22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku a. Gas Alam Penyediaan dan konversi gas alam PT. PIM dilaksanakan oleh EXXON MOBIL INDONESIA. Gas alam ini mengandung kotoran-kotoran yang dapat mengakibatkan gangguan selama operasi berlangsung. Kotoran-kotoran tersebut diantaranya zat-zat padat, air, Heavy Hidro Carbon (HHC), senyawa-senyawa phosfor dan karbondioksida. Tabel 2.1 Komposisi Gas Alam Komponen Komposisi (% volume) N 2 0,324 CO 2 19,29 CH 4 72,345 C 2 H 6 4,69 C 3 H 8 1,73 i-C 4 H 10 0,518 n-C 4 H 10 0,413 i-C 5 H 12 0.243 n-C 5 H 12 0.152 C 6 H 14 + 0.289 Sumber : Laboratorium Utility PT. PIM Universitas Sumatera Utara

Absorber Pupuk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Absorber Pupuk

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku dan Produk

2.1.1 Bahan Baku

a. Gas Alam

Penyediaan dan konversi gas alam PT. PIM dilaksanakan oleh EXXON

MOBIL INDONESIA. Gas alam ini mengandung kotoran-kotoran yang dapat

mengakibatkan gangguan selama operasi berlangsung. Kotoran-kotoran tersebut

diantaranya zat-zat padat, air, Heavy Hidro Carbon (HHC), senyawa-senyawa phosfor

dan karbondioksida.

Tabel 2.1 Komposisi Gas Alam

Komponen Komposisi (% volume)

N2 0,324

CO2 19,29

CH4 72,345

C2H6 4,69

C3H8 1,73

i-C4H10 0,518

n-C4H10 0,413

i-C5H12 0.243

n-C5H12 0.152

C6H14+ 0.289

Sumber : Laboratorium Utility PT. PIM

Universitas Sumatera Utara

Disamping komponen-komponen di atas gas alam juga mengandung senyawa-

senyawa sulfur. Kadar senyawa sulfur yang terdapat dalam gas alam dapat dilihat pada

Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Kandungan Sulfur pada Gas Alam

Senyawa Maksimum (ppm)

H2S 80 ppm

RSH 0.25 ppm

Sulfur lain 1.35 ppm

Hg 160 ppm

Sumber: Laboratorium Utility PT. PIM.

b. Udara

Udara pada unit ammonia selain sebagai bahan baku juga dibutuhkan untuk

oksidasi di secondary reformer. Udara proses disuplai dari kompressor udara yang

mengambil udara dari atmosfer dan disaring dengan saringan udara untuk

menghilangkan debu-debu.

c. Air

Air yang diperlukan adalah air dalam bentuk steam (uap air). Steam di unit

ammonia berasal dari pemanfaatan panas pembakaran yang dihasilkan di reformer.

Adapun sifat fisika dan kimia dari bahan baku pembuatan ammonia yang meliputi gas

alam, udara dan air dapat dilihat pada Tabel 1.3 dan Tabel 1.4 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3 Sifat Fisika Bahan Baku

No Komponen Bentuk Warna Bau Titik didih Titik beku

1. Gas Alam

a. CH4 Gas Tidak Tidak -161 oC -182,48 oC

b. CO2 Gas Tidak Tidak -57 ,5oC -78,4 oC

2. Udara

a. N2 Gas Tidak Tidak -195,8 oC -259,2 oC

b. O2 Gas Tidak Tidak -252,7 oC -259,1 oC

3. Air Cair Tidak Tidak 100 oC 0 oC

Sumber: Perry, 1996.

Tabel 2.4 Sifat Kimia Bahan Baku

No Komponen BM (gr/mol) Sifat

1. Gas Alam

a. CH4 16 Mudah Terbakar

b. CO2 44 Tidak Beracun

2. Udara

a. N2 28,02 Zat Pengoksidsasi dan Pereduksi

b. O2 32,00 Reaktif

3. Air 18 Sebagai Pelarut

Sumber : Perry, 1996.

