26
AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWA Nilai-nilai Primbon dalam Tradisi Pernikahan Masyarakat Muslim di Paciran Tesis Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama Bidang Hukum (MA.Hk) pada Konsentrasi Syariah dan Hukum Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Atho Mudzhar, MSPD Oleh: MOH. KHOIRUDDIN 12.2.00.1.01.01.0029 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/ 2015 M

AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWA

Nilai-nilai Primbon dalam Tradisi Pernikahan Masyarakat

Muslim di Paciran

Tesis

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama Bidang Hukum

(MA.Hk) pada Konsentrasi Syariah dan Hukum

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. H. Atho Mudzhar, MSPD

Oleh:

MOH. KHOIRUDDIN

12.2.00.1.01.01.0029

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/ 2015 M

Page 2: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

i

KATA PENGANTAR

Bismilla>hirrah}ma>nirrah}i>m

Puji syukur alhamdulillah kepada Allah Swt yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan inayahnya sehingga penulisan tesis tentang

Akomodasi Hukum Islam dalam Adat Jawa: Nilai-nilai Primbon Jawa dalam

Pernikahan Muslim di Paciran dapat diselesaikan dengan sebagaimana

mestinya. Buku ini merupakan hasil penelitian penulis untuk menyelesaikan

jenjang pendidikan S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan mengambil konsentrasi Syari‘ah.

Ide dalam penggarapan penelitian ini berawal dari rasa

keingintahuan penulis mengamati tradisi budaya Jawa di Paciran khususnya

di Desa Tunggul, kali ini dalam prosesi pernikahan yang sejak jaman dahulu

sampai sekarang masih eksis dilakukan. Kebiasaan masyarakat Desa

Tunggul dalam menikahkan putra-putrinya, baik sebelum maupun sesudah

menikahkan harus melewati beberapa ritual. Pada prosesi pra-pernikahan

seperti lamaran, menentukan tanggal, pasang tarub, seserahan dan

selametan. Sedangkan, pasca pernikahan seperti akad nikah, panggih, wiji

dadi, timbangan, kacar-kucur, dulangan, sungkeman, kirab dan ngundung

mantu. Keseluruhan ritual adat tersebut oleh penulis kemudian dikaitkan

dengan Islam, apakah ada korelasi diantara keduanya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan baik materil maupun moril

dalam penyelesaian penelitian ini. Pertama, kepada bapak Prof. Dr. Dede

Rosyada, MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr.

Masykuri Abdillah, selaku Direktur SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta jajaran pimpinan, Prof. Dr. Didin Syaefuddin, M.A., dan Dr. JM.

Muslimin, M.A., juga kepada seluruh civitas akademika dan Perpustakaan

SPs UIN Jakarta.

Kedua, Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar, M.S.D.P selaku dosen

pembimbing, penulis haturkan banyak terima kasih atas kesabaran dan

keikhlasannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga

penulis bisa menyelesaikan ini dan terima kasih atas ilmu-ilmu yang

bermanfaat sekali buat penulis. Tidak lupa para dosen Sekolah Pascasarjana

UIN Jakarta yang telah memberikan ilmunya, Prof. Dr. Azyumardi Azra,

MA, Prof. Dr. Suwito, MA, Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, MA, Prof. Dr. Iik

Arifin Mansyurnoor, MA. Prof. Dr. Abuddin Nata, MA, Prof. Dr. Sukron

Kamil, MA, Prof. Dr. M. Bambang Pronowo, MA, Dr. Muhbib Abdul

Wahab, MA. Dr. Asep Syaifuddin Jahar, MA, Suparto, Ph.D. Ketiga, rasa ta’zhim dan terima kasih yang sangat-sangat mendalam

kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan banyak

motivasi dan biaya pendidikan selama ini sampai ke jenjang Perguruan

Tinggi atas dukungan moril dan materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian

serta kasih sayangnya yang tak pernah habis bahkan doa munajatnya yang

Page 3: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

ii

tak henti-henti kepada Allah SWT senantiasa agar penulis mendapatkan

kesuksesan dalam menyelesaikan studi dan juga atas perjuangan mereka

yang telah mendidik dan mengajarkan arti kehidupan. Merekalah obat bagi

penulis dan selalu ada di hati penulis, serta jasa beliau tidak bisa digantikan

dengan apapun dan kupersembahkan tesis ini untuk kalian.

Keempat, kepada kakek H. Kasrup (alm) merupakan inspirasi

penulis yang kedua, beliaulah yang akhirnya penulis mendapatkan judul

tesis ini, terima kasih banyak walaupun beliau belum sempat melihat hasil

penelitian ini. Kemudian Hj. Aqimah (Mak Kim) yang penulis sayangi,

mereka juga tidak henti-hentinya mendoakan cucunya ini, walaupun

dibatasi oleh jarak yang sangat jauh, mereka selalu dihati penulis.

Kelima, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Cak Millah se-

keluarga yang telah menerima penulis selama ini, mungkin tak bisa dibalas

dengan apapun itu, semoga amal baiknya mendapatkan balasan pahala dari

Allah Swt. Serta tak lupa kepada teman-teman alumni Wasiat (Wadah

Silaturrahim Alumni Tarbiyatut Thalabah) di Jakarta yang tak disebutkan

satu persatu, thanks for all. Keenam, tak lupa penulis ucapkan terima kasih banyak kepada

teman dan sahabat seperjuangan di SPs Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Mami Yuni sekeluarga, Amal, Arief, Ade, Bisyri,

Chaerullah, Desi, Didi, Jauharil, Mitha, Mufrodi, Mujab, Taqien, Raden,

Razes, Shofi, Khadijah, Ummu Fadilla, Suherman, Zamakhsari, Izul, Rifqi,

Edo, Mbak Aunun, Ari, Harun, Fadlur, Nurul, Rahmah, Reksiana, Rahmi,

Aziz, Puji, Cak Qadir, Ade, Pak Saepulah, Alfauzi, Fahmi, Rahmat, serta

masih banyak yang lainnya, semoga hubungan silaturrahim dan pertemanan

kita tidak putus begitu saja. Semangat Kawan.

Semoga Allah memberikan imbalan pahala yang banyak dan

kesuksesan terhadap apa yang telah dilakukan oleh semua pihak yang telah

berjasa baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis.

Akhirnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh

dari kata “sempurna” karena kekurangan dan keterbatasan penulis. Oleh

karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran sangat diharapkan

untuk penyempurnaan penelitian ini.

Jakarta, 20 Juli 2015

Penulis,

Moh. Khoiruddin

Page 4: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

vii

Abstrak

Kesimpulan tesis ini adalah bahwa ritual pernikahan Jawa mempunyai

hubungan yang sangat kuat dengan syari’at Islam. Tata aturan hukum Islam dalam

pelaksanaan ritual pernikahan di Jawa, tetap berpegang dan terlaksana pada prinsip

akad, mahar, wali dan juga saksi. Penerapan fikih di dalam masyarakat,

sebagaimana diatur dalam kitab-kitab fikih, bervariasi. Kompleksitas ritual budaya

pernikahan Jawa sangat ditentukan oleh status sosial seseorang, sehingga semakin

tinggi status sosial seseorang semakin rumit pula pelaksanaan ritual budaya

pernikahan, akan tetapi kerumitan tersebut tidak mengurangi prinsip pernikahan di

dalam Islam.

Tesis ini menunjukkan bahwa hukum adat dapat seiring dengan hukum

Islam. Hukum adat dapat diakui oleh hukum Islam, asalkan tidak bertentangan

dengan hukum Islam. Agama harus dipahami bukan hanya sekedar seperangkat nilai

yang tempatnya di luar manusia, tetapi merupakan komposisi pengetahuan dan

simbol yang memungkinkan terjadinya pemaknaan. Interaksi simbolik dapat

diinterpretasikan melalui bentuk komunikasi dari perilaku budaya manusia. Begitu

juga dengan menekankan pada makna interaksi budaya dari sebuah komunitas.

Tesis ini menunjukkan bahwa tradisi yang berkembang pada masyarakat

Paciran, seperti hajatan pernikahan, baik pra maupun pasca pernikahan, masih

menggunakan tradisi wetonan. Integrasi tradisi antara agama Islam dan budaya

Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam.

Tesis ini membuktikan bahwa nilai dan simbol-simbol, yang berhubungan dengan

nilai-nilai keislaman yang sudah berlangsung di masyarakat Jawa, tidak

menghilangkan tradisi-tradisi yang sudah ada (berlangsung) di masyarakat Jawa.

