80
TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA TOYOTA SALES OPERATION (AUTO 2000) CABANG CIBIRU BANDUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Diploma III Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun Oleh : Nama : Devianti NPM : 0309U043 PROGRAM STUDI AKUNTANSI DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakrdeditasi (Accredited) Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 017/BAN-PT/AK-VIII/Dpl-III/X/2008 BANDUNG 2012

› xmlui › bitstream... · TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA TOYOTA …Amelia Cahyarani (2007) tentang Tinjauan atas Analisis Piutang Usaha pada PT Multindo Auto Finance

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA

TOYOTA SALES OPERATION (AUTO 2000)

CABANG CIBIRU BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam

menempuh Ujian Diploma III Program Studi Akuntansi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun Oleh :

Nama : Devianti

NPM : 0309U043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DIPLOMA III

FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS WIDYATAMA

Terakrdeditasi (Accredited)

Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Nomor : 017/BAN-PT/AK-VIII/Dpl-III/X/2008

BANDUNG

2012

TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA

TOYOTA SALES OPERATION (AUTO 2000)

CABANG CIBIRU BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam

menempuh Ujian Diploma III Program Studi Akuntansi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh:

Nama : Devianti

NPM : 0309U043

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

( Irma Juliana Sitorus, S.E. )

NIP. 1111110212

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi D3

(Dr. H. Islahhuzzaman, S.E., M.Si., Ak.) (Rima Rachmawati,S.E.,M.Si.,Ak.)

NIP. 1110584003 NIP. 1110201069

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Devianti

Tempat Tanggal Lahir : Bandung 25 Juni 1991

NPM : 0309U043

Jurusan : Akuntansi DIII

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul :

“ TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA TOYOTA

SALES OPERATION (AUTO 2000) CABANG CIBIRU BANDUNG ”

merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Apabila tidak terbukti demikian, saya

bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas Widyatama.

Bandung, September 2012

Penulis

Devianti

ABSTRAK

Laporan tugas akhir ini dibuat bertujuan untuk mengetahui perhitungan

dan perbandingan analisis piutang usaha dengan rasio receivable turnover dan

receivable collection period dan untuk mengetahui interpretasi hasil analisis

piutang usaha pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 sampai

dengan 2011.

Metode yang digunakan dalam observasi ini adalah metode deskriptif,

yaitu membandingkan masalah secara langsung di lapangan dengan teori yang

ada.

Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan

bahwa hasil perhitungan dan perbandingan analisis piutang usaha AUTO 2000

Cabang Cibiru Bandung dengan menggunakan rasio receivable turnover ditahun

2010 sampai dengan 2011 terjadi penurunan masing-masing 9 kali dan 8 kali,

sedangkan rasio receivable collection period ditahun 2010 sampai dengan 2011

terjadi kenaikkan masing-masing 39 hari dan 43 hari.

Kata kunci : Analisis Piutang Usaha

ABSTRACT

This final report is made in order to determine the calculation and

comparison analysis of the accounts receivable turnover ratio and receivable

collection period and to determine the interpretation on the analysis result of

accounts receivable at the AUTO 2000 Branch Cibiru Bandung in 2010 until

2011.

The method used in this observation is descriptive method, that compared

a problem directly into the field with existing theories.

Based on the analysis that has been done can be inferred that the

calculation and comparison results the analysis of account receivables AUTO

2000 Branch Cibiru Bandung using the ratio of receivable turnover in 2010 and

2011 respectively decreased 9 times and 8 times, while using the ratio of

receivables collection period in 2010 and 2011 increased respectively 39 days and

43 days.

Keyword : Analysis of Account Receivable

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

senantiasa mencurahkan rahmat serta berkat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Tinjauan atas

Analisis Piutang Usaha pada Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang

Cibiru Bandung” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan program studi Diploma III Jurusan Akuntansi pada Universitas

Widyatama Fakultas Ekonomi.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,

sehingga Laporan Tugas Akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah mncurahkan kasih karunia, kuasa, dan

berkatnya di dalam kehidupan penulis, khususnya di dalam perkuliahan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi nya dan Laporan Tugas Akhir

ini.

2. Papa dan Mama tercinta, yang selama ini telah memberikan kasih sayang,

bantuan, semangat, dan dukungan yang sangat berarti baik materil maupun

spiritual serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan studinya.

3. Ibu Irma Juliana Sitorus, S.E. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran dalam mengarahkan dan membimbing

dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah, AK., S.E., M.S., Ak., selaku Ketua Badan

Pengurus Yayasan Universitas Widyatama.

5. Bapak DR. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A, selaku Rektor Universitas

Widyatama.

6. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Widyatama.

7. Ibu Rima Rachmawati, S.E, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi

Akuntansi DIII Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

8. Bapak Firman, Bapak Abdul, Bapak Hendra, Bapak Ari dan Bapak Jajang

selaku pembimbing dalam melakukan penelitian pada AUTO 2000 Cibiru

Bandung yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan

memberikan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan data-data yang

diperlukan penulis dalam melengkapi data pada Laporan Tugas Akhir ini, dan

kepada seluruh staf dan karyawan AUTO 2000 Cibiru Bandung yang sangat

baik menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Seluruh dosen yang telah mendidik, membimbing, dan membina penulis

selama mengikuti perkuliahan, seluruh staf dan karyawan Universitas

Widyatama yang telah mempersiapkan semua saran dan prasarana yang

dibutuhkan selama perkuliahan.

10. Suami tercinta, yang telah memberikan waktu, tenaga, fikiran, dukungan

yang sangat berarti, semangat, dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis.

11. Sahabat-sahabatku Wiwin, Bayinun, dan Hana, dan juga teman-teman

terdekat Felin, Erliana, Susi, Nunik, Rika, Maulinda terima kasih untuk

dukungan, kebersamaan, semangat, dan pertemanan yang sangat

menyenangkan dan untuk keceriaan selama kuliah.

12. Kepada teman-teman D3 angkatan 2009 dan semua teman-teman yang tidak

dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dan

membalas kebaikan semuanya. Akhir kata penulis berharap semoga Laporan

Tugas Akhir ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

penulis sendiri.

Bandung, September 2012

Devianti

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 3

1.3 Tujuan Kerja Praktik ............................................................................. 3

1.4 Kegunaan Kerja Praktik ........................................................................ 4

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik ........................................................... 4

BAB II BAHAN RUJUKAN

2.1 Laporan Keuangan ................................................................................ 5

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ..................................................... 5

2.1.2 Komponen Laporan Keuangan .................................................... 6

2.1.3 Kegunaan Laporan Keuangan ................................................... 11

2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan ............................................... 12

2.1.5 Pengguna dan Tujuan Laporan Keuangan ................................. 13

2.2 Analisis Laporan Keuangan ................................................................ 14

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan .................................... 14

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan .......................................... 14

2.2.3 Metode dan Teknik Analisis ...................................................... 15

2.3 Analisis Rasio ..................................................................................... 19

2.3.1 Pengertian Analisis Rasio .......................................................... 19

2.3.2 Penggolongan Analisis Rasio .................................................... 19

2.4 Piutang Usaha ..................................................................................... 20

2.4.1 Pengertian Piutang Usaha .......................................................... 20

2.4.2 Klasifikasi Piutang ..................................................................... 21

2.4.3 Penyajian Piutang Usaha ........................................................... 23

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang Usaha ................... 23

2.4.5 Penentuan Jumlah Piutang Usaha .............................................. 25

2.4.6 Piutang Usaha yang Tak Tertagih ............................................. 26

2.4.7 Penagihan Piutang Usaha yang Telah Dihapus ......................... 27

2.5 Analisis Rasio Piutang Usaha ............................................................. 27

2.5.1 Receivable Turnover (Perputaran Piutang) ................................ 27

2.5.2 Receivable Collection Period .................................................... 28

BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR

3.1 Objek Tugas Akhir .............................................................................. 30

3.1.1 Sejarah PT Astra International Tbk ........................................... 30

3.1.2 Sejarah AUTO 2000 .................................................................. 33

3.1.3 Visi dan Misi AUTO 2000 ........................................................ 33

3.1.4 Aspek Kegiatan AUTO 2000 .................................................... 34

3.1.5 Struktur Organisasi AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung ....... 38

3.1.6 Deskripsi Jabatan ....................................................................... 40

3.2 Metode Tugas Akhir ........................................................................... 52

BAB IV ANALISIS

4.1 Perhitungan Nilai Piutang Usaha dengan Menggunakan Rasio

Receivable Turnover dan Receivable Collection Period pada AUTO

2000 Cabang Cibiru Bandung ............................................................. 54

4.2 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio

Receivable Turnover dan Receivable Collection Period pada AUTO

2000 Cabang Cibiru Bandung ............................................................. 58

4.2.1 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio

Receivable Turnover pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung ..................................................................................... 58

4.2.2 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio

Receivable Collection Period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung ..................................................................................... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 64

5.2 Saran .................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xii

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru

Bandung ..........................................................................................................39

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Realisasi Penjualan AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung ...................... 54

Tabel 4.2 Daftar Piutang AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung .............................. 55

Tabel 4.3 Perbandingan Analisis Rasio Receivable Turnover .................................. 59

Tabel 4.4 Perbandingan Analisis Rasio Receivable Collection Period .................... 61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Toyota Sales Operation (AUTO 2000)

Cabang Cibiru Bandung ...................................................................... 66

Lampiran 2 : Laporan Realisasi Penjualan ............................................................... 67

Lampiran 3 : Daftar Piutang...................................................................................... 69

Lampiran 4 : Dokumen dan Bukti Transaksi Penjualan Kredit ................................ 75

Lampiran 5 : Surat Keterangan Magang ................................................................... 83

Lampiran 6 : Daftar Hadir Magang .......................................................................... 86

Lampiran 7 : Kartu Bimbingan ................................................................................. 87

Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup ......................................................................... 88

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tingkat kebutuhan masyarakat akan kendaraan sebagai sarana

transportasi cukup meningkat, dikarenakan kendaraan sekarang ini

mempunyai fungsi yang sangat penting bagi masyarakat untuk dapat

menunjang aktivitas bagi setiap individunya. Beberapa tahun terakhir ini

banyak bermunculan perusahaan-perusahaan jasa penjualan kendaraan

bermotor atau perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif.

Semakin banyaknya perusahaan sejenis yang bermunculan, maka

menimbulkan permasalahan bagi perusahaan dimana persaingan dunia usaha

dalam bidang otomotif akan semakin ketat. Ketatnya persaingan usaha

menyebabkan perusahaan harus dapat menciptakan perbedaan-perbedaan

yang lebih baik dibandingkan dengan produk yang ditawarkan oleh

perusahaan pesaing baik dalam harga yang ditawarkan, kualitas produk,

pelayanan yang diberikan kepada konsumen, maupun dalam strategi

pemasaran, hal ini dilakukan agar dapat mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan. Salah satu tujuan setiap perusahaan, baik perusahaan

dagang maupun perusahaan jasa adalah untuk memperoleh laba optimal.

Produktivitas penjualan tunai maupun penjualan kredit sangat berpengaruh

dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, khususnya bagi penjualan kredit

harus dapat perhatian lebih dibandingkan penjualan tunai, karena penjualan

kredit tersebut akan menimbulkan adanya piutang usaha.

Piutang usaha timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau

jasa secara kredit. Piutang usaha juga merupakan unsur yang sangat penting

dan memerlukan kebijakan yang baik dari manajemen dalam pengelolaannya.

Selain dapat meningkatkan volume penjualan, piutang usaha juga

mengandung suatu resiko bagi perusahaan, yaitu resiko kerugian piutang

seperti telatnya pembayaran angsuran kendaraan dalam waktu lebih dari satu

bulan dan akan mengakibatkan perputaran piutang yang besar atau

pendapatan yang tidak sesuai dengan transaksi penjualan bagi perusahaan dan

akan berdampak pada pendapatan usaha yang menjadi rendah dan

mengakibatkan kinerja perusahaan yang akan semakin menurun.

Dalam memutuskan melakukan penjualan kredit, sebelumnya

perusahaan terlebih dahulu memperhitungkan mengenai jumlah dana yang

diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang

diinginkan, kemungkinan kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan biaya-

biaya yang akan timbul dalam menangani piutang usaha. Sistem pengendalian

piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam

menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya,

kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan,

misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan

pengumpulan dan penagihan piutang usaha. Untuk itu, setiap perusahaan

harus bisa menilai kondisi dan kinerja keuangannya agar dapat

mempertahankan aktivitas dan keberadaan perusahaan. Untuk mengetahui

perkembangan perusahaan maka di perlukan evaluasi yaitu dengan

menganalisis dan membandingkan nilai piutang usaha dengan tahun

sebelumnya.

AUTO 2000 merupakan salah satu perusahaan penjualan kendaraan

roda empat bermerk Toyota. Pada beberapa tahun terakhir ini AUTO 2000

mengalami peningkatan dalam penjualannya, khususnya penjualan kredit

yang jumlah pertahunnya lebih besar dibandingkan dengan penjualan tunai,

yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp 118.031.254.348,- dan tahun 2011 dengan

jumlah sebesar Rp 140.281.623.805,-. Peningkatan tersebut disebabkan

karena strategi penjualan secara kredit sangat diutamakan dibandingkan

penjualan tunai, dan permintaan pelanggan dalam membeli kendaraan secara

kredit juga semakin meningkat. Peningkatan penjualan kredit tersebut

mengkibatkan peningkatan piutang usaha pada AUTO 2000, dan juga dapat

menimbulkan piutang tak tertagih yang akan mengakibatkan terjadi

kemacetan pembayaran piutang dan menyebabkan adanya penunggakan.

Untuk menghindari terjadinya hal tersebut manajemen harus lebih

memperhatikan aspek-aspek yang dapat menyebabkan pengelolaan piutang

tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Selain itu, terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizky

Amelia Cahyarani (2007) tentang Tinjauan atas Analisis Piutang Usaha pada

PT Multindo Auto Finance Kantor Cabang Bandung, dengan menggunakan

teknik analisis tren dan membandingkan piutang usaha dengan periode

laporan piutang usaha untuk semester 1 dan 2 tahun 2005, semester 1 dan 2

tahun 2006, dan semester 1 tahun 2007.

Berdasarkan uraian diatas maka dalam penyusunan tugas akhir ini

penulis memilih judul “TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA

PADA TOYOTA SALES OPERATION (AUTO 2000) CABANG

CIBIRU BANDUNG”, sehingga dapat diketahui gambaran posisi atau

keadaan piutang perusahaan yang sebenarnya selama dua tahun terakhir.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan dalam latar

belakang maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perhitungan nilai piutang usaha dengan menggunakan rasio

receivable turnover dan receivable collection period pada AUTO 2000

Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 dan 2011?

2. Bagaimana interpretasi hasil analisis piutang usaha berdasarkan rasio

receivable turnover dan receivable collection period pada AUTO 2000

Cabang Cibiru Bandung?

1.3. Tujuan Kerja Praktik

Hasil pemaparan analisis piutang usaha pada AUTO 2000 Cabang

Cibiru Bandung ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perhitungan nilai piutang usaha dengan menggunakan

rasio receivable turnover dan receivable collection period pada AUTO

2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 dan 2011.

2. Untuk mengetahui interpretasi hasil analisis berdasarkan rasio receivable

turnover dan receivable collection period pada AUTO 2000 Cabang

Cibiru Bandung.

1.4. Kegunaan Kerja Praktik

Hasil dari penelitian analisis piutang usaha pada AUTO 2000 Cabang

Cibiru Bandung ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi penulis

Dengan adanya laporan tugas akhir ini, diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan bermanfaat sebagai tambahan pengalaman dan

pengetahuan.

2. Bagi perusahaan

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi dan juga masukan-masukan yang baik guna mencapai

efektifitas perusahaan untuk mengadakan peningkatan dan perbaikan

disegala bidang dan juga bermanfaat untuk kelancaran aktivitas

perusahaan guna menunjang kemajuan perusahaan.

3. Bagi rekan mahasiwa

Diharapkan laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat sebagai bahan

masukan bagi penyusun selanjutnya.

1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktik

Penulis melakukan penelitian pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung yang berlokasi dijalan Soekarno Hatta No. 759 Bandung pada

tanggal 11 Juni 2012 sampai 14 Juli 2012.

BAB II

BAHAN RUJUKAN

2.1 Laporan Keuangan

Menurut Irham Fahmi (2011:1), suatu laporan keuangan (financial

statement) akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan,

apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di

masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui

proses perbandingan, evaluasi dan analisis tren, akan mampu diprediksi apa

yang mungkin akan terjadi di masa mendatang, sehingga disinilah laporan

keuangan tersebut begitu diperlukan.

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan

perusahaan, hasil usaha dalam suatu periode, dan arus dana perusahaan

dalam periode tertentu.

Pengertian laporan keuangan menurut Irham Fahmi (2011:2) yaitu:

“Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang

menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh

informasi tersebut dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan

perusahaan.”

Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri

Harahap (2010:105) yaitu:

“Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil

usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk

menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

merupakan suatu informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi yang

menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan

kinerja perusahaan pada periode tertentu dalam proses pengambilan suatu

keputusan. Laporan keuangan memberikan tujuan untuk memberikan

informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu

perusahaan

2.1.2 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap menurut Dwi Martani et. al.

(2012:10) terdiri dari:

1. Laporan posisi keuangan

2. Laporan laba rugi komprehensif

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Lapoan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui pengertian dan uraian

mengenai laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Laporan posisi keuangan

Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang berisi

informasi tentang posisi keuangan suatu perusahaan. Pengertian laporan

posisi keuangan menurut Dwi Martani et. al (2012:136) yaitu:

“Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang posisi

keuangan entitas karena merangkum elemen-elemen yang

berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan, yaitu

aset, liabilitas, dan ekuitas.”

Sedangkan pengertian laporan posisi keuangan menurut Sofyan

Syafri Harahap (2010:107) yaitu:

“Neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan.

Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan

modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat

dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan posisi

keuangan merupakan laporan yang menggambarkan dan memberikan

informasi tentang posisi keuangan peusahaan yang di dalamnya terdapat

informasi tentang aset, liabilitas, dan ekuitas.

Terdapat elemen laporan posisi keuangan seperti yang

diungkapkan Dwi Martani et. al (2012:138) yaitu:

a. Aset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat

dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa

depan diharapkan akan diperoleh entitas.

b. Liabilitas, merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari

peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus

keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

c. Ekuitas, adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua

liabilitas.

Terdapat juga kegunaan laporan posisi keuangan menurut Dwi

Martani et. al (2012:137) yang secara umum adalah untuk menilai

risiko-risiko entitas dan arus kas masa depan. Tujuan pengguna laporan

posisi keuangan menggunakan laporan ini sebagai berikut:

a. Mengevaluasi struktur pendanaan

Dalam hal ini yang dilihat adalah informasi tentang perbandingan

sumber pendanaan melalui utang dibandingkan dengan ekuitas.

b. Menganalisis likuiditas

Likuiditas adalah seberapa cepat waktu yang diperlukan sampai suatu

aset dapat terealisasi atau dikonversi menjadi kas, atau sampai suatu

liabilitas dapat terbayar. Pihak kreditur biasanya sangat tertarik

dengan informasi tentang rasio likuiditas jangka pendek, yang

informasinya dapat mereka gunakan untuk menilai kemampuan entitas

membayar bunga tepat waktu.

c. Menilai solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan entitas membayar utangnya pada saat

jatuh tempo. Biasanya hal ini dapat diukur dengan tingkat utang

jangka panjang yang dimiliki entitas. Entitas yang memiliki rasio

utang yang tinggi berarti memiliki solvabilitas yang rendah dibanding

entitas dengan rasio utang yang rendah. Entitas dengan solvabilitas

yang rendah artinya lebih beresiko, karena memerlukan lebih banyak

aset untuk membayar utangnya, baik pokok maupun beban bunga.

d. Menilai fleksibililtas keuangan

Likuiditas dan solvabilitas akan menentukan fleksibilitas keuangan

entitas, yaitu mengukur kemampuan entitas mengambil tindakan

tertentu sebagai respon terhadap kebutuhan dan peluang yang ada.

Entitas dengan tingkat utang yang tinggi lebih tidak fleksibel

dibanding entitas dengan tingkat utang yang rendah. Suatu entitas

yang memiliki utang yang tinggi terkadang tidak mudah untuk

mengalokasikan arus kasnya untuk merespon peluang tertentu

misalnya peluang berinvestasi, karena arus kas tersebut harus

dialokasikan untuk pembayaran utang.

2. Laporan laba rugi komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif menggambarkan semua

penghasilan yang diakui dan seluruh biaya yang dikeluarkan dan

dibebankan.

Pengertian laba rugi komprehensif menurut Dwi Martani et. al

(2012:110) yaitu:

“Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur

keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu.

Informasi tentang kinerja perusahaan digunakan untuk menilai

dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidakpastian arus kas

masa depan.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan laporan laba rugi

komprehensif merupakan informasi yang menggambarkan kinerja

perusahaan yang di dalamnya terdapat informasi mengenai pendapatan

dan beban untuk suatu periode tertentu.

Menurut Dwi Martani et. al (2012:111) laporan laba rugi

komprehensif berguna untuk membantu pengguna laporan keuangan

dalam memprediksi arus kas masa depan, dalam rangka menentukan

profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit. Terdapat elemen

laporan laba rugi komprehensif, yaitu penghasilan dan beban yang

didefinisikan sebagai berikut:

a. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi, yang menyebabkan kenaikan aset neto (ekuitas), dalam

bentuk penambahan atau pemasukan aset atau penurunan liabilitas,

yang tidak berasal dari kontribusi pemilik modal.

b. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi, yang menyebabkan penurunan aset neto (ekuitas), dalam

bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau bertambahnya

liabilitas, yang bukan termasuk distribusi kepada pemilik.

3. Laporan perubahan ekuitas

Pengertian laporan perubahan ekuitas menurut Dwi Martani et.al

(2012:126) yaitu:

“Laporan perubahan ekuitas merupakan salah satu unsur laporan

keuangan yang menyajikan informasi tentang perubahan ekuitas

perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang

mencerminkan naik turunnya aset neto perusahaan selama

periode, baik yang berasal dari setoran atau distribusi kepada

pemilik atau yang berasal dari hasil atau kinerja perusahaan

selama periode berjalan.”

Dapat disimpulkan bahwa laporan perubahan ekuitas merupakan

informasi yang menggambarkan perubahan ekuitas perusahaan pada

periode tertentu.

4. Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang berisi tentang arus kas

masuk dan arus kas keluar. Dalam laporan ini dicantumkan semua

transaksi dan kejadian perusahaan yang berhubungan dengan kas.

Pengertian laporan arus kas menurut Dwi Martani et. al

(2012:145) yaitu:

“Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi

tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu

entitas untuk suatu periode tertentu.”

Laporan arus kas merupakan ringkasan arus kas selama suatu

periode. Laporan ini menunjukan perubahan arus kas yang terjadi karena

kegiatan operasi, investasi dan financial sehingga posisi/ saldo kas

berubah. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para

pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai

kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam

proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan keuangan

perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kas dan setara kas setara kapasitas perolehannya.

Adapun tujuan dan kegunaan laporan arus kas menurut Dwi

Martani et. al (2012:145) yaitu untuk menyajikan informasi tentang

perubahan arus kas dan setara kas entitas selama satu periode yang

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Informasi ini berguna bagi investor, kreditur, dan pengguna lain laporan

keuangan, yang bertujuan sebagai berikut:

a. Mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara

kas, waktu dan kepastian dalam menghasilkannya.

b. Mengevaluasi struktur keuangan entitas (termasuk likuiditas dan

solvabilitas) dan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban dan

membayar dividen.

c. Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan

dengan arus kas neto dan kegiatan operasi (akrual). Analisis

perbedaan ini sering kali dapat membantu dalam mengevaluasi

kualitas laba entitas.

d. Membandingkan kinerja operasi antar-entitas yang berbeda, karena

arus kas neto dari laporan arus kas tidak dipengaruhi oleh perbedaan

pilihan metode akuntansi dan pertimbangan manajemen tidak seperti

basis akrual yang digunakan dalam menentukan laba rugi entitas.

e. Memudahkan pengguna laporan untuk mengembangkan model untuk

menilai dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan antar-

entitas yang berbeda.

5. Catatan atas laporan keuangan

Pengertian catatan atas laporan keuangan menurut Dwi Martani

et. al (2012:10) yaitu:

“Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi

informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi

keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan

ekuitas, dan laporan arus kas.”

Laporan ini memberikan penjelasan atau rincian pos-pos yang

disajikan dalam laporan keuangan dan informasi mengenai pos-pos yang

tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan

2.1.3 Kegunaan Laporan Keuangan

Menurut Irham Fahmi (2011:4), berdasarkan konsep keuangan

maka laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan

perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui

sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Bahwa laporan

keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat

digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau

aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan

data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sehingga laporan keuangan

memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu posisi yang

mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Dapat dipahami dengan adanya laporan keuangan yang disediakan

oleh pihak manajemen perusahaan maka sangat membantu pihak pemegang

saham dalam proses pengambilan keputusan. Sehingga berdasarkan data

laporan keuangan yang diperoleh dan tersajikan, maka investor atau pemilik

saham perusahaan akan bisa menganalisis bagaimana kondisi perusahaan

serta prospek perusahaan nantinya khususnya dari segi kemampuan

profitabilitas dan dividen yang akan dihasilkan.

2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Irham Fahmi (2011:9), seluruh informasi yang diperoleh

dan bersumber dari laporan keuangan pada kenyataannya yang selalu saja

terdapat kelemahan, dan kelemahan tersebut dianggap sebagai bentuk

keterbatasan informasi yang tersaji dari laporan keuangan tersebut. Oleh

karena itu bagi pihak-pihak pengguna laporan keuangan harus memahami

dan menyadari dengan benar setiap keterbatasan tersebut sebagai sebuah

realita yang tidak bisa dipungkiri, walaupun dalam kenyataannya setiap

akuntan selalu berusaha memberikan informasi yang maksimal.

Adapun bentuk kelemahan dan keterbatasan dari laporan keuangan

yang merupakan pendapat dari PAI, yaitu:

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas

kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat

dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses

pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan

taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula

penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu

mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh

yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi

ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang

tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang

menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu

peristiwa/ transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas).

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis

dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis

akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan

menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan

tingkat kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat

dikuantifikasikan umunya diabaikan.

2.1.5 Pengguna dan Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Dwi Martani et. al (2012:33) pengguna laporan keuangan

meliputi investor, calon investor, pemberi pinjaman, karyawan, pemasok,

kreditur lainnya, pelanggan, pemerintah, lembaga, dan masyarakat.

Pengguna tersebut menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi

kebutuhan informasi yang berbeda, di antaranya sebagai berikut:

1. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas membayar dividen di

masa mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau

menjual saham entitas.

2. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan

kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman: kemampuan membayar utang dan bunga yang akan

mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.

4. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya

pada saat jatuh tempo.

5. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.

6. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumber daya.

7. Masyarakat: menilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.

2.2 Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan pengumpulan data

keuangan, pengukuran, dan menganalisis data keuangan tersebut dengan

interpretasi untuk direpresentasikan ke dalam bentuk informasi untuk

mendukung dan membantu dalam proses pengambilan keputusan.

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap

(2010:190) yaitu:

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi

yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan

atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik

antara data kuantitatif maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting

dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya analisa

terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi

pemakai laporan keuangan, untuk mengetahui keadaan dan perkembangan

keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam proses pengambilan

keputusan.

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2007:31), data keuangan akan lebih berarti bagi

pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan

untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat

diperoleh data yang akan mendukung keputusan yang akan diambil. Faktor

utama yang mendapatkan perhatian oleh penganalisis adalah:

1. Likuiditas, menunjukan suatu perusahaan untuk menemui kewajiban

keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.

2. Solvabililtas, menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

keuangan apabila perusahaan tersebut di likuidasi, baik kewajiban

keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Stabilitas usaha, menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan

usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan

kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang serta beban

bunganya.

2.2.3 Metode dan Teknik Analisis

Terdapat teknik dalam analisis menurut Sofyan Syafri Harahap

(2010:217) adalah sebagai berikut:

1. Metode komparatif

Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan

keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka laporan

keuangan lainnya.

2. Trend Analysis

Rasio adalah gambaran situasi perusahaan pada suatu waktu tertentu dan

dari gambaran ini sebenarnya dapat kita bayangkan kecenderungan (tren)

situasi perusahaan di masa yang akan datang melalui gerakan yang

terjadi pada masa lalu sampai masa kini. Analisis ini harus menggunakan

teknik perbandingan laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini

digambarkan trennya. Tren analisis ini biasanya dibuat melalui grafik.

3. Common size financial statement

Metode ini merupakan metode analisis yang menyajikan laporan

keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi itu biasa dikaitkan dengan

suatu jumlah yang dinilai penting misalnya aset untuk neraca, penjualan

untuk laba rugi.

4. Metode indeks time series

Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk

mengkonversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan

tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak dari tahun dasar ini, dibuat

indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah

perkembangan angka-angka laporan keuangan perusahaan tersebut pada

periode lain.

5. Rasio laporan keuangan

Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu

dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio

keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu

dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai

hubungan antara pos dan dapat membandingkannya dengan rasio

sehingga dapat diberikan penilaian. Adapun rasio keuangan adalah:

a. Likuiditas

Menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan semua

kebutuhan jangka pendek.

b. Solvabilitas

Kemampuan perusahaan memenuhi atau menyelesaikan kebutuhan

jangka panjang.

c. Rentabilitas/ profitabilitas

Kemampan perusahaan mendapatkan laba melalui semua sumber yang

ada, penjualan, kas, aset, modal.

d. Leverage

Mengetahui posisi utang perusahaan terhadap modal maupun aset.

e. Activity

Mengetahui aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik

dalam penjualan dan kegiatan lainnya.

f. Produktivitas

Mengetahui produktivitas unit yang dinilai.

6. Analisis sumber dan penggunaan kas dan dana

Analisis sumber dan pengunaan dana dilakukan dengan menggunakan

laporan keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan dan dilihat

mutasinya. Setiap mutasi mempengaruhi pos lainnya. Perubahan itu bisa

dikelompokan dalam dua kriteria:

a. Perubahan pos kas saja atau modal kerja yang merupakan kumpulan

pos aktiva lancar dan utang lancar. Dalam hal yang dianalisis adalah

kas maka dikelompokkan menjadi:

1) Sumber kas

2) Pengeluaran kas

b. Sedangkan jika yang dianalisis adalah perubahan modal kerja maka

dikelompokkan menjadi:

1) Sumber dana

2) Penggunaan dana.

Terdapat metode dan teknik analisis lainnya menurut Sofyan Syafri

Harahap (2010:220) yaitu sebagai berikut:

1. Analisis break even

Analisis break even sering digunakan dalam perencanaan keuangan.

Namun tidak berarti rumus tersebut tidak dapat digunakan dalam hal

yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis

laporan keuangan kita dapat mengunakan rumus untuk mengetahui:

a. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba.

b. Struktur biaya tetap dan variabel.

c. Kemampuan perusahaan memberikan margin untuk menutupi biaya

tetap.

d. Kemampuan perusahaan dalam menekankan biaya dan batas dimana

perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.

2. Analisis laba kotor (Gross profit)

Analisis laba kotor lazim digunakan dalam perencanaan keuangan atau

budgeting. Namun teknik ini bisa digunakan dalam analisis laporan

keuangan. Analisis ini menggunakan data penjualan.

3. Analisis hubungan (Analitycal review)

Analytical review lazim dikenal dalam ilmu auditing atau pemeriksaan.

Teknik ini dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan

dengan cara melihat hubungan antara satu pos dengan pos lainnya dilihat

secara rasional.

4. Model analisis: prediksi atau rating

Dalam literatur akuntansi para akademik atau peneliti sering melakukan

penelitian dengan tujuan untuk memprediksi suatu keadaan dengan

menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka

mengamati laporan keuangan beberapa tahun dan mencoba melihat

fenomena khusus yang ada di dalamnya dan dari sana diambil suatu

kesimpulan dalam bentuk model prediksi. Beberapa model prediksi yang

dikenal adalah:

a. Bound rating

Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan

di pasar modal.

b. Bankruptcy model

Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan

bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi dengan rasio

keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi

bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan

bangkrut.

c. Net cash flow prediction model

Model ini didesain untuk mengetahui berapa besar arus kas masuk

bersih perusahaan tahun depan.

d. Take over prediction model

Model ini dimaksudkan untuk mengetahui kapan kemungkinan

perusahaan akan diambil alih oleh perusahaan lainnya.

2.3 Analisis Rasio

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara

suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain dengan menggunakan alat analisa.

Rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada

penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu

perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut diperbandingkan dengan

angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

2.3.1 Pengertian Analisis Rasio

Pengertian rasio keuangan menurut Sofyan Safri Harahap

(2010:297) yaitu:

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya

yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.”

Dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan

cara membagi suatu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan hanya

menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos

tertentu dengan pos lainnya.

2.3.2 Penggolongan Analisis Rasio

Irham Fahmi (2011:121) menggolongkan jenis analisis rasio

berdasarkan rasio yang sering digunakan dalam bisnis. Adapun rasio

keuangan yang sering digunakan adalah:

1. Rasio likuiditas, adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi

liabilitas jangka pendeknya secara tepat waktu.

2. Rasio aktivitas, adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu

perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna

menunjang aktivitas perusahaan, dimana pengguna aktivitas ini

dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil

yang maksimal.

3. Rasio solvabilitas, adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai

dengan liabilitas.

4. Rasio profitabilitas, mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan

yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh

dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.

2.4 Piutang Usaha

Piutang usaha timbul karena adanya transaksi penjualan kredit, oleh

karena itu besar kecilnya penjualan kredit akan berpengaruh langsung

terhadap jumlah piutang usaha. Piutang merupakan klaim uang, atau jasa

kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Piutang juga merupakan tagihan

perusahaan kepada pihak lain atau pelanggan karena adanya transaksi

penjualan barang/ jasa secara kredit.

2.4.1 Pengertian Piutang Usaha

Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

pendapat para ahli yang nampak berbeda namun mempunyai inti dan tujuan

yang sama.

Menurut Irham Fahmi (2011:62) mendefinisikan piutang sebagai

berikut :

“Piutang merupakan bentuk penjualan yang dilakukan oleh suatu

perusahaan dimana pembayarannya tidak dilakukan secara tunai,

namun bersifat bertahap.”

Sedangkan Kieso et. al (2010:323) mengemukakan bahwa

pengertian piutang usaha yaitu:

“Accounts receivable are oral promises of the purchaser to pay for

goods and services sold.”

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang

usaha (accounts receivable) adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar

barang atau jasa yang dijual dan merupakan tagihan kepada pembeli akibat

kegiatan penjualan barang atau jasa secara kredit.

2.4.2 Klasifikasi piutang

Menurut Warren et. al (2006:404) mengklasifikasikan piutang ke

dalam 3 kategori, yaitu :

1. Piutang usaha

2. Wesel tagih

3. Piutang lain-lain

Piutang usaha timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit

agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan,

transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan

barang atau jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit

akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan

akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30/60 hari

dan piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

Wesel tagih merupakan jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat

perusahaan telah menerbitkan surat utang formal, sepanjang wesel tagih

diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan

dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk

periode kredit lebih dari 60 hari, wesel juga biasanya digunakan untuk

menyelesaikan piutang usaha pelanggan bila wesel tagih dan piutang usaha

berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut

piutang dagang.

Sedangkan Piutang lain-lain, biasanya disajikan secara terpisah

dalam neraca jika piutang lain ini diharapakan akan tertagih dalam satu

tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika

penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan

sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi piutang

lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak dan

piutang karyawan perusahaan.

Sedangkan menurut Kieso et. al (2010:323) piutang dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:

1. Klasifikasi untuk tujuan pelaporan keuangan:

a. Piutang lancar (current receivable) atau jangka pendek.

Piutang lancar diharapan akan tertagih dalam satu tahun atau selama

satu siklus operasi berjalan.

b. Piutang tidak lancar (noncurrent receivable) atau jangka panjang.

2. Klasifikasi dalam neraca:

a. Piutang dagang (trade receivable)

Adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang atau jasa

yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.

Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki

perusahaan. Piutang dagang diklasifikan menjadi dua, yaitu:

1) Piutang usaha (accounts receivable), adalah janji lisan dari pembeli

untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha

biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari dan

merupakan akun terbuka (open accounts) yang berasal dari

perusahaan kredit jangka pendek.

2) Wesel tagih (notes receivable), adalah janji tertulis untuk

membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu dimasa

depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau

transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun

jangka panjang.

b. Piutang nondagang (nontrade receivable).

Piutang nondagang berasal dari berbagai transaksi. Sejumlah contoh

piutang nondagang adalah:

1) Uang muka kepada karyawan dan staf.

2) Uang muka kepada anak perusahaan.

3) Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian kerusakan.

4) Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran.

5) Piutang dividen dan bunga.

6) Klaim terhadap:

a) Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertangguhkan.

b) Terdakwa dalam suatu perkara hukum.

c) Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak.

d) Perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau

hilang.

e) Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak atau hilang

(krat, kontainer, dan sebagainya).

2.4.3 Penyajian Piutang Usaha

Terdapat aturan umum dalam pengklasifikasian piutang usaha

menurut Kieso et. al (2010:343) yaitu:

1. Memisahkan berbagai jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika

material.

2. Menjamin bahwa akun penilaian secara tepat mengoffset akun piutang

yang terkait.

3. Menentukan bahwa piutang yang diklasifikasikan dalam kelompok

aktiva lancar akan dikonversikan menjadi kas dalam satu tahun atau satu

siklus operasi, tergantung mana yang lebih panjang.

4. Mengungkapkan setiap kontijensi kerugian yang ada pada piutang.

5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan.

6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari risiko kredit

yang berasal dari piutang

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang Usaha

Menurut Bambang Riyanto (2005:85) faktor-faktor yang

mempengaruhi piutang usaha adalah:

1. Volume penjualan kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah

investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus

menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang dan meski

berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat.

2. Syarat pembayaran penjualan kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.

Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya

keselamatan kredit lebih diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat

pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran

yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran

piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit

dinyatakan dalam term tertentu, misalnya 2/10 n/30. Ini berarti apabila

pembayaran dilakukan dalam 10 hari setelah waktu penyerahan barang,

si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga

penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu

30 hari sesudah waktu penyerahan barang.

3. Ketentuan tentang pembatasan kredit

Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas

maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin

tinggi batas waktu yanng diberikan kepada pelanggan, makin besar pula

dana yang diinvestasikan ke dalam piutang.

4. Kebijakan dalam penagihan piutang

Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat

dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif

dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih

besar untuk membiayai aktifitas ini, namun dapat memperkecil resiko

tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan

menyetor barang hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan

cara:

a. Memungut secara langsung

b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan

5. Kebiasaan pembayaran pelanggan

Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan

menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedang sebagian

lagi tidak demikian.

2.4.5 Penentuan Jumlah Piutang Usaha

1. Potongan kuantitas (Rabat)

Potongan kuantitas merupakan bentuk keringanan pembayaran yang

diberikan penjual kepada pembeli karena pembelian mencapai kuantitas

yang telah ditentukan. Jumlah keringanan tersebut dikurangkan dari

daftar harga, untuk menentukan harga jual bersih, yaitu harga jual

menurut daftar harga dikurangi potongan tertentu. Dalam praktik

potongan kuantitas dapat merupakan rabat tunggal (single rate) atau

rabat ganda atau rabat berseri (double rate).

2. Potongan tunai (Cash discount)

Potongan tunai merupakan bentuk keringanan pembayaran yang

diberikan kepada pembeli karena pembeli memenuhi syarat penjualan

yang telah ditetapkan. Syarat penjualan tersebut menyangkut jangka

waktu dan periode potongan.

3. Retur penjualan

Kadangkala barang yang dikirim penjual tidak sesuai dengan pesanan

dari pembeli, atau mungkin barang tersebut rusak dalam perjalanan,

sehingga barang-barang tersebut dikirim kemballi oleh pihak pembeli.

Pengembalian barang-barang yang telah dibeli kepada penjual disebut

dengan retur penjualan.

4. Biaya pengiriman

Biaya pengiriman barang dapat menjadi bagian yang signifikan bagi

pembeli. Perjanjian antara pembeli dan penjual menyangkut penentuan

syarat pengiriman barang yang secara spesifik ditunjukan dengan free on

board term (FOB). FOB digunakan untuk menunjukan pihak yang akan

menanggung biaya pengiriman barang. Ada dua syarat FOB, yaitu syarat

titik pengiriman (FOB Shipping point), dan syarat titik penerimaan (FOB

Destination). Jika syarat pengirimannya adalah titik pengiriman, maka

biaya angkut ditanggung oleh pembeli dan juga pembeli boleh mengakui

barang yang dibeli saat pengiriman dilaksanakan. Jika syarat pengiriman

adalah titik penerimaan, maka biaya angkut menjadi tanggungan penjual

dan pembeli boleh mengakui barang yang dibeli saat barang sampai di

gudang pembeli.

2.4.6 Piutang Usaha yang Tak Tertagih

Menurut Kieso et. al (2010:327), penjualan atas dasar selain

penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang

usaha. Piutang usaha yang tak tertagih adalah kerugian pendapatan, yang

memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat dalam akun,

penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba

dan ekuitas pemeganng saham. Kerugian pendapatan dan penurunan laba

diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (atau beban piutang tak

tertagih). Terdapat dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih:

1. Metode penghapusan langsung (direct write-off method)

Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah

ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian

tersebut dicatat dengan mengkreditkan piutang usaha dan mendebet

beban piutang tak tertagih.

2. Metode penyisihan (allowance method)

Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari

semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini

dicatat sebagai beban dan pengurangan tidak langsung terhadap piutang

usaha (malalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana

penjualan itu dicatat.

2.4.7 Penagihan Piutang Usaha yang Telah Dihapus

Kieso et. al (2010:330) mengungkapkan, apabila perusahaan

menetapkan piutang usaha tertentu dipastikan tidak akan tertagih, maka

saldonya dipindahkan dari pembukuan dengan mendebet penyisihan untuk

piutang tak tertagih dan mengkreditkan piutang usaha. Jika penagihan atas

piutang usaha yang telah dihapus sebelumnya dilakukan, maka perusahaan

terlebih dahulu harus memunculkan kembali piutang usaha itu dengan

mendebet piutang usaha dan mengkredit penyisihan untuk piutang tak

tertagih. Kemudian, perusahaan juga harus membuat ayat jurnal untuk

mendebet kas dan mengkredit akun pelanggan sebesar jumlah yang

diterima.

2.5 Analisis Rasio Piutang Usaha

Menurut Dwi Martani et. al (2012 :232) entitas melakukan analisis

piutang yang dimiliki perusahaan dengan menekankan pada risiko tidak

tertagihnya piutang. Dalam melakukan analisis, pertama harus dicermati

kebijakan akuntansi yang dilakukan dalam mengukur serta menilai piutang

dan cadangan penurunan nilai. Analisis piutang usaha dilakukan dengan

melihat perputaran piutang dan umur piutang.

2.5.1 Receivable Turnover (Perputaran piutang)

Rasio perputaran piutang menunjukan seberapa kali piutang dapat

tertagih dalam satu periode. Berikut terdapat beberapa pengertian menurut

para ahli.

Pengertian rasio perputaran piutang menurut Kieso et. al (2010:344)

yaitu:

“This ratio measures the number of times, on average, a company

collects receivables during the period. This ratio is computed by

dividing net sales by average (net) receivables outstanding during

the year.”

Sedangkan rasio perputaran piutang menurut Sofyan Syafri

Harahap (2010:308) yaitu:

“Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin

besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan

cepat.”

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran piutang

mengukur beberapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama

suatu periode. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan

piutang rata-rata (bersih) yang beredar selama tahun berjalan.

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur efektivitas pengelolaan

piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan

dalam mengelola piutangnya.

Rumus rasio perputaran piutang yaitu:

Receivable Turnover = x 1time

Semakin tinggi rasio (receivable turnover) menunjukan modal kerja

yang ditanam dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio semakin rendah

terdapat over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih

lanjut, mungkin bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau

mungkin terdapat perubahan dalam kebijakan pemberian kredit.

2.5.2 Receivable Collection Period

Rasio receivable collection period merupakan rasio yang

menunjukan periode pengumpulan piutang usaha dalam satu periode.

Pengertian receivable collection period menurut Susan Irawati

(2006:55) yaitu:

“Rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas rata-rata yang

diperlukan untuk mengumpulkan piutang dalam suatu perusahaan.”

Sedangkan receivable collection period menurut Sofyan Syafri

Harahap (2010:309) yaitu:

“Rasio ini menunjukan berapa lama perusahaan melakukan

penagihan piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik.”

Rumus dari receivable collection period yaitu:

Receivable collection period =

Rasio ini disebut juga dengan rata-rata periode pengumpulan

piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana suatu perusahaan melihat

periode pengumpulan piutang yang akan terlihat. Rasio ini mengukur

efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan

adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu

pembayaran setelah melakukan penjualan.

BAB III

OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR

3.1 Objek Tugas Akhir

Penelitian dalam pembuatan tugas akhir ini dilaksanakan di PT. Astra

International Tbk. – Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cibiru yang

berlokasi dijalan Soekarno Hatta No. 759 Bandung. Objek laporan tugas akhir

yang diamati penulis pada AUTO 2000 adalah mengenai analisis piutang

usaha pada perusahaan yang bergerak dibidang usaha jasa penjualan

kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda empat atau mobil.

3.1.1 Sejarah PT. Astra International Tbk.

PT. Astra International Incorporation (AII) pertama kali didirikan

pada tanggal 20 Februari 1957 di Bandung oleh Drs. Tjia Kian Tie (Alm),

William Soerjadja (Tjia Kiang Liong), dan E. Hariman (Liem Peng Hong).

Pada awalnya perusahaan ini bergerak dibidang perdagangan umum yaitu

dengan menjual soft drink yang bermerek prem club, mengekspor hasil

bumi seperti minyak sereh, kopra, karet, serta menjadi salah satu penyalur

alat-alat kereta api yang kala itu perusahaannya masih berstatus Perjan.

Selain itu, PT. Astra International Inc di Bandung pun menjadi salah satu

pemasok bahan bangunan untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air

(PLTA) untuk kawasan Jatiluhur dan pada Dinas pekerjaan umum (DPU).

Sejalan dengan perkembangan perusahaan, maka pada tahun 1965

PT. Astra International Inc mengalihkan usahanya dari perdagangan dalam

negeri dan pengekspor hasil bumi menjadi suatu perusahaan yang

mengimpor kendaraan bermotor, alat-alat berat dan alat-alat teknik yang

dapat menunjang kebutuhan pembangunan nasional. Berkat usaha

patungan antara pemerintah Indonesia dengan yang bergerak dalam bidang

perakitan kendaraan beroda empat, maka pada tanggal 25 Februari 1969

berdirilah PT. Gaya Motor. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1969, PT. Astra

International Inc baru dapat pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia

sebagai agen tunggal kendaraan mobil merek Toyota untuk seluruh

wilayah Indonesia. Sebagai agen tunggal, PT. Astra International Inc

hanya mengimpor dan memproduksi kendaraan Toyota, tetapi tidak

memasarkannya secara langsung ke konsumen. Oleh karena itu, pada

pertengahan 1970 dibentuklah “Toyota Division” yang digunakan untuk

menangani masalah distribusi dan pemasaran kendaraan Toyota. Pada

tahun yang sama perusahaan ini ditunjuk pula sebagai salah satu agen

sepeda motor Honda.

Melihat prospek pemesanan mobil merek Toyota cukup cerah,

maka pada tanggal 12 April 1971 didirikan suatu perusahaan baru yang

bernama PT. Toyota Astra Motor (TAM), dimana modal usahanya

merupakan patungan antara Indonesia dengan Jepang. Perusahaan dari

pihak Jepang adalah Toyota Motor Company LTD, dan Toyota Sales

Company LTD. Sedangkan dari pihak Indonesia adalah PT. Astra

International dan PT. Gaya Motor, dengan komposisi saham 49% dimiliki

oleh Astra dan 51% dimiliki oleh Toyota Motor Company. Dengan

melihat perbandingan kepemilikan atas saham tersebut maka keagenan

pun beralih dari PT. Astra International kepada PT. Toyota Astra Motor.

PT. Toyota Astra Motor ini hanya bertugas dalam memproduksi saja,

tetapi tidak menjual langsung kepada konsumen. Sedangkan kendaraan

Toyota tetap dipegang oleh Astra International melalui Toyota Division

sebagai penyalur utama (Main dealer) dengan bantuan Astra International,

Inc ditunjuk pula sebagai agen tunggal untuk produk-produk Daihatsu.

Kegiatan PT. Toyota Astra Motor adalah mengimpor mobil-mobil merek

Toyota dalam keadaan completely knock down (CKD) dari Jepang dan

merakitnya di PT. Gaya Motor serta menyalurkan pada dealer-dealer

utama di Indonesia. Disamping sebagai agen tunggal PT. Toyota Astra

Motor juga bergerak sebagai importir suku cadang untuk mobil-mobil

merek Toyota. Pada tanggal 1 September 1973 status Toyota Division pun

diubah menjadi Motor Vehicle Division. Dengan semakin berkembangnya

pemasaran mobil merek Toyota, dan agar pengelola pemasaran mobil

Toyota di Indonesia dapat lebih efisien dan efektif, maka pada tanggal 1

Januari 1976 dibentuklah Astra Motor Sales (AMS) berdasarkan Akta

Notaris Kartini Mulyadi, SH. No. 195 tanggal 30 Juli 1975 dan No. 52

tanggal 10 Oktober 1975, Astra Motor Sales inilah yanng dikenal menjadi

penyalur utama (Main Dealer) kendaraan mobil merk Toyota hampir

diseluruh wilayah Indonesia kecuali Jawa Tengah. Hal ini dikarenkan

penyalurnya dipegang oleh PT. New Ratna Motor Semarang, Riau dan

Pekanbaru oleh PT. Agung Concern, Sulawesi utara dan sekitarnya

termasuk Irian Jaya dipegang oleh Hadji Kalla. Maka Motor Vehicle

Division hanya bertindak sebagai agen tunggal kendaraan Daihatsu saja

karena pemasaran Toyota sudah beralih kepada Astra Motor Sales (AMS).

Pada tahun 1989, PT. Astra Motor Sales bergabung dan menjadi

divisi penjualan dari PT. Astra International. Kegiatan utama PT. Astra

International adalah menjual mobil merek Toyota, menjual sahamnya pada

masyarakat (go public) dengan nilai nominal yang tidak terlalu tinggi.

Pada saat go public, nama PT. Astra International diubah menjadi PT.

Astra International Toyota Division. Pada tanggal 8 Agustus 1995

menurut Akte Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya, SH No.2, PT. Astra

International Toyota Division berubah menjadi PT. Astra International

Tbk. Toyota Sales Operation yang bertempat di Jl. Dr. Djunjunan 192

Bandung. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggan akan kendaraaan

bemotor merek Toyota, PT. Astra International Tbk. Toyota Sales

Operation juga melakukan bantuan pengelolaan atas PT. Serasi Autoraya

(Toyota Rent AUTO 2000 Car/Trac) yang menangani jasa penyewaan

mobil merek Toyota dan PT. Arya Kharisma (Mobil 88) yang melayani

penjualan mobil bekas merek Toyota. Kedua perusahaan ini termasuk

dalam AUTO 2000 group.

Sebagai dealer utama wilayah perusahaan PT. Astra International

Tbk. Toyota Sales Operation mencakup Sumetra (kecuali Jambi, Riau, dan

Bengkulu), Jawa (kecuali Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta), Bali, NTB,

dan NTT. Kantor cabang Pasteur merupakan cabang ketiga untuk wilayah

Bandung dan sekitarnya. Masing-masing cabang berdiri sendiri dan dalam

kegiatan opoerasionalnya bertanggung jawab langsung ke kantor pusat PT.

Astra International Tbk. Toyota Sales Operation yang beralamat di Jl.

Gaya Motor III No. 3 Sunter II Jakarta Utara.

3.1.2 Sejarah AUTO 2000

AUTO 2000 berdiri pada tahun 1975 dengan nama Astra Motor

Sales, dan baru pada tahun 1989 berubah nama menjadi AUTO 2000.

AUTO 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan

penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh

PT. Astra International Tbk. Saat ini AUTO 2000 adalah main dealer

Toyota terbesar di Indonesia, yang menguasai antara 70-80 % dari total

penjualan Toyota. Dalam aktivitas bisnisnya, Auto 2000 berhubungan

dengan PT. Toyota Astra Motor yang menjadi agen tunggal pemegang

merek (ATPM) Toyota. AUTO 2000 adalah dealer resmi Toyota bersama

4 dealer resmi Toyota yang lain.

AUTO 2000 memiliki cabang yang tersebar di seluruh Indonesia

(kecuali Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Jambi, Riau, Bengkulu, Jawa

Tengah dan D.I.Y). Selain cabang-cabang AUTO 2000 (disebut direct)

yang berjumlah 63 cabang, AUTO 2000 juga memiliki dealer yang

tersebar di seluruh Indonesia (disebut Indirect), yang totalnya berjumlah

67 outlet. Dengan demikian, terdapat 130 cabang (Direct sub cabang dan

indirect) yang mewakili penjualan AUTO 2000 di seluruh Indonesia. 48

bengkel milik AUTO 2000 merupakan yang terbesar dan terlengkap di

Asia Tenggara. Disamping itu AUTO 2000 juga memiliki 407 partshop

yang menjamin keaslian suku cadang produk Toyota.

3.1.3 Visi dan Misi AUTO 2000

Visi PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation menjadi

main dealer otomotif no. 1 di Indonesia adalah :

1. Perusahaan beserta seluruh jajarannya mampu beradaptasi dengan

pesatnya perubahan teknologi.

2. Karyawan memiliki keterampilan yang tinggi untuk melayani beragam

keinginan pelanggan secara cepat, tepat, dan dapat diterapkan.

3. Adanya jaminan kepuasan pelanggan.

4. Karyawan yang berkualitas dan mandiri.

Misi PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation adalah

menjadi mitra usaha yang terpercaya bagi seluruh stakeholder (Pelanggan

Toyota, karyawan, supplier, pemegang saham, pemerintah, dan

masyarakat). PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation akan

mampu menjadi mitra terpercaya dengan adanya kemampuan untuk :

1. Menjunjung tinggi kualitas pelayanan terhadap Pelanggan dan

Karyawan.

2. Menjalankan praktek bisnis secara handal dan penuh integritas.

3. Memelihara komitmen jangka panjang dalam mengembangkan usaha.

4. Berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional.

3.1.4 Aspek Kegiatan AUTO 2000

PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation (AUTO 2000)

Cibiru Bandung adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan

penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh

PT. Astra International Tbk.

1. Produk/ Barang

a. Mobil

Nama-nama mobil yang di jual di PT. Astra International Tbk.

Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cibiru Bandung diantaranya

adalah : New Avanza, Yaris, Kijang Innova, Rush, Hilux, Corolla

Altis, Crown, Camry, New Vios, New Dyna, Fortuner.

b. Suku cadang & Bahan

Spare part (suku cadang): komponen-komponen kelistrikan, mesin,

chasis dan bodi untuk semua tipe dan jenis kendaraan Toyota.

Bahan (material) : oli mesin, oli transmisi dan gardan, minyak rem,

super engine, long life coolant (Cairan radiator pendingin),dll.

2. Jasa

a. Perawatan Berkala Cepat (Express Maintenance)

Layanan express maintenance, yaitu layanan service cepat hanya 1

Jam, khusus untuk perawatan berkala. Layanan ini merupakan salah

satu terobosan untuk memberikan service berkualitas dengan waktu

yang lebih singkat.Dengan fasilitas stall khusus dan peralatan yang

lebih lengkap dan dikerjakan oleh 2 orang teknisi, maka pelanggan

akan menemukan pengalaman baru service kendaraan berkualitas

dengan waktu yang lebih singkat, dan harga tetap.

b. Perawatan Berkala ( Reguler Check)

Layanan external reguler check (ERC), yaitu layanan service berkala

sama seperti express maintenance namun pada ERC ini lebih

ditekankan pada keluhan-keluhan pelanggan pada perawatan service

berkala dan perawatan untuk 5000 km seperti cek roda, tune up, dll.

Disamping itu estimasi dari ERC ini berkisar antara 1 sampai dengan

2,5 jam.

c. Perbaikan Umum (General Repair)

Layanan general repair, yaitu layanan perbaikan kendaraan secara

umum, layanan ini diberikan karena part kendaraan mengalamai

kerusakan atau jika pelanggan ingin mengecek kendaraan diluar

service berkala contohnya pengecekan kendaraan (cek temperatur,

alarm, bensin/oli boros, suara mesin kasar, dll) sedangkan untuk part

kendaraan yang rusak maka customer harus melakukan reparasi atau

penggantian part contohnya ganti (timing belt, tali kipas, baterai,

lampu, dll). Untuk estimasi waktu pengerjaan dari general repair ini

tergantung dari lamanya kerusakan atau pengecekan kendaraan

untuk estimasi waktu minimal + 1 jam sedangakan estimasi waktu

maksimal + 6 jam.

d. Toyota Warranty Claim (TWC)

Dengan melakukan perawatan berkala secara rutin di bengkel resmi

Toyota, maka akan mendapatkan jaminan kendaraan langsung dari

Toyota selama 3 tahun atau 100.000km (Toyota warranty claim).

Untuk mendapatkan jaminan tersebut bisa dengan melakukan

perawatan kendaraan di bengkel Auto 2000 dan melakukan klaim

atas kerusakan komponen kendaraan yang tercakup dalam Toyota

warranty claim di bengkel AUTO 2000.

e. Toyota Home Servis (THS).

Toyota home service adalah salah satu fasilitas pelayanan yang dapat

melakukan service kunjungan ditempat pelanggan (di kantor/ di

rumah) dengan tujuan memberikan kemudahan bagi pemilik

kendaraan Toyota yang tidak sempat datang ke bengkel. Selain itu

fasilitas pelayanan lainnya yang bisa didapatkan oleh pelanggan

adalah pusat layanan Dyna (PLD). Pusat layanan Dyna merupakan

fasilitas pelayanan khusus untuk unit Dyna yang dapat melakukan

servis kunjungan ditempat pelanggan (di rumah/ di tempat kerja),

dengan tujuan memberikan kemudahan bagi pemilik kendaraan

Dyna yang tidak sempat ke bengkel.

f. Booking Service.

Booking service adalah solusi dari problem harus antri saat akan

service kendaraan, dengan melakukan booking service minimal 2

hari sebelumnya, maka pelanggan mendapatkan keuntungan :

1. Waktu service yang di tentukan sendiri, sehingga bisa

menyesuaikan dengan jadwal kegiatannya.

2. Tidak perlu antri. Dengan membuat janji dan datang sesuai jam

yang telah disepakati, kendaraan akan langsung dikerjakan tanpa

mengikuti antrian untuk dilayani.

3. Suku cadang dan teknisi telah siap. Dengan konfirmasi

kedatangan 1 hari sebelumnya, dapatkan kemudahan berupa

terhindar dari suku cadang tidak tersedia.

4. Dapatkan potongan harga jasa dan suku cadang, dimana besarnya

Potongan sesuai dengan syarat dan ketentuan berlaku.

g. Emergency Road Assistance (ERA)

Hanya di AUTO 2000, untuk setiap pembelian Toyota, customer

mendapat kartu keanggotaan Astra World. Dengan kartu Astra

World customer mendapat layanan bantuan darurat di jalan/

emergency roadside assistance (ERA) yang siap 24 jam sehari, 7

hari seminggu, sepanjang tahun. Layanan ERA diberikan secara

gratis selama 5 tahun dari tanggal pembelian untuk kendaraan

(mobil) merek Astra yang memiliki vehicle card. Bantuan darurat ini

mencakup: panduan teknis, pengaktifan aki lemah, penggantian ban

kempes, membuka kendaraan terkunci, serta bantuan jasa derek

(towing) dan mobil gendong (car carrier) AstraWorld. Jasa derek

(towing) dan mobil gendong (car carrier) adalah layanan

pengangkutan kendaraan pelanggan dari lokasi keadaan darurat ke

bengkel Astra International terdekat.

h. Kontrak Service

Kontrak Service adalah perawatan kendaraan selama periode atau

jarak tertentu yang ditawarkan oleh bengkel AUTO 2000. Paket

perawatan ini dibayarkan secara penuh oleh customer pada saat

pertama kali mengikuti program ini dan selanjutnya customer dapat

melakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada

buku kontrak service yang telah disepakati bersama.

Keuntungan kontrak service dari AUTO 2000 :

1. Memberikan kemudahan perawatan dan perbaikan terencana.

2. Biaya tetap untuk perawatan berkala dengan jangka waktu 1

tahun (30.000 km), 2 tahun (60.000 km) dan 3 tahun (90.000 km).

3. Kemudahan proses administrasi.

4. Jaminan keaslian.

5. Suku cadang (Toyota genuine parts).

i. Layanan AUTO 2000 One Stop Services

Customer tidak perlu lagi pergi ke bengkel lain untuk mendapatkan

layanan perbaikan khusus untuk Toyota, karena AUTO 2000 telah

menyiapkan one stop service untuk totalitas layanan perbaikan

Toyota. Dengan mengunjungi AUTO 2000, maka pelanggan akan

bisa mendapatkan layanan perbaikan yang lengkap. Adapun layanan

tersebut meliputi :

1. Layanan spooring and balancing.

2. Layanan penjualan ban dan aksesoris kendaraan.

3. Layanan perawatan interior dan eksterior kendaraan (Salon).

4. Layanan perbaikan sistem pendingin (A/C).

5. Layanan perawatan prima untuk mesin dan komponen kendaraan.

3.1.5 Struktur organisasi AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation (AUTO 2000)

Cabang Cibiru Bandung, menggunakan sistem organisasi garis dan staff

yaitu pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal sepenuhnya dari

pimpinan kepada bawahannya. Pembagian tugas dan wewenang mengalir

dalam satu garis lurus dari puncak ke bagian bawah dan setiap individu

bertanggung jawab hanya kepada satu orang yang lebih tinggi

tingkatannya.

Struktur organisasi PT. Astra International Tbk. Toyota Sales

Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru Bandung secara lengkap dapat

dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru Bandung

Billing AR

Sumber : Data Internal PT. Astra International Tbk. TSO (AUTO 2000) Cibiru Bandung

Instructur/ PJS

Foreman

Technical Leader

Mekanik THS

Mekanik

Service dept –

Workshop

Head

Area Technical Leader

Service Advisor

Parts Man

Pos Man

Driver Cabang

Booking Service

MRS

Washing PDC

Service Plus

Valet Service

Branch Manager

CRC

ADM Dept –

Administration Head

PGA

Cahsier

Billing Unit

STNK/ BPKB

Billing AR

Billing Service

Adm Gudang Bahan

Security

Office Boy

Messenger

Sales Dept –

Sales Supervisior

Sales Counter

Salesman regular

Salesman Dyna

3.1.6 Deskripsi Jabatan

Berikut ini akan penulis uraikan tugas dan tanggung jawab, serta

wewenang bagian-bagian penting dalam struktur organisasi PT. Astra

International Tbk. Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cibiru Bandung :

1. Kepala Cabang (Branch Manager)

Tugas dan tanggung jawab :

a. Melakukan kegiatan pengelolaan cabang dibidang penjualan,

administrasi, servis serta mengoptimalkan sumber daya yang ada

dalam usaha pencapaian target.

b. Meningkatkan produktivitas/ performance cabang serta kepuasan

pelanggan.

c. Membuat perencanaan strategis, policy, arah dan target cabang

sesuai dengan guide line dari Pusat.

Wewenang :

a. Memberikan diskon dan komisi sesuai dengan regulasi yang ada.

b. Melakukan pembatalan SPK (Surat pemesanan kendaraan).

c. Menetapkan kebijakan tata tertib cabang yang sesuai dengan kondisi

cabang.

d. Menegur, mengarahkan, memberikan reward and punishment

kepada karyawan bawahannya.

e. Mengusulkan promosi, transfer, demosi, training atau PHK

karyawan bawahannya.

2. Customer Relation

Tugas dan tanggungjawab :

a. Memberikan laporan kepada kepala cabang mengenai hasil

kegiatannya.

b. Memelihara hubungan baik dengan pelanggan atau calon pembeli

agar tercapai customer for time (pelanggan seumur hidup)

3. Sales Supervisor

Tugas dan Tanggungjawab :

a. Membuat laporan RSSP.

b. Mengontrol penjualan.

c. Membuat laporan penjualan dan menyusun laporan penjualan.

d. Menentukan metode-metode pendistribusian dan kebijaksanaan-

kebijaksanaan penjualan.

e. Mengetahui keinginan para pelanggan.

f. Mengusahakan terpenuhinya produk yang diinginkan pelanggan.

4. Kepala Administrasi (Administration Departemen Head)

Tugas dan tanggung jawab:

a. Melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan penugasan serta

kebijaksanaan yang diberikan oleh kepala cabang.

b. Menyusun dan menetapkan pengaturan anggaran dalam rangka

menilai efisiensi dan efektifitas Auto 2000, dan memberikan saran-

saran atau perbaikan jika memungkinkan.

c. Menandatangani atau memberi paraf sebagai tanda persetujuan atas

penerimaan dan pengeluaran dari masing-masing departemen.

d. Memberikan perintah penyalur dinas serta kerja lembur kepada

karyawan administrasi.

e. Menghadiri rapat-rapat intern bersama pimpinan lainnya baik di

dalam maupun di luar perusahaan.

f. Memusyawarahkan dan mengawasi agar administrasi dapat

dilakukan dengan benar, agar laporan dapat selesai tepat pada

waktunya.

g. Mengkoordinasikan, memusyawarahkan, dan mengawasi serta

memastikan bahwa pelaksanaan semua kegiatan keuangan

administrasi umum dilakukan sesuai dengan kebijakan perusahaan.

h. Mengelola bidang-bidang personalia, keuangan, persediaan dan

piutang dagang.

5. Kepala Bengkel (Workshop Head)

Tugas dan tanggung jawab :

a. Mengelola seluruh kegiatan bengkel dalam rangka meningkatkan

mutu dan kecepatan pelayanan melalui SOP yang berlaku serta

menginformasikan kompetensi jajaran personel bengkel dalam usaha

pencapaian target untuk meningkatkan produktivitas dan pencapaian

performance bengkel serta kepuasan pelanggan.

b. Membuat perencanaan dan memastikan pencapaian revenue

workshop, Unit Entry and Car Return sesuai standar yg ditetapkan.

c. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan bengkel (dan

performance jajaran personel bengkel).

d. Mengontrol stock gudang bengkel (parts) sesuai dengan target

service rate.

e. Pembinaan dan pengembangan personel bengkel.

f. Mengevaluasi pelaksanaan sistem dan prosedur bengkel.

g. Memantau pengelolaan limbah padat, cair, & gas di bengkel.

Wewenang :

a. Memutuskan pemberian/ penolakan diskon untuk customer/

perjanjian kerja sama sesuai standard operating procedure (SOP).

b. Menentukan penggunaan kendaraan operasional servis cabang

(Home service).

c. Menegur, mengarahkan dan memberikan reward and punishment

kepada karyawan bawahannya.

d. Mengusulkan promosi, transfer, demosi, training atau melakukan

PHK karyawan bawahannya.

6. Salesman/ Counter sales

Tugas dan tanggungjawab :

a. Mencari order.

b. Menjual kendaraan.

c. Melayani pembeli secara tunai dan kredit.

d. Membuat surat pesanan kendaraan (SPK).

e. Menerima telepon, apabila di counter tidak di angkat tiga kali, maka

salesman wajib mengangkat telepon khususnya di pagi hari.

f. Menyiapkan STUJ (surat tanda uji jalan) dan menyiapkan STNK

(surat tanda nomor kendaraan).

g. Mengecek list kendaraan jika kendaraan sudah ada.

h. Mengurus aplikasi kredit jika pelanggan membeli secara kredit.

i. Merencanakan dan mengadakan movex, showroom, event.

j. Pengecekan kendaraan setelah delivery.

k. Memungkinkan para pembeli mengetahui produk-produk yang

dihasilkan.

l. Meyakinkan para pelanggan untuk membeli kendaraan-kendaraan

kepada pelanggan.

7. Kasir (Cashier)

Tugas dan tangggungjawab :

a. Menerima uang/ pembayaran dengan bukti yang sah.

b. Membuat laporan kas dan bank secara harian.

c. Menjaga keamanan uang kas.

d. Mengeluarkan uang kas atas dasar bukti permintaan yang disetujui

oleh kepala cabang atau kepala administrasi.

e. Membuat laporan uanng masuk maupun uang keluar.

f. Menyetor check/ bilyet giro/ tunai bank.

g. Membuat tanda terima kasih sementara nota tagihan.

8. Administrasi Penjualan (Sales Administration)

Tugas dan tanggungjawab :

a. Filling/ meregister surat pesanan kendaraan.

b. Memasukkan mutasi-mutasi penerimaan.

c. Membuat DO (Delivery order) dan BSTKB (Bukti serah terima

kendaraan baru).

d. Registrasi DO dan BSTKB.

e. Membuat laporan penjualan, stock, dan lain-lain.

f. Membuat surat pengantar, surat masuk, dan surat keluar kendaraan.

g. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan dan file.

h. Membuat proses BBN (Bea balik nama).

i. Membuat faktur TAM/ AFI (Toyota astra motor/ Aplikasi for

invoice) dan file registernya.

9. Instruktur Servis (Service Instructor)

Tugas dan tanggung jawab :

a. Mengembangkan technical skill dari mekanik, foreman dan service

advisor melalui pelaksanaan training di bengkel sesuai dengan

perencanaan dan kebutuhan yang ada untuk meningkatkan mutu

pelayanan bengkel.

b. Menganalisa dan mengontrol kebutuhan equipment, tools, dan SST.

c. Membantu personel bengkel dalam menangani masalah di bengkel.

d. Menganalisa pekerjaan job return.

e. Membantu kepala bengkel dalam hal EHS.

f. Menghitung insentif man power bengkel.

Wewenang :

a. Membuat jadwal dan mengadakan training di bengkel.

b. Merencanakan dan mengirim Mekanik, Foreman dan SA untuk

training ke kantor pusat / TAM berdasarkan koordinasi dengan

kantor pusat.

c. Mengusulkan penambahan, perbaikan peralatan bengkel.

10. Service Advisor

Tugas dan tanggung jawab :

a. Bertanggung jawab melayani kebutuhan pelanggan yang datang dan

keluar bengkel dengan mendengarkan, menganalisa, dan

menjelaskan tentang kerusakan kendaraan, membuat PKB dan

estimasi waktu serta biaya untuk mencapai kepuasan pelanggan,

serta menjaga kerapian data-data kendaraan pelanggan.

b. Melayani pelanggan, yaitu menganalisa kerusakan dan memeriksa

kendaraan, serta menjelaskan hasil pemeriksaan pada pelanggan.

c. Memasukkan data keluhan pelanggan mengenai kondisi kendaraan

pelanggan ke komputer.

d. Membuat perintah kerja bengkel (PKB).

e. Membuat penawaran dari pekerjaan perbaikan kendaraan atau

estimasi biaya dan waktu perbaikan pada pelanggan.

f. Menginformasikan pekerjaan tambahan (bila ada) kepada pelanggan

beserta estimasi biaya dan waktu tambahan yang diperlukan.

g. Memeriksa kendaraan yang telah diperbaiki, apakah sesuai dengan

perintah kerja bengkel (PKB).

h. Melakukan test drive dan memeriksa keberadaan parts bekas di

dalam kendaraan.

i. Menyerahkan kembali kendaraan pada pelanggan dalam keadaan

bersih berikut parts bekas sesuai dengan form pemeriksaan

kendaraan (FPK).

j. Melakukan follow up ke pelanggan setelah 2-3 hari kendaraan

diperbaiki di bengkel.

k. Mengingatkan pelanggan untuk melakukan perawatan berkala

berikutnya pada saat selesai perawatan/ perbaikan.

l. Mengisi data „account number‟ untuk setiap perawatan yang telah

selesai dikerjakan yang dipakai sebagai dasar perhitungan biaya

perawatan.

Wewenang :

a. Melakukan estimasi biaya perbaikan dan waktu perbaikan.

b. Menentukan harga dan memberikan diskon pada customer untuk

perbaikan kendaraan sesuai standar yang ditetapkan.

c. Memutuskan kendaraan boleh keluar atau tidak setelah diperbaiki.

11. Koordinator THS (THS Coordinator)

Tugas dan tanggung jawab :

a. Menerima telepon atau panggilan dari pelanggan untuk melakukan

servis kendaraan.

b. Melakukan pencatatan data pelanggan dan keluhan yang ada pada

SAP.

c. Mendistribusikan pekerjaan kepada mekanik THS melalui radio

panggil/alat komunikasi.

d. Membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi mekanik THS,

dengan menjelaskan cara “ Trouble Shooting “.

e. Mendukung mekanik THS dalam penyedian suku cadang dan

penyediaan tools.

f. Membuat laporan berkala mengenai job return, problem yang

dihadapi, untuk diserahkan pada atasan.

g. Memeriksa hasil kerja mekanik sesuai dengan perintah kerja bengkel

(PKB) via follow up ke pelanggan.

h. Mengecek ulang notifikasi untuk memastikan pekerjaan.

i. Memperbaharui notifikasi untuk memonitor pekerjaan.

j. Mengecek ulang service order.

k. Melakukan pencatatan penagihan dan pembayaran pada SAP.

l. Mencetak faktur yang akan dikirim oleh mekanik.

m. Melakukan pengumpulan kepada pelanggan lewat telepon dan

“follow up”.

n. Mengatur mekanik THS.

o. Monitoring performance THS yang dikelola (Unit entry, revenue,

jumlah mekanik THS).

p. Menerima pembayaran dari mekanik THS sesuai dengan laporan.

q. Menyerahkan hasil pembayaran ke kasir.

Wewenang :

a. Mendistribusikan pekerjaan pada mekanik THS.

b. Mengusulkan training bagi mekanik THS.

12. Partman

Tugas dan tanggung jawab :

a. Melakukan order parts ke sub depo atau TAM, baik untuk keperluan

gudang parts maupun parts pesanan indirect.

b. Melakukan follow-up atas order yang telah dibuat sehingga dapat

memberikan informasi yang akurat terhadap parts pesanan next

internal customer.

c. Mencatat order atau permintaan yang tidak dapat dipenuhi, dan

melakukan follow-up kepada next internal customer atas kondisi

order tersebut.

d. Menerima dan memeriksa parts yang datang sesuai dengan kondisi

fisik dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.

e. Menginformasikan kepada next internal customer apabila parts yang

dipesan telah tersedia.

f. Menyimpan parts untuk stock sesuai dengan lokasi yang telah

ditetapkan, membuat lokasi baru untuk parts baru dan menyimpan

parts pesanan indirect di intransit area.

g. Memelihara dan menjaga kondisi fisik stock parts dan menjaga

kebersihan lokasi dan ruang yang ada di gudang.

h. Mengatur lay out gudang agar menjadi efektif dan efisien.

i. Melakukan evaluasi terhadap lokasi dan penempatan parts di

gudang, evaluasi parameter-parameter dan update terhadap data-data

inventory yang berhubungan dengan standar pengelolaan Toyota

parts.

j. Mengelola stock sesuai standar-standar dan target inventory yang

telah ditetapkan.

k. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan oleh next internal

customer dalam bidang parts, seperti informasi harga, stock, kondisi

order dan kedatangan parts pesanan.

l. Membuat, melakukan register, filing dan menyimpan dokumen-

dokumen order, penerimaan, pengeluaran, claim, transfer, berita

acara dan laporan-laporan yang berhubungan dengan bidang

kerjanya.

m. Memberikan saran, usulan dan berkonsultasi dengan kepala bengkel

dalam mencari solusi terhadap masalah parts.

n. Melakukan sampling stock opname secara rutin.

o. Membuat retur dan claim bagi parts yang rusak atau kurang dalam

penerimaan dari TAM atau Sub Depo.

p. Melakukan transfer parts antar cabang apabila dibutuhkan.

Wewenang :

a. Melakukan order ke TAM atau Sub Depo sesuai permintaan.

b. Melakukan pemesanan untuk item-item stock baru, berdasarkan

analisa demand.

c. Mengusulkan pembelian parts lokal, jika tidak tersedia di

gudang/Depo.

13. Gudang Bahan

Tugas dan tanggung jawab :

a. Menjaga ketersediaan bahan, material dan oli yang dibutuhkan

mekanik.

b. Memberikan bahan, material dan lain-lain kepada mekanik sesuai

dengan permintaan yang tertulis di perintah kerja bengkel (PKB).

c. Membuat permintaan pembelian bahan dan lain-lain yang

dibutuhkan bengkel.

d. Menerima kiriman bahan dan lain-lain dari supplier dan

menyimpannya di gudang bahan.

e. Memproses order pembelian bahan (OPB), surat penerimaan gudang

(SPG) dan bukti pencatatan hutang (BPH).

f. Membuat memo expenses untuk bahan yang dipakai bengkel.

g. Memelihara dan menjaga kebersihan tempat dan area kerja (5R).

14. Administrasi Servis (Service Administration)

Tugas dan tanggung jawab :

a. Mencetak kontrak kerja untuk perjanjian kerja sama (PKS) sesuai

dengan kesepakatan yang telah disetujui Workshop Head.

b. Memonitor batas waktu pembayaran dan dokumen-dokumen

pendukungnya.

c. Melakukan administrasi account receivables (AR).

d. Melakukan kegiatan administrasi masalah perpajakan.

e. Membantu melengkapi data yang dibutuhkan untuk pengiriman unit.

15. Administration Billing Unit

Tugas dan tanggung jawab :

a. Menerima PKB yang telah selesai diproses oleh bengkel.

b. Melakukan pekerjaan billing dan invoice dari PKB yang telah

dinyatakan selesai oleh Service Advisor.

c. Membuat registrasi kuitansi manual THS.

d. Mendistribusikan kuitansi THS yang selesai (asli/sistem) kepada

pelanggan sebagai pengganti kuitansi manual THS.

e. Melakukan monitoring terhadap PKB yang belum selesai (WIP).

f. Membuat dan mengembangkan filing system dan regristrasi copy

kuitansi, OPL, dan lain-lain.

g. Membuat laporan mingguan dan bulanan WIP, faktur pajak, memo

pembebanan dan lain-lain.

h. Memelihara dan menjaga kebersihan tempat dan area kerja (5R).

16. Mekanik THS

Tugas dan tanggung jawab :

a. Menjaga dan merawat kebersihan kendaraan THS beserta

perlengkapannya (Part, equipment, PKB manual, hand tool set).

b. Memahami dan melaksanakan tugas pengerjaan kendaraan dirumah

pelanggan sesuai perintah dari Koordinator THS.

c. Menemui pelanggan dengan ramah, sopan, dan kekeluargaan.

d. Mendengarkan keluhan pelanggan dengan melakukan pertanyaan

5W2H.

e. Melakukan diagnosa pada kendaraan pelanggan.

f. Menyarankan pelanggan untuk melaksanakan perbaikan kendaraan

sesuai keluhan, dan mendapat persetujuan pelanggan bila mungkin

melaksanakan perawatan berkala.

g. Melakukan pekerjaan yang telah disetujui pelanggan.

h. Menjaga kualitas pekerjaan dan pelayanan.

i. Melaksanakan BST.

j. Menjaga kebersihan dan keamanan kendaraan pelanggan.

k. Mencatat semua pengeluaran spare part dan bahan yang telah

digunakan dan dikeluarkan dari gudang THS beserta nomor part dan

nomor bahan.

l. Memberikan angket THS kepada pelanggan untuk penilaian kualitas

kerja yang telah dilakukan.

m. Melaksanakan final check pada kendaraan yang telah selesai

dikerjakan.

n. Membuat kuitansi manual sesuai dengan pekerjaan yang telah

dilakukan.

o. Menjelaskan secara rinci tentang pekerjaan dan kaitannya dengan

keluhan, serta komponen yang diganti.

p. Menerima pembayaran dari pelanggan, dan mengambil angket THS.

q. Menyampaikan rasa terimakasih dan memastikan kepada pelanggan

bahwa kendaraannya telah selesai dikerjakan.

r. Memberikan kartu nama dan meminta ijin untuk pamit.

s. Memberikan laporan singkat kepada koordinator THS.

t. Menyerahkan uang beserta copy kuitansi manual ke kasir.

u. Menyerahkan PKB manual, kuitansi manual, kepada koordinator

THS.

v. Memproses pengambilan spare part dan bahan yang telah digunakan

untuk dikembalikan ke mobil THS.

w. Mengecek ulang kelengkapan kendaraan THS.

17. Kepala Regu (Foreman)

Tugas dan tanggung jawab :

a. Mengembangkan menganalisa PKB dari Service Advisor untuk

mendistribusikan job kepada mekanik.

b. Mengawasi kerja mekanik sesuai PKB dan flate rate yang

ditetapkan.

c. Membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi mekanik, dengan

menjelaskan cara “ Trouble Shooting “.

d. Mendukung mekanik dalam penyedian suku cadang dan penyediaan

tools.

e. Membuat laporan berkala mengenai job return, problem yang

dihadapi untuk diserahkan pada atasan.

f. Memeriksa hasil kerja mekanik sesuai dengan PKB.

g. Menjelaskan pada pelanggan tentang kondisi kendaraan yang sedang

diperbaiki.

h. Melakukan test drive terhadap kendaran yang telah selesai

diperbaiki.

Wewenang :

a. Membuat mendistribusikan pekerjaan pada mekanik.

b. Menolak/ menerima usulan penggantian parts setelah

dikonfirmasikan ke Service Advisor.

c. Mengusulkan training bagi mekanik.

d. Memberhentikan untuk sementara unit yang sedang ditangani

mekanik, jika terjadi kerusakan lain yang tidak ada dalam PKB,

dimana memerlukan parts yang tidak tersedia di gudang.

18. Mekanik

Tugas dan tanggung jawab :

a. Mengerjakan perbaikan/ perawatan kendaraan sesuai perintah yang

ada pada PKB, sesuai dengan standar pengerjaan dan standar K3

yang berlaku.

b. Mencatat pekerjaan yang dilakukan di kolom PKB dan mencatat

waktu kerja (waktu mulai dan waktu penyelesaian pekerjaan) pada

kertas kerja atau check sheet yang berlaku untuk menentukan flate

rate.

c. Menginformasikan kerusakan yang ditemukan diluar PKB pada

Foreman untuk ditindak lanjuti.

d. Memeriksa ulang hasil kerjanya dan menyerahkan PKB yang telah

diisi kepada Kepala Regu/ Foreman untuk diperiksa.

e. Memelihara menjaga kebersihan dan kelengkapan peralatan kerja,

menjaga kerapian dan kebersihan tempat kerjanya.

3.2 Metode Tugas Akhir

Dalam usaha mengumpulkan dan mendapatkan data lengkap unntuk

menyusun laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif,

dengan tujuan menggambarkan dan membahas keadaan perusahaan

berdasarkan fakta yang ada sesuai dengan objek .

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Studi lapangan (Field research)

Mengadakan penelitian secara langsung ke AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung yang menjadi objek peneliltian untuk memperoleh data-data

masukan mengenai masalah yang akan diteliti.

a. Observasi (Observation)

Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap AUTO 2000

Cabang Cibiru Bandung khususnya pada bagian administrasi unit.

b. Wawancara (Interview)

Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab kepada bagian

penjualan dan bagian lain yang berhubungan dengan piutang pada

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung.

2. Studi kepustakaan (Library research)

Dalam studi kepustakaan, penulis melakukan penelitian dengan mencari

referensi dan teori-teori yang berhubungan dengan analisis piutang usaha.

BAB IV

ANALISIS

4.1 Perhitungan Nilai Piutang Usaha dengan Menggunakan Rasio Receivable

Turnover dan Receivable Collection Period pada AUTO 2000 Cabang

Cibiru Bandung

Setelah melakukan kerja praktik AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung, penulis memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun

Laporan Tugas Akhir. Sesuai dengan analisis dan metode tugas akhir yang

digunakan maka data yang diperlukan adalah laporan realisasi penjualan

kendaraan dari tahun 2010 sampai dengan 2011 dan daftar piutang pada

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dari tahun 2009 sampai dengan 2011.

Data tersebut akan diolah ke dalam rasio keuangan, yaitu dengan

menggunakan rasio receivable turnover dan receivable collection period.

Adapun Laporan realisasi penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung periode 2010 dan 2011 disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Realisasi Penjualan per 31 Desember 2010 dan 2011

Keterangan 31 Desember 2010 31 Desember 2011

Unit Jumlah Unit Jumlah

Penjualan Kredit 637 Rp 118.031.254.348 744 Rp 140.281.623.805

Penjualan Tunai 529 Rp 98.019.675.902 527 Rp 99.366.150.195

Total Penjualan 1166 Rp 216.050.930.250 1271 Rp 239.647.774.000

Sumber:Laporan Realisasi Penjualan - Unit AR Toyota Sales Operation (AUTO 2000)

Cabang Cibiru Bandung

Berdasarkan laporan realisasi penjualan di atas dapat dijelaskan bahwa

kondisi penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dari tahun 2010

sampai dengan 2011 terjadi peningkatan, yaitu pada tahun 2010 penjualannya

sebesar Rp 216.050.930.250 dan pada tahun 2011 sebesar Rp

239.647.774.000 sehingga terjadi peningkatan sebesar Rp 23.596.843.750

atau meningkat sebesar 10,92 %. Penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung mencakup penjualan tunai dan penjualan kredit, hasil realisasi

penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung menunjukan hasil

penjualan kredit lebih besar dan lebih meningkat dibandingkan dengan

penjualan tunai, yaitu pada tahun 2010 penjualan kredit nya sebesar Rp

118.031.254348 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 140.281.623.805 sehingga

terjadi peningkatan sebesar Rp 22.250.369.457 atau sebesar 18,85%.

Selanjutnya adapun tabel yang menunjukan kondisi piutang pada

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung periode 2010 dan 2011 yang disajikan

pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Daftar Piutang Per 31 Desember 2009, 2010 dan 2011

Tahun Jumlah Penagihan Jumlah Piutang Piutang

Tertunggak

2009 Rp 9.394.825.000 Rp 7.041.349.991 Rp 277.250.000

2010 Rp28.834.685.000 Rp18.599.313.513 Rp5.844.428.480

2011 Rp19.964.985.000 Rp15.013.722.636 Rp2.271.890.860

Sumber:Daftar Piutang - Unit AR Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru

Bandung

Pada daftar piutang AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dapat

diketahui bahwa dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi kenaikkan pada piutang,

yaitu 2009 sebesar Rp 7.041.349.991 dan tahun 2010 sebesar

Rp18.599.313.513, kenaikkan nya sebesar Rp 11.557.963.522 atau sebesar

164,14%. Sedangkan tahun 2010 sampai dengan 2011 mengalami penurunan,

yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp 18.599.313.513 dan tahun 2011 sebesar Rp

15.013.722.636 yang berarti terjadi penurunan sebesar Rp 3.585.590.877 atau

sebesar 19,28%. Selain itu jumlah piutang yang tertunggak dari tahun 2009

sampai tahun 2010 juga mengalami kenaikkan yaitu masing-masing sebesar

Rp 277.250.000 dan Rp 5.844.428.480. Sedangkan dari tahun 2010 sampai

dengan 2011 mengalami penurunan yaitu tahun 2011 sebesar Rp

2.271.890.860, maka selisih penurunannya sebesar Rp 3.572.537.620 atau

sebesar 61,13%.

Berdasarkan data dari laporan realisasi penjualan dan daftar piutang

pada AUTO 2000 Cibiru Bandung diperoleh data-data yang akan dijadikan

sebagai bahan informasi atau bahan perhitungan analisis piutang usaha

dengan menggunakan rasio perputaran piutang (receivable turnover) dan

receivable collection period.

Adapun perhitungan rasio piutang usaha pada AUTO 2000 Cibiru

Bandung periode 2010 dan 2011 yang terdiri dari rasio perputaran piutang

(receivable turnover) dan receivable collection period.

1. Receivable Turnover (Perputaran Piutang)

Rasio perputaran piutang menunjukan seberapa kali piutang dapat

tertagih dalam satu periode. Rasio ini merupakan rasio yang mengukur

efektivitas pengelolaan piutang. Rasio perputaran piutang mengukur

beberapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama suatu

periode. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan

dalam mengelola piutangnya. Rasio ini menunjukkan berapa cepat

penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan

piutang dilakukan dengan cepat

Semakin tinggi rasio (receivable turnover) menunjukan modal

kerja yang ditanam dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio semakin

rendah terdapat over investment dalam piutang sehingga memerlukan

analisa lebih lanjut, mungkin bagian kredit dan penagihan bekerja tidak

efektif atau mungkin terdapat perubahan dalam kebijakan pemberian

kredit.

Adapun rumus dan perhitungan yang digunakan dalam menghitung

analisis rasio periode 2010 dan 2011 yaitu:

Receivable Turnover = x 1 time

Tahun 2010:

Average Receivable =

= 12.820.331.752

Receivable Turnover = x 1

= 9 x

Tahun 2011:

Average Receivable =

= 16.806.518.075

Receivable Turnover = x 1

= 8 x

2. Receivable Collection Period

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukan periode pengumpulan

piutang usaha dalam satu periode. Rasio ini disebut juga dengan rata-rata

periode pengumpulan piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana

suatu perusahaan melihat periode pengumpulan piutang yang akan

terlihat. Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan,

rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya

perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.

Rasio ini menunjukan berapa lama perusahaan melakukan penagihan

piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik

Adapun rumus dan perhitungan yang digunakan dalam

menghitung analisis rasio periode 2010 dan 2011adalah:

Receivable collection period =

Tahun 2010:

Average Receivable =

= 12.820.331.752

Receivable Collection Period =

= 39 hari

Tahun 2011:

Average Receivable =

= 16.806.518.075

Receivable Collection Period =

= 43 hari

4.2 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio Receivable

Turnover dan Receivable Collection Period AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung

4.2.1 Interpretasi Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio Receivable

Turnover (Perputaran Piutang)AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Berikut ini adalah perbandingan rasio perputaran piutang AUTO

2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 dan 2011 :

Tabel 4.3

Perbandingan Analisis Rasio Receivable Turnover (Perputaran Piutang)

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Rasio Analisis

Piutang Tahun 2010 Tahun 2011

Selisih

Naik/ Turun

Receivable Turnover 9x 8x 1 x

Sumber : Data diolah dari laporan realisasi penjualan dan daftar piutang AUTO 2000

Cabang Cibiru Bandung

Berdasarkan tabel perbandingan diatas dapat diketahui :

Rasio receivable turnover pada AUTO 2000 cabang Cibiru Bandung pada

tahun 2010 yaitu sebesar 9 kali, dan pada tahun 2011 yaitu sebesar 8 kali,

yang menunjukan piutang dapat tertagih dalam satu periode yaitu pada

tahun 2010 sebesar 9 kali perputaran dan pada tahun 2011 sebesar 8 kali

perputaran. Rasio receivable turnover pada AUTO 2000 cabang Cibiru

Bandung pada tahun 2010 sampai dengan 2011 mengalami penurunan

sebesar 1 kali perputaran. Penurunan tersebut disebabkan karena penjualan

kredit pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami peningkatan dan piutang

usaha dari tahun 2009 sampai 2010 juga mengalami peningkatan, yaitu:

a. Pada tahun 2010 jumlah penjualan kredit pada AUTO 2000 Cabang

Cibiru Bandung meningkat menjadi Rp 118.031.254.348, sedangkan

pada tahun 2011 naik menjadi Rp 140.281.623.805, sehingga mengalami

kenaikan sebesar Rp 22.250.369.457 atau sebesar 18,85%. Hal ini

disebabkan oleh meningkatnya kinerja AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung dalam melakukan strategi pemasaran produknya untuk

memenuhi target penjualan yang telah ditetapkan, dan pelayanannya

yang bagus dan juga terdapat beberapa kelebihan dari AUTO 2000

sehingga dapat menarik perhatian konsumen, yaitu :

1) Pelayanan AUTO 2000 yang baik dengan memberi kemudahan

kepada konsumen, diantaranya kemudahan mendapatkan informasi,

dengan menyediakan berbagai sumber, mulai dari kantor cabang,

pameran, situs web, telpon, hingga call center dan lain-lain,

kemudahan pembelian bagi konsumen dengan menyediakan

berbagai fasilitas termasuk tukar tambah, proses kredit dan asuransi,

kemudahan layanan purna jual dengan memberikan servis bengkel

yang lengkap dan terpadu, maka konsumen pun tidak ragu untuk

membeli kendaraan, sehingga permintaan konsumen dalam membeli

kendaraan secara kredit pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

semakin meningkat, yaitu pada tahun 2010 sebesar 637 unit dan

tahun 2011 meningkat menjadi 744 unit.

2) AUTO 2000 menyediakan 16 jenis mobil baru merk Toyota dengan

berbagai type dan harga yang sesuai dengan kualitas produk yang

diberikan oleh AUTO 2000.

3) AUTO 2000 memberikan rasa aman dan nyaman kepada konsumen

dalam memiliki Toyota baru, untuk memberikan ketenangan bagi

konsumen saat berkendara, AUTO 2000 bekerjasama dengan

Asuransi Astra Buana atau Garda Oto dan Toyota Insurance yang

menyediakan layanan asuransi bagi kendaraan Toyota. Konsumen

akan mendapat kemudahan dalam proses klaim, mendapatkan

kualitas perbaikan dan hasil pengerjaan sesuai standard bengkel

resmi Toyota serta memperoleh garansi hasil pengerjaan bengkel

resmi Toyota.

4) Dalam penjualan kredit AUTO 2000 Cabang Cibiru telah bekerja

sama dengan leasing ACC (Astra Credit Company) dan TAFS

(Toyota Astra Financial Service), yang menyediakan program kredit

yang dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Di AUTO 2000 konsumen juga dapat mengatur sendiri besarnya DP

dan angsuran sesuai dengan kemampuan keuangannya.

b. Pada tahun 2009 piutang usaha AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

yaitu sebesar Rp 7.041.349.991 sedangkan pada tahun 2010 naik menjadi

Rp18.599.313.513, sehingga selisih kenaikkannya sebesar Rp

11.557.963522 atau sebesar 164,14%. Hal ini terjadi karena penjualan

pada tahun 2010 sangat meningkat menjadi Rp 118.031.254.348,

sehingga mempengaruhi besarnya piutang usaha.

4.2.2 Interpretasi Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio Receivable

Collection Period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Berikut ini adalah perbandingan rasio receivable collection period

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 sampai dengan 2011:

Tabel 4.4

Perbandingan Analisis Rasio Receivable Collection Period

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Rasio Analisis

Piutang Tahun 2010 Tahun 2011

Selisih

Naik/ Turun

Receivable collection

period 39 hari 43 hari 4 hari

Sumber : Data diolah dari laporan realisasi penjualan dan daftar piutang AUTO 2000

Cabang Cibiru Bandung

Berdasarkan tabel perbandingan diatas dapat diketahui:

Rasio receivable collection period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung pada tahun 2010 sebesar 39 hari dan pada tahun 2011 sebesar 43

hari, menunjukan periode pengumpulan piutang usaha atau lamanya AUTO

2000 Cabang Cibiru Bandung melakukan penagihan piutang dalam satu

periode, yaitu tahun 2010 sebanyak 39 hari dan tahun 2011 sebanyak 43

hari. Rasio receivable collection period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung pada tahun 2010 sampai dengan 2011 mengalami kenaikkan

sebanyak 4 hari. Kenaikkan periode pengumpulan piutang dikarenakan oleh

meningkatnya piutang usaha pada tahun 2009 sampai tahun 2010, namun

pada tahun 2011 menngalami penurunan, yaitu:

a. Pada tahun 2009 piutang usaha sebesar Rp 7.041.349.991 sedangkan

pada tahun 2010 naik menjadi Rp18.599.313.513, yaitu selisihnya

sebesar Rp 11.557.963.522 atau sebesar 164,14%. Hal tersebut sangat

mempengaruhi tingkat piutang rata-rata pada 2010 dan periode

pengumpulan piutang usaha dari tahun 2010 sampai 2011 menjadi

kurang efisien. Peningkatan piutang usaha di tahun 2010 disebabkan

karena penjualan secara kredit semakin meningkat dan banyaknya

konsumen yang menunggak pembayaran angsuran.

b. Piutang usaha AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2011

mengalami penurunan, yaitu menjadi Rp 15.013.722.636, sehingga

selisih penurunanya sebesar Rp 3.585.590.877 atau sebesar 19,28%. Hal

ini disebabkan karena:

1) Di tahun 2011 semakin menurunnya konsumen yang menunggak

pembayaran angsuran dan pembayaran uang muka yang dilakukan

secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan

dan disepakati dalam tabel penentuan janji pembayaran dan rencana

penyerahan barang.

2) Meningkatnya kinerja AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dalam

melakukan penagihan uang muka yang belum dilunasi. Bentuk

penagihan yang dilakukan yaitu dengan mengirim faktur penjualan

kepada konsumen.

3) Dalam memutuskan pemberian kredit kepada konsumen, AUTO

2000 menjadi lebih selektif dalam menentukan persetujuan kredit

dengan melakukan evaluasi terhadap konsumen, sehingga konsumen

yang dapat membeli kendaraan hanya konsumen yang memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan. Evalusi yang dilakukan

diantaranya:

a) Melakukan survey dengan mendatangi tempat tinggal dan

lingkungan dan bertemu langsung dengan konsumen.

b) Melakukan wawancara dengan konsumen untuk memperoleh

gambaran lebih mendalam tentang konsumen melalui informasi

yang diperoleh langsung dari yang bersangkutan sehingga dapat

mendapatkan informasi yang lengkap tentang permohonan kredit.

c) Menganalisa sikap konsumen selama wawancara, dan

menganalisa kemudahan dalam memberikan data-data dan

informasi.

d) Melakukan konfirmasi ke tempat bekerja atau tempat usaha

konsumen.

e) Menganalisa sumber penghasilan konsumen apakah telah

memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan membandingkan

berapa % angsuran dengan penghasilan bersih konsumen.

Setelah dilakukan evaluasi dan survey, maka selanjutnya adalah

melakukan validasi dan verifikasi. Validasi dilakukan untuk

memastikan bahwa dokumen persyaratan kredit yang diserahkan sah

dan berlaku, selanjutnya verifikasi dilakukan untuk menguji

kebenaran data dan informasi atas aplikasi yang diajukan oleh

konsumen. Hal ini diterapkan oleh AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung untuk menghindari timbulnya piutang tak tertagih.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian perhitungan dan analisis piutang usaha pada

AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dengan menggunakan rasio receivable

turnover dan receivable collection period yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Rasio Receivable Turnover (Perputaran Piutang)

Rasio receivable turnover pada tahun 2010 sampai dengan 2011 yaitu

masing-masing 9 kali dan 8 kali, sehingga terjadi penurunan sebanyak 1

kali. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya penjualan kredit dan

meningkatnya jumlah piutang usaha dari tahun 2009 sampai 2010,

sedangkan tahun 2011 terjadi penurunan piutang usaha. Penjualan kredit

meningkat sebesar 18,85% dan piutang usaha di tahun 2010 meningkat

sebesar 164,14% dan di tahun 2010 turun sebesar 19,28%, hal ini

disebabkan karena pelayanan AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung yang

semakin baik dan selalu memberi kemudahan bagi konsumen untuk

mendapatkan informasi produk-produk yang sangat inovatif, dan sistem

teknologi informasi yang semakin baik.

2. Rasio Receivable Collection Period

Rasio receivable collection period pada tahun 2010 sampai dengan 2011

yaitu masing-masing 39 hari dan 43 hari, terjadi kenaikkan sebanyak 4

hari. Hal ini disebabkan karena banyak konsumen yang membayar

angsuran kendaraan tidak tepat waktu atau telah jatuh tempo. Namun di

tahun 2011 AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung menjadi lebih selektif

dalam menentukan persetujuan kredit, dengan melakukan evaluasi

terhadap konsumen, sehingga konsumen yang dapat membeli kendaraan

hanya konsumen yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kerja praktik dan hasil analisis yang dilakukan,

penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung, yaitu:

1. Sebaiknya AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung memperhatikan

penggunaan analisis rasio pada piutang usaha untuk dapat melihat

perkembangan penjualan kredit dan perkembangan piutang usaha.

2. Dalam melakukan penjualan kredit masih banyak data-data yang kurang

lengkap yang diberikan oleh konsumen, sehingga mennghambat dalam

proses pembuatan dokumen-dokumen dan banyak konsumen yang

kemampuan financial nya tidak memungkinkan dan sangat besar

kemungkinannya ditolak oleh leasing sehingga menyebabkan perusahaan

akan loss order. Hendaknya salesman lebih menegaskan lagi kepada

konsumen untuk melengkapi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan agar mempermudah dalam proses pembuatan dokumen-

dokumen, dan hendaknya salesman lebih selektif lagi dalam mencari

konsumen terutama dalam hal financial sehingga tidak akan terjadi loss

order, dan tidak terjadi penunggakan dalam pembayaran angsuran

kendaraan dan untuk menghindari terjadinya piutang tak tertagih, karena

hal tersebut akan merugikan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto. 2005. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE.

Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2010. Intermediate

Accounting. Thirteenth Edition. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.

Dwi Martani et al. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku

1. Jakarta: Salemba Empat.

Irham Fahmi. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Munawir S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:

Liberty.

Sofyan Syafri Harahap. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:

Rajawali Persada.

Susan Irawati. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka.

Warren Carl S., James M. Reeve, dan Philip E. Fees. 2005. Accounting. Edisi Dua

puluh satu. Jakarta : Salemba Empat.