET. (2)9:1-16.

Bintang M. 2010. Biokimia: Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga.

Bintang M, Purwanto UMS, Kusumawati DE, Yang JJ. 2015. Study of endophytic

bacteria as novel source of antioxidant agent based on GC-MS analysis.

IJCEBS. (3)5:368-369.

Bourgaud F, Gravol A, Milesi S, Gontier E. 2001. Production of plant secondary

metabolites: a historical perspective. Plant sci. 161:839-

851.doi:10.1016/S0168-9452(01)00490-3.

Boyer R. 2010. Modern Experimental Biochemistry. San Francisco (US):

Benjamin-Cummings.

[CCRC] Cancer Chemoprevention Research Center. 2008. Protokol in-vitro CCRC.

Yogyakarta (ID): Fakultas Farmasi UGM.

Champy P, Melot A, Guérineau V, Gleye C, Fall D, Gunter U, Höglinger MD,

Ruberg M, Lannuzel A, Laprévote O et al. 2005. Quantification of

acetogenins in Annona muricata linked to atypical Parkinsonism in

Guadeloupe. MDS. 20(12):1629–1633.doi:10.1002/mds.20632.

30

Chapdelaine JM. 2001. MTT Reduction-A Tetrazolium-Based Colorimetric Assay

for Cell Survival and Proliferation, Aplication Note 5, MAXlineTm

Microplate Readers.

Clay K. 2004. Fungi and the food of the gods. Nature. 427:401-402.

Collin OL, Zimmermann CM, Jackson GP. 2009. Fast gas chromatography

negative chemical ionization tandem mass spectrometry of explosive

compounds using dynamic collision-induced dissociation. IJMS. 279(2-

3):93–99. doi:10.1016/j.ijms.2008.10.009.

Consolacion R, Geneveve S, Oscar T, Ming-Jaw D, Chien-Chang S. 2012.

Acetogenesis from Annona muricata. J PHCOG. 4(32):32-

37.doi:10.5530/pj.2012.32.7.

Creixell M, Peppas NA. 2012. Co-delivery of siRNA dan Therapeutic Agents Using

Nanocarriers to Overcome Cancer Resistance. J nanotoday. 7:367-

379.doi:10.1016/j.nantod.2012.06.013.

Debbie S, Graeme L, Pierre D, Elizabeth W, Kelvin C. 2012. Pharmacovigilance of

herbal medicine. JJEP. 140:513-518.doi:10.1016/j.jep.2012.01.051.

Devi NN, Singh MS. 2013. GC-MS analysis of metabolites from endophytic fungus

colletotrichum gloeosporioides isolated from phlogacanthus thyrsiflorus

nees. Int J Pharm Sci Rev Res. 23(2):392-395.

Doughari JH. 2012. Phytochemicals: Extraction Methods, Basic Structures and

Mode of Action as Potential Chemotherapeutic Agents. Nigeria:

Departement of Microbiology, School of Pure and Applied Science, Federal

University of Technology, Yola.

Dwitarhayani M. 2012. Nanopropolis sebagai penghambat proliferasi sel kanker

payudara MCF-7 [skripsi]. Bogor: Departemen Biokimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Emling RC. 2011. Evidence of the Efficacy of an Alcohol-Free Mouthwash

Containing Cetylpyridinium Chloride. J ClinDent. 22(6):179-204.

Eriksson D, Stigbrand T. 2010. Radiation-induced cell death mechanisms. Tumor

Biol. 31(4):363-372.doi:10.1007/s13277-010-0042-8.

Fidianingsih I, Handayani ES. 2014. Annona muricata aqueous extract suppresses

T47D breast cancer cell proliferation. Univ Med. 33(1):19-26.

Firn R. 2010. Nature’s Chemicals. Oxford: Oxford University Press.

Gandjar I, Syamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta

(ID): Yayasan Obor Indonesia.

Gangadhara S, Prasad C, Venkateswarlu P. 2015. Synthesis, antimicrobial and

antioxidant activity of piperidine analog containing trans cinnamamides.

IAJPR. 5(3):1280-1287.

Gogvadze V, Orrenius S, Zhivotovsky B. 2006. Multiple pathways of cytochrome

C release from mitochondria in apoptosis. BBA. 1757:639-

647.doi:10.1016/j.bbabio.2006.03.016.

Gunawan D, Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Hahn DB, Payne WA. 2003. Focus on Health. New York: Mc-Graww Hill.

Hajslova J, Cajka T. 2007. Gas chromatography–mass spectrometry (GC–MS).

Prague: Institute of Chemical Technology, Inc

Hanahan, D, Weinberg RA. 2000. The hallmarks of cancer review. Cell. 100(1):57–

70.doi:10.1016/S0092-8674(00)81683-9.

31

_________________________. 2011. Hallmarks of cancer: the next generation.

Cell.doi:10.1016/j.cell.2011.02.013.

Harborne. 2006. Metode Fitokimia. Ed ke-2. Padmawinata K, Soediro I,

penerjemah; Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: phytochemical

Methods.

Harun F, Jamalullail SM, Yin KB, Othman Z, Tilwari A, Balaram P. 2010.

Autophagic cell death is induced by acetone and ethyl acetate extracts from

eupatorium odoratum in-vitro: effects on MCF-7 and vero cell lines.

kelantan: institute for research in molecular medicine (INFORMM).

Scientific World J.doi:10.1100/2012/439479.

Harvey D. 2000. Modern analytical chemistry. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Columbus, OH

Hasan AEZ, Mangunwidjaja D, Sunarti TC, Suparno O, Setiyono A. 2014.

Investigating the antioxidant and anticytotoxic activities of propolis

collected from five regions of Indonesia and their abilities to induce

apoptosis. EJFA. 26(5):390-398.doi:10.9755/ejfa.v26i5.16549.

Hermawan GP, Laksono H. 2013. Ekstraksi daun sirsak (Annona muricata L.)

menggunakan pelarut etanol. JTKI. 2(2):111-115.

Hidayat T, Kusumawaty D, Yati D D, Muchtar A, Mariana D. 2008. Analisis

filogenetik molekuler pada phyllanthus niruri l. (euphorbiaceae)

menggunakan urutan basa DNA Internal Transcribed Spacer (ITS).

Bandung: Jurusan Biologi Fakultas Matemateka dan Ilmu Pengetahuan

(ITB).

Hiraishi A, Kamagata Y, Nakamura K. 1995. Polymerase chain reaction

amplification and restriction fragment length polymorphism analysis of 16S

rRNA genes from methanogens. J Ferment Bioeng. 79(6):523-

529.doi:10.1016/0922-338X(95)94742-A.