Tesis ini sependapat dengan M. Bambang Pranowo (2011), Muhaimin AG

(2002), Mark Woodward (1989), yang menyatakan bahwa perkembangan Islam di

Jawa merupakan sebuah proses “mengada” (state of being), sehingga perlu

pemahaman yang komprehensif dalam memahami tradisi sosial keagamaan

masyarakat Islam Jawa, yang sebenarnya sudah terlepas dari sinkritisme yang

bersumber dari Hindu-Budha. Tesis ini tidak sependapat dengan London (1949),

Van Leur (1955), Winstedt (1951), dan Alice Dewey (1962), yang menyatakan

bahwa pengaruh Islam di Jawa sangat terbatas, tidak membawa pembaharuan, baik

secara sosial maupun ekonomi.

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan tujuan

untuk menuturkan, menafsirkan, serta menguraikan data. Sumber data primer

didapat dari hasil wawancara/interview, observasi, dan dokumenter. Sumber

sekunder didapat dari buku-buku, jurnal dan artikel yang mendukung penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi, Sosiologi, dan Sejarah.

Sedangkan analisa menggunakan metode studi kasus.

Kata kunci: Pernikahan Jawa, wetonan, Akulturasi.

Page 5: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

viii

Abstract

The conclusion of this thesis is that the marriage ritual of Java has a very

strong relationship with the Shari'ah. Rules governing the implementation of

Islamic law in the marriage ritual in Java, stick and implemented the principles of

the contract, dowry, guardians and witnesses. Application of Jurisprudence (Fiqh)

in society, as provided for in the books of jurisprudence (Fiqh), varies. The

complexity of Javanese ritual wedding culture is determined by a person's social

status, so that the higher a person's social status, implementation of more complex

cultural rituals of marriage, but such complexity does not reduce the principle of

marriage in Islam.

This thesis shows that customary law can be conformable with Islamic law.

Customary law can be recognized by Islamic law, if not contradicted with Islamic

law. Religion is not just a set of values that place beyond the human, but it’s a

composition of knowledge and a symbol that allows the meaning. Symbolic

interaction can be interpreted through a form of communication of human cultural

behavior. Can also with emphasizing on the cultural significance of a community

interaction.

This thesis shows that the tradition that developing in society of Paciran,

like a wedding party, event before and after marriage, still using wetonan tradition.

Integration between Islam and traditions of Javanese culture is acculturation and

accommodation between Javanese culture and Islamic religion. This thesis proves

that the values and symbols, relating to Islamic values that goes on in society of

Java, it’s not eliminates the traditions that already exist (progress) in society of

Java.

This thesis agrees with M. Bambang Pranowo (2011), Muhaimin AG

(2002), Mark Woodward (1989), who states that the development of Islam in Java

is a process of "making it up" (state of being), until needing a comprehensive

understanding in understanding socio-religious traditions of javanese Islamic

society, it’s separated from the syncretism is sourced from Hindu-Buddhist. This

thesis does not agree with the London (1949), Van Leur (1955), Winstedt (1951),

and Alice Dewey (1962), who states that the influence of Islam in Java is very

limited, isn’t bring renewal, both in socially and economically.

This research is used a qualitative descriptive method with the purpose to

tell, interpret and present data. The primary data sources obtained from interviews,

observation, and documentary. Secondary sources obtained from books, journals

and articles that supporting this research. This research using the approach of

Anthropology, Sociology, and History. While the analysis using the case study

method.

Key words: Java Marriage, Wetonan, Acculturation.

Page 6: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

ix

ملخص

فة معروتحقق هذه الرسالة نظرية أحكام العادة التي توافق باألحكام اإلسالمية. أحكام العادة

مع أنها ال يعارض باألحكام اإلسالمية. ال يفهم الدين إال القيمة التي وقعت خارج باألحكام اإلسالمية

من المعارف والرموز ذات القيمة.احتكاك الرموز يقدر على التفاسير قدرة الناس فحسب ولكنها تتمكن

من خالل اتصاالت موكلة بالثقافة اإلنسانية.

لم يزل يستخدم نحو حفلة الزفاف، (Paciran)تشير هذه الرسالة أن العادة الشائعة بباشيران

ية تحصل على التثاقف واإلحتكاك تكامل العادة بين اإلسالم و الثقافة الجاو. wetonanعملية وطنان

يم اإلسالمية الشائعة فىبين الجاوي واإلسالم. حققت هذه الرسالة أن القيمة والرموز المتعلقة بالق

الجاوي ال تفقد العادات الموجودة الشائعة فى المجتمع.

( ومارك وودوارد 1111(، ومهيمين أ.ج.)1122) رأي بمبانج برانووتوافق هذه الرسالة ب

(state of being)""منجادا يكون عملية ير اإلسالم في جزيرة جاوأن انتشا الذين يرون( 2191)

ينية ااإلجتم عاداتم الإلى فهم شامل في فه ج انحت )ظروف الوجود(، حتى سلم تمع الم ج الم فىعية الد

عارض ي البحث اهذ و . من معتقدات هندوسي وبوذي درتصأالتوفيقية التي فهم من كانت خاليةوي جاب

الذين ( 2191( وال أليس ديوي )2112( وال ويىنستيدت )2111( وال فان ليور )2191رأي لندن ) عن

.تجديد، سواء كان اجتماعيا أم اقتصاديا، ال يأتى بأي محدود يجاوب تأثير اإلسالم يعبرون بأن

ستخدم طريقة الوصف النوعي، لهدف الشرح والتفسير والتفصيل للبيانات. ت هذه الرسالة

أصول البيانات األولى تصدر من المقابالت، والمراقبات، والتوثيقيات. واألصول الثانوية تصدر من

ب األنثروبولوجي)علم م ع د االت التى ت ق والموالصحف، الكتب، هذا البحث. وهذا البحث يستخدم التقر

.اإلنسان(، والسوسيولوجي)علم االجتماع(، والتاريخي، وأما التحليل فيستخدم طريقة معرفة األحوال

, التثاقف. wetonanالكليمة الرىيسية : عروس الجاوية, وطنان

Page 7: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu sebagai berikut:

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

}D ض A ا

Ţ ط B ب

}Z ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه،ة S س

W و Sh ش

Y ي }S ص

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fatḥah A A

Kasrah I I

Ḑammah U U

Page 8: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

ix

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

ي ... Fatḥah dan ya Ai A dan I

... و Fatḥah dan wau Au A da U

Contoh:

H{aul :حول H{usain :حسين

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

Fatḥah dan alif a> a dan garis di atas ــا

ي Kasrah dan ya ī I dan garis di atas ــ

Ḑamah dan wau ū u dan garis di atas ــ و

D. Ta’ Marbūţah

Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, bila dimatikan ditulis h.

Contoh:

Madrasah :مدرسة Mar’ah : مرأة

(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah diserap ke

dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali

dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shiddah

Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf

yang sama dengan huruf bershaddah itu.

Contoh:

Shawwa>l :شوال <Rabbana : ربنا

F. Kata Sandang Alif + La>m

Apabila diikuti dengan huruf qamariyah, ditulis al.

Contoh: لقلما : al-Qalam

Page 9: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

xii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv

PERNYATAAN PERBAIKAN SETELAH VERIFIKASI .................................. v

PERSETUJUAN HASIL UJIAN PENDAHULUAN ........................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI............................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 5

1. Identifikasi Masalah ........................................................... 6

2. Pembatasan Masalah .......................................................... 6

3. Perumusan Masalah ............................................................ 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ............................................... 6

D. Metodologi Penelitian ............................................................... 7

E. Teknik Penulisan ....................................................................... 10

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 10

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 15

BAB II AKOMODASI ADAT DALAM HUKUM ISLAM ....................... 17

A. Adat dan Hukum Islam ................................................................ 17

B. Adat dalam Bingkai Budaya Jawa ............................................... 30

C. Adat dan Islam dalam Budaya Jawa ............................................ 35

BAB III HISTORISITAS PRIMBON JAWA DALAM PERNIKAHAN ADAT

JAWA DAN RESPON ULAMA ................................................... 42

A. Telaah Historis Primbon Jawa ..................................................... 42

B. Konsep Petungan dalam Primbon Jawa .................................... 45

C. Respon Ulama Terhadap Primbon Jawa ...................................... 64

BAB IV INTERAKSI ADAT DAN ISLAM PRA AKAD PERNIKAHAN 68

A. Lamaran .................................................................................... 69

B. Penentuan Tanggal .................................................................... 85

C. Pasang Tarub ............................................................................. 91

Page 10: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

xiii

D. Serah-serahan ............................................................................ 93

E. Kenduri ...................................................................................... 97

BAB V INTERAKSI ADAT DAN ISLAM PASCA AKAD

PERNIKAHAN ................................................................................ 105

A. Akad Nikah .................................................................................... 105

B. Resepsi/Walimatul ‘Ursh ............................................................... 109

1. Panggih/Balangan Sirih/Temu Manten ...................................... 113

2. Wiji Dadi .................................................................................... 116

3. Timbangan .................................................................................. 121

4. Kacar-Kucur ............................................................................... 124

5. Dulangan ..................................................................................... 128

6. Sungkeman ................................................................................ 131

7. Kirab ........................................................................................... 135

9. Ngundang Mantu ........................................................................ 137

BAB VI PENUTUP ...................................................................................... 141

A. Kesimpulan ................................................................................ 141

B. Saran-saran ................................................................................ 142

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 143

GLOSARIUM ................................................................................................... 158

INDEKS ............................................................................................................ 167

LAMPIRAN ...................................................................................................... 170

BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 172

Page 11: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transformasi Islam ke Indonesia mengalami akulturasi yang tidak jarang

berbeda dengan sumber aslinya. Perbedaan itu kemudian menuai perdebatan di

antara kaum Salafi maupun kaum Modernis yang menganggap bagian dari Islam

dan bukan bagian dari Islam, tak terkecuali yang terjadi pada masyarakat Jawa.

