17
AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH DELIMA (Punica granatum L.) DAN KLORAMFENIKOL TERHADAP Staphylococcus aureus SENSITIF DAN MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK NASKAH PUBLIKASI Oleh : IFAH HANIK K 100 080 028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2012

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK

ETANOL KULIT BUAH DELIMA (Punica granatum L.) DAN

KLORAMFENIKOL TERHADAP Staphylococcus aureus

SENSITIF DAN MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

IFAH HANIK

K 100 080 028

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2012

Page 2: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASIBeriudul:

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETAI{OLKULIT BUAII DELIMA (Panica granatum L.) DAN

KLORAMFEI{IKOL TERIIAD A# Staphylococeus uurens SENSITIF

,ji I

'l;yata, M.Sc) (Rima Munawaroh, M.Sc., Apt )

(Ratna Y iotech. St ) (Peni Ind Apt )

Pembimbing Pendamping

(Ifah Hcnik)

Page 3: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

1

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

BUAH DELIMA (Punica granatum L.) DAN KLORAMFENIKOL

TERHADAP Staphylococcus aureus SENSITIF DAN MULTIRESISTEN

ANTIBIOTIK

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF COMBINATION ETHANOLIC

EXTRACT OF POMEGRANATE (Punica granatum L.) FRUIT PEEL AND

CHLORAMPHENICOL AGAINST SENSITIVE AND MULTIDRUG

RESISTANT Staphylococcus aureus

Ifah Hanik, Ratna Yuliani, dan Peni Indrayudha

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

ABSTRAK

Penggunaan antibiotik yang semakin meluas menyebabkan timbulnya

bakteri yang resisten antibiotik sehingga diusulkan strategi baru, yaitu kombinasi

ekstrak tanaman dan antibiotik. Kulit buah delima (Punica granatum L.) memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Kloramfenikol adalah

antibiotik berspektrum luas yang beraktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram

positif dan Gram negatif. Kombinasi keduanya diharapkan dapat mengurangi

resistensi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri

dan efek kombinasi ekstrak etanol kulit buah delima dan kloramfenikol terhadap

Staphylococcus aureus sensitif dan multiresisten antibiotik.

Kulit buah delima diekstraksi dengan penyari etanol 96% menggunakan

metode maserasi. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode Kirby Bauer

dengan menggunakan disk yang berisi volume 10 µL. Ekstrak etanol kulit buah

delima 2,5 mg/disk dan kloramfenikol 0,3 µg/disk dikombinasikan dengan

perbandingan 25:75, 50:50, dan 75:25. Kontrol negatif yang digunakan adalah

DMSO 100%. Hasil yang didapatkan adalah diameter zona hambat di sekitar disk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol kulit buah

delima dan kloramfenikol pada perbandingan 25:75, 50:50, dan 75:25 mempunyai

aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat berturut-turut sebesar 15,6 mm,

12,7 mm, dan 11,5 mm terhadap Staphylococcus aureus sensitif dan 15,7 mm,

13,3 mm, dan 12,3 mm terhadap Staphylococcus aureus multiresisten. Kombinasi

ekstrak etanol kulit buah delima dan kloramfenikol berefek tidak sinergis.

Kata kunci : Staphylococcus aureus, kloramfenikol, delima (Punica granatum

L.), antibakteri, multiresisten

ABSTRACT

Antibiotic used lead to the development of antibiotic resistance in bacteria

so need new strategy to solve it, that is natural compounds in combination with

Page 4: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

2

antibiotics. Pomegranate (Punica granatum L.) fruit peel have antibacterial

activity against Staphylococcus aureus. Chloramphenicol is a broad spectrum

antibiotic that have antibacterial activity against Gram-positive and Gram-

negative bacteria. The combination both of them is expected to decreasing

bacterial resistance. This study aims to evaluate antibacterial activity and

combination effect of pomegranate fruit peel ethanolic extract and

chloramphenicol against sensitive and multidrug resistant Staphylococcus aureus.

Pomegranate fruit peels were extracted using 96% ethanol by maceration.

Test of antibacterial activity was performed by Kirby Bauer technique that used

10 µL sample per disc. Both 2,5 mg/disc pomegranate fruit peel extract and

30 µg/disc chloramphenicol were combinated in ratio of 25:75, 50:50, and 75:25.

The negative control was 100% DMSO. The data was analysed by inhibition zone

diameter around disc.

The result of this study showed that combination of pomegranate fruit peel

ethanolic extract and chloramphenicol in ratio of 25:75, 50:50, and 75:25 have

antibacterial activity with inhibition zone diameter of 15,6 mm, 12,7 mm, and 11,5

mm for Staphylococcus aureus sensitive and 15,7 mm, 13,3 mm, and 12,3 mm for

multidrug resistant Staphylococcus aureus. Combination pomegranate fruit peel

ethanolic extract and chloramphenicol have antagonist effect.