Holliday D, Speirs V. 2011. Choosing the right cell line for breast cancer research.

Leeds Institute of Molecular Medicine, University of Leeds. UK

[IARC] International Agency for Research on Cancer. 2013. Latest World Cancer

Statistics. Lyon (FRA): International Agency for Research on Cancer.

Itharat A, Ooraikul B. 2007. Research on thai medicinal plants for cancer treatment.

Med Plant Res. 1(2):287-317.

Jasim H, Hussein AO, Hameed IH, Kareem MA. 2015. Characterization of alkaloid

constitution and evaluation of antimicrobial activity of Solanum nigrum

using gas chromatography mass spectrometry (GC-MS). J Pharma

Phytother. 7(4):57-73.doi:10.5897/JPP2015.0346.

Kankeaw U, Masong E. 2015. The antioxidant activity from hydroquinone

derivatives by the synthesis of cinnamomium verum j.presl bark’s extracted.

IJCEA. 6(2):1-4.doi:10.7763/IJCEA.2015.V6.458.

Katzung BG, Susan BM, Anthony JT. 2013. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta

(ID): Electrocardiogram (EGC).

Keerthiga M, Anand SP. 2015. Bioactive compound evaluation of ethanol extract

from geodorum densiflorum (lam.) schltr. by GC-MS analysis. IJPR.

5(6).doi:10.7439/ijpr.

[KEMENKES] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Seminar sehari

dalam rangka memperingati hari kanker sedunia 2013.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2233-seminar-

32

sehari-dalam-rangka-memperingati-hari-kanker-sedunia-2013.htmL [14

Juni 2013].

Kentjono AW. 2001. Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respon Th1

dan respon terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring [disertasi].

Surabaya: Universitas Airlangga.

Kumala S, Syarmalina, Handayani AR. 2006. Isolasi dan uji antimikroba substansi

bioaktif mikroba endofit ranting tanaman johar (Cassia siamea Lamk). JIKI.

4(1):8-14.

Kumar V, Bhatnagar AK, Srivastava JN. 2011. Antibacterial activity of crude

extracts of Spirulina platensis and its structural elucidation of bioactive

compound. J Med Plants Res. 5(32):7043-7048.

Kuppuswamy KM, Jonnalagadda B, Arockiasamy S. 2013. GC-MS Analysis of

Chloroform Extract of Croton Bonplandianum. Int J Pharm Bio Sci.

4(4):613–617.

Li N, Hua QH, Gen SZ, Wei C. 2013. Effect of 5- AZn-2 '-deoxycytidine on

proliferation of human lung adenocarcinoma cell line A549 in-vitro.

APJTM.982-985.

[LLC] Gaylord Chemical Company. Technical Bulletin Reaction Solvent Dimethyl

Sulfoxide (DMSO), pp 649-5464.

Lumbanraja LB. 2009. Skrining fitokimia dan uji efek antiinflamasi ekstak etanol

daun tempuyang (Sonchus arvenis L.) terhadap radang pada tikus. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Mahboubi M, Feizabadi MM. 2009. Antimicrobial activity of ducrosia anethifolia

essential oil and main component, decanal against methicillin resistant and

methicillin-susceptible staphylococcus aureus. JEOBP. 12(5):574-

579.doi:10.1080/0972060X.2009.10643760.

Mangan Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta (ID):

Agromedia Pustaka.

Mathur M, Kamal R. 2011. Studies on trigonelline from Moringa oleifera and ITS

in-vitro regulation by feeding precursor in cell cultures. Rev Bras

Farmacogn/Braz J Pharmacogn.1-8.

Matjik A, Sumertajaya IM. 2013 Research Design. Bogor (ID): IPB Pr.

McLaughlin JL. 2008. Paw paw and cancer: Annonaceous acetogenins from

discovery to commercial products. J Nat Prod. (71):1311-1321.

Meryalita R. 2012. Analisis keragaman genetik kunyit (Curcuma longa Linn) dan

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) budidaya tanah jawa berdasarkan

penanda molekuler RAPD [tesis]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

Moghadamtousi SZ, Rouhollahi E, Karimian H, Fadaeinasab M, Firoozinia M,

Abdulla MA, Kadir HA. 2015. The chemopotential effect of Annona

muricata leaves against azoxymethane-induced colonic aberrant crypt foci

in rats dan the apoptotic effect of acetogenin annomuricin e in ht-29 cells: a

bioassay-guided approach. J Pone.doi:10.1371/journal.pone.0122288.

Mulyatni AS, Priyatmojo A, Purwantara A. 2011. Sekuen Internal Transcribed

Spacer (ITS) DNA ribosomal Oncobasidium theobromae dan jamur

sekerabat pembanding. Menara Perkebunan. 79(1):1-5.

Murray RK, Daryl KG, Victor WR. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: GC.

Mutunzi F, Dikio D, Makhwaje A, SipamLa, Modise SJ. 2013. GC-MS analysis of

hexane extract of bolusanthus speciosus stem bark. Asian Plant. 3(2):27-30.

33

Muzuni SD, Suharsono UW, Suharsono. 2010. Isolasi dan pengklonan fragmen

cdna gen penydani h+-atpase membran plasma dari Melastoma

malabathricum L. J Agro Indo. 38(1):67-74.

Muzuni, Adi DA, Syari S. 2014. Karakterisasi fragmen gen 18S rRNA pokea

(batissa violacea celebensis martens, 1897) di sungai pohara kecamatan

sampara kabupaten konawe. Biowallacea. 1(1):25-38.

Nafrialdi GS. 1995. Pharmacology and therapy. Ed ke-4. Medical Faculty of

Indonesian University: Jakarta.

Nishiumi S, Suzuki M, Kobayashi T, Matsubara A, Azuma T, Yoshida M. 2014.

Metabolomics for biomarker discovery in gastroenterological cancer

review. J Metabolites. 4:547-571.doi:10.3390/metabo4030547.

Novianti FA, Purnami SW. 2012. Analisis diagnosis pasien kanker payudara

menggunakan regresi logistik dan support vector machine (svm)

berdasarkan hasil mamografi. J Sains dan Seni ITS. 1(1):147-152.

Nugroho TT, Rambae E, Dewi A, Fitri RM, Sepriyani H, Restuhadi F, Haryani Y.

