36
5 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Perioperatif 1. Pengertian Keperawatan Perioperatif Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk mengembangkan rancana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur invasive (AORN, 2013) Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien (HIPKABI, 2014). Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan: a. Fase pre operatif Dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik ataupun rumah, wawancara preoperative dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan (HIPKABI, 2014). Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar bedah (Muttaqin, 2009) b. Fase intra operatif Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat pasien dipindah ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infuse, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang

A. Konsep Perioperatif

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: A. Konsep Perioperatif

5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Perioperatif

1. Pengertian Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk

mengembangkan rancana asuhan secara individual dan

mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada pasien yang

mengalami pembedahan atau prosedur invasive (AORN, 2013)

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien (HIPKABI, 2014).

Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga

fase pembedahan:

a. Fase pre operatif

Dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah

dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas

keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan

pengkajian dasar pasien ditatanan klinik ataupun rumah, wawancara

preoperative dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan

dan pembedahan (HIPKABI, 2014).

Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan

dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre

operatif di bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one

day care), atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di

kamar operasi oleh perawat kamar bedah (Muttaqin, 2009)

b. Fase intra operatif

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan

berakhir saat pasien dipindah ke ruang pemulihan atau ruang

perawatan intensif. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan

mencakup pemasangan infuse, pemberian medikasi intravena,

melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang

Page 2: A. Konsep Perioperatif

6

prosedur pembedahan dan menjaga pasien. Dalam hal ini sebagai

contoh memberikan dukungan psikologis atau selama induksi

anestesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur

posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-

prinsipdasar kesimetrisan tubuh (HIPKABI, 2014).

Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra

operatif lebih kompleks dan harus dilakukan secara tepat dan ringkas

agar segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang bersifat resiko

maupun aktual akan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman keperawatan. Implementsi dilaksanakan bedasarkan

pada tujuan yang diprioritaskan. Koordanasi seluruh anggota tim

operasi, serta melibatkan tindakan independen dan

dependen(Muttaqin, 2009)

c. Fase paska operatif

Fase paska operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang

pemulihan (recovery room) atau ruang intensif dan berakhir dengan

evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah. Lingkup

aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama

periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen

anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.

Aktivitas keperawatam kemudian berfokus pada peningkatan

penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak

lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi

serta pemulangan (HIPKABI, 2014).

2. Pre operatif

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu (HIPKABI,

2014) :

a. Rumah sakit

Melakukan pengkajian peri operatif awal, merencanakan metode

penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan

keluarga dalam wawancara, memastikan kelengkapan pre operatif,

Page 3: A. Konsep Perioperatif

7

mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan

pasca operatif.

b. Persiapan pasien di unit perawatan

Persiapan fisik, status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi,

keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihanblambung dan kolon,

pencukuran daerah operasi, personal hygiene, pengosongan kandung

kemih, latihan pra operasi.

c. Faktor resiko terhadap pembedahan

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain : usia, nutrisi,

penyakit kronis, ketidaksempurnaan respon neuroendokrin,

merokok, alkohol, dan obat-obatan.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaaan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari tindakan pembedahan. Pemeriksaan penunjang yang

dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium,

maupun pemeriksaan lain sperti ECG (electrocardiogram), dan lain-

lain.

e. Pemeriksaan status anestesi

Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilakukan untuk

keselamatan pasien selama pembedahan. Pemeriksaan ini dilakukan

karena obat dan teknik anestesi pada umumnya akan mengganggu

fungsi pernapasan, peredaran darah dan system syaraf.

f. Inform consent

Aspek hukum tanggung jawab dan tanggung gugat, setiap pasien

yang akan menjalani tindakan medis, wjib menuliskan surat

pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan

anestesi).

g. Persiapan mental/ psikis

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun actual

pada integritas seseorang yang akan membangkitkan reaksi stress

fisiologis maupun psikologis (Barbara & Billie, 2006) dalam

(HIPKABI, 2014).

Page 4: A. Konsep Perioperatif

8

3. Intra operatif

a. Persiapan pasien di meja operasi

Persiapan di ruang serah terima diantaranya prosedur administrasi,

persiapan anestesi dan kemudian prosedur drapping.

b. Prinsip-prinsip umum

Prinsip asepsis ruangan antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha

untuk agar dicapainya keadaan yang memungkinkan terdapatnya

kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan. Cakupan

tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana

kamar operasi, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal,

celana, baju, masker, topi, dan lain-lainnya) dan juga cara

membersihkan/ melakukan desinfeksi dari kulit atau tangan

(HIPKABI, 2014).

c. Fungsi keperawatan intra operatif

Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi

keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas

anggota tim bedah dan memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.

Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan kebersihan, suhu

sesui, kelembapan, pencahayaan, menjaga peralatan tetap berfungsi

dan ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan sebelum,

selama, dan sesudah operasi (HIPKABI, 2014).

d. Aktivitas keperawatan

Aktivitas keperawatan yang dilakukan selam tahap intra operatif

meliputi safety management, monitor fisiologis, monitor psikologis,

pengaturan dan koordinasi Nursing Care.

4. Post operatif

Tahapan keperawatan post operatif meliputi pemindahan pasien dari

kamar operasi ke unit perawatan pasca anestesi (recovery room),

perawatan post anestesi di ruang rawat, perawatan diruang rawat

(HIPKABI, 2014).

Page 5: A. Konsep Perioperatif

9

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Pre operatif

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Identitas pasien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status, agama,

pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawab, hubungan keluarga,

dan pekerjaan (Srirahayu, 2018).

b. Alasan masuk

Pada saat pasien mau dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit perut

di kuadran kanan bawah, biasanya disertai muntah dan BAB yang

sedikit atau tidak sama sekali, kadang-kadang mengalami diare dan juga

konstipasi (Srirahayu, 2018).

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya keluhan yang terasa pada pasien yaitu saat post operasi,

merasakan nyeri pada insisi pembedahan, juga tidak bisa

beraktivitas (Srirahayu, 2018).

2) Riwayat kesehatan dahulu

Pasien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah serat juga

makan yang pedas-pedas (Srirahayu, 2018)

3) Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada pengaruh pada penyakit keturunan sperti hepatitis,

hipertensi, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital tekanan darah tinggi, nadi cepat, atau takikardi,

pernapasan cepat, merasakan nyeri, kesadaran pasien yaitu

komposmentis dengan glagow coma scale (GCS), eye (E) : 4, Verbal

(V) : 5, motorik (M) : 6, total : 15 (Srirahayu, 2018).

1) Kepala

Pada bagian kepala pasien biasanya tidak ada masalah jika

penyakitnya apendisitis, mungkin pada bagian mata tampak seperti

Page 6: A. Konsep Perioperatif

10

kehitaman/ atau mata panda dikarenakan tidak bisa tidur menahan

sakit (Srirahayu, 2018).

2) Leher

Pada leher kepal pasien biasnya tidak ada masalah jika menderita

apendisitis ( Srirahayu, 2018).

3) Thorax

Pada bagian paru-paru tidak ada masalah ayau gangguan bunyi

normal paru ketika diperkusi biasanya sonor kedua lapang paru dan

apabila di auskultasi bunyi jantung pasien regular ketika

diauskultasi (lup dup) (Srirahayu, 2018).

4) Abdomen

Pada bagian abdomen biasanya nyeri region kanan bawah atau

pada titikMc Burney. Saat dilakukan inspeksi kembung sering

terlihat pada pasien seperti benjolan perut kanan bawah pada massa

abses, dalam hal ini dilakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi. Pada saat dipalpasi biasanya abdomen kanan

bawah akan didapatkan peningkatan respon nyeri, nyeri pada

palpasi terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas.

Kontraksi otot menunjukan rangsangan peritoneum parietale. Pada

penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri perut kanan

bawah yang disebut rofsing. Pada apendisitis restrokal atau

retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menemukan adanya rasa

nyeri (Sjamsuhidajat & De, 2005) dalam (Srirahayu, 2018).

5) Kecemasan/ ansietas dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar,

mungkin juga oleh bahaya dari dalam diri seseorang dan pada

umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam timbul bila

ada sesuatu hal yang tidak dapat diterimanya, missal pikiran,

perasaan, keinginan, dan dorongan (Giatika & atutuk, 2017). Dari

pengertian di atas, untuk menentukan penilaian dengan

menggunakan skala kecemasan. Menurut (Saputro & Fazris, 2017)

dalam (Giatika & Tutuk, 2017) “Hamilton Anxyiety Rating Scale

(HARS), petama kali dikembangkan oleh Max Hamilton, untuk

Page 7: A. Konsep Perioperatif

11

mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatic

HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda

adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa”.

Skala HARS penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :

a) Perasaan cemas, firasat buruk, takut atau pikiran sendiri,

mudah tersinggung.

b) Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah

menangis, dan lesu, tidak bisa istirahat tenang, dan mudah

terkejut.

c) Ketakutan, takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila

ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu

lintas, dan pada kerumunan orang banyak.

d) Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam

hari, tidur tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi

buruk dan mimpi menakutkan.

e) Gangguan kecerdasan : daya ingat buruk susak berkonsentrasi.

f) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah

sepanjang hari.

g) Gejala somatik : sakit dana nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi

gemerutuk, suara tidak stabil.

h) Gejala sensorik : tinnitus, penglihatan kabur, muka merah atau

pucat, merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.

i) Gejala kardiovaskuler : berdebar, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras. Perasaan lesu lemas sperti mau pingsan, dan detak

jantung hilang sekejap.

j) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, pernapasan tercekik,

sering menarik napas, napas pendek/ sesak.

k) Gejala gastrointestinal : sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan

terbakar diperut, kembung, mual, muntah buang air besar

lembek, berat badan turun, susah buang air besar.

