64
i Laporan Kerja Praktek Bentuk-2 SISTEM PROTEKSI DAN PENENTUAN TINGKAT KEAMANAN DENGAN PERHITUNGAN NILAI SAFETY INTEGRITY LEVEL (SIL) PADA TURBIN OUTLET TEMPERATUR DI PT. SIEMENS INDONESIA, PG O&M MUARA TAWAR BEKASI (25 Juni 2014 s/d 25 Juli 2014) Adhitya Kurniawan NRP 2411100102 PROGRAM STUDI S-1 JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2014

adhitya kurniawan_2as411100102

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sfs

Citation preview

  • i

    Laporan Kerja Praktek Bentuk-2

    SISTEM PROTEKSI DAN PENENTUAN TINGKAT

    KEAMANAN DENGAN PERHITUNGAN NILAI SAFETY

    INTEGRITY LEVEL (SIL) PADA TURBIN OUTLET

    TEMPERATUR DI PT. SIEMENS INDONESIA, PG O&M

    MUARA TAWAR BEKASI

    (25 Juni 2014 s/d 25 Juli 2014)

    Adhitya Kurniawan NRP 2411100102

    PROGRAM STUDI S-1

    JURUSAN TEKNIK FISIKA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    2014

  • ii

    Halaman ini memang dikosongkan

  • iii

    Field Work Report Type-2

    SISTEM PROTECTION AND DETERMINATION OF

    SAFETY LEVEL BY CALCULATING SAFETY INTEGRITY

    LEVEL AT TURBIN OUTLET TEMPERATURE PT.

    SIEMENS INDONESIA, PG O&M MUARA TAWAR BEKASI

    (25 Juni 2014 s/d 25 Juli 2014)

    Adhitya Kurniawan NRP 2411100102

    DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS

    FACULTY OF INDUSRIAL TECHNOLOGY

    SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY

    SURABAYA 2014

  • iv

    Halaman ini sengaja dikosongkan

  • v

    Dosen Pembimbing

    Dr.rer.nat. Ir Aulia MT. Nasution,

    MSc

    NIPN 19540406 198103 1 003

    LEMBAR PENGESAHAN

    SISTEM PROTEKSI DAN PENENTUAN TINGKAT

    KEAMANAN DENGAN PERHITUNGAN NILAI SAFETY

    INTEGRITY LEVEL (SIL) PADA TURBIN OUTLET

    TEMPERATURE DI PT. SIEMENS INDONESIA, PG O&M

    MUARA TAWAR BEKASI

    (25 Juni 2014 s/d 25 Juli 2014)

    Adhitya Kurniawan 2411100102

    Telah menyelesaikan MK TF 091274 Etika Rekayasa dan Kerja

    Praktek sesuai dengan silabus dalam kurikulum 2009/2014 Program Sarjana.

    Bekasi, 24 Juli 2014

    Mengetahui,

    Surabaya, 2 Desember 2014

    Mengetahui,

    Mengetahui,

    Maintenance Manager

    Hermes Peter P

    Pembimbing Lapangan

    Yongki A.K.

    Ketua Jurusan Teknik Fisika

    Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA

    NIP. 19650309 199002 1 001

  • vi

    Halaman ini sengaja dikosongkan.

  • vii

    SISTEM PROTEKSI DAN PENENTUAN TINGKAT

    KEAMANAN DENGAN PERHITUNGAN NILAI SAFETY

    INTEGRITY LEVEL (SIL) PADA TURBIN OUTLET

    TEMPERATURE DI PT. SIEMENS INDONESIA, PG O&M

    MUARA TAWAR BEKASI

    Nama Mahasiswa : Adhitya Kurniawan

    NRP : 2411 100 102

    Jurusan : Teknik Fisika

    Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Ir Aulia MT. Nasution,

    MSc

    ABSTRAK

    PT. Siemens Indonesia PG O&M Muara Tawar merupakan

    perusahaan yang menangani masalah operasional dan perawatan

    sistem pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) yang dimiliki oleh

    PJB. Turbin outlet temperature merupakan suhu yang keluar pada

    combustion chamber, sistem proteksi pada turbin outlet

    temperatur berkerja untuk melindungi blade turbin agar terhindar

    dari korosi dan overheated yang disebabkan karena tingginya

    suhu pada pembakaran. Sistem proteksi turbin outlet temperatur

    dibentuk menjadi 3 trip channel yang terpisah yaitu channel A, B

    dan C. Apabila penunjukan over temperatur hanya 1 channel,

    turbin tidak akan trip, tetapi apabila signal trip dua atau lebih

    dianata channel-channel, Turbin akan trip. Selain itu dilakukan

    juga perhitungan safety integrity level (SIL) agar dapat diketahui

    tingkat keamanan dari turbin outlet temperatur. Didapatkan nilai

    SIL dari turbin outlet temperatur pada SIL 1

    Kata Kunci : Sistem Proteksi, Turbin Outlet Temperatur, SIL

  • viii

    Halaman ini sengaja dikosongkan. AB

  • ix

    SISTEM PROTECTION AND DETERMINATION OF

    SAFETY LEVEL BY CALCULATING SAFETY INTEGRITY

    LEVEL AT EXHAUST TURBIN TEMPERATURE PT.

    SIEMENS INDONESIA, PG O&M MUARA TAWAR BEKASI

    Name : Adhitya Kurniawan

    NRP : 2411 100 102

    Departement : Engineering Physics

    Supervisor : Dr.rer.nat. Ir Aulia MT. Nasution,

    MSc

    ABSTRACT

    PT. Siemens Indonesia PG O & M Muara Tawar is a

    company that handles operations and maintenance of gas turbin

    for power generation system owned by PJB. Exhaust turbin

    temperature is the temperature in the combustion chamber.

    Turbine protection system at the exhaust temperature works to

    protect the turbine blade in order to avoid corrosion and

    overheated due to the high temperature of the combustion.

    Exhaust temperature protection system is formed into three

    separated channels trip. Those channel are A, B and C. If the

    over-temperature signal indicates only one channel, the turbine

    will not trip. But if the trip signals between two or more channels,

    Turbine will trip. The researcher also calculate safety integrity

    level (SIL) in order to know the level of security of the exhaust

    turbin temperature. SIL value obtained from the exhaust turbin

    temperature is the SIL 1

    Keywords: System Protection, exhaust turbin temperature, SIL

  • x

    Halaman ini sengaja dikosongkan.

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

    berkat rahmat dan hidayah-Nya kegiatan Kerja Praktek di PT.

    Siemens Indonesia, PG O&M Muara Tawar Bekasi selama satu

    bulan mulai tanggal 25 Juni 2014 sampai 25 juli 2014 dengan

    judul Sistem Proteksi dan Penentuan Tingkat Keamanan dengan

    Perhitungan Nilai Safety Integrity Level (SIL) Pada Turbin Outlet

    Temperatur di PT. Siemens Indonesia, PG O&M Muara Tawar

    Bekasi dapat terlaksana dengan baik sampai akhirnya laporan

    Kerja Praktek ini dapat penulis susun hingga selesai.

    Terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis

    sampaikan kepada:

    1. Allah SWT dan firman-firman-Nya, karena atas kuasa-Nya-lah dan firman-Nya yang menguatkan penulis untuk

    dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini.

    2. Kedua orangtua dan kaka-kaka tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.

    3. Bapak Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA selaku Ketua Jurusan TF-ITS.

    4. Bapak Dr.rer.nat. Ir Aulia MT. Nasution, MSc, MT selaku dosen pembimbing Kerja Praktek TF-ITS.

    5. Seluruh Dosen Teknik Fisika FTI-ITS yang telah memberikan dukungan dan ilmunya kepada penulis.

    6. Bapak Hermes Peter P selaku Maintenance Manager PT. Siemens Muara Tawar yang telah mengijinkan saya untuk

    melakukan kerja praktek disini.

    7. Bapak Yongki, Mas Arief dan Mas Hadi selaku Pembimbing Kerja Praktek yang telah memberikan

    ilmunya dan sabar dalam memberikan bimbingan.