2013. Optimasi isolasi dan amplifikasi ITS DNA ribosomal fungi karbolitik

isolat zona inti cagar biosfer giam siak kecil-bukit batu. Prosiding Semirata

FMIPA Universitas Lampung: Universitas Lampung.

Nursafitri K, Sari I, Sari R, Winda AK, Harti A. 2013. Kegunaan daun sirsak

(Annona muricata L.) untuk membunuh sel kanker dan pengganti

kemoterapi. J Kesmadaska. Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta: Surakarta.100-115.

O`Donnell K. 1996. Progress towards a phylogenetic classification of Fusarium.

Sydowia. 48 (1):57-70.

Pangastuti A. 2006. Definisi Spesies prokaryota berdasarkan urutan basa gen

penyandi 16s rRNA dan gen penyandi protein. Bio. 7(3):292-296.

Pelczar JR, Chan ES. 1996. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): UI Pr.

Perceka, ML, Nurhayati T, Nurilmala M. 2014. Karakterisasi ekstrak kasar

polifenoloksidase dari udang vaname (characterization of crude

polyphenoloxidase from white shrimp). Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Polgar C, Major T. 2009. Current status and perspectives of brachytherapy forbreast

cancer. Int J Clin Oncol. 14(1):7–24.doi:10.1007/s10147-008-0867-y.

Pomper KW. 2009. Acetogenin Update. www.pawpaw.kysu.edu/PDF/AcetoUp

date3.pdf (Januari 2013).

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Priya V, Jananie RK, Vijayalaksmi K. 2011. GC/MS determination of bioactive

components of Trigonella foenum grecum. J Chem Pharm Res. 3(5):35-40.

Purnamasari MI, Prihatna C, Gunawan AW, Suwanto A. 2012. Isolation and

molecular identification of Ganoderma spp. associated with basal stem rot

disease in oil palm. JFI. 8(1):9-15.doi:10.14692/jfi.8.1.9.

Purwatiningsih T, Alamudin A, Noorwati S. 2008. Deskripsi data rekam medis

penyakit kanker payudara rumah sakit kanker dharmais pada bulan oktober

tahun 1993 sampai dengan bulan maren tahun 2003 [tesis]. Bogor (ID):

Insitut Pertanian Bogor.

Putri WS, Warditiani NK, Larasanty LPF. 2013. Skrining fitokimia ekstrak etil

asetat kulit buah manggiS (Garcinia mangostana L.). Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Udayana.

34

Rahman F. 2015. Uji aktivitas ekstrak jamur endofit dari daun sirsak (Annona

muricata L.) terhadap viabilitas khamir Saccharomyces cerevisiae dan

Candida tropicalis [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam: Institut Pertanian Bogor.

Rajbhdanari M, Wegner U, Julich M, Schopke T, Mentel R. 2001. Screening of

nepalese medicinal plants for antiviral activity. JETHPHARM. 74:251-

255.doi:10.1016/S0378-8741(00)00374-3.

Raymond WR. 2007. Cancer Biology. Edisi ke-4. Michigan (US): Oxford

University Pr.

Retnani V. 2011. Pengaruh suplementasi ekstrak daun Annona muricata terhadap

kejadi dan isplasia epitel kelenjar payudara tikus sprague dawley yang

diinduksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasena (DMBA [skripsi]. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Rishika D, Sharma R. 2012. An update of Pharmacological Activity of Psidium

guajava in the management of various disorder. Int J Pharm Sci Res.

3(10):3577-3584.

Riswanto K, Julian AR, Megawati S. 2011. Pengembangan dessert lezat pembunuh

sel kanker: sherbet sirsak. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Robinson T. 1995. Kandungan organik tumbuhan tinggi. Terjemahan:

Koensoemardiyah. IKIP Semarang Press, Semarang.

Rodriguez FJM, Pinedo DM, Nodarse M. 2010. Assessment of scientific evidence

recommending Annona muricata L. (soursop tree) for cancer prevention or

treatment. Rev Cu Plant Med. 15(3):169-181.

Rohyani IS, Aryanti E, Suripto. 2015. Kandungan fitokimia beberapa jenis

tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat di Pulau

Lombok. PSNMBI. 1(2):388-391.doi:10.13057/psnmbi/m010237.

Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.

Lexi-Comp: American Pharmaceutical Association.

Rozi. 2012. Manfaat Kacang Hijau bagi Kesehatan. [Online]. [diunduh 2012 okt

18]. Tersedia pada: http//rozi.wordpress.Com/2011/08/15/manfaat-

kacanghijau-bagi-kesehatan/.

Sambrook J, Russel DW. 2001. MoIecular Cloning – A Laboratory Manual 3th

edition. New York: Cold Spring Harbor Laboratory Press.

Samuelsson G. 1999. Drugs of natural or igin. 4th ed. Apotekar Societeten:

Stockholm.

Schoch CL, Seifertb KA, Huhndorfc S, Robertd V, Spougea JL, Levesqueb CA,

Chenb W, Consortiuma FB. 2012. Nuclear ribosomal internal transcribed

spacer (ITS) region as a universal DNA barcode marker for Fungi. PNAS.

109(16):6241-6246.doi:10.1073/pnas.1117018109.

Schulz B, Boyle C. 2005. The endophytic continuum. Mycol Res. 109(6):661-686.

doi:10.1017/S095375620500273X.

Seifert KA, Samson RA, Dewaard JR, Houbraken J, Levesque CA, Moncalvo JM,

Louis-Seize G, Hebert PDN. 2007. Prospects for fungus identification using

CO1 DNA barcodes, with Penicillium as a test case. Proc Natl Acad Sci.

104(10):3901-3906.doi:10.1073/pnas.0611691104.

Selvendiren KJP, Sigh KB, Krishnan D, Sakthisekaran. 2003. Cytoprotective effect

of piperine against benzo[a]pyrene induced lung cancer with reference to

35

lipid peroxidation and antioxidant system in swiss albino mice. J Fitote.

(74):109-115.doi:10.1016/S0367-326X(02)00304-0.

Sembiring L, Susilawati L, Suhartanti D. 2008. Seleksi, karakterisasi dan

identifikasi bakteri Ppndegradasi 2-(thiocyanomethylthio) benzothiazole

(TCMTB). Biota. 13(3):126-131.

Setyowati FM, Wardah. 2007. Keanekaragaman tumbuhan obat masyarakat Talang

mamak di sekitar taman nasional bukit tigapuluh, Riau. Biodiversitas.

8:228-232.

Sivagurunathan A, Innocent XB. 2014. GC-MS Evaluation of bioactive compounds

of Marsilea quadrifolia Linn (Aquatic Fern). IJPRS. (3):I-1.