Sebagaimana diketahui, masyarakat Jawa mempunyai banyak ritual yang sampai

saat ini masih dipegang teguh. Adapun kebiasaan masyarakat Jawa dalam ritual

dan tradisi tersebut di antaranya: Selametan (kendurenan),1 Gamelan,2 Tembang,3

Wayang,4 Prosesi Pernikahan, Kelahiran, dan Kematian.

Ritual tersebut sebagai wujud dalam bentuk simbol-simbol ritual yang

merupakan ekspresi dari penghayatan serta pemahaman. Sehingga dengan ritual

1 Selametan, sering disebut juga dengan kendurenan. Dapat didefinisikan dalam

versi Jawa sebagai ritual manusia paling umum yang memiliki makanan kolektif relegious

menyertai peristiwa siklus hidup yang penting. Naskah asli selametan diambil dari

“sala>ma” kata Arab yang berarti damai. Dalam proses jika dihubungkan dari bahasa Jawa

ini, kata Arab masuk ke dalam bahasa Jawa menjadi Selamet, yang secara harfiah berarti

disimpan dan dijaga. Lihat Lies Mancoes, “(Metu, Mantu, Mati) Hatched, Matched,

Dispatched: The Role of Dukun Among The Javanese-Suriname in The Netherlands,”

Kultur, The Indonesian Journal For Muslim Cultures, Vol. 2, No. 2, 2002: 89. Lihat juga

Mark R. Woodward, “The “Slametan”: Textual Knowledge and Ritual Performance in

Central Javanese Islam,” History of Religions, Vol. 28, No. 1 (Aug, 1988), 56.

http://www.jstor.org/stable/1062168. (Diakses 29-10-2014). Lihat juga Deni Hamdani,

“Cultural System of Cirebonese People: Tradition of Maulidan in the Kanoman Kraton,”

Indonesian Journal of Social Sciences, Vol. 4, No. 1, 8.

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/deny Cultural System of Cirebonese People.pdf.

2 Perangkat alat musik Jawa (Sunda, Jawa, Bali, dan sebagainya) yang terdiri dari

atas Saron, Bonang, Rebab, gendang, gong, dan sebagainya. Lihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), 330.

3 Syair yang diberi berlagu ( untuk menyanyikan), nyanyian, dan puisi. Tembang

ini terdiri atas tiga macam, yakni: Tembang Cilik (macapat) adalah tembang yang diatur

secara baru (dulu Sastra Jawa baru, dilihat dari jumlah baris, suku kata, dan vokal pada

akhir baris). Tembang Gede (kawi) adalah tembang yang didasarkan pada jumlah baris,

suku kata dan vokal pada akhir baris dengan tembang-tembang yang berasal dari zaman

permulaan kerajaan Surakarta. Tembang tengahan adalah tembang yang kata-katanya

bersumber dari bahasa Jawa tengahan. Lihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,... 1165.

4 Boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya

yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dulu dalam pertunjukan drama

tradisional (Jawa, Sunda, Bali, dan sebagainya). Biasanya di mainkan oleh seseorang yang

disebut dengan dalang. Lihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,.... 1271.

Page 12: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

2

tersebut terasa bahwa Tuhan selalu hadir dan selalu terlibat (menyatu) dalam

dirinya.5

Pada masa akhir kekuasaan kerajaan Majapahit, perkembangan budaya

yang dihasilkan akibat bertemunya tiga agama di tanah Jawa yakni: Islam,6 Hindu,

dan Budha, menimbulkan dampak terhadap berbagai tataran kehidupan yang

mempunyai ajaran dan nilai-nilai budaya yang dapat diterima secara langsung

melalui proses transformasi budaya, baik budaya lokal maupun budaya yang

dihasilkan dari pergeseran akibat bertemunya ketiga agama tersebut.7

5 Bagi masyarakat Jawa ritual dan tradisi tersebut merupakan sebuah momentum

yang sangat penting dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Lihat Muhammad

Solikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa (Yogyakarta: Narasi, 2010), 49. Diketahui juga,

bahwa masyarakat Jawa mempunyai kepecayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas jagad gedhe dan jagad cilik. Jagad gedhe yaitu alam semesta, sedangkan jagad cilik adalah

manusia itu sendiri. Suatu keserasian dan keharmonisan tidak hanya diwujudkan dalam

hubungan vertikal antara manusia dan alam semesta, tetapi juga dalam bentuk hubungan

horisontal yaitu hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosialnya. Lihat

Wahjudi Pantja Sunjata, “Upacara Tradisional Ceprotan di Pacitan,” Patrawidya, Vol. 11,

No. 3, 2010, 772. Makna yang senada juga oleh Ambar Andrianto, “Makna Simbolik

Ritual Adat Tengger,” Patrawidya, Vol. 11, No. 3, 2010, 792.

6 Agama Islam datang pertama kali di tanah Jawa tidak diketahui dengan pasti

atau tidak terdokumentasi dan susah diteliti, disebabkan kurangnya sumber dan bukti yang

mendukung. Snouck Hurgronje mengatakan bahwa Islam masuk pada abad 12 atau abad

13, sebelum itu kebudayaan spiritual orang Jawa telah menyerap Hindu dan Budha kira-

kira seribu tahun, bahkan ada pula orang Cina atau penulis Tiong Hoa yang bernama

Tjseng-Ho mangatakan bahwa kira-kira tahun 1400 M telah ada agama Islam di tanah

Jawa dibawah oleh para saudagar muslim yang tinggal di pantai utara pulau Jawa, Lihat

Suwarno Imam S., Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 24. Dan sekitar tahun yang sama pula

penyebaran agama Islam juga dilakukan oleh bangsa Campa, Lihat Roibin, Relasi Agama dan Budaya Masyarakat Kontemporer (Malang: UIN Malang Press, 2009), 123. Sedangkan

sejarah Islam masuk ke tanah Jawa di pantai pesisir utara ini tidak lepas dari peran Wali

Songo kira-kira abad ke-15 berdasarkan peninggalan batu nisan Maulana Malik Ibrahim

(Giri) yang disebut sebagai sesepuh wali dan wali pertama yang menyebarkan Islam di

tanah Jawa, Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaharuan Islam Indonesia (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2004), 3.

7 Mahmud Manan, Transformasi Budaya Unsur-Unsur Hinduisme dan Islam Pada Akhir Majapahit (Abad XV-XVI M) dalam Hubungannya dengan Relief Penciptaan Manusia di Candi Sukuh, Karanganyar, Jawa Tengah (KEMENTRIAN AGAMA RI Badan

Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010), 1. Dan juga corak Islam yang

ada di Jawa berbeda dengan teritorial lain, sebab di Jawa sudah ada ajaran, nilai, dan

kearifan sebelum Islam datang. Corak keagamaan akan menjadi khas, yaitu di dalamnya

terdapat unsur Islam sekaligus Jawa. Lihat di Zainal Adzfar, “Filsafat Kenabian Islam

Jawa Studi Teks Kitab Layang Ambyok,” Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 9, No. 2

Nopember 2011, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian

Agama RI, 295. Lihat juga Abdurrahman Misno bambang Prawiro, “Islam Aboge: Islam

and Cultural Java Dialogue (A Study of Islam Aboge Communities in Ujung manik,

Page 13: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

3

Hasil dari gesekan atau interaksi tiga agama tersebut yakni Hindu, Budha,

dan Islam menghasilkan tiga golongan, diantarannya golongan santri, golongan

priyayi, dan golongan abangan (kejawen). Golongan santri adalah golongan yang

menganut ajaran Islam atau dapat diasosiasikan dengan Islam yang murni,

golongan priyayi adalah golongan keturunan aristokrat (kaum ningrat) dan

pegawai sipil kontemporer. Tradisi keagamaan mereka dapat dicirikan terutama

dengan adannya elemen-elemen Hindu dan Budha yang memainkan peran yang

sangat mendasar dalam membentuk pandangan dunia, etika, dan perilaku sosial

termasuk pada mereka yang sudah dipengaruhi pendidikan Barat,8 dan golongan

abangan adalah orang Jawa yang sinkretis.9

Cilacap, Central Java, Indonesia),” International Journal of Nusantara Islam, 102.

journal.uinsgd.ac.id/index.php/ijni/article/download/29/pdf_8/pdf. (Diakses 29-10- 2014).