Keywords : Staphylococcus aureus, chloramphenicol, pomegranate (Punica

granatum L.), antibacterial, multiresistant

PENDAHULUAN

Infeksi merupakan masalah penting yang banyak dijumpai pada kehidupan

sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri dan mikroorganisme yang

patogen (Waluyo, 2004). Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi tersebut salah

satunya adalah Staphylococcus aureus (Jawetz et al., 2005). Organisme ini

merupakan penyebab infeksi tersering, termasuk bisul, infeksi luka, pneumonia,

endokarditis, dan septikemia (Neal, 2006).

Pengobatan infeksi yang paling umum dilakukan adalah dengan terapi

antibiotik (Waluyo, 2004). Kloramfenikol merupakan salah satu antibiotik yang

dapat digunakan untuk pengobatan infeksi S. aureus (Tjay dan Rahardja, 2007).

Sebiomo et al. (2011) menunjukkan bahwa kloramfenikol mampu menghambat

S. aureus dengan diameter zona hambat sebesar 30 mm pada konsentrasi

10 µg/disk.

Semakin meluasnya penggunaan antibiotik memiliki konsekuensi yang tak

terhindarkan yaitu timbulnya patogen yang resisten antibiotik (Gilman, 2008).

Page 5: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

3

Noviana (2011) melaporkan bahwa di rumah sakit Atma Jaya, Jakarta 42,62%

Staphylococcus aureus telah resisten terhadap oksasilin, vankomisin, sefiksim,

asam nalidiksat, dan fosfomisin.

Adanya bakteri yang resisten terhadap antibakteri mendorong pentingnya

penggalian sumber obat-obatan antimikroba dari bahan alam. (Hertiani et al.,

2003). Produk alami dari tanaman obat sudah sejak lama digunakan untuk

pengembangan obat baru untuk mengobati berbagai infeksi. Beberapa studi telah

mengusulkan strategi baru yaitu kombinasi produk tanaman alam dan antibiotik

untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Produk tanaman alam tersebut

bisa berpotensi meningkatkan aktivitas antibiotik (Jayaraman et al., 2010).

Sinergisme kombinasi ekstrak dari bahan alam dan antibiotik diperlihatkan

oleh Braga, et al. (2005) yang mendapatkan hasil sinergis pada kombinasi

kloramfenikol dan ekstrak metanol buah Punica granatum dalam menghambat

Staphylococcus aureus. Dari penelitian tersebut diperoleh peningkatan aktivitas

antibiotik kloramfenikol setelah dikombinasikan dengan ekstrak Punica granatum

yang diperlihatkan dengan penurunan MIC (Minimum Inhibitory Concentration)

pada kombinasi antibiotik dan ekstrak Punica granatum dibandingkan antibiotik

sendiri.

Delima (Punica granatum L.) adalah tanaman yang memiliki aktivitas

antibakteri (Abdollahzadeh et al., 2011). Kulit delima mengandung alkaloid,

pelletierin, granatin, asam betulik, asam ursolik, isokuersertin, elagitanin,

triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati (Dalimartha, 2000). Elagitanin adalah

kandungan yang diduga memiliki aktivitas antibakteri (Machado et al., 2002).

Ekstrak metanol kulit delima yang diuji menggunakan metode disk difusi

menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dengan rata-rata diameter

zona hambat sebesar 7,5 mm, 11,5 mm, dan 12,5 mm pada konsentrasi masing-

masing 40 µg/disk, 80 µg/disk, dan 120 µg/disk (Abdollahzadeh et al., 2011).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang aktivitas

antibakteri kombinasi ekstrak etanol kulit buah delima (Punica granatum) dan

kloramfenikol terhadap bakteri Staphylococcus aureus sensitif dan multiresisten

antibiotik.

Page 6: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

4

METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat. Alat yang digunakan yaitu alat timbang (Presica dan And GR-202), rotary

evaporator (Heidolph), autoklaf (My Life), oven (Memmert), mikroskop

(Olympus), Laminar Air Flow (LAF) (CV. Srikandi), vortex (Thermolyne

Corporation), mikropipet (Socorex), incubator shaker (Excella 24 New

Brunswick Scientific), dan inkubator (Memmert).

Bahan. Bahan yang digunakan yaitu kulit buah delima (Punica granatum L.) dari

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat-Obat Tradisional

(B2P2TOOT) Tawangmangu Karanganyar, etanol 96%, kloramfenikol (Sigma),

S. aureus sensitif dari Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta, S. aureus multiresisten dari Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Sebelas Maret (UNS), disk antibiotik (kloramfenikol,

eritromisin, tetrasiklin, dan ampisilin), disk kosong, cat Gram (A, B, C, dan D),

DMSO 100% (Merck), media Mueller Hinton (MH) (Oxoid), media Brain Heart

Infusion (BHI) (Oxoid), media MSA (Mannitol Salt Agar) (Oxoid), standar Mc.

Farland 108 CFU/mL, NaCl 0,9%, dan akuades.

Jalannya Penelitian

Determinasi tanaman. Determinasi tanaman delima dilakukan di Laboratorium

Biologi Farmasi Fakultas Farmasi UMS dengan mengacu buku Flora of Java

karangan Backer dan Van de Brink (1965) dan An Integrated System of

Classification of Flowering Plants karangan Dr. Arthur Cronquist (1981).

