31
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina yaitu fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya. Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa atau hemoragik. 1 Prevalensi ablasio retina didunia adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi. Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi meningkat pada beberapa keadaan seperti Miopi tinggi, Afakia/pseudofakia dan trauma. 1 Pada penderita – penderita ablasio retina ditemukan adanya Miopia sebesar 55%, lattice degenerasi 20 – 30 %, trauma 10-20 % dan Afakia/pseudofakia 30 – 40 %. Traumatik ablasio retina lebih sering terjadi pada orang muda, dan ablasio retina akibat miopia yang tinggi biasa terjadi pada usia 25-45 tahun, dan laki-laki memiliki resiko mengalami ablasio retina lebih besar dari perempuan. 2 Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina regmatogenosa. Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1 dalam 15.000 populasi dengan prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-kira 1 diantara 10.000 orang dan lebih sering terjadi pada usia lanjut kira-kira umur 1

Ablasio Retina.citradocx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ablasio Retina.citradocx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina

yaitu fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya.

Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa

atau hemoragik.1

Prevalensi ablasio retina didunia adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi.

Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi meningkat pada

beberapa keadaan seperti Miopi tinggi, Afakia/pseudofakia dan trauma. 1 Pada

penderita –penderita ablasio retina ditemukan adanya Miopia sebesar 55%, lattice

degenerasi 20 – 30 %, trauma 10-20 % dan Afakia/pseudofakia 30 – 40 %.

Traumatik ablasio retina lebih sering terjadi pada orang muda, dan ablasio retina

akibat miopia yang tinggi biasa terjadi pada usia 25-45 tahun, dan laki-laki

memiliki resiko mengalami ablasio retina lebih besar dari perempuan.2

Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio retina

regmatogenosa. Menurut penelitian, di Amerika Serikat insiden ablasio retina 1

dalam 15.000 populasi dengan prevalensi 0,3%. Sedangkan insiden per tahun kira-

kira 1 diantara 10.000 orang dan lebih sering terjadi pada usia lanjut kira-kira umur

40-70 tahun. Pasien dengan miopia yang tinggi (>6D) memiliki 5% kemungkinan

resiko terjadinya ablasio retina, afakia sekitar 2%, komplikasi ekstraksi katarak

dengan hilangnya vitreus dapat meningkatkan angka kejadian ablasio hingga 10%.3

Tujuan penulis adalah dengan adanya referat ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan dan informasi tentang ablasio retina serta bagaimana

penatalaksanaan yang tepat, sehingga dapat berguna untuk kebaikan bersama

dalam mencapai kesehatan mata yang lebih baik.

1

Page 2: Ablasio Retina.citradocx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Retina

Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan

terdiri atas beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga belakang bola

mata. Retina membentang kedepan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare,

dan berakhir di tepi ora serrata.1

Gambar 1. Anatomi retina

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut:1

1. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan

vitreous.

2. Lapisan serabut saraf, merupakan akson-akson sel ganglion menuju saraf

ke arah saraf optic.

3. Lapisan sel ganglion, merupakan badan sel dari neuron kedua.

4. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aseluler tempat sinaps sel

bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

5. Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, sel horizontal dan sel

Muller.

2

Page 3: Ablasio Retina.citradocx

6. Lapisan pleksiform luar, merupakan tempat sinaps sel fotoresptor dengan

sel bipolar dan sel horizontal.

7. Lapisan inti luar, merupakan lapisan inti sel kerucut dan sel batang.

8. Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.

9. Lapisan fotoreseptor, terdiri dari sel batang dan kerucut.

10. Lapisan epitel pigmen retina, merupakan batas antara retina dan koroid

Gambar 2. Lapisan retina

Pada kehidupan embrio, dari optic vesicle terbentuk optic cup, di mana

lapisan luar membentuk lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk

lapisan dalam lainnya. Di antara kedua lapisan ini terdapat celah potensial. Bila

terjadi robekan di retina, maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk

ke dalam celah potensial dan melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan

epitel pigmen, maka terjadilah ablasio retina. Keadaan ini tidak boleh berlangsung

lama, oleh karena lapisan batang dan kerucut mendapat makanan dari kapiler

koroid, sedang bagian-bagian lain dari retina mendapat nutrisi dari pembuluh darah

retina sentral, yang cabang-cabangnya terdapat di dalam lapisan urat saraf.8

Retina menjalar ke depan dan makin ke depan, lapisannya berubah makin

tipis dan berakhir di ora serrata, di mana hanya didapatkan satu lapisan nuklear.

