31
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON (Falcataria moluccana (L) Nielsen) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli MERRY DELVIA ELSAS DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON

(Falcataria moluccana (L) Nielsen) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

MERRY DELVIA ELSAS

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas
Page 3: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Daun Sengon (Falcataria moluccana (L) Nielsen) terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Merry Delvia Elsas

NIM G84090062

Page 4: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

4

Page 5: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

5

ABSTRAK

MERRY DELVIA ELSAS. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sengon

(Falcataria moluccana (L) Nielsen) terhadap Bakteri Stahylococcus aureus dan

Escherichia coli. Dibimbing oleh SYAMSUL FALAH dan HUSNAWATI.

Penyakit infeksi banyak diderita oleh masyarakat dan terus berkembang dari

waktu ke waktu dalam dunia kesehatan. Penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa daun sengon memiliki senyawa fitokimia dan diduga berpotensi sebagai

antibakteri. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas senyawa antibakteri ekstrak

daun sengon pada bakteri S. aureus dan E. coli menggunakan metode sumur agar.

Ekstrak daun sengon yang digunakan adalah hasil ekstraksi dari pelarut akuades,

etanol 70%, etanol 96%, dan etil asetat. Konsentrasi yang digunakan sebesar 50,

100, 150, 200, 250, dan 300 mg/mL untuk setiap pelarut. Hasil uji menunjukkan

bahwa ekstrak akuades belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang

diuji, sedangkan ekstrak etil asetat dan etanol menunjukkan adanya aktivitas

antibakteri. Aktivitas antibakteri paling besar ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat

pada konsentrasi 300 mg/mL. Diameter zona hambat yang terbentuk pada bakteri

S. aureus dan E. coli adalah sebesar 6.90 mm dan 4.97 mm dan masih termasuk

dalam kategori sedang. Hasil analisis statistik menggunakan program SPSS 16.

for windows menunjukkan bahwa perbedaan dari pelarut dan variasi konsentrasi

yang diujikan pada taraf nyata 95%, keduanya memberikan pengaruh yang nyata

terhadap diameter zona hambat bakteri.

Kata kunci: Antibakteri, E. coli, Falcataria moluccana (L) Nielsen, S. aureus

ABSTRACT

MERRY DELVIA ELSAS. Antibacterial activity of Falcataria mioluccana (L)

Nielsen leafs extract of Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Supervised

by SYAMSUL FALAH and HUSNAWATI.

Disease by infection is most suffered by people and developed from time to

time in medicines. The last research showed that Falcataria moluccana leafs had

fitochemical compounds and potential as antibactery. The research aimed to study

the antibacterial compounds activity of Falcataria moluccana leafs extract at S.

aureus and E. coli with gel diffusion (well method). The leafs used in this

research were leaf extract from extraction of aquades, ethanol 70%, ethanol 96%,

and ethyl acetate. The concentrations were 50, 100, 150, 200, 250, and 300

mg/mL for each solvents. The result showed that aquades extract could not inhibit

the growth of bacteria, while ethyl acetate and ethanol extracts showed

antibacterial activity. The largest antibacterial activity showed by ethyl acetate

extract at concentration 300 mg/mL with inhibiton areas 6.90 and 4.97 mm for S.

aureus and E. coli. This values included in medium category. The result of

Analysis of Variance with SPSS 16. program for windows showed that variance of

solvents and concentration were significantly difference for inhibition areas.

Keywords: antibactery, E. coli, Falcataria moluccana (L) Nielsen, S. aureus

Page 6: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

6

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON

(Falcataria moluccana (L) Nielsen) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

MERRY DELVIA ELSAS

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 7: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sengon (Falcataria moluccana (L)

Nielsen) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

Nama : Merry Delvia Elsas

NIM : G84090062

Disetujui oleh

Dr Syamsul Falah, SHut, MSi

Pembimbing I

dr Husnawati

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

9

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun

Sengon (Falcataria moluccana (L) Nielsen) berhasil diselesaikan. Karya ilmiah

ini memberikan deskripsi mengenai topik penelitian yang telah dilakukan penulis

sejak bulan September 2013 sampai Januari 2014 di Laboratorium Penelitian

Biokimia, Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Syamsul Falah, SHut, MSi

selaku pembimbing utama dan dr Husnawati selaku pembimbing kedua yang telah

membimbing dan memberikan arahan serta motivasi selama penulisan karya tulis

ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf laboratorium Biokimia

dan rekan-rekan Biokimia terutama rekan kerja penelitian (Devi Ayu, Eva, Zia

dan Dwi) atas bantuan dan saran yang diberikan selama pelaksanaan penelitian.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Hajri, ibunda

Indrawati, Novebri Ocsen, Muhammad Hafizh, Muhammad Hanif dan Hario

Teddy Kusumanto SHut, yang selalu memberikan bantuan ataupun doa dan kasih

sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

Merry Delvia Elsas

Page 9: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

10

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL 5

Kadar Air dan Rendemen 5

Analisis Fitokimia 5

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sengon 6

Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) 8

PEMBAHASAN 8

Kadar Air dan Rendemen Hasil Ekstraksi 8

Analisis Fitokimia 10

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sengon dan KHTM 12

SIMPULAN 14

SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 21

Page 10: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

11

DAFTAR TABEL

1. Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun sengon 5

2. Hasil uji fitokimia 6

DAFTAR GAMBAR

1 Diameter zona hambat bakteri S. aureus 7

2 Diameter zona hambat bakteri E. coli 7

3 Diameter zona hambat (KHTM) bakteri S. aureus 8

4 Diameter zona hambat (KHTM) bakteri E. coli 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kadar air simplisia daun sengon 17

2 Rendemen ekstrak daun sengon 17

3 Diameter zona hambat pada bakteri S. aureus 17

4 Diameter zona hambat pada bakteri E. coli 17

5 Hasil Analisis statistik pada bakteri S. aureus 17

6 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pelarut dan konsentrasi 18

7 Hasil Analisis statistik pada bakteri E. coli 18

8 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pelarut dan konsentrasi 19

9 Dokumentasi penelitian uji fitokimia 19

10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas antibakteri 20

11 Dokumentasi penelitian uji KHTM 20

Page 11: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

1

PENDAHULUAN

Masalah penanggulangan dan pengobatan penyakit tidak akan pernah

berhenti dan terus berkembang sejalan dengan kemajuan peradaban manusia.

Salah satu penyebab penyakit adalah bakteri. Bakteri tertentu diketahui

merupakan mikrob penyebab penyakit (patogen) bagi manusia maupun makhluk

hidup lainnya. Upaya yang telah dilakukan untuk melawan bakteri patogen adalah

dengan ditemukannya senyawa antibakteri. Salah satu zat antibakteri yang banyak

digunakan adalah antibiotik. Antibiotik ini ada yang berasal dari hasil metabolit

sekunder mikroorganisme dan ada yang digunakan dalam bentuk turunannya yang

telah mengalami proses pengolahan. Hal ini bertujuan meningkatkan aktivitas

kerja dan efektivitas antibiotik. Penggunaan antibiotik dapat menimbulkan efek

negatif seperti timbulnya resistensi bakteri. Upaya pencarian senyawa antibakteri

dari alam diharapkan mampu mengurangi pengaruh negatif antibiotik (Absor

2006).

