78
i PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU JASTRI MEY SARAGIH A24090150 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gambut

Citation preview

Page 1: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

i

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA

SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU

JASTRI MEY SARAGIH

A24090150

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

ii

Page 3: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lahan

Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa

Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Jastri Mey Saragih

NIM A24090150

Page 4: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

4

Page 5: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

5

ABSTRAK

JASTRI MEY SARAGIH. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa

Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,

Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.

Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT

Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Kalimantan Selatan dengan tujuan umum

mengetahui dan mengikuti praktek perusahaan dalam mengelola lahan gambut

untuk tanaman kelapa sawit, serta dengan tujuan khusus mempelajari sistem

pengelolaan tata air perkebunan. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai

Februari – Juni 2013. Pada umumnya sasaran ketinggian air di Perkebunan PT

BNS adalah 25 – 50 cm di bawah permukaan tanah. Sistem drainase di PT BNS

terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit

kolektor, parit tengah, dan field drain. Upaya-upaya untuk mempertahankan

ketinggian air antara lain membuat water zoning, memasang piezzometer, pintu

air, over flow gate, pintu air parit tengah, pembuatan emergency gate, pemasangan

spillway, perawatan kanal, dan pembuatan peta dan standar operasional prosedur

sistem pengelolaan tata air. Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk

menduga pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air. Kajian menunjukkan

bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.014) terhadap ketinggian air.

Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di bawah

permukaan tanah. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menduga

pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi. Kajian menunjukkan

curah hujan dan ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Secara

keseluruhan ketinggian air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik. Secara

keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat dilalui kendaraan air. Sistem

pengelolaan tata air dikelola dengan baik.

Kata kunci: drainase, ketinggian air, pengelolaan tata air, Riau

ABSTRACT

Internship was conducted at the Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa

Sejati (BNS), Riau in order to follow the practise of the company in managing

peatland for oil palm crop, as well as to study the water management system of

estates. Activity was carried out for 4 months from February to June 2013. Target

of water level at PT BNS plantation commonly is in range 25 to 50 cm below the

ground surface. Drainage system in PT BNS consists of main canals, branch

canals, new branch canals, collection canals, collection trenches, middle

trenches, and field drain. The efforts to maintaining the water level are building

up water zoning, installing piezzometers, water gates, over flow gates, water

flows, building up emergency gates, installing spillway, treating canals, and

making maps and standard operational procedure of water management system.

Simple linear regression analysis was used to estimate the effect of rainfall to

water level. Result showed that the rainfall significantly (p value = 0.014) affected

the water level. Increasing 1% of the rainfall would increase the water level by

Page 6: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

6

0.06899% below the ground surface. Multiple linear regression analysis was used

to estimated the effect of rainfall and water level to production. Results showed

that the rainfall and the water level did not affect the production. Most of the

water levels at Teluk Bakau Estate are controlled well. Most of the drainage

system conditions are good and can be passed by conveyance of water. Water

management system is managed well.

Keywords: drainage, Riau, water level, water management

Page 7: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

7

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA

SEJATI, MINAMAS PLANTATION RIAU

JASTRI MEY SARAGIH

A24090150

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

8

Page 9: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

9

Judul Skripsi : Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di

Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas

Plantation, Riau

Nama : Jastri Mey Saragih

NIM : A24090150

Disetujui oleh

Dr Ir Hariyadi, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

10

Page 11: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

11

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi merupakan

syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis

selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan

kelapa sawit Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas

Plantation, Riau

Terima kasih penulis ucapkan kepada kepada kedua orang tua, Bapak

Jamansur Saragih, Ibu Murni Br Perangin Angin, Abang Jon Iman Tuah

Bremanda Saragih, kakak-kakakku yang tercinta, dan seluruh keluarga besar atas

doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Dr Ir Hariyadi, MS

selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta

arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Bapak Dr Ir

Supijatno, MSi dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang

telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir

Yudiwanti Wahyu E. K, MS selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Mohamad Faozi Toan

selaku Manajer Kebun Teluk Bakau dan Bapak Kamsul Effendi selaku Manajer

Kebun Mandah, dan keluarga besar PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kebun Teluk

Bakau, Minamas Plantation, Riau, terutama Bapak Bistha Senior Asisten Divisi I

dan Bang Suryadi selaku Asisten Divisi II yang telah memberi bimbingan dan

masukan kepada penulis. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan,

Warkop AGH 46, Agrolina, AGH angkatan 46, KPP 46, PARMASI 46, IMKA

46, dan Parsamosir 46, beserta semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Jastri Mey Saragih

Page 12: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

12

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut 2

Sifat dan Ciri Lahan Gambut 3

Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut 4

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Pelaksanaan Magang 5

Pengamatan dan Pengumpulan Data 6

Analisis Data dan Informasi 6

KEADAAN UMUM 7

Letak Geografi 7

Keadaan Iklim dan Tanah 7

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8

Keadaan Tanaman dan Produksi 8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10

Aspek Teknis 10

Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting) 10

Penanaman 16

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 23

Pemanenan 24

Pengaturan Ketinggian Air 26

Aspek Manajerial 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Pengelolaan Tata Air 32

Sistem Drainase 33

Water Zoning 36

Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air 37

Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi 39

KESIMPULAN DAN SARAN 40

Kesimpulan 40

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 43

RIWAYAT HIDUP 64

Page 13: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

13

DAFTAR TABEL

1. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut 5 2. Norma Ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT BNS 9 3. Mutu tanam di lahan peremajaan 19

4. Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan yang

Lepas dari Tandan 25

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan sensus pokok 11

2 Pancang utama 11

3 Pre lining dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok 12

4 Proses pembongkaran pokok 13

5 Parit CECT 13

6 Layout blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan 14

7 Layout petak A blok peremajaan 15

8 Compacting, cambering, gawangan sebelum cambering dan sesudah

cambering 16

9 Pancang tanam 17

10 Alat berat pelubang tanam, bibit dan lubang tanam, sketsa alat pembuat

lubang, lubang tanam tampak samping, tampak atas 17

11 Aplikasi RP dan lubang tanam yang tergenang air 18

12 Penanaman yang baik, pokok miring, piringan rata, dan tanaman menguning

akibat pecahnya bola tanah saat menanam 19

13 Lubang tanam normal dan lubang tanam terlalu dekat parit field drain 20

14 Posisi pokok normal dan pokok terancamg longsor 20

15 Penyemprotan hama dan takaran dan pelumas knapsack sprayer 20

16 Hasil penanaman pakis, M. bracteata umur 2 bulan, campuran kacangan Pj

dan Mc umur 2 minggu 22

17 Pemupukan dan hasil pemupukan 23

18 Serangan hama kumbang tanduk, tunas tumbuh kembali pasca penyerangan,

pherotrap kumbang tanduk, penanaman beneficial plant, bedengan beneficial

plant, pembibitan beneficial plant 24

19 Potong buah, pengangkutan TBS menggunakan bargas 26

20 Piezzometer di km 5 26

21 Pintu air 27

22 Over flow gate dan water gate 27

23 Spillway 28

24 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut 28

25 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di 33

26 KUT 34

27 Kanal kolektor 34

28 KCB 35

29 KCB baru 35

30 Parit tengah 36

Page 14: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

14

31 Field drain 36

32 Bendungan KCB dan bendungan kolektor 37

33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah permukaan

tanah periode Januari 2012 – Mei 2013 38

34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 – Mei 2013 38

35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei 2011), dan

produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013) 39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 45 2 Curah hujan 2008-2012 Kebun Mandah PT BNS, Riau 46 3 Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS 47 4 Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 48 5 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE,

PT BNS 49 6 Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau 50 7 Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau 51 8 Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau 52 9 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau 53 10 Peta posisi ombrometer PT BNS, Riau 54 11 Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau 55 12 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk

Bakau, Riau 56 13 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau,

Riau 57 14 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau,

Riau 58 15 Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010 60 16 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 61 17 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 62 18 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 63

Page 15: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya

kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini

terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan

pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar (Yanuar 2011).

Peningkatan permintaan terhadap produksi kelapa sawit tersebut di samping

menguntungkan juga menjadi tantangan bagi negara Indonesia sebagai salah satu

negara pengekspor kelapa sawit karena perlu peningkatan produksi kelapa sawit

untuk memenuhi kebutuhan tersebut sedangkan lahan subur untuk pertanian

kelapa sawit semakin terbatas. Perluasan lahan kelapa sawit pada lahan marjinal

seperti lahan gambut adalah solusi penting dalam meningkatkan produksi kelapa

sawit di Indonesia.

Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit.

Menurut Winarna (2007) produksi kelapa sawit pada lahan gambut mencapai 27

ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa

sawit pada jenis tanah lain. Menurut Suryana et al. (2007) produktivitas rata-rata

kelapa sawit Indonesia sebesar 20.25 ton/ha/tahun. Menurut Noor (2010) luas

lahan gambut di Indonesia 15 juta ha. Menurut Sabiham dan Sukarman (2012) 9

juta ha sesuai syarat untuk pertanian. Namun yang sudah dibuka dan

dikembangkan baru 0.5 juta ha untuk tanaman pangan yang dikelola oleh para

transmigran serta 1.2 juta ha untuk perkebunan khususnya kelapa sawit. Oleh

karena itu sangat diperlukan upaya-upaya optimalisasi sumber daya lahan gambut

untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Budidaya kelapa sawit pada lahan gambut selalu melibatkan pengelolaan

tata air, pemadatan tanah, dan pemupukan, dan jika ketiga faktor tersebut tidak

dikelola dengan baik, kelestarian lahan gambut akan terancam. Di samping faktor

agronomi tanaman, pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan

berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu

rendah akan meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut.

Drainase yang buruk akan menyebabkan kondisi kering tak balik (irreversible).

Oleh karena itu pengelolaan tata air adalah syarat awal keberhasilan pengelolaan

lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit (Melling dan Hatano 2010).

Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor penting dalam

menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut. Level air yang

semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O, sedangkan kondisi banjir

akan menghasilkan emisi CH4. Oleh karena itu level air diusahakan pada kisaran

50-75 cm di bawah permukaan tanah.

Tujuan

Tujuan umum magang untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam

mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit di lahan gambut serta

dapat bekerja secara nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan

Page 16: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

2

khusus yaitu mempelajari pengelolaan tata air dalam upaya meningkatkan

produksi dan mempertahankan kelestarian lahan gambut. Kemudian menganalisis

pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air, dan menganalisis pengaruh curah

hujan dan ketinggian air terhadap produksi kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut

Pengertian lahan gambut berdasarkan rumusan semiloka nasional

pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan di Bogor tanggal 28 Oktober 2010 ialah

sebagai suatu area yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalaan >50

cm yang sebagian besar belum terlapuk secara sempurna dan tertimbun dalam

waktu lama serta mempunyai kandungan C-organik >18% (Sabiham dan

Sukarman 2012). Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut

dikelompokkan ke dalam ordo hitosol (histos dari bahasa Yunani = jaringan) atau

sebelumnya dinamakan organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda

dengan tanah jenis tanah mineral umumnya (Noor 2001).

Kriteria lahan gambut untuk kebun kelapa sawit harus memenuhi Peraturan

Menteri Pertanian (PERMENTAN) Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun

2009, yaitu:

1. Berada pada kawasan budidaya

Kawasan budidaya dimaksud dapat berasal dari kawasan hutan yang

telah dilepas dan/atau areal penggunaan lain (APL) untuk usaha budidaya

kelapa sawit.

2. Ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 (tiga) meter

Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit: (1)

dalam bentuk hamparan yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari

3 (tiga) meter; (2) dan proporsi lahan dengan ketebalan gambutnya

kurang dari 3 (tiga) meter minimal 70% (tujuh puluh persen) dari luas

areal yang diusahakan.

3. Lapisan tanah mineral di bawah gambut

Substratum menentukan kemampuan lahan gambut sebagai media

tumbuh tanaman. Lapisan tersebut tidak boleh terdiri atas pasir kuarsa

dan tanah sulfat masam.

4. Tingkat kematangan gambut

Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan

gambut setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang

untuk pengembangan budidaya kelapa sawit.

5. Tingkat kesuburan tanah

Tingkat kesuburan tanah dalam kategori eutropik, yaitu tingkat

kesuburan gambut dengan kandungan unsur hara makro dan mikro yang

cukup untuk budidaya kelapa sawit sebagai pengaruh luapan air sungai

dan/atau pasang surut air laut (Departemen Pertanian 2009).

Page 17: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

3

Sifat dan Ciri Lahan Gambut

Topografi

Topografi lahan gambut tropik pada umunnya berbentuk kubah (dome).

Dari pinggir ke arah tengah makin mendekati puncak kubah, permukaan lahan

makin meningkat dengan kemiringan 0.1 %. Perbedaan tinggi permukaan di

lahan gambut berhubungan erat dengan ketebalan gambut. Informasi perbedaan

tinggi permukaan (topografi) ini penting dalam rencana jaringan tata air, termasuk

penentuan dimensi ukuran saluran dan arah saluran. Dengan demikian, kekeringan

akibat pengatusan berlebihan atau banjir pada saat musim hujan dapat dihindari

(Noor 2001).

Iklim

Anasir penting iklim di kawasan gambut tropik adalah curah hujan, suhu,

dan kelembapan. Curah hujan di lahan gambut dan rawa umumnya cukup tinggi ,

yakni antara 2 000 – 4 000 mm per tahun. Curah hujan bulanan rata-rata > 200

mm dengan bulan basah antara 6 – 11 bulan yang jatuh antara bulan September

hingga bulan Mei. Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup

hutan, suhu gambut berkisar 27.50 C – 29.0

0 C dan jika keadaan terbuka berkisar

40.00 C – 42.5

0 C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan merangsang

aktivitas mikroorganisme sehingga perombakan gambut dipercepat dan intensif,

sehingga mempercepat terjadi degradasi lahan (Noor 2001).

Tata Air

Lahan gambut dalam keadaan alami selalu basah dan sebagian secara

permanen dalam keadaan tergenang air. Sifat dan keadaan tata air lahan gambut

dipengaruhi oleh perilaku pasang surut sungai/laut, iklim, dan topografi. Menurut

pengaruh luapan pasang yang terjadi, sebagian lahan gambut berada di wilayah

terluapi secara langsung oleh pasang dan sebagian lepas dari pengaruh pasang

(Noor 2001).

Sifat Fisik Tanah Gambut

Kawasan gambut umumnya membentuk kubah sehingga ketebalan gambut

mendekati tepi air atau pingir (sungai) makin tipis. Daur ulang (recycling) hara ke

lapisan atas sangat sedikit dan terbatas. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman

perkebunan di lahan gambut tebal lebih baik daripada tanaman semusim (Noor

2001).

Lapisan bawah gambut dapat berupa lapisan lempung marin atau pasir.

Gambut yang terhampar di atas pasir kuarsa mempunyai kesuburan lebih rendah

dibandingkan dengan yang berada di atas lapisan lempung marin. Lapisan

lempung marin umumnya mengandung pirit (FeS2) sehingga jika lapisan atas

gambut ini terkuras habis, misalnya akibat budidaya yang intensif atau terbakar,

maka dapat terbentuk tanah sulfat masam (Andriesse dalam Noor 2001).