3

Page 4: Ablasio Retina.citradocx

Makin ke perifer makin banyak batang daripada kerucut, batang-batang itu telah

mengadakan modifikasi menjadi tipis-tipis. Epitel pigmen dari retina kemudian

meneruskan diri menjadi epitel pigmen yang menutupi badan siliar dan iris.8

Di mana aksis mata memotong retina, terletak makula lutea. Di tengah-

tengahnya terdapat lekukan dari fovea sentralis. Pada funduskopi, tampak makula

lutea lebih merah dari sekitarnya dan pada tempat fovea sentralis seolah-olah ada

cahaya, yang disebut refleks fovea, yang disebabkan lekukan pada fovea sentralis.

Besar makula lutea 1-2 mm. Daerah ini daya penglihatannya paling tajam,

terutama di fovea sentralis.

Struktur makula lutea:

1. Tidak ada serat saraf;

2. Sel-sel ganglion sangat banyak dipinggir-pinggirnya, tetapi di makula

sendiri tidak ada;

3. Lebih banyak kerucut daripada batang dan telah bermodifikasi menjadi

tipis-tipis. Di fovea sentralis hanya terdapat kerucut. Nasal dari makula

lutea, kira-kira pada jarak 2 diameter papil terdapat papilla nervi optisi,

yaitu tempat di mana N II menembus sklera. Papil ini hanya terdiri dari

serabut saraf, tidak mengandung sel batang dan kerucut sama sekali.

Bentuk papil lonjong, berbatas tegas, pinggirnya lebih tinggi dari retina

sekitarnya. Bagian tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat,

besarnya 1/3 diameter papil, yang disebut ekskavasi fisiologis. Dari tempat

inilah keluar arteri dan vena sentral yang kemudian bercabang-cabang ke

temporal dan ke nasal, juga ke atas dan ke bawah.8

Pada pemeriksaan funduskopi, dinding pembuluh darah tidak dapat dilihat.

Yang tampak pada pemeriksaan adalah kolom darah. Arteri diameternya lebih

kecil, dengan perbandingan a:v = 2:3. Warnanya lebih merah, bentuknya lebih

lurus-lurus, di tengahnya terdapat refleks cahaya. Vena lebih besar, warna lebih

tua, bentuk lebih berkelok-kelok.8

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri

retina sentral masuk retina melalui papil saraf optic yang akan memberikan nutrisi

4

Page 5: Ablasio Retina.citradocx

dalam retina. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari

koroid.

Gambar 3. Gambaran retina normal

2.2. Fisiologi Retina1

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus

berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai

suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor

mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan

oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks

penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik

dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di

fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel

ganglionnya, dan serat saraf keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling

tajam. Macula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna

(penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri

dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam

(skotopik).

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler

pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang

mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung

rodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk

sewaktu molekul protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton

cahaya diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerisasi menjadi

5

Page 6: Ablasio Retina.citradocx

bentuk all-trans. Rodopsin adalah suatu glikolipid membran yang separuhnya

terbenam di lempeng membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.

Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang.

Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-

abu, tetapi warna tidak dapat dibedakan.

Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, jika

senja hari diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan penglihatan

malam oleh fotoreseptor batang.