Tanaman yang diduga mempunyai potensi sebagai antibakteri adalah daun

sengon (Falcataria moluccana (L) Nielsen). Pohon sengon termasuk dalam famili

Leguminoseae yang merupakan jenis pohon yang dikembangkan dalam program

Hutan Tanaman Industri dan termasuk komoditas utama di Indonesia (Purwanto

2007). Selama ini pemanfaatan sengon baru terbatas pada kayunya saja. Pada

umumnya, kayu sengon dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan peti

kemas, batang korek api, perabot rumah tangga dan lainnya. Bahkan permintaan

akan kayu sengon semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena

kayu sengon bernilai komersial yang tinggi. Di samping itu, belum banyak yang

mengetahui manfaat daun sengon terutama dalam bidang kesehatan, seperti

potensi antibakteri dari daun sengon.

Menurut penelitian Eleanore (2013) ekstrak daun sengon ternyata

memiliki senyawa fitokimia. Senyawa ini dikenal sebagai senyawa metabolit

sekunder yang diduga memiliki aktivitas antibakteri seperti alkaloid, saponin,

tanin, fenolik, flavonoid, dan triterpenoid (Harahap 2006). Menurut Sabir (2005)

disebutkan bahwa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas

dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara

flavonoid dengan DNA bakteri. Adapun menurut Ngemenya et al. (2006),

flavonoid memiliki sifat lipofilik sehingga memungkinkan untuk merusak

membran sel bakteri. Senyawa tanin diduga berhubungan dengan kemampuannya

dalam menginaktivasi adhesin mikroba, enzim, dan protein transport pada

membran sel. Selain itu, senyawa terpen atau terpenoid diketahui dapat bersifat

aktif terhadap bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Mekanisme antimikrobial

senyawa terpen diduga terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa

lipofilik. Pernyataan ini diperkuat oleh Sugiharti (2007) yang mengatakan bahwa

kandungan alkaloid, steroid, dan tanin mempunyai sifat aktif sebagai antibakteri

dari suatu tanaman.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk

melihat potensi antibakteri dari ekstrak daun sengon (Falcataria moluccana (L)

Nielsen). Penilitian ini dilakukan secara in vitro menggunakan metode sumur

agar. Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengarah kepada pemanfaatan

daun sengon di bidang pengobatan terutama sebagai antibakteri. Penelitian ini

bertujuan menguji aktivitas senyawa antibakteri dari ekstrak daun sengon

Page 12: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

2

terhadap bakteri Gram positif Staphylococcus aureus dan bakteri Gram negatif

Escherichia coli. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai aktivitas antibakteri daun sengon. Selain itu hasil penelitian ini dapat

memberikan informasi kepada masyarakat bahwa tanaman ini bermanfaat sebagai

antibakteri sehingga dapat meningkatkan nilai guna tanaman tersebut.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 hingga Januari 2014.

Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Laboratorium Biokimia, Departemen

Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Bogor.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer, inkubator, oven,

autoklaf, shaker, lemari es, cawan porselin, cawan petri, jarum ose, pipet mikro,

neraca analitik, alumunium foil, kapas, kertas saring, pipet tetes, jangka sorong

dan peralatan gelas lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia daun

sengon, akuades, etanol 70%, etanol 96%, etil asetat, pereaksi-pereaksi pada uji

fitokimia, isolat Staphylococcus aureus, isolat Escherichia coli, media cair

nutrient broth (NB), media padat nutrient agar (NA), antibiotik kloramfenikol,

dan DMSO. Simplisia sengon diambil dari pohon sengon yang berusia 3-4 tahun

yang berlokasi di Jalan Lingkar perwira belakang BULOG, Dramaga, Bogor.

Prosedur Penelitian

Persiapan sampel (Eleanore 2013)

Ekstraksi air. Ekstraksi daun sengon menggunakan metode perebusan

dengan pelarut air. Simplisia daun sengon dan air direbus. Sebanyak 100 g

simplisia ditambahkan akuades dengan perbandingan 1:10. Ekstraksi dengan air

panas dilakukan pada temperatur 100oC selama 2 jam. Selanjutnya larutan

disaring dan filtratnya dikeringkan dengan menggunakan rotary evaporator pada

suhu 60ºC hingga diperoleh ekstrak kental.

Ekstraksi etanol 70%. Simplisia sengon diekstraksi dengan perbandingan

1:10 antara sampel dengan pelarut. Ekstraksi menggunakan metode maserasi

selama 6 jam sambil sekali-sekali diaduk dengan shaker orbital, kemudian ekstrak

didiamkan selama 24 jam. Maserat yang didapat difiltrasi dan proses diulangi tiga

kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak

kental.

Ekstraksi etanol 96%. Simplisia sengon diekstraksi dengan perbandingan

1:10 antara sampel dengan pelarut. Ekstraksi menggunakan metode maserasi

selama 6 jam sambil sekali-sekali diaduk dengan shaker orbital, kemudian ekstrak

Page 13: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

3

didiamkan selama 24 jam. Maserat yang didapat difiltrasi dan proses diulangi tiga

kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak

kental.

Ekstraksi etil asetat. Simplisia sengon diekstraksi dengan perbandingan

1:10 antara sampel dengan pelarut. Ekstraksi menggunakan metode maserasi

selama 6 jam sambil sekali-sekali diaduk dengan shaker orbital, kemudian ekstrak

didiamkan selama 24 jam. Maserat yang didapat difiltrasi dan proses diulangi tiga

kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak

kental.

Penentuan Kadar Air dan Rendemen Terkoreksi (AOAC 2005)

Kadar air ditentukan dengan mengeringkan simplisia dalam oven bersuhu

105oC selama 3 jam dan selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 15

menit. Simplisia ditimbang dan perlakuan ini dilakukan berulang-ulang sampai

diperoleh bobot yang konstan dengan waktu pengeringan selanjutnya adalah 1

jam. Pinggan porselin yang digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu dalam

oven bersuhu 105oC selama 30 menit dan didinginkan dalam desikator. Pinggan

ini kemudian ditimbang bobot kosongnya. Nilai kadar air dan rendemen

terkoreksi ekstrak berturut-turut dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

a = bobot cawan kosong, b = bobot cawan + sampel, c = bobot cawan akhir

Keterangan : a = bobot ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi, b = nilai kadar air, w = bobot simplisia

awal

Analisis Fitokimia (Harborne 2006)

Uji Alkaloid. Sebanyak 0.1 g ekstrak etil asetat daun sengon ditambahkan

1 mL HCl 2 N dan 9 mL akuades panas lalu dipanaskan selama 2 menit. Setelah

dingin. filtrat disaring dan dibagi menjadi dua tabung kecil. Tabung pertama

ditambahkan pereaksi Bauchardat dan tabung kedua pereaksi Dragendrauf.

Terbentuknya endapan coklat hingga kehitaman dan endapan putih menunjukkan

hasil positif pada pereaksi Bauchardat dan Dragendrauf.

Uji Saponin. Sebanyak 0.1 g ekstrak etil asetat daun sengon ditambahkan

5 mL akuades dan dipanaskan selama lima menit. Setelah itu ekstrak disaring dan

filtratnya dikocok. Adanya saponin ditunjukkan dengan timbulnya busa selama ±

10 menit.

Uji Tanin. Sebanyak 0.1 g ekstrak etil asetat daun sengon ditambahkan 5

mL akuades kemudian didihkan selama beberapa menit. Filtrat disaring dan

ditambahkan FeCl3 1%. Perubahan warna menjadi warna biru tua atau hitam

kehijauan yang terbentuk menunjukkan hasil positif adanya senyawa tanin pada

ekstrak daun sengon yang diujikan.