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.1 Bahan Baku Pembuatan Urea

a. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida mempunyai berat molekul 44 gr/mol. Pada tekanan atmosfer

CO2 berbentuk gas yang tidak berwarna, berbau dan berbasa lemah serta larut dalam

air pada temperatur 15 oC dengan perbandingan volume CO2 : H2O = 1 : 1. CO2 tidak

bersifat racun, akan tetapi dapat menimbulkan efek sesak dan mengganggu

keseimbangan tubuh. Sifat fisika dari CO2 dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut ini :

Tabel 2.5 Sifat Fisika CO2

Sifat Harga

Titik didih -57,5 oC

Titik beku normal -78,4 oC

Temperatur kritis 38 oC

Tekanan kritis 0,6 Kg/cm2.G

Panas peleburan 1900 Kal/mol

Panas penguapan 6030 Kal/mol

Sumber : Perry’s, 1996.

b. Ammonia

Ammonia mempunyai berat molekul 17,03 gr/mol. Pada tekanan atmosfer,

NH3 berbentuk gas tidak berwarna, berbau menyengat serta sangat larut dalam air,

alkohol dan eter. NH3 juga bersifat mudah meledak, beracun dan menyebabkan iritasi.

Sifat fisika dari ammonia dapat dilihat pada Tabel 1.6 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.6 Sifat Fisika Ammonia

Sifat Harga

Titik didih -33 oC

Titik beku normal -77,70 oC

Temperatur kritis 133,35 oC

Tekanan kritis 1657 psi

Tekanan uap cairan 8,5 atm

Spesifik volume pada 70 oC 22,7 ft3/lb

Panas pembentukan

• Pada 0 oC -9,37 kkal/mol

• Pada 25 oC -11,04 kkal/mol

Kelarutan dalam air pada 1 atm (% berat)

• Pada 0 oC 42,80

• Pada 25 oC 33,10

Sumber : Perry’s, 1996.

2.1.2 Produk

Produk utama yang dihasilkan oleh PT. PIM adalah pupuk urea prill dengan

kapasitas produksi 1725 ton/tahun, dengan kualitas sebagai berikut :

• Kadar Nitrogen : > 46,0%

• Kadar Air : < 0,5%

• Kadar Biuret : < 1,0 ppm

• Kadar Besi : 1,0 ppm (maksimal)

Universitas Sumatera Utara

• Ammonia bebas : 150 ppm (maksimal)

Proses produksi pengolahan bahan baku menjadi pupuk urea di PT. Pupuk

Iskandar Muda dibagi menjadi tiga unit, yaitu : unit utility, unit ammonia dan urea.

(Anonymous, 1958 )

2.1.1 Absorbsi

Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara

pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan

pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya

fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada

absorbsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan

lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorbsi kimia

mengungguli absorpsi fisik. Fungsi Absorbsi dalam industri adalah untuk

meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya,contohnya pada

proses pembuatan formalin yang berfase cair yang berasal dari formaldehid yang

berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Di dalam proses absorbsi

terdapat istilah absorben yang merupakan cairan yang dapat melarutkan bahan yang

akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi

kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Adapun persyaratan

absorben antara lain :

1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin

(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).

2. Selektif

3. Memiliki tekanan uap yang rendah

Universitas Sumatera Utara

4. Tidak korosif.

5. Mempunyai viskositas yang rendah

6. Stabil secara termis.

7. Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah :

1. Air ( H2O ) yang dapat digunakan untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk

pemisahan partikel debu dan tetesan cairan.

2. Natrium hidroksida ( NaOH ) yang dapat digunakan untuk gas-gas yang dapat

bereaksi seperti asam.

3. Asam sulfat ( H2SO4 ) yang dapat digunakan untuk gas-gas yang dapat bereaksi

seperti basa.

2.1.2 Kolom Absorbsi

Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses

pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung

tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh

komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari

komponen tersebut.

2.1.3 Absorber dan Striper

Absorber dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu

komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan.