Penurunan muka tanah (subsidence) yang terjadi di tanah gambut sangat

tergantung pada intensitas kegiatan budidaya dan pengatusan. Besar kecilnya

amblesan dipengaruhi oleh tingkat kematangan gambut, umur reklamasi, dan

ketebalan lapisan gambut. Amblesan dapat ditekan dengan mempertahankan

muka air tanah.

Page 18: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

4

Gambut memiliki berat volume rendah, porositas tinggi, dan daya tambat air

(water holding capacity) sangat tinggi. Gambut di Indonesia rata-rata memiliki

berat volume antara 0.07 sampai 0.27 g/cm3,

porositas berkisar 83.62 sampai

95.13 persen dan kandungan air dapat mencapai 1 272 persen. Semakin menurun

BV tanah gambut akan diikuti secara linear oleh peningkatan porositas tanah dan

kandungan air tanah kapasitas jenuh. Pori-pori tanah dalam keadaan tergenang

akan diisi oleh air, sehingga semakin tinggi porositas tanah maka akan semakin

tinggi air yang akan ditambat pada tanah gambut. Karena berat volume gambut

yang rendah maka daya dukung (bearing capacity) tanah gambut juga rendah.

Daya hantar air (hydraulic conductivity) tanah gambut ke arah vertikal sangat

rendah sedangkan ke arah lateral relatif tinggi. Selain itu, gambut memiliki sifat

kering tak balik sehingga perlu pengelolaan yang baik terutama pengelolaan muka

air tanah (Barchia 2006).

Sifat Kimia Tanah Gambut

Tanah gambut sebagian besar bereaksi masam sampai sangat masam

dengan pH < 4. Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman,

karena rasio C/N yang tinggi juga sehingga tanaman bersaing dengan

mikroorganisme. Kandungan unsur hara Mg tinggi, sementara P dan K rendah.

Kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B, Zn sangat rendah. Daya sangga

(buffering capacity) air tinggi. Oleh karena itu perlu ameliorasi tanah gambut

untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang

merupakan dua faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut

(Barchia 2006).

Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Pengelolaan tata air merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

pengusahaan lahan gambut. Pengelolaan tata air pada lahan gambut sebaiknya

dengan mempertahankan muka air tanah 50 cm – 70 cm dari permukaan tanah.

Hal ini dikmaksudkan untuk mempertahankan gambut agar tidak kering dan

mudah terbakar. Untuk mempertahankan muka air tanah dapat dilakukan dengan

membuat pintu air (Barchia 2006).

Beberapa perkebunan besar telah menerapkan pemupukan berdasarkan

umur tanaman. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut

disajikan pada Tabel 1.

Emisi CO2 dari lahan gambut diperkirakan sekitar empat kali emisi dari

lahan mineral karena luas lahan gambut yang hanya sekitar 12% dari total luas

daratan Indonesia. Hal ini disebabkan tingginya cadangan karbon lahan gambut

dan mudahnya karbon tersebut teremisi apabila dilakukan deforestasi, drainase

serta pembakaran (Agus 2010).

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO2 lahan gambut yang

masih hutan (hutan gambut, hutan gambut sekunder), lebih tinggi daripada emisi

CO2 lahan gambut yang sudah dijadikan pertanian (sawah, kelapa sawit). Bahkan

emisi CO2 dari perkebunan kelapa sawit gambut lebih rendah dari emisi CO2

sawah gambut maupun hutan gambut. Bahkan hasil studi Melling et al. (2007)

mengungkapkan bahwa secara netto perkebunan kelapa sawit di lahan gambut

Page 19: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

5

dalam (deep peat land) bukan sumber emisi maupun penyerap CO2 (bila dikoreksi

emisi CO2 dari dekomposisi dan respirasi mikroorganisme yang secara alamiah

ada di lahan gambut). Rataan emisi CO2 55 ton/ha/tahun lebih rendah daripada

emisi hutan gambut tropis 78.5 ton/ha/tahun (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit

Indonesia 2013).

Tabel 1 Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut

Umur

tanaman

(bulan)

Jenis Pupuk (g/pohon)

Urea RP MOP Dolomit CuSO4 ZnSO4 HGF-

borate

Awal/lubang - 250 - 350 15 15 -

1 100 - - - 100 - -

3 200 - 150 - - - -

6 350 500 250 150 - - -

9 350 - 250 250 - - -

12 500 750 500 250 200 - 20

16 500 - 500 250 - - -

20 750 1 000 750 500 - - -

24 750 - 1 000 500 250 - 30

28 1 000 1 000 1 000 500 - - -

32 1 000 - 1 500 750 250 - 30

Jumlah 5 500 3 500 6 000 3 500 815 15 100 Keterangan: RP = Rock Phosphate

MOP = Moriate of Potash

Sumber: Suandi dan Chan dalam Noor (2001)

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari Februari – Juni 2013

di Kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,

Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragilir Hilir, Riau.

Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilakukan pada tiga tingkat jabatan. Selama satu bulan

pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Pekerjaan yang

dilakukan penulis sebagai KHL meliputi penanaman, pemeliharaan, pengendalian

hama penyakit tanaman, dan pemanenan. Selama bulan kedua penulis berperan

sebagai pendamping mandor. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain

mengawasi pekerjaan beberapa KHL agar sesuai instruksi perusahaan. Penulis

berperan sebagai pendamping mandor I, mandor panen, mandor penanaman,

mandor pemupukan, mandor chemist, mandor perawatan, dan kerani panen.

Selama dua bulan yaitu bulan ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai

Page 20: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

6

pendamping asisten. Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten yakni

memimpin seluruh kegiatan mandor di divisi dan mengevaluasi kegiatan

kontraktor dalam mempersiapkan lahan peremajaan.

Selain bekerja langsung layaknya karyawan perusahaan, penulis juga

melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus

yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder.

Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara secara langsung di

lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk data

primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh

melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan di kebun,

wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan asisten

divisi. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah

kegiatan pengelolaan tata air seperti sistem drainase Kebun Teluk Bakau, water

zoning Kebun Mandah, dan pengaturan ketinggian air Kebun Teluk Bakau.

Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan

mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran,

tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi

umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data

sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama 5 tahun terakhir, ketinggian

air 5 tahun terakhir, dan curah hujan 5 tahun terakhir.

Analisis Data dan Informasi

Kegiatan peremajaan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit tanaman,

pemanenan, dan pengelolaan tata air di lahan gambut dijelaskan dan dianalisis

secara narasi. Pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dianalisis dengan uji

regresi linier sederhana menggunakan Software Minitab 14. Uji regresi sederhana

ini dilakukan untuk menduga nilai ketinggian air berdasarkan curah hujan.

Nilai ketinggian air merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya

dipengaruhi oleh curah hujan yang bertindak sebagai peubah bebas (X). Model

yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang

digunakan dalam analisis ketinggian air sebagai berikut:

Y = α + βX

Keterangan:

Y : Ketinggian air

α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y

= 0 (garis Y memotong sumbu X)

β : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit

peubahan (naik atau turun) pada variabel X

X : Curah hujan

Kemudian pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi

dianalisis dengan uji regresi linier berganda menggunakan Software Minitab 14.

Page 21: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

7

Uji regresi berganda ini dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan

curah hujan dan ketinggian air.

Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi

oleh curah hujan (X1) dan ketinggian air (X2) yang bertindak sebagai peubah

bebas. Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model

persamaan yang digunakan dalam analisis produksi sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2

Y : Produksi

α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y

= 0 (garis Y memotong sumbu X)

β1, β2 : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit

peubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap

variabel independen lainnya konstan

X1 : Curah hujan

X2 : Ketinggian air

KEADAAN UMUM

Letak Geografi

Lokasi Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas

Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten

Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Batam

pertama-tama melalui darat dari bandara Hang Nadim Batam menuju Pelabuhan

Sekupang selama 30 menit, kemudian melalui laut menuju Pelabuhan Sungai

Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan

speed boat menuju Kebun Teluk Bakau kurang lebih selama 30 menit. Kebun

Teluk Bakau juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, Ibu Kota

Kabupaten Indragiri Hilir, melalui sungai menggunakan speed boat selama 4 - 6

jam. Peta Kebun Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima

tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah

sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 125 mm/tahun (>2 000

mm/tahun). Data curah hujan disajikan pada Lampiran 2.

Jenis tanah di areal Kebun Teluk Bakau, PT. Bhumireksa Nusa Sejati

tergolong tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah histosol 100

%. Jenis tanah gambut memiliki struktur fisik yang remah dan mudah terjadi erosi

atau abrasi pada tepi kanal di jalur transportasi yang terkena ombak. Kedalaman

tanah gambut di Kebun Teluk Bakau berkisar 2-3 m. Derajat kemasaman (pH)

tanah di Kebun Teluk Bakau <4 yang menunjukkan bahwa tanah gambut di

Kebun Teluk Bakau merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi dengan

kesesuaian lahan kelas S3. Topografi di Kebun Teluk Bakau memiliki areal yang

datar dengan kemiringan 0 – 8 %.

Page 22: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

8

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2013 adalah 4 085 ha

yang terdiri atas areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 3 073.18 ha, areal

pembibitan (nursery) seluas 20 ha, areal LC dan peremajaan (replanting) yang

sedang dikerjakan seluas 400.01 ha, areal yang tidak ditanami (prasarana) seluas

394.81 ha, dan areal okupasi seluas 197 ha. Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi 4

divisi, yaitu Divisi I (1 029.93 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II (1 032.92 ha)

terbagi atas 8 blok dan Divisi III (1 114.13 ha) terdiri atas 6 blok, dan Divisi IV

(908.02 ha) terdiri atas 6 blok. Peta dan tata guna lahan dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau secara umum adalah tanaman

menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1993 - 1996. Bibit kelapa sawit yang

ditanam di Kebun Teluk Bakau berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan

Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah

segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142

pokok/ha). Bibit tanaman kegiatan peremajaan berasal dari Socfindo dan Marihat.

Jarak tanam di peremajaan adalah 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Data produksi TBS

lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 3.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau terdiri dari seorang manajer kebun

yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun.

Manajer kebun membawahi seorang senior asisten, tiga asisten divisi, dan seorang

kepala tata usaha. Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah

kerja seluruh divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap

divisi. Kepala tata usaha bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor

besar. Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 4.

Situasi ketenagakerjaan di Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi karyawan

staf/pimpinan dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari manajer kebun,

asisten kepala, asisten divisi, dan kepala tata usaha (KTU) sedangkan karyawan

non staf terdiri dari mandor, pemanen, pemelihara, karyawan kantor dan traksi,

dan keamanan, perawat, dan pembantu rumah tangga (Tabel 2). Standard ITK

untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2. Menurut Pahan (2012) nilai ITK

untuk perkebunan kelapa sawit sebesar 0.2. Nilai ITK Kebun Teluk Bakau adalah

0.18. Nilai tersebut sudah memenuhi tingkat standard tenaga kerja untuk

perkebunan kelapa sawit.

Page 23: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

9

Tabel 2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati

Uraian Jumlah (orang)

Karyawan Staf

Manajer Kebun 1

Senior Asisten

- Asisten Divisi

1

3

KTU 1

Kasie 0

Karyawan non-Staf

Mandor 36

Pemanen 192

Pemelihara 247

Kantor Kebun 53

Traksi 40

Keamanan, Perawat, dan Pembantu Rumah Tangga 55

Total 629

Luas TM dan TBM 3 493.19 ha

ITK 0.18

Pengelolaan Kebun Tingkat Staf

Pengelolaan kebun dilakukan oleh manajer kebun dibantu oleh asisten

kepala, asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai

dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan

manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun.

Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika

tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik,

gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate

manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur

para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.

Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi,

mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan

peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, kerani divisi, mandor

perawatan, mandor panen, kerani panen serta membantu estate manager dalam

pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Asisten dibantu oleh seorang

mandor I dalam pelaksanaan kegiatan lapangan. Pelaksanaan administrasi asisten

dibantu oleh kerani divisi.

Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor

besar, menyusun, dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang

bersifat umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal

pendukung yang berasal dari luar kebun.

Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf

Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor

panen, kerani divisi, mandor perawatan dan kerani panen. Kepala gudang bertugas

untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun

serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan

aktivitasnya dibantu oleh beberapa karyawan gudang.

Page 24: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

10

Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan

sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang

membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan

kerani buah. Kegiatan yang dilakukan mandor I adalah mengawasi kegiatan yang

dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan

dengan baik. Selain itu, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi

kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana.

Kerani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti laporan

produksi, laporan penggunaan HK, laporan penggunaan bahan, laporan hancak

dan laporan-laporan lainnya serta setiap hari melaporkan pasca panen ke kantor

besar. Kerani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan

kerani buah. Kerani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan

jatah beras pada karyawan.

Mandor panen bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan

instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan, mem-

berikan petunjuk teknis, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasilnya dalam

buku kerja mandor. Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja

karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan.

Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan

yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari

panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke collection point (CP).

Laporan dimasukkan dalam buku laporan panen harian setiap divisi yang

selanjutkan dilaporkan ke kantor besar.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)

Tahap-tahap pelaksanaan persiapan lahan peremajaan di Kebun Teluk

Bakau antara lain: (1) sensus pokok yang akan ditumbang, (2) penetapan raja

lining, (3) pre lining, (4) pembongkaran pokok, (5) pembuatan parit (6)

compacting dan cambering, dan (7) penataan areal konservasi.

(1) Sensus pokok yang akan ditumbang. Beberapa bulan sebelum

pembongkaran dilakukan sensus pokok pada blok yang akan dibongkar. Sensus

pokok adalah menghitung jumlah pokok hidup (H) dan pokok mati (M) sehingga

perusahaan dapat mengetahui total biaya pembongkaran pokok.

Alat-alat yang harus dibawa oleh karyawan penyensus pokok adalah buku,

alat tulis, dan cat berwarna merah. Pelaksanaan sensus dilakukan baris per baris

dan pada setiap pokok pertama dan terakhir ditulis hasil sensus (H dan M) dalam

baris tersebut dengan menggunakan cat berwarna merah. Penulisan dilakukan

pada pelepah kering dan masih menempel di pokok dan menghadap ke arah KCB

(Gambar 1). Kemudian hasil sensus tersebut ditulis pada buku dan diserahkan

kepada mandor untuk direkapitulasi.

Page 25: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

11

Gambar 1 Kegiatan sensus pokok

(2) Penetapan pancang utama. Pancang utama adalah sebuah titik yang

menjadi patokan untuk memancang seluruh daerah/blok yang akan dipancang.

Titik pancang utama adalah salah satu titik pertemuan collection motorcycle road

dengan main motorcycle road. Pemancangan harus memenuhi sistem mata lima.

Pancang utama pada PT BNS disebut raja lining (Gambar 2). Pembuatan pancang

uatama sudah dilaksanakan ketika penulis sampai di tempat magang sehingga

penulis tidak sempat mengamati proses pelaksanaannya sehingga penulis hanya

mengamati hasilnya saja.

