26

Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

  • Upload
    neey

  • View
    310

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan
Page 2: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

1. Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

Menurut Black (1981, dalam Nuraini, 2002) aksesibilitas adalah konsep yang

menggabungkan system pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan system

jaringan transportasi yang menghubungkannya. Tata guna lahan yang berbeda pasti

mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan tersebut

tersebar dalam ruang secara tidak merata. Sehingga jarak yang biasanya dijadikan

indicator aksesibilitas yang sering digunakan, akan dirasakan kurang cocok untuk

digunakan sebagai ukuran aksesibilitas terutama di daerah yang tidak rata.

2. Teori Lokasi

Menurut Gunawan (1981) lokasi adalah suatu area yang secara umum dapat dikenali

atau dibatasi, dimana disana terjadi suatu kegiatan tertentu. Salah satu teori yang

mendasri pendistribusian lokasi fasilitas yang memberikan pelayanan berupa jasa adalah

teori yang dikemukakan oleh Palander (dalam Agustin 2006). Menurut teori ini setiap

kegiatan yang akan menghasilkan barang dan jasa mempunyai pertimbangan ambang

penduduk dan jangkauan pasar. Ambang penduduk (threshold population) adalah jumlah

penduduk minimum yang dibutuhkan untuk kelancaran dan kesinambungan penawaran

barang. Sedangkan jangkauan pasar (range) adalah jarak yang perlu ditempuh seseorang

untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan.

Penentuan pendistribusian pusat pelayanan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

(Sujarto, 1989 dalam Agustin, 2006):

a. Faktor manusia yang akan mempergunakan pusat – pusat pelayanan tersebut. Faktor

ini meliputi pertimbangan mengenai jumlah penduduk yang akan menggunakan

pelayanan tersebut, kepadatan penduduk, perkembangan penduduk, status sosial

ekonomi masyarakat, nilai-nilai, potensi masyarakat, pola kebudayaan, dan

antropologi.

b. Faktor lingkungan dimana manusia tersebut melaksanakan kegiatan kehidupannya.

Faktor ini meliputi pertimbangan skala lingkungan dalam arti fungsi dan peran sosial

ekonominya, jaringan pergerakan, letak geografis lingkungan dan sifat keterpusatan

lingkungan.

3. Tinjauan Fasilitas Pendidikan

Menurut Sujarto (1989 dalam Muharani, 2003), fasilitas sosial dapat diartikan

sebagai aktivitas atau materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat yang bersifat

Page 3: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

memberi kepuasan sosial, mental dan spiritual; diantaranya fasilitas pendidikan, fasilitas

peribadatan, fasilitas kesehatan dan fasilitas kemasyarakatan, fasilitas rekreasi dan olah

raga serta pekuburan. Bila dihubungkan dengan definisi fasilitas sosial yang diuraikan

sebelumnya maka fasilitas pendidikan dapat diartikan sebagai aktifitas atau materi yang

dapat melayani kebutuhan masyarakat yang bersifat memberi kepuasan sosial, mental dan

spiritual melalui perwujudan suasana belajar dan proses pembelajaran yang menjadikan

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk memenuhi

kebutuhan akan fasilitas pendidikan tentunya harus memperhatikan jenis fasilitas –

fasilitas yang benar – benar dibutuhkan yang disesuaikan dengan kondisi keadaan

masyarakat yang menjadi targetnya. Terdapat empat jenis fasilitas pendidikan menurut

Kepmen PU No. 378/KPTS/1987, yaitu:

a. Taman Kanak – kanak, yaitu fasilitas pendidikan paling dasar yang diperuntukkan

bagi anak – anak usia 5-6 tahun.

b. Sekolah Dasar, yaitu fasilitas pendidikan yang disediakan untuk anak-anak usia

antara 6-12 tahun.

c. Sekolah Menengah Pertama, yaitu fasilitas pendidikan yang berfungsi sebagai sarana

untuk melayani anak – anak lulusan Sekolah Dasar.

d. Sekolah Menengah Umum, yaitu fasilitas pendidikan yang berfungsi sebagai sarana

untuk melayani anak – anak lulusan SMP.

