21
LAPORAN KASUS BEDAH UMUM KEPANITERAAN KLINIK RSUD KOTA SEMARANG Pembimbing : dr. Radian Tunjung Baroto, Msi. Med., SpB Disusun oleh Adhitia Mahardika 406138097 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 1

Adhitia Mahardika - Laporan Kasus - Hernia Scrotalis Dekstra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jbjbhbjnknb

Citation preview

LAPORAN KASUS BEDAH UMUMKEPANITERAAN KLINIK RSUD KOTA SEMARANG

Pembimbing :dr. Radian Tunjung Baroto, Msi. Med., SpB

Disusun olehAdhitia Mahardika406138097

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TARUMANAGARAJAKARTA

LEMBAR PENGESAHANDiajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagianIlmuBedah RSUD Kota Semarang.Nama :Adhitia MahardikaNIM : 406138097Fakultas: Kedokteran UmumTingkat: Universitas Tarumanagara JakartaBidang Pendidikan: Ilmu Bedah UmumJudul: Laporan Kasus Pasien dengan Hernia Srotalis Dekstra ReponiblePembimbing: dr. Radian Tunjung Baroto, Msi. Med., SpB

Telah Diperiksa dan Disahkan Tanggal Mengetahui :

Pembimbing

dr. Radian Tunjung Baroto, Msi. Med., SpB

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. SUmur: 48 tahunJenis Kelamin: Laki-LakiPekerjaan: Kuli angkat barangPendidikan: SMAAgama: IslamStatus: MenikahAlamat: Prigi I - MranggenRuangan: PrabuKresnaNomor CM: 302622TanggalMasuk : Senin, 27Oktober 2014

II. SUBJEKTIF Anamnesa: Autoanamnesa, tanggal 27oktober 2014, pukul14.00 WIB di ruang 2.3 Prabu Kresna

KeluhanUtama:Adanya benjolan di lipat paha kanan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG keluhan adanya benjolan pada lipat paha kanannya. Pasien mengatakan benjolan tersebut dirasakan sudah 1 tahun terakhir. Benjolan terasa nyeri jika berjalan atau tertekan celana dalam. Awalnya benjolan dirasakan kecil, lama-kelamaan benjolan semakin besar. Pasien mengatakan benjolan hilang timbul. Timbul benjolan ketika pasien mengejan saat BAB, bersin, batuk, mengangkat beban berat, dan dalam posisi berdiri. Benjolan dirasakan menghilang jika pasien dalam posisi berbaring dan benjolan dapat di dorong masuk dengan tangan. Pada benjolan tidak dirasakan nyeri. Pasien tidak ada keluhan demam, tidak ada mual maupun muntah, tidak ada keluhan sesak napas, tidak ada keluhan batuk, tidak ada keluhan sulit BAB dan BAK. Nafsu makan pasien baik, tidak ada keluhan penurunan berat badan 1 bulan terakhir. Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit serupa 3,5 tahun yang lalu di bagian lipat paha kiri, tetapi pasien sudah dilakukan operasi pada benjolan dilipat paha kiri tersebut..

a) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat Kencing Manis: disangkal Riwayat Maag : disangkal Riwayat Alergi: disangkal Riwayat Asma: disangkal RiwayatBatukkronik: disangkal Riwayat Serangan Jantung: disangkal Riwayat Hipertensi: disangkal Riwayat Operasi: Ada, operasi Herniorafi 3,5 tahun yang lalu Riwayat Konstipasi: disangkal Riwayat Tumor: disangkal Riwayat Trauma abdomen: disangkal Riwayat Penyakit serupa: Ada, Hernia scrotalis sinistra 3,5 tahun yang lalu

b) RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Riwayat Kencing Manis: disangkal Riwayat Alergi: disangkal Riwayat Asma: disangkal Riwayat Serangan Jantung: disangkal Riwayat Hipertensi: disangkal Riwayat Tumor: disangkal Riwayat penyakit serupa: disangkal

c) RIWAYAT KEBIASAAN Frekuensi makan 3-4 x sehari, pasien sering makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasien jarang makan makanan berlemak. Pasien tidak pernah merokok, tidak pernah minum alkohol.

