Upload
dominh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Sejauh amatan penulis di Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan berbagai macam sumber dari
internet, penelitian tentang novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita
Ramayana karya C. Rajagopalachari, selama ini belum pernah dilakukan oleh
para peneliti terdahulu. Jika ditilik dari segi teori yang digunakan dalam
penelitian ini, ada beberapa penelitian yang menggunakan sastra bandingan
sebagai teori.
Pada tahun 2008, mahasiswi FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta Pendidikan Bahasa dan Seni. Siti Zulaikhah menyelesaikan
skripsinya yang berjudul Kisah Cinta Laila-Majnun dan Romeo-Juliet (Suatu
Tinjauan Sastra Bandingan). Dalam penelitian ini, Siti lebih memfokuskan
perbandingan dalam segi intrinsik cerita yang terdapat dalam objek
penelitiannya. Kurangnya penelitian yang menggunakan teori maupun objek
dalam penelitian ini, penulis mendapatkan alasan yang kuat untuk meneliti
karya tersebut lebih lanjut.
12
Pada tahun 2013 mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta
(UNS), Christin Cahyoningrum menggunakan sastra bandingan sebagai teori
dalam penelitianya. Penelitiannya membahas sikap hidup tokoh wanita,
persamaan dan perbedaan cerita sekaligus budaya dalam ritual penahbisan
seorang ronggeng dan gheisha dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan
Novel Memoar Seorang Geisha. Judul penelitian yang dilakukan Christin
yaitu, Sikap Hidup Tokoh Wanita dan Nilai-nilai Budaya dalam Trilogi
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Memoar Seorang Geisha
Karya Athur Golden.
Penulis mencatat beberapa penelitian yang menggunakan teori sastra
bandingan, hal tersebut dimaksudkan untuk membantu menambah referensi
tentang teori sastra banding. Mengingat tidak adanya penelitian terdahulu
yang mengkaji tentang novel Sinta Obong karya Ardian Kresna dan cerita
Ramayana karya C. Rajagopalachari.
2. Landasan Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori sastra untuk
mendukung dalam menganalisis permasalahan yang terkadung di dalam data
penelitian. Masalah dilihat dari kedua karya sasta di atas adalah perbandingan
tokoh Sinta dan sudut pandang pengarang, maka penulis menggunakan teori
sastra bandingan dan pendekatan biografis sastra. Tujuan menggunakan teori
ini tentu saja untuk mendasari, membantu, dan mendukung penulis hingga
mampu menyelesaikan penelitian.
13
Adapun teori yang akan digunakan oleh penulis ialah teori sastra
bandingan dan pendekatan biografis sastra. Hal ini karena penulis akan
membandingkan kedua karya sastra dan sekaligus mengamati sisi budaya dari
karya tersebut.
a. Sastra Bandingan
Istilah sastra bandingan merupakan suatu cara untuk membandingkan dua
karya sastra atau lebih. Bandingan dapat diartikan pula membandingkan (to
compare) dari berbagai aspek. Adapun sastra bandingan dapat juga dimengerti
sebagai upaya membandingkan dua karya sastra atau lebih (Endraswara,
2011:2)
Berdasarkan sejarahnya, sastra bandingan mempunyai dua aliran.
Pertama aliran Perancis yang kerap disebut sebagai aliran lama. Kedua, aliran
Amerika atau aliran baru. Perbedaan keduanya terletak pada objek kajiannya
saja. Aliran Perancis lebih fokus pada perbandingan antara karya sastra satu
dengan karya sastra lain, sedangkan aliran Amerika berpikiran lebih luas,
yaitu karya sastra dapat dibandingkan dengan beberapa ilmu lain.
Aliran Perancis menyebutkan bahwa ahli sastra bandingan berusaha
meneliti karya sastra dengan membandingkan dengan karya sastra lain dengan
mempertimbangkan aspek pertukaran tema, gagasan, feeling, dan
nasionalisme (Trisman, 2003:50). Aliran Perancis dirasa lebih tepat dengan
penelitian yang diangkat karena dalam penelitian ini membandingkan dua
karya sastra yang senada dan berbentuk prosa.