4. Standar – standar dan Pertimbangan Distribusi Fasilitas Pendidikan

Berikut standar yang dapat dijadikan acuan dalm perencanaan fasilitas pendidikan

yaitu :

4.1 Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum

Table 4.1 Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum

Jenis Sarana Kota

Jumlah Penduduk Pendukung (Jiwa)

Jarak Luas Lahan

SD 1600 Mudah dicapai dengan radius pencapaian

2000 m2

Page 4: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

maksimum 1000 meter, dihitung dari unit terjauh

SMTP 4800Radius maksimum 1000 meter

9000 m2

SMTA 4800Radius maksimum 3 km dari unit yang dilayani

1. 1 lantai 12.500 m2

2. 2 lantai 800 m2

3. 3 lantai 5000 m2

Pada standar ini struktur pemerintahan yang dipergunakan berdasarkan pada jumlah

penduduk kelurahan (30.000 jiwa), kecamatan (120.000 jiwa), wilayah (480.000 jiwa),

kota (1 juta jiwa). Sedangkan pola persebaran penduduknya adalah RT (250 jiwa), RW

(2500 jiwa), kelurahan (30000 jiwa), kecamatan (120000 jiwa), wilayah (480000 jiwa),

dan kota (1 juta jiwa).

4.2 Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional Republik Indonesia

1. Standar Satuan Pendidikan SD/MI

a) Satu SD/MI memiliki 6 rombongan belajar dan maksimal 24 rombongan

belajar.

b) Satu SD/MI dengan enam rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa.

Untuk pelayanan penduduk leh dari 2000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk

lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah

yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan

pembangunan SD/MI baru.

c) Satu desa/kelurahan dilayani oleh minimum satu SD/MI.

d) Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak

penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SD/MI dalam jarak tempuh

bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 3 km melalui lintasan yang

tidak membahayakan.

2. Standar Satuan Pendidikan SMP/MTs

a) Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 24

rombongan belajar.

b) Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000

jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan

rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar

lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.

Page 5: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

c) Satu kecamatan dilayani oleh minimum satu SMP/MTs yang dapat

menampung semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.

d) Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak

penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMP/MTs dalam jarak

tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui

lintasan yang tidak membahayakan.

3. Standar Satuan Pendidikan SMA/MA

a) Satu SMA/MA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27

rombongan belajar.

b) Satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6000

jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat dilakukan

penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan

SMA/MA baru.

4.3 Standar dan Ketentuan mengenai Daerah Layanan Fasilitas Pendidikan SMP

dan SMA

Dalam Standar Fasilitas Pendidikan Departemen Pendidikandan Kebudayaan ini

dijelaskan kriteria lokasi fasilitas pendidikan untuk SMP dan SMA sebagai berikut :

A. Lokasi sebuah SMP harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Mudah dicapai dari setiap bagian kecamatan

2. Dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 30 menit berjalan kaki

3. Jauh dari pusat keramaian (pertokoan/ perkantoran/ perindustrian)

B. Lokasi Sebuah SMA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Mudah dicapai dari setiap bagian kecamatan

2. Dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 45 menit berjalan kaki.

3. Jauh dari pusat keramaian (pertokoan/ perkantoran/ perindustrian).

5. Indikator – indikator dalam Evaluasi Pemerataan Sebaran Lokasi Fasilitas

Pendidikan SMP dan SMA

Indikator-indikator tersebut adalah :

a. Indikator sebaran jumlah fasilitas pendidikan eksisting

Tolak ukurnya adalah persebaran jumlah lokasi fasilitas pendidikan SMP dan SMA

eksisting ditiap kecamatan memiliki komposisi sesuai dengan sebaran jumlah fasilitas

menurut standar.