Solut adalah komponen yang dipisahkan dari campurannya sedangkan pelarut (solvent

; sebagai separating agent) adalah cairan atau gas yang melarutkan solut. Karena

Universitas Sumatera Utara

perbedaan kelarutan inilah, transfer massa Absorber digunakan untuk memisahkan

suatu solut dari arus gas. Stripper digunakan untuk memisahkan solut dari cairan

sehingga diperoleh gas dengan kandungan solute lebih pekat. Hubungan absorber dan

stripper ditunjukkan dalam gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir proses absorbsi-stripping

Struktur dalam absorber adalah :

1. Bagian atas : Spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair.

2. Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga

mudah untuk diabsorbsi.

3. Bagian bawah : Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam absorber.

Proses dan reaksi yang terjadi di Absorber adalah sebagai berikut :

Proses penyerapan CO2 dalam syn gas oleh amine dilakukan dalam kolom

Absorber. Proses absorbsi tersebut terjadi secara fisik ( karena adanya driving force

antara konsentrasi CO2 dalam fasa gas dan CO2 dalam amine) dan kimia (adanya

Universitas Sumatera Utara

reaksi asam-basa) dimana CO2 dalam air bersifat asam lemah dan MDEA bersifat basa

lemah. Adapun reaksi yang terjadi di Absorber adalah sebagai berikut :

CO2 + H2O + MDEA MDEAH+ + HCO3-

Proses ini berjalan reversible, artinya kita bisa membalik reaksinya menjadi pelepasan

CO2 dari amine dengan merubah kondisi operasi. Dalam absorber, syn gas yang kaya

akan CO2 dikontakkan dengan lean amine. Proses absorbsi disukai terjadi pada

pressure tinggi dan temperature rendah. Karena itulah lean amine dipompa dengan

tekanan tinggi lewat bagian atas absorber untuk dikontakkan dengan raw gas yang

masih bertekanan tinggi dari bagian bawah. Agar penyerapan berjalan efektif maka

dipasanglah bed packing atau tray pada bagian tengah absorber untuk memperluas

permukaan kontak gas dan liquid. Amine yang telah menyerap CO2 disebut rich amine

dan akan menjalani proses flashing (penurunan tekanan) untuk melepas hidrokarbon

yang terabsorbi dan proses regenerasi di kolom stripper untuk melepaskan CO2 dari

amine. Kondisi operasi Stripper adalah kebalikan dari Absorber, dimana proses

pelepasan CO2 dari rich amine disukai terjadi pada pressure rendah dan temperature

tinggi. hal ini bisa terjadi karena proses absorbsi tadi adalah reversible. Karena itulah

dipasang reboiler pada bagian bawah stripper untuk menaikkan temperature. CO2 yang

terlepas biasanya dibuang ke lingkungan atau menjalani proses pembakaran sebelum

dibuang. Sedangkan amine yang sudah tidak mengandung CO2 dipompa kembali ke

Absorber, tentunya ditambah make-up karena adanya loss amine dalam sistem

tersebut. Amine yang digunakan dicampur dengan air pada konsentrasi tertentu.

Semakin tinggi konsentrasi amine, semakin tinggi kemampuan menyerap CO2, namun

larutan menjadi korosif. Begitu juga sebaliknya, jika kadar amine berkurang,

kemampuan menyerap CO2 menurun, namun larutan tidak terlalu korosif.

( http://www.chem-is-try.org)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Sarana Produksi

Sarana produksi pabrik PT. PUPUK ISKANDAR MUDA terdiri dari beberapa

unit, yaitu :

2.2.1 Unit Utility

Unit ini berfungsi memproses penyediaan bahan baku kebutuhan seperti :

• Air bersih untuk bahan baku, air untuk pendinginan, air bebas mineral untuk

ketel uap, uap air, udara instrumen tenaga listrik dan oksigen serta nitrogen.

• Bahan baku berupa air diperoleh dari Krueng Peusangan, tenaga listrik

dibangkitkan oleh gas turbin generator yang berkapasitas deisgn 15 MW.

• Bahan baku udara yang diperoleh dari udara bebas di dalam fractination

columm didinginkan dengan berdasarkan perbedaan titik embun, sehingga

unsur oksigen dan nitrogen dapat dipisahkan.

