Upload
muhaimi-mie
View
226
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Abdurrahman Bin Auf Sang Miliarder Yang Suka
Citation preview
Abdurrahman bin Auf Sang Miliarder Yang Suka Bersedekah
Prolog
Menjadi kaya raya adalah impian semua orang.Sifat Allah Ar-Rozzaq (Maha
Memberi Rizqi), Al-Ghoniy (Maha Kaya) dan Al-Mughniy (Maha Pemberi Kekayaan)
yang ditanamkan kepada manusia menjadikan manusia ingin menguasai kekayaan.
Namun cara manusia mencapainya terkadang dengan cara yang halal sampai yang
menjurus kepada kesyirikan dan menghalalkan segala cara.
Pada zaman keemasan Islam (khoirul qurun), para sahabat Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam menguasai kekayaan dengan motivasi terbaik mereka, beribadah
kepada Allah. Dan tentu saja, rizqi yang mereka terima, hanya yang halal saja. Ciri
mereka ada pada keteguhan,komitment syariah dalam setiap bisnis, akad, modal dan
kerja keras dalam berproduksi serta menafkahkan harta waktu dan dirinya untuk
mencapai ridha Allah, namun sangat hemat dalam konsumsi. Inilah Zuhud yang benar.
Bukan dengan ber-miskin ria lalu melegitimasi kemalasannya dengan baju zuhud. Satu
rahasia yang sangat menonjol dari kesuksesan mereka meraih bisnis yang penuh
‘berkat’ dan berkah itu tak lain adalah karena ketaatannya pada syariat! Karena bukan
harta, prestise, imej dan kawan-kawannya yang diharapkan Dien kita, tapi ketaatan kita
sepenuhnya pada Islam!
Para sahabat Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam yang dikaruniai
Allah Subhanahu wa ta’ala kekayaan yang sangat luar biasa, selain itu tak diragukan
oleh semua kaum muslimin bagaimana ketaatan , keshalehan, dan semangatnya mereka
beribadah kepada Allah Azza Wajalla, maka tak salah ungkapan BERANI KAYA,
BERANI TAQWA, semakin kaya seseorang, sudah seharusnya semakin bertaqwa
seseorang sebagai rasa syukur atas nikmat yang didapat dari ALLAH Ta’ala, para ulama
menyebutkan bahwa tanda keberkahan sebuah harta adalah membuat kita semakin dekat
dengan Allah dengan bertambahnya Ilmu dan Amal.
Bukan seperti dizaman kita ini, sedikit saja orang diberi kekayaan, atau
kesuksesan bisnisnya, dia sudah kedodoran menjaga iman,taqwa dan ibadahnya hingga
kekayaan dan bisnisnya melalaikan ibadahnya sehingga sudah lumrah kita dapati
banyakpengusaha2 sukses tapi hampir-hampir kita tak pernah jumpai mereka dimasjid
sholat jama’ah 5 waktu, atau sedikit sekali kontribusinya untuk kemaslahatan umat, atau
dalam menjalankan bisnisnya sudah tidak mengenal halal-haram apalagi syubhat, Riba,
dzalim, tipu-menipu, suap, tidak amanah dsb. So cek apakah yang berubah karena harta
diri kita ini..??
Jadilah Pengusaha Muslim Pejuang Syariah, Tangguh, Profesional, Sukses
dalam bisnis dan komitment tinggi dengan syariah, membawa keberkahan dan
kemaslahatan umat dan ‘Izzatul Islam wa Muslimin.
Silahkan menyimak Sosok Miliarder Zuhud salah satu shahabat penghuni Surga
yang menakjubkan ini,
Adalah sosok yang sangat bersegera dalam berinfak. Dialah Abdurrahman bin
‘auf, putih kulitnya, lebat rambutnya, banyak bulu matanya, mancung hidungnya,
panjang gigi taringnya yang bagian atas, panjang rambutnya sampai menutupi kedua
telinganya, panjang lehernya, serta lebar kedua bahunya.
Dilahirkan selang sepuluh tahun setelah tahun Gajah. Pada masa jahiliyah
memiliki nama Abu Amru. Setelah masuk Islam, kemudian Rasulullah sholallahu alaihi
wa salam menggantinya dengan Abdurrahman. Lengkapnya ialah Abdurrahman bin Auf
bin Abdi bin Al Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’aiy.
Kuniyahnya ialah Abu Ahmad. Dia termasuk Assabiqun Al Awwalun, dan tergolong
diantara sepuluh orang yang dijanjikan Rasulullah masuk surga.
Abdurrahmah bin Auf masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu
sebelum Rasulullah tinggal di rumah Al Arqam. Sebagaimana kaum muslimin yang
lainnya, ia juga mendapatkan tekanan-tekanan dari kaum Quraisy, yang semakin lama
semakin keras. Ketika Allah mengijinkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah, ia
termasuk orang yang turut serta dalam rombongan tersebut. Di madinah beliau
dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan sahabat Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari
Sa’ad bin Rabi’ berkata kepada saudaranya, Abdurrahman, ”Wahai saudaraku,
aku memiliki dua kebun, pilihlah mana yang engkau suka, lalu ambillah.” Abdurrahman
menjawab, ”Semoga Allah memberikan berkah kepada harta dan keluargamu. Akan
tetapi, tunjukanlah kepadaku pasar.”