Skoog, Douglas AW, Donald M, Holler FJ. 1996. Analytical Chemistry. Saunders

College Publishing: Amerika.

Slaninova I, Taborska E, Bochorakova H, Slanina J. 2001. Interaction of

benzo[c]phenanthridine and protoberberine alkaloids with animal and yeast

cells. Cell Biol Toxicol. 17(1):51-63.doi:10.1023/A:1010907231602.

Souza M, Bevilaqua C, Morais S, Costa C, Silva A, Braz-Filho R. 2008.

Anthelmintic acetogenin from Annona squamosa L. seeds. An Acad Bras

Cienc. 80(2):271-277.doi:10.1590/S0001-37652008000200005.

Strobel GA. 2004. Natural product from endophytic microorganisme. J Nat Prod.

67(2):257-268.doi:10.1021/np030397v.

Strobel GD. 2003. Bioprospecting for microbial endophytes and their natural

product. Microbiol Mol Biol Rev. 67(4):491-

502.doi:10.1128/MMBR.67.4.491-502.2003.

Sukardja IDG. 2000. Onkologi Klinik. Surabaya (ID): Airlangga Universitas Press.

Tan RX, Zou WX. 2001. Endophytes: a rich source of functional metabolites. Nat

Prod Rep. 18(4): 448-459.

Tensiska M, Yudiastuti. SON 2007. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Kasar Isoflavon dari Ampas Tahu. Laporan Penelitian.

Tim CancerHelps 2010. Stop Kanker (Kanker Bukan Lagi Vonis Mati) Panduan

Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh berbagai jenis kanker. Jakarta

(ID): Agro Media Pustaka.

Toyosi D, Olu M, Alamu EA. 2013. Preliminary antibacterial and phytochemical

screening of three medicinal plants used in the folkloric treatment of skin

infection. Int J Res Ayurveda Pharm. 4(4):547-550.doi:10.789/2277-

4343.04419.

Tri-Panji. 2012. Teknik Spektroskopi untuk Elusidasi Struktur Molekul. Yogyakarta

(ID): Graha Ilmu

Uzuner H. 2012. Traditional chinese medicine research in the post-genomic era:

good practice, priorities, challenges and opportunities. JETHPHARM.

140:458-468.doi:10.1016/j.jep.2012.02.028.

Veta M, Van DPJ, Willems SM, Wang H, Madabhushi A, Cruz-Roa A, Gonzalez

F, Larsen ABL, Vestergaard JS, Dahl AB et al. 2014. Assessment of

algorithms for mitosis detection in breast cancer histopathology images.

Med Ima Anal.doi:10.1016/j.media.2014.11.010.

Wardhani LK, Sulistyani N. 2012. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun

binahong (Anredera scandens (L.) Moq.) terhadap Shigella Flexneri beserta

profil kromatografi lapis tipis. J Ilmiah Kefarmasian. 2(1):1-16.

36

White TJ, Bruns T, Lee S, Taylor J. 1990. Amplification and Direct Sequencing of

Fungal Ribosomal RNA Genes for Phylogenetics. PCR Protocols: A Guide

to Methods and Applications.

[WHO] World Health Organization. 2013. World Cancer Day 2013. [terhubung

berkala]. http://www.who.int/cancer/en/index.htmL. [15 April 2013].

Wicaksono. 2011. Anticancer and antimicrobial potential of plantderived natural

products.In: Rasooli I, editor. Phy bio. Croatia: InTech.doi:10.5772/26077.

Winarto WP. 2007. Pengobatan Herbal untuk Kanker Payudara. Jakarta (ID):

Karyasari Herbal Media.

Woodward WA, Cox JD. 2008. Molecular basis of radiation therapy. In:

Mendelsohn J (Ed). The Molecular Basis of cancer. Philadelphia. Saunders

Elsevier. Pp 593-604.

Rahayu WP, Achmad A, Ekowati H. 2012. Aktivitas antiproliferatif jintan hitam

(Nigell Sativa) pada sel paru tikus yang diinduksi 7,12-Dimetilbenz-

[a]Antrasena (Dmba). Mekara Kesehatan. 16(2):51-56.

Wunderlich JR, Restifo NP. 2006. Cancer: principles and practice of oncology, fifth

edition vincent T. Philadelphia. 3:47-75.

Wyllie AH. 2010. Apoptosis, Cell Death, and Cell Proliferation. 3rd Ed. Roche

Applied Science.

Xue X, Yu JL, Sun DQ, Kong F, Qu XJ, Zou W, Wu J, Wang RM. 2014. Curcumin

induces apoptosis in SGC-7901 gastric adenocarcinoma cells via regulation

of mitochondrial signaling pathways. APJCP. 15(9):3987-

3992.doi:10.7314/APJCP.2014.15.9.3987.

Yeo YL, Chia YY, Lee CH, Sow HS, Yap WS. 2014. Effectiveness of maceration

periods with different extraction solvents on in-vitro antimicrobial activity

from fruit of Momordica charantia L. JAPS. 4(10):016-

023.doi:10.7324/JAPS.2014.40104.

Yunianto P, Rosmalawati S, Rachmawati I, Suwarso WP, Sumaryono W. 2012.

Isolation and identification of endophytic fungi from Srikaya plants

(Annona squamosa) having potential secondary metabolites as anti-breast

cancer activity. J Microbiol Indones. 6(1):23-29.

Zairisman SZ. 2006. Potensi ilmu nomodulator bubuk kakao bebas lemak sebagai

produk substdanard secara in-vitro pada sel limfosit manusia [tesis]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Zeng L, Wu FE, Oberlies NH, Mc Laughlin JL, Sastrodihardjo S. 1996. Five new

monotetrahydrofuran ring acetogenins from the leaves of Annona muricata.

J Nat Prod. 59(11):1035-1042.

Zuhud E. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Jakarta (ID):

Agromedia Pustaka.

Zulfahmi. 2013. Penanda DNA untuk analisis genetic tanaman. J Agrotek. (3)2:41-

52.