2.2.2 Unit Ammonia

Unit ini berkemampuan memproduksi ammonia 1170 ton/hari atau 386.000

ton/tahun, menggunakan proses Kellog dari Amerika dengan bahan baku gas alam,

uap air dan udara. Gas alam dibebaskan dari senyawa impurities (senyawa-senyawa

pengotor) kemudian diubah menjadi gas sintesa H2, CO2 dan N2. Gas sintesa

kemudian dikonversikan menjadi ammonia, setelah beberapa reaksi dan pemurnian,

ammonia ini siap dikirim untuk proses pabrik urea atau sebagai produk langsung

ammonia.

Universitas Sumatera Utara

Proses pembuatan ammonia terdiri dari beberapa unit dan sistem, yaitu :

2.2.2.1 Sistem Persiapan Gas Umpan Baku

Gas alam dari PT. Arun NGL. Co dengan tekanan 32 kg/cm2G dan suhu 26 0C

dialirkan ke dalam fuel and feed gas knock out drum (51-116-F) untuk memisahkan

senyawa hidrokarbon berat. Dari ko drum sebagian gas alam digunakan sebagai bahan

bakar dan sebagian lagi sebagai bahan baku proses.

Sistem persiapan gas umpan baku terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu:.

1. Desulfurizer

Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam desulfurizer (51-102-

DA/DB) yang berisikan sponge iron, yaitu potongan-potongan kayu yang telah di

impregnasi dengan Fe2O3. Sponge iron berfungsi menyerap sulfur yang ada dalam gas

alam. Masing-masing desulfurizer mempunyai volume 49,1 m3. Umur operasinya

diperkirakan 90 hari untuk kandungan H2S di dalam gas alam maksimum 80 ppm dan

keluar dari desulfurizer dengan kandungan H2S < 5 ppm. Desulfurizer beroperasi pada

tekanan 27 Kg/cm2G dan suhu 26,7 °C.

Reaksi yang terjadi adalah :

Fe2O3 + 3H2S Fe2S3 + 3H2O

2 Mercury Guard Chamber (51 – 109 – D)

Gas yang dikeluarkan dari desulfurizer mengalir ke mercury guard chamber

(51 – 109 – D) yang berfungsi untuk memisahkan Hg yang terdapat dalam gas alam.

Mercury yang ada di dalam gas dirubah menjadi senyawa mercury sulfida dan

kemudian diserap pada permukaan karbon aktif.

Universitas Sumatera Utara

Reaksi yang terjadi adalah :

Hg + S → HgS

Mercury guard chamber beroperasi pada tekanan 26,4 Kg/cm2G dan suhu

27°C. Diharapkan gas yang keluar dari mercury guard chamber ini memiliki

kandungan < 160 ppb.

3 CO2 Pretreatment Unit (CPU)

CO2 Pretreatment Unit (CPU) merupakan unit tambahan di pabrik ammonia

yang berfungsi untuk menurunkan kandungan CO2 pada aliran gas umpan. Gas CO2

dihilangkan dengan cara penyerapan dengan menggunakan absorber dan melepaskan

dengan menggunakan stripper. CPU yang ada di PT. Pupuk Iskandar Muda adalah

benfield lo-heat design, menggunakan sebuah absorber satu tingkat dan sebuah

regenerator satu tingkat (stripper) dengan satu lean solution flash tank. Masukan CPU

adalah sebagian dari aliran gas umpan dari mercury guard chamber, sedangkan

keluarannya bergabung dengan keluaran mercury guard chamber yang di by-pass

menuju hydrotreater.

4. Hydrotreater (51 – 101 – D)

Fungsi alat ini adalah untuk mengubah sulfur organik menjadi anorganik

(H2S). Katalis yang digunakan adalah Cobalt Molybdenum (CoMo) sebanyak 28,3 m2.

Dengan adanya katalis CoMo dan penambahan H2 yang berasal dari keluaran

synthesis gas compressor (51 – 103 – J), diharapkan sulfur organik dapat terurai

menjadi sulfur anorganik (H2S). Hidrotreater beroperasi pada tekanan 42,4 Kg/cm2G

dan suhu 371 °C.