14
Endraswara (2011:7) menjelaskan munculnya dua konsep dalam studi
sastra bandingan. Konsep pertama, istilah sastra bandingan digunakan untuk
studi sastra lisan. Lalu konsep kedua, belakangan istilah sastra bandingan
turut mencakup studi hubungan antardua kesusastraan atau lebih. Dalam
penilitian ini, penulis menitikberatkan pada konsep yang kedua mengingat
kedua objek yang penulis bandingkan merupakan karya sastra.
Ditinjau dari sifat kajiannya, sastra bandingan dapat dibagi menjadi
empat kelompok kajian :
1) Kajian bersifat komparatif
2) Kajian bersifat historis
3) Kajian bersifat teoretis
4) Kajian bersifat antar-disiplin
Kajian yang bersifat komparatif maksudnya kajian ini menitikberatkan
pada penelaahan teks karya sastra yang dibandingkan (Kasim, 1996:28).
Karena penelitian yang diangkat berpusat pada karya sastra, maka penelitian
ini dimaksudkan dalam sifat komparatif.
Kajian yang bersifat komparatif dapat berbentuk kajian pengaruh
(influence study) kajian kesamaan (affinity study) (Kasim, 1996:29). Sejauh
ini, latar belakang penulis untuk membandingakan novel Sinta Obong karya
Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari ditinjau dari
kemiripan karya tersebut. Oleh karena itu, kajian komparatif kesamaan
(affinity study) menjadi acuan dalam menganalisis karya.
15
Adanya persamaan secara tekstual tentu memerlukan bidang kajian
secara khusus. Berikut bidang-bidang kajian sastra bandingan menurut Kasim
(1996:31):
1) Tema dan motif
Meliputi: buah pikiran, gambaran perwatakan, alur cerita (plot),
episode, latar (setting)
2) Jenre (genre) dan bentuk (form)
3) Aliran dan angkatan
4) Hubungan karya sastra dengan ilmu lain
5) Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Teori Kritik Sastra
Dari kelima pokok tersebut, penulis akan menggunakan kajian
pertama, yaitu tema dan motif. Tema di sini mencakup juga pengertian
tentang motif dan kedua istilah tersebut memang sering dicampuradukkan.
Bagian tema atau cerita yang penulis fokuskan dalam penelitian ini adalah
tokoh Sinta. Tommy Christomy, tokoh adalah individu yang mengalami
peristiwa atau berlaku dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh memiliki
sifat tertentu dengan peran yang dilekatkan padanya oleh sang pengarang.
Cara menampilkan tokoh-tokoh dalam karya sastra disebut juga penokohan
(Trisman, 2003:56).
Dalam setiap kajiannya, sastra bandingan membutuhkan ilmu lain
untuk mempertajam analisisnya. Hal ini serupa dengan pendapat Wellek dan
Warren, istilah sastra bandingan dalam praktiknya menyangkut pula bidang
16
studi sastra dan masalah lain. Sastra bandingan menjadi lebih luas (Teeuw,
1988:30). Luas dalam arti, sebuah karya tidak hanya dilihat dari persamaan
dan perbedaan intrinsiknya saja, melainkan dapat ditinjau dari bidang lain,
salah satunya adalah budaya yang terkandung di dalamnya.
b. Sastra Terjemahan
Sastra terjemahan ialah bentuk sastra yang diterjemahkan ke dalam
bahasa lain, seperti yang disampaikan oleh Damono (2005:35), penerjemahan
sebenarnya merupakan usaha untuk mengubah cara penggungkapan dalam
suatu kebudayaan menjadi cara pengungkapan yang ada dalam kebudayaan
lain. Hal ini berarti pengubahan kode agar sesuai dengan yang ada dalam
kebudayaan sasaran.