8 M. Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa (Jakarta: Pustaka Alfabet, 2011),

8-9. Lihat juga Mohd. Shuhaimi Bin Haji Ishak, “Nusantara and Islam: A Study of the

History and Challenges in the Preservation of Faith and Identity,” Australian Journal of Basic and Applied Sciences, Vol. 8 (9) June 2014, Pages: 351-359, 355.

http://ajbasweb.com/old/ajbas/2014/June/351-359.pdf. (Diakses 30-10-2014). Lihat juga

M>. C. Ricklefs, “The Birth of the Abangan, Bijdragen tot de Taal-, Land-en

Volkenkunde,” 162, No. 1 (2006), pp. 35-55, http://www.jstor.org/stable/27868285.

(Diakses 07 November 2014). Lihat juga dalam Sunny Tanuwidjaja, “Political Islam and

Islamic Parties in Indonesia: Critically Assessing the Evidence of Islam's Political

Decline,” Contemporary Southeast Asia, Vol. 32, No. 1 (April 2010), pp. 29-49,

http://www.jstor.org/stable/41288802. (Diakses 07 November 2014).

9 Golongan ini bisa juga dikatakan dengan kejawen yakni orang Jawa yang

mengakui ajaran Islam (beragama Islam) namun tidak menjalankan sepenuhnya atau bisa

juga dikatakan mereka yang lebih mengutamakan filsafat ajaran leluhur yang menekankan

kebatinan dalam diri, Lihat Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia

(Jakarta: LP3S, 1996), cet-1, 105-108. Ada juga yang mengatakan bahwa abangan ini

merupakan “Tradisi Sempit” dari kegiatan-kegiatan (upacara) oleh masyarakat

kampung/desa yang animistik, biasanya dilakukan dalam rumah tangga. Namun, dalam

agama, abangan ini mempunyai cirinya yang toleransi untuk sekularisasi atas berbagai segi

kehidupan sosial dan toleransi kepada kepercayaan yang lain. Lihat di Hildred Greertz,

The Javanese Family (Keluarga Jawa) (Jakarta: PT Grafiti Pers, 1985), cet-3, 4.

Sedangkan keberadaan sinkretisme Jawa merupakan hasil dari pengolahan dan

penyesuaian antara budaya lama dengan budaya Jawa, yang sering dikenal dengan istilah

agama Jawa atau Kejawen. Selain itu, sinkretisme dianggap sebagai tradisi rakyat yang

dirintis oleh kaum abangan meminjam istilah Geertz yang makin kental dan sulit

dibedakan mana yang budaya yang asli dan tidak. Oleh karena itu, banyak pengamat yang

berbeda pendapat mengenai eksistensi sinkretisme. Lihat Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa

(Yogyakarta: Narasi, 2004), 63-64. Perhatikan pula Arief Aulia Rahman, “Akulturasi

Islam dan Budaya Masyarakat Lereng Merapi Yogyakarta: Sebuah Kajian Literatur,”

Jurnal Indo-Islamika, Vol. 1, No. 2, 2012/1433, 165. Lihat juga Thomas B. Pepinsky, R.

William Liddle and Saiful Mujani, “Testing Islam's Political Advantage: Evidence from

Indonesia,” American Journal of Political Science, Vol. 56, No. 3 (July 2012), pp. 584-600,

595. http://www.jstor.org/stable/23316008 (Diakses 07 November 2014). Lihat juga

Christoph Schuck, “Islam und die Legitimität von Herrschaft. Erkenntnisse aus der

Page 14: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

4

Salah satu tradisi yang masih kuat adalah prosesi pra-nikah masyarakat

Jawa ala primbon. Pernikahan dengan menggunakan adat Jawa memiliki ritual

tersendiri jauh sebelum upacara pernikahan adat Jawa itu digelar. Masyarakat

Jawa sendiri percaya dengan penentuan hari baik melalui hitungan weton kedua

pasangan. Semuanya itu merupakan rangkaian awal dari tata cara pernikahan adat

Jawa atau dikenal dengan istilah petungan Jawa.

Tradisi prosesi pra-nikah ala primbon di atas juga dilakukan oleh

masyarakat Desa Tunggul Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Dalam

masalah prosesi pra-nikah masyarakat Desa Tunggul mempunyai hukum tersendiri

berdasarkan “warisan” adat yang telah dilakukan secara turun temurun dari nenek

moyangnya. Hukum berdasarkan adat ini bahkan telah menjadi keyakinan mereka

dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam prosesi pernikahan Jawa, masyarakat selalu melihat langkah atau

tata cara penghitungan waktu khususnya di dalamnya termuat peraturan nikah

yang merujuk ke kitab induk Primbon,10 cara penghitungannya dengan

dipadukannya tanggal kelahiran calon mempelai kemudian dihitung sehingga

mendapatkan hasil, dari hasil itu bisa di lihat bagaimana watak, kehidupan, serta

kejayaan manusia dilihat dari hari dan neptu lahirnya atau lazim disebut dengan

Weton.11 Juga penentuan waktu (hari, bulan, tahun) baik merupakan salah satu

elemen yang sangat penting. Begitu pula dengan perjodohan bagi orang Jawa,

primbon sangat memegang peranan penting sekali dalam menentukan cocok atau

tidaknya perjodohan.12

konzeptionellen Heterogenität des Islams in Indonesien für Demokratie und System

transformation,” Zeitschrift für Internationale Beziehungen, 14. Jahrg., H. 1. (Juni 2007),

pp. 71-100, 75. http://www.jstor.org/stable/40844048. (Diakses 07 November 2014). Lihat

juga Julia Day Howell, “Sufism and the Indonesian Islamic Reviva,” The Journal of Asian Studies, Vol. 60, No. 3 (Aug., 2001), pp. 701-729. 706.

http://www.jstor.org/stable/2700107. (Diakses 10 November 2014). Lihat juga Matthew

Isaac Cohen, “Polarising Javanese society; Islamic and other visions” (c. 1830-1930) by

M.C. Ricklefs, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 166, No. 1 (2010), pp. 143-

146. 145. http://www.jstor.org/stable/27868564. (Diakses 10 November 2014).

10 Kitab yang berisikan ramalan (perhitungan hari baik, hari nahas, dsb), buku

yang menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib (rajah, mantra,

do’a, tafsir mimpi), sistem bilangan yang pelik untuk menghitung hari mujur untuk

mengadakan selamatan, mendirikan rumah, memulai perjalanan, dan mengurus manjurus

segala macam kegiatan yang penting, baik peorangan maupun masyarakat banyak. Lihat di

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 896. Dan dijelaskan pula dalam Buku karya

Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 73-76.

11 Hari lahir seseorang dengan pasarannya (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).

Tiap individu atau perorangan mempunyainnya. Lihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Balai Pustaka,

2007), 1272.

12 Hildred Geertz, The Javanese Family (Keluarga Jawa) (Jakarta: PT Grafiti Pers,

1985), 63. Lihat juga Niels Mulder, Mysticism in Java: Ideology in Indonesia

Page 15: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

5

Mengenai karakteristik Primbon itu sendiri, penjelasan di atas merupakan

salah satu pembahasan dalam kitab primbon, masih banyak penjelasan dalam kitab

primbon. Ada unsur meramal dalam buku ini, seperti membaca kesehatan,

keberuntungan di masa depan, membaca karakter seseorang dilihat dari wajah dan

tangan, kemudian hari baik untuk perjalanan atau bepergian, mendirikan rumah,

seperti halnya primbon, petungan juga merupakan sarana mengkoordinasikan

peristiwa-peristiwa di dunia dengan kondisi kosmis,13 semua itu pedoman utama

dalam kitab primbon adalah neptu dan weton.

Karena pentingnya hitungan weton itulah maka dalam perjodohan maupun

pernikahan Jawa, khususnya orang-orang yang masih menerapkan hitungan

(petungan) pada Primbon, banyak perjodohan yang gagal dikarenakan

ketidaksesuaian hitungan weton kedua pengantin. Mereka menggagalkan

perjodohan karena dihitung jatuh pada hitungan tidak enak atau kurang baik yang

akhirnya hubungan mereka hanyalah sebagai hubungan saudara bukan suami istri.

Selain itu untuk menentukan hari pernikahan orang Jawa juga mempunyai tradisi

yang sama yang berkenaan dengan hari baik dan kurang baik yang menyangkut

masa depan anak-anak mereka.