2.3. Ablasio Retina

2.3.1. Definisi

Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang

retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih

melekat erat dengan membrane Bruch. 2 Karena antara sel kerucut dan sel

batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau

epitel pigmen, maka daerah ini merupakan titik lemah yang potensial untuk

lepas secara embriologis. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari

koroid atau sel epitel pigmen retina akan mengakibatkan terjadinya

gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung

lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

Gambar 4. Ablasio retina

2.3.2. Patogenesis

6

Page 7: Ablasio Retina.citradocx

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan

rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar pada mata

yang matur dan dapat terpisah : 6

1. Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami

likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio

progresif (ablasio regmatogenosa).

2. Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina

(misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio

retina traksional).

3. Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina

akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan

(ablasio retina eksudatif)

Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya

robekan retina atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan

pada mata afakia. Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi

retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan

kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya.9

Perubahan degeneratif retina pada miopia dan usia lanjut juga terjadi di

koroid. Sklerosis dan sumbatan pembuluh darah koroid senil akan menyebabkan

berkurangnya perdarahan ke retina. Hal semacam ini juga bisa terjadi pada miopia

karena teregangnya dan menipisnya pembuluh darah retina. Perubahan ini terutama

terjadi di daerah ekuator, yaitu tempat terjadinya 90% robekan retina. Terjadinya

degenerasi retina pada mata miopia 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada mata

emetropia. Ablasi retina delapan kali lebih sering terjadi pada mata miopia

daripada mata emetropia atau hiperopia. Ablasi retina terjadi sampai 4% dari

semua mata afakia, yang berarti 100 kali lebih sering daripada mata fakia.9

Terjadinya sineresis dan pencairan badan kaca pada mata miopia satu

dasawarsa lebih awal daripada mata normal. Depolimerisasi menyebabkan

penurunan daya ikat air dari asam hialuron sehingga kerangka badan kaca

mengalami disintegrasi. Akan terjadi pencairan sebagian dan ablasi badan kaca

posterior. Oleh karenanya badan kaca kehilangan konsistensi dan struktur yang

mirip agar-agar, sehingga badan kaca tidak menekan retina pada epitel pigmen

7

Page 8: Ablasio Retina.citradocx

lagi. Dengan gerakan mata yang cepat, badan kaca menarik perlekatan vireoretina.

Perlekatan badan kaca yang kuat biasanya terdapat di daerah sekeliling radang atau

daerah sklerosis degeneratif. Sesudah ekstraksi katarak intrakapsular, gerakan

badan kaca pada gerkan mata bahkan akan lebih kuat lagi.Sekali terjadi robekan

retina, cairan akan menyusup di bawah retina sehingga neuroepitel akan terlepas

dari epitel pigmen dan koroid.9

2.3.3. Etiologi4

1. Robekan retina

2. Tarikan dari jaringan di badan kaca

3. Desakan tumor, cairan, nanah ataupun darah.

2.3.4. Klasifikasi1,2

Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan

ablasio serosa atau hemoragik.

1. Ablasio Retina Regmatogenosa

Merupakan bentuk tersering dari ablasio retina. Pada ablasio retina

regmatogenosa dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan di retina sehingga

cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi

pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui

robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan

retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.

Karakteristik ablasio regmatogenosa adalah pemutusan total (full-

thickness) di retina sensorik, traksi korpus vitreum dengan derajat bervariasi, dan

mengalirnya korpus vitreum cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang

subretina. Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai

oleh pelepasan korpus vitreum. Miopia, afakia, degenerasi lattice, dan trauma mata

biasanya berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.2

Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan

yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapatnya riwayat

adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan.3,11

Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya

karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio

retina bila dilepasnya retina mengenai makula lutea.3

8

Page 9: Ablasio Retina.citradocx

Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang.

Kadang-kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya

defek aferen pupil akaibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan

dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah

lama.3Mata yang berisiko untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan

myopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di

bagian perifer, 50% ablasi yang timbul pada afakia.

Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna

pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina

berwarna merah.

Gambar 5. robekan retina berwarna merah.

Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih

pemutusan retina total misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik

bundar, atau robekan sirkumferensial anterior (dialisis retina). Letak pemutusan

retina bervariasi sesuai dengan jenis; robekan tapal kuda paling sering terjadi di

kuadran superotemporal, lubang atrofik di kuadran temporal, dan dialisis retina di

kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel, maka defek

biasanya terletak dalam 90 derajat satu sama lain.2,3

9

Page 10: Ablasio Retina.citradocx

Gambar 5. Robekan tapal kuda

2. Ablasio Retina Traksi

Merupakan jenis tersering kedua, ablasio retina traksional terjadi akibat

adanya tarikan (traksi) oleh jaringan parut pada badan kaca menyebabkan

retina terangkat dari epitel pigmennya. Jaringan fibrosis pada badan kaca

dapat disebabkan oleh retinopati diabetic proliferatif, vitreoretinopati

proliferatif, retinopati pada prematuritas, trauma mata, dan perdarahan badan

kaca akibat pembedahan atau infeksi terutama disebabkan oleh retinopati

diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif,

Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih konkaf

dan cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Pada ablasi ini

lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan

mengakibatkan ablasi retina, dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.

Gambar 7.Ablasio retina traksi

Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenosa, ablasio

retina akibat traksi yang khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan

cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya traksi yang secara

10

Page 11: Ablasio Retina.citradocx

aktif menarik retina sensorik menjauhi epitel pigmen di bawahnya disebabkan oleh

adanya membran vitreosa, epiretina, atau subretina yang terdiri dari fibroblas dan

sel glia atau sel epitel pigmen retina. Pada ablasio retina akibat traksi pada

diabetes, kontraksi korpus vitreum menarik jaringan fibrovaskular dan retina di

bawahnya ke arah anterior menuju dasar korpus vitreum. Pada awalnya pelepasan

mungkin terbatas di sepanjang arkade-arkade vaskular, tetapi dapat terjadi

perkembangan sehingga kelainan melibatkan retina midperifer dan makula.

Gambar 8. pasien dengan diabetes retinopati proliferatif disertai ablasio retina

traksional dibagian supratemporal.

Proses patologik dasar pada mata yang mengalami vitreoretinopati

proliferatif adalah pertumbuhan dan kontraksi membran selular di kedua sisi retina

dan di permukaan korpus vitreum posterior. Traksi fokal dari membran selular

dapat menyebabkan robekan retina dan menimbulkan kombinasi ablasio retina

regmatogenosa-traksional.2.

3. Ablasio Retina Eksudatif

Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya

eksudat di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina

sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid

(ekstravasasi), Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor

retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Pada ablasio tipe ini

penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang atau

menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.

11

Page 12: Ablasio Retina.citradocx

Ablasio ini adalah hasil dari penimbunan cairan dibawah retina sensorik,

dan terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan koroid. Penyakit

degenerative, inflamasi, dan infeksi yang terbatas pada macula termasuk

neovaskularisasi subretina yang disebabkan oleh berbagai macam hal, mungkin

berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.

2.3.5. Diagnosis

Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

oftalmologi, dan pemeriksaan penunjang.

a) Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah:

1) Floater: penderita merasakan adanya tabir atau bayangan yang datang dari

perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang. Tabir ini

bergerak bersamasama dengan gerakan mata.

2) Fotopsia: penderita melihat kilatan cahaya.

3) Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian

seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Selain itu, dari

anamnesis perlu ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan

sebelumnya (seperti ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum

intraokuli), riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus,

ambliopa, glaukoma dan retinopati diabetik), riwayat keluarga dengan

penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio

retina, misalnya diabetes, tumor, leukemia, eklamsia dan prematuritas.

12

Gambar 10. Perhatikan eksudat di makula

Gambar 9. Ablasio retina serosa

Page 13: Ablasio Retina.citradocx

b) Pemeriksaan Oftalmologi

1) Pemeriksaan visus. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila

makula lutea ikut terangkat.

2) Pemeriksaan lapangan pandang. Akan terjadi defek lapangan pandang

seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan

kedudukan ablasio retina.

3) Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan

vitreous untuk mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini

merupakan patognomonis dari ablasio retina pada 75 % kasus.