Page 6: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

b. Indikator pemenuhan kebutuhan penduduk akan fasilitas pendidikan

Tolak ukurnya adalah 100% kapasitas fasilitas pendidikan SMP dan SMA tiap

kecamatan sama dengan atau melebihi jumlah penduduk usia 13-15 tahun (SMP) dan

16-18 tahun (SMA) di kota Bogor.

c. Indikator daerah jangkauan pelayanan fasilitas pendidikan

Tolak ukurnya adalah kedudukan lokasi fasilitas pendidikan dengan tempat tinggal

pengguna adalah satu kecamatan, radius jarak pelayanan maksimal fasilitas

pendidikan SMP dan SMA adalah satu kilometer.

d. Indicator aksesibilitas fasilitas pendidikan

Tolak ukurnya adalah waktu tempuh dalam mencapai fasilitas pendidikan SMP dan

SMA tidak lebih dari 30 menit, kondisi transportasi baik (mudah didapatkan, lancar

dan murah)

6. Gambaran Umum Kota Bogor

6.1 Wilayah Administratif dan Fungsi Kota Bogor

Kota bogor adalah salah satu kota yang berada di bawah wilayah administrative

Propinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 50 Km dari pusat pemerintahan

Indonesia, Jakarta. Kota ini memiliki lias 11.850 Ha yang terbagi ke dalam enam

kecamatan, 68 kelurahan dan berbatasan dengan Kabupaten Bogor.

Secara administrative Kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan sekaligus

menjadi pusat pertumbuhan Bogor Raya dan secara geografis dikelilingi oleh bentangan

pegunungan, mulai dari gunung/pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede,

Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun yang menyerupai huruf U.

Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(Tahun 1999 – 2009) Fungsi Kota Bogor adalah sebagai berikut:

a. Kota Perdagangan

b. Kota Industri

c. Kota Pemukiman

d. Wisata Ilmiah

e. Kota Pendidikan

Page 7: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

6.2 Aspek Kependudukan

Table 6.2 Kepadatan Pendudukan Kota Bogor menurut Kecamatan Tahun 2006

KelurahanLuas

Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk

2006 (Jiwa/Km2)

Kategori Kepadatan

Kec. Bogor Selatan 30.81 170,909 5,547 RendahKec. Bogor Timur 10.15 89,237 8,792 SedangKec. Bogor Utara 17.72 153,843 8,682 SedangKec. Bogor Tengah 8.13 106,075 13,047 TinggiKec. Bogor Barat 32.85 195,808 5,961 RendahKec. Tanah Sereal 18.84 163,266 8,666 SedangKota Bogor 118.50 879,138 7,419 Rendah

Wilayah kota Bogor juga dipengaruhi oleh pertumbuhan dan penyebaran

penduduk di wilayah sekitarnya (Kabupaten Bogor) sebagai hinterland (Kawasan

Pengaruh) bagi pertumbuhan dan perkembangan Kota Bogor. Guna menciptakan

pemerataan pelayanan kepada penduduknya, maka pemenuhan berbagai kebutuhan

penduduk harus didasarkan pada persebaran jumlah penduduk yang ada. Salah satu

kebutuhan mendasar penduduk yang harus diutamakan pemerintah adalah pemenuhan

kebutuhan penduduk akan fasilitas pendidikan, terutama fasilitas pendidikan dasar dan

menengah.

7. Gambaran Umum Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Bogor

Tingkat pendidikan merupakan salah satu kualitas modal manusia. Salah satu

faktor yang menentukan terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas adalah

faktor pendidikan, oleh karena itu masalah pendidikan harus mendapat perhatian serius

karena menyangkut masa depan bangsa.

7.1 Jumlah Fasilitas Pendidikan

Tabel 7.1 Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2006

KecamatanJumlah

Penduduk (jiwa)

Jumlah Fasilitas

TK SD SMP SMA PT

Bogor Utara 153843 19 43 10 7 1Bogor Selatan 170909 20 53 26 11 0Bogor Timur 89237 12 34 11 6 0Bogor Barat 195808 26 67 28 9 1Bogor Tengah 106075 29 55 24 9 5Tanah Sereal 163266 22 42 16 5 0

Page 8: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

Jumlah 879138 128 294 115 47 77.2 Daya Tampung Fasilitas Pendidikan

Tabel 7.2 Daya Tampung (Kapasitas) Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA di Kota

