81
ADSORPSI BRILLIANT SCARLET OLEH SILIKA MESOPORI (MCM-48) NATALIA SHINTADEVI H311 08 008 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

ADSORPSI BRILLIANT SCARLET OLEH SILIKA MESOPORI (MCM-48)

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ADSORPSI BRILLIANT SCARLET OLEH SILIKA MESOPORI

(MCM-48)

NATALIA SHINTADEVI

H311 08 008

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

ADSORPSI BRILLIANT SCARLET OLEH SILIKA MESOPORI

(MCM-48)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana sains

Oleh

NATALIA SHINTADEVI

H311 08 008

MAKASSAR

2013

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai

engkau, atau melalui sungai- sungai, engkau tidak akan

dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan

dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab

Akulah Tuhan, AllahMu, Yang Mahakudus, Allah Israel,

Juruselamatmu” (Yesaya, 43:2-3)

Kudedikasikan karya ini untuk mereka yang memberiku cinta kasih dan

untuk semua orang yang mencintai ilmu dan merindukan hikmat

v

PRAKATA

Pujian, hormat, kemuliaan serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan

Yesus Kristus atas limpahan kebaikan, kemurahan dan kasih sayang-Nya sehingga

penulisan skripsi dengan judul “Adsorpsi Brilliant Scarlet oleh Silika Mesopori

(MCM-48)” dapat diselesaikan. Bersyukur atas waktuNya yang sungguh indah

sehingga penulisan skripsi ini boleh selesai sesuai dan seturut kehendakNya.

Ungkapan terima kasih yang penuh ketulusan dari hati terdalam penulis

persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Alm. Simon Sandaupa’,

walau kini sudah tiada tapi semangat dan cinta kasihnya terus membara dalam hati,

dan ibunda Dorkas Padang Allo atas cinta kasih yang tulus, doa dan dukungan yang

tiada henti, serta kesabaran membimbing penulis. Terima kasih kepada saudaraku

Rinaldi Febrianto Bamba dan Oktavia Sriastuti Bamba yang juga senantiasa

memberikan doa dan semangat sebagai bentuk rasa cinta kasih kepada penulis,

terima kasih untuk canda tawa serta telinga untuk mendengar keluhanku. Terima

kasih juga untuk tanteku Hermin S. Bamba, B.Sc dan semua keluarga besarku atas

dukungan dan bantuannya.

Keberhasilan penulis sampai pada tahap penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dari berbagai pihak. Karena itu penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Dr. Paulina Taba, M.Phil dan Dr. Muhammad Zakir, M.Si sebagai

pembimbing utama dan pembimbing pertama yang dengan sabar membimbing,

memberikan waktu, masukan serta bantuan selama penelitian hingga tersusunnya

skripsi ini. Terima kasih untuk segala yang terbaik yang telah diberikan kepada

vi

penulis. Terima kasih juga kepada Dr. Maming, M.Si selaku penasihat akademik

yang terus ada untuk memberi semangat kepada penulis.

2. Dr. Firdaus Zenta, MS, Prof. Dr. Ahyar Ahmad, Prof. Dr. H. M. Syahrul.

M.Agr, dan Drs. H. L. Musa Ramang, M.Si selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu dan memberikan pemikiran yang sangat berharga selama

penulisan skripsi ini.

3. Dr. Firdaus Zenta, MS dan Dr. Seniwati Dali, M.Si selaku ketua Jurusan dan

sekretaris Jurusan, serta seluruh dosen pengajar Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Hasanuddin atas ilmu dan semangat yang telah diberikan. Seluruh

pegawai dan analis yang turut membantu penulis, khususnya untuk Pak Sugeng,

Ibu Tini dan Kak Fiby.

4. Madrianto Riyandi Patila yang selalu menemani dalam suka dan duka, setia

memberi dukungan semangat, doa serta fasilitas, terima kasih sudah

mengajariku untuk selalu mengucap syukur. Kurre sumanga’ kepompong…

5. Rekan penelitianku, Asman Kumik, serta teman-teman yang memberi diri

menemani selama penelitian dan asistensi, Imran, Ayu, Sale’, Ima, Ulla,

Chrismal, Filu, Ihsan, kak Mery, kak Santi dan kak Herlina terima kasih

untuk segala bentuk bantuan, dan kebersamaan dalam mengerjakan penelitian.

6. Saudara-saudara ku Mr.8, yang selalu setia menemani penulis sejak tahun 2008,

Dewi, Feros, Denes, Desi, Bulkis, Echi, Defi, Melda, Neneng, Wida, Ima,

Ana, Asman, Ama, Anita, Tika, Agu, Nurul, Chacha, Lili, Uni, Ayu, Arfi,

Ning, Vega, Kaltri, Meity, Fadlia, Ajeng, Upe, Gilang, Rahman, Yusi,

Imran, Syarif, Haidil, Ulla, Icar, Hendra, Mucas, Zendri terima kasih atas

persaudaraan dan bantuannya.

vii

7. Sahabat-Sahabat terbaikku, Faithful (Kak Tina, Dewi, Feros), Felicity (Arya,

Carol, Eryanti, Jeane, Nopi), Marendeng (Merlin, Merry, Tina, Wasty,

Tina), dan Twexon 41 SMANSA Makale terima kasih untuk doa dan

semangatnya, terima kasih sudah menjadi bagian dalam hidupku khususnya

dalam membantu mengenal Kristus lebih dalam lagi. Terima kasih untuk air mata

dan deraian tawa yang bisa kita rasakan bersama.

8. My best Community, PMKO Filadelfia MIPA Farmasi Universitas

Hasanuddin, terima kasih buat teman-teman yang selalu mendoakan, Alfred,

Yudi, Kak Alfons, Kak Yenti, Ester, Adelin, Irna, Nova, Liya, Itheng, Mey,

Kak Kris, Aris, Sidang, Yanti, Vivi, Jeany, Fara, Kris, kak Leo, Resky,

Willy, Andre, Kak Agnes, kak Charmi serta teman-teman yang tidak sempat

dituliskan namanya, sangat menikmati kebersamaan dengan kalian semua.

9. Teman-teman di IKASMANSA Makale, PERKANTAS (Persekutuan Kristen

Antar Universitas) SUL-SEL, volunteer GHNI (Global Hope Networking

International) serta Keluarga Besar di HMK FMIPA UNHAS, kakak-kakak

angkatan 2006, 2007 serta adik-adik angkatan 2009, 2010 dan 2011, terima kasih

untuk pengalaman hidup yang kalian bagikan.

10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak sempat dituliskan namanya.

Penulis sadar sepenuhnya akan segala kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Oleh karenanya, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun

untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat kepada siapapun yang haus akan ilmu pengetahuan.

Makassar, Juni 2013

Penulis

viii

ABSTRAK

Limbah cair berupa zat warna, merupakan bahan pencemar lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, zat warna harus dihilangkan dari

lingkungan perairan. Silika mesopori (MCM-48) dapat digunakan sebagai adsorben zat warna brilliant scarlet. MCM-48 disintesis secara hidrotermal menggunakan

Triton X-100 dan CTAB sebagai template. Surfaktan dihilangkan dengan pencucian HCl-etanol 1 kali dan 2 kali. Karakterisasi MCM-48 dilakukan menggunakan spektofotometer FT-IR dan XRD. Hasil sintesis MCM-48 dipelajari kemampuan

adsorpsinya dengan variasi waktu kontak, pH, dan konsentrasi. Konsentrasi brilliant scarlet sesudah adsorpsi ditentukan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 505 nm. Model isotermal Freundlich dan Langmuir digunakan untuk mempelajari isotermal adsorpsi brilliant scarlet oleh MCM-48 pencucian HCl-etanol 1 kali dan 2 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu optimum

adsorpsi brilliant scarlet oleh MCM-48 pencuciann 1 kali adalah 60 menit sedangkan MCM-48 pencucian 2 kali adalah 60 menit. pH optimum adsorpsi

brilliant scarlet oleh MCM-48 pencucian 1 kali adalah pH 6 sedangkan MCM-48 pencucian 2 kali adalah pH 5. Adsorpsi brilliant scarlet oleh MCM-48 pencucian HCl-etanol 1 kali dan 2 kali memenuhi isotermal Langmuir dengan kapasitas

adsorpsi masing-masing adalah 62,5 mg/g adsorben dan 17,53 mg/g adsorben.

Kata kunci: adsorpsi, silika mesopori (MCM-48), isotermal adsorpsi, brilliant scarlet.

ix

ABSTRACT

Dyes as waste liquid are environment pollutant materials that are dangerous for

health. Therefore, dyes have to be removed from water environment. Mesoporous silica (MCM-48) was used as adsorbent of brilliant scarlet dyes. MCM-48 was

hydrothermally synthesized using co-surfacatant of CTAB and Triton X-100 as template. Surfactants was removed by washing once and twice with HCl-etanol. Fourier Transform Infra Red (FT-IR) and X-ray Diffraction (XRD) methods were

used to characterize MCM-48 materials. The ability of washed MCM-48 materials to adsorb brilliant scarlet was studied with variation of contact time, pH and

concentration. The concentration of brilliant scarlet after adsorption was determined by UV-Vis Spectrophotometer at a wavelength of 505 nm. Langmuir and Freundlich models were used to study the adsorption isotherm of brilliant scarlet by washed

MCM-48 material. The results indicated that the optimum time adsorption of brilliant scarlet by MCM-48 washed once were 60 min, whereas those by MCM-48

washed twice were 60 min. optimum pH adsorption of brilliant scarlet by MCM-48 washed once were 6, whereas those by MCM-48 washed twice were 5. The adsorption of brilliant scarlet by MCM-48 washed once and twice were fitted the

Langmuir model with the adsorption capacity of 62,5 mg/g and 17,53 mg/g adsorbent, respectively.

Key words: adsorption, mesoporous silica (MCM-48), adsorption isotherm, brilliant

scarlet.

x

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA......................................................................................................

ABSTRAK......................................................................................................

ABTSRACT....................................................................................................

DAFTAR ISI…………......……………………………………………........

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

DAFTAR TABEL......…………………………………………………........

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………......

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN…………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….……....

1.1 Latar Belakang…………………………………………....…..

1.2 Rumusan Masalah……………………………………….........

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……………………………......

1.3.1 Maksud Penelitian……………...………………………..........

1.3.2 Tujuan Penelitian……………………………………………...

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………..…...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….………

2.1 Zat Warna……….......................................................................

2.1.1 Zat Warna Alami.........………….........……............................

2.1.2 Zat Warna Sintesis....................................................................

2.1.3 Zat Warna Azo..........................................................................

2.1.4 Brilliant Scarlet........................................................................

v

viii

ix

x

xiii

xv

xvi

xviii

1

1

4

4

4

5

5

6

6

6

7

8

9

xi

2.2 Adsorpsi……………………………………………………….

2.2.1 Adsorben………………………………..…………………….

2.2.2 Isotermal Adsorpsi………..…..………………………………

2.3 Silika Mesopori…………….…………………………...........

BAB III METODE PENELITIAN………………………………...….…....

3.1 Bahan Penelitian…………..……………………………..…....

3.2 Alat Penelitian…………….……………………….…….........

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian……………………..........…..…

3.4 Prosedur Penelitian................…………………........................

3.4.1 Sintesis Silika Mesopori (MCM-48)………………………….

3.4.2 Karakterisasi Silika Mesopori (MCM-48)…………………….

3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum…………………..

3.4.4 Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi…….…………………..

3.4.5 Penentuan pH Optimum Adsorpsi……………………………. 3.4.6 Penentuan Kapasitas Adsorpsi Brilliant scarlet oleh

Silika Mesopori (MCM-48)……………………………...........

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….

4.1 Sintesis dan Karakterisasi Silika Mesopori (MCM-48)………

4.2 Waktu Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika Mesopori (MCM-48)………………………………………….

4.3 Penentuan pH Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika Mesopori (MCM-48)………………………………..............

4.4 Kapasitas Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika Mesopori

(MCM-48)……………………………………………………

4.5 Hasil Pembacaan FTIR Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika

Mesopori (MCM-48)………………………………………...

9

11

11

12

18

18

18

18

19

19

20

21

21

21

22

24 24

28

31

34

40

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

5.1 Kesimpulan…………………………………………………..

5.2 Saran…………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………….…………………….....

LAMPIRAN ………………………………………….……………………..

42

42

42

43 47

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh waktu terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 1 kali……………...................

2. Pengaruh waktu terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 2 kali………………………...

3. Pengaruh pH terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 1 kali.......................................

4. Pengaruh pH terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) dengan pencucian dengan HCl-etanol 2 kali...........................

5. Pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali ……………………...

6. Pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali....................................

28

29

31

32

34

36

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengaruh pH terhadap kesetimbangan zat warna azo…………………

2. Strukrur Brillian Scarlet...........................................................................

3. Struktur 3 dimensi Silika Mesopori (MCM-48).....................................

4. Pengaruh pH pada sintesis silika mesopori (MCM-48)......................

5. Gugus silanol (Si-OH) dalam silika mesopori (MCM-48)…………..

6. Interaksi antara spesies anorganik dan bagian kepala dari surfaktan

dengan beberapa penentuan kemungkinan sintesis dalam suasana asam,

basa dan netral…………………………………………………………...

7. Pembentukan mesopori silika oleh structure direct agent………………

8. Difraksi sinar-X dan struktur yang diajukan untuk MCM-41, MCM-48

dan MCM-50………….…………………………………………………

9. Pola difraksi sinar X silika mesopori (MCM-48)......................................

10. Pola XRD MCM-48 sebelum dan setelah kalsinasi………….………….

11. Spektrum inframerah silika mesopori (MCM-48) sebelum pencucian dan sesudah pencucian dengan HCl-etanol 1 kali dan 2 kali....................

12. Grafik hubungan antara waktu adsorpsi terhadap jumlah brilliant scarlet

yang diadsorpsi (x/m) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-

etanol 1 kali ……………………………………………………………...

13. Grafik hubungan antara waktu adsorpsi terhadap jumlah brilliant scarlet

yang diadsorpsi (x/m) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali………………………………………………………………

14. Grafik hubungan antara pH dengan jumlah brilliant scarlet yang

diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol

satu kali………………….........................................................................

9

9

13

14

14

15

15

16

25

25

26

28

30

31

xv

15. Grafik hubungan antara pH dengan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol dua kali ………………………………………………………….............

16. Grafik hubungan antara jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali dengan

konsentrasi larutan pada kesetimbangan ………….................................. 17. Isotermal Langmuir untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali....................................................

18. Isotermal Freundlich untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali....................................

19. Grafik hubungan antara jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali dengan

konsentrasi larutan (Ce) pada kesetimbangan ……………………….......

20. Kurva isotermal Langmuir untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali....................................

21. Kurva isotermal Freundlich untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali....................................

22. Spektrum inframerah adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) pencuian HCl-etanol 1 kali dan 2 kali setelah diinteraksikan

dengan brilliant scarlet ………………………………..............................

32

35

35

36

37

38

38

41

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema kerja sintesis silika mesopori (MCM-48)................................

2. Skema kerja penghilangan surfaktan dari silika mesopori (MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 1 kali................................

3. Skema kerja penghilangan surfaktan dari silika sesopori (MCM-48)

dengan pencucian HCl-etanol 2 kali....................................................

4. Skema kerja penentuan panjang gelombang maksimum ………........

5. Skema kerja penentuan waktu optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) setelah pencucian dengan HCl-etanol ....…..........................................................................................

6. Skema kerja penentuan pH optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) setelah pencucian dengan HCl-etanol

…...................................................................................................

7. Skema kerja penentuan kapasitas adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) setelah pencucian dengan HCl-etanol...................................................................................................

8. Data penentuan panjang gelombang maksimum brilliant scarlet

dengan konsentrasi 20 mg/L…………………………………………

9. Data absorbansi kurva standar larutan brilliant scarlet ……...............

10. Data penentuan waktu optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silikamesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali......................................................................................................

11. Data penentuan waktu optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali………………….

12. Data penentuan pH optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali.......................................................................................................

47

48

48

49

50

501

52

53

54

55

56

57

xvii

13. Data penentuan pH optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali …………………

14. Data penentuan kapasitas adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali..............................

15. Contoh perhitungan nilai Qo dan b.......................................................

16. Contoh perhitungan nilai k dan n.........................................................

17. Data penentuan kapasitas adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali…………………..

18. Contoh perhitungan nilai Qo dan b…………………………………..

19. Contoh perhitungan nilai k dan n……………………………………

58

59

60

61

62 63

64

xviii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

b = energi adsorpsi berdasarkan isotermal Langmuir

Ce = konsentrasi kesetimbangan larutan

Co = konsentrasi awal

CTAB = cethyil trimethyil ammonium bromide

FTIR = Fourier Transform infra-red

k = kapasitas adsorpsi berdasarkan isotermal Freundlich

MCM = Mobil Crystalline of Material

m = banyaknya adsorben yang digunakan

n = intensitas adsorpsi berdasarkan isotermal Freundlich

pH = derajat keasaman

ppm = part per million

qe = jumlah zat yang diadsorpsi

Qo = kapasitas adsorpsi isotermal Langmuir

V = volume

x = jumlah zat terlarut yang diadsorpsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri merupakan sektor yang sangat penting dalam pertumbuhan

ekonomi. Namun dapat juga berdampak negatif melalui limbah yang dihasilkan

dalam prosesnya, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Salah satu limbah cair

yang dihasilkan adalah zat warna. Zat warna dalam lingkungan dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Zat warna tanpa

pengolahan terlebih dahulu akan mengganggu estetika maupun penentrasi sinar

matahari ke dalam air sehingga mengganggu fotosintesis dari tumbuhan air. Banyak

dari zat warna ini telah teridentifikasi sebagai toksik dan karsinogenik (Preethi dkk.,

2006).

Zat warna yang diproduksi di dunia diperkirakan lebih dari 10.000 ton

pertahun dengan tipe zat warna yang berbeda, namun secara pasti jumlahnya tidak

diketahui, sekitar 4 % diantaranya merupakan zat warna reaktif yang tergolong zat

warna azo (Forgacs dkk., 2004). Zat warna azo merupakan zat warna berbahaya yang

dapat bersifat toksik, karsinogenik dan mutagenik (Modi dkk., 2010). Salah satu zat

warna azo yang biasa digunakan adalah zat warna brilliant scarlet. Brilliant scarlet

dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak dan juga bersifat karsinogenik. Brilliant

scarlet sangat larut dalam air dan menghasilkan warna merah yang sangat pekat

(Anonim, 2013). Kurang dari 1 ppm zat warna azo dibutuhkan untuk membentuk

intensitas warna yang tinggi dalam air (Banat dkk., 1996), sehingga pengurangan

intensitas warna pada limbah cair perlu dilakukan.

2

Metode pengurangan limbah dari dalam perairan secara fisiko-kimia telah

banyak dilakukan seperti koagulasi, adsorpsi, fotokatalisis, solidifikasi dan

insenerasi. Metode adsorpsi pada dasarnya sederhana dan efektif (Moreira dkk.,

1998). Adsorpsi merupakan metode efektif untuk mengurangan polutan organik

maupun anorganik dari perairan yang terkontaminasi (Gao dkk., 2010). Adsorben

yang digunakan bisa bermacam-macam dengan ketentuan bahwa bahan tersebut

mempunyai pori, rongga, ruang antar lapisan atau sisi aktif (Wahyuni, 2010).

Beberapa adsorben yang sering digunakan adalah abu sekam padi (Cahyonugroho,

2007), pasir vulkanik gunung Merapi (Fadjri, 2012), kitosan (Mahatmanti dan

Sumarni, 2003; Arifin dkk., 2012), kitin (McKay, 1982), karbon aktif (Preethi dkk.,

2006), abu terbang (Mufrodi, 2008), montmorilonit (Wang, 2004) dan silika

mesopori (Duma, 2005; Kumik, 2013). Adsorben hasil sintesis memiliki keunggulan

yaitu dapat dibuat dengan ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan sehingga akan

lebih efektif dalam penggunaannya sebagai adsorben (Taslimah, 2007).

Silika mesopori (MCM-48) merupakan senyawa yang memiliki kerangka 3

dimensi (Vartuli, 1994). Silika merupakan komponen utama penyusun silika

mesopori. Ukuran porinya yang berukuran meso sangat baik untuk mengadsorpsi

senyawa dengan ukuran yang besar. Pori yang berukuran meso dan memiliki

kerangka tiga dimensi pada MCM-48 memiliki keuntungan karena kemungkinan

terjadinya pemblokiran pori oleh molekul adsorbat kecil.

Silika mesopori memiliki gugus aktif yaitu silanol ( Si-OH). Silika mesopori

dapat digunakan sebagai adsorben untuk adsorpsi surfaktan kationik maupun

surfaktan netral (Taba, 2001). Interaksi antara silika mesopori dengan senyawa yang

mengandung gugus hidroksil, seperti surfaktan netral, disebabkan oleh adanya ikatan

3

hidrogen antara gugus silanol dengan gugus hidroksil. Senyawa brilliant scarlet

mengandung gugus hidroksil oleh karena itu senyawa ini memiliki kemungkinan

teradsorpsi oleh silika mesopori.

Sintesis MCM-48 dengan metode Ryoo, memanfaatkan surfaktan sebagai

pembentuk struktur (template). Surfaktan yang digunakan adalah

Cetyltrimethylammonium Bromide (CTAB) dan Triton X-100 (Ryoo, 1999). Silika

mesopori yang disintesis menggunakan surfaktan kationik dan netral menyebabkan

silika pada silika mesopori bermuatan negatif. Apabila CTAB tetap tinggal dalam

silika mesopori maka ketika MCM-48 digunakan untuk mengadsorpsi senyawa yang

bermuatan negatif memungkinkan terjadi interaksi kimia dengan adsorbatnya. Cara

untuk membiarkan sebagian surfaktan tetap ada adalah melalui proses pencucian

dengan HCl-etanol. Banyaknya HCl-etanol yang digunakan untuk pencucian

mempengaruhi jumlah surfaktan yang tetap tinggal, oleh karena itu pencucian

dilakukan sebanyak 1 kali dan 2 kali.

Adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik fisik dan kimia

dari adsorben, karakteristik fisik dan kimia dari adsorbat, konsentrasi adsorbat dalam

fase cair, karakteristik fase cair, pH, dan waktu kontak (Cheremisinoff dan Moressi,

1978). Adsorpsi brilliant scarlet oleh adsorben silika mesopori (MCM-48),

diperkirakan dipengaruhi oleh ukuran pori dan kandungan kimia adsorben sehingga

pada penelitian ini akan diukur parameter waktu kontak dan penentuan gugus fungsi.

Kesetimbangan brilliant scarlet (zar warna azo) dalam air dapat dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan, khususnya keasaman larutan, oleh karena itu memungkinkan

untuk mengukur pH adsorpsi. Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan adsorpsi

4

dengan melihat pengaruh waktu kontak, pH, konsentrasi adsorbat dan gugus fungsi

yang terlibat dalam adsorpsi.

Berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini akan dilakukan adsorpsi

brilliant scarlet, sebagai representasi zat warna azo, oleh silika mesopori (MCM-48)

pencucian HCl-etanol 1 kali dan 2 kali.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. berapakah waktu kontak optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori setelah pencucian dengan HCl-etanol?

2. berapakah pH optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori setelah

pencucian dengan HCl-etanol?

3. berapakah kapasitas adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori setelah

pencucian dengan HCl-etanol?

4. gugus fungsi apakah yang terlibat dalam adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori setelah pencucian dengan HCl-etanol?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mempelajari kemampuan

silika mesopori setelah pencucian dengan HCl-etanol dalam mengadsorpsi brilliant

scarlet dalam air.

5

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. menentukan waktu kontak dan pH optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh

silika mesopori setelah pencucian dengan HCl-etanol,

2. menentukan kapasitas adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori setelah

pencucian dengan HCl-etanol,

3. menentukan gugus fungsi yang terlibat dalam adsorpsi brilliant scarlet oleh

silika mesopori setelah pencucian dengan HCl-etanol.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kemampuan silika mesopori untuk mengadsorpsi brilliant scarlet dalam air. Selain

itu diharapkan data-data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan

dalam pengolahan air limbah yang mengandung zat warna azo khususnya senyawa

brilliant scarlet.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Warna

Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat warna organik tidak jenuh

dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna

dengan serat. Zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat warna

adalah senyawa aromatik antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan turunannya,

fenol dan turunannya serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang mengandung

nitrogen. Zat warna yang diproduksi di dunia diperkirakan lebih dari 10.000 ton

pertahun dengan tipe zat warna yang berbeda, namun secara pasti jumlahnya tidak

diketahui, sekitar 4 % diantaranya merupakan zat warna reaktif yang tergolong zat

warna azo (Forgacs dkk., 2004).

2.1.2 Zat Warna Alami

Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari

tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral, zat warna ini digunakan sejak

dahulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintesis. Salah satu

kelemahan zat warna alami adalah warna yang tidak homogen sehingga susah untuk

mendapatkan warna yang homogen.

Di Indonesia terdapat sekitar 153 jenis tumbuhan pewarna alami yang telah

diidentifikasi (Husodo, 1999), dan telah digunakan secara luas dalam berbagai

industri. Pada umumnya zat warna alami diperoleh dari tumbuhan yang diambil dari

hutan atau dengan sengaja ditanam, digunakan untuk mewarnai ukiran, patung,

makanan, anyaman, tenunan serta bahan kerajinan lainnya berasal dari pohon, perdu,

7

dan liana yang diolah secara tradisional (Makabori, 1999). Menurut Hidayat dan

Saati (2006), beberapa zat warna yang diperoleh dari bahan alami adalah karoten,

biksin, karamel, klorofil, antosianin dan tanin.

2.1.3 Zat Warna Sintesis

Zat warna sintesis pertama kali ditemukan oleh William Henry Perkin secara

tidak sengaja pada tahun 1856, ketika Perkin sedang mencari obat untuk malaria. Zat

warna sintesis yang ditemukan itu diberi nama, Mauve. Mauve adalah zat warna

yang memberikan warna sangat terang, tapi memudar dengan mudah. Zat warna

sintetis dapat didefinisikan sebagai zat-zat berwarna yang dapat memberikan warna

permanen pada serat, sehingga serat tidak akan kehilangan warnanya bila terkena

keringat, cahaya, air dan banyak bahan kimia termasuk oksidator dan juga dari

serangan mikroba (Rai dkk., 2005; Saratele dkk., 2011).

Pada akhir abad ke-19, lebih dari sepuluh ribu pewarna sintetis telah

dikembangkan dan digunakan untuk tujuan industri (Robinson dkk., 2001, Saratele

dkk., 2011). Zat warna dapat digunakan dalam tekstil, sabun dan detergen, kosmetik,

kertas, plastik dan juga digunakan dalam aplikasi teknologi tinggi, seperti dalam

medis, elektronik, dan terutama industri pencetakan. Perkiraan pada tahun 1977

sekitar 800.000 ton zat warna yang terdaftar telah diproduksi di seluruh dunia

(Anliker, 1977).

Survei yang dilakukan oleh ETAD (Ecological and Toxicological Association

of the Dyestuffs Manufacturing Industry) menunjukkan bahwa dari total sekitar

4.000 pewarna yang telah diuji, lebih dari 90% menunjukkan nilai LD50 di atas 2 x

103 mg/kg, yang paling beracun adalah zat warna diazo (Robinson dkk., 2001).

Dengan demikian nampak bahwa paparan pewarna azo tidak menyebabkan toksisitas

8

akut, tetapi jika terhirup dan kontak dengan kulit maka dapat bersifat karsinogenik

karena dapat membentuk amina aromatis yang karsinogenik (Hunger, 2003).

2.1.3 Zat Warna Azo

Zat warna azo adalah zat warna yang mengandung satu atau lebih ikatan azo

(-N = N-). Zat warna azo merupakan zat warna komersial yang sangat penting, yaitu

sekitar 50% dari zat warna komersial dan juga paling sering diteliti, dan dari semua

pewarna organik, 60-80% adalah pewarna azo. Zat warna ini digunakan secara luas

dalam substrat seperti serat tekstil, kulit, plastik, kertas, rambut, minyak mineral, lilin,

bahan makanan, kosmetik dan percetakan (Chung & Stevens, 1993;. Chang dkk.,

2001).

Penambahan zat warna dalam air sangat besar pengaruhnya, hanya perlu

jumlah yang sangat kecil (kurang dari 1 ppm untuk beberapa pewarna) untuk

menyebabkan perubahan warna yang terlihat jelas (Banat dkk., 1996). Air limbah

yang berwarna tidak hanya berdampak pada aspek estetika dan transparansi air yang

diterima, tetapi juga pada aspek lingkungan dan kesehatan seperti efek racun,

karsinogenik dan mutagenik dari beberapa pewarna azo (Modi dkk., 2010; Lu dkk.,

2010). Hal ini juga dapat mempengaruhi ekosistem perairan melalui penurunan

penetrasi cahaya yang masuk ke perairan (Banat dkk., 1996; Modi dkk., 2010).

Sintesis dan kesetimbangan zat warna azo dipengaruhi oleh pH (Hunger,

2003). Pada pH >7, ion –OH pada larutan yang merupakan spesies yang kaya akan

elektron akan menarik atom H pada zat warna sehingga zat warna cenderung

bermuatan negatif. Sedangkan pada pH <7, jumlah spesies yang kaya akan elektron

sangat kecil sehingga tidak dapat menarik atom H pada zat warna. Perbedaan spesies

zat warna pada asam dan basa dapat dilihat pada Gambar 1.

9

Gambar 1. Pengaruh pH terhadap kesetimbangan zat warna azo (Hunger, 2003).

2.1.4 Brilliant scarlet

Brilliant scarlet dikenal juga dengan nama CI Food Red 7, Cochineal Red A,

New Coccine, Ponceau 4R, CI (1975) No. 16255 INS No. 124. Zat warna brilliant

scarlet memiliki berat molekul 604,48 g/mol. Brilliant scarlet berbentuk bubuk

berwarna merah, yang larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol. Brillian Scarlet

memilik nama kimia trisodium 2-hydroxy-1-(4-sulfonato-1-naphthylazo)-6,8-

naphthalenedisulfonate, dengan rumus struktur seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Brilliant scarlet

Brilliant scarlet adalah zat warna azo yang awalnya digunakan sebagai

pewarna pada makanan, namun pada tahun 2006, CFSAN menetapkan brillian

scarlet sebagai zat warna yang berbahaya. Zat warna ini sangat berbahaya terhadap

orang yang alergi terhadap aspirin. Selain ini, dapat menyebabkan hiperaktivitas

pada anak dan juga bersifat karsinogenik (Anonim, 2013).

2.2 Adsorpsi

Adsorpsi berasal dari bahasa Latin yaitu “sorbere” yang bearti mengisap.

Adsorpsi dapat terjadi karena adanya ikatan yang terbentuk antara adsorben dengan

10

adsorbat. Adsorben merupakan fasa yang dapat terkondensasi yaitu fasa padat dan

cair sedangkan adsorbat dapat berupa atom, ion atau molekul dalam fasa padat, cair

maupun gas (Monk, 2004). Adsorpsi merupakan peristiwa penjerapan suatu zat pada

permukaan zat lainnya. Zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi karena

kedua zat ini memiliki gaya tarik molekul-molekul dipermukaannya. Adsorpsi

bersifat selektif, yang diserap hanya pelarut atau zat terlarut. Zat yang menurunkan

tegangan antarmuka lebih kuat diadsorpsi (Sukardjo, 1989).

Interaksi pada proses adsorpsi tidak dapat benar-benar disebut sebagai ikatan

jika entalpinya kecil, interaksi yang lebih mungkin adalah berhubungan dengan gaya

van der Waals atau mungkin ikatan hidrogen jika adsorben mengandung oksida pada

permukaannya. Adsorpsi seperti ini disebut adsorbsi fisika atau dikenal dengan

fisisorpsi. Proses adsorpsi yang lain adalah terbentuknya ikatan kimia antara

adsorben dan adsorbat karena entalpi yang besar. Adsorpsi seperti ini disebut

adsorpsi kimia atau dikenal dengan kimisorpsi (Monk, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi (Sawyer dan McCarty,

1987) yaitu:

1. luas permukaan adsorben. Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak

adsorbat yang dapat diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif.

Semakin kecil ukuran diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben.

2. ukuran partikel. Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin

besar kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih

dari 0,1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.

11

3. waktu kontak. Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan

dalam proses adsorpsi. Waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses

difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.

4. distribusi ukuran pori. Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran

molekul adsorbat yang masuk ke dalam partikel adsorben.

2.2.1 Adsorben

Banyak bahan-bahan padat yang digunakan sebagai adsorben dalam adsorpsi,

antara lain karbon aktif, kitin, kitosan, asam humat, lempung dan zeolit. Suatu bahan

dapat berfungsi sebagai adsorben apabila mempunyai pori, rongga, ruang antar

lapisan atau sisi aktif (Wahyuni, 2010). Adsorben yang baik digunakan adalah

adsorben dengan luas permukaan besar, stabil secara termal dan kimia, serta murah.

2.2.2 Isotermal Adsorpsi

Kurva hubungan konsentrasi dari bahan teradsorpsi pada temperatur tetap

disebut isotermal adsorpsi. Persamaan isotermal adsorpsi yang umum digunakann

adalah persamaan Langmuir dan Freundlich.

Isotermal Langmuir mengasumsikan adsorpsi lapisan tunggal pada

permukaan yang mengandung sejumlah tertentu pusat adsorpsi dengan energi-energi

adsorpsi yang seragam tanpa perpindahan adsorbat pada bidang permukaan

(Ramakrishna, 1997).

Menurut Langmuir, isotermal adsorpsi mencakup 5 asumsi mutlak yaitu

(Alberty, 1992):

1. molekul yang teradsorpsi berkelakuan ideal

2. molekul yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monomolekul

12

3. permukaan adalah homogen, artinya afinitas dari setiap kedudukan ikatan

untuk setiap molekul adalah sama.

4. tidak ada antaraksi lateral molekul adsorbat

5. molekul yang teradsopsi terlokalisasi artinya tidak bergerak pada permukaan.

Bentuk linear dari persamaan isotermal Langmuir ditunjukkan pada

persamaan berikut:

………………………………….. (1)

dimana Ce adalah konsentrasi kesetimbangan larutan (mg/L), qe adalah jumlah zat

yang teradsorpsi per gram adsorben, Qo dan b adalah konstanta Langmuir yang

berturut-turut menyatakan kapasitas adsorpsi dan energi adsorpsi (Namasivayam,

2001). Jadi grafik Ce/qe terhadap Ce akan menghasilkan garis lurus dengan

kemiringan (slope) 1/Qo dan perpotongan (intercept) 1/Qob.

Isotermal Freundlich bergantung pada asumsi energi permukaan yang

heterogen. Bentuk linear dari isotermal Freundlich adalah sebagai berikut:

log

= log K +

log C ……………………………..(2)

dimana x adalah jumlah zat terlarut yang diadsorpsi, m adalah banyaknya adsorben

yang digunakan dalam gram, C adalah konsentrasi kesetimbangan larutan. K dan n

adalah konstanta adsorpsi seperti kapasitas dan intensitas adsorpsi ( Namasivayam,

2001).

2.3 Silika Mesopori

Perkembangan material mesopori sangat pesat dan menjadi perhatian banyak

peneliti, terutama sejak ditemukannya anggota keluarga M41S dari silikat atau

13

aluminosilikat mesopori oleh peneliti dari Mobil Oil Corporation pada tahun 1992.

Surfaktan sebagai agen pembentuk struktur (pencetak) digunakan untuk

mendapatkan material silikat dengan struktur lapis (lamellar) (MCM-50), heksagonal

(MCM-41) dan kubik (MCM-48) (Beck, 1992). MCM-48 terdiri atas 2 jaringan

(network) yang tidak saling bergantung dan terjalin secara berbelit-belit dari channel

mesopori, yang menghasilkan sistem tiga dimensi (Vartuli, 1994).

Gambar 3. Struktur 3 dimensi material berpori MCM-48 (Bandyopadhyay, 2004)

Sintesis MCM-48 menurut Beck dkk (1992) menggunakan 4 komponen

utama, yaitu: sumber silika, surfaktan, pelarut dan katalis (asam dan basa).

Kombinasi natrium silikat, tetrametilamonium silikat dan tetraetilortosilikat

digunakan sebagai sumber silika, dan alkilrimetil-amonium klorida/ hidroksida/

bromida sebagai surfaktan. Air dan atau asam sulfat digunakan sebagai pelarut. Pada

tahun 1998, Ryoo dkk mensintesis MCM-48 menggunakan prosedur hidrotermal.

Natrium silikat, CTAB dan berbagai jenis alkohol sebagai bahan dasarnya. Pada

tahun 1999, Ryoo dkk menemukan metode sintesis MCM-48 yang lebih mudah

dengan menggunakan campuran surfaktan kationik dan surfaktan netral. Silika

mesopori yang dihasilkan mengandung surfaktan. Pencucian menggunakan HCl-

etanol digunakan untuk menghilangkan surfaktan yang ada pada silika sehingga

diperoleh silika berpori ukuran meso (Ryoo, 1999). Pada proses sintesis, kondisi pH

sangat berpengaruh terhadap struktur mesopori yang dihasilkan (Gambar 4) oleh

karena itu pH sintesis harus diatur sedemikian rupa untuk membentuk silika

14

Si

O

O

Si

O

O

Si

O

OH

O

Si

HO

O

O

Si

O

mesopori (MCM-48). Jika pH tidak diatur sampai pH 10 maka akan membentuk

silika mesopori dengan struktur yang lain. Hasil sintesis berupa s ilika mesopori yang

mengandung gugus silanol, seperti pada Gambar 5.

Gambar 4. Pengaruh pH pada sintesis silika mesopori (MCM-48) (Stucky dkk.,1993).

Gambar 5. Gugus silanol (Si-OH) dalam silika mesopori (MCM-48) (Huo, 1994).

Kondisi fundamental untuk metode sintesis merupakan sebuah interaksi

menarik antara template dan prekursor silika untuk menghasilkan struktur yang

teratur tanpa melalui pemisahan fase. Gambar 4 menunjukkan perbedaan interaksi

antara komponen anorganik dan bagian kepala dari surfaktan. Menurut Huo dkk

(1994), jika reaksi dilakukan dalam suasana basa (dimana spesies silika berada dalam

bentuk anion) dan surfaktan kationik ammonium kuartener yang digunakan sebagai

SDA (structure directing agents), jalur sintesis ini diistilahkan dengan interaksi S+S-

(Gambar 6a). Sintesis juga bisa dilakukan pada suasana asam (dibawah titik

isoelektrik dari Si-OH; spesies anorganik mendekati pH 2 dimana spesies silika

bermuatan positif. Untuk menghasilkan interaksi dengan surfaktan kationik, perlu

ditambahkan mediator ion X- (biasanya halida).

15

Gambar 6. Interaksi antara spesies anorganik dan bagian kepala dari surfaktan

dengan beberapa penentuan kemungkinan sintesis dalam suasana asam, basa dan netral. Elektrostatik; S+S-, S+X-I+, S-M+I-, S-I+, dan melalui ikatan hidrogen SoIo/NoIo, So(XI)o, S; surfactant, I; inorganic species)

(Huo, dkk., 1994).

Mekanisme pembentukan material mesopori silika (MCM-48) diasumsikan

sama dengan mekanisme pembentukan MCM-41 seperti yang diusulkan oleh (Beck

dkk., 1992), dapat dilihat pada Gambar 7. Pada awalnya misel berbentuk bola dan

ketika prekursor silika ditambahkan, misel berubah memanjang dan tersusun dalam

pola heksagonal ketika dinding silika terbentuk. Setelah kalsinasi, surfaktan

dihilangkan dan terbentuk silika mesopori (MCM-41).

Gambar 7. Pembentukan mesopori silika oleh structure direct agent, a) mekanisme

true liquid crystal template, b) mekanisme penggabungan liquid crystal template (Beck, dkk., 1992).

16

Karakterisasi MCM-48 dapat dilakukan dengan beberapa teknik

instrumentasi yaitu XRD (X-ray diffraction), mikroskop elektron, spektroskopi FTIR

dan spektrometer NMR (Taba, 2001). XRD digunakan untuk meneliti bentuk pori

dan simetri dari molekul serta dapat juga digunakan untuk mengamati stabilitas dari

MCM-48. Selain itu metode difraksi sinar-X sangat berguna untuk mempelajari efek

dari adanya unsur lain dalam MCM-48 (Ryoo dkk., 1999).

Dengan difraksi sinar-X, beberapa jenis silika mesopori, yakni MCM-41

MCM-48, dan MCM-50 dapat dibedakan seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Difraksi sinar X dan struktur yang diajukan untuk MCM-41, MCM-48, dan MCM-50 (Barton, 1999).

Mikroskop elektron digunakan untuk mempelajari morfologi dan struktur

molekul dari MCM-48. Informasi tentang gugus hidroksil pada MCM-48 dapat

diperoleh melalui spektroskopi FTIR (Taba, 2001).

MCM-48 dapat digunakan sebagai katalis, adsorben dan lain- lain. Sebagai

katalis, MCM 48 digunakan pada sintesis organik. Hartmann dkk (1999)

menggunakan MCM-48 sebagai adsorben untuk senyawa organik seperti bensena, n-

heptana dan sikloheksana. MCM-48 juga dapat digunakan sebagai adsorben untuk

Pola difraksi

sinar- X

Struktur

MCM-41 MCM-48 MCM-50

Heksagonal Kubus Lapis

17

surfaktan kationik dan surfaktan netral (Taba, 2001). Penggunaan lain dari MCM-48

adalah dapat digunakan sebagai cetakan untuk membuat jenis mesopori yang lain,

seperti mesopori karbon (Ryoo, 2000). Selain itu MCM-48 dapat digunakan sebagai

cetakan untuk membuat mesopori-mesostruktur TiMCM-48 yang memiliki prospek

sebagai katalis pada proses hidroksilasi, amoksimasi, epoksidasi, oksidasi senyawa

organik melalui mekanisme pusat V (Prakash dkk., 1998 dalam Sutrisno dkk., 2005).

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : NaOH (E-Merck),

HCl (E-Merck), Ludox HS40, triton X-100, brilliant scarlet, setil trimetil amonium

bromida (CTAB), etanol (Pro Analysis), asam asetat (E-Merck), kertas saring

whatman No. 42, akuades, dan kertas pH universal (E-Merck).

3.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : alat-alat gelas yang

lazim dipakai dalam laboratorium, oven (spnisosfd), neraca (Toledo), aluminium foil,

termometer, neraca analitik (Ohauss), magnetik stirrer (cole-palmer), hotplate stirrer,

pompa vakum (ABM tipe 4EK F6 3CX-4), penyaring Buchner, Spektrofotometer

UV-Vis (Spektronik 20 D+), magnetik stirer, Spektrofotometer FT-IR Prestige-21

(Shimadzu), Difraktometer Sinar-X (Rigaku).

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013 di

Laboratorium Kimia Fisika dan Laboratorium IPA Terpadu, Jurusan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar, dan

analisis XRD pada Laboratorium Mikrostruktur UNM, Makassar.

19

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Sintesis Silika Mesopori (MCM-48)

Untuk mensintesis MCM-48 digunakan metode Ryoo yang dimodifikasi

(Taba, 2001), sebagai berikut :

Larutan Ludox HS40 sebanyak 14,30 gram dicampurkan dengan 45,25 gram

larutan NaOH 1 M. Campuran dipanaskan sambil diaduk selama 2 jam pada 80 oC.

Campuran surfaktan dibuat dengan melarutkan 6,12 gram CTAB dan 1,34 gram

Triton X-100 secara bersamaan dalam 83,47 gram akuades sambil dipanaskan.

Setelah larutan sodium tetrasilikat dan larutan surfaktan dingin, kedua larutan

dicampurkan dengan cepat dalam botol propilen. Botol langsung ditutup dan

dikocok dengan kuat selama 15 menit. Campuran gel yang dihasilkan dipanaskan di

bawah kondisi statis pada 100 oC selama 24 jam. Pada tahap ini, mesofase surfaktan

silika terbentuk. Untuk menghindari pemisahan dari mesofase pada tahap awal

pemanasan, botol yang berisi campuran sekali-sekali dikocok. Campuran reaksi

kemudian didinginkan pada suhu kamar dan asam asetat (30 %) ditambahkan ke

dalam campuran untuk mengatur pH sampai 10. Setelah pH mencapai 10, campuran

dipanaskan lagi pada 100 oC selama 24 jam kemudian didinginkan pada temperatur

kamar. MCM-48 yang terbentuk disaring, dicuci dengan akuades kemudian

dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 oC.

Surfaktan dihilangkan dari produk berwarna putih melalui pencucian HCl-

etanol 1 kali dan 2 kali. Sebanyak 1 gram MCM-48 dicuci dengan 25 mL HCl 0,1 M

dalam larutan etanol 50 % sambil diaduk selama 30 menit pada suhu kamar,

kemudian disaring. Pencucian diulangi sekali lagi kemudian campuran disaring,

endapan dicuci dengan air suling dan dikeringkan pada suhu 100 oC.

20

3.4.2 Karakterisasi Silika Mesopori (MCM-48)

Silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali dikarakterisasi

menggunakan metode analisis XRD. Pola XRD diukur dengan difraktometer Rigaku

menggunakan CuK ( = 1,541 ) sebagai sumber radiasi. Difraktometer

dihubungkan ke komputer PC dan dioperasikan menggunakan Sietronic SIE 122D.

Sampel diletakan dalam holder glass dan data difraksi dikumpulkan menggunakan

mode scan continuous dengan nilai scan dari 1o sampai 2o /menit dan meningkat

dari 2,11o – 6,22o . Slit yang diterima adalah 1,25o. Aliran listrik diatur dari 15 mA

dan kecepatan voltase 30 kV digunakan untuk mengamati daerah 2o sampai 10o 2 .

Sietronik XRD software Trace digunakan untuk mengolah data. Space dari

meso/mikro material berpori dikalkulasikan menggunakan persamaan Bragg, n. =

2d sin .

Silika mesopori (MCM-48) sebelum dan sesudah pencucian HCl-etanol 1 kali

dan 2 kali dianasilis menggunakan FT-IR Prestige-21. Penghilangan surfaktan

diamati dengan spektra single beam, dari 300 scan yang digabung pada daerah 4500-

500 cm-1 dengan resolusi 4 cm-1 pada suhu ruangan menggunakan detektor DTGS

(deuterated triglycine sulphate). Sampel digeruskan dengan KBr dalam mortar

menggunakan perbandingan massa 1:10. Hasil campuran dimasukkan ke dalam

tempat khusus berbentuk bulat kemudian divakumkan untuk melepaskan air.

Campuran dipres beberapa saat (10 menit) pada tekanan 72 Torr (8 hingga 20 ton per

satuan luas) untuk menghasilkan bulatan tipis. Pembacaan sepktra data IR

menggunakan software Grams research.

21

3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Larutan brilliant scarlet 20 mg/L diukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-600 nm dengan interval

10 nm. Dibuat kurva hubungan antara absorbansi dan panjang gelombang. Panjang

gelombang maksimum merupakan panjang gelombang dengan nilai absorbansi

maksimum.

3.4.4 Penentuan Waktu Optimum

Sebanyak 100 mg silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali

dan 2 kali dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL larutan brilliant

scarlet 50 mg/L. Campuran diaduk dengan magnetik stirer selama 15 menit lalu

disaring. Absorbansi filtrat diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 505 nm. Percobaan diulangi dengan variasi waktu

pengadukan berturut-turut 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 menit dan dilakukan

secara duplo.

3.4.5 Penentuan pH Optimum Adsorpsi

Sebanyak 100 mg silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali

dimasukkan masing-masing ke dalam 10 gelas kimia yang berisi 50 mL larutan

brilliant scarlet 50 mg/L, kemudian campuran diaduk selama 60 menit dengan

variasi pH 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Campuran tersebut disaring menggunakan

penyaring dengan kertas saring whatman-42. Absorbansi filtrat diukur dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 505 nm.

Percobaan diulangi dengan menggunakan silika mesopori (MCM-48) pencucian

HCl-etanol 2 kali dengan waktu pengadukan 60 menit. Kedua percobaan dilakukan

22

secara duplo. Konsentrasi yang teradsorpsi untuk tiap pH dihitung dengan

menggunakan persamaan.

Cads = Co - Ce …………………………………..(3)

Dimana Cads adalah konsentrasi teradsorpsi, Co adalah konsentrasi awal, dan Ce

adalah konsentrasi akhir

3.4.6 Penentuan Kapasitas Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika Mesopori

(MCM-48)

Sebanyak 100 mg silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali

dimasukkan masing-masing ke dalam 5 erlenmeyer yang berisi 50 mL larutan

brilliant scarlet dengan variasi konsentrasi 100, 150, 200, 250 dan 300 mg/L pada

pH 6, kemudian diaduk dengan magnetik stirer selama 60 menit. Campuran tersebut

disaring menggunakan penyaring biasa dengan kertas saring whatman-42.

Absorbansi filtrat diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 505 nm. Percobaan diulangi dengan menggunakan silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali dengan waktu pengadukan 60

menit dan dengan variasi konsentrasi pada pH 5. Setiap percobaan dilakukan secara

duplo.

Banyaknya brilliant scarlet yang teradsorpsi (mg) per gram adsorben silika

mesopori (MCM-48) ditentukan dengan menggunakan persamaan (4), dimana

adalah jumlah brilliant scarlet yang teradsorpsi (mg/g), Co adalah konsentrasi

brilliant scarlet sebelum adsorpsi (mg/L), Ce adalah konsentrasi brilliant scarlet

setelah adsorpsi (mg/L), V adalah volume larutan brilliant scarlet (L), dan W adalah

jumlah adsorben silika mesopori (MCM-48) (g).

( )

………………………………….(4)

23

Isotermal adsorpsi dapat ditentukan menggunakan persamaan Langmuir dan

Freundlich. Dengan mengalurkan log

terhadap log C untuk persamaan Freundlich

atau Ce/Qe terhadap Ce untuk persamaan Langmuir. Dari intersep persamaan

Langmuir diperoleh nilai k (parameter yang berhubungan dengan kapasitas adsorpsi)

dan dari slope persamaan Langmuir dapat diperoleh nilai Qo yang berhubungan

dengan kapasitas adsorpsi (Nasrullah, 2003 dalam Juwita, 2005).

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data-data hasil penelitian yang berkaitan dengan sintesis silika mesopori

(MCM-48) dan adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori akan dibahas dalam

bab ini. Data-data ini meliputi karakterisasi silika mesopori (MCM-48) hasil sintesis

menggunakan XRD dan FTIR, penentuan waktu optimum, penentuan pH optimum

dan penentuan kapasitas adsorpsi zat warna brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48).

4.1 Sintesis dan Karakterisasi Silika-Mesopori (MCM-48)

Sintesis silika mesopori (MCM-48) menggunakan Ludox HS40 sebagai

sumber silika, CTAB dan Triton X-100 sebagai surfaktan, akuades sebagai pelarut

dan NaOH sebagai katalis basa menghasilkan bubuk putih. Pola difraksi silika

mesopori (MCM-48) terlihat pada Gambar 9. Pola difraksi sinar X silika mesopori

(MCM-48) menunjukkan adanya puncak 2 theta yang kuat pada 2,11o dan 2,46o serta

beberapa puncak dengan intensitas rendah. Puncak-puncak ini adalah puncak 2 theta

yang khas, yang merupakan pola difraksi sinar X untuk silika mesopori (MCM-48).

25

Gambar 9. Pola difraksi sinar X silika mesopori (MCM-48)

Pola difraksi sinar X pada penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh

(Taba, 2001), dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 9 dan 10 menunjukkan hasil

pola difraksi MCM-48 yang identik pada indeks miller (211) dan (220).

Gambar 10. Pola XRD MCM-48; a) Hasil sintesis MCM-48 dan b) MCM-48

setelah dikalsinasi

Gambar 10 diperoleh dengan menggunakan instrumen yang memiliki fasilitas

low angle sedangkan Gambar 9 diperoleh dengan menggunakan instrumen yang

tidak memiliki fasilitas low angle, sehingga ada beberapa puncak yang karakteristik

dari silika mesopori (MCM-48) tidak dapat terlihat pada Gambar 9.

2 4 6 8 10

0

1000

2000

(2 1

1)

(2 1

1)

2 4 6 8 10 0.0e+000

2.0e+003

4.0e+003

6.0e+003

8.0e+003

Inte

grat

ed In

tens

ity (c

ps d

eg)

2-theta (deg)

Inte

nsity

(cp

s)

MCM-48, Si O2

26

Karakterisasi selanjutnya adalah untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang

ada dalam silika mesopori (MCM-48) sebelum pencucian maupun setelah pencucian

dengan menggunakan spektrofotometri inframerah. Karakterisasi dengan

spektrofotometri inframerah juga akan memperlihatkan keberhasilan penghilangan

surfaktan dari silika mesopori (MCM-48) sebelum dan setelah dicuci.

Gambar 11. Spektrum inframerah silika mesopori (MCM-48) sebelum pencucian dan sesudah pencucian dengan HCl-etanol 1 kali dan 2 kali.

Gambar 11 menunjukkan spektra silika mesopori (MCM-48) sebelum dan

sesudah pencucian dengan HCl-etanol 1 kali dan 2 kali. Puncak yang lebar pada

daerah bilangan gelombang 3444,87 cm-1 merupakan vibrasi ulur –OH dan didukung

oleh vibrasi tekuk -OH pada puncak 1647,21 cm-1. Puncak-puncak ini merupakan

kontribusi dari gugus hidroksil dan air yang teradsorpsi secara fisika oleh MCM-48.

Model C-H ulur terdiri atas -CH2 simetri pada 2852 cm-1 dan -CH2 antisimetri pada

2922,16 cm-1 merupakan spektra dari surfaktan. -CH3 asimetri yang terdapat pada

1000200030004000

MCM-48 sebelum pencucian

MCM-41 (cuci 1x)

MCM-48 (cuci 2x)

453,

27

576,

64

956,

6291

0,40

794,

67

723,

31

1471

,69

1647

,21

462,

92

1087

,85

1226

,66

1228

,66

1091

,71

960,

55

2335

,80

2360

,87

798,

53

1645

,28

2370

,51

2318

,44

2852

,72

2922

,16

2852

,72

2924

,09

466,

77

800,

48

960,

55

1645

,28

2314

,58

2372

.44

2926

,01

2854

,65

3444

,87

3446

.79

3448

,72

1066

,64

Bilangan gelombang (cm-1

)

Inte

nsita

s

27

daerah 3012,81 cm-1 tidak terlihat jelas pada spektrum ini. Model C-H renggang

diamati pada daerah bilangan gelombang 1471 cm-1 dan 1483,26 cm-1. Pita serapan

kuat pada bilangan gelombang 1066,64 cm-1 dan 1228,66 cm-1 merupakan vibrasi

ulur asimetri dari Si-O-Si. Pita serapan lemah pada bilangan gelombang 958,62 cm-1

merupakan vibrasi ulur Si-O dari Si-OH. Sedangkan vibrasi ulur simetris dari

Si-O-Si ditunjukkan pada pita serapan dengan bilangan gelombang 794,67 cm-1 dan

didukung oleh vibrasi tekuk Si-O-Si pada bilangan gelombang 453,27 cm-1. Puncak

yang lemah pada 794,67 cm-1 merupakan vibrasi ulur Si-O dari kisi silikat

(Rahmaniah, 2007). Puncak yang lemah pada daerah bilangan gelombang

578,64 cm-1 merupakan interpretasi jalinan eskternal antara lapisan silika mesopori

(MCM-48) satu dengan lainnya (Taslimah dkk., 2007).

Setelah pencucian dengan HCl-etanol 1 kali dan 2 kali, intensitas -CH2

antisimetri bergeser kebilangan gelombang yang lebih besar, dari 2922,16 cm-1

menjadi 2924,09 cm-1 dan 2926,01 cm-1. Begitu pula dengan intensitas -CH2 simetri

pada pencucian HCl-etanol 2 kali. Intensitas yang lemah pada vibrasi C-H ulur dan

C-H renggang juga mengalami pergeseran bilangan gelombang dari 1471,69 cm-1

menjadi 1514 cm-1 dan 1516 cm-1. Hal ini menunjukkan bahwa setelah pencucian

surfaktan, yang digunakan sebagai template, menjadi berkurang. Puncak yang kuat

yang diamati pada 1087,85 cm-1 dan 1091,71 cm-1 dan puncak yang lemah pada

960,55 cm-1 dan 798,53 cm-1 dan 800,46 cm-1 merupakan vibrasi ulur Si-O dari kisi

silikat. Setelah pencucian 1 kali dan 2 kali, puncak 1066,64 cm-1 berturut-turut

bergeser ke bilangan gelombang yang lebih besar yaitu 1087,85 cm-1 dan

1091,71 cm-1 yang menunjukkan adanya kontraksi kisi dengan hilangnya template

(surfaktan) seperti yang dilaporkan sebelumnya (Taba, 2001).

28

4.2 Waktu Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika Mesopori (MCM-48)

Waktu optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48)

ditentukan dengan menghitung jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi sebagai

fungsi waktu. Hasil penelitian untuk penentuan waktu optimum adsorpsi brilliant

scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 1 kali dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh waktu terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 1 kali.

Waktu (menit)

Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi,

x/m (mg/g)

0 0

15 23,18

30 23,53

45 24,26

60 24,32

75 24,18

90 24,05

105 23,41

Grafik hubungan antara waktu kontak dengan banyaknya brilliant scarlet

yang diadsorpsi oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali dapat

dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Grafik hubungan antara waktu adsorpsi terhadap jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (x/m) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-

etanol 1 kali.

0

5

10

15

20

25

30

0 20 40 60 80 100 120

x/m

(mg/g

)

Waktu (menit)

29

Data dan grafik di atas menunjukkan adsorpsi brilliant scarlet pada 15 menit

pertama berlangsung sangat cepat dengan efeltifitas adsorpsi yang besar yaitu

23,18 mg/g. Kemudian dari menit 30 hingga menit 60, adsorpsi mengalami

peningkatan dan setelah itu jumlah yang teradsorpsi cenderung konstan bahkan

mengalami penurunan. Jadi waktu pengadukan 60 menit merupakan waktu optimum

yang didapatkan dengan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi sebesar 24,32 mg/g.

Waktu optimum ini akan digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali mengalami peningkatan dengan

semakin lamanya kontak yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat pada waktu

tertentu (waktu optimum) dimana jumlah brilliant scarlet yang teradsorpsi telah

maksimal sehingga jumlah brilliant scarlet yang teradsorpsi tidak mengalami

peningkatan. Dengan kata lain, pada waktu optimum adsorben sudah jenuh sehingga

pada waktu selanjutnya tidak lagi menjerab adsorbat dalam jumlah yang lebih besar.

Hasil penelitian untuk penentuan waktu optimum adsorpsi brilliant scarlet

oleh silika mesopori (MCM-48) HCl-etanol 2 kali dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh waktu terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 2 kali.

Waktu

(menit)

Jumlah brilliant scarlet

yang diadsorpsi,

x/m (mg/g)

0 0

15 11,97

30 12,95

45 13,50

60 13,59

75 13,23

90 12,80

105 12,27

30

Grafik hubungan antara waktu kontak dengan banyaknya brilliant scarlet

yang diadsorpsi oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali dapat

dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Grafik hubungan antara waktu adsorpsi terhadap jumlah brilliant

scarlet yang diadsorpsi (x/m) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali.

Sama seperti adsorpsi dengan menggunakan silika mesopori (MCM-48)

1 kali cuci, dari data dan grafik di atas menunjukkan bahwa adsorpsi brilliant scarlet

oleh silika mesopori (MCM-48) mengalami peningkatan seiring bertambahnya waktu.

Hal ini dapat dilihat dari peningkatan dari menit ke 15 hingga menit 60 dengan

efektifitas adsorpsi sebesar 11,97 mg/g menjadi 13,59 mg/g. Namun setelah

60 menit, jumlah yang teradsorpsi menjadi konstan, bahkan cenderung menurun,

yang menunjukkan semua sisi aktif dan pori-pori pada permukaan adsorben telah

jenuh. Semakin lama waktu kontak adsorbat dengan adsorben akan menyebabkan

semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi, akan tetapi pada waktu tertentu akan

terjadi kejenuhan pada adsorben sehingga tidak dapat lagi mengadsorpsi adsorbat.

Dalam penelitian ini, pengadukan selama 60 menit merupakan waktu yang

digunakan untuk penelitian selanjutnya dimana brilliant scarlet teradsorpsi maksimal

sebesar 13, 59 mg/g.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 20 40 60 80 100 120

x/m

(m

g/g

)

Waktu (menit)

31

4.3 Penentuan pH Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika Mesopori

(MCM-48)

Pengaruh pH terhadap adsorbsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-

48) dilakukan dengan penambahan 0,1 g silika mesopori ke dalam larutan brilliant

scarlet konsentrasi 50 ppm dengan variasi pH dari 2 sampai 9 selama 60 menit.

Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian

HCl-etanol 1 kali sebagai fungsi pH dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 14.

Tabel 3. Pengaruh pH terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 1 kali.

Gambar 14. Grafik hubungan antara pH dengan jumlah brilliant scarlet yang

diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali.

Secara keseluruhan, dari pH 2 sampai pH 6, jumlah brilliant scarlet yang

teradsorpsi cenderung konstan dan setelah pH 6, jumlah brilliant scarlet yang

pH Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi,

qe (mg/g)

2 22,73

3 21,79

4 22,01

5 23,00

6 24,35

7 24,07

8 13,63

9 9,66

8

13

18

23

28

0 2 4 6 8 10

qe (

mg/g

)

pH

32

teradsorpsi cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa dalam suasana asam,

silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali mengadsorpsi lebih banyak

brilliant scarlet dibandingkan dalam suasana basa. Dengan demikian, pada pH 6

silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali bekerja dengan baik dalam

mengadsorpsi brilliant scarlet sebesar 24,35 mg/g.

Pengaruh pH terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori dengan

pencucian HCl-etanol 2 kali dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 15.

Tabel 4. Pengaruh pH terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 2 kali.

pH

Jumlah brilliant scarlet

yang diadsorpsi,

qe (mg/g)

2 15,92

3 16,62

4 16,85

5 17,07

6 13,56

7 11,20

8 7,73

9 4,01

Gambar 15. Grafik hubungan antara pH dengan jumlah brilliant scarlet yang

diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 2 4 6 8 10pH

qe (

mg/g

)

33

Gambar 15 menunjukkan bahwa pada pH 2, 3, 4 dan 5 jumlah brilliant

scarlet yang diadsorpsi oleh MCM-48 lebih besar dibandingkan pH 6, 7, 8, 9, 10,

dan 11. Hal ini dapat dilihat dari jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi sebesar

17,07 mg/g pada pH 5 sedang pada pH diatas 6 jumlah brilliant scarlet yang

teradsorpsi semakin menurun misalnya pada pH 9, jumlah brilliant scarlet yang

diadsorpsi hanya 4,01 mg/g.

Adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) 1 kali dan 2 kali

cuci pada suasana asam lebih baik karena disebabkan oleh adanya gaya elektrostatik

yang terjadi antara permukaan silika mesopori dengan brilliant scarlet. Sintesis

silika mesopori (MCM-48) dalam suasana basa menyebabkan silika bermuatan

negatif oleh karena itu terjadi interaksi elektrostatik dengan zat warna brilliant

scarlet dalam suasana asam, sehingga dalam suasana asam jumlah brilliant scarlet

yang diserap menjadi lebih besar. Sedangkan dalam pH basa, larutan brilliant

scarlet akan menjadi semakin bersifat basa dan bermuatan negatif sehingga akan

terjadi tolakan elektrostatik dengan silika mesopori (MCM-48) menyebabkan jumlah

brilliant scarlet yang diadsorpsi menurun.

Adanya perbedaan pH optimum antara adsorpsi brilliant scarlet silika

mesopori (MCM-48) pencucian 1 kali dan silika mesopori (MCM-48) pencucian

2 kali, disebabkan oleh kandungan surfaktan yang berbeda. Pada adsorpsi brilliant

scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian 1 kali, dimana silika mesopori

mengandung jumlah surfaktan yang lebih banyak, menyebabkan adanya tolakan

elektrostatik antara surfaktan kationik dengan ion H+ sehingga nilai pH adsorpsinya

lebih tinggi. Sedangkan pada adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) pencucian 1 kali, dimana silika mesopori mengandung jumlah surfaktan

34

yang lebih sedikit, sehingga tolakan elektrostatik bisa dikurangi sehingga nilai pH

adsorpsinya lebih kecil.

4.4 Kapasitas Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika Mesopori (MCM-48)

Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) sebagai fungsi konsentrasi

ditentukan untuk menghitung kapasitas adsorpsi. Data yang diperoleh dapat dilihat

pada Tabel 5 untuk jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi oleh silika mesopori

(MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali dan Tabel 6 untuk jumlah brilliant scarlet

yang diadsorpsi oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali.

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 1 kali.

Co (mg/L)

Jumlah brilliant scarlet

yang diadsorpsi,

qe (mg/g)

100 49,50

150 57,50

200 58,20

250 60,05

300 61,00

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah brilliant scarlet yang

diadsorpsi meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi adsorbat. Untuk

mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan pada kesetimbangan dengan jumlah

brilliant scarlet yang diadsorpsi oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-

etanol 1 kali maka dibuat grafik hubungan antara qe dengan Ce. Hasilnya dapat

dilihat pada Gambar 16.

35

Gambar 16. Grafik hubungan antara jumlah brilliant scarlet yang diadropsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali dengan

konsentrasi larutan (Ce) pada kesetimbangan. Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali digunakan persamaan Langmuir dan

persamaan Freundlich. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.

Gambar 16. Isotermal Langmuir untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali.

45

47

49

51

53

55

57

59

61

63

0 50 100 150 200

qe (

mg/g

)

Ce (mg/L)

y = 0.016x + 0.025

R² = 0.999

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0 50 100 150 200

Ce/q

e (

g/L

)

Ce (mg/L)

36

Gambar 18. Isotermal Freundlich untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali.

Dengan membandingkan nilai garis kuadrat terkecil, R2 maka akan diketahui

isotermal adsorpsi yang sesuai untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali. Adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali memenuhi persamaan Langmuir

dan persamaan Freundlich karena nilai R2 untuk kedua grafik diatas mendekati 1

yaitu berturut-turut 0,999 dan 0,995.

Nilai tetapan Langmuir (Qo dan b) dan tetapan Freundlich (k dan n) adalah

sebagai berikut : Qo = 62,5 mg/g; b= 0,64 L/g; k = 48,98 mg/g dan n = 23,25 L/g.

Tabel 6. Pengaruh konsentrasi terhadap adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) dengan pencucian HCl-etanol 2 kali.

y = 0.0432x + 1.6904

R² = 0.9954

1.68

1.7

1.72

1.74

1.76

1.78

1.8

0 0.5 1 1.5 2 2.5

Log

q

e

Log Ce

Co (mg/L)

Jumlah brilliant scarlet

yang diadsorpsi, x/m atau qe (mg/g)

100 15,52

150 16,13

200 16,28

250 16,43

300 17,04

37

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi semakin

banyak brilliant scarlet yang teradsorpsi oleh adsorben dalam hal ini adalah silika

mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali.

Grafik hubungan antara konsentrasi pada kesetimbangan terhadap jumlah

brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian

HCl-etanol 2 kali terlihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Grafik hubungan antara jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali dengan konsentrasi larutan (Ce) pada kesetimbangan.

Dari Gambar 19, terlihat bahwa jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi

meningkat dengan semakin meningkatnya konsentrasi, walaupun peningkatannya

tidak tajam. Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi brilliant scarlet maka dapat

ditentukan dari isotermal adsorpsi menurut model Langmuir dan model Freundlich.

Gambar 20 dan Gambar 21 berturut-turut menunjukkan isotermal Langmuir dan

isotermal Freundlich adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48)

pencucian HCl-etanol 2 kali.

14

14.5

15

15.5

16

16.5

17

17.5

50 100 150 200 250 300

qe (

mg/g

)

Ce (mg/L)

38

Gambar 20. Kurva isotermal Langmuir untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali.

Gambar 21. Kurva isotermal Freundlich untuk adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali.

Kedua grafik menunjukkan bahwa isotermal adsorpsi brilliant scarlet oleh

silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali sesuai dengan isotermal

Langmuir dan isotermal Freundlich, dimana titiknya menunjukkan suatu hubungan

garis lurus sesuai dengan nilai kuadrat terkecil (R2), dimana R2 yang diperoleh untuk

kurva isotermal Langmuir sebesar 0,998 dan untuk isotermal Freundlich adalah

0,962. Dari persamaan garis lurus kedua kurva isotermal maka diperoleh nilai

kapasitas adsorpsi (Qo) dan energi adsorpsi untuk isotermal adsorpsi Langmuir

y = 0.0572x + 0.5851

R² = 0.9987

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 50 100 150 200 250 300

Ce

/qe

(g/L

)

Ce (mg/L)

y = 0,067x + 1,063

R² = 0.962

1.19

1.19

1.20

1.20

1.21

1.21

1.22

1.22

1.23

1.23

1.24

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Log

q

e

Log Ce

39

adalah 17,53 mg/g dan 0,09 L/mg. Sedangkan untuk isotermal Freundlich diperoleh

nilai kapasitas adsorpsi (k) dan intensitas adsorpsi (n) berturut-turut adalah

11,56 mg/g dan 14,92 L/mg.

Berdasarkan kesesuaian dengan isotermal adsorpsi, adsorpsi brilliant scarlet

oleh silika mesopori (MCM-48) pencucian dengan HCl-etanol, sesuai dengan

isotermal Langmuir karena nilai R2 yang mendekati 1 ( R2 untuk MCM-48 pencucian

HCl-etanol 1 kali adalah 0,999, sedangkan untuk MCM-48 pencucian HCl-etanol

2 kali adalah 0,998), sehingga disimpulkan bahwa molekul brilliant scarlet

teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monomolekul (monolayer adsorption).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, silika mesopori (MCM-48)

pencucian HCl-etanol 1 kali lebih baik dalam mengadsorpsi brilliant scarlet

dibanding silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali. Hal ini

disebabkan silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali masih

mengandung surfaktan yang lebih banyak dibandingkan MCM-48 pencucian 2 kali,

sehingga kemungkinan terjadi interaksi surfaktan dengan brillian scarlet lebih besar

dari pada silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali yang mengandung

lebih sedikit surfaktan. Selain itu, kandungan jumlah surfaktan yang berbeda

menyebabkan ukuran pori dari silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol

1 kali, berbeda dengan silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali,

sehingga perbedaan kapasitas adsorpsi kemungkinan dipengaruhi oleh kecocokan

ukuran pori dengan besar molekul brilliant scarlet.

Adsorpsi zat warna oleh adsorben dari bahan alam dan silika mesopori

(MCM-48) telah dilakukan oleh beberapa peniliti, hasilnya menunjukkan bahwa

kapasitas adsorpsi zat warna oleh silika mesopori lebih besar dibandingkan dengan

40

adsorben dari bahan alam. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas adsorpsi merah

reaktif-1 oleh karbon aktif sebesar 2,326 mg/g (Passasaran, 2004) sedangkan dengan

menggunakan silika mesopori (MCM-48) kapasitas adsorpsi yang diperoleh sebesar

14,59 mg/g (Kumik, 2013). Menurut Ekawati (2006) kapasitas adsorpi zat warna

rhodamin B oleh silika mesopori (MCM-48) sebesar 18,592 mg/g, dibandingkan

dengan menggunakan karbon aktif sebesar 6,32 mg/g (Agusriyadin dkk., 2012) .

Berdasarkan nilai kapasitas adsorpsi beberapa penelitian ini, dapat disimpulkan

bahwa silika mesopori memiliki kapasitas adsorpsi yang besar.

4.5 Hasil Pembacaan FT-IR adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48)

Interaksi antara brilliant scarlet dengan silika mesopori (MCM-48) pencucian

HCl-etanol 1 kali dan 2 kali dapat terlihat pada spektum hasil pembacaan

spektroskopi IR. Spektrum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48)

pencucian HCl-etanol 1 kali menunjukkan terjadinya beberapa pergeseran bilangan

gelombang. Hal ini dapat dilihat pada pergeseran bilangan gelombang dari

3446,79 cm-1 menjadi 3450,65 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur C-H. Pergeseran

bilangan gelombang gugus SiO dari 960,55 cm-1 dan 1087,85 cm-1 menjadi

968,27 cm-1 dan 1093,64 cm-1, yang merupakan vibrasi ulur SiO. Nilai pergeseran

bilangan gelombang yang sangat kecil ini, menunjukkan tidak terjadinya interaksi

kimia antara gugus fungsi tersebut dengan brilliant scarlet.

41

Gambar 22. Spektrum inframerah adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali dan 2 kali setelah diinteraksikan dengan brilliant scarlet.

Interaksi silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 2 kali dengan

brilliant scarlet dapat diamati pada spektrum pada Gambar 22. Hal ini terlihat pada

pergeseran bilangan gelombang SiO dari 960,55 cm-1 dan 1091,71 cm-1 menjadi

968,27 cm-1 dan 1093,64 cm-1 setelah adsorpsi, yang merupakan vibrasi ulur SiO.

Nilai pergeseran bilangan gelombang yang kecil ini menunjukkan tidak adanya

interaksi antara adsorben dan brilliant scarlet. Tidak adanya peregeseran bilangan

gelombang 2852,72 cm-1 dan 2924,09 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur C-H

asimetris dan simetris menunjukkan tidak ada interaksi surfaktan.

Hasil pembacaan spektrum inframerah menunjukkan tidak ada gugus fungsi

yang terlibat dalam adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48)

pencucian dengan HCl-etanol. Dapat disimpulkan bahwa proses adsorpsi terjadi

secara fisika (fisisorpsi), dipengaruhi hanya oleh ukuran pori dan interaksi fisika

antara adsorben dan adsorbat.

1000200030004000

Brilliant scarlet

MCM-48 Pencucian 1 x

MCM-48 Pencucian 2 x

MCM-48 Pencucian 1 x setelah adsorpsi

MCM-48 Pencucian 2 x setelah adsorpsi

462,

9246

6,77

468,

7046

8,70

686,

96

798,

5379

8,53

800,

4879

8,53

960,

5596

0,55

968,

2796

8,27

1047

,35

1087

,85

1091

,71

1093

,64

1093

,64

1192

,01

1266

,66

1633

,71

1645

,28

1645

,28

1637

,56

1639

,49

2316

,51

2318

,44

2370

,61

2314

,56

2372

,44

2314

,58

2924

,09

2852

,72

2854

,65

2854

,65

2926

,01

2926

,01

2854

,65

2926

,01

3450

,65

3450

,65

3446

,79

3448

,72

3448

,72

Bilangan gelombang (cm-1

)

% T

rans

mita

ns

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan

bahwa waktu optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48)

pencucian HCl-etanol 1 kali adalah 60 menit dan oleh pencucian HCl-etanol 2 kali

adalah 60 menit. pH optimum adsorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori

(MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali adalah pH 6 sedangkan pencucian HCl-

etanol 2 kali adalah pH 5. Adsorpsi merah reaktif-1 oleh silika mesopori (MCM-48)

pencucian HCl-etanol 1 kali dan 2 kali sesuai isotermal Langmuir dengan nilai

kapasitas adsorpsi berturut-turut adalah 62,5 mg/g dan 17,53 mg/g. Tidak ada gugus

fungsi yang berperan dalam adsorpsi karena adsorpsi brilliant scarlet oleh silika

mesopori (MCM-48) pencucian dengan HCl-etanol termasuk fisisorpsi.

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan adsorben silika

mesopori tanpa penghilangan surfaktan dan juga melakukan penelitian mengenai

proses desorpsi brilliant scarlet oleh silika mesopori (MCM-48).

43

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R. A., Silbey, R. J., 1992, Physical Chemistry, First Edition, John Wiley & sons, Inc, New York.

Anliker, R., 1977, Color Chemistry and The Environment, Ecotoxicol. Environ. Saf., 1, 2,211-237.

Anonim, 2013, Ponceau 4R, (on line), (http://en.wikipedia.org/wiki/Ponceau_4R ,

diakses 28 April 2013 pukul 12.00)

Arifin, Z., Irawan, D., Rahim, M., Ramantya, F., Adsorpsi Zat Warn Direct Black 38

Menggunakan Kitosan Berbasis Limbah Udang Delta Mahakam, Sains dan Terapan Kimia, 6, (1), 35-45.

Banat, I. M., Nigam, P., Singh , D., Marchant, R., 1996, Microbial Decolorization of Textile-dye Containing Effluents: a Review, Bioresour. Technol, 58, (3), 217-

227. Bandyopadhyay, Mahuya, 2004, Synthesis of mesoporus MCM-48 with

nanodispersed metal and metal oxide particles inside the pore system, Dissertation, Ruhr-Universitat Bochum, Bochum.

Barton, T. J., Bull, L. M., Klemperer, W. G., Loy, D. A., McEnaney, B., Misono,

M., Monson, P. A., Pez, G., Scherer, G. W., Vartuli, J. C., dan Yaghi, O.

M., 1999, Tailored Porous Materials, Chem. Mater., 11 (1): 2633-2565.

Beck, J. S., Vartuli, J. C., Roth, W. J., Leonowics, M. E., Kresge, C. T., Schmitt, K. D., Chu, C. T. W., Olson, D. H., Sheppard, E. W., McCullen, S. B., Higgins, J. B., Schlenker, J. L., 1992, A New Family of Mesoporous Molecular Sieves

Prepared with Liquid Crystal Templates, J. Am. Chem. Soc., 114, 10834-10843.

Cahyonugroho, O. H., 2007, Kinetika Adsorpsi Warna Limbah Tekstil dengan Abu Sekam Padi Menggunakan Reagen Tawas, Jurnal Teknik Kimia, 1, (2), 59-64.

Chang, J.S., Chien Chou, C., Yu-Chih Lin, Y.C., Ping-Jei Lin, P.J., Jin-Yen Ho, J.Y.

Hu, T.L, 2001, Kinetic characteristics of bacterial azo-dye decolorization by

Pseudomonas luteola, Water Res., Vol. 35, No. 12, pp. 2841–2850.

Cheremisinoff, P. N., dan Moressi, A. C., 1978, Carbon Adsorption Aplications, In: Carbon Adsorption Hand Book , Ann Arbor, Ann Arbor Science.

Chung K. T., Stevens, S. E., 1993, Degradation of Azo Dyes by Environmental Microorganisms and Helminthes, Environ. Toxicol. Chem., 12, 11, 2121–

2132.

44

Duma, Y., 2005, Kapasitas Adsorpsi Silika Mesopori (MCM-48) Terhadap Zat

Warna Rhodamin B, Skripsi tidak dipublikasikan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Fadjri , M. S., 2012, Adsorpsi Zat Warna Methyl Orange Menggunakan Pasir

Vulkanik Gunung Merapi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Forgacs, E., Cserhati, T., dan Oros, G., 2004, Removal of Syntetic Dyes from

Wastewaters, J. Env. Manag., 30: 2-3. Gao, J. F., Zhang, Q., Su, K., Wang, G. H., 2010, Competitive Adsorption of Yellow

2G and reactive Brilliant Red K-2G onto inactive Aerobic Granules: Simultaneous determination of two dyes by first order derivative

Spectrophotometry and Isoteherm Studies, Bio. Technol, 101 (15). Hendayana, S., 1990, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Press, Semarang.

Hunger, K., 2003, Industrial Dyes: Chemistry, Properties, Aplication, Wiley-VCH,

Weinheim. Husodo, T., 1999, Peluang Zat Pewarna Alami untuk Pengembangan Produk

Industri Kecil dan Menengah Kerajinan dan Batik , Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Yogyakarta.

Juwita, A. I., 2005, Adsorpsi Merah Reaktif-1 oleh Karbon Aktif Tempurung Kenari

Sebagai Fungsi pH dan Konsentrasi, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Khopkar, S., M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik , UI Press, Jakarta. Kumik, A., 2013, Sintesis Silika Mesopori (MCM-48) dan Pemanfaatannya dalam

Industri Tekstil sebagai Adsorben Merah Reaktif-1, Skripsi tidak diterbitkan, jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Lu, K., Zhang, X. L., Zhao, Y. L., Wu, Z. L., 2010. Removal of Color from Textile

Dyeing Wastewater by Foam Separation, J. Hazard. Mater., 182, 1-3, 928-

932.

Makabori, S. 1999. Teknik Silvikultur Jenis-Jenis Tanaman Penghasil Zat Warna Alam di Irian Jaya. Makalah Seminar “Menggali Potensi Warna Alam Irian Jaya”, Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kantor Wilayah Propinsi

Irian Jaya, Jayapura.

Modi, H. A., Garima Rajput, G., Ambasana, C., 2010, Decolorization of Water Soluble Azo Dyes by Bacterial Cultures, Isolated from Dye House Effluent. Bioresour. Technol., 101, (16), 6580–6583.

45

Mufrodi, Z., Widiastuti, N., Kardika, R. C., Adsorpsi Zat Warna Tekstil dengan

Menggunakan Abu Terbang (Fly Ash) Untuk Variasi Massa Adsorben dan Suhu Operasi, Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik

Kimia dan Tekstil, 22 November. Mahatmanti, F.W., Sumarni, W., 2003, Kajian Termodinamika Penyerapan Zat

Warna Indikator Metil Oranye (MO) dalam Larutan Air oleh Adsorben Kitosan, JSKA, 6, (2), 1-19.

McKay, G., Blair, H. S., and Gardner, J. R., 1982, Adsorption of Dyes on Chitin,

J.App. Polym. Sci., 27, (8), 3043-3057.

McKay, G., Porter, J.F. and Prasad, G.R., 1999, The Removal of Dye Colors from

Aqueous Solutions by Adsorption on Low-cost Materials, Water Air Soil Pollut., 114, 423-438.

Monk, P., 2004, Physical Chemistry, John Wiley & sons, Inc, New York.

Moreira, R. F. P. M., Peruch, M. G., and Kuhnen, N. C., 1997, Adsorption of Textile Dyes on Alumina, Equilibrium Studies and Contact Time Effects, Braz. J. Chem. Eng., 15, 1-21.

Namasivayam, C., 2001, Uptake of Dyes by a Promosing Locally Available

Agriculture Solid Waste: Coir Pith. Waste Manag., 21, 381-387. Nashriah, 2003, Adsorpsi Natrium Dodekil Bensena Sulfonat (SDBS) oleh Karbon

Mesopori, Skripsi tidak diterbitkan, jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Nasrullah, N., 2003, Adsorpsi Zat Warna Merah Reaktif-1 pada Arang Aktif dari

Kulit Kemiri (Aleurites molluccana Wild), Skripsi tidak dipublikasikan,

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Passasaran, E., 2004, Pemanfaatan Karbon Aktif Dari Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacaol) Sebagai Adsorben Merah Reaktif-1 dalam Air, Skripsi tidak dipublikasikan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Preethi,S,,Sivasamy, A., Sivanesan, S, Ramamurthi, V., Swaminathan, G., 2006

Removal of safranin basic dye from aqueous solutionsby adsorption ontocorncob activated carbon, Ind. Eng. Chem. Res.,45, 7627-7632.

Rahmaniah, W. N., 2007, Penggunaan Kitosan Hasil produksi Dari Kulit Udang Untuk Sintesis Kitosan-Silika Mesopori MCM-48 Sebagai Biosorben Ion

Logam Berat Cu, Skripsi tidak dipublikasikan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ramakhrisna, K. R. and Viraghavan, T., 1997, Dye Removal Using Low Cost Adsorbent, Wat. Sci. Technol., 36, 189-196.

46

Rai, H., Bhattacharya, M., Singh, J., Bansal, T.K., Vats, P., Banerjee, U.C., 2005,

Removal of Dyes from the Effluent of Textile and Dyestuff Manufacturing Industry: A Review of Emerging Techniques with Reference to Biological

Treatment. Critical Review in Env. Sci. and Tech., 35, 219-238. Robinson, T., McMullan, G., Marchant, R., Nigam, P., 2001, Remediation of Dyes in

Textile Effluent: A Critical Review on Current Treatment Technologies with a Proposed Alternative, Bioresour. Technol., 77 , 3, 247-255.

Ryoo, R., Joo, S. H., Kim, J. M., 1999, Synthesis of Highly Ordered Carbon

Molecular Sieves via Template-Mediated Structural, J. Phys. Chem. B, 103,

7743-7746.

Saratale, R.G., Saratale, G.D., Chang, J.S., Govindwar, S.P., 2011., Bacterial decolorization and degradation of azo dyes: A review, J. Taiwan Inst. Chem. Eng., 42, 1, 138–157.

Sawyer, C. N., dan Mc Carty, P. L., 1987, Chemistry For Engineering, 3rd ed, Mc

Graw-Hill Book Company, New York. Skoog D. A., Holler F. J., and Crouch S. R., 2007, Principles of Instrumental

Analysis, Thomson Brooks/Cole, California.

Sukardjo, 1989, Kimia Fisika, Bina Aksara, Jakarta. Sutrisno, H., Arianingrum, R., dan Ariswan, 2005, Silikat dan Titanium Silikat

Mesopori-Mesotruktur Berbasis Struktur Heksagonal dan Kubik, Jurnal Matematika dan Sains, 10, (2), 69-74.

Taba, P., 2001, Mesoporous Solids as Adsorbents, PhD Thesis, The University of

New South Wales, Sydney.

Taslimah, Sriatun, dan Warsito, S., 2007, Pengaruh Penambahan Surfaktan Cetyl Trimethylammonium Bromide (n-CTAB) pada Sintesis Zeolit-Y, Skripsi tidak

dipublikasikan, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro, Semarang.

Vartuli, J. C., Kresge, C. T., Leonowicz, M. E., Chu, A. S., McCullen, S. B., McCullen, I. D., and Sheppard, E. W., 1994, Synthesis of Mesoporous Materials: Liquid-Crystal Templating versus Intercalation of Layered

Silicates, Chem.Mater., 6, 2070- 2077.

Wang, C. C., 2004, Adsorption of Basic Dyes Onto Montmorillonite, J. Colloid and Interface Sci., 273: 80-86.

Wahyuni, E. T., 2010, Limbah Bahan Beracun dan Barbahaya (B3): Permasalahan dan Upaya Pengolahannya dengan Bahan Alam, (Online),

(http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1310_pp1004001.pdf, diakses 17 April 2012).

47

Lampiran 1. Skema Kerja Sintesis Silika Mesopori (MCM-48)

Ditambahkan 42,25 g larutan

NaOH 1 M

Dipanaskan sambil diaduk

selama 2 jam pada suhu 80 oC.

Ditambahkan 1,34 g

Triton X-100.

Dicampur dengan 83,47 g

akuabides.

Dipanaskan sampai larut.

Didinginkan. Didinginkan

.

Dicampur dalam botol propilen.

Botol ditutup dan dikocok.

Dipanaskan selama 24 jam pada suhu 100 oC

sambil dikocok sekali-kali.

Didinginkan pada suhu kamar.

Ditambahkan CH3COOH 30 % sampai pH 10.

Dipanaskan selama 24 jam pada suhu 100 oC

Didinginkan pada temperatur kamar.

Disaring.

Residu dicuci dengan akuades.

14,30 g larutan ludox HS40

6,12 g CTAB

Larutan

Larutan Surfaktan

Campuran Gel

Campuran Gel pH 10

MCM-48 dengan surfaktan Filtrat

48

Lampiran 2. Skema Kerja Penghilangan Surfaktan dari Silika Mesopori

(MCM-48) dengan Pencucian HCl-etanol 1 kali

Lampiran 3. Skema Kerja Penghilangan Surfaktan dari Silika Mesopori

(MCM-48) dengan Pencucian HCl-etanol 2 kali

Dikeringkan dalam oven pada suhu 120 oC.

Dicuci dengan campuran HCl-etanol sambil

diaduk selama 30 menit pada suhu kamar,

Disaring dan dicuci dengan campuran HCl-etanol

sambil diaduk selama 30 menit pada suhu kamar

Disaring

Dicuci dengan akuades

Dikeringkan pada suhu 100 oC

Dianalisis menggunakan XRD dan

FTIR

Dikeringkan dalam oven pada suhu 120 oC.

Dicuci dengan campuran HCl-etanol sambil

diaduk selama 30 menit pada suhu kamar.

Disaring.

Dicuci dengan akuades

Dikeringkan pada suhu 100 oC

Dianalisis menggunakan

FTIR

MCM-48 dengan surfaktan

MCM-48 dengan sebagian surfaktan

Data

MCM-48 dengan surfaktan

MCM-48 sedikit surfaktan

Data

49

Lampiran 4. Skema kerja penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan brilliant scarlet 40 ppm

Diukur absorbansinya pada

panjang gelombang 200-350

nm dengan interval 10 nm

Dibuat kurva antara panjang

gelombang dengan

adsorbansi

Panjang gelombang maksimum

50

Lampiran 5. Skema Kerja Proses Adsorpsi Untuk Penentuan Waktu Optimum

Prosedur yang sama untuk silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol

2 kali

Ditimbang sebanyak 100 mg.

Dimasukkan ke dalam 100 mL

larutan brilliant scarlet 50

ppm.

Diaduk dengan magnetik stirrer

dengan variasi waktu 15, 30,

45, 60, 75, 90 dan 150 menit

Disaring.

Diukur dengan spektrofotometer

UV-Vis pada panjang gelombang

505 nm

Penentuan waktu optimum

Silika Mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali

Filtrat

Residu

51

Lampiran 6. Skema Kerja Proses Adsorpsi Untuk Penentuan pH Optimum

Prosedur yang sama untuk silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol

2 kali dengan waktu pengadukan 60 menit

Ditimbang sebanyak 100 mg.

Dimasukkan ke dalam 100 mL

larutan brilliant scarlet 50

ppm.

Diaduk selama 60 menit pada

pH 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9

Disaring.

Diukur dengan spektrofotometer

UV pada panjang gelombang

maksimum

Penentuan pH optimum

Silika Mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali

Filtrat

Residu

52

Lampiran 7. Skema Kerja Adsorpsi Untuk Penentuan Kapasitas Adsorpsi

Prosedur yang sama untuk silika mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol

2 kali dengan pengadukan selama 60 menit pada pH 5

Ditimbang sebanyak 100 mg.

Dimasukkan ke dalam 100 mL

larutan brilliant scarlet 100,

150, 200, 250 dan 300 ppm

Diaduk dengan magnetik stirrer

selama 60 menit pada pH 6

Disaring.

Diukur dengan spektrofotometer

UV pada panjang gelombang

maksimum

Penentuan kapasitas adsorpsi

Silika Mesopori (MCM-48) pencucian HCl-etanol 1 kali

Filtrat

Residu

53

Lampiran 8. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Brilliant scarlet

dengan Konsentrasi 20 mg/L.

Panjang Gelombang (nm)

Absorbansi

400 0,200

410 0,215

420 0,230

430 0,252

440 0,291

450 0,345

460 0,418

470 0,522

480 0,594

485 0,650

490 0,678

495 0,694

500 0,716

505 0,718

510 0,714

520 0,662

530 0,564

Kurva hubungan antar Absorbansi dan Panjang Gelombang Brilliant scarlet dengan

konsentrasi 20 mg/L

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

350 450 550

Panjang Gelombang (nm)

Abso

rbans

54

Lampiran 9. Data Absorbansi Kurva Standar Larutan Brilliant scarlet

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi

5 0,202

10 0,360

15 0,526

20 0,710

25 0,875

Kurva standar penentuan larutan brilliant scarlet dengan Spektrofotemeter Visibel.

y = 0.0339x + 0.0258 R² = 0.9994

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

0 5 10 15 20 25 30

Ab

so

rban

si

konsentrasi (ppm)

55

Lampiran 10. Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika

Mesopori (MCM-48) Pencucian HCl-etanol 1 kali.

Waktu (menit)

Absorbansi

Co Ce Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi, x/m (mg/g) (mg/L) (mg/L)

0 0 0 0 0

15 0,145 50 3,63 23,18

30 0,122 50 2,94 23,53

45 0,074 50 1,48 24,26

60 0,070 50 1,36 24,32

75 0,079 50 1,63 24,18

90 0,088 50 1,91 24,04

105 0,130 50 3,18 23,41

( )

Dimana x/m = jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi brilliant scarlet sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konesntrasi brilliant scarlet setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan brilliant scarlet (L)

W = jumlah adsorben (gram)

Contoh perhitungan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) pada t = 15 menit :

( )

= 23,18 mg/g

56

Lampiran 11. Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika

Mesopori (MCM-48) Pencucian HCl-etanol 2 kali.

Waktu (menit)

Absorbansi

Co Ce Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi, x/m (mg/g) (mg/L) (mg/L)

0 0 0 0 0

15 0,885 50 26,06 11,97

30 0,82 50 24,09 12,95

45 0,784 50 23,00 13,50

60 0,778 50 22,82 13,59

75 0,802 50 23,54 13,23

90 0,83 50 24,39 12,80

105 0,865 50 25,45 12,27

( )

Dimana x/m = jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi brilliant scarlet sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konsentrasi brilliant scarlet setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan brilliant scarlet (L)

W = jumlah adsorben (gram)

Contoh perhitungan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) pada t = 15 menit :

( )

= 11,97 mg/g.

57

Lampiran 12. Penentuan pH Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika

Mesopori (MCM-48) Pencucian HCl-etanol 1 kali.

pH

Absorbansi

Co Ce Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi, qe (mg/g) (mg/L) (mg/L)

2 0,175 50 4,54 22,73

3 0,237 50 6,42 21,79

4 0,222 50 5,98 22,01

5 0,157 50 4,00 23

6 0,068 50 1,32 24,35

7 0,086 50 1,86 24,07

8 0,775 50 22,74 13,63

9 1,037 50 30,68 9,66

( )

Dimana qe = jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi brilliant scarlet sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konsentrasi brilliant scarlet setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan brilliant scarlet (L)

W = jumlah adsorben (gram)

Contoh perhitungan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) pada pH 2 :

( )

= 22,73 mg/g

58

Lampiran 13. Penentuan pH Optimum Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika

Mesopori (MCM-48) Pencucian HCl-etanol 2 kali.

pH

Absorbansi

Co Ce Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi, qe (mg/g) (mg/L) (mg/L)

2 0,624 50 18,15 15,92

3 0,578 50 16,75 16,62

4 0,563 50 16,3 16,85

5 0,548 50 15,85 17,07

6 0,78 50 22,87 13,56

7 0,932 50 27,48 11,2

8 1,165 50 34,54 7,73

9 1,41 50 41,97 4,01

( )

Dimana qe = jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi brilliant scarlet sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konsentrasi brilliant scarlet setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan brilliant scarlet (L)

W = jumlah adsorben (gram)

Contoh perhitungan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) pada pH 2 :

( )

= 15,92 mg/g

59

Lampiran 14. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika

Mesopori (MCM-48) Pencucian HCl-etanol 1 kali.

Co Absorbansi

fP Ce Jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi,

x/m atau qe (mg/g)

Log Ce

Log qe

Ce/qe (mg/L) (mg/L)

100 0,058 1,00 49,50 0 1,69 0,02

150 0,236 5 35,00 57,50 1,54 1,76 0,6

200 0,557 5 83,64 58,20 1,92 1,77 1,43

250 0,862 5 129,9 60,05 2,11 1,78 2,16

300 0,59 10 178,03 61,00 2,25 1,79 2,92

( )

Dimana qe = jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi brilliant scarlet sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konsentrasi brilliant scarlet setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan brilliant scarlet (L)

W = jumlah adsorben (gram)

Contoh perhitungan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) pada konsentrasi

100 mg/L :

( )

= 49,50 mg/g

60

Lampiran 15. Contoh Perhitungan nilai Qo dan b

Persamaan isotermal adsorpsi Langmuir :

Dimana:

Ce = konsentrasi kesetimbangan larutan (mg/L)

qe = jumlah zat yang diadsorpsi per gram adsorben (mg/g)

Qo = kapasitas adsorpsi (mg/g)

b = intensitas adsorpsi (L/mg)

Berdasarkan model isotermal Langmuir diperoleh persamaan garis :

y = 0,016x + 0,025

dari persamaan garis tersebut, nilai slope = 0,016 dan intercept = 0,025

( )

Q =

=

= 62,5 mg/g

b =

=

= 0,64 L/mg

62

Lampiran 16. Contoh Perhitungan nilai k dan n

Persamaan isotermal adsorpsi Freundlich :

Dimana:

x = jumlah zat terlarut yang diserap (mg)

m = gram adsorben yang digunakan (g)

Ce = konsentrasi keseimbangan larutan (mg/L)

k = kapasitas adsorpsi (mg/g)

n = intensitas adsorpsi (L/g)

Berdasarkan model isotermal Freundlich diperoleh persamaan garis :

y = 0,043x + 1,690

dari persamaan garis tersebut, nilai slope = 0,043 dan intercept = 1,690

log k = intercept

k = invers log intercept

= invers log 1,690

= 48,98 mg/g

= kemiringan (slope)

n =

=

= 23,25 g/L

62

Lampiran 17. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Brilliant scarlet oleh Silika

Mesopori (MCM-48) Pencucian HCl-etanol 2 kali.

Co Absorbansi

FP

Ce Jumlah brilliant scarlet yang

diadsorpsi, qe atau x/m (mg/g)

Log

Ce

Log qe

Ce/qe (mg/L) (mg/L)

100 0,460 5 68,94 15,52 1,84 1,19 4,44

150 0,782 5 117,72 16,13 2,07 1,20 7,30

200 0,555 10 167,42 16,28 2,22 1,21 10,28

250 0,719 10 217,12 16,43 2,34 1,22 13,21

300 0,880 10 265,91 17,04 2,42 1,23 15,60

FP : Faktor Pengenceran

( )

Dimana qe = jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (mg/g)

Co = konsentrasi brilliant scarlet sebelum adsorpsi (mg/L)

Ce = konsentrasi brilliant scarlet setelah adsorpsi (mg/L)

V = volume larutan brilliant scarlet (L)

W = jumlah adsorben (gram)

Contoh perhitungan jumlah brilliant scarlet yang diadsorpsi (qe) pada konsentrasi

100 mg/L :

( )

= 15,52 mg/g

62

Lampiran 18. Contoh Perhitungan nilai Qo dan b

Persamaan isotermal adsorpsi Langmuir :

Dimana:

Ce = konsentrasi kesetimbangan larutan (mg/L)

qe = jumlah zat yang diadsorpsi per gram adsorben (mg/g)

Qo = kapasitas adsorpsi (mg/g)

b = intensitas adsorpsi (L/mg)

Berdasarkan model isotermal Langmuir diperoleh persamaan garis :

y = 0,057x + 0,585

dari persamaan garis tersebut, nilai slope = 0,006 dan intercept = 0,440

( )

Q

=

= 17,54 mg/g

b =

=

= 0,09 L/mg

63

Lampiran 19. Contoh Perhitungan nilai k dan n

Persamaan isotermal adsorpsi Freundlich :

Dimana:

x = jumlah zat terlarut yang diserap (mg)

m = gram adsorben yang digunakan (g)

Ce = konsentrasi keseimbangan larutan (mg/L)

k = kapasitas adsorpsi (mg/g)

n = intensitas adsorpsi (L/g)

Berdasarkan model isotermal Freundlich diperoleh persamaan garis :

y = 0,067x + 1,063

dari persamaan garis tersebut, nilai slope = 0,067 dan intercept = 1,063

log k = intercept

k = invers log intercept

= invers log 1,063

= 11,56 mg/g

= kemiringan (slope)

n =

=

= 14,92 g/L