Universitas Sumatera Utara

Reaksi yang terjadi adalah :

RSH + H2 → RH + H2S

5. ZnO Guard Chamber (51- 108 – D)

H2S yang terbentuk pada Hydrotreater (51-101-D) diserap di ZnO Guard

Chamber (51-108-D) yang berisi oksidasi seng. Disini H2S di ubah menjadi ZnS, pada

suhu 343 °C dan tekanan 42,3 Kg/cm2G.

Reaksi yang terjadi adalah :

H2S + ZnO → ZnS + H2O

Umur ZnO lebih kurang 5 tahun dengan batas kandungan H2S < 5 ppm pada

aliran masuk dan 0,1- 0,2 ppm pada aliran keluar.

2.2.2.2 Sistem Pembuatan Gas Sintesa

Sistem ini bertujuan untuk mengubah gas yang berasal dari sistem persiapan

gas umpan baku menjadi gas CO, CO2 dan H2 melalui tahapan proses sebagai berikut:

1. Primary Reformer (51 – 101 – B)

Primary Reformer terdiri dari dua seksi, yaitu seksi radiasi dan seksi konveksi.

Gas proses masuk ke Primary Reformer bersama dengan superheater steam dengan

perbandingan steam dengan karbon 3,5 : 1 untuk mengubah hidrokarbon menjadi CO,

CO2 dan H2.

Ada dua jenis katalis yang digunakan untuk kelangsungan reaksi reforming

pada Primary Reformer, yaitu katalis nikel (ICI – 25 – 4) pada bagian sebelah atas dan

pada bagian sebelah bawah diisi dengan katalis potash (ICI – 57 – 4) yang gunanya

Universitas Sumatera Utara

untuk melindungi katalis nikel dari deposit karbon. Masing-masing katalis diisi

sebanyak 10,57 m3.

Primary Reformer beroperasi pada tekanan 34-36 Kg/cm2G dan temperatur

480-826 °C. Diharapkan gas yang keluar dari primary reformer memiliki methane

leakage (CH4 leakage) berkisar antara 9-11 %.

Reaksi utama yang terjadi di primary reformer adalah sebagai berikut :

CH4 + H2O → CO + 3H2

CO + H2O → CO2 + H2

2. Secondary Reformer (51 – 103 – D)

Untuk menyempurnakan reaksi reforming yang terjadi di Primary Reformer

(51-101-B), gas dialirkan ke Secondary Reformer (51-103-D) yang juga berfungsi

untuk membentuk gas H2, CO dan CO2. Aliran gas ini dicampurkan dengan aliran gas

udara yang mengandung O2 dan N2. Gas, steam dan udara mengalir ke bawah melalui

suatu unggun yang berisi katalis nikel, sehingga mengakibatkan temperatur gas

sebelum masuk katalis bertambah tinggi.

Reaksi yang terjadi pada secondary reformer yaitu reaksi pembakaran dan reaksi

methane reforming.

Reaksi pembakaran adalah sebagai berikut :

CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O

2H2 + O2 → 2H2O

Universitas Sumatera Utara

Reaksi methan reforming adalah sebagai berikut :

CH4 + CO → CO + 3H2

CO + H2O → CO2 + H2

Secondary Reformer beroperasi pada suhu ± 1003 oC dan tekanan 31 kg/cm2G.

Panas yang dihasilkan dari reaksi diatas dimanfaatkan oleh primary reformer waste

heat boiler (51-101-CA/CB) dan selanjutnya dimasukkan lagi ke secondary reformer

waste heat boiler (51-102-C) untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit kukus (boiler

feed water). Gas yang keluar dari secondary reformer setelah didinginkan oleh dua

buah waste heat exchanger tersebut temperaturnya menjadi 371 oC.

3. Shift Converter

Gas CO dalam gas proses yang keluar dari secondary reformer diubah menjadi

CO2 pada shift converter yang terdiri atas dua bagian, yaitu :

a. High Temperature Shift Converter / HTS (51-104-DA).

b. Low Temperature Shift Converter / LTS (51-104-DB).

Gas proses yang keluar dari secondary reformer (51-103-D) dimasukkan ke

bagian atas high temperature shift converter (51-104-DA), dibagian ini CO yang ada

dalam gas proses diubah menjadi CO2 yang sebanding dengan jumlah H2 yang

dihasilkan dengan menggunakan katalis Fe2O3 yang memiliki volume isian 55,9 m3.

