AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    1/16

    AIA Financial

    MenjembataniKesenjangan Proteksi,

    Melindungi IndonesiaHasil survei AIA Financial terhadap tingkat proteksi masyarakat Indonesia

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    2/16

    Erika Sulistianti termenung sendirian di sudut meja makan

    rumahnya. Seratus hari yang lalu, suaminya mendadak

    kesakitan sambil memegang dadanya di seberang meja itu.Meski sang suami, yang bekerja di eksplorasi pertambangan

    itu sudah lama menderita penyakit jantung, dia tetap optimistisbisa melewati dan melawan penyakit mematikan ini. Seperti

    pemeriksaan rutin biasanya, pagi itu Erika segera mendatangi

    rumah sakit yang terdekat dari rumahnya untuk mendapatkannomor antrian, sedangkan sang suami menunggu di rumah

    untuk dijemput kembali. Malangnya, ketika tiba di rumah,

    harapannya pupus, sang suami sudah menghembuskannafasnya yang terakhir.

    Peristiwa itu seolah masih segar dalam ingatannya sesegar air

    yang mengalir dari sudut langit-langit rumahnya yang bocor dipojok belakang. Siapa yang mengira suaminya bakal begitu

    cepat meninggalkannya. Dia harus mengatur ulang hidupnya,termasuk mencari tukang untuk membetulkan atap rumahnya.

    Santunan dari kantor sang suami mulai terasa menipis.Simpanannya sedikit demi sedikit makin terkikis. Walau dia juga

    bekerja, tetapi tahun depan kedua putrinya yang berusia 14

    dan 17 tahun akan mengikuti ujian masuk SMA dan perguruantinggi. Tentu biayanya tidak sedikit.

    Seketika terlintas dalam benaknya, bagaimana kalau dirinyatiba-tiba dipanggil juga oleh yang Maha Kuasa. Siapa yang

    akan menopang hidup kedua putrinya?

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    3/16

    Pendahuluan :

    Membangun kesadaranberasuransi

    Memprediksi masa depan bukanlah sesuatu yang mudah.Apalagi jika masa depan itu berhubungan dengan proteksi atasperlindungan diri dan dana cadangan. Tak ada satu orang punyang ingin menyongsong masa depan dengan kesusahan ataukemalangan. Ironisnya, tidak banyak orang yang sadar bahwamasa depan itu serba tidak pasti sehingga risiko itu seharusnyadikalkulasi sejak dini.

    Survei yang digagas oleh AIA Financial, bekerja sama denganMarkPlus Insight pada 2011, menemukan fakta bahwa tiga dari

    lima orang Indonesia tidak punya persiapan jika menghadapi risikokesehatan atau kematian. Bukan hanya dana cadangan untukberjaga-jaga, mereka juga tidak melindungi dirinya dan keluarganyadengan asuransi apabila menghadapi musibah yang tak terduga.Hanya 17,5 persen orang Indonesia di kota-kota besar yang sudahmemiliki asuransi jiwa. Sedangkan secara nasional, hanya 16 persenorang Indonesia yang sudah memiliki asuransi jiwa (PerasuransianIndonesia 2009, Bapepam-LK).

    Sangat sedikit orang Indonesia yang mempunyai asuransi jiwa.Salah satu penyebabnya adalah, karena asuransi masih dianggap

    sebagai barang mewah. Asuransi dianggap sebagai sebuah barangideal yang dicita-citakan dan diharapkan dapat diraih seiring denganmeningkatnya pendapatan. Padahal semakin hari biaya pengobatansemakin mahal. Berdasarkan Global Medical Trends Survey Report2011 dari Towers Watson, biaya pengobatan di Indonesia telahmeningkat 10 hingga 14 persen dalam tiga tahun terakhir. Biaya iniakan terus meningkat dalam lima tahun ke depan seiring denganmakin berkembangnya pemakaian teknologi pengobatan baru yangikut mendongkrak biaya jasa kesehatan secara keseluruhan.

    Kekeliruan persepsi tentang asuransi mungkin tak harus terjadi

    seandainya informasi yang kita terima cukup lengkap. Hingga kini,masih banyak orang yang menggantungkan masa depannya kepadanasib semata. Maka, setelah meluruskan kekeliruan ini barulahkita dapat memulai membangun kesadaran betapa pentingnyamenyiapkan diri menghadapi kemungkinan yang tak pasti di masadepan.

    1

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    4/16

    KesenjanganPerlindungan danKekeliruan Persepsi

    Meski sudah memiliki asuransi, namun belum tentu kita sudahbebas dari persoalan karena ternyata proteksinya tidak mencukupi.Apalagi mereka yang tidak dilindungi asuransi atau tidak memilikidana cadangan. Berapa perkiraan dana yang kita bayangkandapat melindungi keluarga dari risiko kesehatan, kecelakaan yangmenyebabkan cacat permanen, hingga kematian? Bagaimanakalau asuransi atau simpanan uangnya tak memadai?

    Pengetahuan soal besarnya kesenjangan antara perkiraankebutuhan dan perlindungan yang tersedia sangat berguna dalammenganalisa kondisi masyarakat. Berdasarkan pengetahuan inikita dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat tentangkebutuhan dasar asuransinya.

    Hasil studi AIA Financial ini juga menyimpulkan bahwa perkiraanrisiko yang dirasakan rata-rata keluarga Indonesia di kota-kotabesar nilainya secara total mencapai Rp 137 juta. Kebutuhanproteksi paling banyak terserap untuk menghadapi kematian, yaitusebesar Rp 53 juta, lalu cacat permanen akibat kecelakaan Rp 36

    juta, penyakit berat Rp 35 juta, dan penyakit ringan Rp 13 juta.

    Tetapi, dengan tingkat inasi rata-rata per tahun sekitar 6,5 persen

    harga pangan, tagihan listrik, perbaikan rumah, biaya kesehatandan pendidikan yang meningkat setiap tahunnyajustru dalam

    kenyataannya, total nilai risiko ini akan jauh lebih besar dari yangbisa kita bayangkan atau perhitungkan sekarang. Oleh karena itu,kebutuhan proteksi dalam kondisi nyata pasti lebih besar daripadatemuan hasil survei tersebut.

    Perkiraan total nilai risiko berbeda jika kita memilah antara

    responden yang memiliki asuransi dengan yang tidak memilikiasuransi. Mereka yang memiliki asuransi punya perkiraan nilairisiko hampir mencapai Rp 380 juta, sedangkan yang tidak memilikiasuransi hanya sebesar Rp 86 juta.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    5/16

    3

    Sedangkan dana cadangan yang tersedia untuk melindungikeluarga dari musibah di masa depan rata-rata hanya mencapaiRp 6 juta. Bagi mereka yang memiliki asuransi, dana cadangannyahampir mencapai Rp 25 juta, namun yang tidak memiliki asuransisimpanannya rata-rata hanya Rp 2 juta.Mereka yang memiliki asuransi secara relatif sudah punya kesadaranbetapa penting mengantisipasi setiap kejadian yang tak terduga di

    masa depan. Mereka juga sudah dapat memperkirakan berapa nilaikebutuhan proteksi yang seharusnya tersedia. Karena itu, perkiraannilai risiko dan alokasi dana untuk berjaga-jaga jauh lebih tinggi.

    Di sisi lain, mereka yang tidak punya asuransi seringkalimenganggap asuransi itu hanyalah beban di sisi sumber dayakeuangannya. Fakta membuktikan, hampir 1 dari tiga respondenyang tidak punya asuransi mengatakan tak punya uang untukmembelinya. Sementara, satu dari sepuluh orang hanya pasrahsaja pada nasibnya.

    Bagi yang memiliki asuransi, persepsi nilai kebutuhan proteksimereka adalah 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang

    tidak memiliki hal ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan tingkat

    kesadaran atas risiko di masa depan.

    Kembali ke ilustrasi kejadian yang dialami Erika di awal tulisanini, kita dapat menyimpulkan bahwa meski ada dana cadangan,ternyata tetap tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya,termasuk membayar berbagai tagihan, berobat ke rumah sakit,atau menjamin masa depan anaknya. Ada tiga kemungkinanpenyebabnya: pendapatan rendah, kebutuhan fnansial yang

    semakin meningkat, atau salah memperkirakan total nilai risikonyasejak awal, sehingga dana cadangannya tidak cukup.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    6/16

    Survei yang sama menemukan kesenjangan antara kebutuhanproteksi dengan dana yang tersedia, baik itu dari asuransi atau dana

    cadangan dengan rata-rata sebesar Rp 106 juta atau 77 persen dariperkiraan total nilai risiko. Mengingat rata-rata penghasilan keluargayang tak sampai Rp 5 juta per bulannya dan dana cadangan Rp 6juta, keluarga yang ditinggalkan harus mencari bantuan fnansial

    kurang lebih 20 kali dari penghasilan mereka apabila musibahtiba-tiba terjadi. Hal ini tentu mencerminkan sulitnya mengatasikesenjangan proteksi tersebut.

    Hanya dengan memproteksi diri dan keluarga melalui asuransi,

    maka kesenjangan dapat ditutup dan mampu memberikan jaminan

    keuangan bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.

    Mereka yang memiliki asuransi menilai risiko masa depan lebihtinggi, yaitu sebesar Rp 210 juta. Sedangkan, mereka yang tidakmemiliki asuransi menilai risiko masa depan sebesar Rp 86 juta.Bagi yang memiliki asuransi mempunyai kesenjangan proteksisebesar 55 persen, sementara yang tidak adalah sebesar 98persen. Hal ini menunjukkan betapa riskan hidup mereka yang takmemiliki asuransi. Selain lebarnya kesenjangan, perkiraan merekatentang nilai risiko juga terlalu kecil dibanding kebutuhan aktual.

    Angka kesenjangan perlindungan secara nasional untuk mereka

    yang sudah memiliki asuransi adalah Rp 2.200 triliun. Kesenjanganproteksi bagi mereka yang tidak memiliki asuransi mencapai Rp4.100 triliun. Dengan memperhitungkan penduduk Indonesia yangmencapai 237 juta jiwa dan rata-rata jumlah anggota keluarga empatjiwa, maka total kesenjangan proteksi seluruh keluarga Indonesiadiperkirakan mencapai Rp 6.280 triliun. Angka ini mendekati hasilsurvei Swiss Re 2010 yang menyatakan kesenjangan proteksi diIndonesia mencapai Rp 6.300 triliun atau US$ 711 miliar (dengankurs 1 US$ = Rp 8.900).

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    7/16

    5

    Dapat dipastikan keluarga yang tidak memiliki asuransi akanmengalami penurunan standar kualitas hidup jika tiba-tiba

    mengalami musibah, kecuali mereka melakukan perubahan yangmendasar.

    Belanja asuransi seharusnya menjadi kebutuhan dan prioritas lebih

    tinggi dalam daftar pengeluaran. Masyarakat Indonesia memiliki

    tanggung jawab kepada keluarga dan diri mereka sendiri, untuk

    menentukan prioritas dan memastikan bahwa keuangan keluarga

    sudah seimbang, meliputi tingkat cakupan asuransi jiwa yang

    memadai.

    Persepsi bahwa asuransi itu mahal dan tidak terjangkau tidaklahbenar, dan hal ini haruslah diperbaiki. Sebagai contoh, seorangpengajar di sebuah lembaga pendidikan, berusia 38 tahun, sudahmenikah, tidak merokok, punya dua orang anak. Beliau bisa mulaimemproteksi diri dari risiko kematian akibat kecelakaan, denganhanya membayarkan premi yang nilainya tidak lebih dari hargasemangkuk mi instan setiap bulannya.

    Asuransi seharusnya tidak dipandang sebagai beban pada sumber

    daya keuangan apabila kita mampu merencanakan keuangan

    dengan baik. Asuransi bukan beban tetapi aset; ini adalah

    perlindungan bagi kita dan keluarga yang bisa diandalkan terutama

    jika musibah terjadi. Kata asuransi dan terjangkau seyogyanya

    berjalan beriringan. Untuk itu, informasi yang tepat dan lengkappenting ditekankan oleh seluruh pelaku industri asuransi.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    8/16

    Dinamika Berasurasidi Kota-kota Besar

    Perbedaan pola perilaku, budaya dan biaya hidup di antarakota-kota dapat mempengaruhi persepsi orang berasuransi dantingkat kesadaran menghadapi musibah yang tak terduga. Walaubegitu, hasil studi AIA Financial tidak menemukan pola yang teraturyang menjadi ciri khusus satu kota tertentu.

    Survei menyimpulkan, hanya bagian kecil saja responden yangmembeli sendiri perlindungan asuransinya. Kebanyakan respondenmendapat perlindungan asuransi dari kantornya masing-masing.Yang cukup melegakan adalah besarnya kesadaran merekayang sudah memiliki asuransi di semua kota yang disurvei untukmemproteksi juga pasangan dan anak-anaknya, dan tidak sematauntuk dirinya sendiri saja.

    Responden yang tinggal di Jakarta, Semarang, dan Bodetabek(Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) umumnya mendapat asuransidari kantornya hanya untuk perlindungan kematian. Sedangkanperlindungan untuk penyakit kritis seperti jantung, tumor, diabetesatau stroke, mereka membelinya sendiri secara terpisah. Secaraumum responden di kota-kota ini lebih banyak yang hanyamemproteksi diri dan keluarganya dari penyakit umum dankecelakaan yang menyebabkan cacat.

    Di Jakarta dan Bodetabek, separuh responden sudah memiliki

    asuransi atau tabungan untuk memproteksi risiko kesehatan dankematian. Sedangkan di Surabaya, Palembang dan Balikpapan,tidak banyak responden yang memiliki tabungan atau melindungidirinya dengan asuransi kesehatan, jika dibandingkan dengan kotalainnya. Responden yang memiliki jumlah simpanan khusus atauasuransi yang nilainya terbesar berasal dari Makassar, Medan,Semarang dan Palembang.

    Kesadaran betapa perlunya memiliki asuransi atau dana simpananmendapat perhatian yang serius bagi responden di Makassar,Medan, Palembang, Jakarta dan Semarang dengan mengalokasikan

    dana yang lebih besar untuk kebutuhan itu. Sebaliknya, respondendi Balikpapan, Yogyakarta dan Bandung termasuk yang palingsedikit alokasi fnansialnya. Alokasi yang kecil untuk responden di

    Yogyakarta dan Balikpapan ini sejalan dengan perkiraan jumlahkebutuhan mereka untuk memproteksi diri dan keluarganya yangjuga paling kecil di antara kota lainnya.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    9/16

    7

    Di sisi lain, di antara mereka yang tidak memiliki asuransi, kebutuhan

    proteksinya yang nilainya paling tinggi berada di Bodetabek yangmencapai Rp 212 juta. Tetapi secara umum mereka yang tidakmemiliki asuransi sesungguhnya adalah orang-orang yang palingrendah kesadarannya tentang perlunya dana yang cukup untukmenghadapi musibah yang tak terduga.

    Kesadaran responden tentang risiko dan kerugian fnansial di

    masa depan juga berbeda-beda di antara kota-kota. Respondendi Jakarta, Bodetabek, dan Palembang dapat menilai risikonyalebih tinggi ketimbang mereka yang tinggal di Yogyakarta, Malang,Bandung dan Cirebon.Kesenjangan asuransi, tanpa memasukkan uang tabungan,yang terbesar berada di Balikpapan (88 persen), Jabodetabek(86 persen), Bandung (85 persen), dan Surabaya (83 persen).Sebaliknya kesenjangan asuransi yang paling rendah berada diMakassar (51 persen) dan Semarang (66 persen). Sementara itu,apabila uang tabungan responden ikut kita perhitungkan, makakesenjangan proteksi yang paling tinggi berada di Balikpapan (89persen) dan Jabodetabek (sekitar 84 persen).

    Minat membeli asuransi juga berbeda di antara kota-kota. Beberaparesponden yang tinggal di Bandung dan Makassar tertarik membeli

    asuransi untuk melindungi diri dan keluarganya dari risiko penyakitumum, juga untuk proteksi penyakit kritis dan kematian. Sebaliknya,mereka yang tidak berminat membeli asuransi kebanyakan karenaalasan tidak punya uang berasal dari Semarang, Surabaya, Medan,Cirebon, Yogyakarta dan Balikpapan. Responden yang beralasankurang informasi paling besar persentasenya berasal dari Malang,Makassar dan Bandung.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    10/16

    Kami Sudah Bergerak,tapi Mari Kita BergerakLebih Cepat

    Masyarakat Indonesia perlu merencanakan persiapan bagitanggungan mereka. Cara termudah untuk melakukannya adalahcukup dengan bertanggung jawab melindungi diri sendiri. Sehingga,orang yang dicintai dapat melanjutkan sisa hidupnya tanpa kesulitankeuangan karena ketidakhadiran pencari nafkah atau ketika pencarinafkah mengalami cacat permanen.

    Sebagai sebuah komunitas, menjadi tanggung jawab kita bersamauntuk memastikan bahwa semua orang Indonesia dilindungi. Ketikaanggota masyarakat mengalami kejatuhan dan tak berdaya karenacakupan manfaat asuransinya tidak mencukupi, kita ikut menderita.

    AIA Financial, sebagai sebuah perusahaan asuransi dapat berbagikeahlian dan pengetahuan, namun tentu tidak bisa melakukannyasendirian. Kita membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakatIndonesia untuk ikut bertanggung jawab atas kesenjanganperlindungan dengan bertindak menjembatani keadaan ini sedinimungkin.

    Kita juga perlu bekerja sama dengan organisasi publik dan swastayang potensial sebagai pemangku kepentingan dalam mendidiksecara terus-menerus masyarakat Indonesia tentang mendapatkanperlindungan asuransi jiwa yang memadai.

    Lebih dari itu semua, kita membutuhkan tingkat keterlibatanlangsung dari negara yang sesuai dan kami berharap dapatberdiskusi mendalam dengan instansi pemerintah terkait. Bersama-sama, kami ingin membantu membuat masa depan Indonesia lebihaman.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    11/16

    9

    Banyak orang Indonesia tak cukup perlindungannya. Kami berharapini tidak berlangsung lama. Melalui lokakarya pendidikan, acara-acara pameran, seminar dan instrumen keuangan, AIA Financialingin memperlihatkan apresiasi yang lebih pada kebutuhanproteksi yang cukup dan bagaimana mencapainya. Kami memilikijaringan, dan konsultan keuangan AIA Financial dapat membantumemberikan pemahaman dan kesadaran di dalam masyarakat.

    AIA Financial berusaha berperan aktif dalam menanggulangisituasi kesenjangan perlindungan ini dan berkomitmen memenuhikebutuhan proteksi dan tabungan masyarakat Indonesia secaralintas generasi. Pada saat yang sama, kami mendorong masyarakatIndonesia untuk memainkan peran lebih aktif dalam menjembatanikesenjangan perlindungan mereka.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    12/16

    Lima Cara Mudah

    Mencapai ProteksiOptimum

    Mengetahui cakupan proteksi Anda. Setiap tahun biaya kesehatanterus meningkat. Anda perlu mengetahui berapa jumlah proteksi yang

    Anda miliki atau yang disediakan oleh kantor. Setelah itu apakah jumlahproteksi tersebut sudah mencukupi seluruh kemungkinan kebutuhanAnda di masa depan jika terjadi musibah yang tak diinginkan.

    Mengetahui prioritas Anda. Mulailah menyusun prioritas alokasi

    keuangan Anda. Mungkin Anda sudah mulai menabung dan memilikidana cadangan. Namun menabung saja tidaklah cukup, karena bisajadi dana yang ditabung akan habis apabila terjadi musibah. Denganmemiliki asuransi, Anda mempunyai proteksi yang cukup yang bisadiandalkan menghadapi risiko tak terduga di masa depan. Alokasikandana untuk tabungan dan asuransi yang seimbang sehingga keduanya

    dapat saling mendukung.

    Mengetahui risiko Anda. Setiap individu punya risiko yang berbedayang melekat pada diri dan lingkungannya, apakah itu di sekitartempat kerja atau tempat tinggalnya. Orang yang bekerja di lokasiberbahaya punya risiko lebih tinggi ketimbang orang yang bekerja dirumah saja. Demikian juga dengan penyakit-penyakit bawaan atauyang pernah muncul dalam sejarah kesehatan keluarga. Bangunlahkesadaran tentang risiko diri sendiri.

    Ajarkan anak Anda untuk mengelola keuangan mereka. Ajarkan

    anak-anak Anda cara menyimpan dan mengelola keuangan mereka.Beri seseorang ikan, Anda sudah memberinya makan untuk hari ini.Ajarkan seseorang memancing, dan Anda sudah memberinya makanseumur hidup. Mereka akan tumbuh menjadi individu yang mandiridan cerdas, yang secara efektif dapat mengelola keuangan merekasendiri dan mendidik anak-anak mereka sendiri juga.

    Konsultasilah dengan ahli perencana keuangan di kantor

    perwakilan asuransi yang siap membantu Anda atau berdiskusi

    dengan keluarga dan teman yang paham soal keuangan untuk

    mengkaji kembali kebijakan keuangan Anda. Ini harus dilakukansetiap tahun atau ketika ada perubahan yang signifkan dalam hidup

    Anda seperti memutuskan menikah, memulai sebuah keluargaatau membeli rumah baru. Hal ini untuk memastikan bahwa secarakeuangan Anda siap apabila menghadapi keadaan yang tidakmenguntungkan.

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    13/16

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    14/16

    Fakta - Fakta Penting

    Setiap 1.000 orang Indonesia, 8 orang diantaranya terkena

    stroke. Stroke merupakan penyebab utama kematian padasemua umur, dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang

    meninggal di Indonesia, 1 di antaranya karena stroke.

    (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

    Kematian akibat penyakit tidak menular meningkat menjadi 59,5

    persen pada 2007, dari sebelumnya 41,7 persen pada 1995.

    (Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Antara,2011).

    10 penyebab kematian di Indonesia menurut survei World Health

    Organization (2002) adalah jantung koroner, tuberkolosis,

    kelainan pembuluh darah, penyakit pernapasan, penyakit bayibaru lahir, penyakit paru-paru, kecelakaan lalu-lintas, diabetes

    mellitus, darah tinggi, diare.

    Biaya pengobatan kesehatan di Indonesia meningkat 10 hingga

    14 persen dalam tiga tahun terakhir (Towers Watson 2011 GlobalMedical Trends).

    Rata-rata pendapatan keluarga yang disisihkan untuk menabung

    hanya 18 persen, sedangkan untuk asuransi hanya 10 persen.

    Padahal, biaya pengobatan tiap tahunnya terus meningkat. (AIA

    Financial protection gap survey bekerja sama dengan MarkPlusInsight, 2011).

    Kesenjangan proteksi kematian di Indonesia meningkat rata-

    rata 11 persen per tahun (Swiss Re Mortality Protection Gap:Asia-Pacifc 2011).

    Jumlah pemegang polis asuransi jiwa baru mencapai 38 juta

    unit, dengan total uang pertanggungan sebesar Rp 1.361 triliun.

    (Perasuransian Indonesia 2009, Bapepam-LK).

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    15/16

  • 7/24/2019 AIA Hasil Survey Aia Terhadap Tingkat Proteksi Masyarakat Indonesia 2011

    16/16