Penyiapan bahan. Buah delima segar dari B2P2TOOT dikupas kulitnya, kemudian

kulitnya dicuci bersih dan dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutupi

kain hitam hingga kering. Selanjutnya, diserbuk dengan menggunakan blender

dan diayak.

Pembuatan ekstrak etanol kulit buah delima. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan

metode maserasi. Simplisia sebanyak 1,5 kg direndam dengan 7 liter penyari

etanol 96% hingga terendam kira-kira di atas permukaan di dalam wadah tertutup

rapat. Kemudian rendaman disimpan selama 3 hari terlindung cahaya langsung,

Page 7: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

5

sambil sesekali diaduk. Setelah 3 hari, rendaman disaring menggunakan corong

Buchner, kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 60°C.

Setelah itu, diuapkan di atas penangas air hingga didapatkan ekstrak kental

kulit buah delima.

Pembuatan media. Media yang ditimbang untuk tiap liternya adalah sebagai

berikut: media MH 38 gram dan media BHI 37 gram, media MSA 74 gram.

Media kemudian dilarutkan dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit.

Pembuatan stok bakteri. Bakteri yang diambil dari stok bakteri digoreskan pada

media padat, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah bakteri

tumbuh, disimpan pada suhu 4°C sebagai stok bakteri.

Pewarnaan bakteri. Koloni bakteri diambil dengan ose steril dan digores pada

obyek gelas. Preparat dikeringkan di atas api spiritus, kemudian ditetesi formalin

1%, ditunggu 5 menit, dikeringkan lagi dan preparat siap dicat. Preparat digenangi

dengan cat Gram A selama 1-3 menit. Setelah itu cat dibuang tanpa dicuci dengan

air. Preparat kemudian digenangi dengan cat Gram B selama 0,5-1 menit. Setelah

itu cat dibuang dan preparat dicuci dengan air. Preparat kemudian ditetesi cat

Gram C sampai warna cat tepat dilunturkan. Selanjutnya preparat digenangi

dengan cat Gram D selama 1-2 menit, kemudian preparat dicuci dan dikeringkan

dalam udara kamar dengan posisi miring. Preparat diperiksa di bawah mikroskop

dengan pembesaran 100x.

Uji biokimia. Bakteri digoreskan pada agar garam manitol (MSA) dan

diinkubasikan pada 37°C selama 36 jam.

Pembuatan suspensi bakteri. Bakteri S. aureus dari stok bakteri diambil sebanyak

dua sampai tiga koloni menggunakan ose, lalu disuspensikan dalam 5 mL media

BHI cair dan diinkubasi menggunakan shaker incubator pada suhu 37°C dengan

kecepatan 200 rpm selama ± 2 jam. Suspensi bakteri kemudian disamakan

konsentrasinya dengan standar Mc. Farland (108 CFU/ml).

Uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik. Suspensi bakteri sebanyak 200 µl

diratakan pada cawan petri berisi media MH, kemudian beberapa disk antibiotik

(kloramfenikol, ampisilin, tetrasiklin, dan eritromisin) diletakkan di atasnya dan

Page 8: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

6

diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Diameter zona hambat di sekitar

disk diukur dan dibandingkan dengan standar resistensi bakteri terhadap masing-

masing antibiotik.

Pembuatan seri konsentrasi ekstrak etanol kulit delima. Seri konsentrasi ekstrak

etanol kulit delima yang digunakan untuk uji adalah 1,5 mg/disk, 2 mg/disk, 2,5

mg/disk, 3 mg/disk, dan 3,5 mg/disk. Seri konsentrasi dibuat dengan menimbang

ekstrak kental kulit buah delima sebesar 75 mg, 100 mg, 125 mg, 150 mg, dan

175 mg, kemudian masing-masing dilarutkan ke dalam 500 µL DMSO 100%.

Pembuatan seri konsentrasi kloramfenikol. Seri konsentrasi kloramfenikol yang

digunakan untuk uji adalah 10 µg/disk, 20 µg/disk, 30 µg/disk, 40 µg/disk, dan

50 µg/disk. Seri konsentrasi dibuat dengan menimbang kloramfenikol sebesar

0,5 mg, 1 mg, 1,5 mg, 2 mg, dan 2,5 mg, kemudian masing-masing dilarutkan ke

dalam 500 µL akuades steril.

Seri perbandingan kombinasi ekstrak etanol kulit delima dan kloramfenikol.

Kombinasi ekstrak etanol kulit delima dan kloramfenikol dibuat dengan

perbandingan 75:25; 50:50; dan 25:75 hingga volume total disk 10 µL.

Pengambilan ekstrak etanol kulit delima dan kloramfenikol berturut-turut

7,5 µL:2,5 µL, 5 µL:5 µL, dan 2,5 µL:7,5 µL.