Pancang utama juga berguna sebagai patokan penataan kembali jaringan

jalan yang sudah ada agar sesuai dengan kebutuhan areal peremajaan. Jaringan

jalan yang ditata kembali adalah pasar rintis (path), jalan pengumpul sepeda

motor (collection motorcycle road), dan jalan utama sepeda motor (main

motorcycle road). Jalan pengumpul dan jalan utama sepeda motor dirancang

hanya untuk dapat dilewati sepeda motor karena di PT BNS pegangkutan TBS

dari lahan ke pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan transportasi air. Jalan

pengumpul sejajar dengan kanal cabang (KCB) dan tegak lurus dengan jalan

utama dengan lebar 6 m. Jalan utama sejajar dengan kanal utama (KUT) atau arah

utara – selatan dan lebar 8 m. Sedangkan pembuatan path termasuk dari kegiatan

compacting dan cambering.

Gambar 2 Pancang utama

(3) Pre lining, yaitu pemancangan awal yang dilakukan sebelum tanaman

ditumbang. Kegiatan ini dilakukan sebelum tanaman ditumbang agar tanaman

tetap bisa dipanen ketika dilakukan pemancangan. Pancang pada pre lining akan

menjadi patokan pembuatan parit CECT dan parit field drain. Ujung pancang

CECT diberi warna merah sedangkan ujung pancang field drain diberi warna biru.

Pancang mata tiga adalah pancang penunjuk arah bagi operator alat berat dalam

pembuatan parit (Gambar 3).

Page 26: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

12

Gambar 3 Pre lining (kiri) dan pancang mata tiga untuk pembongkaran

pokok (kanan)

(4) Pembongkaran pokok. Pembongkaran pokok terdiri atas penumbangan,

chiping, dan pembongkaran dan pencacahan bonggol/perakaran (Gambar 4).

Tanaman ditumbang terlebih dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian

dilakukan chiping atau pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok

sawit ke bentuk irisan-irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat

oleh mikroorganisme. Setelah itu dilakukan pembongkaran akar kemudian

dicacah. Sisa pokok yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan

barisan berdasarkan pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator

lainnya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Akar

harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang

menyebabkan busuk pangkal batang. Kegiatan pembongkaran pokok diborongkan

kepada kontraktor dengan biaya Rp 65 000/H dan Rp 20 000/M (untuk gali

bonggol/perakaran pokok mati).

Pembongkaran pokok dilakukan alat berat dengan prestasi kerja (PK) 21 –

23 pokok/jam. Capaian PK ini jauh lebih tinggi dibandingkan di tanah mineral

(11 – 13 pokok/jam) karena pokok digambut lebih lunak dan lebih rendah (tinggi

rata-rata ≤12 m).

(5) Penataan kembali blok untuk kegiatan peremajaan. Blok-blok lama

harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan peremajaan. Penataan

kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih baik. Dalam

pelaksanaannya Kebun Teluk Bakau menggunakan jasa kontraktor. Kegiatan-

kegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal cabang baru, parit

tengah, CECT, dan field drain.

Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang

membagi blok dua bagian yang sama, namun diubah menjadi KCB baru untuk

akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok. Parit KCB

baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 3 m, dan lebar

permukaan bawah 3 m (4 m x 3 m x 3 m). Prestasi kerja pembuatan KCB baru

adalah 20 m/BU artinya 20 meter per jam oleh alat berat (excavator) dengan biaya

kontrak Rp 55 000/m. Terkadang pembuatan parit KCB baru terlalu lebar dari

ukuran yang ditentukan sehingga dapat mengurangi populasi tanaman per hektar

(SPH). Oleh karena itu kegiatan pembuatan KCB baru perlu diawasi secara

langsung di lapangan.

Parit tengah atau parit kontrol adalah parit sekunder untuk drainase blok

yang memiliki ukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah sejajar dengan KCB baru.

Kombinasi parit tengah dan KCB baru membagi blok menjadi empat bagian

Page 27: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

13

(petak A, B, C, D) yang dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit

tengah. Hal ini dilakukan agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke

TPH lebih efisien. Water flow dibuat di setiap pertemuan antara parit tengah

dengan kanal kolektor untuk mempertahankan ketinggian muka air tanah. Prestasi

kerja pembuatan parit tengah adalah 50 m/BU dengan biaya kontrak Rp 9 000/m.

(a) (b)

(d) (c)

Gambar 4 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a),

chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d)

Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat

dirumpukkan sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering

(Gambar 5) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk

(Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman

diupayakan agar tergenang air sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada

sisa-sisa tanaman tersebut. Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman

menjadi sumber makanan bagi rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x

1.8 m. Parit CECT dibendung pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal.

Prestasi kerja pembuatan CECT 49 m/BU dengan biaya kontrak Rp 18 000/m.

Gambar 5 Parit CECT

Page 28: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

14

Field drain adalah parit untuk drainase lahan dan sering disebut sebagai

parit tersier. Ukuran field drain adalah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT

dan field drain masing-masing terhadap baris tanaman adalah 1:4 dan dibuat

selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman terdapat 1 parit CECT dan 1 parit

field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14 m sehingga jarak parit CECT ke

parit CECT berikutnya 28 m demikian juga dengan jarak field drain ke field drain

berikutnya juga 28 m. PK pembuatan field drain 55 m/BU dan biaya kontrak Rp 6

250/m. Perbedaan blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat

pada Gambar 6. Layout petak blok dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber. Pengamatan di lapangan (2013)

Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah

peremajaan (kanan)

U

Page 29: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

15

Sumber: Pengamatan di lapangan Keterangan: Arah jalan perawatan tanaman

Pokok tanaman kelapa sawit

Gambar 7 Layout petak A blok peremajaan

(6) Compacting dan cambering. Satu gawangan di lahan peremajaan diapit

oleh satu parit CECT dan satu parit field drain. Compacting adalah proses

pemadatan tanah gawangan agar tanah semakin padat (Gambar 8a). Daya sanggah

tanah yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan

menurunkan produksi. Setelah drainase, pemadatan merupakan faktor yang sangat

kritis terhadap kesuksesan budidaya kelapa sawit di lahan gambut. Pemadatan

akan meningkatkan kerapatan lindak tanah sehingga mengurangi tingkat

pencucian pupuk, meningkatkan pasokan hara (hara per volume gambut

meningkat), dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman

dapat dikurangi. Cambering salah satu inovasi PT BNS dalam mencegah

tergenangnya air di gawangan. Cambering adalah proses pembubunan gawangan

hidup atau pasar rintis (path) sehingga berbentuk cembungan agar air hujan

mengalir dari gawangan ke CECT dan field drain sehingga air tidak tergenang

pada path (Gambar 8b). Saat Compacting dan cambering juga dilakukan

pembersihan gawangan dari sisa tanaman yang masih tertinggal. Compacting dan

cambering dilakukan bersamaan oleh satu alat berat dengan PK compacting 1 350

m/BU dan PK cambering 89 m/BU.

U

Page 30: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

16

Gambar 8 Compacting (a), cambering (b), gawangan sebelum cambering

(c) dan sesudah cambering (d)

Penanaman

Penanaman di lahan peremajaan kebun TBE dilakukan dengan urutan (1)

pemancangan pancang tanam, (2) pembuatan lubang tanam, (3) pemupukan

lubang tanam, (4) penanaman pokok, dan (5) Penyemprotan pestisida awal setelah

tanam.

(1) Pemancangan pancang tanam. Pemancangan pancang tanam–

selanjutnya akan disebut pemancangan saja–dilakukan tim pancang yang terdiri

atas 5 orang, yaitu 1 orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang

tukang tarik tali merangkap tukang pancang. Pancang tanam ada dua jenis, yaitu

pancang kepala dan anak pancang. Pertama-tama pancang kepala dipancang di

sepanjang sisi utara dan selatan blok oleh 1 orang. Jarak antar pancang kepala

yang kelak menjadi jarak antar baris tanaman adalah 7 m. Kemudian diikuti

pemancangan anak pancang oleh 4 orang yang dilakukan secara simultan dari satu

baris ke baris selanjutnya. Jarak anak pancang yang kelak menjadi jarak dalam

baris tanaman adalah 7,93 m. Populasi menjadi 180 pokok/ha tetapi karena ada

saluran drainase, CECT, dan KCB maka realisasi di lapangan hanya 174

pokok/ha. Pola tanam ini lebih rapat daripada pola tanam kelapa sawit di tanah

mineral (143 pokok/ha) karena kesuburan tanah gambut yang rendah dan

topografi yang datar. Dengan pola tanam yang lebih rapat, produktivitas kelapa

sawit dapat dimaksimalkan. Kemudian antisipasi terhadap penurunan produksi

akibat pengurangan populasi karena serangan hama rayap dan penyakit

ganoderma atau karena pokok doyong. Serangan hama rayap dan ganoderma di

tanah gambut sangat tinggi.

Pemancangan dilakukan dengan menggunakan tali yang diberi tanda

simpul merah dan biru (Gambar 9). Tali direntangkan dari pancang kepala utara

(a) (b)

(c) (d)

Page 31: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

17

ke pancang kepala selatan. Jarak antar simpul merah dengan biru adalah 7 m

sehingga jarak antar simpul merah ke merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama

anak pancang akan dipancang pada simpul warna merah kemudian pada baris

kedua dipancang pada simpul warna biru kemudian pada baris ketiga kembali

dipancang pada simpul warna merah dan demikian seterusnya secara bergantian

sehingga pola tanam akan membentuk pola tanam segitiga sama sisi 7.93 m x 7.93

m x 7.93 m. Pemancangan dilakukan buruh kontraktor dengan PK 1.7 ha/HK.

Gambar 9 Pancang tanam

(2) Pembuatan lubang tanam. Rendahnya daya sanggah tanah gambut

mengakibatkan pokok doyong di lahan gambut sangat tinggi. Tanaman

menghasilkan (TM) di Kebun Teluk Bakau sebagian besar doyong. Pokok doyong

mengakibatkan produksi turun dan proses pemeliharaan menjadi lambat sehingga

berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu PT BNS

menerapkan teknologi lubang tanam dengan sistem hole in hole.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 10 Alat berat pelubang tanam (a), bibit dan lubang tanam (b),

sketsa alat pembuat lubang (c), lubang tanam tampak samping

(d), tampak atas (e)

Page 32: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

18

Hole in hole merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri atas lubang

atas dan lubang bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan

lubang bawah lebih sempit berbentuk lingkaran (Gambar 10). Pembuatan lubang

tanam juga diborongkan kepada kontraktor. Prestasi kerja (PK) pembuatan

lubang tanam 0.9 ha/BU.

(3) Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock

Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan

dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan

takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP (Triple

Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca) yang

dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP lebih

tepat. Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 3.5 ha/HK. Kendala yang

dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat tingginya level air oleh air

hujan sehingga saat lubang tanam dikuras pupuknya ikut terbuang (Gambar 11).

Gambar 11 Aplikasi RP (kiri) dan lubang tanam yang tergenang air (kanan)

(4) Penanaman pokok. Bibit ditanam pada lubang bawah. Jika lubang terlalu

dalam maka ditimbun atau sebaliknya jika terlalu dangkal maka digali atau jika

tergenang air maka dikuras terlebih dahulu. Kemudian great polybag dikoyak

dengan pisau lalu bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang. Setelah itu

lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis sejajar dengan

permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk cekung ke

dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan cekung

(tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik, (4)

timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman

adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Rata-rata PK karyawan 65

pokok/HK dan penulis 16 pokok/HK.

Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit

antara lain: (1) bibit ditanam terlalu dalam sehingga tanaman tercekik, (2) bibit

ditanam terlalu tinggi sehingga akar timbul, (2) bibit ditanam miring, (3) tanah

pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang. Kesalahan penanaman yang

ditemukan penulis di lapangan selang 1 sampai 2 minggu setelah tanam yaitu

tanaman yang menguning akibat saat penanamannya bola tanah pecah (Gambar

12d).

Penulis melakukan pengamatan terhadap mutu tanam di lahan peremajaan.

Dari 756 tanaman contoh penulis menemukan 96.18 % tanaman baik (Gambar

11a), 3.43 % tanaman miring (Gambar 12b), 0.26 % piringan rata (Gambar 12c),

dan tidak ada akar timbul dan timbunan tidak padat, maka mutu tanam masih

dalam kategori tinggi. Hasil ini dilaporkan pada mandor dan segera dilakukan

perbaikan. Hasil pengamatan dapat diihat pada Tabel 3.

Page 33: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

19

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 12 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c),

dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat

menanam (d)

Tabel 3 Mutu tanam di lahan peremajaan

Kriteria Jumlah (pokok) Persentase

Miring 26 3.43 %

Rata 2 0.26 %

Tercekik 1 0.13 %

Akar timbul 0 0.00 %

Tidak Padat 0 0.00 %

Baik 727 96.18 %

Jumlah 756 100% Sumber: Pengamatan di lapangan (2013)

Kendala-kendala yang ditemukan di lapangan adalah lubang tanam yang

terlalu dekat dengan parit field drain atau CECT sehingga jika hujan datang maka

tanaman akan tergenang oleh air (Gambar 13). Selain itu pokok tergenang juga

akibat kedalaman permukaan yang air yang sangat dangkal (di bawah 20 cm) dan

ini terdapat pada pokok-pokok yang terletak di pinggir KCB. Jika ini berlangsung

lama maka mengakibatkan stres pada tanaman. Untuk itu lubang yang tergenang

cukup parah dilakukan penanaman tapak timbun agar pokok tidak tergenang,

sedangkan pokok yang sudah terlanjur ditanam dilakukan pendongkrakan pokok

dan tanahnya sampai piringan tidak tergenang lagi. Pendongkrakan diusahakan

seminimal mungkin mengganggu perakaran tanaman. Pada lahan peremajaan juga

terdapat pokok sawit yang rawan longsor terutama pada sisi KCB baru (Gambar

14) sehingga perlu pembuatan pagar kayu yang terbuat dari batang kelapa agar

pokok sawit tidak tumbang.

Page 34: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

20

Gambar 13 Lubang tanam normal (kiri) dan lubang tanam terlalu dekat parit

field drain (kanan)

Gambar 14 Posisi pokok normal (kiri) dan pokok terancamg longsor (kanan)

(5) Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam

segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi

daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida

yang digunakan bermerk dagang Decis 25 EC yang merupakan insektisida racun

kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning jernih, dan berbahan

aktif deltametrin 25 g/l. Konsentrasi aplikasinya adalah 0.4 % dengan volume

semprot 135 ml/pokok. Kemudian insektisida bermerk dagang Capture 50 EC

yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan,

berwarna kuning pekat, dan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l. Selain fungsi di

atas insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan

kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6 % dengan

volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer

kapasitas 12 atau 15 liter.

Gambar 15 Penyemprotan hama (kiri) dan takaran dan pelumas knapsack

sprayer (kanan)

Page 35: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

21

Cara penyemprotannya ialah menyemprot kedua sisi pangkal batang dan

pangkal pucuk untuk melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk

kemudian menyemprot seluruh permukaan daun untuk melindungi tanaman dari

hama pemakan daun (Gambar 15). Kegiatan ini dilakukan setelah jam kerja yakni

dari jam 14.00-15.30 dengan premi Rp 20 000/orang. Norma kerja kegiatan ini 2.3

ha/orang dan PK penulis 1,7 ha.

Pemeliharaan

Pemeliharaan di lahan peremajaan terdiri atas: (1) penanaman tanaman

penutup tanah, (2) pemupukan, dan (3) pengendalian gulma.