37

Lampiran 1 Bagan Alir Penelitian

Isolat terpilih

(Sir-G5)

Skrining Antikanker MCF-7

Sel Normal Chang

4 isolat terpilih (Sir-G5, Sir-SM2, Sir-G6, Sir-G2) berdasarkan %inhibisi

Peremajaan Isolat

Kultivasi Isolat

Skrining Antikanker MCF-7

Identifikasi Molekuler

(ITS)

Uji Aktivitas

(Uji IC50)

Sequencing

Identifikasi Molekul

(GC-MS) pirolisis

PCR

Genebank

Jenis Kapang

Data

Ekstrak

si

Data

Data

38

Lampiran 2 Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etil asetat dari kapang endofit

daun sirsak dengan menggunakan sel kanker (MCF-7)

Persentase penghambatan pada konsentrasi 100 µg/mL

Absorbansi kontrol – Absorbansi sampel

% Inhibisi = x 100%

Absorbansi kontrol

0.454 - 0.097

% Inhibisi = x 100%

0.454

% Inhibisi = 78.634 %

4003002001000

100

90

80

70

60

50

Konsentrasi Ekstrak µg/mL

Pe

rse

n In

hib

isi

S 5.21660

R-Sq 98.2%

R-Sq(adj) 93.0%

Ekstrak Sir-G5 Ulangan 1Y = 27.56 + 1.010 X

- 0.004735 X**2 + 0.000007 X**3

4003002001000

100

90

80

70

60

50

Konsentrasi Ekstrak µg/mL

Pe

rse

n In

hib

isi

S 1.29663

R-Sq 99.8%

R-Sq(adj) 99.5%

Ekstrak Sir-G5 Ulangan 2Y = 46.51 + 0.3399 X

- 0.000529 X**2

4003002001000

100

90

80

70

60

50

Konsentrasi Ekstrak µg/mL

Pe

rse

n I

nh

ibis

i

S 5.32127

R-Sq 96.6%

R-Sq(adj) 93.3%

Ekstrak Sir-G5 Ulangan 3Y = 42.14 + 0.3678 X

- 0.000576 X**2

39

Kurva hubungan konsentrasi ekstrak etil asetat dari kapang endofit daun

sirsak (Annona muricata L.) terhadap persentase penghambatan sel MCF-7 dari

masing-masing ulangan dapat dilihat pada table dibawah ini:

Sampel Ulangan Konsentrasi IC50

perulangan

IC50

keseluru

han 400 200 100 50 25

Ekstrak

Sir-G5

1 95.154 104.392 105.463 82.145 58.797 25.000 19.20

µg/mL 2 97.783 104.126 96.053 71.754 66.432 10.450

3 96.930 104.421 94.342 64.070 66.263 22.150

Lampiran 3 Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etil asetat dari kapang endofit

daun sirsak dengan menggunakan sel normal (Chang)

Persentase penghambatan pada konsentrasi 100 µg/mL

Absorbansi kontrol – Absorbansi sampel

% Inhibisi = x 100%

Absorbansi kontrol

0.558 - 0.372

% Inhibisi = x 100%

0.558

% Inhibisi = 33.333 %

y = 15.26x + 2.6436

R² = 0.9564

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Inh

ibis

i (%

)

Log Konsentrasi ekstrak µg/mL

40

Kurva hubungan konsentrasi ekstrak etil asetat dari kapang endofit daun

sirsak (Annona muricata L.) terhadap persentase penghambatan sel normal

(Chang).

IC50 = x saat y = 50

Rumus persamaan garis:

y = ax + b

y = 15.26x + 2.6436

50 = 15.26x + 2.6436

x = 50 - 2.6436

15.26

x = 3.10

IC50 = 103.10

IC50 = 1258.925412 µg/mL

Lampiran 4 Analisis metabolit kapang endofit daun sirsak GC-MS Pyrolisis

Prosedur penggunaan GC-MS sebagai berikut:

1. Buka tabung gas helium ke kiri setengah putaran

2. Sambungkan colokan dari stabilizer ke listrik dan on-kan stabilizer

3. On-kan instrument (GC, MS dan pyrolisis), kemudian PC dan printer

4. Pada display PC pilih icon GC-MS Real Time Analysis

5. Klik TOP - pilih icon vacuum control - klik auto startup sampai ada tulisan

complete – close.

6. Klik icon tuning – klik icon detail - atur suhu sesuai kondisi analysis - OK,

tunggu sampai GC, MS ready.

7. Untuk mengaktifkan pyrolizer pada display PC klik icon PY-2020iS control –

atur suhu furnace dan interface - v, upper temp 2800C dan pyrolisis 6000C.

enter

8. Kembali ke menu GC-MS klik icon peak monitor view - lihat kondisi low

vacuum harus <15 pascal dan high vacuum <1.5 x 10-3 pascal (minimal ± 2

jam). Min 0.20

9. Klik icon start auto tuning - file-save tuning file as – beri nama – save

10. Klik TOP - pilih icon data acquisition - atur parameter analysis, klik menu GC

atur suhu kolom dan programnya, suhu injector, pressure, split ratio-klik menu

MS atur suhu ion source dan intreface, solvent cut time.

11. Klik file - save method file as - beri nama method – save

12. Untuk memulai injeksi klik icon sample login - isis sample name, sample ID,

dan data file – OK

13. Klik icon standby tunggu sampai icon start aktif jadi hijau

14. Masukkan sampel pada pyrolizer – klik start – tekan tombol sampel pyrolizer

– enter

15. Tunggu sampai analisis selesai.

41

Lampiran 5 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak dengan konsentrasi 100

µg/mL pada perbesaran 10x. (a) Sirsak Sukabumi 2, (b) Sirsak Garut 3,

(c) Sirsak Cianjur 1, (d) Sirsak Garut 6, (e) Sirsak Sukabumi 1, (f) Sirsak

Garut 3, (g) Sirsak Garut 5, (h) Sirsak Cianjur 2, (i) Sirsak Garut 4, (j)

Sirsak Garut 1, (k) Sirsak Sukabumi 3, (l) Sirsak Cianjur 3.

Sampel 1 (Sir-SM2) Sampel 2 (Sir-G3) Sampel 3 (Sir-CA1)

Sampel 4 (Sir-G6) Sampel 5 (Sir-SM1) Sampel 6 (Sir-G3)

Sampel 7 (Sir-G5) Sampel 8 (Sir-CA2) Sampel 9 (Sir-G4)

Sampel 10 (Sir-G1) Sampel 11 (Sir-SM3) Sampel 12 (Sir-CA3)

a b c

d e f

g h i

j k l

42

Lampian 6 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang tidak diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol) dengan

perbesaran 10x

Kontrol sel MCF-7

Lampiran 7 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak dengan konsentrasi 400

µg/mL, 200 µg/mL, 100 µg/mL, 50 µg/mL dan 25 µg/mL pada perbesaran

10x

Sampel 1-400 Sampel 1-200 Sampel 1-100

Sampel 1-50 Sampel 1-25 Sampel 4-400

1-400 1-200 1-100

1-50 1-25 4-400

43

Sampel 4-200 Sampel 4-100 Sampel 4-50

Sampel 4-25 Sampel 6-400 Sampel 6-200

Sampel 6-100 Sampel 6-50 Sampel 6-25

Sampel 7-400 Sampel 7-200 Sampel 7-100

4-200 4-50 4-100

4-25 6-400 6-200

7-400 7-200

6-100 6-50 6-25

6-100

44

Sampel 7-50 Sampel 7-25

Lampiran 8 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang tidak diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol) dengan

perbesaran 10x

Kontrol sel MCF-7

Lampiran 9 Foto mikroskopis sel kanker payudara yang tidak diberi perlakuan

dengan ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol

positif) dengan perbesaran 10x

Doksorubisin 0.5 Doksorubisin 1

7-50 7-25

45

Lampiran 10 Foto mikroskopis sel normal Chang yang diberi perlakuan dengan ekstrak etil

asetat kapang endofit dari daun sirsak dengan konsentrasi 400 µg/mL, 200

µg/mL, 100 µg/mL, 50 µg/mL dan 25µg/mL pada perbesaran 10x

Konsentrasi 25 µg/mL Konsentrasi 50 µg/mL Konsentrasi 100 µg/mL

Konsentrasi 200 µg/mL Konsentrasi 400 µg/mL

Lampiran 11 Foto mikroskopis sel normal Chang yang tidak diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol) dengan

perbesaran 10x

Kontrol sel Normal Chang

46

Lampiran 12 Foto mikroskopis sel normal Chang yang tidak diberi perlakuan dengan

ekstrak etil asetat kapang endofit dari daun sirsak (kontrol positif)

dengan perbesaran 10x

Doksorubisin 0.5 Doksorubisin 1

Lampiran 13 Pohon filogenetik

gb|AF001021.2|_Diaporthe_phaseolorum_strain_473-4

gb|HQ533143.1| Diaporthe eres strain Phk2

gb|HQ533144.1| Diaporthe eres strain Phk1

gb|HQ832815.1|_Phomopsis_sp._LH157

gb|KC357558.1|_Diaporthe_sp._FH-2013b

gb|JQ954648.1|_Phomopsis_sp._FH-2012b

gb|FJ375142.1|_Ascomycota_sp._H-12

gb|GQ139521.1| Alternaria mali strain PF0905

gb|HQ832826.1|_Phomopsis_sp._LH243

Kapang Endofit Daun sirsak (Annona muricata L.)

dbj|LC056934.1|_Diaporthe_sp._CLS-33

dbj|LC056935.1|_Diaporthe_sp._CLS-44

gb|EU571102.1|_Phomopsis_sp._VAAT-PZ15

gb|KC145847.1|_Diaporthe_sp._3_PRJ-2013

gb|FJ176469.1| Phomopsis sp. ML15

gb|KC145869.1| Diaporthe sp. 3 PRJ-2013

gb|HQ185335.1| Scedosporium apiospermum strain CBS 117407

47

Lampiran 14 Hasil BLAST

Lampiran 15 Sequences producing significant alignments

48

Lampiran 16 Urutan nukleotida hasil sekuen yang sudah dipilih

>Kapang_endofit_daun_sirsak_Garut_Nomor_5

AGTTGGGGGTTTAACGGCAGGGCACCGCCAGGGCCTTCCAAAGC

GAGGGTTTAACTACTGCGCTCGGGGTCCTGGCGAGCTCGCCACTATAT

TTCAGGGCCTGCCCTTTTACAGGCAGTGCCCCATCACCAAGCCAGGCT

TGAGGGTTGAAATGACGCTCGAACAGGCATGCCCTCCGGAATACCAG

AGGGCGCAATGTGCGTTCAAAGATTCGATGATTCACTGAATTCTGCAA

TTCACATTACTTATCGCATTTCGCTGCGTTCTTCATCGATGCCAGAACC

AAGAGATCCGTTGTTGAAAGTTTTGATTCATTTATGTTTTATTCTCAGA

GTTTCAGTGTAAAAACAAGAGTTAGGTTGGCCGCCGGCGTGCTCTCTC

AACACCCGCAGGCGGGTGAGGGGCCCCGGAGGACCAGCTGGCGCCGA

GGCAACAGTAAGGTATAAGTTCACAAAGGGTTTCTGGGTGCGCCTGGG

GCGCGT

Lampiran 17 Pensejajaran sequence hasil BLAST

49

50

51

Lampiran 18 Keterangan kromatogram Gambar 13

Puncak Waktu Retensi

(Menit) Area

Senyawa Yang

Teridentifikasi

Konsentrasi

(%)

Kemiripan

(%)

1 7.178 1787943

073

Methane,

Sulfinylbis-(CAS)

Dimethyl

Sulfoxide

31.61 81

2 9.817 6477479

5

Phenol (CAS) Izal 1.15 97

3 11.067 1024228

83

Phenol, 4-Methyl-

(CAS) P-Cresol

1.81 91

4 11.576 4840899

8

2-Butanol (CAS)

Sec-Butanol

0.86 74

5 11.767 3868173

2

Benzeneacetonitril

e (CAS) Benzyl

Cyanide

0.68 86

6 12.166 5073537

4

3,5-Heptadien-2-

Ol, 2,6-Dimethyl

0.90 77

7 12.467 3466737

7

2-Piperidinone

(CAS) 2-

Piperidone

0.61 80

8 12.867 6516697

0

Benzenepropaneni

trile (CAS) 3-

Phenylpropionitril

e

1.15 93

9 13.087 1231961

76

2,2-Dimethyl-3-

Vinyl-

Bicyclo[2.2.1]Hep

tane

2.18 72

10 13.492 8835451

8

5h-1-Pyrindine 1.56 86

11 14.069 1853217

86

1,4-

Cyclohexanedione

(CAS)

Tetrahydroquinon

e

3.28 84

12 14.407 6515084

2

1h-Azepin-1-

Amine, N-

Ethylidenehexahy

dro-(CAS)

Hexamethylenehy

drazonen

1.15 81

13 14.747 6652350

7

Aziridine, 2-(1,1-

Dimethylethyl)-1-

Ethyl-3-Methyl-,

Trans- (CAS)

Trans-1-Ethyl-

2,Methyl-3

1.18 73

52

14 14.965 1036251

32

Dodecane (CAS)

N-Dodecane

1.83 93

15 15.036 1306550

39

Piperidine, 1-

(Cyanoacetyl)-

(CAS) 1-

Cyanoacetylpiperi

dine

2.31 66

16 15.666 1972289

84

1-Tetradecene

(CAS) N-

Tetradec-1-Ene

3.49 83

17 15.914 1085338

59

5-(3'-Methyliden-

2'-Oxa-Butyliden)-

3,3-Dimethyl-

Cyclohexanone

1.92 72

18 16.164 6643948

3

5-(3'-Methyliden-

2'-Oxa-Butyliden)-

3,3-Dimethyl-

Cyclohexanone

$$ Cyclohexanone

, 3,3-Dimethyl

1.17 59

19 16.406 1704431

30

1-Pentadecene

(CAS) Pentadec-1-

Ene

3.01 87

20 16.848 1438277

12

2-Imidazolidinone,

1,3-Diethenyl-

2.54 74

21 17.142 1505675

21

Decanal (CAS) N-

Decanal

2.66 72

22 17.472 9528082

3

1,4-Diaza-2,5-

Dioxobicyclo[4.3.

0]Nonane

1.68 87

23 17.792 6131649

4

1,4-Diaza-2,5-

Dioxo-3-Isobutyl

Bicyclo[4.3.0]Non

ane

1.08 83

24 18.038 2476372

59

Hexadecanenitrile

(CAS)

Palmitonitrile

4.38 96

25 18.524 2108918

75

1,4-Diaza-2,5-

Dioxo-3-Isobutyl

Bicyclo[4.3.0]Non

ane

3.73 92

26 19.216 4322127

48

9-Octadecenal

(CAS)

Octadecenyl

Aldehyde

7.64 87

27 19.850 2845193

12

9-

Octadecenamide,

5.03 84

53

(Z)- (CAS)

Oleoamide

28 20.418 1323543

26

Octadecane, 1-

(Ethenyloxy)-

(CAS) Octadecyl

Vinyl Ether

2.34 82

29 20.934 3352880

69

9-

Octadecenamide,

(Z)- (CAS)

Oleoamide

5.93 93

30 21.542 6338372

3

Pyridinium, 1-

Hexadecyl-,

Chloride,

Monohydrate

(CAS)

Cetylpyridinium

Chlori

1.12 76

5655553

520

100.00

Lampiran 19 Klasifikasi senyawa metabolit sekunder

Senyawa yang

teridentifikasi Struktur

Klasifikasi

senyawa

metabolit

Aktivitas Sumber

Methane,

sulfinylbis-

(CAS) Dimethyl

sulfoxide

S

O

Methane, sulfinylbis-

Alkana (berasal dari

Pelarut

DMSO)

Gaylord

Chemical

Company,

L.L.C.

Phenol (CAS)

Izal HO

Phenol (CAS) Izal

Fenol Antibakteri Toyosi et

al. 2013

Phenol, 4-

methyl- (CAS)

p-Cresol

HO

Phenol, 4-methyl-

Fenol Antimikroba

dan

Antioksidan

Aourahoun

et al. 2014

Mathur &

Kamal 2011

2-Butanol

(CAS) sec-

Butanol

OH

2-Butanol (CAS) sec-Butanol

Alkohol - belum ada

aktivitas

dilaporkan

Benzeneacetonit

rile (CAS)

Benzyl cyanide

N

Benzeneacetonitrile (CAS) Benzyl cyanide

Benzen

(Fenolik)

- belum ada

aktivitas

dilaporkan

3,5-Heptadien-

2-Ol, 2,6-

Dimethyl

OH

3,5-HEPTADIEN-2-OL, 2,6-DIMETHYL

Benzen

(Fenolik)

- belum ada

aktivitas

dilaporkan

54

2-Piperidinone

(CAS) 2-

Piperidone

HN

O

2-Piperidinone (CAS) 2-Piperidone

Alkaloid

Antimikroba,

Antioksidan,

Antiinflamasi,

Antikanker.

Sivagurunat

han &

Innocent

2014

Keerthiga &

Anand 2015

Bezerra et

al. 2006

Benzenepropan

enitrile (CAS)

3-

Phenylpropionit

rile

N

Benzenepropanenitrile (CAS) 3-Phenylpropionitrile

Benzen

(Fenolik)

- belum ada

aktivitas

dilaporkan

2,2-Dimethyl-3-

Vinyl-

Bicyclo[2.2.1]H

eptane 2,2-DIMETHYL-3-VINYL-BICYCLO[2.2.1]HEPTANE

Alkana belum ada

aktivitas

dilaporkan

5H-1-

PYRINDINE NC

PYRIDINE,3-(1,2-PROPADIENYL)-

Alkaloid - belum ada

aktivitas

dilaporkan

1,4-

Cyclohexanedio

ne (CAS)

Tetrahydroquin

one

O O

1,4-Cyclohexanedione (CAS) Tetrahydroquinone

Hidrokuino

n (Fenolik)

Antioksidan Kankeaw &

Masong

2015

1H-Azepin-1-

amine, N-

ethylidenehexah

ydro- (CAS)

Hexamethylene

hydrazonen

N

N

1H-Azepin-1-amine, N-ethylidenehexahydro- (CAS) Hexamethylenehydrazonen

Alkaloid - belum ada

aktivitas

dilaporkan

Aziridine, 2-

(1,1-

dimethylethyl)-

1-ethyl-3-

methyl-, trans-

(CAS) Trans-1-

Ethyl-2,Methyl-

3

N

Aziridine, 2-(1,1-dimethylethyl)-1-ethyl-3-methyl-, trans-

Alkaloid Antimikroba Priya et al.

2011

Dodecane

(CAS) n-

Dodecane

Dodecane (CAS) n-Dodecane

Alkana - belum ada

aktivitas

dilaporkan

Piperidine, 1-

(cyanoacetyl)-

(CAS) 1-

Cyanoacetylpip

eridine

N

C

O

N

1-Cyanoacetylpiperidine

Caution: Valence appears to be exceeded

Alkaloid Antimikroba,

Antioksidan,

Antijamur,

Antikanker.

Gangadhara

et al. 2015

Bezerra et

al. 2006

55

1-Tetradecene

(CAS) n-

Tetradec-1-ene

1-Tetradecene (CAS) n-Tetradec-1-ene

Asam

lemak rantai

panjang

(Hidrokarbo

n)

Anti-

Tuberculosis

(Anti TBC)

Kuppuswa

my et al.