Uji aktivitas antibakteri dengan metode disk difusi. Suspensi bakteri sebanyak

200 μL dengan konsentrasi 108

CFU/mL diratakan pada permukaan media MH

dalam cawan petri. Kemudian tiga kontrol (DMSO 100% sebagai kontrol pelarut,

kloramfenikol sebagai kontrol positif, dan ekstrak etanol kulit delima sebagai

kontrol ekstrak) dan tiga seri perbandingan konsentrasi kombinasi ekstrak etanol

kulit delima dan kloramfenikol diteteskan pada disk kosong 6 mm masing-masing

sebanyak 10 µL. Selanjutnya keenam disk yang telah berisi bahan uji, diletakkan

di permukaan media MH yang telah diberi suspensi bakteri. Preinkubasi

dilakukan pada suhu kamar selama 15 menit. Selanjutnya diinkubasi pada

temperatur 370C selama 24 jam, kemudian dilakukan pengamatan dengan

mengukur diameter zona hambat yang terbentuk.

Page 9: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

7

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Determinasi Tanaman. Determinasi bertujuan untuk memastikan identitas

tanaman yang digunakan. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri

morfologi tanaman sesuai dengan pustaka, yaitu Flora of Java karangan Backer

dan Van de Brink (1965) dan An Integrated System of Classification of Flowering

Plants karangan Dr. Arthur Cronquist (1981). Berdasarkan determinasi

didapatkan kunci determinasi yang menunjukkan bahwa tanaman yang diteliti

adalah spesies Punica granatum L. atau tanaman delima.

Penyarian Bahan. Hasil ekstraksi yang dihasilkan dari ekstrak etanol 96% kulit

buah delima sebanyak 86,27 g dan diperoleh rendemen 5,75%.

Pengecatan Gram. Pengecatan gram bertujuan untuk mengetahui golongan

bakteri, yaitu Gram positif atau Gram negatif. S. aureus menunjukkan warna

ungu, bulat, dan bergerombol. Warna ungu menunjukkan bahwa S. aureus

merupakan bakteri Gram positif. Teori Salton menjelaskan bahwa pada bakteri

Gram positif, pencucian dengan alkohol akan menyebabkan protein pada dinding

sel mengalami denaturasi sehingga pori-pori mengecil dan kompleks ungu kristal

iodium tetap terperangkap pada dinding sel sehingga bakteri berwarna ungu. Teori

lain menyebutkan bahwa susunan dinding sel bakteri Gram positif terdiri atas

lapisan peptidoglikan yang tebal sekali (kurang lebih 30 lapisan) sehingga

permeabilitas dinding sel bakteri Gram positif kurang dan kompleks ungu kristal

iodium tidak dapat keluar dari dinding sel (Radji, 2011).

Uji Biokimiawi. Uji biokimiawi dilakukan untuk mengetahui sifat dan

memastikan identitas bakteri. Uji sifat biokimiawi menggunakan media MSA

(Mannitol Salt Agar) yang mengandung 7,5% NaCl dan dapat menghambat

pertumbuhan bakteri selain S. aureus. S. aureus dapat hidup dan dapat

memfermentasi manitol dalam kadar NaCl yang cukup tinggi (Radji, 2011). Hasil

uji biokimia S. aureus sensitif dan multiresisten pada media MSA adalah terjadi

perubahan dari warna merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri

yang diuji memfermentasi manitol sehingga bakteri yang digunakan adalah benar

S. aureus.

Page 10: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

8

Uji Sensitivitas. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui sensitivitas bakteri

yang diuji terhadap antibiotik. Hasil yang diperoleh pada S. aureus menunjukkan

bahwa terdapat zona hambat di sekitar keempat disk antibiotik. Diameter zona

hambat pada ampisilin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan eritromisin berturut-turut

sebesar 29 mm, 16,5 mm, 17 mm, dan 15 mm. Setelah dibandingkan dengan

standar resistensi zona hambat antibiotik, menunjukkan bahwa S. aureus bersifat

sensitif terhadap antibiotik. Uji sensitivitas S. aureus multiresisten menunjukkan

bahwa bakteri resisten terhadap tiga antibiotik yang diujikan yaitu tetrasiklin,

eritromisin, dan ampisilin yang ditunjukkan dengan tidak adanya diameter zona

hambat pada ketiga antibiotik tersebut, sedangkan pada kloramfenikol terdapat

diameter zona hambat sebesar 21 mm sehingga S. aureus multiresisten masih

sensitif terhadap kloramfenikol. Bakteri dikatakan multiresisten apabila resisten

terhadap minimal dua antibiotik sehingga bakteri Staphylococcus aureus

multiresisten yang diuji benar-benar multiresisten terhadap antibiotik (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik

Disk Antibiotik

Standar

Resistensi

Zona Hambat

Antibiotik

(mm)

Staphylococcus aureus

Sensitif

Staphylococcus aureus

Multiresisten

Diameter

Zona Hambat

(mm)

Keterangan

Diameter

Zona Hambat

(mm)

Keterangan

Ampisilin 30 µg (AMP) ≤ 11 29 Sensitif - Resisten

Kloramfenikol 30 µg (C) ≤ 12 16,5 Sensitif 21 Sensitif

Tetrasiklin 30 µg (TE) ≤ 14 17 Sensitif - Resisten

Eritromisin 15 µg (E) ≤ 13 15 Sensitif - Resisten

Uji Pendahuluan. Uji pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi

ekstrak kulit buah delima dan kloramfenikol yang dapat menghambat

pertumbuhan S. aureus. Hasil uji ini akan digunakan pada uji kombinasi ekstrak

dan antibiotik. Metode yang digunakan pada uji pendahuluan ini adalah metode

Kirby Bauer. Hasil yang diamati pada metode ini adalah zona radikal (zona

bersih) yang terbentuk di sekitar disk yang mengindikasikan adanya hambatan

pertumbuhan bakteri.

