21
ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Abortus

Citation preview

Page 1: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

Page 2: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu atau sebelum

kehamilan tersebut berusia 22 minggu janin kurang dari 500 gram atau buah

kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan, jadi untuk bisa mengatakan

seorang wanita mengalami abortus haruslah memenuhi persyaratan diata. Abortus

bisa berakibat fatal terhadap ibu misalnya perdarahan, perforasi, infeksi, syok.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) secara global terdapat 28 kasus per 1.000

perempuan setiap tahunnya. Jumlahnya naik dari 44 persen di tahun 1995 menjadi 49

persen pada tahun 2008. Angka kejadian aborsi di Indonesia yang mencapai angka

2,5juta/tahun. Dari hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun 2008 oleh Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2 dilaporkan 63 persen remaja di

Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar

nikah ironisnya 21 persen di antaranya dilaporkan melakukan aborsi. Persentase

remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan

dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data penelitian pada 2005-2006 di

kota-kota besar, angka itu sempat berada pada kisaran 47,54 persen. Namun, hasil

survei terakhir 2008 meningkat menjadi 63 persen (BKKBN, 2008). Angka Kematian

Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Sekarang ini jumlah Angka Kematian Ibu di Indonesia mencapai 341 orang per

100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu di

Indonesia mengalami peningkatan. Penyebab Angka Kematian Ibu di Indonesia

adalah perdarahan, toxemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus

(DepKes RI 2007).

Biasanya penyebab aborsi kandungan secara sengaja karena kedua orang tuanya tidak

menginginkan kelahiran janin tersebut, seperti kecelakaan akibat hubungan gelap.

Biasanya aborsi dilakukan setelah si wanita melihat adanya tanda-tanda hamil pada

dirinya. Penyebab lainnya bisa karena rekomendasi dokter dengan pertimbangan demi

keselamatan ibu atau wanita hamil yang mengandungnya. Aborsi biasanya dilakukan

Page 3: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

dengan menggunakan obat aborsi kandungan sesuai resep dokter. Apapun alasannya,

yang jelas tindakan aborsi berdampak pada kesehatan. Apalagi jika dilakukan oleh

orang yang tidak profesional, aborsi bisa membahayakan kesehatan terutama

kesehatan reproduksi. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian

ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi,

kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan

kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena

hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. 

Permasalahan remaja harus ditangani serius serta dicarikan solusi upaya

pencegahannya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari dampak yang semakin

meluas yang dapat mengancam ketahanan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara

mengingat remaja adalah generasi penerus di masa depan. Untuk itu diperlukan

formulasi penanganan dan upaya pencegahan masalah remaja secara tepat dan

berkesinambungan, agar persoalannya tidak semakin akut. Di sini keluarga sebagai

tempat bernaung dan berlindung bagi seluruh anggota keluarga termasuk anak remaja,

memiliki peran dan kedudukan yang strategis dalam ikut serta menangani persoalan

yang dihadapi para remaja, paling tidak untuk meminimalisir dampak negatif yang

ditimbulkannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gaya hidup remaja sehingga menyebabkan abortus?

2. Bagaimana pengetahuan remaja tentang hubungan seks bebas terhadap dampak

abortus?

C. Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi gaya hidup remaja yang menyebabkan abortus

2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang seks bebas

Page 4: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Abortus

1. Pengertian Abortus

Sulaiman Sastrawinata (2005) mengatakan abortus adalah berakhirnya kehamilan

sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi

baru munkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai >500 gr atau

umur kehamilan >20 minggu.

2. Klasifikasi Abortus

Menurut Mochtar abortus dibagi atas dua golongan :

a. Abortus spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis

ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah

Klinis abortus spontan :

1) Abortus komplentus (keguguran lengkap)

Seluruh hasil konsepsi telah dilahirkan dengan lengkap, sehingga rongga

rahim kosong.

2) Abortus incompletes (keguguran bersisa)

Hanya sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah

desidua atau plasenta.

3) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)

Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium yang sudah

terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dipertahankan lagi.

4) Abortus imminens (keguguran membakat)

Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus

masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti

spasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu

masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak.

Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya

uterus dikosongkan (kuret).

Page 5: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

5) Missed abortion (keguguran tertunda)

Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim

dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan/lebih, dimana janin telah mati

sebelum minggu ke-22.

6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)

Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-

kurangnya 3x berturut-turut.

7) Abortus infeksiosus dan abortus septic

Adalah keguguran disertai infeksi genital. Abortus septic adalah

keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya

ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

b. Abortus provokatus (induced abortus)

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan. Abortus ini

dibagi 2, yaitu :

1) Abortus medisinalis (abortus therapeutikus)

Adalah abortus karena kita sendiri dengan alas an bila kehamilan

dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

2) Abortus kriminalis

Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan  yang tidak legal

atau tidak berdasarkan indikasi medis.

3. Etiologi Abortus

Wiknjosastro, H. (2005) dalam bukunya menyatakan penyebab keguguran

sebagian besar tidak di ketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa sebab antara

lain : 

a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi

Ini dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan

kematian mudigah pada hamil muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini

adalah :

Page 6: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

1) Kelainan kromosom

Gangguan yang terjadi sejak semula pertemuan kromosom terutama

ditemukan pada trisomi autosom. 

2) Faktor lingkungan endometrium 

a) Endometrium yang belum siap untuk menerima hasil konsepsi

terganggu. 

b) Gizi ibu kurang

3) Pengaruh dari luar

a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap untuk menerima hasil

konsepsi. 

b) Hasil konsepsi dipengaruhi oleh radiasi dan obat menyebabkan

pertumbuhan janin terganggu. 

b. Kelainan plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi

plasenta terganggu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya

karena hipertensi.

c. Penyakit ibu 

Penyakit secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan

melalui placenta yaitu penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,

malaria, syphilis. Toxin, bakteri, virus, atau plasmodium sehinggga

menyebabkan kematian janin dan terjadi abortus. 

d. Kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat

menyebabkan abortus. 

4. Komplikasi Abortus

Menurut Wiknjosastro, H. (2005) komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah

perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. 

a. Perdarahan 

Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu

pemberian transfusi darah. Kematian yang disebabkan oleh perdarahan dapat

terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. 

Page 7: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

b. Perforasi 

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Jika peristiwa ini terjadi penderita perlu diamati dengan teliti.

Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari

luas dan bentuk peforasi, penjahitan luka operasi atau perlu histerektomi.

Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan

persoalan gawat karena perlukaan lebih luas, mungkin pula terjadi perlukaan

pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan terjadinya perforasi,

laparatomi harus segera dilakukan. 

c. Infeksi 

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi biasanya

ditemukan abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang

dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi

menyebar lebih jauh terjadilah peritonitis umum atau sepsis dengan

kemungkinan diikuti syok. 

d. Syok 

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena

infeksi berat (syok endoseptik). 

 

B. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak

perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki (Soetjiningsih, 2004).

Adolescence atau remaja artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara

fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada

hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase

lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap

(Al-Mighwar, 2006).

2. Pengkategorian Remaja

World Health Organization menetapkan batas usia remaja dalam 2 bagian yaitu:

a. Periode remaja awal (early adolescence)

Periode ini berkisar antara umur 10 sampai 12 tahun. Periode remaja adalah

masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap

Page 8: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya

dalam pembentukan kepribadian individu.

b. Periode remaja akhir

Periode ini antara umur 15 sampai 20 tahun. Periode remaja adalah periode

pemantapan identitas diri. Pengertiannya akan “siapa aku” yang dipengaruhi

oleh pandangan orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman

pribadinya akan menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa.

Pemantapan identitas diri ini tidak selalu berjalan lancar, tetapi sering melalui

proses yang panjang dan bergejolak. Oleh karena itu, banyak ahli menamakan

periode ini sebagai masa-masa storm and stress (Latifah, 2008).

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Masa remaja sebagai masa yang penting

Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-

akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada

periode lainya (Al-Mighwar, 2006). Selain itu perkembangan fisik yang cepat

dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada

awal remaja, yang semua perkembangan itu menimbulkan perlunya

penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock,

2001).

b. Masa remaja sebagai masa peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya,

melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.

Artinya yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang

terjadi sekarang dan yang akan datang (Hurlock, 2001). Pada setiap periode

peralihan, nampak ketidakjelasan status individu dan munculnya keraguan

terhadap perananannya dalam masyarakat (Al-Mighwar, 2006).

c. Masa remaja sebagai masa perubahan

Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga

berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku

dan sikap menurun juga (Hurlock, 2001).

Page 9: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

d. Masa remaja sebagai masa pencari identitas

Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi

remaja daripada individualitas, dan apabila tidak menyesuaikan kelompok

maka remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Al-mighwar, 2006).

Tetapi lambat laun mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi

sama dengan teman-temannya dalam segala hal, seperti sebelumnya (Hurlock,

2001).

e. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh

remaja laki-laki maupun remaja perempuan (Hurlock, 2001). Dan banyak

remaja yang menyadari bahwa penyelesaian yang ditempuhnya sendiri tidak

selalu sesuai dengan harapan mereka (Al-Mighwar, 2006).

4. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja antara lain :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik

pria maupun wanita

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam

sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak

perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut

selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.

Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda

akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.

(Hurlock, 2001).

b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita

Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh

perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu

sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan

dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan

yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang

mengganggu para remaja. (Hurlock, 2001).

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak

kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan

Page 10: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki

konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri

sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan. (Hurlock, 2001).

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai

banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak

awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai

anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran

sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang

diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas

pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.

Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang

selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan

baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk

mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.

Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman

sebaya sesama jenis juga tidak mudah. (Hurlock, 2001).

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa

lainnya

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri

secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas

perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan

kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan

membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada

orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang

statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang

memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok. (Hurlock, 2001).

f. Mempersiapkan karier ekonomi

Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan

dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang

memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk

memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi

dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama

Page 11: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai

dijalani. (Hurlock, 2001).

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan

merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun

remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur

mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual,

tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan.

Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang

tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja (Hurlock, 2001).

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi

Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang

sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan

ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa

remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman

yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima

oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang

oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab (Hurlock, 2001).

C. Keterkaitan Antara Abortus Dikalangan Remaja Dengan Pergaulan Bebas Yang

Membudaya 

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya

dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu

sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun

sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir

menunjukan bahwa hampir 50 persen remaja dibawah usia 15 tahun dan 75 persen

dibawah usia 19 tahun melaporkan telah malakukan hubungan seks. Terlepas dari

keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada, atau

tahu tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular

Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin

kian meningkat. Bagi remaja perbincangan mengenai hubungan seks bukan hal yang

tabu, sudah menjadi hal yang biasa. Sekarang dianggap benar dan normal atau paling

sedikit diperbolehkan. 

Page 12: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

Bahkan hubungan seks di luar nikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat

saling mencintai dan saling terkait. Senggama yang disertai kasih sayang lebih

diterima dari pada bercumbu sekedar melepas nafsu. Hurlock berpendapat,

penggolongan peran seks atau belajar melakukan peran seks yang diakui lebih mudah

bagi laki-laki dari pada perempuan. Pertama, sejak awal masa kanak-kanak laki-laki

telah disadarkan akan perilaku yang patut dan didorong, didesak atau bahkan

dipermalukan untuk upaya penyesuaian diri dengan standar-standar yang diakui.

Kedua, dari tahun ke tahun laki-laki mengetahui bahwa peran pria memberi martabat

yang lebih terhormat dari pada peran wanita (Roslina, 2007). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Seksual menurut Elizabeth B Hurlock, beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku seks pada remaja: 

1. Pertama, faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka berasal dari

keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembang. 

2. Kedua, faktor luar yang mencakup sekolah cukup berperan terhadap

perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya. 

3. Ketiga, masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala

perawatg khususnya teknologi yang dicapai manusia

Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang kearah perilaku seksual

yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu membuat keputusan

pribadi yang penting tentang seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang salah

dapat mengakibatkan presepsi salah tentang seksualitas sehingga selanjutnya akan

menimbulkan perilaku seksual yang salah dengan segala akibatnya. Informasi yang

salah menyebabkan pengertian dan presepsi masyarakat khususnya remaja tentang

seks menjadi salah pula. Hal ini diperburuk dengan adana berbagai mitos mengenai

seks yang berkembang di masyarakat. Akhirnya, semua ini diekpresikan dalam bentuk

perilaku seksual yang buruk pula, dengan segala akibatnya yang tidak diharapkan

(Ida, 2011). 

Page 13: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

B. Hipotesis

C. Definisi Operasional

Page 14: ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA

DAFTAR PUSTAKA

Al-Migwar, M. (2006). Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia.

Hurlock, E. (2001). Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

Mansjor, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapios

Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstretri Patologi. Jakarta : EGC

Soetjiningsih. (2004). Pertumbuhan Somatik Pada Remaja. Jakarta : Sagung Seto.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo