32
Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali Mata Kuliah : Fisika Bangunan & Utilitas Dosen: Mufidah, ST.MT Oleh: Bagus Suminar NBI: 440601543

Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali

Mata Kuliah :Fisika Bangunan & Utilitas

Dosen:Mufidah, ST.MT

Oleh:Bagus

SuminarNBI:

440601543

Page 2: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Tipical Bangunan Tradisional Bali

Keterangan:1.sanggah, berfungsi sebagai

tempat suci.2.gedong, tempat tidur.3.bale dangin, berfungsi

sebagai tempat upacara manusa yadnya, pitra yadnya.

4.bale daja, berfungsi sebagai tempat tidur.

5.bale dauh, berfungsi sebagai tempat tidur.

6.jineng ( lumbung) berfungsi menyimpan hasil panen.

7.paon(dapur) jelaslah tempat masak

8.tembok penyengker, berfungsi sebagai pembatas antar rumah.

9.angkul-angkul, befungsi sebagai pintu masuk.

Page 3: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Filosofis bangunan Bali

Adanya hubungan yang erat dan hidup antara bhuwana alit dengan bhuwana agung

yang perwujudannya dilandasi oleh ketentuan

agama Hindu.

Page 4: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Pengelompokan bangunan Bali meliputi

Bangunan suci/ keagamaan.

Bangunan Kepara/ adat.

Page 5: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Beberapa ketentuan bangunan Bali:

1. Tempat/ denah berdasarkan Lontar Asta Bhumi.

2. Bangunan/ konstruksinya berdasarkan lontar Asta Dewa dan lontar Asta Kosala/ Kosali.

3. Bahan- bahan/ ramuan berdasarkan lontar Asta Dewa dan lontar Asta Kosala/ Kosali, seperti : kayu, ijuk, alang- alang, batu alam, bata dan sebagainya

Page 6: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Bangunan Bali mengandung ciri- ciri :

1. Pengider- ideran (Catur Loka Phala/ Asta Dala).

2. Tri Mandala/ Tri Loka3. Adanya upacara sangaskara/

penyucian.4. Mengandung simbul- simbul sesuai

dengan ajaran agama Hindu, (misalnya: Sanghyang Acintya, Naga, Padma dan sebagainya).

Page 7: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Jenis- jenis bangunan Bali

1. Bangunan suci/ keagamaan ialah segala pelinggih-pelinggih yang disucikan, termasuk patung- patung/ arca- arca serta perlengkapannya.

2. Bangunan Kepara/ adat adalah bangunan- bangunan perumahan, adat, dan bangunan Bali lainnya.

Page 8: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Bentuk dan nama bangunan Bali

Berdasarkan ketentuan- ketentuan lontar:

1. Asta Dewa,2. Asta Kosala/ Kosali 3. dan Lontar Wisma Karma.

Page 9: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Tata laksana dan penyucian bangunan Bali antara lain :

Ngeruwak Karang.Nyukat Karang.Nasarin.Memakuh.Ngurip- urip.

(Sesuai dengan lontar Asta Dewa, Asta Kosala/ Kosali, Dewa Tattwa dan lontar- lontar lainnya)

Page 10: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Ketertiban fungsi dan penggunaannya

Semua wujud bangunan Bali hendaknya mengikuti ketentuan- ketentuan tersebut di atas.

Fungsi dan penggunaannya ditetapkan pada proporsi yang sewajarnya

Page 11: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Pola Tatanan dan Orientasi MasaBangunan Bali:

Konsep Mata Angin Nawa Sanga

Orientasi orang Bali terhadap Gunung Agung dan arah terbit

matahari menjadi pedoman bagi perletakan pola perumahan pada

umumnya.

Page 12: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Pola Tatanan dan Orientasi MasaBangunan Bali:

Asta Kosala-Kosali:

Rumah harus mengikuti aturan aturan anatomi tubuh sang empunya pemilik rumah dengan dibantu sang undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai kewenangan membantu membangun rumah atau pura.

ukuran atau dimensi yang didasarkan pada ukuran jari-jari si pemilik rumah. Seperti Musti, yaitu ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas.

Hasta untuk ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka.

Page 13: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Pola Tatanan dan Orientasi MasaBangunan Bali:

Pengaruh Status Sosial:Masyarakat Bali sangat

menghormati model hirarki kasta yang merupakan sikap hidup mereka sesuai dengan agama yang mereka anut. Dan hal ini

berpengaruh pada pola ruang dan arsitektur tradisional Bali.

Page 14: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Pola Tatanan dan Orientasi MasaBangunan Bali:

Pengaruh Status Sosial:Sistem hirarki ini bahkan tertranformasi dalam

system pola ruang pada bangunan-bangunan rumah, umum maupun pada pura. Seperti istilah jaba untuk

bagian paling luar bangunan, kebudian jabajero untuk mendifinisikan bagian ruang antara luar dan dalam, atau ruang tengah. Dan kebudian jero untuk

mendiskripsikan ruang bagian paling dalam dari sebuah pola ruang yang dianggap sebagai ruang

paling suci atau paling privacy bagi rumah tinggal.

