81
Mukadimah Kompetisi hidup tak hanya bersifat lokal, tetapi sudah mencakup dunia internasional yang membawa manusia pada hubungan antarmanusia yang kompleks. Kompleksitas terjadi dikarenakan saling bersinggungnya antar budaya. Persentuhan antar budaya tak hanya bersifat fisik semata, tetapi layaknya aliran listrik yang dapat menimbulkan arus positif dan arus negatif, yang artinya dalam proses ini tak akan luput dari nilai budaya, sistem budaya bahkan misi budaya yang mengikuti proses distribusi dan difusi suatu budaya secara dinamis. Dinamika pergeseran budaya terjadi terus menerus secara cepat yang semakin menambah rumitnya menganalisis arah suatu budaya yang berkembang di masyarakat. Dalam proses lalu lintas manusia antarbudaya, dakwah merupakan nilai. Nilai dakwah termaksud adalah Islam. Islam, baik dimaknai sebagai sikap maupun sistem nilai dan pesan yang menyertai transfer suatu dakwah, seperti dalam tablig, menjadi sangat penting ketika bersentuhan dengan nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat. Karena tidak sepenuhnya budaya-budaya yang berkembang dalam masyarakat itu baik dan mashalat bagi manusia meskipun budaya-budaya tersebut sudah ada dan berkembang. Budaya masyarakat jahiliyah pra-Islam misalnya, seperti kebiasaan pesta dengan minuman keras, sistem jual beli riba dan sikap tidak patut terhadap wanita. Ketika Islam “turun”

Agama Resume Buku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Resume Kebudayaan Beragama

Citation preview

Page 1: Agama Resume Buku

Mukadimah

Kompetisi hidup tak hanya bersifat lokal, tetapi sudah mencakup dunia internasional

yang membawa manusia pada hubungan antarmanusia yang kompleks. Kompleksitas terjadi

dikarenakan saling bersinggungnya antar budaya. Persentuhan antar budaya tak hanya

bersifat fisik semata, tetapi layaknya aliran listrik yang dapat menimbulkan arus positif dan

arus negatif, yang artinya dalam proses ini tak akan luput dari nilai budaya, sistem budaya

bahkan misi budaya yang mengikuti proses distribusi dan difusi suatu budaya secara dinamis.

Dinamika pergeseran budaya terjadi terus menerus secara cepat yang semakin menambah

rumitnya menganalisis arah suatu budaya yang berkembang di masyarakat.

Dalam proses lalu lintas manusia antarbudaya, dakwah merupakan nilai. Nilai dakwah

termaksud adalah Islam. Islam, baik dimaknai sebagai sikap maupun sistem nilai dan pesan

yang menyertai transfer suatu dakwah, seperti dalam tablig, menjadi sangat penting ketika

bersentuhan dengan nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat. Karena tidak sepenuhnya

budaya-budaya yang berkembang dalam masyarakat itu baik dan mashalat bagi manusia

meskipun budaya-budaya tersebut sudah ada dan berkembang.

Budaya masyarakat jahiliyah pra-Islam misalnya, seperti kebiasaan pesta dengan

minuman keras, sistem jual beli riba dan sikap tidak patut terhadap wanita. Ketika Islam

“turun” dan disampaikan, tidak serta-merta tradisi-tradisi masyarakat yang sudah ada tersebut

dihapus dan digantikan dengan Islam yang “baru”. Terjadi proses penyempitan, pengurangan,

bahkan revisi terhadap budaya lama.

Terjadinya tarik-menarik atau transisi atau lebih tepatnya terjadi “transaksi budaya”,

sehingga tidak sepenuhnya nilai Islam tersebut langsung mendominasi nilai budaya

sebelumnya. Islam (dalam hal ini wahyu Tuhan) turun secara berangsur-angsur mengikuti

proses konteks perkembangan sosial masyarakat saat itu. Begitu juga dengan pembawa

risalahnya Muhammad SAW, menyampaikan dengan cara yang sangat arif dan persusasif

memperhatikan kesiapan masyarakat guna menerima nilai kebenaran yang lebih humanis.

Masyarakat Arab yang dihadapi saat itu adalah masyarakat yang sudah sangat ‘berbudaya’,

akan tetapi budaya mereka dianggap terlalu jauh meninggalkan nilai-nilai ketuhanan yang

fitri.

Page 2: Agama Resume Buku

Budaya yang berkembang dalam suatu masyarakat memang terkadang berwujud dan

berbentuk fisik, gagasan-gagasan atau ide. Bahkan terkadang sangat abstrak seperti terdapat

pada nilai budaya itu sendiri. Hubungan antara aktivitas dakwah Islam dengan nilai budaya

masyarakat dalam praktiknya pasti terjadi tarik-menarik dalam persepsi mad’u (sasaran

dakwah). Pada satu sisi, Islam merupakan budaya “baru” sementara pada sisi lain Islam harus

disampaikan terhadap masyarakat yang telah memiliki budaya turun-temurun dilestarikan dan

sudah berurat-berakar. Tak hanya da’i dan mad’u yang berbeda budaya bahkan perbedaan

budaya terjadi antara da’i dengan da’i terlebih-lebih antara suatu budaya mad’u dengan

budaya mad’u lainnya.

Ada sekurang-kurangnya dua pendekatan dalam memecahkan persoalan ini, kedua-

duanya merupakan keputusan dalam merumuskan adanya nilai dakwah dalam hubungannya

dengan mad’u antarbudaya. Pertama, anggapan bahwa adanya “nilai positif” dalam setiap

budaya suatu masyarakat. Nilai positif termaksud sifatnya universal, yakni nilai budaya tinggi

yang, kurang lebih, sama dengan apa yang terdapat pada nilai-nilai agama dan kemanusiaan.

Budaya tinggi tersebut pada era globalisasi sekarang mungkin setara dengan upaya-upaya

untuk membebaskan manusia dari ketertindasan, baik karena budaya itu sendiri atau karena

sistem sosial politik.

Nilai-nilai tinggi suatu budaya dalam budaya yang berbeda-beda ketika menyatu akan

terjadi situasi komplementer antara satu dengan yang lainnya, atau terjadi konflik baik

bersifat internal-psikologis maupun konflik eksternal sosioantropologis. Situasi ini pada

akhirnya akan mewujudkan suatu bentuk budaya baru atau menguatnya suatu hegemoni

budaya tertentu yang teruji oleh kondisi dimana hegemoni suatu budaya itu berkembang.

Pendekatan kedua, bahwa apabila isi dakwah dipahami sebagai sistem nilai islam,

maka nilai tersebut menjadi landasan dan prinsip tanpa terlalu terpaku pada bentuk-bentuk

luar suatu budaya. Halal adalah nilai Islam, seperti dalam makanan, makanan apapun sah

dimakan apabila makanan tersebut, misalnya terbebas dari zat yang dapat merusak

pemakannya, diperoleh melalui cara yang benar menurut aturan, dan memakannya

merupakan bentuk ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian dakwah antarbudaya merupakan

suatu tawaran strategis dakwah yang tak hanya membimbing umat agar tidak terjebak pada

“bentuk luar” suatu budaya manusia, tetapi lebih dari pada itu, perubahan isi lebih penting

guna mewujudkan suatu bentuk budaya masyarakat yang lebih baik.

Page 3: Agama Resume Buku

A. Sejarah Dakwah

Suatu hal menarik berkaitan dengan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah

ketajamannya dalam melihat setting sosial masyarakat saat itu. Masyarakat Arab,

ketika wahyu turun, digambarkan para sejarawan sebagai komunitas masyarakat

jahiliyah. Mereka terdiri dari berbagai kelompok suku, agama, dan adat-istiadat.

Mereka menganut berbagai agama dan kepercayaan. Yahudi, Kristen, Syabi’in,

Manisme, dan Zoroaster adalah diantara beberapa agama dan kepercayaan yang

populer saat itu di luar kaum musyrik dan atheis. Mereka memiliki kebiasaan

menyembah tuhan banyak dengan Ka’bah sebagai pusat peribadatan1.

Ketika keadaan masyarakat seperti itu tanpa pegangan hidup, Muhammad

lahir dan membawa ajaran yang kemudian dikenal dengan Islam, kemudian dijadikan

nama agama yang dibawanya. Oleh para ahli ilmu dakwah sekarang, periode ini

dinamai sebagai periode pembentukan dakwah (takmin).2

Pada periode ini, dakwah Nabi lebih banyak menekankan pada aspek

pemantapan benih-benih tauhid. Ajaran ini mengharuskan manusia hanya percaya dan

menyerahkan sepenuh hatinya kepada Allah Tuhan Esa, tunduk dan patuh hanya

semata-mata kepada Allah SWT. Prinsip tauhid yang dibawa Muhammad SAW dan

disampaikan kepada masyarakat mayoritas penyembah berhala telah menimbulkan

reaksi keras, terutama dari tokoh-tokoh masyarakat Quraisy yang nota bene para

pemimpin suku dan pemimpin kabilah.

Islam sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,

termasuk salah satu agama dakwah yang harus disampaikan. Muhammad adalah da’i

pertama kepada masyarakat Mekah saat itu. Metode dakwah yang dilakukannya yaitu,

dakwah fardiyah (dakwah antarpribadi) yang bersifat sembunyi-sembunyi atau

komunikasi personal. Tak lama setelah Muhammad menerima wahyu, beliau

menyampaikan kabar itu kepada insan terdekatnya, seperti Khadijah (istrinya), Ali Ibn

Abi Thalib, Abu Bakar, Utsman Ibn Affan, Umar Ibn Khattab, kemudian terus

berlangsung berita dari Nabi disampaikan dalam situasi dan keadaan yang tak

menentu.

1 Ibid2 Amrulah Ahmad, 1996. Dakwah Islam sebagai ilmu, Pendekatan Epistemologi, Makalah, IAIN Sumatera Utara

Page 4: Agama Resume Buku

Dengan segala kecerdasan Muhammad, bukan saja menyebarkan Islam dalam

arti tablig, tetapi lebih dari itu Nabi bersama masyarakat dapat membangun sebuah

model sistem sosial modern bahkan terlalu modern pada masanya, periode ini disebut

para ahli sebagai periode pemetaan dakwah (tandzim).3

B. Lahirnya Ilmu Dakwah

Apabila dakwah sebagai usaha penyebaran Islam telah lama berlangsung.

maka dakwah sebagai ilmu boleh dibilang masih sangat baru mengikuti

perkembangan dunia ilmiah. Ilmiah dimaksud adalah studi dakwah kemudian

membuktikan dakwah sebagai ilmu melalui pendekatan-pendekatan ilmiah yang dapat

dikajis ecara empiris. Tekanan utamanya adalah pada riset untuk melahirkan

kategorisiasi dan teori-teori ilmu dakwah.

C. Aspek Pluralitas dalam Dakwan Antaragama

Pluralitas dalam agama di Indonesia, misalnya, merupakan keniscayaan

disadari masyarakat sebagai sesuatu yang tak bisa dibantah. Orang yang mengajak

agar melestarikan lingkungan, mencintai dan menyayangi sesama, saling menghargai

dan menghormati, kompetisi sehat dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya ternyata bukan

hanya monopoli khotbah sang Pastor di gereja-gereja, nasihat-nasihat mubalig di

podium, politisi busuk dalam kampanye pemilu atau mubalig-mubalig di setiap

langgar dan masjid atau setiap biksu dan pendeta bijak pada keyakinan dan ajaran-

ajaran agama yang berbeda.

Sikap saling membela dalam mempertahankan budaya dan tradisi suatu

masyarakat tidak hanya monopoli kaum primitif yang hidup di hutan nan jauh dari

keramaian kota seperti suku-suku di Irian Jaya dan Kalimantan, tetapi hampir setiap

masyarakat menyatu dengan budayanya berhak untuk melestarikannya. Pengakuan

terhadap keragaman beragama tidak bisa dilaksanakan apabila dalam diri seseorang

masih ada perasaan curiga dan prasangka buta yang saling menyalahkan bahkan

mencaci agama dan kepercayaan lainnya. Meskipun setiap agama mempunyai

3 Marshal G.S Hodgson, 1974. The Venture of Islam, jil 1, Chicago University Press.

Page 5: Agama Resume Buku

landasan doktriner untuk disebarkan, penyebaran tersebut tetap harus dilakukan dalam

suasana saling menghormati kepercayaan agama orang lain.

Begitu juga dengan dakwah, tidak akan jauh mengalami nasib yang sama

apabila pelaksanaannya tidak memperhatikan dan mengindahkan nilai-nilai budaya

termasuk tradisi beragama yang dianut masyarakat. Dakwah merupakan suatu proses

maka layaknya suatu proses dilakukan dengan cara-cara dan strategi yang lebih

terencana, konseptual, dan terus-menerus.

D. Pengakuan Quran tentang Keragaman

Klaim Quran bahwa Islam dapat menjadi rahmat bagi sekian alam (rahmatan

lil’alamin) adalah respon positif bagi perkembangan masyarakat multikultural.

Kualitas manusia cenderung tidak hanya dipandang dari sisi-sisi simbolik-aksesoris-

labeling belaka, meskipun dari pandangan sosiologis sah dalam ukuran manusia.

Pengakuan universalnya adalah nilai kemanusiaan yang setiap orang harus

menghormatinya tanpa terlalu terpaku pada label luar dan aksesoris yang melekat

pada bajunya sebab simbol-simbol dan label-label ituakan terus-menerus berubah

sesuai perkembangan peradaban manusia.

Isyarat lain misalnya termaktub dalam ayat yang terjemahannya berbunyi:

“...Kalau saja Allah menginginkan, niscaya Dia akan menciptakan manusia sebagai

satu bangsa yang monolitik atau ummatan wahidah. Tetapi mereka senantiasa

menunjukkan perbedaan...”.4

Dalam dakwah antarbudaya, keragaman merupakan tantangan da’i agar lebih

mampu meramu pesan-pesan dakwah yang lebih bijaksana dengan

mempertimbangkan kondisi positif budaya mad’u termasuk di dalamnya

mengondisikan cara-cara dan media yang dianggap dekat dengan ukuran budaya suatu

masyarakat.

Media yang digunakan para da’i dalam berdakwah adalah bahasa lisan. Dalam

konteks dakwah antarbudaya, bahasa dakwah (da’wah bi al-Lisan) pada masyarakat

Sunda misalnya, akan lebih tepat mengena tentunya dengan menggunakan bahasa

4 QS, 11 : 18

Page 6: Agama Resume Buku

Sunda. Tujuannya tidak lain kecuali agar lebih mendekati memperoleh kesamaan

dalam memaknai suatu gagasan, begitu juga dalam materi dakwah, mengangkat isu

politik yang terjadi di Timur Tengah misalnya, kurang tepat dibahas dalam pengajian

ibu-ibu di pedesaan sebab tidak memiliki kesinambungan dengan kondisi tingkat

kebudayaannya (la bi qadri uquilihim).

E. Dakwah Antarbudaya

Berdasar pada asumsi-asumsi diatas, upaya-upaya membangun strategi

dakwah yang lebih ramah dan damai, merupakan itihad yang sangat signifikan dengan

tuntutan zaman. Namun hendaknya mengupayakan kesadaran nurani agar mengusung

setiap budaya positif secara kritis tanpa terbelenggu oleh latar belakang budaya

formal suatu masyarakat.

Dalam tradisi saling menghormati dan menghargai pada masyarakat Sunda

atau Jawa misalnya, ucapan salam, permisi, punten, dan merendahkan badan

terkadang dipraktikan silih berganti dan saling mengisi satu sama lain. Karenanya,

usaha-usaha mengetahui karakter budaya suatu masyarakat merupakan kunci utama

dalam memahami dan mengembangkan dakwah antarbudaya.

Mampu membedakan antara Islam dan budaya bukan bertujuan untuk

membedakannya kemudian memisahkan antara satu dengan lainnya, tetapi lebih pada

upaya analisis guna memadukan hal-hal yang positif apa yang ada dalam budaya dan

Islam pada sisi lain dengan cara pandang dakwah. Inilah ontologi dakwah

antarbudaya yang signifikan pada era multikultural sekarang.

F. Wujud Interaksi Simbolik antara Da’i dan Mad’u

Yang dimaksud wujud interaksi simbolik di sini adalah rumusan konseptual

hasil pengamatan terhadap proses pelaksanaan dakwah, baik diterima maupun ditolak

oleh mad’u. Rumusan konseptual ini sebagian besar berlandaskan pada konsep-

konsep hasil penelitian para ahli kerika meneliti islam dan dakwah Islam khususnya di

Indonesia. Untuk teori reseptie misalnya kami meminjam dari analisis sarjana

Page 7: Agama Resume Buku

Belanda Cristian Snouck Hurgronje.5 Sementara untuk teori akulturasi dan teori

simbol agama kami pinjam dari antropolog, seperti Kontjaraningrat6 dan Clifford

Greetz.7 Sementara untuk teori komplementer kami peroleh dari Gus Dur.8

1. Perspektif Dakwah Antarbudaya

A. Budaya Dan Dakwah Antarbudaya

Kecenderungan dasar masyarakat terhadap kehidupan yang melingkupinya

sangat rentan terhadap konflik dan konfrontatif. Konflik individu dengan dirinya,

individu dengan individu ataupun konflik antarmasyarakat. Kondisi demikian dalam

dakwah merupakan bagian dari situasi dan kondisi mad’u, yaitu masyarakat yang

mudah terkena pertengkaran dengan penyebab konflik internal dan konflik eksternal.

Meskipun demikian, kenyataan sering menunjukkan sebaliknya, jika bukan selalu,

penuh dengan konflik. Secara sepintas, tampaknya kecil kemungkinan pertikaian

antarumat Islam di berbagai tempat dan belahan dunia akan cepat reda. Namun, umat

Islam tidak boleh pesimis, bahwa pertikaian antarumat Islam tidak akan terselesaikan.

Karena secara teoritik, solusi problematika dakwah pada masyarakat yang rentan

konflik itu dapat ditempuh melalui pendekatan dakwah intra dan antarbudaya, yaitu

proses dakwah yang mempertimbangkan keragaman budaya antarda’i dan mad’u, dan

keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi pada tingkat intra dan antarbudaya

agar peran dakwah dapat tersampaikan dengan tetap terpeliharanya situasi damai.9

Islam (dari kata Arab; aslama) secara bahasa memang bermakna damai, sikap

pasrah, tunduk dan patuh. Karenanya suatu keharusan bagi umat Islam, para da’i

5 Di antara pendapat tentang hubungan antara Islam dengan budaya adalah pendapat yang mengatakan bahwa apabila Islam akan dijadikan hukum masyarakat mesti terlebih dahulu harus menjadi adat. Hazairin, 1992. Hukum Islam dan Adat di Indonesia, Jakarta.6 Koentjaraningrat, 1986. Sejarah Teori Antropologi, jilid 1 UI Press, Jakarta.7 Clifford Greetz, 1974. The Interpretation of Cultures, Selected Essay, The University of Chicago Press.8 Istilah lain yang sering digunakan adalah Pribumisasi Islam dan Islam Kultural. Untuk lebih lengkap lihat buku terbarunya, Abdurrahman Wahid, 2006. IslamKu, Islam dan Islam Kita, The Wahid Institute, Jakarta.9 Sukriyadi Sambas, Dasar-Dasar Dakwah Antarbudaya, Makalah, FD IAIN Sunan Gunung Djati, tt.

Page 8: Agama Resume Buku

khususnya, disamping bersukap tunduk kepada Allah SWT, Islam disampaikan mesti

dengan menunjukkan sikap kasih sayang dan praktik menjunjung tinggi perdamaian,

toleransi, dan penghargaagan kepada orang lain.

Budaya (dari kata budhi artinya akal dan daya artinya kekuatan atau dorongan)

berarti kekuatan akal karena kebudayaan manusia merupakan ukuran pencurahan

kekuatan manusia berpangkal pada akal, baik akal pikiran, akal hati maupun akal

tindakan. Budaya berarti juga akal-budi, pikiran dan cara berperilakunya, berarti pula

kebudayaan. Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan gagasan dan karya

manusia yang diperoleh melalui pembiasaan gagasan dan karya manusia yang

diperoleh melalui pembiasaan dan belajar, beserta hasil budi dan karyanya itu.10

Bagi setiap etnis masyarakat dimanapun berada akan sekaku memiliki unsur

budaya dan kebudayaan universal tersebut, yang dalam realitasnya akan beragam

wujud antara satu etnis budaya masyarakat tertentu dengan budaya etnis lainnya. Hal

ini sebagai bagian dari wujud Sunnatullah (natural of law) bagi manusia. Dalam

terminologi teknis agama, peninggalan budaya ini sering disebut sebagai ‘urf

(pengetahuan tentang norma dan nilai yang disepakati dan diketahui). ‘Urf ini

merupakan faktor perekat keragaman budaya sekaligus menjadi salah satu faktor

penyebab terjadinya konflik. Memelihara ‘urf termasuk salah satu nilai yang memiliki

landasan kuat sebagai keharusan agar selalu memelihara sesuatu yang ma’ruf (budaya

yang telah dikenal) dan meninggalkan serta mencegah sesuatu yang sebaliknya, yakni

budaya mungkar.

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.

Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka

ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.11

B. Masyarakat Dalam Quran

10 Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, 1986. Aksara Baru, Jakarta.11 QS, 3 : 110

Page 9: Agama Resume Buku

Al-Quran merupakan kitab dakwah. Langkah awal yang dilakukan adalah

menelusuri isyarat-isyarat bagaimana Al-Quran berbucara tentang hakikat dan

karakteristik masyarakat yang rentan konflik, dan bagaimana proses dakwah dalam

memberi solusi problematika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tersebut.

Pertama, upaya mencandrakan hakikat masyarakat dalam perspektif Quran

yang diasosiasikan pada bentuk sifat maupun tempat. Hal ini memerlukan kecermatan

dan ketajaman dalam memahami teks-teks Quran. Bentuk masyarakat majemuk dalam

Quran misalnya, digambarkan dengan istilah “orang mukmin” (mukminun), “orang

kafir” (kafirun), “kaum musyrik” (musyrikun), “kaum munafik” (munafikun), “orang-

orang bertakwa” (muttaqun), “ahli surga” (ahl al-Jannah), “ahli neraka” (ahl al-Nar),

“orang salih” (shalihin), “orang-orang baik” (muhsinin), “kafir Quraisy”, “Kaum

Luth”, “Kaum Ad”, “Kaum Tsamud” dan berbagai term-term lain yang diasosiasikan

kepada komunitas atau kelompok umat manusia.

Kedua, pernyataan bahwa manusia berasal dari suatu keturunan, terdiri dari

jenis laki-laki dan perempuan yang mengisi belahan planet bumi sebagai bagian dari

tanda kekuasaan Allah SWT. Pengaruh keturunan, terutama lingkungan keluarga

khususnya orang tua, sangat kuat terhadap perkebangan kepribadian anak. Selain

faktor lingkungan tempat masyarakat berada, faktor iklim dan cuaca menambah pelik

dan beragamnya sifat-sifat yang memengaruhi watak manusia.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri dan darinya Allah menciptakan pasangan; dan

daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya

kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”12

Ketiga, isyarat tentang manusia memiliki keragaman bahasa dan warna kulit

yang menjadi objek pengetahuan, khususnya bagi pengkaji ilmu tentang manusia,

sifat, karakteristik serta asal-usulnya (antropologi) yang merupakan bagian dari tanda

kekuasaan Allah SWT.

12 QS, 4 : 1

Page 10: Agama Resume Buku

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari

tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.”

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untukmu

pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu kasih dan sayang.

Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang

berpikir.”

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan langit dan bumi

dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”13

Keempat, manusia diciptakan berjenis laki-laki dan perempuan (berpasangan),

membentuk komunitas menjadi beraneka ragam suku dan bangsa. Keragaman ini

mencerminkan posisi manusia sebagai makhluk yang paling dinamis, kreatif dan

inovatif bahkan makhluk yang paling cepat dalam reproduksi.

Kelima, manusia dianugerahi pedoman dan sistem hidup (syariat) berupa al-

Kitab oleh Allah SWT yang Maha Pencipta. Kitab ini sebagaimana diakuinya sendiri,

merupakan petunjuk bagi manusia sekalian alam, membenarkan posisi kitab-kitab

yang telahada sebelumnya sesuai konteks sosio-historis suatu masyarakat.

Keenam, manusia dengan potensi nafsunya (dorongan psikis negatif) yang

mendominasi akal sehat dan kecenderungan halus moral kepada Allah, membuat

pedoman dan sistem hidup yang menyimpang dari syariat samawi. Potensi ini

menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki sikap dasar memilih.

13 QS, 30 : 19-22

Page 11: Agama Resume Buku

C. Prinisip-Prinsip Dakwah Antarbudaya

1. Prinsip Tauhid

Prinsip tauhid, yakni keharusan mengajak, bukan mengejek, kepada jalan

Tuhan Allah SWT (ila sabili rabbi). Meskipun dakwah telah memiliki konotasi

sebagai upaya-upaya pemahaman, gerakan, dan pengorganisasian dalam

menyampaikan pesan-pesan Islam.

2. Prinsip bi al-Hikmah (kearifan)

Hikmah adalah sikap mendalam sebagai hasil dari renungan yang

teraktualisasikan dalam cara-cara tertentu untuk memengaruhi orang lain atas

dasar pertimbangan psiko-sosio-kultural mad’u secara rasional. Keanekaragaman

budaya dan berbagai kelompok etnik merupakan kebijaksanaan Tuhan, bijaksana

dalam dakwah juga mencakup media dakwah.

3. Prinsip bi al-mau’idzah al-hasanah, ajaran secara baik atau nasihat yang baik bagi

mad’u yang awam

Al-Mau’idzah al-Hasanah adalah menasihati seseorang dengan tujuan

tercapainya suatu manfaat atau mashalat baginya, dengan kata lain perkataan yang

masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang sehingga perasaan menjadi

lembut, tidak berupa larangan terhadap sesuatu yang tidak harus dilarang dan

tidak menjelek-jelekan atau membongkar kesalahan.

4. Prinsip wajaadilhum billati hiya ahsan

Wajaadilhum billati hiya ahsan (beredebat dengan cara yang paling

indah/tepat dan akurat), yakni prinsip pencarian kebenaran yang mengedepankan

kekuatan argumentasi logis bukan kemenangan emosi yang membawa bias,

terutama yang menyangkut materi dan keyakinan seseorang, idola dalam hidup

dan tokoh panutan.

5. Prinsip universalitas

Islam adalah ajaran Tauhid, kalimat tauhid lailaaha illallah adalah

landasan universalisme Islam. Prinsip nilai-nilai universalitas dapat dilihat dalam

khotbah Nabi Muhammad SAW: “...semua kalian adalah keturunan Adam, dan

Page 12: Agama Resume Buku

Adam berasal dari tanah. Orang arab tidak lebih mulia dibanding non-arab,

begitu pula orang kulit putih atas orang kulit hitam, kecuali ketakwaan

imannya...”.

D. Metodologi dan Nilai Guna

Dakwah antarbudaya sebagai salah satu bidang kajian ilmu dakwah dalam

menjelaskan dirinya dapat menempuh prosedur penalaran sebagai berikut:

Pertama, metode istinbati, yaitu penalaran dalam menjelaskan objek

kajian dakwah antarbudaya dengan cara menurunkan isyarat-isyarat

dari Al-Quran dan as-Sunnah.

Kedua, metode iqtibasi, yaitu penalaran dalam menjelaskan objek

kajian dakwah antarbudaya dengan cara meminjam pemikiran-

pemikiran produk para pakar yang bersumber dari Al-Quran dan as-

Sunnah.

Ketiga, metode istiqra’i, yaitu penalaran dalam menjelaskan objek

kajian dakwah antarbudaya dengan menggunakan prosedur kerja

metode ilmiah.

Menempatkan Dakwah Antarbudaya sebagai bagian kajian disiplin Ilmu

Dakwah paling tidak akan berguna dalam hal-hal berikut ini:

Memberikan wawasan dan mempertegas objek material dan objek

formal Ilmu Dakwah yang unik, menantak dan problematik.

Memberikan bukti-bukti kebenaran ayat-ayat yang teramati dalam

kenyataan empirik keragaman budaya dengan ayat-ayat yang tertulis

dalam firman Allah.

Memberikan pertimbangan dan acuan dalam menyeleksi budaya yang

makruf dari budaya yang munkar.

Mendorong para ilmuwan dan praktisi dakwah dan umat Islam untuk

memiliki sikap mental dan perilaku yang berkearifan menghadapi

dinamika dan keragaman budaya.

Page 13: Agama Resume Buku

2. Konsep Kesukubangsaan

A. Suku Bangsa

Dalam antopologi, suatu cabang ilmu sosial yang mengajikan manusia dan

beraneka ragam kelompok bedasarkan kebudayaannya menyebut suatu golongan atau

kumpulan manusia itu sebagai “suku bangsa”, juga sering ada yang menyebut etnic

group (kelompok etnik), yakni kelompok yang diikan oleh kesatuan nilai kebudayaan

dan keturunan. Misalnya, suku batak (batak karo, mandailing, tapanuli) yang memiliki

ciri khas budaya tertentu, seperti dalam berbicara tidak lugas, atau budaya gotong

royong yang ciri khas umumnya masyarakat indonesia yag banyak

mempertimbangkan keseimbangan dan solidaritas sosial, serta disiplin dan tepat

waktu yang merupakan sikap sebagai warga jerman. Begitu juga umat beragama.

Ibadah haji, salat, zakat dan, puasa ramadan merupakan ciri-cri khusus orang islam

vatikan,gereja, dan sistem pendetan merupakan ciri khas agama katolik.

Konsep suku bangsa atau kelompok etnikmengandung arti paru-paru bangsa

yang masing-masing memiliki corak kebudayaan khas. Sementara antroopologi

terkenal sebagai koentjaraningrat mendefinisikan suku bangsa dan suku golongan

yang terikat oleh kesadaran dan identitas tadi sering kali (tetapi tidak selalu)

dikuatkan oleh kesatuan bangsa juga.suatu suku bangsa atau kelompok etnik menurut

brat umumnya dikenal sebagai suatu populasi yang memiliki ciri-cri sebagai berikut :

Pertama, secara biologis mampu berkembang baik dan betahan. Lebih dari itu

memiliki tujuan agar suatu kelompok manusia lestari dengan tujuan-tujuan dapat

menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya.

Kedua, memiliki nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan

dalam suatu bentuk budaya kesamaan termasuk bukan berati sama secara kaku, tetapi

kesamaan atas dasar perasan sepenanggungan yang diperoleh melalui belajar secara

turun-temurun.

Ketiga, membentuk jaringan komunikasi dan interasi sendiri, membungkukan

badan bagi masyarakat jepang misalnya, merupakan bentuk komunikasi dalam

menghormati oranglain,begitu juga menjium tangan bagi orang belanda menunjukkan

Page 14: Agama Resume Buku

sikap dalam memuliakan orang lain, mamakai pakaian hitam sebagai tanda

berkabung.

Kempat, menentukan ciri kelomponya sendiri yag diterima kelompok lain.

Sopan santun ,ramah, logat bahasa/lentong, dan bahasa yang bertingkat (undak-usuk)

pada orang sunda misalnya, merupakan ciri yang membedakannya dengan kelompok

masyarakat etnis lain.

Dalam sebuah suku bangsa, identitasmerupakan ciri yang sangat pokoh,

identitas kesukubangsaan dicirika dicirikan oleh oleh adanya unsur-unsur ethnic traits

(suku bangsa bawaan) , yang meliputi natalitas (kelahiran) atau hubungan darah,

kesamaan bangsa,kesamaa adat istiadat, kesamaan kepercayaan(religi), kesamaan

mitologi dan ikatan totemisme.antropolog lain, matulada misalnya, lebih terperinci

mengajukan lima ciri pengelompokan dalam suatu suku bangsa sebagi berikit.

Pertama, adanya komunikasi antara sesama mereka. Alat komunikasai yang

paling mudah dan efektif adalah bahasa,baik lisan mauoun tulisan.

Kedua, pola-pola sosisal kebudayaan yang membutikan perilaku yang dinilai

sebagai bagaian dalam kehidupan adat istiadat (termasuk cita-cita dan ideologi) yang

diihormayi bersama.

Ketiga, adanya perasaan keterikatan antara satu dengan yang lainya sebagai

suatu kelompok dan menimbulkan rasake bersamaan diantara mereka.

Menurut penelitian koentjaraningrat, di indonesia saja terdapat 565 etnik lebih.

Sementara dilihat dari bahasa etnik, tercatat lebih dari 500-an.hal ini seperti terungkap

dalam motto bhineka tunggal ika (berbeda-beda tetapi satu,yaitu bangsa

indonesia).secara historis pernyataan tentang pengakuan atas keragaman dalam

bingkai kesatuan bagi bangsa indonesia adalah tepatnya pada tanggal 28 oktober 1928

yang terkenal sebagai sumpah pemuda satu nusa satu bangsa satu bangsa) indonesia.

Page 15: Agama Resume Buku

B. Wawasan Kesukubangsaan Dalam Al-Quran

Berkali-kali quran menyatakan bahwa individulah bkan kelompokyang

bertanggung jawab atas perbuatanya. Berkali-kali quran menyatqkan bahwa

individulah bukan kelompok yang bertanggung jawab atas perbuatanya. Al-quran

menekankan kesatuan umat (komunikasi) islam ayat demi ayatnya, dan benandaskan

keutamaan ikatan yang diciptakan atas dasar islam daripada ikatan yanng didasarkan

atas identitas kekerabata, keturunan, wilayah dan,bahasa. Islam menyatakan bahwa

komitmen pada keimanan,moral dan prestasi (achivement) menggantikan ikatan

etinitas, cara individu, dan kelompok mencirikan dirinya bedasarkan bahasa, budaya,

luluhur, tempat, asal, dan sejarah yang sama.dalam sejarahnya , klaim etnisitas

memang menguntungkan secara ekonomi maupun politik bagi individuan atau

kelompok dominaan yang sangat terbatas. Dalam islam, istilah padanan untuk

kelompok etnis memang beragam, agak sukit rasanya menemukan padanan yang

paling tepat untuk istilah kesukubangsaan dalam quran.

Paham kebangsaan (nasionalisme) pada dasarnya belum dikenal sewaktu

diturunnya quran.paham ini berkembang di eropa pada hkhir abat ke-18. Yang

memperkenalkan paham ini kepada umat islam adalah napoleon bonaparte dalam

rayuan gombalnya (propaganda) terhadap rakyat mesir dengan menyebut dengan

umat al-mishriyah (bangsa mesir) padananya umat islamiyh 9bangsa muslim).

Kebangsaan tersebut dari kata bangsa, yang didefinisikan sebagai kesatuan orang-

orang yang bersama asal keturunan adat, bahasa, dan sejarahnya ,serta berpemerintah

sendiri. Akan dicoba diselidiki satu persatu term kebangsaan yang diduga memiliki

makna yangdekat dengan makna yang dimaksud.

Pertama, kata kaum (kaum) sering dipahami dengan arti bangsa atau

kebangsaan, seperti ungkapan napoleon di atas, terhadap kalimat kaum dalam qaum

dalam quran sesuai konteksnya masing-masing, misalnya, ajakan nabi nuha agar

kaumnya beribadah hanya kepada allah (yaa qaumi ‘budu rabbakum alladzi

khalaqakum) dan rarangan menyajek pada suatu kaum.

Kedua, kata umat. Umat di artikan sebagai para penganut atau pengikut suatu

agama atau makhluk manusia.selain itu, umat diartikan bangsa atau negara. Padahal

oada umat dalam isalm di quran belumm tentu benar diartikan bangsa tampa ada

ikatan-ikatan tertentu yang unik dan universal.

Page 16: Agama Resume Buku

Memang kata umat cukup luas pengertianya dan sangat fleksibel, term umat

bisa diartikan bangsa bisa juga dipahami dengan makna-makna lain yang lebih

partikuler, bebeda ,dan lebih spesifik. Term umat memiliki makna yang luas, tidak

hanya dituju pada umat islam, merupakan fenomena elatif baru.

Ketiga, kata qabilah (bangsa/ nation), yakni masyarakat yang

memilikikesatuan arah, kerja sama. Pada masyarakat lama,seorang pemimpin kabilah

sangat menentukan arah kemajuan dan hidup masyarakat. Namun, pada msyarakat

modern arah kemajuan suatu kelompol masyarakat dilakukan bersama-sama antara

pemimpin dan masyarakatnya.

Keempat, kata sayu’ub (suku/etnik), “hai sekalian manusia, sesungguhnya

kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

menyenal.sesungguhnya orang yang paling mulia di atara kamu di sisi allah ialah

orang yang paling takwa di atara kamu, sesungguhnya allah maha mengetahui lagi

maha mengenal.“

Kelima, kata wathaniyah (tanah air). Sebuah ungkapan klasik berbunyi bahwa

“cinta tanah air sebagai bagian dari iman”. Kecintaan pada tanah air adalah bentuk

perekat nilai-nilai kebangsaan. Ketika daerah tanah air diganggu, maka serta-merta

seruru penduduknya tanpa melihat latar belakang kepribadian akan membelanya mati-

matian karena sentimen dan solidaritas kebangsaan.

Pengertian teknis tentang konsep kesukubangsaan seperti dijelaskan secara

singkat diatas, pada kenyataan merupakan upaya sistematisasi budaya manusia

dengan segala kecenderungannya guna mengenalkan diri dan membedakannya dari

makhluk-makhluk lain bedasarkan kecerdasan akalnya, termasuk untuk membedakan

dengan antara sesama manusia. Penyambangan kebudayaan manusia dengan seluruh

kapasitas dan kelebihannya merupakan kerakteristik khusus antara individu maupun

kelompok dan mengikatkannya.

Watak kebangsaan suatu masyarakat sangat mengena untuk menjadikan

medium dalam dakwah terutama dakwah pada masyarakat yang semakin kosmopolit.

Konsep pendekatan dakwa antarbudaya semakin mendapat tempat sebagai kemajuan

dalam perkembangan ilmu dakwa. Oleh karena itu sikap da’i terhadap budaya

Page 17: Agama Resume Buku

masyarakat tak bisa lagi memakai sikap-sikap yang konfrontatif, simplistis, dan keras.

Sikap-sikap serupa, apalagi dalam berdakwah, bukannya memper mudah

mendapatkan jalan yang terang, bahkan sebaliknya akan mendapatkan ponolakan dan

semakin memperkeruh permasalahan. Padahal yang diharapkan adalah terciptanya

pendekatan dakwah solutif bukan konfrontatif,yaitu dakwa yang mencari jalan keluar

setiap persoalan umat.

C. Nation State Potensi Masyarakat Muslim Indonesia

Akhir-akhir ini muncul jargon nation state (negara bangsa) sebagai negara

yang dicita-citakan oleh setiap warga. Kurang lebih, konsep negara bangsa mencita-

citakan masyarakat hidup dalam keadilan-kesejahteraan-makmur dan aman,

menjujung tinggi pruralisme, prestasi, dan kemajemukan dalam wadah kesatuan

nasional. Bangsa indonesia telah memilih dengan sepakat bahwa pancasila merupakan

common flatfrom (kesepakatan bersama) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ide negara-bangsa (nation state) memiliki pengertian bahwa negara ini dibangun harus

melibatkan seluruh komponen bangsa dan untuk seluruh komponen bangsa. Ide-ide

terpentingnya adalah pemerintah harus dilakukan oleh segenap masyarakat bukan

hanya pemerintah, perataan hasil-hasil pembangunan dan sumber daya alam,

kesejatraan dan keadilan.

Konsep-konsep tentang sebuah negara seperti tercermin diatas, pada dasarnya

telah tumbuh lama. Kecerdasan dan kesuksesan “nagara madinah” pada masa nabi

muhammad saw telah menjadi kunci dalam membentuk masyarakat yang makmur dan

bermoral. Bahwa pada masyarakat telah meninggalkan sebuah dokumen sejarah

masyarakat yang hidup dalam keragaman dan mengakui madinah. Tentang konstitusi

madinah ini, menarik komentar marshal G.S. hodgkson dalam the vanture of islam,

bahwa dokumen ini menunjukkan bahwa nabi dan masyarakatnya telah bentuk sebuah

bentuk masyarakat modern, bahkan telah modern pada masanya.

Filosof ulung plato menulis sebuah cita-cita tentang masyarakat utama dalam

magnum opus-nya republicia. Selain masyarakat harus bermoral, plato mengajukan

gagasan bahwa masyarakat yang utama mesti dipimpin oleh pemimpin yang cerdas

dan bermoral.

Page 18: Agama Resume Buku

Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa memiliki apa yang telah digambarkan

di atas, sebagai sebuah negara kepulauan dengan aneka ragam suku, agama, dan

budaya memberi peluang besar untuk mewujudkan sebuah negara yang makmur.

Membentuk sebuah masyarakat yang taat pada aturan/hukum yang telah disepakati

bersama secara kritis dan konstuktif menuju sebuah masyarakat yang partisipatif,

yakni masyarakat madani, masyarakat yang mengacu pada prinsip-prinsip

pembentukan masyarakat seperti tersirat di atas.

Civil society dan masyarakat madani tentang beberapa wawasan kebangsaan

yang herus dipertimbagkan dalam membentuk masyarakat madani (civil sciety) ,

antara lain :

Pertama, pluralisme, yakni pengakuan dan penghargaan penuh terhadap keragaman

masyarakat. Keragaman mesti menjadikan suasana kompetitif sehat dan pertukaran

budaya secara aktif dan positi.

Kedua, toreransi. Toreransi meupakan hal yang sangat penting dalam membentuk

sebuah masyarakat utama. Apabila keragaman dan pluralisme mesti menjadi

landasan, maka tidak mungkin menjadi apabila tidak ada toreransi dalam semangat

perbedan itu.

Ketiga, demokratisasi. Inheren dalam proses demokrasi adalah sikap-sikap;

a. Sadar akan kemajemukan atau pluralisme.

b. Terciptanya musyawarah dan tutus menerima setiap keputusan bersama.

c. Memiliki pemimpin dan kepemimpinan yang demokratis.

d. Dalam melaksanakan hak dan kewajiban hendaknya mengikuti aturan main (law

of the game) yang telah disepakati bersama, dan

e. Mengendepankan pemufakatan sejarah jujur dan sehat.

Bagi para aktivis dakwah dalam kondisi masyarakat yang majemuk seperti

Indonesia (da’i) tak perlu memasakan “islam” secara “berlebihan”. Meminjam teori

komplementer, pelaksanaan dakwah akan lebih efekif apabila da’i menangkap nilai-

nilai universal yang ada dalam islam juga yang ada pada agama-agama nonmuslim

dan kebudayaan-kebudayaan lainnya. Misalnya, nilai kerja sama, nilai kasih sayang

dan kekeluargaan, dan persamaan yang hampir ada setiap agama.

Pendekatan dakwah, baik tablig (penyiaran), tadzbir (pengorganisasian),

tathwir (pengembangan) maupun irsyad (bimbingan), melalui pendekatan dakwah

Page 19: Agama Resume Buku

dialogis dan dakwah antara budaya adalah solusi metodologis yang tepat membangun

membangun dakwah yang lebih ramah dan mengena. Pemahaman terhadap materi-

materi dakwah yang lebih aktual dan kontekstual dapat lebih mendekatkan pesan

dakwah kepada mad’u secara persuasif, tanpa beban dan tekanan apalagi paksaan.

Bagi mubalig yang berdakwah ditatar periangan bahkan umumnya masyarakat

indonesia misalnya, dalam materi dakwah bidang fiqih tak akan jauh dari fiqih

mazhab empat (hanafi, maliki, syafi’i dan hambali), terutama fiqi syafi’i. Fiqih syafi’i

dianggap paling moderat, tidak terlalu tekstual yang terkadang sering bertabrakan

dengan budaya-budaya indonesia.juga tidak terlalu liberal yang melintas batas-batas

teks tertentu.

Begitu juga dalam tauhid/kalam, bahkan untuk orang islam di Indonesia dalam

paham kalam hampir tak ada perbedaan. Orang islam Indonesia umumnya mengikuti

paham tauhid ahlussunnah wa al-jamaah. Organisasi massa Islam (ormas) terbesar

seperti, NU, Muhammadiyah, dan Persatuan Islam relatif sama dalam paham tauhid.

Paham tauhid ini pun dianggap paling moderat dibandingkan kalam maturidi

samarkand, syi’ah lebih-lebih muktazilah.

Akhirnya, dalam konteks dakwah antarbudaya kaitannya dengan masyarakat

yang majemuk, dakwah merupakan langkah tepat dalam membangun masyarakat

secara berlahan-lahan. Kearifan mubalig sebagai agen of social change benar-benar

menjadi taruhan bagi keberhasilan dalm membawa umat. Keberhasilan termaksud

akan bisa diperoleh dengan cara-cara menyinggung perasaan, dengan kata-kata atau

sikap yang dapat menimbulkan sentimen pribadi terlebih-lebih dengan cara paksaan.

Karena cara-cara tersebut meskipun tujuannya dianggap baik, tidak dengan cara-cara

bijak akan menimbulkan persepsi dan preseden buruk bukan hanya bagi da’i, tetapi

juga kegiatan dakwah dan islam sendiri.

3. Islam dan Keragaman Budaya

Page 20: Agama Resume Buku

Manusia adalah makhluk yang memiliki tingkat reproduksi paling cepat dan

lama dibandingkan makhluk-makhluk lainnya semisal, binatang maupun tumbuhan.

Manusia berasal dari keturunan adam dan hawa yang hidup beberapa ribu tahun lalu.

Kemudian darinya munculah keturunan-keturunan dan jenis laki-laki dan perempuan

yang sangat beragam adat dan budaya. Mereka berkomunikasi dengan bahasa

simbolik yang beraham, berpilaku, seperti berpakaian dan bermake-up dengan bentuk

dan cara yang berbeda. Manusia beragam dengan kepercayaanya yang luar biasa

banyak, berbagai kelompok dan suku dan berbangsa-bangsa, singkatnya, manusia

jenis mahluk dengan beragam budaya sesuai dinamika dan berkembangannya, apabila

tidak beragam, maka bukanlah manusia namanya. Dalam bahasa quran, manusia itu

diciptakan dalam suatu keturunan dan menimbulkan banyak keturunan, seperti

terekam dalam petikan firman tuhan berikut ini.

“Hai sekalian manusia, bertakwa lah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya;

dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang (mempergunakan) nama-nya kamu

saling meminta satu sama lain, dan (perihalalah) hubungan sulaturrahmi. Allah selalu

menjaga dan mengawasimu”.Meneruskan keturunan merupakan warisan yang paling

kuat untuk meneruskan dan melanggengkan tradisi nenek moyangnya.

Dalam bahasa Quran, manusia itu diciptakan dari satu keturunan dan

menimbukkan banyak keturunan, meneruskan keturunan merupakan warisan yang

paling kuat untuk meneruskan dan melanggengkan tradisi nenek moyangnya, peranan

anak sebagai warisan begitu kuat rerutama laki-laki, karena ada anggapan bahwa laki-

laki lebih kuat dan dapat menanggung dan meringankan beban dibandingkan

perempuan karena pada hakikatnya laki-laki maupun wanita memiliki peran sama

dalam wilayah berbeda dan satu sama lain saling bergantung dan saling melengkapi.

Keragaman warna kulit, berbeda bentuk tubuh dan orientasi hidup bukanlah

halangan bagi manusia untuk melakukan dan meningkatkan prestasi aktivitas hdup.

Bahkan keragaman tersebut semakin mengukuhkan manusia sebagai mahluk sosial

yang saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain. Proses interaksi dan

saling mengenal merupakan sarana guna memperoleh kehidupan yang saling

bermakna.

Page 21: Agama Resume Buku

Adanya pedoman dan sistem hidup atau syariat meskipun syariat ini tidak

terjadi seara given hingga persoalan-persoalan kecil dan partikular. Persoalan-

persoalan kecil tersebut dapat diselesaikan dan dibuat oleh manusia dengan segenap

kapasitas dan keunggulannya. Misalnya, pembagian harta peninggalan, meskipun

ajaran islam telah bemberi cara-cara dan ukuran pembagianya, contoh pada keluarga

haji syafe’i yang memiliki anak empat orang dan perempuan empat orang, meskipun

diantara anaknya ada yang menjadi sarjana hukum islam, prakyi pembagian waris

tetap memakai sistem bagi rata karena dianggap menurut kesepakatan keluarga lebih

mendekati rasa keadilan.

Hawa nafsu ini dapat membawa manusia terlepas dari jati dirinya sebagai

makhluk yang sempurna apabila tiidak mampu mengendalikannya. Banyak kasus

yang terjadi pada manusia akibat tidak mampu mengendalikan hawa nafsu dengan

berbagai atribut yang bisa disandarkan kepada makhluk yaitu manusia, misalnya

orang serakah (berlebihan dari cukup), koruptor (penjabat serakah dalam memperoleh

harta), pemerkosa (tak mampu mengendalikan nafsu sek), dan penjudi (tak mampu

dalam proses mencari penghasilan). Potensi nafsu dalam manusia, juga menjadi

kekuatan pendorong bagi tubuhnya budaya-budaya positif guna mewujudkan

eksistensi dirinya.

Manusia adalah makhluk berbudaya, dan kebudayaan itu beragam sesuai

banyak dan ragamnya manusia. Ambil saja misalnya, sistem religi dan keagamaan.

Sistem ini pun masih terlalu rumit dan banyak. Kemudian ambilah sistem religi

agama Tokugawa di Jepang, yang menurut penelitian ahli sosiologi kenamaan

Amerika Robert N. Bella. Ternyata dalam religi Tokugawa ini terdapat subsistem-

subsistem yang luas. Mulai subsistem nilai, politik, ekonomi, motifasi hingga sistem

intergrasi.

Di indonesia saja terdapat beberapa agama islam : islam, katolik, protestan,

hindu, budha, konghucu dan ditambah dengan beberapa aliran kepercayaan yang eksis

di indonesia. Alhasil, banyaknya dan beragamnya budaya, bagaimanapun juga

menyulitkan pembahasan, apalagi untuk sampai mengetahui seluk-beluk suatu budaya

secara mendasar yang memerlukan penelitian mendalam. hal ini mengingatkan

terkadang suatu budaya disebut produk budaya A atau budaya B, padahal itu bukan

produk budayanya atau bukan budaya bangsa tersebut. Secara teoretis batasan

Page 22: Agama Resume Buku

pembahasan pada wujud budaya yang juga meminjam analisi para antropolog akan

dapat menolong mempermudah pemahaman. Koentjaraningrat misalnya, perpendapat

bahwa kebudayaan itu sedikitnya memiliki tiga wujud. Wujud pertama adalah wujud

ideal dari kebudayan. Sifatnya masih abstrak, tak dapat diraba dan dipoto.

Wujud kedua yang sifatnya lebih konkret yang meliputi sistem sosial dan pola

perilaku manusia. Aktifitas-aktifitas sosial, sistem komunikasi dan interaksi dari

waktu ke waktu terus berubah dan dapat diobservasi dan didokumentasikan.

Wujud ketiga ini juga merupakan totalitas hasil aktifitas yang paling konkret.

Hasil-hasil kreatifitas yang berwujud konkret ini sangat banyak dan beragam.mulai

dari benda-benda dan bangunan kuno, seperti Piramida di Mesir atau Ka’bah di

Mekkah Saudi Arabia, makam kuno Tajmahal di India hingga budaya-budaya konkret

yang merupakan produk beradapan yang lebih sophisticated (canggih), seperti

komputer dan pesawat terbang.

Islam memiliki ajaran etis yang sangat universal yang ditujukan untuk seluruh

umat manusia dan rentangan ruang dan waktu. Juga karena Nabi Muhammad adalah

utusal Tuhan untuk seluruh umat manusia, maka agama Islam pun berlaku bagi

bangsa arab dan bangsa-bagsa bukan arab dalam tingkat yang sama.

Keragaman suku bangsa dan budaya adalah kenyataan objektif dan positif

yang merupaan salah satu tanda kebesaran Allah (QS, 30 : 13). yakini pandangan

terhadap suatu sistem nilai secara positif-optimis terhadap kemajemukan itu sendiri

dengan menerimanya sebagai kenyatan dan berbuat sebaik mungkian bedasarkan

kenyataan itu.

A. Islam Pada Masyarakat Jawa

Studi-studi penting melalui penelitian tentang Islam pada masyarakat jawa

telah banyak tertulis para ahli dan terpublikasikan, khususnya para antropolog, baik

barat maupun Indonesia. Di antara dokumen-dokumen tersebut, antara lain adalah

buku The Religion of Java University Chicago Press. Buku ini memang sudah agak

tua, tetapi tidak salah jika isinya dijadikan sampel bagaimana hubungan dalam proses

Page 23: Agama Resume Buku

dakwah dengan budaya lokal. Isi paling sentral dari buku ini adalah keberhasilanya

mengklasifikasi kelompok muslim pada tiga variabel; santri, priyayi, dan abangan.

Priyayi adalah golongan muslim terhormat dari kalangan dari para birokrat

dan aparat pemerintah yang tidak begitu ketat menjalankan ajaran islam.Sementara

muslim santri adalah menjalankan ajaran-ajaran agama islam terutama melaksanakan

shlat, puasa ,zakat, dan haji atau salah satunya. Sedangkan sedangkan golongan

abangan adalah rakyat kecil yang tak begitu ketat melaksanakkan teradisi-teradisi

kepercayaan lama yang diwariskan secara turun menurun dari nenek moyang mereka.

Tulisan lain yang patut dibaca berkaitan denga dakwah antara budaya sebagai

proses akulturasi antara Islam dengan budaya lokal adalah buku Hindu Javanese,

tengger tradition and lokal adalah oleh Robert W. Heffner. Buku ini juga menjelaskan

tentang hubungan-hubungan yang komplementer (saling mengisi) antara budaya jawa

khususnya Hindu dengan Islam dalam masyarakat di kaki Gunung Merapi. Buku-

buku hasil penelitian diatas menjadi salah satu acuan wujud proses asimilasi,

akulturasi dan akomodasi diantara diantara budaya-budaya yang saling bersentuhan

terutama budaya lokal dengan Islam.

B. Wetu Telu Vs Waktu Lima

Tulisan ini kami sarikan dalam hasil penelitian Eni Budiwati14 dalam bukunya

yang berjudul Islam sasak hasil terjamahan dari disertai doktornya di monas

universsity australia. Buku ini sangat representatif sebagai contoh proses dakwah

antara budaya dan kepercayaan. Untuk lebih jelasnya prosesi dakwah antara budaya

daerah lombok barat ini saya uraikan sesingkat mungkin. Dalam komunitas dan

beberapa kampung di sekitar Lombok Barat, atau lebih tepatnya di sasak kenal luas

istilah wetu telu yang sering diperlawankan dengan waktu lima. Wetu Telu adalah

orang sasak yang meskipun mengaku sebagai muslim, masih sangat percaya terhadap

ancestral animistic deistis (ketuhanan animistik leluhur) maupun benda-benda

anthropomorphised inanimate object anthropomorphis atau panteistik (paham bahwa

tuhan ada dimana saja dan dalam segalah hal). Sebaliknya istilah waktu lima adalah

14 Eni Budiwati, 2000. Islam Sasak, LkiS, Yogyakarta.

Page 24: Agama Resume Buku

orang muslim sasak yang mengikuti ajaran syari’ah secara lebih keras sebagaimana

diajaran Al-Quran dan hadis.

Islam sebagai salah satu agama dakwah (misi), bagaimana pun harus

disampaikan dan ditebarkan di setiap manusia. Berbagai ayat Al-Quran maupun

anjuran hadis bertebaran dalam berbagai tempat agar ada sekelompok umat islam

yang mau menyeruh kepada kebaikan dan mencegah segalah bentuk kemungkaran

(dakwah). Mungkin, doktrin inilah yang memotivasi kelompok waktu lima tak henti-

henti untuk berdakwah untuk meluruskan umat dari segala penyelewengan khususnya

penyelewenga keyakinan terhadap Tuhan Esa. Sasaran utama proses dakwah waktu

lima adalah orang sasak asli (indigeneous) yang umumnya tinggal dikampung-

kampung dan pegunungan-pegunungan. Kelompok waktu lima terus-menerus

menekan mereka sebagai sasaran dakwah yang utama.

C. Agama

Agama, dari a yang berakti tidak dan game berarti kacau, agama sama dengan

tidak kacau. Orang yang beragama mengharapkan hidupnya tidak kacau. Agama

sebagai seperangkat simbol, yang membangkitkan perasaan takzim dan khidmah,

secara terkait dengan berbagai ritual maupun upacara yang dilaksanakan oleh

komunitas pemeluknya. Agama mempererat persatuan dan memperkokoh stabilitas

sosial dengan mendukung kontrol solial, memajukan nilai-nilai dan tujuan-tujuan

yang telah mapan dan menyediakan sebagai sarana untuk menaggulangi rasa bersalah

dan keterasingan.

Hal-hal yang membedakan antara budaya adalah agama samawi lebih rasional

dibandikan agama bumi (agama ardhi) atau agama tradisional. menurut Clifford

Greetz dan Robert N. Bella, dua antropolog dan sosiolog agama ini mengatakan

bahwa agama teradisional memilki stereotype yang kaku dan penuh kesimpangsiuran

antara mitos dan magis.

D. Islam

Page 25: Agama Resume Buku

Islam dari kata aslama artinya pasrah, tunduk, dan patuh kepada Allah. Inti

ajaran Islam adalah kepasrahan penuh kepada Allah SWT. Adapun dasar ajarannya

adalah apa yang tersebut secara ringkas dan tepat dengan sebutan rukun islam dan

rukunan iman (tiang-tiang keyakinan dan tiang-tiang kepasrahan). Rukun iman ada

enam yang mengacu dalam hadis nabi (iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-

Nya, para utusan-Nya (rasul), hari kiamat, dan iman pada qadha dan qadar).

Sementara rukun islam ada lima (sahadatain atau dua shadat, mendirikan salat, zakat,

puasa, dan ibadah haji).

E. Sistem Adat

Adat umumnya sering dipahami sebagai hukum kebiasaan belaka. Padahal

makna yang terkandung dalam adat merentang dari citra makanan, pakaian, arsitektur,

kebiasaan makanan, cara bertutur hingga pernik seremonial. Adat memasuki segala

aspek kehidupan komunitas yang mengakibatkan seluruh perilaku individu sangat

dibatasi dan dikondisifikasikan. Karena adat secara ideal dipandang sebagai karya

para leluhur, keturunan yang masih hidup merasa bahwa setiap kali mereka

mempraktikkan adat, tindakan-tindakan mereka terus menerus diawasi arwah para

leluhur tersebut. Leluhur dianggap sebagai mahluk supranatural dan memiliki

kekuatan yang biasa memengaruhi kehidupan anak turunannya.

Adat terkadang mempersempit peluang individu untuka keluar dari peraturan-

peraturan adat karena sifatnya yang permanen. Adat kadangkala berubah seiring

situasi politik dan pengaruh ortodoksi Islam, atau sebalinya keanekaragaman adat

terkadang-kadang bertentangan dengan ajaran Islam ortodoks. Agama adalah

pemberian Tuhan. Apabila muncul pertentangan maka adat harus mengakomodasinya

kedalam nilai-nilai islam. Adat merangkum seluruh kerangka ide-ide dan

mempengaruhi moral, etika, tatanan hak dan keadilan.

F. Kepercayaan Dan Praktik Keagamaan Wetu Telu

Page 26: Agama Resume Buku

Wetu teluk dari kata wetu artinya waktu dan telu artinya tiga, wetu telu adalah

waku tiga agama wetu telu mengurangi dan meringkas hampir semua peribadatan

Islam menjadi hanya tiga kali saja. Penganut wetu telu cuma tiga kali melaksanakan

salat. Subuh, Maghrib, dan Isya, sedangkan Dzuhur dan Ashar tidak mereka lakukan.

Dalam menjalankan puasa sebulan kaum wetu telu cuma melaksanakan tiga hari. Pada

permulaan, pertengahan, dan penghujung bulan ramadan. Secara simbolis hal ini

mengungkapkan bahwa semua mahluk hidup muncul (mettu) melalui tiga tahap

sistem reproduksi; melahirkan (menganak), bertelur (menteluk) dan berkembang biak

dari benih dan buah (mentiuk). Dalam menjelaskan wilayah kosmologi, kelompok

wetu telu membaginya menjadi jagat kecil dan jagat besar yang disebut mayapada

atau alam raya yang mencangkup alam dunia, matahari, bulan, bintang dan planet

lain. Jagat kecil, seperti tanah, udara, air , dan api sangat bergantung pada alam

mayapada.

Terdapat tiga unsur penting pada ajaran wetu telu yang dipaparka

pemangku,antara lain:

Rahasia atau asma yang mewujud dalam pancaindra tubuh manusia.

Simpanan wujud Allah yang termanifestasikan dalam Adam dan Hawa yakni

representasi dari garis Allah atau laki-laki dan ibu atau representasi kaum

perempuan.

Kodrat Allah adalah kombinasi lima indra (berasal dari Allah), dan delapan

organ diwarisi dari adam dan hawa.

Dalam pandangan wetu telu iman kepada Allah, Adam dan Hawa adalah

pusarnya dan pusat keyakinan. Ide ini berawal dari karuhun lontar layang ambiya

yang menyatakan bahwa adam diciptakan dari tanah liat dan hawa dari tubuh adam

tanpa menjelaskan dari tubuhan dari mana. Agama wetu telu mengakui roh leluhur

dan juga mahluk harus menepati benda-benda mati yang disebut penunggu. Namun,

semuanya tunduk pada kekuatan supranatural tuhan. Penyambahan terhadap makam-

makam leruhur juga menjadi salah satu bentuk adat yang dianut wetu telu.

G. Dakwah Islam

Page 27: Agama Resume Buku

Aktivitas dakwah bertujuan menyebarkan ajaran Al-Quran dan hadis yang

dibawa Rasulullah SAW, orang yang menyampaikan Islam disebut da’i dalam Islam

bukan hanya tanggung jawab para ahli agama (ulama saja), melainkan setiap orang

Islam sesuai kapasitas dan kemampuannya. “sampaikan lah dariku meskipun satu

ayat” begitu petikan sabda Rasulullah mewajibkan menyampaikan dakwah bagi setiap

umat islam. Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam

lebih dari 85 % penduduknya memeluk Islam. Memang kebebasan beragama dijamin

oleh negara dan pemerintah, dalam undang-undang dasar 1945 kebebasan beragama

diakui. Pasal ini diikuti oleh pasal 4 yang menekankan pentingnya untuk tidak

mengubah seseorang sudah memeluk suatu agama tertentu. Bunyi pasal itu, antara

lain: “misi agama tidak boleh ditunjukan bagi individu atau kelompok masyarakat

agama lain:

a. Ajakan yang dilakikan dengan menawarkan materi, uang, pakaian, makanan,

dan minuman, perawatan kesehatan untuk menarik mereka.

b. Menyebarluaskan pamflet, majalah, buletin, buku dan penerbitan.

c. Mendatangani keluarga-keluarga yang beragama berbeda dari pintu ke pintu.

4. Paradigma Penyiaran Agama-Agama

Page 28: Agama Resume Buku

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang terdiri atas lebih dari

17.800 pulau besar dan kecil, dengan beragam suku, bahasa, kebudayaan, dan

penganut agama. Agama-agama besaar di dunia hidup di indonesia dengan penganut

islam yang merupakan mayoritas 87%, disusul Protestan 6,04%, Katholik 3,08%,

Hindu 1,83&, Budha 1,02%, dan lainya, termasuk aliran kepercayaan 0,32%.15

Kehidupan agama-agama tersebut saling bertoleransi, sebagaimana disebutkan

pada sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa.” ,penjabarannya terdapat pada

UUD 1945 yang berbunyi :

1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaan itu.

A. Pengertian

Menurut Alif Muhammad16, sekurang-kurangnya terdapat dua pengertian

penting masing-masing yang harus dijelaskan terlebih dahulu. Pertama, agama

sebagai suatu doktrin atau ajaranyang termaktub dalam teks-teks kitab suci. Kedua,

agama sebagai aktualisasi dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah.

Agama merupakan faktor pemersatu (integratif factor) yang dapat mebuat

batas-batas geografis dan kebangsaan. Penerimaan agama terhadap suatu agama

sebagai satu-satunya kebenaran dan jalan menuju keselamatan serta berpendirian

sementara orang-orang di luar agamanya dianggap akan menghadapi bencana dan

harus diselamatkan, kemudian lahir istilah “dakwah” dalam islam dan “misi” dalam

kristen (dalam arti bahwa ajaran agama suci itu harus disebarkan dan mengajak orang

lain untuk mengikuti ajaran agama).

Penyiaran agama (tabligh) sekaligus bagian dari bentuk dakwah pada dasarnya

adalah suatu usaha yang didasari tujuan luhur, yakni bagian dari mengajak orang lain

untuk menuju keselamatan Islam. Maka tak heran Islam sangat menganjurkan

15 Tarmizi taher, penyiaran Agama di Indonesia, IPHI, Departemen Agama, Jakarta.16Alif Muhammad, Teologi Kerukunan Umat Beragama pada abad 21, Makalah orasi ilmiah, IAIN Sunan Gunung Jati, Bandung ,1997 h. i

Page 29: Agama Resume Buku

kegiatan ini. Sedangkan dalam kristen manusia harus diselamatkan ( excelia nulla

salus), tindakan penyelamatan ini merupakan titah yesus yang harus dilaksnakan

kapan saja dan dimana saja berada, yang kemudian melahirkan konsep misionaris

(orang-orang yang diutus untuk menyebarkan injil).

Sedangkan di Islam dakwah adalah salah satu kegiatan berupa “amar makruf

nahi munkar” merupakan perintah allah SWT yang harus disampaikan, sekecil

apapun. “sampaikanlah dari-ku meskipun satu ayat saja,”begitu sabda baginda

rasulullah SAW.dalam catatan sejarah dalam tiap agama selalu ada berbagai aliran

serta melahirkan konsep dan paradigma penyiaran yang berbeda-beda.

Maka dari latar belakang tersebut dapat disimpilkan adalah suatu kemestian

bagi masyarakat yang hidup di pluralitas agama , untuk mengetahui dan menyikapi

paradigma penyiaran agama-agama.hal ini berguna untuk menambah pengetahuan

kita tentang agama serta menumbuhkan sikap saling toleransi kita.

B. Konsep Dasar Misi Prespektip Katolik

Awal masuknya agama ini adalah ditemukannya rute perjalanan menuju asia

lewat afrika selatan oleh orang-orang portugis. Setelah dikuasainya pusat ekonomi di

asia tenggara yaitu di kepulauan nusantara dan maluku pada tahun 1551. Agama

katolik masuk di daerah ini mengikuti jalur penaklukan portugis.

Gereja katolik pertama didirikan di Maluku pada tahun 1552. Para misionaris

periode ini kebanyakan berasal dari masyarakat yesus (the society of yesus).

Diantaranya tercatat nama Prancis Xavier (1550-1552) yang merupakan rasul pertama

untuk orang-orang indonesia. Bahkan Xavier, seperti dikutip Alwi Shihab,17menulis

dan mengatakan bahwa, “jika setiap tahunya selusin pendeta datang saja kesini,

maka gerakan Islam tidak akan bertahan lama, dan semua penduduk pulau ini akan

menjadi pengikut agama kristen”.

Misionaris dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia18 adalah perutusan yang

dikirim suatu negara ke negara lain, untuk suatu tugas khusus di bidangnya.

Sedangkan dalam agama kristen seorang misionaris adalah orang-orang yang diutus

untuk menyebarkan injil. Pengertian tersebut menyempit dengan konotasi sebagai

suatu makna kegiatan menyabarkan kabar gembira (penginjilan), dan mendirikan

17Alwi Shihab, 1996. Islam Inklusif, Mizan, Bandung. H. 13 18KBBI, Jakarta. 2002

Page 30: Agama Resume Buku

jemaat setempat, yang dilakukan atas dasar pengutusan sebagai kelanjutan misi

kristus (crist mission).

Petama, yesus mengutus murid-muridnya kepada jamaat. Dalam semua empat

injil (Mathius, Markus, Lucas, dan Yohanes) untuk sebagian memakai tradisi-tradisi

yang tidak tergantung satu sama lain.

Kedua, khotbah-khotbah Paus Yohanes Paus II. Dalam setiap kesempatan,

ajakan-ajakan paus selalu menciptakan simpatik di kalangan umatnya. Di antaranya

ajakan menciptakan perdamaian serta membebaskan manusia dari segala bentuk

penjajahan. Paus adalah rasul yang masih hidup hingga sekarang.

Apabila dianalisis, terdapat beberapa catatan dari pernyataan diatas. Pertama,

berangkat dari doktrin kitab suci bahwa penginjilan merupakan perintah tuhan. Bagi

penganut yang baik, para pendeta khususnya, sebagai bentuk keharusan maupun

kesalehan. Kedua yang bersumber dari pernyataan-pernyataan Paus dalam upaya

mengayomi jemaatnya. Bisa dilakukan dengan cara baik secara persuasif maupun

secara prsuasif. Selain itu paus di Patikan Roma bisa memberikan instruksi melalui

para kardinal, para uskup maupun para pendeta untuk menyampaikan pesan-pesan

petuahnya.

L.Legran mengajukan beberapa pengertian misi, berikut: Usaha mendekati

orang kafir dan membawa mereka kepada iman sejati dan tuhan yang benar (gerak

sentripugal);(2)usaha menjadikan bangsa israel sebagai “poros” sehingga bangsa-

bangsa lain datang berkunjung ke jerusalem (gerak sentripental);ziarah dari bangsa

yang telah ditebus menuju ke tanah terjanji (aspek eskatologi)19.

Fragmentasi dan pebedaan makna misi terjadi dalam katolik, seperti hal nya

terjadi pada agama lain. Misalnya Mahzab Tologumenon yaitu mencoba

memperkenalkan pendekatan misi lewat pertapaan seperti dipraktikan Thomas de

Jesus. Kelompok rohaniwan/rohaniwati, karenanya merupakan bagian umat yang

paling meiliki legimitisasi dalam menyampaikan misi.20

Dalam mahzab Tubingen, misi merupakan ciri imanen kekristenan sdan

merupakan bukti semangat hidup dalam kristen.dalam mahzab ini ada 2 tugas yaitu;

pertama, komponen kristus, gereja, dan jemaat, menghendaki pertobatan orang-orang

yang tak beriman; kedua, menunjukan metode dan sasaran bagaimana gereja

19 L.Legran, The God Comes, Mission In The Bible, Quezon City,1991, hlm. 3.20 Edmun Woga, Dsar-dasar Misiologi, Yogyakarta, Kanisius,2002, hlm. 118.

Page 31: Agama Resume Buku

membangun dirinya dan mempertobatkan manusia. Tokoh aliran ini adalah W. Kasper

dan A. Graf.

Mahzab lainya adalah Munster dengan toohnya J. Scmdin. Misiologi bagi

Mahzab ini merupakan pengetahuan dean penjabaran mengenai penyebaran iman

kristen yang dirangkum dalam sistem tertentu dan dibangun di atas dasar-dasar biblis

dan teologis. Tujuan utamanya adalah menyampaikan ajaran kristus dan keselamatan

dalam kristus kepada semua manusia, mewartakan injil di mana-mana, dan

memperluas kerajaan Allah.21

Masih ada aliran lainnya, seperti Leuven dan aliran Spanyol.yang terpenting

dalam aliran ini adalah penanaman gereja(plantaito ecclesiae), yaitu gereja yang

kelihatan atau intuisi hierarki pribumi. Tokohnya adalah P Charles. Sedangkan aliran

spanyol lebih subtantif dibanding leuven. Tokohnya adalah Yves Congar, Henry, Dan

H. Godin.

C. Misi Prespektip Protestan

Dalam misi prospektif protestan sebagai agama misi seperti dikatan Einer M

Sitompul22 menekankan pada aspek pemberitaan dalam arti meberiikan kabar baik

dan pusat penyiaran adalah injil (gospel)nyang pada intinya adalah menyampaikan

kabar baik kepada semua orang semua orang. Misi protestan muncul karena

merebaknya kezaliman dan penyelewengan kemanusian. Seperti (pengangguran

massa dan pelacuran), masalah ekonomi, politik sampaipenyelewengan penyembahan

berhala. Jika diamati secara subtansial, maka pangkal tolak dalam penyiaran agama

itu sendiri, tetapi motivasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Yesus

Kristus bagi kekristenan menjadi pusat pemberitaan karena dia adalah puncak

manifestasi dari kehendak Allah.

Alan Bailyis , pemuka agama risten di Inggris mengemukakan perselisihan

dua kelompok dalam Kristen. Yaitu aliran Evangelis dan Ecumenis sangat

memprihatinkan. Yang pertama bersifat Eklusifitik dan yang kedua lebih bersifat

inklusif.

Perselisihan tersebut timbul akibat terjadi perbedaan orientasi misi dan

interprestasi. Bagi Evangelis misi kristen terutama ditujukan kepada individu dan

21 Edmun Woga, Dsar-dasar Misiologi, Yogyakarta, Kanisius,2002, hlm. 137.22 Einer M Sitompul, 1996 Penyiaran Agama Protestan, Makalah IAIN Syahid, Jakarta. H. 32

Page 32: Agama Resume Buku

hubungannya kepada tuhan. Tujuan utama gereja adalah mengajal mereka yang yang

percaya untuk meningkatkan imannya dan mengajak mereka yang “di luar” untuk ikut

serta bergabung.

Sebaliknya bagi Ecumenis, seperti dikatakan Alwi Shihab23 , mengatakan

bahwa tujuan misi atau perhatian tuhan bukan bertumpu pada gereja semata,

melainkan lebih kepada manisia seluruhnya. Maish bertujuan untuk memanusiakan

manusia dan bukan bertujuan untuk mengkristenkan individu sehingga sehingga

ajakan menurut Ecumenis penting. Ajaran yesus tidak terbatas pada gereja-gereja,

tetapi juga dijumpai di agama-agama lain, universal reality of yesus kata Raimundo

Pankkar. Hal senada juga dikatakan oleh Einar M Sitompul yang mengatakan bahwa

tekanan misionaris adalah penyiaran, sedangkan bertambahnya jumlah penganut

sebenarnya bukanlah tujuan melainkan hasil dari penyiaran (jika diterima dan diakui).

Dan kuantitas umat bukanlah tujuan ideal karena tujuan utama adalah iman dengan

sepenuh hati.

Misi bagi umat kristen adalah tugas suci (holy burden) dan great comission

(perintah agung) memenuhi perintah tuhan, “pergilah dan ciptakanlah pengikut dari

segala bangsa, lakukanlah penahbisan kepada mereka atas nama bapak dan anak

serta roh kudus”24. Ini adalah ayat yang menjadi acuan proses kristenisasi dan

conversi dalam paradigma kristen.

Setiap agama, menekan pada umatnya agar menjadi penganut yang setia dan

taat pada ajaran nya. Terciptabya suasana damai dan tentram adalah idaman semua

manusia. Semangat menyala misioner adalah iman kristiani, ungkapan”bumi itu

merupakan panggung yang mempertontonkan kemuliaan Allah”adalah spirit dan

tenaga dalam semangat mengabdi.

Jadi sumber panggilan dan kebenaran allah bukanlah kita manusia, tetapi

Allah sendiri.25 Oleh sebab itu orang kristen, baik sebagai gereja maupun pribadi

tidak boleh mengklaim diri sebagai yang mempunyai panggilan dan kebenaran. Dari

paparan di atas penulis melihat setidaknya beberapa metode dan strategi misi kristen

yang sangat menonjol, khususnya pada akhir abad ke 19 yang oleh Karel Antony

Steenbrink26 disebut sebagai abad misi, cara-cara termaksud diantaranya :

23 Alwi shihab, Islam... Op cit h. 5524 Matinus, 28 : 18-2025 Yohanes, 15 : 16.26 Karel A. Steenbrink, Kawan dan Lawan Dalam Pertikaian, Bandung, Mizan, h.143

Page 33: Agama Resume Buku

Pertama,fokus operasional misi adalah wilayah yang masih “gadis” dan

“pagan” yang belum di masuki dakwah agama lain.

Kedua, adanya dukungan langsung maupun tak langsung dari koloni

belanda.

Ketiga, adanya dukungan politik maupun finansial dari pemerintah

perancis melaui misi khusus berkedok “meletakan semua agama dalam

posisi sama” padahal kenyataannya tidak.

Keempat, menggunakan strategi simpatik akomodatif terhadap budaya dan

adat istiadat masyarakat setempat.

Terakhir adalah bahwa dalam melaksanakan penggilan yesus tersebut, mereka

para misionaris menunjukan keikhlasan yang mengagumkan. Begitulah setrusnya

sampai misi mereka terkonsolidasi dan teroganisasi secara intensif.

D. Konsep Penyiaran Agama Prespektif Budha

Agama budha bukanlah agama baru di indonesia, tetapi sudah lama ada dalam

sejarah indonesia. Bahkan merupakan agama asli paling tua di indonesia. Agama

Budha telah mengantarkan indonesia ke masa keemasan dalam zaman kerajaan

sriwijaya dan keprabuan majapahit. Karya utama bangunan peradaban budha adalah

Can Borobudur yang merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia (the seven miracle

of the world).

Melihat perkembangan sejarah agama Budha, maka dapat dilihat betapa upaya

mewujudkan dan menjaga kelestrian bahkan kerukunsn umst beragama, berlangsung

sebagaimana yang telah diamanatkan sang Budha kepada Upali. Upaya itu kemudian

dilaksanakan Empu Tantular pada mas majapahit sehingga raja Asoka dan Hayam

Wuruk berhasil membangun kerajaan besar, makmur, dan sejahtera.

E. Gerakan Dakhwah Etnis Tionghoa

Hampir 6 abad yang lalu seperti di tulis Hembing Wijayakusuma 27 tercatat

seorang muslim yunan bernama Tjeng He, ia pernah singgah dalam pelayaran di jawa

(Tuban, Gresik dan Cirebon) berdakwah menyebarkan agama islam , tidak hanya di

Indonesia Tetapi juga di Asia Tenggara. Ada beberapa gerakan dakwah terhadap

orang Tionghoa, tentunya selain dakwah yang dilakukan oleh sendiri-sendiri melalui

27 Hembing Wijayakusuma, Cheng ho Sang Penyebar Islam Nusantara, 2004, h. 1

Page 34: Agama Resume Buku

tabligh (penyampaian dakwah) dan khuruj (keluar dari rumah untuk mengajak orang

masuk Islam). Diantara lain adalah :

Pertama, dengan mendirikan pusat kegiatan islam, semacam islamic

center.

Kedua, mendirikan pusat-pusat ibadah seperti masjid, di Jakarta ada

sebuah Masjid yang dikenal sebagai “masjid Lautje”. Disitu diadakan salat

jum’at, salat idul fitri, salat idul adha, dan pengajian-pengajian rutin

sehingga banyak orang tionghoa yang tertarik.

Ketiga, mendirikan pusat-pusat kajian Islam (Islamic Studic) terutama di

sudut-sudut kota yang rawan terhadap konversi (convertiaon area).

Keempat, upaya-upaya islamisasi melauli proses interaksi perkawinan.

Asimilasi juga mempercepat terjadinya islamisasi komunitas Tionghoa

dengan masyarakat Pribumi.

5. Kesatuan dan Keragaman

A. Islam Kesatuan dan Keragaman

Islam adalah kata bahasa Arab yang semakna dengan kata salima, artinya

selamat. Islam (orangnya disebut muslim) aslama yang berati penyerahan diri kepada

allah, kata lainyang memiliki kesamaan makna dengan Islam diantaranya Hanif,

Page 35: Agama Resume Buku

artinya cenderung atau kata din yang seakar kata dengan dain yang artunya utang

seperati kalimat din-alIslamkarena ketendukan kepada Tuhan merupakan hutang

setelah manusia berjanji dan bersaksi mengakui ketuhanan ketika di alam ruh.

Keragaman umat islam dalam pemahaman dalam pemahaman maupun dalam

praktik adalah doktriner, kenyataan ini karena memang dikehendaki Al-Quran

sebagai kitab persatuannya terutama dalam bentuk kehidupan sosial maupun budaya

umat Islam adalah suatu kemestian.

Apabila meminjam paradigma pemikiran Ibn Khaldun28 juga karena faktor-

faktor klimatologi yang sangat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sehari-hari.

Disamping faktor sosial politik yang berpengaruh terhadap tatanan dan sistem sosial

masyarakat.

B. Isyarat-isayarat Kesatuan dan Keragaman

Dalam Al-Quran, Allah SWT memberi “cetak biru” tentang kesatuan dan

keuniversalan Islam. Tentang kesatuan dan keuniversalan Islam bisa dilihat dalam

ayat-ayat berikut ini :

1. Kesatuan ketauhidan dalam rangka Isalam ( QS, 21:108), (QS, 112:1-4)

2. Kesempurnaan agama (QS, 5:3)

3. Rahmat bagi seluruh alam (QS, 21:107)

4. Persaudaraan melaui ikatan agam (QS, 9:11)

5. Keterikatan pada fitrah (QS, 30:30)

6. Kesatuan umat (QS, 21:92)

7. Kesatuan arah [kepada Allah] (QS, 2:148)

8. Kesatuan iman dan amal (QS, 26:227)

Begitu juga isyarat-isyarat lain, yang dipahami memiliki makna ke arah

keragaman yang dibenarkan oleh Al-Quran. Diantara isyarat-isyarat keragaman dalam

Al-Quran antara lain :

1. Bantahan terhadap umat (QS, 16:93)

2. Agama dan kepercayaan (QS, 109:6)

3. Bagian dari umat yang beragam (QS, 6:38)

4. Umat moderat pertengahan disamping umat-umat lainya (QS,2:143)

5. Kergaman suku bangsa (QS, 49:13)

6. Keragaman kaum (QS, 49:11)

28 Akbar S. Ahmed,2005. Islam Sebagai Terduduh, Mizan , Bandung.

Page 36: Agama Resume Buku

7. Keragaman kelompok (QS, 3:105)

8. Keragaman bahasa (QS, 30:22)

9. Yahudi Nasrani (QS, 5:51)

10. Banyak jalan masuk surga (QS, 10:67)

11. Keragaman menghadap allah (QS, 3:191-192)

12. Keragaman keyakinan (QS, 18:29),(QS, 17:107) dan (QS, 10:99)

13. Keragaman rasul (QS, 2:253)

14. Jalan yang ditempuh berbeda (QS, 6:153)

Dan beberapa keterangan hadist nabi yang memberi isyarat tentang keragaman

umat manusia. Salah satunya yang berbunyi bahwa” umatku akan terpecah kepada 73

golongan dan hanya satu yang selamat” (hadist attirmidzi).

C. Simbol-simbol Kesatuan Islam

Yang dimaksud disini adalah tanda sebagai sesuatu yang dapat digunakan

untuk memaknai sesuatu yang lain atau meminjam bahasa Ferdinand de

Saussure,29adalah sejenis tanda dimana hubungan antara penanda dan petanda seakan-

akan bersifat arbiter.

1. Penegasan satu arah kiblat

Semua orang Islam, Khususnya saat maenunaikan ibadah salat diharuskan

menghadap Kiblat Baitullah (rumah Allah) yang berada di Mekkah.

2. Keyakinan yang sama terhadap tuhan yang maha Esa

Keyakinan bahwa hanya Allah lah tuhan yang diakui umat Islam. Hal ini juga

yang merupakan bentuk persaksian yang paling sakral yakni,”tiada Tuhan kecuali

Allah dan Muhammad utusanya”.

3. Keyakinan terhadap autensitas sumber ajaran yang sama, terutama Al-Quran

disamping As-Sunnah.

Al-Quran adalah sumber ajaran Islam yang paling autentik, dan yang menjadi

sarana pemersatu dalam kehidupan bergama. Perbadaan terjani karena

interprestasi atas sumber tersebut karena latar belakang pendidikan, sosial budaya

dan lingkunagan tempat ia hidup.

4. Keragaman pemahan dan pengalaman Islam

29 Arthur Asa Berger, 2000.Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontenporer.Tiara Wacana, Yogyakarta. H. 33

Page 37: Agama Resume Buku

Hal ini tidak bisa disangkal dalam sejarah Islam. Keragaman pemahaman

berakar kuat dalam tradisi Islam, karena posisi akal sangat vital dan sentral dalam

Islam. Isyarat-isyarat tentang akal tersebar luas dalam Al-Quran.

Dalam islam terdapat aliran kalam, baik yang tercatat maupun yang tak tecatat

dalam sejarah Islam. Misalnya aliran kalam Mu’tazilah yang dijuluki sang

rasionalisme, aliran kalam qadriyah, jabbariyah, mujri’yah, syiah, alhusunnah dan

aliran kalm kharwarij. Aliran-aliran besar tersebut masih memiliki sub-sub yang

cukup banyak dan beragam.

Dalam lapangan pemahaman hukum/fiqih juga berkembang lebih beragam

lagi. Kina kenal pemikiran fiqih 4 mahzab atu 5 mahzab yaitu, Hanafi, Maliki,

Hambali dan dzahiri. Dalam lapangan filsafat dan tasaawuf, bahkan sangat luas

lagi dengan corak dan bentuk yang sangat beragam sesuai lingkungan dan budaya

setempat.

Misalnya paripetik, banyak berkembang pada lingkungan masyarakat yang

kosmopolit.

Dalam tasawuf bahkan lebih beragam lagi. Berdirinya tarekat-tarekatsebagai

lembaga tasawuf hampir ada di setiap negri muslim. Keragaman tersebut bukan

saja mengindikasikan bahwa Islam sebagai rahmat bagi setiap manusia (rahmatan

lil ‘alamin) yang sangat menghargai kemanusiaan. Lebih dari itu “perbedaan

pendapat diantara umatku, kata nabi adalah rahmat”(ikhtilafi ummati rahmatun).

Indonesia adalah negara muslim terbesar dan terbanyak penduduk terbanyak

di dunia. Keragaman pemahaman tentang Islam sangat luar biasa banyaknya.

Indonesia memiliki organisasi-organisasi keagamaan besar, bahkan terbesar di

Dunia seperti Nhadatul Ulama (NU), Muhammadiyah, persatuan Islam, Al-

irsyad, Al-Jamiah Al-Washliyah, Persatuan Umat Islam dan banyak lagi

organisasi kecil lainnya.

Terdapat 3 varian pengalaman Islam di Jawa yaitu Islam santri, Priyayi, dan

Abangan. Dalam pemahaman dapat dikategorikan dalam pemahaman Islam

tradisional, Islam tekstual (lebih mementingkan keabsahan teks), Moderat, dan

Liberal, Islam aktual ( Islam diramu dengan budaya-budaya kontenporer), Islam

konstektual dan subtansial ( yang lebih berorientasi pada isis dan jiwa ajaran itu

sendiri).

Ada juga yang membaginya dengan kategori Islam revalis (orientasi pada

pemurnian Islam dari pengaruh-pengaruh sesat), Islam modernis (Islam memakai

Page 38: Agama Resume Buku

ide-ide modern sebagai media penyampaian) bahkan Islam fundamentalis

(fundamen artinya dasar). Semuanya mungkin banyak yang tidak sepakat dengan

kategori-kategori diatas tapi setidaknya bisa dipakai sebagai alat bantu meliaht

Islam bersentuhan dengan umatnya di Indonesia.

6. Strategi Dakwah Antarbudaya

Istilah strategi umumnya dikenal dikalangan militer karena berkaitan dengan

strategi operasi dalam berperang. Strategi dalam pengertian ini, berarti “Ilmu tentang

perencanaan dan pengerahan operasi militer secara besar-besaran” atau berarti pula,

kemampuan yang terampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu. Mengapa perlu

strategi karena untuk memperoleh kemenangan atau tujuan yang diharapkan harus

diusahakan, tidak diberi begitu saja.

Strategi dakwah Islam adalah perencanaan dan penyerahan kegiatan dan operasi

dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang

meliputi seluruh dimensi kemanusiaan. Lebih lanjut Muhammad Muhdi Syamsuddin

menyebutkan bahwa tujuan pokok yang hendak dicapai, oleh Islam adalah restorasi dan

rekontruksi kemanusiaan secara individu dasn kolektif untuk membawanya ke tingkat

kualitas yang tertinggi. Strategi dakwah antarbudaya berarti suatu perencanaan matang

dan bijak tentang dakwah Islam secara rasional untuk mencapai tujuan Islam dengan

mempertimbangkan budaya masyarakat baik segi materi dakwah, metodologi maupun

lingkungan tempat dakwah berlangsung

Rasulullah Saw. Sebelum diangkat menjadi rasul, berahun-tahun terlibat dalam

pemikiran dan kontemplasi mendalam dalam membaca masyarakat komersial dan

glamor kota Mekah. Hasil pengamatan dan kontemplasi itu, setidak-tidaknya muncul tiga

fenomena sosio religius dari data sosial yang dibacanya: Pertama, politeisme yang

merajalela dimana-mana. Kedua, kesenjangan ekonomi yang parah antara si kaya dan si

Page 39: Agama Resume Buku

miskin. Ketiga, tidak adanya rasa tanggung jawab terhadap nasib manusia secara

keseluruhan.

Bangsa Indonesia yang memiliki beragam warna budaya dan etnik, tentunya akan

memiliki keragaman pula dalam menyikapi fenomena-fenomena mad’u tidak mungkin

terungkap dalam tulisan pendek ini. Apalagi untuk menyingkap fenomena-fenomena

setiap suku maupun lingkungan budaya yang ratusan, bahkan ribuan bentuknya. Akan

tetapi, secara umum fenomena-fenomena sosial yang diungkapkan diatas,masih cukup

melekat pada masyarakat di masa ini. Kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan

pendidikan, umumnya merupakan persoalan-persoalan yang muncul, khususnya pada

masyarakat di pedesaan, bahkan persoalan pengangguran dan moral melanda sebagian

masyarakat, tidak hanya di pedesaan, bahkan terutama di perkotaan.

Bagi masyarakat perkotaan, umumnya Ilmu pengetahuan dan teknologi telah

menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, terutama transportasi, pendidikan, dan

hiburan. Akan tetapi dibalik kemudahan-kemudahan tersebut, kehampaan pun dengan

cepat menghampiri mereka.

Dengan demikian, moral yang dituntut Al-Quran bagi umat ini merupakan

seseuatu yang harus diperjuangkan. Perjuangan tersebut memerlukan keterlibatan

spiritual yang merupakan amanat Allah yang tidak mampu dipikul oleh langit, bumi dan

gunung, sementara manusia tetap bodoh dan tiranik menawarkan diri untuk memikulnya.

Benang merah dari dua sumbu kekuatan, seperti tersebut di atas adalah

menipisnya keseimbangan hidupnya pada manusia, keseimbangan tersebut adalah

simetrisnya hubungan akal dan iman. “Allah akan mengangkat orang yang beriman dan

memiliki ilmu beberapa derajat”.

A. Proses Terbentuknya Budaya Islam

Strategi dakwah antarbudaya, bagaimanapun tujuannya adalah transformasi

nilai-nilai Islam terhadap mad’u yang beraneka ragam budaya agar sesuai dengan

budaya Islam. Sumber budaya Islam adalah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci

adalah kitab yang lebih mementingkan amal (amal saleh). Amal inilah yang

Page 40: Agama Resume Buku

merupakan wujud kebudayaan Islam. Kebudayaan (arab; al-Hadharah atau ats-

Tsaqafah) adalah ajaran pokoknya dalam Al-Quran.

Tiga tahapan strategi kebudayaan ; Pertama, tahap mitis, yakni sikap manusia

yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan ghaib sekitarnya, seperti

pada bangsa primitif. Kedua, tahap ontologi, yakni sikap manusia yang tidak hidup

lagi dalam kepunyaan kekuasaan mitis, melainkan yang secara bebas ingin meneliti

segala hal ihwal. Ketiga, adalah tahap fungsional, yakni sikap dan alam pikiran yang

makin tampak dalam manusia modern. Manusia tidak lagi terpesona oleh mitis dan

mengambil jarak terhadap objek penelitiannya.

B. Strategi Kebudayaan Dakwah Islam

Fokus kajian strategis kebudayaan dakwah Islam, pada hakikatnya

memandang dakwah antarbudaya sebagai sebuah proses berpikir dan bertindak secara

dialektis dengan segala unsur-unsur dakwah dan budaya yang melingkupimya, demi

tujuan dakwah, yakni menciptakan sebuah masyarakat Islam.

Dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia,tepatnya di Samudra Pasai Aceh

Utara, Islam masuk dengan jelas melalui adaptasi budaya lokal melalui para

pedagang, baik disengaja maupun tidak melakukan penetrasi budaya Islam terhadap

masyarakat setempat. Melalui proses yang panjang, Islam akhirnya pertama diterima

di rakyat Aceh, bahkan menjadi sebuah kerajaan Islam di Nusantara.

Apabila dakwah ingin berhasil adalah mesti dilakukan proses transformasi

nilai-nilai budaya, baik dari dalam ke luar maupun sebaliknya akan menerima suatu

keterputusan dan keberlangsungan bergantungnya nilai-nilai budaya baru. Proses

transformasi Dakwah Antarbudaya bukan saja sebuiah alternatif dalam dakwah, tetapi

lebih dari itu merupakan jalan tengah terhadap berlangsungnya kontinuitas budaya.

Islam bisa menjadi tawanan dalam proses pembangunan dengan tidak

mengabaikan ataupun menerima khazanah budaya lokal. Prinsipnya sebagaimana

tercakup dalam kaidah-kaidah yurisprusendi Islam, yakni “memelihara yang lama-

lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”.

Page 41: Agama Resume Buku

C. Prospek Dakwah Antarbudaya

Konsep ummatan wahidah (ketunggala umat) dalam isyarat Al-Quran mesti

dipahami sebagai ketunggalan dalam iman dan peradaban. Proses ke arah

terbentuknya masyarakat beradab sedang terjadi dan akan terus berlangsung, yaitu

melalui bertemunya dan terjadinya pertukaran budaya manusia dimuka bumi ini

melalui kemajuan sains dan teknologi komunikasi, dalam rangka kesejagatan.

Kenyataan tersebut akan berdampak positif dan negatif, maka itulah Dakwah

Antarbudaya akan berperan menjadi seleksi dan solusi terhadap dampak negatif dan

memenangkan kekuatan negatif tersebut. Oleh karenanya Dakwah Antarabudaya

menjadi kajian menarik dan menantang dalam bangunan dakwah Islam dan gerakan

dakwah Islam.

7. Dakwah di Perkotaan

Islam termasuk salah satu agama dakwah seperti juga agama-agama lain, yakni

agama samawi (dari langit/Tuhan) yang harus disebarkan dan dibumikan. Keharusan

menyebarkan agama kepada segenap manusia, terlebih pada masa sekarang, universal

dan asasi. Untuk mengatasi persoalan-persoalan termaksud dalam teori dan praktik Islam

hanya bisa dilakukan melalui dakwah, yakni upaya mengajak manusia kembali pada asas

ketuhanannya sebagai nilai kemanusiaan dan mengembangkan potensi-potensi

kemanusiaannya dalam dimensi lain.

Dakwah Islam, juga disebut komunikasi islami, apabila ditelusuri sejarahnya

telah lahir seumur kelahiran manusia. Karena usia dakwah termasuk aktivitas tua, kalau

tidak dikatakan, sebagai fitrah manusia. Hal ini setidak-tidaknya diperkuat dua asusmsi.

Asusmi pertama, karena manusia memiliki sifat dasar dualisme. Asusmi kedua, karena

manusia pertama adalah Adam a.s. yang tidak lain adalah manusia.

A. Karakteristik Budaya Masyarakat Perkotaan

Page 42: Agama Resume Buku

Kehidupan masyarakat kota umumnya heterogen. Heterogenitas masyarakat

kota pada satu sisi memberi peluang terciptanya kompetisi dan kreasi-kreasi baru.

Pluralisme keyakinan dalam beragama juga sangat nyata sebagai ciri kehidupan

masyarakat kota. Keberagaman tersebut kemudian akan memengaruhi pola pikir dan

interprestasi serta tindakan beragama yang beragam pula. Masyarakat kota umumnya

relatif sangat menghormati waktu karena tuntutan demi kelangsungan hidup,dan

banyak yang menikmati pelayanan pendidikan yang memadai, karena pendidikan

yang bagus umumnya ada di kota, walaupun terkadang memberatkan orang tua karena

biaya tinggi.

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaan-perbedaan vertikal

antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Dari gambaran diatas, maka

karakteristik budaya masyarakat perkotaan dapat diringkas sebagai berikut :

Pertama, dalam usaha pencarian hidup, masyarakat kota banyak menggunakan

fasilitas-fasilitas lebih modern.

Kedua, pada masyarakat kota, sistem kemasyarakatan (social order) tertata

demikian jelas dan setiap anggota masyarakat memiliki status sesuai

profesinya.

Ketiga, dalam berkomunikasi, umumnya masyarakat kota memakai bahasa

yang lebih menasional, bahasa Indonesia bagi masyarakat kota di Indonesia.

Keempat, sistem pengetahuan pada masyarakat kota lebih lebih cenderung

pragmatis, setelah selesai sekolah, apa pun sekolahnya, yang paling kerja.

B. Semarak Dakwah di Perkotaan

Sejalan dengan demokratisasi dan gaung liberalilasasi telah memicu dan

memacu aktivitas keberagamaan umat Islam. Aktivitas-aktivitas keagamaan

masyarakat kota, kaum muda khususnya sangat kuat.Semarak kegiatan keagamaan

pada masyarakat-masyarakat tertentu di perkotaan adalah respons terhadap

modernisasi pembangunan sekaligus upaya untuk mempertahankan eksistensinya

sebagai orang Indonesia, umat islam khususnya.

C. Pendekatan Dakwah Antarbudaya

Page 43: Agama Resume Buku

Dakwah Antarbudaya pada mulanya merupakan gagasan alternatif bagi solusi

konflik pada diri manusia, antarindividu maupun individu dengan kelompoknya.

Solusi dakwah kepada diri pribadi menghasilkan metode nafsiyah dengan perincian

sub-submetodenya. Terhadap konflik antarindividu menggunakan metode fardiyah

begitu pula dengan tablig sebagai metode dakwah bagi umat dalam ruang lingkup

yang banyak.

Persentuhan budaya Islam dalam mengakomodasi produk budaya manusia

sejak dahulu hingga sekarang telah melahirkan budaya-budaya baru yang terus

berkembang secara dinamis, dialektis, dan akomodatif. Dinamika ini sekaligus

menjadi taruhan yang tak terbantahkan bahwa Islam akan selalu hidup sesuai zaman

dan perkembangan budaya manusia.

D. Tantangan Dakwah di Era Demokrasi

Salah satu konsekuensi demokratisasi adalah modernisasi dan liberalisasi,

yakni suatu tahapan dalam penggunaan hasil-hasil pemikiran ilmu pengetahuan dan

teknologi. Penggunaan dan penerimaan hasil kreasi akal manusia berupa ilmu dan

teknologi itu merupakan syukur kepada Sang Pencipta. Hasil-hasil dari kemajuan

teknologi informasi, televisi misalnya, sangat tepat dijadikan media dalam proses

difusi dakwah kepada mad’u jarak jauh.

Demokratisasi dalam hal apa pun adalah semisal bejana, dan bejana itu mau

diisi apa dan dipakai apa saja bergantung pada si pemakainya. Ini adalah tantangan,

karena tantangan harus ada elemen-elemen pengimbang (balanced factor) agar proses

demokratisasi berjalan dengan harmonis dan benar.

8. Skipturalisme dan Substansialisme di Indonesia

Selain pertimbangan ideology agama,gejala menguat nya kaum skripturalisme

dalam islam di Indonesia pa da khususnya , seperti yang di tampilkan oleh Front

Pembela Islam (FPI),Forum Ulama Umat Islam (FUUI), Majelis Mujahidin Indonesia

(MMI), majalah media dakwah, Harton Ahmad Jaiz, Adian Husani, dan Atian ali, Da’i

ideanya haeus dilihat akar histori nya dalam konteks social, budaya, politik, dan ekonomi

Indonesia secara luas. Ia muncul sebagai reaksi terhadap penguasa sebelum reformasi

yang telah membatasi ruang gerak mereka, baik secara budaya maupun politik.

Page 44: Agama Resume Buku

Ada tiga problem yang akan dibahas dan diskusikan dalam makalah ini . Pertama,

apa gagasan utama skripturalisme Hartono Ahmad Jaiz reaksi terhadap kaum

subtansialisme khususnya Nurcholish Masjid. Kedua, mengungkapkan bagaimana ruang

komunikasi dan politik mereka pesca reformasi yang telah memengaruhi pemikiran dan

aksi umat Islam. Dan ketiga, bagaimana peluang dalam konteks dakwah islam

kedepannya.

A. Sejarah Munculnya

Abad modern dianggap sebagai awal dari munculya hegemoni ilmu

pengetahuan terhadap agama sekaligus runtuhnya warisan abad pertengahan.

Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap kepercayan agama dapat dilihat pada belahan

abad ke-19. Keyakinan bahwa bible tidak pernah salah seiring bertabrakan dengan

discoveri ilmiah baru. Misalnya, penemu teori evolusi yang begitu cepat, di dalam

maupun di kalangan biologi, dianggap mengancam kitab suci yang menjadi teologi

Kristen.

Kritik sejarah dan Bible bahkan di Jerman (tanah air Martin Luther) sampai

titik meragukan bible. Bahkan sarjana Newton, yang digelari kaum moderenis oleh

katolik tradisional, sampai meragukan asal usul agama Kristen. Hal yang sama terjadi

di Inggris, baron Friedrich Von Hugel menggalakan studi kritikal terhadap bible dan

berusaha menyelaraskan agama Kristen dengan penemua moderen. Ide-idenya banyak

memengaruhi protestsn meski iya sendiri dari katolik. Kolegannya George Tyrrell,

seorang anglikan yang meng salehkan katolik, berkali-kali berusaha memengaruhi

greja, tetapi kemudian ia dikluarkan dari jemaat dan dikutuk secara keagamaan.

Moderinisme dalam korteks katolik diartikan sebagai gerakan yang bertujuan

membawa tradisi iman katolik kedalam lapangan filsafah, ilmu pengetahuan, sejarah,

dan gagasan-gagasan social lainnya. Moderenisme sebagai cikla bakal munculnya

kaum substansialis dalam Kristen menjadi popular dimasa inikhusus nya pada Santa

Pius X mengutuk ajaran ini dengan menyebutnya sebagai “gabungan segala bid’ah”.

B. Munculnya dalam Islam

Page 45: Agama Resume Buku

Dalam islam tidak ditemukan istilah yang sepadan dengan skriptularlisme

maupun substansialisme . sma seperti tidak dikenalnya pertentangan nya dengan

science/ ilmu dan agama. Bahkan secara idealis,ilmu pengetahuan yang berkembang

di Eropa dari dunia islam sebagaimana tercatat dalam sejarah masa dinasti Abbasiyah.

Qur’an sebagai sumber hokum dan petunjuk bagi umat Islam dikumpulkan

secara autenik dari wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhhamad SAW. Naskah

asli mushaf Qur’an Utsamani ini masih tersimpan di beberapa museum dunia. Ajaran

Qur’an mendorng umat Islam agar mencari ilmu sebanyak-banyaknya bagi

kesehjahtaan hidup dunia-akhirat.

Paparan di atas, mengartikan bahwa dalam dunia Islam, skripturalisme,

fundamentalisme, bahkan radikalisme. Meminjam statmen S.H. Nasr, merupakan

reaksi pertama gerakan wahabi terhadap dunia barat .

C. Hartono A.J dan Nurcholish Madjid

Hartono Ahmad Jaiz sebenarnya bukan tokoh pertama dan utama mewakili

gerakan skripturalis di Indoesia. Sebagaimana dilasir indonesianis dari Ohino

University R. William Liddle, Dewan Dkwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan media

nya Media Dakwah(MD) adalah diantara corong utama skripturalisme di Indonesia.

Hartono A.J sebenarnya wartawan sejsk tahun 1982 sampai tahun 1996 di

surat kabar pelita atau setidak-tidaknya ia adalah mantan wartawan. Lahir di Tari

Wetan, Sumber –Simo Bayolali 1 April 1953. Riwayat mulai Madrasah Ibitidayah

SLTA dan Pendidikan Guru Agama (PGA) seluruh nya diselesaikan di Boyolali

sampai menempuh sarjana.

Bersama teman-teman nya, pada tahun 1974-1981 ia mendirikan dan

menghidupkan pengajian Jemah masjid Sapen. Mulai tahun 1982-1986 ia mulai

mengajar di Mts dan aliyah di Jakarta menjadi redaktur Majalah remaja Islam di

Jakarta (1981-1982) dan di utus Dwan Dakwah Islam Indonesia (DDI) menjadi

peliput islam di bosnia –herzagovina, Zegreb Hungaria pada tahun 1992.

Sementara Nurcholish Madjid lahir di Jombang Jawa Timur 17 Maret 1968. Ia

nyantri di KMI pesantren Gontor Ponorogo 1960 dan tahun 1968 menyelesaikan

kuliah di Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 46: Agama Resume Buku

Gelar Pn.d dalam bidang Studi Islam ia peroleh dari Chicago University Amerika

Serikat pada 1984 dengan yudisium Summa cum Laude.

Sebelum meninggal, Nurcholish bekerja sebagai sebagai staf peneliti di LIPI

dan dosen di IAIN Jakarta. Dia juga pendiri dan pemimpin Yayasan Wakaf Paramida,

suatu lembaga studi keislaman dan dalam beberapa hal melayani kebutuhan spiritual

dan etik kaum musliim kelas menengah ke atas. Dia saat ini menyebut diri nya

sebagai “inklusivis” atau “pluralis”.

Visi kaum substansialis sebenarnya sudah banyak diketahui baik melalui

tulisan maupun media. Dalam makalah ini, penulis mengungkapkan empat gagasan

dari kaum substansialis yang salingt terkait.

Pertama, yang paling pokok adalah bahwa substansiatau kandungan iman dan

amal lebih penting daripada bentuknya.

Kedua, esesnsinya Quran maupun hadis bersifat universal, atau dalam bahasa

sederhana, Quran esensi maknanya bersifat universal meski berbahasa local

(Arab), karna teks Quran harus di tafsir kembali oleh generasi selanjutnya sesuai

ruang dan waktu. Penafsiran nabi, para sahabat, apalagi penafsir terkemudian

adalah produk tafsir untuk masa itu yang belum tentu relvan dengan kondisi

sekarang.

Ketiga, asumsi bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk memperoleh

kebenaran, terlepas atribut budaya maupun keyakinan yang di peluknya. Selama

kebenaran itu bias di pertanggungjwabkan dpat di terima secara lapang dada.

Sebagai konsekuensi atas patokan ini banyak kaum substansialis mengenali

primbon-perimbon khazanah Islam lama maupun baru dan menelaah ulang teas-

tesa yang selama ini jadi rujukan suci umat islam, seperti filsafat, tasawufdan

kalam.

D. Analisi Komunikasi terhadap Gagasan dan reaksi Hartono A.J

Sebagaimana dikatakan di muka, bahwa pembahasan ini hanya mencakup tiga

contoh. Karnanya, tiga contoh itulah yang menjadi media perbandingan HAJ dan NM

sebagai reprensi sampling dalam kasus Indonesia yang berasal dari konsep-konsep

yang sangat dikenal.

Page 47: Agama Resume Buku

1. Gagasan Interpretatif tentang kata ‘ad-din’

Gagasan interpretative tentang kata ‘ad-din’ yang umum diterjemahkan

dengan’agama’ semata-mata, atau lebih khusus lagi agama islam. Bahkan kata

Hartono A.J, kata din tidak semata-mata berarti agama, melainkan meliputi bidang

lain yang akhirnya melahirkan apresiasiideologi apresiasi totaliter. Melainkan

menurut Nurcholis itu kurang tepat kata din tersebut memang artinya agama,

karna islam memang adalah agama yang sebenar-benarnya.

2. Gagasan NM terhadap Pemaknaan Klimat Tahlil atau Kalimat Tauhid

Gagasan NM terhadap pemaknaan kalimat tahlil atau kalimat tauhid

“lailaha Illallah” yang di terjemahkan dengan “tiada tuhan selain Tuhan”(yang

bermaksud Tuhan yang sebenarnya ), telah menuai protes di kalangan umat islam.

Menurut pendapat HAJ penapsiran seperti itu dilakukan NM diatas

hukumnya haram. NMbukan hanya menyelewengkan makna tetapi juga

menyesatkan. Dugaan penulis, pernyataan HAJ itu, karna ia menrjemahkan

kalimat Tayyibahdengan “Tiada Tuhan selain Allah” yang umum dipahami umat

islam.

3. Penafsiran NM Tentang Lafaz

Ketika menjelaskan maksud “jalan lurus”. Ia berujar, “kalau kita baru

sampai iyyaka na’budu” berarti kita masi mengklaim diri kita mampu dan aktif

menyembah. Tetapi kalau sudah “wa iyyaka nasta’in” maka kita lebur menyatu

dengan Tuhan.

Menurut HAJ penafsiran seperti itu sangat berbahaya. Sembari mengutip

tafsir Al-Qayyim, iya berpendapat bahwa didahulukan kata na’budu/Ibadah atas

isti,anah (minta tolong) dalam surat Fatihah termasuk dalam bab mendahulukan

ghaayaat (tujuan) atas iwasaail (sarana). Karna ibadah adalah tujuan hamba-

hamba yang diciptakan-Nya untuk beribadah.

E. Prospek bagi Dakwah ke Depan

Page 48: Agama Resume Buku

Sebagaimana dapat di urutkan dalam sejarah intlektualitas untuk manusia,

keduua orientasi pemahaman skripturalis dan substansialis ini adalah realita produk

budaya yang tidak bias dihindari .Perjalanan intelektual keduanya telah memiliki akar

sangat kuat, baik dalam sejarah maupun rujukan teks-teks kitab suci. Sejarah telah

membuktikan bahwa keduanya orientasi pemahaman agama tersebut telah berperan

silih berganti dalam hegemoni pemahaman sesuai perkembangan situasi social-

budaya maupun politik.

9. Pendekatan Tasawuf dalam Dakwah

Mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam. Meskipun mayoritas, umat Islam di

Indonesia memiliki aneka ragam dalam cara memahami dan mengamalkan amalan

islam. Keanekaragaman dalam pemahaman dan pengamalan islam Islam itu disebabkan

latar blakang pendidikan.

Dalam sebuah penelitian di Jawa Barat saja terdapat sekitar 63 aliran

kepercayaan. Data ini belum termasuk sekte-sekte dari agama yang ada, yang dalam

batas-batas tertentusulit membedakannya dengan aliran kebatina secara umum sebagai

contoh aliran ahmadiah sebagai, kalau mau disebut,”sekte” dalam agama islamyang

mengundang kontroversi eksistensinya di Indonesia.

Sebagaimana terjadi pada ahmadiah, pengikut kebatinan madrais yang bmengaku

muslim dianggap telah menyimpang dari Islam di sekitarnya. Karna dianggap

menyimpang, umat Islam menganggap berkewajiban untuk meluruskannya , atau dalam

bahasa lain, ‘mendakwahinya’, agar kembali ke ajaran yang dianut mayoritas muslim.

Sikap dan pernyartaan demikian, temtu saja brtolak belakang ini telah tlah menimbulkan

problem krusial baik menyangkut hubungan antar sesama muslim maupum ajaran

Madrais yang dianggap menyimpang itu.

Page 49: Agama Resume Buku

A. Sejarah dan Ajaran

Aliran Kebatinan Madrais atau kemudian disebut juga Agama Djawa Sunda

atau agama PAsundan adalah aliran kepercayaan y tumbuh di Cigugur, suatu desa

skaligus ibu kota kecamatan di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Aliran kebatinan ini

telah ada sejak lama dan telah memiliki pengikut cukup banyak yang terbesar di

daerah Jawa Barat.

Pada perkembangannya, kiai madrais membuat suatu ritual baru berupa

sembahyang menghadap api pada tahun 1921, cara penguburan mayat tahun 1927,

dan mengadakan cara perkawinan pada tahun 1931. Ritual baru tersebut dianggap

oleh beberapa tokoh Islam di Jawa Barat mengalami suatu penyimpangan dari ajaran

Islam. Mereka kemudian berusaha mengembalikan ajaran kiai Madrais kejalan yang

benar, yaitu sesuai dengan syari’at Islam.

Kiai Madrais berusaha untuk mencari titik temu dari ajaran agama yang ada,

dengan tetap berusaha untuk menjunjung tinggi budaya yang dimilikinya. Bila di

tinjau dari sudut pandan Islam maupun Kristen terutama Katolik ada beberapa

kesamaan konsep ajaran ADS. Antara lain kesamaan nya yaitu:

Mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dalam ADS dikenal Gusti

Pangeran Sikang Sawiji-wiji. ADS sangat mempercayai akan kekuasaan dan kekuatan

Tuhan yang kudus sehingga mereka selalu mengandalkan segala sesuatu kepada

kekuatan Tuhan sebagai kulminasi penganut suatu Agama pada wujud suprim.

B. Masyarakat Cigugur

Sebelum mengalisis isi ajaran Madrais, penting terlebih dahulu mengajukan

pertanyaan dari level masyarakatapakah umumnya penganut agama Madrais itu.

Kemudian menganalisis dalam struktur social budaya yang bagaimana kebatinan

Madrais berkembang. Jawaban atas pertanyaan semacam ini sangat penting

mengingat perkembangan suatu agama atau kepercayaan tidak bis dilepaskan dari

kontruksi social budaya di mana berpengaruh terhadap perkembangan dan

kecendrungan agama yang bersangkutan. Dalam prespektif ini, agama adalah budaya

dan budaya adalah agama.

Sebagaimana disinggung di mukla bahwa pengikut kebatinan atau Madrais

atau ADS pada umumnya adalah dari golongan petani atau masyarakat agraris

sementara pemimpin nya dari kelas ningrat. Mereka umum nya tinggal di pedalaman

Page 50: Agama Resume Buku

atau kaki gunung. Mata pencharian mereka pun dari alam. Pola seperti ini melahirkan

sebuah tatanan pemahaman dan sikap keberagamaan mereka.

Keadaan yang sama terjadi di masyarakat Sunda, terutama Sunda buhun/lama.

Praktik agama kebatinan kemudian menjadi sangat penting dalam menjaga

kestimbangan kosmologi orang sunda. Secara sederhana, kosmologi orang Sunda itu

intinya adalah memadukan unsur-unsur budaya lokal, agama lama orang Sunda

adalah Islam.

Apabila diperhatikan ajaran-ajaran kebatinan Madrais sebagaimana ter ungkap

di muka, maka dalam ajaran-ajaran terkandung inti ajaran agama-agama. Bahkan isi

dari ajaran-ajaran tersebut sangat dekat dengan pemahaman-pemahaman tasawuf

dalam Islam. Selain itu memiliki latar belakang sejarah sebagai pengikut Islam,

pemikiran seperti, “Tuhan ada di mana-mana” dan tidak mengenal ruang dan waktu

atau fanteisme dan ajaran-ajaran Madrais lainnya sangat lekat dengan dunia tasawuf

Islam.

C. Pendekatan Dakwah dan Problem

Sebagai agama dakwah, praktik tasawuf sebagai pendekatan dakwah dalam

islam dianggap dapat mencairkan hubungan antara ajaran Islam dengan penganutnya,

terutama masyarakat yang masih terkungkung dalam alam kebatinan “primitif”.

Pendekatan dakwah melalui tasawuf telah teruji dalam sejarah penyebaran islam di

Indonesia dalam bentuknya yang sangat dinamin.

Sementara pada masyarakat modern sekarang, dalam bentuk yang lebih halus,

tasawuf menjadi tren menghinggapi kekosongan dan kehampaan jiwa masyarakat di

tengah harus moderenisasi yang kian menghantui saraf-saraf otak manusia. Krisis

moral, etika dan budaya telah menyadarkan umat manusia akan pegangan

fundamental yang kuat dan kokoh melalui keyakinan dan spirit hidp dalam jiwa.

Karakteristik lain bentuk sajian tasawuf adalah ekspresi-ekspresinya sering

berpegangan pada keseimbangan antara cinta dan pengetahuan. Suatu bentuk ekspresi

emosional Islam yang lebih mudah memadukan sikap keagamaan yang merupakan

titik awal setiap kehidupan kerohanian Islam.

Tasawuf juga membahas tentang ajaran penciptan. Dalam tasawuf penciptaan

agak berbeda dengan gagasan penciptaan monoterisme umum. Tasawuf lebih

menekan pada gagasan kesatuan hakikat yang terwujud.

Page 51: Agama Resume Buku

Paparan ringkas diatas, sepintas terdapat kedekatan antara praktik mistik

Madrais dengan tasawuf dalam Islam meskipun dengan pengembangan dan

pendalaman berbeda.

Penutup

Kebatinan atau kepercayaan pada umumnya tumbuh subur dalam masyarakat

agraris sebagai bentuk akumulatif falsafah kehidupannya. Bahkan dalam bentuk lain,

mungkin sebagai bentuk protes terhadap kemapanan sosial-budaya dia atas.

Singkretisme antara islam dan budaya local sebagai wujud pertemuan dua nilai

“berbeda” telah menyisakan suatu persoalan, baik teologis maupun sosiologis,

terutama apabiila dilihat dari sudut pandang Islam. Persoalan ajaran Madrais, juga

tidak lepas dari persoalan teologis maupun sosiologis. Dari sudut pandang sosiologis,

aliran kebatinan Madrais berlainan jalan dengan arus utama umat Islam dalam praktik

Islam. Pengurangan atau penambahan terhadap praktik-praktik ibadah, seperti salat.

Page 52: Agama Resume Buku

Konsep kepercayaan Madrais yang esotheris oriented mendapat angin segar

justru apabila dilihat dari sudt pandang filosofi dan mistis. Bahkan dalam hal-hal

tertentu banyak kesamaan dengan umumnya paham agama-agama mapan tak

terkecuali Islam melalui filsafah dan tasawuf. Kalau begitu, berkaitan dengan dakwah,

maka pendekatan dakwah terhadap kelompok kebatinan, termasuk kebatinan Madrais

lebih tepat memakai pendekatan filosofis dan mistis. Sementara pada tataran

oprasionalnya, metode dialog dan metode mujadalah (debat) lebih efektif untuk

digunakan tertama dengan pemimpin-pemimpin mereka.

RESUME BUKU

ISLAM DAN BUDAYA

DAKWAH ANTARBUDAYA

Page 53: Agama Resume Buku

Disusun Oleh: Dwi M. Pamungkas 12-2012-071Adi Kurniawan 12-2012-075Fajar S. Siradz 12-2012-046Bayu Purnama 12-2012-070Dede Ardiansyah 12-2012-043Wahyu Setio 12-2012-066

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIJURUSAN TEKNIK MESIN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALBANDUNG

2013