Hasil dari kontrol negatif yang diuji adalah DMSO 100% dan akuades steril

tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus. Diameter zona hambat

yang didapatkan pada uji pendahuluan ekstrak kulit buah delima terhadap

S. aureus sensitif pada konsentrasi 1,5 mg/disk, 2 mg/disk, dan 2,5 mg/disk

Page 11: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

9

berturut-turut sebesar 8,4 mm, 9 mm, dan 10 mm. Sedangkan pada S. aureus

multiresisten didapatkan hasil diameter zona hambat pada konsentrasi 2 mg/disk,

2,5 mg/disk, 3 mg/disk dan 3,5 mg/disk berturut-turut sebesar 9,4 mm, 11,4 mm,

11,6 mm, dan 12 mm (Tabel 2). Konsentrasi ekstrak yang akan digunakan untuk

uji kombinasi terhadap S. aureus sensitif dan multiresisten adalah 2,5 mg/disk

karena merupakan konsentrasi terkecil yang mampu menghambat bakteri dengan

rentang zona hambat 10-20 mm.

Tabel 2. Hasil uji pendahuluan ekstrak etanol kulit buah delima terhadap Staphylococcus

aureus sensitif dan Staphylococcus aureus multiresisten (n=2)

Bahan Uji

Dimeter Zona Hambat ( x ± SD mm )

Staphylococcus aureus

sensitif

Staphylococcus aureus

multiresisten

DMSO 100% 6 (tidak ada hambatan) 6 (tidak ada hambatan)

Ekstrak 1,5 mg/disk 8,4 ± 0,2 Tidak dilakukan

Ekstrak 2 mg/disk 9 ± 0,7 9,4 ± 0,5

Ekstrak 2,5 mg/disk 10 ± 0,0 11,4 ± 0,2

Ekstrak 3 mg/disk Tidak dilakukan 11,6 ± 0,2

Ekstrak 3,5 mg/disk Tidak dilakukan 12 ± 0,4

Keterangan: Diameter zona hambat termasuk diameter disk 6 mm

Diameter zona hambat ekstrak etanol kulit buah delima terhadap S. aureus

multiresisten lebih besar daripada S. aureus sensitif. Meskipun biasanya aktivitas

antibiotik lebih besar terhadap bakteri yang sensitif dibandingkan bakteri yang

resisten, sensitivitas bakteri terhadap ekstrak yang berbeda tidak berhubungan

dengan sifat sensitif atau resistensi antibiotik antar spesies yang sama,

(Nascimento et al., 2000).

Tabel 3. Hasil uji pendahuluan kloramfenikol terhadap Staphylococcus aureus sensitif dan

Staphylococcus aureus multiresisten (n=2)

Bahan Uji

Dimeter Zona Hambat ( ± SD mm )

Staphylococcus aureus

sensitif

Staphylococcus aureus

multiresisten

Akuades 6 (tidak ada hambatan) 6 (tidak ada hambatan)

Kloramfenikol 10 µg/disk 10,8 ± 0,0 Tidak dilakukan

Kloramfenikol 20 µg/disk 11,5 ± 0,0 Tidak dilakukan

Kloramfenikol 30 µg/disk 13,5 ± 0,4 15 ± 0,0

Kloramfenikol 40 µg/disk Tidak dilakukan 15,3 ± 0,4

Kloramfenikol 50 µg/disk Tidak dilakukan 16 ± 0,0

Keterangan: Diameter zona hambat termasuk diameter disk 6 mm

Pada uji pendahuluan kloramfenikol terhadap S. aureus sensitif diperoleh

diameter zona hambat sebesar 10,8 mm, 11,5 mm, dan 13,5 mm pada konsentrasi

berturut-turut 10 µg/disk, 20 µg/disk, dan 30 µg/disk. Sedangkan hasil diameter

zona hambat pada S. aureus multiresisten pada konsentrasi 30 µg/disk,

40 µg/disk, dan 50 µg/disk berturut-turut adalah 15 mm, 15,3 mm, dan 16 mm.

x

Page 12: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

10

Konsentrasi kloramfenikol yang digunakan untuk uji kombinasi terhadap

S. aureus sensitif dan multiresisten adalah 30 µg/disk karena pada konsentrasi ini

S. aureus tidak bersifat resisten terhadap kloramfenikol dan beraktivitas

intermediet dalam menghambat S. aureus.

Uji Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Kulit Buah Delima dan

Kloramfenikol. Kombinasi antara antibiotik dan ekstrak tanaman dapat

menghasilkan efek sinergis atau antagonis (Mhanna, 2008). Uji kombinasi

terhadap Staphylococcus aureus sensitif pada perbandingan 25:75, 50:50, dan

75:25 menghasilkan diameter zona hambat berturut-turut sebesar 15,6 mm,

12,7 mm, dan 11,5 mm. Diameter zona hambat terbesar diperoleh dari konsentrasi

25:75. Pada perbandingan konsentrasi tersebut, volume kloramfenikol (7,5 µL)

lebih banyak dibandingkan volume ekstrak (2,5 µL) dan merupakan volume

kloramfenikol yang terbesar diantara ketiga perbandingan konsentrasi. Hal ini

mengindikasikan bahwa pembentukan diameter zona hambat didominasi oleh

kloramfenikol. Dari kontrol positif, yaitu ekstrak etanol kulit buah delima

2,5 mg/disk didapatkan zona hambat sebesar 9,9 mm dan pada kloramfenikol

30 µg/disk didapatkan zona hambat sebesar 16,8 mm. Hasil ini menunjukkan

bahwa kombinasi ekstrak etanol kulit buah delima dan kloramfenikol tidak

sinergis dalam menghambat S. aureus sensitif atau bersifat antagonis karena

diameter zona hambat pada ketiga kombinasi lebih kecil dibandingkan kontrol

kloramfenikol. Hasil pada S. aureus multiresisten juga tidak sinergis. Diameter

zona hambat pada perbandingan 25:75, 50:50, dan 75:25 berturut-turut sebesar

15,2 mm, 13,3 mm, dan 12,3 mm. Pada kontrol positif, yaitu ekstrak etanol kulit

buah delima 2,5 mg/disk dan kloramfenikol 30 µg/disk diperoleh diameter zona

hambat masing-masing sebesar 10,5 mm dan 16,7 mm (Tabel 4).

Hasil uji kombinasi yang diperoleh pada S. aureus sensitif dan S. aureus

multiresisten sama-sama tidak sinergis. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua

bakteri yang digunakan sama-sama bersifat sedang/intermediet terhadap antibiotik

yang digunakan pada uji kombinasi ekstrak dan antibiotik pada penelitian ini yaitu

kloramfenikol. Faktor yang mempengaruhi diameter zona hambat, diantaranya

jenis/sifat bakteri yang diuji (Nweze dan Eze, 2009). Walaupun bakteri yang satu

Page 13: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

11

adalah bakteri multiresisten, tetapi S. aureus multiresisten pada penelitian ini

bersifat resistent terhadap antibiotik selain kloramfenikol, yaitu ampisilin,

tetrasiklin, dan eritromisin.

Tabel 4. Hasil uji aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak kulit buah delima 2,5 mg/disk dan

kloramfenikol 30 µg/disk terhadap Staphylococcus aureus sensitif dan multiresisten (n= 3)

Bahan uji

Dimeter Zona Hambat ( x ± SD mm )

Staphylococcus aureus sensitif Staphylococcus aureus

multiresisten

DMSO 100% 6 (tidak ada hambatan) 6 (tidak ada hambatan)

Kombinasi 25:75 15,6 ± 0,8 15,7 ± 0,4

Kombinasi 50:50 12,7 ± 0,3 13,3 ± 1,5

Kombinasi 75:25 11,5 ± 0,5 12,3 ± 0,8

Ekstrak 2,5 mg/disk 9,9 ± 0,1 10,5 ± 0,5

Kloramfenikol 30 µg/disk 16,8 ± 0,3 16,7 ± 0,4

Keterangan: Diameter zona hambat termasuk diameter disk 6 mm

Berbeda dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, Braga et al.,

(2005) memperoleh hasil yang sinergis pada kombinasi ekstrak metanol buah

delima dan kloramfenikol pada 65,5% populasi S. aureus yang diuji. Perbedaan

tempat tumbuh tanaman, yaitu Brazil sebagai tempat asal tanaman delima pada

penelitian Braga et al. (2005) dan Indonesia sebagai tempat asal tanaman delima

pada penelitian ini, bisa menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan hasil ini.

Lokasi geografi dapat mempengaruhi produksi kandungan kimia ekstrak karena

pengaruh perbedaan musim sehingga menyebabkan perbedaan kandungan kimia

yang diperoleh dan berpengaruh pada aktivitas farmakologi dan kualitas ekstrak

(Biavatti, 2009).

