17
AKHLAK ISLAMI DALAM HIKAYAT ISKANDAR ZULKARNAIN EPISODE PERJALANAN KE JABALKA: SEBAGAI BASIS PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MILENIAL OLEH LEURI SEFRIANI NIM RRA1B116039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI, 2020

AKHLAK ISLAMI DALAM HIKAYAT ISKANDAR ZULKARNAIN … LEURI BARU.pdf · akhlak islami dalam hikayat iskandar zulkarnain episode perjalanan ke jabalka: sebagai basis penguatan pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    29

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • AKHLAK ISLAMI DALAM HIKAYAT ISKANDAR ZULKARNAIN

    EPISODE PERJALANAN KE JABALKA: SEBAGAI BASIS PENGUATAN

    PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MILENIAL

    OLEH

    LEURI SEFRIANI

    NIM RRA1B116039

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS JAMBI

    FEBRUARI, 2020

  • AKHLAK ISLAMI DALAM HIKAYAT ISKANDAR ZULKARNAIN

    EPISODE PERJALANAN KE JABALKA: SEBAGAI BASIS PENGUATAN

    PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MILENIAL

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Universitas Jambi

    untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

    Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Oleh

    Leuri Sefriani

    NIM RRA1B116039

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN

    UNIVERSITAS JAMBI

    FEBRUARI, 2020

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

    1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

    1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

    BAB II KAJIAN TEORETIK.................................................................... 7

    2.1. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan....................... 7

    2.1.1. Kajian Teori ................................................................... 7

    2.1.2. Hasil Penelitian yang Relevan........................................ 28

    2.2. Kerangka Berpikir ....................................................................... 31

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 33

    3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 33

    3.2. Data dan Sumber Data ............................................................... 33

    3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 33

    3.4. Teknik Uji Validitas Data.......................................................... 34

    3.5. Teknik Analisis Data ................................................................. 34

    3.6. Prosedur Penelitian................................................................... 35

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 37

    4. 1 Hasil Penelitian ..................................................................... 37

    4.1.1 Akhlak-akhlak Islami dalam HIZ ............................... 41

    4.2. Pembahasan ........................................................................... 54

  • BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 72

    5.1. Simpulan................................................................................... 72

    5.2. Implikasi ................................................................................... 72

    5.3. Saran ....................................................................................... 72

    DAFTAR RUJUKAN

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    2.1 Akhlak Islami ................................................................................. 17

    4.1 Tabel Indikator Berani .................................................................. 42

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kelompok etnis Melayu di Nusantara memiliki peninggalan budaya yang

    banyak. Di antara peninggalan tersebut adalah karya tulis berupa teks naskah,

    Russel Jones memperkirakan jumlah naskah Melayu itu kurang lebih 10.000 buah

    Ding Choo Ming (1986:11). Hussein (1981:139-140) memperkirakan 5000

    naskah. Hal ini dibuktikan dari bebarapa katalogus naskah yang mencatat dan

    menguraikan serba ringkas isi naskah. Naskah-naskah tersebut tersimpan di

    perpustakaan dan di museum dalam negeri dan luar negeri. Di perpustakaan

    Nasional Jakarta terdaftar sebanyak 953 naskah. Naskah-naskah tersebut sebagian

    besar tergolong sebagai karya sastra (Sutaarga, 1972). Karya sastra Melayu

    memiliki arti penting, tidak hanya dalam arti etnis, tetapi juga dalam arti

    antaretnis.