Posisi sastra terjemahan sendiri dalam sastra Indonesia juga tidak bisa
dikesampingkan. Adanya sastra terjemahan turut menambahkan kekayaan
sastra Indonesia dan dapat menjadi inspirasi sastrawan lain. Segenap
terjemahan karya sastra yang selama ini dikerjakan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dara sastra (Damono, 2005:40).
Selain dapat menambah wawasan satra Indonesia, sastra terjemahan
dapat menyebabkan sebuah karya sastra yang diterjemahkan tetap hidup dan
tetap dapat dinikmakti. Terjemahan, dengan demikian, menyebabkan karya
sastra bertahan hidup; meminjam istilah Gifford karena diterjemahkan karya
17
sastra mengalami second existence, keberadaan atau kehidupan kedua
(Damono, 2005:37).
Bahasan selanjutnya, mengani sastra terjemahan ialah kaitanya dengan
kajian sastra bandingan. Seperti yang telah dikatakan pada bagian sebelumnya
bahwa sastra bandingan membandingkan karya sastra dari dua negara yang
berbeda, maka muncul suatu pertanyaan apakah bahasa yang digunakan dalam
sastra bandingan harus asli karya tersebut. Kemudian, apakah penelitian sastra
bandingan yang menggunakan sastra terjemahan sebagai objek kajiannya
dianggap tidak sah?
Pendapat ini dijawab dengan apik oleh Sapardi Djoko Damono.
Bagaimana seandainya ada penelitian yang membicarakan dua karya sastra
yang salah satunya berupa sastra terjemahan, tetapi dalam penilitian itu hanya
membicarakan masalah tema dan sama sekali tidak tersangkut-paut dengan
stilistika? Dengan menggunakan terjemahan, seharusnya masih bisa
membanding-bandingkan kecenderungan tematik yang ada dalam karya-karya
yang penulis/peneliti bandingkan (Damono, 2005:12)
Berdasarkan peryantaan tersebut, maka objek kajian penulis yang
salah satunya berupa cerita atau novel terjemahan dapat disahkan ke dalam
studi sastra bandingan. Hal ini karena peneliti mempunyai kecenderungan
untuk membandingkan aspek tema dan budaya, bukan mengerucut pada ranah
stilistika.
18
c. Pendekatan Biografis Sastra
Perbedaan sudut pandang pengarang memang menjadi sisi yang tak
kalah menarik dalam penilitian ini. Secara garis besar, novel Sinta Obong
Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari,
menceritakan suatu cerita dengan tema yang sama, yaitu tentang kisah
petualangan cinta penuh liku antara Rama dan Sinta, namun dalam akhir
cerita kedua pengarang menyajikan bentuk gambaran cerita yang berbeda
dalam karyanya.
Dari sana, penulis tertarik untuk meneliti dan memandang faktor yang
menyebabkan hal itu terjadi. Pengarang merupakan faktor penting dalam
permasalahan yang dipaparkan di atas, dalam penilitian ini penulis
menggunakan pendekatan biografis untuk membantu mempertajam analisis.
Wellek dan Warren menyatakan bahwa, model biografis dianggap
sebagai pendekatan yang tertua. Pendekatan biografis merupakan studi yang
sistematis mengenai proses kreativitas. Subjek kreator dapat dianggap sebagai
asal-usul karya sastra, arti sebuah karya sastra dengan demikian secara relatif
sama dengan maksud, niat pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang
(Ratna, 2012:55)
Karya sastra pada giliranya identik dengan riwayat hidup, pernyataan-
pernyataan pengarang dianggap sebagai suatu kebenaran, biografis
mensubordinasiakan karya. Sebagai anggota masyarakat, pengarang dengan
19
sendirinya lebih berhasil untuk melukiskan masyarakat di tempat ia tinggal,
lingkungan hidup yang benar-benar dialaminya secara nyata. Oleh karena
itulah, seperti juga dari disiplin ilmu yang lain dalam menggunakan gejala-
gejala sosial, pengarang juga dianggap perlu untuk mengadakan semacam
‘penelitian’ yang kemudian secara interpretatif imajinatif diangkat dalam
karya seni (Ratna, 2012:56).
Dalam kaitan dengan aktivitas kreatif dibedakan menjadi tiga macam
pengarang. Yaitu :
1) Pengarang yang mengarang atau yang menciptakan
berdasarkan pengalaman langsung
2) Pengarang yang menciptakan suatu karya berdasarkan
keterampilan dalam menyusun kembali unsur-unsur pencitraan,
dan
3) Pengarang yang mengarang berdasarkan kekuatan imajinasi.
Manusia adalah makhluk sosial. Meskipun sering ditolak, dalam
kasus-kasus tertentu biografi masih bermanfaat. Dalam ilmu sastra, biografi
pengarang, bukan curriculum vitae, membantu untuk memahami proses
kreatif, genesis karya seni. Biografi memperluas sekaligus membatasi proses
analisis.
Dalam ilmu sosial, pada umumnya biografi dimanfaatkan dalam
kaitanya dengan latar belakang proses rekontruksi fakta-fakta, membantu
menjelaskan pikiran-pikiran seorang ahli, seperti: sistem ideologis, paradigma
20
ilmiah, pandang dunia, dan kerangka umum sosial budaya yang ada
disekitarnya (Ratna 2012:57).
Ratna (2012:58) menjelaskan, dalam kehidupan praktis sehari-hari,
pengarang memiliki posisi tertinggi. Kepengarangan dengan demikian
dikaitkan dengan kualitas rohaniah, seperti intelektualitas dan emosional,
moral dan spiritual, didaktis dan ideologis.
B. Kerangka Pikir
Dalam penelitian perbandingan antara novel Sinta Obong Karya
Ardian Kresna dan erita Ramayana karya C. Rajagopalachari, digunakan teori
sastra bandingan dan pendekatan biografis sastra. Adapun pendekatan
biografis sastra turut digunakan untuk membantu mempertajam analisis
tentang sudut pandang pengarang yang menjadi faktor perbedaan cerita kedua
karya sastra yang bertemakan sama. Kerangka pikir yang digunakan untuk
menganalisis perbandingan antara novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna
dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari adalah sebagai berikut.
1. Pada tahap awal penulis menentukan permasalahan penilitian, yaitu
persamaan dan perbedaan cerita yang muncul pada novel Sinta Obong
Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari.
Lalu dilakukan pemahaman yang sungguh terhadap kedua karya sastra
atau objek penelitian tersebut sehingga mampu menemukan maksud yang
terdapat di dalamnya.
21
2. Setelah melakukan pemahaman yang seksama, tahap selanjutnya adalah
menemukan permasalahan yang akan diteliti. Adapun penulis
menitikberatkan permasalahan dalam pengambaran tokoh Sinta dalam
novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C.
Rajagopalachari.
3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori yang digunakan untuk
menganalisis permasalahan dalam objek penelitian. Sastra bandingan dan
pendekatan biografis sastra yang digunakan untuk meneliti dan
menganalisis lebih lanjut, persamaan dan perbedaan dalam novel Sinta
Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C.
Rajagopalachari dipisahkan terlebih dahulu, kemudian mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan dari sisi intrinsik dan ekstrinsik. Tahap ini
dimaksudkan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kedua karya
sastra dari berbagai aspek. Analisis selanjutnya, memaparkan perbedaan
sudut pandang masing-masing pengarang dengan bantuan pendekatan
biografis sastra
4. Terakhir adalah tahap dimana penulis menyimpulkan pesan yang terdapat
dalam novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana
karya C. Rajagopalachari, dengan didasarkan pada analisis dengan teori
dan pendekatan di atas.
22
Melalui berbagai langkah dari uraian kerangka berpikir di atas
diperjelas melalui bagan sebagai berikut:
Novel Sinta Obong Karya Adrian Kresna dan cerita Ramayana karya
C. Rajagopalachari
Sudut Pandang
Pengarang
Gambaran Tokoh
Sinta
Sastra bandingan
Pendekatan biografis sastra
Aspek budaya Tema cerita
Analisis
Simpulan