Page 8: A. Konsep Perioperatif

12

l) Gejala urogenitas : sering kencing, tidak dapat menahan air

seni, amenorhoe, menorrhagia, figrid, ejakulasi praecocks,

ereksi lemah, dan impotensi.

m) Gejala otonom : mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, pusing, dan bulu roma berdiri.

n) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, tidak tenang, jari

gemetar, kerut kening, muka tegang, tonus otot meningkat,

napas pendek, cepat, dan muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori :

0 : tidak ada gejala sama sekali

1 : satu gejala yang ada

3 : berat/ lebih dari separogejala ada

4 : sangat berat semua gejala ada

Pemantauan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1

– 14 dengan hasil :

Skor kurang dari 14 : tidak ada kecemasan

Skor 14 – 20 : kecemasan ringan

Skor 21 – 27 : kecemasan sedang

Skor 28 – 42 : kecemasan berat

Skor 42 – 52 : kecemasan berat sekali

2. Masalah keperawatan dalam standar diagnosis keperawatan Indonesia

(PPNI, 2017)

a. Ansietas

b. Nyeri akut

c. Defisit pengetahuan

3. Rencana Keperawatan

a. Ansietas

Definisi

Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang

tidak jelas dan spesifikasi akibat antisipasi bahaya yang

Page 9: A. Konsep Perioperatif

13

memungkinkan individu yang melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

Penyebab

Krisis situasi

Kebutuhan tidak terpenuhi

Krisis maturasional

Ancaman terhadap konsep diri

Ancaman terhadap kematian

Kekhawatiran mengalami kegagalan

Disfungsi system keluarga

Hubungan orang tua – anak tidak memuaskan

Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

Penyalahgunaan zat

Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)

Data dan tanda mayor:

Subjektif

Merasa bingung

Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

Sulit berkonsentrasi

Objektif

Tampak gelisah

Tampak tegang

Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

Mengeluh pusing

Anoreksia

Palpitasi

Merasa tidak berdaya

Objektif

Frekuensi napas meningkat

Frekuensi nadi meningkat

Page 10: A. Konsep Perioperatif

14

Tekanan darah meningkat

Diaphoresis

Tremor

Muka pucat

Suara bergetar

Kontak mata buruk

Sering berkemih

Berorientasi pada masa lalu

Kondisi klinis terkait

Penyakit kronis progresif (mis: kanker, penyakit auto imun)

Penyakit akut

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan ansietas menurun dengan

kriteria hasil:

Verbalilasasi kebingungan menurun (5)

Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun (5)

Perilaku tegang menurun (5)

Perilaku gelisah menurun (5)

Frekuensi pernapasan cukup menurun (4)

Frekuensi nadi cukup menurun (4)

Tekanan darah cukup menurun (4)

Pola tidur membaik (5)

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Reduksi ansietas

Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subjektif terhadap

objekyang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

Tindakan

Observasi

Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu,

stressor)

Page 11: A. Konsep Perioperatif

15

Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik

Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan

Pahami situasi yang membuat ansietas

Dengarkan dengan penuh perhatian

Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

Motifasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan

datang

Edukasi

Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan

prognosis.

Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu

Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai

kebutuhan

Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

b. Nyeri akut

Definisi

Pengalaman sensorik ataua emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

Penyebab

Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma).

Page 12: A. Konsep Perioperatif

16

Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

Mengeluh nyeri

Objektif

Tampak meringis

Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindar nyeri)

Gelisah

Frekuensi nadi meningkat

Sulit tidur

Kondisi klinis terkait

Kondisi pembedahan

Cidera traumatis

Infeksi

Sindrom koroner akut

Glaukoma

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan nyeri menurun dengan

kriteria hasil:

Kemampuan menutaskan aktivitas meningkat (5)

Keluhan nyeri menurun (5)

Meringis menurun (5)

Sikap protektif menurun (5)

Gelisah menurun (5)

Kesulitan tidur menurun (5)

Berfokus pada diri sendiri menurun (5)

Frekuensi nadi membaik (5)

Pola napas membaik (5)

Tekanan darah membaik (5)

Page 13: A. Konsep Perioperatif

17

Pola tidut membaik (5)

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Manajemen nyeri

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan

konstan

Tindakan

Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

Identifikasiskala nyeri

Identifikasi respon nyeri non verbal

Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sydah diberikan

Terapeutik

Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi

pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/

dingin, terapi bermain)

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu

ruangan, pencahayaan kebisingan)

Fasilitas istirahat dan tidur

Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Jelaskan strategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Page 14: A. Konsep Perioperatif

18

Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Defisit pengetahuan

Definisi

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan

topik.

Penyebab

Keterbatasan kognitif

Gangguan fungsi kognitif

Kekeliruan mengikuti anjuran

Kurang terpapar informasikurang minat dalam belajar

Kurang mampu mengingat

Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif

Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran

Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

Menunjukan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan,

agitasi, histeria)

Kondisi klinis terkait

Kondisi klinis yang baru dihadapi klien

Penyakit akut

Penyakit kronis

Page 15: A. Konsep Perioperatif

19

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan pengetahuan klien

meningkat dengan kriteria hasil:

Perilaku sesuai anjuran meningkat (5)

Verbalisasi minat dalam belajar meningkat (5)

Kemampuan menjelaskan tentang suatu topik meningkat (5)

Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun (5)

Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun (5)

Perilaku membaik (5)

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Edukasi pre operatif

Definisi

Memberikan informasi tentang persiapan operasi untuk meningkatkan

pemulihan pembedahan dan mencegah komplikasi yang mungkin

terjadi akibat pembedahan.

Tindakan

Observasi

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Identifikasi pengalaman pembedahan dan tingkat pengetahuan

tentang pembedahan

Identifikasi harapan akan pembedahan

Identifikasi kecemasan pasien dan keluarga

Terapeutik

Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

Sediakan waktu untuk mengajukan pertanyaan dan

mendiskusikan masalah

Edukasi

Informasikan jadwal, lokasi operasi dan lama operasi akan

berlangsung

Informasikan hal-hal yang akan didengar, dicium, dilihat, atau

dorasakan selama operasi

Page 16: A. Konsep Perioperatif

20

Jelaskan rutinitas preoperasi (mis: anestesi, diet, persiapan usus,

tes laboratorium, persiapan kulit, terapi IV, pakaian, ruang tunggu

keluarga, transportasi ke ruang operasi)

Jelaskan tindakan pengendalian nyeri

Jelaskan pentingnya ambulasi dini

Anjurkan puasa , minimal 2 jam sebelum operasi

Ajarkan teknik batuk dan nafas dalam

Ajarkan teknik mobilisasi di tempat tidur

Ajarkan latihan kaki

Intra operatif

1. Pengkajian

Pengaturan pasien untuk memberikan keselamatan dan kenyamanan,

memberikan dukungan fisik dan psikologis pada pasien untuk

menenangkan pasien, mengkaji status emosional pasien (HIPKABI,

2014)

2. Masalah keperawatan

Pada intra operasi dalam standar diagnosis keperawatan Indonesia (PPNI,

2017):

a. Resiko perdarahan

b. Resiko hipotermi

3. Rencana keperawatan

a. Resiko perdarahan (D.0012)

Definisi

Beresiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi didalam

tubuh maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh).

Faktor resiko

1) Aneurisma

2) Gangguan gastrointestinal (mis. ulkus lambung, polip, varises)

3) Gangguan fungsi hati (mis. sirosis hepatis)

4) Komplikasi kehamilan (mis. ketuban pecah sebelum waktunya,

plasenta previa/ abrupsio, kehamilan kembar)

Page 17: A. Konsep Perioperatif

21

5) Komplikasi pasca partum (mis. atonia uterus, retensi plasenta)

6) Gangguan koagulasi (mis. trobositopenia)

7) Efek agen farmakologis

8) Tindakan pembedahan

9) Trauma

10) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan

11) Proses keganasan

Kondisi Klinis Terkait

1) Aneurisma

2) Koagulopati intravaskuler diseminata

3) Sirosis hepatis

4) Ulkus lambung

5) Varises

6) Trombisitopenia

7) Ketuban pecah sebelum waktunya

8) Plasenta previa/ abrupsio

9) Tindakan pembedahan

10) Kanker

11) Trauma

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan tingkat perdarahan

menurun dengan kriteria hasil:

Kelembapan membran mukosa meningkat (5)

Kelembapan kulit meningkat (5)

Perdarahan abdomen menurun (5)

Hemoglobin membaik (5)

Mehatokrit membaik (5)

Denyut nadi apikal membaik (5)

Suhu tubuh membaik (5)

Page 18: A. Konsep Perioperatif

22

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Manajemen perdarahan

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola kehilangan darah.

Tindakan

Observasi

Identifikasi penyebab perdarahan

Periksa adanya darah pada muntah, sputum, feses, urine,

pengeluaran NGT, dan drainase luka, jika perlu

Periksa ukuran dan karakteristik hematoma, jika ada

Monitor terjadinya perdarahan (sifat dan jumlah)

Monitor nilai hemoglobin dan nilai hematokrit sebelum dan

setelah kehilangan darah

Monitor tekanan dan parameter hemodinamik (tekanan vena

central dan tekanan baji kapiler, atau arteri pulmonal), jika ada

Monitor intake dan output cairan

Monitor koagulasi darah (prothrombin time (PT), partial

tromboplastin tima (PTT), fibrinogen, drgradasi fibrin, dan

jumlah trombosit, jika ada

Monitor deliveri oksigen jarinagn missal (mis. PaO2, SaO2,

hemoglobin dan curah jantung)

Monitor tanda dan gejala perdarahan masif

Terapeutik

Istirahatkan area yang mengalami perdarahan

Berikan kompres dingin, jika perlu

Tinggikan ektremitas yang mengalami perdarahan

Pertahankan akses IV

Edukasi

Jelaskan tanda-tanda perdarahan

Anjurkan melapor jika menemukan tanda-tanda perdarahan

Anjurkan membatasi aktivitas

Page 19: A. Konsep Perioperatif

23

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian caira, jika perlu

Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu

b. Resiko hipotermi perioperatif

Definisi

Beresiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 36°C secara

tiba-tiba yang terjadi satu jam sebelum pembedahan hingga 24 jam

setelah pembedahan.

Faktor resiko

Prosedur pembedahan

Kombinasi anestesi regional dan umum

Skor American Society of Anestesiologist (ASA) >1

Suhu pra-operasi rendah (<36°C)

Berat badab rendah

Neuropati diabetik

Komplikasi kardiovaskuler

Suhu lingkungan rendah

Transfer panas (mis. volume tinggi infuse yang tidak

dihangatkan, irigasi > 2 liter yang tidak dihangatkan)

Kondisi Klinis Terkait

Tindakan pembedahan

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan termoregulasi membaik

dengan kriteria hasil:

Menggigil menurun (5)

Kulit merah menurun (5)

Kejang menurun (5)

Pucat menurun (5)

Takikardi menurun (5)

Takipnea menurun (5)

Bradikardi menurun (5)

Dasar kuku sianotik menurun (5)

Page 20: A. Konsep Perioperatif

24

Hipoksia menurun (5)

Suhu tubuh membaik (5)

Suhu kulit membaik (5)

Kadar glukosa darah membaik (5)

Pengisian kapiler membaik (5)

Ventilasi membaik (5)

Tekanan darah membaik (5)

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Manajemen hipotermi

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola suhu tubuh dibawah rentang

normal.

Tindakan

Observasi

Monitor suhu tubuh

Identifikasi penyebab

Hypothermia (mis. terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian

tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,

kekurangan lemak subkutan).

Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hipotermiaringan;

takipnea, disatria, menggigil, hipertensi, dieresis; hipotermia

sedang: aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun;

hipotermia berat: oliguria, refleks menghilang, edema paru;

asam-basa abdominal)

Terapeutik

Sediakan lingkungan yang hangat (mis. atur suhu ruangan,

incubator)

Ganti pakaian dan/ atau linen yang bsah

Lakukan penghangatan pasi (mis. selimut, menutup kepala,

pakaian tebal)

Lakukan penghangatan aktif (mis. kompres hangat, botol

hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru)

Page 21: A. Konsep Perioperatif

25

Lakukan penghangatan aktif internal (mis. infuse cairan hangat,

oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)

Edukasi

Anjurkan makan/ minum hangat

Post Operatif

1. Pengkajian

Menurut (Potter & Perry, 2010), pengkajian keperawatan pasien post

operasi, yaitu:

a. Sistem pernapasan

Kaji potensi jalan napas, laju napas, irama, kedalaman ventilasi,

simetris gerakan dinding dada, suara napas, dan warna mukosa.

b. Sirkulasi

Penderita beresiko mengalami komplikasi kardiovaskuler yang

disebabkan oleh hilangnya darah dari tempat pembedahan, efek

samping dari anestesi. Pengkajian yang telah diteliti terhadap

denyut dan irama jantung, bersama dengan tekanan darah,

mengungkapkan status kardiovaskuler penderita. Kaji sirkulasi

kapiler dengan mencatat pengisian kembali kapiler, denyut serta

warna kuku dan temperatur kulit. Masalah umum awal sirkulasi

adalah perdarahan. Kehilangan darah dapat terjadi secara

eksternal melalui saluran atau syatan internal.

c. Sistem persarafan

Kaji reflaks pupil dan muntah, cengkeraman tangan, gerakan kaki.

Jika penderita telah menjalani operasi melibatkan system saraf,

lakukan pangkajian neurologi secara menyeluruh.

d. Sistem perkemihan

Anestesi epidural atau spinal sering mencegah penderita dari

sensasi kandung kemih yang penuh. Raba perut bagian bawah

tepat diatas simfisis pubis untuk mengkaji distensi kandung

kemih. Jika penderita terpasanf kateter urine, harus ada aliran

urine terus- menerus sebanyak 30-50 ml/jam pada orang dewasa.

Page 22: A. Konsep Perioperatif

26

e. Sistem pencernaan

Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung akibat

akumulasi gas. Perawat perlu memantau asupan oral awal

penderita yang beresiko menyebabkan aspirasi atau adanya mual

dan muntah.Kaji juga kembali peristaltik setiap 4 sampai 8 jam.

Auskultasi perut secara rutin untuk mendeteksi suara usus

kembali normal, 5-30 bunyi kieras permenit pada masing-masing

kuadran menunjukkan gerak peristaltic yang telah kembali.

Distensi perut menunjukkan bahwa usus tidak berfungsi baik.

Tanyakan apakah penderita membuang gas (flatus), ini

merupakan tanda penting yang menunjukan fungsi normal.

f. Modified Aldrete Score adalah suatu system yang dibuat oleh

Joerge Antonio Aldrete tahun 1967 skala ini digunakan untuk

mengukur kriteria penderita untuk dapat dipindahkan dari ruang

pulih sadar, apabila nilai total lebih dari 9. Nilai tersebut

menunjukkan keadaan penderita sudah sadar baik dan dalam

kondisi stabil (Mujiburrahman, 2017).

Secara terperinci Modified Aldrete Score beserta nilai dalah

sebagai berikut :

Kesadaran :

2 = sadar baik

1 = sadar dengan cara dipangggil

0 = tidak ada respon saat dipanggil

Pernapasan:

2 = mampu untuk napas dalam batuk

1 = dyspnea, napas dangkal dan kemampuan terbatas

0 = apnea

Sirkulasi:

2 = tekanan darah ±20 mmHg dari keadaan pre anestesi

1 = tekanan darah ±20-50 mmHg dari keadaan pre anestesi

0 = tekanan darah ± 50 mmHg dari keadaan pre anestesi

Page 23: A. Konsep Perioperatif

27

Saturasi oksigen

2 = Mampu mempertahankan saturasi O2 > 92% dengan

udara bebas

1 = Memerlukan oksigen inhalasi untuk

mempertahankan saturasi O2 > 90%

0 = Dengan oksigen inhalasi saturasi O2 < 90%

Aktivitas

2 = Mampu menggerakkan ke-4 ekstremitas dengan

sendirinya

1 = Mampu menggerakkan ke-2 ekstremitas dengan

sendirinya

0 = Tidak mampu menggerakkan ekstremitas

Tujuan penggunaan kriteria ini adalah untuk melakukan observasi

penderita setelah operasi dan mempermudah proses memindahkan

penderita.

2. Diagnose keperawatan

Post operasi dalam standar diagnosis keperawatan Indonesia (PPNI,

2017):

a. Bersihan jalan napas tidak efektifNyeri akut

b. Resiko hipotermi

3. Rencana keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

Definisi

Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas

untuk mempertahankan jalan napas tetap paten

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

Batuk tidak efektif

Tidak mampu batuk

Sputum berlebih

Page 24: A. Konsep Perioperatif

28

Mengi, wheezing dan/ atau ronkhi kering.

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

Dispnea

Sulit bicara

Ortopnea

Objektif

Gelisah

Sianosis

Bunyi napas menurun

Frekuensi napas berubah

Pola napas berubah

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan bersihan jalan napas

meningkat dengan kriteria hasil:

Batuk efaktif meningkat (5)

Produksi sputum menurun (5)

Mengi menurun (5)

Wheezing menurun (5)

Dispnea membaik (5)

Orthopnea membaik (5)

Sulit bicara membaik (5)

Sianosis membaik (5)

Frekuensi napas membaik (5)

Pola napas membaik (5)

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Manajemen jalan napas

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola kepatetan jalan napas

Penyebab

Fisiologis

Spasme jalan napas

Page 25: A. Konsep Perioperatif

29

Hipersekresi jalan napas

Disfungsi neuromuskuler

Benda asing dalam jalan napas

Adanya jalan napas buatan

Sekresi yang tertahan

Hiperplasia dinding jalan napas

Proses infeksi

Respon alergi

Efek agen farmakologis (mis. anestesi)

Situasional

Merokok aktif

Merokok pasif

Terpajan polutan

Tindakan

Observasi

Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering)

Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-

lift (jaw-thrust jika curiga trauma servical)

Posisikan semi-fowler atau fowler

Berikan minum hangat

Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

Lakukan penghisapan lendirkurang dari 15 detik

Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan enditrakeal

Keluarkan sumbatanbenda padat dengan forcep McGill

Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

Page 26: A. Konsep Perioperatif

30

Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,

jika perlu

b. Nyeri akut

Definisi

Pengalaman sensorik ataua emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab

Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,

neoplasma).

Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

Mengeluh nyeri

Objektif

Tampak meringis

Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindar nyeri)

Gelisah

Frekuensi nadi meningkat

Sulit tidur

Kondisi klinis terkait

Kondisi pembedahan

Cidera traumatis

Infeksi

Sindrom koroner akut

Glaukoma

Page 27: A. Konsep Perioperatif

31

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan nyeri menurun dengan

kriteria hasil:

Kemampuan menutaskan aktivitas meningkat (5)

Keluhan nyeri menurun (5)

Meringis menurun (5)

Sikap protektif menurun (5)

Gelisah menurun (5)

Kesulitan tidur menurun (5)

Berfokus pada diri sendiri menurun (5)

Frekuensi nadi membaik (5)

Pola napas membaik (5)

Tekanan darah membaik (5)

Pola tidut membaik (5)

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Manajemen nyeri

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau

fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat dan konstan.

Tindakan

Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

Identifikasiskala nyeri.

Identifikasi respon nyeri non verbal.

Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri.

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.

Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.

Page 28: A. Konsep Perioperatif

32

Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sydah

diberikan.

Terapeutik

Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,

terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,

kompres hangat/ dingin, terapi bermain).

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu

ruangan, pencahayaan kebisingan).

Fasilitas istirahat dan tidur.

Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri.

Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

Jelaskan strategi meredakan nyeri.

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.

Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri.

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Resiko hipotermi perioperatif

Definisi

Beresiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 36°C secara

tiba-tiba yang terjadi satu jam sebelum pembedahan hingga 24

jam setelah pembedahan.

Faktor resiko

Prosedur pembedahan

Kombinasi anestesi regional dan umum

Skor American Society of Anestesiologist (ASA) >1

Suhu pra-operasi rendah (<36°C)

Berat badab rendah

Page 29: A. Konsep Perioperatif

33

Neuropati diabetik

Komplikasi kardiovaskuler

Suhu lingkungan rendah

Transfer panas (mis. volume tinggi infuse yang tidak

dihangatkan, irigasi > 2 liter yang tidak dihangatkan)

Kondisi Klinis Terkait

Tindakan pembedahan

Tujuan menurut SLKI (PPNI, 2018):

Setelah dilakukan intervensi keperawatan termoregulasi membaik

dengan kriteria hasil:

Menggigil menurun (5)

Kulit merah menurun (5)

Kejang menurun (5)

Pucat menurun (5)

Takikardi menurun (5)

Takipnea menurun (5)

Bradikardi menurun (5)

Dasar kuku sianotik menurun (5)

Hipoksia menurun (5)

Suhu tubuh membaik (5)

Suhu kulit membaik (5)

Kadar glukosa darah membaik (5)

Pengisian kapiler membaik (5)

Ventilasi membaik (5)

Tekanan darah membaik (5)

Rencana intervensi menurut SIKI (PPNI, 2018):

Manajemen hipotermi

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola suhu tubuh dibawah rentang

normal.

Page 30: A. Konsep Perioperatif

34

Tindakan

Observasi

Monitor suhu tubuh

Identifikasi penyebab

Hypothermia (mis. terpapar suhu lingkungan rendah,

pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju

metabolisme, kekurangan lemak subkutan).

Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia

(hipotermiaringan; takipnea, disatria, menggigil, hipertensi,

dieresis; hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis,

koagulopati, refleks menurun; hipotermia berat: oliguria,

refleks menghilang, edema paru; asam-basa abdominal).

Terapeutik

Sediakan lingkungan yang hangat (mis. atur suhu ruangan,

incubator).

Ganti pakaian dan/ atau linen yang basah.

Lakukan penghangatan pasi (mis. selimut, menutup kepala,

pakaian tebal).

Lakukan penghangatan aktif (mis. kompres hangat, botol

hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru).

Lakukan penghangatan aktif internal (mis. infuse cairan

hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan

hangat).

Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Jelaskan strategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Page 31: A. Konsep Perioperatif

35

C. Konsep Penyakit Apendisitis

1. Definisi

Apendisitis adalah inflamasi saluran usus yang tersembunyi dan kecil

yang berukuran 4 inchi (10 cm) yang buntu pada ujung seikum.

Apendiks dapat terobstruksi oleh massa feses yang keras yang akibatnya

akan terjadi inflamasi, infeksi, ganggren, dan mungkin perforasi. Apendiks

yang rupture merupakan gejala yang serius karena isi usus dapat masuk ke

dalam abdomen dan menyebabkan peritonitis atau abses (Rosdahl & Mary,

2017).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atai

umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenearnya adalah sekum (caecum).

Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga mmerlukan

tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya

berbahaya (Wim, 2005) dalam (Nurarif & Hardhi, 2015).

2. Anatomi Fisiologis

Anatomi

Gambar 2. 1 Anatomi Apendiks

Page 32: A. Konsep Perioperatif

36

Fisiologi

Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml perhari. Lender itu secara normal

dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan

aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis

apendisitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut

Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran

cerna termasuk apendik ialah immunoglobulin A (Ig-A). Immunoglobulin

ini sangat efektif sabagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol

proliferasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun pengankatan

apendiks tidak mempengaruhi sostem imun tubuh sebab jumlah jaringan

sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh

tubuh (Irsan,2018).

3. Etiologi

Klasifikasi menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)

a. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Dan

faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain

itu hyperplasia jaringan limfe, fekali (tinja/ batu), tumor apendik, dan

cacingaskaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi

mukosa apendiks karena parasit (E. Histolytica).

b. Apendisitis rekuren yaitu jika ada riwayat berulang di perut kanan

bawah yang mendorong dilakukan apendiktomi. kelainan ini terjadi bila

serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun

apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis

dan jaringan parut.

c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan

bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks, sumbatan parsial

atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa

dan filtrasi sel inflamasi kronik, dan keluhan menghilang setelah

apendiktomi.

4. Tanda dan Gejala

Serangan apendisitis biasanya dimulai dengan nyeri abdomen

menyeluruh yang parah dan progresif. Kemudian, nyeri dan nyeri tekan

Page 33: A. Konsep Perioperatif

37

akan terlokalisasi di kuadaran kanan bawah pada pertengahan antara

umbilicus dan Krista ilium (titik McBurney). Serangan apendisitis dapat

mereda dan kemudian timbul kembali (Rosdahl & Mary, 2017)

Kualitas nyeri tekan berhubungan dengan lokasi apendiks yang tepat.

Biasanya mual, muntah, demam ringan sehingga demam sedang, dan

peningkatan leokosit menyertai nyeri. Apendiks yang rupture akan

menyebabkan gejala yang lebih berat yang berhubungan dengan peritonitis

(Rosdahl & Mary, 2017).

5. Patofisiologi

Menutut (Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2012) dalam (Irsan,

2018), apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks

oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karaena

fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut

menyebabkan mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding

apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan

intralumen.

Tekanan intralumen yang meningkat tersebut akan menghambat aliran

limfe yang dapat mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi

mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh

nyeri epigastrium. Apabila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan

terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema

bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul

akan meluas dan mengenai bagian peritonium setempat sehingga akan

menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan

apendisitis supuratif akut.

Page 34: A. Konsep Perioperatif

38

6. WOC (WEB OF COUTION)

Gambar 2.2. (WOC) Web Of Coution

(Sumber: Nurarif & Hardhi, 2015).

Anestesi

Reflek Batuk

Akumulasi

Sekret

Kebersihan

jalan napas

tidak efektif

Apendisiti

Obstruksi lumen apendiks

Mucus terbendung Hiperplasi, folikel limfit,

Fekalit, benda asing

Mucus meningkat

Elastisitas Apendik

Meningkat

Intralumen Oksigen

Infark

Apendiks

Ganggren

Perforasi

Res

iko

per

fusi

Ga

stro

inte

stin

al

tid

ak

efe

kti

f

Menghambat

Aliran limfe

Nyeri

Epigastrium

Sekresi berlanjut

Tekanan

Obstruksi

menembus vena

Fibrosis

Inflamasi

Neoplasma

Operasi

Luka insisi

Kerusakan

Jaringan

Ujung saraf

Terputus

Nyeri Akut

Resiko cidera

Bakteri menembus

dinding

Resiko infeksi

Res

iko

Per

da

rah

an

Res

iko

Hip

ote

rm

i

Edema

An

siet

as

Page 35: A. Konsep Perioperatif

39

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) :

a. Pemeriksaan fisik.

1) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga

perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).

2) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan terasa nyeri

(blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnose

apendisitis akut.

3) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/ tungkai

diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri diperut semakin parah

(psoas sign)

4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila

pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.

5) Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla) lebih

menunjang lagi adanya radang usus buntu.

6) Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif

dan tanda perangsangan peritonium tidak begitu jelas, sedangkan

bila apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan

positif dan perangsangan peritonium akan lebih menonjol.

b. Pemeriksaan laboratorium

Kenaikan sel darah putih (leokosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000

/mm3.

Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan

apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

c. Pemeriksaan radiologi

Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang

membantu). Ultrasonografi (USG), Computerized Tomography Scan

(CT- Scan). Kasus kronik dapat dilakukan rongent foto abdomen,

USG abdomen dan apendikogram

8. Penatalaksaan

Pada penatalaksanaan apendisitis dibagi menjadi tiga (Brunner &

Suddarth, 2010) :

Page 36: A. Konsep Perioperatif

40

a. Observasi

Setelah munculnya keluhan dalam 8 – 12 jam perlu diobservasi ketat

karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta tirah

baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai

adanya apendisitis. Diagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri pada

kuadran kanan bawah stelah timbulnya keluhan.

b. Antibiotik

Apendisitis ganggrenosa atau apendisitis perforasi memerlukan

antibiotik, kecuali pendisitis tanpa komplikasi tidak memerlukan

antibiotic. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotic

dapat mengakibatkan abses atau perforasi.

c. Operasi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2010) operasi atau pembedahan

untuk mengangkat apendiks yaitu apendiktomi. Apendiktomi harus

segera dilakukan umtuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi

dapat dilakukan dibawah anestesi umum dengan pembedahan

abdomen bawah atau laparaskopi.

Apendiktomi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode

pembedahan, yaitu secara teknik terbuka (pembedahan konvensional

laparatomi) atau dengan teknik laparaskopi yang merupakan teknik

pembedaha minimal invansive dengan metode terbaru yang sangat

efektif.