Dia adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia
menjual dan membeli. Selang beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan dari
perdagangannya.
Disamping itu, ia juga sosok pejuang yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-
peperangan bersama Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah
satu dari musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi.
Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak diantara kaum
muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus berperang Sehingga
diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua puluh sekian luka. Akan tetapi
perjuangannya di medan perang masih lebih ringan, jika dibanding dengan
perjuangannya dalam harta yang dimilikinya.
Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya
semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan
yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi
dermawan.
Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang
Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka
datanglah Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas,dan
menginfakkannya di jalan Allah. ( 1 uqiyah emas = 29,75 gram emas, 200 uqiyah = 5,95
Kg emas coba hitung berapa yang beliau infaqkan.?? kita ambil saja rata-rata harga 1
gram emas = Rp 500.000, jadi total yang beliau shodaqohkan lebih dari 2,9 M)
Sehingga berkata Umar bin Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman
adalah orang yang berdosa karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu
apapun.” Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang
telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku
telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku
infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, ”Apa yang dijanjikan
oleh Allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang banyak.”
Adakah sekarang Pengusaha Muslim yang shodaqohnya dalam satu waktu seperti
beliau diatas..??
Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri
dari 700 onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah,
terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?”
Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin
berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman
masuk surga dengan keadaan merangkak’**.” Ketika mendengarkan berita tersebut,
Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka
diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.”
Beliau juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada
Ummahatul Mukminin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mneyertainya apabila mereka berhaji,
yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Abdurrahman. Dia juga pernah
memberikan kepada mereka sebuah kebun yagn nilainya sebanyak empat ratus ribu.
Puncak dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga
40.000 dinar, ( jika dikurs sekarang 1 Dinar – senilai Rp. 2.260.000,- coba hitung
berapa yang beliau shodaqahkan, 40.000 x 2.260.000 = 90.400.000.000 (90,4 Milyar)
yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan
muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan bagiannya, ia berkata, ”Aku
mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali
orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air minum dari mata air
Salsabila di surga.”
Diantara keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa a berfatwa tatkala
Rasulullah masih hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu
perang tabuk. Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain.
Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan
perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan
Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau
menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya
engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai
amalannya.”
Disamping memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang
faqih dalam masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-duduk
bersama Umar bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah mendengar
hadits dari Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan
apa yang dia perbuat?”
Aku menjawab, ”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah
engkau pernah mendengarnya?” Dia menjawab, ”Tidak pernah, demi Allah.” Tatkala
kami sedang demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, ”Apa yang sedang
kalian lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia
menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, ”aku pernah mendengarkan tentang
hal itu dari Rasulullah.” Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman?” Maka ia
menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, apabila lupa salah seorang diantara
kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau mengurangi,
apabila ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka jadikanlah satu raka’at, dan apabila ia
ragu dua raka’at atau tiga raka’at, maka jadikanlah dua raka’at, dan apabila ia ragu tiga
raka’at atau empat raka’at, maka jadikanlah tiga raka’at, sehingga keraguannya di dalam
menambah, kemudian sujud dua kali dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam,
kemudian salam.”
Itulah beberapa keutamaan Abdurrahman bin Auf, dan masih banyak lagi
keutamaan-keutamaan yang lainnya. Apabila dalam suatu majlis, kesederhanaan yang
dimiliki Abdurrahman, menjadikan manusia susah untuk membedakan, mana yang
miskin dan mana yang kaya. Melimpahnya harta yang dimilikinya, itu semua karena
doa dari Rasulullah sholallahu alaihi wa salam dan merupakan ujian berat dari Allah.
Beliau wafat dan meninggalkan banyak harta untuk para ahli warisnya. Terbilang
meninggalkan 1000 onta, 100 kuda, 3000 kambing , Juga meninggalkan emas dan perak
yang semuanya dibagikan kepada ahli warisnya.
Sungguh berbahagia Abdurrahman bin Auf, orang yang dijamin masuk surga
oleh Rasulullah. Diantara sahabat yang ikut membawa jenazahnya ialah Sa’ad bin Abi
Waqqas. Juga dishalati oleh Utsman bin Affan, serta ikut mengiringinya sahabat Ali bin
Abi Thalib. Semoga Allah merahmati sahabat Abdurrahman bin Auf.
Catatan,
Berkata Aisyah: Aku pernah mendengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Qod roaitu abdurrahman bin Auf yad khulul jannata habwan” [Sesungguhnya aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak.” Hadist tersebut Diriwayatkan oleh Ahmad (6/115) dari jalan Umarah, dari Tsabit, dari Anas, dari Aisyah.
Sanad hadit tersebut dlaif, karena di sanadnya ada Umarah bin Zaadzaan Ash Shaidalaaniy Abu Salamah Al Bashri; beliau seorang rawi yang lemah hafalannya. Ibnu Hajar dalam Taqrib menyatkan bahwa beliau Shaduqun (orang yang benar), akan tetapi sering salah.
Demikian penjelasan Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku Hadits-hadits Dlaif dan Maudlu’ jilid 1; Darul Qolam, Cet 1. 2003 M, hal.116-117