Masyarakat Desa Tunggul yang mayoritas penduduknya beragama Islam

yang taat melaksanakan syari‘at agama, baik Nahdhatul Ulama (NU) maupun

Muhammadiyah tidak jarang terjadi pertikaian dalam menghadapi masalah agama.

Namun, dalam hal prosesi pra-nikah ala Primbon ini belum pernah terjadi

pertikaian antara dua organisasi itu.

Berdasarkan hal di atas Primbon memiliki satu tempat terhadap prosesi

pernikahan masyarakat Jawa hingga saat sekarang ini. Meskipun paham

modernisasi telah berkembang, namun Primbon masih tetap digunakan dan tidak

ditinggalkan dalam prosesi pra-nikah masyarakat Jawa. Oleh karena itu, perlu

dikaji bagaimana Primbon itu bisa eksis hingga saat sekarang ini dan sejauh mana

Primbon Jawa itu sendiri dalam pernikahan masyarakat Jawa ditinjau dalam

perspektif Hukum Islamnya. Selain itu, dalam masalah prosesi pernikahan ala

Primbon belum pernah terjadi pertikaian antara kedua organisasi Islam. Melihat

cara pandang kedua organisasi Islam itu yang sering berbeda namun, dalam hal

prosesi ala Primbon ini tidak terjadi pertikaian antara keduanya membuat

penelitian ini semakin menarik.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis memetakan beberapa masalah

yang berhubungan dengan masalah-masalah yang muncul dalam penelitian ini

adalah:

(Terjemahan) (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2001), cet-1, 60-61. Dan dijelaskan pula

oleh karya Kanjeng Pangeran Harya Cakraningrat dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (Yogyakarta: “Soemodidjojo Mahadewa” ing Praja Dalem Ngayogyakarta

Hadiningrat, lan saking Panbiyantunipun CV. Buana Raya, tt).

13 Niels Mulder, Mysticism in Java......., 60-61.

Page 16: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

6

1. Identifikasi Masalah

a. Masyarakat muslim Jawa, masih memegang ritual-ritual yang berbau

kejawen.

b. Agama Islam masuk ke dalam budaya masyarakat Jawa tidak

menghilangkan tradisinya, akan tetapi terjadi akulturasi antara tradisi

masyarakat Jawa dan agama Islam di dalam kehidupan sehari-hari.

c. Sistem penanggalan yang masih dianut masyarakat Jawa, dikenal dengan

istilah weton, sangat menentukan berbagai kegiatan, seperti perjodohan.

Apabila tidak cocok, maka tidak boleh dilanjutkan, begitu juga

sebaliknya.

d. Tradisi penanggalan yang ada dan sangat kuat mengakar pada masyarakat

Jawa dikenal dengan istilah Primbon.

2. Perumusan Masalah

Berdasakan rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan

supaya lebih terarah dalam penulisan ini adalah: Bagaimana interaksi antara

Islam dan Adat terhadap tradisi pernikahan adat Jawa, baik itu sebelum

pernikahan maupun sesudah pernikahan?

3. Pembatasan Masalah

Masyarakat Jawa percaya pada waktu, hari, bulan, dan tahun

mempunyai makna/arti yang baik atau buruk dalam berbagai pelaksanaan

kegiatan manusia, baik itu berpergian, membangun rumah, boyongan rumah,

dan lainnya. Oleh karena itu, agar pembahasan ini tidak meluas kemana-

mana, maka peneliti mempertegas bahwa batasan penyusunan penelitian ini

adalah hal-hal yang berkaitan dengan akomodasi hukum Islam dalam Adat

Jawa atas nilai-nilai Primbon dalam tradisi pernikahan masyarakat Jawa

khususnya di Desa Tunggul Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Fokus

dalam kajian ini adalah lebih mengenai eksistensi adat di kalangan

masyarakat muslim Jawa dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

memperoleh gambaran secara mendalam serta mendiskripsikan mengenai

akomodasi Hukum Islam dalam Adat Jawa atas penerapan nilai-nilai primbon

terhadap pernikahan adat Jawa dalam masyarakat Muslim di Paciran.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penulisan tesis ini diharapkan dapat membawa

manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

a. Untuk memperkaya literatur khazanah pemikiran Islam.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang

masalah penerapan nilai-nilai primbon Jawa dalam tradisi pernikahan di

Page 17: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

7

Desa Tunggul Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam

akomodasi antara Hukum Islam dan Adat.

c. Menela’ah, mengungkap dalam hal bagaimana tradisi primbon Jawa

terakomodasi dengan budaya Islam pada masyarakat Jawa yang ada di

Desa Tunggul Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

d. Menjelaskan bagaimana praktek primbon Jawa dalam pernikahan

masyarakat Jawa, khususnya di Desa Tunggul Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan.

e. Bagi dunia pustaka, hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan

yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-

karya penelitian lapangan.

D. Metodologi Penelitian

Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh data yang valid dalam

penelitian ini meliputi:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh data yang valid dalam

penelitian ini adalah pendekatan sosiologi,14 karena untuk mengetahui latar

belakang kondisi masyarakat dalam pernikahan adat yang sudah berlangsung

cukup lama dan diikuti oleh orang banyak, pendekatan ini ingin menjelaskan

bagaimana akomodasi hukum Islam dalam Adat Jawa baik itu sebelum

maupun sesudah pernikahan yang terjadi di masyarakat Jawa. Selain itu

pendekatan antropologi15 digunakan karena terjadi akulturasi, asimilasi

antara Adat dan Islam serta kepercayaan masyarakat kepada ritual maupun

simbol. Pendekatan sejarah16 juga diperlukan dalam penelitian ini karena

14 Menurut Atho Mudzhar, studi Islam dengan pendekatan sosiologi dapat

mengambil beberapa tema; Pertama, studi tentang pengaruh agama terhadap perubahan

masyarakat. Kedua, studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarkat terhadap

pemahaman ajaran agama atau konsep keagamaan. Ketiga, studi tentang tingkat

pengalaman beragama masyarakat. Keempat, studi pola sosial masyarakat muslim.

Kelima, studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat melemahkan

atau menunjang kehidupan beragama. Lihat Atho Mudzhar, Pendekatan sosiologi Dalam Hukum Islam, dalam Amin Abdullah, Mencari Islam dari berbagai pendekatan

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000), 31-33. Perhatikan pula oleh Sri Lum’atus

Sa’adah, “Tradisi Kajian Keagamaan dalam Islam (Telaah Pemikiran Charles J. Adam)”,

Jurnal Falasifa, Vol. 1, No. 2 September 2010, 31.

http://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/2-sri-lume2809fatus-sae2809fadah-

tradisi-kajian-keagamaan-dalam-islam-telaah-pemikiran-charles-j-adams.pdf. (Diakses 15

Maret 2014). 15 Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk

dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Lihat Jamhari Ma’ruf, Pendekatan Antropologi Dalam Kajian Islam, dalam artikel Direktorat PTAI Departemen Agama RI.

http://www.ditpertais.net/artikel/jamhari01.asp. (Diakses 15 Maret 2014). 16 Sedangkan sejarah atau historis merupakan pendekatan yang di dalamnya

dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek dan latar

Page 18: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

8

untuk mengetahui asal-usul primbon yang digunakan oleh masyarakat Jawa

dalam pernikahan. Adapun jenis penelitiannya adalah studi kasus.17

2. Sumber Data

Dalam Penyusunan tesis ini, penulis menggunakan dua jenis sumber

data yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden

melalui wawancara dengan masyarakat setempat melalui pengamatan

terhadap akomodasi nilai-nilai primbon dalam tradisi pernikahan Jawa di

Desa Tunggul Kec. Paciran Kab. Lamongan dengan menggunakan penelitian

lapangan (field research) yaitu dengan mengadakan riset lapangan

(observasi). Adapun data diperoleh dari wawancara yakni dengan para tokoh

kejawen, para tokoh Agama, dan berupa buku yakni Kitab Primbon Betal

Jemur Adammakna.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur

kepustakaan.18 Seperti buku-buku kejawen, kitab fikih, naskah primbon,

jurnal, serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan tesis ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode

sebagai berikut:

belakang serta pelaku dari suatu peristiwa. Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak

dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang

akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis

dengan yang ada di alam historis. Lihat Charles J Adams, Islamic Religious Tradition,

dalam Leonard Binder (Ed.), 1976, The Study Midle esat : Research and Scholarship in

Humanities and The Social Science (Canada: John Wiley Sons, Inc, 1976), 33-34.