HTS beroperasi pada suhu 342-371 °C dan tekanan 25-28 Kg/cm2G sehingga

kecepatan reaksi berjalan cepat sedangkan laju perubahannya rendah.

Reaksi yang terjadi adalah :

CO + H2O → CO2 + H2 Q = +

Universitas Sumatera Utara

Gas proses yang keluar dari HTS, sebelum masuk ke LTS diturunkan

temperaturnya di dalam alat penukar panas. Proses yang terjadi pada LTS sama

dengan proses yang ada di HTS. Pada LTS berisi katalis oksida Cu dengan volume

unggun 66 m3. Kondisi operasi pada LTS yaitu pada tekanan 33 kg/cm2G dan

temperatur 246 oC, sehingga kecepatan reaksi berjalan lambat sedangkan tingkat

koversinya tinggi.

2.2.2.3 Sistem Pemurnian Gas Sintesa

Pada sistem ini CO dan CO2 dipisahkan dari gas sintesa. Pemisahan ini perlu

dilakukan karena CO dan CO2 dapat meracuni katalis pada ammonia konverter (51-

105-D), sehingga CO dan CO2 diubah menjadi metan pada metanator. Proses

pemurnian gas sintesa ini terdiri dari dua tahapan proses, yaitu:

a. Main CO2 Removal

b. Methanator (51-106-D)

a. Main CO2 Removal

Tujuan dari CO2 Removal adalah untuk menyerap CO2 yang terbentuk dari

Primary dan Secondary Reformer serta hasil konversi di Shift Converter. CO2

merupakan produk samping (side product) dari pabrik Ammonia dan digunakan

sebagai bahan baku Pabrik Urea. Kemurnian produk CO2 pada seksi ini adalah 99,9%

vol. Unit ini merupakan unit kedua dari proses activated MDEA pada PT.Pupuk

Iskandar Muda.

Universitas Sumatera Utara

Peralatan utama main CO2 Removal terdiri dari :

a. CO2 Absorber (61-101-E)

b. CO2 Stripper (61-102-E)

Gas umpan dialirkan ke absorber dan dikontakkan langsung dengan larutan

activated MDEA dengan konsentrasi 40%Wt. CO2 dalam aliran gas diserap secara

proses fisis dan kimia. Kemudian larutan aMDEA diregenerasi pada tekanan rendah

dan temperatur tinggi di striper.

Gas dengan temperatur 70oC masuk ke absorber melalui inlet sparger dan

mengalir keatas melalui packed bed. Larutan lean dari atas tower mengalir kebawah

melalui packed bed dan terjadi kontak antara gas dengan lean solution sehingga CO2

dapat terserap ke larutan. Gas sinthesa yang bebas dari CO2 keluar dari bagian atas

tower dengan temperatur 48 0C masuk ke bagian unit synthesa loop dengan komposisi

CO2 yang terikut adalah 0,1 % Vol.

CO2 yang telah terlucuti mengalir ke atas melalui bagian direct contact cooler

yang dilengkapi tray untuk didinginkan menggunakan air yang disirkulasikan dari

pompa, sehingga temperatur CO2 di bagian atas stripper menjadi 40 0C. fungsi tray

direct contact cooler adalah untuk memperluas area kontak antara dua fluida sehingga

didapatkan hasil yang optimum.

c. Methanator (51 – 106 – D)

Fungsi dari Methanator adalah untuk merubah gas CO dan CO2 yang masih

lolos dari CO2 absorber menjadi CH4 yang bersifat tidak bereaksi, karena gas CO dan

CO2 merupakan racun bagi katalis di ammonia converter. Methanator pada dasarnya

Universitas Sumatera Utara

merupakan suatu bejana yang diisi dengan katalis. Katalis yang digunakan berupa

katalis nikel terkalsinasi dengan volume unggun 23,88 m3.

Reaksi yang terjadi adalah :

CO + 3H2 CH + H2O

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O

Methanator beroperasi pada tekanan 26,7 kg/cm2G dan temperatur 330 oC.

Karena panas yang dihasilkan dari reaksi ini, maka temperatur gas sintesa naik

menjadi 366 oC. Gas sintesa yang keluar dari methanator mempunyai batasan

kandungan CO dan CO2 maksimum 10 ppm.

2.2.2.4 Sistem Sintesa Ammonia

Gas sintesa murni dengan perbandingan volume H2 dan N2 sebesar 3 : 1,

sebelum dialirkan ke Ammonia Converter (51-105-D) terlebih dahulu tekanannya

dinaikkan dengan Syn Gas Compressor (51-103-J) sampai tekanan 150 kg/cm2G.

Ammonia converter terdiri dari sebuah shell tekanan dan keranjang diisolasi bagian

luarnya. Keranjang tersebut dibagi menjadi sebuah penukar panas umpan keluar dan

sebuah katalis section yang terdiri dari dua buah unggun katalis adiabatic dengan

aliran radial dan sebuah penukar panas antara unggun yang ditempatkan ditengah-

tengah unggun katalis bagian atas. Penukar panas ini berfungsi sebagai pemanas awal

dari umpan masuk, arah aliran umpan berlawanan dengan gas panas hasil reaksi yang

berasal dari unggun katalis terakhir.

Universitas Sumatera Utara

Reaksi yang terjadi pada ammonia konverter adalah sebagai berikut :

N2 + 3H2 2NH3

Ammonia converter dioperasikan pada temperatur 480 oC dan tekanan 150

kg/cm2G.

2.2.2.5 Sistem Pendinginan Ammonia

Untuk memberikan pendinginan pada ammonia diperlukan suatu sistem

pendinginan untuk mengkondensasikan ammonia yang ada dalam gas sintesa, gas

buang, serta gas pada interstage kompresor gas sintesa. Sistem pendinginan dilakukan

dalam tiga tahap, yaitu :

1. Memberi pendinginan untuk mengkondensasikan ammonia yang ada dalam

sintesa loop.

2. Memberi pendinginan untuk mengkondensasikan ammonia yang ada dalam gas

buang.

3. Mendinginkan gas pada interstage kompresor gas sintesa.

Sistem ammonia recovery berfungsi untuk menyerap NH3 yang terkandung

didalam gas buang yang masuk ke ammonia recovery yaitu gas bertekanan rendah

yang berasal dari ammonia let down tank (51-107-F) kemudian didinginkan dan

dikondensasikan terlebih dahulu pada Ammonia Unitized Chiller sebelum masuk ke

Refrigerant Reservoir. Uap yang tidak terkondensasi dikembalikan ke sistem dan zat

yang tidak bereaksi dari chiller dikirim ke unit daur ulang ammonia. Uap ammonia

yang terbentuk pada berbagai chiller, flush drum, dan storage tank dimasukkan dalam

Centrifugal Refrigerant Compressor. Kompressor ini bekerja berdasarkan sistem

pemampatan bertingkat untuk memanfaatkan ammonia sebagai media pendingin.

Universitas Sumatera Utara

Kompressor ini dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan tekanan pada stage flush

drum. Disamping itu juga dapat menaikkan tekanan dari aliran ammonia yang

mengalami flushing, sehingga memungkinkan ammonia terkondensasi setelah terlebih

dahulu didinginkan dalam refrigerant condenser.

Kondensasi ammonia terjadi dalam refrigerant reservoir pada temperatur 42,2

°C. Produk bawah dari refrigerant condenser ini dikirimkan ke unit urea, sedangkan

produk atasnya mengalami daur ulang pendinginan flush gas chiller dengan media

pendinginan ammonia cair dari dari stage flush drum.

Produk ammonia yang dihasilkan terdiri dari dua jenis yaitu produk dingin dan

produk panas. Produk dingin yang mempunyai temperatur -33 oC dikirim ke tangki

penyimpanan ammonia. Sedangkan produk panas dengan temperatur 30 oC dikirim ke

pabrik urea.

2.2.2.6 Sistem Daur Ulang Ammonia (Ammonia Recovery Unit/ARU)

Unit ini berfungsi untuk menyerap NH3 yang terkandung didalam gas buang

sehingga diperoleh effisiensi produk ammonia yang lebih tinggi. Sebagai bahan yang

masuk ke ammonia recovery adalah gas buang bertekanan rendah yang berasal dari

ammonia let down tank (51 – 107 – F) dan flush drum gas chiller (51 – 126 – C) yang

dicampurkan dan dipisahkan kandungan ammonianya pada tekanan 15 Kg/cm2G dan

suhu -26 °C.

Penyerapan kandungan ammonia yang ada dalam campuran gas buang

dilakukan dalam packed absorber dengan dua tingkat penyerapan dan sirkulasi yang

berlawanan arah antara gas-gas dengan air. Gas-gas yang keluar dari menara absorber

dikirim ke primary reformer sebagai bahan bakar.

Universitas Sumatera Utara

Ammonia yang keluar sebagai hasil penyerapan selanjutnya dengan ammonia

cair dari first stage refrigerant flush drum (51 – 110 – F) untuk diproses kembali.

2.2.2.7 Sistem Daur Ulang Hidrogen (Hidrogen Recovery Unit/HRU)

Unit daur ulang hidrogen merupakan unit tambahan di pabrik ammonia

sehingga dengan adanya unit ini diharapkan akan dapat menaikkan nilai tambah dari

gas buang di pabrik ammonia yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk gas bakar.

Prinsip kerja HRU adalah pemisahan gas proses (H2) dari campuran gas buang

didalam membran Fibre Prism Separator, untuk selanjutnya digunakan kembali pada

proses pembuatan ammonia.

Masukan HRU adalah gas buang yang bertekanan tinggi yang berasal dari

purge gas separator (51 – 108 – F). Gas buang masuk ke unit prism separator pada

suhu -23 °C dengan laju alir 11,459 Nm3/hr dan tekanan 140 Kg/cm2G. Menghindari

pembekuan di dalam scrubber (51 – 201) suhu dinaikkan menjadi -5 °C di preheater

(51 – 215). Gas buang yang telah dipanaskan mengandung 2,1 % ammonia diserap di

scrubber untuk mengurangi kandungan ammonia.

Aqua ammonia dengan kandungan 30 % dikirim ke stripper (51 – 162 –E)

untuk dipisahkan dari campurannya dan dikirim ke flush drum (51 – 110 – F). Gas

buang bebas ammonia yang keluar dari scrubber dimasukkan ke feed heater (51 –

203), disini gas buang yang telah jenuh air dipanakan sampai suhu 5 °C diatas titik

embun untuk mencegah terkondensasinya cairan di dalam fiber prism sparator (51 –

204) yang di dalamnya terdapat saringan yang dapat memisahkan H2 dari gas yang

masuk ke sparator.

Universitas Sumatera Utara

H2 yang telah terpisah dikirim ke HPC (103 – J) syn gas compressor. Gas

proses yang masih memiliki sedikit kandungan H2 dikirim ke second stage prism

separator. Prism separator ini terdiri dari lima prism separator. H2 yang terpisah lalu

dikirim ke LPC (103 – J). Kemudian gas miskin H2 dialirkan ke reformer sebagai

bahan bakar. Sedangkan third stage separator belum dioperasikan, karena tekanan

yang keluar dari stage ini terlalu rendah sehingga produknya belum dapat

dimanfaatkan. Kemurnian H2 yang keluar diharapkan bisa mencapai lebih besar dari

99,7 %.

2.2.3 Unit Urea

Dengan menggunakan proses Mitsui Toatsu Total Recycle C.Improved, unit ini

mampu memproduksi pupuk urea butiran dengan kapasitas terpasang 1.725 ton/hari,

atau 570.000 ton/tahun. Urea butiran yang dihasilkan, dimasukkan dalam bulk storage

ataupun ke unit pengantongan.

Urea dibuat dengan mereaksikan ammonia (NH3) dan karbondioksida (CO2).

Larutan urea murni dikristalkan secara vakum, kemudian dilelehkan kembali dalam

melter dengan menggunakan steam sebagai pemanas, dari atas Prilling Tower lelehan

urea diteteskan yang kemudian akan memadat setelah didinginkan dengan udara.

( Anonymous, 1994 )

Universitas Sumatera Utara