    8. Mas Arief, Mas Syukron dan Mas Hadi yang telah mengijinkan saya untuk tinggal di kontrakan mereka.

  • xii

    9. Seluruh pegawai PT. Siemens dalam departemen Maintenance yang telah meluangkan waktunya untuk

    memberikan ilmu keindustrian.

    10. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Fisika, khususnya Jordy Anugrah Wirapratama, Muhammad Rozaqur Rokhim dan

    Yosua Sandy Nugraha selaku partner Kerja Praktek

    11. Seluruh teman-teman dan segala pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu terimakasih atas segala

    bantuannya.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh

    dari sempurna. Untuk itu saran serta kritik yang membangun

    sangat diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita

    semua. Akhir kata penulis mohon maaf atas setiap kesalahan yang

    dilakukan selama pelaksanaan sampai penyusunan laporan ini.

    Surabaya, 3 Desember 2014

    Penulis.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.................................................................... v PAGE KOVER ...........................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... v ABSTRAK .................................................................................. vii ABSTRACT ................................................................................. ix DAFTAR ISI .............................................................................xiii DAFTARGAMBAR .................................................................. xv DAFTAR TABEL .................................................................... xvii BAB I1 PENDAHULUAN .......................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................. 2 1.3 Materi .................................................................................. 2 1.4 Jadwal Kerja Praktek ........................................................... 3

    BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN................................ 5 2.1 Gambaran Umum Perusahaan ............................................. 5 2.2 Visi dan Misi Perusahaan .................................................... 5 2.3 Perkembangan Siemens di Indonesia .................................. 6 2.4 Struktur Organisasi .............................................................. 8

    BAB III SISTEM PROTEKSI DAN PENENTUAN

    TINGKAT KEAMANAN DENGAN PERHITUNGAN NILAI

    SAFETY INTEGRITY LEVEL (SIL) PADA TURBIN

    OUTLET TEMPERATUR DI PT. SIEMENS INDONESIA,

    PG O&M MUARA TAWAR BEKASI ................................... 11 3.1 Turbin Outlet Temperatur .................................................. 11

    3.1.1 Corrected turbine exhaust temperature (TATK). ...... 12 3.1.2 Sensor suhu ................................................................. 14 3.1.3 Logic solver (PLC S5) ................................................ 18 3.1.4 ESD (Emergency Shutdown) ...................................... 19 3.1.5 logika Protection turbin outlet temperatur ................. 19

    3.2 Penentuan Nilai Safety Integrity Level (SIL) Turbin Outlet Temperature ............................................................................ 31

  • xiv

    3.2.1 Safety Instrument System (SIS) ................................. 32 3.2.2 Safety Integrity Level (SIL) ........................................ 34 3.2.3 Laju Kegagalan ........................................................... 36 3.2.4 Probability Failure Demand (PFD) ........................... 37 3.2.5 Analisa Nilai SIL ........................................................ 38

    BAB IVPENUTUP ..................................................................... 41 5.1 Kesimpulan ........................................................................ 41 5.2 Saran .................................................................................. 43

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 45

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Perhitungan Outlet Turbin Calculation .................. 13

    Gambar 3.2 Sensor suhu PT100 ................................................ 16

    Gambar 3.3 Turbine Outlet Configuration ................................ 17

    Gambar 3.4 Turbine Outlet Configuration ................................ 18

    Gambar 3.5 PLC S5 ................................................................... 19

    Gambar 3.6 31MBA22CT102B (D001) .................................... 20

    Gambar 3.7 31MBA22CT102B (D002) .................................... 20

    Gambar 3.8 31MBA22CT106B (D001) .................................... 21

    Gambar 3.9 31MBA22CT106B (D002) .................................... 21

    Gambar 3.10 31MYB01EZ141 (S001) ...................................... 23

    Gambar 3.11 31MYB01EZ142 (S001) ...................................... 24

    Gambar 3.12 31 MYB01EZ002 ................................................. 25

    Gambar 3.13 31MYB01EZ001 .................................................. 26

    Gambar 3.14 31MYB01EC001 (L006) ..................................... 26

    Gambar 3.15 31MYB01EZ100 .................................................. 27

    Gambar 3.16 31MYB01EC001 (L003) ..................................... 28

    Gambar 3.17 31MYB01EC001 (L004) ..................................... 28

    Gambar 3.18 31MYB01EZ141 (S002) ...................................... 30

    Gambar 3.19 31MYB01EZ142 (S002) ...................................... 30

    Gambar 3.20 Safety Instrumented Function [Wright,

    Ph.D.,Raymond, 1999] ................................................................ 35

    Gambar 3.21 Kurva Bathtub (Priyanta, 2000) ........................... 37

  • xvi

    Halaman ini sengaja dikosongkan.

  • xvii

    1. DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek ..................................... 4

    Tabel 3.1 Safety Integrity Level [Wright, Ph.D.,Raymond, 1999]

    ..................................................................................................... 35

    Table 3.2 Daftar Tingkat SIL dari Komponen komponen ....... 39

  • xviii

    Halaman ini sengaja dikosongkan.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Energi listrik mempunyai peranan yang sangat penting

    dalam kehidupan, hampir segala usaha dan kegiatan manusia

    menggunakan energi listrik. Alasan penggunaan energi listrik

    adalah praktis dan ekonomis. Sistem tenaga listrik di Indonesia

    berkembang pula mengikuti irama perkembangan pemakaian

    tenaga listrik yang dilayaninya. Salah satunya adalah sistem

    pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). PLTG ini memanfaatkan

    turbin gas untuk memutar generator yang nantinya dapat

    menghasilkan listrik. Beberapa keuntungan pengembangan turbin

    gas sebagai pembangikit listrik dan sebagai penyedia panas listrik

    di industri adalah mudah diinstal, proses kerjanya tidak susah,

    terutama cocok untuk menanggulangi beban puncak dan

    dimensinya kecil. Salah satu perusahaan yang menangani masalah

    pembangkit tenaga listrik adalah PT. Siemens indoneisa, PG

    O&M Muara Tawar. Saat ini PT. Siemens Muara Tawar

    menangani masalah operasional dan perawatan sistem

    pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) yang dimiliki oleh PJB.

    Berdasarkan data dari jurusan maupun Institut, dalam tiga

    tahun terakhir tidak ada lagi mahasiswa Teknik Fisika ITS yang

    menjalankan program Kerja di PT. Siemens Indonesia. Namun

    pada tahun 2009 ada mahasiswa yang melaksanakan kerja praktek

    di PT Siemens Indonesia yakni Silvia Dwi Kinaka[1]

    dengan

    tema UP Grading Scada /HMI Cemat V4.1 To PCS 7 Scada

    Wincc Cemat V7.1 For Cooler Plant And Cement Mill Plant At

    Project Semen Baturaja. Sehingga sejauh pengetahuan penulis

    belum pernah ada peserta didik Kerja Praktek Teknik Fisika yang

    mengambil tema mengenai system safety pada turbin outlet

    temperatur

    Turbin outlet temperature memiliki dua fungsi, yakni sebagai

    sistem pengendalian temperatur dan sebagai sistem proteksi.

    Sistem pengendalian ini mengendalikan temperature turbin pada

  • 2

    combustion chamber, dan turbine exhaust agar tidak keluar dari

    batas temperatur yang ditentukan. Jika sistem pengendalian

    temperature ini gagal mengendalikan, maka sistem proteksi

    langsung berkerja. Adapun istrumen-istrumen yang terdapat

    dalam sistem proteksi turbin outlet temperatur adalah sensor suhu

    Pt 100, Logic solver PLC S5 dan ES (Emergency Shutdown

    Valve).

    Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk

    mengetahui sistem proteksi pada turbin outlet temperatur dan

    menghitung tingkatan Safety integrity level (SIL). SIL merupakan

    tingkatan keamanan sebuah industri dimana semakin rendah

    tingkatan SIL akan semakin buruk keamanannya

    .