Sebagaimana dikutib oleh Sri Lum’atus Sa’adah, “Tradisi Kajian Keagamaan dalam Islam

(Telaah Pemikiran Charles J. Adam),” Jurnal Falasifa, Vol. 1, No. 2 September 2010, 30. 17 Studi kasus adalah penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk

mempelajari secara mendalam suatu individu, kelompok, institusi, atau masyarakat

tertentu tentang latar belakang, keadaan atau kondisi, faktor-faktor atau interaksi (sosial)

yang ada di dalamnya. Penelitian dalam studi kasus ini merupakan suatu gambaran hasil

penelitian yang mendalam dan lengkap serta memberikan beberapa keuntungan yakni

penelitianya sangat mendalam. Lihat Bambang Sanggono, Metode Penelitian Hukum

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 36. Namun, studi yang sangat mendalam juga

mempunyai kelemahan yakni kurang luas, umumnya penemuan kita sulit digeneralisasikan

dengan keadaan yang berlaku umum, karena hasil penemuannya hanya diperoleh dari

keadaan tertentu saja. Lihat Conselo G, Sevilla, dkk, Metode Penelitian Hukum Penerjemah Alimudin Tuwu (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993), 74.

18 Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 1986),

51.

Page 19: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

9

a. Metode Observasi19

Metode pengumpulan data dengan observasi langsung digunakan

peneliti sebagai langkah awal untuk mengetahui atau mengungkap data yang

berkaitan dengan situasi, kondisi, serta yang berkaitan dengan pihak-pihak,

waktu terjadinya, dan hal yang berhubungan mengenai masalah akomodasi

Hukum Islam dalam Adat Jawa dengan penerapan nilai Primbon dalam tradisi

pernikahan Jawa di Desa. Tunggul Kec. Paciran Kab. Lamongan.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara atau metode interview merupakan metode

penggalian data yang paling banyak dilakukan, baik untuk tujuan praktis

maupun ilmiah.20 Metode wawancara, mencakup cara seseorang untuk

mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden.21 Maka dari itu,

metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang interaksi hukum

Islam dan Adat dalam penerapan nilai-nilai primbon Jawa pada tradisi

pernikahan di Paciran, yakni wawancara dengan tokoh adat (kejawen) serta

tokoh agama, dan warga masyarakat yang ada di desa tersebut.

c. Metode Dokumenter22

Dalam penelitian ini, metode dokumenter digunakan untuk mencari

dan menggunakan data-data yang belum diperoleh dari observasi dan

interview.

d. Analisis Data23

Dalam penelitian ini, teknik analisis data, penulis menggunakan

metode diskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk

19 Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang paling ilmiah

dan paling banyak digunakan tidak hanya dalam dunia keilmuan, tetapi juga dalam

berbagai aktifitas kehidupan. Lihat Imam Suprayogo, dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), 167.

20 Imam Suprayogo, dan Tobroni, Metodologi penelitian Sosial-Agama, 172. 21 Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1997), 129. 22 Metode dokumenter adalah sebuah metode pengumpulan data yang digunakan

dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode

yang digunakan untuk menelusuri data historis (sejarah). Namun, kemudian Sosiologi

dan Antropologi secara serius juga menggunakan metode dokumenter sebagai metode

pengumpulan data. Lihat M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), 144. 23 Analisis data disebut juga dengan pengolahan data dan penafsiran data.

Analisis data adalah rangkaian kegiatan-kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial,

akademis dan ilmiah. Lihat Imam Suprayogo, dan Tobroni, Metodologi penelitian Sosial-Agama, 191.

Page 20: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

10

menuturkan, menafsirkan, serta menguraikan data yang bersifat kuantitatif

yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi, dan dokumenter.

E. Teknik Penulisan

Penulisan ini mengacu kepada Buku Pedoman Penulisan Bahasa

Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes dalam karya ilmiah ini yang

diterbitkan oleh Sekolah Pascasarjana (UIN) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2011-2015. Adapun untuk transliterasi Bahasa Arab

ke Bahasa Indonesia berpedoman kepada Arab-Latin ALA-LC Romanization Tables.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bahasan tentang masalah akomodasi dan interaksi antara Hukum Islam

dalam Adat Jawa dalam penerapan nilai-nilai primbon pada tradisi pernikahan

masyarakat muslim di Paciran, dalam penelusuran penulis belum terlalu popular

atau bahkan bisa dikatakan jarang. Sejalan dengan itu buku yang mengupas secara

spesifik tentang tema ini juga agak sulit ditemukan. Ini terjadi dikarenakan

mungkin buku ini bisa dibilang kuno dan pada era jaman sekarang (modern)

mungkin tidak ada peminatnya.

Salah satu buku atau kitab yang membahas tentang masalah ini adalah

“Kitab Primbon Betaljemur Adammakna” yang mana dalam kitab ini memuat

ilmu-ilmu Jawa peninggalan para pujangga. Dipetik dari kitab Adammakna karya

dari Kanjeng Pangeran Harya Cakraningrat. Dalam kitab ini isinnya memuat atau

menjelaskan tentang masalah Primbon, Neptu atau Weton, hari yang baik untuk

melaksanakan pernikahan serta masalah cocok atau tidak cocoknya pasangan

dalam perjodohan, dan masih banyak yang lainnya.24 Kitab tersebut hanya

menjelaskan tata cara atau teori perhitungan dalam pernikahan Jawa. Kemudian.

Naskah Primbon, yang mana didalamnya menjelaskan tentang sejarah primbon itu

sendiri.

Kaswah Endah (2006) dalam penelitiannya “Petung, Prosesi, dan Sesaji Dalam Ritual Manten Masyarakat Jawa”, menurutnya perkawinan bagi

masyarakat Jawa diyakini sebagai sesuatu yang sakral, sehingga diharapkan dalam

menjalaninya cukup sekali seumur hidup. Kesakralan tersebut melatarbelakangi

pelaksanaan pernikahan dalam masyarakat Jawa yang sangat selektif hati-hati

baik saat pemilihan bakal calon menantu ataupun penentuan hari pelaksanaan

pernikahan.25 Manten Jawa termasuk dalam fase peralihan, yakni dari masa lajang

ke masa berkeluarga, sehungga dianggap berbahaya atau penuh tantangan. Hal ini

bagi masyarakat Jawa perlu diupayakan antisipasi untuk menjaga keselamatan,

24 Kanjeng Pangeran Harya Cakraningrat, Kitab Primbon Betaljemur Adammakna

(Yogyakarta: “Soemodidjojo Mahadewa” ing Praja Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat,

lan saking Panbiyantunipun CV. Buana Raya), tt.

25 Kaswah Endah, “Petung, Prosesi, dan Sesaji Dalam Ritual Manten Masyarakat

Jawa”, Kejawen: Jurnal Kebudayaan Jawa 1, No. 2 Agustus (Yogyakarta: Jurusan

Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa Seni UNY, 2006), 139.

Page 21: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

11

baik pada saat sekitar upacara manten hingga sepanjang hidup keluarga baru yang

menikah. Dalam persiapan tersebut menyangkut persiapan petung, prosesi, dan

sesaji. Tiap-tiap aktifitas memiliki makna simbolis tertentu yang terkait dengan

kehidupan spiritual masyarakat Jawa.26

Penelitian yang serupa yakni Rebecca Adams (2001) tentang “Upacara Pernikahan di Jawa: Upacara, Simbolisme, dan Perbedaan Daerah di Pulau Jawa”.

Dimana hasil dari kesimpulannya yakni upacara pernikahan adat di pulau Jawa

begitu rumit persiapannya, upacara dan bahan-bahan semua bermakna khusus

untuk keselamatan dan kesejahteraan mempelai berdua dan keluarganya, dan

makna ini persis yang membuat upacara pernikahan penting, kalau tidak ada

makna tidak ada maksud.27

Kemudian, Purwadi (2006) mengenai “Petungan Jawa: Menentukan hari baik dalam kalender Jawa”, menurutnya petungan Jawi sudah ada sejak dahulu,

merupakan catatan dari leluhur berdasarkan pengalaman baik buruk yang dicatat

dan dihimpun dalam primbon, serta sebagai pedoman penghati-hati mengingat

pengalaman leluhur, jangan menjadikan surut atau mengurangi keyakinan dan

kepercayaan kepada tuhan yang maha esa, maha pengatur segenap makhluk

dengan kodrat dan iradatnya, petungan jawi memberikan pedoman atau petunjuk

akan lambang dan watak berbagai jenis perhitungan seperti: hari dan pasaran,

rolas titi mangsa, petungan pawukon, petungan tahun, dll.28

Zayadi Hamzah (2010) dalam disertasinya “Islam dalam Perspektif Budaya Lokal Studi Kasus tentang Ritual Siklus Hidup Keluarga Suku Rejang di Kabupaten Rejang Lebang Provinsi Bengkulu”, menurutnya fenomena sosio

religius dalam Rite de Passage yang terwujud dalam upacara tradisi lokal

mengalami interaksi antara keduanya ternyata telah melahirkan akulturasi,

akomodasi, konflik, dan integrasi. Akulturasi tersebut terjadi dalam bentuk

pemberian status oleh Islam terhadap budaya lokal atau sebaliknya. Sedangkan

akomodasi cenderung bersifat konversi ketimbang adhesi, sehingga praktek Rite de passage dalam bentuk upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian dominan

menyerupai ritual ke-Islaman. Proses akulturasi dan akomodasi ini menunjukan

bahwa Islam telah berhasil mendapatkan simbol-simbol yang selaras dengan

kemampuan menangkap nilai-nilai kultural dari budaya lokal, yang pada akhirnya

memunculkan (membentuk) realitas-realitas baru berupa lokalitas Islam (Islam

lokal) yang tumbuh dari tradisi Islam Rejang.29

26 Kaswah Endah, “Petung, Prosesi, dan Sesaji Dalam Ritual Manten Masyarakat

Jawa”, Kejawen: Jurnal Kebudayaan Jawa 1, No. 2 Agustus,..... 151.

27 Rebecca Adams, Upacara Pernikahan di Jawa: Upacara, Simbolisme, dan Perbedaan Daerah di Pulau Jawa (Malang, Fakultas FISIP Universitas Muhammadiyah

Malang, 2001), 35.

28 Purwadi, Petungan Jawa: Menentukan hari baik dalam kalender jawa

(Yogyakarta, Pinus Book publisher, 2006), 23-28.

29 Zayadi Hamzah, Islam Dalam Perspektif Budaya Lokal Studi kasus Tentang Ritual Siklus Hidup keluarga Suku Rejang Di Kabupaten Rejang Lebang Provinsi Bengkulu (Jakarta: Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 359.

Page 22: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

12

Begitu juga dengan pendapatnya Muridan (2007), dalam “Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna Simbol dalam Perkawinan Adat Keraton”.

Kesimpulannya yakni pertemuan antara Islam dan budaya lokal Jawa harus

dipandang sebagai dinamika antropologi Islam. agama tidak akan mungkin

meninggalkan pergumulannya dengan budaya lokal. Pertemuan antara Islam dan

budaya lokal ini telah melahirkan konfigurasi budaya baru yang berwatak Islam

kejawaan, tetapi mengamalkan ajaran Islam tanpa meninggalkan tradisi Jawa.30

Ridin Safwan (2005) dalam penelitiannya “Dimensi Teologis Petungan Wektu Menurut Tradisi Jawa”, menurutnya budaya Jawa ada numerologi sebagai

salah satu tradisi Jawa, itu disebut petungan atau petangan sebagai semacam

prediksi untuk pilihan hari baik atau bulan baik yang diyakini oleh seseorang

untuk melakukan kegiatan keselamatan sesuatu, karena seperti untuk pernikahan,

bepergian, pindah ke tempat lain, membangun rumah. praktis, petungan digunakan

dengan mengambil neptu, nomor sebagai simbol untuk setiap hari, Pasaran atau

bulan. Sejak pada perspektif beragama, Jawa numerologi memiliki mistik-magis

sebagai inti dari dimensi teologis.31

Begitu juga dengan Muhaimin AG (2002), penelitiannya pada masyarakat

Cirebon, dalam prakteknya yakni sistem numerologi Jawa yang ada di Cirebon

mempunyai dua tujuan dalam mengenai masalah petungan dan pena’asan.

Pertama, untuk menetapkan tahun baru kalender Jawa, dan Kedua, untuk

menentukan tanggal dan waktu yang baik untuk melaksanakan hal yang sangat

penting. Keduannya dilakukan dengan manipulasi nilai yang melekat pada tiap

unit kalender. Seperti, hari, bulan, dan tahun.32

Kemudian, Ririn Mas’udah dalam kesimpulan penelitiannya tentang

“Fenomena Mitos Penghalang Perkawinan dalam Masyarakat Trenggalek”, yang

pertama, fenomena mitos mlumah murep di Desa Bendorejo pada dasarnya tidak

mengetahui asal-usul dan sejarah dari mitos ini, mereka hanya mengikuti taqlid

saja dan sudah menjadi kepercayaan turun-temurun dari leluhur mereka. Kedua,

dampak yang diyakini oleh masyarakat Bendorejo terhadap yang melakukan

perkawinan mlumah murep sampai saat ini misalnya mengalami keretakan dalam

rumah tangganya, hingga perceraian, kemandulan, dan sakit-sakitan. Ketiga,

mitos mlumah murep ini tidak sesuai dengan akidah Islam.33

30 Muridan, “Islam dan Budaya Lokal: Kajian makna Simbol dalam Perkawinan

Adat Keraton”, Ibda’ Jurnal Studi Islam dan Budaya, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni (P3M

STAIN Purwokerto, 2007), 10.

31 Ridin Sofwan, “Dimensi Teologis Petungan Wektu Menurut Tradisi Jawa”,

dalam Dewaruci Jurnal Dinamika Islam dan Budaya Jawa edisi 11 (Semarang: Pusat

Pengkajian Islam Dan Budaya Jawa IAIN Walisongo Semarang, 2005), 70.

32 Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon

(Jakarta, Logos, 2002), 101.

33 Ririn Mas’udah, Fenomena Mitos Penghalang Perkawinan dalam Masyarakat Adat Desa Trenggalek (Malang, Fakultas Syari’ah UIN Maliki Malang, tt), 14.

http;//www.ejournal.uin-malang.ac.id. (Diakses pada tanggal 15 Maret 2013).

Page 23: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

13

Penelitian selanjutnya yakni tesis karya Muhammad Harfin Zuhdi (2004)

tentang “Parokialitas Adat Islam wetu Telu dalam Prosedur Perkawinan Ditinjau dari Perspektif Hukum Islam di Desa Bayan Beleq Kecamatan Bayan Lombok Barat Nusa Tenggara Barat” yang kesimpulannya. Pertama, Islam Wetu Telu di

bayan, merupakan cerminan dari pergulatan Islam lokal berhadapan dengan Islam

Waktu Lima yang universal. Kedua, dalam konteks Fiqh, praktek dan prosedur

perkawinan Islam Wetu Telu dianggap salah dan tidak sah. Ketiga, dalam konteks

antropologi agama, praktek dan prosedur perkawinan tersebut diyakini sebagai

penjelmaan dari relasi antara agama dan budaya lokal, karena agama diyakini

sebagai penjelmaan dari sistem budaya yang harus dilihat secara komprehensif

berdasarkan aspek sosio-historis dan sosio-kultural, serta tidak semata-mata

dilihat secara hitam putih dan menjustifikasi benar-salah.34

Kemudian, penelitian tentang “Islam di Bima: Sebuah Studi Mengenai

Pelaksanaan Hukum Islam Dalam Badan Hukum syara’ Kesultanan Bima (1947-

1960)” oleh Muhammad Mutawali, yang kesimpulannya yakni bentuk perpaduan

antara adat dengan Islam di Kesultanan Bima yaitu kecenderungan mengambil

alih ketentuan-ketentuan Hukum Islam dan menyebutnya sebagai adat. Hal ini

memperlihatkan bagaimana kuatnya pengaruh Islam dalam adat Mbojo dapat

dimengerti, adat bukan hanya sekedar ketentuan hidup yang sudah dibiasakan

tetapi menyangkut hubungan dengan agama Islam yang dijadikan sebagai dasar

falsafat adat.35

Kemudian, tentang “Web-Based Javanese Primbon’s Calculation of a

Favorable Date to Get Married” oleh Maria Irmina Prasetyowati dan Dwi

Cristiandara (2012), yang menjelaskan bahwa Kitab Primbon adalah sebuah

naskah Jawa kuno yang masih memiliki kepentingan budaya yang signifikan bagi

orang Jawa tradisional, dengan kata lain sebuah literatur klasik Jawa yang berisi

banyak topik untuk berbagai urusan dan tindakan yang menyangkut kehidupan

mereka semacam kamus mitos Jawa. Bimbingan utama dari Primbon adalah untuk

menghargai hari, tanggal, bulan dan tahun. Kemudian, jenis horoskop tradisional

ini yang menggunakan analogi yang sangat kompleks prediksinya berdasarkan

sinkretisme antara Hindu dan warisan Islam. Dari Primbon orang-orang Jawa

tradisional percaya bahwa mereka dapat menemukan arti dari nama mereka, hari

baik, hari buruk dan tentang kesehatan mereka di masa depan. Contoh lain dari

menggunakan Primbon Jawa adalah dalam perhitungan dari tanggal

menguntungkan untuk hajatan menikah.36

34 Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Islam Wetu Telu dalam Prosedur Perkawinan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam di Desa Bayan Beleq Kecamatan Bayan Lombok Barat Nusa Tenggara Barat (Jakarta: Tesis SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2004), 156.