d) RIWAYAT PENGOBATAN Pasien belum pernah berobat sebelumnya

e) RIWAYAT SOSIAL EKONOMI : Pasien menggunakan BPJS

III. OBJEKTIF1. Status Generalis Keadaan Umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis, GCS: 15 ,E4V5M6 Tekanan Darah: 110/80 mmHg Nadi: 92x/menit RR: 18x/menit Suhu: 36,6o C TB:164cm BB: 59 kg IMT: 21,93 NORMAL (IMT Asia Pasifik) Kepala: Mesocephal, simetris Rambut: Warna hitam, persebaran merata, dan tidak mudah dicabut Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor , diameter 3 mm Hidung: Simetris, sekret -/-, deviasi septum (-), nafascuping hidung (-) Telinga : Normotia, sekret -/- Leher:Trakea letak di tengah, Deviasi trachea (-), pembesaran KGB (-)

Paru Inspeksi: simetris statis dinamis, retraksi ICS (-) Palpasi: stem fremitus lapang paru kanan dan kiri sama kuat Perkusi: sonor pada lapang paru kiri dan kanan Auskultasi:suara paru kanan dan kiri vesikuler, rhonki (-/-) dan wheezing(-/-)

Jantung Inspeksi:tidakterlihatiktus kordispada ICS V midclavicula line sinistra. Palpasi:iktus kordis teraba 1 jari padaICS V MidClavicula line Sinistra tidak kuat angkat. Perkusi: Batas atas ICS II Parasternal Line Sinistra Batas bawah kiri ICS V MCL Sinistra Batas bawah kanan ICS IV Sternal Line Dekstra Auskultasi: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi: cembung, konturtampaksimetris , herniaumbilikalis (-), inflamasiumbilicalis (-), erosi (-), ekskoriasi (-), ulkus (-),striae (-) , skar (-), caput medusa (-), vena collateral (-), hematom (-), spider nevi (-), gerakan peristaltic tidak tampak, pulsasi di epigastrium tidak tampak, darmcountour(-), tampak sikatrik berbentuk garis transversal di region hipogastrik Auskultasi: Bising Usus (+) 15 x/ menit, peristaltik normal, friction rub(-) Perkusi: Timpani, shifting dullness (-), castle sign (-), tes undulasi (-), nyeri ketok costo vertebra Palpasi: Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muscular (-), ballotement ginjal (-), Hepar dan Limpa tidak teraba, ukuran sikatrik 8 X 0,5 cm

Ekstremitas: Akral Edema--Akral dingin------CRT < 2detik

Status Lokalis :Pasien dalam posisi berdiriRegio HipogastricaInspeksi: Tampak benjolan berbentuk lonjong , sewarna kulit sekitar, hiperemis(-), erosi (-), ekskoriasi (-), ulkus (-), scar (-), sikatriks (-), jaringan fibrotik (-)Palpasi: Teraba massa ukuran 6 x 3 x 1 cm , permukaan rata, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), indurasi (-), tes undulasi (-), tidak teraba pembesaran KGB inguinal superomedial superficial, superolateral superficial, infero superficial, benjolan teraba membesar saat mengedanAuskultasi : Bising usus (-)

Regio ScrotalisDekstraInspeksi: Tampak bentuk scrotum kanan lebih besar dari pada scrotum sebelah kiri, hiperemis(-), erosi (-), ekskoriasi (-), ulkus (-), scar (-), sikatriks (-), jaringan fibrotic (-)Palpasi: Teraba massau kuran 4 x 3 x 1 cm , permukaan rata, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), indurasi (-), tes undulasi (-), testis teraba, benjolan teraba membesar saat mengedanAuskultasi : Bising usus (-)