(1) Penanaman tanaman penutup tanah. Lahan gambut tidak boleh

dibiarkan terbuka terlalu lama karena dapat mepercepat proses oksidasi tanah

sehingga proses dekomposisi tanah semakin cepat. Akibatnya lahan bisa

mengalami subsiden yang lebih cepat. Selain itu tanaman penutup tanah di lahan

gambut juga berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah dan menekan

pertumbuhan gulma. Oleh karena itu setelah bibit ditanam, lahan segera ditanami

tanaman penutup tanah.

Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah pakis/neprolephis, Mucuna

bracteata (Mb), dan campuran Pueraria javanica (Pj) dengan Calopogonium

mucunoides (Cm). Pakis selain tanaman penutup tanah juga sering dimanfaatkan

oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya. Sedangkan

manfaat lain kacang-kacangan (Mb, Pj, dan Cm) adalah menghasilkan bahan

organik dan dapat mengikat unsur nitrogen dari udara untuk tanaman kelapa

sawit.

Neprolephis ditanam di antara jarak dalam baris tanaman. Jarak tanam

Neprolephis dari pokok sawit adalah 3 m sedangkan jarak tanam Neprolephis

adalah 0.6 m x 0.6 m (Gambar 16a). Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah

0.6 ha/HK.

Setiap di tengah jarak dalam baris tanaman ditanami satu bibit Mb. Jarak

tanam Mb dari parit 60 cm (Gambar 16 b). Sebelum ditanam lubang tanam

diberi pupuk NPK atau urea dengann dosis 10 g/lubang. Neprolephis dan Mb

tidak boleh ditanam pada blok yang sama karena akan menimbulkan persaingan.

Prestasi kerja karyawan 1 ha/HK dan penulis adalah 1 ha/HK.

Penanaman benih kacang-kacangan yang terdiri dari campuran Pj dan Cm

memerlukan pupuk dan bakteri Rhizobium agar tumbuh dengan baik. Benih

kacang-kacangan yang terdiri dari 3 kg Pj/ha dan 3 kg Cm/ha dicampur dengan

pupuk sumicoat 6 kg dan RP 12 kg sebagai penyedia unsur hara sehingga

perbandingan kacang-kacangan dengan pupuk sumicoat dan RP adalah 1 : 1 : 2.

Kemudian campuran tersebut diberi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya

fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan. Untuk 10 kg campuran benih Pj dan Cm

dipakai 50 g Rhizobium yang dilarutkan dalam 0.25 L air. Benih ditanam di

sepanjang path dengan jarak 2 m dari pokok sawit (Gambar 16c). Alur tanam

benih dibuat masing-masing dua baris di sepanjang kiri dan kanan path dengan

jarak tanam 50 cm dan kedalaman 2 – 3 cm. Untilan kebutuhan benih ialah 4

kg/hong (sudah termasuk pupuk).

Page 36: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

22

(a) (b) (c)

Gambar 16 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b),

campuran kacangan Pj dan Mc umur 2 minggu (c)

Pemupukan. Pemupukan awal dilakukan 6 MST dengan pupuk NPK 65 dan

pupuk cair FeSO4. Pupuk NPK 65 ditabur melingkari pokok dengan radius 20 cm.

Fungsi pupuk NPK 65 adalah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman,

perkembangan akar, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan

penyakit tanaman. Dosis pupuk NPK 65 adalah 350 g/pokok dengan PK karyawan

dan penulis 2.9 ha/HK. Tanaman yang belum diberi pupuk NPK 65 akibat

piringannya tergenang air diberi tanda dan akan diberi pupuk ketika piringannya

sudah mengering. piringannya tergenang air tidak boleh ditaburi pupuk dan diberi

tanda Konsentrasi pupuk cair FeSO4 0.33 % dan volume semprot 135 ml/pokok

dengan PK karyawan 3.7 ha/HK sedangkan penulis 1.7 ha/HK. Fungsi pupuk

FeSO4 adalah untuk meningkatkan jumlah klorofil daun dan daya tahan tanaman.

Saat memasukkan larutan pupuk FeSO4 ke dalam knapsack sprayer, larutan

disaring menggunakan saringan tambahan dua lapis kain kasa agar butiran-

butiran kecil pupuk FeSO4 yang belum terlarut sempurna tidak ikut masuk ke

dalam tangki knapsack sprayer. Hal ini dilakukan untuk mencegah butiran-butiran

kecil pupuk menempel pada daun yang bisa menyebabkan kegosongan pada daun.

Rekomendasi dosis pemupukan lahan peremajaan dapat dilihat pada lampiran 5.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi

kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, dan

mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di lahan peremajaan

dilakukan secara kimia dan manual.

Pengendalian gulma secara kimia yang diikuti oleh penulis adalah

penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan bermerk dagang

Starane 290 EC yang merupakan herbisida purna tumbuh yang sistemik dan

selektif, berbentuk pekatan, berwarna coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir

metil heptil ester 295 g/l dengan konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang

digunakan berkapasitas 19-20 liter dan Nozelnya diberi sarung plastik yang

terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola semprotan nozelnya merata dan

tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan 2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan

gulma.

Pengendalian gulma secara manual yang diikuti oleh penulis adalah

konsolidasi dan mencabut rumput. Konsolidasi dilakukan minimal 4 MST untuk

membersihkan piringan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Selain itu

konsolidasi juga bertujuan untuk memperbaiki piringan dan menegakkan tanaman

yang miring. Norma kerja konsolidasi 1.2 ha/HK sedangkan PK penulis 0.4

ha/HK. Kegiatan mencabut rumput juga dilakukan tetapi hanya terhadap gulma

Page 37: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

23

berdaun lebar dengan menggunakan parang dan garpu. Kegiatan mencabut

kentosan juga dilakukan. Terkadang kegiatan cabut kentosan dan mencabut

rumput sekaligus dilakukan oleh 1 orang karyawan. Kedua kegiatan ini dilakukan

jika kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan. Prestasi

kerja mencabut kentosan adalah 0.5 – 0.7 ha/HK. Jenis-jenis gulma yang dominan

di lahan peremajaan adalah Paspalum conjugatum, Cyperus iria (rumput

matahari), Clibadium surinamenses (narong), Micania micrantha (rumput

saudagar), Melastoma malabatrichum (saduduk/senggani), Borreria latifolia

(rumput staren), dan kentosan.

Gambar 17 Pemupukan (kiri) dan hasil pemupukan (kanan)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) di lahan peremajaan

dilakukan secara kimia, biologis, dan manual. Pengendalian HPT secara kimia

menggunakan insektisida dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan

penyemprotan awal setelah tanam tersebut di atas. Jika serangan meningkat maka

konsentrasi ditingkatkan dua atau tiga kali lipat. Rotasi chemist peremajaan adalah

sekali dua minggu. Norma kerja chemist peremajaan 1 044 pokok/HK atau 6

ha/HK sedangkan PK penulis 4 ha/HK. Hama-hama yang menyerang tanaman di

areal peremajaan antara lain Apogonia sp., Oryctes rhinoceros, dan belalang.

Apogonia sp. atau kumbang malam menyebabkan daun berlubang-lubang

karena lapisan epidermis anak daun terkikis atau dimakan seluruhnya. Apogonia

sp. aktif dan mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang kumbang ini

beristirahat di dalam lapisan tanah sedalam sekitar 2 cm atau bersembunyi di

antara gulma yang ada di sekitar area peremajaan. Kerusakan pada tanaman yang

telah berumur lebih dari satu tahun bisa diabaikan. Umumnya serangan Apogonia

sp. di lapangan akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman penutup tanah

sudah menutupi areal penanaman dengan sempurna.

Oryctes rhinoceros atau kumbang tanduk merupakan hama utama di areal

peremajaan. Kumbang tanduk menyerang pangkal pucuk sawit. Gejala serangan

kumbang tanduk ialah menguning dan mengeringnya pucuk sawit (Gambar 18a)

kemudian terdapat lubang bekas gerekan kumbang tanduk pada pangkal pucuk

sawit. Kumbang tanduk terkadang ditemukan pada lubang gerekan tersebut.

Serangan kumbang tanduk sangat merugikan karena memperlambat pertumbuhan

vegetatif tanaman. Pucuk sawit yang telah terserang segera dicabut agar pucuk

penggantingya tetap tumbuh normal (tegak atau tidak menyamping) (Gambar

18b). Kemudian mengambil kumbang tanduk secara manual dari lubang

penggerekannya jika ada.

Page 38: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

24

Belalang merupakan hama pemakan daun. Gejala serangannya ialah

terdapat defoliasi (kehilangan daun) yang dimulai dari tepi anak daun. Terkadang

serangannya hanya menyisakan tulang anak daun.

Pengendalian hama secara biologis dengan menanam tanaman

bermanfaat/beneficial plant. Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera

subulata, Casia cobanensis, dan Antigonon leptopus (Gambar 18e). C. cobanensis

ditanam pada bedeng yang berukuran 280 cm x 120 cm dengan jarak tanam 30 cm

x 30 cm. A. leptopus ditanam pada bedeng yang berukuran panjang x lebar (250

cm x 100 cm) dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm. Setiap lubang tanamnya

ditancapkan cabang pohon akasia sebagai tempat A. leptopus merambat. T.

subulata ditanam pada bedeng yang berukuran 180 cm x 90 cm dengan jarak

tanam 30 cm x 30 cm. Rasio C. cobanensis, A. leptopus, dan T. subulata terhadap

luas lahan adalah 60 % : 20 % : 20 %. Pembibitan beneficial plant termasuk

pohon pulai dan pohon buta dibuat di areal emplasement untuk memudahkan

pemeliharaan dan pengangkutan (Gambar 18f). Pengendalian hama secara manual yaitu mengambil kumbang tanduk yang

terdapat pada lubang gerekan pada pangkal pucuk sawit yang sekaligus dilakukan

oleh karyawan yang sedang melakukan semprot hama. Pengendalian secara

jebakan (pherotrap) yaitu memasang pherotrap kumbang tanduk (Gambar 18c)

dengan rasio terhadap luas lahan 1 : 2 ha. Jebakan dibuat sedemikian rupa dan

diberi hormon pemikat kemudian digantung pada tiang kayu.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 18 Serangan hama kumbang tanduk (a), tunas tumbuh kembali pasca

penyerangan (b), pherotrap kumbang tanduk (c), penanaman

beneficial plant, (d) bedengan beneficial plant (e), pembibitan

beneficial plant (g)

Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian

produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak

panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai

Page 39: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

25

standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS

dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Sistem panen yang digunakan di Divisi I Kebun Teluk Bakau adalah

sistem Block Harvesting System (BHS). Sistem BHS merupakan program

implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang

harus diselesaikan dalam satu hari.

Kriteria matang panen merupakan indiksasi yang dapat membantu pemanen

agar memotong TBS pada saat yang tepat. Berikut merupakan kriteria matang

panen di Kebun Teluk Bakau.

Tabel 3 Kriteria panen di kebun teluk bakau berdasarkan jumlah brondolan yang

lepas dari tandan

Jumlah brondolan lepas dari tandan Tingkat kematangan

0 – 5 Buah Mentah ( Un Ripe )

6 – 9 Buah Mengkal (Under Ripe )

> 10 Buah Masak ( Ripe )

> 70% Buah terlalu Masak ( Empty Bunch ) Sumber: Kantor Besar Kebun Teluk Bakau

Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke

seksi panen awal pada kegiatan panen. Sistem BHS membagi divisi menjadi 6

seksi panen. Sehingga membentuk rotasi panen 6/7 yang artinya terdapat enam

hari kerja dan kembali ke seksi panen awal pada hari ke-7. Seksi-seksi kemudian

dibagi menjadi beberapa hanca tetap untuk memudahkan pengawasan.

Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pukul 06.00 WIB

oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dan

memberi pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari

itu dan menyampaikan hasil evaluasi hasil kegiatan panen hari sebelumnya.

Pelaksanaan panen di Kebun Teluk Bakau mengikuti kaidah Sapta Disiplin

Potong yang berisi: (1) Buah matang dipanen semua, (2) Tidak memanen buah

mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi dan

dirumpukkan di gawangan berbentuk “U”, (5) buah diantrikan dan disusun rapi di

TPH dan diberi tanda, (6) Pelepah sengkleh tidak ada, dan (7) Administrasi

dikerjakan secara benar dan segera. Kutip brondolan dilakukan oleh tim pengutip

brondolan yang sebagian besar terdiri dari KHL sehari setelah potong buah pada

seksi yang sama.

Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan transportasi air. Proses

pengangkutan terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan TBS dari TPH

ke Collection Point (CP) dengan menggunakan bargas (Gambar 19b) berkapasitas

± 6.3 ton dan pengangkutan TBS dari CP ke PKS menggunakan ponton (sejenis

kapal) berkapasitas ± 15 ton.

Page 40: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

26

(a) (b)

Gambar 19 Potong buah (a), pengangkutan TBS menggunakan bargas (b)

Pengaturan Ketinggian Air

Ketinggian air di lapangan harus dijaga agar tidak kekeringan di musim

kemarau atau kebanjiran di musim hujan. Kebanjiran akan menghambat proses

pemanenan sehingga memperlambat rotasi panen. Kondisi ini menyebabkan

kehilangan (losses) akibat buah tinggal atau busuk. Kekeringan menyebabkan

ketinggian air di kanal rendah atau bahkan kering sama sekali sehingga tidak bisa

dilewati kendaraan air pengangkut TBS. Kondisi ini menyebabkan kehilangan

akibat TBS tidak terangkut (restan). Upaya-upaya pengaturan ketinggian air

(Water Level Control) antara lain memasang piezzometer, membuat pintu air,

over flow gate, emergency gate, spillway, membuat peta water zoning, dan

merawat kanal secara berkala

Pemasangan piezzometer. Piezzometer merupakan alat pengukur ketinggian

air yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter 3 inchi, panjang 2 meter, dan

dilengkapi skala (Gambar 20). Piezzometer dipasang di titik tertentu pada

bendungan, KUT, KCB, emplasemen, pintu air, over flow gate, emergency gate,

spillway, dan pabrik. Sasaran ketinggian air yang terbaca pada masing-masing

piezzometer berbeda-beda bergantung posisi ditempatkannya piezzometer. Pada

umumnya sasaran ketinggian air pada hulu lebih rendah daripada hilir. Seperti

piezzometer di km 5 kebun TBE yang merupakan hilir memiliki sasaran

ketinggian air 40 cm sampai 60 cm dpt, sedangkan di km 18 kebun RSE yang

merupakan hulu memiliki sasaran ketinggian air 50 sampai 80 cm dpt. Hal ini

ditujukan untuk mencegah kekeringan pada kebun yang berada di hulu atau

kebanjiran pada kebun yang berada di hilir akibat perbedaan topografi. Informasi

ketinggian air yang terbaca pada piezzometer dilaporkan setiap hari ke kantor

besar kebun TBE melalui radio. Data ketinggian air menjadi acuan pengaturan

ketinggian air.

Gambar 20 Piezzometer di km 5

Page 41: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

27

Pemasangan pintu air (water gate). Pintu air adalah alat untuk mengatur

ketinggian air dengan cara membuka dan menutup aliran air (Gambar 21). Pintu

air pada umunya ditempatkan di setiap hilir kanal yang menuju ke luar wilayah

water zoning ataupun ke luar wilayah perkebunan. Setiap pintu air dilengkapi

piezzometer. Perkebunan PT BNS memiliki 1 pintu air perbatasan water zoning

dan 4 pintu air perbatasan dengan masyarakat. Pintu air perbatasan masyarakat

akan membuang kelebihan air ke sungai atau laut.