    Secara etnis, karya ini mengungkapkan pikiran, perasaan, keyakinan,

    falsafah-falsafah, dan ekspresi jiwa dalam masyarakat Melayu, secara antaretnis,

    berkaitan dengan bahasa yang digunakan dalam karya tersebut yang menggunakan

    bahasa Melayu, lingua franca, sebagai sarana komunikasi antaretnis, baik dalam

    hubungan perdagangan, kebudayaan, dan keagamaan di kawasan penduduk yang

    mempunyai aneka bahasa. Salah satu karya sastra Melayu yang memiliki

    kedudukan penting di antara khazanah sastra Melayu tersebut adalah Hikayat

    Iskandar Zulkarnain (HIZ). Karya sastra ini merupakan teks Melayu tergolong

  • yang akan ditaklukannya Ia tidak langsung memerangi dan mengajak berperang,

    tetapi diawali dengandiplomasi, mengajak dengan cara yang halus, Ia selalu

    memberikan pemahaman dan pengertian serta wawasan tentang ketauhidan dalam

    agama yang sebenarnya terlebih dahulu. Baru mereka menempu jalur perang

    apabila pihak lawan tidak terima akan diplomasinya yang bersifat damai tersebut.

    Raja Iskandar selalu mengutamakan kedamaian sebelum terjadinya kerusuhan,

    karena Raja Iskandar mencintai kesejahteraan dan suka kedamaian agar hidup

    menjadi tentram dan merasa nyaman.

    8. Malu

    Malu adalah perasaan yang tak nyaman jika perkataan atau perbuatan yang

    akan menimbulkan cela dan aib, walaupun hukumnya mubah atau tak

    dipersoalkan orang, banyak sekali pada zaman milenial ini kita tidak malu dengan

    ucapan yang telah dilontarkan kepada teman, sahabat, orang tua atau pun orang

    yang umurnya dibahwa kita, kita harus membawahkan sikap malu dan

    menanamkannya di dalam diri agar tidak mudah untuk menyakiti hati orang lain,

    walaupun orang tersebut tidak marah, akhlak mau tersebut harus ditanam di dalam

    jiwa seseorang agar menjadi panutan.

    9. Cinta Kerja

    Cinta kerja yang dimaksudkan adalah perasaan bahagia dan nikmat dalam

    bekerja, menghargai pekerjaan sebagai kewajiban manusia dalam hidup tidak

    mudah mengeluh dan putus asa selalu bersyukur atas nikmat yang Allah swt

    berikan kepada hambanya dan menghargai apapun usaha yang telah dilakukan

    baik itu hasilnya memuaskan ataupun cukup.

  • 10. Pemaaf

    Pemaaf adalah sifat atau perilaku atau akhlak yang dapat mengampuni

    kesalahan orang lain tampa rasa benci, tampa rasa sakit hati, atau tidak mau balas

    dendam. Sifat-sifat atau akhlak tersebut dapat dilihat pada kutipan-kutipan berikut

    ini:

    Maka turunlah Raja Manyamaj dan segala orang-orang besar-besarnya turun dari atas kendarannya ke bumi, “Berjalan tapak lagi kami was-was sahaja dikarunialah akan kami iman.” Arkian dikhabarkan Nabi Khidlir kalimah syahadat akan Raja Manyamaj dan segala tentaranya, kecil besar. Maka sekalian mereka itu mengucap kalimat syahadat dengan suara nyaring. (h. 498)

    Sikap yang perlu di jadikan contoh, Raja Iskandar selalu memaflkan kesalahan

    orang lain dan selalu memberikan ampunan agar orang-orang tersebut kembali

    kejalan yang benar, karena itu lah Raja Iskandar merupakan panutan yang harus di

    contoh bagi generasi milenial.

    11. Pergaulan yang Baik

    Pergaulan yang baik ialah hubungan dan interaksi dengan orang lain secara

    mesra dan harmoni. Akhlak tersebut dapat terlihat pada kutipan-kutipan teks

    hikayat berikut ini:

    Kata sahibulhikayat. Maka pada masa itu terlalu amat sukacita hati Raja Iskandar mendengar mereka itu menyebut kalimah syahadat. Arkian maka dianugerahi Raja Iskandar akan mereka itu seorang sebuah kursi daripada emas bertatahkan ratna mutu manikam. Akan tempat Raja Manyamaj suatu kursi yang amat baik, tiada dapat disifatkan. Kemudian daripada itu dipersalinkan Raja Iskandar akan Raja Manyamaj daripada pakaian terlalu amat ajaib dan indah-indahnya dan di atasnya sehelai baju lagi disuruh jala dengan ditarik akan cucuk mutia itu sehelai baju itu dapat akan upeti negerti harganya.(h.498)

    Hubungan antar sesama dalam hikayat Iskandar Zulkarnain memperlihatkan

    hubungan yang harmonis. Baik secara vertikal maupun horizontal tercipta

    keselarasan, terutama ketika mereka telah memeluk agama islam. Mereka bergaul

    dengan baik, memperlihatkan rasa senang mereka, satu sama lain itu terlihat pada

  • kutipan teks hikayat di atas, semua orang bahagia dengan sifat Raja Iskandar

    walaupun ia raja yang sangat besar Raja Diraja tetapi ia tidak membedah-bedakan

    semuanya. Hal tersebut harus diterapkan untuk kehidupan yang akan mendatang,

    karena sifat yang dimilki oleh Raja Iskandar tersebut sudah mencerminakan

    seorang Raja yang luar biasa.

    12. Adil

    Iskandar Zulkarnain terkenal sebagai raja yang hebat serta memiliki sifat adil

    dalam diirnya. Adil yang dimaksud adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang

    benar dan tepat dan tempat yang seharusnya diletakkan. Hal ini sesuai dengan

    prinsip Islam yang menganjurkan umatnya melaksanakan keadilan dalam setiap

    aspek kehidupan. Ditambahkan pula, perintah itu datang dengan beriringannya

    sifat Allah sendiri yang maha adil dan mengharamkan zat-Nya dari pada

    melakukan kezaliman.

    Dalam HIZ banyak diceritakan tentang keadilan Raja Iskandar, tetapi di dalam

    Episode perjalanan ke Jabalka ini ada beberapa kutipan yang memperlihatkan

    keadilan Raja iskandar selaku raja yang amat besar hatinya, Dalam suatu peristiwa

    Ia memberikan perintah kepada Nabi Khidlir untuk membagikan harta kepada

    raja-raja yang lain yang telah Ia taklukan dengan seadil-adilnya tidak ada yang

    mendapatkan lebih atau berkurang sekalipun, tidak ada yang tidak membawakan

    harta tersebut, hak yang berhak telah Ia berikan seadil-adilnya peristiwa tersebut

    terlihat pada kutipan berikut ini:

    Maka dipersembahkan kepada Raja Iskandar. Maka adalah Raja Iskandar menyuruhkan Nabi Khidlir membagikan tiga dua bagi akan segala raja-raja, dan sebahagi disuruh masukkan ke dalam perbendaharaan. Maka dikerjakan oleh Nabi Khidlir seperti sabda Raja Iskandar itu. Tetapi penuhlah segala

  • perbendaharaan itu. Dan tiada ada seekor daripada segala binatang itu yang tiada membawa arta. Maka ajaib Raja Iskandar akan peri kebanyakan harta yang dibawah oleh Raja Manyamaj itu. (h. 499)

    Raja Iskandar telah menunjukkan teladan seorang Raja yang adil, sifat adil

    dituntut dalam agama Islam dan sebagai seorang pemimpin atau seorang raja

    harus mengamalkan keadilan dalam membuat segala keputusan. Bila pemimpin

    berlaku adil, rakyat akan merasa terlindungi. Sifat adil Raja Iskandar telah

    mewujudkan dirinya sebagai umat Islam yang berakhlak mulia.

    Adil dan keadilan adalah akhlak yang sangat mulia. Sebagai unsur nilai atau

    akhlak islmai, adil atau keadilan merupakan basis pendidikan karakter yang

    bertanggungjawab, peduli, sosial, peduli lingkungan, cinta damai. Bersahabat,

    menghargai prestasi, demokratis, kreatif, disiplin, toleran, jujur, dan religius.

    Semua karakter manusia menuntut dan mencari keadilan. Dengan demikian

    keadilan memiliki posisi yang sentral dan bersifat universal. Tampa keadilan

    sebuah negera bisa chaos, tampa keadilan menimbulkan hasad, dengki, dan

    ketidakharmonisan hubungan manusia, baik secara horizontal maupun vertikal

    Beberapa akhlak islami yang terdapat di dalam hikayat Iskandar Zulkarnain

    episode perjalanan ke jabalka tersebut merupakan sebagian akhlak yang termuat

    dari teori Al-Hufi, di dalam teori Al-Hufi terdapat 19 akhlak islami yaitu sebagai

    berikut: 1. berani, pemurah, adil, iffah, jujur, sabar, lapang hati, pemaaf, kasih

    sayang, mengutamakan kedamaian, zuhud, malu, tawaduk, kesetian, musyawarah,

    cinta kerja, kegembiraan dan humor, pergaulan yang baik, amanah.

    Penelitian tentang hikayat Zulkarnain sudah perna dilakukan oleh siti

    chamamah Seotratno (1991) dengan judul penelitian Hikayat Iskandar

    Zulkarnain, Analisis Resepsi, di dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwah

  • Raja Iskandar adalah raja yang tangguh dan memiliki sikap yang amat luar biasa,

    begitu juga dengan penelitian yang penulis lakukan Raja Iskandar adalah tokoh

    utama yang yang memiliki sikap yang amat baik dan miliki karakteristik yang

    amat baik pula sesuai dengan teori Al-Hufi tersebut akhlak-akhlak Raja Iskandar

    perlu diterapkan dan dicontoh untuk kehidupan milenial sekarang ini. Begitu juga

    penelitian yang dilakukan oleh Muhd Norizam Jamian (2016) dengan judul

    Akhlak pemimpin dalam hikayat Iskandar Zulkarnain: suatu analalisis

    pendekatan adab dimana pada penelitian tersebut juga memperlihatkan

    bagaimana karakter tokoh dari Raja Iskandar Zulkarnain tersebut yang

    mempunyai sikap dan akhlak yang adabi dan amal ihsan yang baik yang

    berakhlak muliah, penelitian tersebut juga memberikan kontribusi bagi penelitian

    yang akan dilakukan terutama tentang berbagai khazanah akhlak tokoh yang

    relevan untuk menguatkan pendidikan karakter generasi milineal di Indonesia.

  • BAB V

    SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan analisis penelitian terdapat dua belas, akhlak islami di dalam

    teks Hikayat Iskandar Zulkarnain, yaitu: akhlak berani, pemurah, adil, iffah,

    amanah, pemaaf, kasih sayang, mengutamakan kedamaian, malu, ketaatan dan

    kesetian, pergaulan yang baik, cinta kerja.

    5.2 Implikasi

    Bagi masyarakat umum dan guru penelitian ini bisa menjadi sumber

    belajar atau media pendidikan formal dan nonformal untuk memperkuat karakter

    anak-anak muda di lingkungan sosial, serta sumber belajar pendidikan karakter di

    sekolah, dan untuk peneliti lain penelitian ini bisa menjadi bahan rujukan atau

    contoh. Sedangkan untuk generasi milenial penelitian ini bisa menjadi bahan

    acuan untuk memperbaiki diri dan karakter sikap masing-masing individu.

    5.3 Saran

    Ada beberapa saran yang perlu sampaikan, terutama kepada masyarakat

    umum, dan generasi milenial, maupun kepada peneliti lain yang ingin meneliti

    tentang teks hikayat, sebelum meneliti hendaknya mengetahui terlebih dahulu

  • kajian yang terdapat dalam suatu teks atau episode tersebut sehingga lebih mudah

    untuk meneliti dan menganalis struktur kebahasaannya agar lebih mengerti dan

    mudah dipahami, dan untuk generasi milenial yang akan datang hendaknya perlu

    membiasakan diri membaca karya-karya klasik yang bersifat serius dan lebih

    banyak mengetahui karya-karya nonfiksi maupun fiksi, dan menjadi acuan dan

    contoh dari karakteristik sikap yang dimiliki oleh Iskandar Zulkarnain dan

    menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi manusia yang lebih

    berguna untuk kedepannya.

  • DAFTAR RUJUKAN

    Al-Hufy, AM. (2015). Rujukan Induk Akhlak Rasulallah, Menuntun Anda

    Merasakan Pesona Pribadi Nabi Hingga Tergerak Untuk Meneladaninya. Terj. Saira Rahmani dan Irham Maulana. Jakarta: Pustaka Ahklak

    A-l Jauziyah, I.Q. (2009). Nikmatnya Sabar. Jakarta: Senayang Publishing.

    Amin, MM. (2012). Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta: Baduose Media Budge, EA.W. (1899). The History of Alexander the Great being the Syriac

    version of the pseudo Callisthenes. Cambridge: The University Press.

    Culler, J. (1977). Structuralist Poetic. London: Mathuen & Co Ltd. Ding Choo Ming. (1986). “Menyingkap Naskah-naskah Melayu”. Makalah

    Kongres Internasional ke 32 dari Studi-studi Asia dan Afrika Utara, 25-30 Agustus 1986, Hamburg

    Emir, & Rohman, S. (2015). Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

    “Generasi Milenial danKarakteristiknya ( http://student.cnnindonesia.com/edukasi),

    diakses: (14 Februari 2019

    Gunawan. H. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta

    Hamdani. H & Saebani. B. A. (2013). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Pustaka Setia.

    Husein, i. (1981). “Filosofi Melayu-Kemungkinan Sumbangan dari Malaysia”. Dalam Kumpulan Esai Sastera Melayu Lama. Oleh Jamaila haji Ahmad.

    Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia

    Karim, M. (2016). Syair Romantik Melayu Klasik; Menjemput Konvensi Merebut Makna. Yogyakarta: Histokultura

    Karim, M. (200)7. “Syair Mambang Jauhari: telaah Filosofi dan Struktural-

    Semioti”. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Universitas

    Padjadjaran.

    http://student.cnnindonesia.com/edukasi

  • Kemendikbud. (2017). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.

    Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

    Kesuma, D., dkk. (2011). Pendidikan Karakter kajian teori dan praktik di sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Palmer, RE. (1969). Hermeneutics. Evanston; Nottwestern University Press.

    Ratna, NK. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Seotratno, SC. (1991). Hikayat Iskandar Zulkarnain, Analisis Resepsi. Jakarta: Balai Pustaka.

    Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:

    Alfabeta.

    Sutaarga, A., dkk. (1972). Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep.

    P dan K. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Dapertemen P&K.

    Syafri Ulil Amri, M.A. (2014). Pendidikan Karakter Berbasis AL-qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo persada

    Teeuw, A. (1983). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia

    Thompson, JB.P. (1982). Ricoeur Hermrnrutics & The Human Sciences. Cambridge: Cambridge University Press.

    Uli, I. (2018). (Kajian Struktural Hikayat Iskandar Zulkarnain Efisode Islamisasi

    Habsyi) Sa Ba Sa, junal Pendidikan Bahasa dan Sastra., Volume 1, nomor 1,

    Mei 2018

    Wibowo. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (Konsep dan Prkatik Implementasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Waluyo, Hj. (1990). “Hermeneutika dalam Telaah Sastra”. Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional III HISKI, Malang, 26-28 November 1990.

  • menjadi paham dan lebih mengerti. Alhamdulillah Ia berhasil menyelesaikan

    program studi dalam kurun waktu tujuh semester dengan IPK 3.75.