4) Pemeriksaan funduskopi. Retina yang mengalami ablasio tampak

sebagai membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran

vaskuler koroid dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

5) Pemeriksaan tekanan bola mata. Pada ablasio retina tekanan intraokuli

kemungkinan menurun.

c) Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya

penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun

kelainan darah.

2) Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat

tervisualisasi oleh karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.

3) Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak

diindikasikan untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat

dibutuhkan untuk mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor.

Tabel 1. Gambaran Diagnosis Dari Tiga Tipe Ablasio Retina

Regmatogenus Traksi Eksudatif

Riwayat penyakit Afakia, myopia, trauma tumpul, photopsia, floaters, gangguan lapangan pandang yang progresif, dengan keadaan

Diabetes, premature,trauma tembus, penyakit sel sabit, oklusi vena.

Factor-faktor sistemik seperti hipertensi maligna, eklampsia, gagal ginjal.

13

Page 14: Ablasio Retina.citradocx

umum baik.

Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 % kasus

Kerusakan primer tidak ada

Tidak ada

Perluasan ablasi Meluas dari oral ke discus, batas dan permukaan cembung tergantung gravitasi

Tidak meluas menuju ora, dapat sentral atau perifer

Tergantung volume dan gravitasi, perluasan menuju oral bervariasi, dapat sentral atau perifer

Pergerakan retina Bergelombang atau terlipat

Retina tegang, batas dan permukaan cekung, Meningkat pada titik tarikan

Smoothly elevated bullae, biasanya tanpa lipatan

Bukti kronis Terdapat garis pembatas, makrosis intra retinal, atropik retina

Garis pembatas Tidak ada

Pigmen pada vitreous

Terlihat pada 70 % kasus

Terlihat pada kasus trauma

Tidak ada

Perubahan vitreous

Sineretik, PVD, tarikan pada lapisan yang robek

Penarikan vitreoretinal

Tidak ada, kecuali pada uveitis

Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada perpindahan

Dapat keruh dan berpindah secara cepat tergantung pada perubahan posisi kepala.

Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada

Tekanan intraocular

Rendah Normal Bervariasi

Transluminasi Normal Normal Transluminasi terblok apabila

14

Page 15: Ablasio Retina.citradocx

ditemukan lesi pigmen koroid

Keaadan yang menyebabkan ablasio

Robeknya retina Retinopati diabetikum proliferative, post traumatis vitreous traction

Uveitis, metastasis tumor, melanoma maligna, retinoblastoma, hemangioma koroid, makulopati eksudatif senilis, ablasi eksudatif post cryotherapi atau dyathermi.

2.3.6. Penatalaksanaan6

1. Scleral buckling

setelah defek pada retina ditandai pada luar sclera, cryosurgery

dilakukan disekitar lesi. Dilanjutkan dengan memperkirakan bagian dari

dinding bola mata yang retinanya terlepas, lalu dilakukan fiksasi dengan

buckle segmental atau circular band (terlingkari >360 derajat) pada sclera.

Keuntungan dari tehnik ini adalah menggunakan peralatan dasar, waktu

rehabilitasi pendek,resiko iatrogenic yang menyebabkan kekeruhan lensa

rendah, mencegah komplikasi intraocular seperti perdarahan dan

inflamasi.

Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina

regmatogenosa terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur

meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan

cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle (sabuk). Sabuk ini

biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. Ukuran dan bentuk

sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah robekan retina.

Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat

perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit

mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga

terjadi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan

15

Page 16: Ablasio Retina.citradocx

menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam waktu

1-2 hari.

Gambar 11. Skleral buckling

2. Retinopeksi pneumatic

Retinopati pneumatik merupakan metode yang juga sering

digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat

robekan tunggal pada bagian superior retina.

Udara dimasukkan ke dalam viterus. Dengan cara ini retina dapat

dilekatkan kembali. Cryosurgery dilakukan sebelum atau sesudah

penyuntikan gas atau koagulasi dengan laser yang dilakukan di sekitar

defek retina setelah perlekatan retina. Pelepasan dengan robekan tunggal

pada retina di tepi atas fundus (arah jam 10- jam 2) adalah kondisi yang

paling bagus untuk prosedur ini.