Gambar 21 Pintu air

Pemasangan over flow gate. Over flow gate adalah alat untuk mengatur

ketinggian air dengan cara menahannya pada ketinggian tertentu dan bersifat tetap

(Gambar 22). Jika air berlebih, secara otomatis air akan mengalir melalui over

flow gate. Over flow gate terdapat di titik tertentu pada perbatasan dengan

okupasi.

Pemasangan pintu air parit tengah (water flow). Pintu air parit tengah

dipasang di setiap pertemuan parit tengah dengan kanal atau parit kolektor.

Gunanya untuk mengatur ketinggian air di tengah blok.

Pembuatan emergency gate. Emergency gate merupakan pintu darurat untuk

mencegah banjir pada kebun. Emergency gate dapat berupa kanal maupun pintu

air yang menghubungkan kebun dengan sungai atau laut.

Gambar 22 Over flow gate (kiri) dan water gate (kanan)

Pemasangan spillway. Spillway merupakan pintu air utama yang berfungsi

untuk mengatur ketinggian air di KUT (Gambar 23). Spillway juga berfungsi

untuk mencegah penetrasi air laut ke KUT sehingga kadar garam pada KUT tetap

sangat rendah untuk digunakan pabrik untuk mengolah TBS. Spillway terletak di

km 0.45 sebelah barat KUT dan berbatasan langsung dengan sungai. Spillway

memiliki 8 pintu air yang menggunakan drat. Spillway dilengkapi piezzometer

dengan sasaran ketinggian air 25 cm sampai 40 cm dpt.

Page 42: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

28

Gambar 23 Spillway

Perawatan kanal. Semua sistem drainase kebun harus tercatat secara

administrasi baik jumlah maupun panjangnya. Hal ini ditujukan untuk

memudahkan kegiatan perawatan kanal. Setiap tahunnya diadakan pencucian

kanal 30 % dari total keseluruhan. Tujuan pencucian kanal antara lain untuk

mengoptimalkan fungsi kanal baik untuk tanaman maupun kendaraan air,

memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air terutama lumut

(Bryophyta sp.), dan mencegah terganggunnya kipas baling-baling kendaraan air.

Pencucian kanal dapat dilakukan secara mekanik dan manual.

Pencucian kanal secara mekanik menggunakan excavator long arm untuk

KUT dan short arm untuk KCB dan kanal kolektor. Pencucian dilakukan dengan

cara penggalian kembali sedimentasi dari dasar kanal ke luar secara periodik.

Kegiatan ini dilakukan saat kondisi air cukup dan kanal tidak boleh digali terlalu

dalam (melebihi kedalaman awal) karena dapat menimbulkan longsor. Excavator

long Arm (PC>200/seri 9) memiliki PK 3 meter/BU untuk KUT, Excavator short

arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 5 meter/BU untuk kanal kolektor, dan

Excavator short arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 10 meter/BU untuk KCB.

Gambar 24 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut

Pencucian kanal secara manual menggunakan bargas lumut (Gambar 24),

cangkul, dan parang. Bargas lumut merupakan kendaraan air yang dikhususkan

untuk kegiatan pencucian kanal. Setiap divisi memiliki minimal 1 unit bargas

lumut dan dioperasikan oleh 3 orang pekerja – satu sebagai operator (supir) dan

dua orang lagi sebagai helper (kernet). Bargas lumut memiliki PK bergantung

pada kondisi kerapatan gulma pada kanal. Yang perlu dibersihkan dari kanal

adalah lumut, eceng gondok (Eichhornia crassipes), dan sampah, sedangkan

tanaman sarung buaya (Ischaemum timorense) perlu dikendalikan

pertumbuhannya dengan cara dibabat. Semak-semak di tepi kanal juga

dibersihkan dengan cara dibabat.

Page 43: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

29

Pencucian kanal secara biologis dilakukan dengan cara memelihara ikan

kowan (Tenenepharyngodon idellus) pada kanal-kanal sebagai pemakan lumut

atau algae (Tallophyta sp.). Cara ini masih perlu pengembangan lebih lanjut oleh

departemen R & D Minamas Plantation. Pencucian kanal secara kimia tidak

dilakukan karena dapat mengancam kehidupan biota air dan lingkungan.

Pembuatan peta dan SOP (Standard Operational Procedure) sistem

pengelolaan tata air. Perkebunan PT BNS memiliki peta umum sistem

pengelolaan tata air dan setiap kebun kecuali kebun TBE memiliki peta detail

sistem pengelolaan tata air kebun masing-masing. Peta umum hanya

mengambarkan kanal-kanal, water zoning (Lampiran 6), posisi piezzometer

(Lampiran 7), bendungan (Lampiran 8), pintu air dan spillway (Lampiran 9), dan

pengukur curah hujan (ombrometer) (Lampiran 10), sedangkan peta detail

termasuk menggambarkan arah aliran air dan muara outlet air (Lampiran 11).

Pemetaan ini memudahkan pengawasan dan penanganan yang tepat waktu.

Ruang lingkup SOP meliputi kegiatan pemeriksaan, pengukuran,

pencatatan, perawatan, dan evaluasi terhadap pengelolaan tata air. Tujuan

pembuatan SOP antara lain: (1) untuk memonitor ketinggian air di kebun

sehingga dapat dipertahankan pada kondisi optimum bagi tanaman, (2)

mengumpulkan data-data yang akurat dan terpadu yang berhubungan dengan

pengelolaan tata air, (3) apabila ada masalah dengan ketinggian air maka cepat

diketahui dan dilakukan usaha-usaha perbaikan, (4) menciptakan koordinasi antar

kebun maupun PKS dalam penanganan pengelolaan tata air PT BNS.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor Peremajaan (Replanting)

Mandor peremajaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan penanam

pokok tanaman pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi,

mengecek cangkul sebagai alat tanam, dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD)

kerja setiap karyawan penanam. Mandor peremajaan bertugas mengawasi tim

penanam agar mutu tanam terjaga. Karyawan yang mutu tanamnya buruk akan

ditegur dan diberi sangsi jika perlu oleh mandor dan diperintahkan untuk segera

memperbaikinya kembali. Mandor peremajaan juga bertanggung jawab terhadap

kegiatan penyisipan dan logistik bibit dari areal pembibitan ke areal peremajaan.

Mandor peremajaan melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM)

dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring jumlah bibit yang telah

ditanam dan disisip.

Pendamping Mandor Pemeliharaan

Mandor pemeliharaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan

pemeliharaan pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi,

mengecek alat pemeliharaan sesuai dengan kegiatan hari tersebut (cangkul atau

parang) dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan

penanam. Mandor pemeliharaan mengawasi kegiatan konsolidasi, penanaman

tanaman penutup tanah, dan perawatan sisi kanal. Mandor pemeliharaan

melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi

Page 44: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

30

kerja dan membuat buku monitoring penggunaan bahan jika menggunakan bahan

seperti benih atau bibit kacang-kacangan.

Pendamping Mandor Semprot (Chemist)

Mandor chemist memimpin lingkaran pagi dengan karyawan semprot pada

jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot,

mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-masing penyemprot,

mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan semprot. Pada saat di

lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan memastikan racun sesuai

dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di

lapangan dan membawa sabun untuk cuci tangan.. Selesai menyemprot, seluruh

alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah

bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol, galon tempat racun dikumpulkan ke

gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM)

dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta

ealisasi kerja.

Pendamping Mandor Pupuk

Mandor membuat lingkaran pagi dengan karyawan pupuk pada jam 06.00

WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga pemupukan kemudian

melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam

mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai dosis pupuk

yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang dilakukan di

kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor wajib mengecek

Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan topi pada setiap

karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor melakukan pengawasan

penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan penaburan pupuk dilakukan

secara benar. Mandor membawa sabun untuk cuci tangan tim pupuk. Selesai

pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran ) dicuci bersih dan disimpan di

gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung kemasan pupuk serta plastik

dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan pada kerani gudang untuk

dicatat. Mandor pupuk melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor

(BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan

dan peta realisasi kerja.

Pendamping Mandor Panen

Mandor membuat lingkaran pagi dengan pemanen pada jam 06.00 WIB

untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga panen. Setiap mandor

mengecek alat kerja yang digunakan apakah dalam kondisi baik dan dilengkapi

dengan alat pelindung serta mengecek Alat Pelindung Diri (APD) setiap karyawan

panen. Tanggung jawab mandor mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan

karyawan panen di lapangan dengan memastikan buah matang seluruhnya

dipanen dengan menjaga jumlah pelepah yang harus dipertahankan yaitu umur

tanaman lebih dari 10 tahun 48 pelepah dan umur tanaman kurang dari 10 tahun

56 pelepah. Selain itu, memastikan TBS yang dipanen minimal 5 brondol yang

lepas di piringan. Seluruh TBS dan Brondolan yang dihasilkan dari blok

seluruhnya diantrikan di TPH tanpa ada yang tertinggal dengan disusun rapi dan

diberi nomor pemanen yang jelas.

Page 45: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

31

Administrasi panen oleh mandor panen dengan mencatat nomor hancak

yang dikerjakan oleh setiap karyawan dan mengevaluasi hancak panen pada hari

itu juga merupakan bukti hasil kegiatan yang akan dilaporkan. Jika dalam

pemeriksaan terdapat kesalahan yang terjadi pada hancak panen yang diperiksa,

maka karyawan panen yang bersangkutan harus segera di panggil dan ditegur

untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Jika sudah diperingatkan

berkali-kali namun tidak ada perubahan pada karyawan tersebut maka dilakukan

teguran secara tertulis berupa surat peringatan ( SP ) I, II dan III yang ditanda

tangani oleh asisten dan diketahui manajer kebun dan SPSI. Mandor memberikan

instruksi dan memastikan seluruh alat yang dipakai oleh karyawan dibersihkan

dan ditutup kembali apabila pekerjaan panen telah selesai. Mandor panen

melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi

kerja dan menulis luasan (ha) yang dipanen hari ini pada blanko pusingan potong

buah serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.. Selain itu, untuk memperlancar

kegiatan pemanenan dalam timnya mandor panen membuat daftar rencana

perawatan, penggantian alat–alat kerja, APD pada tim panen dan melatih tenaga

kerja baru baik teknis maupun non-teknis.

Pendamping Mandor I

Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab melaporkan hasil seluruh

kegiatan di lapangan kepada asisten. Kegiatan penulis saat menjadi mandor I

mengikuti atau memimpin apel pagi dengan para mandor apabila asisten tidak

dapat hadir serta memimpin apel K3 setiap hari sabtu di divisi. Selain itu,

membantu asisten dalam membuat Rencana Kerja Harian untuk esok hari dari

pekerjaan pemeliharan maupun pemanenan. Penulis melakukan pengawasan

kegiatan mandor dan karyawan agar rencana kerja harian (RKH) yang telah

ditetapkan berjalan dengan baik. Penulis saat mendapatkan tugas sebagai mandor

I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang

tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Pengawasan dengan melakukan

pengecekan mutu hancak pada kegiatan panen juga dilakukan oleh penulis saat

menjadi mandor I dengan mengambil lima pemanen setiap hari panen. Untuk

membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan

masalah maka penulis mengikuti field day. Field day merupakan aktivitas yang

dilakukan dilapangan/blok untuk sharing pendapat dan menyelesaikan

permasalahan.

Pendamping Kerani Buah

Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan

yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari

panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection point (CP).

Kerani buah bertanggung jawab untuk membagikan notes potong buah yang telah

diisi dengan lengkap, baik premi maupun dendanya dan memeriksa mutu buah.

Kerani buah membuat surat pengantar (SP) buah yang dikirim ke CP/PKS dan

mencatat nomor SP dan kendaraan yang mengangkutnya. Melaporkan hasil kerja

dalam buku Penerimaan Buah (PB) dan Notes potong buah secara rutin. Merekap

produksi per blok dan membuat laporan premi harian panen ke kantor divisi.

Kerani buah merangkap menjadi mandor transportasi. Mandor transportasi

Page 46: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

32

bertugas mengatur kegiatan setiap operator bargas termasuk bargas lumut dalam

melaksanakan pencucian kanal.

Pendamping Asisten Kegiatan penulis saat menjadi pendamping asisten divisi bersifat teknis di

lapangan dan administrasi di kantor. Kegiatan yang dilakukan sebagai

pendamping asisten adalah memimpin apel pagi, mengarahkan serta mengawasi

kerja karyawan dan para mandor di lapangan. Penulis juga membantu membuat

RKH (Rencana Kerja Harian) dan bersama dengan asisten melakukan

pemeriksaaan ke lapangan meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator),

pemupukan sesuai dengan pedoman BMS (Block Manuring System) , penanaman

beneficial plant, pemantauan hasil chemist, pengontrolan hama dan penyakit dan

kegiatan pemanenan, serta mengikuti kegiatan “Field day”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Tata Air

Pengelolaan tata air (water management) merupakan proses perencanaan

yang sistematis dalam mengorganisasikan dan mengatur pembuangan air melalui

permukaan tanah seperti saluran drainase, dan mempertahankan level air pada

kisaran yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Sistem pengelolaan tata air

harus mampu membuang kelebihan air permukaan maupun sub-permukaan

dengan cepat pada musim hujan dan dapat menahan air selama mungkin pada

musim kemarau (Melling dan Hatano 2010).

Perkebunan PT BNS keseluruhannya adalah tanah gambut (peat soil)

dengan kedalaman 3 m sampai 5 m dan ketinggian antara 2.0 m sampai 4.5 m di

atas permukaan laut (dpl). Terendah adalah km 00 dengan ketinggian 2.0 m dpl

dan tertinggi adalah km 15 Kebun Mandah Estate (MDE) dengan ketinggian 4.5

m dpl. Data tersebut menunjukkan adanya perbedaan ketinggian yang cukup nyata

yaitu 2.5 meter sehingga apabila tidak ada pengelolaan tata air, walaupun banjir di

km 00 (hilir), bisa kekeringan di Kebun MDE (hulu). Di samping itu, satu-

satunya sumber air perkebunan PT BNS adalah hujan karena tidak ada sumber

air seperti pegunungan, sedangkan sumber air seperti sungai mengandung kadar

garam yang tinggi. Oleh karena itu sistem pengelolaan air (water management)

sangat diperlukan.

Air yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada zona perakaran kelapa

sawit akan berdampak kurang baik terhadap penyerapan unsur hara dan hasil

TBS. Sebagian besar perakaran kelapa sawit terkonsentrasi di 50 cm lapisan atas

tanah gambut. Oleh karena itu zona tersebut tidak boleh jenuh air (Melling dan

Hatano, 2010). Hubungan ketinggian air terhadap hasil TBS dapat dilihat pada

Gambar 25.

Page 47: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

33

0

5

10

15

20

25

30

+25 - 25 25 - 50 (PT BNS)

50 - 75 75 - 100 >100

TB

S (

ton

/ha

/ta

hu

n)

Ketinggian air (cm dpt)

Gambar 25 menunjukkan bahwa produksi TBS maksimum akan tercapai

pada ketinggian air di 50 cm sampai 75 cm di bawah permukaan tanah (dpt),

namun pada umumnya sasaran ketinggian air di PT BNS adalah pada 25 sampai

50 cm dpt karena air sistem drainase dimanfaatkan untuk prasarana transportasi

dan pengolahan TBS di pabrik. Dengan demikian penurunan ketinggian air yang

drastis pada musim kemarau tidak akan menghambat kegiatan transportasi dan

pengolahan TBS di pabrik. Dalam satu minggu di musim kemarau ketinggian air

dapat mengalami penurunan sebesar 4 cm.

Sistem Drainase

Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap air, kemudian

mengumpulkannya, dan akhirnya dibuang keluar areal. Dengan demikian,

drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan

mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Merancang sistem drainase

yang baik harus mengacu pada peta topografi dan bukan berdasarkan visual saja

(Pahan 2012). Sistem jaringan drainase PT BNS merupakan rekomendasi dari tim

research and development (R & D) Mimanamas Plantation yang telah melakukan

survey dan pengamatan.

Perkebunan PT BNS memiliki sistem drainase yang berbeda dengan sistem

drainase lahan gambut di perkebunan kelapa sawit pada umumnya karena di

perkebunan ini sistem drainasenya selain dimanfaatkan untuk pembuangan air

juga dimanfaatkan untuk prasarana transportasi air. Sistem drainase perkebunan

ini terdiri atas kanal utama (KUT), kanal kolektor, kanal cabang (KCB), kanal

cabang baru (KCB baru), parit tengah, dan field drain. Kanal-kanal dimanfaatkan

untuk prasarana transportasi air sehingga ukurannya lebih luas sedangkan parit

tengah dan field drain hanya sebagai saluran pembuangan air. Sistem drainase

dapat dilihat pada Gambar 5.

Kanal Utama (KUT). Kanal utama merupakan saluran pembuangan akhir

sistem drainase sebelum dialirkan ke luar wilayah perkebunan dan terletak di

Gambar 25 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di

kebun gambut di Riau, Sumatera, Indonesia (Huan et al. 2012)

Page 48: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

34

tengah wilayah perkebunan (Gambar 26). Kanal utama juga merupakan prasarana

tranportasi TBS dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS) dan akses keluar masuk

perkebunan. Kanal utama langsung bermuara ke sungai sehingga pada muara

KUT dipasang pintu air yang disebut spill way agar ketinggian air di KUT tetap

terjaga sehingga dapat dilewati kendaraan air. Ukuran KUT ialah 12 m x 4 m x 8

m. Kanal utama dilengkapi jembatan penyeberangan. Sisi KUT Divisi I Kebun

Teluk Bakau belum sepenuhnya tertutupi tanaman sarang buaya sehingga masih

terancam erosi oleh ombak akibat kendaraan air terutama speed boat yang

melintas. Oleh karena itu perlu pemeliharaan tanaman sarang buaya di sepanjang

sisi KUT. Kondisi KUT Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui

kendaraan air. Artinya populasi gulma air (lumut dan eceng gondok) tidak

mengganggu baling-baling kendaraan air dan kanal utama juga terbebas dari

sampah.

Gambar 26 KUT

Kanal Kolektor. Kanal kolektor adalah drainase pengumpul air dari KCB

dan mengalirkannya ke KUT melalui KCB tertentu yang topografinya lebih

rendah (Gambar 27). Kanal kolektor juga merupakan prasarana transportasi TBS

dan logistik dari KCB sebelum ke KUT. Sebagian kanal kolektor merupakan batas

hamparan blok kebun dengan wilayah luar. Ukuran kanal kolektor ialah 6 m x 3 m

x 2 m dan sejajar dengan KUT. Kanal kolektor dilengkapi jembatan

penyeberangan ke daerah okupasi. Kondisi kanal kolektor Divisi I Kebun Teluk

Bakau baik dan bisa dilalui bargas namun masih ada dalam kondisi buruk tapi bisa

dilalui bargas. Artinya populasi gulma air di titik tertentu pada kanal kolektor

mengganggu baling-baling bargas. Konsumsi bahan bakar oleh bargas semakin

boros sehingga mengurangi efisiensi biaya, laju bargas makin melambat sehingga

mengurangi efisiensi waktu, bahkan pada kondisi tertentu dapat merusak mesin

bargas. Oleh karena itu penggunaan bargas lumut masih perlu dimaksimalkan lagi.

Gambar 27 Kanal kolektor

Page 49: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

35

Kanal Cabang (KCB). Kanal cabang merupakan drainase penghubung

Kanal kolektor dengan KUT (Gambar 28). Hanya KCB tertentu yang

berhubungan langsung dengan KUT sedangkan KCB lainnya dibendung untuk

memperlambat aliran air sehingga air lebih lama di dalam blok. Kanal cabang juga

merupakan prasarana transportasi pengangkut TBS dari TPH dan logistik ke TPH.

Ukuran KCB ialah 4 m x 3 m x 3 m dan tegak lurus dengan KUT. Kanal cabang

dilengkapi jembatan penyeberangan. Masing-masing operator bargas Divisi I

Kebun Teluk Bakau memiliki satu KCB yang menjadi tanggung jawabnya.

Operator tersebut bertangung jawab atas kondisi KCB-nya. Kondisi KCB Divisi I

Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui bargas namun masih ada dalam kondisi

buruk tapi bisa dilalui bargas. Hal ini disebabkan masih ada operator bargas lalai

dalam menjaga kebersihan KCB yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena

itu asisten dan mandor I tetap mengingatkan, memantau, mengevaluasi, dan

menegur para operator bargas dalam menjaga kebersihan KCB.

Gambar 28 KCB

Kanal Cabang baru (KCB baru). Kanal cabang baru merupakan kanal

yang dibangun di antara dua KCB yang berdekatan dengan ukuran 4 m x 3 m x 3

m dan sejajar dengan KCB (Gambar 29). Kanal cabang baru dibangun pada area

replanting untuk memudahkan akses pengangkutan TBS dari TPH dan logistik ke

tengah blok. Kanal cabang baru untuk sementara tidak dihubungkan langsung

degan KUT karena dapat mempengaruhi ketinggian air di dalam blok sehingga

perlu penelaahan lebih lanjut. Kanal cabang baru dilengkapi jembatan

penyeberangan. Kondisi KCB baru Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa

dilalui bargas.

Gambar 29 KCB baru

Parit tengah. Parit tengah atau pada umumnya disebut parit sekunder

adalah drainase pengumpul air dari field drain dan mengalirkannya ke kanal

Page 50: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

36

kolektor atau parit kolektor (Gambar 30). Parit tengah sejajar dengan KCB dan

berukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah dilengkapi titi berupa balok beton.

Kondisi parit tengah Divisi I Kebun Teluk Bakau baik. Artinya tidak dangkal dan

terbebas dari gulma air dan sampah.

Gambar 30 Parit tengah

Field drain. Field drain atau pada blok sebelum replanting disebut parit

tersier adalah drainase dalam blok dan bermuara ke parit tengah (Gambar 31).

Ukuran field drain ialah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio field drain terhadap baris

tanaman adalah 1 : 4. Artinya setiap empat baris tanaman terdapat satu field drain.

Kondisi field drain Divisi I Kebun Teluk Bakau baik. Artinya tidak dangkal dan

terbebas dari gulma air dan sampah.

Gambar 31 Field drain

Water Zoning

Water zoning adalah kawasan yang dikelompokkan berdasarkan topografi

dan elevasi yang relatif sama untuk pengelolaan tata air. Masing-masing kebun di

PT BNS memiliki water zoning kecuali kebun TBE karena merupakan hilir. Luas,

jumlah, dan posisi water zoning tertera pada peta water zoning pada lampiran 6.

Air water zoning akan mengalir ke KUT TBE melalui KCB tertentu dan

kemudian dialirkan ke hilir KUT yang terletak di km 00.

Tujuan pembuatan water zoning adalah mengurangi percepatan aliran air

sehingga air kanal pada musim kemarau tidak cepat turun. Aliran air diperlambat

dengan cara membuat bendungan di sekeliling water zoning dan mengalirkannya

hanya melalui kanal-kanal tertentu sehingga air kanal pada water zoning keluar

secara perlahan. Jika musim hujan, air yang berlebih dalam water zoning akan

dialirkan melalui pintu air yang langsung mengarah ke laut atau sungai.

Page 51: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

37

Bendungan water zoning terdiri atas bendungan KCB dan bendungan

kolektor (Gambar 32). Bendungan KCB terletak pada KCB sedangkan bendungan

kolektor terletak pada kanal kolektor. Bendungan merupakan tanggul penahan air

yang berfungsi untuk menahan air kanal di water zoning sehingga tanaman tidak

kekeringan dan kanal dapat dilewati kendaraan air. Perkebunan PT BNS memiliki

85 buah bendungan yang terkoordinasi untuk menciptakan water zoning yang

baik.

Bendungan yang terdapat pada km 0.5 bagian barat KUT atau biasa disebut

bendungan km 0.5 merupakan bendungan utama PT BNS. Bendungan km 0.5

menjadi bendungan terakhir sistem drainase perkebunan yang berfungsi untuk

menahan air di hilir KUT sebelum dibuang ke laut sehingga secara tidak langsung

bendungan km 0.5 berfungsi sebagai penahan air seluruh sistem drainase

perkebunan. Oleh karena itu bendungan km 0.5 dianggap sebagai urat nadi PT

BNS. Bendungan km 0.5 dilengkapi pintu air utama atau biasa disebut spillway.

Kondisi bendungan-bendungan Kebun Mandah dan bendungan km 0.5 baik.

Bendungan-bendungan Kebun Mandah dan bendungan km 0.5 tidak meluap, tidak

longsor, tidak bocor, dan bebas sampah.

Gambar 32 Bendungan KCB (kiri) dan bendungan kolektor (kanan)

Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air

Curah hujan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam

pengaturan ketinggian air di lahan gambut. Hubungan antara curah hujan dengan

ketinggian air dapat dilihat pada Gambar 33.

Peramalan pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dapat dijelaskan

pada model berikut ini:

Level air = 46.52 + 0.06893 curah hujan

Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan nilai signifikan 0.014 (<

0.05) yang artinya curah hujan berpengaruh nyata terhadap ketinggian air pada

taraf 5%. Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di

bawah permukaan tanah. Model ini dapat digunakan untuk menduga ketinggian

air berdasarkan curah hujan yang telah diukur sehingga upaya-upaya untuk

mencegah banjir atau kekeringan dapat dilakukan. Menurut Harahap et al. (2010)

terdapat korelasi positif yang tinggi antara curah hujan dengan ketinggian air.

Ketinggian air akan turun pada musim kemarau dan naik pada musim kemarau.

Page 52: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

38

Gambar 33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah

permukaan tanah periode Januari 2012 – Mei 2013

Nilai R2

sebesar 33.8 % yang artinya curah hujan berpengaruh sebesar

33.8% terhadap kenaikan ketinggian air dari permukaan tanah. Sekitar 66.2%

kenaikan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. Faktor

lain yang diduga berpengaruh besar terhadap kenaikan ketinggian air adalah pintu

air dan bendungan. Terhambatnya aliran air melalui pintu air akibat penuh dengan

lumut dan sampah akan menaikkan ketinggian air pada musim hujan. Pintu air

dan bendungan yang bocor atau rusak akan menurunkan ketinggian air pada

musim kemarau.

Gambar 34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 –

fgfgfgfgfgfMei 2013

Ketinggian air dari

permukaan tanah (cm)

CH (mm)

Page 53: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

39

Gambar 34 menunjukkan bahwa pada Desember 2012 ketinggian air sebesar

24 cm dpt melebihi batas maksimal ketinggian air. Hal ini mengindikasikan

bahwa kapasitas sistem pintu air dalam membuang kelebihan air belum dapat

mengimbangi curah hujan yang tinggi (>200 mm) dari bulan Oktober sampai

Desember dalam waktu 24 jam. Jika dilihat data per harinya, bahkan 8 hari

berturut-turut dalam bulan Desember ketinggian air di atas 18 cm dpt. Meskipun

demikian, secara keseluruhan ketinggian air di kebun TBE terkontrol dengan baik

terutama pada musim kemarau ketinggian air tidak lebih rendah dari batas

minimum. Penambahan kapasitas pintu air dalam membuang air dan pembuatan

pintu darurat banjir diharapkan dapat mengatasi kelebihan air pada curah hujan

yang tinggi (>200 mm).

Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi

Curah hujan mengakibatkan ketinggian air berfluktuatif. Pengelolaan tata air

mengupayakan curah hujan dan fluktuasi ketinggian air tidak berdampak pada

produksi kelapa sawit. Grafik curah hujan, ketinggian air, dan produksi dapat

dilihat pada Gambar 35.

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

-40

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

Ketinggian air CH Produksi

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi curah

hujan dan ketinggian air terhadap produktivitas sebesar 0.649 dan 0.591. Artinya

curah hujan dan fluktuasi ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap

produktivitas. Hal ini menunjukkan sistem pengelolaan tata air di kebun TBE

dikelola dengan baik. Produksi kebun TBE ialah 17886 kg TBS/ha/tahun yang

terdiri atas TM 18 – 20. Produksi ini tergolong kelas III pada lahan mineral.

Menurut Dja’far et al. dalam Hardjowigeno (1996) produksi kelapa sawit pada

lahan mineral dapat dikelompokkan sebagai: kelas I>24 ton TBS ha/tahun, kelas

Ketinggian air (cm dpt) CH (mm);

Produksi (x 10 kg TBS/ha)

Gambar 35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei

2011), dan produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013)

Page 54: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

40

II 19 – 24 ton TBS/ha/tahun, kelas III 13 – 18 ton TBS/ha/tahun, dan kelas IV ≤

12 ton TBS/ha/tahun. Produksi kelapa sawit pada tanah gambut umumnya adalah

12 – 18 ton TBS/ha/tahun. Produksi maksimum umumnya tercapai pada umur 15

tahun, kemudian menurun seperti halnya pada tanah mineral.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang memberikan banyak manfaat terhadap penulis berupa

peningkatan keterampilan dan kemampuan teknis mengenai proses produksi

kelapa sawit di lahan gambut. Penulis juga dapat bekerja nyata pada perusahaan

perkebunan kelapa sawit.

Pada umumnya sasaran ketinggian air di perkebunan PT Bhumireksa Nusa

Sejati adalah 25-50 cm di bawah permukaan tanah. Secara keseluruhan ketinggian

air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik terutama pada musim kemarau

ketinggian air tidak lebih rendah dari batas minimum. Sistem drainase di PT

Bhumireksa Nusa Sejati terdiri atas KUT, KCB, KCB baru, kanal kolektor, parit

tengah, dan field drain. Secara keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat

dilalui kendaraan air.

Sistem pengelolaan tata air dikelola dengan baik. Produksi kebun TBE ialah

17886 kg TBS/ha/tahun yang terdiri atas TM 18 – 20. Produktivitas ini tergolong

kelas III (12 – 18 ton TBS/ha/tahun) pada lahan mineral.

Saran

Perlu dilakukan analisis pengaruh kondisi pintu air terhadap ketinggian air

dan analisis pengaruh ketinggian air terhadap laju subsidensi. Seluruh operator

excavator perlu diberi pengarahan dan senantiasa diawasi dan dievaluasi dalam

pembuatan parit agar parit terutama parit CECT dan field drain tidak terlalu dekat

dengan baris tanaman yang dapat mengakibatkan tergenangnya pokok tanaman.

Pembuatan KCB baru yang terlalu lebar dari ketentuan oleh operator excavator

juga perlu diantisipasi agar tidak mengurangi areal penanaman. Pokok-pokok di

samping KCB baru yang rawan longsor sebaiknya diberi pagar pencegah longsor

yang terbuat dari batang kelapa agar pokok tidak tumbang.

DAFTAR PUSTAKA

Agus F. 2010. Cadangan, emisi, dan konservasi karbon pada lahan gambut. Bogor

(ID): Balai Penelitian Tanah. http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id.

[2012 Mar 19]

Barchia MF. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon.

Yogyakarta (ID): Gajah Mada University.

Page 55: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

41

Dja’far, Abbas BS, Angkat J. 1989. Komperatif produktivitas tanah gambut

dengan tanah mineral terhadap produksi kelapa sawit. Di dalam: Prosiding

Seminar Tanah Gambut untuk Perluasan Pertanian. Di dalam

Hardjowigeno, S.1996. Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian

Suatu Peluang dan Tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun 2009. http://ppvt.setjen.deptan.go.id. [diunduh 2013 Okt 9]

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi

Kedua. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI press.

Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research

Harahap IY, Hidayat TC, Lubis ES, Pangaribuan Y, Sutarta ES. 2010. The

dynamical water table depth in oil palm plantation and its region. In:

Siahaan D, editor. Proceedings International Oil Palm Conference 2010:

Environment & Social Economics; 2010 Jun 1-3; Yogyakarta, Indonesia.

Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Hatano R, Inoue T, Yamada H, Sato S, Darung U, Limin S, Limin A, June T,

Suwardi, Sumawinata B et al. 2010. Soil greenhouse gases emissions from

various land uses in tropical peatlands in Indonesia. In: Suwardi, Hatano

R, Sumawinata B, Darmawan, Limin S, Nion YA, editor. Proceeding of

Palangkaraya International Symposium & Workshop On Tropical

Peatland; 2010 Jun 10-11; Palangkaraya, Indonesia. Bogor (ID):

Integrated Field Environmental Science - Global Center of Excellent

(IFES-GCOE) Indonesian Liaision Office Bogor Agricultural Uiversity

Palangkarya University Hokkaido University. p. 47-54.

Huan PLK, Lim SS, Parish F, Suharto R, editor. 2012. RSPO Manual On Best

Management Practices (BMPs) for Existing Oil Palm Cultivation On Peat.

Kuala Lumpur (MY): RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

Huan LK, Wahyudi H. 2010. Management of leaning and fallen palms planted on

tropical peat. In: Siahaan D, editor. Proceedings International Oil Palm

Conference 2010: Agriculture; 2010 Jun 1-3: Yogyakarta, Indonesia.

Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Melling L dan Hatano, R. 2010. Sustainable utilization of tropical peatland for oil

palm plantation. In: Suwardi, Hatano R, Sumawinata B, Darmawan, Limin

S, Nion YA, editor. Proceeding of Palangkaraya International Symposium

& Workshop On Tropical Peatland; 2010 Jun 10-11; Palangkaraya,

Indonesia. Bogor (ID): Integrated Field Environmental Science - Global

Center of Excellent (IFES-GCOE) Indonesian Liaision Office Bogor

Agricultural Uiversity Palangkarya University Hokkaido University. p. 19-

41.

Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut : Potensi dan Kendala. Yogyakarta (ID).

Penerbit Kanisius.

Noor M. 2010. Lahan Gambut. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hilir. Bogor (ID): Penebar Swadaya.

Page 56: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

42

Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta.

Sabiham S. 2006. Pengelolaan lahan gambut Indonesia berbasis keunikan

ekosistem. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Pengelolaan Tanah. Fakultas

Pertanian IPB. Bogor.

Sabiham S dan Sukarman. 2012. Pengelolaan lahan gambut untuk pengembangan

kelapa sawit di indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. ISSN 1907-0799:55-

66. http://www.researchgate.net. [diunduh 2014 Feb 27]

Setiadi B. 1999. Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian. Dalam

Setiadi B dan Nugrahadi D. Masalah dan Prospek Pemanfaatan Gambut.

Dalam Barchia, MF. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi

Karbon. Yogyakarta (ID): UGM press.

Sunarto. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. PT

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Suryana A, Didiek HG, Luqman E, Bambang D, Budiman H, Ambar K. 2007.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit Edisi Kedua.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Jakarta. http://www.litbang.deptan.go.id. [diunduh 2014 Feb 20]

Winarna. 2007. Lahan gambut saprik paling potensial untuk kebun sawit.

http://balittanah.litbang.deptan.go.id. [diunduh 2014 Feb 25]

Yanuar. 2011. Ekspor Kelapa Sawit Terus Naik. http://ditjenbud.deptan.go.id.

[diunduh 2013 Okt 9]

Page 57: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

43

LAMPIRAN

Page 58: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

44

Page 59: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

45

Lampiran 1 Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau

(93.52 ha)

(2 407.05ha)

(325.89 ha)

(241.71 ha)

(400.1 ha)

Total Areal Tanaman : 3 473.19 ha

Page 60: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

46

Lampiran 2 Curah hujan 2008-2012 Kebun Mandah PT BNS, Riau

Bulan

2008 2009 2010 2011 2012

HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm)

Januari 10.00 134.00 4.00 108.50 12.00 127.00 15.00 398.80 5.00 71.00

Pebruari 4.00 90.00 7.00 58.00 7.00 149.50 5.00 71.70 10.00 136.00

Maret 12.00 532.00 14.00 310.40 11.00 110.00 19.00 173.00 11.00 125.40

April 10.00 115.00 15.00 153.50 12.00 156.00 18.00 218.20 19.00 168.70

Mei 11.00 147.00 18.00 224.50 14.00 147.50 14.00 133.90 16.00 195.00

Juni 8.00 151.00 11.00 111.00 19.00 167.50 16.00 114.90 11.00 120.90

Juli 9.00 126.00 12.00 107.50 14.00 114.70 9.00 90.10 10.00 186.00

Agustus 9.00 221.00 10.00 139.50 14.00 411.60 10.00 159.00 9.00 99.40

September 10.00 246.00 11.00 114.00 9.00 145.90 11.00 101.80 10.00 135.00

Oktober 16.00 265.00 16.00 233.50 10.00 121.74 14.00 222.90 19.00 227.10

November 13.00 252.00 20.00 175.50 16.00 248.90 19.00 252.90 15.00 275.40

Desember 14.00 176.00 12.00 201.50 15.00 142.80 15.00 316.50 13.00 203.70

Total 126.00 2 452.00 150.00 1 937.40 153.00 2 043.14 165.00 2 253.70 148.00 1 943.60

Rata-rata 10.50 204.33 18.75 242.18 19.13 255.39 20.63 281.71 74.00 971.80

BB

11

11

12

12

12

BK

1

1

0

0

0

Keterangan :

BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm)

BK = Bulan Kering ( Curah Hujan < 60 mm)

CH = Curah Hujan

HH = Hari Hujan

Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson :

Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 %

Q = 0.4/11.6 X 100 %

Q = 3.44 % (Tipe A)

46

Page 61: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

47

Lampiran 3 Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS

Bulan

Produksi TBS (kg)

2009 2010 2011 2012 2013

TBS TBS/ha TBS TBS/ha TBS TBS/ha TBS TBS/ha TBS TBS/ha

Januari

4 890 076 1 396 3 824 437 1 092 4 920 169 1 409 5 105 438 1 661

Februari

4 176 982 1 192 3 384 776 966 4 026 921 1 153 3 976 845 1 294

Maret

4 739 770 1 353 4 753 441 1 357 4 243 433 1 222 3 387 253 1 102

April

5 119 795 1 461 4 445 088 1 269 4 454 866 1 283 3 968 958 1 291

Mei

5 761 118 1 645 5 050 664 1 442 4 743 750 1 366 3 562 339 1 159

Juni

6 113 203 1 745 4 671 593 1 334 5 163 168 1 487

Juli 5 840 044 1 667 5 475 359 1 563 5 465 368 1 565 5 719 342 1 861

Agustus 5 159 596 1 473 4 268 331 1 218 5 471 163 1 566 4 294 642 1 397

September 3 105 091 886 3 845 344 1 098 5 931394 1 698 5 630 433 1 832

Oktober 5 057 000 1 444 4 574 435 1 306 6 263 304 1 793 4 823 032 1 569

Nopember 4 727 260 1 349 4 124 741 1 177 4 756 421 1 362 5 244 316 1 706

Desember 5 770 833 1 647 4 684 015 1 337 3 729 966 1 068 4 693 469 1 527

Jumlah 29 659 824 8.466 57 773 169 16 49 57 747 615 16 512 57 957 541 17 812 20 000 833 6 507

47

Page 62: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

48

Lampiran 4 Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau

48

Page 63: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

49

Lampiran 5 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE, PT BNS

Umur

Tanaman

(Bulan)

Dosis Pupuk ( kg/pokok )

Dengan Tanaman LCC Tanpa Tanaman LCC

RP NPK 15-15-15

HGF

Borate

NPK

44 CuSO4 ZnSO4 ZnCu MOP RP

NPK

65

HGF

Borate

NPK

44 CuSO4 ZnSO4 ZnCu MOP

Lubang

tanam 0.50 0.50

2 0.30 0.35

5 0.50 0.65

6 0.07 0.07

8 0.80 0.90

12 1.20 1.30

16 1.40 1.55

18 0.08 0.08

20 1.80 0.10 2.00 0.10

24 2.00 2.20

28 3.50 3.50

29 0.10 0.05 0.10 0.05

32 3.50 3.50

33 2.00

49

Page 64: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

50

Lampiran 6 Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau

Page 65: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

51

Lampiran 7 Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau

Page 66: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

52

Lampiran 8 Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau

Page 67: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

53

Lampiran 9 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau

Page 68: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

54

Lampiran 10 Peta posisi ombrometer PT BNS, Riau

Page 69: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

55

Lampiran 11 Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau

55

Page 70: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

56

Lampiran 12 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau

Tanggal Uraian kegiatan Prestasi Kerja/HK Lokasi

Penulis Karyawan Standar

12/02/2013 Perkenalan kebun - - - D003C

13/02/2013 Penanaman 25 pokok 65 pokok 40 pokok D003C

14/02/2013 Penanaman 25 pokok 65 pokok 40 pokok D003C

15/02/2013 Training sampling daun - - - Divisi II

16/02/2013 Penanaman 25 pokok 65 pokok 40 pokok D003D

18/02/2013 Compacting & cambring - 1, 2 ha** - D002A

19/02/2013 Pembuatan lubang - 158 lubang** 150 lubang** D003D

20/02/2013 Pemupukan RP 4 ha 4 ha 4 ha D003D

21/02/2013 Konsolidasi 0,4 ha 1 ha 1 ha D003B

22/02/2013 Persentasi Produk CAS - - - D003A

23/02/2013 Penanaman pakis 1,1 ha 1,1 ha 1 ha D003A

25/02/2013 Penyemprotan FeSO4 400 pokok 800 pokok 800 pokok D003A

26/02/2013 Penyemprotan pestisida 400 pokok 800 pokok 800 pokok D003B

27/02/2013 Penanaman M. Bracteata 1 ha 1 ha 1 ha D003C

28/02/2013 Penyemprotan FeSO4 400 pokok 800 pokok 800 pokok D003B

01/03/2013 Pemupukan NPK 65 2 karung 3.5 karung 3.5 karung D003A

02/03/2013 Pemupukan NPK 65 2 karung 3.5 karung 3.5 karung D003B

04/03/2013 Pembuatan CECT - 49 m** 45 m** E001

05/03/2013 Penumbangan pokok - 21 -23 pokok** 19 pokok** Blok 02-13

06/03/2013 Panen 1 ha 3.5 ha 3.5 ha E003

07/03/2013 Panen 1 ha 3.5 ha 3.5 ha E003

08/03/2013 Panen 0.7 ha 2.3 ha 2.3 ha E004

09/03/2013 Penanaman kecambah PN 2500 bb 2500 bb 2500 bb Divisi II

11/03/2013 Konsolidasi PN (timbun bb) 43200 bb 43200 bb 43200bb Divisi II

12/03/2013 Libur nasioanal - - - -

13/03/2013 Klasifikasi & seleksi PN 10800 bb 10800 bb 10800 bb Divisi II

14/03/2013 Pre lining 100 gb 200 gb 200 gb Divisi II

15/03/2013 Konsolidasi MN 1100 gb 1333 gb 1333 gb Divisi II

16/03/2013 Filling gb 300 gb 350 gb 300 gb Divisi II

Keterangan: ** per jam oleh alat berat (excavator)

56

Page 71: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

57

Lampiran 13 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis

Lokasi Jumlah KH yang Diawasi (orang) Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)

18/03/2013 Pengawasan panen 12 47 7 Blok 05-13

19/03/2013 Pengawasan sensus pokok 5 46 7 Blok 03-14

20/03/2013 Rekap data sensus pokok - - - Kantor

21/03/2013 Pengawasan kutip brondolan 14 84 7 04-15 & 04-14

22/03/2013 Pengawasan pemupukan 3 5 5 D002C

23/03/2013 Pengawasan pemupukan 6 18 7 D002C

25/03/2013 Pengawasan pemupukan 5 15 7 D002D

26/03/2013 Pengawasan pemupukan 5 15 7 Blok 02-12

27/03/2013 Pengawasan pemupukan 6 18 7 Blok 02-12

28/03/2013 Pengawasan pemupukan 5 15 7 Blok 02-12

29/03/2013 Libur nasional - - - -

30/03/2013 Kerani buah - 95 7 03-13 & 03-14

01/04/2013 Pengawasan semprot hama 4 20 7 Blok 02-12

02/04/2013 Pengukuran lahan - - 9 D002

03/04/2013 Pengawasan semprot gulma 4 10 7 D003A

04/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D003A & B

05/04/2013 Pengukuran lahan - - 5 D002C & D

06/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D002A & B

08/04/2013 Pengukuran lahan

7 D002C

09/04/2013 Pengendalian hama rayap 2 18 7 Blok 05-12

10/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D002D

11/04/2013 Field day - - 7 Blok 05-12

12/04/2013 Pengukuran lahan - - 5 D001A & B

13/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D001C & D

15/04/2013 Kerani divisi - - 7 Kantor divisi

16/04/2013 Water management - - 5 Km 00

17/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 Blok 01-12

18/04/2013 Pengawasan semprot gulma 4 10 7 Blok 02-12

19/04/2013 Pengawasan pemupukan 8 24 5 Blok 01-12

20/04/2013 Pengawasan panen 12 46 7 Blok 03-14

57

Page 72: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

58

Lampiran 14 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau

Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja penulis

Lokasi Jumlah mandor yang diawasi Luas lahan yang diawasi Lama kegiatan

22/04/2013 Pengawasan penanaman 1 6 7 D003D

23/04/2013 Pengawasan penanaman 1 5 7 D003D

24/04/2013 Pengawasan penanaman 1 4.5 7 D003B

25/04/2013 Pengawasan panen 2 46 7 D003A

26/04/2013 Pengawasan panen 2 50 5 D003A

27/04/2013 Pengawasan lansir bibit 1 - 7 D003A

29/04/2013 Pengawasan lansir bibit 1 - 7 D003B

30/04/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 84 7 D003C

01/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 5 7 D003A

02/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 18 7 D003A

03/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 15 5 D003B

04/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 15 7 D003C

06/05/2013 Pengawasan penyemprotan 1 18 7 E001

07/05/2013 Pengawasan penyemprotan 1 15 7 E001

08/05/2013 Pengawasan penyemprotan 1 16 7 E001

09/05/2013 Libur nasional - - - -

10/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 5 D003

11/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003

13/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003

14/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 7 D003

15/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003

16/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003

17/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 5 D003

18/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003

20/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 7 D001

21/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D001

22/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D001

23/05/2013 Pengawasan transplantasi bibit 1 - 7 Divisi II

24/05/2013 Rekapitulasi data pengukuran parit - - 5 Kantor Kebun

58

Page 73: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

59

Lampiran 14 lanjutan jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau

Tanggal Uraian kegiatan

Prestasi kerja penulis

Lokasi

Jumlah mandor yang diawasi

Luas lahan yang

diawasi Lama kegiatan

25/05/2013 Libur nasional - - - -

27/05/2013 Pengamatan Water management - - 7 KM 00

28/05/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah

29/05/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah

30/05/2013 Pengawasan Water management 1 - 7 Kebun Mandah

31/05/2013 Pengawasan Water management 1 - 5 Kebun Mandah

01/06/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah

03/06/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah

04/06/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah

05/06/2013 Libur nasional - - - -

06/06/2013 Pengawasan penanaman benefical plant 1 - 7 D001

07/06/2013 Pengawasan penanaman benefical plant 1 - 5 D001

08/06/2013 Pengawasan panen 2 47 7 E005

10/06/2013 Persentasi - - - Kantor Manajer

59

Page 74: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

60

Lampiran 15 Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010

Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2010 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

1 -30 -40 -35 -30 -29 -25 -16 -5 -25 -25 -35 -35

2 -31 -40 -35 -30 -29 -25 -19 20 -25 -31 -35 -38

3 -31 -40 -39 -26 -29 -29 -12 18 -25 -31 -35 -38

4 -32 -40 -39 -21 -32 -32 -14 -3 -32 -33 -30 -30

5 -40 -40 -37 -21 -32 -27 -14 -4 -35 -37 -34 -37

6 -40 -40 -37 -20 -32 -28 -16 -8 -20 -39 -27 -42

7 -35 -43 -37 -24 -31 -27 -16 2 -22 -37 -20 -42

8 -40 -43 -37 -26 -31 -21 -18 -5 -24 -42 -20 -39

9 -31 -42 -37 -26 -27 -20 -22 -3 -27 -42 -23 -39

10 -32 -44 -35 -24 -27 -26 -22 -5 -27 -40 -21 -42

11 -32 -44 -35 -24 -30 -20 -25 -15 -29 -42 -27 -44

12 -36 -40 -34 -24 -30 -25 -24 -22 -34 -46 -30 -38

13 -36 -40 -29 -20 -30 -26 -18 -24 -40 -41 -32 -35

14 -31 -40 -27 -21 -23 -25 -23 -26 -35 -40 -32 -43

15 -29 -40 -25 -25 -22 -25 -25 -26 -30 -40 -35 -45

16 -29 -40 -30 -27 -25 -23 -28 -24 -31 -40 -37 -27

17 -30 -40 -31 -26 -25 23 -27 -12 -35 -40 -37 -33

18 -33 -39 -21 -26 -27 -25 -29 -6 -30 -40 -28 -35

19 -33 -32 -31 -20 -27 -27 -30 -4 -33 -41 -28 -35

20 -30 -30 -26 -27 -27 -27 -34 -4 -36 -37 -15 -38

21 -35 -30 -30 -27 -27 -27 -32 -1 -39 -38 -15 35

22 -33 -30 -30 -27 -27 -27 -30 -5 -44 -39 -16 -35

23 -35 -30 -31 -27 -27 -23 -20 -9 -43 -36 -27 -37

24 -34 -30 -32 -27 -25 -24 -20 -16 -36 -36 -29 -38

25 -35 -30 -32 -27 -30 -19 -20 -17 -33 -30 -31 -37

26 -35 -32 -21 -28 -30 -15 -22 -12 -20 -36 -34 -39

27 -35 -32 -22 -29 -30 -16 -23 -25 -19 -31 -31 -42

28 -37 -30 -25 -29 -32 -20 -19 -30 -28 -34 -31 -43

29 -40 -25 -29 -33 -20 -23 -31 -34 -30 -44

30 -41 -29 -29 -27 -22 -26 -36 -36 -43

31 -22 -26 -24 -43

Rata-rata 34,0333 -37,1786 -31,1333 -25,5667 -28,2258 -22,4333 -22,3548 -11,6774 -30,9 -37,0345 -28,3929 -36,1613

60

Page 75: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

61

Lampiran 16 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011

Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

1 -40 27 -41 -38 -20 -34 -34 -44 -41 -40 -41 -14

2 -40 23 -41 -32 -25 -34 -37 -42 -41 -41 -26 -10

3 -37 20 -41 -37 -29 -35 -37 -43 -43 -41 -24 -13

4 -34 26 -42 -33 -27 -36 -35 -42 -40 -41 -26 -21

5 -37 14 -45 -31 -30 -36 -36 -35 -40 -32 -26 -22

6 -41 6 -45 -31 -32 -26 -38 -36 -40 -33 -33 -29

7 -40 4 -45 -30 -30 -26 -33 -37 -43 -32 -34 -29

8 -40 -5 -45 -38 -32 -26 -28 -37 -43 -36 -36 -33

9 -37 -10 -45 -35 -32 -33 -30 -37 -43 -35 -36 -37

10 -39 -15 -45 -31 -35 -32 -37 -42 -43 -35 -38 -38

11 -35 -21 -45 -34 -36 -34 -37 -42 -45 -35 -39 -36

12 -34 -26 -45 -34 -35 -34 -30 -42 -45 -28 -32 -37

13 -30 -24 -45 -35 -36 -35 -34 -42 -47 -30 -35 -39

14 -32 -24 -45 -35 -36 -30 -35 -43 -48 -29 -25 -36

15 -30 -23 -45 -35 -36 -32 -39 -43 -47 -35 -26 -37

16 -35 -29 -45 -36 -37 -24 -34 -40 -48 -35 -28 -41

17 -37 -31 -40 -32 -36 -30 -33 -40 -49 -35 -33 -41

18 -36 -32 -40 -32 -34 -31 -35 -40 -49 -35 -34 -30

19 -38 -32 -40 -34 -34 -32 -34 -40 -50 -37 -38 7

20 -36 -35 -33 -35 -34 -32 -36 -42 -50 -34 -40 17

21 -35 35 -30 -35 -35 -36 -38 -40 -50 -32 -39 12

22 -37 -37 -25 -35 -35 -36 -40 -35 -50 -32 -31 6

23 -35 -37 -24 -25 -36 -36 -39 -36 -45 -30 -32 1

24 -38 -36 -27 -24 -37 -37 -40 -41 -44 -32 -28 -4

25 -40 -36 -30 -21 -27 -36 -40 -40 -44 -36 -28 23

26 -38 -38 -30 -25 -25 -36 -36 -39 -43 -34 -31 20

27 -13 -39 -34 -29 -30 -36 -37 -39 -35 -34 -32 14

28 -8 -39 -34 -31 -32 -38 -40 -36 -34 -31 14

29 10 -35 -27 -35 -38 -41 -38 -34 -29 6

30 27 -38 -26 -35 -37 -41 -40 -39 -18 -1

31 31 -38 -36 -43 -39 -6

Rata-rata -29,1613 -14,7857 -38,8065 -31,8667 -32,5484 -33,2667 -36,3548 -39,963 -44 -34,6774 -31,6333 -14

61

Page 76: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

62

Lampiran 17 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012

Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

1 -36 -86 -71 -79 -56 -67 -90 -75 -95 -83 -72 -62

2 -36 -83 -67 -69 -59 -70 -93 -80 -96 -83 -73 -57

3 -49 -83 -73 -69 -61 -72 -93 -80 -96 -80 -72 -58

4 -54 -83 -74 -63 -65 -74 -93 -83 -97 -81 -72 -45

5 -60 -83 -76 -65 -67 -72 -93 -85 -97 -82 -55 -49

6 -60 -85 -77 -65 -70 -72 -93 -78 -72 -74 -53 -51

7 -63 -86 -69 -67 -70 -76 -94 -79 -71 -75 -58 -52

8 -69 -88 -68 -61 -71 -77 -92 -80 -74 -67 -62 -53

9 -70 -90 -68 -63 -70 -77 -90 -81 -75 -68 -52 -48

10 -71 -92 -69 -67 -73 -78 -89 -85 -75 -66 -47 -35

11 -71 -93 -72 -69 -70 -80 -86 -86 -70 -67 -52 -34

12 -71 -95 -72 -50 -69 -81 -85 -88 -71 -67 -54 -37

13 -71 -97 -70 -51 -59 -83 -84 -89 -75 -69 -59 -33

14 -71 -98 -71 -57 -57 -82 -84 -90 -72 -67 -62 -32

15 -72 -97 -74 -61 -61 -84 -70 -92 -74 -66 -56 -39

16 -73 -97 -77 -59 -61 -84 -68 -93 -76 -70 -65 -38

17 -74 -95 -76 -61 -64 -85 -68 -97 -78 -66 -61 -40

18 -74 -90 -77 -58 -66 -87 -72 -99 -82 -69 -61 -45

19 -74 -88 -79 -63 -69 -90 -74 -100 -84 -52 -60 -43

20 -71 -76 -80 -65 -71 -90 -69 -100 -84 -51 -57 -50

21 -68 -74 -80 -61 -66 -91 -61 -100 -85 -56 -60 -54

22 -70 -68 -82 -54 -67 -92 -65 -100 -86 -60 -49 -56

23 -74 -68 -76 -54 -64 -93 -67 -101 -86 -63 -49 -60

24 -76 -69 -69 -58 -59 -94 -70 -100 -89 -67 -53 -59

25 -76 -73 -66 -56 -54 -95 -69 -102 -91 -69 -59 -64

26 -77 -74 -67 -59 -52 -93 -67 -95 -92 -70 -60 -66

27 -78 -76 -68 -61 -55 -89 -76 -95 -90 -72 -58 -67

28 -79 -74 -70 -66 -58 -91 -79 -95 -82 -74 -53 -66

29 -82 -71 -71 -66 -61 -91 -75 -97 -80 -78 -48 -68

30 -83 -73 -57 -62 -75 -97 -81 -73 -53 -71

31 -85 -79 -65 -75 -96 -70 -69

Rata-rata -68,9677 -83,8621 -72,9355 -61,8 -63,6129 -83,1034 -79,3226 -90,9032 -82,5333 -69,5161 -58,1667 -51,6452

62

Page 77: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

63

Lampiran 18 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013

Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

1 -26 -67 -30 -27 -30

2 -36 -67 -31 -20 -29

3 -34 -68 -32 -25 -28

4 -34 -69 -34 -20 -31

5 -36 -69 -36 -19 -34

6 -38 -65 -39 -24 -35

7 -38 -65 -41 -26 -33

8 -41 -64 -44 -28 -32

9 -44 -64 -44 -29 -27

10 -45 -49 -46 -32 -29

11 -45 -45 -48 -26 -30

12 -45 -42 -50 -27 -29

13 -48 -42 -50 -29 -30

14 -48 -33 -53 -30 -32

15 -49 -28 -54 -30 -32

16 -50 -29 -55 -29 -33

17 -51 -29 -57 -27 -34

18 -52 -28 -58 -29 -27

19 52 -27 -59 -30 -28

20 -52 -27 -59 -32 -28

21 -53 -21 -56 -34 -28

22 -54 -21 -57 -35 -26

23 -56 -25 -50 -37 -31

24 -57 -29 -38 -39 -29

25 -59 -25 -34 -40 -27

26 -61 -29 -28 -39 -27

27 -62 -27 -27 -37 -28

28 -63 -29 -24 -33 -30

29 -65 -23 -29 -31

30 -65 -23 -30 -38

31 -66 -27 -34

Rata-rata -46 -42 -42 -30 -30

63

Page 78: A14jms - Pengelolaan Lahan Gambut

64

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purba Dolok, Kabupaten Simalungun, Provinsi

Sumatera Utara pada tanggal 3 Mei 1991. Penulis merupakan anak ketujuh dari

tujuh bersaudara dari Bapak Jamansur Saragih Alm. dan Ibu Murni Br Perangin

Angin.

Pada tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 091354 Purba Dolok,

kemudian pada tahun 2006 penulis menyelesaikan studi di SLTP Swasta

Methodist 1 Medan, kemudian pada tahun 2008 mutasi sekolah dari SMA Swasta

HKBP Serbelawan dan lulus dari SMA Methodist 1 Medan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi

nasional SNMPTN sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian.

Selama di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan.

Tahun 2010 penulis menjabat sebagai anggota divisi dana dan usaha (danus) pada

kepanitiaan kebaktian awal tahun persekutuan mahasiswa Kristen (KATA PMK),

dan menjabat sebagai ketua pada acara penyambutan mahasiswa Karo, dan

menjabat sebagai anggota divisi peralatan dan perlengkapan (perkap) pada

kepanitiaan retret PMK angkatan 47. Tahun 2011 penulis menjabat sebagai staff

departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada himpunan

mahasiswa agronomi dan hortikultura (Himagron), dan menjabat sebagai wakil

koordinator bagian pembinaan (wakorbin) pada komisi pembinaan pemuridan

(KPP) PMK, dan juga menjabat sebagai ketua pada unit kegiatan mahasiswa

organisasi mahasiswa daerah (UKM OMDA) parsadaan mahasiswa Simalungun

(PARMASI), dan diberi amanah sebagai penanggung jawab kontingen olahraga

dan seni Agronomi dan Hortikultura di acara SERI-A, dan menjabat sebagai staff

logistik dan transportasi (logstran) pada kepanitiaan SERI-A dan kepanitiaan

masa perkenalan departemen (MPD) serta kepanitiaan fortysix day (Fox Day), dan

menjadi kepala divisi perkap pada acara retret KPP 47. Tahun 2012 penulis

kembali menjadi staff PSDM pada Himagron, dan menjabat sebagai staff acara

pada kepanitiaan Agrosportment III, dan dipercaya sebagai penanggung jawab

kontingen seni dan olahraga AGH 46 pada acara Agrosporment III, dan menjadi

ketua pada acara retret KPP 48, dan menjadi kepala divisi danus pada kepanitiaan

retret PMK angkatan 49. Tahun 2013 menjadi staff logstran merangkap menjadi

staff penyediaan sarana pameran pada kepanitiaan Festival Bunga dan Buah

Nusantara (FBBN) yang diselenggarakan oleh HIMAGRON dan bekerja sama

dengan Kementrian Pertanian, BUMN, dan IPB. Organisasi lainnya yang diikuti

penulis adalah UKM OMDA Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA), dan Parsamosir.

Penulis juga aktif pada grup pecinta alam Agrolina AGH 46.