Regio PenisInspeksi : Edema (-), hiperemis (-), erosi (-), ekskoriasi (-), ulkus (-), scar (-), sikatrik (-)Palpasi : Edema (-), nyeri tekan (-), benjolan (-) Penekanan pada glans penis antero posterior : discharge (-)

Rectal Toucher Tonus sphincter anibaik, nyeritekan (-), mukosa recti licin, benjolan (-), pool atasteraba ,teraba licin, sulcus median teraba, ampula recti tidak kolaps. Sarungtangan : darah (-), lendir (-), feses (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium (20 Oktober2014)Hematologi Hemoglobin: 16,3g/dl(14,0-18,0) Hematokrit: 47,40 %(42-52%) Leukosit: 10,4/uL(4,8-10,8/uL) Trombosit: 366 10^3/uL(150-40010^3/uL) Masapendarahan/BT: 01 min 30 sec(1- 3 min) Masapembekuan: 08 min 00 sec(5-15 min)

Kimia Klinik GDS: 95 mg/dL(70-115 mg/dL) Ureum: 16,9 mg/dL(15-43 mg/dL) Creatinin: 0,9 mg/dL(0,7-1,1 mg/dL) SGOT: 24 u/L( < 31 u/L ) SGPT: 31 u/L( < 31 u/L )

Imunologi HBsAg: negativeX Foto Thorax PA Cor:CTR < 50 %, Letak, bentuk, danukuran normal Pulmo:Corakanbronkovaskuler normal dantaktampakbercak-bercak di paru Diafragmadan sinus costophrenikusbaik Kesan:Cor normal &Pulmotaktampakkelainan

V. RESUMETelah diperiksa pasien seorang pria berumur 48 tahun datang ke RSUD Kota Semarang dengan keluhan adanya benjolan pada lipat paha kanannya. Pasien mengatakan benjolan tersebut dirasakan sudah 1 tahun terakhir. Benjolan terasa nyeri jika berjalan atau tertekan celana dalam. Awalnya benjolan dirasakan kecil, lama-kelamaan benjolan semakin besar. Pasien mengatakan benjolan hilang timbul. Timbul benjolan ketika pasien mengejan saat BAB, bersin, batuk, mengangkat beban berat, dan dalam posisi berdiri. Benjolan dirasakan menghilang jika pasien dalam posisi berbaring dan benjolan dapat di dorong masuk dengan tangan. Pada benjolan tidak dirasakan nyeri. Pasien tidak ada keluhan demam, tidak ada mual maupun muntah, tidak ada keluhan sesak napas, tidak ada keluhan batuk, tidak ada keluhan sulit BAB dan BAK. Nafsu makan pasien baik, tidak ada keluhan penurunan berat badan 1 bulan terakhir. Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit serupa 3,5 tahun yang lalu di bagian lipat paha kiri, tetapi pasien sudah dilakukan operasi pada benjolan dilipat paha kiri tersebut.Status Lokalis :PasiendalamposisiberdiriRegio HipogastricaInspeksi: Tampak benjolan berbentuk lonjong , sewarna kulit sekitar, hiperemis(-), erosi (-), ekskoriasi (-), ulkus (-), scar (-), sikatriks (-), jaringan fibrotik (-)Palpasi: Teraba massa ukuran 6 x 3 x 1 cm , permukaan rata, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), indurasi (-), tes undulasi (-), tidak teraba pembesaran KGB inguinal superomedial superficial, superolateral superficial, infero superficial, benjolan teraba membesar saat mengedanAuskultasi : Bisingusus (-)Regio Scrotalis DekstraInspeksi : Regio HipogastricaInspeksi: Tampak benjolan berbentuk lonjong , sewarna kulit sekitar, hiperemis(-), erosi (-), ekskoriasi (-), ulkus (-), scar (-), sikatriks (-), jaringan fibrotik (-)Palpasi: Teraba massa ukuran 6 x 3 x 1 cm , permukaan rata, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), indurasi (-), tes undulasi (-), tidak teraba pembesaran KGB inguinal superomedial superficial, superolateral superficial, infero superficial, benjolan teraba membesar saat mengedanAuskultasi : Bising usus (-)

