Akhmad Fauzi - Menuju Kemandirian Energi Indonesia

5/12/2018 Akhmad Fauzi - Menuju Kemandirian Energi Indonesia - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akhmad-fauzi-menuju-kemandirian-energi-indonesia 1/16

Menuju Kemandirian EnergiIndonesia

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi. M.ScGuru Besar Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB



What’s wrong with this picture?



Global Energy Picture• Global Konsumsi energi

kita sekitar 15terawatts ( 1 terawatt =

1000 Gigawatt)• Ini setara den an

business value US$ 6trillion per tahun =1/10 world GDP

• Pada tahun 2050

diperkirakan onsumsienergi kita akanmencapai 30 terawatt

The Economics, 2008



Prediksi perkembangan harga biofuel

Biofuel 2006 Price (cent/liter) Long term 2030

(cent/liter)

Etahnol from sugarcane 25-50 26-35

Ethanel from maize 60-80 35-55

Ethanol from wheat 70-95 45-65

Biodiesel from veg oil 70-100 40-75

Sumber: Royal Society, 2009



Ekonomi dan Energi Indonesia

• Pertumbuhan ekonomi indonesia sangat terkaiterat dengan pengembangan sektor energi

• Indonesia termasuk energy intensive dimana 1%peningkatan GDP akan meningkatkan 1.8 persenpeningkata permintaan terhadap energi

•

Sektor energi di Indonesia sangat “highlysubsidized” (17.6% - 25% belanja pemerintah un u su s an s r

• Budget 2012: Rp 123.6 trilyun di earmark untuksubsidi BBM (15x subsidi kesehatan)

• Ketimpangan energi kota-desa. 90 jutamasyarakat di pedesaan tidak memiliki akses

terhadap listrik• Ambisi pemerintah untuk meningkatakan laju

elektrifikasi samnpai tahun 2020 membutuhkaninvestasi US $ 4.6 – 6.4 milyar (dari manadananya….?)



Demand side

• Pertumbuhan permintaan terhadaplistrik akan terus meningkat padatingkat 6% per tahun

• “power hungry” akan terus terjadikhususnya untuk industri dantransportasi

• erm n aan a r energy a antumbuh sekitar 2,9 % per tahun(proyeksi tahun 2030 akan mencapai247 Mtoe)

• Distribusi demand: – Industri (40%)

– Rumah tangga (29%)

– Transportasi (28%

– Usaha (3%)



Crazy for energy...



Pengeloaan energi Indonesia berada di

banyak lembagaLembaga• ESDM dan DG di bawahnya

• Kemekeu (Fiskal dan Low Carbon Economy)

• Bappenas (khususnya menyangkut perdesaan)

• DEN (Dewan energi Nasional)

• Kementrian PU• Kementrian UKM

Payung hukum• UU 30/2007 ttg energi

• UU 22/2001 ttg migas

• UU 27/2003 ttg panas bumi

• UU 15/1985 ttg listrik• UU 10 1987 tt nuklir

• BPPT

• BPMIGAS

• Menko Perekonomian

• Badan Standarisasi Nasional

• Balitbang Kehutanan

• Komnas CDM

• DNPI

• KLH• Pemprov

• Pemkab/kot

• LSM

• ...capek deh...

• UU 25/1999

• PP 3/2005

• Perpres 5/2006 ttg KEN

• Kepres 2/2006

• Kepmen

• Inpres• Perda

• .....

• ...banyak sekali...(capek deh..)



Masalah Energi Indonesia

• Fenomena “shipping the good apple out”

• Kebijakan subsidi menjadi pisau bermata dua

• Kordinasi regulasi (eg, susahnya mengembangkan mikro hidro karenaterbelit birokrasi dan kordinasi)

• Kompleksitas kelembagaan

• “low hanging fruit” syndrom – Meski Indonesia merupakan produsen ke enam terbesar di dunia

dan menyuplai ¼ LNG global, pengembangannya sangat terbataskarena terkendala sindrom low hanging fruit pada minyak

• Insentif fiskal untk energi terbarukan

• Lemahnya kapasitas kelembagaan dan lemahnya komitmen politik



Big Push vs Piecemeal

• Kebijakan energi melalui BigPush memerlukan investasiyang masif dan konsisten

• Memerlukan overhaul

aturan main khususnya

• Keberlanjutan energi jugabisa dilakukan melaluipendekatan piecemealapproach untuk skal

ekonomi menangah

menyang ut insenti e is adan kebijakan investasi • Memerlukan insentif

terhadap R & D

• Membuka “thin market” ke

“thick market” untu energialternatif



Piecemeal approach: Worm’s eye

Bahan Bakar dari ampas Kopi

•USA

•

Jepang

From Toilet to bio-energy

•Kenya

•USA

•India



Driver Kemandirian Energi Nasional

Private

CommunityPrivate

Donors

Parlemen

DPRD

Pemerintah

Policy RegulasiIncentives/

FiscalInovasi

Keberlanjut

an/Kemand

irian

Energi

Lembaga Riset

University

NGOs

Pemerintah

PPPPemrpov

Pemkab/kotK/L



Megawatt or “Negawatt”

• Membangun lebih banyak sumberenergi makro penting namunmemerlukan konsistensi policy

• Selain dari Megawatt, juga diperlukan

pendekatan Negawatt pada saat yang

• Negawatt perbaikan dalam efisiensipenggunaan energi

• Efisiensi energi juga diarahkan pada

inovasi baru sehingga menciptakanlapangan pekerjaan danmenumbuhkan ekonomi berbasis lowcarbon (green economy)



Kebijakan kemandirian energi..Norwegian Model

• Kebijakan pergerakan faktor produksi melalui“solidarity alternative dengan mengkoordinasikanpenerimaan dari berbagai sektor untukmemoderatkan dampak penerimaan dari migas

(energi) • e a an ampa penge uaran spen ng e ec

policy) melalui disiplin fiskal yang ketat. (misalnyamelalui mekanisme trust fund)

• Spill-over loss policy:

– Akumulasi pengetahuan tenaga domestik

– Investasi dibidang riset, eskplorasi dan pendidikan



• Labor policy dan Industrial policy – Minimalkan konflik tenaga kerja – Kembangkan know-how pada industri – Technological progress dan human capital

•

Pengembangan Pertanian dari energy revenue•

• Mengembangkan tata kelola dengan menurunkan

risiko volatilitas (1 % peningkatan risiko mengurangieksplorasi sampai 68%)

•

Mengembangkan institusi yang baik (Kelembagaanyang baik akan meningkatkan produksi SDA antara10-20 percent)

• Harmonisasi perundang-undangan terkait SDA



Sumber: Leitmann, et al, 2009

Documents

Akhmad Fauzi - Menuju Kemandirian Energi Indonesia