Page 15: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

KONFIGURASI RUANG:

Arsitektur tradisional Bali mempertimbangkan konsep yang

dinamakan tri angga, yaitu sebuah konsep hirarki dari mulai:

nista madya dan utama.

Page 16: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

KONFIGURASI RUANG:

Nista:Suatu hirarki paling bawah suatu

tingkatan, yang biasanya diwujudkan dengan pondasi

bangunan atau bagian bawah sebuah bangunan sebagai

penyangga bangunan

Page 17: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

KONFIGURASI RUANG:

Madya:Adalah bagian tengah bangunan

yang diwujudkan dalam bangunan dinding, jendela dan pintu. Madya

mengambarkan strata manusia atau alam manusia.

Page 18: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

KONFIGURASI RUANG:

Utama:Adalah symbol dari bangunan bagian atas yang diwujudkan dalam bentuk

atap yang diyakini juga sebagai tempat paling suci dalam rumah

sehingga juga digambarkan tempat tinggal dewa atau leluhur mereka

yang sudah meninggal

Page 19: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

KONFIGURASI RUANG:

Angkul-angkul yaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk. Angkul-angkul biasanya teletak di kauh kelod.

Aling-aling adalah bagian entrance yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam. Aling-aling terletak di kaluh kelod.

Latar atau halaman tengah sebagai ruang luar. Pamerajan ini adalah tempat upacara yang dipakai

untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di kaja kangin pada sembilan petak pola ruang.

Page 20: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

KONFIGURASI RUANG:

Umah Meten yaitu ruang yang biasanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga posisinya harus cukup terhormat yaitu di kaja.

Bale tiang sanga biasanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu yang diletakkan di lokasi kauh.

Bale Sakepat, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota keluarga lain yang masih junior. Bale sakepat biasanya terletak di kelod.

Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya. Bale Dangin terletak di lokasi kangin.

Paon yaitu tempat memasak bagi keluarga, posisinya berada pada kangin kelod.

Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun lainnya.

Page 21: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Material Bangunan:

Elemen Pondasi: (Nista)Materialnya dapat terbuat dari batu bata atau

batu gunung. Batu bata tersebut tersusun dalam suatu bentuk yang cukup rapi sesuai

dengan dimensi ruang yang akan dibuat pada permukaan batu bata atau batu gunung dibuat semacam penghalus sebagai elemen leveling yang rata,merupakan plesteran akhir. (nista juga digambarkan sebagai alam bawah atau

alam setan atau nafsu)

Page 22: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Material Bangunan:

Elemen Dinding: (Madya)Material yang sering digunakan

adalah batu bata, plesteran dan kayu

Page 23: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Material Bangunan:

Elemen Atap (Utama)Pada bagian atap ini bahan yang

digunakan pada arsitektur tradisional adalah atap ijuk dan

alang-alang.

Page 24: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

KONSEP TATA RUANG:

Konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya.:Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau

Sanga Mandala Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring

Cucupu Konsep proporsi dan skala manusia Konsep court, Open air Konsep kejujuran bahan bangunan

Page 25: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

BUKAAN BANGUNAN: (Kajian Iklim)

Pagar: Pagar yang mengelilingi bangunan tidak terlampau tinggi sehingga memungkinkan aliran angin yang optimal

Dinding: Beberapa bangunan inti dalam arsitektur Bali tidak berdinding sehingga memungkinkan terjadi aliran angin yang optimal.

Page 26: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

BUKAAN BANGUNAN: (Kajian Iklim)

Atap: ◦ teritis yang cukup lebar membantu

mengurai panas matahari◦ Bahan dari Ijuk dan alang-alang,

merupakan bahan lokal yang mudah didapat dan membantu memperoleh kenyaman termal yang cukup baik karena mampu menyerap panas.

Page 27: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

BUKAAN BANGUNAN: (Kajian Iklim)

Open Air (court yard)◦ adanya halaman tengah yang cukup

luas selain menjadi sarana sirkulasi yang efektif juga berfungsi untuk memberi ruang bukaan yang memungkinkan diperolehnya cahaya dan angin secara berlimpah.

Page 28: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Kajian Iklim:Open Space: memungkinkan

diperolehnya cahaya dan angin yang berlimpah

Page 29: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Gerbang Rumah Tradisional Bali

Angkul-angkul dan Aling-aling

memiliki banyak

fungsi sosial dan

memberikan privasi

Page 30: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Kajian Iklim: Ruang istirahat

Bukaan pada dinding

memungkinkan aliran angin

yang berlimpah

Atap ijuk memungkinka

nPenyerapan panas yang

optimal

Page 31: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

Kajian Iklim: Bahan material

Dinding dari Bahan Batu alam yang mudah di

dapat

Atap alang-alang

memungkinkan

penyerapan panas yang

optimal

Page 32: Adaptasi Iklim Pada Bangunan Tradisional Bali (Bagus Suminar)

TERIMA KASIH