Regio ScrotalisDekstraInspeksi: Tampak bentuk scrotum kanan lebih besar dari pada scrotum sebelah kiri, hiperemis(-), erosi (-), ekskoriasi (-), ulkus (-), scar (-), sikatriks (-), jaringan fibrotic (-)Palpasi: Teraba massau kuran 4 x 3 x 1 cm , permukaan rata, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), fluktuasi (-), indurasi (-), tes undulasi (-), testis teraba, benjolan teraba membesar saat mengedanAuskultasi : Bising usus (-)

VI. ASSESMENTDiagnosa: Hernia Scrotalis Dekstra ReponibleDiagnosa banding: Hernia Scrotalis Dekstra Irreponible Hernia Scrotalis Dekstra Inkarserata Hernia Scrotalis Dekstra Strangulata

VII. TERAPIInform consentA. Medikamentosa Inj. Cefotaxime 1x1g (pre operasi)

B. Operatif Herniorafi ( sudah dilakukan 28 Oktober 2014 )

VIII. PROGNOSA Quo ad vitam: bonam Quo ad sanam: bonam Quo ad fungsionam: bonam

IX. KOMPLIKASI Benjolan semakin besar Hernia Scrotalis Dekstra Irreponible Hernia Scrotalis Dekstra Inkarserata Hernia Scrotalis Dekstra Strangulata Ileus obstruktif

Sliding Hernia Adalah hernia yang dimana struktur ekstraperitoneal membentuk sebagian dinding kantung hernia. Jenis hernia dimana seakan hernia meluncur ke bawah dan pada stadium akhir organ tersebut akan membentuk dinding posterior kantong hernia.

Richter Hernia Adalah hernia strangulasi yang hanya menjepit sebagian dinding usus, sehingga menyebabkan ileus obstruktif parsial maupun total.

Pantalon Hernia Adalah hernia kombinasi antara hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satusisi, kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.

Hernia Interna Adalah penonjolan organ intra abdominal melalui fossa atau lubang yang ada didalam rongga abdomen. Isi hernia dari cavum abdominalis masuk rongga lain, misalnya ke rongga thorax, atau tetap di rongga abdomen yaitu tersembunyi di dalam recessus ileocecalis, resesus rectosigmoideus, recessus rectoduodenojejunalis dan mesentrium. Menurut cavum abdominalis hernia interna terdiri dari :o Hernia epiploicum winslowio Hernia bursa omentaliso Hernia mesentricao Hernia retroperitonealis Menurut cavum thorax hernia interna terdiri dari : Hernia diafragmatica traumatic Hernia diafragmatika non traumatic Kongenital, misalnya hernia bochdalek, dan hernia morgagni Akuisital, misalnya hernia hernia hiatus oesophagus

