24
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU Proses pembuatan kecap manis ampas tahu terdiri dari 4 tahap, yaitu : 1). persiapan ampas tahu, 2). pembuatan dan fermentasi koji, 3). pembuatan dan fermentasi moromi, dan 4). pemasakan. 1. Persiapan Ampas Tahu Limbah padat tahu atau biasa dikenal dengan ampas tahu merupakan hasil samping dari pabrik tahu. Ampas tahu yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ampas tahu segar yang mengandung kadar air yang tinggi yaitu sekitar 89,82% bb sehingga diperlukan tahapan pengepressan untuk mengurangi kadar air ampas tahu tersebut agar sesuai dengan kadar air untuk pembuatan koji yang berkisar antara 75-80% (Snyder (1987). Pada kisaran kadar air tersebut kerja dari kapang akan optimum karena sesuai dengan kondisi pertumbuhannya. Proses pengepressan dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan kain saring. Ampas tahu ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 2,12 % bb atau 20,82 % bk sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan kecap. Hasil analisis proksimat ampas tahu segar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Proksimat Ampas Tahu Komposisi Ampas Tahu Segar Air (% bb) Protein (% bb) Lemak (%) Abu (% bb) Karbohidrat by difference (%) 89,82 ± 0,00 2,12 ± 0,05 2,20 ± 0,06 0,38 ± 0,01 5,48 ± 0,01 Setelah proses pengepressan, ampas tahu dikukus dengan dua perlakuan waktu pengukusan yaitu 15 dan 30 menit. Proses pengukusan ampas tahu ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme yang mungkin mengkontaminasi ampas tahu selama proses pembuatan tahu, proses pengepressan dan lain-lain yang dapat menghambat proses pertumbuhan kapang pada proses fermentasi koji. Waktu pengukusan selama 15 menit merupakan waktu minimal yang cukup untuk mematikan mikroba yang tahan panas, karena sebelumnya ampas tahu telah mengalami proses pengukusan dan penggilingan dengan panas yang bertujuan untuk menginaktivasi enzim anti-nutrisi yang dapat menghambat penyerapan gizi yang terkandung dalam kedelai dan enzim lipoksigenase yang dapat menyebabkan bau langu, sehingga proses pengukusan ampas tahu tidak bertujuan untuk menginaktivasi enzim anti-nutrisi maupun enzim lipoksigenase melainkan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan kapang. 2. Pembuatan dan Fermentasi Koji Ampas tahu yang telah mengalami proses pengukusan akan mengalami peningkatan kadar air. Data kadar air ampas tahu yang telah mengalami pengepressan dan pengukusan dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan grafik, kadar air ampas tahu

A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU

Proses pembuatan kecap manis ampas tahu terdiri dari 4 tahap, yaitu : 1). persiapan

ampas tahu, 2). pembuatan dan fermentasi koji, 3). pembuatan dan fermentasi moromi, dan 4).

pemasakan.

1. Persiapan Ampas Tahu

Limbah padat tahu atau biasa dikenal dengan ampas tahu merupakan hasil samping

dari pabrik tahu. Ampas tahu yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ampas tahu

segar yang mengandung kadar air yang tinggi yaitu sekitar 89,82% bb sehingga

diperlukan tahapan pengepressan untuk mengurangi kadar air ampas tahu tersebut agar

sesuai dengan kadar air untuk pembuatan koji yang berkisar antara 75-80% (Snyder

(1987). Pada kisaran kadar air tersebut kerja dari kapang akan optimum karena sesuai

dengan kondisi pertumbuhannya. Proses pengepressan dilakukan dengan cara tradisional

yaitu menggunakan kain saring. Ampas tahu ini memiliki kandungan protein yang cukup

tinggi yaitu 2,12 % bb atau 20,82 % bk sehingga berpotensi sebagai bahan baku

pembuatan kecap. Hasil analisis proksimat ampas tahu segar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Proksimat Ampas Tahu

Komposisi Ampas Tahu Segar

Air (% bb)

Protein (% bb)

Lemak (%)

Abu (% bb)

Karbohidrat by difference (%)

89,82 ± 0,00

2,12 ± 0,05

2,20 ± 0,06

0,38 ± 0,01

5,48 ± 0,01

Setelah proses pengepressan, ampas tahu dikukus dengan dua perlakuan waktu

pengukusan yaitu 15 dan 30 menit. Proses pengukusan ampas tahu ini bertujuan untuk

mematikan mikroorganisme yang mungkin mengkontaminasi ampas tahu selama proses

pembuatan tahu, proses pengepressan dan lain-lain yang dapat menghambat proses

pertumbuhan kapang pada proses fermentasi koji. Waktu pengukusan selama 15 menit

merupakan waktu minimal yang cukup untuk mematikan mikroba yang tahan panas,

karena sebelumnya ampas tahu telah mengalami proses pengukusan dan penggilingan

dengan panas yang bertujuan untuk menginaktivasi enzim anti-nutrisi yang dapat

menghambat penyerapan gizi yang terkandung dalam kedelai dan enzim lipoksigenase

yang dapat menyebabkan bau langu, sehingga proses pengukusan ampas tahu tidak

bertujuan untuk menginaktivasi enzim anti-nutrisi maupun enzim lipoksigenase

melainkan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan

kapang.

2. Pembuatan dan Fermentasi Koji

Ampas tahu yang telah mengalami proses pengukusan akan mengalami

peningkatan kadar air. Data kadar air ampas tahu yang telah mengalami pengepressan dan

pengukusan dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan grafik, kadar air ampas tahu

Page 2: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

20

setelah proses pengepressan mengalami penurunan dari 89,82% menjadi 75,22%, namun

kembali mengalami peningkatan kadar air setelah proses pengukusan baik selama 15

menit maupun 30 menit. Kadar air ampas tahu setelah dikukus selama 15 menit yaitu

81,44% lebih rendah dibandingkan dengan kadar air ampas tahu yang dikukus selama 30

menit yaitu 87,34%. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu pengukusan maka semakin

banyak air/uap air yang terserap oleh ampas tahu.

Gambar 2. Grafik Kadar Air Ampas Tahu pada Perlakuan Pengepressan dan Pengukusan.

Setelah dikukus, ampas tahu didinginkan hingga suam-suam kuku sebelum

dicampur dengan tepung tapioka. Tepung tapioka yang akan dicampur dengan ampas tahu

terlebih dahulu disangrai selama 10 menit hingga kuning kecoklatan. Pada proses

pembuatan kecap Jepang, penyangraian dilakukan terhadap tepung gandum yang

bertujuan untuk menggelatinisasi pati gandum sehingga lebih mudah untuk dihidrolisis

dan dimanfaatkan oleh kapang, mudah menguapkan air, dan mematikan mikroorganisme

pengganggu (Huang dan Teng, 2004). Proses pencampuran ampas tahu dengan tepung

tapioka dilakukan dengan dua perlakuan untuk masing-masing perlakuan pengukusan

ampas tahu yaitu penambahan tepung tapioka sebanyak 5% dan 10% dalam basis 1 kg

ampas tahu kukus. Pemilihan jumlah pencampuran tersebut diperkirakan mampu

menghasilkan tekstur koji yang padat dan mengurangi kadar air bahan baku sehingga

membantu proses pertumbuhan kapang. Menurut Sentot Prasasto (2008) jumlah tepung

yang ditambahkan dalam pembuatan koji kecap berkisar antara 0-10%. Tujuan

penambahan tepung pada pembuatan kecap ampas tahu ini adalah untuk memadatkan

massa ampas tahu sehingga lebih kokoh dan mudah ditumbuhi kapang serta

menambahkan suplai karbohidrat bagi pertumbuhan kapang. Penambahan tepung juga

berfungsi meningkatkan cita rasa dan aroma yang dihasilkan oleh terbentuknya asam-

asam organik dan alkohol dan senyawa penyusun flavor yang lain (Astawan, 2009).

Campuran ampas tahu kukus dan tapioka yang telah disangrai kemudian ditaburi

laru tempe sebanyak 5 gr untuk 1 kg campuran ampas dan tepung tapioka, lalu diaduk-

aduk sampai rata. Setelah itu ampas yang telah ditaburi laru tempe diletakkan di atas

tampah setebal 2 cm yang telah dialasi daun pisang dan ditutup dengan daun pisang.

Tampah diletakkan di tempat yang terhindar dari serangga dan sinar matahari langsung

selama 3 hari pada suhu ruang sampai koji terbentuk. Koji yang telah jadi dapat dicirikan

dengan penampakan koji yang tertutup sempurna oleh miselium kapang yang kompak dan

tidak mudah hancur/kokoh serta mengeluarkan aroma khas tempe. Koji yang terbentuk

setelah 3 hari memiliki ciri-ciri miselia yang berwarna putih sehingga dapat diduga

89,82

75,22

81,44

87,34

sebelum press setelah press

tanpa kukus

setelah press

kukus 15

menit

setelah press

kukus 30

menit

Kadar air % bb

Page 3: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

21

kapang yang tumbuh pada koji merupakan kapang R.oryzae dan R.oligosporus. Hal ini

dikarenakan kapang R.oryzae memiliki karakteristik miselia yang berwarna putih. Ketika

dewasa, maka miselia putih akan tertutup oleh soprangium yang berwarna abu-abu

kecoklatan. Hifa kapang R. oryzae tidak bersepta dan tidak berwarna (jernih/hialin). Hifa

kapang terspesialisasi menjadi 3 bentuk, yaitu rhizoid, sporangiofor, dan sprorangium.

Rhizoid merupakan bentuk hifa yang menyerupai akar (tumbuh ke bawah). Sprorangiofor

aadalah hifa yang menyerupai batang (tumbuh ke atas). Sporangium adalah hifa

pembentuk spora dan berbentuk bulat, Suhu pertumbuhan maksimun adalah 33-36°C dan

suhu perturnbuhan optimum adalah + 30°C.

Kapang R.oligoporus juga memiliki karakteristik miselia yang berwarna putih.

Ketika dewasa, maka miselia putih akan tertutup oleh soprangium yang berwarna abu-

abu. Hifa kapang R. oligoporus tidak bersepta dan tidak berwarna (jemih/hialin). Hifa

kapang terspesialisasi menjadi 3 bentuk yaitu rhizoid, sporangiofor, dan sprorangium.

Rhizoid merupakan bentuk hifa yang menyerupai akar (tumbuh ko bawah). Sprorangiofor

adalah hifa yang menyerupai batang (tumbuh ke atas). Sporangium adalah hifa

pembentuk spora dan berbentuk bulat. Suhu pertumbuhan maksimun adalah 36-40°C dan

suhu pertumbuhan optimum adalah ± 33°C. R.oligosporus mempunyai aktivitas protease

dan lipase yang kuat dan dikombinasikan dengan sedikit aktivitas amylase, sedangkan

R.oryzae mempunyai aktivitas amylase yang lebih kuat (Shurtleff dan Aoyagi, 1979).

Menurut Fardiaz (1989), kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada

suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30 oC, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37

oC. Kapang dapat tumbuh pada kisaran

pH 3-9 dengan kelembaban 60-90%.

Fermentasi koji merupakan tahap awal fermentasi kecap sehingga proses ini

menentukan kualitas produk akhir kecap yang dihasilkan. Perubahan kimia besar yang

terjadi pada proses ini adalah degradasi protein dan karbohidrat yang disebabkan oleh

enzim pemecah yang dihasilkan koji. Menurut Flegel (1988), ada dua macam enzim yang

berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim

protease yang memberikan meaty flavor (gurih) dan enzim karbohidrase seperti α-

amilase, amiloglukosidae dan maltase yang berperan pada rasa manis.

Waktu fermentasi juga merupakan faktor penting dalam fermentasi koji. Menurut

Andesta (1987), perlakuan lama inkubasi koji tiga hari menghasilkan kandungan asam

nitrogen dan total nitrogen terbesar. Asam nitrogen berperan penting sebagai komponen

pembentuk flavor khas kecap. Selama masa fermentasi koji, fermentasi bahan

memberikan kelunakan, kemanisan, dan bau apek (jamuran) dimana pertumbuhan kapang

memenuhi seluruh permukaan hamparan kedelai. Menurut Wood (1982), inkubasi yang

terlalu cepat akan mengakibatkan kurang sempurnanya hidrolisa protein, sedangkan

menurut Steinkraus (1983), enzim yang dihasilkan oleh kapang akan sedikit dan tidak

akan menghasilkan komponen-komponen yang akan membentuk cita rasa khas kecap bila

waktu inkubasi terlalu cepat. Begitu pula bila waktu inkubasi yang terlalu lama akan

mengakibatkan produksi ammonia berlebihan sehingga terjadi pembentukan flavor yang

tidak dapat diterima (Wood, 1982).

Page 4: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

22

Gambar 3. Penampakan koji setelah inkubasi 3 hari

Menurut Yokotsuka dan sasaki (1998), kontaminan yang dapat tumbuh pada

fermentasi koji adalah Bacillus subtilis dan Rhizopus nigrificans. Bacillus subtilis muncul

ketika suhu dan kelembaban udara yang terlalu tinggi pada koji, sedangkan Rhizopus

nigrificans muncul ketika suhu pada koji terlalu rendah. Kontaminasi oleh Bacillus

subtilis yang terlalu banyak akan mengakibatkan pertumbuhan kapang pada koji terhenti

dan menyebabkan kenaikan total protease dan aktivitas protease alkali, tetapi menurunkan

daya cerna protein sebanyak 2-3%. Setelah inkubasi selama 3 hari, koji yang telah jadi

lalu dipotong kecil-kecil yang bertujuan untuk memudahkan proses pengeringan. Proses

pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven selama 4 jam pada suhu sekitar 50 –

60 oC. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dari koji yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroba pada proses fermentasi moromi sekaligus untuk

mempermudah proses ekstraksi, karena koji tidak mudah hancur dan larut dalam filtrat.

Kadar air koji kering yang baik untuk dilanjutkan ke proses fermentasi moromi adalah

<12% bb (Tarwiyah, 2001). Koji yang telah dikeringkan dapat disebut sebagai koji

kering. Selama proses pengeringan terjadi penurunan kadar air koji secara drastis yaitu

menjadi 7,38% (Tabel 8) untuk koji dengan penambahan tepung tapioka sebanyak 5%

dan 7,19% untuk koji dengan penambahan tepung tapioka sebanyak 10%. Menurut

Junaedi (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembuatan koji

adalah kadar air bahan baku, kelembaban ruang, suhu aerasi dan waktu fermentasi.

Tabel 8. Kadar air koji kering

Perlakuan Koji Kadar Air (%b/b)

Koji kering Penambahan 5% tapioka

Koji kering Penambahan 10% tapioka

7,38 ± 0,01

7,19 ± 0,01

3. Pembuatan dan Fermentasi Moromi

Tahapan selanjutnya adalah fermentasi moromi. Tahapan fermentasi ini disebut

juga dengan fermentasi garam. Menurut Fukushima (2003), larutan garam yang

digunakan berkisar 20-23%. Pada fermentasi ini, koji yang telah mengalami proses

pengeringan dicampur dengan larutan garam 23%. Larutan garam ini berfungsi sebagai

media fermentasi, selektor mikroorganisme yang diharapkan tumbuh yaitu BAL dan

khamir yang dianggap dapat menimbulkan flavor dan aroma khas kecap, menghentikan

pertumbuhan kapang lebih lanjut karena akan menyebabkan perubahan yang tidak

diinginkan (perubahan warna) dan menghilangkan rasa pahit yang disebabkan adanya

pemecahan protein oleh enzim protease. Kadar garam yang terlalu tinggi menimbulkan

tekanan osmotik serta jumlah ion-ion garam yang tinggi pula. Kedua kondisi tersebut

dapat mengganggu pertumbuhan dan merusak sel-sel khamir. Tingkat kadar garam

Page 5: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

23

berpengaruh secara signifikan terhadap populasi khamir selama tahap fermentasi garam.

Semakin tinggi kadar garam semakin drastis penurunan total khamir yang terjadi.

Koji yang telah kering direndam dalam larutan garam 23% dengan perbandingan

tiap 100 gram koji direndam dalam 1 liter larutan garam di wadah toples plastik hingga

terendan sempurna dan ditutup dengan kain saring untuk menciptakan suasana anaerob

fakultatif untuk lingkungan pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan untuk tumbuh.

Proses fermentasi ini berlangsung selama 1 dan 2 bulan. Menurut Suprapti (2005), lama

fermentasi moromi untuk pembuatan kecap ampas tahu dilakukan minimal 1-2 bulan

namun jangan lebih dari dua bulan. Perendaman dalam larutan garam selama 1 bulan

dipandang dari segi aktivitas proteolitiknya telah mencapai titik optimum dan

peningkatan jumlah total nitrogen cukup tinggi. Akan tetapi, semakin lama proses

perendaman maka semakin baik flavor yang dihasilkan karena makin terbentuk alkohol

dan senyawa-senyawa organik lainnya.

Fermentasi ini dilakukan dengan beberapa perlakuan selama proses fermentasi

berlangsung, diantaranya proses pengadukan, penjemuran di bawah sinar matahari dan

penambahan larutan garam pada waktu-waktu tertentu dengan konsentrasi yang lebih

rendah dibandingkan pada awal penambahan larutan garam untuk mencegah konsentrasi

garam yang terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan mikroorganisme halotoleran

inaktif. Proses pengadukan menurut Heseeltine dan Wang (1980) di dalam Steinkraus

(1983) bertujuan untuk memberikan aerasi yang cukup untuk pertumbuhan khamir,

mengontrol keseragaman suhu, mencegah tumbuhnya mikroorganisme anaerobik yang

tidak diinginkan dan untuk mengeluarkan karbondioksida. Selain itu, proses pengadukan

juga berfungsi untuk menghomogenkan larutan garam karena garam cenderung kembali

membentuk kristal. Pengadukan dilakukan dua kali sehari baik sebelum dijemur dan

sesudah dijemur dengan menggunakan pengaduk kayu. Pengadukan yang berlebihan

dapat menyebabkan koji menjadi hancur sehingga warna filtrat yang dihasilkan menjadi

lebih pekat. Selain itu, pengadukan yang berlebihan menyebabkan aroma filtrat hilang

karena terlalu banyak kontak dengan udara. Hal ini disebabkan karena filtrat

mengandung senyawa volatil dimana salah satu tahapan fermentasi yang terjadi adalah

fermentasi alkohol yang dilakukan oleh khamir. Proses penjemuran di bawah sinar

matahari dilakukan dengan membuka tutup toples yaitu kain saring agar sinar matahari

dapat masuk seluruhnya ke dalam toples. Penjemuran ini bertujuan untuk memanfaatkan

sinar UV untuk membunuh mikroorganisme pembusuk yang mungkin tumbuh pada

moromi. Sinar ultraviolet menyebabkan bakteri yang berada di udara atau yang berada

dilapisan permukaan suatu benda yang terpapar sinar ultraviolet akan mati. Sinar

ultraviolet memiliki kemampuan untuk mempengaruhi fungsi sel makhluk hidup dengan

mengubah material inti sel atau DNA, sehingga makhluk tersebut mati (Purwakusuma,

2007).

Selama fermentasi moromi, terdapat beberapa mikroorganisme yang berperan

penting, seperti Pediococcus halophilus, Zygosaccaromyces rouxii, dan Candida sp.

Pediococcus halophilus merupakan bakteri asam laktat yang berperan menghasilkan asam

laktat dan asam asetat dari gula sederhana hasil pemecahan enzim pada fermentasi koji

yang akan menurunkan pH larutan garam menjadi 4.8-5.0. Menurut Syaripuddin (1995),

terjadinya penurunan pH mencapai dibawah 5.5 memberikan isyarat yang tepat untuk

pengalihan fermentasi dari fermentasi asam laktat ke fermentasi alcohol oleh khamir.

Pada tahap ini enzim proteolitik dan glutaminase masih aktif. Setelah pH turun,

Page 6: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

24

pertumbuhan Pediococcus halophilus akan digantikan oleh Zygosaccaromyces rouxii,

yaitu khamir osmofilik yang berperan dalam fermentasi alkoholik. Zygosaccaromyces

rouxii akan mengubah sisa gula sederhana menjadi etanol dan beberapa komponen flavor.

Pada tahap akhir fermentasi moromi, khamir halofilik Candida sp.akan tumbuh dan

menghasilkan senyawa fenolik seperti 4-etil-guaiacol yang penting untuk pembentukan

aroma (Fukushima, 2003).

Berdasarkan sumber mikroba yang berpengaruh dalam fermentasi, fermentasi

dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu fermentasi spontan dan fermentasi tidak

spontan. Fermentasi spontan terjadi pada makanan yang dalam pembuatannya tidak

ditambahkan mikroba dalam bentuk starter tetapi mikroba yang berperan aktif dalam

proses fermentasi berkembang biak secara spontan karena lingkungan hidupnya yang

dibuat sesuai dengan pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). Fermentasi moromi dalam

pembuatan kecap ini merupakan fermentasi spontan dimana kedua jenis mikroorganisme

tersebut tumbuh secara spontan karena kondisi lingkungan yang mendukung dan selektif.

Moromi pada tahap awal tidak memiliki aroma kecap yang terlalu banyak akan

tetapi masih memberikan aroma seperti koji (Nunomura dan sasaki, 1992). Fermentasi

moromi merupakan tahapan yang paling berkontribusi dalam pembantukan flavor kecap.

Komponen-komponen flavor terutama dibentuk selama fermentasi khamir. Aroma yang

menyenangkan dan flavor dari produk akhir kecap sebagian besar terbentuk dari aktivitas

khamir. Proses fermentasi moromi berperan dalam pembentukan prekursor flavor kecap

manis dengan cara mendegradasi koji menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana. Enzim

yang dikeluarkan oleh kapang masih bekerja terus sedangkan kapangnya sendiri mati

dalam larutan garam (Yong dan Wood, 1997).

4. Pemasakan

Moromi yang dihasilkan dari fermentasi garam selama 1 maupun 2 bulan

ditambahkan air dengan perbandingan 1,5 liter untuk setiap 1 liter moromi. Setelah itu

dilakukan pasteurisasi pada suhu sekitar 60-70 oC di atas kompor selama kurang lebih 15-

20 menit. Menurut Huang dan Teng (2004), proses pasteurisasi berguna untuk: 1).

mematangkan flavor kecap dengan menghilangkan flavor kecap yang tidak diinginkan

dan menginduksi flavor, misalnya aldehid dan asetal, 2). membunuh mikroorganisme

hidup dalam proses fermentasi untuk menjamin kualitas, 3). menginaktivasi seluruh

enzim yang terlarut dalam kecap, 4). meningkatkan intensitas warna dengan

meningkatkan melanin, dan 5). meningkatkan kecerahan dengan mengendapkan

koagulan. Setelah proses pasteurisasi selesai, cairan tersebut disaring dengan kain saring.

Cairan hasil penyaringan ini disebut dengan kecap mentah.

Cairan kecap mentah dipindahkan ke dalam panci, kemudian ditambahkan

campuran gula merah yaitu gula kelapa dan gula aren dengan perbandingan 1:1 sebanyak

1,5 kg untuk setiap 1 L kecap mentah, lalu dimasak hingga mendidih selama sekitar 45

menit. Rasio pemilihan campuran gula kelapa dengan gula aren dengan perbandingan 1:1

dikarenakan terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing gula.

Gula aren memiliki warna yang lebih hitam dan sifat higroskopis yang rendah sehingga

tidak mudah menyerap air dan berubah menjadi cair, namun aroma dan rasa yang

dimilikinya sangat tajam dan kurang manis dibandingkan dengan gula kelapa. Sedangkan

gula kelapa memiliki cita rasa yang lebih baik dari gula aren, namun sifat higroskopisnya

lebih tinggi sehingga cepat mencair. Dengan pertimbangan tersebut maka diharapkan

Page 7: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

25

dengan pencampuran kedua gula akan memberikan cita rasa yang enak dan warna kecap

yang lebih hitam. Selama proses pemasakan, ditambahkan bumbu yang telah disiapkan

dengan perbandingan bumbu dan kecap mentah sebesar 5 g campuran bumbu untuk setiap

1 liter kecap mentah. Proses pemasakan dilakukan dengan mengaduk kecap mentah

tersebut hingga mendidih, setelah kecap mendidih ditambahkan pengental yaitu 6 sendok

teh larutan maizena (8 gram pati jagung atau maizena yang dilarutkan dalam 50 ml air

matang) untuk setiap 1 liter kecap mentah.

Pati jagung atau yang lebih dikenal sebagai maizena adalah pati yang berasal dari

sari pati jagung dengan kandungan pati dan kandungan gluten yang tinggi (Direktorat

Gizi Departemen Kesehatan RI, 1990). Pati jagung pada umumnya mengandung 74 –

76% amilopektin dan 24–26 % amilosa. Beberapa sifat pati jagung adalah tidak larut pada

air dingin tetapi larut dalam air panas, dapat membentuk gel yang bersifat kental sehingga

dapat mengatur tekstur dan sifat gelnya. Granula pati jagung dapat menyerap air dan

membengkak, tetapi tidak dapat kembali seperti semula (retrogradasi). Air yang terserap

dalam molekul menyebabkan granula mengembang. Pada proses gelatinisasi terjadi

perusakan ikatan hidrogen intramolekuler. Ikatan hidrogen berperan mempertahankan

struktur integritas granula. Terdapatnya gugus hidroksil bebas akan menyerap air,

sehingga terjadi pembengkakan granula pati. Dengan demikian, semakin banyak jumlah

gugus hidroksil dari molekul pati semakin tinggi kemampuannya menyerap air Oleh

karena itu, absorbsi air sangat berpengaruh terhadap viskositas (Anonymous, 2004).

Diketahui kadar amilosa pada pati jagung sebesar 25-30% sedangkan amilopektin

50-75%. Selama proses pemasakan dilakukan proses pengadukan secara terus menerus

untuk menghindari terjadinya kerak dan over karamelisasi pada kecap yang berada di

dasar panci. Selain waktu pemasakan, indikator yang digunakan dalam penentuan kecap

tersebut telah masak adalah dengan melihat kekentalannya dengan cara mengambil satu

sendok kecap dan dimiringkan, apabila kecap jatuh secara lambat dan terus menerus maka

kecap telah masak dan proses pemasakan dihentikan. Proses pemasakan ini bertujuan

untuk mematikan mikroorganisme, menginaktivasi kerja enzim dan untuk meningkatkan

kualitas kecap terutama dari segi flavor dan warna kecap.

Proses pemasakan merupakan tahapan penting dalam menentukan warna dan

flavor kecap. Hal ini dikarenakan selama proses pemasakan terjadi dua reaksi penting

yaitu reaksi karamelisasi dan reaksi maillard. Kedua reaksi tersebut tidak hanya

menyebabkan peningkatan warna dari kecap tetapi juga meningkatkan flavor. Diketahu

bahwa total kandungan dari aldehid, diasetil, asetilpropionil, asetilbutiril dan komponen

bebas fenolik meningkat selama pemasakan. Pada proses pemasakan terjadi reaksi

karamelisasi yaitu saat pemasakan gula dan reaksi maillard antara gula dan kecap mentah.

Reaksi karamelisasi selain menentukan warna kecap yang dihasilkan juga mempengaruhi

rasa kecap. Hal ini dikarenakan selain menghasilkan pigmen karamel yang berwarna

coklat, reaksi karamelisasi juga berhubungan dengan pembentukan flavor. Senyawa 3-

deoksiosilosa yang merupakan senyawa intermediet yang dihasilkan dari tahap dehidrasi

pada reaksi karamelisasi, tidak hanya menyebabkan pembentukan warna coklat tetapi

juga berperan dalam menghasilkan senyawa volatil yang berkaitan dengan flavor karamel

(Eskin et al., 1971).

Saat reaksi karamelisasi terjadi reaksi pemecahan komponen gula kompleks

menjadi senyawa gula sederhana, senyawa gula tersebut akan berinteraksi dengan asam

amino yang berasal dari cairan hasil penyaringan moromi, dimana reaksi ini disebut

Page 8: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

26

dengan reaksi maillard. Reaksi maillard menghasilkan komponen volatil yang akan

menentukan flavor kecap. Hal ini ditunjukkan dengan jenis komponen volatil yang

terbentuk di dalam kecap sebagian besar merupakan hasil reaksi maillard seperti furan,

pirazin, sebagian aldehid dan keton, pirol, piran dan tiazol (Wiratma, 1994). Selain

menghasilkan komponen volatil, reaksi maillard juga menghasilkan pigmen melanoidin

yang berwarna coklat yang menyebabkan kecap mempunyai warna coklat kehitaman.

Setelah proses pemasakan selama sekitar 40 menit, dilakukan penyaringan

menggunakan kain saring dalam kondisi yang masih panas. Penyaringan ini berfungsi

untuk memisahkan kotoran fisik yang terbawa oleh bahan baku gula merah dan bumbu

yang tidak larut. Kecap yang telah disaring didinginkan di wadah selama beberapa jam

setelah itu siap dibotolkan dan dianalisis lebih lanjut.

B. Analisis Sifat Fisik Kecap Manis Ampas Tahu

Parameter yang cukup penting dalam penentuan kualitas kecap manis adalah sifat

fisik yang meliputi total padatan terlarut dan viskositas.

a. Total Padatan Terlarut

Analisis total padatan terlarut dilakukan untuk mengamati padatan terlarut

yang dihasilkan selama proses fermentasi. Hal ini disebabkan karena selama proses

fermentasi moromi akan menghasilkan senyawa-senyawa sederhana yang larut

dalam filtrat, sehingga analisis total padatan terlarut ini perlu dilakukan. Total

padatan terlarut erat hubungannya dengan kadar gula produk, karena TPT diukur

berdasarkan persentase gula produk. Analisis total padatan terlarut dilakukan pada

kedelapan sampel kecap manis ampas tahu dimana setiap perlakuan terdapat tiga

kali ulangan percobaan dengan masing-masing pengukuran dilakukan secara simplo.

Dari hasil uji TPT dengan refraktometer diperoleh nilai total padatan terlarut

dari kedelapan perlakuan berkisar antara 71.33–76 obrix. Nilai total padatan terlarut

tertinggi didapatkan pada sampel kecap manis ampas tahu pada perlakuan lama

pengukusan 15 menit, penambahan tepung tapioka sebanyak 5% dengan lama

fermentasi selama 2 bulan sebesar 76.00 ± 0.71 obrix (Tabel 9). Hal-hal lain yang

dapat mempengaruhi total padatan terlarut pada kecap manis ampas tahu adalah

banyaknya gula yang digunakan, jenis gula, kadar garam, pengental, bumbu dan

lain-lain. Jenis gula yang digunakan pada pembuatan kecap manis ampas tahu

adalah gula kelapa dan gula aren yang berbeda karakteristiknya. Gula aren memiliki

kadar sukrosa paling tinggi yaitu 40,5% dibandingkan gula kelapa yaitu 38% namun

memiliki total gula yang lebih rendah yaitu 89,2% dibandingkan dengan gula kelapa

yang memiliki total gula sebesar 91,4% (Itoh et al., 1985).

Tabel 9. Total Padatan Terlarut (obrix) Kecap Manis Ampas Tahu

Penambahan Tapioka

Lama pengukusan

Lama Fermentasi

1 bulan 2 bulan

5% 10% 5% 10%

15 menit 72.20 ± 0.71 71.33 ± 0.71 76.00 ± 0.71 75.50 ± 0.76

30 menit 73.67 ± 0.58 73.00 ± 0.71 74.80 ± 0.81 73.73 ± 0.71

Page 9: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

27

Berdasarkan hasil Univariate Analysis of Variance, perlakuan lamanya

fermentasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap total padatan terlarut kecap,

sedangkan perlakuan antara waktu pengukusan dan penambahan tepung tapioka

tidak memberikan pengaruh yang nyata. Interaksi antara lamanya fermentasi dengan

waktu pengukusan memberikan pengaruh yang nyata sedangkan interaksi antara

lama fermentasi dengan penambahan tepung tapioka, waktu pengukusan dengan

penambahan tepung tapioka maupun interaksi antara ketiga perlakuan tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap total padatan terlarut kecap manis ampas

tahu. Hasil analisis ANOVA total padatan terlarut dapat dilihat pada lampiran 3.b.

Bila dilihat dari lamanya fermentasi, maka semakin lama waktu fermentasi

maka semakin banyak padatan yang terlarut. Hal ini sesuai dengan hasil analisis

yang disajikan pada Tabel 9 yang menunjukkan kecap manis ampas tahu dengan

lama fermentasi 2 bulan menghasilkan nilai total padatan terlarut dengan kisaran 73-

76 obrix lebih tinggi dibandingkan dengan kecap manis ampas tahu dengan lama

fermentasi 1 bulan dengan kisaran 71-73 obrix. Hal ini mungkin disebabkan karena

kesempatan bekerja bagi bakteri asam laktat, khamir dan enzim-enzim yang

dihasilkan oleh kapang semakin lama dalam memecah substrat yang kompleks

menjadi komponen yang sederhana sehingga hasil pemecahan komponen-komponen

kompleks seperti protein dan karbohidrat menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana

dan mudah larut di dalam air semakin banyak.

b. Viskositas

Kecap termasuk dalam produk pangan cair (fluid). Viskositas atau kekentalan

adalah suatu hambatan yang menahan aliran zat cair secara molekuler yang

disebabkan oleh gerakan acak dari molekul zat cair tersebut (Susanto dan Yuwono,

2001). Dalam istilah reologi dapat dikatakan bahwa produk pangan dinyatakan

kental jika nilai kekentalannya tinggi, sebaliknya dikatakan encer bila nilai

kekentalannya rendah (Kusnandar & Andarwulan, 2004). Berdasarkan sifat

kekentalan dan kemudahannya untuk mengalir, produk pangan cair dapat dibagi

menjadi kelompok cairan Newtonian dan Non-Newtonian. Cairan Newtonian adalah

cairan yang nilai kekentalannya tidak dipengaruhi oleh besarnya gaya yang

mengalirkannya atau menggerakkannya

Produk yang kental seperti saus, kecap, madu dan sebagainya termasuk ke

dalam produk pangan yang bersifat non-newtonian. Hal ini dikarenakan, nilai

kekentalan produk sangat dipengaruhi oleh gaya yang diberikan, dimana nilai

kekentalannya bisa meningkat atau menurun Berdasarkan pola perubahan

kekentalannya, produk pangan kental non-Newtonian dapat dikelompokkan menjadi

produk pseudoplastik atau shear thinning, produk pangan dilatan atau shear

thickening, dan produk plastis. Produk pangan seperti kecap tergolong ke dalam

produk pangan yang bersifat plastis. Dimana produk pangan plastis adalah produk

yang nilai kekentalannya dalam keadaan normal memang sudah tinggi dan jika

dikenai gaya pengaliran yang besar, kekentalannya tiba-tiba menurun tajam,

sehingga produk yang tadinya susah digerakkan atau dialirkan setelah diberikan

gaya secara tiba-tiba menjadi lebih mudah mengalir (Kusnandar & Andarwulan,

2004).

Page 10: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

28

Hasil uji viskositas yang dilakukan pada kedelapan perlakuan memiliki nilai

viskositas berkisar antara 1716.67-1933.33 cp (Tabel 9). Hasil ini menunjukkan

kecap manis ampas tahu dari kedelapan perlakuan memiliki kekentalan yang cukup

kental namun tetap mudah mengalir. Nilai viskositas tertinggi ditunjukan pada

kecap manis ampas tahu pada perlakuan lamanya pengukusan selama 15 menit, rasio

tepung tapioka 10% dengan lama fermentasi selama 2 bulan yaitu sebesar 1933.33 ±

115.47 cp. Nilai viskositas dapat dipengaruhi oleh jumlah gula yang digunakan,

pengental, lamanya pemasakan, pengadukan dan suhu yang digunakan. Semakin

banyak gula yang digunakan maka semakin kental kecap yang dihasilkan. Hal ini

dikarenakan gula merah akan mengalami pelelehan dan membentuk kristal baru

pada proses gelatinisasi dengan adanya komponen lain seperti pati dan protein

sehingga penambahan gula merah akan berpengaruh pada viskositas (Kisman,

2000). Begitu pula dengan ditambahkannya pengental yaitu pati maizena. Pati dalam

air jika dipanaskan maka akan terjadi peningkatan viskositas. Peningkatan viskositas

tidak hanya disebabkan oleh pembengkakan granula tetapi juga karena adanya

partikel-partikel terlarut di dalam pati dan interaksi antar granula yang membengkak.

Lamanya proses pemasakan juga mempengaruhi nilai kekentalan produk kecap.

Semakin lama proses pemasakan maka semakin banyak kesempatan gula dan

pengental dalam mengikat air. Selain itu semakin lama proses pemasakan maka

semakin banyak air yang menguap yang menyebabkan kadar air kecap semakin

rendah. Nilai viskositas erat kaitannya dengan total padatan terlarut yang

dikandungnya. Semakin tinggi total padatan terlarutnya maka semakin tinggi nilai

viskositasnya.

Tabel 10. Viskositas (cp) Kecap Manis Ampas Tahu

Penambahan Tapioka

Lama Pengukusan

Lama Fermentasi

1 bulan 2 bulan

5% 10% 5% 10%

15 menit 1723.33 ±

25.17

1716.67 ±

28.87

1920.00 ±

50.33

1933.33 ±

115.47

30 menit 1791.11 ±

10.18

1780.00 ±

20.00

1860.00 ±

121.65

1840.00 ±

34.64

Bila dilihat dari lamanya waktu fermentasi garam, maka semakin lama waktu

fermentasi garam maka semakin banyak kandungan padatan terlarutnya sehingga

nilai kekentalan dari suatu produk yang mengandung banyak padatan terlarutnya

semakin besar. Hal ini didukung oleh pernyataan Prasetyawati (2006), dimana

viskositas suatu cairan berhubungan langsung dengan konsentrasi padatan terlarut.

Selain itu, Kartika et al (1992), menyatakan bahwa kekentalan suatu larutan akan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, konsentrasi larutan, berat molekul

(BM) dan zat terlarut. Proses penambahan gula dan pengental juga mempengaruhi

nilai kekentalan akhir kecap manis ampas tahu. Penambahan gula akan

menyebabkan terikatnya air ke dalam bahan pangan, semakin meningkat konsentrasi

padatan terlarut di dalam larutan maka Aw semakin rendah (Buckle et al., 1987)

sedangkan keberadaan pati sebagai bahan pengental juga berperan dalam

peningkatan nilai viskositas suatu produk. Pati akan mengalami pemanasan selama

Page 11: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

29

proses pembuatan kecap. Akibat paparan panas, pati yang ditambahkan akan

membengkak dan menyerap air (pati tergelatinisasi) sehingga menyebabkan kadar

air produk menurun (Winarno, 1991).

C. Analisis Sifat Kimia Kecap Manis Ampas Tahu

Penentuan tingkat kualitas kecap manis selain dilihat dari sifat fisik, sifat kimia

juga merupakan parameter yang digunakan dalam menentukan kualitas kecap. Sifat kimia

tersebut antara lain adalah kandungan total nitrogen, kandungan alkohol, kandungan

sodium klorida, dan total gula (Fukushima, 2003). Dalam penelitian ini, dilakukan

analisis sifat kimia yang meliputi kadar protein, total gula, kadar NaCl dan kadar air.

a. Kadar Protein

Menurut judoamidjojo et al (1989), pada umumnya, kualitas produk sejenis

kecap dinilai dari kadar protein yang dikandungnya (total nitrogen). Total nitrogen

merupakan jumlah senyawa bernitrogen yang terdapat dalam suatu bahan. Berawal

dari fermentasi koji, protein dipecah menjadi senyawa-senyawa sederhana seperti

asam amino dan peptida kemudian pada fermentasi moromi enzim-enzim yang

dihasilkan oleh kapang terus bekerja dalam mendegradasi protein maupun peptida

menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti asam amino.

Protein awal yang dikandung pada ampas tahu segar hanya sebesar 2,12% bb

atau 20.82 % bk, sehingga protein kecap manis ampas tahu yang dihasilkan tidak

sebesar protein kecap manis berbahan dasar kacang kedelai yang memiliki kadar

protein mencapai 35%. Dari hasil uji kadar protein dari kedelapan perlakuan

didapatkan kisaran nilai kadar protein yaitu 1.16 – 1.99 g/100g bk yang disajikan

dalam Tabel 11. Kadar protein tertinggi didapatkan pada kecap manis ampas tahu

pada perlakuan lama pengukusan 15 menit, juumlah penambahan tepung tapioka

10% dengan lama fermentasi 1 bulan yaitu sebesar 1.99 ± 0.16 g/100g bk,

sedangkan kadar protein terendah didapatkan pada kecap manis perlakuan lama

pengukusan 30 menit, rasio tepung tapioka 5% dengan lama fermentasi 2 bulan

sebesar 1.16 ± 0.06 g/100g bk.

Tabel 11. Kadar Protein Kasar (%bk) Kecap Manis Ampas Tahu

Penambahan Tapioka

Lama Pengukusan

Lama Fermentasi

1 bulan 2 bulan

5% 10% 5% 10%

15 menit 1.94 ± 0.06 1.99 ± 0.16 1.22 ± 0.04 1.24 ± 0.08

30 menit 1.48 ± 0.12 1.57 ± 0.16 1.16 ± 0.06 1.17 ± 0.03

Berdasarkan hasil Univariate Analysis of Variance, perlakuan lamanya

fermentasi dan waktu pengukusan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

kadar protein, sedangkan perlakuan penambahan tepung tapioka tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap kadar protein kecap manis ampas tahu. Interaksi

antara lamanya fermentasi dengan waktu pengukusan memberikan pengaruh yang

nyata, sedangkan interaksi antara lamanya fermentasi dengan penambahan tepung

tapioka maupun interaksi antara waktu pengukusan dengan penambahan tepung

tapioka tidak memberikan pengaruh yang nyata. Begitu pula dengan interaksi dari

Page 12: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

30

kesemua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar protein

kecap manis ampas tahu. Hasil analisis ANOVA kadar protein dapat dilihat pada

lampiran 5.b.

Bila dilihat dari segi lamanya waktu fermentasi, maka semakin lama

fermentasi maka semakin rendah protein yang dihasilkan. Hal ini dapat disebabkan

karena menurut Hashiba (1976) nilai formol nitrogen filtrat moromi mencapai

maksimum pada lama fermentasi garam 1 bulan seiring dengan tercapainya jumlah

maksimum asam amino bebas dan jumlah asam glutamat. Formol nitrogen

merupakan ukuran jumlah protein yang dapat dipecah oleh enzim protease menjadi

asam amino maupun peptida. Hal ini didukung oleh pernyataan Kirimura et al

(1996) yang menyatakan total asam amino bebas dan nitrogen tertinggi didapatkan

pada lama fermentasi garam 1 bulan. Asam amino bebas pada sari moromi berumur

satu bulan mengandung asam glutamat dan asam aspartat yang paling tinggi

dibanding moromi berumur dua bulan (Husain, 1996). Diketahui bahwa senyawa

asam glutamat berperan penting dalam pembentukan flavor yaitu rasa umami atau

gurih. Pada lama fermentasi garam 2 bulan kesempatan untuk terjadinya proses

maillard yang melibatkan gula pereduksi dan asam amino lebih lama sehingga

terjadi penurunan jumlah asam amino pada lama fermentasi garam 2 bulan. Mikroba

yang terdapat pada moromi seperti bakteri asam laktat dan khamir osmofilik

maupun halofilik menggunakan nitrogen yang terdapat pada asam amino untuk

pertumbuhannya sehingga pada lama fermentasi garam 2 bulan total nitrogen yang

terkandung dalam moromi mengalami penurunan. Selain itu, komponen volatil yang

mengandung senyawa nitrogen seperti gas amoniak (NH3) sebagai hasil dari

metabolisme bakteri asam laktat dan khamir akan menguap pada proses pengadukan

maupun penjemuran sehingga ikut mengakibatkan penurunan total nitrogen pada

lama fermentasi garam 2 bulan.

Sedangkan bila dilihat dari segi lamanya waktu pengukusan maka semakin

lama waktu pengukusan maka semakin rendah kadar protein yang dihasilkan. Hal ini

diduga karena semakin lama waktu pengukusan maka kadar air ampas tahu yang

dihasilkan lebih tinggi yang menandakan ampas tahu kukus tersebut semakin basah

dan mengurangi kinerja tepung yang berfungsi untuk menurunkan kadar air ampas

tahu kukus. Selain itu, air yang berlebihan menghambat difusi oksigen ke dalam

butiran ampas tahu dan mengakibatkan pertumbuhan kapang terhambat sehingga

kapang tidak bekerja optimum dalam menghasilkan enzim protease karena kondisi

lingkungannya yang kurang optimum. Selain itu, semakin lama waktu pengukusan

maka semakin banyak protein yang terdenaturasi sehingga terjadi modifikasi pada

struktur sekunder, tersier dan kuartenener dari suatu protein yang mengakibatkan

terpecahnya ikatan hidrogen, ikatan garam, interaksi hidrofobik dan terbukanya

lipatan molekul protein (Winarno, 1992). Denaturasi mengakibatkan sifat protein

sukar larut dalam air. Hal ini dikarenakan lapisan molekul bagian dalam yang

bersifat hidrofobik akan keluar sedangkan bagian hidrofilik akan terlipat ke dalam.

Protein yang telah terdenaturasi dapat mengurangi derajat hidrolisis enzim protease

yang dikeluarkan kapang sehingga total asam amino maupun peptida yang

dihasilkan pada ampas tahu dengan lama pengukusan 30 menit lebih sedikit

dibandingkan pada ampas tahu dengan lama pengukusan 15 menit sehingga saat koji

direndam dalam larutan garam, jumlah peptida maupun asam amino yang larut

Page 13: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

31

dalam sari moromi lebih banyak didapatkan pada perlakuan lama pengukusan 15

menit. Hal inilah yang menyebabkan semakin lama dikukus dan semakin lama

waktu fermentasi akan mengakibatkan total nitrogen yang paling sedikit.

Penambahan tepung tapioka sebanyak 5% maupun 10% tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap kadar protein kecap. Hal ini diduga karena tepung

tapioka hanya mengandung kadar protein yang kecil yaitu sekitar 0.86 % per 100 g

(Pangestuti, 2010). Hal ini menunjukan bahwa penambahan tepung tapioka hingga

10% pada pembuatan koji tidak memberikan pengaruh pada kadar protein akhir

kecap manis ampas tahu. Proses pemasakan juga mempengaruhi kadar protein akhir

yang dikandung kecap. Semakin lama waktu pemasakan maka kandungan

proteinnya semakin rendah, hal ini dapat disebabkan terjadinya reaksi maillard

antara gula pereduksi yang terdapat pada gula aren maupun gula kelapa yaitu

fruktosa dan glukosa dengan asam amino seperti lisin, triptofan, asam glutamate,

dan glisin yang terdapat pada cairan kecap mentah yang membentuk suatu polimer

yang berwarna coklat yang disebut dengan melanoidin sehingga kadar protein pada

kecap lebih rendah dibandingkan dengan kadar protein saat fermentasi moromi.

Kriteria kualitas kecap kedelai berdasarkan kandungan protein menurut

Kuswanto dan Sardjono (1988) dibagi menjadi tiga kelas. Kecap manis berkualitas

baik (I) memiliki kandungan protein minimal 6%, sedangkan kecap manis

berkuallitas menengah (II) memiliki kandungan protein minimal 4-6% dan kecap

manis berkualitas rendah (III) memiliki kandungan protein minimal 2-4%. Oleh

karena itu bila dilihat dari kadar protein yang dikandung kecap manis ampas tahu

dengan kisaran 1.16-1.99 g/100g bk maka kecap manis ampas tahu tidak masuk ke

dalam kecap kedelai kualitas III.

b. Total Gula

Komponen terbesar kecap manis adalah karbohidrat, terutama sukrosa,

glukosa dan fruktosa. Tingginya kadar gula pada kecap manis ini disebabkan adanya

penambahan gula dalam proses pembuatannya. Sebagian besar kecap di Indonesia

menunjukkan perbedaan kandungan gula, komposisi asam dan konsentrasi asam

amino yang berhubungan dengan perlakuan fermentasi (Judoadmijojo, 1987).

Sukrosa pada kecap manis merupakan kandungan gula yang dominan, sehingga

sebagian besar sukrosa pada kecap manis diduga berasal dari sukrosa gula merah,

dimana diketahui gula aren memiliki kadar sukrosa paling tinggi dibandingkan

dengan gula lainnya (Itoh et al., 1985). Hasil analisis total gula dari kedelapan

perlakuan menghasilkan nilai total gula yang berkisar antara 60.31 - 75.65 %. Kadar

total gula tertinggi diperoleh pada kecap manis ampas tahu pada perlakuan lama

pengukusan 15 menit, rasio tepung tapioka 10% dengan lama fermentasi selama 2

bulan yaitu sebesar 75.65 ± 3.32 % (Tabel 12).

Tabel 12. Kadar Total Gula (%) Kecap Manis Ampas Tahu

Penambahan Tapioka

Lama Pengukusan

Lama Fermentasi

1 bulan 2 bulan

5% 10% 5% 10%

15 menit 60.87 ± 1.17 60.95 ± 1.98 74.09 ± 2.04 75.65 ± 3.32

30 menit 60.82 ± 0.38 60.31 ± 0.96 66.33 ± 2.38 67.37 ± 3.14

Page 14: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

32

Berdasarkan hasil Univariate Analysis of Variance, perlakuan lamanya

fermentasi dan waktu pengukusan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai

total gula, sedangkan perlakuan penambahan tepung tapioka tidak memberikan

pengaruh yang nyata. Interaksi antara lamanya fermentasi dengan waktu pengukusan

memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan interaksi antara lamanya fermentasi

dengan penambahan tepung tapioka maupun interaksi antara waktu pengukusan

dengan penambahan tepung tapioka tidak memberikan pengaruh yang nyata. Begitu

pula dengan interaksi dari kesemua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap kadar protein kecap manis ampas tahu. Hasil analisis ANOVA total

gula dapat dilihat pada lampiran 6.b.

Dari segi lamanya fermentasi, kecap manis ampas tahu dengan kadar total

gula tertinggi didapatkan pada kecap manis yang difermentasi selama 2 bulan. Hal

ini dapat disebabkan semakin lama fermentasi, bakteri asam laktat, khamir dan kerja

enzim dari kapang khususnya enzim amilolitik lebih lama dalam memecah substrat

karbohidrat menjadi gula-gula sederhana. Adanya ion Cl- dari hasil pemecahan

senyawa NaCl menjadi ion Na+ dan Cl

- dapat meningkatkan aktivitas kerja dan

kestabilan enzim alfa-amilase yang masih aktif pada fermentasi garam. Perlakuan

pengukusan berkorelasi dengan kadar air koji yang mempengaruhi kondisi

lingkungan bagi pertumbuhan kapang. Kadar air koji yang terlalu tinggi

mengakibatkan kapang tidak tumbuuh dengan optimum sehingga enzim-enzim yang

dihasilkan tidak banyak, terutama enzim amilolitik. Hal ini menyebabkan total gula

pada kecap manis ampas tahu dengan lama waktu pengukusan 30 menit lebih rendah

dibanding total gula kecap manis ampas tahu dengan lama waktu pengukusan 15

menit. Selain itu, total gula produk sejenis kecap juga dipengaruhi oleh penambahan

gula pada proses pembuatannya yaitu gula kelapa dan gula aren. Dimana kandungan

total gula dari gula kelapa lebih tinggi dibandingkan dengan total gula dari gula aren

(Itoh et al., 1985). Selain itu, komposisi gula terutama gula pereduksi memegang

peranan penting dalam pembentukan komponen volatil kecap manis. Komponen

volatil tersebut terutama adalah senyawa hasil reaksi Maillard, seperti keton, furan

dan pirazin.

c. Kadar NaCl

Salah satu parameter yang penting dalam penerimaan kecap adalah kadar

NaCl yang dikandung dalam kecap. Kecap dibagi menjai dua macam yaitu kecap

manis dan kecap asin, dimana yang menjadi salah satu unsur pembedanya adalah

kadar NaCl. Kecap asin memiliki kadar garam yang sangat tinggi yaitu 18,34%

sedangkan untuk kecap manis memiliki kadar garam 3-6% (Judoamidjojo et al.,

1989). Hasil analisis kadar NaCl dari kedelapan perlakuan menghasilkan kisaran

kadar NaCl antara 6.72-7.09 %. Data kadar NaCl pada kedelapan perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 13.

Page 15: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

33

Tabel 13. Kadar NaCl (%) Kecap Manis Ampas Tahu

Penambahan Tapioka

Lama Pengukusan

Lama Fermentasi

1 bulan 2 bulan

5% 10% 5% 10%

15 menit 7.09 ± 0.20 6.84 ± 0.54 6.98 ± 0.44 6.96 ± 0.14

30 menit 6.96 ± 0.26 7.05 ± 0.10 6.72 ± 0.44 6.79 ± 0.04

Berdasarkan hasil Univariate Analysis of Variance, perlakuan lamanya

fermentasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar NaCl kecap, sedangkan

perlakuan waktu pengukusan dan penambahan tepung tapioka tidak memberikan

pengaruh yang nyata. Hal ini dapat disebabkan karena semakin lama fermentasi,

kadar garam pada moromi semakin menurun karena adanya proses penambahan

larutan garam berkonsentrasi rendah. Hasil interaksi antara ketiga perlakuan tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar NaCl kecap manis ampas tahu.

Hasil analisis ANOVA total gula dapat dilihat pada lampiran 7.b.

Pada proses fermentasi moromi dilakukan proses penjemuran yang dilakukan

di bawah sinar matahari yang dapat menyebabkan air dalam larutan garam akan

menguap seiring dengan lama fermentasi sehingga kadar garam cenderung

meningkat dari waktu ke waktu karena garam tidak mengalami penguapan. Untuk

menghindari konsentrasi garam yang terlalu tinggi, maka dilakukan penambahan

larutan garam dengan konsentrasi yang rendah yaitu 10%. Penambahan larutan

garam dengan konsentrasi yang lebih rendah akan mengakibatkan kadar NaCl

menurun dan akan meningkat kembali pada saat air pada moromi mengalami

penuyusutan. Penurunan kadar NaCl selama fermentasi disebabkan oleh pecahnya

senyawa kompleks NaCl menjadi ion Na+

dan Cl-. Ion Na

+ dibutuhkan oleh BAL

sebagai substitusi ion K+ ketika terjadi difusi sedangkan ion Cl

- berikatan dengan air

bebas pada bahan yang menyebabkan ketersediaan air dalam bahan berkurang dan

menyebabkan suasana lingkungan menjadi asam karena terbentuk HCl sehingga

kadar garam menurun sedangkan populasi BAL meningkat (Desniar dan Timoryana,

2007). Kadar NaCl akhir kecap sebagian besar dipengaruhi oleh kadar garam yang

digunakan saat fermentasi moromi. Selain itu, kadar NaCl yang berbeda-beda dapat

disebabkan karena tidak dilakukannya pengontrolan kadar NaCl pada fermentasi

garam.

d. Kadar air

Kadar air pada kecap sangat menentukan umur lama penyimpanan dan

ketahanan produk terhadap pertumbuhan mikroba pembusuk. Kadar air yang terlalu

tinggi akan mengakibatkan kecap mudah rusak dan mempunyai umur simpan yang

pendek. Menurut Judoadmijojo (1987), kadar air pada kecap manis berkisar antara

20 – 29,61% bb. Hasil analisis kadar air dari kedelapan perlakuan menunjukan

kisaran kadar air yang dimiliki kecap manis ampas tahu berkisar antara 17,36 –

22,43 % bb (Tabel 14). Data kadar air yang diperoleh digunakan dalam perhitungan

kadar protein kasar basis kering. Hasil uji kadar air dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 16: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

34

Tabel 14. Kadar Air (%) Kecap Manis Ampas Tahu

Penambahan Tapioka

Lama Pengukusan

Lama Fermentasi

1 bulan 2 bulan

5% 10% 5% 10%

15 menit 17.36 ± 0.77 18.22 ± 1.85 18.82 ± 0.71 19.55 ± 0.45

30 menit 22.01 ± 1.07 22.43 ± 3.11 18.78 ± 1.25 21.65 ± 1.58

Berdasarkan hasil Univariate Analysis of Variance, perlakuan waktu

pengukusan ampas tahu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air kecap

manis ampas tahu sedangkan perlakuan lama fermentasi dan penambahan tepung

tapioka tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil interaksi antara perlakuan

lamanya waktu kukus dengan lama fermentasi memberikan pengaruh yang nyata

terhadap kadar air akhir kecap manis ampas tahu. Hasil analisis ANOVA kadar air

dapat dilihat pada lampiran 8.b.

Perlakuan lamanya waktu pengukusan ampas tahu mempengaruhi kadar air

koji saat proses pembentukan koji. Ampas tahu dengan lama waktu pengukusan

selama 30 menit mengandung kadar air yang lebih tinggi yaitu 87.34%

dibandingkan dengan kadar air ampas tahu dengan lama waktu pengukusan selama

15 menit yaitu 81.44%. Kadar air ampas tahu yang tinggi akan mengurangi fungsi

dari penambahan tepung yang berfungsi untuk mengurangi kadar air bahan baku

sehingga koji kering yang ditambahkan tepung tapioka sebanyak 10% mengandung

kadar air yang lebih kecil dibandingkan dengan kadar air koji kering yang

ditambahkan tepung tapioka sebanyak 5%. Kadar air koji kering akan

mempengaruhi kadar air saat fermentasi moromi. Kadar air moromi akan

mempengaruhi kadar air akhir kecap manis ampas tahu saat diproses menjadi kecap.

Kadar air kecap manis ampas tahu dengan waktu pengukusan ampas tahu selama 30

menit lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air kecap manis ampas tahu dengan

waktu pengukusan ampas tahu selama 15 menit.

Kadar air suatu produk sejenis kecap pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah

penambahan air saat proses pencampuran sari moromi dengan air, banyaknya gula

yang digunakan, jenis gula yang digunakan, lamanya waktu pemasakan dan adanya

penambahan pengental seperti tepung tapioka maupun tepung maizena. Semakin

banyak jumlah gula yang digunakan maka semakin rendah kadar air yang dikandung

suatu kecap. Hal ini dikarenakan gula akan mengikat air yang menyebabkan

menurunnya kadar air. Jenis gula seperti gula kelapa lebih bersifat higroskopis yang

artinya mudah menyerap dan melepaskan air sehingga penambahan gula kelapa pada

proses pembuatan kecap dapat lebih meningkatkan kekentalan atau mengurangi

kadar air dibandingkan dengan gula aren. Begitu pula dengan ditambahkannya

pengental yaitu pati jagung atau maizena yang dapat mengikat air selama proses

pemasakan kecap.

D. Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen pada

kecap manis ampas tahu. Penilaian organoleptik dilakukan dengan menggunakan metode

scoring yang mempresentasikan penilaian atribut secara keseluruhan/overall dengan

kisaran nilai yang diberikan adalah 1=sangat tidak suka, 2=tidak suka, 3=netral, 4=suka,

Page 17: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

35

5=sangat suka. Semakin besar skor yang diberikan maka kecap semakin disukai oleh

konsumen. Hasil penilaian yang diperoleh dari 70 konsumen lalu diolah dengan

menggunakan Univariate Analysis of Variance yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil

rata-rata skor kesukaan konsumen menunjukan sampel dengan nilai terendah yaitu 3.2

diperoleh pada sampel dengan perlakuan waktu kukus 30 menit, penambahan tepung

tapioka 10% dengan lama fermentasi 1 bulan dan sampel dengan perlakuan sedangkan

sampel dengan skor tertinggi yaitu 3.7 didapatkan pada sampel dengan perlakuan waktu

kukus 15 menit, penambahan tepung tapioka 10% dengan lama fermentasi 1 bulan. Tabel

hasil rata-rata skor kesukaan konsumen dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil rata-rata skor kesukaan konsumen kecap manis ampas tahu

Penambahan Tapioka

Lama Pengukusan

Lama Fermentasi

1 bulan 2 bulan

5% 10% 5% 10%

15 menit 3.3a 3.7

b 3.3

a 3.5

a

30 menit 3.4a 3.2

a 3.4

a 3.5

a

Keterangan : huruf a dan b menunjukkan sampel yang berada pada subset yang sama

Berdasarkan hasil Univariate Analysis of Variance, sampel berepengaruh nyata

pada skor kesukaan konsumen pada taraf 5%. Sedangkan dari hasil uji lanjut Duncan

(Lampiran 9.b) pada kolom pertama yaitu kolom sampel, sampel-sampel diurutkan

berdasarkan nilai rata-rata skor kesukaan dari yang terendah hingga yang tertinggi. Pada

kolom subset pertama, skor dari kedelapan sampel dibandingkan antara satu dengan yang

lainnya sedangkan pada kolom subset kedua, sampel yang dibandingkan merupakan tujuh

sampel dengan nilai tertinggi. Dari kolom subset pertama, sampel dengan perlakuan lama

fermentasi 1 bulan, waktu kukus 15 menit dengan penambahan tepung tapioka sebanyak

10% dengan skor rata-rata 3.7 berbeda nyata dengan ketujuh sampel lainnya. Hal ini

menunjukkan konsumen paling menyukai sampel kecap manis ampas tahu dengan

perlakuan waktu kukus 15 menit, penambahan tepung tapioka 10% dengan lama

fermentasi 1 bulan dibandingkan kecap manis ampas tahu perlakuan lainnya.

Penentuan tingkat kualitas suatu produk sejenis kecap didasarkan pada evaluasi

organoleptik, kandungan total nitrogen, kandungan senyawa alkohol, kandungan sodium

klorida dan warna (Fukushima, 2003). Hasil evaluasi organoleptik menunjukkan

konsumen lebih menyukai kecap manis ampas tahu dengan lama fermentasi garam selama

1 bulan dibandingkan dengan kecap hasil fermentasi selama dua bulan. Hal ini dapat

disebabkan karena komponen pembentuk flavor telah terbentuk secara sempurna selama 1

bulan. Pada makanan tradisional seperti kecap, proses fermentasi sengaja dilakukan untuk

mendegradasi komponen gizi bahan baku yang digunakan agar memberikan flavor yang

diharapkan.

Menurut (Kikimura et al., 1969), asam amino bebas dan beberapa peptida sangat

berpengaruh pada flavor bahan pangan yang memberikan rasa pada makanan. Asam amino

memiliki rasa manis, pahit, garam dan umami pada bahan pangan. Beberapa penelitian

yang telah dilakukan telah membuktikan bahwa hampir semua asam amino bebas

termasuk monosodium glutamat dan beberapa peptida memberikan rasa manis, pahit, asam

dan gurih sehingga berkontribusi terhadap pembentukan rasa makanan. Secara umum,

asam amino bebas pada sari moromi mengalami peningkatan dari awal fermentasi sampai

Page 18: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

36

1 bulan fermentasi. Asam amino bebas pada sari moromi berumur satu bulan mengandung

asam glutamat dan asam aspartat yang paling tinggi dibanding moromi berumur dua bulan

(Husain, 1996). Asam amino glutamat dan aspartat diduga berkontribusi terhadap rasa

gurih kecap manis yang diduga sebagian berinteraksi dengan NaCl moromi membentuk

garam glutamat dan garam aspartat. Dijelaskan lebih lanjut oleh Kikimura et al. (1969)

asam amino glutamat dan aspartat dalam bentuk bebaspun menimbulkan rasa asam dan

umami dan dalam bentuk Na-glutamat dan Na-aspartat rasa gurih asam kedua ini

meningkat. Diketahui juga bahwa asam glutamat menimbulkan rasa gurih yang lebih

tinggi dibanding dengan asam aspartat.

Selain itu, komponen volatil kecap manis sebagian terbentuk pada proses moromi

melalui reaksi Maillard (Apriyantono et al., 1996) disamping berasal dari gula kelapa.

Salah satunya adalah senyawa furan yaitu senyawa 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon

(furaneol). Furaneol merupakan salah satu senyawa penting yang berperan pada flavor

bahan pangan dengan memberikan aroma karamel, buah, hangus (burnt sugar) dan manis

(Scarpellino dan Soukup, 1993). Senyawa furaneol mengalami peningkatan pada kecap

manis tanpa fermentasi garam sampai kecap manis 1 bulan fermentasi. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Husain (1996) didapatkan bahwa kandungan gula pereduksi dan asam

amino bebas sari moromi meningkat dari awal fermentasi sampai 1 bulan fermentasi,

dimana asam amino glutamat mempunyai proporsi yang paling tinggi. Selain itu senyawa

pirol yaitu senyawa 1(1H pirol)etanon merupakan senyawa dominan yang terdapat pada

kecap manis. Pirol memberikan aroma asap dan aroma hangus. Komponen pirol tertinggi

terdapat pada kecap manis 1 bulan fermentasi.

Hasil uji statistik terhadap nilai kesukaan panelis pada rasa kecap manis yang

dibuat dari sari moromi 0-4 bulan fermentasi yang dilakukan oleh Husain (1996)

menunjukkan kecap manis 0 dan 1 bulan fermentasi menghasilkan flavor yang lebih

disukai dibanding dengan flavor kecap manis dari sari moromi 1.5, 2, 3 dan 4 bulan

fermentasi. Hasil ini sesuai dengan hasil pengujian organoleptik yang dilakukan dalam

penelitian ini, dimana panelis lebih menyukai kecap manis ampas tahu dengan lama

fermentasi 1 bulan.

E. Penentuan Formula Terpilih

Penentuan formula terpilih antara lama fermentasi, waktu kukus dan penambahan

tepung tapioka dari kedelapan perlakuan didasarkan pada kadar protein dan skor kesukaan

panelis tertinggi. Penentuan kecap formula terpilih berdasarkan kadar protein tertinggi

dikarenakan mutu kecap digolongkan berdasarkan kandungan proteinnya. Semakin tinggi

kadar protein yang dikandung suatu kecap maka semakin tinggi mutu/kualitas kecapnya.

Sampel dengan formulasi terpilih akan dianalisis lebih lanjut yaitu uji mikrobiologi untuk

mengetahui kelayakan mutunya serta pemenuhan standar keamanan menurut SNI 01-

3543-1999. Hasil rata-rata kadar protein dan skor organoleptok kecap manis ampas tahu

dari kedelapan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.

Dari hasil rata-rata kadar protein dan skor organoleptik kecap manis ampas tahu

dari kedelapan perlakuan, didapatkan formulasi yang menghasilkan kadar protein dan

tingkat kesukaan konsumen tertinggi ialah kecap manis ampas tahu dengan perlakuan

pengukusan ampas tahu selama 15 menit; penambahan tapioka 10% dengan lama

fermentasi 1 bulan. Kecap manis ampas tahu dengan perlakuan ini selanjutnya diuji lanjut

dengan uji mikrobiologi.

Page 19: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

37

Tabel 16. Hasil rata-rata kadar protein dan skor organoleptik kecap manis ampas tahu

Sampel Parameter Mutu

Kadar Protein (%) Skor Organoleptik

1 1.93 3.3

2 1.99 3.7

3 1.48 3.4

4 1.57 3.2

5 1.22 3.3

6 1.24 3.5

7 1.16 3.4

8 1.17 3.5

Keterangan sampel :

1 = perlakuan waktu kukus 15 menit, penambahan tepung tapioka 5%, fermentasi 1 bulan

2 = perlakuan waktu kukus 15 menit, penambahan tepung tapioka 10%, fermentasi 1 bulan

3 = perlakuan waktu kukus 30 menit, penambahan tepung tapioka 5%, fermentasi 1 bulan

4 = perlakuan waktu kukus 30 menit, penambahan tepung tapioka 10%, fermentasi 1 bulan

5 = perlakuan waktu kukus 15 menit, penambahan tepung tapioka 5%, fermentasi 2 bulan

6 = perlakuan waktu kukus 15 menit, penambahan tepung tapioka 10%, fermentasi 2 bulan

7 = perlakuan waktu kukus 30 menit, penambahan tepung tapioka 5%, fermentasi 2 bulan

8 = perlakuan waktu kukus 30 menit, penambahan tepung tapioka 10%, fermentasi 2 bulan

F. Uji Mikrobiologi pada Kecap Formula Terpilih

Uji mikrobiologi yang dilakukan pada kecap formula terpilih mengacu pada uji

mikrobiologi yang terdapat pada SNI 01-3543-1999 yang meliputi uji TPC, uji MPN

koliform, uji MPN Eschericia coli dan uji kapang/khamir. Uji mikrobiologi ini dilakukan

untuk mengetahui kesesuaian persyaratan mikrobiologi kecap manis ampas tahu formula

terpilih dengan persyaratan mutu kecap menurut SNI. Hasil dari keseluruhan uji

mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Pengujian Mikrobiologi Kecap Manis Ampas Tahu Formula Terpilih

Parameter Mutu

Kecap Manis

Ampas Tahu

Formula Terpilih

Standar Kecap Manis

SNI 01-3543-1999

Angka Lempeng Total (koloni/g) 1.8 x 104 Maks. 10

5

MPN Koliform (APM/g) < 3 Maks. 102

MPN E.coli (APM/g) < 3 <3

Kapang/Khamir (Koloni/g) 2.5 x 102 Maks. 50

a. Uji Angka Lempeng Total (Total Plate Count)

Metode ini digunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil yaitu

mikroba yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen dan bakteri yang

hidup di daerah suhu antara 15°-55°C, dengan suhu optimum 25-40°C dalam

makanan dan minuman. Pada pengujian ini akan diketahui seberapa besar cemaran

bakteri pada sampel kecap. Metode yang digunakan adalah metode uji angka

Page 20: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

38

lempeng total, dengan menghitung koloni bakteri pada serial pengenceran sampel

kecap.

Hasil pengujian Angka Lempeng Total pada kecap manis ampas tahu

formula terpilih diperoleh total koloni sebanyak 1.8 x 104 (Tabel 17). Hal ini berarti

total cemaran bakteri dalam kecap manis ampas tahu formula terpilih adalah 18000

koloni dalam setiap gramnya. Bila dibandingkan dengan SNI 01-3543-1999 yang

mensyaratkan angka lempeng total pada kecap maksimal 105 kol/gram, maka kecap

manis ampas tahu formula terpilih masih memenuhi syarat SNI yang artinya sanitasi

saat proses pembuatan kecap cukup higienis sehingga memenuhi standar mutu

keamanan pangan. Total bakteri yang masih memenuhi persyaratan SNI ini dapat

disebabkan karena kadar air yang dikandung dalam kecap tidak dapat digunakan

secara bebas oleh sel mikroba. Gula selain dapat memberikan rasa, juga dapat

berperan sebagai pengawet (Winarno, 1980). Apabila gula ditambahkan dalam

kecap pada kadar yang tinggi (sukrosa 85%, kira-kira aw = 0.80), sebagian air yang

ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw)

dari produk kecap menjadi berkurang.

Air berperan dalam proses metabolisme sel mikroba, apabila air tesebut

mengalami kristalisasi atau terikat dalam larutan gula atau garam maka mikroba

tidak dapat menggunakan air tersebut secara bebas. Larutan gula atau garam yang

pekat dapat mengakibatkan tekanan osmotik pada sel mikroba meningkat, air plasma

sel terserap oleh larutan di luar sel sehingga dapat menyebabkan sel kekurangan air

dan akhirnya mati akibat lisis/pecah. Akan tetapi, produk dengan kadar gula tinggi

cenderung dirusak oleh kapang. Hasil metabolisme kapang umumnya diikuti dengan

pelepasan air yang dapat mengakibatkan naiknya nilai aw. Jumlah air dalam bahan

pangan disebut dengan aktivitas air (aw). Jenis mikroba yang berbeda membutuhkan

air yang berbeda pula. Bakteri membutuhkan aw = 0.87-0.91, kapang membutuhkan

aw = 0.8-0.87, bakteri halofilik membutuhkan aw = 0.75 dan bakteri xerofilik

membutuhkan aw = 0.65 (Mosse, 1975). Kadar aw yang dikandung pada kecap skala

rumah tangga dengan umur simpan sehari memiliki nilai aw sebesar 0.90 sedangkan

pada kecap dengan umur simpan 3 bulan, nilai aw mengalami kenaikan menjadi 0.92

(Hendritomo, 2003). Naiknya nilai aw ini dapat memicu pertumbuhan khamir dan

bakteri yang dapat merusak dan memperpendek umur simpan kecap. Beberapa

bakteri seperti Clostridium, bakteri asam laktat dan bakteri pembentuk spora yang

bersifat aerob seperti Bacillus subtilis dapat memfermentasikan karbohidrat. Bakteri

tersebut dapat mengubah gula menjadi asam laktat, asam asetat, propionat dan

butirat serta perubahan cita rasa dan tekstur.

b. Uji MPN Koliform

Koliform adalah kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang yang

pada umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Bakteri

koliform digunakan sebagai salah satu bakteri indikator sanitasi. Kelompok bakteri

coliform ini terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter

fruendil, dan bakteri lainnya. E.coli biasanya ditemukan pada kotoran manusia

sehingga mikroba yang paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya polusi

adalah E.coli dan kelompok koliform secara keseluruhan. Ciri-ciri utamanya yaitu

bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi

Page 21: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

39

laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º

C. Kecap yang terkontaminasi oleh bakteri koliform diduga menggunakan bahan

baku seperti air yang tidak bersih dan kontaminan yang dibawa oleh pekerja. Namun

pada umumya, kemungkinan tumbuhnya bakteri koliform pada produk kecap sangat

kecil, hal ini dikarenakan bakteri koliform tidak dapat tumbuh dengan baik pada

kondisi lingkungan yang mengandung kadar gula yang tinggi.

Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri

khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan.

MPN didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Tabung yang positif

ditandai dengan adanya gelembung gas pada tabung durham. Hasil pengujian MPN

koliform pada kecap manis ampas tahu formula terpilih menunjukkan pada

pengenceran pertama hingga pengenceran keempat, tidak adanya tabung yang

terdapat gas didalamnya. Hal ini menunjukkan pada keseluruhan tabung tidak ada

aktivitas dari koliform yang menghasilkan gas pada tabung durham, sehingga

didapatkan kombinasi hasil tabung positif pada pengujian Angka Paling Mungkin

(MPN) koliform kecap yaitu 0 0 0. Hasil dari pengujian ini lalu dirujuk ke tabel

MPN seri 3 tabung, dan diperoleh total MPN koliform yang terdapat pada kecap

manis ampas tahu formula terpilih menunjukkan angka <3 APM/gram (Tabel 17).

Angka yang diperoleh pada tabel MPN ini menyatakan jumlah bakteri

koliform dalam tiap gram terdapat <3 APM bakteri. Bila dibandingkan dengan

syarat SNI 01-3543-1999 yang mensyaratkan jumlah maksimal bakteri koliform

pada kecap sebanyak 100 APM/gram, maka kecap manis ampas tahu formula

terpilih telah memenuhi syarat SNI. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses

produksi kecap mulai dari persiapan bahan baku seperti air hingga pembotolan tidak

tercemar oleh kotoran manusia.

c. Uji MPN E.coli

E. coli adalah bakteri gram-negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel-

sel E.coli biasanya berbentuk batang yang panjangnya sekitar 2 mikrometer (μm)

dan diameternya 0,5 μm r, dengan volume sel 0,6-0,7 μm3. E. coli dapat hidup di

berbagai substrat. E. coli menggunakan fermentasi asam campuran dalam kondisi

anaerobik, menghasilkan laktat, suksinat, etanol, asetat dan karbondioksida. Bakteri

koliform merupakan salah satu bakteri indikator sanitasi, selain kelompok

Streptococcus (Enterococcus) fekal dan Clostridium perfringens. Bakteri indikator

sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air

atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia.

Pada dasarnya prinsip pengujian MPN E.coli hampir sama dengan

pengujian MPN koliform, namun yang membedakan terletak pada uji lanjut yang

dilakukan pada tabung yang positif terdapat gas. Uji lanjut yang digunakan adalah

uji IMVIC yang merupakan singkatan dari uji Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer

dan Citrate. Uji ini digunakan untuk mengetahui jenis koliform yang terdapat

didalam contoh.

Pengujian Angka Paling Mungkin (MPN) E.coli pada uji praduga

menunjukkan tidak ada tabung positif yang menunjukkan perubahan warna dari

ungu menjadi kekuning-kuningan dan terbentuk gas dalam tabung durham, sehingga

tidak diperlukan uji lanjut menggunakan IMVIC. Pada uji praduga didapatkan

Page 22: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

40

kombinasi hasil tabung yang positf yaitu 0 0 0. Kombinasi ini kemudian dirujuk

pada tabel MPN seri 3 tabung yang menunjukkan hasil <3 APM/gram (Tabel 17).

Hasil ini telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan pada SNI 01-3543-1999 yang

mensyaratkan jumlah maksimal bakteri E.coli pada kecap adalah <3 APM/gram.

d. Uji Kapang/khamir

Uji angka kapang/khamir digunakan untuk menetapkan angka

kapang/khamir dalam makanan. Kapang merupakan mikroorganisme multiseluler

(bersel banyak) yang memiliki ukuran mikroskopis sampai makroskopis dan tumbuh

pada bagian luar permukaan bahan pangan yang tercemar. Kapang berbentuk benang-

benang dan memiliki struktur eukariotik, memiliki dinding sel yang kaku dan terdiri

dari hifa (kumpulan benang-benang). Satu hifa dapat menghasilkan beribu-ribu spora

aseksual yang tahan terhadap perubahan lingkungan, seperti spora Aspergillus oryzae

tetapi tidak setahan endospora bakteri. Ukuran spora kapang antara 2-10 mikron, bisa

lolos pada proses penyaringan dengan ukuran penyaring 100 mesh. Bahan pangan

yang tercemar oleh kapang menjadi lengket, berbulu sebagai hasil produksi miselium

dari spora kapang dan berwarna (Hendritomo, 2003). Kamir adalah mikroba bersel

tunggal dengan ukuran antara 5-25 mikron atau 10 kali lebih besar bakteri (0,5-2,5

mikron), sel kamir sering dijumpai secara tunggal, tetapi ada juga dalam bentuk

pseudomiselium. Beberapa kamir membentuk kapsul yang terdiri dari polisakarida

kompleks. Kamir dapat tumbuh pada media cair maupun padat, lingkungan bergula

dengan pH rendah seperti kecap.

Pada pengujian ini akan diketahui seberapa besar cemaran kapang/khamir

pada sampel kecap manis ampas tahu formula terbaik. Metode yang digunakan adalah

metode uji angka kapang/kamir total, dengan menghitung koloni kapang dan kamir

pada serial pengenceran sampel kecap. Hasil pengujian ini akan dibandingkan dengan

standar standar uji cemaran mikroba SNI 01-3543-1999 yaitu angka kapang maksimal

pada kecap adalah 50 koloni /gram. Dari hasil perhitungan jumlah kontaminasi

kapang/kamir melalui uji angka kapang/kamir dari sampel kecap diperoleh hasil

perhitungan angka kapang/kamir sebanyak 2.5 x 102 koloni/gram (Tabel 17) yang

artinya terdapat 250 koloni kapang/kamir pada setiap gram kecap. Hal ini

menunjukkan total kapang/kamir pada kecap manis ampas tahu formula terpilih tidak

memenuhi syarat yang telah ditetapkan pada SNI 01-3543-1999 yaitu maksimal 50

koloni/gram.

Hasil pemeriksaan terhadap kecap manis skala rumah tangga yaitu kecap

Cap Korma menunjukkan bahwa di dalam produk kecap yang baru jadi atau produk

kecap yang baru saja masuk ke dalam botol, jumlah kapang yang terkandung di

dalamnya sudah mencapai 400 koloni/ml kecap. Selama tiga bulan penyimpanan,

jumlah tersebut terus meningkat dari 400 koloni/ml menjadi 4800 koloni/ml atau

meningkat 1100 % (Hendritomo, 2003). Angka tersebut ternyata jauh lebih besar dari

angka SNI yang memaksimumkan total kapang/kamir sebanyak 50 koloni/ml yang

diperkenankan pada produk kecap. Peningkatan kapang yang cukup besar ini

menunjukkan bahwa kapang mempunyai kemampuan hidup pada konsentrasi gula

tinggi. Konsentrasi gula yang tinggi berangsur sedikit demi sedikit dihidrolisis oleh

kapang untuk pertumbuhannya. Total gula pada kecap menjadi berkurang sementara

total kapang terus meningkat. Peningkatan jumlah kapang secara visual dapat terlihat

Page 23: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

41

dengan jelas yaitu terjadinya perubahan fisik dari kecap. Kecap menjadi keruh bahkan

terjadi penggumpalan (Hendritomo, 2003).

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh

Hendritomo, maka total kapang yang dikandung dalam kecap manis ampas tahu

formula terpilih lebih sedikit. Hal ini berarti sanitasi pada proses pembuatan kecap

manis ampas tahu dari persiapan bahan baku sampai pembotolan cukup baik. Menurut

Winarno et al., (1980), untuk mencegah pertumbuhan kamir dan kapang pada produk

kecap perlu ditambahkan bahan pengawet.

G. Pembandingan Mutu Fisik, Kimia dan Mikrobiologi Kecap Manis Ampas

Tahu Formula Terpilih dengan Kecap Manis Komersial dan SNI 01-3543-

1999

Kecap manis komersial yang telah beredar di masyarakat secara luas masing-

masing memiliki karakteristik mutu yang berbeda-beda, namun memiliki penerimaan

tersendiri bagi konsumen yang memilihnya. Oleh sebab itu, diperlukan juga

pembandingan karakteristik baik secara sifat fisik maupun sifat kimia kecap manis ampas

tahu formula terpilih dengan beberapa kecap manis komersial untuk mengetahui apakah

karakteristik mutu yang dimiliki kecap manis ampas tahu formula terbaik menyerupai

kecap manis komersial sehingga memudahkan penerimaan konsumen nantinya.

Pembandingan juga dilakukan terhadap syarat SNI yang meliputi sifat fisik maupun

kimia. Hasil pembandingan karakteristik sifat fisik maupun kimia antara ketiganya dapat

dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pembandingan Mutu Kecap Manis Ampas Tahu Formula Terpilih dengan

Kecap Manis Komersial dan SNI 01-3543-1999

Parameter Mutu

Kecap Manis

Ampas Tahu

Formula Terpilih

3 Jenis Kecap

Manis

Komersial

Standar Kecap

Manis SNI 01-

3543-1999

Kadar NaCl (%) 6.84 4.14-4.64 Min. 3%

Kadar Protein (%) 1.99 1.59-2.43 Min. 2.5%

Total Gula (%) 60.31 59.81-62.02 Min. 40%

Total Padatan Terlarut

(ºBrix)

71.33 75.2-76.2 Min. 10%

Viskositas (cP) 1716.67 1080-2240 -

Kadar Air (%) 22.43 13.64 – 16.67 -

Angka Lempeng Total

(koloni/g)

1.8 x 104 - Maks. 10

5

MPN Koliform (APM/g) < 3 - Maks. 102

MPN E.coli (APM/g) < 3 - <3

Kapang/Khamir (Koloni/g) 2.5 X 102 - Maks. 50

Dari tabel dapat dilihat bahwa kecap manis ampas tahu formula terpilih dari segi

sifat fisik memiliki nilai viskositas yang masuk dalam kisaran viskositas dari tiga jenis

merk kecap manis komersial yang ada di pasaran. Begitu pula dengan sifat fisik lainnya

yaitu total padatan terlarut yang masuk dalam kisaran total padatan terlarut pada tiga jenis

merk kecap manis komersial. Hal ini menunjukan kecap manis ampas tahu formula

Page 24: A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU · berperan dalam menghasilkan flavor kecap pada fermentasi koji yaitu kompleks enzim protease yang memberikan meaty flavor ... memenuhi

42

terpilih memiliki karakteristik sifat fisik (viskositas dan total padatan terlarut) yang

hampir sama dengan beberapa kecap manis komersial.

Bila dibandingkan dari segi sifat kimia yaitu kadar NaCl, kecap manis ampas tahu

telah memenuhi syarat SNI 01-3543-1999 namun tidak masuk dalam kisaran kadar NaCl

kecap komersial yang hanya berkisar 4%. Namun menurut Judoamidjojo (1987), kecap

manis umumnya memiliki kadar NaCl yang berkisar antara 3-6%. Kadar protein kecap

manis ampas tahu formula terbaik masuk dalam kisaran kadar protein kecap manis

komersial namun tidak mencapai syarat yang ditetapkan oleh SNI 01-3543-1999 yang

mensyaratkan kadar protein kecap minimal 2,5%. Total gula yang dikandung kecap manis

ampas tahu formula terpilih masuk dalam kisaran total gula kecap manis komersial dan

juga telah memenuhi syarat SNI 01-3543-1999. Kadar air kecap manis ampas tahu

formula terpilih lebih tinggi dari kisaran kadar air tiga jenis kecap manis komersial.

Namun pada SNI 01-3543-1999, tidak terdapat syarat minimum ataupun maksimum

kadar air yang ditetapkan.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kecap manis ampas tahu formula

terpilih telah memenuhi syarat SNI 01-3543-1999 kecuali kadar protein dan total kapang.

Hal ini dikarenakan syarat minimal kadar protein yang ditetapkan oleh SNI merupakan

syarat yang ditujukan untuk kecap manis berbahan dasar kedelai yang memiliki kadar

protein awal yang tinggi yaitu 35-40% sehingga untuk kecap manis berbahan dasar

dengan kadar protein yang lebih rendah dari kedelai seperti ampas tahu maka sangat

wajar bila tidak memenuhi syarat yang ditetapkan SNI 01-3543-1999. Dari hasil

pembandingan secara keseluruhan, kecap manis ampas tahu formula terpilih memiliki

karakteristik sifat fisik dan kimia yang hampir mirip dengan karakteristik sifat fisik

maupun kimia beberapa kecap manis komersial. Hal ini dapat menjadi peluang bagi kecap

manis ampas tahu untuk diterima dan disukai oleh konsumen.