35 Muhammad Mutawali. Islam Di Bima: Sebuah Studi Mengenai Pelaksanaan Hukum Islam Dalam Badan Hukum Syara’ Kesultanan Bima (1947-1960)(Jakarta: Tesis

SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), 165-166. 36 Maria Irmina Prasetyowati dan Dwi Cristiandara, “Web-Based Javanese

Primbon’s Calculation of a Favorable Date to Get Married,” International Conference On

Page 24: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

14

Kemudian, Indi Rahma Winona (2013) dalam penelitiannya tentang “Tata

Cara Upacara Perkawinan dan Hantaran Pengantin Bekasri Lamongan”, yang

menjelaskan bahwa Bekasri Lamongan merupakan pengantin Tradisional yang

merupakan warisan budaya lokal Lamongan yang tercermin pada tata rias, tata

busana, penataan rambut dan rangkaian prosesi pernikahan dimulai dari pra-

prosesi pernikahan sampai pasca pernikahan serta rangkaian prosesi pernikahan di

antaranya dengan berbagai macam jenis hantaran. Kemudian, Hantaran diberikan

tiga kali tahapan yaitu pada tahap pra-nikah yakni lamaran. Pertama, hantaran

lamaran dari pihak calon mempelai perempuan ke pihak calon mempelai laki-laki

dengan membawa seperangkat alat shalat yang bermakna supaya calon mempelai

laki-laki rajin beribadah dan berupa makanan yang merekat, yang mempunyai

artian agar merekatkan kedua belah pihak. Kedua, hantaran dari calon mempelai

laki-laki membalas lamaran dengan hantaran berupa pakaian “sak pengadek” yang

merupakan simbolis keikhlasan lahir batin untuk memberi pada calon mempelai

perempuan (istri). Ketiga, pada tahap menjelang pernikahan yaitu prosesi serah-

serahan, hantaran berupa bahan makanan dan pada tahap pasca pernikahan

diberikan pada saat temu manten yaitu tikar dan bantal.37

Kemudian, Ismail Suwardi Wekke (2012), penelitiannya tentang “Islam

dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat Bugis di Papua Barat”, yang

kesimpulanya yakni pernikahan bagi masyarakat Bugis adalah perpaduan antara

kuatnya adat dan juga pelaksanaan ajaran Islam. Islam datang setelah

terbangunnya peradaban Bugis melalui fase yang sangat panjang tidak serta merta

mengubah kebiasaan dan prosesi yang sudah ada. Beberapa hal yang menjadi

aturan dasar Islam dalam pernikahan justru diakulturasikan ke dalam prosesi

Bugis yang lebih dikenal dalam kehidupan sehari-hari, prosesi pernikahan tidak

menggunakan bahasa Arab tetapi tetap selaras dengan ajaran Islam dan dibingkai

dalan suasana kedaerahan.38

Selanjutnya penelitian oleh Waryunah Irmawati (2013) dalam “Makna

Simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat Jawa” yang kesimpulannya siklus

kehidupan yang mencakup kelahiran, pernikahan dan kematian merupakan

momentum yang sangat penting, baik bagi yang mengalami, keluarga, maupun

orang di sekelilingnya, termasuk masyarakat Jawa sebagai sebuah etnis yang

memiliki ritual-ritual siklus kehidupan tersebut dalam hal ini adalah siraman yang

ICT For Better Life 2012, Vol 1, No 1 (2012): ISHKU 2012, 1.

http://ejournal.aptikomid.org/index.php/ishku/article/view/69/71. (Diakses pada tanggal 30

Oktober 2014). 37 Indi Rahma winona, “Tata Upacara Perkawinan dan Hantaran Pengantin

Bekasri lamongan”, e-Journal. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, edisi yudisium periode

Mei 2013, 57. http://ejournal.unesa.ac.id/article/4575/50/article.pdf. (Diakses pada tanggal

03 November 2014). 38 Ismail Suwardi Wekke, “Islam dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat Bugis

di Papua Barat”, Jurnal Kajian Budaya Islam Thaqafiyyat, Vol. 13, No. 2 (Desember

2012). 307 – 335. 329. http://thaqafiyyat.com/islam-dan-adat-dalam-pernikahan-

masyarakat-bugis-di-papua-barat. (Diakses pada tanggal 10 November 2014).

Page 25: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

15

dilakukan calon pengantin sehari sebelum hari ijab dan qabul. Siraman sebagai

upacara adat yang dilakukan memiliki alur rangkaian acara yang pakem “sudah

mapan” sehingga susunan acaranya pun sudah mapan. Diawali dari adanya

sungkeman atau pangakbeten calon pengantin kepada kedua orang tuanya sampai

tata cara siapa urut-urutan siapa yang memandikan, sebab semuanya memiliki

makna dan simbol.39

Sama seperti halnya upacara-upacara adat yang lain, siraman inipun juga

membutuhkan berbagai ubarampe, yang masing-masing ubarampe memiliki

makna. Jika disimpulkan semua ubarampe memberikan makna yang sesuai dengan

asas dasar falsafah Jawa yaitu asas dasar ber-Ketuhanan, asas dasar dengan

semesta dan asas dasar keberadaan manusia, bahwa manusia Jawa selalu ingat

akan Tuhan sebagai tempat untuk memohon, adanya keinginan untuk selalu hidup

bersama dengan manusia yang lain dengan budi pekerti yang baik dan hidup

selaras dengan alam semesta. Pertemuan antara filsafat sebagai pandangan hidup

manusia Jawa dengan budaya dan Islam sebagai agama mayoritas yang dianut

oleh masyarakat Jawa, memberikan warna tersendiri. Dengan menggunakan

pemahaman secara filsafat dan pandangan Islam terhadap katakteristik budaya

Jawa maka ketiga saling memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Termasuk di dalam budaya siraman terdapat saling hubungan antara nilai-nilai

filasafat Jawa dengan ajaran-ajaran Islam, terlepas dari persoalan syirik dan tidak

syirik.40

G. Sistematika Penulisan.

Untuk memudahkan dalam memahami tesis ini, penulis ingin membagi

pembahasan dalam enam bab, yaitu:

Bagian pertama adalah Pendahuluan, yang berisi tentang penjelasan dari

uraian latar belakang masalah yaitu primbon memiliki satu tempat terhadap

prosesi pernikahan masyarakat Jawa yang masih tetap digunakan dan tidak

ditinggalkan dalam prosesi pra nikah masyarakat Jawa, adapun pelaksanaannya

melihat dengan langkah/tata cara perhitungan, khususnya di dalamnya memuat

peraturan nikah yang merujuk ke kitab induk primbon, yang mana di dalamnya

membahas tentang ilmu-ilmu Jawa peninggalan para pujangga, yang isinya berisi

penjelasan tentang masalah neptu dan weton yang selalu dipraktekan oleh

masyarakat suku Jawa dalam pernikahan. Selanjutnya dalam bagian ini juga

dijelaskan beberapa rumusan seperti identifikasi masalah, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik

penulisan, tinjuan pustaka, serta sistematika penulisan.

39 Waryunah Irmawati, “Makna simbolik Upacara Siraman Pengantin Adat”,

dalam Jurnal Walisongo, Vol. 21, No. 2 November (IAIN Surakarta, 2013), 326-327. 40 Waryunah Irmawati, “Makna simbolik Upacara Siraman Pengantin

Adat”,……. 327.

Page 26: AKOMODASI HUKUM ISLAM DALAM ADAT JAWArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39498/1/MOH... · Jawa merupakan akulturasi dan akomodasi antara budaya Jawa dan agama Islam

16

Bagian kedua menjelaskan mengenai Akomodasi adat dalam hukum Islam,

yang terdiri dari adat dan hukum Islam, adat dalam bingkai budaya Jawa, serta

adat dan Islam dalam budaya Jawa.

Bagian ketiga memaparkan tentang Historitas Primbon Jawa Dalam

Pernikahan Adat Jawa, yang terdiri dari telaah historis Primbon Jawa,

teori/konsep Petungan dalam Primbon Jawa, dan respon ulama terhadap Primbon

Jawa.

Bagian keempat, membahas tentang interaksi adat dan Islam sebelum

akad pernikahan, yang terdiri dari rangkaian pernikahan adat Jawa yang diawali

dengan lamaran, menentukan tanggal baik, pasang tarub, serah-serahan, dan

selametan/kenduri.

Bagian kelima menjelaskan tentang interaksi adat dan Islam setelah akad

pernikahan, yang terdiri dari akad nikah, panggih/balangan sirrih/temu manten,

wiji dadi, timbangan, kacar-kucur, dulangan, sungkeman, kirab, boyongan, dan

ngundang mantu.

Bagian keenam, Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.