2
B OBAT GENERIK Pilihan Terbaik Dengan Harga Terjangkau Masyarakat masih memandang sebelah mata obat generik. Padahal, kualitas dan keamanannya setara dengan obat bermerek dan obat paten. agi sebagian besar masyarakat Indonesia, kalau terkena sakit ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Selain harus menderita sakit, masih harus menanggung biaya pengobatan dan membeli obat yang harganya seringkali tidak terjangkau. Bahkan, tidak jarang masyarakat yang tadinya mampu secara finansial jatuh miskin akibat sakit yang dideritanya membutuhkan obat yang biayanya tinggi. Tingginya biaya obat menjadi permasalahan di semua negara di dunia. Untuk itu, hampir semua negara memberlakukan kebijakan penggunaan obat generik untuk menekan biaya obat, termasuk di Indonesia. Sejak tahun 1989, Pemerintah telah menggulirkan kebijakan Obat Generik Berlogo agar masyarakat mendapatkan obat yang bermutu, aman dan efektif dengan harga yang terjangkau dan tercukupi jenis maupun jumlahnya. Dinamakan Obat Generik Berlogo, atau dikenal juga dengan OGB, karena obat ini ditandai dengan logo lingkaran hijau bergaris putih dengan tulisan "GENERIK" di bagian tengahnya. Obat ini diproduksi oleh beberapa pabrik berbeda, terutama BUMN. Namun, namanya tetap sama, yaitu sesuai dengan nama kandungan zat aktifnya yang berkhasiat obat. Namun demikian, sesungguhnya yang dimaksud dengan obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya. Obat yang masih berada dalam masa paten disebut obat paten atau obat originator. Obat paten hanya diproduksi oleh pabrik yang memiliki hak paten, sehingga umumnya dijual dengan harga yang sangat tinggi, karena tidak ada kompetisi. Hal ini biasanya untuk menutupi biaya penelitian dan pengembangan obat tersebut, serta biaya promosi yang tidak sedikit. Setelah habis masa patennya, obat tersebut dapat diproduksi oleh semua industri farmasi. Obat inilah yang disebut obat generik. Setiap pabrik memberi nama sendiri sebagai merek dagang. Obat ini di Indonesia dikenal dengan nama obat generik bermerek atau branded. Tidak berbeda Sampai saat ini masyarakat masih sering keliru menyebut obat generik bermerek sebagai obat paten. Padahal, jenis obat paten yang beredar kurang dari 10%. Selebihnya adalah obat generik, baik dengan merk dagang maupun dengan nama kandungan zat aktifnya (lebih sering dikenal sebagai obat generik). Pada prinsipnya, tidak ada perbedaan dalam hal mutu, khasiat dan keamanan antara obat generik dengan obat bermerek, maupun obat paten dengan kandungan zat aktif yang sama. Pasalnya, produksi obat generik juga menerapkan Cara Produksi Obat yang Baik, seperti halnya obat bermerek maupun obat paten. Selain itu, untuk zat aktif tertentu, Pemerintah mempersyaratkan uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi obat generik, untuk menyetarakan khasiatnya dengan obat originatornya. Obat generik harganya jauh lebih murah dari originatornya karena tidak ada biaya penelitian dan pengembangan, studi-studi klinis maupun promosi yang menyebabkan harga obat paten sangat tinggi. Masyarakat maupun tenaga kesehatan tidak perlu meragukan mutu obat generik, karena harganya yang murah. Anggapan bahwa obat generik adalah obat orang miskin tidaklah benar. Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menuliskan resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis. Kewajiban ini tertuang secara tegas dalam Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor HK.02.02/ MENKES/068/I/20 10 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Fasilitas pelayanan kesehatan pun wajib menyediakan obat generik, sehingga obat generik dijamin ketersediaannya dalam jumlah dan jenis yang cukup. Selain itu, Pemerintah juga menyusun Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang menjadi acuan bagi semua fasilitas pelayanan

Adv Obat Generik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adv obat generik

Citation preview

OBAT GENERIKPilihan Terbaik DenganHarga TerjangkauMasyarakat masih memandang sebelah mata obat generik. Padahal, kualitasdan keamanannya setara dengan obat bermerek dan obat paten.agi sebagian besar masyarakat Indonesia, kalau terkena sakit ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Selain harus menderita sakit, masihharus menanggung biaya pengobatan dan membeli obat yang harganya seringkali tidak terjangkau. Bahkan, tidak jarang masyarakat yang tadinya mampu secara finansial jatuh miskin akibat sakit yang dideritanya membutuhkan obat yang biayanya tinggi.Tingginya biaya obat menjadi permasalahan di semua negara di dunia. Untuk itu, hampir semua negaramemberlakukan kebijakan penggunaan obat generik untuk menekan biaya obat, termasuk di Indonesia.Sejak tahun 1989, Pemerintah telah menggulirkan kebijakan Obat Generik Berlogo agar masyarakat mendapatkan obat yang bermutu, aman dan efektif dengan harga yang terjangkau dan tercukupi jenis maupun jumlahnya.Dinamakan Obat Generik Berlogo, atau dikenal juga dengan OGB, karena obatini ditandai dengan logo lingkaran hijau bergaris putih dengan tulisan "GENERIK" di bagian tengahnya. Obat ini diproduksi oleh beberapa pabrik berbeda, terutama BUMN. Namun, namanya tetap sama, yaitu sesuai dengan nama kandungan zat aktifnya yang berkhasiat obat.Namun demikian, sesungguhnya yang dimaksud dengan obat generik adalah obat

yang telah habis masa patennya. Obat yang masih berada dalam masa paten disebut obat paten atau obat originator.Obat paten hanya diproduksi oleh pabrik yang memiliki hak paten, sehingga umumnya dijual dengan harga yang sangat tinggi, karena tidak ada kompetisi. Hal ini biasanya untuk menutupi biaya penelitian dan pengembangan obat tersebut, serta biaya promosi yang tidak sedikit.Setelah habis masa patennya, obat tersebut dapat diproduksi oleh semua industri farmasi. Obat inilah yang disebut obat generik. Setiap pabrik memberi nama sendiri sebagai merek dagang. Obat inidi Indonesia dikenal dengan nama obat generik bermerek atau branded.Tidak berbedaSampai saat ini masyarakat masihsering keliru menyebut obat generik bermerek sebagai obat paten. Padahal, jenis obat paten yang beredar kurang dari10%. Selebihnya adalah obat generik, baik dengan merk dagang maupun dengan nama kandungan zat aktifnya (lebih sering dikenal sebagai obat generik).Pada prinsipnya, tidak ada perbedaan dalam hal mutu, khasiat dan keamanan antara obat generik dengan obat bermerek, maupun obat paten dengan kandunganzat aktif yang sama. Pasalnya, produksi obat generik juga menerapkan Cara Produksi Obat yang Baik, seperti halnya obat bermerek maupun obat paten. Selain itu, untuk zat aktif tertentu, Pemerintah mempersyaratkan uji bioavailabilitasdan bioekuivalensi obat generik, untuk menyetarakan khasiatnya dengan obat originatornya.Obat generik harganya jauh lebih murah dari originatornya karena tidak ada biaya penelitian dan pengembangan, studi-studi klinis maupun promosi yang menyebabkan harga obat paten sangat tinggi.Masyarakat maupun tenaga kesehatan tidak perlu meragukan mutu obat generik, karena harganya yang murah. Anggapan bahwa obat generik adalah obat orang miskin tidaklah benar.Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menuliskan resepobat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis. Kewajibanini tertuang secara tegas dalamPeraturan Menteri KesehatanRl Nomor HK.02.02/ MENKES/068/I/2010tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Fasilitaspelayanan kesehatan pun wajib menyediakanobat generik, sehingga obat generik dijamin ketersediaannya dalam jumlah dan jenis yang cukup.Selain itu, Pemerintah juga menyusun Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang menjadi acuan bagi semua fasilitas pelayanan

kesehatan. Obat esensial merupakan obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, sehingga obat esensial generik harus tersedia. Dalam DOEN, dipilih obat-obat yang telah terbukti khasiat dan keamanannya hingga saat ini, dengan harga yang terjangkauRasionalisasi HargaBelum lama ini, Pemerintah melaluiKementerian Kesehatan telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Obat Generik. Ada harga-harga obat generik mengalami kenaikan, namun sebagian besar mengalami penurunan.Menteri Kesehatan Periode2009 - April 2012 dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH., Dr.PH menegaskan bahwa penentuan HET ini sudah melalui bermacam-macam pertimbangan, diantaranya kemungkinan pembatasan BBM bersubsidi, kenaikan bahan baku obat, kenaikan upah minimal regional dan sebagainya.Kenaikan harga obat berbeda dengan kenaikan harga bahan pokok lainnya di pasar. Harga obat ada pengaturannyaoleh pemerintah, kata dr. Endang RahayuSedyaningsih, MPH., Dr.PHNamun Pemerintah berupaya agar kenaikan harga obat ini, khususnya obat generik, tidak terlalu membebankan masyarakat. Dari 498 jenis obat generik yang dirinci harganya, 170 obat mengalami kenaikan harga, namun di sisi lain ada 327 jenis obat yang malah turun harganya.Berdasarkan keputusan Menkes RI Nomor 92/Menkes/SK/II/2012 tentang HET obat generik tahun 2012, HET ini menjadi acuan harga jual tertinggi obat generik di apotek, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang berlaku untuk seluruh Indonesia.Harga Netto Apotek (HNA) ditetapkan tidak lebih besar dari 74 persen HET. Sementara harga jual pabrik obat atau pedagang besar farmasi kepada apotek dan rumah sakit adalah sebesar HNA ditambah dengan pajak pertambahan nilai (PPN).Pengelola apotek, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang melayani penyerahan obat generikhanya dapat menjual obat generik seharga maksimal sama dengan HET.Pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan Menteri ini akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan, bersama-sama dengan dinas kesehatan daerah.Namun demikian, disamping obat generik, ada obat generik yang disebut sebagai obat-obat generik bermerek (branded). Harga jual obat generik bermerek ini biasanya lebih mahal, karena harga tersebut ditentukan oleh kebijakan perusahaan farmasi yang memroduksinya. Selisih harga ini ada karena obat generikbermerek biasanya memiliki kemasan lebih bagus dan disertai promosi yang gencar.Pemerintah memang belum mengatur selisih harga antara obat generik bermerek dan obat generik ini. Harusnya harga obat generik bermerek itu tidak terlalu jauh dari obat generik karena prosedurnya sama, mutunya sama, ujar dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH., Dr.PH.Perlu EdukasiMeski harga sebagian obat generikmengalami sedikit kenaikan, namun masih jauh lebih rendah dibandingkan harga obat generik bermerk maupun paten dengan kandungan zat aktif yang sama. Sehingga obat generik merupakan pilihan terbaik untuk mendapatkan obat yang efektif dengan harga yang sesuai dan efisien.Sayangnya, masih banyak masyarakat yang menganggap obat generik sebagai obat kelas dua, dan cenderung meragukan kualitasnya. Masyarakat/pasien cenderung tidak bertanya mengenai obat yang diresepkan, disamping kurangnya informasi dari tenaga kesehatan baik dokter penulisresep maupun tenaga kefarmasian di apotek.Padahal, jika masyarakat mengenal dengan baik mengenai manfaat dan kelebihan obat generik, maka masyarakat sendiri yang diuntungkan, karena memperoleh obat bermutu dengan harga terjangkau.Untuk itu, baik dokter maupun tenaga kefarmasian hendaknya melakukan edukasi dan memberikan informasi yang lengkap dan dibutuhkan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat sebagai penerima manfaat dapat mensejahterakan dirinya dengan memperoleh kesehatan yang berkualitas namun terjangkau. **

B