Mekanisme aksi efek antagonisme sangat sedikit diteliti. Terdapat banyak

variasi interaksi yang mungkin terjadi diantara banyaknya senyawa kimia pada

tanaman. Senyawa aktif pada delima yang beraktivitas sebagai antibakteri adalah

ellagitannin (punicalagin) (Machado et al., 2002). Mathabe et al. (2006)

menyebutkan bahwa senyawa polar tanin, seperti gallotannin & ellagitannin pada

kulit buah delima adalah senyawa yang aktif sebagai antibakteri. Ellagitannin

merupakan senyawa dari golongan tanin (Ascacio-Valdes, et al., 2011) yang

bekerja dengan mengerutkan membran sel atau dinding sel bakteri sehingga

permeabilitas sel bakteri terganggu, akibatnya aktivitas hidup bakteri terganggu

dan menyebabkan pertumbuhannya terhambat hingga mati (Ajizah, 2004). Efek

sinergis kombinasi ekstrak tanaman dan antibiotik dapat disebabkan oleh efek

Page 14: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

12

efflux pump inhibitor (EPI) dari senyawa aktif tanaman. Efflux pump merupakan

salah satu mekanisme resistensi bakteri, yaitu mekanisme yang mentranspor

antibiotik keluar dari sel bakteri oleh protein membran (Dzidic et al., 2008)

sehingga mengurangi jumlah antibiotik di dalam sel bakteri (Li dan Nikaido,

2009). Efflux pump inhibitor bekerja dengan menghambat efflux pump sehingga

menyebabkan peningkatkan konsentrasi antibiotik di dalam sel bakteri (Askoura

et al., 2011). Konsentrasi kloramfenikol dalam sel bakteri dapat meningkat

apabila terjadi penghambatan efflux pump oleh senyawa ellagitannin dari delima

(Braga et al., 2005) sehingga dapat meningkatkan aktivitas antibakteri

kloramfenikol. Akan tetapi, ekstrak yang digunakan pada penelitian ini

merupakan ekstrak etanol yang juga menarik senyawa kurang polar (Kadi et al.,

2011) sehingga ellagitannin yang merupakan senyawa polar kurang maksimal

untuk diekstrak oleh penyari etanol. Hal ini karena senyawa tanin hanya sedikit

larut dalam etanol (Depkes RI, 1986).

Efek antibakteri yang ditunjukkan oleh ekstrak tanaman mungkin berkaitan

dengan beberapa kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak tanaman (Nweze

dan Eze, 2009). Neyestani et al. (2007) yang menyebutkan bahwa penambahan

2,5 mg ekstrak teh hitam pada disk ampisilin standar mempunyai efek yang paling

sinergis terhadap Streptococcus pyogenes, tetapi penambahan ekstrak teh hitam

pada disk antibiotik yang lain (amoksisilin dan sefaleksin) dan dengan jumlah

ekstrak yang lebih rendah dapat menghasilkan efek yang antagonis terhadap

Streptococcus pyogenes. Jumlah senyawa yang efektif sebagai antibakteri, seperti

asam galat mungkin terlalu sedikit pada konsentrasi rendah ekstrak teh hitam

(Neyestani et al. 2007). Berdasarkan penelitian Neyestani et al. (2007), jumlah

senyawa yang aktif sebagai antibakteri kemungkinan dapat berpengaruh pada efek

antagonisme. Pada penelitian ini, sedikitnya jumlah ellagitannin yang terekstrak

mungkin menjadi penyebab efek antagonis dari kombinasi ekstrak etanol kulit

buah delima dan kloramfenikol terhadap Staphylococcus aureus sensitif dan

multiresisten.

Page 15: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

13

Kesimpulan

1. Kombinasi ekstrak etanol kulit buah delima (Punica granatum L.) dan

kloramfenikol pada perbandingan 25:75, 50:50, dan 75:25 mempunyai

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus sensitif dan multiresisten

antibiotik.

2. Kombinasi ekstrak etanol kulit buah delima (Punica granatum L.) dan

kloramfenikol menghasilkan efek yang tidak sinergis terhadap Staphylococcus

aureus sensitif dan multiresisten antibiotik.

Saran

1. Perlu digunakan bahan penyari yang berbeda untuk kulit buah delima yaitu air

dan dilakukan uji aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak air kulit buah

delima (Punica granatum L.) dan kloramfenikol terhadap Staphylococcus

aureus sensitif dan multiresisten antibiotik.

2. Perlu dilakukan isolasi senyawa aktif dari kulit buah delima (Punica granatum

L.) yang mempunyai aktivitas antibakteri dan dilakukan uji aktivitas

antibakteri kombinasi senyawa akt i f ( ellagi tannin ) dan kloramfenikol

terhadap Staphylococcus aureus sensitif dan multiresisten antibiotik.

DAFTAR ACUAN

Abdollahzadeh, S., Mashouf, R. Y., Mortazavi, H., Moghaddam, M. H.,

Roozbahani, N., & Vahedi, M., 2011, Antibacterial and Antifungal

Activities of Punica granatum Peel Extracts Against Oral Pathogens,

Journal of Dentistry, Tehran University of Medical Sciences, 8 (1), 1-6.

Adegoke, A. A. & Okoh, A. I., 2011, The in Vitro Effect of Vancomycin on

Multidrug Resistant Staphylococcus aureus from Hospital currency notes,

African Journal of Microbiology Research, 5 (14), 1881-1887.

Ajizah, A., 2004, Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun

Psidium guajava L., Bioscientiae, 1 (1), 31-38.

Ascacio-Valdes, J. A., Buenrostro-Figueroa, J. J., Aguilera-Carbo, A., Prado-

Barragan, A., Rodriguez-Herrera, R., & Aguilar, C. N., 2011,

Page 16: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

14

Ellagitannins: Biosynthesis, Biodegradation and Biological Properties,

Journal of Medicinal Plants Research, 5 (19), 4696-4703.

Askoura, M., Mottawea, W., Abujamel, T., & Taher, I., 2011, Efflux Pump

Inhibitors (EPIs) as New Antimicrobial Agents Against Pseudomonas

aeruginosa, Libyan J Med, , 6, 5870.

Biavatti, M. W., 2009, Synergy: an Old Wisdom, a New Paradigm for

Pharmacotherapy, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 45 (3),

371-378.

Braga, L. C., Leite, A. A. M., Xavier, K. G. S., Takahashi, J. A., Bemquerer, M.

P., Chartone-Souza, E., et al., 2005, Synergic Interaction Between

Pomegranate Extract and Antibiotics Against Staphylococcus aureus, Can.

J. Microbiol, 51, 541–547.

Cronquist, A., 1981, An Integrated System of Classification of Flowering Plants,

477, New York, Columbia University Press.

Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, 10-11, Departemen Kesehatan Republik,

Jakarta, Indonesia.

Dzidic, S., Suskovic, J., Kos, B., 2008, Antibiotic Resistance Mechanisms in

Bacteria: Biochemical and Genetic Aspects, Food Technol. Biotechnol, 46

(1), 11–21.

Gilman, A. G., 2008, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10,

diterjemahkan oleh tim alih bahasa Sekolah Farmasi ITB, 1117, Jakarta,

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hertiani T., Palupi, I. S., Sanliferianti, & Nurwindasari, H. D., 2003, Uji Potensi

Antimikroba terhadap S. aureus, E. coli, Shigella dysentriae, dan Candida

albicans dari Beberapa Tanaman Obat Tradisional untuk penyakit Infeksi,

Jurnal Farmasi Indonesia Pharmacon, 4 (2), 89-95.

Jawetz, E., Melnick, & Adelberg, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, 234-235, 317-

318, 321, Jakarta, Penerbit Salemba Medika.

Jayaraman, P., Sakharkar, M. K., Lim, C. S., Tang, T. H., & Sakharkar, K.R.,

2010, Activity and Interaction of Antibiotic and Phytochemical

Combination Againts Psudomonas aeruginosa, International Journal of

Biological Sciences, 6 (6), 556-568.

Kadi, H., Moussaoui, A., Benmehdi, H., Lazouni, H. A., Benayahia, A. & Nahal

bouderba, N., 2011, Antibacterial Activity of Ethanolic and Aqueous

Extracts of Punica granatum L. Bark, Journal of Applied Pharmaceutical

Science, 1 (10), 180-182.

Page 17: AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KULIT

15

Li, X-Z. & Nikaido, H., 2009, Efflux-Mediated Drug Resistance in Bacteria: an

Update, Drugs, 69 (12), 1555–1623.

Machado, T. D. B., Leal, I. C. R., Amaral, A. C. F., Santos, K. R. N. D., Silva, M.

G. D., Kuster, R. M., 2002, Antimicrobial Ellagitannin of Punica granatum

Fruits, J. Braz. Chem. Soc., 13 (5), 606-610.

Mathabe, M. C., Nikolova, R. V., Lall, N., Nyazema, N. Z., 2006, Antibacterial

Activities of Medicinal Plants Used for The Treatment of Diarrhea in

Limpopo Province, Journal of Ethnopharmacology, 105 (1-2), 286-293.

Mhanna, M. L., 2008, Synergetic Effects of Plant Extracts and Antibiotics on

Staphylococcus aureus Strains Isolated from Clinical Specimens, Tesis,

Faculty of Graduate Studies, An-Najah National University, Palestine.

Nascimento, G. G. F., Locatelli, J., Freitas, P. C., Silva, G. L., 2000, Antibacterial

Activity of Plant Extracts and Phytochemicals on Antibiotic Resistant

Bacteria, Brazilian Journal of Microbiology, 31, 247-256.

Neal, M. J., 2006, At a Glance Farmakologis Medis, Edisi kelima, diterjemahkan

oleh Safitri, A., 81, 83-84, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Nweze, E. I., & Eze, E. E., 2009, Justification for The Use of Ocimum

gratissimum L. in Herbal Medicine and Its Interaction with Disc

Antibiotics, BMC Complementary and Alternative Medicine, 9, 37.

Neyestani, T. R., Khalaji, N., & Gharavi, A., 2007, Black and Green Teas May

Have Selective Synergistic or Antagonistic Effects on Certain Antibiotics

Against Streptococcus pyogenes in Vitro, Journal of Nutritional &

Environmental Medicine, 16 (3-4), 258-266.

Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran, 180-181, 184-185, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Siswandono & Soekardjo, H., 2008, Kimia Medisinal, Surabaya, Airlangga

University Press.

Tjay, T. H. & Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, Edisi 6, 65, Jakarta, PT.

Gramedia.

Waluyo, L., 2004, Mikrobiologi Umum, Malang, UMM press.