16

Page 17: Ablasio Retina.citradocx

Gambar 12. Retinopeksi pneumatic

3 Pars Plana Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada

ablasio akibat diabetes, dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa

yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya

yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian

memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreous melalui pars plana.

Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk

menghilangkan berkas badan kaca (vitreous strands), membran, dan

perlekatan-perlekatan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung

tipe dan penyebab ablasio.

Dibawah mikroskop, badan vitreus dan semua komponen penarikan

epiretinal dan subretinal dikeluarkan. Lalu retina dilekatkan kembali

dengan cairan perfluorocarbon. Defek pada retina ditutup dengan endolaser

atau aplikasi eksokrio.

Keuntungan PPV:

1. Dapat menentukan lokasi defek secara tepat

2. Dapat mengeliminasi media yang mengalami kekeruhan karena teknik

ini dapat dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.

3. Dapat langsung menghilangkan penarikan dari vitreous.

Kerugian PPV:

1. Membutuhkan tim yang berpengalaman dan peralatan yang mahal.

2. Dapat menyebabkan katarak.

3. Kemungkinan diperlukan operasi kedua untuk mengeluarkan silicon oil

4. Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli

anterior yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler.

17

Page 18: Ablasio Retina.citradocx

Gambar 13. Vitrektomi

2.3.7. Prognosis

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya

ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat

memberikan prognosis yang lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai

makula atau jika telah berlangsung lama. Jika macula melekat dan

pembedahan berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil

penglihatan sangat baik dan robekan yang lebih luas pada vitreus dapat

dicegah. Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka

tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.

Namun, bagian penting dari penglihatan dapat kembali pulih dalam beberapa

bulan

BAB III

PENUTUP

18

Page 19: Ablasio Retina.citradocx

3.1 Kesimpulan

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan

terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen

retina. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun.

Faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah miopia, operasi

katarak (afakia, pseudofakia), dan trauma okuler. Gejala dari ablasio

retina adalah adanya floater, fotopsia, dan penurunan tajam

penglihatan. Pada pemeriksaan funduskopi diperoleh retina yang

mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-abu merah muda

yang menutupi gambaran vaskuler koroid dan terlihat adanya robekan

retina berwarna merah.

Prinsip penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk

melekatkan kembali lapisan neurosensorik ke lapisan epitel pigmen

retina, yaitu dengan pembedahan. Namun, pada ablasio retina

eksudatif juga diberikan terapi medikamentosa sesuai dengan

etiologinya. Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu

terjadinya ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.

Pada miopia tinggi, karena ada degenerasi retina, maka prognosis

buruk.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Ablasio Retina.citradocx

1. Basic and Clinical Science Course, Retinal and Vitreous, saection 12, American-Academy of Ophtalmology, United State, 1997.

2. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1995.

3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy. Edition 2, Lippincott-Raven, Hongkong,1998

4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2000

5. Nema HV, Text Book of Ophtalmology, Edition 4, Medical publishers, New Delhi, 2002

6. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, Edition 4, Deborah Pavan-Langston, United State, 1996.

7. Ilyas S, dkk. Ablasio Retina. Dalam: Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-

4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.

8. Anonim. Anatomi mata dan retina. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [2

screens]. Available from: URL :http//www.google.com/picture/anatomi

mata_retina.

9. Lihteh Wu. Retinal Detachment, Exudative. [online]. 2010 feb 23 :

available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/1224509-

overview

10. The Northwest Kansas Eye Clinic, located in Hays, Kansas, [online].

available from: URL: http://www.nwkec.org/005rd010.htm

11. The Eye MD. Association, Retina and Vitreus. In: Basic and Clinical

Science Cource 2003-2004 on CD-ROM, section 12. America Academy of

Ophthalmology: 2003-2004.

12. Kanski JJ. Retinal Detachment. In: Clinical Ophthalmology. 5th ed.

Butterworth Heinemann. Philadelphia; 2003: 349-89.

20