Page 14: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

4

Uji Triterpenoid dan Steroid. Sebanyak 0.1 gram ekstrak etil asetat daun

sengon ditambahkan 2 mL etanol. lalu dipanaskan dan disaring. Filtrat hasil

penyaringan diuapkan hingga kental dan ditambahkan 1 mL eter, 3 tetes asam

asetat anhidrat, dan 1 tetes H2SO4 pekat. Warna merah atau ungu menunjukkan

adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.

Uji Fenolik dan Flavonoid. Sebanyak 0.1 g ekstrak etil asetat daun

sengon ditambahkan 2 mL metanol lalu dipanaskan sebentar dan disaring. Filtrat

hasil penyaringan dibagi menjadi dua, tabung pertama ditambahkan NaOH 10%

dan tabung kedua ditambahkan H2SO4 pekat. Warna jingga kemerahan yang

terbentuk menunjukkan adanya senyawa fenolik, sedangkan warna merah hingga

kecoklatan menunjukkan hasil positif untuk senyawa flavonoid.

Pembuatan Media (Inayati 2007)

Pembuatan Media Nutrient Agar (NA). Media ini merupakan media

agar miring. Sebanyak 2.3 g NA dilarutkan dalam 100 mL akuades lalu

dipanaskan dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer sampai homogen.

Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL. kemudian

ditutup dengan kapas dan alumunium foil. Media disterilkan dengan autoklaf pada

tekanan 1.5 atm. dengan suhu 121oC selama 15 menit. Tabung-tabung tersebut

dimiringkan sebelum mengeras dan dibiarkan selama 24 jam.

Pembuatan Media Nutrient Broth (NB). Sebanyak 0.8 g media NB

dilarutkan dalam 100 mL akuades, kemudian dipanaskan dan diaduk dengan

magnetic stirrer sampai homogen. Sebanyak 10 mL larutan tersebut dimasukkan

ke dalam labu erlenmeyer dan ditutup dengan kapas dan alumunium foil. Media

disterilkan dengan autoklaf pada tekanan 1.5 atm, suhu 121oC selama 15 menit.

Regenerasi Bakteri (Inayati 2007)

Bakteri dibiakkan pada agar miring steril lalu diinkubasi pada 37oC selama

24 jam. Biakan tersebut diambil satu ose dan diinokulasikan ke labu erlenmeyer

yang berisi 10 mL media cair NB steril. Biakan diinkubasi pada inkubator

bergoyang selama 24 jam pada suhu 37oC. Setiap akan memindahkan biakan

bakteri ke media padat NA, dilakukan pengukuran nilai Optical Density pada

setiap bakteri yang akan diuji.

Pengujian Aktivitas Antibakteri (Inayati 2007)

Biakan bakteri yang telah diukur Optical Density (OD) diambil sebanyak

50 µL dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Biakan tersebut dicampurkan

dengan media NA cair (± 45oC) lalu didinginkan pada suhu kamar sampai

menjadi padat. Media dilubangi dengan menggunakan pangkal pipet tetes steril

(diameter ± 5 mm). Ekstrak daun sengon yang akan diuji dengan berbagai

konsentrasi dimasukkan ke dalam lubang tersebut sebanyak 50 µL dan diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37oC. Kontrol positif yang digunakan adalah

kloramfenikol 100 µg/mL dan kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO.

Variasi konsentrasi ekstrak daun sengon yang akan diuji aktivitas antibakterinya

adalah 50, 100, 150, 200, 250, dan 300 mg/mL. Pengujian dilakukan pada ekstrak

air, ekstrak etanol 70%, ekstrak etanol 96%, dan ekstrak etil asetat daun sengon

dengan tiga kali pengulangan. Aktivitas antibakteri diperoleh dengan mengukur

Page 15: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

5

zona bening yang menunjukkan bakteri tidak tumbuh disekitar lubang yang berisi

ekstrak sampel dengan menggunakan jangka sorong, minimal empat kali

pengukuran diagonal dan nilainya dirata-ratakan. Hasil diameter zona bening yang

diukur sebelumnya dikurangi terlebih dahulu dengan diameter sumur. Selanjutnya

untuk menentukan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM), konsentrasi

ekstrak diturunkan menjadi 5, 10, 20, 30, dan 40 mg/mL dengan prosedur yang

sama dengan uji aktivitas antibakteri yang telah dilakukan sebelumnya.

Pengukuran KHTM bertujuan menentukan konsentrasi terkecil dari ekstrak yang

masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji.

Analisis Statistik (Mattjik dan Sumertajaya 2006)

Analisis statistik yang digunakan adalah rancangan percobaan dua faktor

dalam rancangan Split-Plot Design Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model

rancangannya:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Yijk = diameter zona hambat pada pelarut ke-i. konsentrasi ke-j. dan ulangan ke-k

µ = pengaruh rataan umum

αi = pengaruh utama faktor A (pelarut)

βj = pengaruh utama faktor B (konsentrasi)

αβij = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B

εijk = pengaruh galat

Rancangan ini digunakan pada nilai diameter zona hambat pada pengujian

aktivitas antibakteri. Data yang diperoleh dianalisis dengan program SPSS.16

pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05. Pengujian lanjut dilakukan uji

lanjut Duncan.

HASIL

Kadar Air dan Rendemen

Hasil pengukuran kadar air dari simplisia daun sengon dan nilai rendemen

ekstrak dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai kadar air yang diperoleh adalah sebesar

6.17%. Selanjutnya, nilai rendemen ekstrak terbesar yaitu pada pelarut etanol

96% sebesar 7.34%.

Tabel 1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun sengon

Sampel Kadar Air Simplisia (%) Pelarut Rendemen Ekstrak (%)

Daun Sengon 6.17

Akuades 3.77

Etanol 70% 6.22

Etanol 96% 7.34

Etil Asetat 3.21

Analisis Fitokimia

Hasil uji fitokimia dari ekstrak daun sengon yang menggunakan pelarut

akuades, etanol 70% dan etanol 96% diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya

Page 16: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

6

oleh Eleanore (2013). Hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa hanya

senyawa alkaloid yang tidak ditemukan pada ekstrak dari pelarut air. Hasil

analisis kualitatif fitokimia pada ekstrak etil asetat menunjukkan adanya senyawa

fitokimia yang diujikan (Tabel 2), hal ini dapat dilihat dari perubahan warna dan

endapan yang terbentuk saat pengujian.

Tabel 2 Hasil uji fitokimia

Jenis Uji Air* Etanol 70%* Etanol 96%* Etil Asetat

Alkaloid - + + +

Saponin + + + +

Flavonoid + + + +

Tanin dan Fenol + + + +

Steroid dan Triterpenoid + + + +

Keterangan : * (Eleanore 2013), + (terdapat senyawa), - (tidak terdapat senyawa)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sengon

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan terhadap dua jenis bakteri yaitu

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pelarut yang digunakan adalah

akuades, etanol 70%, etanol 96%, dan etil asetat, sedangkan konsentrasi yang

digunakan pada tiap pelarutnya adalah 50, 100, 150, 200, 250, dan 300 mg/mL

dengan tiga kali pengulangan. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak

daun sengon menunjukkan hasil yang berbeda dari tiap pelarut dan konsentrasi

yang diujikan.

Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri S. aureus dapat

dilihat pada Gambar 1. Nilai aktivitas antibakteri tertinggi pada bakteri uji S.

aureus ada pada pelarut etil asetat konsentrasi 300 mg/mL dengan diameter zona

hambat sebesar 6.90 mm dan aktivitas terendah pada pelarut akuades konsentrasi

200 mg/mL dengan diameter zona hambat sebesar 0.06 mm. Kontrol positif

menggunakan antibiotik kloramfenikol 100 µg/mL membentuk zona hambat

sebesar 16 mm pada bakteri S. aureus, sedangkan kontrol negatif yang

menggunakan DMSO tidak terbentuknya zona bening yang menunjukkan tidak

terdapatnya aktivitas antibakteri. Selanjutnya hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa perbedaan pelarut dan variasi konsentrasi yang digunakan pada pengujian

memberikan nilai yang berpengaruh nyata terhadap diameter zona hambat yang

terbentuk pada taraf α 0.05. Hasil uji lanjut Duncan pada bakteri S. aureus

menunjukkan bahwa setiap pelarut memiliki nilai yang berbeda nyata terhadap

diameter zona hambat bakteri. Uji lanjut Duncan terhadap variasi konsentrasi uji

menunjukkan bahwa konsentrasi 300 mg/mL merupakan konsentrasi yang paling

berbeda nyata dari konsentrasi lainnya terhadap hasil diameter zona hambat yang

terbentuk.

Hasil pengukuran diameter zona hambat pada bakteri E. coli dapat dilihat

pada Gambar 2. Nilai aktivitas antibakteri tertinggi dan terendah pada bakteri uji

E. coli ada pada pelarut etil asetat konsentrasi 300 mg/mL dengan diameter zona

hambat sebesar 4.97 mm dan pelarut akuades konsentrasi 250 mg/mL dengan

diameter zona hambat sebesar 0.11 mm. Kontrol positif menggunakan antibiotik

kloramfenikol 100 µg/mL membentuk zona hambat sebesar 9 mm pada bakteri E.

coli, sedangkan kontrol negatif menggunakan DMSO tidak terbentuknya zona

bening yang menunjukkan tidak terdapatnya aktivitas antibakteri.. Hasil uji lanjut

Page 17: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

7

Duncan pada bakteri E. coli menunjukkan bahwa setiap pelarut dan konsentrasi

uji memiliki nilai yang saling berbeda nyata terhadap diameter zona hambat

bakteri yang dihasilkan.

Nilai kontrol positif tidak disajikan pada grafik dikarenakan perbedaan

nilai yang cukup jauh dengan hasil bahan yang diujikan. Selain itu nilai kontrol

positif juga tidak diikutsertakan dalam analisis statistik. Analisis statistik hanya

dilakukan pada pelarut dan konsentrasi yang diujikan terhadap dua bakteri uji.

Gambar 1 Diameter zona hambat bakteri S. aureus. Ekstrak etil asetat , ekstrak

etanol 96% , ekstrak etanol 70% , ekstrak akuades .

Gambar 2 Diameter zona hambat bakteri E. coli. Ekstrak etil asetat , ekstrak

etanol 96% , ekstrak etanol 70% , ekstrak akuades .

3.05

0.33a 3.13

0.53ab

3.65

0.73b

4.09

0.08c

4.78

0.29c

6.90

0.61d

0.70

0.26a

1.37

0.63ab 1.64

0.92b

2.63

0.35c 2.67

0.36c

3.26

0.59d

0.23

0.32a 0.67

0.25ab

1.00

0.00b 1.24

0.05c

1.48

0.02c 1.79

0.10d

0.06

0.05c 0.10

0.00c 0.11

0.03d

0

1

2

3

4

5

6

7

8

50 100 150 200 250 300

2.00

0.00a

2.60

0.35b

3.33

0.06c

4.33

0.06d 4.60

0.00e

4.97

0.06f

1.03

0.06a 1.23

0.06b 1.70

0.00c

1.85

0.00d 2.08

0.07e

2.80

0.23f

0.60

0.10a 1.00

0.00b

1.33

0.06c 1.53

0.08d

1.87

0.15e 2.16

0.17f

0.11

0.03e 0.11

0.02f

0

1

2

3

4

5

6

7

8

50 100 150 200 250 300

Page 18: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

8

Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

Pengujian konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM) dilakukan untuk

menentukan konsentrasi terkecil pada ekstrak daun sengon yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga tidak dilakukan analisis statistik pada

hasil pengujian ini. Ekstrak yang diujikan adalah ekstrak dari pelarut etanol 70%,

etanol 96%, dan etil asetat dengan konsentrasi 5, 10, 20, 30, dan 40 mg/mL.

Ekstrak dari pelarut akuades tidak dilakukan pada pengujian ini karena

sebelumnya pelarut akuades tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.

aureus dan E. coli pada konsentrasi 150 mg/mL dan 200 mg/mL. Hasil uji KHTM

pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dapat dilihat pada

Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3 Diameter zona hambat minimum S. aureus. Ekstrak etil asetat ,

ekstrak etanol 96% , ekstrak etanol 70% .

Gambar 4 Diameter zona hambat minimum E. coli. Ekstrak etil asetat , ekstrak

etanol 96% , ekstrak etanol 70% .

PEMBAHASAN

Kadar Air dan Rendemen Hasil Ekstraksi

Penentuan kadar air bertujuan menentukan proporsi atau persentase air

dalam sampel yang diuji. Pengetahuan kadar air menjadi salah satu indikator

penting mengenai kualitas tanaman obat karena air merupakan senyawa yang

bersifat potensial bagi makhluk hidup dari tingkatan yang paling rendah

0.03

0.06 0.07

0.12

0.33

0.58 0.37

0.63 0.40

0.69

0.13

0.23

0.43

0.58

0.77

0.99 0.77

1.07

1.23

1.10

0

1

2

5 10 20 30 40

Dia

met

er Z

on

a

Ha

mb

at

(mm

)

0.13

0.06

0.50

0.44 0.57

0.47

0.70

0.40

0.30

0.17 0.37

0.25

1.07

0.06

1.53

0.21

1.83

0.15

0

1

2

5 10 20 30 40

Dia

met

er Z

on

a

Ha

mb

at

(mm

)

Page 19: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

9

(prokariot) hingga makhluk hidup tinggi (eukariot). Air memegang peranan

penting pada metabolisme di tingkat subseluler. Kebutuhan air pada

mikroorganisme seperti bakteri yang habitatnya sesuai dengan lingkungan

penyimpanan bahan akan menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan

mikroorganisme tersebut. Kandungan air dalam suatu bahan ikut menentukan

kesegaran dan daya tahan bahan tersebut selama penyimpanan (Yudhaningtyas

2008). Kadar air yang baik adalah kurang dari 10%, karena pada kadar ini bahan

dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kemungkinan

rusak terkena jamur pada saat penyimpanan sangat kecil (Harahap 2006). Kadar

air air yang diperoleh pada simplisia daun sengon adalah sebesar 6.17%. Hal ini

dapat dikatakan bahwa simplisia daun sengon dapat disimpan dan digunakan

dalam jangka waktu yang lama.

Tahapan ekstraksi merupakan tahapan penting untuk mengidentifikasi

bioaktif yang terdapat dalam sampel daun sengon. Ekstraksi dilakukan

menggunakan empat pelarut, yaitu akuades, etanol 70%, etanol 96%, dan etil

asetat. Pemilihan pelarut yang akan diujikan dipilih berdasarkan tingkat

kepolarannya. Ekstraksi dengan pelarut akuades dilakukan dengan metode

perebusan. Perlakuan ini diharapkan dapat meningkatkan interaksi antara air dan

komponen bioaktif pada sampel karena air yang telah dididihkan mempunyai

kalor yang lebih tinggi untuk meningkatkan reaktivitas komponen (Kresnawaty

dan Zainuddin 2009). Selanjutnya komponen bioaktif tersebut akan berinteraksi

dengan molekul air berdasarkan kepolaran, dikarenakan air merupakan pelarut

yang lebih polar sehingga dapat berikatan dengan senyawa yang bersifat polar,

sedangkan ekstraksi dengan etanol 70%, etanol 96%, dan etil asetat dilakukan

dengan metode maserasi pada suhu kamar yaitu sekitar 24-27oC.

Prinsip maserasi didasarkan pada kontak langsung antara pelarut dan

bahan, pelarut akan masuk ke dalam matriks bahan melalui kapiler-kapiler dan

melarutkan ekstrak karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam

dan luar sel (proses difusi). Metode ini sederhana dan tidak merusak senyawa

yang tidak tahan panas. Senyawa yang terbawa pada proses ekstraksi adalah

senyawa yang mempunyai polaritas sesuai dengan pelarutnya. Perlakuan agitasi

dilakukan untuk meningkatkan efek mekanis yang akan meningkatkan

perpindahan massa dan interaksi antara pelarut dan bahan. Hal ini dapat

memfasilitasi ekstraksi dengan meningkatkan difusi dan melepaskan larutan pekat

dari permukaan sampel agar proses difusi berlanjut hingga tercapai keseimbangan

konsentrasi larutan di dalam dan luar sel. Kelemahan dari proses maserasi adalah

maserasi kurang mampu menimbulkan kerusakan berarti pada matriks bahan

(Imelda 2013).

Tahapan selanjutnya adalah pengukuran rendemen dari keempat ekstrak

hasil ekstraksi. Nilai rendemen ekstrak terbesar hasil ekstraksi diperoleh dari

pelarut etanol 96% yaitu sebesar 7.34%. Nilai ini relatif lebih kecil jika

dibandingkan dengan nilai rendemen yang diperoleh Eleanore (2013). Hasil

penelitian Eleanore (2013), diperoleh rendemen hasil ekstraksi daun sengon pada

pelarut etanol 96% sebesar 9.05%. Hasil yang berbeda ini diduga dapat terjadi

karena pengaturan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang terlalu lama saat proses

destilasi menggunakan rotary evaporator, sehingga hasil yang diperoleh lebih

kering dari sebelumnya.

Page 20: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

10

Rendemen merupakan senyawa bioaktif simplisia daun sengon yang

terekstrak pada pelarut yang digunakan. Rendemen hasil ekstraksi merupakan

salah satu faktor penting dalam mengevaluasi metode ekstraksi. Pemisahan ini

berlangsung berdasarkan interaksi analat (komponen bioaktif) dengan senyawa

yang berasal dari pelarut. Interaksi ini terjadi berdasarkan kepolaran masing-

masing. Kepolaran analat dan pelarut yang hampir sama menimbulkan interaksi

tersebut dapat terjadi (Ayoola et al. 2008). Namun, kuantitas rendemen tidak

dapat digunakan untuk memperkirakan banyaknya senyawa bioaktif dalam

rendemen tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk pemilihan pelarut yang

tepat saat ekstraksi senyawa metabolit sekunder yang diharapkan (Kresnawaty

dan Zainuddin 2009).

Analisis Fitokimia

Uji fitokimia merupakan analisis kualitatif untuk mengidentifikasi

senyawa bioaktif pada tumbuhan (Pambayun et al. 2007). Hasil uji fitokimia yang

dilakukan pada pelarut yang berbeda akan menunjukkan hasil yang berbeda dalam

kekuatan sinyal yang diidentifikasi, yaitu tingkat kepekatan yang berbeda pada

setiap pelarut (Egwaikhide dan Gimba 2007). Hasil pengujian menunjukkan

bahwa ekstrak daun sengon dari pelarut etil asetat secara kualitatif mengandung

senyawa-senyawa fitokimia seperti alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid,

dan triterpenoid. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Eleanore

(2013) yang menggunakan ekstrak daun sengon. Penelitian Eleanore (2013)

ekstrak daun sengon dengan pelarut etanol 70% dan etanol 96% mengandung

senyawa-senyawa fitokimia yang diujikan, tetapi untuk pelarut akuades tidak

ditemukannya senyawa alkaloid pada pengujian yang terbukti dengan tidak

terbentuknya endapan sebagai bentuk reaksi dari pereaksi yang digunakan. Jika

dihubungkan dengan ekstrak lainnya yang diujikan, seperti etanol 70%, etanol

96%, dan etil asetat, ketiganya memiliki senyawa alkaloid dan terbukti

mempunyai aktivitas antibakteri pada ekstrak daun sengon. Tetapi ekstrak

akuades tidak mengandung senyawa alkaloid dan tidak memiliki aktivitas

antibakteri. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat alkaloid dalam bentuk bebas yang

tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter, dan pelarut organik

lainnya yang bersifat relatif non polar (Koirewoa et al. 2012).

Analisis fitokimia ekstrak tanaman mengindikasikan keberadaan satu atau

lebih kelompok fitokonstituen seperti tanin, flavonoid, glikosida, fenolik, saponin,

alkaloid, terpenoid dan lain-lain yang terkait aktivitas antibakteri ekstrak baik

sendiri atau dalam kombinasi (Ahmad dan Aqil 2007). Telah diketahui bahwa

kandungan senyawa aktif tanaman terutama rempah-rempah dan herbal

merupakan komponen yang banyak berperan sebagai senyawa antimikroba

(Imelda 2013). Hasil penelitian Sugiharti (2007), menunjukkan bahwa ekstrak

daun sirih merah memiliki kandungan alkaloid, steroid, dan tanin yang

mempunyai sifat aktif sebagai antibakteri. Menurut Karou (2006), senyawa

alkaloid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif.

Senyawa alkaloid dapat menyebabkan lisis sel dan perubahan morfologi bakteri.

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun.

Senyawa ini dapat dilihat karena kemampuannya membentuk busa dan

menghemolisis darah (Harborne 2006). Saponin merupakan metabolit sekunder

Page 21: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

11

yang banyak terdapat di alam. Sifatnya sebagai antimikroba, saponin dapat

menekan pertumbuhan bakteri dengan menurunkan tegangan permukaan dinding

sel (Widodo 2005). Senyawa saponin merupakan zat yang jika berinteraksi

dengan dinding bakteri maka dinding tersebut akan pecah atau lisis (Pratiwi

2008). Saponin akan mengganggu tegangan permukaan dinding sel, maka saat

tegangan permukaan terganggu zat antibakteri akan dengan mudah masuk ke

dalam sel dan mengganggu metabolisme hingga akhirnya terjadilah kematian

bakteri (Karlina et al. 2013).

Senyawa fenolik merupakan suatu substansi yang mempunyai cincin

aromatik dengan satu atau lebih substansi gugus hidroksil (Harborne 2006).

Senyawa fenolik terbukti memiliki sifat antimikroba dengan mengubah

permeabilitas membran sitoplasma sehingga terjadi kebocoran bahan-bahan

intraseluler, kemudian mendenaturasi dan menginaktifkan protein seperti enzim.

Senyawa ini dapat melalui dinding sel dengan memutus ikatan silang

peptidoglikan yang berakibat meningkatnya permeabilitas membran. Hal ini

berakibat pada terhambatnya aktivitas dan biosintesis enzim-enzim spesifik yang

diperlukan dalam reaksi metabolisme sel. Senyawa fenol yang teroksidasi

menghambat metabolisme enzim yang menyebabkan inaktivasi kegiatan

reproduksi sel. Struktur seperti antosianin dapat membentuk kompleks dengan

asam amino nukleofilik dari dinding sel diikuti dengan hilangnya fungsi dinding

sel (Pliego 2007).

Flavonoid merupakan golongan terbesar dari fenol dan terdapat dalam

bentuk aglikon maupun glikosida dalam tanaman. Flavonoid berperan penting

dalam biokimia dan fisiologi tanaman baik sebagai antioksidan, inhibitor enzim

dan prekursor bagi komponen toksik. Flavonoid memiliki peranan sebagai

antimikroba dan antivirus (Zulaicha 2011). Dinding bakteri yang terkena

flavonoid akan kehilangan permeabilitas sel (Karlina et al. 2013). Penelitian oleh

Ajizah et al. (2007) menunjukkan bahwa ekstrak kayu ulin yang mengandung

flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan mengganggu

permeabilitas dinding sel bakteri.

Senyawa metabolit sekunder berupa tanin mempunyai rasa sepat dan juga

bersifat sebagai antibakteri. Tanin merupakan senyawa polifenol yang

mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan gugus lain serta dapat membentuk

kompleks dengan protein dan makromolekul lain (Harborne 2006). Senyawa aktif

dari tanin adalah galokatekin, epigalokatekin, dan epigalokatekin galat, dan

penghambatan ketiganya terhadap bakteri diduga karena adanya gugus hidroksil.

Penelitian oleh Hidayaningtias (2008) menunjukkan bahwa telah diketahui

katekin dan tanin dapat menghambat aktivitas biologis dari Streptococcus mutans

sebagai bakteri dominan penyebab terjadinya karies gigi. Senyawa tanin mampu

menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengkoagulasi protoplasma bakteri

(Pratiwi 2008). Menurut Karlina et al. (2013), tanin memiliki peran sebagai

antibakteri dengan mengikat protein sehingga pembentukan dinding sel akan

terhambat. Tanin juga terkandung di dalam ekstrak sengon yang diujikan.

Pendugaan mekanisme penghambatan tanin pada ekstrak daun sengon ini yaitu

dinding bakteri yang telah lisis akibat senyawa saponin dan flavonoid

menyebabkan senyawa tanin dengan mudah dapat masuk ke dalam sel bakteri dan

mengkoagulasi protoplasma sel bakteri S. aureus dan E. coli.

Page 22: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

12

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sengon dan Konsentrasi

Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

Pengujian aktivitas antibakteri ini dilakukan untuk mengetahui potensi

antibakteri dari ekstrak daun sengon terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.

Tingkat aktivitas antibakteri dari ekstrak daun sengon berbeda-beda untuk setiap

pelarut yang digunakan terhadap bakteri uji. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa semakin polar pelarut yang digunakan

untuk mengekstrak daun sengon maka diameter zona hambat yang terbentuk

semakin kecil. Hasil yang diperoleh ini berlaku untuk kedua bakteri yang

diujikan, yaitu S. aureus dan E. coli.

Ekstrak daun sengon hasil ekstraksi yang diuji adalah ekstrak akuades,

etanol 70%, etanol 96%, dan etil asetat. Konsentrasi yang digunakan pada uji

aktivitas antibakteri adalah 50, 100, 150, 200, 250, dan 300 mg/mL, sedangkan

untuk KHTM adalah 5, 10, 20, 30, 40 mg/mL. Pemilihan variasi konsentrasi ini

adalah sebagai rentang konsentrasi yang dianggap mewakili. Pengujian ini

dilakukan menggunakan metode sumur agar dengan melihat zona bening yang

terbentuk di sekitar daerah yang diberi ekstrak. Keempat ekstrak yang diuji, hasil

dari ekstrak akuades menunjukkan sangat kecilnya aktivitas senyawa antibakteri,

yaitu zona hambat yang terbentuk hanya berkisar antara 0.06-0.11 mm untuk

kedua bakteri uji. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak terbawanya komponen

senyawa yang berpotensi menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri ke

dalam ekstrak akuades selama proses ekstraksi. Ketiga ekstrak lainnya yang diuji,

menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada bakteri S. aureus dan E. coli.

Menurut ketentuan kekuatan antibakteri yang dikemukakan oleh David

Scout, kategori lemah digolongkan jika diameter zona bening yang terbentuk < 5

mm, kategori sedang pada kisaran 5-10 mm, dan kategori kuat jika diameter zona

bening yang terbentuk > 10 mm (Lathifah 2008). Ekstrak etanol 70% dengan

konsentrasi tertinggi yang diuji yaitu 300 mg/mL mampu menghambat

pertumbuhan dari bakteri S. aureus dan E. coli. Zona hambat paling tinggi dari

ekstrak ini diperoleh pada bakteri S. aureus sebesar 1.79 mm dan E. coli 2.16 mm.

Zona hambat yang dihasilkan oleh kedua bakteri ini termasuk dalam kategori

lemah, karena diameter zona bening yang terbentuk lebih kecil atau kurang dari 5

mm.

Ekstrak etanol 96% dengan konsentrasi 300 mg/mL juga mampu

menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli dengan kategori yang

sama yaitu kategori lemah, namun zona hambat yang terbentuk sedikit lebih tinggi

dari ekstrak etanol 70% yaitu sebesar 3.26 mm dan 2.80 mm. Sedangkan untuk

ekstrak etil asetat dengan konsentrasi yang sama mampu menghambat

pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli sebesar 6.90 mm dan 4.97 mm. Hal ini

dapat dikatakan bahwa ekstrak etil asetat pada konsentrasi 300 mg/mL termasuk

dalam kategori sedang, karena zona hambat yang terbentuk lebih besar dari 5 mm

dan lebih kecil dari 10 mm. Berbeda dengan bakteri uji E. coli yang masih

termasuk dalam kategori lemah.

Penggolongan sifat antibakteri ada yang berspektrum luas (broad

spectrum) jika menghambat atau membunuh bakteri Gram positif dan Gram

negatif, spektrum sempit (narrow spectrum) jika menghambat atau membunuh

bakteri Gram positif atau Gram negatif saja, dan spektrum terbatas (limited

Page 23: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

13

spectrum) jika efektif terhadap organisme tunggal atau penyakit tertentu (Haris et

al. 2013). Jadi kemungkinan bahan aktif dari ekstrak daun sengon (Falcataria

moluccana L. Nielsen) termasuk kategori antimikroba spektrum luas, karena

mampu melawan bakteri Gram positif dan Gram negatif. Penelitian ini

menggunakan antibiotik kloramfenikol sebagai kontrol positif. Pemilihan

antibiotik kloramfenikol sebagai kontrol positif dikarenakan antibiotik ini bersifat

spektrum luas yang dapat menghambat bakteri Gram positif dan Gram negatif

(Sumardjo 2009). Hal ini didukung dengan bakteri yang dipakai pada penelitian

merupakan bakteri Gram positif dan Gram negatif.

Daun sengon yang diekstraksi dengan pelarut etanol 96% dan etil asetat

secara umum memiliki aktivitas penghambat paling baik terhadap bakteri S.

aureus yang tergolong bakteri Gram positif. Diameter zona hambat yang

dihasilkan kedua pelarut tersebut lebih besar dibandingkan bakteri E. coli yang

tergolong bakteri Gram negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2007)

memberikan hasil bahwa ekstrak daun sirih lebih dapat menghambat bakteri S.

aureus dibandingkan bakteri E. coli yang ditandai dengan terbentuknya zona

hambat yang lebih besar pada media yang ditumbuhi S. aureus dibandingkan

dengan diameter zona hambat pada media yang ditumbuhi bakteri E. coli.

Penelitian yang dilakukan oleh Lathifah (2008) juga menunjukkan hasil yang

sama yaitu ekstrak etanol buah belimbing lebih menghambat bakteri Gram positif

S. aureus dibandingkan bakteri Gram negatif E. coli.

Perbedaan tingkat sensitivitas antara bakteri S. aureus dan E. coli

dikarenakan bakteri S. aureus memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi

dibandingkan pada bakteri E. coli. Tingkat sensitivitas ini ditandai dengan

tingginya tingkat hambatan yang dihasilkan oleh suatu senyawa antimikroba

tertentu. Perbedaan tingkat sensitivitas ini menimbulkan zona hambat yang

dihasilkan ekstrak daun sengon pada bakteri S. aureus dan E. coli berbeda, hal ini

diduga karena adanya perbedaan struktur dinding sel yang dimiliki oleh masing-

masing bakteri. Bakteri E. coli memiliki lapisan dinding sel yang dilapisi oleh

membran luar yang terdapat protein, fosfolipid, dan lipopolisakarida, serta ruang

periplasmik (Ibrahim 2007), sehingga pada media yang ditumbuhi E. coli

terbentuk zona hambat yang relatif kecil. Bakteri Gram positif S. aureus memiliki

lapisan dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal, asam

teikoat, sedikit lipid (Ibrahim 2007) sehingga dapat dengan mudah dihambat oleh

ekstrak daun sengon.

Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada aktivitas antibakteri,

perlakuan dengan perbedaan pelarut dan konsentrasi yang diujikan memberikan

pengaruh yang nyata terhadap diameter zona bening yang diperoleh pada taraf

kepercayaan 95%. Pemberian perlakuan empat pelarut yang berbeda

menghasilkan diameter zona bening yang berbeda pada masing-masing pelarut

berdasarkan tingkat kepolarannya. Semakin polar pelarut yang digunakan,

semakin kecil diameter zona bening yang terbentuk. Begitu pula dengan ragam

konsentrasi yang diujikan, semakin tinggi konsentrasi yang diujikan maka

diameter zona bening yang terbentuk semakin besar. Hasil analisis ini diperkuat

oleh uji lanjut Duncan yang memberikan hasil yang berbeda nyata antar pelarut

ataupun konsentrasi yang digunakan.

Penentuan konsentrasi hambat tumbuh minimum dilakukan untuk melihat

konsentrasi minimum ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Page 24: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

14

secara pasti dari ekstrak daun sengon. Berdasarkan pengujian KHTM, ekstrak dari

pelarut etil asetat ternyata masih mempunyai sedikit daya antibakteri pada

konsentrasi terkecil yaitu 5 mg/mL yang diujikan pada kedua jenis bakteri uji.

Ekstrak dari pelarut etanol 96%, konsentrasi 20 mg/mL dan 10 mg/mL adalah

konsentrasi terkecil yang masih dapat membentuk zona hambat pada bakteri S.

aureus dan E. coli, sedangkan untuk ekstrak dari pelarut etanol 70% tidak terdapat

zona hambat pada bakteri E.coli terhadap konsentrasi yang diujikan, tetapi pada

bakteri S. aureus pada konsentrasi 30 mg/mL terdapat daya hambat sebesar 0.03

mm. Hasil dari KHTM ini mengindikasikan adanya kandungan senyawa aktif

yang potensial untuk dipelajari lebih lanjut. Senyawa aktif tersebut dapat

dipisahkan dari ekstrak untuk selanjutnya diisolasi, dimurnikan dan diidentifikasi.

SIMPULAN

Daun sengon memiliki potensi sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri

terbesar diperoleh dari ekstrak dari pelarut etil asetat. Daya hambat paling besar

yang dihasilkan ada pada konsentrasi tertinggi yang diujikan yaitu 300 mg/mL

dan termasuk dalam kategori sedang. Ekstrak daun sengon diduga tergolong

dalam antibakteri berspektrum luas. Semakin kurangnya kepolaran pelarut yang

digunakan dalam ekstraksi maka semakin besar pula zona hambat yang terbentuk.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sengon maka semakin besar pula

konsentrasi senyawa antibakteri yang ada dalam ekstrak tersebut. Hasil analisis

statistik menunjukkan bahwa perbedaan dari pelarut dan variasi konsentrasi yang

diujikan pada taraf nyata 95%, keduanya memberikan pengaruh yang nyata

terhadap diameter zona hambat bakteri.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui jumlah bakteri yang mampu dibunuh atau dihambat oleh

ekstrak daun sengon secara pasti dan perlu dilakukan pemurnian dan identifikasi

lebih lanjut terhadap senyawa kimia daun sengon yang berperan sebagai

antibakteri. Selain itu perlu dilakukan ekstraksi dengan pelarut yang tingkat

kepolarannya lebih rendah atau pelarut non polar dan konsentrasi yang diujikan

lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Absor U. 2006. Aktivitas antibakteri ranting patah tulang (Euphorbia tirucalli.

Linn) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ahmad I, Aqil F. 2007. In vitro efficacy of bioactive of 15 medicinal plants

againts EsβL-producing multidrug-resistant enteric bacteria. J Microbiol

Res. 162:264-275.

Page 25: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

15

Ajizah A, Thihana, Mirhanuddin. 2007. Potensi ekstrak kayu ulin (Eusideroxylon

zwageri) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

secara in vitro. J Bioscientiac. 4:37-42.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of

Analytical of The Association of Official Analytical Chemist. Washington

DC (US): AOAC.

Ayoola et al. 2008. Phytochemical Screening and Antioxidant Activities of Some

Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in Southwestern

Nigeria. J Tropical of Pharmaceutical Research. 7(3):1019-1024.

Egwaikhide PA, Gimba CE. 2007. Analysis of the Phytochemical Content and

Anti-microbial Activity of Plectranthus glandulosis Whole Plant. J Middle-

East of Scientific Research. 2(3-4):135-138.

Eleanore Y. 2013. Analisis komponen kimia dan aktivitas antioksidan ekstrak

daun sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) menggunakan metode

DPPH [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Harahap N. 2006. Aktivitas senyawa antibakteri akar tumbuhan anting-anting

(Acalypha indica L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Harborne JB. 2006. Metode Fitokimia. Penerjemah: Patmawinata K dan Soediro I.

Edisi Kedua. Bandung (ID): Penerbit ITB.

Haris A, Arniati, Gosalam S, Nurfadilah. 2013. Potensi Antibakteri Ekstrak dan

Fraksi Daun Lamun (Enhalus acoroides) terhadap Bakteri Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli [internet]. [diacu 2014 Mar 8]. Tersedia dalam:

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5473.

Hermawan A. 2007. Pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap

pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan metode

difusi disk [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Hidayaningtias P. 2008. Perbandingan Efek Antibakteri Air Seduhan Daun Sirih

terhadap Streptococcus mutans pada Waktu Kontak dan Konsentrasi yang

Berbeda [internet]. [diacu 2014 Mar 7]. Tersedia dalam:

http://eprints.undip.ac.id/24283.

Ibrahim M. 2007. Mikrobiologi: Prinsip dan Aplikasi. Surabaya (ID): Unesa

University Pr.

Imelda F. 2013. Deteksi senyawa antibakteri daun kesum secara KLT-

Bioautografi dan pengaruhnya terhadap membran Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Inayati H. 2007. Potensi antibakteri ekstrak daun kedondong bangkok (Spondias

dulcis Forst.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Karlina CY, Ibrahim M, Trimulyono G. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) terhadap Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli. Lentera Bio. 1(1):87-93.

Karou D. 2006. Antibacterial activity of alkaloids from Sida acuta. J African Of

Biotechnology. 5(2):195-200.

Page 26: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

16

Koirewoa YA, Fatimawali F, Wiyono W. 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Daun Beluntas (Pluchea indica L.). Pharmacon [internet].

[diacu 2014 Mar 7]. Tersedia dalam: https://ejournal.unsrat.ac.id/ article.

Kresnawaty I, Zainuddin A. 2009. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri dari

Derivat Metil Ekstrak Etanol Daun Gambir (Uncaria Gambir). J Littri.

15(4):145 – 151.

Lathifah QA. 2008. Uji efektivitas ekstrak kasar senyawa antibakteri pada buah

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan variasi pelarut [skripsi].

Malang (ID): Universitas Islam Negeri Malang.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi

SAS dan Minitab, Jilid I. Bogor (ID): IPB Press.

Ngemenya MN, Mbah JA, Tane P, Titanji VPK. 2006. Antibacterial Effects of

Some Cameroonian Medicinal plants against common pathogenic bacteria.

African J of Traditional, Complementary and Alternative Madicines

3(2):84-93.

Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S, Rahayu K. 2007. Kandungan Fenol dan

Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria

Gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia 18(3): 141 - 146.

Pliego MPC. 2007. Effect of natural antimicrobials againts Salmonella,

Escherichia coli O157:H7 and Listeria monocytogenes [tesis]. Texas (US):

Texas A&M University.

Pratiwi SI. 2008. Aktivitas antibakteri tepung daun jarak (Jatropha curcas L.)

pada berbagai bakteri saluran pencernaan ayam broiler secara in vitro

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purwanto I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Yogyakarta (ID):

Penerbit Kanisius.

Sabir A. 2005. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap

bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Majalah Kedokteran Gigi

38(3):135–141.

Sugiharti NP. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper

crocatum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Widodo W. 2005. Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. Malang (ID):

UMM Pr.

Yudhaningtyas RDM. 2008. Pengaruh level pemberian BHT (Buthyl Hidroxy

Toluene) dan lama penyimpanan terhadap kadar air, kadar asam lemak

bebas, dan angka peroksida bungkil kelapa [skripsi]. Malang (ID):

Universitas Brawijaya Malang.

Zulaicha S. 2011. Penggunaan ekstrak daun sirsak (Annona miricata Linn.)

sebagai pengendali jamur Fusarium oxysporium secara in vitro [skripsi].

Surabaya (ID): Universitas Negeri Surabaya.

Page 27: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

17

Lampiran 1 Kadar air simplisia daun sengon

No

Bobot (g) Kadar

Air (%) Cawan Kosong Sampel Cawan + Sampel Sampel Setelah dikeringkan

1 2 3 Rerata

1 18.18 2.00 20.18 1.86 1.87 1.86 1.86 6.84%

2 23.32 2.00 25.32 1.88 1.88 1.87 1.88 6.17%

3 30.17 2.00 32.17 1.90 1.89 1.88 1.89 5.50%

Rerata 6.17%

Lampiran 2 Rendemen ekstrak daun sengon

Pelarut Bobot (g)

Rendemen Simplisia Ekstrak

Akuades 100.08 3.54 3.54%

Etanol 70% 100.07 5.84 5.84%

Etanol 96% 100.05 6.89 6.89%

Etil Asetat 100.05 3.01 3,01%

Lampiran 3 Diameter zona hambat pada bakteri S. aureus

Konsentrasi

(mg/mL)

Diameter Zona Hambat (mm)

Akuades Etanol 70% Etanol 96% Etil asetat

50 0.00 0.23 0.70 3.05

100 0.00 0.67 1.37 3.13

150 0.00 1.00 1.64 3.65

200 0.06 1.24 2.63 4.09

250 0.10 1.48 2.67 4.78

300 0.11 1.79 3.26 6.90

Lampiran 4 Diameter zona hambat pada bakteri E. coli

Konsentrasi

(mg/mL)

Diameter Zona Hambat (mm)

Akuades Etanol 70% Etanol 96% Etil asetat

50 0.00 0.60 1.03 2.00

100 0.00 1.00 1.23 2.60

150 0.00 1.33 1.70 3.33

200 0.00 1.53 1.85 4.33

250 0.11 1.87 2.08 4.60

300 0.11 2.16 2.80 4.97

Lampiran 5 Analisis statistik pada bakteri S. aureus

Page 28: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

18

Lampiran 6 Uji lanjut Duncan

Keterangan: Angka yang terletak pada satu kolom menyatakan nilai yang tidak berbeda nyata,

sedangkan angka yang terletak pada beda kolom menyatakan nilai yang berbeda

nyata. Nilai signifikansi 1.00 menunjukkan tingkat yang paling berbeda nyata.

Lampiran 7 Analisis statistik pada bakteri E. coli

Page 29: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

19

Lampiran 8 Uji lanjut Duncan untuk pengaruh pelarut dan konsentrasi

Keterangan: Angka yang terletak pada satu kolom menyatakan nilai yang tidak berbeda nyata,

sedangkan angka yang terletak pada beda kolom menyatakan nilai yang berbeda

nyata. Nilai signifikansi 1.00 menunjukkan tingkat yang paling berbeda nyata.

Lampiran 9 Dokumentasi penelitian uji fitokima

uji tanin uji flavonoid uji steroid & triterpenoid

uji alkaloid

Page 30: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

20

Lampiran 9 Dokumentasi penelitian uji aktivitas antibakteri

Lampiran 10 Dokumentasi penelitian uji KHTM

Page 31: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SENGON … · Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari ... 10 Dokumentasi penelitian uji aktivitas

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putri dari bapak Hajri dan ibu Indrawati yang lahir pada

tanggal 26 Juli 1991 di Perawang, Riau. Penulis adalah putri pertama dari empat

bersaudara. Penulis memulai pendidikannya di SD YPPI (Yayasan Pendidikan

Persada Indah) Tualang, Perawang dan lulus pada tahun 2002, dilanjutkan dengan

pendidikan menengah di DMP (Diniyyah Menengah Pertama) Pondok Pesantren

Diniyyah Putri Boarding School, Yayasan Rahmah El Yunussiyah Padang

Panjang, Sumatera Barat hingga tahun 2006 dan pada tahun 2009 penulis lulus

dari SMA Negeri 1 Tualang, Perawang dan berhasil diterima untuk melanjutkan

pendidikan tinggi di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan

Daerah (BUD).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi dan

kepanitiaan. Penulis aktif sebagai anggota Organisasi Mahasiswa Daerah

(OMDA) Riau, sekretaris dari Himpunan Keprofesian Biokimia Community of

Research and Education of Biochemistry’s (CREBs) periode 2010-2011. Pada

tahun 2012-2013 penulis aktif menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Basket IPB. Selama menempuh pendidikan di Biokimia IPB penulis juga

bergabung dalam kelompok minat bagian Metabolisme, dan pada tahun 2012

penulis melaksanakan Praktek Lapangan (PL) di Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (Balittro) Cimanggu, Bogor. Selain itu, penulis juga aktif dalam

berbagai kepanitiaan kegiatan kampus dan mengikuti kegiatan-kegiatan di bidang

olahraga cabang basket dan badminton dalam kegiatan Biochemist Champion

League (BCL), SPIRIT FMIPA, dan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI).