28
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Muslimah Umur : 40 tahun Pendidikan : Tamat SLTA Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam Alamat : Trunan RT 02/ RW 21 Magelang 56215 Nama suami : Tn. Muhaimin Umur suami : 40 tahun Pendidikan : Tamat SLTP Pekerjaan : Pedagang Tanggal masuk : 26 Juli 2010 pukul 21.15 WIB II. ANAMNESIS ( tanggal 26 Juli 2010 pukul 21.30) Keluhan Utama Perdarahan dari jalan lahir Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya perdarahan yang keluar dirasa tidak banyak, berwarna merah segar dan tidak disertai prongkol- prongkol. 2 jam sebelum masuk rumah sakit perdarahan

Aborsi Inkompletus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

abortus inkompletus

Citation preview

Page 1: Aborsi Inkompletus

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Muslimah

Umur : 40 tahun

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Trunan RT 02/ RW 21 Magelang 56215

Nama suami : Tn. Muhaimin

Umur suami : 40 tahun

Pendidikan : Tamat SLTP

Pekerjaan : Pedagang

Tanggal masuk : 26 Juli 2010 pukul 21.15 WIB

II. ANAMNESIS ( tanggal 26 Juli 2010 pukul 21.30)

Keluhan Utama

Perdarahan dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari

sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya perdarahan yang keluar dirasa tidak

banyak, berwarna merah segar dan tidak disertai prongkol-prongkol. 2 jam

sebelum masuk rumah sakit perdarahan dari jalan lahir dirasa semakin banyak,

berwarna merah segar dan di sertai prongkol-prongkol. Pasien juga mengeluhkan

adanya sakit perut dan mules saat perdarahan. Pasien juga megeluh pusing, mual

dan muntah. Pasien mengaku tidak berhubungan suami istri sebelum terjadinya

perdarahan. Riwayat trauma sebelum perdarahan disangkal. pasien merasa hamil 3

bulan.

Page 2: Aborsi Inkompletus

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit hepatitis (+) sedangkan Riwayat sakit asma, hipertensi,

diabetes mellitus, penyakit jantung, TBC tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat asma, psikosa,

riwayat keganasan dalam keluarga tidak ada.

Riwayat Menstruasi

Umur menarche : 18 th

Siklus : 30 hari

Lama : 7 hari

Jumlah darah : 50 cc

Sakit waktu menstruasi : sakit

Pola gangguan haid : tidak ada

HPHT : 26 – 04 - 2010

Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, umur pernikahan dengan suami sekarang 7 Tahun

Riwayat Obstetri

no Kahamilan,persalinan,keguguran

dan nifas

Umur

sekarang/

tanggal

Keadaan

anak

Tempat

perawatan

dan no

daftar

1 Aterm,spontan, ♂, 3200 gram,

nifas baik

4 tahun

(2005)

Hidup,

sehat

bidan

2 5 bulan, keguguran Tahun 2006 dukun

3 2 bulan, keguguran Tahun 2007 Tidak

dikuret

4 Hamil ini

Page 3: Aborsi Inkompletus

Riwayat operasi dan penyakit yang pernah dijalani :

Pasien belum pernah menjalani operasi

Riwayat kehamilan Sekarang :

Riwayat ANC : belum pernah

Hari perkiraan lahir (HPL) : 03 – 01 - 2011

Riwayat KB

KB Suntik per 3 bulan selama 9 bulan. (2005-2006) di bidan

III. PEMERIKSAAN FISIK

KU : Baik

kesadaran : Compos Mentis.

Vital Sign : TD :110/70 mmHg, N : 76 x/mnt, Rr : 20 x/mnt, t : 360 C

Berat Badan : 48 kg

Tinggi Badan : 156 cm

Status Generalis

Kepala : Mesochepal

Mata : Conjungtiva Anemis (-) / (-), Sklera Ikterik (-) / (-)

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada sekret

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe leher, tidak ada

peningkatan JVP, tidak ada deformitas

Dada

Inspeksi : Bentuk simetris , tidak ada deformitas, tidak ada

ketertinggalan gerak

Palpasi : vokal fremitus paru – paru kanan = paru – paru

kiri, ictus

cordis di SIC V linea medioclavicularis sinistra.

Perkusi : Sonor pada paru - paru kanan dan kiri

Auskultasi :

Page 4: Aborsi Inkompletus

Paru : Suara dasar vesikuler, suara

tambahan ( - ).

Jantung : S1/S2 murni, tunggal, bising

jantung ( - ).

Abdomen :

Inspeksi : Datar, striae ( - ), sikatrik ( - )

Auskultasi : Peristaltik ( + ), Bising usus ( + )

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien

tak

teraba.

Perkusi : Tympani

Anggota Gerak

Reflek fisiologis : atas (+) / bawah (+)

Edema : atas (-)/ bawah (-)

Varises : (-)/(-)

Status Ginekologis

Vaginal Touche: flx : (+) fl : (-)

v/u/v tenang

portio sebesar jempol tangan, lunak

OUE terbuka 2 jari, teraba jaringan

corpus uteri setelur bebek

AP/CD tenang

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah:

Hb : 11,9 g / dl

AL : 10.400 / ul

AT : 359.000 / ul

HbsAg : +

Page 5: Aborsi Inkompletus

V. DIAGNOSIS

G4P1A2 umur 40 tahun hamil 11 minggu

Abortus Inkompletus

Abortus Habitualis

VI. TERAPI

Kuretase

Skin test Penisilin dan streptomisin

Bila skin test (-) dilanjutkan Injeksi penisillin 1 jt dan streptomicin ½

gram -> pagi dan sore

VII. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Follow up

27 – 07 -2010 jam 06.00

Keluhan : Tidak ada

KU : Baik, Compos Mentis

Px Fisik : TD : 120/90 mmHg

N : 72 x/menit

t : 36,5o C

Rr : 20 x/menit

Conjungtiva anemis : (-)

Palpasi abdomen : Supel,

nyeri tekan (+), massa (-), TFU sulit diraba

Perdarahan pervaginam: sedang, warna merah segar

BAB/BAK : +/+

Page 6: Aborsi Inkompletus

VIII. LAPORAN OPERASI

Diagnosis Pre-Operasi : G4P1A2 umur 40 tahun hamil 11 minggu,

Abortus inkompletus

Diagnosis Post Operasi : G4P1A3 umur 40 tahun

Post Kuretase a.i Abortus inkompletus

Macam Operasi : Kuretase

LAPORAN OPERASI :

1. Pasien tidur di meja operasi dengan posisi lithotomi dengan General

Anesthesi

2. Disinfektan daerah yang akan di operasi

3. Tutup daerah sekitar yang akan di operasi dengan duk steril

4. Pasang speculum Sims posterior

5. Pasang speculum Sims anterior

6. Disinfektan daerah portio uterus

7. Jepit portio anterior dengan kogel tang

8. Melepas speculum anterior

9. Sondage 8 cm Antefleksi

10. Kuretase seluruh permukaan uterus searah jarum jam secara perlahan ,

keluar sisa Jaringan 25 cc

11. Sondase ulang 7 cm , terdapat tahanan seluruh permukaan

12. Melepas kogel tang

13. Melepas spekulum Sims Posterior

14. Antisepsis kembali

15. Hitung alat lengkap

16. Operasi selesai

Page 7: Aborsi Inkompletus

X. DIAGNOSIS

G4 P1A3 umur 40 tahun

Post Kuretase a/i Abortus Inkompletus Hari ke 0

XI. TERAPI

- Amoxycillin 3 x 500 mg

- Asam Mefenamat 3 x 500 mg

- Metil Ergometrin 3 x 1

Follow up

29 – 07 – 2010 jam 06.00

Keluhan : Tidak ada

KU : Baik, Compos Mentis

Px Fisik : TD : 110/70 mmHg

N : 72 x/menit

t : 35,8o C

Rr : 20 x/menit

Conjungtiva anemis : (-)

Palpasi abdomen : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), TFU

tak

teraba

Perdarahan pervaginam: Sedikit, warna merah

BAB/BAK : - /+

Terapi : Amoxycillin 3 x 500 mg

Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Metil Ergometrin 3 x 1

Dx : G4 P1A3 umur 40 tahun

Post Kuretase a/i Abortus Inkompletus Hari ke 1

Page 8: Aborsi Inkompletus

TINJAUAN PUSTAKA

I. ABORTUS

Definisi

Abortus didefinisikan sebagai sebagai pengakhiran kehamilan sebelum

janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.

Frekwensi

Frekwensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak yang

tidak dilaporkan kecuali apabila terjadi komplikasi ; juga karena sebagian abortus

spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak

diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat Lebih dari 80%

abortus terjadi dalam 12 minggu pertama. Diperkirakan frekuensi abortus spontan

berkisar 10-15%.

Etiologi

Penyebab abortus adalah :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin

atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan

adalah :

a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus

spontan adalah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan

kromosom seks.

b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di

sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat

makanan pada hasil konsepsi terganggu.

c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi

baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.

Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

Page 9: Aborsi Inkompletus

2. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi

plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu

Pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dapat menyebabkan

abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta

masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadilah

abortus. Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis, bruselosis,

mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan

walaupun lebih jarang.

4. Kelainan traktus genitalis.

Retroversio uteri gravidi inkarserata, mioma submukosa, atau kelainan

bawaan uterus dapat menyebabkan abortus, seperti serviks inkompeten

yang sering menyebabkan abortus berulang.

Kelainan uterus lain yang dapat menyebabkan abortus adalah leiomioma,

perlekatan intrauteri, defek perkembangan uterus.

- Leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila

pemeriksaan klinis lainnya negatif dan histerogram menunjukkan

adanya defek pengisian dalam kavum endometrium.

- Perlekatan intrauteri paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada

abortus yang terinfeksi atau pada missed abortion atau akibat

komplikasi postpartum. Abortus pada keadaan ini terjadi karena

endometrium yang kurang memadai untuk mendukung implantasi hasil

pembuahan.

- Defek perkembangan uterus seperti uterus unikornis, uterus septus atau

uterus bikornis dapat menyebabkan abortus.

5. Nutrisi

Hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinannya

menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Namun tidak

didapatkan bukti yang menyatakan bahwa defisiensi salah satu nutrien

Page 10: Aborsi Inkompletus

dalam makanan atau defisiensi semua nutrien merupakan penyebab

abortus yang penting.

6. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan

a. Tembakau, diidentifikasi sebagai zat yang berkaitan dengan kejadian

abortus

b. Alkohol juga terlibat dalam peningkatan kejadian abortus sekalipun

jumlah yang dikonsumsi tidak banyak. Hal ini menunjukkan bahwa

tembakau dan alkohol merupakan embriotoksin.

c. Radiasi dalam dosis yang cukup telah diketahui dapat menyebabkan

abortus. Dosis yang tepat untuk manusia tidak diketahui tetapi dosis

letal minimum diyakini sekitar 5 rads.

d. Kontrasepsi. Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan kenaikan

kejadian abortus septik setelah kegagalan kontrasepsi.

e. Beberapa toksin lingkungan, seperti arsen, timah hitam, beberapa jenis

senyawa aldehid, benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan

abortus.

7. Laparatomi

Trauma akibat laparatomi dapat mencetuskan terjadinya abortus. Pada

umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ

panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya abortus.

8. Pengaruh endokrin

Abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus dan

defisiensi progesteron. Diabetes mellitus tidak menyebabkan abortus jika

kadar gula dikendalikan dengan baik. Defisiensi progesteron karena

kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, dapat

menyebabkan abortus. Sebab progesteron berfungsi mempertahankan

desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu

nutrisi pada hasil konsepsi sehingga berperan terhadap kematian janin.

9. Gamet yang menua

Umur sperma dan umur ovum dapat mempengaruhi kejadian abortus

spontan. Abortus dapat terjadi bila inseminasi terjadi 4 hari sebelum atau 3

hari sesudah waktu peralihan temperatur basal tubuh. Sehingga gamet

Page 11: Aborsi Inkompletus

yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi

berpengaruh terhadap kejadian abortus.

10. Trauma fisik dan trauma emosional

Bila abortus disebabkan khususnya oleh trauma, kemungkinan trauma

tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi namun lebih merupakan

kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus.

Patofisologi

Abortus terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti

dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan

nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut. Hal tersebut

menyebabkan hasil konsepsi terlepas seluruhnya atau sebagian yang

diinterpretasikan sebagai benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan

uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Jika terjadi sebelum minggu ke 8, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan

seluruhnya karena vilii koriales belum menembus desidua secara mendalam Pada

kehamilan antara 8 sampai 14 minggu vili koriales menembus desidua lebih

dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat

menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya

yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu

kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan

lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,

yakni :

1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan

plasenta.

2. Kantong amnion dan isinya (janin) keluar, meninggalkan korion dan

desidua.

3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan

janin keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin

yang dikeluarkan).

Page 12: Aborsi Inkompletus

4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

Yaitu berupa :

- Kantong amnion yang berisi air ketuban tanpa janin (blighted ovum).

- Mola kruenta. Yaitu bila hasil konsepsi yang telah mati tidak

dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dapat dilapisi oleh bekuan

darah.

- Mola karnosa bila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya

terjadi organisasi, sehingga nampak seperti daging.

- Mola tuberosa, dalam hal ini amnion tampak bebenjol-benjol karena

terjadi hematoma antara korion dan amnion.

- Nasib janin yang mati bermacam-macam, jika masih sangat kecil dapat

diabsorbsi dan hilang. Jika sudah agak besar, cairan amnion diabsorbsi

sehingga janin tertekan (fetus compressus), dalam tingkat lanjut dapat

menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Klasifikasi

Abortus dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Abortus Spontan

Yaitu abortus yang terjadi tanpa disengaja, tidak memakai obat-obatan

maupun alat-alat, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

Abortus Spontan terdiri dari :

a. Abortus Imminens

Abortus yang membakat atau mengancam akan terjadi. Hasil konsepsi

seutuhnya masih di cavum uteri

b. Abortus Insipien

Abortus yang sedang berlangsung, tanpa pengeluaran hasil konsepsi

atau hasil konsepsi masih di dalam cavum uteri

c. Abortus Inkompletus

Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui

jalan lahir, namun sebagian masih tertinggal intrauterine

d. Abortus Kompletus

Apabila keseluruhan jaringan hasil konsepsi telah keluar secara

lengkap

Page 13: Aborsi Inkompletus

e. Abortus Habitualis

Adalah dimana penderita mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau

lebih

f. Missed Abortion

Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam

rahim dan tidak dikeluarkan selama 6-7 minggu.

2. Abortus Provokatus (induced abortion)

Yaitu abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun

alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a. Abortus Medisinalis (therapeutica abortion)

Adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin menjadi viabel dengan

tujuan untuk melindungi kesehatan ibu.

b. Abortus Kriminalis

Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak

legal atau tidak berdasarkan indikasi medis yakni tidak berdasarkan

gangguan kesehatan ibu ataupun penyakit pada janin.

3. Abortus Infeksiosa atau septik

Adalah abortus yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah abortus

disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam

peredaran darah atau peritoneum.

Manajemen dan Diagnosis

Seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per

vaginam setelah mengalami haid terlambat, mual dan muntah, sering terdapat rasa

mules, harus dicurigai abortus. Kecurigaan dapat diperkuat dengan ditentukannya

kehamilan dengan pemeriksaan tanda-tanda kehamilan, tes kehailan secara

biologis atau imunologik. Harus dipertimbangkan macam dan banyaknya

perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam cavum uteri atau

vagina.

Sebab kemungkinan diagnosis lain harus dipikirkan kehamilan ektopik

yang ternganggu, mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan pada serviks.

Page 14: Aborsi Inkompletus

Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang-

kadang agak sulit dibedakan dari abortus dengan posisi retroversi. Dalam kedua

keadaan tersebut ditemukan amenore, perdarahan per vaginam, rasa nyeri di perut

bagian bawah, dan tumor di belakang uterus. Namun, keluhan nyeri biasanya

lebih hebat pada kehamilan ektopik. Bila gejala-gejala menunjukkan kehamilan

ektopik terganggu dapat dilakukan kuldosintesis dan darah dapat dikeluarkan

dengan tindakan ini, diagnosis dapat ditegakkan. Pada mola hidatidosa uterus

biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea dan muntah lebih sering. Bila

ada kecurigaan mola hidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Karsinoma serviks uteri, polip serviks dapat menyertai kehamilan.

Perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan

inspekulo, sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis.

Secara klinis dapat dibedakan antara abortus iminens, insipiens,

inkompletus, kompletus, missed abortion, habitualis, infeksiosa dan septik. Secara

lebih lanjut akan dibahas mengenai abortus inkompletus.

Komplikasi abortus

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.

2. Perforasi

Perforasi uterus yang terjadi pada kuret dapat terjadi terutama pada uterus

dengan posisi hiperrtofleksi. Jika ada bahaya, perlu segera dilakukan

laparatomi dan dikerjakan penjahitan luka perforasi atau bila perlu

histerektomi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, namun

biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada

abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan

antisepsis. Bila infeksi menyebar dapat terjadi peritonitis umum atau

sepsis dan kemudian berlanjut menjadi syok.

4. Syok

Page 15: Aborsi Inkompletus

Syok dapat terjadi akibat perdarahan dan akibat infeksi berat.

II. ABORTUS INKOMPLETUS

Abortus Inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada tertinggal sisa dalam uterus.

Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi

sebelum minggu ke 10, tetapi setelah itu, pengeluaran janin akan terpisah.

Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka

perdarahan cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus

inkompletus. Sedangkan pada abortus dengan usia kehamilan yang lebih lanjut,

sering perdarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga

terjadi hipovolemia berat.

Diagnosis Abortus Inkompletus

1. Adanya terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

2. Perdarahan pervaginam disertai jaringan.

3. Dapat disertai nyeri perut ataupun tidak.

4. Tanda dan gejala kehamilan yang sesuai dengan umur kehamilan.

5. Sebagian hasil konsepsi telah keluar, namun sebagian masih tertinggal di

intrauterine.

6. Ostium uteri eksternum pada abortus yang baru terjadi dijumpai terbuka.

7. Serviks teraba lunak.

8. Teraba adanya jaringan, atau jaringan menonjol di ostium uteri eksternum.

Penanganan Abortus Inkompletus

1. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga

menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti bila hasil konsepsi

belum dikeluarkan. Bila terjadi hal tersebut berikan segera cairan infus

kristaloid sepert NaCl atau Ringer Laktat yang disusul dengan transfusi.

2. Setelah syok teratasi, dapat dilakukan kuretase.

3. Tentukan besar uterus untuk menaksir usia gestasi, atasi setiap komplikasi

yang dapat terjadi.

Page 16: Aborsi Inkompletus

4. Hasil konsepsi yang tertinggal pada serviks yang disertai perdarahan dapat

dikeluarkan secara digital atau kuretase dengan sendok kuret. Harus

diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar tidak ada jaringan yang

terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut putaran jarum jam.

Setelah hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus maka hasil tersebut

dapat dikeluarkan atau diambil dengan cunam abortus.

Selain dengan menggunakan sendok kuret, dapat pula menggunakan

aspirasi vakum. Keuntungan penggunaan aspirasi vakum adalah

pelaksanaannya lebih cepat, mempunyai angka perforasi yang rendah,

tidak banyak menimbulkan perdarahan dan rasa nyeri saat dilakukan

tindakan dan lebih jarang menimbulkan infeksi yang terjadi sesudah

tindakan.

Namun bila dengan aspirasi vakum masih ada jaringan yang tertinggal,

maka pengeluaran dilakukan dengan cara kuretase biasa.

5. Setelah tindakan berikan suntikkan ergometrin intramuskular atau

metilergometrin per oral untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

6. Untuk antibiotika profilaksis dapat diberikan amoxicilin 3 x 500 mg.

7. Bila terjadi infeksi, beri ampicilin injeksi 1 g dan metronidazole 500 mg

oral masing-masing tiap 8 jam.

8. Bila pasien nampak anemis atau Hb dibawah normal, berikan sulfas

ferosus atau pemberian transfusi darah.

Prognosis

Dengan penanganan yang tepat dan selama tidak terjadi komplikasi,

prognosis dari abortus inkompletus baik.

Page 17: Aborsi Inkompletus

PEMBAHASAN

Diagnosis abortus inkompletus pada pasien ini ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesis yaitu pasien merasa hamil 3 bulan, terlambat haid 3 bulan,

mengeluh perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari sebelum masuk Rumah

Sakit. Perdarahan yang keluar banyak, perut mules disertai keluar

prongkol-prongkol seperti daging, yang menandakan sebagian hasil

konsepsi sudah ada yang keluar, namun karena perdarahan hingga saat ini

belum berhenti, ini menunjukkan bahwa ada sebagian hasil konsepsi yang

masih tertinggal di uterus.

2. Palpasi abdomen :

Dinding abdomen supel, tidak ada nyeri tekan, TFU sulit dinilai.

3. Vaginal Touche :

v/u tenang, dinding vagina licin, servix lunak, OUE terbuka 2 jari, teraba

jaringan di OUE, corpus uteri setelur bebek, parametrium kanan-kiri

lemas, fluxux (+) flour (-)

Riwayat keluarnya jaringan, dimana perdarahan hingga saat ini belum

berhenti. Lalu dari Vaginal Touche didapatkan tanda-tanda diagnosis dari abortus

inkompletus. Pada pasien ini penegakkan diagnosis dapat didukung dari

pemeriksaan USG yang menampilkan kesan telah terjadi kehamilan dengan

abortus inkompletus, tetapi tidak dilakukan.

Untuk menyingkirkan diagnosis banding, dapat terlihat jelas bahwa

abortus insipien perdarahan yang keluar banyak namun tidak disertai keluarnya

jaringan atau hasil konsepsi dan bila abortus kompletus perdarahan telah berhenti

dengan riwayat pengeluaran jaringan yang lengkap.

Dari pemeriksaan pada abortus insipien juga terdapat dilatasi serviks

seperti pada abortus inkomplet namun tidak disertai pengeluaran jaringan seperti

pada abortus inkomplet. Sedangkan pada abortus komplet tidak terdapat

pembukaan serviks.

Page 18: Aborsi Inkompletus

Terapi pada pasien ini telah benar yaitu dilakukan kuretase, dan diberikan

antibiotika sebagai pencegahan infeksi. Dari hasil follow up pasien, keluhan

perdarahan sudah berkurang banyak dan keadaan umum pasien ketika pulang

baik. Artinya penanganan pada pasien ini sudah tepat.

Page 19: Aborsi Inkompletus

DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham, F, G., MacDonald, P, C., Gant, N, F. 1995. Obstetri William. EGC.

Jakarta. 2. Norwitz, Errol & Schorge,John.2007. at a Glance Obstetri & Ginekologi

edisi kedua. EMS. Jakarta .3. Saifuddin, A.B., Wiknjosastro, H., Affandi B., Waspodo, D., 2006. Buku

Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

4. Wikjosastro, H., Saifuddin, B, A., Rachimhadhi, T. 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.