Bogor Tahun 2006

KecamatanSMP SMA

Jumlah fasilitas

Jumlah kelas

Kapasitas (jiwa)

Jumlah fasiltas

Jumlah kelas

Kapasitas (jiwa)

Bogor Utara 10 56 2240 7 80 3200Bogor Selatan 26 200 8000 11 123 4920Bogor Timur 11 66 2640 6 80 3200Bogor Barat 28 197 7880 8 101 4040Bogor Tengah 24 362 14480 9 140 5600Tanah Sereal 16 191 7640 5 79 3160Jumlah 115 1072 42880 47 603 24120

7.3 Jumlah Permintaan Fasilitas Pendidikan

Tabel 7.3 Jumlah Penduduk Usia SMP (13-15 tahun) dan Usia SMA (16-18 Tahun) di

Kota Bogor Tahun 2006

KecamatanJumlah

penduduk (jiwa)Jumlah penduduk usia 13-15 (jiwa)

Jumlah penduduk usia 16-18 (jiwa)

Bogor Utara 153843 8397 8982Bogor Selatan 170909 9655 10051Bogor Timur 89237 4977 5160Bogor Barat 195808 10235 11324Bogor Tengah 106075 5063 5910Tanah Sereal 163266 9312 9819Jumlah 879138 47639 51246Pada tabel di atas menunjukan jumlah penduduk usia sekolah tiap kecamatan di

Kota Bogor. Data tersebut akan dibandingkan dengan data daya tampung fasilitas di tiap

jenjang pendidikan yang ada di kota Bogor.

8. Analisis Persebaran Jumlah Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA

Tabel 8 Analisis Persebaran Jumlah Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA

KecamatanJumlah

Penduduk (jiwa)

Jumlah Fasilitas Minimal

Jumlah Fasilitas Esisting

Selisih Jumlah Fasilitas

SMP SMA SMP SMA SMP SMABogor Utara 153843 26 26 10 7 -16 -19Bogor Selatan 170909 28 28 26 11 -2 -17Bogor Timur 89237 15 15 11 6 -4 -9Bogor Barat 195808 33 33 28 9 -5 -24

Page 9: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

Bogor Tengah 106075 18 18 24 9 6 -9Tanah Sereal 163266 27 27 16 5 -11 -22Jumlah 879138 147 147 115 47 -32 -100

Dari tabel di atas, dapat diketahui kondisi saat ini untuk kota Bogor, sebaran

fasilitas pendidikan SMP dan SMA eksistingnya belum memenuhi sebaran menurut

standar Cipta Karya Departemen PU. Terdapat perbedaan selisih jumlah fasilitas

pendidikan SMP dan SMA (eksisting dengan minimal) antara satu kecamatan dengan

kecamatan lain. Ini artinya sebaran jumlah fasilitas pendidikan SMP dan SMA di Kota

Bogor belum menunjukan adanya pemerataan.

9. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Penduduk Akan Fasilitas Pendidikan SMP dan

SMA

Agar fasilitas pendidikan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat maka

penentuan lokasi fasilitas pendidikan menurut Golany (1976) perlu memperhatikan beberapa

faktor, diantaranya adalah usia siswa dan jarak dari tempat tinggal, dimana semakin muda

usia siswa semakin dekat jarak dari sekolah ke tempat tinggalnya.

9.1 Fasilitas Pendidikan SMP

Tabel 9.1 Persentase Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Pendidikan SMP Tahun 2006

Kecamatan Jumlah fasilitas

SMP

Jumlah Kelas

Kapasitas (Jiwa)

Jumlah penduduk usia 13-15 (jiwa)

Persentase Pemenuhan

Kebutuhan (%)Bogor Utara 10 56 2240 8397 27Bogor Selatan 26 200 8000 9655 83Bogor Timur 11 66 2640 4977 53Bogor Barat 28 197 7880 10235 77Bogor Tengah 24 362 14480 5063 286Tanah Sereal 16 191 7640 9312 82Jumlah 115 1072 42880 47639 90

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kapasitas fasilitas pendidikan SMP yang

ada dihampir semua kecamatan di Kota Bogor belum bisa memenuhi kebutuhan

penduduk usia 13-15 tahun akan pendidikan ditingkat SMP. Secara keseluruhan, dengan

kapasitas total sebanyak 42880 jiwa, fasilitas pendidikan SMP yang ada di Kota Bogor

ini hanya bisa memenuhi 90 % kebutuhan akan pendidikan dari 47639 jiwa penduduk

usia 13-15 tahun. Walaupun secara keseluruhan persentase pemenuhan kebutuhan akan

fasilitas pendidikan SMP ini sudah mendekati baik yaitu sebesar 90%, tetapi bila kita

lihat pemenuhan kebutuhan di setiap kecamatan ternyata belum menunjukkan capaian

Page 10: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

pemenuhan yang baik. Dari enam kecamatan, hanya satu kecamatan saja yang memiliki

sediaan kapasitas lebih besar daripada kebutuhan dalam kecamatan itu sendiri, yaitu

kecamatan Bogor Tengah.

9.2 Fasilitas Pendidikan SMA

Tabel 9.2 Persentase Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Pendidikan SMA Tahun 2006

Kecamatan Jumlah fasilitas SMA

Jumlah Kelas

Kapasitas (Jiwa)

Jumlah penduduk usia 16-18 (jiwa)

Persentase Pemenuhan Kebutuhan (%)

Bogor Utara 7 80 3200 8982 36Bogor Selatan 11 123 4920 10051 49Bogor Timur 6 80 3200 5160 62Bogor Barat 9 101 4040 11324 36Bogor Tengah 9 140 5600 5910 95Tanah Sereal 5 79 3160 9819 32Jumlah 47 603 24120 51246 47

Dari enam kecamatan ternyata belum ada satu kecamatan pun yang bisa terpenuhi

seluruh kebutuhan penduduknya akan fasilitas pendidikan SMA. Pemenuhan kebutuhan

fasilitas pendidikan SMA yang paling tinggi adalah di kecamatan Bogot Tengah yaitu

sebanyak 95% dan yang paling rendah ada di kecamatan Tanah Sareal dengan persentase

pemenuhan kebutuhan sebesar 32%.

10. Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA di Kota Bogor

Analisis ini akan dibagi ke dalam dua bagian yaitu : analisis daerah jangkauan layanan

dan analisis aksesibilitas fasilitas pendidikan SMP dan SMA.

10.1 Analisis Daerah Jangkauan Layanan Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA

Seperti halnya pada fasilitas pendidikan SMP, ternyata daerah jangkauan fasilitas

pendidikan SMA pun lebih cenderung lintas kecamatan dan bahkan keluar wilayah kota

Bogor. Sebagian besar responden kedudukan tempat tinggalnya berbeda kecamatan

dengan SMA tempat bersekolah yaitu sebanyak 70,5% dan hanya sebagian kecil saja

yaitu sebanyak 29,5% responden yang tempat tinggalnya satu kecamatan dengan fasilitas

pendidikan SMA tempat sekolahnya.

10.2 Analisis Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA

Waktu tempuh mayoritas responden yang diperlukan dalam menjangkau fasilitas

pendidikan SMP adalah kurang dari 30 menit dengan total 76%. Sehingga bila dievaluasi

dengan ketentuan standar yang menjadi tolak ukur dalam indicator evaluasi maka

Page 11: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

kondisi waktu pencapaian ini masih dalam rentang yang disarankan yaitu kurang dari 30

menit. Untuk tingkat SMA, sebagian besar responden yaitu sebanyak 70,8% mencapai

fasilitas pendidikan SMA dalam waktu maksimal 30 menit. Oleh karena itu dengan

melihat aspek waktu tempu maka fasilitas pendidikan SMP dan SMA di Kota Bogor

memiliki tingkat aksesibilitas yang sudah cukup baik. Hal ini dimungkinkan karena

dukungan sarana transportasi dalam menjangkau fasilitas pendidikan sudah cukup baik.

11. Keterkaitan hasil analisis dengan indicator evaluasi dan sasaran penelitian

Setelah dilakukan analisis di atas maka untuk melihat konsistensi alur penelitian dari

awal sampai akhir dalam studi ini maka dibuatlah keterkaitan dengan indicator evaluasi dan

sasaran penelitian dalam bentuk tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11 Sasaran, Indikator dan Hasil Analisis Evaluasi Sebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan

SMP dan SMA di Kota Bogor

No. Sasaran Indikator Hasil Analisis

1 Menganalisis

persebaran jumlah

lokasi fasilitas

pendidikan SMP

dan SMA eksisting

di kota Bogor.

Sebaran jumlah fasilitas

pendidikan eksisting

Tolak ukur : persebaran fasilitas

pendidikan SMP dan SMA

eksisting di tiap kecamatan

memiliki komposisi sesuai

dengan sebaran jumlah fasilitas

menurut standar.

Sebaran jumlah fasilitas

pendidikan baik SMP

maupun SMA eksisting di

Kota Bogor yang ternyata

komposisi sebarannya di tiap

kecamatan tidak sesuai

dengan sebaran menurut

standar. Terjadi perbedaan

selisih jumlah fasilitas antara

satu kecamatan dengan

kecamatan lain yang sangat

mencolok.

2 Menganalisis

pemenuhan

kebutuhan

penduduk akan

fasilitas

pendidikan SMP

dan SMA di kota

Pemenuhan kebutuhan penduduk

akan fasilitas pendidikan

Tolak ukur: 100% kapasitas

fasilitas pendidikan SMP dan

SMA tiap kecamatan sama

dengan atau melebihi jumlah

penduduk usia 13-15 tahun

Fasilitas pendidikan SMP

yang ada di kota Bogor

hanya bisa memenuh 90%

kebutuhan.

Kebutuhan akan fasilitas

pendidikan SMA di kota

bogor hanya terpenuhi

Page 12: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

No. Sasaran Indikator Hasil Analisis

Bogor. (SMP) dan 16-18 tahun (SMA) di

Kota Bogor

sebesar 47% oleh fasilitas

pendidikan yang ada.

Persentase pemenuhan

kebutuhan fasilitas

pendidikan SMP dan SMA

di tiap kecamatan yang

sangat beragam yang

menunjukkan adanya

disparitas pemenuhan

kebutuhan akan fasilitas

pendidikan di tiap

kecamatan.

3. Menganalisis

tingkat pelayanan

fasilitas

pendidikan SMP

dan SMA di kota

Bogor.

Daerah jangkauan pelayanan

fasilitas pendidikan

Tolak ukur : kedudukan fasilitas

pendidikan dengan tempat

tinggal siswa adalah satu

kecamatan dan radius jarak

pelayanan maksimal fasilitas

pendidikan SMP dan SMA adala

1 km

Jumlah responden SMP

yang tinggal di luar

kecamatan dimana

sekolah berada sebanyak

58,4%. Sedangkan yang

tempat tinggalnya satu

kecamatan dengan

sekolah hanyalah

sebanayak 41,6%.

Sebagian besar responden

kedudukan tempat

tinggalnya berbeda

kecamatan dengan SMA

tempat bersekolah yaitu

sebanyak 70,5% dan

hanya sebagian kecil yaitu

29,5% responden yang

tempat tinggalnya satu

kecamatan dengan

Page 13: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

No. Sasaran Indikator Hasil Analisis

fasilitas pendidikan SMA

tempat sekolahnya.

Hanya 17,5% responden

SMP yang jarak tempat

tinggal ke sekolahannya

kurang dari satu

kilometer, selebihnya

82,5% lokasi tempat

tinggalnya lebih dari 1

km.

Hanya sebesar 11,3%

responden SMA yang

menyatakan jarak tempat

tinggal ke sekolahnya

kurang dari satu

kilometer, dan selebihnya

88,7% lokasi tempat

tinggalnya lebih dari 1 km

Aksesibilitas fasilitas pendidikan

Tolak ukur: waktu tempuh dalam

mencapai fasilitas pendidikan

SMP dan SMA tidak lebih dari

30 menit dan kondisi

transportasi baik (mudah

didapatkan, lancar dan murah)

Waktu tempuh mayoritas

responden (76%)yang

diperlukan dalam

menjangkau fasilitas

pendidikan SMP adalah

kurang dari 30 menit.

Untuk tingkat SMA,

sebagian besar responden

yaitu sebanyak 70,8%

mencapai fasilitas

pendidikan SMA dalam

waktu maksimal 30 menit.

Hampir seluruh responden

menyatakan mudah

memperoleh alat

Page 14: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

No. Sasaran Indikator Hasil Analisis

transportasi untuk

mencapai sekolah, dengan

proporsi yang menyatakan

mudah sebanyak 91,3%

responden SMP dan

89,8% responden SMA.

Masih banyak responden

SMP (31,2%) maupun

SMA (30,9%) yang

menyatakan kondisi

transportasi dalam

bersekolah itu macet.

Masih banyak responden

SMP (10,4%) maupun

SMA (20,1%) yang

menyatakan biaya

transportasi itu mahal.

12. Temuan Studi mengenai Sebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA di

Kota Bogor

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di atas, dapat dikemukakan beberapa temuan

studi sebagai berikut :

1. Berdasarkan sebaran jumlah penduduk yang ada, sebaran jumlah fasilitas pendidikan

SMP dan SMA eksisting di Kota Bogor belum sesuai dengan sebaran jumlah minimal

fasilitas pendidikan yang seharusnya menurut standar Cipta Karya Departemen PU.

Terdapat perbedaan selisih jumlah fasilitas pendidikan SMP dan SMA (eksisting dengan

standar) antara satu kecamatan dengan kecamatan lain di kota Bogor.

2. Pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan SMP menurut usia sekolah (13-15 tahun) di

kota Bogor secara keseluruhan telah mencapai angka 90%. Bila dilihat dari pemenuhan

kebutuhan fasilitas pendidikan untuk tiap kecamatan, maka terdapat disparitas yang

sangat mencolok antara satu kecamatan dengan kecamatan lain. Hasil ini juga diperkuat

dengan hasil survey langsung terhadap pengguna fasilitas pendidikan yang ada di kota

Bogor ternyata dari 320 responden SMP sebanyak 43,4% menyatakan lokasi tempat

Page 15: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

tinggal mereka berbeda kecamatan dengan lokasi sekolahnya artinya sebagian besar

penduduk menggunakan fasilitas pendidikan SMP lintas kecamatan.

3. Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan SMA di Kota Bogor secara keseluruhan

hanya 47%. Persentase pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan SMA di tiap

kecamatan yang sangat beragam menunjukkan adanya disparitas pemenuhan kebutuhan

akan fasilitas pendidikan di tiap kecamatan maka ini memperlihatkan bahwa persebran

lokasi fasilitas pendidikan SMA di Kota Bogor belum merata.

4. Sebagian besar responden SMP ternyata tinggal di luar kecamatan dimana sekolah

berada yaitu 58,4%, sedangkan yang bertempat tinggal satu kecamatan dengan sekolah

hanyalah 41,6%. Hal ini menunjukkan sebagian besar SMP yang ada di kota Bogor

daerah jangkauannya tidak lagi dalam satu kecamatan namun sudah lintas kecamatan dan

bahkan lintas kota. Hal ini menunjukkan sebaran fasilitas pendidikan SMP dan SMA

belum merata.

5. Dengan melihat aspek waktu tempuh fasilitas pendidikan SMP dan SMA di kota Bogor

memiliki tingkat aksesibilitas yang sudah cukup baik yang dinyatakan dengan sebagian

besar responden memerlukan waktu tempuh dari tempat tinggal ke sekolah masih dalam

rentang yang disarankan standar waktu pencapaian fasilitas pendidikan yang ada. Namun

demikian masih adanya responden yang harus menempuh waktu lebih dari 30 menit

dalam mencapai sekolah dengan persentase yang tidak sedikit (24% responden SMP dan

29,2% responden SMA)tetap menunjukkan bahwa sebaran lokasi fasilitas pendidikan

SMP maupun SMA di Kota Bogor masih belum merata.

6. Dari aspek transportasi didapatkan hamper seluruh responden menyatakan mudah

memperoleh alat transportasi untuk mencapai sekolah, dengan proporsi yang

menyatakan mudah sebanyak 91,3% responden SMP dan 89,8% responden SMA. Tidak

sedikit responden SMP dan SMA yang menyatakan kondisi transportasi dalam

bersekolah macet. Begitu pula dari aspek biaya, masih banyak responden SMP dan SMA

yang menyatakan biaya tranportasi mahal.

13. Kesimpulan mengenai Sebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA di Kota

Bogor

Sesuai dengan tujuan dan sasaran studi maka kesimpulan dari penelitian mengenai

sebaran lokasi fasilitas pendidikan SMP dan SMA di Kota Bogor ini adalah :

1. Persebaran jumlah fasilitas pendidikan SMP dan SMA yang merata belum terwujud

diwilayah kota Bogor dengan ditemukannya fakta bahwa sebaran jumalah fasilitas

Page 16: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

pendidikan SMP dan SMA yang ada (eksisting) belum mengikuti sebaran jumlah

fasilitas pendidikan menurut standar dimana sebaran menurut standar ini

mencerminkan bagaimana pemerataan jumlah fasilitas pendidikan yang seharusnya di

Kota Bogor yang didasarkan pada sebaran jumlah penduduk di tiap kecamatan di

Kota Bogor.

2. Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA yang ada saat ini belum bisa memenuhi seluruh

kebutuhan penduuduk kota Bogor akan fasilitas pendidikan SMP dan SMA. Hal ini

ditunjukkan dengan pencapaian pemenuhan fasilitas pendidikan yang hanya

memenuhi 90% kebutuhan untuk fasilitas SMP dan 47% untuk kebutuhan fasilitas

pendidikan SMA.

3. Tingkat pelayanan fasilitas pendidikan SMP dan SMA yang baik dan merata belum

tercapai di wilayah kota Bogor. Hasil studi ini menunjukkan sebagian besar SMP dan

SMA yang ada di kota Bogor daerah jangkauannya tidak lagi hanya satu kecamatan

namun sudah lintas kecamatan dan bahkan lintas kota, padahal kebutuhan lokal (di

dalam) di hamper setiap kecamatan belum bisa terpenuhi. Begitu pula daerah

jangkauan fasilitas pendidikan SMP dan SMA belum memenuhi standara dan kriteria

yang disarankan bila dilihat dari faktor jarak jangkauan fasilitas. Dengan melihat

aspek watu tempuh dan transportasi maka fasilitas pendidikan SMP dan SMA di Kota

Bogor memiliki tingkat aksesibilitas yang belum baik karena belum sepenuhnya

memenuhi standar atau ketentuan yang ada.

Dengan demikian secara keseluruhan sebaran lokasi fasilitas pendidikan SMP dan

SMA di Kota Bogor dilihat dari indicator sebaran jumalah, pemenuhan kebutuhan, daerah

jangkauan danaksesibilitas fasilitas pendidikan, belum dapat dikatakan merata.

14. Saran Studi Lanjutan

a) Perlu dilakukan studi yang lebih kompehensip dengan memperhitungkan seluruh

bentuk sekolah termasuk MTs, MA, dan SMK

b) Perlu dilakukan studi mengenai peranan sekolah – sekolah swasta dalam hal

pemerataan fasilitas pendidikan.

c) Perlu juga dilakukan studi tentang arahan penyediaan fasilitas pendidikan dasar dan

menengah sehingga permasalahan pemerataan sebaran fasilitas pendidikan akan bisa

lebih diperbaiki.

Page 17: Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan

d) Perlu dilakukan studi untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi

persebaran jumlah lokasi fasilitas pendidikan dasar dan menengah khususnya untuk

SLTP dan SLTA.