Hernia diafragmatika Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi: hernia diafragmatica traumatica Merupakan hernia akuisital, karena pukulan, tembakan, tusukan yang dapat menyebabkan diafragma menjadi lemah atau berlubang. Sehingga isi rongga abdomen menuju rongga thorax. Hernia diafragmatica non traumaticaa. KongenitalYang sering terjadi adalah tidak menutupnya diafragma secara sempurna selama pertumbuhan janin, sehingga usus bisa masuk kerongga thorax. Dikenal antara lain :1. Hernia pleuroperitoneal ( hernia bochdalek )Locus Minoris Resistent di foramen bochdalek. Foramen bochdalek merupakan celah yang terbentuk oleh serabut -serabut diafragma yang saling bersimpangan, yaitu pars lumbalis dan pars cotalis diafragma. Akibatnya menjadi hubungan bebas kedua organ tanpa kantong hernia (baik peritoneum maupun leural). Dengan demikian thorax dipenuhi oleh viscera abdomen dan tidak hanya terjadi colaps pulmo homolateral tetapi juga terjadi pergeseran jantung dan struktur mediastinal kesisi yang berlawanan. Dan dengan demikian menekan pulmo yang berlawanan pula. Keadaan ini cukup gawat dan perlu koreksi segera.2. Hernia parasternalis ( hernia morgagni )Locus Minoris Resistent di foramen morgagni. Foramen Morgagni merupakan celah antara perlekatan diafragma pada costa dan sternum dimana bisa dilalui oleh vasa epigastrica superior. Disebabkan pertumbuhan otot yang kurang di sekitar foramen morgagni. Pada infant terbentuk kantong peritoneum yang berisi hepar atau usus. Bila terjadi pada orang dewasa, selain disebabkan karena foramen morgagni yang cukup besar juga dikarenakan faktor-faktor predisposisi lainnya. Isi hernia umumnya lemak pre peritoneal.3. Tak terbentuknya segmen pleuroperitonealTerletak disebelah lateral arcus lumbocostalis. Bisa hanya merupakan celah kecil dimana pleura langsung berhubungan dengan lemak pre peritoneal dari dekat kutub superior ginjal. Bila segmen tak terbentuk sama sekali (congenital absent) terdapat kantong yang merupakan kombinasi pleura dan peritoneum. Yang lebih sering terjadi: celah terletak jauh ke belakang sehingga organ peritoneal mendesak masuk rongga thorax dengan kantong hanya terdiri dari pleura.b. Akuisital Hernia hiatus oesophagusSebetulnya kurang tepat menggolongkan hernia ini pada jenis akuisital, karena untuk terbentuknya kadang ada faktor kongenital, yaitu : hiatus terlalu besar (lebar ) dan oesophagus terlalu pendek bila oesophagus terlalu pendek ( kongenital ) maka ketika lahir telah dijumpai bagian atas ventriculus yang berada di mediastinum posterior. Namun oesophagus pendek dapat juga terjadi secara akuisital, misal akibat kontraktur ( jaringan parut akibat oesophagus peptic ).Locus Minoris Resistent didekat hiatus oesophagus. Dalam keadaan demikian maka isi hernia adalah oesophagustratic junction yang tertarik keatas. Sedang bila hernia terjadi karena hiatus terlalu besar (lebar) hernia timbul secara perlahan, tergantung ukuran hiatus dan kekuatan otot yang membatasi hiatus. Dalam hal ini maka kantong peritoneum beserta fundus lambung akan mendesak ke hiatus oleh tekanan abdomen dan thorax yang berbeda. Biasanya oesophagastrik juntion pada keadaan ini terletak normal di bawah diafragma.Dalam keadaan normal oesophagus dan ventriculus membentuk sudut yang runcing sehingga tidak memungkinkan terjadinya reflux. Namun kadang kadang terdapat kelainan dimana sudut tersebut tidak runcing sehingga ada kemungkinan terjadi reflux.Sehingga cardia bisa masuk ke rongga thorax melalui hiatus.Hernia yang demikian disebut hernia oesophagus tipe sliding ( sudut oesophagus dan ventriculus tumpul ). Ini lain dengan sliding hernia.Jadi pada hernia histus oesophagus :- Sudut menjadi tumpul ( normal runcing )- Cardia dapat masuk ke rongga thorax- Terjadi reflux- Rasa seperti gejala gejala radang oesophagus- Hernia oesophagus kadang dapat terjadi melalui tempat yang lemah. Pada keadaan ini sudut yang terbentuk normal, namun karena suatu sebab terdapat defek disamping hiatus. Akibat cardia masuk melalui defek tadi. Hernia Spiegel- Hernia yang terjadi di linea semilunaris pada atau di bawah linea semilunaris, namun dari atas tempat vasa epigastrium inferior menyilangi tepi lateral m.Rectus Abdominis. Inpeksi Peritonitis Facies Hipocrates Ekspresi yang tampak gelisah, pandangan kosong, mata cekung, dan muka yang tampak pucat atau tampak sakit berat. Posisi berbaring dengan lutut di fleksikan dan respirasi interkosta yang terbatas.1