2013

5-(3'-

Methyliden-2'-

oxa-butyliden)-

3,3-dimethyl-

cyclohexanone

O

O

5-(3'-Methyliden-2'-oxa-butyliden)-3,3-dimethyl-cyclohexanone

Keton Antibakteri

dan

Antijamur

Alam et al.

2014

5-(3'-

Methyliden-2'-

oxa-butyliden)-

3,3-dimethyl-

cyclohexanone

$$ Cyclohexano

ne, 3,3-dimethyl

O

O

5-(3'-Methyliden-2'-oxa-butyliden)-3,3-dimethyl-cyclohexanone

Keton Antibakteri Beena et al.

2014

1-Pentadecene

(CAS)

Pentadec-1-ene

1-Pentadecene (CAS) Pentadec-1-ene

Asam

lemak

Antibakteri Kumar et al.

2011

2-

IMIDAZOLIDI

NONE, 1,3-

DIETHENYL-

NN

O

2-IMIDAZOLIDINONE, 1,3-DIETHENYL-

Alkaloid - belum ada

aktivitas

dilaporkan

Decanal (CAS)

n-Decanal O

Decanal (CAS) n-Decanal Aldehid Antimikroba Mahboubi

& Feizabadi

2009

1,4-diaza-2,5-

dioxobicyclo[4.

3.0]nonane Cyclopentane, 1,1,3,4-tetramethyl-, trans-

Alkaloid Antioksidan Bintang et

al. 2015

1,4-diaza-2,5-

dioxo-3-isobutyl

bicyclo[4.3.0]n

onane

Alkaloid Antioksidan Bintang et

al. 2015

Hexadecanenitr

ile (CAS)

Palmitonitrile

N

Hexadecanenitrile (CAS) Palmitonitrile

Alkaloid Antikanker

(kanker

lambung)

Nishiumi et

al. 2014

1,4-diaza-2,5-

dioxo-3-isobutyl

bicyclo[4.3.0]n

onane

Alkaloid Antioksidan Bintang et

al. 2015

9-Octadecenal

(CAS)

Octadecenyl

aldehyde

O

9-Octadecenal (CAS) Octadecenyl aldehyde

Aldehid Antibakteri Bharat et al.

2013

56

9-

Octadecenamid

e, (Z)- (CAS)

OLEOAMIDE

O

NH2

9-Octadecenamide, (Z)- (CAS) OLEOAMIDE

Alkaloid Antioksidan

dan

Antibakteri

Jasim et al.

2015

Octadecane, 1-

(ethenyloxy)-

(CAS)

Octadecyl vinyl

ether

O

Octadecane, 1-(ethenyloxy)- (CAS) Octadecyl vinyl ether

Eter Antisepsis Amudha &

Rani 2014

9-

Octadecenamid

e, (Z)- (CAS)

OLEOAMIDE

O

NH2

9-Octadecenamide, (Z)- (CAS) OLEOAMIDE

Alkaloid Antioksidan

dan

Antibakteri

Jasim et al.

2015

Pyridinium, 1-

hexadecyl-,

chloride,

monohydrate

(CAS)

Cetylpyridinium

chlori

N+

Cl-

H

O

H

Pyridinium, 1-hexadecyl-, chloride, monohydrate (CAS) Cetylpyridinium chlori

Alkaloid Antibakteri Emling

2011

57

Lampiran 20 Data spektra massa senyawa-senyawa yang dilaporkan bersifat

antikanker

58

59

60

61

62

63

Lampiran 21 Analisis statistik

Class Level Information

Class Levels Values

Sampel 4 G2 G5 G6 SM2

Source DF Sum of

Squares

Mean

Square

F Value Pr > F

Model 3 297634.7044 99211.5681 8.81 0.0065

Error 8 90054.7552 11256.8444

Corrected

Total

11 387689.4596

R-Square Coeff Var Root MSE IC50 Mean 0.767714 38.92908 106.0983 272.5425

Source DF Type I SS Mean

Square

F Value Pr > F

Sampel 3 297634.7044 99211.5681 8.81 0.0065

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Sampel 3 297634.7044 99211.5681 8.81 0.0065

Level of

Sampel

N IC50

Mean Std Dev

G2 3 411.536667 176.483045

G5 3 19.200000 7.710545

G6 3 397.436667 11.624114

SM2 3 261.996667 116.989487

64

Duncan's Multiple Range Test for IC50

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 8

Error Mean Square 11256.84

Number of Means 2 3 4

Critical Range 199.8 208.2 212.9

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Sampel A 411.54 3 G2

A 397.44 3 G6

A 262.00 3 SM2

B 19.20 3 G5

65

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bernai, Jambi pada tanggal 14 Oktober 1992 sebagai

anak ketiga dari lima bersaudara dari Bapak M.Yunus (Alm) dan Ibu Hasnah.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 40 Sarolangun, Jambi pada tahun

2004 dan melanjutkan sekolah menengah pertama di MTSN Sarolangun, Jambi

sejak tahun 2004-2007. Sekolah menengah atas penulis selesaikan pada tahun 2010

di SMAN 7 Sarolangun, Jambi. Pendidikan Strata 1 ditempuh di Program Studi

Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi,

lulus pada tahun 2014. Penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan seperti

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia (HIMAPEMIA) Universitas Jambi

sebagai Ketua Umum dan Mapala Siginjai sebagai Bendahara Umum, Himpunan

Mahasisawa Jurusan (HMJ) koordinator Danus, Ikatan mahasiswa kimia Indonesia

(IKAHIMKI) sebagai bendahara Umum dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Universitas Jambi tahun 2011/2013. Selain itu juga penulis aktif sebagai asisten

dosen Kimia Organik, Kimia Fisik, Dasar-Dasar Kimia Analitik dan Dasar-Dasar

Pemisahan Analitik di Universitas Jambi dan pada tiga bulan terakhir sebelum

kuliah penulis sebagai guru Kimia SMA dan IPA terpadu Al-Azhar Jambi.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor pada Program Studi Biokimia dengan sponsor beasiswa Lembaga

Pengelola Dana Pendidikan Kementrian Keuangan RI (LPDP Kemenkeu RI).

Penulis juga aktif berorganisasi menjadi salah satu anggota divisi PSDM Forum

Wacana tahun 2014-2015. Penulis juga pernah aktif di BSC, serta terlibat dalam

komunitas kongkrit. Aktivitas Antikanker Ekstrak Etil Asetat Kapang Endofit Daun

Sirsak (Annona muricata L.) merupakan judul tesis penulis dengan judul jurnal

yang sama dipublikasikan di International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences (Int J Pharm Pharm Sci).