    1.2 Tujuan Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek PT Siemens Indonesia,

    PG O&M Muara Tawar Bekasi ini antara lain :

    a. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja di PT. Siemens Indonesia, PG O&M Muara Tawar Bekasi

    b. Mengetahui sistem proteksi dan nilai Safety Integrity Level (SIL) pada Turbin Outlet Temperature di PT.

    Siemens Indonesia, PG O&M Muara Tawar Bekasi

    1.3 Materi Materi yang diperoleh peserta didik terkait dengan tujuan

    dilaksanakannya kerja praktek di PT Siemens Indonesia, PG

    O&M Muara Tawar Bekasi berikut.

    a. Materi 1 Materi 1 merupakan materi untuk menjalankan tujuan satu

    yaitu memberikan gambaran nyata dunia industri kepada

    mahasiswa. Adapun yang di pelajari adalah

    a. Gambaran dan pengenalan umum tentang PT. Siemens Muara Tawar, Bekasi

    b. Latar belakang dan sejarah PT. Siemens Muara Tawar, Bekasi

    c. Struktur organisasi yang dipergunakan oleh PT. Siemens Muara Tawar, Bekasi

  • 3

    b. Materi 2 Materi 2 merupakan materi untuk menjalankan tujuan kedua

    yaitu mengetahui sistem proteksi dan nilai Safety Integrity Level

    (SIL) pada Turbin Outlet Temperatur di PT. Siemens Indonesia,

    PG O&M Muara Tawar Bekasi

    Materi yang dipelajari antara lain :

    a. Studi sistem proteksi turbin outlet temperature. Turbin outlet temperature, merupakan temperature suhu

    yang keluar pada combustion chamber, suhu yang berlebih

    pada pembakaran ini dapat menyebabkan umur hidup

    komponen pada daerah bagian gas panas turbin akan

    menurun. Sistem proteksi akan berkerja jika suhu melewati

    dari batas yang telah ditentukan.

    b. Studi sistem logic proteksi pada turbin outlet temperatur Terdapat enam buah sensor suhu yang dipasang pada

    turbin exhaust temperature. Keluaran sinyal dari keenam

    buah sensor inilah yang akan menentukan suhu pada

    pembakaran melebihi batas ambang atau tidak yang dapat

    menyebabkan munculnya peringatan alaram atau

    menebabkan turbin trip

    c. Studi Pengambilan Data Failure Rate Merupakan sekumpulan data yang berisi tentang

    tanggal kerusakan instrument beserta jenis kerusakan apa

    saja yang terjadi pada instrument yang ada di PT Siemens

    Indonesia, PG O&M Muara Tawar Bekasi.

    d. Pengolahan data Data yang diperoleh dari lapangan berupa data laju

    kegagalan dari komponen komponen penyusun turbin outlet temeperatur untuk kemudian diolah menjadi data

    untuk menentukan nilai SIL turbin outlet temperatur

    1.4 Jadwal Kerja Praktek Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai jadwal kerja

    praktek selama di PT Siemens Indonesia, PG O&M Muara Tawar

    Bekasi sebagai berikut:

  • 4

    Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek

    No Kegiatan Minggu ke -

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 Mempelajari struktur organisasi

    dan managemen perusahaan

    2 Studi literatur proses di

    perusahaan

    3

    Pengenalan plant

    Pengenalan instrument instrument pada plant

    Penentuan cara penyelesaikan

    permasalahan pada plant

    Penentuan penyelesaian masalah

    manajerial

    Pengumpulan data maintenance

    4

    Pengolahan data

    Pembuatan draft laporan akhir

    Penyerahan draft laporan akhir

    Sedangakan jam kerja yang berlaku di PT. Siemens Muara

    Tawar yaitu:

    Jam kerja : 08.00 17.00 WIB Istirahat : 12.00 13.00 WIB

  • 5

    BAB II

    PROFIL UMUM PERUSAHAAN

    2.1 Gambaran Umum Perusahaan Pada 14 April 2013 Konsorsium Siemens memenangkan

    tender pengadaan pembangkit untuk PLTG Muara Tawar di

    Jakarta[1]

    . Konsorsium ini mengalahkan dua pesaingnya, Alstom

    dan Imego-GE dalam pengadaan 6 unit pembangkit berkapasitas

    masing-masing 100-150 megawatt[1]

    . Dalam proyek ini, Siemens

    menawarkan kapasitas pembangkit sebesar 143,083 megawatt per

    unit, dengan harga US$ 288,95 per kilowatt [1]

    . Harga ini lebih

    rendah dari harga yang ditawarkan Alstom sebesar US$ 373,94

    per kilowatt, dengan kapasitas 139,038 megawatt per unit. [1]

    .

    Sementara, Imeco-GE menawarkan harga US$ 377,51 per

    kilowatt, dengan kapasitas pembangkit 112 megawatt per unit[1]

    .

    Siemens menawarkan harga sebesar US$ 248,066 juta atau Rp

    2,213 trilun untuk proyek ini. [1]

    . Sementara, Alstom dan Imeco-

    GE menawarkan harga sebesar US$ 311,950 juta (Rp 2,784

    trilun) dan US$ 253,689 (Rp 2,246 triliun)[1]

    . Enam unit

    pembangkit tersebut berhasil dipasang dan mulai beroperasi pada

    tahun 2005. Siemens Indonesia PG O&M (Power Generation

    Operation & Maintenance) saat ini melakukan proyek operasi dan

    perawatan 6 unit pembangkit Siemens hingga tahun 2015.

    2.2 Visi dan Misi Perusahaan

    Visi dari PT. Siemens Muara Tawar adalah Highest

    performance with the highest ethics.

    Misi dari PT. Siemens Muara Tawar adalah menjadi pelopor

    dalam bidang:

  • 6

    a. Energy eficiency b. Industrial productivity c. Affordable and personalized healthcare d. Intellegent infrastructure solutions

    2.3 Perkembangan Siemens di Indonesia

    Pada tahun 2013 (1 Oktober 2012 - September 30, 2013),

    penjualan Siemens 'untuk pelanggan di Indonesia sebesar EUR

    214 juta, dan pesanan yang baru mencapai EUR 291 juta.

    Siemens saat ini memiliki sekitar 1.880 karyawan di Indonesia.

    Dalam 20 tahun terakhir, Siemens Indonesia telah

    menginvestasikan lebih dari EUR 200 juta dalam ekspansi dan

    modernisasi produksi kapasitas serta dalam pengembangan

    sumber daya manusia. Pada Juni 2013, Siemens memperkenalkan

    perkembangan terbaru turbin uap untuk pembangkit listrik panas

    bumi hingga 120 MW di Jakarta. Perusahaan telah aktif di

    Indonesia sejak 1855. Turbin milik Siemens menghasilkan lebih

    dari 5.000 MW listrik di Indonesia.

    Siemens menawarkan berbagai solusi dan layanan di

    Indonesia, berupa Energi, Kesehatan, Industri, dan Infrastruktur

    & Kota Sektor menempati posisi terkemuka

    2.3.1. Energy Sector Siemens menerima order untuk dua unit turbin uap industri

    SST-900 dari PT Cikarang Listrindo, produsen listrik swasta

    terbesar (IPP) di Indonesia. Turbin, dengan output daya 145 MW

    masing-masing, yang menjadi dipasang di Babelan di wilayah

    Jakarta dan sekitarnya dari Bekasi dan akan menambah lebih dari

    1.000 MW dari kapasitas daya terpasang untuk konsumen

    industri. Di memesan untuk meningkatkan kehandalan listrik di

    Pulau Sumatera, negara di Indonesia utilitas listrik Perusahaan

    Listrik Negara, PT PLN (Persero) bermitra dengan Siemens untuk

  • 7

    membangun 275-kV gardu utama di Padang Sidempuan dan

    Payakumbuh. Perintah itu didasarkan pada pengiriman turnkey

    dan utama gardu akan menghubungkan backbone daya Sumatera

    dari utara ke barat.

    Siemens juga menerima pesanan dari sebuah perusahaan

    perumahan milik negara PT Pembangunan Perumahan untuk

    memasok PT Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan dua

    generator turbin gas industri SGT-800 dan satu turbin uap SST-

    400 Unit. Sebuah konsorsium yang terdiri dari PT Inti Karya

    Persada Tehnik dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. mendapat

    kontrak untuk Siemens untuk memberikan Zimpro sistem

    oksidasi udara basah. Teknologi ini akan menjadi bagian dari PT

    Pertamina. Gundih pabrik pengolahan gas baru EP di Blora, Jawa

    Tengah di Indonesia provinsi. PT Pertamina EP milik anak

    perusahaan hulu perusahaan energi milik negara PT Pertamina

    (Persero).

    2.3.2. Healthcare Sector Siemens Layanan Remote (SRS), sistem diagnostik remote

    untuk maksimum ketersediaan sistem, produktivitas yang lebih

    tinggi dan biaya total kepemilikan yang lebih rendah memiliki

    telah dipasang di lebih dari 100 peralatan di beberapa rumah sakit

    nasional, termasuk rumah sakit Siloam, rumah sakit Ramsey

    Internasional dan Gatot Subroto RSPAD. Siemens menerima

    order dari rumah sakit setempat bereputasi tinggi jaringan Pondok

    Indah Group untuk memasok Siemens atas baris medis

    equipmenst yang terdiri dari dua unit MAGNETOM Skyra, 3-

    Teslamagnetic resonance imaging (MRI) satu unit Somatom

    Definisi Flash, a dual-sumber computed tomography (CT).

  • 8

    2.3.3. Industry Sector Di bidang solusi semen, Siemens merebut perintah untuk

    meng-upgrade pabrik semen PT Indocement Tunggal Prakarsa,

    semen publik produser. Sebagian besar dari proyek ini adalah

    migrasi dari proses sebelumnya proses sistem kontrol pesaing

    Cemat, PCS Simatic 7 berbasis sistem kontrol. Lingkup kerja

    meliputi rekayasa perangkat lunak, menginstal input / output

    modul, kontrol dan teknik stasiun,programmable logic controller

    (PLC) pemrograman, tes sinyal, dan commissioning.

    2.3.4. Infrastructure & Cities Sector 2013 marked the 13th year of cooperation between

    Siemens and the stateowned electronic components maker, PT

    LEN Industri. More than 720 units of Axle Counting Systems and

    800 units of Point Machines from Siemens have been installed at

    the Java and Sumatra railway lines by the local distributor for

    railway signaling products and components.

    2.4 Struktur Organisasi

    Struktur Organisasi PG O&M Siemens Indonesia PG O&M

    Siemens Indonesia dipimpin oleh seorang General Manager yang

    membawahi :

    1. Deputy Plant Manager 2. Secretary 3. QEHS Engineer

    a. Chemist b. Safety Officer

    4. Operation Manager a. Operation Engineers b. Shift Charge Engineers c. Operation Controller d. Operation Technician

    5. Maintenance Manager

  • 9

    Maintenance manager dibantu oleh team assistant

    untuk membawahi 3 Engineers.

    a. I&C Engineer b. Electrical Engineer c. Mechanical Engineer-unit

    6. Administration Manager a. Purchaser b. HR & Accounting c. Team Assistant d. Store Supervisor e. Store Assistant

  • 10

  • 11

    BAB III

    SISTEM PROTEKSI DAN PENENTUAN TINGKAT

    KEAMANAN DENGAN PERHITUNGAN NILAI

    SAFETY INTEGRITY LEVEL (SIL) PADA TURBIN

    OUTLET TEMPERATUR DI PT. SIEMENS

    INDONESIA, PG O&M MUARA TAWAR BEKASI

    Sistem proteksi merupakan sistem yang menjaga proses

    supaya tetap aman ketika keadaan yang berbahaya dan tidak

    diinginkan terdeteksi selain itu sistem proteksi juga berfungsi

    menghasilkan output yang maksimal untuk melindungi turbin gas

    dari kerusakan saat turbin dalam kondisi operasi sehingga

    lifetimenya dapat lebih lama. Turbin outlet temperature memiliki

    dua fungsi, yakni sebagai sistem pengendalian temperatur dan

    sebagai sistem proteksi. Sistem kemanan terpisah dengan sistem

    pengendalian dan tidak bergantung satu sama lainnya, namum

    komponen sistemnya memiliki kesamaan.

    3.1 Turbin Outlet Temperatur

    Turbin outlet temperature merupakan temperature yang

    keluar dari turbin pada exhaust trubin. Dimana turbin outlet

    temperature ini sangat penting untuk mengetahui proses yang

    terjadi pada turbin.

    Pembatasan suhu sebenarnya dilakukan pada turbin inlet

    yang terdapat suhu pengapian turbin. Apabila suhu pengapian

    berlebih, umur hidup komponen pada daerah bagian gas panas

    turbin akan menurun. Untuk itulah suhu di bagian pembakaraan

    ini dirancang agar tidak melebihi dari batas suhu yang ditentukan.

    Pada kenyataannya sangat sulit untuk untuk menghitung

    suhu pengapian turbin secara akurat karena suhu inlet yang terlalu

  • 12

    tinggi menyebabkan masa operasional dari instrumentasi sensor

    pengukur suhu sangat singkat. Selain itu untuk mendapatkan

    sebuah pengukuran yang akurat dari suhu rata-rata pengapian

    sangat sulit di karenakan ada beberapa variasi suhu pada

    pembuangan gas-gas panas dari sistem pembakaran.

    Untuk mengukur suhu pada daerah pembakaran dapat

    dilakukan dengan mengukur suhu pada pembuangan turbin gas,

    hal ini dikarenakan pada exhaust turbin beroperasi pada level

    yang lebih rendah dengan lebih seragam campuran gas panas.

    Menghasilkan lebih baik sampling dari suhu-suhu gas panas,

    selain itu suhu yang tidak terlalu sama baiknya dengan umur

    panjang untuk elemen pengukur suhu. Sistem dasar, karena itu,

    mengukur suhu buang turbin gas dan menghitung suhu rata-rata

    pengapian.

    3.1.1 Corrected turbine exhaust temperature (TATK).

    Berdasarkan teori untuk gas ideal, perhitungan pada

    pembakaran api pada turbin exhaust dapat ditunjukkan oleh

    persamaan dinyatakan berikut :

    3.1

    Dengan :

    TF = Firing Temperatur

    Tx = Exhaust Temperatur

    PCD = Compressor Discharge Pressure (PSIA)

    Px = Barometric Pressure (PSIA)

    K = Expansion Ratio

    Persamaan ini menggambarkan bahwa suhu pengapian turbin

    (firing temperature) TF. adalah hasil dari suhu saluran buang

    turbin (Tx) dikalikan dengan rasio pengembangan pada turbin,

    disajikan kembali oleh Tekanan keluaran Kompresor,

  • 13

    Compressor Discharge Pressure (PCD), dan dibagi dengan

    Tekanan Barometric (Px). Pengembangan rasio, ratio expansion

    diisi dengan suatu konstanta (K), dimana berfungsi sebagai

    sebagai karakteristik gas panas dan efisiensi mesin. PCD akan

    berubah secara signifikan ketika turbin berubah kecepatannya.

    Jarak yang relative kecil pada PCD/Px dihasilkan ketika

    mesin beroperasi pada speed yang ditentukan sebagai suatu

    perubahan kondisi udara masukan kompresor , tepat juga untuk

    perubahan pada suhu sekitarnya atau pada tekanan barometric.

    Karena rasio Pengembangan ini merupakan bagian dari

    perhitungan yang mana mengubah sebuah suhu buang yang

    dihitung kembali pada masukan turbin.

    Berikut ini merupakan rumusan untuk menghitung

    corrected turbine exhaust temperature pada SIMENS

    MUARATAWAR BEKASI (TATK).

    Gambar 3.1 Perhitungan Outlet Turbin Calculation

    Dari rumusan diatas dapat bahwa sinyal yang keluar

    dipengaruhi oleh nilai turbin outlet temperature, dan di pengaruhi

    oleh masukan suhu pada kompresor dan kecepatan dari putaran

  • 14

    turbin itu sendiri. Temperatur pembakaran dapat ditentukan

    melalui hubungan termodinamika sebagai fungsi exhaust

    temperatur dan rasio tekanan kerja turbin, terakhir ditentukan

    dari pengukuran tekanan keluaran compressor.

    3.1.2 Sensor suhu

    Sensor yang dipasang pada combustion chamber. dapat

    menggunakan Thermocouple atau Pt 100. Berikut merupakan

    keuntungan dan kerugian penggunaan kedua sensor tersebut.

    a. Thermocouple

    merupakan sebuah sensor suhu. Dimana jangkauan suhu

    yang cukup luas dengan batasan kesalahan pengukuran kurang

    dari 1 C. sistem dari temokople ini terdiri dari dua jenis kawat

    logam konduktor yang digabung pada ujungnya sebagai ujung

    pengukuran. Konduktor ini kemudian akan mengalami gradiasi

    suhu dan dari perbedaaan suhu antara ujung Thermocouple /

    ujung pengukuran dengan ujung kedua kawat logam konduktor

    yang terpisah akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini bisanya

    disebut sebagai termoelektrik. Paduan dari logam (metal alloy)

    yang menghasilka tegangan yang berpadu lurus dengan perbedaan

    antara kedua pasangan konduktor. Adapun jenis dari

    Thermocouple antara lain :

    a. Tipe K (Chormel (Ni-Cr alloy)/Alumel (Ni-Al alloy) yang

    bisasa digunakan untuk mengukur rentang suhu antara -200

    C hingga +1200 C

    b. Tipe E (Chromel/constan (Cu-Ni alloy). Tipe E memiliki

    output yang besar (68 uV/ C) membuatnya cocok

    digunakan pada temperature rendah. Property yang lain

    yaitu nano magnetik

    c. Tipe J (iron/constanta ), hanya digunakan untuk mengukur

    rentang suhu -40 C sampai +750 C sehingga jarang

  • 15

    digunakan disbanding tipe K. tipe J memiliki sensitivitas

    sekitar 52 uV/ C

    d. Tipe N (nicrosil (Ni-Cr-Si alloy)/Nisil (Ni-Si alloy), tipe ini

    sangat stabil dan tahan terhadap oksidasi tinggi membuat

    tipe N cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa

    platinum. Tipe ini dapat mengatur suhu diatas 1200C.

    sensitivitas sekitar 39uV/C, pada 900 C Sedikit dibawah

    tipe K. tipe N merupakan perbaikan dari tipe K.

    e. Tipe T (cooper/constan), cocok untuk pengukuran antara -

    200 C hingga 350 C. tipe T memiliki sensivitas 43 uV/ C

    f. Thermocouple tipe B,R dan S adalah Thermocouple logam

    mulia yang memiliki karakteristik hampir sama. Mereka

    adalah Thermocouple yang sangat stabil, tetapi karena

    sensivitasnya sangat rendah (sekitar 10 uV/ C) mereka

    biasanya digunakan hanya untuk mengukur temperature

    yang sangat tinggi >300 C

    g. Thermocouple tipe B (Platinum-rhodium/Pt-Rh) cocok

    untuk mengukur suhu diatas 1800 C/ tipe B ini

    memberikan output yang sama pada suhu 0 C hingga 42

    C sehignga tidak dapat dipakai di bawah suhu 500 C

    h. Thermocouple tipe R (Platinum dengan 7% Rhodium)

    cocok untuk mengukur suhu diatas 1600 C sensitivitasnya

    rendah yaitu sekitar 10 uV/ C dan harganya yang sangat

    mahal membuatThermocouple tipe ini jarang digunakan

    untuk tujuan umum.

    i. Tipe S (Platimnum dengan 10 % rodhium ) tipe ini sama

    halnya dengan tipe R. Thermocouple paling cocok untuk

    pengukuran suhu yang sangat tinggi 1800 K kurang cocok

    untuk suhu rentang rendah.

  • 16

    b. PT 100

    PT 100 merupakan sensor suhu yang tergolong kedalam

    RTD (resistive Temperatur detector) dengan koefisien suhu

    positive. Hal ini berarti resistansinya naik seiring dengan naiknya

    suhu. PT 100 biasanya terbuat dari platinum. Oleh karenanya

    namanya diawali dengan PT. Disebut PT100 karena sensor ini

    dikalibrasi pada suhu 0C pada nilai resistansi 100 ohm.

    Menurut keakurasiannya, terdapat dua jenis PT100, yakni

    Class-A dan Class-B. PT100 Class-Amemiliki akurasi 0,06

    ohm dan PT100 Class-B memiliki akurasi 0,12 ohm.

    Keakurasian ini menurun seiring dengan naiknya suhu. Akurasi

    PT100 Class-A bisa menurun hingga 0,43 ohm (1,45C) pada

    suhu 600C, dan PT100 Class-B bisa menurun hingga 1,06 ohm

    (3,3C) pada suhu 600C.

    PT100 tipe DIN (Standard Eropa) memiliki resolusi 0,385

    ohm per 1C. Jadi resistansinya akan naik sebesar 0,385 ohm

    untuk setiap kenaikan suhu 1C. Untuk mengukur suhu secara

    elektronik menggunakan sensor suhu PT100, maka kita

    harus mengeksitasinya dengan arus yang tidak boleh melebihi

    nilai 1mA. Hal ini karena jika dialiri arus melebihi 1 mA, maka

    akan timbul efek self-heating. Jadi, seperti layaknya komponen

    resistor, maka kelebihan arus akan diubah menjadi panas.

    Akibatnya hasil pengukuran menjadi tidak sesuai lagi

    Gambar 3.2 Sensor suhu PT100

  • 17

    Pada pengukuran temperature turbin outlet sesor yang

    digunakan oleh SIEMENS di pembangit gas turbin Muara Tawar

    GT 31 adalah temokople tipe K. karena selain murah, renatang

    pengukuran yang sangat lebar berkisar diantara -200 C hingga

    +1200 C. sedangkan turbin outlet temperature yang biasa terukur

    berada pada rentang 500 C-700 C. Dipasang 6 Sensor

    termocople yang melingkar pada exhaust turbin. ke 6 termocople

    itu adalah :

    a. MBA22CT102B

    b. MBA22CT103B

    c. MBA22CT104B

    d. MBA22CT106B

    e. MBA22CT107B

    f. MBA22CT108B

    Berikut merupakan letak dari ke 6 sensor termocople yang

    dipasang :

    Gambar 3.3 Turbine Outlet Configuration

  • 18

    Gambar 3.4 Turbine Outlet Configuration

    Sensor dipasang tampak seperti pada gambar diatas.

    Berdasarkan data dari TELEPERMXP Sensor Conditioning

    Module for Thermocouples AS620 Automation System FUM532

    6DP15 sensor meiliki rentang pengukuran 0C sampai 1100 C,

    beda teganga yang diberikan untuk setiap perubahan 1C berksar

    40V dan cold junction 0C, 50C atau 70C. sinyal

    thermocouple juga akan digunakan sebuah low pass filter untuk

    mengurangi nois yang terjadi akibat pengaruh dari suhu udara

    cutoff frequency (-3dB) dengan 1.9 Hz 0.3 Hz. sinyal ini akan

    masuk kedalam multiplekser, sinyal yang keluar akan masuk

    kedalam ADC (analog digital converter) dengan resolusi 12 bit.

    3.1.3 Logic solver (PLC S5)

    PLC digunakan sebgai perangkat untuk mengontrol atau

    mengendalikan di dalam proses di industry sesuai yang kita

    inginkan. Dalam sistem proteksi turbin outlet temperature di

    pembangkit SIEMENS gas turbin muara tawar bekasi

    menggunakan logic solver PLC S5.

  • 19

    Gamabar 3.5 PLC S5

    3.1.4 ESD (Emergency Shutdown)

    Emergency Shutdown merupakan sistem proteksi yang ada

    pada gas turbin dimana dia akan aktif pada saat turbin merasa

    tidak aman antara salah satunya disebabkan oleh turbin outlet

    temperature. Saat terjadi kelebihan suhu pada ruang pembakaran,

    valve akan menutup menutup bahan bakar dan menghentikan

    proses pada turbin

    3.1.5 logika Protection turbin outlet temperatur

    Adapun sistem proteksi dari turbin outlet temperature

    adalah menggunakan sistem too of three Dimana 6 termokomple

    ini dibagi menjadi dua grup yakni MBA22CT102B,

    MBA22CT103B MBA22CT104B dan MBA22CT106B

    MBA22CT107B MBA22CT108B. sistem proteksi ini dapat

    memberikan sinyal alaram dan juga dapat menyebabkan turbin

    trip secara langsung. Berikut merupakan konfigurasi dari sinyal

    masukan ke enam thermocouple.

  • 20

    Gambar 3.6 31MBA22CT102B (D001)

    Gambar3.7 31MBA22CT102B (D002)

  • 21

    Gambar 3.8 31MBA22CT106B (D001)

    Gambar 3.9 31MBA22CT106B (D002)

    Gambar di atas menunjukan sinyal yang keluar dari ke enam

    sinyal Thermocouple. Gambar 3.6 dan gambar 3.7 mewakili

    sinyal MBA22CT103B dan MBA22CT104B gambar 3.8 dan 3,9

    mewakili sinyal MBA22CT107B dan MBA22CT108B. pada

  • 22

    gambar 3.6 dan gambar 3.8 menyatakan sinyal yang keluar,

    dimana sinyal yang keluar ini memiliki satuan farenhet.

    Kemudian sinyal itu masuk ke Corrected turbine exhaust

    temperature (TATK) terlihat pada gambar 3.7 dan 3.9

    Pada sinyal ini di peroleh sinyal high atau too high sesuai

    dengan parameter yang telah ditentukan sebelumnya. sinyal inilah

    yang dapat menyebabkan muncunya alaram atau memberikan

    perintah agar turbin trip

    a. Logika Terjadinya Emergency Shutdown.

    Apa bila sinyal yang dihasilkan berupa sinyal too high

    maka sinyal itu dapat menyebabkan trip pada turbin. Sinyal dari

    MBA22CT102B D001, MBA22CT103B D001dan

    MBA22CT104B D001 akan dikirimkan kedalam

    31MYB01EZ100 dan sinyal dari MBA22CT102B D002 ,

    MBA22CT103B D002 dan MBA22CT104B D002 akan

    dikirimkan kepada 31MYB01EZ141

    Sinyal MBA22CT106B D001, MBA22CT107B D001 dan

    MBA22CT108B D001 akan dikirimkan ke 31MYB01EZ100 dan

    sinyal MBA22CT106B D002, MBA22CT107B D002 dan

    MBA22CT108B D002 akan dikirimkan ke 31MYB01EZ142

    sinyal-sinyal inilah yang menebabkan turbin trip.

  • 23

    Gambar 3.10 31MYB01EZ141 (S001)

    Sinyal yang masuk kedalam 31MYB01EZ141 (S001) akan

    memenuhi logika seperti pada gambar 3.8 dimana sinyal diatas

    akan dieruskan kedalam sinyal MYB01EZ002. Adapun logic dari

    gambar 3.8 adalah sebgai berikut

    a. Temperature turbin outlet 1 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 2 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 2 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    b. Temperature turbin outlet 2 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 3 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    c. Temperature turbin outlet 3 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 1 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 2 channel fault]

  • 24

    Gambar 3.11 31MYB01EZ142 (S001)

    Sinyal yang masuk kedalam 31MYB01EZ142 (S001) akan

    memenuhi logika seperti pada gambar diatas dimana sinyal diatas

    akan dieruskan kedalam sinyal MYB01EZ002 jika memenuhi

    logika berikut :

    a. Temperature turbin outlet 4 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 5 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 5 can channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    b. Temperature turbin outlet 5 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 6 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    c. Temperature turbin outlet 6 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 4 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 5 channel fault].

  • 25

    Sinyal dari 31MYB01EZ141 (S001) dan 31MYB01EZ142

    (S001) akan dikiraimkan kedalam sinyal MYB01EZ002 yang

    tampak pada gambar 3.12

    Gambar 3.12 31 MYB01EZ002

    Dapat dilihat pada gambar 3.12 jika salah satu sinyal atau

    kedua sinyal 31MYB01EZ141 (S001) dan 31MYB01EZ142

    (S001) fault maka sinyal ini akan dikirimkan ke dalam

    31MYB01EZ001

  • 26

    Gambar 3.13 31MYB01EZ001

    Dari sinyal ini akan dikirimkan kedalam sinyal

    31MYB01EC001 L006. Dari sinyal ini menujukkan bahwa akan

    terjadi trip atau emergency shutdown.

    Gambar 3.14 31MYB01EC001 (L006)

  • 27

    Pada gambar 3.6 dan 3.8 maka Sinyal yang dikirimkan

    kedalam 31MYB01EZ100 akan dikirimkan ke 31MYB01EC001

    (L003 dan L004).

    Gambar 3.15 31MYB01EZ100

    Berdasarkan gambar diatas dapat kita lihat bahwa turbin

    akan mengalami trip jika :

    a. Temperature turbin outlet semua (6) outlet turbin

    channel fault

    b. Temperature turbin outlet 1 dan 2 dan 3 channel fault

    c. Temperature turbin outlet 4 dan 5 dan 6 channel fault

    Sinyal ini nantinya akan dikirimkan kedalam sinyal

    31MYB01EC001 (L003 dan L004) yang akan menyebabkan

    turbin trip.

  • 28

    Gambar 3.16 31MYB01EC001 (L003)

    Gambar3.17 31MYB01EC001 (L004)

  • 29

    Berdasarkan gamabar sinyal diatas kita dapat mengetahui

    bahwa yang menyebabkan trubin trip jika memenuhi kondisi

    berikut :

    a. Temperature turbin outlet 1 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 2 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 2 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    b. Temperature turbin outlet 2 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 3 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    c. Temperature turbin outlet 3 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 1 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 2 channel fault]

    d. Temperature turbin outlet 4 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 5 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 5 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    e. Temperature turbin outlet 5 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 6 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    f. Temperature turbin outlet 6 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 4 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 5 channel fault].

    g. Temperature turbin outlet semua (6) outlet turbin

    channel fault

    h. Temperature turbin outlet 1 dan 2 dan 3 channel fault

    i. Temperature turbin outlet 4 dan 5 dan 6 channel fault

  • 30

    b. Logika Turbin Alaram

    Jika sinyal yang muncul pada gambar 3.5 dan 3.6 berupa

    sinyal high maka akan diteruskan kedalam sinyal

    31MYB01EZ141 (S002) dan 31MYB01EZ142 (S002)

    Gambar 3.18 31MYB01EZ141 (S002)

    Gambar 3.19 31MYB01EZ142 (S002)

  • 31

    Dan akan muncul alaram jika kondisi di bawah ini terpenuhi :

    a. Temperature turbin outlet 1 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 2 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 2 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    b. Temperature turbin outlet 2 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 3 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    c. Temperature turbin outlet 3 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 1 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 2 channel fault]

    d. Temperature turbin outlet 4 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 5 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 5 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    e. Temperature turbin outlet 5 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 6 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    f. Temperature turbin outlet 6 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 4 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 5 channel fault].

    3.2 Penentuan Nilai Safety Integrity Level (SIL) Turbin

    Outlet Temperature

    Pada dasarnya setiap industri memiliki standar sistem

    proteksi yang berbeda beda. Standar ini merupakan hal yang

    sangat penting karena menyangkut kehandalan dari suatu system

  • 32

    instrumentasi. Standar sistem proteksi tidak hanya meliputi

    teknologi yang digunakan, tingkat redundansi, kalibrasi ataupun

    logika sistem. Salah satu metode yang digunakan untuk

    menentukan performansi sistem tersebut adalah safety integraty

    level(SIL). Dalam kasus ini kita ingin melihat berapa nilai SIL

    yang diperoleh dalam sistem proteksi turbin outlet temperature.

    3.2.1 Safety Instrument System (SIS)

    Sebuah Safety Instrumented System (SIS) adalah bentuk

    control proses yang biasanya diterapkan dalam proses industri,

    baik sebuah pabrik atau kilang minyak. SIS melakukan fungsi

    tertentu untuk mencapai atau mempertahankan keadaan proses

    yang aman dimana proses Unacceptable atau terdeteksi kondisi

    yang berbahaya. SIS terpisah dan tidak terkait dengan sistem

    kontrol, tetapi terdiri dari unsur-unsur yang sama, yaitu Sensor,

    Logic Solver, dan Actuator serta sistem pendukung lainnya.

    Fungsi khusus yaitu Safety Instrumented Function (SIF)

    yang dilaksanakan sebagai bagian dari strategi pengurangan

    resiko yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadi

    peristiwa yang berbahaya. Kondisi yang aman adalah sebuah

    kondisi dari proses operasi di mana peristiwa berbahaya tidak

    dapat terjadi. Kondisi yang aman harus dicapai dalam waktu satu-

    setengah dari total waktu keselamatan proses. Kebanyakan SIF

    terfokus pada pencegahan insiden/bencana.

    SIS akan dapat beroperasi dengan baik apabila peralatan-

    peralatan yang terpasang berfungsi dengan baik. Dalam sistem

    tersebut, pasti terpasang sensor yang mampu mendeteksi kondisi

    operasi yang abnormal, seperti aliran tinggi, aliran rendah, atau

    nilai bukaan valve yang salah. Sebuah Logic Solver diperlukan

    untuk menerima sinyal dari sensor, kemudian membuat keputusan

    yang tepat berdasarkan sifat sinyal, dan mengubah output sesuai

  • 33

    dengan yang ditetapkan.. Logic Solver dapat berupa peralatan

    listrik, elektronik atau peralatan elektronik terprogram, seperti

    relay, trip amplifier atau programmable logic

    controller.Selanjutnya, keluaran dari logic solver menjadi

    masukan dari final control element yang akan mengambil

    tindakan pada proses (misalnya menutup vlave) untuk

    membawanya ke kondisi yang aman. Sistem pendukung, seperti

    power, instrument air, dan komunikasi, pada umumnya

    diperlukan untuk mendukung operasi SIS. Sistem dukungan harus

    dirancang untuk menyediakan kesatuan dan reliability.

    Standar internasional IEC 61511 diterbitkan pada tahun 2003

    untuk memberikan petunjuk kepada pengguna untuk penerapan

    SIS dalam proses industri. Standar ini didasarkan pada IEC

    61508, standar umum untuk desain, konstruksi, dan

    pengoperasian listrik / elektronik / sistem elektronik yang

    terprogram. Sektor industri lain mungkin juga punya standar yang

    didasarkan pada IEC 61508, seperti IEC 62061 (sistem mesin),

    IEC 62425 (untuk sistem sinyal kereta api), IEC 61513 (untuk

    sistem nuklir), dan ISO 26262 (untuk jalan kendaraan, saat ini

    draf standar internasional).

    Apa yang harus dilakukan SIS (persyaratan fungsional)

    dan seberapa baik harus beroperasi (integritas persyaratan

    keselamatan) dapat ditentukan dari Hazard and Operability

    Studies (HAZOP), Layers of Protection Analysis (LOPA), grafik

    risiko, dan seterusnya. Semua tekniknya telah tertulis dalam IEC

    61511 dan 61508. Selama desain, konstruksi, instalasi, dan

    operasi, perlu untuk memverifikasi bahwa persyaratan tersebut

    terpenuhi. Persyaratan fungsional dapat diverifikasi dengan

    meninjau desain, seperti failure modes, effects, and criticality

    analysis (FMECA) dan berbagai jenis pengujian, misalnya factory

  • 34

    acceptance testing, site acceptance testing, dan pengujian

    fungsional biasa.

    Persyaratan keselamatan keseluruhan dapat diverifikasi

    dengan cara analisis reliability. Untuk SIS yang beroperasi on

    demand, Probability of Failure on Demand (PFD) yang sering

    dihitung. Pada tahap desain, PFD dapat dihitung menggunakan

    data reliability generik, misalnya dari OREDA. Untuk

    selanjutnya, PFD perkiraan awal akan diperbarui dengan

    pengalaman lapangan dari plant tertentu yang bersangkutan.

    3.2.2 Safety Integrity Level (SIL)

    Safety Integrity Level (SIL) adalah tingkatan range

    keamanan dari suatu equipment berbasis instrument (Safety

    Instrumented System - SIS) [Mefredi_csfe, 2007], atau nilai ukur

    dari performansi suatu peralatan-peralatan yang mengkonfigurasi

    safety instrumented system (SIS) seperti sensor, logic solver, dan

    final element. SIL merepresentasikan besarnya probabilitas of

    failure on Demand (PFD) atau probabilitas kegagalan dari

    komponen safety instrumented system (SIS) ketika ada

    permintaan [ISA 84.01, 2007]. Yang dimaksud dengan

    permintaan disini adalah permintaan proses kepada SIS ketika

    terdapat suatu bahaya seperti overtemperature, overspeed,

    overvibration, loss of flame yang mengijinkan agar proses di

    amankan dengan cara men-trip-kan keseluruhan proses. dimana

    menurut standar IEC 61508/61511 atau ISA 84, terdapat 4

    tingkatan SIL yaitu tampak pada table di bawah ini

  • 35

    Tabel 1.1 Safety Integrity Level [Wright, Ph.D.,Raymond, 1999]

    SIL 1 menunjukkan level keamanan rendah (High risk)

    atau kemungkinan terjadinya failure semakin besar. sedangkan

    SIL 4 menunjukkan level keamanan tinggi (Low risk) atau

    kemungkinan terjadinya failure semakin kecil. SIS terdiri dari

    sekumpulan Safety Integrity Function (SIF). Berikut ini

    komponen-komponen SIF antara lain sensor, logic solver, dan

    final element.

    Gambar 0.20 Safety Instrumented Function [Wright,

    Ph.D.,Raymond, 1999]

  • 36

    3.2.3 Laju Kegagalan

    Laju kegagalan () adalah banyaknya kegagalan per satuan

    waktu. Laju kegagalan dapat dinyatakan sebagai perbandingan

    antara banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu

    tertentu dengan total waktu operasi komponen atau sistem. [2]

    Laju kegagalan dari suatu komponen atau sistem dapat di plot

    pada suatu kurva dengan variabel random waktu sebagai absis

    dan laju kegagalan dari komponen atau sistem sebagai ordinat.

    Kurva laju kegagalan klasik yang sering dipakai untuk

    menjelaskan perilaku dari komponen atau sistem adalah kurva

    bak mandi (bath-up curve). Laju kegagalan terhadap waktu dapat

    dinyatakan dalam persamaan

    (t) =

    ...(3.2)

    Laju kegagalan dalam beberapa kasus dapat ditunjukkan

    sebagai penambahan atau Increasing Failure rate (IFR), sebagai

    penurunan atau Decreasing Failure rate (DFR), dan sebagai

    konstan atau Constant Failure rate (CFR), pada saat fungsi laju

    kegagalan (t) adalah fungsi penambahan, penurunan atau

    konstan. Konsep laju kegagalan dilatarbelakangi oleh banyak

    komponen atau sistem rekayasa yang ternyata menunjukkan

    perilaku (t) mengikuti kurva bak mandi (bathtub curve) seperti

    gambar 2.2. Berdasarkan gambar 2.2, sebuah sistem akan bekerja

    dengan sejarah hidup yang terbagi dalam tiga masa yaitu:

    a. Masa Awal (Burn-in)

    Masa awal dari suatu sistem atau komponen, ditandai dengan

    tingginya kegagalan pada fase awal dan berangsur-angsur turun

    seiring bertambahnya waktu.

  • 37

    Gambar 0.21 Kurva Bathtub (Priyanta, 2000)

    b. Masa Berguna (Useful Life)

    Masa berguna dari suatu system atau komponen, ditandai

    dengan laju kegagalan yang konstan dari komponen atau sistem.

    c. Masa Aus (Wearout)

    ditandai dengan naiknya laju kegagalan dari komponen atau

    sistem seiring dengan bertambahnya waktu.

    3.2.4 Probability Failure Demand (PFD)

    menjelaskan PFD Pendekatan ketidakhandalan adalah

    sebuah fungsi ketidakhandalan dihitung sebagai sebagai fungsi

    dari interval waktu untuk waktu tempuh tertentu, biasanya setara

    dengan interval proof test pada peralatan industri. Kemudian

    fungsi tersebut dirata-ratakan selama jangka waktu tempuh

    tertentu.

    Model ini digunakan pada sistem yang berubungan dengan

    keamanan, dengan asumsi bahwa sistem secara periodik

    diinspeksi dan dites. Seringkali diasumsikan bahwa tes periodik

    akan mendeteksi semua komponen yang rusak, dan sistem akan

    kembali pada kondisi sempurna. Oleh karena itu fungsi

    ketidakhandalan sangat cocok untuk masalah tersebut. Dengan

    alasan lebih lanjut bahwa sistem mungkin saja gagal setelah

  • 38

    dilakukan inspeksi, sebelum dilakukan inspeksi, atau pada saat

    dilakukan inspeksi. Maka dari itu, PFDavg adalah nilai rata-rata

    fungsi ketidakhandalan untuk periode waktu inspeksi.

    Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam

    perhitungan PFD berdasarkan ISA-TR84.00.02-2002 untuk

    berbagai konfigurasi (arsitektur) :

    1. 1oo1

    3.3

    2. 1oo2

    ..3.4

    3. 1003

    3.5

    4. 2002

    ..3.6

    5. 2003

    ...3.7

    6. 2004

    ...3.8

    3.2.5 Analisa Nilai SIL

    Pada sistme turbin outlet temperature tidak pernah terjadi

    tidak terjadi kerusakan pada komponen komponen lainnya

    sehingga data failure rate didapat dari OREDA (Offshore

  • 39

    Reliability Data) dan data maintenance yang ada. Berikut

    perhitungan nilai PFD dari masing masing komponen :

    1. Sensor suhu thermocople (2oo3)

    = 6.09x10-6

    2. Logic solver (PLC)

    =

    3. ESV (emergency shutdown valve)

    = 9.58x10-6

    Dari PFD masing-masing instrumen tersebut, maka

    dapat didapatkan PFDt total dimana pada satu loop SIS ini

    terdiri dari dua buah grup termocople serta satu buah logic

    solver dan ESV. PFD totalnya adalah

    Table 3.1 Daftar Tingkat SIL dari komponen komponen

    Instrument (hours) PFD SIL

    thermocople 760 6.09x10-6 SIL 2

    Logic solver (PLC)

    760 SIL 2

    ESDV 760 9.58x10-6 SIL 1

    PFDt = (2x

    Berdasarkan perhitungan tersebut, diadapatkan bahwa

    sistem proteksi turbin outlet temperature merupakan SIL 1. Untuk

  • 40

    meningkatkan nilai SIL ini dapat dilakukan dengan cara

    mengecilkan nilai failue rate terutama pada ESV. Seerti yang kita

    tau Dari persamaan PFD di atas dapat diketahui bahwa PFD

    dipengaruhi oleh laju kegagalan peralatan dan test interval,

    artinya semakin besar laju kegagalan suatu peralatan maka

    kemungkinan terjadinya failure akan semakin besar dan tingkat

    penurunan resikonya akan semakin kecil. Begitu juga dengan

    semakin sering suatu peralatan dilakukan test maka kemungkinan

    terjadinya failure akan semakin kecil dan tingkat penurunan

    resikonya semakin besar.

  • 41

    BAB IV

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Setelah dilakukan pengambilan data, perhitungan, serta

    analisis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

    1. Sistem proteksi pada turbin outlet temperatur berkerja untuk melindungi blade turbin supaya terhindar dari korosi dan

    overheated yang disebabkan karena tingginya suhu pada

    pembakaran. Turbin akan trip jika memenuhi logic di bawah

    ini :

    a. Temperature turbin outlet 1 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 2 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 2 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    b. Temperature turbin outlet 2 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 3 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    c. Temperature turbin outlet 3 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 1 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 2 channel fault]

    d. Temperature turbin outlet 4 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 5 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 5 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    e. Temperature turbin outlet 5 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 6 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

  • 42

    f. Temperature turbin outlet 6 (too high + tidak channel

    fault) dan [temperature turbin outlet 4 (too high + tidak

    channel fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 5 channel fault].

    g. Temperature turbin outlet semua (6) outlet turbin

    channel fault

    h. Temperature turbin outlet 1 dan 2 dan 3 channel fault

    i. Temperature turbin outlet 4 dan 5 dan 6 channel fault

    Dan akan muncul alaram jika memenuhi logic di bawah

    ini

    a. Temperature turbin outlet 1 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 2 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 2 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    b. Temperature turbin outlet 2 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 3 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 3 channel fault]

    c. Temperature turbin outlet 3 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 1 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 1 channel

    fault/temperature turbin outlet 2 channel fault]

    d. Temperature turbin outlet 4 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 5 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 5 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

    e. Temperature turbin outlet 5 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 6 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 6 channel fault]

  • 43

    f. Temperature turbin outlet 6 (high + tidak channel fault)

    dan [temperature turbin outlet 4 (high + tidak channel

    fault)/temperature turbin outlet 4 channel

    fault/temperature turbin outlet 5 channel fault].

    2. Didapatkan nilai SIL dari system yaitu berada pada tingkat SIL 1 dengan termokople SIL 2, logic solver SIL 2 dan

    ESDV SIL 1

    5.2 Saran Saran yang dapat diberikan setelah melakukan kegiatan

    analisis yaitu Perlu dipertimbangkan untuk melakukan jadwal

    preventive maintenance secara berkala dan dalam jangka waktu

    yang lebih intensif untuk komponen termokople, logic solver dan

    ESDV untuk meningkatkan nilai SIL

  • 44

    Halaman ini sengaja dikosongkan.

  • 45

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] http://www.tempo.co/read/news/2003/04/14/05610193/Siemens-Menangkan-Tender-PLTG-Muara-Tawar

    Diakses 13 Februari 2014 pukul 11.17 WIB

    [2] http://www.energy.siemens.com/hq/en/automation/power-generation/sppa-

    t3000.htm#content=Embedded%20Component%20Services

    Diakses 13 Februari 2014 pukul 11.47 WIB

    [3] Kinaka, Silvia Dwi. 2009. Upgrading Scada / HMI Cemat V4.1 To PCS 7 Scada Wincc Cemat V7.1 For Cooler Plant

    And Cement Mill Plant At Project Semen Baturaja.

    JurusanTeknikFisika, InstitutTeknologiSepuluhNopember.

    Surabaya.

    [4] Priyanta, D. (2000). keandalan dan perawatan. Surabaya: ITS.

    [5] Nisa, Tica Choirun. (2012). Penentuan Tingkat Keamanan dengan Perhitungan Nilai Safety Iintegrity Level (SIL) pada

    fillling shed premium 3 di TBBM Pertamina Manggis.

    Jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

  • 46

    Halaman ini sengaja dikosongkan.